Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AGAMA ISLAM SEBAGAI JALAN HIDUP


Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Agama

Disusun oleh :

Anggita Ayu Primadita NIM P2.06.24.2.18.006

Hikmayani NIM P2.06.24.2.18.019

Ihsani Ramdani NIM P2.06.24.2.18.020

Nuke Rizka Salsabila NIM P2.06.24.2.18.025

Yesi Nur Azizah NIM P2.06.24.2.18.039

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN CIREBON

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………….………............... i


KATA PENGANTAR ……………………………………………...………... ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
A. Latar Belakang …………………………………….................. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………….... 1
C. Tujuan ……………………………………............................... 1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………................................ 2


A. Pengertian Agama Islam.................... ………………......……. 2

B. Letak Kesempurnaan Agama Islam..…....……………………. 4

C. Tuntutan Ajaran Islam.........................…………........……… 7

BAB III PENUTUP...........…………………………………........................ 17


A. Kesimpulan............................……………………………. 17

B. Saran......…………………………………………………. 17

Daftar Pustaka................…....……………………………………. 18
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat, taufik, dan hidayahNya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul “ISLAM SEBAGAI JALAN
HIDUP” dapat terselesaikan.

Penulisan makalah ini berjudul “ISLAM SEBAGAI JALAN HIDUP” makalah ini di
susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.

Dalam penyusunan laporan ini penulis sering mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun berkat bimbingan,arahan serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya laporan ini
dapat penulis selesaikan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang
setinggi-tingginya penulis sampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak DR. H. Wawan Ahmad Ridwan, M. Ag Selaku dosen pembimbing mata


kuliah Agama Islam.
2. Orang tua yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi dalam penyusunan
makalah ini.
3. Serta rekan-rekan DIII Kebidanan khususnya tingkat 1 yang telah memberikan
dukungan penulisan makalah ini.
4. Semua pihak yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, semoga kebaikan-kebaikan
tersebut mendapat balasan dari Allah SWT.
Tak ada gading yang tak retak . Demi sempurna laporan ini, Penulis dengan
tangan terbuka mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif. Akhirnya semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan dunia medis pada umumnya.
Sehingga apa yang di cita-citakan bangsa ini dapat terwujud. Amin
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai ajaran yang sempurna, Islam merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dan tidak dapat diambil sebagian saja dengan meninggalkan yang lain. Islam
mengkombinasikan antara kepentingan dunia dan akhirat. Maka keliru, orang yang
berpendapat bahwa Islam hanyalah agama yang berkaitan dengan masalah ritual saja,
sebab Islam adalah suatu sistem yang komprensif dan mencakup seluruh aspek
kehidupan. Islam mengatur keharmonisan antara materiil dan sprirituil, serta ibadah dan
mu’amalat untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Keliru dan jahil pulalah
orang-orang yang berkeyakinan bahwa Islam tidak memiliki aturan-aturan hukum selain
aqidah dan ibadah seperti ekonomi, politik, kemasyarakatan (ketatanegaraan) dan lain-
lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa itu islam?
2. Bagaimana letak kesempurnaan islam?
3. Bagaimana tuntutan ajaran islam?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis mengambil tujuan sebagai
berikut :
1. Ingin mengetahui apa itu islam.
2. Ingin mengetahui letak kesempurnaan islam.
3. Ingin mengetahui tuntutan ajaran islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Agama Islam

Pengertian Islam
Islam adalah agama yang berasal dari allah yang diturunkan melalui utusan-
Nya,muhammad. Ajaram-ajaran islam tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadits,berupa petunjuk-
petunjuk ,perintah-perintah,dan larangan-larangan demi kebaikan manusia. Karena itu agama
yang diterima disisi-Nya hanyalah islam. Allah berfirman dalam surat (Al-Imran:19) yang
artinya sesungguhnya agama disisi Allah adalah islam.
Kata islam berasal dari bahasa Arab : aslama,yuslimu,islam.Di tinjau dari segi bahasa, islam
memiliki beberapa arti :
1. Islam berarti taat / patuh, dan berserah diri kepada Allah.
2. Islam berarti damai dan kasih sayang. Maksudnya, agama islam mengajarkan perdamaian
dan kasih sayang bagi umat manusia tanpa memandang warna kulit, agama, dan status
sosial. Oleh karena nya islam tidak membenarkan adanya penjajahan.
Sampai saat ini terbukti bahwa, jika umat islam mencapai jumlah mayoritas dalam suatu
negara, maka umat lain yang minoritas dapat menikmati hidup damai dan sejahtera karena
umat islam mengulurkan persahabatan dan memberikan kasih sayang. Sebaliknya, yang
sering terjadi apabila umat islam menjadi bagian terkecil disuatu bangsa atau negara maka
sering dijadikan bulan-bulanan. Contohnya tragedi yang pernah terjadi di India, di
Philipina (Kaum Islam Moro) dan yang terakhir di Bosnia awal tahun1990-an, yakni
pembasmian umat islam oleh umat lain.
3. Islam berarti selamat, maksudnya islam merupakan petunjuk untuk memperoleh
keselamatan hidup baik didunia maupun diakhirat kelak. Itulah sebabnya salam (kalimat
bertegur sapa). Dalam islam adalah assalamu”alaikum wa rrahmatullahi wa brakatuh
(semoga Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan-Nya padamu).
Ditinjau dari segi pengertian istilah, menurut Drs.Humaidi tatapangarsa dalam bukunya
Kuliah Akidah Lengkap (Bina Ilmu, Surabaya: 1979),
Islam memiliki dua macam pengertian: pengertian khusus dan pengertian umum.
1. Islam menurut pengertian khusus adalah agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad
SAW.
2. Menurut pengertian umum, islam adalah agama yang diajarkan oleh semua nabi dan
Rasulullah dari mulai nabi Adam sampai nabi Muhammad. Akan tetapi yang
dinamkan agama islam itu agama yang masih murni/asli sesuai yang diajarkan oleh
nabi dan rasull apabila ajaran tersebut sudah berubah dari aslinya, seperti yang terjadi
pada agama Nasrani/Kriste yang melenceng dari ajaran Nabi Isa dan agama bangsa
Yahudi sekarang ini yang melenceng dari ajaran Nabi Musa, maka tidak lagi disebut
islam.

Kata islam juga memiliki banyak akar kata, menurut Fazlur Rahman;
a. Kata Islam berasal dari kata s-l-m yang berarti merasa aman, utuh dan integral kata
kerja ini tidak populer digunakan oleh Al-Qur’an.
b. Kata silm yang berarti damai.
c. Salam yang bermakna utuh sebagai lawan dari pemilihan-pemilihan. Kata salam juga
dimaknai dengan damai, aman, ucapan salam.
d. Aslama bermakna menyerahkan dirinya, memberikan dirinya.

Jadi seorang yang memperoleh atau melindungi atau mengembangkan keutuhan


dirinya, integritasnya dengan menyerahkan diri kepada hukum Tuhan disebut dengan Muslim
dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa alam juga termasuk muslim, karena kepatuhannya
terhadap hukum alam (sunatullah). Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa:
a. Secara Umum
1. Islam berarti ketundukan terhadap hukum-hukum Alam (sunatullah). Hukum alam adalah
ciptaan Allah, maka alam beserta isinya tunduk patuh kepada Allah dan meraka disebut
muslim. Rela atau tidak manusia dan alam harus patuh pada sunatullah.
2. Ketundukan terhadap ketentuan Tuhan yang tertulis yang disebut syariah. Dalam mentaati
syariah manusia diberi kebebasan memilih dan menentukan, jika memilih tunduk berarti
muslim dan mendapat keselamatan dan ridha Allah, jika memilih tidak tunduk berarti ia kafir
dan temazuk kepada orang zalim.
b. Secara Khusus
Islam yang ditulis dengan huruf “I” menunjuk pada agama terakhir yang diturunkan
Allah kepada nabi Muhammad untuk disampaikan pada seluruh manusia. Agama islam
mempunyai hubungan yang tak terpisahkan dengan agama nabi sebelumnya, karena islam
diturunkan sebagai puncak dan akhir dari semua agama.
Islam melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri seerta perdamaian diantara
sesama manusia dan lingkungannya. Kata Islam, makna aslinya adalah “masuk dalam
perdamaian”. Muslim adalah orang yang damai dengan Allah SWT.dan damai dengan
manusia. Damai dengan Allah SWT.artinya berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah
SWT. damai dengan manusia adalah menghindari berbuat jahat dan menghiasi diri dengan
berbuat baik kepada sesamanya.
Secara terminologis, islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diberikan oleh Allah
SWT. kepada manusia memalui para utusan-Nya. Islam adalah agama yang dibawa oleh para
nabi pada setiap zaman yang terakhir pada Muhammad SAW.

B. Letak Kesempurnaan Islam

Ini merupakan nikmat dari Allah yang telah menurunkan kesempurnaan agama Islam.
Allah Azza wa Jalla berfirman,

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu”(Al-Maa-idah: 3)

Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam juga sudah menjelaskan secara langsung,


bahwa ajaran agama Islam dan bagaimana beragama yang benar sudah dijelaskan dengan
rinci dan tidak ada yang tidak jelas atau ragu-ragu lagi. Semuanya telah dijelaskan, apa yang
bisa mendekatkan ke surga dan apa yang bisa menjauhkan dari neraka.

Dari Shahabat Abu Dzarr Radhiallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat), dan tidaklah seekor burung yang
terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di udara melainkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah menerangkan ilmunya kepada kami.” Berkata Abu Dzarr radhiallahu anhu,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamtelah bersabda, ‘Tidaklah tertinggal sesuatu pun
yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan
semuanya kepada kalian.

Bahkan tata cara buang air saja dijelaskan dalam agama Islam dengan cukup rinci. Ini
menunjukkan bahwa hal-hal kecil saja diatur apalagi urusan yang besar. Bisa dilihat dari
kisah ketika seorang Yahudi ketika ia berkata kepada sahabat Salman Al-Farisi radhiallahu
‘anhu,

“Sungguh Nabi kalian- Shallallahu ‘alaihi wasallam- telah mengajari kalian tentang segala
hal sampai tata cara buang air”.

Maka Salman menjawab

“Benar, Sungguh kami dilarang menghadap kiblat saat buang air besar atau kecil, (kami
juga dilarang) cebok dengan menggunakan tangan kanan atau cebok kurang dari 3 batu,
atau cebok dengan kotoran hewan atau tulang”.

Perlu dijelaskan juga bahwa yang semua yang diatur urusan dunia-akhirat adalah
hukumnya. Bukan berbagai perkara dunia misalnya aturan lalu-lintas ada dalam syariat, tetapi
hukumnya ada, misalnya wajib mentaatinya dalam rangka taat kepada pemerintah/ waliyul
amri. Dan taat kepada pemerintah ada ajarannya dala islam.

Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“ Kalian lebih tahu urusan dunia kalian”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak bersabda,

“ Kalian lebih tahu hukum-hukum urusan dunia kalian” .

- Alam dan fase-fase yang dilewati manusia.


Allah menciptakan manusia, serta menjadikannya melewati fase-fase waktu, tempat
dan keadaan. Kemudian diakhiri dengan keabadian, baik itu abadi di syurga atau di
neraka. Inilah fase-fase perpindahan tsb:
dalam perut ibu, inilah fase awal yang dilewati seluruh manusia, tempat tinggal pertama
manusia selama kurang lebih 9 bulan, Allah I mengaturnya dalam kegelapan ini dengan
kekuasaan Nya, ilmu Nya dan hikmah Nya; apa-apa yang dibutuhkan dari makanan,
minuman dan tempat untuk berlindung. Pada fase ini tidak ada tugas dan beban kepada
manusia. Ada 2 hikmah dengan adanya fase ini, yaitu: menyempurnakan sendi-sendi dan
anggota badan dan keluar kealam dunia setelah sempurna penciptaan secara dhohir dan
bathin.
alam dunia, alam yang lebih luas lagi dari alam perut ibu, dan jangka waktu bertempat di
alam ini lebih panjang lagi dari alam perut ibu. Allah I mengatur dan menyediakan bagi
manusia apa-apa yang dibutuhkannya di alam dunia ini. Juga Allah memberikan kelebihan
berupa akal, pendengaran dan penglihatan, kemudian Allah mengutus rasul-rasul bagi
manusia, menurunkan kitab-kitab untuknya dan memerintahkannya supaya ta'at kepada
Allah, melarangnya bermaksiat kepada Allah, dijanjikan syurga bagi yang taat, dan siksaan
neraka bagi yang bermaksiat. Hikmah adanya alam dunia ini adalah : menyempurnakan
7
keimanan kepada Allah I, dan menyempurnakan amal-amal sholeh, yang merupakan
sebab dimasukkannya ke dalam syurga. Setelah itu berpindah lagi ke alam berikutnya.
alam barzah di dalam qubur, inilah tempat awal dari perkampungan akherat. Manusia
tinggal di alam ini sampai meninggalnya seluruh makhluq dan berdirinya hari qiamat.
Bertempat di alam ini lebih panjang lagi dibanding dengan alam dunia, kebahagiaan dan
kesengsaraan di alam ini juga lebih luas dan lebih sempurna dibanding dengan alam
dunia; tergantung amal-amalan kita ketika di alam dunia, (alam ini) bisa menjadi taman
dari taman-taman syurga atau menjadi lubang dari lubang-lubang neraka. Balasan sudah
dimulai dari alam ini, kemudian berpindah lagi dari alam ini ke alam abadi, baik syurga
atau neraka.
alam akherat, kehidupan di alam ini tidak terbatas, kenikmatan-kenikmatan yang
sempurna bagi orang-orang beriman, lengkap dan terpenuhi semua keinginan-keinginan
orang-orang beriman. Barangsiapa yang ketika di alam dunia menyempurnakan apa yang
dicintai oleh Allah I berupa keimanan, akhlaq dan amal-amal sholeh, maka di akerat ini
Allah sempurnakan pula baginya apa yang ia sukai dan harapkan, dari apa-apa yang
belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah
terbesit dalam hati manusia. Dan apabila ia datang tanpa membawa keimanan dan
amalan-amalan sholeh, maka baginya balasan neraka jahanam dan kekal di dalamnya,
sedangkan orang beriman tidak akan merasa puas ketika berpindah dari satu alam ke
alam yang lain hingga ia kekal di dalam syurga.
- Kesempurnaan nikmat hati
Allah I menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan, memulyakannya diatas
semua makhluk lainnya. Dan Allah menjadikan anggota-anggota tubuh manusia secara
sempurna, ketika ia tidak memperoleh kesempurnaan tsb, akan terjadi gangguan,
kekacauan, dan kesakitan. Maka dijadikan kesempurnaan mata itu dengan
penglihatannya, kesempurnaan telinga dengan pendengarannya, kesempurnaan lisan
dengan pembicaraannya, dan ketika hilang kesempurnaan kekuatan anggota badan tsb, ia
akan mengalami sakit dan cacat.
Begitu juga Allah I telah menjadikan kesempurnaan hati dan nikmat-nikmatnya,
kegembiraannya, ketenangannya, dalam mengenal Rabbnya. Mencintai Nya, senang dan
rindu kepada Nya, beramal dengan apa yang diridhoi Nya. Dan tetkala hilang
kesempurnaan hati ini, maka azab yang sangat dan kesengsaraan yang lebih-lebih
dibanding mata yang kehilangan penglihatannya, telinga yang kehilangan pendengarannya

C.Tuntutan Ajaran Agama Islam

1. ISLAM DALAM AQIDAH KITA

Yakni Aqidah Salimah Sahihah yang bertepatan sebagaimana yang dianjurkan oleh Al
Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Aqidah yang benar dan sah adalah menjadi syarat
pertama kepada pengakuan sesaorang yang telah menerima Islam sebagai agama yang
mengatur hidupnya. Kita hendaklah beriman dan mempercayai perkara-perkara yang diimani
dan dipercayai oleh para sahabat nabi SAW, generasai pertama Islam (as sabiquunal
awwaluun) yang telah terbukti kebajikan, ketaqwaan dan kefahaman mereka yang tepat dan
benar terhadap Islam.

Untuk menjadikan aqidah kita aqidah yang benar-benar diiktiraf sebagai aqidah
seorang muslim, perlulah kita meyakini bahawa pencipta alam sejagat ini ialah Allah Yang
Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan tidak memerlukan pertolongan orang lain. Kita perlu
meyakini bahawa Allah tidak menciptakan alam ini termasuk semua makhluk yang ada di
dalamnya tanpa sebarang tujuan tertentu ataupun untuk bermain-main. Kita juga perlulah
meyakini bahawa Allah telah mengutuskan para Rasul dan menurunkan kitabNya adalah
untuk tujuan mengajar manusia mengenal Allah dan memberitahu mereka tentang matlamat
kewujudan mereka didunia ini dan ke manakah akhirnya kehidupan mereka kelak. Kita perlu
meyakini bahawa matlamat kehidupan manusia didunia ini ialah untuk mengenal Allah SWT
dengan sifat-sifat uluhiah dan rububiahNya, taat dan mengabdikan diri kepadanya selaras
dengan apa yang di jelaskan dalam firman Allah yang bermaksud;

“ Dan aku (Allah SWT) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku”
Kita juga perlulah meyakini bahawa syurga adalah balasan dan ganjaran bagi mukmin
yang taat manakala siksaan yang pedeh dan azab api neraka adalah balasan bagi orang-orang
yang kafir. Kita juga perlu yakin bahawa penciptaan dan penggubalan undang-undang adalah
hak mutlak Allah SWT dan ini bererti kita sebagai manusia tidak boleh melewati dan
melanggar undang-undang Allah SWT atau dalam ertikata yang lain membuat dan
menggubal undang-undang yang berdasarkan akal fikiran kita sendiri.

Seterusnya kita hendaklah mengabdikan diri hanya kepada Allah dan tidak
mensyirikkanNya dengan sesuatu yang lain. Hendaklah kita merasa takut kepada Allah
semata-mata dan tidak takut kepada yang selain daripadaNya. Dan ketakutan kita kepada
Allah seharusnyalah menjadi pendorong untuk kita menjauhkan diri dari perkara-perkara
yang dimurkai dan diharamkan oleh Allah SWT. Kita juga mestilah sentiasa menginagati
Allah SWT dalam apa jua suasana dan mestilah mencintai Allah SWT lebih daripada
kecintaan terhadap perkara-perkara yang lain.

Firman Allah SWT; maksudnya;

“Katakanlah jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta


kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kuatiri kerugiaannya dan rumah-
rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan
RasulNya dan dari berjihad dijalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusanNya dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”(9:24)

Sebelum dan selepas kita melakukan sesuatu kita perlulah bertawakkal kepada Allah SWT
dan kita bertawakkal ini hendaklah dalam semua urusan dan perkara. Disamping itu
hendaklah kita banyak bersyukur terhadap nikmat kurniaan Allah SWT kepada kita dan
hendaklah kita sentiasa memohon ampon kepada Allah SWT dan bertaubat kepadaNya
kerana taubat itu merupakan kifarat bagi segala kesalahan disamping menjadi penenang hati
bagi mereka-mereka yang insaf dan sedar.Dan akhir sekali untuk kita memperolehi aqidah
yang benar perlulah kita sentiasa di dalam keadaan bermurakabah terhadap Allah SWT
(merasai bahawa Allah melihat, mendengar dan mengetahui apa yang kita lakukan) baik
dalam keadaan terang ataupun tersembunyi.

2. ISLAM DI DALAM IBADAH KITA.


Ibadah dalam Islam adalah merupakan kemuncak kepatuhan dan ketundukan
sesaorang hamba kepada Allah SWT dan kelaimik dari perasaan yang merasakan akan
kebesaran Allah sebagai tempat untuk mengabdikan diri. Ibadah juga merupakan tangga
penyambung diantara makhluk dan penciptanya. Selain daripada ibadah mempunyai kesan-
kesan yang mendalam disudut hubungan antara makhluk dan penciptanya.

Sesungguhnya Islam menuntut supaya seluruh kehidupan ini hendaklah berjalan di


dalam rangka ibadat dan taat hanya kepada Allah SWT. Inilah yang dimaksudkan dengan
firman Allah SWT;

“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
(51:56).

Oleh itu untuk menjadikan ibadah kita keseluruhannya di dalam rangka mengabdikan
diri kepada Allah maka perlulah kita berhubung terus dengan Allah SWT dalam apa jua
perkara yang hendak kita lakukan. Kita sentiasa menghubungkan hati kita dengan Allah SWT
sehingga dapat kita merasakan apa yang disebut sebagai ‘Ehsan’yakni kita melakukan ibadah
kepada Allah seolah-olah kita melihatNya dan kalau kita tidak melihatNya maka kita yakin
bahawa Allah melihat apa yang kita perbuat. Ibadah yang kita lakukan hendaklah benar-benar
khusyuk sehingga dapat kita merasakan kepanasan hubungan kita dengan Allah SWT dan
merasakan akan kepuasan dan kelazatan dari ibadah yang kita kerjakan itu.

Sewaktu kita melakukan ibadah hendaklah kita benar-benar menghadirkan diri dan
hati kita dihadapan Allah SWT. Maknanya kita perlulah membebaskan diri kita dari sebarang
urusan dan kepentingan dunia. Inilah yang disebut oleh nabi SAW dalam sepotong hadis
yang bermaksud ;

“ Allah tidak akan melihat solat lelaki yang tidak menghadirkan hatinya bersama badannya”

Sehubungan dengan ini telah disebutkan juga bahawa “Solat itu merupakan
sebahagian daripada urusan akhirat,apabila kamu masuk ke dalamnya bererti kamu telah
keluar dari dunia”.

Diriwayatkan juga bahwa Hasan Al-Basri pernah berkata,”Setiap solat yang dilakukan
tanpa kehadiran hati maka solat itu adalah lebih cepat membawa kepada siksaan”.
Dalam melakukan ibadah kita hendaklah merasa tamak yakni tidak cukup dengan apa
yang telah kita lakukan. Kita akan sentiasa berusaha untuk menghampirkan diri kepada Allah
SWT dengan melakukan ibadat-ibadat sunat seperti melakukan qiamul-lail ( bangun
sembahyang diwaktu malam ) dan sebagainya. Sesungguhnya qiamul-lail adalah merupakan
perkara yang paling kuat yang dapat memelihara iman kita. Firman Allah SWT dalam Surah
Al-Muzammil ayat 6 ; maksudnya;

“ Sesungguhnya bangun diwaktu malam adalah lebih tepat ( untuk khusyuk) dan bacaan
diwaktu itu adalah lebih berkesan”

Kita juga haruslah menentukan masa-masa tertentu untuk membaca dan mengamati
Al-Quran terutamanya diwaktu fajar kerana bacaan diwaktu itu adalah disaksikan oleh para
malaikat. Seterusnya apabila kita membaca Al-Quran hendaklah dengan penuh tadabbur
(penuh perhatian), kita berfikir untuk memahamkan isi kandungannya dan kalau boleh jiwa
kita hendaklah merasa sensitif disamping merasa dukacita kerana Rasulullah SAW pernah
bersabda yang bermaksud;

“Sesungguhnya Al-Quran itu di turunkan dengan dukacita, oleh itu apabila


kamu membacanya hendaklah kamu merasa dukacita”.

Selain daripada itu kita juga hendaklah tidak lupa berdoa kepada Allah SWT di dalam
apa jua urusan dan perkara yang hendak kita kerjakan kerana doa adalah otak bagi segala
ibadat. Dan dalam melakukan doa ini pula hendaklah kita memilih doa-doa yang maasur
yakni doa-doa yang telah diwariskan kepada kita oleh Rasulullah SAW yang kita yakini akan
dimakbulkan oleh Allah SWT sebagaimana firmanNya yang bermaksud;

“Mintalah padaKu, niscaya akan Ku perkenankan (permintaan)mu”.

3. ISLAM DISUDUT AKHLAK DAN KEPERIBADIAN.-

Akhlak yang mulia adalah merupakan matlamat asasi bagi risalah Islam. Ini telah
dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya yang bermaksud;

“ Sesungguhnya aku iutuskan hanyalah utuk menyempurnakan akhlak yang mulia”

Akhlak yang mulia juga merupakan natijah dan tanda dari iman yang sebenar. Tidak
ada nilai bagi iman yang tidak disertai oleh akhlak yang mulia. Pernah Rasulullah SAW
ditanya oleh seorang sahabat,”Apakah deen itu?”. Lantas baginda menjawab dengan
sabdanya,”(Deen itu) adalah akhlak yang baik”.

Akhlak juga merupakan amal yang paling berat yang akan diletakkan dalam neraca
hamba pada hari kiamat kelak. Maka sesiapa yang rosak akhlaknya dan buruk amalannya
tidak akan dipercepatkan hisabnya. Dalam Islam akhlak adalah merupakan intipati bagi
segala ibadat. Tanpa akhlak ibadat hanyalah merupakan adat resam dan gerak-laku yang tidak
mempunyai apa-apa nilai dan faedah. Berhubung dengan solat umpamanya, Allah telah
berfirman yang bermaksud;

“ Sesungguhnya solat itu mencegah daripada perkara jahat dan mungkar”. (29:45)

Daripada ayat ini dapatlah kita fahami bahawa sesaorang yang mendirikan solat sudah
tentulah tidak melakukan perkara-perkara fasad dan mungkar yang mana ini akan
meletakkannya sebagai seorang yang memiliki keperibadian Islam yang sebenar dan
berakhlak mulia. Tetapi sebaliknya kalau kita lihat pada realiti yang berlaku hari ini ada
sebahagian umat Islam yang mendirikan solat tetapi tidak mendapat apa-apa nilai dan faedah
disisi Allah sedikitpun kerana solat mereka bukan untuk melahirkan akhlak yang mulia serta
meninggalkan perkara-perkara yang mungkar sebaliknya solat mereka itu hanyalah sekadar
nak menutupi kederhakaan mereka terhadap Allah SWT daripada mata masyarakat.Jadi inilah
waki’(satu kenyataan) yang berlaku dalam kebanyakan masyarakat Islam pada hari ini yang
memerlukan kepada proses pembersihan dan pengislahan yang bukan sedikit.

Pembersihan dan pengislahan ini tidak akan terlaksana kecuali dengan mereka
kembali menghiaskan diri mereka dengan sifat-sifat ataupun Syaksiah Islam yang sebenarnya
bermula dengan menanggal dan menukarkan sifat dan akhlak yang tercela kepada sifat
dan akhlak yang terpuji dan mulia. Dan di antara sifat atau akhlak yang terpuji dan mulia itu
ialah bersifat wara’, sentiasa menundukkan pandangan dari perkara-perkara yang haram,
memelihara lidah dari berkata-kata tentang perkara-perkara yang tidak berfaedah dan
membawa kepada dosa, bersifat malu sekiranya tidak melaksanakan perintah Allah bukan
kepada manusia malah yang lebih utama untuk rasa malu ialah kepada Allah SWT,lemah-
lembut dan penyabar, bersifat benar,amanah dan jujur,tawaduk (merendah diri) terutamanya
kepada orang-orang yang beriman,menjauhi perbuatan buruk sangka,mengumpat dan
sebagainya, bersifat pemurah dan lain-lain lagi.

4.ISLAM DI DALAM AHLI DAN KELUARGA.


Apabila kita mengakui menganut agama Islam, pengakuan ini mewajibkan kita
mendukung satu risalah dalam hidup ini malah menjadikan seluruh hidup kita ini adalah
untuk tunduk dan patuh kepada arahan risalah tersebut.

Kalau tadi Islam menuntut ke atas kita supaya muslim disudut aqidah, ibadah dan
akhlak maka kali ini ianya menuntut pula agar kita bekerja bersungguh-sungguh untuk
merubah masyarakat di mana kita berada supaya menjadi masyarakat Islam ataupun mukmin
yang sebenarnya.

Tidaklah memadai dengan kita menjadi muslim seorang diri sahaja tanpa mengambil
berat tentang orang-orang yang ada disekeliling kita. Ini adalah kerana diantara kesan-kesan
yang ditiupkan oleh Islam dan diresapkannya ke dalam hati sesaorang yang telah beriman
ialah rasa mas’uliah (perasaan bertanggungjawab) terhadap orang lain yakni untuk menyeru
dan menasihati mereka agar kembali kepangkuan Allah SWT dengan menghayati ajaran
Islam yang syumul dan menyeluruh yang bersih daripada suasana campur-aduk. Ini bermakna
kita dikehendaki mengambil tahu akan realiti umat Islam yang ada disekeliling kita
disamping mengajak mereka untuk bersama-sama menterjemahkan ajaran Islam ini di dalam
realiti kehidupan. Rasulullah SAW telah bersabda yang bermaksud;

“Barang siapa yang tidur dan tidak mengambil tahuat aupun mengambil berat tentang
urusan orang-orang Islam,maka dia bukanlah golongan mereka (golongan orang-orang
Islam)”.

Bertolak dari keadaan ini bermakna kita telah mempunyai satu tanggungjawab yang
baru, iaitu tanggungjawab untuk menegakkan sebuah Masyarakat Islam dan tanggungjawab
untuk menyampaikan Islam kepada masyarakat.

Jadi langkah pertama kita ke arah itu ialah dengan kita membentuk rumahtangga kita
terlebih dahulu agar menjadi sebuah Rumahtangga Muslim. Kita bertanggungjawab untuk
menegakkan Islam ini terlebih dahulu di dalam masyarakat rumahtangga yakni keluarga kita
yang kecil itu. Kita sampaikan Islam kepada mereka, ibu-bapa kita adik-beradik, saudara-
saudara kita dan anak-isteri kita (bagi yang sudah berkahwin) yang mana inilah cara yang
telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW diperingkat permulaan dakwah.

Tugas dan tanggungjawab kita sebagai muslim tidaklah terhad hanya cukup sekadar
kita menjadi muslim tetapi ianya adalah lebih daripada itu. Maknanya di sini sesudah kita
menunaikan tanggungjawab terhadap diri kita maka kita bertanggungjawab pula
menyebarkan Islam ini di dalam keluarga, rumah dan anak-anak kita.

Firman Allah SWT dalam Surah At-Tahrim ayat 66 yang bermaksud;

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.

Untuk membantu usaha-usaha kita agar dapat memenuhi tuntutan Islam di dalam
rumahtangga dan keluarga maka Islam telah menunjukkan kepada kita wasilah ataupun jalan-
jalan yang insyaAllah akan menyampaikan kita kepada tuntutan tersebut.Diantaranya ialah
apabila kita hendak mendirikan rumahtangga maka hendaklah terlebih dahulu ianya di
niatkan kerana Allah SWT. Kita berkahwin bukan untuk berseronok-seronok tetapi dengan
tujuan untuk membina sebuah rumahtangga Muslim yang bakal melahirkan keturunan yang
soleh yang sanggup memikul amanah dan meneruskan risalah Islam yang telah ditinggalkan
kepada kita oleh Ar-Rasul Muhammad SAW.

Selain daripada itu kita berkahwin adalah dengan tujuan supaya dapat menjaga
pandangan dan kehormatan kita agar dengan itu membolehkan kita untuk lebih bertaqwa
kepada Allah SWT.Dalam hubungan ini Rasulullah SAW telah bersabda yang maksudnya;

“Allah SWT berhak menolong tiga golongan; orang yang berjihad pada jalan Allah SWT
hamba mukatab yang ingin membayar harga tebusannya dan orang-orang yang berkahwin
dengan tujuan. Untuk dapat memelihara kehormatan dirinya".

“ Siapa yang berkahwin bererti beliau telah menyempurnakan sebahagian dari agamanya dan
hendaklah beliau bertaqwa kepada Allah SWT pada sebahagian yang lain yang masih belum
dikumpulkan”.

Isteri ataupun bakal suami yang akan dijadikan rakan perkongsian hidup kita mestilah
yang mempunyai akhlak dan berpegang teguh dengan agama. Maknanya disini bakal isteri
ataupun suami yang hendak dikahwini mestilah yang mempunyai deen,sekalipun tidak
mempunyai harta dan kecantikan jika dibandingkan dengan yang lain. Dalam hal ini
Rasulullah SAW telah bersabda yang maksudnya;

“Janganlah kamu mengahwini perempuan karena kecantikannya. Boleh jadi kebantikan


mereka akan menjadikan mereka hina. Janganlah kamu menghwini perempuan karena harta
mereka mereka, karena boleh jadi harta mereka akan menjadikan mereka bersikap zalim,
tetapi kahwinilah mereka karena agamanya”.
Apabila kita telah mendirikan rumahtangga perkara utama yang perlu dijaga oleh
kedua suami-isteri ialah menjauhkan diri daripada perkara-perkara yang bercanggah dengan
syara’ serta berusaha menjauhi kemurkaan dan azab Allah SWT. Ini adalah kerana setelah
berumahtangga kita mempunyai satu tanggungjawab lain yakni tanggungjawab untuk
mendidik anak-anak sekirannya dikurnia oleh Allah SWT cahaya mata yang mana
tanggungjawab ini tentulah tidak akan dapat kita laksanakan dengan baik melainkan dengan
jalan kita menjauhkan diri dari perkara-perkara yang ditegah dan melaksanakan perkara-
perkara yang diperintahkan oleh Allah SWT.Apabila perkara ini dapat kita pelihara dengan
baik dan berjalan dalam suasana rumahtangga kita maka insyaAllah akan lahirlah di dalam
rumahtangga kita itu hubungan kasih sayang yang kerdasarkan aqidah serta persefahaman di
dalam pemikiran,jiwa dan perasaan.

Pada hakikatnya kejayaan di dalam perkahwinan kita adalah bergantung kepada


sejauhmana kita mampu memelihara perkara-perkara yang syara’,menghayati ajaran Islam
dalam ertikata yang menyeluruh serta menunaikan tanggungjawab di dalam rumahtangga
yang mana termasuklah di dalamnya tanggungjawab mendidik anak-anak dengan pendidikan
Islam yang sebenarnya. Anak-anak itu sebagaimana sabda Rasulullah SAW , dilahirkan
dalam keadaan fitrah(suci bersih). Jadi kitalah, kedua ibubapanya yang akan mencorakkan
anak tersebut samada dengan corak yang baik ataupun sebaliknya.

Apabila anak-anak mendapat tarbiah(didikan) yang baik maka insyaAllah dia akan
menjadi anak yang soleh, tetapi seandainya dia tidak diberikan tarbiah yang betul maka akan
berlakulah sebagaimana yang boleh kita lihat pada hari ini dimana anak-anak tidak
menghormati kedua ibubapanya malah ada yang apabila dewasa tidak langsung
menghiraukan kedua ibu-bapanya.

Oleh kerana itu Islam amat memandang berat terhadap aspek pendidikan anak-anak
dan amat berharap agar kedua ibu-bapa dapat menyediakan segala bentuk, sebab-sebab,
jalan-jalan dan juga suasana yang boleh membawa kepada keberkesanan tarbiah yang baik
terhadap anak-anak mereka. Perlulah dirasai bahawa kewajipan untuk mendidik anak-anak
ini sebenarnya adalah merupakan satu kewajipan yang amat besar nilainya disisi Allah SWT
jika ianya dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan rasa tanggungjawab. Sabda Rasulullah
SAW yang maksudnya;

“Mendidik anak-anak adalah lebih baik bagi sesaorang itu daripada bersedekah secupak”.
“Apabila seorang anak Adam itu meninggal maka terputus semua amalan-nya
kecuali tiga perkara;Sadakah Jariah, Ilmu Yang Memberi Manfaat dan Anak
Yang Soleh Yang Berdoa Untuk-Nya”.

5. SENTIASA BERJIHAD MELAWAN HAWANAFSU.

Setiap Muslim perlulah berusaha untuk membebaskan dirinya dari bertuhankan


hawanafsu kerana Allah telah mengingatkan kita di-dalam firman-Nya yang bermaksud;

“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan”.(Yusuf : 53)

“Dan janganlah kamu turuti hawanafsu kerana nanti ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah”. (Shad : 26)

Jadi jelaslah kepada kita bahawa menuruti atau bertuhankan hawanafsu adalah
penyebab kepada segala kejahatan yang akan menyesatkan manusia dari jalan yang haq.

Oleh yang demikian kita sebagai Muslim Mukmin hendaklah mengutamakan jihad
terhadap hawanafsu terlebih dahulu sebelum daripada berjihad terhadap perkara-perkara yang
lain. Sabda Rasulullah SAW; maksudnya;

“Seutama-utama jihad ialah jihad orang yang berjihad terhadap hawanafsu-nya


dalam mentaati Allah Azzawajalla”.

Jihad terhadap hawanafsu merupakan jalan yang paling baik untuk menghindarkan
sesaorang daripada melakukan kejahatan dan juga perkara-perkara yang ditegah oleh Allah
SWT. Namun demikian sebagai manusia kita juga tidak sunyi daripada melakukan dosa dan
kesalahan. Dan hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW di dalam sepotong hadis yang
bermaksud;

“Tiap-tiap anak Adam itu(manusia),akan melakukan kesalahan dan sebaik-baik


orang yang bersalah ialah mereka yang segera bertaubat kepada Allah SWT”.

Jadi orang-orang mukmin apabila dia melakukan kesalahan maka dia akan segera
bertaubat dan memohon ampon kepada Allah SWT. Mereka ingat kepada Allah SWT dan
menyedari akan hakikat bahawa hanya Allahlah sahaja yang dapat mengamponkan dosa dan
kesalahan mereka.Sikap mukmin yang demikian telahpun digambarkan di dalam Al-Quran;
Surah Ali-Imran :135, maksudnya;

“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka
sendiri,mereka ingat akan Allah SWT lalu memohon ampon terhadap dosa-dosa
mereka Dan siapakah lagi yang dapat mengamponkan dosa selain daripada Allah ? Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui”.

6. MEYAKINI AKAN KEBENARAN SISTEM ISLAM SELURUHNYA.

Setiap muslim perlulah mengetahui bahawa hanya Islamlah sahaja satu-satunya


sistem yang sesuai dengan fitrah kejadian manusia ciptaan Allah SWT ini. Allah yang
menjadikan manusia(kita semua) maka Dialah yang lebih mengetahui tentang sistem hidup
yang sesuai bagi kehidupan manusia. Firman Allah SWT di dalam surah Al-Mulk ayat 14
yang bermaksud;

“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui?, dan Dia Maha Halus lagi Maha
Mengetahui”.

7. WAJIB MENGHALAKAN SELURUH HIDUP UNTUK ISLAM.

Kita hendaklah bekerja kearah membina kehidupan Islam yang mana semua itu
adalah dalam rangka untuk kita mencapai matlamat hidup yang sebenar sebagaimana yang
dikehendaki oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang bermaksud;

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri kepadaKu”.

8. BERUSAHA MEMBENTUK JAMAAH DAN MEMBINA DAULAH

yang menjalankan syariat Allah dan menegakkan hukum-hukum Allah SWT.


Sebarang kecuaian kita di dalam usaha-usaha ini ataupun kita meninggalkan usaha-usaha ini
adalah dikira berdosa dan dimasukkan oleh Allah dalam golongan orang-orang yang kafir,
zalim dan fasiq. FirmanNya di dalam Al-Quran Surah Al-Maidah ayat 44,45 dan 47 yang
maksudnya secara ringkas berbunyi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fungsi islam sebagai jalan hidup yang membentuk suatu kepribadian yang harmonis agar
segala unsur pokok kehidupan dapat menentramkan jiwa dan mampu menghadapi masalah
dengan tenang, menolong dalam kesukaran yaitu orang yang beragama dapat
menghadapimasalah dengan optimis dan percaya diri bahwa Allah tidak akan memberikan
cobaan melebihi batas kemampuan umatnya, penentraman batin yaitu orang yang beriman
tidak akan merasa gelisah karena dia tahu semua hal yang dia miliki merupakan titipan Allah,
pengendali moral diajarkan untuk menghormati orang lain tanpa pamrih selain itu pelajaran
moral lainnya dari segi berpakaian bertutur.

B. Saran

Jangan pernah menganggap kegagalan dalam hidup adalah sebuah akhir perjalanan, tetapi
itu adalah wujud rahasia kesuksesan untuk lebih semangat maju ke depan. Tuhan takkan
pernah salah, beliau selalu bersama kita dan jangan pernah menyerah.
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Syamsul Rijal. 2017. Buku Pintar agama Islam. Jakarta: Bee Media Pustaka

As-Saakandari, Ibnu Athalia. 2017. Mutiara Al-Hikam. Yogyakarta: Semesta Hikmah

Muhammad,bin Ibrahim. (2007). Kesempurnaan Agama Islam. Jurnal Maktab Dakwah dan
Bimbingan Jaliyat Rabwah. 8

Abdullah, Syaikh. (2012). Kesempurnaan Agama Islam. Jurnal Islam House. 175

Ali, Abdullah dkk. 1994. Studi Islam I. Surakarta: PSIK-UMS

Anda mungkin juga menyukai