Anda di halaman 1dari 13

Makalah

“ Islam Rahmatan Lil ‘Alamin “

Tahun Ajaran 2020 / 2021


Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah dengan baik tanpa halangan. Karena jika
tanpa izinnya tentunya saya tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya, oleh karena itu segala macam
saran atau kritik yang membangun sangat diharapkan. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf sebesar-besarnya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung,
khususnya kepada Pak Nurwachid selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................ ii

BAB 1 : Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan........................................................................................................1

BAB 2 : Pembahasan

A. Pengertian Agama Islam............................................................................................2

B. Pengertian Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil ‘Alamin..........................................2

C. Islam Untuk Seluruh Manusia (Rahmatan Lil ‘Alamin).............................................5

D. Konsep Rahmatan Lil ‘Alamin..................................................................................5

E. Pengaruh Islam Rahmatan Lil ‘Alamin Bagi Umat Non Muslim...............................8

BAB 3 : Penutup

A. Kesimpulan................................................................................................................ 9

B. Saran..........................................................................................................................9

Daftar Pustaka..................................................................................................................10

ii
BAB 1 : Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Sejak penyebaran Islam yang paling awal keluar dari Arab, Islam telah menjadi
suatu agama dari berbagai suku, ras, dan kelompok masyarakat. Islam adalah suatu
agama dunia, dengan demikian pada umumnya kita dapat menemukan  di sebagian
besar tempat-tempat utama dan di antara masyarakat yang ada di dunia. Islam
merupakan suatu agama yang disebarkan, muslim diperintahkan untuk membawa
pesan Tuhan kepada semua orang di muka bumi ini dan untuk membuat kondisi dunia
menjadi lebih baik, tempat yang baik secara moral.

Islam adalah jalan hidup yang benar, jalan yang membawa keselamatan dunia
dan akhirat dan merupakan jalan satu-satunya yang harus ditempuh. Islam memiliki
ciri-ciri robbaniyah yaitu bahwa Islam bersumber dari Allah, bukan hasil pemikiran
manusia. Islam merupakan satu kesatuan yang padu yang terfokus pada ajaran tauhid,
Allah berikan kepada manusia agama yang sempurna. Islam mencakup seluruh aspek
kehidupan, tak satu aspek pun terlepas dari Islam karena ajaran yang bersifat integral
(lengkap) dan Islam tidak terbatas dalam waktu tertentu tetapi berlaku untuk
sepanjang masa dan di semua tempat.

Dalam Islam ditemui kaidah-kaidah umum yang mudah dipahami, sederhana


dan mudah dipraktekkan yang menjadi kemaslahatan umat manusia karena sumber
ajaran Islam adalah Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sehingga Islam menjadi agama
rahmatan lil’alamin.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Agama Islam?
2. Bagaimana Pengertian Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil ‘Alamin?
3. Bagaimana Islam untuk seluruh manusia (Rahmatan Lil ‘Alamin)?
4. Bagaimana konsep Rahmatan Lil ‘Alamin?
5. Bagaimana Pengaruh Rahmatan Lil ‘Alamin Bagi Non Muslim?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya Agama Islam.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Rahmatan Lil ‘Alamin.
3. Untuk memahami bagaimana konsep dan pengaruh Rahmatan Lil ‘Alamin
bagi umat Non Muslim.

1
BAB 1 : Pembahasan

D. Pengertian Agama Islam


Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama
Islam, yaitu dari sisi etimologi dan dari sisi terminologi. Kedua sisi pengertian
tentang Islam ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Islam berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk
aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.

Dalam khazanah bahasa Indonesia, kata berislam yang merupakan


terjemahan dari kata aslama terdengar asing ketimbang kata beriman, terjemahan
dari kata amana, padahal keduanya banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. Kata
aslama atau berislam mengandung makna sikap berserah diri pada Tuhan sang
Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Karena sebuah sikap, pilihan seseorang
untuk berislam itu pada urutannya merupakan sesuatu yang immanent, sebuah
pilihan hidup yang menyatu dengan kepribadian, bukan sebuah ideologi atau
ajaran yang berada di luar diri.

Makna ajarannya yang membawa pada keselamatan itu terlihat dari


karakteristik ajarannya antara lain:

Sesuai dengan fitrah dan kebutuhan, ajarannya sempurna (QS. Al-Maidah:3),


kebenarannya mutlak (QS. Al-Baqarah:147), mengajarkan keseimbangan dalam
berbagai aspek kehidupan (QS. Al-Qashas:286), berlaku secara universal (QS. Al-
Ahzab:40), serta menciptakan rahmat bagi seluruh alam (QS. Al-Anbiya ayat 107).

E. Pengertian Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil ‘Alamin


Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi
seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi manusia. Sesuai
dengan firman Allah SWT., dalam Q.s. al-Anbiya ayat 107 yang disebutkan diatas.

Islam melarang manusia berlaku sewenang-wenang terhadap makhluk


Allah, lihat saja sabda Rasulullah sebagaimana yang terdapat dalam Hadits riwayat
Imam Hakim yang artinya: “Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh
burung atau hewan lainnya yang lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta
pertanggungjawaban kepadanya”.

2
Burung tersebut mempunyai hak untuk disembelih dan dimakan, bukan
dibunuh dan dilempar. Begitu Indah agama Islam, dengan hewan saja tidak boleh
sewenang-wenang, apalagi dengan manusia. Apabila manusia memahami dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam, dunia ini akan damai dan indah.

Ummat Islam tentu meyakini misi rahmatan lil ‘alamin, sebab istilah


tersebut telah dinyatakan oleh Allah didalam al-Quran. Rahmatan lil ‘alamin
secara tegas dikaitkan dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Artinya, Allah
tidak menjadikan Nabi Muhammad SAW. sebagai rasul, kecuali karena kerasulan
beliau menjadi rahmat bagi semesta alam. Karena rahmat yang diberikan Allah
kepada semesta alam ini dikaitkan dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW.,
maka umat manusia dalam menerima bagian dari rahmat tersebut berbeda-beda.
Ada yang menerima rahmat tersebut dengan sempurna, ada pula yang menerima
rahmat tersebut dengan tidak sempurna.

Ibnu Abbas r.a, sahabat Rasulullah, pakar dalam ilmu tafsir menyatakan
“Orang yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW., maka akan memperoleh
rahmat Allah dengan sempurna di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang yang
tidak beriman kepada Nabi Muhammad SAW., maka tidak akan diselamatkan dari
adzab yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu ketika masih di dunia seperti
diubah menjadi hewan atau dilemparkan batu dari langit”. Demikian penafsiran
yang dinilai paling kuat oleh Hafizh Jalaluddin  Al Suyuthi dalam tafsirnya, al
Durr al Mantsur.

Penafsiran diatas diperkuat dengan hadits shahih yang menegaskan bahwa


rahmatan lil ‘alamin telah menjadi karakteristik Nabi Muhammad SAW. dalam
dakwahnya. Ketika sebagian sahabat mengusulkan kepada beliau, agar mendoakan
keburukan bagi orang-orang musyrik, Rasulullah menjawab: “Aku diutus
bukanlah sebagai pembawa kutukan, tetapi aku diutus sebagai pembawa rahmat”.
(H.R. Muslim).

Dalam kitab-kitab tafsir, tidak ditemukan keterkaitan makna rahmatan lil


‘alamin dengan sikap toleransi yang berlebih-lebihan dengan komunitas non-
muslim. Ini berangkat dari kenyataan bahwa rahmatan lil ‘alamin sangat erat
kaitannya dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW, yakni penyampaian ajaran
Islam kepada umatnya.

3
Maka seorang Muslim dalam menghayati dan menerapkan pesan Islam
rahmatan lil ‘alamin tidak boleh menghilangkan misi dakwah yang dibawa oleh Islma
itu sendiri. Misalnya, memberikan khotbah dalam acara kebaktian agama lain,
menjaga keamanan tempat ibadah agama lain dan acara ritual agama lain, atau do’a
bersama lintas agama dengan dalih “Islam rahmatan lil ‘alamin”. Kegiatan-kegiatan
semacam itu justru mengaburkan makna rahmatan lil ‘alamin yang berkaitan erat
dengan misi dakwah Islam.

Sebagaimana dimaklumi, selain sebagai rhmatan lil ‘alamin, Rasulullah diutus


juga sebagai basyiiran wa nadziiran lil ‘alamin yang artinya pembawa kabar gembira
dan pemberi peringatan kepada seluruh alam. Seperti firman Allah dalam Q.s. Saba’
ayat 28 yang artinya “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagia pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan (basyiiran wa nadziiran), tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.

Sebagai pengejawantahan dari ayat-ayat tersebut, seorang Muslim dalam


interaksinya dengan orang lain, selain harus menerapkan watak rahmatan lil ‘alamin,
juga bertanggung jawab menyebarkan misi basyiiran wa nadziiran lil ‘alamin.

Islam tidaklah melarang umatnya berinteraksi dengan komunitas agama lain.


Rahmat Allah yang diberikan melalui Islam, tidak mungkin dapat disampaikan
kepada umat lain, jika komunikasi dengan mereka tidak berjalan baik. Karena itu,
para ulama fuqaha dari berbagai madzhab membolehkan seorang Muslim memberikan
sedekah  sunnah kepada non-Muslim yang bukan kafir harbi. Demikian pula
sebaliknya, seorang Muslim diperbolehkan menerima bantuan dan hadiah yang
diberikan oleh non-Muslim. Para ulama fuqaha juga mewajibkan seorang Muslim
memberi mafkah kepada isteri, dan orang tua dan anak-anak yang non-Muslim.

Mayoritas ulama fuqaha tidak memperbolehkan seorang Muslim menjadi


pekerja tempat ibadah agama lain, seperti menjadi tukang kayu, pekerja bangunan dan
lain sebagainya. Karena hal itu termasuk menolong orang lain dalam hal kemaksiatan,
ciri khas dan syiar agama mereka yang salah dalam pandangan Islam.

‫إن هللا شديدالعقاب‬  ‫ واتقواهللا‬.‫البروالتقوى والتعاونواعلى االم والعقدوان‬  ‫وتعاونواعلى‬


“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya”. (Q.s. al-Maidah : 2).

4
F. Islam Untuk Seluruh Manusia (Rahmatan Lil ‘Alamin)
Kata Islam punya dua makna. Pertama, nash (teks) wahyu yang
menjelaskan din (agama). Kedua, Islam merujuk pada amal manusia, yaitu
keimanan dan ketundukan manusia kepada nash (teks) wahyu yang berisi ajaran
din (agama) Allah.Berdasarkan makna pertama, Islam yang dibawa satu rasul
berbeda dengan Islam yang dibawa rasul lainnya, dalam hal keluasan dan
keuniversalannya.

Islam yang dibawa Nabi Muhammad lebih luas lagi daripada yang dibawa
oleh nabi-nabi sebelumnya. Apalagi nabi-nabi sebelumnya diutus hanya untuk
kaumnya sendiri. Nabi Muhammad diutus untuk seluruh umat manusia. Oleh
karena itu, Islam yang dibawanya lebih luas dan menyeluruh. Tak heran jika Al-
Quran bisa menjelaskan dan menunjukkan tentang segala sesuatu kepada manusia.
Firman Allah:

‫ث فِي‬ ُ ‫َويَوْ َم نَ ْب َع‬


‫ُكلِّ أُ َّم ٍة َش ِهيدًا‬
‫َعلَ ْي ِهم ِّم ْن‬

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”(Q. S. An-
Nahl: 89).

G. Konsep Rahmatan Lil ‘Alamin

Agama islam memang benar agama rahmatan lil’alamin. Namun banyak


orang yang salah kaprah dalam menafsirkannya. Sehingga banyak kesalahan
dalam memahami praktek beragama bahkan dalam hal yang fundamental yaitu
akidah. Pernyataan bahwa islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin
sebenarnya kesimpulan dari firman Allah Ta’ala, “Kami tidak mengutus engkau
(wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta”.

5
Tugas Nabi Muhammad adalah membawa rahmat bagi sekalian alam, maka
itu pulalah risalah agama yang dibawanya. Tegasnya, risalah Islam ialah
mendatangkan rahmat buat seluruh alam. Lawan daripada rahmat ialah bencan dan
malapetaka. Maka jika dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang menggunakan
kata peniadaan, kita lau mendapat pengertian baru tapi lebih tegas bahwa islam itu
“bukan bencana alam”.

Dengan demikian kehadiran Islam di alam ini bukan untuk bencana dan
malapetaka, tetapi untuk keselamatan, untuk kesejahteraan, dan untuk kebahagiaan
manusia lahir dan batin, baik secara perseorangn maupun secara bersama-sama
dalam masyarakat. Islam itu ibarat Ratu Adil yang menjadi tumpuan harapan
manusia. Ia harus mengangkat manusia dari kehinaan menjadi mulia, menunjuki
manusia yang tersesat jalan. Membebaskan manusia dari semua macam
kezhaliman, melepaskan manusia dari rantai perbudakan, memerdekakan manusia
dari kemiskinan rohani dan materi, dan sebagainya.

Tugas Islam memberikan dunia hari depan yang cerah dan penuh harapan.
Manusia akhirnya merasakan nikmat dan bahagia karena Islam. Kebenaran risalah
Islam sebagai rahmat bagi manusia, terletak pada kesempurnaan Islam itu sendiri.
Islam adalah dalam satu kesatuan ajaran, ajaran yang satu dengan yang lainnya
mempunyai nisbat dan hubungan yang saling berkait. Maka Islam dapat kita lihat
serempak dalam tiga segi yaitu aqidah, syari’ah dan nizam.

Dalam satu tinjuan, Islam adalah suatu aqidah atau keyakinan. Mulai
daripada Islam itu sendiri secara totalitas adalah suatu keyakinan, bahwa nilai-nilai
yang diajarkan kebenarannya mutlak karena bersumber dari yang Maha Mutlak.

6
Maka segala yang diperintahkannya dan diizinkannya adalah suatu yang
haq “Dan carilah karunia yang Allah berikan kepadamu untuk keselamtan bagi
negri akhirat, tapi janganlah engkau lupakan masalahmu di dunia. Dan
ciptakanlah kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, janganlah
engkau berbuat kerusuhan di bmi, karena sesungguhnya Allah tidak senang bagi
orang-orang yang berbuat rusuh”. Yang menjadi tantangan besar umat Islam
masa kini adalah Islam belum lagi terwujud risalahnya, ia belum lagi menjadi
rahmat bagi manusia. Karenanya kita harus mengadakan koreksi total terhadap
cara-cara hidup kita, baik dalam bidang ubudiyah maupun dalam bidang
mu’amalah.      

Umat Islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi sebagai pengendali.


Tidak pula boleh menjadi gerobak yang ditarik ke mana-mana, tetapi sebagai
lokomotip yang menarik dan bertenaga besar. Islam tidak condong ke Barat dan
tidak pula miring ke Timur, tapi Islam tampil ke tengah-tengah mengajak seluruh
benua, ras dan bangsa untuk berkiblat kepadanya. Islamlah yang harus memimpin
jalannya sejarah menuju kepada hidup dan kehidupan yang bahagia (hayatun
thayyibatun) dalam rangka masyarakat yang sejahtera dan bahagia di bawah
naungan ampunan Allah (baldatun thayyibatun wa rabbun ghofuur). Betapa tinggi
fungsi umat Islam di tengah-tengah kancah kehidupan manusia Allah berfirman:

“Kamu adalah umat yang paling baik, yang ditempatkan ke tengah-tengah


manusia, untuk memimpin kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan
percaya penuh kepada Allah”.

7
H. Pengaruh Islam Rahmatan Lil ‘Alamin Bagi Umat Non Muslim
Dalam memperlakukan non muslim (Ahli Dzimmah) mereka mendapatkan
hak seperti yang didapatkan oleh kaum Muslimin, kecuali pada perkara-perkara
yang terbatas dan perkecualian.

Sebagaimana halnya juga mereka dikenakan kewajiban seperti yang


dikenakan terhadap kaum Muslimin. Kecuali pada apa-apa yang diperkecualikan.
Ialah hak memperoleh perindungan yaitu melindungi mereka dari segala
permusuhan eksternal. Ijma’ Ulama umat Islam terjadi dalam hal ini seperti yang
diriwayatkan Abu Daud dan Al-Baihaqi “Siapa-siapa yang menzhalimi kafir
mu’ahad atau mengurangi haknya, atau membebaninya di luar kesanggupannya,
atau mengambil sesuatu daripadanya tanpa kerelaannya, maka akulah yang
menjadi seterunya pada hari Kiamat” (HR. Abu Daud dan Al-Baihaqi).

Kemudian melindungi darah dan badan mereka, melindungi harta mereka,


menjaga kehormatan mereka, memberikan jaminan sosial ketika dalam keadaan
lemah, kebebasan beragama, kebebasan bekerja, berusaha dan menjadi pejabat,
inilah beberapa contoh dan saksi-saksi yang dicatat sejarah mengenai sikap kaum
Muslimin dan pengaruhnya terhadap Ahli Dzimmah.

8
BAB 2 : Penutup
A. Kesimpulan
Agama adalah sebuah koleksi terorganisisr dari kepercayaan, sistem budaya
dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari
kehidupan. Agama, (yakni agama Islam) yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw
ialah apa yang diturunkan Allah di dalam al-Quran dan yang tersebut dalam
Sunnah Sahihah berupa perintah-perintah, dan larangan-larangan serta petunjuk
untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat. (Himpunan Putusan Tarjih).

Rahmatan lil ‘alamin adalah istilah qurani dan istilah itu sudah terdapat
dalam al Quran, yaitu sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al Anbiya ayat 107.
Ayat tersebut menegaskan bahwa Islam dilakukan secara benar, dengan sendirinya
akan mendatangkan rahmat untuk seluruh makhluk. Begitu halnya dalam tataran
ritual yang memang sudah ditentukan operasionalnya dalam al Quran dan Hadits.
Namun, dalam konteks sosial, Islam sesungguhnya hanya berbicara mengenai
ketentuan-ketentuan dasar atau pilar-pilarnya yang penerjemahan operasionalnya
secara detail dan komprehensif tergantung pada kesepakatan dan pemahaman
masing-masing komunitas, yang tentu memiliki keunikan berdasarkan
keberagaman lokalitas nilai dan sejarah yang dimiliknya.

B. Saran
Kita selaku civitas akademika, seharusnya mendalami materi Islam sebagai
agama rahmatan lil ‘alamin ini, agar kita bisa langsung mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari dan bisa menjadi contoh untuk yang lainnya. Dimana dimata
masyarakat kita telah dicap sebagai orang yang berpendidikan, yang bakal menjadi
panutan. Dengan ilmu ini, kita bisa memberikan contoh untuk lebih menghargai
kepada makhluk-makhluk Allah yang lain, misalnya tidak berbuat kasar terhadap
hewan, tidak merusak alam, tidak menyakiti teman, dan lain sebagainya.

9
Daftar Pustaka

https://www.kompasiana.com/sabdullah/5b17e98af133440c177540a2/memahami-makna-
rahmatan-lil-alamin

https://www.academia.edu/6194297/MAKALAH_ISLAM_SEBAGAI_RAHMATAN_LI
LALAMIN

https://fitk.uin-malang.ac.id/sites/default/files/materi/Materi%20Kuliah%20Tamu
%20PAI%202016_.pdf

http://ucisucisukmawati.blogspot.com/2016/04/contoh-makalah-rahmatan-lil-alamin.html

http://ltfzkr.blogspot.com/

10

Anda mungkin juga menyukai