Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA ISLAM

“ISLAM SEABAGAI RAHMATAN LIL’ALAMIN”

SEMESTER I

KELOMPOK 2 :

1. Chalida Aprilliya (151911913092)

2. Ihdah Nabilah Wanda Afika (151911913112)

3. Riesca Santi Kurnia Ayu (151911913121)

4. Eka Fitria Wahyu Ningsih (151911913150)

5. Ouvin Qur’aini (151911913208)

DOSEN :

Zaky Basalamah, SE.,Msi.,Dr

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI UNAIR
KAMPUS LAMONGAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah agama dengan judul “ islam sebagai agama
rahmatan lil’alamin”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen agama
islam kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Lamongan , 1 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................

1.3 Tujuan .................................................................................................

1.4 Manfaat................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agama Rahmatan lil Alamin.............................................

2.2 Konsep Agama Rahmatan lil Alamin.................................................

2.3 Karakteristik Agama Rahmatan lil Alamin........................................

2.4 Pengaruh Rahmatan lil’Alamin bagi umat nonilslam……………....

2.5 Pengaplikasian Rahmatan lil Alamin dalam masyarakat…………..

BAB III PENUTUP

5.1 Kesimpulan.........................................................................................

5.2 Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di dalam dunia islam, islam dimulai dengan penurunan wahyu kepada nabi muhammad
pada 610 m, ketika beliau berusia 40 tahun. nabi muhammad pergi setiap tahun ke atas
pegunungan di mekkah. selama salah satu dari tahap pengasingan diri, ketika berusia 40
tahun, pada bulan ramadhan, malaikat jibril mengunjungi beliau dan menyampaikan wahyu
pertama dari allah. nabi muhammad menjaga misinya dan tetap menerima wahyu serta
memahami bahwa wahyu-wahyu itu menjadi bagian dari kitab suci dan bahwa ia telah dipilih
allah sebagai nabi.
sejak penyebaran islam yang paling awal keluar dari arab, islam telah menjadi suatu agama
dari berbagai suku, ras, dan kelompok masyarakat.
islam adalah suatu agama yang datang dari allah swt, dengan demikian pada umumnya kita
dapat menemukan islam di sebagian besar tempat-tempat utama dan di antara masyarakat
yang ada di dunia. islam merupakan suatu agama yang disebarkan, muslim diperintahkan
untuk membawa pesan tuhan kepada semua orang di muka bumi ini dan untuk membuat
kondisi dunia menjadi lebih baik, tempat yang baik secara moral.
islam adalah jalan hidup yang benar, jalan yang membawa keselamatan dunia dan akhirat dan
islam merupakan jalan satu-satunya yang harus ditempuh. islam memiliki ciri-ciri robbaniyah
yaitu bahwa islam bersumber dari allah, islam merupakan satu kesatuan yang padu yang
terfokus pada ajaran yang dibawah oleh nabi-nabi terdahulu hingga sampai pada nabi
muhammad, allah berikan kepada manusia agama yang sempurna. islam mencakup seluruh
aspek kehidupan, tak satu aspek pun terlepas dari islam karena islam adalah ajaran yang
bersifat lengkap dan islam tidak terbatas dalam waktu tertentu tetapi berlaku untuk sepanjang
masa. Dalam islam ditemui kaidah-kaidah umum yang mudah dipahami, sederhana dan
mudah dipraktekkan yang menjadi kemaslahatan umat manusia karena sumber ajaran islam
adalah al-quran, hadits sehingga islam menjadi agama rahmatan lil’alamin.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa pengertian dari islam menjadi agama rahmatan lil’alamin ?
1.2.2 Bagaimana konsep rahmatan li’alamin ?
1.2.3 Bagaimana karakteristik rahmatan lil’alamin?
1.2.4 Bagaimana pengaruh rahmatan lil’alamin bagi nonmuslim?
1.2.5 Bagaimana pengaplikasian rahmatan lil’alamin dalam bermasyarakat ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 untuk mengetahui maksud dari islam sebagai rahmatan lil’alamin.
1.3.2 Untuk mengetahui konsep dari rahmatan lil’alamin.
1.3.3 Untuk mengetahui karakterstik rahmatan lil’alamin.
1.3.4 Untuk mengetahui pengaruh rahmatan lil’alamin bagi non muslim.
1.3.5 Untuk mengetahui pengaplikasian rahmatan lil’alamin dalam bermasyarakat.

1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi pembaca : Agar pembaca memahami makna dari islam sebagai agama rahmatan
lil’alamin.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RAHMATAN LIL’ALAMIN

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang
membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan,
tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat al-
Anbiya ayat 107 yang bunyinya, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Islam melarang manusia berlaku semena-mena
terhadap makhluk Allah, lihat saja sabda Rasulullah sebagaimana yang terdapat dalam Hadis
riwayat al-Imam al-Hakim, “Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh burung, atau
hewan lain yang lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban
kepadanya”. Burung tersebut mempunyai hak untuk disembelih dan dimakan, bukan dibunuh
dan dilempar. Sungguh begitu indahnya Islam itu bukan? Dengan hewan saja tidak boleh
sewenang-wenang, apalagi dengan manusia. Bayangkan jika manusia memahami dan
mengamalkan ajaran-ajaran islam, maka akan sungguh indah dan damainya dunia ini.

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, sekali lagi, terbanyak
di dunia. Maka melihat keterangan di atas, seharusnya Indonesia menjadi negara yang indah,
damai, dan beradab. Tapi lihat saja kenyataannya, kita tidak bisa menutup mata dan telinga
dengan pemberitaan sehari-hari yang mengabarkan tentang kisah-kisah menyedihkan dan tak
beradab. Mulai dari anak-anak yang melakukan pencabulan, berjudi, menghisab sabu.
Remaja tawuran antar sekolah, kumpul kebo, menjadi pengedar, minum-minuman keras.
Orang tua yang mencabuli anaknya sendiri, membunuh anggota keluarga sendiri, membunuh
karena masalah sepele, bunuh diri, mutilasi, dan sebagainya. Sampai kepada pejabat kita yang
melakukan tindak asusila, dan korupsi besar-besaran. Hampir setiap hari kejadian semacam
ini keluar di pemberitaan. Sebenarnya apa yang terjadi? Di mana moral mereka? Bukankah
sebagian besar dari mereka adalah muslim? Bukankah orang muslim seharusnya menjadi
rahmatan lil ‘alamin?

Jika dikatakan tidak berpendidikan sepertinya tidak juga. Saya yakin kebanyakan dari mereka
telah mengenyam pendidikan dasar, bahkan tidak sedikit yang sudah sarjana bahkan lebih.
Lantas mengapa moral mereka bisa sebegitu hancurnya? Jawabannya adalah tidak memahami
dan menjalankan ajaran islam secara kaffah. Jika mereka tahu bahwa membunuh binatang
semena-mena saja dilarang oleh islam, mana mungkin sampai berani membunuh sesama
manusia, apalagi sesama muslim. Jika mereka tahu bahwa islam melarang untuk mencuri dan
menipu dan mereka menjalankan larangan itu, mana mungkin mereka berani melakukan
korupsi. Abdullah bin Umar ‫ رضي هللا عنه‬mengatakan bahwa Nabi ‫ صلی هللا عليه وسلم‬bersabda,
“Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan
tangannya; dan orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang
dilarang oleh Allah.” Sudah sangat jelas bagaimana islam menjelaskan bagaimana ciri orang
islam sesungguhnya.

Jika ingin merasakan Indonesia yang damai sejahtera, maka yang harus dibenahi adalah
moral bangsanya, bukan sekedar pendidikan belaka. Dan pendidikan moral yang
sesungguhnya, yang komplit, dan yang diperintahkan oleh pencipta manusia adalah Islam.
Setiap muslim wajib untuk belajar tentang agamanya. Dengan begitu kita akan mampu
menjadi khalifah sesungguhnya di bumi sesuai tujuan diciptakannya kita, yaitu menjadi
rahmat bagi semesta alam. Sudah semangatkah kita untuk belajar dan mengamalkan islam?
Atau kita malah lebih semangat untuk mempelajari dan mengikuti budaya Jepang atau
budaya Barat dari Islam? Seberapa banyak buku Islam yang telah kita baca? Mana banyaknya
dengan buku-buku selain itu

2.2 KONSEP RAHMATAN LI’ALAMIN

Terminologi Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin dalam diskursus keislaman di
Indonesia muncul di akhir dekade 1990-an. Para ilmuan muslim memandang bahwa konsep
rahmatan lil ‘alamin merupakan implementasi nilai-nilai Islam secara nyata dalam kehidupan
masyarakat. Islam berarti tunduk,patuh dan berserah diri kepada Allah SWT agar tercapai
keselamatan dan kedamian di muka bumi. Konsep Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin
tertuang dalam firman Allah SWT :

َ‫س ْلنَاكَ إِ اَّل َرحْ َمةً ِل ْلعَالَ ِمين‬


َ ‫َو َما أ َ ْر‬

Artinya : “Tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam” (Qs. Al Anbiya : 107).

Terkait terminologi rahmat dalam ayat tersebut di atas, Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya
Al Misbah yang menyatakan bahwa kata rahmat meliputi empat hal. Pertama, rasul/utusan
Allah SWT yakni Muhammad SAW. Kedua, yang mengutus rasul yakni Allah
SWT. Ketiga, yang diutus kepada mereka (al ‘alamin). Keempat, risalah yang dibawamya.
Keempat hal tersebut merupakan rahmat yang sangat besar bagi kehidupan masnusia dan
alam semesta. Dengan demikian berarti Islam menjadi rahmat untuk seluruh alam bukan
hanya rahmat bagi manusia tetapi rahmat untuk semua. Konsep Islam sebagai arahmatan lil
‘alamin bermakna Islam yang mengandung ajaran mulia penuh rahmat.
Islam sebagai rahmat bagi semua, juga disampaikan oleh Kuntowijoyo dalam bukunya
“Paradigma Islam” yang menyatakan bahwa Islam merupakan humanisme teosentrik yang
berarti seperangkat nilai keberagamaan yang sangat mementingkan manusia sebagai tujuan
sentralnya. Nilai dasar Islam memang mumasatkan dirinya pada keimanan kepada Tuhan,
tetapi sesungguhnya ia berusaha mengarahkan perjuanganya untuk kemuliaan peradaban
manusia. Islam mengenal trilogi “Iman+ilmu+amal”. Iman harus berujung pada amal (aksi),
artinya keyakinan kita akan ke-Esaan Allah (Tauhid) harus diaktualisasikan secara
nyata dalam kehidupan. Pusat keimanan Islam memang kepada Tuhan tetapi ujung
aktualisasinya adalah manusia.

Islam menjadikan tauhid sebagai pusat dari semua orientasi nilai, sekaligus memposisikan
manusia sebagai tujuan dari transformasi nilai itu. Manusia yang bukan hanya muslim tetapi
juga non muslim, bukan hanya suku tertentu, bangsa tertentu saja tetapi semua manusia di
muka bumi ini. Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin telah ditunjukkan oleh rasulullah SAW
dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, RA. Diceritakan bahwa
pernah dikatakan kepada nabi SAW, “Wahai Rasulullah, berdoalah untuk mengutuk kaum
Musyrikin, namun rasulullah SAW berkata :

ْ ‫ِإنِِّي لَ ْم أ ُ ْب َع‬
‫ َو ِإنا َما ب ُِعثْتُ َرحْ َمة‬،‫ث لَعاانًا‬

Artinya : “Saya tidak dikirim sebagai kutukan, melainkan sebagai rahmat.” (HR. Muslim).

Hadits tersebut di atas menjelaskan bahwa misi protetik rasulullah SAW adalah membawa
kedamaian, ketentraman, dan tidak saling menyalahkan terlebih mendoakan kejelekkan
kepada orang yang berbeda, meskipun berbeda agama. Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin
memiliki beberapa nilai dasar yakni :

1. Al Huriyah

Setiap individu bebas menentukan pilihan hidupnya tidak terkecuali bebas memilih
agamanya. Pemaksaan dalam kehidupan beragana sering menimbulkan ketersinggungan dan
ketegangan. Islam menjamin adanya hak beragama sebagaimana hak untuk tidak beriman.
Allah SWT. berfirman :

َ ‫ض ُكلُّ ُه ْم َج ِميعًا ۚ أَفَأ َ ْنتَ ت ُ ْك ِرهُ النا‬


َ‫اس َحتا ٰى يَ ُكونُوا ُمؤْ ِم ِنين‬ ِ ‫َولَ ْو شَا َء َربُّكَ ََل َمنَ َم ْن فِي ْاْل َ ْر‬

artinya : “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka
bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya ?” (Qs. Yunus : 99).

Ayat ini jelas menyebutkan bahwa dalam memeluk sebuah agama itu tidak boleh ada
paksaan. Terdapat nilai tinggi dalam ayat itu, yaitu kebebasan / Al huriyah memeluk agama,
memuliakan, menghargai kehendak, pemikiran dan perasaan serta membiarkan mengurus
urusanya sendiri dan menanggung segala perbuatanya. Prinsip kebebasan merupakan ciri
manusia yang paling spesifik dan asasi. Sebab Islam mengutamakan kebebasan dan
melindungi hak sebagai manusia.

2. Tasammuh

Secara bahasa kata tasammuh berasal dari bahasa arab yakni tasammuha-yatasammahu-
tasammuhan, yang berarti saling menghargai, menghormati, dan toleransi. Sebagai konsep
ajaran Islam, sikap tasammuh hadir sebagai bukti adanya pengakuan Islam terhadap hak-hak
asasi masing-masing individu manusia. sikap tasammuh juga sering diartikan dengan sikap
toleransi.Toleransi dalam perspektif komunikasi antar manusia adalah sikap tolong-
menolong, saling menghargai, menyayangi, saling percaya tidak saling curiga atau lebih
kepada sikap saling menghargai hak-hak sebagai manusia, anggota masyarakat sebagai
manusia. Sikap tasammuh sangat diperlukan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Keragaman dan perbedaan pendapat dalam segala aspek kehidupan merupakan fenomena
yang lahir dari konsekekuensi hidup. Tasammuh hanya dilakukan pada wilayah sosial
kemasyarakatan bukan pada wilayah teologi, akidah dan ibadah . Sikap tasammuh atau
toleran juga berarti sikap lemah lembut. Sikap yang mutlak harus dimiliki bagi setiap muslim
untuk menghindari sikap egoisme, fanatisme kelompok dan golongan. Allah SWT berfirman
:

ۖ ‫ْف َع ْن ُه ْم َوا ْستَ ْغ ِف ْر َل ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم فِي ْاْل َ ْم ِر‬ ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬


ُ ‫ب ََّل ْنفَضُّوا ِم ْن َح ْولِكَ ۖ فَاع‬ ًّ َ‫َّللاِ ِل ْنتَ لَ ُه ْم ۖ َولَ ْو ُك ْنتَ ف‬
َ ‫ظا َغ ِلي‬ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمنَ ا‬

َ‫َّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمت ََو ِ ِّكلِين‬ ‫فَإِذَا َعزَ ْمتَ فَت ََو اك ْل َعلَى ا‬
‫َّللاِ ۚ إِ ان ا‬

artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Qs. Ali Imran : 159).

Sebagai konsep ajaran Islam, sikap tasammuh hadir sebagai bukti adanya pengakuan
Islam terhadap hak-hak asasi masing-masing individu manusia

3. Al-MuSAWah

Persamaan / al–muSAWah dalam Islam adalah tidak membedakan umat manusia atas jenis
kelamin, etnis, warna kulit, ras dan sebagainya. Sikap persamaan ini merupakan refleksi dari
sikap tauhid yang dimanisfestasikan dalam ahlak (ukhuwah) yaitu prinsip yang menekankan
nilai persaudaraan dan kebersamaan yang dibingkai oleh rasa tanggung jawab dalam
menjalani hidup bermasyarakat. Allah SWT berfirman :
‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم ۚ ِإ ان ا‬
ٌ ‫َّللاَ َع ِلي ٌم َخ ِب‬
‫ير‬ ‫ارفُوا ۚ ِإ ان أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْندَ ا‬ ُ ‫اس ِإناا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنث َ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬
َ ‫شعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلتَ َع‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها النا‬

artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (Qs. Al Hujurat : 13).

Ayat ini memuat pesan bahwa tidak ada perbedaan baik laki-laki maupun perempuan dalam
hal apapun. Perbedaan hanya terletak pada kualitas iman dan taqwanya kepada Allah SWT.
Islam mengajarkan sikap penghargaan terhadap orang lain tanpa melihat warna kulit, suku,
ras dan golongan. Inilah makna ukhuwah basyariah yakni menjaga dan merawat
persaudaraan sesama umat manusia. Penghargaan terhadap seseorang itu berdasarkan prestasi
bukan prestise seperti fanatisme keturunan maupun kesukuan. Dalam kontek beragama sikap
persamaan/al-muSAWah dan prinsip saling menghargai merupakan sarana untuk menciptakan
tatanan masyarakat yang adil dan beradab, persuasif, bebas dari unsur paksaan dan
diskrimanatif.

2.3 KARAKTERISTIK

Pertama, Islam rahmatan lil ‘alamin bersifat menyeluruh ( ‫) شمولية‬


Kemenyeluruhan Islam sebagai pembawa rahmat kehidupan nampak jelas bahwa Islam telah
mengatur semua aspek kehidupan. Seperti aspek politik, kemasyarakatan, ekonomi,
kebudayaan, akhlak, dan lain sebagainya. Islam datang untuk mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan-Nya, mengatur manusia dengan dirinya sendiri, serta mengatur manusia
dengan manusia lainnya dalam sebuah masyarakat yang unik.

Rangkaian aturan hubungan antara manusia dengan Tuhan-Nya itu terekam pada akidah dan
ibadah –madhah--. Hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri terwujud pada persoalan
makanan, pakaian, dan akhlak. Sementara hubungan manusia dengan manusia yang lainnya
tampak pada aktivitas mu’amalat, ‘uqubat, dan politik dalam dan luar negeri. Alllah SWT
berfirman:
َ‫ش ْيءٍ َو ُهدًى َو َرحْ َمةً َو بُ ْش َرى ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْن‬ َ ‫َو ن اَز ْلنَا َعلَيْكَ ْال ِكت‬
َ ‫َاب ِت ْبيَانا ً ِلِّ ُك ِِّل‬
“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (An Nahl 89)

Allah SWT telah menjamin kelengkapan Islam sebagai ideologi pembawa rahmat juga jelas
dalam firman-Nya:

ِ ‫ْال َي ْو َم أ َ ْك َم ْلتُ َل ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َو أ َ ْت َم ْمتُ َع َل ْي ُك ْم ِن ْع َم ِت ْي َو َر‬


ِ ْ ‫ضيْتُ لَ ُك ُم‬
‫اْل ْسالَ َم ِد ْينًا‬
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan
kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama kalian.” (Al Maidah 3)

Dengan pandangan Islam yang menyeluruh, mencakup segala hal seperti ini, tidak ada
tempat bagi seorang muslim untuk mengatakan dan berbuat yang kosong dari pandangan
Islam. Jika terkait dengan benda, maka ada hukum halal dan haram, sementara jika terkait
dengan perbuatan, tidak akan lepas dari hukum yang lima (halal, haram, makruh, mudah, dan
sunnah/mandub).
Kedua, Islam rahmatan lil’alamin bersifat luas ( ‫) اتِّساع‬
Islam adalah ajaran yang memiliki sifat luas, tidak stagnan dan mampu menjawab persoalan
seiring dengan begulirnya zaman tanpa batasan tempat. Yang memungkinkan para fuqaha
(ahli fiqih) untuk menggali hukum syar’i dari nash-nash untuk segala sesuatu yang baru.

Hal demikian karena dalil-dalil syara datang dengan bentuk khuththuth ‘aridhah (makna-
makna yang global) yang memungkinkan digali darinya hukum-hukum terperinci yang
bersifat praktis.

Jika seorang mulsim ditanya dalil syara tentang aktivitas berbagai kendaraan, menumpang
pesawat terbang, dan lain sebagainya. Kemudian dibahas untuk menemukan hukumnya,
maka dia akan menemukan kebolehan hukumnya sebagaimana Firman Allah SWT:

َ‫ َو َخلَ ْقنَا لَ ُه ْم ِِّم ْن ِِّمثْ ِل ِه َما يَ ْر َكب ُْون‬.‫َو َءايَةٌ لا ُه ْم أَناا َح َم ْلنَا ذ ُ ِ ِّريات َ ُه ْم فِي ْالفُ ْل ِك ْال َم ْش ُح ْو ِن‬

“Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut
keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan. Dan Kami ciptakan untuk mereka yang
akan mereka kendarai seperti bahtera itu.” (Yasin 41-42).

Sekiranya seorang Muslim bertanya tentang bagaimana hukum pengembanan energi dan bom
Nuklir, sungguh dia akan menemukan Firman Allah:

‫اط ْال َخ ْي ِل ت ُ ْر َهب ُْونَ بِ ِه َعد اُو هللاِ َو َعد اُو ُك ْم‬ َ َ ‫َو أ َ ِعد ُّْوا لَ ُه ْم اما ا ْست‬
ِ َ‫ط ْعت ُ ْم ِ ِّم ْن قُ اوةٍ َو ِم ْن ِ ِّرب‬
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah dan musuh kalian” (Al Anfaal 60).

Ketiga, Islam rahmatan lil ‘alamin bersifat Praktis (‫ي‬


ِّ ‫) عمل‬.
Hukum-hukum Syariat yang telah datang untuk diterapkan dan dilangsungkan di tengah-
tengah kehidupan. Hukum Islam sangat kompatibel dengan tabiat manusia. Dan Allah sudah
menjamin hal demikian sebagaimana Firman-Nya.

‫سا ِإَّلا ُو ْس َع َها‬ ُ ِّ‫َّلَ يُك َِل‬


ً ‫ف هللاُ نَ ْف‬
“Allah tidak membebani –seorang hamba—kecuali sesuai dengan kesanggupannya” (Al
Baqarah 282). Artinya tidak ada satupun hukum Allah yang tidak sesuai dengan manusia.

Sehingga kita akan temukan banyak ayat dalam al Qur’an yang selalu merekatkan antara
keimanan dengan amal. Karena semua hukum-hukum Islam itu bersifat praktis untuk
diamalkan. Bukan sekedar teori. Ilmu fiqih dalam Islam dikenal ilmu-ilmu yang terkait
dengan hukum syari’at Islam, yang bersifat praktis, yang digali dari dalil-dalil yang
terperinci.
Lebih dari itu, dengan keimanan dan amal yang shaleh –yang bersifat praktis tersebut-- Allah
akan menjanjikan berbagai kemenangan dalam kehidupan. Artinya kunci sukses dalam
kehidupan ini adalah dengan beriman dan melaksanakan amal shaleh yang praktis tersebut.
Firman Allah:

‫ض‬ِ ‫ت لَ َي ْست َْخ ِلفَنا ُه ْم ِف ْي اْل َ ْر‬ ‫َو َعدَ هللاُ اال ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا ِم ْن ُك ْم َو َع ِملُ ْوا ال ا‬
ِ ‫صا ِل َحا‬
“dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi”. (An Nur 55)

Sejarah juga telah menjadi saksi bahwa Islam sebagai ideologi kehidupan telah diterapkan
lebih dar 13 abad dalam sebuah negara. Bahkan Negara Islam telah menjadi negara super
power yang benar-benar memberi rahmat untuk seluruh alam.

Keempat, Islam rahmatan lil ‘alamin sesuai dengan fitrah manusia ( ‫ي‬
ِّ ‫) انسان‬.
Rahasia Islam demikian karena seruan hukum syara kepada manusia tanpa memandang ras
atau pun perbedaan jenis kelamin. Apakah orang Arab atau selain Arab. Islam telah datang
sebagai sebuah konsep hidup untuk seluruh manusia tanpa kecuali. Sehingga seruan Islam
untuk memeluk dan beribadah kepada Allah, adalah seruan untuk semua manusia.

‫س ْو ُل هللاِ إِلَ ْي ُك ْم َج ِم ْيعًا‬ ُ ‫قُ ْل يآأَيُّ َها النا‬


ُ ‫اس إِ ِنِّ ْي َر‬
“Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua” (Al
A’raf 158).

Demikian pula dengan Firman Allah:


‫ارفُوا‬ ُ ‫اس إِناا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِ ِّم ْن ذَك ٍَر َو أ ُ ْنثَى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬
َ َ‫شعُ ْوبًا َو قَبَآئِ َل ِلتَع‬ ُ ‫يآأَيُّ َها النا‬
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal.” (Al Hujurat 13)

Nabi terdahulu telah diutus untuk kaumnya pada wakt tertentu. Tidak demikian dengan
Rasulullah saw. Beliau diutus untuk seluruh manusia hingga akhir zaman.

‫ط ُه ْو ًرا فَأ َ ُّي َما َر ُج ٍل ِم ْن‬


َ ‫ض َمس ِْجدًا َو‬ ُ ‫ت ِل ْي اْل َ ْر‬ْ َ‫ب َم ِسي َْرة َ َش ْه ٍر َو ُج ِعل‬ ِ ‫الر ْع‬ ُّ ‫ص ْرتُ ِب‬ ِ ُ‫ط ُه ان أ َ َحد ٌ َق ْب ِل ْي ن‬
َ ‫سا َل ْم يُ ْع‬ ِ ‫أُع‬
ً ‫ْطيْتُ َخ ْم‬
‫ث إِلَى قَ ْو ِم ِه‬
ُ ‫ي يُ ْب َع‬ َ
ُّ ِ‫شفَا َعة و َ َكانَ الناب‬ ُ َ ْ
ِ ‫ت ِل ْي ال َمغَانِ ُم َو لَ ْم ت َِح ال ِْل َح ٍد قَ ْب ِل ْي َو أع‬
‫ْطيْتُ ال ا‬ ‫ا‬ ُ
ْ ‫ص ال َو أ ِحل‬ ْ
َ ُ‫صالَة ُ فَلي‬ ‫أ ُ امتِ ْي أد َْر َكتْهُ ال ا‬
َ
ً‫اس َعا امة‬ ِ ‫صةً َو بُ ِعثْتُ ِإلَى النا‬ ‫خَا ا‬.
"Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada orang sebelumku; aku ditolong
melawan musuhku dengan ketakutan mereka sejauh satu bulan perjalanan, dijadikan bumi
untukku sebagai tempat sujud dan suci. Maka dimana saja salah seorang dari umatku
mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat, dihalalkan untukku harta rampasan perang yang
tidak pernah dihalalkan untuk orang sebelumku, aku diberikan (hak) syafa'at, dan para Nabi
sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia." (HR.
Bukhari)

Sungguh telah beriman banyak suku bangsa selain Arab kepada Agama ini, seperti orang-
orang Persia, Romawi, Eropa dan yang lainnya. Karakteristik Islam seperti ini yang telah
membawa mereka dari kegelapan menjadi cahaya Islam, dan membangkitkan manusia
dari keterbelakangan menuju masyarakat maju yang memiliki peradaban. []

2.4 PENGARUH RAHMATAN LIL’ALAMIN BAGI NON MUSLIM.

Dalam memperlakukan non muslim (Ahli Dzimmah) mereka mendapatkan hak seperti
yang didapatkan oleh kaum Muslimin, kecuali pada perkara-perkara yang terbatas dan
perkecualian. Sebagaimana halnya juga mereka dikenakan kewajiban seperti yang dikenakan
terhadap kaum Muslimin. Kecuali pada apa-apa yang diperkecualikan. Ialah hak memperoleh
perlindungan yaitu melindungi mereka dari segala permusuhan eksternal. Ijma’ Ulama umat
Islam terjadi dalam hal ini seperti yang diriwayatkan Abu Daud dan Al-Baihaqi

“Siapa-siapa yang menzhalimi kafir mu’ahad atau mengurangi haknya, atau


membebaninya di luar kesanggupannya, atau mengambil sesuatu daripadanya tanpa
kerelaannya, maka akulah yang menjadi seterunya pada hari Kiamat (HR. Abu Daud dan
Al-Baihaqi)

Kemudian melindungi darah dan badan mereka, melindungi harta mereka, menjaga
kehormatan mereka, memberikan jaminan sosial ketika dalam keadaan lemah, kebebasan
beragama, kebebasan bekerja, berusaha dan menjadi pejabat, inilah beberapa contoh dan
saksi-saksi yang dicatat sejarah mengenai sikap kaum Muslimin dan pengaruhnya terhadap
Ahli Dzimmah.

2.5 PENGAPLIKASIAN RAHMATAN LIL’ALAMIN DALAM BERMASYARAKAT

Islam adalah sebuah agama yang lengkap dan paripurna. Ia mencakup segala aspek
kehidupan. Sebagai agama, Islam menuntut untuk dipahami dan diaplikasikan secara kaaffah
atau lengkap dalam kehidupan. Sehingga ia tidak hanya menjadi sebuah kepercayaan dan
rasionalisas saja, melainkan juga harus mencakup aktualisasi ibadah dan penyembahan dalam
lingkup Hablun minal laah (hubungan manusia dengan Allah) dan pengaplikasian tata cara
bermasyarakat dengan segala aspeknya dalam lingkup hablun minan naas (hubungan antar
sesama manusia).
Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kesehariannya sudah tentu berhubungan dan
berinteraksi dengan manusia lainnya. Sebagai umat beragama, seorang muslim tentu harus
mengaplikasi nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin dalam kehidupan bermasyarakat.
Aplikasi nilai Islam dalam perilaku kehidupan bermasyarakat secara teknis garis besar dapat
dibagi menjadi 4 macam yakni:

 Ukhuwah Islamiyah
Dalam hal akidah Islam, kita adalah bersaudara dengan sesama umat muslim
lainnya. Islam mengatur hal ini dalam tata cara bermasyarakat kepada sesama
muslim. Contoh pelaksanaan dalam kehidupan sehari hari yang mencerminkan
ukhuwah Islamiyah antara lain seperti menjaga hubungan baik dengan sesama
muslim, mendamaikan jika berselisih, tidak saling merendahkan dan memaklumi
kekurangan, serta berlomba menuju kebaikan dalam Islam.
 Ukhuwah Basyariyah Insaniyah
Sebagai rahmat bagi semesta alam, Islam mengajarkan tentang semangat
persaudaraan antar sesama manusia. kita harus senantiasa berlaku baik pada setiap
manusia, karena derajat kita sama di hadapan Allah, kecuali iman dan takwa yang
membedakkannya. Contoh pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari yang
mencerminkan ukhuwah basyariah insaniyah ini antara lain seperti saling bertegur
sapa, melupakan perbedaan dan merajut kebersamaan, ikhlas menerima kritikan,
dan tidak saling merasa diri paling benar.
 Ukhuwah Wathoniyah
Islam mengajarkan sikap cinta terhadap tanah air. Dalam konsep ukhuwah
wathoniyah atau kenegaraan, kita ini sebagai bangsa adalah bersaudara dan
setanah air, sehingga umat muslim harus senantiasa memiliki sifat nasionalis dan
mematuhi konstitusi dan perundang-undangan yang berlaku yang telah disepakati
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mulai dari undang-undang yang
disusun oleh DPR sampai peraturan di kampung-kampung pun jika itu sudah
menjadi kesepakatan bersama, maka kita harus mematuhinya, sehingga sikap
dengan kesadaran hukum itulah dapat tercipta persatuan dan kesatuan di tengah
masyarakat.
 Ukhuwah ‘ubudiyah
Kehidupan bermasyarakat juga tidak bisa lepas dari interaksi dengan alam. Dalam
ukhuwah ‘ubudiyah, Islam mengatur bagaimana hubungan manusia dengan
lingkungan, hewan, dan tumbuhan. Manusia hendaknya harus bersikap baik dan
menjaga alam, sebagaimana makna dari Islam sebagai rahmat seluruh alam.
Contoh pelaksanaan dalam kehidupan sehari hari yang mencerminkan ukhuwah
‘ubudiyah ini bisa kita lakukan dari hal sederhana yakni menjaga kebersihan
lingkungan dan kelestarian alam.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Agama adalah sebuah koleksi terorganisisr dari kepercayaan, sistem budaya dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari
kehidupan.Agama, (yakni agama Islam) yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw ialah apa
yang diturunkan Allah di dalam al-Quran dan yang tersebut dalam Sunnah Sahihah berupa
perintah-perintah, dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan
akhirat. (Himpunan Putusan Tarjih).
Rahmatan lil ‘alamin adalah istilah qurani dan istilah itu sudah terdapat dalam al
Quran, yaitu sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al Anbiya ayat 107. Ayat tersebut
menegaskan bahwa Islam dilakukan secara benar, dengan sendirinya akan mendatangkan
rahmat untuk seluruh makhluk. Begitu halnya dalam tataran ritual yang memang sudah
ditentukan operasionalnya dalam al Quran dan Hadits. Namun, dalam konteks sosial, Islam
sesungguhnya hanya berbicara mengenai ketentuan-ketentuan dasar atau pilar-pilarnya yang
penerjemahan operasionalnya secara detail dan komprehensif tergantung pada kesepakatan
dan pemahaman masing-masing komunitas, yang tentu memiliki keunikan berdasarkan
keberagaman lokalitas nilai dan sejarah yang dimiliknya.

3.2 SARAN
Kita selaku civitas akademika, seharusnya mendalami materi Islam sebagai agama rahmatan
lil ‘alamin ini, agar kita bisa langsung mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan
bisa menjadi contoh untuk yang lainnya. Dimana dimata masyarakat kita telah dicap sebagai
orang yang berpendidikan, yang bakal menjadi panutan. Dengan ilmu ini, kita bisa
memberikan contoh untuk lebih menghargai kepada makhluk-makhluk Allah yang lain,
misalnya tidak berbuat kasar terhadap hewan, tidak merusak alam, tidak menyakiti teman,
dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://visimuslim.xyz/2018/12/11/makna-islam-rahmatan-lil-alamin-dan-aplikasinya-
dalam-kehidupan-bermasyarakat/
2. http://forbadreams.blogspot.com/2015/03/pengertian-islam-sebagai-agama-
rahmatan.html
3. https://konsultasisyariah.com/30983-apa-perwujudan-rahmatan-lil-alamin.html
4. http://h-luthfi-h.blogspot.com/2016/03/karakteristik-islam-rahmatan-lil-alamin.html

Anda mungkin juga menyukai