Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK 1

Pendekatan Trilogi Islam sebagai Prinsip


Dasar Keilmuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu : Dr. Zubair, M.Ag.

Disusun oleh :

Quraish Shihab (11190210000118)

Nur Senoaji (11190210000131)

Halim Fahmana (11190210000141)

PROGAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan rahmatNya, salah
satunya berupa kesehatan dan kesempatan pada kelompok 1 untuk menyelesaikan makalah
ini yang berjudul Pendekatan Trilogi Islam sebagai Prinsip Dasar Keilmuan dengan tepat
waktu.

Makalah yang berjudul Pendekatan Trilogi Islam sebagai Prinsip Dasar Keilmuan disusun
guna memenuhi tugas Dosen Bp. Dr. Zubair, M.Ag. pada mata kuliah Islam dan Ilmu
Pengetahuan di prodi Bahasa dan Sastra Arab UIN Jakarta. Selain itu, kelompok 1 juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang dasar pokok
keilmuan untuk kaum muslim.

Kelompok 1 mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen Bp. Dr. Zubair,
M.Ag. selaku Dosen pengampu matakuliah Islam dan Ilmu Pengatahuan sehingga tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait matakuliah
wajib dikelas D di semester ini. Kelompok 1 juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kelompok 1 menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Ciputat, 6 September 2020

Kelompok 1

i|IIP Kelompok 1 BSA 3D


Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................................ i


Daftar Isi ....................................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
1. Pengertian Trilogi Islam dan korelasinya dengan prinsip dasar keilmuan ..................... 3
a. Islam ............................................................................................................................ 4
b. Iman ............................................................................................................................. 5
c. Ihsan ............................................................................................................................ 7
2. Pendekatan (pemahaman) Trilogi Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits ................. 7
3. Konsep Trilogi Islam terhadap Prinsip Dasar Keilmuan Menurut Ilmuan Muslim........ 9
BAB III.................................................................................................................................... 12
PENUTUP............................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................. 12
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 13

ii | I I P K e l o m p o k 1 B S A 3 D
iii | I I P K e l o m p o k 1 B S A 3 D
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerusakan ilmu saat ini sedang menimpa umat Islam, di lembaga pendidikan umum terjadi
kebodohan terhadap ilmu agama. Banyak sekali sarjana-sarjana dalam bidang ilmu
pengetahuan tertentu, tidak bisa membaca al-Qur’an atau memahami ajaran-ajaran pokok
agamanya. Padahal ilmu-ilmu agama adalah ilmu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim.
Demikian juga, semakin bertambah ilmu semestinya semakin bertambah pula keimanan
seseorang akan Rabbnya. Akan tetapi yang banyak terjadi, semakin pintar seseorang dalam
ilmu pengetahuan alam misalnya, tidak semakin menambah keyakinannya akan Rabbnya yang
maha kaya. Bukti nyata di Nusantara ini adalah maraknya kejahatan dalam bangku
kepemimpinan atau perwakilan rakyat yang anehnya dilakukan oleh orang-orang
berpendidikan tinggi. Pemisahan nilai-nilai ketuhanan dari setiap ilmu yang dipelajari telah
menyebabkan anak didik yang sekuler dari nilai-nilai agamanya.

Sementara itu, di lembaga pendidikan Islam terjadi kekacauan dalam ilmu-ilmu agama.
Gejalanya sudah menyebar, sebagaimana Syamsyuddin Arif menyebutnya sebagai “kanker
epistemologis”. Kanker jenis ini telah melumpuhkan kemampuan menilai serta mengakibatkan
kegagalan akal yang pada gilirannya menggerogoti keyakinan dan keimanan, dan akhirnya
menyebabkan kemunduran.1 Gejala dari orang yang mengidap kanker ini, di antaranya berkata
“Di dunia ini, kita tidak pernah tahu Kebenaran Absolut. Yang kita tahu hanyalah kebenaran
dengan “k” kecil.” “Kebenaran itu relatif.” “Semua agama benar dalam posisi dan porsinya
masing-masing.” dan lain-lain.2

Mengingat realita pelajar muslim baik di lembaga pendidikan dasar maupun perguruan tinggi
sangat mendominasi di Indonesia maka perlulah untuk meningkatkan nilai moralitas dan
intregitas keilmuan yang tinggi. Hal ini tak lain untuk meningkatkan keimanan kepada sang
Rab, Allah SWT. Dengam demikian, apabila nilai keimanan seseorang sudah kuat ditambah
tingkat keilmuan yang tinggi, maka akan melahirkan seorang cendekiawan, ilmuan, dan ulama
muslim yang mampu mengayomi umat dengan penuh tanggung jawab, sehingga tidak adanya

1
Syamsyuddin Arif, “Orientalis dan Diabolisme Pemikiran” (Jakarta: Gema Insani Press, 2008), p. 140)
2
Inayah, “Tauhid Sebagai Prinsip Ilmu Pengetahuan (Ismail Raji Al-Faruqi).”

1|IIP Kelompok 1 BSA 3D


kejahatan-kejahatan yang dilakukan kaum muslim akibat krisis trilogi Islam dalam hatinya dan
krisis keilmuan dalam amalnya.

Mencermati cara pandang tersebut, kami sebagai salah satu kelompok Islam dan Ilmu
Pengetahuan terdorong untuk menyampaikan hasil diskusi kami melalui tulisan ini tentang
Pendekatan Trilogi Islam sebagai Prinsip Dasar Keilmuan, dengan tujuan memantapkan dan
menguatkan nilai Trilogi Islam untuk dasar wawasan dan keilmuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Trilogi Islam dan bagaimana korelasinya dengan prinsip dasar
keilmuan?
2. Bagaimana pendekatan (pemahaman) Trilogi Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits?
3. Bagaimana konsep Trilogi Islam terhadap prinsip dasar keilmuan menurut ilmuan muslim?

C. Tujuan
1. Menambah keimanan kepada Allah SWT
2. Mampu memahami konsep dasar Trilogi Islam dari sumber dasar Islam
3. Mengetahui hubungan Trilogi Islam dengan keilmuan
4. Mampu menerapkan dan mengamalkan nilai-nilai Trilogi Islam dalam menerapkan
keilmuan
5. Mengetahui konsep korelasi Trilogi Islam dengan kelimuan dari tokoh-tokoh ilmuan
muslim

2|IIP Kelompok 1 BSA 3D


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Trilogi Islam dan korelasinya dengan prinsip dasar


keilmuan
Dalam kitab Hadits Arba’in Nawawi karangan Imam Nawawi, terdapat kisah yang
termaktub dalam Hadits nomor 2. Suatu ketika malaikat Jibril dalam rupa seorang manusia
datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam & para shahabat utk mengajarkan
tentang pokok-pokok ajaran agama (konsep dasar Trilogi Islam), yaitu Islam, Iman &
Ihsan. (Hadis Riwayat: Muslim).

‫ات يَ ْوٍم إِ ْذ طَلَ َع‬ ِ


َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ذ‬
ِ ِ
َ ‫س عْن َد َر ُس ْول هللا‬
ِ ‫ ب ي نَما ََْنن جلُو‬: ‫ال‬
ٌ ْ ُ ُ َ َْ َ َ‫َع ْن ُع َمَر َرض َي هللاُ َعْنهُ أَيْضاً ق‬
ِ
ِ َّ ‫ الَ يَُرى َعلَْي ِه أَثَ ُر‬،‫َّع ِر‬ ِ ِ ِ ‫اض الثِي‬ ِ
‫س‬َ َ‫ َح ََّّت َجل‬،‫َح ٌد‬ َ ‫ َوالَ يَ ْع ِرفُهُ منَّا أ‬،‫الس َف ِر‬ ْ ‫اب َشديْ ُد َس َواد الش‬ َ ِ َ‫َعلَْي نَا َر ُج ٌل َشديْ ُد بَي‬
‫َخِ ِْبِِن َع ِن‬ ْ ‫ ََي ُُمَ َّمد أ‬:‫ال‬ َ َ‫ض َع َك َّفْي ِه َعلَى فَ ِخ َذيِْه َوق‬ ِ ِ
َ ‫َسنَ َد ُرْكبَ تَ ْيه إِ ََل ُرْكبَ تَ ْيه َوَو‬
ْ ‫َّب صلى هللا عليه وسلم فَأ‬ ِ ِ‫إِ ََل الن‬
ِ ‫َن ُُم َّم ًدا رسو ُل‬ ِ ِ ِ ِ َ ‫ فَ َق‬،‫اْ ِإل ْسالَِم‬
‫هللا‬ ْ ُ َ َ َّ ‫ اْ ِإلسالَ ُم أَ ْن تَ ْش َه َد أَ ْن الَ إلَهَ إالَّ هللاُ َوأ‬: ‫ال َر ُس ْو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم‬
ِ َ َ‫ت إِلَْي ِه َسبِْيالً ق‬ ِ ‫ضا َن وََتُ َّج الْب ي‬ َّ ‫َوتُِقْي َم‬
ُ‫ فَ َعجْب نَا لَه‬،‫ت‬ َ ْ‫ص َدق‬َ : ‫ال‬ َ ‫استَطَ ْع‬ْ ‫ت إِن‬ َ َْ َ َ ‫ص ْوَم َرَم‬ َّ ‫الصالَةَ َوتُ ْؤِِت‬
ُ َ‫الزكاََة َوت‬ َ
ِ ‫ أَ ْن تُ ْؤِمن ِِبهللِ ومالَئِ َكتِ ِه وُكتُبِ ِه ورسلِ ِه والْي وِم‬: ‫ال‬
‫اآلخ ِر َوتُ ْؤِم َن‬ ِ َ‫َخِِبِِن ع ِن اْ ِإل ْْي‬ َ َ‫ ق‬،ُ‫ص ِدقُه‬
ْ َ َ ُ َُ َ ََ َ َ َ‫ان ق‬ َ ْ ْ ‫ فَأ‬:‫ال‬ َ ُ‫يَ ْسأَلُهُ َوي‬
ُ‫َّك تَ َراهُ فَإِ ْن ََلْ تَ ُك ْن تَ َراه‬َ ‫ أَ ْن تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَن‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ان‬ ِ ‫َخِِبِِن ع ِن اْ ِإلحس‬
َْ َ ْ ْ ‫ال فَأ‬ َ َ‫ ق‬،‫ت‬ َ ْ‫ص َدق‬
َ ‫ال‬ َ َ‫ ق‬.ِ‫ِِبلْ َق َد ِر َخ ِْْيهِ َو َش ِره‬
،‫َخِ ِْبِِن َع ْن أ ََم َار ِاِتَا‬
ْ ‫ال فَأ‬ َ َ‫ ق‬.‫السائِ ِل‬ َّ ‫ َما الْ َم ْس ُؤْو ُل َعنْ َها ِِب َْعلَ َم ِم َن‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫اع ِة‬ َّ ‫َخِ ِْبِِن َع ِن‬
َ ‫الس‬ ْ ‫ فَأ‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬. ‫فَإِنَّهُ يََر َاك‬
َّ‫ ُُث‬،‫ت َملِيًّا‬ ِ ِ ِ َ َ‫ق‬
ُ ْ‫ ُُثَّ انْطَلَ َق فَلَبِث‬،‫ال أَ ْن تَل َد اْأل ََمةُ َربَّتَ َها َوأَ ْن تَ َرى ا ْْلَُفا َة الْعَُراةَ الْ َعالَةَ ِر َعاءَ الشَّاء يَتَطَ َاولُْو َن ِِف الْبُ ْن يَان‬
. ‫ال فَإِنَّهُ ِج ِِْبيْ ُل أَتَا ُك ْم يُ َعلِ ُم ُك ْم ِديْنَ ُك ْم‬
َ َ‫ ق‬. ‫ هللاُ َوَر ُس ْولُهُ أ َْعلَ َم‬: ‫ت‬ ِ َّ ‫ َي عمر أَتَ ْد ِري م ِن‬: ‫ال‬
ُ ‫السائ ِل ؟ قُ ْل‬ َ َ َ ُ َ َ َ‫ق‬
]‫[رواه مسلم‬
Artinya : Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang
mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua
lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata:
“ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan

3|IIP Kelompok 1 BSA 3D


yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “,
kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula
yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu
beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun
yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “
Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah
kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia
melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia
berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang
hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada,
miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya
“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah)
bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian
(bermaksud) mengajarkan agama kalian “. Hadits riwayat Imam Muslim

a. Islam
Islam secara bahasa atau etimologi merupakan kata dari bahasa Arab yaitu isim
masdar lafaz aslama, yuslimu, yang akar katanya adalah salima, yaslamu, salaaman
yang berarti tunduk, patuh, berserah diri. Kata islam sendiri telah tertulis dalam Q. S
Ali -Imron ayat 19 yang artinya “Sesungguhnya agama yang diridai di sisi Allah
hanyalah islam”. Bahkan KBBI mengangkat pengertian islam itu sendiri yaitu “Agama
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. yang berpedoman kepada kitab suci Al-
Qur'an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.
Sedangkan menurut istilah atau terminologi Islam adalah engkau bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah, dan
sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan salat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau
telah mampu melakukannya.
Islam dan ilmu pengetahuan sangat berkaitan dengan erat, bahkan salah satu
sumber ilmu pengetahuan umat muslim yaitu Al-Qur’an ayat yang pertama kali

4|IIP Kelompok 1 BSA 3D


diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yaitu Q.S Al-Alaq 1-5 adalah perintah untuk
membaca dan berpengetahuan sebagimana artinya “Bacalah dengan menyebut nama
Tuhanmu yang telah menciptakan; Dia telah menciptakanmu dari segumpal darah;
bacalah, dan Tuhamulah yang maha mulia; Yang mengajarkan manusia dengan
perantara kalam; Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Islam adalah salah satu agama di dunia yang sangat menghargai ilmu. Imu yang
bersumber dari wahyu atau al-Qur’an dan al-Sunnah yang dicapai melalui riset bayani
atau ijtihad, yakni ilmu agama, ilmu yang bersumber dari alam jagat yang dicapai
melalui riset ijbari (eksperimen dan penalaran logis), ilmu yang bersumber dari
fenomena sosial yang dicapai melalui riset burhani (observasi, wawancara dan angket),
ilmu yang bersumber dari akal pikiran yang dicapai melalui riset jadali (logika), dan
ilmu yang dicapai dari Allah SWT melalui riset irfani (mujahadah dan muraqabah)
sangat dihargai oleh Islam (Abuddin Nata) tetapi tetap hakikatnya bahwa ilmu ini
kembali lagi kepada sang pemilik awal yaitu Allah Swt.
Pengetahuan ilmiah dalam islam dapat diperoleh melalui indra, akal, dan
hati/intuitif yang bersumber dari alam fisik dan metafisik, berbeda dengan
epistemologi barat yang hanya bertumpu pada indra, akal dan alam fisik. Ilmu bukan
sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi. Kemajuan ilmu ala Barat berpengaruh
negatif seperti ; sekularisme, materialisme, individualisme, pergaulan bebas, pelecehan
seksual dan kenakalan remaja dari semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu islam
menjadi dasar landasan dalam berilmu, baik dari awal memilih ilmu, proses memilih
ilmu dan menjadikan ilmu.

b. Iman
Iman menurut bahasa adalah mashdar dari ‫ ُُيِْم ُن‬- ‫َآم َن‬ yang berarti

mempercayai. Sedangkan menurut istilah adalah mempercayai serta membenarkan dan


mengakui adanya perkara ghoib dengan berbagai aspeknya berdasarkan dalil-dalil
yang diambil dari Al-Qura’an, Hadits maupu dalil-dalil yang bersifat rasional lainya.

5|IIP Kelompok 1 BSA 3D


Pengakuan ini diterima dan dibenarkan dalam hati (‫ِبلقلب‬ ‫ )تصديق‬, dinyatakan dalam

ucapan (‫)قول ِبللسان‬, dan dipraktikkan dalam perbuatan sehari-hari )‫(عمل ِبألركان‬
(Nata, 2018).
Dewasa ini, keimanan yang dimiliki manusia pada umumnya bersifat kognitif,
hanya sekedar diucapkan tetapi tidak berpengaruh atau berdampak pada dirinya,
dengan demikian, mencerminkan bahwa seseorang itu belum menjadikan keimanan
yang bersifat transformatif dalam kehidupan. Bukti nyata, diakhir-akhir ini banyak
kejahatan dalam masyarakat indonesia mulai dari pelanggaran hukum, pelecehan,
korupsi bahkan pembunuhan. Dan anehnya dalam KTP pelaku tertulis agama Islam.
Hal ini sebagai bukti yang sangat nyata jika di Indonesia sudah tampak gejala
menurunnya pengaruh iman dalam kehidupan.
Pengaruh lemahnya keimanan dalam kehidupan, maka akan berpengaruh pula
dengan keilmuan seseorang. Keilmuan seseorang harus didasari dengan keimanan dan
didukung dengan wawasan yang luas. Memiliki iman adalah sikap yang sangat
rasional. Karena tanpa adanya iman, berbagai fenomena alam dan fenomena sosial
tidak dapat dijelaskan asal usul keberadaan dan penciptanya. Iman dapat mengatasi
kelemahan manusia. Manusia adalah makhluk yang serba terbatas. Dan itu semua
bukan masalah jika seseorang memiliki keimanan yang transformatif yang akan
berpengaruh ke cara pandang dalam kehidupan dan dalam prinsip keilmuan.
Berbicara Ilmu, Syekh Muhammad bin Shalih bin Utsman mengartikan ilmu
secara bahasa adalah menghilangkan kebodohan dan juga berarti temuan tentang
sesuatu secara pasti dan tidak meragukan (Utsman, 2003). Apabila Ilmu ini tidak
didasari dengan keimanan maka semua ilmu yang berkaitan dengan penciptaan sesuatu
akan terjadi tasalsul karena hanya dikembalikan ke akal. Berbeda jika keilmuan yang
didasari dengan keimanan, maka dengan keimanan ini akan mampu menjawab dan
menutupi kekurangan bahkan menyempurnakan keilmuan seseorang.
Adapun cara yang dapat menebalkan iman untuk menjadi dasar keilmuan yang
mantap adalah dengan mendasarkan keimanan dengan hasil kajian dan peneltian yang
intregated dengan menggunakan fisik, pancaindera, akal, dan hati nurani sebagaimana
yang dilakukan Nabi Ibrohim a.s. dengan fisik dan pancaindera Ia dapat memahami
ayat-ayat Allah yang ada di alam jagat raya. Dengan akal Ia dapat memahami firman
Allah dan mengambil hukum Allah SWT. Denga hati nurani Ia bisa mencintai dan

6|IIP Kelompok 1 BSA 3D


merasakan kedekatan dan keagungan dalam dirinya.Iman tannpa disertai ilmu
pengetahuan akan menjadi iman yang buta, menjadi orang yang keras, ibarat burung
tidak memiliki sayap. (Nata, Penemu Ajaran Tauhid, 2018)

c. Ihsan
Secara lughowi (asal-usul kata, etimologi), ihsan adalah lawan kata dari isa’ah
(berbuat kejelekan). Ihsan dari segi bahasa berasal dari kata bahasa arab ihsanan, yang
tersusun dari huruf alif, ha, sin dan nun. Kata ini adalah masdar yang berasal dari lafadz
ahsana- yuhsinu- ihsanan, yang sifatnya muta’addi (transitif) secara mandiri atau
melibatkan unsur lain.Kata ini memiliki arti kebaikan, membaguskan, lebih
bermanfaat, lebih indah, kesenangan. Ihsan juga dapat diartikan sebagai memperbaiki
atau menjadikan baik. Sedangkan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
ihsan adalah baik.
Di dalam al-Qur‘an memuat konsep-konsep, prinsip-prinsip, aturan-aturan,
keterangan-keterangan, kaidah-kaidah serta dasar-dasar ajaran yang sifatnya
menyeluruh. Hal-hal tersebut juga memiliki sifat ijmali maupun tafsili, serta eksplisit
maupun implisit. Di dalam al-Qur‘an juga termuat mengenai ihsan.
Ihsan memiliki posisi penting sebagai representasi dari akhlak. Bahkan, posisi
ihsan sangat penting dalam kehidupan manusia. Ihsan ialah ikhlas beramal karena
mencari keridhaan semata. Sebab itulah, maka seseorang harus berkeyakinan bahwa
Allah selalu melihat dan mengawasi dirinya,sehingga akan memberi pengaruh kepada
dirinya untuk beribadah kepada Allah, dan dalam beribadah seolah-olah melihat Allah.
Jika tidak dapat demikian, maka berkeyakinan bahwa Allah selalu melihat
peribadatannya. Dan sebagaimana kita tahu bahwasannya Ihsan adalah Martabat
tertinggi didalam ibadah setelah islam dan iman Maka ketika kita ingin mendapatkan
dan memahami iman dan islam saja Kita diharuskan untuk memiliki ilmu pengetahuan
tentang keduanya.

2. Pendekatan (pemahaman) Trilogi Islam berdasarkan Al-Qur’an


dan Hadits
Iman yang akar katanya a-m-n (damai, aman, tidak menghadapi bahaya), dapat
dikembangkan dalam ilmu ketuhanan dan ilmu yang menjelaskan tentang hakikat yang
ada, yang biasanya dikenal dalam filsafat. Islam (syariah) yang menetapkan prinsip-

7|IIP Kelompok 1 BSA 3D


prinsip ibadah dan muamalah berasal dari kata s-l-m (selamat, menyeluruh, dan
terpadu, tidak terpecah), dapat dikembangkan dalam ilmu yang berhubungan dengan
manusia dan alam yang biasanya dikenal sebagai ilmu sosial, kebudayaan dan iptek.
Bahkan sebaliknya ajaran Islam mengajarkan sikap kritis pada setiap jenis informasi
yang dilihat, didengar, dihirup, diraba, maupun dirasa oleh manusia. Sebagai contoh
QS. Al-Hujurat (49) :6
ِ ‫صيبو۟ا قَو ٌۢما ِِب ٓهلَ ٍة فَتُصبِحو۟ا علَى ما فَع ْلتُم نَٓ ِد‬
ِ ۟ ٍ ِ ٌۢ ِ ِ ۟ ِ َّ
‫ي‬
َ ‫م‬ ْ َ َ ٓ َ ُ ْ ََ ً ْ ُ ‫ت‬
ُ ‫َن‬
‫أ‬ ‫ا‬ ‫و‬
‫ين ءَ َامنُ أو َ َ ْ ٌ َ َ أ‬
‫ن‬
ُ ‫ي‬
َّ ‫ب‬ ‫ت‬
َ ‫ف‬
َ ‫إ‬ ‫ب‬ ‫ن‬
َ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫اس‬‫ف‬
َ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫أء‬
‫ا‬ ‫ج‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ا‬ َ ‫َٓأُيَيُّ َها ٱلذ‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu
Ayat tersebut mengandung makna ketika supaya kita senantiasa berhati-hati
dalam menginternalisasi (mengunyah) setiap informasi. Kewaspadaan ini dituntut
supaya kita tidak berbuat zalim (anarki) karena percaya pada informasi yang salah dan
berkeputusan berdasarkan makna yang dikandungnya.
Islam dalam Alquran islam disebut juga dinullah sebagaimana tertulis dalam
Q.S Ali-Imran ayat 83

‫ض طَْو ًعا َوَك ْرًها َوإِلَْي ِه يُْر َجعُو َن‬ ِ ‫ٱلس ٓم ٓو‬
ِ ‫ت َو ْٱأل َْر‬ ِ َِّ ‫أَفَغَْي ِدي ِن‬
َ َ َّ ‫َسلَ َم َمن ِف‬
ْ ‫ٱَّلل يَْب غُو َن َولَأهُۥ أ‬ َْ
Artinya : "Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
padahal kepada-Nya-lah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka
dikembalikan.”
Islam juga agama yang mengajarkan umatnya atau pemeluknya (kaum
Muslim/umat Islam) untuk menebarkan keselamatan dan kedamaian, antara lain
tercermin dalam bacaan shalat sebagai ibadah utama yakni ucapan doa keselamatan
“Assalamualaikum warahmatullah” semoga keselamatan dan kasih sayang Allah
dilimpahkan kepadamu.
Sementara Ihsan yang berasal dari kata h-s-n (membawa kebaikan, senang,
puas, indah dan terpuji), Di dalam al- Qur’an, kata ihsan bersama dengan berbagai
pembentukan kata dan derivasi (kata jadiannya) disebutkan secara berulangulang.
Penyebutan tersebut terdapat sebanyak 211 kali.dapat dikembangkan menjadi ilmu
tasawuf. Kesatuan antara filsafat, syariah dan tasawuf merupakan manifestasi

8|IIP Kelompok 1 BSA 3D


religiusitas antara iman, Islam, dan ihsan atau integrasi antara filsafat/kalam, fiqih/ilmu
sosial, kebudayaan, iptek dan tasawuf yang di arahkan untuk mencapai ketakwaan.
Integrasi ini dimungkinkan karena obyek kajiannya mempunyai kesatuan sumber yaitu
ayat-ayat Tuhan sendiri. Iman, Islam dan Ihsan merupakan tiga serangkai atau trilogi
doktrin (ajaran) ilahi yang tidak dapat dipisahkan. Jadi, seorang dikatakan sebagai
muslim sejati apabila ia mempu menyatukan tiga dimensi tersebut. Pada perkembangan
selanjutnya trilogi tersebut menjadi tiga kerangka dasar Islam yang digunakan dalam
tiga bidang pemikiran Islam, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.

3. Konsep Trilogi Islam terhadap Prinsip Dasar Keilmuan Menurut


Ilmuan Muslim
Menurut S.I. Poeradisastra, pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam
berdasarkan pada keimanan. Menurutnya, banyak sarjana muslim yang bertolak dari
keimanan (tauhid) yang menganggap hukum-hukum sebagai sunnatullah yang tertib,
teratur, dan objektif. Mereka tidak merancukan kepercayaan dengan metode pebahasan
ilmiah atau memutarbalikkan fakta, sedangkan khufarat memang dilarang dalam Islam.
Mereka tidak dibelenggu oleh kedunguan-kedunguan gambaran alam semesta.
(Poeradisastra, 1986)
Sejalan dengan itu, Raghib As-Sirjani menyebutkan bahwa selain keimanan adalah
aspek universalitas, adil, moderat, dan sentuhan akhlak, juga sebagai karakteristik dan
dasar pengembangan ilmu dan peradaban Islam. Dalam hal ini, Ia mengatakan :
Diantara keunggulan yang membedakan peradaban Islam adalah bahwa ia tegak atas
dasar tauhid (keimanan) secara mutlak kepada Allah, Rabb bumi dan langit.
Sesungguhnya akidah tauhid yang datang bersama Rosul utusan Allah adalah akidah
yang sanggup membuat manusia merdeka dari rasa ketakutan yang tergores dalam
perasaannya. Dengan keunggulan akidah ini, dia tidak takut seorangpun kecuali
Allah, setelah menggerakkan dirinya untuk menyembahnya seperti; matahari, bumi,
sungai, lautan, telah melekatkan baginya pemberian kekuasaan, keagungan yang
maha kuasa. (Al-Sirjani)
Kedudukan keimanan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan juga
dikemukakan Nur Cholis Majid, sebagai berikut :
Terdapat satu lagi bentuk kesadaran seorang muslim yang bersama dengan
kesadaran keimanan dan amal perbuatan membentuk segitiga pola hidup yang kukuh

9|IIP Kelompok 1 BSA 3D


dan benar, yaitu keilmuan. Seolah menengahi iman dan amal. Sebagaimana ibadat
juga menengahi antara keduanya dari segi yang lain. Ilmu adalah bentuk kesadaran
muslim yang juga sangat sentral. (Majid, 1992)
Dari pendapat pakar diatas sudah sangat jelas jika keimanan bukan hanya keyakinan
atau pemahaman yang kosong dan kognitif, keimanan mampu membuat seseoarng
bertranformasi dalam kehidupan. Keimanan harus menjadi landasan pengembangan ilmu
pengetahuan dengan cara, bahwa untuk meyakini adanya Allah SWT. haruslah dengan
merenungkan, menggali, memahami, meneliti ayat-ayatNya dan hukum-hukumNya yang
terdapat di dalam Al-Qur’an, alam jagat raya, fenomena sosial, dan intuisi, yang
selanjutnya menumbuhkan ilmu sosial (sains), ilmu sosial, ilmu agama, ilmu makrifat, dan
filsafat.
Selanjutnya, keimanan harus diamalkan dalam bentuk amal sholeh. Mewujudkan
amal sholeh dalam ilmu politik, ekonomi, dan sebagainya pastilah memnutuhkan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, keimanan akan menjadi landasan ontologi (sumber ilmu),
epistimologi (metode ilmu), aksiologi (manfaat ilmu). Dengan dasar keimanan, maka ilmu
selain akan memperluas ruang lingkupnya, juga akan menyebabkan ilmu tersebut tidak
akan sekuler.
Terkait Islam, kami kelompok 1 mengutip pengertian yang simple dari Hasan Al-
Basri, yang berbunyi Islam adalah kepasrahan hati kepada Allah, lalu setiap muslim
merasa selamat dari gangguan (Najmah, 2020). Definisi di sini, Islam dipandang sebagai
kerangka “kata kerja” dengan menempatkan paradigma proses dalam menggambarkan
keseluruhan aspek religius manusia. Islam dalam konteks ini lebih di hayati dan dipandang
sebagai proses pasrah diri manusia kepada Allah SWT. Di sini lah, makna substansi Islam
yang dapat membawa manusia menjadi sangat kreatif, dinamis, dan memiliki etos
kehidupan sesuai sengan citra Allah (firman Allah SWT). Setiap manusia merasa dirinya
belum final religiusitasnya, karena itu harus ada usaha keras untuk penyempurnaan dirinya
dihadapan Allah. Dengan demikian manusia sadar akan relativitasnya dan pluralitas dalam
kehidupan beragama. (Romas, 2000)
Oleh karena itu, keilmuan harus didasari keislaman yang kuat, untuk membentengi
seseorang agar tidak menjadi keras atas keilmuannya.

Menurut A. Mujab Mahali Ihsan berarti ibadah kepada Allah dengan penuh
keikhlasan, kekhusyuan, dan mengkonsetrasikan diri untuk berbakti kepada Nya.

10 | I I P K e l o m p o k 1 B S A 3 D
Menurut Thanthawi Jauhariy, ihsan dapat dibagi menjadi ihsan Allah (ihsan yang
dilakukan oleh Allah) dan ihsan manusia (ihsan yang dilakukan oleh manusia). Lebih
lanjut, ia menawarkan pembagian ihsan dalam dua jenis. Pertama, Ihsan al-shina’ah wa al-
A’mal, yang melingkupi kebaikan Allah berupa penciptaan makhluk Nya, seperti tertera
di Q.S As-Sajdah ayat 7

ٍ ‫نس ِن ِمن ِط‬ ِ ٍ ِ


‫ي‬ ْ ‫ٱلَّذ أى أ‬
َٓ ‫َح َس َن ُك َّل َش ْىء َخلَ َقهُۥ ۖ َوبَ َدأَ َخ ْل َق ْٱإل‬

artinya “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah.”

Kedua, Ihsan al- Tha’ah, berupa ihsan yang dilakukan manusia dengan merealisasikan
kepatuhan terhadap Allah, berupa menciptakan nilai tambah dan melaksanakan ketaatan.

Dengan demikian, jika keilmuan seseorang didasari dengan trilogi Islam ini, maka akan
sangat membentuk pribadi yang berakhlak, bertanggung jawab akan keilmuannya, dan
mampu membina ummat dalam hidup beragama, berbangsa dan bernegara.

11 | I I P K e l o m p o k 1 B S A 3 D
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini kelompok 1 menuturkan betapa pentingnya Iman, Islam dan Ihsan.
Ketiganya adalah pondasi keilmuan menuju kehidupan yang bahagia dan abadi karena
ketiganya merupakan landasan amal dan ibadah manusia di dunia.
Ketiganya ibarat sebuah bangunan, Iman sebagai pondasi penyanggah dan penguat
suatu bangunan dan islam sebagai atap atau entitas yang ada di atasnya, sehingga bila iman
yang di ibaratkan pondasi rapuh dan mudah roboh maka islam pun yang di ibaratkan atap
akan jatuh, semua rukun-rukun islam dan kewajiban dalam islam akan di tinggalkan.
Ihsan di ibaratkan hiasan yang mempercantik dan memperindah bangunan tersebut dengan
tujuan untuk menarik perhatian sang pencipta. Karena hidup di dunia semata-semata untuk
mencari keridhoan-Nya. Dengan cara mengimplementasikan iman, islam dan ihsan dalam
kehidupan Allah akan meridhoi kita.
Dalam ranah keilmuan, Trilogi Islam harus menjadi dasar keilmuan kaum muslim. Hal
ini, akan membentengi kaum muslim dalam kedunguan-kedunguan yang menyerang
tentang ilmu penciptaan alam semesta. Dengan adanya trilogi Islam, maka apabila terjadi
tasalsul dalam ilmu pengetahuan akan otomatis dikembalikan dengan keimanan karena
mauquf. Trilogi Islam juga akan memberikan transformatif dalam akhlak kaum muslim,
dengan kekuatan nilai-nilai ihsan manusia akan dibentuk dengan moderat dalam
kehidupan.

B. Saran
Makalah ini memang diakui memiliki banyak kekurangan terkait dengan pembahasan
yang kurang mendalam dalam beberapa unit analisis. Meskipun demikian kelompok 1
sudah berusaha memaparkan hasil diskusi di dalam makalah yang sederhana ini. Kami
juga menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan dan bahan referensi dari kelompok 1. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

12 | I I P K e l o m p o k 1 B S A 3 D
Daftar Pustaka

Al-Sirjani, R. (n.d.). Sumbangan Islam pada Peradaban Dunia.


Majid, N. (1992). Islam Doktrin dan Peradaban (kedua ed.). Jakarta: Yayasan Wakaf
Paramadina. Retrieved September 07, 2020
Najmah, D. J. (2020, April 23). Pengertian Islam, menurut bahasa, Alquran, hadits, dan
ulama. Dipetik September 07, 2020, dari brillio.net:
https://www.brilio.net/wow/pengertian-islam-menurut-bahasa-alquran-hadits-dan-
ulama-200423k.html
Nata, A. (2018). Islam dan Ilmu Pengetahuan (I ed.). Jakarta: Kencana. Retrieved September
6, 2020
Nata, A. (2018). Islam dan Ilmu Pengetahuan (pertama ed.). Jakarta: Kencana. Retrieved
September 07, 2020
Poeradisastra, S. (1986). Sumbangan Islam kepada Ilmu & Peradaban Modern (kedua ed.).
Jakarta: P3M. Retrieved September 07, 2020
Romas, C. S. (2000). Wacana Teologi Islam Kontemporer (pertama ed.). (Z. Abbas, Ed.)
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Retrieved September 07, 2020
Utsman, a. S. (2003). Al-Ilmu (pertama ed.). Mesir: Syirkah Maktabah Jariry.
Nata, Abuddin. Penghargaan islam terhadap ilmu pengetahuan (islam sangat menghargai
ilmu), http://abuddin.lec.uinjkt.ac.id/articles/penghargaan-islam-terhadap-ilmu-
pengetahuan-islam-sangat-menghargai-ilmu, Diakses pada 7 sep 2020 pukul 15:00

13 | I I P K e l o m p o k 1 B S A 3 D

Anda mungkin juga menyukai