0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
131 tayangan1 halaman
1) Pertumbuhan jumlah wisatawan ke Yogyakarta meningkatkan permintaan kamar hotel dan penggunaan air.
2) Kampung Miliran mengalami masalah kekeringan sumur akibat penggunaan air oleh hotel-hotel di sekitarnya.
3) Masalah ini selesai setelah salah satu hotel ditutup dan sumber air masyarakat pulih kembali.
1) Pertumbuhan jumlah wisatawan ke Yogyakarta meningkatkan permintaan kamar hotel dan penggunaan air.
2) Kampung Miliran mengalami masalah kekeringan sumur akibat penggunaan air oleh hotel-hotel di sekitarnya.
3) Masalah ini selesai setelah salah satu hotel ditutup dan sumber air masyarakat pulih kembali.
1) Pertumbuhan jumlah wisatawan ke Yogyakarta meningkatkan permintaan kamar hotel dan penggunaan air.
2) Kampung Miliran mengalami masalah kekeringan sumur akibat penggunaan air oleh hotel-hotel di sekitarnya.
3) Masalah ini selesai setelah salah satu hotel ditutup dan sumber air masyarakat pulih kembali.
Kota Yogyakarta sebagai tujuan wisata favorit wisatawan Indonesia bahkan
mancanegara mengalami pertumbuhan jumlah wisatawan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu juga berimbas pada meningkatnya permintaan hunian sementara atau Hotel di Kota Yogyakarta. Hal itu bisa dilihat dalam pertumbuhan jumlah kamar Hotel di Yogyakarta di tahun 2003 berjumlah 7.237 menjadi 10.303 di tahun 2013, yang mana dalam satu kamar hotel membutuhkan 380 liter air per hari. Sedangkan untuk keperluan satu rumah tangga saja hanya 300 liter air per hari. Inilah yang menyebabkan problem (masalah) sosial dalam kehidupan masyarakat, khususnya di kampung Miliran. Kampung Miliran mendapat imbas yang cukup berat dan menyiksa akibat pendirian hotel di kawasannya. Masyarakat kampung Miliran yang notabene menggunakan sumur model tradisional, sumurnya menjadi kering. Bahkan peristiwa itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Penyebab kekeringan di sumur- sumur tradisional masyarakat kampung Miliran itu disinyalir akibat dari penggunaan sumur dalam oleh pihak Hotel. Ini menunjukkan bahwasanya pembangunan yang tidak tepat dalam tata letak kota dapat mengakibatkan ketimpangan baik alam maupun sosial. Problem itu terjadi antara masyarakat yang kehilangan sumber mata airnya dengan pihak Hotel yang disinyalir menggerus air mereka. Problem sosial itu berakhir ketika Fave Hotel ditutup perizinannya dan sumber kehidupan air masyarakat Kampung Miliran kembali seperti semula.