Anda di halaman 1dari 23

BAB II

EROPA PADA ABAD


PERTENGAHAN

ANDRI SETYAWAN
B0418006
ILMU SEJARAH “A”
Abad pertengahan bermula dari runtuhnya imperium Roma
pada tahun 395 sampai jatuhnya Konstantinopel ke tangan
Turki pada 1453. Fase ini disebut sebagai abad kegelapan
(Dark ages) karena banyaknya sisi negatif di berbagai bidang
pada zaman ini. Terutama dalam kemunduran intelektual. Dark
Ages juga dimaksudkan sebagai ketiadaan prospek yang jelas
bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini merupakan wujud dari
tindakan dan cengkraman atau pengawasan kuat dari pihak
gereja yang sangat berpengaruh.
A. Karakteristik Abad Pertengahan
Zaman ini ditandai dengan lahirnya para teolog dibidang ilmu
pengetahuan. Hampir semua didominasi oleh para teolog dan
berakibat pada aktivitas ilmiah. Semboyan yang berlaku pada
masa ini yakni ancilla theologia yang artinya abdi agama.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah ada sejak
zaman Yunani-Romawi terhenti pada abad ini. Kemajuan sains
di barat melibatkan satu proses yang aneh dan paradoksal
yakni melibatkan penolakan sains dan filsafat Yunani dan
memunculkan sains dan pandangan alam yang bersifat
mekanistik, eksperimental, dan ulititarian.
B. Dominasi Gereja dan Dampaknya
Ketika agama Kristen pada abad ke-6 dst telah berkembang
pesat dan meluas, para pendeta dan gereja memiliki peranan
yang sangat penting. Berkuasanya para pendeta dan sistem
kegerejaan membuat kemandulan dalam pola berpikir pada
masyarakat dan dalam dunia pendidikan dibatasi. Pada zaman
ini banyak sisi negatif terutama dalam bidang-bidang:
1. Sosial
2. Agama
3. Arus pemikiran
1. Sosial
Pada abad ini rakyat terbagi dalam tiga golongan:
a. Golongan penguasa
b. Golongan menengah
c. Golongan ketiga
2. Agama
Pada zaman ini, banyak paham yang melenceng dalam Kristen.
Salah satunya adalah paham pengampunan dosa. Para pendeta
menjadi sosok yang tertutup dan membuat buku pedoman yang
makna dan interpretasinya tergantung pada pemahamannya
sendiri.
3. Arus pemikiran
Pada masa ini, arus pemikiran terbatas pada gereja. Hal-hal yang
dianggap benar oleh gereja adalah benar bagi semua masyarakat.
Akal tidak boleh berbeda dengan gereja.
C. Islam di Eropa pada Abad Pertengahan

Sejalan dengan berkembangnya Islam di Asia dan Afrika,


Islam juga menyebar ke daratan Eropa dan melalui tiga jalur.
Pertama, jalan barat, yakni dilakukan dari Afrika Utara melalui
Semenanjung Iberia dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad (711).
Kedua, jalan tengah, yakni dilakukan dari Tunisia melalui
Sisilia menuju Semenanjung Apenina. Ketiga, jalan timur,
dimana pada 1453, Turki dibawah pimpinan Sultan
Muhammad II berhasil menaklukan Byzantium dengan terlebih
dahulu menyerang Konstantinopel dari arah belakang yakni
Laut Hitam sehingga mengejutkan tentara Byzantium Timur.
Sampai ke Kota Wina dan mundur kembali ke Semenanjung
Balkan .
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Eropa banyak berhutang budi pada dunia Islam karena banyak
sekali peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa dan Spanyol
lah menjadi tempat utama dalam penyerapan ilmu pengetahuan
dan kebudayaan Islam. beberapa perkembangan Islam antara
lain:
A. Bidang Politik
Terjadi balance of power karena permusuhan di bagian barat antara
Bani Umayyah II di Andalusia dengan Kekaisaran Karoling di Prancis.
Di bagian Timur perseteruan antara Bani Abbasyah dengan
Kekaisaran Byzantium Timur di Semenanjung Balkan. Bani Abbasyah
juga bermusuhan dengan Bani Umayyah II dalam perebutan
kekuasaan pada 750. Kekaisaran Karoling bermusuhan dengan
Byzantium Timur dalam perebutan Italia. Oleh karena itu, terjadi
persekutuan antara Bani Abbasyah dengan Kekaisaran Karoling
begitupun sebaliknya Kekaisaran Byzantium Timur dengan Bani
Umayyah II.
B. Bidang Sosial Ekonomi
Islam telah menguasai Andalusia pada 711 dan Konstantinopel
pada 1453. Keadaan ini membawa pengaruh besar terhadap
pertumbuhan Eropa. Saat itu, perdagangan ditentukan oleh
negara-negara Islam.
C. Bidang Kebudayaan
Melalui bangsa Arab(Islam), Eropa dapat memahami ilmu
pengetahuan kuno seperti dari Yunani Kuno dan Babilonia. Tokoh-
tokoh yang mempengaruhi ilmu pengetahuan dan kebudayaan
pada saat itu yakni Al-Farabi, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Sina.
D. Bidang Pendidikan
Banyak pemuda Eropa yang pergi belajar ke universitas-
universitas Islam yang terletak di Spanyol. Selama belajar, mereka
menerjemahkan buku-buku karya ilmuan muslim di pusat
penerjemahan Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka
mendirikan universitas yang sama dan melahirakan cendekiawan-
cendekiawan baru di tanah Eropa.
D. Perang Salib
Pada tahun 1000-an telah terjadi perang yang besar dan
berkepanjangan yang terkenal dengan sebutan perang Salib.
Penyebabnya yakni “tanah suci” (Palestina-Israel) dikuasai
silih berganti oleh raja-raja Islam. Masyarakat Barat yang
menganggap tanah suci itu miliknya berusaha merebutnya dari
para penguasa Islam. Dalam perang ini, para prajurit Kristen
menggunakan tanda-tanda Salib yang ada di pakaian dan
senjata mereka, selain memang dipimpin oleh para raja
Kristen.Perang ini bukanlah perang tentang agama.
Kronologi Perang Salib
a. Eropa menjelang Perang Salib
Asal mula ide Perang Salib adalah perkembangan yang terjadi di
Eropa Barat sebelumnya pada abad pertengahan. Selain itu,
menurunnya pengaruh kekaisaran Byzantium Timur akibat serangan
Muslim Turki. Pecahnya kekaisaran Karolingian pada akhir abad ke-9,
dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa sesudah
pengkristenan bangsa-bangsa Viking, Slavia, dan Magyar telah
membuat kelas petarung yang energinya digunakan secara salah dan
meneror penduduk. Untuk itu gereja berusaha menekan kekerasan
yang terjadi dengan gerakan Pax Dei dan Treuga Dei.
Perang Salib merupakan gambaran dari dorongan keagamaan yang
intens pada abad ke-11. seorang tentara salib yang telah
mengucapkan sumpah sucinya akan mendapat sebuah salib dari Paus
dan dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini disebabkan oleh
Kontroversi Investiture yang berlangsung mulai 1075. Selain itu,
“penebusan dosa” merupakan faktor penentu. Ini menjadi dorongan
bagi setiap orang yang pernah berdosa dan menghindari dari kutukan
neraka.
b. Timur Tengah menjelang Perang Salib
Keberadaan Muslim di Tanah Suci sejak penaklukan bangsa Arab
terhadap Palestina dari tangan Kekaisaran Byzantium Timur pada
abad ke-7. Hal tersebut sebenarnya tak terlalu mempengaruhi
penziarahan umat Kristiani ke Tanah Suci. Titik baliknya terjadi
pada 1009, Khalifah Bani Fatimiyah, Al Hakim bin-Amr Allah
memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus. Penerusnya
memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja
itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah
ditempat itu lagi. Akan tetapi, ada banyak laporan yang beredar
mengenai kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah
Kristen.
c. Penyebab langsung Perang Salib
Penyebab langsung perang Salib I adalah permohonan Kaisar
Alexius I pada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran
Byzantium Timur dari laju invasi tentara Muslim. Hal ini dilakukan
karena sebelumnya pada 1071, Kekaisaran Byzantium dikalahkan
oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sultan Alp Arselan di
Pertempuran Manzikert.
d. Jalannya Perang Salib
Perang Salib terbagi atas 4 periode, yakni:
1. Perang Salib I
Pada musim semi tahun 1095, 150.000 orang Eropa berangkat ke
Konstantinopel, kemudian ke Palestina yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond,
dan Raymond memperoleh kemenangan besar. Pada 18 Juni 1097 berhasil
menaklukan Nicea dan pada 1098 menguasai Raha(Edessa). Pada tahun yang
sama pula, dapat menguasai Antiokia. Selain itu berhasil menududuki Baitul
Maqdis(Yerusalem) dan melakukan ekspansi lain ke Akka(1104), Tripoli(1109),
dan Tyre(1124).
Tapi sejak tahun 1144, Syeikh Imaduddin Zengi merebut kembali Aleppo,
Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146. Tugasnya dilanjutkan
putranya, Nuruddin Zengi dan berhasil merebut kembali Antiokia pada 1149 dan
pada 1151, seluruh Edessa dapat direbut kembali.
2. Perang Salib II
Jatuhnya County Edessa menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan
Perang Salib II. Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut
positif Raja Prancis, Louis VII dan Raja Jerman, Conrad II. Keduanya memimpin
pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Tapi gerakan mereka
dihadang oleh Nuruddin Zengi dan gagal memasuki Damaskus, akibatnya
keduanya pulang kenegaranya masing-masing. Setelah Nuruddin Zengi wafat
dan digantikan oleh Sultan Salahuddin al-Ayubbi yang berhasil mendirikan
Dinasti Ayyubiyah di Mesir pada 1175, setelah berhasil mencegah pasukan Salib
menguasai Mesir.
Hasil peperangan Salahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem
pada 1187, setelah berhasil mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan
Kerajaan Yerusalem dalam pertempuran Hittin melalui taktik penguasaan daerah.
3. Perang Salib III
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan tentara Salib
dan menyusun rencana balasan. Dipimpin oleh Frederick Barbarossa(Raja Jerman),
Richard si Hati Singa(Raja Inggris), dan Phillip Augustus(Raja Prancis) memunculkan
Perang Salib III.
Pasukan ini bergerak melalui dua jalur berbeda, Pasukan Richard dan Phillip melalui
jalur laut dan Pasukan Barbarossa melalui jalur darat melewati Konstantinopel. Namun,
Barbarossa meninggal di Cicilia karena tenggelam di sungai.
Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip singgah di Cyprus dan mendirikan
kerajaan Cyprus. Taoi Phillip kemudian kembali ke Prancis untuk meyelesaikan
“masalah” di kekuasaan Prancis dan tinggal Richard seorang yang melanjutkan perang
Salib III. Ia tak bisa memasuki Palestina lebih jauh meski dapat mengalahkan
Salahuddin beberapa kali.
Pada 2 November 1192, dibuat perjanjian antara tentara Salib dengan Salahuddin
yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Isinya yakni orang-orang Kristen yang pergi
berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.
4. Perang Salib IV
Meletuslah perang Salib ke-IV pada 1219. Tentara Kristen dipimpin oleh
Frederick II(Raja Jerman). Mereka berusaha merebut Mesir dahulu sebelum
Palestina dengan harapan bantuan dari orang-orang Kristen Koptik dan akhirnya
mereka berhasil menduduki Dimyath. Raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah, Al-Malik
Al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick yang isinya Frederick bersedia
melepaskan Dimyath, sementara Al-Malik Al-Kamil melepaskan Palestina,
Frederick menjamin keamanan kaum muslimin disana, dan Frederick tak akan
mengirim bantuan kepada Kristen di Syria.
e. Pasca-Perang Salib
Perang Salib I melepaskan gelombang semangat perasaan paling
suci sendiri yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap
orang-orang Yahudi yang menyertai pergerakan tentara Salib
melintasi Eropa dan juga perlakuan kasar terhadap pemeluk
Kristen Ortodoks Timur. Kekerasannya berpuncak pada
penjarahan Kota Konstantinopel 1024, dimana seluruh tentara
Salib ikut serta. Selama serangan terhadap orang-orang Yahudi,
pendeta lokal dan orang Kristen berupaya melindunginya dari
Pasukan Salib. Orang Yahudi bersembunyi di gereja, tapi massa
yang beringas mendobrak masuk dan membantainya.
Pada abad ke-13, Perang Salib tidak pernah mencapai tingkat
kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Akka jatuh
untuk terakhir kalinya dan penghancuran bangsa Ositania yang
berpaham Katarisme, ide perang salib mengalami kemerosotan
nilai.
E. Reformasi Gereja
Dalam perkembangannya, muncul sikap kritis terhadap
penyimpangan yang dilakukan pihak Gereja Katolik pada
waktu itu, terutama adanya penjualan surat pengampunan
dosa bagi mereka yang tak ikut Perang Salib. Kebiasaan
penjualan surat pengampunan dosa kemudian dilakukan untuk
pembangunan gereja dst. Faktor lain dari munculnya
Reformasi Gereja yakni keinginan untuk membebaskan diri
dari kepemimpinan Paus terhadap kehidupan beragama di
negara-negara Eropa.
1. Pelopor Reformasi Gereja
Reformasi gereja merupakan upaya perbaikan tatanan kehidupan
yang didominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang agar
kembali lurus. Gerakan Reformasi gereja bermula dari kemelut di
Gereja Barat dan Kekaisaran Romawi Suci memuncak dengan
Kepausan Avignon dan skisma kepausan. Gerakan reformasi
adalah suatu nasionalisme baru menentang dunia abad
pertengahan dan meluas secara internasional dan berperspektif
yang paling menghancurkan dan radikal sendi-sendi gereja waktu
itu. Gerakan ini pertama muncul dari John Wyclif (1320-1384)di
Oxford Univ, John Huss (1369-1415)di Praha Univ, Desiderus
Erasmus(1466-1536), dan Thomas More(1478-1575).
Gereja Katolik Roma secara resmi menyimpulkan perdebatan ini di
Konsili Konstanz (1414-1418). Konklaf mengutuk John Huss
dihukum mati dan Wyclif secara anumerta dibakar sebagai
penyesat.
2. Berlangsungnya Reformasi Gereja
Reformasi ini melahirkan beberapa tokoh reformer yakni Martin
Luther, Johannes Calvin, dan Bodin. Pada 1517 Martin Luther
mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai kritik terhadap gereja
meliputi 95 dalil yang kemudian ditempel di pintu Gereja
Wittenberg dan juga penerjemah Injil dalam bahasa Jerman.
Reformasi ini berakhir dengan pembagian dan pendirian intitusi-
institusi baru, diantaranya Gereja Lutheran, Gereja-gereja
Reformasi, dan Anabaptis. Juga menimbulkan Reformasi Katolik
dalam Gereja Katolik Roma. Rancangan teologis dan latar
belakangnya disusun pada Konsili Trente(1548-1563), ketika Roma
memukul balik gagasan-gagasan fudamental yang dibela para
reformator.
3. Reformasi Gereja dan Renaisans
Reformasi ini diilhami dari terjadinya Renaisans(masa kebangkitan
setelah lama tertidur pada masa kegelapan) pada abad
pertengahan, menghasilkan pemikiran Barat ke arah modern dan
mempunyai rujukan jelas menuju liberalisme dan kebebasan. Inti
dari gerakan reformasi ini adalah protes terhadap Gereja Katolik
yang dinilai otoriter, kaku, dan tak bersahabat terhadap perubahan
zaman. Gerakan ini kemudian disebut sebagai gerakan Protestan.
4. Reformasi Gereja dan Modernitas
Reformasi Gereja di Eropa merupakan awal dari perkembangan
modernitas. Dengan adanya reformasi gereja, Barat mulai bangkit
dari zaman kegelapan. Setidaknya reformasi gereja melahirkan
dua gerakan, menginginkan reformasi dan menolak adanya
reformasi.
Reformasi Gereja dan Renaisans merupakan titik tolak dunia
modern saat ini yang sekuler, dunia mengarah kepada kehidupan
yang hampa dan terpisah dari agama, mengutamakan akal dan
kebebasan berpikir.
𝑇𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝐾𝑎𝑠𝑖ℎ

Anda mungkin juga menyukai