Anda di halaman 1dari 5

B.

SEBAB-SEBAB PERANG SALIB

Ada beberapa factor yang memicu terjadinya perang Salib, yaitu: faktor agama, faktor
politik dan faktor social ekonomi.1

1. Faktor agama

Sejak Dinasti Saljuk merebut baitul maqdis dari tangan dinasti fathimiyah pada tahun 1070 M,
pihak Kristen merasa tidak bebas Lagi menunaikan ibadah ke sana karena penguasa Saljuk
menetapkan peraturan yang ditentukan mempersulit mereka yang harus melaksanakan ibadah ke
Baitul Maqdis. Orang-orang yang pulang berziarah sering mendapat bantuan dari orang saljuk
yang fanatik. Umat Kristen mempercayai para penguasa Dinasti Saljuk sangat berbeda dari para
penguasa Islam lainnya yang pernah memerintah kawasan itu sebelumnya.

2. Faktor Politik Kekalahan Bizantium sejak 330 disebut Konstantinopel (Istambul) di


Manzikart, wilayah Armenia, pada 1071 dan jatuhnya. ); yang menjadi Paus antara tahun 1088-
1099 M, di dalam usahanya untuk memulihkan kekuasaannya di daerah pendudukan Dinasti
Saljuk. Urbanus II menerima bantuan Bizantium karena menerima janji Kaisar Alexius untuk
menerima di bawah kekuasan Paus di Roma dan harapan untuk dapat mempersatukan gereja
Yunani Islam di Spanyol semakin goyah. Fathimiyah di Mesir, Khalifah Abbasiyah di Baghdad,
dan Amir Umayyah di Cordova yang memproklamasikannya sebagai khalifah. Situasi yang
demikian mendesak para penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu wilayah kekuasan Islam,
seperti dinasti kecil di Edessa dan Baitul Maqdis.

3. Faktor Sosial Ekonomi Para pedagang besar yang ada di pantai Timur Laut Teng
utama yang berada di kota Venesia, dan Roma. Pada saat itu Paus memiliki kekuasan dan
pengaruh yang sangat besar terhadap raja yang berada di bawah kekuasa- annya. dapat
menjatuhkan hukuman kepada raja yang membang- kang terhadap perintah Paus dengan
mencopot penerimaannya sebagai raja. Di pihak lain, persyaratan situasi Islam pada saat itu
sedang menurun sehingga orang Kristen di Eropa harus ikut mengambil bagian dalam Perang
Salib. Saat itu Dinasti Saljuk di Asia Kecil sedang mengalami perpecahan, dan Dinasti
Fathimiyah di Mesir dalam keadaan lumpuh, sementara kekuasaan

Genoa, dan Pisa, berambi untuk mengasuransikan perdagangan kota di pantai dan selatan
Laut Tengah untuk mengakses jaringan dagane mereka. Untuk itu mereka rela memenangkan
sebagian dan Perang Salib dengan maksud membuat kawasan tersebut sebagai pusat
perdagangan mereka menuntut pihak Kristen Eropa meraih kemenangan. Hal itu karena jalur
Eropa akan bersambung dengan rute perdagangan di Timur melalui jalur strategis tersebut. Di
samping itu, stratifikasi sosial masyarakat Eropa terdiri dari tiga kelompok, kaum gereja, kaum
bangsawan serta kesaria, dan rakyat jelata. Meskipun mewakili masyarakat, kelompok yang
terakhir ini kelas yang paling rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas dan terhina, mereka

1
Amin Samsul Munir. 2015. Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:Pustaka Nasional.hal.234
harus diperuntukkan bagi para tuan tanah yang sering terjadi semena-mena dan dibebani
berbagai pajak serta yang dibutuhkan oleh lainnya. Oleh karena itu, kompilasi mereka
dimobilisasi oleh pihak-pihak gereja untuk ikut mengambil bagian dalam Perang Salib dengan
janji akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik dari perang yang dapat
dimenangkan, mereka menyambut seruan itu dengan spontan dengan melibatkan diri dalam
perang tersebut. Selain stratifikasi sosial masyarakat Eropa yang memberlakukan undang-
undang terhadap rakyat jelata, pada saat itu di Eropa, betla hukum waris yang menyetujui hanya
anak-anak yang menerima yas berhak menerima harta warisan. Seharusnya anak menerima harta
warisan. Hal ini telah menyebabkan populasi orang miskin semakin menungguhkan anak-anak
yang miskin karena memperburuk hukum waris yang mereka taati itu beramai-ramai pula
mengikuti seruanmobilisasi umum tersebut dengan harapan yang sama, yaitu untuk medapatkan
perbaikan ekonomi

C. PERIODISASI PERANG SALIB

Para sejarawan berbeda pendapat dalam menyusun periodisasi Perang Salib. Ahmad
Syalabi dalam At-Tarikh Al-Islami wa Al-Hadharat Al-Islamiyyah misalnya, membagi periode
Perang Salib itu selama tujuh periode. Badri Yatim, M.A., menyatakan Perang Salib dapat
dibagi dalam 3 periode. Menurut Phillip K. Hitti, dalam The Arabs A Short History, pembagian
Perang Salib yang lebih tepat adalah sebagai berikut

1. Periode penaklukan (1096-1144 M).


2. Periode reaksi umat Islam (1144-1192 M).
3. Periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehaneuran dalam pasukan salib
(1192-1291 M). Berdasarkan periode pertarungan kecil-kecilan atau periode
kehancuran dalam pasukan Salib karena periode ini lebih disemangati perundingan
politik untuk nemperoleh kekuatan dan sesuatu yang memengaruhi agama Tujuan
utama mereka untuk melepaskan Baitul Sebagai-olah mereka lupakan. Hal ini dapat
dilihat kompilasi pasukan salib yang dipersiapkan menyerang Mesir (1202-1204 M)
ternyata membelokkan haluan menuju Konstantinopel. Kota ini direbut dan diduduki
lalu dikuasai oleh Baldwin sebagai rajanya. Ia merupakan raja Roma-Latin pertama
yang berkuasa di Konstantinopel.2

Secara garis besar menurut hemat penulis, pada umumnyaya Peta Salib dapat
dikelompokkan ke dalam tiga periode sebagaiman dikumpulkan oleh Philip K. Hitti juga Badri
Yatim.

1. Periode Pertama Jalinan kerja sama antara Kaisar Alexius I dan Paus
Urbanus II berhadapan dengan semangat umat Kristen, terutama menyangkut
Pa Urbanus II pada Konsili Clermont (26 November 1095 M). Philip K.
Hitti, pidato ini membahas tentang pidat yang paling berkesan sepanjang

2
Ibid, hal.237
sejarah yang telah dibuat Paus. Pidato ini menggema ke seluruh penjuru
Eropa yang meminta seluruh negara Kristen menyiapkan seluruh bantuan
untuk mengatur penyerbuan Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas
yang menghadirkan berbagai kalangan masyarakat.
Hasan Ibrahim Hasan dalam Tarikh Al-Islam, menggambarkan gerakan ini
sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman berperang,
tidak disiplin, dan tanpa memiliki persiapan. Gerakan ini dipimpin oleh Piere
I'Ermite. Sepanjang jalan menuju kota Konstantinopel, mereka membuat
keonaran, membuat perampokan, dan bahkan melakukan bentrokan dengan
penduduk yang memakai Dan Bizantium. Akhirnya dengan mudah pasukan
Salib dapat dikalahkan pasukan Dinasti Saljuk.
Pasukan salib angkatan berikutnya dipimpin oleh Godfrey Boulion.
Gerakan ini lebih merupakan ekspedisi militer yais terorganisasi rapi.
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar
bangsa Prancis dan Norman berangkat menuju Konstantinopel mulai ke
Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godires Bohemond, dan
Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097
mereka berhasil menaklukkan Nicea, dan tahun 1098 menaklukkan Edessa.
Di sini mereka menyusun Kerajaan Latin! dengan Baldwin sebagai rajanya.
Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan membangun
Kerajaan Latin II di Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga
berhasil memenangkan Baitul Maqdis atau Yerusalem (15 Juli 1099) dan
mendirikan kerajaan Latin dengan Godfrey sebagai rajanya Setelah
penaklukan Baitul Maqdis, tentara Salib melanjutkan ekspansinya, mereka
menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M), dan Ban (1124 M). Di
Tripoli mereka menyusun Kerajaan Latin IV, dengan Raymond sebagai
rajanya. Pada tahun 1127 M, muncul Imaduddin Zanki sebagai pahlawan
Islam termasyhur dari Mousul, yang dapat mengalahkan tentara Salib di kota
Aleppo Hamimah, dan Edessa. Kemenangan itu merupakan kemenangan
pertama kali yang disusul dengan kemenangan yang akan datang, Salib
merasakan pahitnya kekalahan demi kekalahan. Pada tahun 1046 M,
Imaduddin Zanki wafat.10

2.Periode Kedua
Wafatnya Imaduddin Zanki, menantang kedua, Nuruddin Zanki untuk
menyelesaikan tugas sang ayah, berjuang memperbaiki agama, melakukan
jihad. Nuruddin Zanki berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149
M, dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali. 3

3
Ibid, hal.239
Jatuhnya Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen engobarkan Perang Salib kedua. Paus
Eugenius III menyerukan perang suci yang mengundang positif oleh Raja Perancis Louis VII dan
Raja Jerman Codrad II. Mengalahkan pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syiria.
Akan tetapi, pasukan mereka dihadang oleh Nuruddin Zanki. Mereka tidak berhasil
mengimplementasikan Damaskus. Louis VII dan Codrad II sendiri pulang sendiri negerinya.
Nuruddin wafat pada tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalahuddin Al-
Ayyubi "yang berhasil

memulai Dinasti Ayyubiyah di Mesir pada tahun 1175 M. Hasil Shalahuddin yang terbesar
adalah merebut kembalt peperangan Yerusalem pada 2 Oktober 1187 M. Dengan demikian,
kerajaan Latin yang membuat tentara Salib di selatan yang bertahan selama 88 tahun berakhir.

Jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara salib.
Mereka menyusun rencana pengambilan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick
Barbarossa raja Jerman, Richard The Lion Hart raja Inggris, Philip Augustus raja Prancis.
Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin
akan tetapi mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dibuat ibu kota Kerajaan Latin, tetapi
mereka tidak berhasil merebut Palestina. Pada tanggal 2 November 1192 M, dibuat perjanjian
antara tentara salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh Ar-Ramlah. Dalam
perjanjan itu disetujui orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan
diganggu.

Tidak lama kemudian, setelah perjanjian itu disetujui, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi,
kemenangan Perang Salib yang meninggal dunia pada Februari 1193 M.

3.Periode Ketiga

Tentara salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman. Frederick II. Kali ini mereka butuh
merebut Mesir lebih dulu sebelum ke Palestina, dengan harapan mendapat bantuan dari orang-
orang Kristen Qibti. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil mendisduki kota Dimyat. Raja Mesir
dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, Al-Malkd Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick.
Dalam perkembana berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun
1247 M, di masa pemerintahan Al-Malikush Shalih, pemerintahan Mesir selanjutnya. Ketika
Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik, terpilih Dinasti Ayyubiyah, pimpinan kaum muslimin
dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh
kaum muslimin pada tahun 1291M4

Dalam periode ini telah terukir dalam sejarah yang melawan perempuan Islam yang
terkenal gagah berjuang, yaitu Syajar Ad- Dur la berhasil mendorong pasukan Raja Louis IX dari
Prancis dan juga bertindak sebagai raja tersebut. Bukan hanya itu, seiarak mencatat perempuan

4
Ibid, hal.241
gagah perkasa ini telah mampu menunjukkan kebesaran Islam dengan melepaskan dan
mengizinkan Raja Louis IX kembali ke negerinya, Prancis.

Meskipun menderita kekalahan dalam Perang Salib, pihak Kristen Eropa telah
mendapatkan hikmah yang tidak ternilai karena mereka dapat berkenalan dengan budaya dan
peradaban Islam yang telah berhasil maju. Bahkan, budaya dan peradaban yang mereka peroleh
dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisans di Barat. Mereka membawa budaya dari
Timur-Islam ke Barat dalam bidang militer, seni, perdagangan, pertanian, astronomi, kesehatan,
dan kepribadian.

Demikianlah Perang Salib yang terjadi di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat,
Spanyol, sampai akhirnya umat Islam terusir dari Spanyol Eropa. Akan tetapi, meskipun
demikian, mereka tidak dapat meraih apapun dari tangan kaum muslimin, dan tidak seperti umat
Islam telah berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara salib, namun
mempermasalahkan perang itu sangat banyak. Kerugian ini menggantikan kekuatan politik apat.
Kehilangan bendera Islam dari Palestina. muslimin menjadi melemah.

Anda mungkin juga menyukai