hamka-media.blogspot.my | Thursday, 26 September 2013
Sekelumit Tentang Negeri Spanyol
(Andalusia)
Spanyol terletak di barat daya benua
Eropa pada Semenanjung Iberia, berbatasan darat langsung dengan Portugal di sebelah barat dan Prancis di sebelah timur laut. Spanyol bagian selatan dekat dengan Benua Afrika, dipisahkan oleh Selat Gilbraltar. Sebelah timur Spanyol disisir oleh Laut Mediterania, sedangkan sebelah utara terdapat Teluk Biscay yang dibentuk oleh daratan Spanyol dan Prancis. Wilayahnya mencakupi kepulauan Canary di Samudra Atlantikdan kepulauan Baleares di Laut Mediterania. Spanyol (Andalusia) adalah negeri kaum Muslimin yang pernah ditaklukan oleh panglima perang Thariq bin Ziyad. Negeri Andalusia yang pernah dikuasai kaum Muslimin dan sempat mencapai kegemilangan di bidang ilmu pengetahuan di bawah pemerintahan Islam kini telah dikuasai Nasrani.
Sejarah Penaklukan Negeri Spanyol
(Andalusia)
Setelah Rasulullah Saw wafat, Islam
menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama Asia, Afrika, dan Eropa pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umayyah.
Sebelumnya, sejak tahun 597 M,
Spanyol (Andalusia) dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan zalim. Ia membagi masyarakat Spanyol (Andalusia) ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat. Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.
Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat
Spanyol (Andalusia) tidak Betah tinggal Di negeri tersebut. Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda yang dinodai Roderick ikut mengungsi.
Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair
berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol (Andalusia) sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zarah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.
Kamis, 4 Ramadhan 91 Hijriah atau 2
April 710 Masehi, Abu Zarah meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian. Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama.
Di petang harinya, pasukan ini berhasil
menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zarah kalah banyak. Setelah penaklukan ini, Abu Zarah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zarah ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua.
Thariq bin Ziyad berasal dari bangsa
Barbar, saat ini merupakan daerah sekitar Algeria. Mengenai sukunya, para sejarawan masih berbeda pendapat, dari suku Nafza atau suku Zanata. Ia bekas seorang budak yang kemudian dimerdekakan oleh Musa bin Nushair, Gubernur Afrika Utara dari dinasti Umayyah ketika menaklukkan daerah Tanja (ujung Maroko). Di tangan Musa ini pula ia memeluk Islam bersama orang- orang Barbar lainnya.
Thariq berperawakan tinggi, berkening
lebar, dan berkulit putih kemerahan. Dia masuk Islam di tangan seorang komandan muslim bernama Musa bin Nusair, orang yang dikagumi karena kegagahan, kebijaksanaan dan keberanianya.Setelah masuk Islam, mereka menjalankan seluruh syariat Islam dengan taat. Oleh karena itu, sebelum Musa bin Nushair pulang ke Afrika, ia meninggalkan beberapa orang Arab untuk mengajari mereka Al-Quran dan syariat Islam. Setelah itu Musa bin Nushair mengangkat Thariq, yang merupakan prajurit Musa yang terkuat, menjadi penguasa daerah Tanja dengan 19.000 tentara dari bangsa Barbar, lengkap dengan persenjataannya.
Pada bulan Rajab tahun 97 H (Juli 711
M), Thariq bin Ziyad mendapat perintah dari Musa bin Nushair untuk membebaskan semenajung Andalusia. Maka, dengan 7000 prajurit yang sebagian besar dari bangsa Barbar, Thariq berangkat menyeberangi selat Andalusia yang jaraknya 13 mil dengan perahu-perahu pemberian Julian, gubernur Ceuta di Afrika Utara, yang bersekutu dengan kaum muslimin untuk menentang raja Roderick, penguasa kerajaan Visigoth di Andalusia.
Pada bulan Ramadhan 97 H pasukan
Kaum Muslimin mendarat di pantai karang Andalusia. Thariq beserta pasukannya dihadapkan dengan 25.000 prajurit Visigoth. Sebuah peperangan yang tidak seimbang dalam segi jumlah. Tapi tentu saja, bagi kaum muslimin hal itu sama sekali bukan masalah. Bukankah sekian banyak peperangan yang dimenangkan oleh kaum muslim, adalah ketika jumlah mereka jauh lebih sedikit dari musuh.
Pada mulanya kedatangan pasukan
Thariq ini membuat heran Tudmir, penguasa setempat yang berada di bawah kekuasaan Raja Roderick, karena mereka datang dari arah yang tidak diduga-duga, yaitu dari arah laut. Namun, yang fenomenal adalah, tindakan yang diambil oleh sang panglima Thariq bin Ziyad yang memerintahkan pembakaran kapal- kapal yang telah membawa para pasukan kaum muslimin!!!! Sebuah langkah yang sampai sekarang dicatat dalam sejarah sebagai suatu bentuk keberanian dan keyakinan yang tiada banding, yang hanya bisa dilakukan atas dasar keimanan yang besar dan keyakinan akan pertolongan Allah SWT ditengah suasana pertempuran dan kondisi pasukan muslim yang saat itu sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.
Sebuah pidato panjang yang
disampaikan oleh panglima mereka, Thariq bin Ziyad yang membuat jiwa kaum muslimin yang siap berjihad menggelora. Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian, ke manakah kalian akan lari?, Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah bahwa di pulau ini kalian lebih terlantar dari pada anak yatim yang ada di lingkungan orang-orang hina. Musuh kalian telah menyambut dengan pasukan dan senjata mereka. Kekuatan mereka sangat besar, sementara kalian tanpa perlindungan selain pedang- pedang kalian, tanpa kekuatan selain dari barang-barang yang kalian rampas dari tangan musuh kalian. Seandainya pada hari-hari ini kalian masih tetap sengsara seperti ini, tanpa adanya perubahan yang berarti, niscaya nama baik kalian akan hilang, rasa gentar yang ada pada hati musuh akan berganti menjadi berani kepada kalian. Oleh karena itu, pertahankanlah jiwa kalian!! Selanjutnya ia berteriak kencang: Perang atau mati! Pidato yang menggugah itu merasuk ke dalam sanubari seluruh anggota pasukannya. Dan Pasukannya Meneriakkan dengan Kalimat Allahu Akbar.
Dan pada 19 Juli 711 M, pasukan Thariq
yang saat itu berjumlah 12000 personil setelah ada tambahan pasukan dari Ifriqiya, berhadapan dengan Raja Roderick dan pasukannya di mulut sungai (Rio) Barbate. Peperangan di bulan Ramadhan itu berlangsung sengit selama delapan hari. Pasukan Roderick pada awalnya sempat unggul, namun kelemahan di sayap kiri dan kanan pasukan mereka berhasil dimanfaatkan oleh Pasukan Islam. Dan pasukan Roderick pun terdesak, hingga akhirnya dipukul mundur. Pasukan Islam berhasil meraih kemenangan gemilang. Roderick sendiri menghilang, dan dia di duga tenggelam di Sungai Barbate. Kuda dan sepatunya ditemukan di tepi sungai.
Gubernur Musa bin Nusair lalu mengirim
surat kepada Khalifah Al-Walid, melukiskan jalannya peperangan Rio Barbate. Penaklukan ini berbeda dari penklukan-penaklukan lain. Peristiwa seperti kiamat, tulisnya.
Kemenangan telak dalam pertempuran
di Sungai Barbate itu membentang jalan bagi masuknya Thariq bin Ziyad menuju kota Sevilla yang dijaga oleh benteng- benteng kuat. Tapi sebelum merebut Sevilla, Thariq lebih dulu menaklukkan daerah-daerah lain yang lebih lemah. Sebagian ditaklukkan dengan cara damai, tapi sebagian terpaksa dengan kekerasan karena warga setempat melawan. Mereka bersikap ramah terhadap penduduk yang tidak melawan. Pasukan Thariq yang sudah lebih besar karena ada tambahan pasukan baru, kini mengarah ke Toledo, ibukota Visigoth (Gotik Barat). Di jalan ke Toledo itu mereka menyapu kota Ecija dimana sempat terjadi perdamaian dan menerima kekuasaan Muslim atas wilayah itu.
Dengan cepat Thariq berusaha
menaklukkan sebagian besar tanah Spanyol, yang oleh orang Arab dinamakan Al-Andalus (Andalusia) itu. Ia lalu membagi-bagi pasukannya ke dalam beberapa kelompok. Satu pasukan berhasil merebut Arkidona tanpa perlawanan, dan pasukan lainnya juga dengan mudah merebut kota Elvira dekat Granada. Ia lalu menaklukkan Cordoba dan sebagian wilayah Malaga. Kemudian diteruskan dengan mengepung Granada yang berhasil ditaklukkan dengan jalan kekerasan. Thariq lalu menuju ibukota Toledo. Di dalam perjalanan dia menyerang kota Murcia dan menghancurkan kerajaan tersebut. Ketika pasukan Islam di Toledo ternyata para pemimpin Gotik telah meninggalkan wilayah itu. Thariq memasukinya dengan mudah. Ketika itu pasukannya didukung pula oleh ksatria- ksatria Kristen lokal yang tak suka kekuasaan Bangsa Gotik Barat di negaranya.
Thariq terus mengejar para pejabat
Gotik ke gunung, hingga mendapatkan harta rampasan yang sangat banyak. Harta dan para tawanan dibawa ke Toledo. Di sana para tawanan dipekerjakan untuk membangun kembali kota itu, antara lain dengan membangun 365 tiang terbuat dari batu Zabarjud. Musa bin Nusair lalu mengirim surat kepada Thariq bin Ziyad, dan memerintahkannya untuk menghentikan gerakan, dan tetap berada di tempat surat itu tiba. Tapi, Thariq malah mengumpulkan para pejabatnya, merundingkan strategi perang. Semuanya berpendapat melaksanakan perintah Musa akan mempersulit strategi perang mereka. Sebab, sudah terbuka untuk merekrut pasukan asal Toledo dan meraih momentum untuk menyerang lawan yang belum menyadari situasi.
Karena itu Thariq melanjutkan
penaklukan seraya merekrut milisi dari warga Toledo yang sudah kalah. Thariq mengabarkan keputusannya ini kepada Musa bin Nushair disertai alasan- lasannya.
Ketika pesan Thariq sampai, Musa
langsung berangkat ke Spanyol pada bulan Juni 712 M dengan membawa 18.000 tentara, kebanyakan orang Arab. Dan seperti yang pernah disepakati dengan Thariq, pasukan Musa bin Nushair segera menuju Sevilla, kota terkuat Spanyol saat itu. Sebelum ke Sevilla pasukan Musa menaklukkan Medina Sidon dan Carmona. Musa mengepung ketat kota Sevilla dan akhirnya berhasil menghancurkan kota pusat kebudayaan Spanyol itu. Namun kota itu ditinggalkan Musa dalam keadaan kobaran api dan ia melanjutkan perjalanan ke arah Toledo.
Warga Sevilla tetap tak rela terhadap
pendudukan oleh pasukan Muslim di sana. Setelah panglima Musa bin Nushair meninggalkan kota itu, milisi Sevilla kembali beraksi mengobarkan pemberontakan. Mereka dapat membunuh tentara Muslim. Mendengar berita itu, Musa segera mengirim anaknya Abdul Aziz, untuk kembali ke Sevilla. Ia sendiri terus menuju Toledo.
Mendengar kabar akan datangnya
panglima utamanya, Musa bin Nushair, Thariq segera keluar ke perbatasan Toledo untuk menyambut Musa. Namun Musa sangat marah kepadanya. Thariq dianggap telah mengabaikan perintahnya untuk menghentikan sementara penaklukkan sampai ia datang ke Spanyol. Begitu marahnya Musa sampai ia memasukkan jendralnya itu ke dalam penjara layaknya seorang penjahat.
Di depan sidang dewan pertahanan,
Musa menyatakan memecat Thariq bin Ziyad, dengan tujuan memperbaiki segala sesuatu yang telah dilakukan Thariq. Sekalipun Thariq berupaya menjelaskan bahwa keputusannya itu dilakukan demi kemaslahatan kaum Muslimin dan sudah dimusyawarahkan dengan para penasehat, Musa tetap teguh pada pendiriannya. Ia mengganti Thariq dengan Mughits bin Al-Harits, tapi Mughits menolaknya. Ia segan menjadi komandan di atas Thariq sang pemberani.
Mughits bahkan bertekad membela
Thariq bin Ziyad. Diam-diam dia mengirim kabar kepada Khalifah Al- Walid bin Abdul Malik tentang situasi yang berkembang. Al-Walid sangat marah mendengarnya. Ia lalu menyurati Musa dan memerintahkan agar kedudukan Thariq dipulihkan sebagai komandan pasukan. Dan Musa menaati perintah pemimpinnya di Damaskus itu.
Kemudian kedua panglima itu bergerak
terus ke utara, hingga berhasil menaklukkan Castilla, Aragon dan Catalonia (Barcelona). Keduanya bahkan sampai ke pegunungan Pyrennes yang menjadi batas antara Spanyol dan Perancis. Sekiranya tidak ada perintah dari Damaskus untuk menghentikan penaklukan, niscaya gerakan mereka berdua tak tertahankan untuk menguasai seluruh benua Eropa.
Perjalanan hidup panglima Thariq bin
Ziyad, sang penakluk Spanyol yang agung telah menjadi bagian dari sejarah patriotisme Islam melalui penaklukan Spanyol (Andalusia). Nama pejuang Islam ini begitu harum, hingga diabadikan di semenanjung perbukitan karang setinggi 425 m tempat pasukan Thariq mendarat pertama kali di pantai tenggara Spanyol, yaitu Gibraltar atau Jabal Tariq.
Dalam kitab Tarikh al-Andalus,
disebutkan bahwa sebelum meraih keberhasilan ini, Thariq telah mendapatkan firasat bahwa ia pernah bermimpi melihat Rasulullah SAW bersama keempat KhulafaAl-Rasyidin berjalan di atas air hingga menjumpainya, lalu Rasulullah Saw memberitahukan kabar gembira bahwa ia akan berhasil menaklukkan Spanyol(Andalusia). Kemudian Rasulullah Saw menyuruhnya untuk selalu bersama Kaum Muslimin dan menepati janji. KEJATUHAN ISLAM DI ANDALUSIA
prezi.com
Transcript of KEJATUHAN ISLAM DI
ANDALUSIA
KEJATUHAN ISLAM DI ANDALUSIA
PENGENALAN Zaman Kegelapan Eropah SEMASA KEJATUHAN ISLAM OBJEKTIF * Secara integral, para sejarawan bersepakat menyatakan bahawa kedatangan Islam ke Andalusia adalah di bawah pimpinan Tariq ibn Ziyad.
* Beliau adalah tokoh Islam terkenal
telah memimpin pasukan tenteranya mengharungi Gibraltar yang memiliki kedudukan strategik pintu gerbang para pedagang antarabangsa.
* Sebelum pembukaan Islam, wilayah
Andalus dimonopoli secara rakus oleh golongan bangsawan (noble lord) sehingga berlaku penindasan terhadap golongan bawahan.
* Kesannya menyebabkan banyak tanah
pertanian terbiar beku, industri-industri terpaksa ditutup dan ia sekaligus melumpuhkan ekonomi Andalus * Apa yang menarik untuk diperhatikan sejarah pemerintahan Andalus ini ialah pemerintahannya kekal di bawah penguasaan kerajaan Bani Umayyah, walaupun kerajaan Bani Abbasiyah telah mula bertapak dan berpusat di kota Baghdad bermula pada tahun 132H/ 750M.
* Fakta sejarah mengakui bahawa
sebelum Islam membuka Andalus, masyarakat Kristian Eropah hidup di dalam kejahilan dan kegelapan pimpinan Roderick.
1) Mengkaji perkembangan ilmu-ilmu
semasa zaman kegemilangan Tamadun Islam di Andalusia.
2) Mengumpul maklumat yang ada
untuk dijadikan pengajaran pada masa sekarang. 3) Mengenalpasti punca kejatuhan Islam di Andalusia Sebelum kedatangan pejuang islam, Eropah telah mengalami zaman gelap yang penuh dengan kejahilan. Kehidupan diganggu oleh pemimpin - Pemimpin sibuk membina istana dan mengumpul kekayaan,sementara rakyat jelata tiada tempat tinggal dan keperluan asas. Pemberontakan berlaku disebabkan oleh rasa tidak puas hati dan telah menyebabkan kehilangan nyawa dan harta yang banyak Kedatangan Islam Islam muncul di Andalusia pada 711 M dimana Thariq bin Ziyad telah ditugaskan oleh Musa bin Nusair iaitu Gebenor Afrika Utara untuk menyerang Andalusia. Atas pertolongan Allah S.W.T 100 000 tentera Raja Roderick telah tewas di tangan pasukan muslim. Selepas dari kejadian ini, sedikit demi sedikit kota-kota yang berada di Andalusia ditawan oleh Thariq bin Ziyad bersama Musa bin Nusair. Sejak dari ini, agama Islam telah tersebar luas ke seluruh Eropah. Zaman kegemilangan Andalusia ialah pada pemerintahan Abdurrahman iii pada tahun 929 kerana paza zaman ini, Andalusia telah menjadi pusat budaya yang maju dan mempunyai karya-karya yang hebat. Pada zaman pemerintahan Islam di Andalusia, rakyat hidup aman damai kerana kehidupan mereka jauh lebih baik berbanding sebelum pemerintahan Islam dimana mereka tidak lagi dijadikan hamba, tidak dipaksa untuk memeluk Islam, tidak dihalang dari mengikut kepercayaan mereka, dan mereka boleh terlibat dalam pekerjaan yang sama dengan orang Islam seperti bekerja di bank dan urusan jual beli emas dan perak. SEBELUM KEJATUHAN ISLAM Kewujudan Kerajaan Kecil Bermula daripada kelemahan kepimpinan Pucuk pimpinan di Cardova bergaduh dan bercakaran serta ada yang saling menindas untuk merebut kuasa khalifah. Pembentukan kerajaan-kerajaan kecil yang dikenali sebagai Muluk al-Tawaif adalah disebabkan oleh semangat puak, iaitu untuk mengangkat kaum sendiri seolah-olah mereka tidak langsung berpegang kepada semangat Ukhuwwah Islamiyyah. Benteng Terakhir Zaman pemerintahan terakhir Islam di Andalusia iaitu Granad dari tahun 620- 897H di bawah Bani al-Ahmar menggambarkan kedaifan dalam pemerintahan disebabkan oleh pemerintah terpaksa menyerah wilayah terakhir ini demi menyelamatkan maruah pemerintah Islam di bawah pimpinan Abu Abdullah dari guling dengan lebih teruk. Perselisihan keluarga berlaku dalam hal mewarisi kepimpinan merupakan punca pergolakan anak-beranak berlaku dan seterusnya melemahkan lagi pemerintahan di Granada. Abu Abdullah membuat perancangan kerjasama dengan Raja Ferdinand untuk merampas kembali takhta pemerintahan. Rampasan itu berjaya, tetapi Abu Abdullah hanya dapat menduduki takhta dalam jangka masa yang pendek disebabkan tekanan daripada Ferdinand supaya menyerahkan wilayah Granada ini kepada beliau. Faktor Kejatuhan Kejatuhan Andalusia adalah berpunca daripada kelemahan pemerintahan yang sanggup menggadai prinsip mereka demi mendapat bantuan sokongan untuk menduduki takhta yang hanya bersifat sementara sahaja. Selain itu, ia turut disebabkan beberapa faktor : Usaha agresif Kristian untuk menakluk kembali wilayah yang ditadbir oleh kaum Muslimin sehingga menyebabkan pertahanan mereka terus rapuh dan tidak mampu bertahan atas serangan fikri dan askari yang dilakukan oleh tentera musuh. Gerakan ini lebih dikenali sebagai Reconquista. Tidak dinafikan ia mempunyai kaitan dengan usaha pihak Kristian untuk menakluk wilayah yang telah jatuh ke tangan umat Islam di seluruh dunia di mana ia seolah turut terkesan dengan pergerakan tentera Salib yang menumpukan perhatian di wilayah umat Islam di Asia Barat. Ketiadaan sokongan dari pemerintah Islam di wilayah luar Andalusia, melainkan sokongan sering diterima hanyalah dari Afrika Utara sahaja. Tiada mekanisme dalam mencari pengganti yang layak (succession plan) untuk meneruskan pemerintahan di mana kebanyakan mereka mewariskan kepimpinan kepada anak beranak dan keluarga sahaja. Tiada kesepakatan (wehdatul fikri dan wehdatul amal) dalam mentadbir wilayah yang dikuasai sehingga wujud perbezaan pemerintahan antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Perbezaan fikrah yang wujud dalam kalangan mereka banyak membawa keruntuhan dan kurang usaha untuk bekerjasama dalam hal-hal yang disepakati.
KESAN SELEPAS KEJATUHAN ISLAM
Sebaik sahaja kuasa bertukar tangan, umat Islam Granada yang berada mula menjual harta dan kekayaan mereka kepada orang-orang Kristian secara sukarela. Umat Islam dihina dan dihalau keluar dari Andalusia Keluarga Abdul Rahman Aziz, bekas Gabenor Andalusia bersama tujuh ahli keluarganya menjalani hukuman bakar kerana keengganan mereka tunduk kepada orang Kristian yang memaksa mereka murtad. Keluarga yang kuat berpegang kepada ajaran Islam itu rela dibakar hidup-hidup daripada menukar agama mereka. Ribuan naskhah hasil karya bangsa Moor dibakar atas perintah Kardinal Ximenez. 20 Julai 1501M, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella mengeluarkan dekri baru dengan peraturan yang melarang umat Islam berada di wilayah kerajaan Granada. Peraturan baru dikeluarkan iaitu setiap Muslim yang sudah menjadi Katolik tidak boleh lagi mengaku Nabi Muhammad SAW pesuruh Allah. Orang-orang Islam tidak boleh memakai pakaian tradisi Islam, tidak boleh memakai pakaian yang dipakai pada hari Jumaat. Dilarang menghadap ke Timur iaitu ke Kaabah untuk solat. Diharamkan membaca atau mengucap bismillahirrahmanirrahim.Begitu juga tidak boleh menyebut bismillah ketika menyembelih haiwan. Ratu Isabella dan Raja Ferdinand, memaksa setiap warga Andalusia untuk menjual babi dan diwajibkan menggantung daging-daging babi di pintu rumah sebagai bukti kesetiaan mereka kepada Ratu Isabella. Raja Ferdinand memberikan hadiah, pelepasan cukai dan intensif yang berbagai kepada orang Islam yang sanggup murtad. Semenjak itu orang-orang Islam digelar sebagai Moriscos yang bermaksud orang Islam yang hina. Segala bentuk bantuan yang ingin disampaikan kepada orang-orang Islam di Granada telah berjaya diputuskan. Pihak Kristian telah menukarkan Masjid Cordova yang indah dan megah yang dibina oleh Abd al-Rahman al-Dakhil pada 788M menjadi gereja pada 1236M. Bahagian tengah masjid telah diubahsuai dan diterapkan ciri-ciri Gereja. Bukan hanya kedamaian beragama hilang, cahaya ketamadunan dan keilmuan juga hilang dari bumi Andalusia.