Anda di halaman 1dari 32

Tariq Bin Ziyad Sang Pembebas

Andalusia

hamka-media.blogspot.my | Thursday,
26 September 2013

Sekelumit Tentang Negeri Spanyol


(Andalusia)

Spanyol terletak di barat daya benua


Eropa pada Semenanjung Iberia,
berbatasan darat langsung dengan
Portugal di sebelah barat dan Prancis di
sebelah timur laut. Spanyol bagian
selatan dekat dengan Benua Afrika,
dipisahkan oleh Selat Gilbraltar. Sebelah
timur Spanyol disisir oleh Laut
Mediterania, sedangkan sebelah utara
terdapat Teluk Biscay yang dibentuk
oleh daratan Spanyol dan Prancis.
Wilayahnya mencakupi kepulauan
Canary di Samudra Atlantikdan
kepulauan Baleares di Laut Mediterania.
Spanyol (Andalusia) adalah negeri kaum
Muslimin yang pernah ditaklukan oleh
panglima perang Thariq bin Ziyad.
Negeri Andalusia yang pernah dikuasai
kaum Muslimin dan sempat mencapai
kegemilangan di bidang ilmu
pengetahuan di bawah pemerintahan
Islam kini telah dikuasai Nasrani.

Sejarah Penaklukan Negeri Spanyol


(Andalusia)

Setelah Rasulullah Saw wafat, Islam


menyebar dalam spektrum yang luas.
Tiga benua lama Asia, Afrika, dan Eropa
pernah merasakan rahmat dan keadilan
dalam naungan pemerintahan Islam.
Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini
negeri di daratan Eropa yang pertama
kali masuk dalam pelukan Islam di
zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani
Umayyah.

Sebelumnya, sejak tahun 597 M,


Spanyol (Andalusia) dikuasai bangsa
Gotic, Jerman. Raja Roderick yang
berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan
zalim. Ia membagi masyarakat Spanyol
(Andalusia) ke dalam lima kelas sosial.
Kelas pertama adalah keluarga raja,
bangsawan, orang-orang kaya, tuan
tanah, dan para penguasa wilayah.
Kelas kedua diduduki para pendeta.
Kelas ketiga diisi para pegawai negara
seperti pengawal, penjaga istana, dan
pegawai kantor pemerintahan. Mereka
hidup pas-pasan dan diperalat penguasa
sebagai alat memeras rakyat. Kelas
keempat adalah para petani, pedagang,
dan kelompok masyarakat yang hidup
cukup lainnya. Mereka dibebani pajak
dan pungutan yang tinggi. Dan kelas
kelima adalah para buruh tani, serdadu
rendahan, pelayan, dan budak. Mereka
paling menderita hidupnya.

Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat


Spanyol (Andalusia) tidak Betah tinggal
Di negeri tersebut. Sebagian besar
mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di
bawah Pemerintahan Islam yang
dipimpin Musa bin Nusair, mereka
merasakan keadilan, kesamaan hak,
keamanan, dan menikmati
kemakmuran. Para imigran Spanyol itu
kebanyakan beragama Yahudi dan
Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta,
bernama Julian, dan putrinya Florinda
yang dinodai Roderick ikut mengungsi.

Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair


berencana ingin membebaskan rakyat
Spanyol (Andalusia) sekaligus
menyampaikan Islam ke negeri itu.
Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
memberi izin. Musa segera mengirim
Abu Zarah dengan 400 pasukan pejalan
kaki dan 100 orang pasukan berkuda
menyeberangi selat antara Afrika Utara
dan daratan Eropa.

Kamis, 4 Ramadhan 91 Hijriah atau 2


April 710 Masehi, Abu Zarah
meninggalkan Afrika Utara
menggunakan 8 kapal dimana 4 buah
adalah pemberian Gubernur Julian.
Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23
April 710 H, di malam hari pasukan ini
mendarat di sebuah pulau kecil dekat
Kota Tarife yang menjadi sasaran
serangan pertama.

Di petang harinya, pasukan ini berhasil


menaklukan beberapa kota di sepanjang
pantai tanpa perlawanan yang berarti.
Padahal jumlah pasukan Abu Zarah
kalah banyak. Setelah penaklukan ini,
Abu Zarah pulang. Keberhasilan
ekspedisi Abu Zarah ini membangkitkan
semangat Musa bin Nusair untuk
menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia
memerintahkan Thariq bin Ziyad
membawa pasukan untuk penaklukan
yang kedua.

Thariq bin Ziyad berasal dari bangsa


Barbar, saat ini merupakan daerah
sekitar Algeria. Mengenai sukunya, para
sejarawan masih berbeda pendapat,
dari suku Nafza atau suku Zanata. Ia
bekas seorang budak yang kemudian
dimerdekakan oleh Musa bin Nushair,
Gubernur Afrika Utara dari dinasti
Umayyah ketika menaklukkan daerah
Tanja (ujung Maroko). Di tangan Musa ini
pula ia memeluk Islam bersama orang-
orang Barbar lainnya.

Thariq berperawakan tinggi, berkening


lebar, dan berkulit putih kemerahan. Dia
masuk Islam di tangan seorang
komandan muslim bernama Musa bin
Nusair, orang yang dikagumi karena
kegagahan, kebijaksanaan dan
keberanianya.Setelah masuk Islam,
mereka menjalankan seluruh syariat
Islam dengan taat. Oleh karena itu,
sebelum Musa bin Nushair pulang ke
Afrika, ia meninggalkan beberapa orang
Arab untuk mengajari mereka Al-Quran
dan syariat Islam. Setelah itu Musa bin
Nushair mengangkat Thariq, yang
merupakan prajurit Musa yang terkuat,
menjadi penguasa daerah Tanja dengan
19.000 tentara dari bangsa Barbar,
lengkap dengan persenjataannya.

Pada bulan Rajab tahun 97 H (Juli 711


M), Thariq bin Ziyad mendapat perintah
dari Musa bin Nushair untuk
membebaskan semenajung Andalusia.
Maka, dengan 7000 prajurit yang
sebagian besar dari bangsa Barbar,
Thariq berangkat menyeberangi selat
Andalusia yang jaraknya 13 mil dengan
perahu-perahu pemberian Julian,
gubernur Ceuta di Afrika Utara, yang
bersekutu dengan kaum muslimin untuk
menentang raja Roderick, penguasa
kerajaan Visigoth di Andalusia.

Pada bulan Ramadhan 97 H pasukan


Kaum Muslimin mendarat di pantai
karang Andalusia. Thariq beserta
pasukannya dihadapkan dengan 25.000
prajurit Visigoth. Sebuah peperangan
yang tidak seimbang dalam segi jumlah.
Tapi tentu saja, bagi kaum muslimin hal
itu sama sekali bukan masalah.
Bukankah sekian banyak peperangan
yang dimenangkan oleh kaum muslim,
adalah ketika jumlah mereka jauh lebih
sedikit dari musuh.

Pada mulanya kedatangan pasukan


Thariq ini membuat heran Tudmir,
penguasa setempat yang berada di
bawah kekuasaan Raja Roderick, karena
mereka datang dari arah yang tidak
diduga-duga, yaitu dari arah laut.
Namun, yang fenomenal adalah,
tindakan yang diambil oleh sang
panglima Thariq bin Ziyad yang
memerintahkan pembakaran kapal-
kapal yang telah membawa para
pasukan kaum muslimin!!!! Sebuah
langkah yang sampai sekarang dicatat
dalam sejarah sebagai suatu bentuk
keberanian dan keyakinan yang tiada
banding, yang hanya bisa dilakukan atas
dasar keimanan yang besar dan
keyakinan akan pertolongan Allah SWT
ditengah suasana pertempuran dan
kondisi pasukan muslim yang saat itu
sedang melaksanakan ibadah puasa
Ramadhan.

Sebuah pidato panjang yang


disampaikan oleh panglima mereka,
Thariq bin Ziyad yang membuat jiwa
kaum muslimin yang siap berjihad
menggelora.
Wahai saudara-saudaraku, lautan ada
di belakang kalian, musuh ada di depan
kalian, ke manakah kalian akan lari?,
Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah
kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah
bahwa di pulau ini kalian lebih terlantar
dari pada anak yatim yang ada di
lingkungan orang-orang hina. Musuh
kalian telah menyambut dengan
pasukan dan senjata mereka. Kekuatan
mereka sangat besar, sementara kalian
tanpa perlindungan selain pedang-
pedang kalian, tanpa kekuatan selain
dari barang-barang yang kalian rampas
dari tangan musuh kalian. Seandainya
pada hari-hari ini kalian masih tetap
sengsara seperti ini, tanpa adanya
perubahan yang berarti, niscaya nama
baik kalian akan hilang, rasa gentar
yang ada pada hati musuh akan
berganti menjadi berani kepada kalian.
Oleh karena itu, pertahankanlah jiwa
kalian!!
Selanjutnya ia berteriak kencang:
Perang atau mati! Pidato yang
menggugah itu merasuk ke dalam
sanubari seluruh anggota pasukannya.
Dan Pasukannya Meneriakkan dengan
Kalimat Allahu Akbar.

Dan pada 19 Juli 711 M, pasukan Thariq


yang saat itu berjumlah 12000 personil
setelah ada tambahan pasukan dari
Ifriqiya, berhadapan dengan Raja
Roderick dan pasukannya di mulut
sungai (Rio) Barbate. Peperangan di
bulan Ramadhan itu berlangsung sengit
selama delapan hari. Pasukan Roderick
pada awalnya sempat unggul, namun
kelemahan di sayap kiri dan kanan
pasukan mereka berhasil dimanfaatkan
oleh Pasukan Islam. Dan pasukan
Roderick pun terdesak, hingga akhirnya
dipukul mundur. Pasukan Islam berhasil
meraih kemenangan gemilang. Roderick
sendiri menghilang, dan dia di duga
tenggelam di Sungai Barbate. Kuda dan
sepatunya ditemukan di tepi sungai.

Gubernur Musa bin Nusair lalu mengirim


surat kepada Khalifah Al-Walid,
melukiskan jalannya peperangan Rio
Barbate. Penaklukan ini berbeda dari
penklukan-penaklukan lain. Peristiwa
seperti kiamat, tulisnya.

Kemenangan telak dalam pertempuran


di Sungai Barbate itu membentang jalan
bagi masuknya Thariq bin Ziyad menuju
kota Sevilla yang dijaga oleh benteng-
benteng kuat. Tapi sebelum merebut
Sevilla, Thariq lebih dulu menaklukkan
daerah-daerah lain yang lebih lemah.
Sebagian ditaklukkan dengan cara
damai, tapi sebagian terpaksa dengan
kekerasan karena warga setempat
melawan. Mereka bersikap ramah
terhadap penduduk yang tidak
melawan.
Pasukan Thariq yang sudah lebih besar
karena ada tambahan pasukan baru,
kini mengarah ke Toledo, ibukota
Visigoth (Gotik Barat). Di jalan ke Toledo
itu mereka menyapu kota Ecija dimana
sempat terjadi perdamaian dan
menerima kekuasaan Muslim atas
wilayah itu.

Dengan cepat Thariq berusaha


menaklukkan sebagian besar tanah
Spanyol, yang oleh orang Arab
dinamakan Al-Andalus (Andalusia) itu. Ia
lalu membagi-bagi pasukannya ke
dalam beberapa kelompok. Satu
pasukan berhasil merebut Arkidona
tanpa perlawanan, dan pasukan lainnya
juga dengan mudah merebut kota Elvira
dekat Granada. Ia lalu menaklukkan
Cordoba dan sebagian wilayah Malaga.
Kemudian diteruskan dengan
mengepung Granada yang berhasil
ditaklukkan dengan jalan kekerasan.
Thariq lalu menuju ibukota Toledo. Di
dalam perjalanan dia menyerang kota
Murcia dan menghancurkan kerajaan
tersebut. Ketika pasukan Islam di Toledo
ternyata para pemimpin Gotik telah
meninggalkan wilayah itu. Thariq
memasukinya dengan mudah. Ketika itu
pasukannya didukung pula oleh ksatria-
ksatria Kristen lokal yang tak suka
kekuasaan Bangsa Gotik Barat di
negaranya.

Thariq terus mengejar para pejabat


Gotik ke gunung, hingga mendapatkan
harta rampasan yang sangat banyak.
Harta dan para tawanan dibawa ke
Toledo. Di sana para tawanan
dipekerjakan untuk membangun
kembali kota itu, antara lain dengan
membangun 365 tiang terbuat dari batu
Zabarjud.
Musa bin Nusair lalu mengirim surat
kepada Thariq bin Ziyad, dan
memerintahkannya untuk menghentikan
gerakan, dan tetap berada di tempat
surat itu tiba. Tapi, Thariq malah
mengumpulkan para pejabatnya,
merundingkan strategi perang.
Semuanya berpendapat melaksanakan
perintah Musa akan mempersulit
strategi perang mereka. Sebab, sudah
terbuka untuk merekrut pasukan asal
Toledo dan meraih momentum untuk
menyerang lawan yang belum
menyadari situasi.

Karena itu Thariq melanjutkan


penaklukan seraya merekrut milisi dari
warga Toledo yang sudah kalah. Thariq
mengabarkan keputusannya ini kepada
Musa bin Nushair disertai alasan-
lasannya.

Ketika pesan Thariq sampai, Musa


langsung berangkat ke Spanyol pada
bulan Juni 712 M dengan membawa
18.000 tentara, kebanyakan orang Arab.
Dan seperti yang pernah disepakati
dengan Thariq, pasukan Musa bin
Nushair segera menuju Sevilla, kota
terkuat Spanyol saat itu. Sebelum ke
Sevilla pasukan Musa menaklukkan
Medina Sidon dan Carmona. Musa
mengepung ketat kota Sevilla dan
akhirnya berhasil menghancurkan kota
pusat kebudayaan Spanyol itu. Namun
kota itu ditinggalkan Musa dalam
keadaan kobaran api dan ia melanjutkan
perjalanan ke arah Toledo.

Warga Sevilla tetap tak rela terhadap


pendudukan oleh pasukan Muslim di
sana. Setelah panglima Musa bin
Nushair meninggalkan kota itu, milisi
Sevilla kembali beraksi mengobarkan
pemberontakan. Mereka dapat
membunuh tentara Muslim. Mendengar
berita itu, Musa segera mengirim
anaknya Abdul Aziz, untuk kembali ke
Sevilla. Ia sendiri terus menuju Toledo.

Mendengar kabar akan datangnya


panglima utamanya, Musa bin Nushair,
Thariq segera keluar ke perbatasan
Toledo untuk menyambut Musa. Namun
Musa sangat marah kepadanya. Thariq
dianggap telah mengabaikan
perintahnya untuk menghentikan
sementara penaklukkan sampai ia
datang ke Spanyol. Begitu marahnya
Musa sampai ia memasukkan jendralnya
itu ke dalam penjara layaknya seorang
penjahat.

Di depan sidang dewan pertahanan,


Musa menyatakan memecat Thariq bin
Ziyad, dengan tujuan memperbaiki
segala sesuatu yang telah dilakukan
Thariq. Sekalipun Thariq berupaya
menjelaskan bahwa keputusannya itu
dilakukan demi kemaslahatan kaum
Muslimin dan sudah dimusyawarahkan
dengan para penasehat, Musa tetap
teguh pada pendiriannya. Ia mengganti
Thariq dengan Mughits bin Al-Harits,
tapi Mughits menolaknya. Ia segan
menjadi komandan di atas Thariq sang
pemberani.

Mughits bahkan bertekad membela


Thariq bin Ziyad. Diam-diam dia
mengirim kabar kepada Khalifah Al-
Walid bin Abdul Malik tentang situasi
yang berkembang. Al-Walid sangat
marah mendengarnya. Ia lalu menyurati
Musa dan memerintahkan agar
kedudukan Thariq dipulihkan sebagai
komandan pasukan. Dan Musa menaati
perintah pemimpinnya di Damaskus itu.

Kemudian kedua panglima itu bergerak


terus ke utara, hingga berhasil
menaklukkan Castilla, Aragon dan
Catalonia (Barcelona). Keduanya bahkan
sampai ke pegunungan Pyrennes yang
menjadi batas antara Spanyol dan
Perancis. Sekiranya tidak ada perintah
dari Damaskus untuk menghentikan
penaklukan, niscaya gerakan mereka
berdua tak tertahankan untuk
menguasai seluruh benua Eropa.

Perjalanan hidup panglima Thariq bin


Ziyad, sang penakluk Spanyol yang
agung telah menjadi bagian dari sejarah
patriotisme Islam melalui penaklukan
Spanyol (Andalusia). Nama pejuang
Islam ini begitu harum, hingga
diabadikan di semenanjung perbukitan
karang setinggi 425 m tempat pasukan
Thariq mendarat pertama kali di pantai
tenggara Spanyol, yaitu Gibraltar atau
Jabal Tariq.

Dalam kitab Tarikh al-Andalus,


disebutkan bahwa sebelum meraih
keberhasilan ini, Thariq telah
mendapatkan firasat bahwa ia pernah
bermimpi melihat Rasulullah SAW
bersama keempat KhulafaAl-Rasyidin
berjalan di atas air hingga
menjumpainya, lalu Rasulullah Saw
memberitahukan kabar gembira bahwa
ia akan berhasil menaklukkan
Spanyol(Andalusia). Kemudian
Rasulullah Saw menyuruhnya untuk
selalu bersama Kaum Muslimin dan
menepati janji.
KEJATUHAN ISLAM DI ANDALUSIA

prezi.com

Transcript of KEJATUHAN ISLAM DI


ANDALUSIA

KEJATUHAN ISLAM DI ANDALUSIA


PENGENALAN
Zaman Kegelapan Eropah
SEMASA KEJATUHAN ISLAM
OBJEKTIF
* Secara integral, para sejarawan
bersepakat menyatakan bahawa
kedatangan Islam ke Andalusia adalah
di bawah pimpinan Tariq ibn Ziyad.

* Beliau adalah tokoh Islam terkenal


telah memimpin pasukan tenteranya
mengharungi Gibraltar yang memiliki
kedudukan strategik pintu gerbang para
pedagang antarabangsa.

* Sebelum pembukaan Islam, wilayah


Andalus dimonopoli secara rakus oleh
golongan bangsawan (noble lord)
sehingga berlaku penindasan terhadap
golongan bawahan.

* Kesannya menyebabkan banyak tanah


pertanian terbiar beku, industri-industri
terpaksa ditutup dan ia sekaligus
melumpuhkan ekonomi Andalus
* Apa yang menarik untuk diperhatikan
sejarah pemerintahan Andalus ini ialah
pemerintahannya kekal di bawah
penguasaan kerajaan Bani Umayyah,
walaupun kerajaan Bani Abbasiyah telah
mula bertapak dan berpusat di kota
Baghdad bermula pada tahun 132H/
750M.

* Fakta sejarah mengakui bahawa


sebelum Islam membuka Andalus,
masyarakat Kristian Eropah hidup di
dalam kejahilan dan kegelapan
pimpinan Roderick.

1) Mengkaji perkembangan ilmu-ilmu


semasa zaman kegemilangan Tamadun
Islam di Andalusia.

2) Mengumpul maklumat yang ada


untuk dijadikan pengajaran pada masa
sekarang.
3) Mengenalpasti punca kejatuhan Islam
di Andalusia
Sebelum kedatangan pejuang islam,
Eropah telah mengalami zaman gelap
yang penuh dengan kejahilan.
Kehidupan diganggu oleh pemimpin -
Pemimpin sibuk membina istana dan
mengumpul kekayaan,sementara rakyat
jelata tiada tempat tinggal dan
keperluan asas.
Pemberontakan berlaku disebabkan oleh
rasa tidak puas hati dan telah
menyebabkan kehilangan nyawa dan
harta yang banyak
Kedatangan Islam
Islam muncul di Andalusia pada 711 M
dimana Thariq bin Ziyad telah
ditugaskan oleh Musa bin Nusair iaitu
Gebenor Afrika Utara untuk menyerang
Andalusia.
Atas pertolongan Allah S.W.T 100 000
tentera Raja Roderick telah tewas di
tangan pasukan muslim.
Selepas dari kejadian ini, sedikit demi
sedikit kota-kota yang berada di
Andalusia ditawan oleh Thariq bin Ziyad
bersama Musa bin Nusair. Sejak dari ini,
agama Islam telah tersebar luas ke
seluruh Eropah.
Zaman kegemilangan Andalusia ialah
pada pemerintahan Abdurrahman iii
pada tahun 929 kerana paza zaman ini,
Andalusia telah menjadi pusat budaya
yang maju dan mempunyai karya-karya
yang hebat.
Pada zaman pemerintahan Islam di
Andalusia, rakyat hidup aman damai
kerana kehidupan mereka jauh lebih
baik berbanding sebelum pemerintahan
Islam dimana mereka tidak lagi
dijadikan hamba, tidak dipaksa untuk
memeluk Islam, tidak dihalang dari
mengikut kepercayaan mereka, dan
mereka boleh terlibat dalam pekerjaan
yang sama dengan orang Islam seperti
bekerja di bank dan urusan jual beli
emas dan perak.
SEBELUM KEJATUHAN ISLAM
Kewujudan Kerajaan Kecil
Bermula daripada kelemahan
kepimpinan
Pucuk pimpinan di Cardova bergaduh
dan bercakaran serta ada yang saling
menindas untuk merebut kuasa
khalifah.
Pembentukan kerajaan-kerajaan kecil
yang dikenali sebagai Muluk al-Tawaif
adalah disebabkan oleh semangat puak,
iaitu untuk mengangkat kaum sendiri
seolah-olah mereka tidak langsung
berpegang kepada semangat Ukhuwwah
Islamiyyah.
Benteng Terakhir
Zaman pemerintahan terakhir Islam di
Andalusia iaitu Granad dari tahun 620-
897H di bawah Bani al-Ahmar
menggambarkan kedaifan dalam
pemerintahan disebabkan oleh
pemerintah terpaksa menyerah wilayah
terakhir ini demi menyelamatkan
maruah pemerintah Islam di bawah
pimpinan Abu Abdullah dari guling
dengan lebih teruk.
Perselisihan keluarga berlaku dalam hal
mewarisi kepimpinan merupakan punca
pergolakan anak-beranak berlaku dan
seterusnya melemahkan lagi
pemerintahan di Granada.
Abu Abdullah membuat perancangan
kerjasama dengan Raja Ferdinand untuk
merampas kembali takhta
pemerintahan.
Rampasan itu berjaya, tetapi Abu
Abdullah hanya dapat menduduki takhta
dalam jangka masa yang pendek
disebabkan tekanan daripada Ferdinand
supaya menyerahkan wilayah Granada
ini kepada beliau.
Faktor Kejatuhan
Kejatuhan Andalusia adalah berpunca
daripada kelemahan pemerintahan yang
sanggup menggadai prinsip mereka
demi mendapat bantuan sokongan
untuk menduduki takhta yang hanya
bersifat sementara sahaja. Selain itu, ia
turut disebabkan beberapa faktor :
Usaha agresif Kristian untuk menakluk
kembali wilayah yang ditadbir oleh
kaum Muslimin sehingga menyebabkan
pertahanan mereka terus rapuh dan
tidak mampu bertahan atas serangan
fikri dan askari yang dilakukan oleh
tentera musuh. Gerakan ini lebih
dikenali sebagai Reconquista. Tidak
dinafikan ia mempunyai kaitan dengan
usaha pihak Kristian untuk menakluk
wilayah yang telah jatuh ke tangan
umat Islam di seluruh dunia di mana ia
seolah turut terkesan dengan
pergerakan tentera Salib yang
menumpukan perhatian di wilayah umat
Islam di Asia Barat.
Ketiadaan sokongan dari pemerintah
Islam di wilayah luar Andalusia,
melainkan sokongan sering diterima
hanyalah dari Afrika Utara sahaja.
Tiada mekanisme dalam mencari
pengganti yang layak (succession plan)
untuk meneruskan pemerintahan di
mana kebanyakan mereka mewariskan
kepimpinan kepada anak beranak dan
keluarga sahaja.
Tiada kesepakatan (wehdatul fikri dan
wehdatul amal) dalam mentadbir
wilayah yang dikuasai sehingga wujud
perbezaan pemerintahan antara satu
wilayah dengan wilayah yang lain.
Perbezaan fikrah yang wujud dalam
kalangan mereka banyak membawa
keruntuhan dan kurang usaha untuk
bekerjasama dalam hal-hal yang
disepakati.

KESAN SELEPAS KEJATUHAN ISLAM


Sebaik sahaja kuasa bertukar tangan,
umat Islam Granada yang berada mula
menjual harta dan kekayaan mereka
kepada orang-orang Kristian secara
sukarela.
Umat Islam dihina dan dihalau keluar
dari Andalusia
Keluarga Abdul Rahman Aziz, bekas
Gabenor Andalusia bersama tujuh ahli
keluarganya menjalani hukuman bakar
kerana keengganan mereka tunduk
kepada orang Kristian yang memaksa
mereka murtad.
Keluarga yang kuat berpegang kepada
ajaran Islam itu rela dibakar hidup-hidup
daripada menukar agama mereka.
Ribuan naskhah hasil karya bangsa
Moor dibakar atas perintah Kardinal
Ximenez.
20 Julai 1501M, Raja Ferdinand dan Ratu
Isabella mengeluarkan dekri baru
dengan peraturan yang melarang umat
Islam berada di wilayah kerajaan
Granada.
Peraturan baru dikeluarkan iaitu setiap
Muslim yang sudah menjadi Katolik
tidak boleh lagi mengaku Nabi
Muhammad SAW pesuruh Allah.
Orang-orang Islam tidak boleh memakai
pakaian tradisi Islam, tidak boleh
memakai pakaian yang dipakai pada
hari Jumaat. Dilarang menghadap ke
Timur iaitu ke Kaabah untuk solat.
Diharamkan membaca atau mengucap
bismillahirrahmanirrahim.Begitu juga
tidak boleh menyebut bismillah ketika
menyembelih haiwan.
Ratu Isabella dan Raja Ferdinand,
memaksa setiap warga Andalusia untuk
menjual babi dan diwajibkan
menggantung daging-daging babi di
pintu rumah sebagai bukti kesetiaan
mereka kepada Ratu Isabella.
Raja Ferdinand memberikan hadiah,
pelepasan cukai dan intensif yang
berbagai kepada orang Islam yang
sanggup murtad.
Semenjak itu orang-orang Islam digelar
sebagai Moriscos yang bermaksud
orang Islam yang hina.
Segala bentuk bantuan yang ingin
disampaikan kepada orang-orang Islam
di Granada telah berjaya diputuskan.
Pihak Kristian telah menukarkan Masjid
Cordova yang indah dan megah yang
dibina oleh Abd al-Rahman al-Dakhil
pada 788M menjadi gereja pada 1236M.
Bahagian tengah masjid telah
diubahsuai dan diterapkan ciri-ciri
Gereja.
Bukan hanya kedamaian beragama
hilang, cahaya ketamadunan dan
keilmuan juga hilang dari bumi
Andalusia.

Anda mungkin juga menyukai