Anda di halaman 1dari 16

ISLAM SELEPAS KEWAFATAN

NABI (SAW)

10 SAHABAT YANG DIJAMIN MASUK SYURGA


OLEH NABI MUHAMMAD S.A.W

Abu Bakar AsSiddiq


Nama sebenarnya Abdullah bin Abi Quhafah. Abu Bakar adalah dari keturunan Arab Quraisy
dari kabilah yang sama dengan Rasulullah. Bila Abu Bakar berasal dari keluarga Tamimi, maka
Rasulullah berasal dari keluarga Hasyimi. Keutamaan Abu Bakar adalah beliau seorang
pedagang yang selalu menjaga kehormatan diri. Ia seorang yang kaya, pengaruhnya besar serta
memiliki akhlaq yang mulia. Sebelum datangnya Islam, beliau adalah sahabat Rasulullah yang
memiliki karakter yang mirip dengan Rasulullah. Belum pernah ada orang yang menyaksikan
Abu Bakar minum arak atau pun menyembah berhala. Dia tidak pernah berdusta (sebab itu
Rasulullah memberinya gelaran 'asSiddiq). Begitu banyak kemiripan antara beliau dengan
Rasulullah sehingga tak heran kemudian beliau menjadi khalifah pertama setelah Rasulullah
wafat. Rasulullah selalu mengutamakan Abu Bakar berbanding para sahabatnya yang lain
sehingga tampak menojol di tengah tengah orang lain.

Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh ummat nescaya akan lebih berat
keimanan Abu Bakar. (HR. Al Baihaqi)

Al Quran pun banyak mengisyaratkan sikap dan tindakannya seperti yang dikatakan dalam
firmanNya, di dalam Surah Al Lail: 5-7, 17-21, Surah Fushilat: 30, dan Surah At Taubah: 40.
Dalam masa yang singkat sebagai Khalifah, Abu Bakar telah banyak memperbarui kehidupan
kaum muslimin, memerangi nabi palsu, dan kaum muslimin yang tidak mau membayar zakat.
Pada masa pemerintahannya pulalah penulisan AlQuran dalam lembaran-lembaran dimulai.

Umar Ibnu al Khattab


Umar berasal dari kabilah yang sama dengan Rasulullah SAW dari datuknya Kaab bin Luai.
Umar masuk Islam setelah bertemu dengan adiknya Fatimah daan suami adiknya Said bin Zaid
pada tahun keenam kenabian dan sebelum Umar telah ada 39 orang lelaki dan 26 wanita yang
masuk Islam. Di kaumnya Umar dikenal sebagai seorang yang berani, tegas dan berwatakan
kasar, gagah dan pandaibermain senjata, bijak berdiskusi dan berdialog, dan bijak memecahkan
permasalahan masyarakat. Setelah Umar masuk Islam, dawah kemudian dilakukan secara
terang-terangan, begitupun di saat hijrah, Umar adalah segelintir orang yang berhijrah dengan
terang-terangan. Ia sengaja berangkat pada siang hari dan melewati gerombolan Quraisy. Ketika
melewati mereka, Umar berkata, Aku akan meninggalkan Mekah dan menuju Madinah. Siapa
yang ingin menjadikan ibunya kehilangan putranya atau ingin anaknya menjadi yatim, silakan
menghadang aku di belakang lembah ini! Mendengar perkataan Umar tak seorangpun yang
berani membuntuti apalagi mencegah Umar. Banyak pendapat Umar yang dibenarkan oleh Allah
dengan menurunkan firmanNya seperti saat peristiwa kematian Abdullah bin Ubay (QS 9:84),
ataupun saat penentuan perlakuan terhadap tawanan saat perang Badar, pendapat Umar
dibenarkan Allah dengan turunnya ayat 67 surat Al Anfal.

Sebagai khalifah, Umar adalah seorang yang sangat memperhatikan kesejahteraan ummatnya,
sampai setiap malam ia berkeliling khawatir masih ada yang belum terpenuhi kebutuhannya,
serta kekuasaan Islam pun semakin meluas keluar jazirah Arab.

Uthman ibnu al Affan


Sebuah Hadits yang menggambarkan keperibadian Utsman: Orang yang paling kasih sayang
diantara ummatku adalah Abu Bakar, dan paling teguh dalam menjaga ajaran Allah adalah Umar,
dan yang paling bersifat pemalu adalah Utsman. (HR Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim, At
Tirmidzi) Uthman adalah seorang yang sangat dermawan, dalam sebuah persiapan pasukan
pernah Uthman yang membiayainya seorang diri. Setelah kaum muslimin hijrah, saat kesulitan
air, Uthmanlah yang membeli sumur dari seorang Yahudi untuk kepentingan kaum muslimin.
Pada masa kepemimpinannya Uthman merintis penulisan Al Quran dalam bentuk mushaf, dari
lembaran-lembaran yang mulai ditulis pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar.

Ali ibnu Abi Thalib


Ali merupakan pemuda pertama yang masuk Islam, ia yang menggantikan posisi Rasulullah di
tempat tidurnya saat beliau hijrah, Ali yang dinikahkan oleh Rasulullah dengan putri
kesayangannya Fatimah, Ali yang sangat sederhana kehidupannya.

Thalhah ibnu Ubaidillah


Semasa Perang Uhud Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah serta jari
tangannya putus. Namun Thalhah yang berperawakan kekar serta sangat kuat inilah yang
melindungi Rasulullah disaat saat genting, beliau memapah Rasulullah yang tubuhnya telah
berdarah menaiki bukit Uhud yang berada di ujung medan pertempuran saat kaum musyrikin
pergi meninggalkan medan peperangan karena mengira Rasulullah telah wafat. Saat itu Thalhah
berkata kepada Rasulullah, Aku tebus engkau ya Rasulullah dengan ayah dan ibuku. Nabi
tersenyum seraya berkata, Engkau adalah Thalhah kebajikan. Sejak itu Beliau mendapat
julukan Burung Elang hari Uhud. Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya, Orang ini
termasuk yang gugur dan barang siapa yang senang melihat seorang yang syahid berjalan di
muka bumi maka lihatlah Thalhah.
AzZubair ibnu alAwwam
Beliau muslim pada usia lima belas tahun dan hjrah pada usia delapan belas tahun, dengan
siksaan yang ia terima dari pamannya sendiri. Kepahlawanan AzZubair ibnu al Awwam pertama
terlihat dalam Badar saat ia berhadapan dengan Ubaidah bin Said Ibnul Ash. Azzubair ibnul
Awwam berhasil menombak kedua matanya sehingga akhirnya ia tersungkur tak bergerak lagi,
hal ini membuat pasukan Quraisy ketakutan.

Rasulullah sangat mencintai Azzubair ibnul Awwam beliau pernah bersabda, Setiap nabi
memiliki pengikut pendamping yang setia (hawari), dan hawariku adalah Azzubair ibnul
Awwam. Azzubair ibnul Awwam adalah suami Asma binti Abu Bakar yang mengantarkan
makanan pada Rasul saat beliau hijrah bersama ayahnya.

Pada masa pemerintahan Umar, saat panglima perang menghadapi tentara Romawi di Mesir Amr
bin Ash meminta bala bantuan pada Amirul Muminin, Umar mengirimkan empat ribu prajurit
yang dipimpin oleh empat orang komandan, dan ia menulis surat yang isinya, Aku mengirim
empat ribu prajurit bala bantuan yang dipimpin empat orang sahabat terkemuka dan masing-
masing bernilai seribu orang. Tahukah anda siapa empat orang komandan itu? Mereka adalah
Ubadah ibnu Assamit, Almiqdaad ibnul Aswad, Maslamah bin Mukhalid, dan Azzubair bin
Awwam. Demikianlah dengan izin Allah, pasukan kaum muslimin berhasil meraih kemenangan.

AbdurRahman ibnu Auf


AbdurRahman adalah seorang pedagang yang sukses, namun saat berhijrah ia meninggalkan
semua harta yang telah ia usahakan sekian lama. Namun saat telah di Madinahpun beliau
kembali menjadi seorang yang kaya raya, dan saat beliau meninggal, wasiat beliau adalah agar
setiap peserta perang Badar yang masih hidup mendapat empat ratus dinar, sedang yang masih
hidup saat itu sekitar seratus orang, termasuk Ali dan Utsman. Beliaupun berwasiat agar sebagian
hartanya diberikan kepada ummahatul muslimin, sehingga Aisyah berdoa: Semoga Allah
memberi minum kepadanya air dari mata air Salsabil di surga.

Saad ibnu Abi Waqqash


Saad adalah orang pertama yang terkena panah fisabilillah, seorang yang keislamannya sangat
dikecam oleh ibunya, namun tetap tabah, dan kukuh pada keislamannya.

Said bin Zaid


Saad adalah adik ipar Umar, adalah orang yang dididik oleh seorang ayah yang beroleh bihayah
Islam tanpa melalui kitab atau nabi mereka seperti halnya Salman Al Farisi, dan Abu Dzar Al
Ghifari. Banyak orang yang lemah berkumpul di rumah mereka untuk memperoleh ketenteraman
dan keamanan, serta penghilang rasa lapar, karena Said adalah seorang sahabat yang dermawan
dan murah tangan.

Abu Ubaidah ibnu AlJarrah


Abu Ubaidah melalui jalan getir dalam kehidupan sebagai muslim apabila terpaksa membunuh
ayahnya (yang menyertai kaum kafirin) dalam Perang Badar, sehingga Allah menurunkan Surah
Al Mujadilah : 22. Begitupun dalam Perang Uhud, Abu Ubaidahlah yang mencabut besi tajam
yang menempel pada kedua rahang Rasulullah, dan dengan begitu beliau rela kehilangan
giginya. Abu Ubaidah mendapat gelar dari Rasulullah sebagai pemegang amanat ummat, seperti
dalam sabda beliau : Tiap-tiap ummat ada orang pemegang amanat, dan pemegang amanat
ummat ini adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah.

KERAJAAN
KHULAFA' URRASYIDIN

1. Saiyidina Abu Bakar (Abdullah) ibni Abi Quhafah (632 - 634)

2. Saiyidina Umar ibni al Khattab (634 - 644)

3. Saiyidina Uthman ibni alAffan (644 - 656)

4. Saiyidina Ali ibni Abi Talib (656 - 660)

KERAJAAN
KHULAFA' BANI UMAIYYAH
1. Muawiyah bin Abu Sufyan (661 - 680) - Muawiyah I

2. Yazid bin Muawiyah (680 -683) - Yazid I

3. Muawiyah bin Yazid (684 -684) - Muawiyah II

4. Marwan bin alHakam (684 -685) - Marwan I

5. Abdul Malik bin Marwan (685 - 705)


6. Al Walid bin Abdul Malik (705 - 715) - Al Walid I

7. Sulaiman bin Abdul Malik (715 - 717)

8. Umar bin Abdul Aziz (717 - 720)

9. Yazid bin Abdul Malik (720 -724) - Yazid II

10. Hisyam bin Abdul Malik (724 - 743)

11. Al Walid bin Yazid II (743 -744) - Al Walid II

12. Ibrahim bin Al Walid I (744)

13. Yazid bin Al Walid II (744) - Yazid III

14. Marwan bin Muhammad bin Marwan I (744 - 750)

KERAJAAN
KHULAFA' BANI ABASSIYAH
1. Abul Abbas AsSaffah bin Muhammad (750 - 754)

2. Al Mansur bin Muhammd (754 - 775)

3. Al mahdi bin Al Mansur (775 - 785)

4. Al Hadi bin Al Mahdi (785 - 786)

5. Ar Rasyid bin Al Mahdi (786 - 809)

6. Al Amin bin Ar Rasyid (809 - 813)

7. Al Makmun bin ArRasyid (813 - 833)

8. Al Mu'tasim bin Ar Rasyid (833 - 842) - Al Mu'tasim I

9. Al Wathiq bin Al Amin (842 - 842 - 847)

10. Al Mutawakkil bin Al Muktasim (847 - 861)

11. Al Muntashir bin Al Mutawakkil (861 - 862) - Al Muntashir I

12. Al Mustain bin Al Muktasim (862 - 866)


13. Al Mu'tazz bin Al Mutawakkil (866 - 869)

14. Al Muhtadi bin Al Wathiq (869 - 870)

15. Al Mu'tamid bin Al Mutawakkil (870 - 892)

16. Al Mu'tadhid bin Al Muwaffaq bin Al Mutawakkil (892 - 902)

17. Al Muqtafi bin Al Mu'tadhid (902 - 909) - Al Muqtafi I

18. Al Muqtadhir bin Al Mu'tadhid (909 - 932)

19. Al Qahir bin Al Mu'tadhid (932 - 934)

20. Ar Radhi bin Al Muqtadhir (934 - 940)

21. Al Muttaqi bin Al Muqtadhir (940 - 944)

22. Al Mustaqfi bin Al Muktafi (944 - 946)

23. Al Muthi' bin Al Qahir (944- 974)

24. At Tha'i bin Al Muthi' (974 - 991)

25. Al Qadir bin Ishaq bin Al Muqtadhir (991 - 1031)

26. Al Qaim bin Al Qadir (1031 - 1075)

27. Al Muqtadhi bin Al Qa'im (1075 - 1094) -

28. Al Mustazhir bin Al Muqtadhi (1094 - 1118)

29. Al Mustarsyid bin Al Mustazhir (1118 - 1135)

30. Ar Rasyid bin Al Mustarshid (1135 - 1136) - Ar Rasyid II

31. Al Muqtafi bin Al Mustazhir (1136 - 1160) - Al Muqtafi II

32. Al Mustanjid bin Al Muqtafi (1160 - 1170)

33. Al Mustadhi bin Al Mustanjid (1170 - 1180)

34. An Nashir bin Al Mustadhi (1180 - 1225)

35. Az Zahir bin An Nashir (1225 - 1226)


36. Al Mustanshir bin Az Zahir (1226b-1242) Al Mustanshir II

37. Al Mu'tasim bin Al Mustanshir (1242 - 1258) - Al Mu'tasim II

KERAJAAN ABASSIYAH DI MASIR

1. Al Mustanshir (1261 -1262)

2. Al Hakim (1262 - 1302)

3. Al Mustaqfi (1302 - 1340)

4. Al Wathiq (1340 - 1341)

5. Al Hakim II (1341 - 1352)

6. Al Mu'tadhid I (1352 - 1362)

7. Al Mutawakkil I (1362 - 1383)

8. Al Wathiq (1383 - 1386)

9. Al Mu'tasim (1386 - 1389)

10. Al Mutawakkil (1389- 1406)

11. Al Mustain (1406 - 1414)

12. Al Mu'tadhid (1414 - 1441)

13. Al Mustaqfi II (1441 - 1451)

14. Al Qaim (1451 - 1455)

15. Al Mustanjid (1455 - 1479)

16. Al Mutawakkil II (1479 - 1497)

17. Al Mustamshik (1497 - 1508)

18. Al Mutawakkil III (1508 - 1517)


EMPAYAR KESULTANAN UTHMANIYAH (TURKI)

1. Sultan Uthman I (1281 - 1326)

2. Sultan Orhan I (1326 - 1359)

3. Sultan Murad I (1359 - 1389)

4. Sultan Beyazid I (1389 - 1402)

5. *interregnum (1402 - 1413)

6. Sultan Mehmed I (1413 0 1421)

7. Sultan Murad II (1421 - 1444)

8. Sultan Mehmed II(1444 - 1445)

9. Sultan Murad II (1445 - 1451)

10. Sultan Mehmed II (1451 - 1481)

11. Sultan Beyazid II (1481 - 1512)

12. Sultan Salim I (1512 - 1520)

13. Sultan Suleiman I (1520 -1566)

14. Sultan Salim II (1566 - 1574)

15. Sultan Murad III (1574 -1595)

16. Sultan Mehmed III (1595 - 1603)

17. Sultan Ahmed I (1603 - 1617)

18. Sultan Mustaffa I (1617 - 1618)

19. Sultan Uthman II (1618 - 1622)

20. Sultan Mustaffa II (1622 - 1623)

21. Sultan Murad IV (1623 - 1640)


22. Sultan Ibrahim I (1640 - 1648)

23. Sultan Mehmed IV (1648 - 1687)

24. Sultan Suleiman II (1687 - 1691)

25. Sultan Ahmed II (1691 - 1695)

26. Sultan Mustaffa III (1695 - 1703

27. Sultan Ahmed III (1703 - 1730)

28. Sultan Mahmud I (1730 - 1754)

29. Sultan Uthman III (1754 - 1757)

30. Sultan Mustaffa IV (1757 - 1774)

31. Sultan Abdul Hamid I (1774 - 1789)

32. Sultan Salim III (1789 - 1807)

33. Sultan Mustaffa V (1807 - 1808)

34. Sultan Mahmud II (1808 - 1839)

35. Sultan Abdul Mejid I (1839 - 1861)

36. Sultan Abdul Aziz (1861 - 1876)

37. Sultan Murad V (1876)

38. Sultan Abdul hamid II (1876 - 1909)

39. Sultan Mehmed V (1909 - 1918)

40. Sultan wAHIDIDDEN (Mehmed VI) (1918 - 1922)

41. Sultan Abdul Majid II (1922 -1924)


Kerajaan Bani Abbasiyyah (Arab: al-Abbsidn) ialah nama yang diberi bagi Khalifah
Baghdad iaitu empayar kedua Islam selepas penyingkiran pemerintahan Kerajaan Bani
Ummaiyyah. Kerajaan ini merampas kuasa pada tahun 750 selepas mereka berjaya mengalahkan
tentera Ummaiyyah dalam medan peperangan. Kerajaan ini berkembang selama dua kurun tetapi
secara perlahan-lahan mengalami zaman kejatuhan selepas kebangkitan tentera berbangsa Turki
yang mereka cipta. Kerajaan ini akhirnya berakhir pada tahun 1258 selepas Hulagu Khan iaitu
seorang panglima tentera Mongol menghancurkan Baghdad.

Isi kandungan
1 Revolusi menentang Ummaiyyah

2 Masalah dan Cabaran

3 Mamluk

4 Kesarjanaan semasa zaman Abbasiyyah

5 Kejatuhan Kerajaan Abbasiyyah

6 Kronologi Kerajaan Bani Abbasiyyah

7 Khalifah Abbasiyyah Baghdad

8 Khalifah Abbasiyyah Kaherah

9 Pautan luar

Revolusi menentang Ummaiyyah


Adalah dikatakan bahawa keturunan khalifah Abbasiyyah datang dari Abbas bin Abdul Muttalib
(566-652) yang merupakan salah seorang daripada bapa saudara Nabi Muhammad , oleh

itu mereka merasakan diri mereka layak untuk menjadi khalifah memandangkan salasilah
keturunan mereka itu. Bani Ummaiyyah pula ialah salah sebuah daripada golongan dalam kaum
Quraisy yang berlainan daripada keturunan nabi.

Wilayah Abbasiyyah semasa pemerintahan Khalifah Harun al-Rashid.

Muhammad ibni Ali, cicit kepada Saidina Abbas menjalankan kempen untuk mengembalikan
kuasa pemerintahan kepada keluarga Bani Hashim di Parsi semasa pemerintahan Khalifah Umar
bin Abdul Aziz.

Semasa pemerintahan Khalifah Marwan II, penentangan ini semakin memuncak dan akhirnya
pada tahun 750, Abu al-Abbas al-Saffah berjaya menewaskan tentera Ummaiyyah dan
kemudiannya dilantik sebagai khalifah.

Masalah dan Cabaran


Kerajaan Abbasiyyah amat bergantung kepada sokongan orang Parsi dalam usaha mereka
menjatuhkan Kerajaan Bani Ummaiyyah. Pengganti Khalifah Abu al-Abbas, al-Mansur,
memindahkan pusat pemerintahan mereka daripada Damsyik ke Baghdad di Iraq berhampiran
ibu negara Parsi lama, malah menggunakan kembali batu-batu dari binaan Parsi bagi membina
bangunan di pusat pentadbiran baru mereka. Bani Abbasiyyah membangunkan pemerintahan
muslim mereka dan meniru pemerintahan mutlak Parsi. Mereka turut mengalu-alukan
kedatangan orang bukan Arab Muslim ke sana. Hal ini membantu mengintegrasikan budaya
Arab dan Parsi tetapi langkah ini mengasingkan banyak penyokong berbangsa Arab mereka.
Duit syiling semasa pemerintahan Khalifah Harun al-Rashid.

Keadaan ini dengan cepat menimbulkan banyak masalah. Bani Ummaiyyah walaupun tewas
tetapi mereka masih tidak dimusnahkan. Saki-baki golongan Bani Ummaiyyah selepas kekalahan
mereka melarikan diri ke Sepanyol dan menubuhkan sebuah kerajaan di sana yang juga digelar
Kerajaan Ummaiyyah.

Kerajaan Abbasiyyah juga menghadapi kesukaran dengan golongan Syiah (bukan Syiah yang
difahami seperti sekarang). Golongan Syiah banyak membantu Abbasiyyah memandangkan
mereka merupakan keturunan Nabi Muhammad s.a.w., tetapi Abbasiyyah ialah Ahli Sunah
Waljamaah dan mereka menghalang kegiatan puak Syiah sebaik sahaja memegang kuasa. Hal ini
mengakibatkan berlaku lebih banyak konflik.

Ancaman ini mendorong Khalifah Bani Abbasiyyah untuk memusnahkan musuh mereka dengan
kejam, melaksanakan upacara istana yang mewah, dan membiayai penulisan moden. Keadaan
inilah menjadi asas bagi penulisan kesah Seribu Satu Malam, kumpulan cerita yang
menggambarkan kemewahan Timur yang ditulis di Baghdad semasa pemerintahan Khalifah Bani
Abbasiyyah.

Dalam masa yang sama, kerajaan Abbasiyyah menghadapi cabaran yang lebih berbahaya.
Empayar Byzantine sedang berperang dengan Kerajaan Abbasiyyah di wilayah pemerintahan
Abbasiyyah di Anatolia dan Syria. Bagaimanapun dari sudut pandangan barat, kebangkitan Puak
Bani Abbasiyyah adalah penting, bukan sahaja kerana kerana perkembangan dalam penulisan
dan lagenda, tetapi juga kerana kecenderungan mereka kearah timur telah mengurangkan tekanan
kepada kawasan Mediterranean, membenarkan negara Byzantian keupayaan untuk bangkit
kembali, dan puak Frank jauh di barat untuk mulai membentuk kekuatan mereka. Pemerintah
Frank, Charlemagne mengekalkan hubungan diplomatik dengan khalifah Harun al-Rashid yang
telah menghantar hadiah seekor gajah kepada puak Frank.

Mamluk
Rencana utama: Mamluk

Peta empayar Islam Abbasiyyah pada zaman kemuncaknya.

Apabila kuasa Bani Bani Abbasiyyah mulai merosot pada pertengahan abad ke sepuluh, terdapat
tempoh perpecahan yang berlarutan. Punca utama kelemahan Bani Bani Abbasiyyah adalah
kemerosotan asas ekonomi utama mereka, kekayaan dari perladangan di lembah Tigris-
Euphrates. Selain itu kerajaan Abbasiyyah turut menghadapi cabaran di dalam dan luar negara.
Bagi mengatasi masalah ini, kerajaan Abbasiyyah memutuskan untuk mencipta sebuah unit
angkatan tentera yang setia kepadanya yang kebanyakan datang daripada hamba berbangsa Turki
yang dikenali sebagai Mamluk. Pasukan ini yang dicipta sewaktu zaman Khalifah al-Mu'tasim
(833-842) dan zaman pemerintahan khalifah berikutnya iaitu Khalifah al-Wathiq (842-847).
Pasukan tentera ini berjaya menghalang empayar Islam ini daripada terus diancam.

Golongan Mamluk ini tidak lama kemudian mula mendapat pengaruh secara perlahan
sehinggalah mereka merampas kuasa. Selepas itu, pemimpin Bani Abbasiyyah menjadi boneka
sehingga khalifah mereka dimusnahkan sepenuhnya oleh puak Mongol pada 1258. Daripada 945
sehingga abad ke enam belas politik dunia Islam dikuasai oleh politik tempatan dengan beberapa
pemerintah lemah berlainan, seringkali orang Turki yang memerintah kawasan berlainan.
Bagaimanapun kebudayaan Islam terus berkembang semasa "tempoh pertengahan", terutamanya
antara 900 sehingga 1250, pada masa yang sama apabila pemerntahan Islam berkembang ke
Turki moden dan India. Kemudian empayar Islam moden muncul, yang menonjol di barat adalah
Othman Turki yang mengawal sebahagian besar Eropah barat dan Timur Dekat dari abad ke lima
belas sehingga 1918.

Kesarjanaan semasa zaman Abbasiyyah


Zaman pemerintahan Khalifah Harun al-Rashid (786 - 809) dan penggantinya menandakan
bermulanya perkembangan ilmu pengetahuan.

Banyak golongan-golongan pemikir lahir semasa zaman ini, ramai diantara mereka ialah bukan
Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam
menterjemahkan dan mengembangkan karya Greek dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam
kepada masyarakat Kristian Eropah. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang ahli falsafah
Greek iaitu Aristotle terkenal di Eropah. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan
semula ilmu geografi, matematik, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu
ini kemudiannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sebagainya.

Zaman ini juga menyaksikan lahir sarjana-sarjana Islam terkenal seperti Ibnu Sina, Al-Khindi,
al-Farabi dan sebagainya. Sarjana-sarjana Islam ini meningkatkan lagi pencapaian Islam dalam
bidang perubatan melalui pengetahuan yang diwarisi daripada Zaman Yunani yang diserap dan
digabung dengan kajian yang mereka lakukan. Avicenna telah mengenal pasti sifat berjangkit
pada penyakit batuk kering, menggambarkan pleurisy, dan pelbagai jenis penyakit saraf yang
lain. Beliau turut menjelaskan bahawa penyakit boleh tersebar dengan pencemaran air dan tanah.
Kitab perubatannya yang paling utama 'Canon of medicine' telah diterima pakai di Europah
sebagai buku teks rasmi sehingga abad ke tujuh belas. Rhazes (865-925) merupakan pakar
perubatan klinikal pada zaman medieval. Pencapaiannya yang utama adalah jumpaan mengenai
perbezaan antara measles dan smallpox. Pakar sains Islam yang lain telah mengetahui mengenai
kebaikan penyucian (cauterization), dan agen jangkitan (styptic), mengenal pasti barah perut,
memberikan penawar racun, dan mencapai kemajuan cemerlang dalam merawat penyakit mata.
Selain itu mereka mengenal pasti ciri-ciri jangkitan wabak bubonic, dengan menyatakan bahawa
ia boleh disebarkan melalui pakaian.

Selain itu hospital semasa pemerintahan Islam merupakan paling maju dalam pentakbiran
hospital dan pengawalan perkhidmatan perubatan. Terdapat sekurang-kurangnya tiga puluh
empat hospital di bandar utama Persia, Syria, dan Mesir, yang diatur sebagaimana hosital moden.
Setiap hospital mempunyai wad menurut jenis penyakit, dispensari, dan perpustakaan. Ketua
pakar perubatan dan pembedahan memberi syarahan kepada pelajar dan pelatih, menguji mereka,
memberikan lesen untuk berkhidmat. Malah pemilik lintah, dalam kebanyakan kes juga juga
merupakan tukang gunting rambut, terpaksa menyerahkannya bagi pemeriksaan menurut tempoh
masa berkala.

Pencapaian bidang saintifik Islam yang lain adalah dalam bidang optik, kimia, dan methematik.
Pakar sains Islam mengasaskan bidang optik dan menyatakan beberapa kesimpulan penting
berkenaan teori kanta pembesar, kepantasan, pengaliran, dan biasan cahaya. Ahli kimia Islam
turut mengatasi alkhemi, rekaan Yunani Hellenistik, sistem kepercayaan bahawa kesemua logam
pada asasnya adalah sama, dengan itu logam asas boleh ditukarkan kepada emas sekiranya
perkakasan yang betul (batu falsafah) dapat dijumpai. Hasil ujian pakar kimia Islam,
sesetengahnya menolak teori penukaran logam sepenuhnya. Selain itu,mereka turut menjumpai
pelbagai jenis unsur dan sebatian baru, antara lain soda karbonat, tawas, borax, silver nitrat
(larutan ion perak), saltpeter, nitrik dan asid sulfrik. Selain itu,ahli sains Islam merupakan yang
pertama menggambarkan proses kimia penyulingan, penapisan dan sublimation.
Dalam bidang methmetik, pencapaian teragung pakar sains Islam adalah menggabungkan
geometri Yunani dengan sistem nombor hindu. Dengan pengenalan nombor sifar (0), pakar
mathematik Islam telah berjaya mengembangkan pengiraan berasaskan sistem perpuluhan dan
memajukan algebra. Dengan asas geometri Yunani kepada rujukan pergerakan bintang-bintang,
pakar matematik Islam mencapai kemajuan pesat dalam trigometri sphere. Dengan itu mereka
menyatukan dan memajukan kesemua bidang pengatahuan methematik.

Dalam bidang astrologi, kajian teliti dilakukan mengenai perubahan kedudukan bintang, malah
terdapat dari mereka yang menimbangkan kemungkinan bumi berputar dan beredar mengelilingi
matahari. Tetapi teori ini ditinggalkan kerana ia tidak selaras dengan pemikiran silam masa itu
seperti orbit planet yang berbentuk bulat.

Dalam bidang perdagangan, perkembangan perdagangan tidak mungkin wujud tanpa


perkembang perindustrian. Hampir setiap negeri mempunyai pengilangan sesuatu yang khusus,
Mosul di Syria merupakn pusat kapas, dan kain; Baghdad khusus dalam penghasilan barangan
kaca, perhiasan, barangan tembikar, dan sutera; Morocco dalam penghasilan barangan kulit;
Toledo di Sepanyol bagi penghasilan pedangnya yang terbaik.Selain itu terdapat pelbagai bandar
lain yang turut menghasilkan dadah, minyak wangi, karpet, tapestries, brocades, satin, barangan
logam, kertas dan lain-lain.

Dalam kesemua bidang, Islam mengatasi barat sehinggalah abad ke dua belas, apabila negara
barat maju kehadapan dengan sebahagiannya dari apa yang dipelajari mereka daripada Islam.
Dalam bidang ekonomi, barat menyerap pengetahuan dalam bidang pengaliran, penanaman
tanaman baru, penghasilan kertas, penyulingan. Tahap pengaruh Islam kepada ekonomi barat
dapat dilihat dalam sejumlah besar perkataan Inggeris yang berasal daripada Arab atau Persia.
Antara lain adalah traffic, tariff, magazine, alcohol, muslin, orange, lemon, alfalfa, saffron,
sugar, syrup, dan musk. Dalam bidang sains pula perkataan seperti algebra, cipher, zero, nadir,
amalgam, alembic, alchemy, alkali, soda, dan almanac.

Kejatuhan Kerajaan Abbasiyyah


Hulagu Khan menyerang dan memusnahkan Baghdad pada 10 Februari 1258, menyebabkan
kehilangan nyawa yang banyak. Al-Musta'sim, pemerintah terakhir Abbasiyyah kemudiannya
dihukum bunuh pada 20 Februari 1258. Banyak buku-buku rujukan yang tidak ternilai musnah
akibat serangan Mongol ini. Adalah dikatakan bahawa seramai 800,000 penduduk Baghdad mati
dibunuh oleh tentera Mongol.

Lihat juga Sejarah Islam

Anda mungkin juga menyukai