Anda di halaman 1dari 18

I.

Penyebaran Islam Di Mekah


Ketika menginjak usia 40 tahun, tepatnya malam 17 Ramadhan atau 6 Agustus
610 M, di waktu Muhammad Saw. sedang berkontemplasi di Gua Hira, Malaikat Jibril
datang membawa wahyu dan menyuruh Muhammad saw. untuk membacanya, yaitu
surat AlAlaq ayat 1-5. Inilah wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW yang juga penobatan Beliau sebagai nabi dan rosul bagi seluruh
umat manuusia dan tugasnya untuk berdakkwah. Kejadian ini diceritakan kepada
isterinya, Khadijah dan saat itu juga Khadijah mengimaninya. Dialah orang yang
pertama beriman dan masuk Islam. Pengangkatan Muhammad SAW menjadi Rosul
dibenarkan oleh pendeta Nasrani yang bernama Waraqah bin Naufal. Dua setengah
tahun kemudian, Rosulullah SAW mwnerima wahyu yang kedua, yaitu surat Al-
Muddassir ayat 1-7.
Dengan turunnya wahyu tersebut, maka jelaslah misi dakwah yang harus
Rosulullah SAW lakukan dalam menyampaikan risalahnya. Misi tersebut antara lain
mengajak manusia menyembah Allah Yang Maha Esa, yang tidak beranak dan tidak
pula di peranakkan serta tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal inilah permulaan perintah
menyiarkan agama Allah kepada Seluruh Umat Manusia.
Dakwah Rosulullah memiliki dua karakter yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang terdapat di lingkungan masyarakat Mekah. Syiar yang dilakukan beliau
antara lain adalah secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan.

II. Dakwah Nabi Muhammad Saw. secara Terang-Terangan


Seperti yang sudah diketahui bahwa kota Mekkah merupakan pusat agama bagi
bangsa Arab. Disana terdapat para pengabdi ka'bah dan tiang sandaran bagi berhala
dan patung- patung yang dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab. Untuk mencapai
sasaran perbaikan yang memadai terhadap kondisi yang ada nampaknya akan
bertambah sulit dan keras jika jauh dari jangkauan kondisionalnya. Karenanya, kondisi
tersebut membutuhkan tekad baja yang tak mudah tergoyahkan oleh beruntunnya
musibah dan bencana yang menimpa; maka adalah bijaksana dalam menghadapi hal
itu, memulai dakwah secara sirri (sembunyi- sembunyi) agar penduduk Mekkah tidak
dikagetkan dengan hal yang (bisa saja) memancing emosi mereka.
Gelombang Pertama
Sudah merupakan sesuatu yang lumrah bila yang pertama-tama dilakukan oleh
Rasulullah Shallallhu 'alaihi wasallam adalah menawarkan Islam kepada orang-orang
yang dekat hubungannya dengan beliau, keluarga besar serta shahabat-shahabat
karib beliau; mereka semua didakwahi oleh beliau untuk memeluk Islam. Beliau juga
tak lupa mendakwahi orang yang sudah saling mengenal dengan beliau dan memiliki
sifat baik dan suka berbuat baik, mereka yang beliau kenal sebagai orang-orang yang
mencintai Allah al-Haq dan kebaikan atau mereka yang mengenal beliau Shallallhu
'alaihi wasallam sebagai sosok yang selalu menjunjung tinggi nilai kejujuran dan
keshalihan. Hasilnya, banyak diantara mereka yang tidak sedikitpun digerayangi oleh
keraguan terhadap keagungan, kebesaran jiwa Rasulullah serta kebenaran berita yang
dibawanya- merespons dengan baik dakwah beliau. Mereka ini dalam sejarah Islam
dikenal sebagai as-Saabiquun al-Awwalluun (orang- orang yang paling dahulu dan
pertama masuk Islam). Di barisan depan mereka terdaftar isteri Nabi Shallallhu 'alaihi
wasallam, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, maula (budak) beliau, Zaid bin
Haritsah bin Syarahil al-Kalbi, keponakan beliau; 'Ali bin Abi Thalib yang ketika itu
masih anak-anak dan hidup dibawah tanggungan beliau serta shahabat paling dekat
beliau, Abu Bakr ash-Shiddiq. Mereka semua memeluk Islam pada permulaan dakwah.

Kemudian, Abu Bakr bergiat dalam mendakwahi Islam. Dia adalah sosok laki-laki yang
lembut, disenangi, fleksibel dan berbudi baik. Para tokoh kaumnya selalu
mengunjunginya dan sudah tidak asing dengan kepribadiannya karena keintelekan,
kesuksesan dalam berbisnis dan pergaulannya yang luwes. Dia terus berdakwah
kepada orang-orang dari kaumnya yang dia percayai dan selalu berinteraksi dan
bermajlis dengannya. Berkat hal itu, maka masuk Islam lah 'Utsman bin 'Affana al-
Umawi, az-Zubair bin al-'Awam al-Asadi, 'Abdurrahman bin 'Auf, Sa'd bin Abi Waqqash
az-Zuhriyan dan Thalhah bin 'Ubaidillah at-Timi. Kedelapan orang inilah yang terlebih
dahulu masuk Islam dan merupakan gelombang pertama dan palang pintu Islam.

Diantara orang-orang pertama lainnya yang masuk Islam adalah Bilal bin Rabah al-
Habasyi, kemudian diikuti oleh Amin (Kepercayaan) umat ini, Abu 'Ubaidah; 'Amir bin
al-Jarrah yang berasal dari suku Bani al-Harits bin Fihr, Abu Salamah bin 'Abdul Asad,
al- Arqam bin Abil Arqam (keduanya berasal dari suku Makhzum), 'Utsman bin Mazh'un
- dan kedua saudaranya; Qudamah dan 'Abdullah -, 'Ubaidah bin al-Harits bin al-
Muththalib bin 'Abdu Manaf, Sa'id bin Zaid al-'Adawy dan isterinya; Fathimah binti al-
Khaththab al-'Adawiyyah - saudara perempuan dari 'Umar bin al-Khaththab -, Khabbab
bin al-Arts, 'Abdullah bin Mas'ud al-Hazaly serta banyak lagi selain mereka. Mereka
itulah yang dinamakan as-Saabiquunal Awwaluun. Mereka terdiri dari semua suku
Quraisy yang ada bahkan Ibnu Hisyam menjumlahkannya lebih dari 40 orang. Namun,
dalam penyebutan sebagian dari nama-nama tersebut masih perlu diberikan catatan.

Ibnu Ishaq berkata: "kemudian banyak orang yang masuk Islam secara berbondong-
bondong baik laki-laki maupun wanita sampai akhirnya tersiarlah gaung "Islam" di
seantero Mekkah dan mulai banyak menjadi bahan perbincangan orang.

Mereka semua masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Maka cara yang sama pun
dilaklukan oleh Rasulullah Shallallhu 'alaihi wasallam dalam pertemuan beliau
dengan pengarahan agama yang diberikan karena dakwah ketika itu masih bersifat
individu dan sembunyi-sembunyi. Wahyu turun secara berkesinambungan dan
memuncak setelah turunnya permulaan surat al-Muddatstsir. Ayat-ayat dan
penggalan-penggalan surat yang turun pada masa ini merupakan ayat-ayat pendek;
memiliki pemisah-pemisah yang indah dan valid, senandung yang menyejukkan dan
memikat seiring dengan suasana suhu domestik yang begitu lembut dan halus. Ayat-
ayat tersebut membicarakan solusi memperbaiki penyucian diri ( tazkiyatun nufuus),
mencela pengotorannya dengan gemerlap duniawi dan menyifati surga dan neraka
yang seakan-akan terlihat oleh mata kepala sendiri. Juga, menggiring kaum Mukminin
ke dalam suasana yang lain dari kondisi komunitas sosial kala itu.

Perintah Shalat
Termasuk wahyu pertama yang turun adalah perintah mendirikan shalat. Ibnu Hajar
berkata: "sebelum terjadinya Isra', beliau Shallallhu 'alaihi wasallam secara qath'i
pernah melakukan shalat, demikian pula dengan para shahabat akan tetapi yang
diperselisihkan apakah ada shalat lain yang telah diwajibkan sebelum (diwajibkannya)
shalat lima waktu ataukah tidak?. Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang telah
diwajibkan itu adalah shalat sebelum terbit dan terbenamnya matahari". Demikian
penuturan Ibnu Hajar.
Al-Harits bin Usamah meriwayatkan dari jalur Ibnu Lahi'ah secara maushul (
disambungkan setelah sanad-sanadnya mu'allaq [terputus di bagian tertentu]) dari
Zaid bin Haritsah bahwasanya pada awal datangnya wahyu, Rasulullah Shallallhu
'alaihi wasallam didatangi oleh malaikat Jibril; dia mengajarkan beliau tata cara
berwudhu. Maka tatkala selesai melakukannya, beliau mengambil seciduk air lantas
memercikkannya ke faraj beliau. Ibnu Majah juga telah meriwayatkan hadits yang
semakna dengan itu, demikian pula riwayat semisalnya dari al-Bara' bin 'Azib dan Ibnu
'Abbas serta hadits Ibnu 'Abbas sendiri. Hal tersebut merupakan kewajiban pertama.
Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa bila waktu shalat telah masuk, Nabi Shallallhu
'alaihi wasallam dan para shahabat pergi ke perbukitan dan menjalankan shalat disana
secara sembunyi-sembunyi jauh dari kaum mereka. Abu Thalib pernah sekali waktu
melihat Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam dan 'Ali melakukan shalat, lantas menegur
keduanya namun manakala dia mengetahui bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang
serius, dia memerintahkan keduanya untuk berketetapan hati (tsabat).

Kaum Quraisy mendengar perihal dakwah secara global


Meskipun dakwah pada tahapan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan bersifat
individu, namun perihal beritanya sampai juga ke telinga kaum Quraisy. Hanya saja,
mereka belum mempermasalahkannya karena Rasulullah Shallallhu 'alaihi wasallam
tidak pernah menyinggung agama mereka ataupun tuhan-tuhan mereka.
Tiga tahunpun berlalu sementara dakwah masih berjalan secara sembunyi-sembunyi
dan individu; dalam tempo waktu ini terbentuklah suatu jamaah Mukminin yang
dibangun atas pondasi ukhuwwah (persaudaraan) dan ta'awun (solidaritas) serta
penyampaian risalah dan proses reposisinya. Kemudian turunlah wahyu yang
membebankan Rasulullah Shallallhu 'alaihi wasallam agar menyampaikan dakwah
kepada kaumnya secara terang- terangan; menentang kebatilan mereka serta
menyerang berhala-berhala mereka.
II. Dakwah Nabi Muhammad Saw. secara Terang-Terangan

Ibnu Ishaq berkata, Kemudian orang-orang masuk Islam; laki-laki dan perempuan
secara bergelombang, hingga pembahasan tentang Islam menyebar di Makkah, dan
Islam menjadi bahan perbincangan. Setelah itu, Allah Azza wa Jalla memerintahkan
Rasul-Nya mengungkapkah apa yang beliau bawa daripada-Nya dengan terang-
terangan, memperlihatkah perinta Allah kepada manusia, dan mengajak mereka
kepada-Nya. Rentang waktu antara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
merahasiakan perintah-Nya hingga Allah Taala memerintahkan beliau
memperlihatkan perintah-Nya ialah tiga tahunsebagaimana disampaikan kepadaku.
Perintah Allah agar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Berdakwah secara
Terang-terangan
Ibnu lshaq berkata, Kemudian Allah Taala berfirman kepada Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam,
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Al-
Hijr: 94).
Allah Taala berfirman kepada beliau,
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-
orang yang beriman. (Asy-Syuaraa: 214-215).
Allah Taala berfirman,
Dan katakanlah, Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang
menjelaskan. (Al-Hijr: 89).
Ibnu Hisyam berkata, Arti fashda ialah pisahkan antara kebenaran dengan kebatilan.
Abu Dzuaib Al-Hudzali yang nama aslinya adalah Khuwailid ln Khalid berkata menyifati
keledai liar dan pejantannya,
Keledai-keledai tersebut seperti sahabat-sahabat . Dan pejantannya seperti orang
yang mengocok kotak dadu dan memisahkannya. Maksudnya, ia memisahkan dadu-
dadu dan menjelaskan bagiannya masing-masing. Bait syair di atas adalah penggalan
dari syarir-syair Abu Dzuaib Al-Hudzali. Rubah bin Al-Ajjaj berkata,
Engkau orang yang lemah lembut dan komandan perang sang pembalas
Engkau terang-terangan memperlihatkan kebenaran dan mengusir orang-orang yang
dzalim.
Nabi Muhammad SAW melakukan dawatul afrad , yaitu ajakan memeluk islam
secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi dari satu rumah ke rumah lain selama tiga
tahun. Kemudian turunlah surat Al Hijr ayat 94 yang memerintahkan Rosulullah agar
menyerukan atau menyiarkan agama Islam secara terang-terangan atau tidak lagi
dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Sejak saat itulah, Muhammad SAW
menyeru kaumnya secara umum ditempat-tempat terbuka agar manusia menyembah
hanya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya.
Seruan yang bersifat umum ini awalnya di tunjukan kepada:
1. Kerabat-kerabatnya
2. Penduduk Mekah diberbagai lapisan masyarakat, baik bangsawan, hartawan,
maupun hamba sahaya, tidak terkecuali dai kalangan bangsa quraisy
3. Kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah yang datang ke Mekah untuk
mengerjakan haji.
Pada mulanya mereka menganggap dakwah nabi Muhammad SAW sebagai:
a. Gerakan yang tidak mempunyai dasar dan tujuan
b. Gerakan yang tidak akan bertahan lama
c. Gerakan yang tidak perlu diacuhkan
d. Gerakan yang di pimpin oleh Muhammad SAW dan Beliau di anggap sudah
tidak waras lagi (sakit jiwa).
Akan tetapi, dengan keyakinan dan bimbingan serta petunjuk Allah SWT,
gerakan dakwah Nabi Muhammad SAW semakin tersebar luas dan pengikutnya
semakin bertambah banyak. seruan Nabi Muhammad SAW juga semakin tegas,
lantang, ddan berani, bahkan memperjelas bahwa sesembahan (berhala) mereka
adalah suatu kekeliruan dan sangat menyesatkan.
B. Strategi Dakwah Rasulullah
Rasulullah Saw adalah contoh terbaik, dalam menggerakkan dan mengelola
dakwah. Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung
spektakuler. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak
seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang imbasnya secara alamiah dari
generasi ke generasi Islam telah menyebar ke seantero jagad. Jumlah populasi muslim
dunia ,kini yang mencapai kurang lebih 1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama
23 tahun tersebut. Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang
paling pantas kecuali merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia
paling agung, yakni Muhammad Saw. Allah berfirman :

Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku.
Maha suci Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik ( Yusuf ;108 )

Beberapa mufassir memberikan keterangan , yang dimaksud ala basyiroh


pada ayat diatas adalah ala sunnah atau ala ilmin , maknanya ; dakawah kepada Allah
hendaklah berdasar sunnah rasul-Nya. Perintah ini sangatlah logis, sebab telah
terbukti dalam lembar sejarah Muhammad Saw sebagai rasul terakhir benar-benar
telah berhasil dengan gemilang menjadikn Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dan tak
berlebihan kalau kemudian seorang peneliti barat Michael Hurt, menempatkan
Muhammad Saw pada urutan pertama dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh.
Pada tulisan ini, akan disajikan secara garis besar bagaimana rasulullah Saw
dalam meletakkan strategi dakwah, hingga pengaruhnya semakin meluas sepanjang
zaman. Fase Dakwah Rasulullah. Dalam catatan para sejarawan, disepakati fase
dakwah rasulullah secara global ada dua tahapan, dakwah sirriyah dan dakwah
jahriyyah. Dakwah sirriyah dijalaninya selama kurang lebih 3 tahun di awal masa
kenabian, sementara dakwah jahriyyah diawali setelah Allah memerintahkan beliau
dengan turunnya surat Al-Hijr ayat ; 92.
Keberhasilan dakwah rasulullah yang paling menonjol pada masa dakwah
sirriyah, dapat diringkas ada 3 strategi penting dan sangat mendasar , antara lain ;
1. Dakwah dengan cara rekruitment ( ad-dawah alal isthifa ).
Dari sekian banyak masyarakat quraisy, yang dibidik pertama rasulullah pada
masa ini meliputi dari kalangan wanita istrinya sendiri Khadijah, dari kalangan
remaja Ali bin Abi Thalib, dan dari kalangan pemuka dan tokoh masyarakat
adalah Abu Bakar As-shidiq. Ketiga tokoh ini , memang menjdi titik strategis
dalam menentukan perjalanan dakwah rasulullah berikutnya, terutama peran
Khadijah yang mendukung total dakwah beliau dengan pertaruhan total seluruh
harta dan jiwanya, dan peran Abu Bakar yang mampu melebarkan dakwah ke
kalangan para elit quraisy. Menurut keterangan seorang sejarawan yang
bernama Ibnu Ishak, masuk Islamnya Abu Bakar ( Ibnu Qohafah ) tak lama
kemudian berhasil digandeng pemuka-pemuka quraisy ke dalam barisan dakwah
rasulullah, antara lain ; Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin
Awwam , Saad bin Abi Waqas dan Thalhah bin Ubaidillah. Keenam sahabat
inilah yang memiliki peran penting dalam membentuk generasi assabiquunal
awwalun ( generasi pertama Islam ).

2. Dakwah dengan memberdayakan kaum wanita.


Peran wanita di masa awal dakwah terus diberdayakan oleh rasulullah, karena
kaum wanita sesungguhnya memiliki kekuatan dahsyat, bila ini diperdayakan
untuk gerakan dakawah akan menghasilkan hasil yang sangat pesat. Pada
konteks ini, yang menjadi titik sentral adalah peran Khadijah yang berhasil
mendidik putri-putri Rasulullah , mendukung dakwah beliau. Peran kedua
dijalankan oleh Asma binti Abu Bakar , yang menjadi pahlawan pada perjalanan
hijrah beliau ke Madinah. Dari kedua wanita iilah secara bertahap wanita-wanita
terkemuka quraisy , masuk Islam diantaranya bibi Rasulullah dari jalur bapaknya.

3. Dakwah difokuskan pada pembinaan aqidah.


Pembinaan aqidah pada masa awal risalah difokuskan di rumah salah seorang
sahabat yang bernama Arqam bin Abil Arqam, di pinggiran kota Makkah. Inilah
tempat pendadaran dan penggemblengan sejumlah sahabat utama rasulullah. Di
rumah ini pulalah Umar bin Khattab diislamkan Rasulullah. Di rumah ini pullalah
sahabat Musab bin Umair dididik rasulullah, yang nantinya sahabat ini dipercaya
rasullah membuka dakwah di kota Yastrib. Kemudian pada fase dakwah
jahriyyah, point-point penting yang mendorong keberhasilan dakwah
rasulullah,antara lain :
a. Dakwah kepada kerabat ( dawatul aqrobin ).
Media pertemuan-pertemuan keluarga dijadikan sarana rasulullah untuk
mengajak kaum kerabatnya yang tergolong kelas pemimpin di mata
masyarakat quraisy. Pada masa ini , berhasil direkrut dua paman rasulullah
yang menjadi pembela dakwah beliau , pertama Abu Thalib , meski belum
mau menerima ajaran Islam , namun inilah palang pintu utama rasulullah
dalam menghadapi intimidasi kaum quraisy. Kedua , Hamzah bin Abdul
Mutholib, selain telah menerima ajaran Islam , beliau inilah yang menjadi
palang pintu kedua rasulullah dalam menghadapi intimidasi dari Abu Jahl
dan Abu Lahab. Ketokohan Hamzah bin Abdul Mutholib dari sisi
keparajuritan di mata masyarakat quraisy, jelas memperkuat posisi dakwah
rasul di Makkah saat itu.

b. Dakwah dengan menggunakan media umum ( dakwah ammah ).


Media-media umum yang bisa dipergunakan untuk dakwah tak luput dari
perhatian rasulullah dalam menegakkan dakwah risalah. Pada masa ini
yang perlu digaris bawahi adalah dipergunakannya momentum haji oleh
rasulullah untuk dakwah, hingga berhasil bergabung dalam barisan dakwah
beliau 12 orang dari suku Aus danKhazraj dari Madinah pada musim haji.
Pada musim haji berikutnya , 12 orang ini membawa 70 orang dari Madinah
yang bersedia masuk Islam dan setia membela rasul dalam perjuangan
dakwahnya. Peristiwa inilah yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan
Baaitul aqobah pertama dan Baaitul aqabah kedua.

c. Dakwah dengan tulisan ( surat )


Rasulullah tidak meninggalkan peran dunia tulis menulis dalam dakwahnya,
meskipun beliau ditakdirkan sebagai seorarng yang buta huruf, lewat parea
sahabatnya beliau menggunakan tulisan untuk menjangkau sasaran
dakwah yang sangat jauh. Seperti beliau mengirim surat kepada para raja,
untuk diajak beriman kepada Allah. Diantaranya yang berhasil masuk Islam
adalah raja Najasi di Habasyah ( Ethiophia Afrika ), yang dalam
perjalanan dakwah Islam raja Najasyi kontribusinya tidak kecil. Kegiatan
tulis menulis inilah yang dikemudian hari dikembangkan oleh para sahabat
beliau dan para tabiin untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh pelosok
dunia. Bahkan di kalangan sahabat dan tabiin, hampir semua ulama
meninggalkan karya yang bisa dibaca dan diwriskan pada generasi
berikutnya. Itulah beberapa point-point penting yang bisa disajikan dalam
tulisan singkat ini, tentunya tak mungkin kita bahas semua strategi dakwah
rasulullah pada kesempatan ini, karena terbatasnya waktu dan kesempatan.
Namun yang paling penting bagaimana kita bisa meneladani strategi
dakwah beliau , di era abad informasi ini, guna terus menggelorakan
dakwah Islam di muka bumi ini.
III. Reaksi Kaum Quraisy Terhadap Dakwah Rasulullah Di Mekah
Permulaan Pergulatan di Makkah dengan Orang-orang Musyrikin
Ibnu Ishaq berkata, Ketika itu, jika sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam ingin melakukan shalat, mereka pergi ke syib (jalan di antara dua gunung) dan
merahasiakan shalatnya dari penglihatan kaumnya. Ketika Saad bin Abu Waqqash
bersama beberapa orang dari sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam sedang shalat di salah satu syib, tiba-tiba beberapa orang dari kaum musyrikin
muncul ke tempat mereka. Orang-orang Quraisy tersebut mengecam tindakan kaum
Muslimin, dan mencela apa yang mereka perbuat, hingga terjadilah perkelahian di
antara mereka. Dalam perkelahian tersebut, Saad bin Abu Waqqash memukul Salah
seorang dari orang-orang musyrikin dengan tulang rahang unta hingga terluka. Itulah
darah yang pertama kali ditumpahkan dalam Islam.

Permusuhan Orang-orang Quraisy dan Perlindungan Abu Thalib


Ibnu lshaq berkata, Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memperlihatkan
Islam dengan terang-terangan kepada kaumnya, dan menampakkan perintah Allah
kepadanya dengan terbuka, ketika itu orang-orang Quraisy tidak mengutuk beliau dan
tidak memberikan reaksiseperti disampaikan kepadaku, hingga suatu saat beliau
menyebut tuhan-tuhan mereka dan menghinanya. Ketika beliau melakukan hal
tersebut, kontan mereka memandang besar permasalahan beliau, menentangnya, dan
sepakat menentangnya kecuali orang-orang yang dijaga Allah di antara mereka
dengan Islam, namun mereka tidak banyak. Paman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam, Abu Thalib menaruh simpati kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
melindungi beliau,dan berdiri di pihak beliau. Sedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam tetap tegar terhadap perintah Allah dan memperlihatkan perintah-Nya tanpa
bisa dicegah oleh sesuatu apa pun.

Ketika orang-orang Quraisy melihat bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam


tidak menggubris kecaman mereka kepada beliau dan melihat pamannya, Abu Thalib,
menaruh simpati kepada beliau, melindungi beliau, dan tidak akan menyerahkan beliau
kepada mereka, maka beberapa tokoh Quraisy di antaranya Utbah, Syaibah
(keduanya anak Rabiah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin
Murrah bin Kaab bin Luai bin Ghalib), Abu Sufyan bin Harb bin Umaiyyah bin Abdu
Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luai bin Ghalib
bin Fihf (Ibnu Hisyam berkata bahwa nama asli Abu Sufyan adalah Shakhr), Abu Al-
Bakhtari yang nama aslinya adalah Al-Ash bin Hisyam bin Al-Harts bin Asad bin Abdul
Uzza bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luai (Ibnu Hisyam berkata, bahwa Abu Al-
Bakhtari ialah Al-Ash bin Hasyim), Al-Aswad bin Al-Muththalib bin Asad bin Abdul Uzza
bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luai, Abu Jahl yang nama aslinya adalah
Amr Abu Al-Hakam bin Hisyam bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum
bin Yaqadzah bin Murrah bin Kaab bin Luai, Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin
Umar bin Makhzum bin Yaqadzah bin Murrah bin Kaab bin Luai, Nubaih, Munabbih
(keduanya anak Al-Hajjaj bin Amir bin Hudzaifah bin Saad bin Sahm bin Amr bin
Hushaish bin Kaab bin Luai), dan Ai-Ash bin Wail.

Ibnu Hisyam berkata, Al-Ash adalah anak Wail bin Hasyim bin Saad bin Sahm bin
Amr bin Hushaish bin Kaab bin Luai.

Utusan Quraisy Mengecam Abu Thalib


Ibnu lshaq berkata, Serta orang-orang Quraisy lainnya menemui Abu Thalib. Mereka
berkata, Hai Abu Thalib, sesungguhnya keponakanmu telah menghina tuhan-tuhan
kita, mencaci maki agama kita, membodoh-bodohi mimpi-mimpi kita, dan menuduh
sesat nenek moyang kita. Engkau larang dia meneruskan tindakannya terhadap kami
atau engkau melepas persoalan kami dengannya. Sungguh engkau juga
menentangnya seperti kami. Jadi kami merasa cukup denganmu. Abu Thalib berkata
kepada mereka dengan perkataan yang lembut dan menjawab permintaan mereka
dengan lawaban yang baik; Kemudian mereka pamit pulang.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telap Melanjutkan Dakwahnya

Ibnu lshaq berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan Seperti semula.
Beliau menampakkan agama Allah, dan mengajak manusia kepadanya, hingga konflik
meledak antara beliau dengan orang-orang Quraisy, orang-orang menjauhkan diri dari
yang lain, mendendam satu sam lain, orang-orang Quraisy menyebut-nyebut nama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam pembicaraan mereka, mengancam
beliau, dan mengadakan rapat untuk membahas persoalan beliau.

Utusan Quraisy Kembali Menghadap Abu Thalib


Ibnu lshaq berkata,Utusan Quraisy menemui Abu Thalib untuk kedua kalinya. Mereka
berkata kepada Abu Thalib, Hai Abu Thalib, sesungguhnya engkau mempunyai
kedewasaan, kehormatan, dan kemuliaan di kalangan kami. Sungguh kami telah
memintamu melarang keponakanmu, namun engkau tidak melarangnya. Demi Allah,
kita tidak bisa bersabar atas penghinaan terhadap nenek moyang kita, pembodoh-
bodohan mimpi-mimpi kita, dan pelecehan agama kita. Silahkan pilih; kami
menghentikan semua tindakan keponakanmu atau kami terjun berhadapan dengannya
hingga salah satu dari dua pihak ada yang binasa, dan jagalah dirimu dalam masalah
iniatau seperti yang mereka ucapkan. Usai berkata seperti itu, mereka berpaling
dari hadapan Abu Thalib. Abu Thalib merasa berat hati untuk berbeda pendapat
dengan kaumnya dan bermusuhan dengan mereka, namun ia tidak sudi menyerahkan
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada mereka, atau mentelantarkan beliau.

Pertemuan antara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan Abu Thalib


Ibnu Ishaq berkata bahwa Yaqub bin Utbah bin Al-Mughirah bin Al-Akhnas berkata
kepadaku bahwa ia diberitahu,

Ketika orang-orang Quraisy berkata seperti di atas kepada Abu Thalib, Abu Thalib
segera menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata kepada beliau,
Hai keponakanku, sesungguhnya kaummu belum lama datang kepadaku dan berkata
begini dan begitu kepadaku. Oleh karena itu, tetaplah engkau bersamaku, jagalah
dirimu, dan jangan seret aku ke dalam persoalan yang tidak sanggup aku pikul.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menduga bahwa pamannya telah berubah
sikap, tidak Iagi melindungi dan akan menyerahkan beliau, dan tidak mampu membela
serta tidak berpihak lagi kepada beliau.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Paman, demi Allah, seandainya
mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar
aku meninggalkan persoalan ini hingga Allah memenangkan perkara ini atau aku
mati karenanya, niscaya aku tidak meninggalkan persoalan ini. Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam sedih. Beliau menangis, kemudian berdiri dan pergi dari
hadapan Abu Thalib.
Ketika beliau hendak meninggalkannya, Abu Thalib memanggil, Hai keponakanku,
kemarilahl Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kembali. Abu Thalib
berkata, Keponakanku, pergilah dan katakan apa saia yang engkau kehendaki, karena
sampai kapan pun aku tidak akan menyerahkanmu kepada siapa pun.

Orang-orang Quraisy Meminta Abu Thalib Menyerahkan Rasulullah shallallahu


Alaihi wa Sallam kepada Mereka, dan Sebagai Gantinya Mereka Memberikan
lmarah bin Al-Walid Kepadanya
Ibnu lshaq berkata, Ketika orang-orang Quraisy mengetahui bahwa Abu Thalib
menolak meninggalkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, tidak mau
menyerahkan beliau kepada mereka, berketetapan hati untuk berpisah dan
bermusuhan dengan mereka, maka mereka datang kembali kepada Abu Thalib
dengan membawa Imarah bin Al-Walid.

Mereka berkata kepadanya (seperti disampaikan kepadaku), Hai Abu Thalib, inilah
lmarah bin Al-Walid. la anak muda Quraisy yang paling kuat dan paling tampan.
Lindungi dia dan belalah dia. Ambillah dia sebagai anak, karena ia menjadi milikmu.
Sebagai gantinya serahkan kepada kami keponakanmu yang menentang agamamu
dan agama nenek moyang kita, memecah-belah persatuan kaummu, dan membodoh-
bodohkan mimpi-mimpi kita kemudian akan kami bunuh dia. Satu orang dganti dengan
satu orang pula.

Abu Thalib menjawab, Demi Allah, sungguh jelek apa yang kalian tawarkan kepadaku.
Kalian memberiku anak kalian yang aku beri makan dan aku berikan anakku kepada
kalian kemudian kalian membunuhnya? Ini, demi Allah, sampai kapan pun tidak akan
terjadi.

Al-Muthim bin Adi bin Naufal bin Abdu Manaf bin Qushai berkata, Demi Allah, hai Abu
Thalib, sungguh kaummu telah berbuat adil kepadamu, dan mereka berupaya keras
untuk bisa keluar dari apa yang mereka benci selama ini, namun aku lihat engkau tidak
menerima apa pun dari mereka.

Abu Thalib berkata kepada Al-Muthim, Demi Allah, mereka tidak berbuat adil
kepadaku. Justru mereka sepakat meninggalkanku, dan mendukung orang-orang
untuk melawanku. Kerjakan apa saja yang engkau inginkan -atau seperti yang ia
katakan.

Orang-orang Quraisy Memperlihatkan Permusuhannya terhadap Rasulullah


Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata, Kemudian orang-orang Quraisy mengancam kabilah-kabilah
mereka yang di dalamnya terdapat sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam yang masuk Islam bersama beliau. Setiap kabilah menangkapi orang-orang
Islam yang ada di tengah-tengah mereka kemudian menyiksanya, dan menganiaya
karena agamanya. Adapun Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam , Allah
melindunginya melalui pamannya Abu Thalib. Ketika Abu Thalib melihat orang-orang
Quraisy bertindak seperti itu, ia menemui Bani Hasyim dan Bani AI-Muththalib guna
mengajak mereka melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam , dan berdiri di
pihak beliau. Mereka bersedia memihak Abu Thalib, berdiri di pihaknya, dan memenuhi
seruannya kecuali Abu Lahabsemoga Allah mengutuknya. (sy42Ibn Hisyam 1:
219-225)

Reaksi kaum Quraisy terhadap gerakan Islam yang dibawa oleh Rasulullah
saw. Begitu cepat berkembang dan hal tersebut sangat menghawatirkan para
pemimpin dan pembesar Quraisy. Mereka takut bahwa kedudukan mereka yang
semula begitu dihormati dan berkuasa akan menjadi tersaingi dengan kekuatan Islam.
Menurut pendapat mereka, tunduk kepada Rasulullah berarti sama dengan tunduk dan
menyerahkan kepemimpinan atau kekuasaan kepada keluarga Muhammad,
yaitu bani Abdul Muthalib. Diantara reaksi kaum Quraisy terhadap dakwah
Rasulullah saw. Antara lain sebagai berikut.
1. Kemarahan Kaum Quraisy. Kaum Quraisy marah karena menganggap bahwa
ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw. Menghina tuhan-tuhan
berhala mereka.
2. Intimidasi terhadap Umat Islam. Kaum Quraisy memaksa budak-budak
mereka yang telah masuk Islam untuk kembali kepada agama berhala. Apabila
menolak maka mereka disiksa hingga mereka menyerah atau sekarat.
3. Mempengaruhi Paman Rasulullah (abu Thalib). Beberapa tokoh
Quraisy menemui Abu Thalib dan meminta agar Muhammad menghentikan
kegiatannya dalam menyiarkan Islam. Akan tetapiMuhammad saw. Menolak
dan dengan tegas berkata kepada pamannya, Demi Allah, wahai paman
sekiranya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan
kiriku agar aku meninggalkan pekerjaan ini (menyeru kepada agama Allah)
sehingga ia tersiar (di muka bumi ini) atau aku akan binasa karenanya, tetapi
aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini.
4. Penganiayaan dan Hijrah ke Habsyah. Kaum Quraisy melancarkan gangguan
dan penghinaan kepada Rasulullah saw. Serta menyiksa hingga ke luar batas
kemanusiaan terhadap pengikut-pengikut Beliau. Akhirnya Muhammad saw.
Menganjurkan agar mereka hijrah ke Habsyah (Abesinia) yang masyarakatnya
banyak menganut Kristen.Raja Habsyah pada saat itu bernama Najasyi dan
dikenal sangat adil.
V. Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah saw. Periode Mekah
Bagian terpenting yang menjadi fokus dakwah Rasulullah saw. Periode Mekah
dapat dilihat antara lain sebagai berikut:
1. Memperbaiki akhlak masyarakat Mekah yang mengalami dekadensi moral,
seperti tumbuh suburnya kebiasaan berjudi, minum khamar, dan berzina.
2. Memperbaiki dan meluruskan cara menyembah Tuhan. Agama berhala
menyembah patung-patung. Rasulullah saw. Mengajak untuk beralih pada Islam
yang hanya menyembah kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa serta menjauhi
sikap musyrik.
3. Menegakkan ajaran Islam tentang persamaan hak dan derajat di antara manusia.
4. Mengubah kebiasaan bertaklid kepada nenek moyang dan meluruskan segala
adat- istiadat, kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan.
5. Nabi Muhammad saw. berdakwah dengan sabar, ikhlas, dan tegas di antaranya
dengan tidak memaksakan kehendak dan lemah lembut.

VI. Hikmah Sejarah Dakwah Periode Mekah


Hikmah yang dapat diperoleh dari sejarah dakwah Rasulullah pada periode
Mekah, antara lain sebagai berikut.
1. Menyadari bahwa melalui kesabaran dan keuletan dalam berjuang menegakkan
agama Allah pasti akan mendapat pertolongan Allah swt.
2. Memahami bahwa tugas seseorang rasul hanya sekadar menyampaikan risalah
dari Allah swt. Seorang rasul tidak bisa memberi petunjuk (hidayah), bahkan
kepada keluarga atau orang yang sangat dicintainya.
3. Memahami bahwa Allah swt. pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih
menjadi utusan atau rasul-Nya (QS Al Hajj: 75 dan Al Baqarah: 214).
4. Memahami bahwa Nabi Muhammad saw. sangat bijaksana, pandai
menggunakan kesempatan yang berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa
menimbulkan kebosanan (QS An Nahl: 125).
5. Meneladani Nabi Muhammad saw. yang bergelar uswatun hasanah. Artinya,
Tingkah laku dan amal perbuatan Rasulullah saw. sehari-hari adalah teladan
yang baik, terutama terhadap ajaran Islam yang didakwahkannya.
6. Melalui dakwah Rasulullah saw., umat manusia, khususnya umat Islam
mendapatkan informasi mengenai agama yang diridai Allah.
7. Melalui dakwah Islam, Rasulullah saw. memberikan pemahaman tentang hak
dan persamaan derajat antara kaum perempuan dan laki-laki.
8. Islam menegakkan ajaran persamaan derajat di antara manusia dan
pemberantas perbudakan.
9. Melalui penghapusan perbudakan, maka siapapun manusia status derajatnya di
mata Allah adalah sama.

Anda mungkin juga menyukai