Kemudian, Abu Bakr bergiat dalam mendakwahi Islam. Dia adalah sosok laki-laki yang
lembut, disenangi, fleksibel dan berbudi baik. Para tokoh kaumnya selalu
mengunjunginya dan sudah tidak asing dengan kepribadiannya karena keintelekan,
kesuksesan dalam berbisnis dan pergaulannya yang luwes. Dia terus berdakwah
kepada orang-orang dari kaumnya yang dia percayai dan selalu berinteraksi dan
bermajlis dengannya. Berkat hal itu, maka masuk Islam lah 'Utsman bin 'Affana al-
Umawi, az-Zubair bin al-'Awam al-Asadi, 'Abdurrahman bin 'Auf, Sa'd bin Abi Waqqash
az-Zuhriyan dan Thalhah bin 'Ubaidillah at-Timi. Kedelapan orang inilah yang terlebih
dahulu masuk Islam dan merupakan gelombang pertama dan palang pintu Islam.
Diantara orang-orang pertama lainnya yang masuk Islam adalah Bilal bin Rabah al-
Habasyi, kemudian diikuti oleh Amin (Kepercayaan) umat ini, Abu 'Ubaidah; 'Amir bin
al-Jarrah yang berasal dari suku Bani al-Harits bin Fihr, Abu Salamah bin 'Abdul Asad,
al- Arqam bin Abil Arqam (keduanya berasal dari suku Makhzum), 'Utsman bin Mazh'un
- dan kedua saudaranya; Qudamah dan 'Abdullah -, 'Ubaidah bin al-Harits bin al-
Muththalib bin 'Abdu Manaf, Sa'id bin Zaid al-'Adawy dan isterinya; Fathimah binti al-
Khaththab al-'Adawiyyah - saudara perempuan dari 'Umar bin al-Khaththab -, Khabbab
bin al-Arts, 'Abdullah bin Mas'ud al-Hazaly serta banyak lagi selain mereka. Mereka
itulah yang dinamakan as-Saabiquunal Awwaluun. Mereka terdiri dari semua suku
Quraisy yang ada bahkan Ibnu Hisyam menjumlahkannya lebih dari 40 orang. Namun,
dalam penyebutan sebagian dari nama-nama tersebut masih perlu diberikan catatan.
Ibnu Ishaq berkata: "kemudian banyak orang yang masuk Islam secara berbondong-
bondong baik laki-laki maupun wanita sampai akhirnya tersiarlah gaung "Islam" di
seantero Mekkah dan mulai banyak menjadi bahan perbincangan orang.
Mereka semua masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Maka cara yang sama pun
dilaklukan oleh Rasulullah Shallallhu 'alaihi wasallam dalam pertemuan beliau
dengan pengarahan agama yang diberikan karena dakwah ketika itu masih bersifat
individu dan sembunyi-sembunyi. Wahyu turun secara berkesinambungan dan
memuncak setelah turunnya permulaan surat al-Muddatstsir. Ayat-ayat dan
penggalan-penggalan surat yang turun pada masa ini merupakan ayat-ayat pendek;
memiliki pemisah-pemisah yang indah dan valid, senandung yang menyejukkan dan
memikat seiring dengan suasana suhu domestik yang begitu lembut dan halus. Ayat-
ayat tersebut membicarakan solusi memperbaiki penyucian diri ( tazkiyatun nufuus),
mencela pengotorannya dengan gemerlap duniawi dan menyifati surga dan neraka
yang seakan-akan terlihat oleh mata kepala sendiri. Juga, menggiring kaum Mukminin
ke dalam suasana yang lain dari kondisi komunitas sosial kala itu.
Perintah Shalat
Termasuk wahyu pertama yang turun adalah perintah mendirikan shalat. Ibnu Hajar
berkata: "sebelum terjadinya Isra', beliau Shallallhu 'alaihi wasallam secara qath'i
pernah melakukan shalat, demikian pula dengan para shahabat akan tetapi yang
diperselisihkan apakah ada shalat lain yang telah diwajibkan sebelum (diwajibkannya)
shalat lima waktu ataukah tidak?. Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang telah
diwajibkan itu adalah shalat sebelum terbit dan terbenamnya matahari". Demikian
penuturan Ibnu Hajar.
Al-Harits bin Usamah meriwayatkan dari jalur Ibnu Lahi'ah secara maushul (
disambungkan setelah sanad-sanadnya mu'allaq [terputus di bagian tertentu]) dari
Zaid bin Haritsah bahwasanya pada awal datangnya wahyu, Rasulullah Shallallhu
'alaihi wasallam didatangi oleh malaikat Jibril; dia mengajarkan beliau tata cara
berwudhu. Maka tatkala selesai melakukannya, beliau mengambil seciduk air lantas
memercikkannya ke faraj beliau. Ibnu Majah juga telah meriwayatkan hadits yang
semakna dengan itu, demikian pula riwayat semisalnya dari al-Bara' bin 'Azib dan Ibnu
'Abbas serta hadits Ibnu 'Abbas sendiri. Hal tersebut merupakan kewajiban pertama.
Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa bila waktu shalat telah masuk, Nabi Shallallhu
'alaihi wasallam dan para shahabat pergi ke perbukitan dan menjalankan shalat disana
secara sembunyi-sembunyi jauh dari kaum mereka. Abu Thalib pernah sekali waktu
melihat Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam dan 'Ali melakukan shalat, lantas menegur
keduanya namun manakala dia mengetahui bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang
serius, dia memerintahkan keduanya untuk berketetapan hati (tsabat).
Ibnu Ishaq berkata, Kemudian orang-orang masuk Islam; laki-laki dan perempuan
secara bergelombang, hingga pembahasan tentang Islam menyebar di Makkah, dan
Islam menjadi bahan perbincangan. Setelah itu, Allah Azza wa Jalla memerintahkan
Rasul-Nya mengungkapkah apa yang beliau bawa daripada-Nya dengan terang-
terangan, memperlihatkah perinta Allah kepada manusia, dan mengajak mereka
kepada-Nya. Rentang waktu antara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
merahasiakan perintah-Nya hingga Allah Taala memerintahkan beliau
memperlihatkan perintah-Nya ialah tiga tahunsebagaimana disampaikan kepadaku.
Perintah Allah agar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Berdakwah secara
Terang-terangan
Ibnu lshaq berkata, Kemudian Allah Taala berfirman kepada Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam,
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Al-
Hijr: 94).
Allah Taala berfirman kepada beliau,
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-
orang yang beriman. (Asy-Syuaraa: 214-215).
Allah Taala berfirman,
Dan katakanlah, Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang
menjelaskan. (Al-Hijr: 89).
Ibnu Hisyam berkata, Arti fashda ialah pisahkan antara kebenaran dengan kebatilan.
Abu Dzuaib Al-Hudzali yang nama aslinya adalah Khuwailid ln Khalid berkata menyifati
keledai liar dan pejantannya,
Keledai-keledai tersebut seperti sahabat-sahabat . Dan pejantannya seperti orang
yang mengocok kotak dadu dan memisahkannya. Maksudnya, ia memisahkan dadu-
dadu dan menjelaskan bagiannya masing-masing. Bait syair di atas adalah penggalan
dari syarir-syair Abu Dzuaib Al-Hudzali. Rubah bin Al-Ajjaj berkata,
Engkau orang yang lemah lembut dan komandan perang sang pembalas
Engkau terang-terangan memperlihatkan kebenaran dan mengusir orang-orang yang
dzalim.
Nabi Muhammad SAW melakukan dawatul afrad , yaitu ajakan memeluk islam
secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi dari satu rumah ke rumah lain selama tiga
tahun. Kemudian turunlah surat Al Hijr ayat 94 yang memerintahkan Rosulullah agar
menyerukan atau menyiarkan agama Islam secara terang-terangan atau tidak lagi
dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Sejak saat itulah, Muhammad SAW
menyeru kaumnya secara umum ditempat-tempat terbuka agar manusia menyembah
hanya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya.
Seruan yang bersifat umum ini awalnya di tunjukan kepada:
1. Kerabat-kerabatnya
2. Penduduk Mekah diberbagai lapisan masyarakat, baik bangsawan, hartawan,
maupun hamba sahaya, tidak terkecuali dai kalangan bangsa quraisy
3. Kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah yang datang ke Mekah untuk
mengerjakan haji.
Pada mulanya mereka menganggap dakwah nabi Muhammad SAW sebagai:
a. Gerakan yang tidak mempunyai dasar dan tujuan
b. Gerakan yang tidak akan bertahan lama
c. Gerakan yang tidak perlu diacuhkan
d. Gerakan yang di pimpin oleh Muhammad SAW dan Beliau di anggap sudah
tidak waras lagi (sakit jiwa).
Akan tetapi, dengan keyakinan dan bimbingan serta petunjuk Allah SWT,
gerakan dakwah Nabi Muhammad SAW semakin tersebar luas dan pengikutnya
semakin bertambah banyak. seruan Nabi Muhammad SAW juga semakin tegas,
lantang, ddan berani, bahkan memperjelas bahwa sesembahan (berhala) mereka
adalah suatu kekeliruan dan sangat menyesatkan.
B. Strategi Dakwah Rasulullah
Rasulullah Saw adalah contoh terbaik, dalam menggerakkan dan mengelola
dakwah. Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung
spektakuler. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak
seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang imbasnya secara alamiah dari
generasi ke generasi Islam telah menyebar ke seantero jagad. Jumlah populasi muslim
dunia ,kini yang mencapai kurang lebih 1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama
23 tahun tersebut. Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang
paling pantas kecuali merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia
paling agung, yakni Muhammad Saw. Allah berfirman :
Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku.
Maha suci Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik ( Yusuf ;108 )
Ibnu Hisyam berkata, Al-Ash adalah anak Wail bin Hasyim bin Saad bin Sahm bin
Amr bin Hushaish bin Kaab bin Luai.
Ibnu lshaq berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan Seperti semula.
Beliau menampakkan agama Allah, dan mengajak manusia kepadanya, hingga konflik
meledak antara beliau dengan orang-orang Quraisy, orang-orang menjauhkan diri dari
yang lain, mendendam satu sam lain, orang-orang Quraisy menyebut-nyebut nama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam pembicaraan mereka, mengancam
beliau, dan mengadakan rapat untuk membahas persoalan beliau.
Ketika orang-orang Quraisy berkata seperti di atas kepada Abu Thalib, Abu Thalib
segera menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata kepada beliau,
Hai keponakanku, sesungguhnya kaummu belum lama datang kepadaku dan berkata
begini dan begitu kepadaku. Oleh karena itu, tetaplah engkau bersamaku, jagalah
dirimu, dan jangan seret aku ke dalam persoalan yang tidak sanggup aku pikul.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menduga bahwa pamannya telah berubah
sikap, tidak Iagi melindungi dan akan menyerahkan beliau, dan tidak mampu membela
serta tidak berpihak lagi kepada beliau.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Paman, demi Allah, seandainya
mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar
aku meninggalkan persoalan ini hingga Allah memenangkan perkara ini atau aku
mati karenanya, niscaya aku tidak meninggalkan persoalan ini. Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam sedih. Beliau menangis, kemudian berdiri dan pergi dari
hadapan Abu Thalib.
Ketika beliau hendak meninggalkannya, Abu Thalib memanggil, Hai keponakanku,
kemarilahl Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kembali. Abu Thalib
berkata, Keponakanku, pergilah dan katakan apa saia yang engkau kehendaki, karena
sampai kapan pun aku tidak akan menyerahkanmu kepada siapa pun.
Mereka berkata kepadanya (seperti disampaikan kepadaku), Hai Abu Thalib, inilah
lmarah bin Al-Walid. la anak muda Quraisy yang paling kuat dan paling tampan.
Lindungi dia dan belalah dia. Ambillah dia sebagai anak, karena ia menjadi milikmu.
Sebagai gantinya serahkan kepada kami keponakanmu yang menentang agamamu
dan agama nenek moyang kita, memecah-belah persatuan kaummu, dan membodoh-
bodohkan mimpi-mimpi kita kemudian akan kami bunuh dia. Satu orang dganti dengan
satu orang pula.
Abu Thalib menjawab, Demi Allah, sungguh jelek apa yang kalian tawarkan kepadaku.
Kalian memberiku anak kalian yang aku beri makan dan aku berikan anakku kepada
kalian kemudian kalian membunuhnya? Ini, demi Allah, sampai kapan pun tidak akan
terjadi.
Al-Muthim bin Adi bin Naufal bin Abdu Manaf bin Qushai berkata, Demi Allah, hai Abu
Thalib, sungguh kaummu telah berbuat adil kepadamu, dan mereka berupaya keras
untuk bisa keluar dari apa yang mereka benci selama ini, namun aku lihat engkau tidak
menerima apa pun dari mereka.
Abu Thalib berkata kepada Al-Muthim, Demi Allah, mereka tidak berbuat adil
kepadaku. Justru mereka sepakat meninggalkanku, dan mendukung orang-orang
untuk melawanku. Kerjakan apa saja yang engkau inginkan -atau seperti yang ia
katakan.
Reaksi kaum Quraisy terhadap gerakan Islam yang dibawa oleh Rasulullah
saw. Begitu cepat berkembang dan hal tersebut sangat menghawatirkan para
pemimpin dan pembesar Quraisy. Mereka takut bahwa kedudukan mereka yang
semula begitu dihormati dan berkuasa akan menjadi tersaingi dengan kekuatan Islam.
Menurut pendapat mereka, tunduk kepada Rasulullah berarti sama dengan tunduk dan
menyerahkan kepemimpinan atau kekuasaan kepada keluarga Muhammad,
yaitu bani Abdul Muthalib. Diantara reaksi kaum Quraisy terhadap dakwah
Rasulullah saw. Antara lain sebagai berikut.
1. Kemarahan Kaum Quraisy. Kaum Quraisy marah karena menganggap bahwa
ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw. Menghina tuhan-tuhan
berhala mereka.
2. Intimidasi terhadap Umat Islam. Kaum Quraisy memaksa budak-budak
mereka yang telah masuk Islam untuk kembali kepada agama berhala. Apabila
menolak maka mereka disiksa hingga mereka menyerah atau sekarat.
3. Mempengaruhi Paman Rasulullah (abu Thalib). Beberapa tokoh
Quraisy menemui Abu Thalib dan meminta agar Muhammad menghentikan
kegiatannya dalam menyiarkan Islam. Akan tetapiMuhammad saw. Menolak
dan dengan tegas berkata kepada pamannya, Demi Allah, wahai paman
sekiranya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan
kiriku agar aku meninggalkan pekerjaan ini (menyeru kepada agama Allah)
sehingga ia tersiar (di muka bumi ini) atau aku akan binasa karenanya, tetapi
aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini.
4. Penganiayaan dan Hijrah ke Habsyah. Kaum Quraisy melancarkan gangguan
dan penghinaan kepada Rasulullah saw. Serta menyiksa hingga ke luar batas
kemanusiaan terhadap pengikut-pengikut Beliau. Akhirnya Muhammad saw.
Menganjurkan agar mereka hijrah ke Habsyah (Abesinia) yang masyarakatnya
banyak menganut Kristen.Raja Habsyah pada saat itu bernama Najasyi dan
dikenal sangat adil.
V. Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah saw. Periode Mekah
Bagian terpenting yang menjadi fokus dakwah Rasulullah saw. Periode Mekah
dapat dilihat antara lain sebagai berikut:
1. Memperbaiki akhlak masyarakat Mekah yang mengalami dekadensi moral,
seperti tumbuh suburnya kebiasaan berjudi, minum khamar, dan berzina.
2. Memperbaiki dan meluruskan cara menyembah Tuhan. Agama berhala
menyembah patung-patung. Rasulullah saw. Mengajak untuk beralih pada Islam
yang hanya menyembah kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa serta menjauhi
sikap musyrik.
3. Menegakkan ajaran Islam tentang persamaan hak dan derajat di antara manusia.
4. Mengubah kebiasaan bertaklid kepada nenek moyang dan meluruskan segala
adat- istiadat, kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan.
5. Nabi Muhammad saw. berdakwah dengan sabar, ikhlas, dan tegas di antaranya
dengan tidak memaksakan kehendak dan lemah lembut.