Anda di halaman 1dari 3

KISAH RAJA ROMAWI HERACLIUS YG MENGAKUI KENABIAN MUHAMMAD

DAN HAMPIR MASUK ISLAM

hadist tersebut dalam terjemahannya

ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Abu Sufyan bin Harb bercerita kepadanya, bahwa Heraclius (
Herclius, Raja Rumawi Timur yang memerintah tahun 610 630 M ) berkirim surat kepada Abu
Sufyan menyuruh ia datang ke Syam bersama kafilah saudagar Quraisy ( Quraisy, nama suku
bangsawan tinggi di negara Mekkah).

Waktu itu Rasullah saw, sedang dalam perjanjian damai dengan Abu Sufyan dan dengan orang-
orang kafir Quraisy ( Perjanjian damai, yaitu Perjanjian Hudaibiyah yang dibuat tahun 6 H ).
Mereka datang menghadap Heraclius di Ilia ( Ilia, yaitu Baitul Maqdis (Jerusaalem) ) terus
masuk ke dalam majlisnya, dihadapi oleh pembesar-pembesar Rumawi. Kemudian Heraclius
Memanggil orang-orang Quraisy itu beserta Jurubahasanya.

Heraclius berkata, Siapa di antara Anda yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan
laki-laki yang mengaku dirinya Nabi itu ? Jawab Abu Sufyan, Saya ! Saya keluarga terdekat
dengannya Berkata Heraclius ( kepada jurubahasanya ). Suruh dekat-dekatlah dia kepadaku.

Dan suruh pula para sahabatnya duduk dibelakangnya. Kemudian berkata Heraclius kepada
jurubahasa, Katakan kepada mereka bahwa saya akan bertanya kepada orang ini (Abu Sufyan).
Jika dia berdusta, suruhlah mereka mengatakan bahwa dia dusta.

Kata Abu Sufyan, Demi Allah ! Jika tidaklah aku takut akan mendapat malu, karena aku
dikatakan dusta, niscaya maulah aku berdusta. Pertanyaannya yang pertama, Bagaimanakah
turunannya dikalanganmu ? Aku jawab Dia turunan bangsawan dikalangan Kami. Heraclius,
Pernahkah orang lain sebelumnya mengumandangkan apa yang telah dikumandangkannya ?
Jawabku, Tidak pernah.

Heraclius, Adakah diantara nenek moyangnya yang menjadi Raja ? Jawabku, Tidak!
Heraclius, Apakah pengikutnya terdiri dari orang-orang mulia ataukah orang-orang biasa ?
Jawabku, Hanya terdiri dari orang biasa-orang biasa. Heraclius, Apakah pengikutnya semakin
bertambah atau berkurang ? Jawabku, Bahkan selalu bertambah. Heraclius, Adakah mereka
yang Murtad ( Murtad, artinya kembali menjadi kafir sesudah beriman ), karena mereka benci
kepada agama yang dipeluknya itu ? Jawabku, Tidak ! Heraclius, Apakah menaruh curiga
kepadanya dia berdusta sebelum dia mengumandangkan ucapan yang diucapkannya sekarang ?
Jawabku, Tidak ! Heraclius, Pernahkan dia melanggar janji ? Jawabku, Tidak ! dan
sekarang, kami sedang dalam perjanjian damai dengan dia. Kami tidak tahu apa yang akan
diperbuatnya dengan perjanjian itu.

Kata Abu Sufyan menambahkan, Tidak dapat aku menambahkan kalimat lain agak sedikitpun
selain kalimat itu ( Jawab Abu Sufyan tidak dicukupkanya saja dengan kata Tidak, tetapi
ditambahkannya bahwa ia tidak tahu apakah Nabi Muhammad masih setia kepada janjinya atau
tidak. Seakan-akan terbayang baginya kalau-kalau Nabi Muhammad melanggar janji setelah
meninggalkan Mekkah ).

Heraclius, Pernahkah kamu berperang dengannya ? Jawabku, Pernah. Heraclius,


Bagaimana peperanganmu itu ? Jawabku, Kami kalah dan menang silih berganti.
Dikalahkannya kami dan kami kalahkan pula dia. Heraclius, Apakah yang diperintahkannya
kepada kamu sekalian ? Jawabku, Dia menyuruh kami menyembah Allah semata-mata, dan
jangan mempersekutukan-Nya. Tinggalkan apa yang diajarkan nenek moyangmu! Disuruhnya
kami menegakan Shalat, berlaku jujur, sopan (teguh hati) dan mempererat persaudaraan.

Kata Heraclius kepada jurubahasanya, Katakan kepadanya (AbuSufyan), saya tanyakan


kepadamu tenatng turunannya (Muhammad), kamu jawab dia bangsawan tinggi. Begitulah
Rasul-rasul yang terdahulu, diutus dari kalangan bangsawan tinggi kaumnya. Saya tanyakan,
Adakah salah seorang di antara kamu yang pernah mengumandangkann ucapansebagai yang
diucapkannya sekarang ? Jawabmu, Tidak ! Kalau ada seseorang yang pernah
mengumandangkan ucapan yang diucapkannya sekarang, niscaya aku katakan, Dia meniru-niru
ucapan yang diucapkan orang dahulu itu. Saya tanyakan, Adakah di antara nenek moyangnya
yang jadi raja ? Jawabmu, Tidak Ada ! Kalau ada di antara nenek moyangnya yang menjadi
raja, niscaya kukatakan, Dia hendak menuntut kembali kerajaan nenek moyangnya.

Saya tanyakan, Adakah kamu menaruh curiga kepadanya bahwa ia dusta, sebelum ia
mengucapkan apa yang ia ucapkannya sekarang ? Jawabmu, Tidak ! Saya yakin, dia tidak
akan berdusta terhadap manusia apalagi kepada Allah. Saya tanyakan, Apakah pengikut terdiri
dari orang-orang mulia ataukah orang-orang biasa ? Jawabmu, Orang-orang biasa. Memeng,
mereka jualah yang menjadi pengikut Rasul-rasul. S

aya tanyakan, Apakah pengikutnya bertambah banyak atau semakin kurang ? Jawabmu,
Mereka bertambah banyak. Begitulah halnya IMAN hingga sempurna. Saya tanyakan, Adakah
di antara mereka yang murtad karena benci kepada agama yang dipeluknya, setelah mereka
masuk ke dalamnya ? Kamu jawab, Tidak ! Begitulah Iman, apabila ia telah mendarah-daging
sampai ke jantung-hati. Saya tanyakan, aAdakah ia melanggar janji ? Kamu jawab, Tidak ?
Begitu jualah segala Rasul-rasul yang terdahulu, mereka tidak suka melanggar janji. Saya
tanyakan, Apakah yang disuruhkanya kepada kamu sekalian ? Kamu jawab, Ia menyuruh
menyembah Allah semata-mata, dan melarang mempersekutukan-Nya. Dilarang pula
menyembah berhala, disuruhnya menegakan ahalat, berlakujujur dan sopan (teguh hati).

Jika yang kamu terangkan itu betul semuanya, niscaya dia akan memerintah sampai ketempat
aku berpijak di kedua telapak kakiku ini. Sesungguhnya aku telah tahu bahwa ia akan lahir.
Tetapi aku tidak mengira bahwa dia akan lahir diantara kamu sekalian. Sekiranya aku yakin akan
dapat bertemu dengannya, walaupun dengan susah payah aku akan berusaha datang
menemuinya. Kalau aku telah berada di dekatnya, akan kucuci kedua telapak kakinya.

Kemudian Heraclius meminta surat Rasullah saw, yang diantarkan oleh Dihyah kepada pembesar
negeri Bushra, yang kemudian diteruskan kepada Heraclius. Lalu dibacakan surat itu, yang
isinya sebagai berikut : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Dari
Muhammad, Hamba Allah dan Rasul-Nya. Kepada Heraclius, Kaisar Rumawi. Kesejahteraan
kiranya untuk orang yang mengikut petunjuk. Kemudian, sesungguhnya saya mengajak Anda
memenuhi panggilan Islam. Islamlah ! Pasti Anda akan selamat. Dan Allah akan memberi pahala
kepada Anda dua kali lipat. Tetapi jika Anda enggan, niscaya Anda akan memikul dosa seluruh
rakyat. Hai, Ahli kitab ! marilah kita bersatu dalam satu kalimah (prinsip) yang sama diantara
kita, yaitu supaya kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah, dan jangan
mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Dan janganlah sebagian kita menjadi yang lain
menjadi Tuhan selain daripada Allah.

Apabila Anda enggan menurut ajakan ini akuilah bahwa kami ini Muslim. Kata Abu Sofyan,
Selesai ia mengucapkan perkataannya dan membaca surat itu, ruangan menjadi heboh dan hiruk
pikuk; kami pun disuruh orang keluar. Sampai diluar, aku berkata kepada kawan-kawan,
Sungguh menjadi masalah besar urusan Anak Abu Kabsyah (Anak Abu Kabsyah, yakni nama
ejekan yang dipanggilkan orang kafir Mekkah kepada Nabi Muhammad. Karena waktu kecil
Nabi dipelihara oleh Halimah, yang suaminya bernama Abu Kabsyah). Sehingga raja bangsa
kulit kuning itu pun takut kepadanya. Aku yakin, Muhammad pasti menang.

Sehingga oleh karenanya Allah memasukkan Islam ke dalam hatinku. Ibnu Nathur, pembesar
negeri Ilia, sahabat Heraclius dan Uskup (Uskup, kepala pendeta) Nasrani di Syam dan
menceritakan, Ketika Heracliusdatang ke Ilia, ternyata pikirannya sedang kacau. Oleh karena
itu banyak di antara para pendeta yang berkata: Kami sangat heran melihat sikap Anda.
Selanjutnya kata Ibnu Nathur, Heraclius adalah seorang ahli Nujum yang selalu memperhatikan
perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya
kepadanya : Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat
Raja Khithan telah lahir (Khithan, khitan, sunat, memotong ujung kulit (kulup) pada ujung
kemaluan laki-laki). Siapakah di antara umat ini yang telah dikhitan ? Jawab para pendeta
Yang berkhitan itu hanyalah orang Yahudi.

Janganlah Anda risau karena orang Yahudi itu. Perintakan saja ke seluruh negeri dalam kerajaan
Anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri iru dibunuh . Ketika itu dihadapkan kepada
Heraclius seorang utusan Raja Bani Ghassan untuk menceritakan perihal Rasullah saw. Setelah
orang itu selesai bercerita, lalu Herclius memerintahkan agar dia diperiksa, apakah dia
berkhitan atau tidak. Setelah diperiksa, ternyata memang dia berkhitan, Lalu
diberitahukan orang kepada Heraclius. Herclius bertanya kepada orang itu tentang orang-
orang Arab lainnya, Dikhitankah mereka atau tidak ? Jawabnya, Orang-orang Arab
itu dikhitan semuanya. Heraclius berkata, Inilah raja umat. Sesungguhnya dia telah
lahir. Kemudian Heraclius berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma ( Roma
sebuah kota tertua di Italia, yang sekarang menjadi ibikota negeri itu. Dahulunya adalah
ibikota kerajaan Rum Barat.

Menurut riwayat, konon kota itu didirikan oleh Romulus pada tahun 753 sebelum Masehi ) yang
ilmunya setaraf dengan Heraclius (menceritakan tentang kelahiran Nabi Muhammad saw). Dan
sementara itu ia meneruskan perjalanannya kenegeri Hims ( Sebuah kota di Syam ). Tetapi
sebelum dia sampai di Hims, balasan surat dari sahabatnya itu telah tiba lebih dahulu.
Sahabatnya itu menyetujui pendapat Heraclius bahwa Muhammad telah Lahir dan beliau
memang seorang Nabi. Heraclius mengundang para pembesar Roma supaya datang ketempatnya
di Hims. Setelah semuanya hadir dalam majlisnya, Heraclius memrintahkan supaya mengunci
stiap pintu.

Kemudian dia berkata, Wahai, bangsa Rum ! Maukah Anda semua beroleh kemenangan dan
kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita ? Kalau mau,
akuilah Muhammad itu sebagai Nabi ! Mendengar ucapan itu mereka lari bagaikan keledai liar,
padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan demikian, Heraclius jadi putus harapan
yang mereka akan iman (percaya kepada Nabi Muhammad saw). Lalu diperintahkannya supaya
mereka kembali ke tempat mereka masing-masing seraya berkata, Sesungguhnya saya
mengucapkan perkataan saya tadi, hanyalah sekedar menguji keteguhan hati Anda semua. Kini
saya telah melihat keteguhan itu. Lalu mereka sujud dihadapan Heraclius dan mereka senang
kepadanya. Demikianlah akhir kisah Heraclius.

Anda mungkin juga menyukai