Anda di halaman 1dari 6

ِ ‫ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬،ُ‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ

َونَ ْستَ ْغفِ ُره‬


‫ت‬
ُ‫ َأ ْشهَ ُد َأ َّن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َده‬.ُ‫ي لَه‬ َ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد هللاُ فَالَ ُم‬،‫َأ ْع َمالِنَا‬
ُ‫ْك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬ َ ‫الَ َش ِري‬
‫صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه‬ َ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى نَبِيِّنَا َو َرس ُْولِنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬
ٍ ‫َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬
‫ث ِم ْنهُ َما‬َّ َ‫ق ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوب‬ َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬
ِ ‫س َو‬ٍ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ْم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
َ ‫ون بِ ِه َواَألرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َك‬
ً ‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا‬ َ ُ‫ِر َجاالً َكثِيراً َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَتَ َسا َءل‬
َ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬
‫ون‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
َّ ‫ين َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم‬، ‫ين َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِديدًا‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
‫َو َم ْن يُ ِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬
‫َأ َّما بَ ْع ُد‬
Jamaah Jumat rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebut ibadah kepada-Nya dan bersyukur kepada-Nya
beriringan dengan pesan wasiat kepada orang-orang beriman untuk berbuat baik serta berbakti
kepada kedua orang tua. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat:

1. Al-Isra’: 23-24

‫ك َأاَّل تَ ْعبُدُوا ِإاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن ِإحْ َسانًا ِإ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر َأ َح ُدهُ َما َأوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُلْ لَهُ َما ُأفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ضى َرب‬
)24(‫ص ِغيرًا‬ َ ‫ي‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫ي‬َّ ‫ب‬‫ر‬ ‫ا‬
ِ َ َ َ َ َْ ‫م‬‫ك‬َ ‫ا‬ ‫م‬ُ ‫ه‬‫م‬‫ح‬ ْ‫ار‬ ِّ‫ب‬‫ر‬َ ْ‫ل‬ ُ ‫ق‬‫و‬ ‫ة‬ ‫م‬
َ ِ َ ْ‫َّح‬
‫ر‬ ‫ال‬ ‫م‬
َ‫ِ ن‬ ‫ل‬ِّ ُّ
‫الذ‬ ‫ح‬ ‫َا‬
َ َ َ ‫ن‬‫ج‬ ‫ا‬ ‫م‬ُ ‫ه‬َ ‫ل‬ ْ‫ض‬ ‫ف‬
ِ َْ
‫اخ‬ ‫و‬ ) 23 ( ‫ا‬ ‫م‬ ‫ي‬
ً ِ ‫ر‬ َ
‫ك‬ ‫اًل‬ ْ‫و‬َ ‫ق‬

”Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
sewaktu kecil.’ Kemudian Allah juga berfirman di surat,

2. Lukman: 13-15

‫ص ْينَا اإل ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ ُأ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى‬ َّ ‫) َو َو‬13( ‫ك لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬ َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ِإ َّن ال ِّشر‬ َّ َ‫وَِإ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ ال ْبنِ ِه َوه َُو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬
‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم فَال تُ ِط ْعهُ َما‬
َ َ‫ْس ل‬
َ ‫ك بِي َما لَي‬ َ ‫ك عَلى َأ ْن تُ ْش ِر‬ َ ‫) وَِإ ْن َجاهَدَا‬14( ‫صي ُر‬ ِ ‫ي ْال َم‬ َ ‫صالُهُ فِي عَا َم ْي ِن َأ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْي‬
َّ َ‫ك ِإل‬ َ ِ‫َو ْه ٍن َوف‬
ُ ُ ْ ُ ُ ‫ُئ‬ ‫ُأ‬ ُ
15( َ‫ي َمرْ ِج ُعك ْم فَ نَبِّ ك ْم بِ َما كنت ْم تَ ْع َملون‬ َ ُ
َّ ‫ي ث َّم ِإل‬ َ ‫َأ‬
َ ‫يل َم ْن ن‬
َّ ‫َاب ِإل‬ َّ ً ْ
َ ِ‫صا ِح ْبهُ َما فِي ال ُّدنيَا َم ْعرُوفا َواتبِ ْع َسب‬ َ ‫( َو‬

”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.

Dari kedua ayat tadi jelas sudah bahwa persoalan berbakti kepada orang tua itu merupakan
perkara besar dalam agama ini dan sangat diperhatikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Keutamaan Birrul Walidain


Ma’asyirol muslimin arsyadakumullah,

Berbakti kepada orang tua selain merupakan perkara besar yang sangat diperhatikan oleh Allah
Ta’ala secara langsung, juga memiliki banyak keutamaan yang agung bagi siapa saja yang
melaksanakannya dengan baik, penuh kesungguhan dan ketulusan karena Allah.

Di antara keutamaan berbakti kepada orang tua dalam ajaran Islam adalah:

1. Birrul walidain merupakan ketaatan kepada Allah dan kepada Rasul-Nya ‫ﷺ‬

Hal ini berdasarkan dua surat dalam al Quran yang tadi sudah kami bacakan juga berdasarkan
hadits Nabi ‫ ﷺ‬yang terdapat dalam Ash-Shahihain dari sahabat Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

‫ الحديث‬.. ‫ سئل النبي صلى هللا عليه وسلم أي العمل أفضل قال إيمان باهلل ورسوله ثم بر الوالدين‬.

”Nabi ‫ ﷺ‬ditanya apakah amal yang paling utama itu? Beliau menjawab,”Iman kepada Allah dan
rasul-Nya kemudian berbakti kepada kedua orang tua... “ [Hadits riwayat Al-Bukhari dan
Muslim]

Masih banyak ayat dan hadits mutawatir tentang hal ini.

2. Mentaati kedua orang tua dan menghormati mereka adalah sebab untuk masuk ke
dalam surga.

Hal ini sebagaimana di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ‫ﷺ‬
beliau bersabda,

. َ‫ك َأبَ َو ْي ِه ِع ْن َد ْال ِكبَ ِر َأ َح َدهُ َما َأوْ ِكلَ ْي ِه َما فَلَ ْم يَ ْد ُخلْ ْال َجنَّة‬
َ ‫ال َم ْن َأ ْد َر‬ َ ‫َر ِغ َم َأ ْنفُ ثُ َّم َر ِغ َم َأ ْنفُ ثُ َّم َر ِغ َم َأ ْنفُ قِي َل َم ْن يَا َرس‬
َ َ‫ُول هَّللا ِ ق‬
4627 ‫صحيح مسلم‬

“ Benar-benar rugi, benar-benar rugi, benar-benar rugi.” Lantas ditanyakan kepadanya,


“Siapakah wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Orang yang mendapati salah satu dari kedua
orang tuanya atau kedua orang tuanya yang mencapai usia tua namun dia tidak masuk ke dalam
surga (dengan sebab berbakti kepada keduanya, pent).” [Shahih Muslim (4627)]

3. Menghormati kedua orang tua dan mentaati mereka akan menyebabkan tumbuhnya
kedekatan hati dan rasa cinta.

4. Menghormati kedua orang tua dan mentaati mereka itu merupakan wujud syukur kepada
keduanya karena mereka merupakan sebab keberadaan anak di dunia ini. Selain itu juga
merupakan bentuk rasa syukur atas pendidikan dan pemeliharaan mereka terhadap anak.

Jadi birrul walidain merupakan perwujudan pelaksanaan perintah Allah Ta’ala dalam surat
Lukman: 14

ِ ‫ي ْال َم‬
‫صي ُر‬ َّ َ‫َأ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْيكَ ِإل‬

“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
5. Bila seseorang berbakti kepada kedua orang tuanya maka dia nanti ketika menjadi orang
tua juga akan memiliki anak yang berbakti kepadanya.

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

ُ‫ان ِإاَّل اِإْل حْ َسان‬


ِ ‫هَلْ َج َزا ُء اِإْل حْ َس‬

”Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” [Ar-Rahman: 60]

Cara Berbakti Kepada Orang Tua


Jamaah Jumat rahimakumullah,

Berbakti kepada kedua orang tua itu berlangsung sepanjang kedua orang tua masih hidup dan
terus berlanjut meskipun kedua orang tua sudah meninggal dunia. Kewajiban berbakti kepada
kedua orang tua hanya berhenti saat ajal telah menjemput diri kita.

Hanya saja cara berbakti kepada kedua orang tua saat orang tua masih hidup dan setelah
keduanya meninggal dunia itu berbeda.

1. Birrul Walidain Ketika Masih Hidup

Bila orang tua kita masih hidup maka cara berbakti kepada orang tua kita secara garis besar ada
tiga:

 Taat kepada keduanya dalam hal yang ma’ruf. Hal ini berlaku juga dalam perkara mubah
asalkan tidak melanggar syariat. Bila sudah melanggar syariat maka tidak perlu taat
kepada mereka karena Rasulullah ‫ ﷺ‬menegaskan tidak ketaatan kepada makhluk dalam
hal bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam hal yang
makruf.

 Bersikap rendah hati kepada mereka dan merendahkan diri kepada mereka.

Betapa pun tinggi pangkat, jabatan, pendidikan dan status sosial seorang muslim, dia wajib
merendahkan dirinya kepada kedua orang tuanya, meskipun orang tuanya dalam kondisi
kebalikannya secara zhahir.

 Memberikan harta kepada kedua orang tuanya.

Memberikan harta kepada kedua orang tua ini sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Bila
ternyata dia bukan orang kaya, malah justru lebih miskin dari kedua orang tuanya, maka dalam
persoalan ini dia justru yang layak menerima pemberian dari kedua orang tuanya.

2. Birrul Walidain Sesudah Orang Tua Mati

Bila orang tua seorang muslim sudah meninggal, maka cara melakukan kebaktian kepadanya
sesuai dengan penjelasan dalam hadits Nabi ‫ﷺ‬

، َ‫ ِإ ْذ َجا َءهُ َر ُج ٌل ِم ْن بَنِي َسلَ َمة‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ ‫ بَ ْينَا نَحْ نُ ِع ْن َد َرسُو ِل هَّللا‬: ‫ قَا َل‬، ِّ‫ك ْب ِن َربِي َعةَ السَّا ِع ِدي‬ِ ِ‫ع َْن َأبِي ُأ َس ْي ٍد َمال‬
ُ‫ َوِإ ْنفَاذ‬، ‫ َوااِل ْستِ ْغفَا ُر لَهُ َما‬، ‫صاَل ةُ َعلَ ْي ِه َما‬ ‫َأ‬
َّ ‫ نَ َع ْم ال‬: ‫ي َش ْي ٌء بَرُّ هُ َما بِ ِه بَ ْع َد َموْ تِ ِه َما ؟ قَا َل‬ ‫َأ‬
َّ ‫ هَلْ بَقِ َي ِم ْن بِ ِّر بَ َو‬، ِ ‫ُول هَّللا‬
َ ‫ يَا َرس‬: ‫ال‬ َ َ‫فَق‬
‫ص ِديقِ ِه َما‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ْ
‫ك‬ ‫و‬ ،
َ ُ َ ‫َ ِإ ِ ِ َ َ ِإ‬ ‫ا‬ ‫م‬‫ه‬ ‫ب‬ ‫اَّل‬ ‫ل‬
ُ ‫وص‬ ُ ‫ت‬ ‫اَل‬ ‫ي‬ ‫ت‬َّ
ِ ِِ ‫ل‬‫ا‬ ‫م‬ ‫ح‬ َّ
‫ر‬ ‫ال‬ ُ ‫ة‬ َ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫و‬ ، ‫ا‬ ‫م‬‫ه‬ ‫د‬‫ع‬ْ
ِ َ َِ ِ َ ِ َِ ِ ‫ب‬ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫د‬ ْ
‫ه‬ ‫ع‬َ

Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, dia berkata, ”Pada saat kami berada di sisi
Rasulullah ‫ﷺ‬, tiba-tiba datanglah seorang pria dari Bani Salamah. Dia berkata, ”Wahai
Rasululllah! Adakah bagian dari berbakti kepada orang tua saya yang dengannya saya bisa
berbakti kepada mereka setelah kematiannya? Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, ”Ya. Shalat (doa) untuk
mereka, istighfar untuk mereka, melaksanakan janji mereka setelah wafatnya, silaturrahim yang
tidak akan bisa disambung kecuali melalui mereka dan memuliakan teman mereka.” [Hadits
riwayat Abu Dawud di dalam Sunan Abi Dawud no. 4541]

Buah Bakti Kepada Orang Tua


Jamaah Jumat rahimakumullah,

Setiap amal shaleh di dalam Islam pasti memiliki buah-buah manis yang bisa dirasakan di dunia
ini. demikian pula dengan amal shaleh berbakti kepada kedua orang tua. Sebagai salah satu amal
yang paling utama dalam Islam setelah beriman kepada Allah ta’ala, pasti birrul walidain
memiliki buah yang manis bagi para pelakunya.

Menurut Syaikh Muhammad Sa’id Ruslan, di antara buah dari berbakti kepada keuda orang tua
adalah

1. Mendapatkan pengampunan (maghfiroh) atas dosa-dosanya.

Hal ini berdasarkan atsar dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Diriwayatkan dari ‘Atha` bin
Yasar (bekas budak Maimunah, seorang tokoh ulama Tabi’in terpercaya), dari Ibnu ‘Abbas,
bahwa seorang pria mendatangi Ibnu Abbas lalu berkata, ”Sesungguhnya saya telah melamar
seorang wanita, namun dia menolak untuk menikah denganku.

Lalu pria lain meminangnya dan ia senang untuk menikah dengannya. Saya pun merasa cemburu
kepada wanita tersebut sehingga saya membunuh wanita itu. Apakah ada taubat untukku?”

Ibnu Abbas bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?”

“Tidak,” jawab pria tersebut.

“Bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa jalla dan mendekatlah kepada-Nya semaksimal


kemampuanmu.”

‘Atha` bin Yasar berkata, “Aku pergi lalu aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, ‘Mengapa engkau
bertanya kepadanya tentang kehidupan ibunya?”

Ibnu ‘Abbas berkata, “Sungguh aku tidak mengetahui suatu amalan yang lebih mendekatkan
kepada Allah ‘azza wa jalla dari berbakti kepada ibu.”

Dalam riwayat ini, jelas disebutkan bahwa dosa membunuh orang lain tanpa alasan yang
dibenarkan secara syar’i bisa ditebus dengan amal shalih berupa birrul walidain terutama kepada
ibu kandungnya.

Seorang ibu memang memiliki hal lebih dibanding seorang ayah untuk mendapatkan perlakuan
baik dan ketaatan dari anaknya. Hal ini karena kepayahan dan berbagai derita yang dialami
selama proses kehamilan, melahirkan, menyusui da pengasuhan di masa anak masih kecil.

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

ِ َّ‫ق الن‬
‫اس بِ ُحس ِْن‬ ُّ ‫ َم ْن َأ َح‬،ِ‫يَا َرسُوْ َل هللا‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل‬ ِ ‫ع َْن َأبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى َرسُوْ ِل هللا‬
‫َأ‬
َ‫ال بُوْ ك‬ ُ ‫ُأ‬
َ َ‫ ق‬،‫ قَا َل ث َّم َم ْن‬،َ‫ال ُّمك‬ ُ ‫ُأ‬ ُ
َ َ‫ قَا َل ث َّم َم ْن؟ ق‬،َ‫ قَا َل ث َّم َم ْن؟ قَا َل ُّمك‬،َ‫ال ُّمك‬‫ُأ‬ َ َ‫ص َحابَتِي؟ ق‬ َ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah ‫ﷺ‬
dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya perlakukan
dengan baik?’ Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, ‘Ibumu!’

Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa?’ Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, ‘Ibumu!’

Orang tersebut bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, ‘Ibumu.’

Orang tersebut bertanya lagi, ‘setelah itu siapa lagi?,’ Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, ‘ayahmu.’”
[Hadits riwayat Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548]

2. Terpenuhi kebutuhannya, mendapatkan jalan keluar dari kesulitan dan doanya


mustajab

Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits tentang terperangkapnya 3 orang di dalam sebuah
gua, di zaman sebelum Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬. Hadits adalah sebagai berikut
Dari Abu ‘Abdir Rahman Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, dia
berkata,”Aku mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

ُ‫ت َعلَ ْي ِه ُم ْالغَا َر فَقَالُوا ِإنَّه‬


ْ ‫ص ْخ َرةٌ ِمنَ ْال َجبَ ِل فَ َس َّد‬ َ ‫ت‬ ٍ ‫ق ثَالَثَةُ َر ْه ٍط ِم َّم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم َحتَّى َأ َو ُوا ْال َمبِيتَ ِإلَى غ‬
ْ ‫ فَا ْن َحد ََر‬، ُ‫َار فَ َد َخلُوه‬ َ َ‫ا ْنطَل‬
‫ح َأ ْع َمالِ ُك ْم‬
ِ ِ‫صال‬َ ِ‫الَ يُ ْن ِجي ُك ْم ِم ْن هَ ِذ ِه الص َّْخ َر ِة ِإالَّ َأ ْن تَ ْدعُوا هَّللا َ ب‬

“Ada tiga orang dari orang-orang yang hidup di zaman sebelum kalian berangkat safar. Dalam
perjalanan mereka mencari tempat untuk bermalam di sebuah goa. Mereka pun memasukinya.
Tiba-tiba sebuah batu besar dari gunung jatuh menggelinding lalu menutup pintu gua itu. Mereka
terperangkap di dalamnya.

Kemudian mereka berkata bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu
besar tersebut kecuali bila kalian semua berdoa kepada Allah Ta’ala dengan menyebutkan
amalan shalih kalian.”

ِ َ‫ فَنََأى بِى فِى طَل‬، ً‫ق قَ ْبلَهُ َما َأ ْهالً َوالَ َماال‬
‫ فَلَ ْم‬، ‫ب َش ْى ٍء يَوْ ًما‬ ُ ِ‫ت الَ َأ ْغب‬ ُ ‫ َو ُك ْن‬، ‫ان َش ْيخَا ِن َكبِي َرا ِن‬ ِ ‫فَقَا َل َر ُج ٌل ِم ْنهُ ُم اللَّهُ َّم َكانَ لِى َأبَ َو‬
‫ى‬ َ َ ْ ُ ْ َ َ ً ‫َأ‬ ً
َّ ‫ فلبِثت َوالق َد ُح َعلى يَ َد‬، ‫ق ق ْبلهُ َما ْهال وْ َماال‬ ‫َأ‬ َ َ ْ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ِ‫ْت لَهُ َما َغبُوقهُ َما ف َو َج ْدتهُ َما نَاِئ َم ْي ِن َو َك ِر ْهت ْن غب‬
ُ ُ َ َ ُ ‫ فَ َحلَب‬، ‫ُأ ِرحْ َعلَ ْي ِه َما َحتَّى نَا َما‬
‫ك فَفَرِّ جْ َعنَّا َما نَحْ نُ فِي ِه ِم ْن‬ َ ‫ت َذلِكَ ا ْبتِغَا َء َوجْ ِه‬ ُ ‫ت فَ َع ْل‬ ُ ‫ اللَّهُ َّم ِإ ْن ُك ْن‬، ‫ فَا ْستَ ْيقَظَا فَ َش ِربَا َغبُوقَهُ َما‬، ‫ق ْالفَجْ ُر‬ َ ‫َأ ْنت َِظ ُر ا ْستِيقَاظَهُ َما َحتَّى بَ َر‬
ُ ْ َ ‫ًئ‬ َ ْ َ ْ َ
َ ‫ فانف َر َجت ش ْي ا ال يَ ْستَ ِطيعُونَ الخر‬، ‫هَ ِذ ِه الصَّخ َر ِة‬
‫ُوج‬ ْ

Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, aku mempunyai dua orang tua yang sudah tua dan
lanjut usia. Dan aku tidak pernah memberi minum susu (di malam hari) kepada siapa pun baik
keluarga maupun budak sahaya, sebelum memberi minum kepada keduanya.

Pada suatu hari, aku mencari sesuatu di tempat yang jauh. Ketika aku pulang ternyata mereka
berdua telah tidur. Aku pun memerah susu untuk mereka berdua namun aku dapati mereka sudah
tertidur pulas.

Aku tidak mau memberikan minuman tersebut kepada keluarga atau pun budakku sebelum
mereka berdua. Seterusnya aku menunggu sampai mereka bangun. Setelah fajar tiba mereka
bangun, lalu mereka meminum susu tersebut.

Ya Allah, bila aku melakukan hal itu dengan niat mengharapkan wajah-Mu, maka berilah kami
jalan keluar dari kesulitan yang sedang kami hadapi karena batu besar ini.” Batu besar itu tiba-
tiba bergeser sedikit, namun mereka masih belum dapat keluar dari goa…” [Muttafaqun ‘alaih.
Hadits riwayat Al- Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743]

Terkait doa yang mustajab karena birrul walidain, ada contoh lain yaitu tentang seorang Tabi’in
terbaik bernama Uwais Al-Qarni rahimahulah. Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri yang menegaskan
keistimewaan dari Uwais Al Qarni ini.

َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل ِإ َّن خَ ي َْر التَّابِ ِعينَ َر ُج ٌل يُقَا ُل لَهُ ُأ َويْسٌ َولَهُ َوالِ َدةٌ َو َكان‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫ع َْن ُع َم َر ْب ِن ْال َخطَّا‬
ُ ‫ب قَا َل ِإنِّي َس ِمع‬
َ ‫ْت َرس‬
ُ‫بِ ِه بَيَاضٌ فَ ُمرُوهُ فَ ْليَ ْستَ ْغفِرْ لَك ْم‬

Dari Umar bin Al Khaththab dia berkata,”Sungguh aku telah mendengar Rasulullah
‫ﷺ‬bersabda,”Sesunggunya sebaik-baik tabi’in adalah seorang laki-laki yang dibiasa dipanggil
dengan nama Uwais. Dia memiliki ibu, dan dulu dia memiliki penyakit belang ditubuhnya.
Carilah ia, dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian.” [Hadits Shahih
riwayat Muslim No. 4612 – Kitab Keutamaan sahabat]

‫ َوتَقَبَّ َل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ ِإنَّهُ ه َُو ال َّس ِم ْي ُع‬,‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اآليَا‬,‫ك هللاُ ِل ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‬
َ ‫ار‬
َ َ‫ب‬
ُ ْ َّ ْ ُ ْ ْ
ِ ‫ ِإنهُ هُ َو ال َغفوْ ُر الر‬،ُ‫ قوْ ُل قَوْ لِ ْي هَ َذا َوا ْستَغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَك ْم فَا ْستَغفِرُوْ ه‬.‫ال َعلِ ْي ُم‬
‫َّح ْي ُم‬ ُ ‫َأ‬ ْ

Khutbah Kedua
َّ‫ َأ ْشهَ ُد اَ ْن الَ ِإلَهَ ِإال‬.‫ك الَّ ِذيْ َج َع َل فِي ال َّس َما ِء بُرُوْ جًا َو َج َع َل فِ ْيهَا ِس َراجًا َوقَ َمرًا ُمنِ ْيرًا‬ َ ‫ تَبَا َر‬،‫ص ْيرًا‬ ِ َ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذيْ َكانَ بِ ِعبَا ِد ِه َخبِ ْيرًا ب‬
ْ ْ ِّ ‫هللاُ وَأ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ ُو َرسُولُهُ ال ِذيْ بَ َعثَهُ بِال َح‬
ِّ ‫ َودَا ِعيَا ِإلَى ال َح‬،‫ق بَ ِش ْيرًا َونَ ِذ ْيرًا‬
‫ق بِِإذنِ ِه َو ِس َراجًا ُمنِ ْيرًا‬ ْ َّ

‫ أما بعد‬.‫اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين‬
‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬
‫َلى النَّبِ ْى يَا َ يُّهَاالَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ‬
‫ص ُّلوْ نَ ع َ‬
‫اِ َّن هللاَ َو َمالَِئ َكتَهُ يُ َ‬

‫صلَّيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬


‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل‬ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌ¾د َم ِج ْي ٌد‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َركتَ َعلى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إن َ‬

‫ت اَألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا ِ‬


‫ت ِإنَّ َ‬
‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد ْع َو ِة‬ ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوالم ْسلِ َما ِ‬
‫ت َوالمْؤ ِمنِ ْينَ َوالمْؤ ِمنَا ِ‬

‫ظهَ َر ِم ْنهَا َو َما‬ ‫ش َما َ‬ ‫ور‪َ ،‬و َجنِّ ْبنَا ْالفَ َوا ِح َ‬
‫ت ِإلَى النُّ ِ‬ ‫ف بَ ْينَ قُلُوبِنَا‪َ ،‬وَأصْ لِحْ َذاتَ بَ ْينِنَا‪َ ¾،‬وا ْه ِدنَا ُسبُ َل ال َّساَل ِم‪َ ،‬ونَ ِّجنَا ِمنَ ُّ‬
‫الظلُ َما ِ‬ ‫اللَّهُ َّم َألِّ ْ‬
‫ْ‬ ‫ك ْنتَ التَّوَّابُ الر ِ‬
‫َّحي ُم‪َ ،‬واجْ َعلنَا َشا ِك ِرينَ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ارنَا‪َ ،‬وقُلُوبِنَا‪َ ،‬و ْز َوا ِجنَا‪َ ،‬و ُذ ِّريَّاتِنَا‪َ ،‬وتُبْ َعلَ ْينَا ِإنَّ َ‬‫ص ِ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ار ْك لَنَا فِي ْس َما ِعنَا‪َ ،‬و ْب َ‬ ‫بَطَنَ ‪َ ،‬وبَ ِ‬
‫لِنِ َع ِمكَ ُم ْثنِينَ بِهَا َعلَ ْيكَ‪ ،‬قَابِلِينَ لَهَا‪َ ،‬وَأتِ ِم ْمهَا َعلَينَاْ‬

‫َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن َأ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّريَّاتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعيُ ٍن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما‬

‫اللَّهُ َّم إنَّا نَ ْسَألُ َ‬


‫ك الهُدَى ‪ ،‬والتُّقَى ‪ ،‬وال َعفَافَ ‪ِ ،‬‬
‫والغنَى‬

‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬

‫صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬


‫صحْ بِ ِه و َ َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن‬ ‫َو َ‬

‫آخ ُر َد ْع َوانَا َأ ِن ْال َح ْم ُد هلل َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ‬


‫َو ِ‬

Anda mungkin juga menyukai