ان ِإىَل َي ْوِم ال ّديْنٍ اَللهم صل وسلّم على سيدنا حُمَم ٍد وعلى آلِِه ِوَأصحابِِه ومن تَبِعهم بِِإحس
َ ْ ْ َُ ْ َ َ َ ْ ََ ّ ّ َ ْ َ َ َّ ُّ
اعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْو َن ِ ِ
َ ََّاس ُْأوصْي ُك ْم َو َن ْفسي بَِت ْق َوى اهلل َوط
ِ
ُ يَا اَيُّ َها الن.
يَاَأيّ َها الّ َذيْ َن َآمُن ْوا اّت ُقوا اهللَ َح ّق تُ َقاتِِه َوالَ مَتُْوتُ ّن ِإالّ َوَأْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن
Suatu ketika, Malaikat Jibril ‘alaihissalam datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata kepadanya:
َ ت فَِإن ِ َ ت فَِإن ِ ِ
)َّك ُم َفا ِرقُهُ (رواه احلاكم ْ َِأحب
َ ب َم ْن شْئ ْ َو،ت
ٌ َِّّك َمي َ ش َما شْئ
ْ يَا حُمَ َّم ُد ع
Maknanya: “Wahai Muhammad, hiduplah selama yang engkau kehendaki, sungguh engkau akan
mati. Dan cintailah orang yang engkau kehendaki, sungguh engkau akan berpisah dengannya” (HR
al-Hakim).
Allah ta’ala tidak menciptakan kita untuk hidup selamanya di dunia yang sementara ini. Tidak pula
sekadar agar kita makan, minum, dan tenggelam dalam gemerlap dan kesenangan duniawi. Melainkan
untuk memerintah kita agar beribadah kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman:
ِ َوما خلَ ْقت اجْلِ َّن واِإْل نْس ِإاَّل لِيعب ُد
)٥٦ :ون (الذاريات ُْ َ َ َ ُ َ َ
Maknanya: “Dan tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia kecuali untuk Kuperintahkan
mereka agar beribadah kepada-Ku” (QS adz-Dzariyat: 56).
Seseorang yang selalu berintrospeksi dan beramal untuk kehidupan setelah kematian dialah orang
yang cerdas. Sedangkan orang yang lemah dan bodoh adalah orang yang menuruti hawa nafsunya
sehingga melanggar larangan Allah ta’ala, melewati batas-batas-Nya dan melakukan perbuatan-
perbuatan dosa, lalu ia berharap agar Allah mengangkat derajatnya dan memulaikannya.
Janganlah kita tertipu oleh banyaknya harta dan keluarga. Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
ِ ِ ِ ِ
ُ َفَي ْرج ُع َْأهلُهُ َو َمالُه،ُ َيْتَبعُهُ َْأهلُهُ َو َمالُهُ َو َع َملُه،ت ثَاَل ثَةٌ َفَي ْرج ُع ا ْثنَان َو َيْب َقى َم َعهُ َواح ٌد
َ َِّيْتبَ ُع الْ َمي
)البخاري ومسلمّ َو َيْب َقى َع َملُهُ (رواه
Maknanya: “Orang yang meninggal diikuti oleh tiga perkara, dua akan kembali dan satu lainnya
akan tetap bersamanya. Ia diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amal perbuatannya. Maka
keluarga dan hartanya akan kembali (ke rumahnya) sedangkan amal perbuatannya tetap
bersamanya” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Karenanya hendaklah kita arahkan fokus dan pusat perhatian kita kepada amal kita. Sebab jika amal
kita baik, maka kita akan mendapatkan balasan baik atasnya. Dan jika perbuatan kita buruk, maka kita
telah menghadapkan diri kita pada murka dan siksa Allah. Karena itulah, disunnahkan mempercepat
dan menyegerakan proses pemakaman orang yang meninggal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
Di antara hal yang bermanfaat bagi seorang mukmin menjelang kematiannya adalah talqin
(menuntunnya untuk mengucapkan kalimat la ilaha illa Allah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
“Seandainya la ilaha illa Allah diletakkan di satu piringan timbangan, dan langit dan bumi
diletakkan di piringan lainnya, maka la ilaha illa Allah lebih berat daripada langit dan bumi” (HR
ath-Thabarani).
اخ ُر َكلِ َمتِ ِه اَل ِإٰلهَ ِإاَّل اهللُ ِعْن َد الْ َم ْو ِت َد َخ َل اجْلَنَّةَ َي ْو ًما
ِ فَِإنَّه من َكا َن ء،لَقِّنُوا موتَا ُكم اَل ِإٰله ِإاَّل اهلل
َ َُْ ُ َ ْ َْ
ِ ِ
)َأصابَهُ (رواه ابن حبّان َ ك َما َ َّه ِر َوِإ ْن
َ َأصابَهُ َقْب َل ٰذل ْ م َن الد
Maknanya: “Talqinlah (tuntunlah) orang yang akan meninggal di antara kalian ucapan la ilaha illa
Allah. Karena barang siapa yang akhir ucapannya menjelang kematian adalah la ilaha illa Allah,
maka ia pasti akan masuk surga suatu hari nanti, meski sebelumnya terkena siksa yang
mengenainya” (HR Ibnu Hibban).
Diriwayatkan bahwa Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jika seseorang
sedang sekarat maka talqinlah ia ucapan la ilaha illa Allah. Karena setiap hamba yang usianya ditutup
dengan ucapan itu, maka ucapan itu akan menjadi bekalnya menuju surga” (HR Ibnu Abi ad-Dun-ya).
Juga diriwayatkan dari Sayyidina ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata,
“Datangilah orang-orang yang sekarat di antara kalian dan ingatkanlah mereka, karena mereka
melihat apa yang tidak kalian lihat. Dan talqinlah mereka ucapan la ilaha illa Allah.” (HR Ibnu Abi
ad-Dun-ya)
Marilah kita sadar akan kelalaian kita, karena sesungguhnya kita pasti akan mati. Sekarang kita
mentalqin orang yang meninggal, suatu saat nanti kitalah yang akan ditalqin. Hari ini kita yang
memikul keranda mayit, bisa jadi besok jenazah kitalah yang giliran dipikul. Saat ini kita mengubur
orang mati, suatu saat nanti kita pasti yang akan dikubur.