BENCANA MORAL
Safwannur, S.Pd.I
) ف َْليَ ْنظُرْ أَ َحدُكُ ْم َم ْن ي ُْخا َل ُل (رواه الترمذي،َعلَى َدي َْن َخ َل ْي َله َّ :علَ ْي َه َو َسلَّ َم
َ الر ُج ُل َ ُصلَّى هللا ُّ ََوقَا َل النَّب
َ ي
Manusia merasa khawatir bila dilanda bencana yang berdampak pada kerugian
harta benda. Akan tetapi ada bencana yang jauh lebih dahsyat dampaknya
terhadap masa depan generasi manusia yaitu bencana moral yang akan memporak-
porandakan peradaban manusia. Kerusakan infrastruktur akibat bencana alam
masih bisa direkonstruksi dalam jangka waktu yang relatif singkat, bahkan lebih
bagus dari sebelumnya. Tetapi kerusakan moral generasi akibat dangkalnya akal
budi tak serta merta dapat dipulihkan dengan mudah. Akar persoalannya terletak
pada minimnya nilai-nilai spiritual (spiritual values) yang terinternalisasi dalam
jiwa manusia.
Kita patut mengelus dada menyaksikan sejumlah fenomena patologi sosial yang
terjadi di sekitar kita. Lebih menyedihkan lagi para pelaku adalah generasi muda
yang notabene harapan bangsa. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi bangsa ini
ke depan, jika akhlak kawula muda jauh dari nilai-nilai luhur yang diajarkan agama.
Baru-baru ini media massa memberitakan ratusan pelajar SMP dan SMA di satu
daerah hamil di luar nikah. Ada juga kasus berbeda, sebagaimana viral di media
sosial beberapa remaja yang berseragam sekolah menendang seorang perempuan
paruh baya yang mengalami gangguan jiwa. Belum lagi perilaku lesbian, gay,
biseksual dan transgender (LGBT) yang sangat meresahkan. Kasus-kasus semacam
ini menjadi tamparan keras bagi kita semua untuk memberi perhatian lebih dalam
penguatan paham agama kepada para remaja.
Kemudahan akses teknologi informasi selain berdampak positif di satu sisi, juga
mengakibatkan efek negatif di sisi lain. Gawai dalam genggaman bisa digunakan
tanpa batasan ruang dan waktu. Jika salah jalan dalam penggunaan teknologi, maka
itu akan berakibat pada degradasi moral penerus bangsa.
َّللا َما أَ َم َر ُه ْم ُ علَ ْي َها َم َالئَ َكةٌ غ ََالظٌ شَ دَادٌ َال يَ ْع
َ َّ َصون َ اس َو ْالحَ َج
َ ُ ارة ً يَا أَيُّ َها الَّذَينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َسكُ ْم َوأَ ْهلَيكُ ْم ن
ُ ََّارا َوقُودُهَا الن
ََو َي ْف َعلُونَ َما يُؤْ َم ُرون
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. at-
Tahrim: 6).
Salah pergaulan menjadi pintu terjadinya dekadensi moral. Lazimnya, para pelaku
kejahatan atau pelanggaran terhadap aturan negara dan agama tidak sendirian
dalam menjalankan aksinya. Mereka akan bersama-sama saling menjerumuskan
rekannya dalam jurang nista. Para penjudi akan berkomplot dengan sesama
penjudi. Pemabuk akan berkumpul dengan sesama pemabuk. Maling akan mencari
teman yang memiliki kebiasaan yang sama untuk mencuri dan seterusnya. Hal ini
bisa kita lihat ketika pihak berwajib melakukan operasi penertiban penyakit
masyarakat. Biasanya yang terjaring bukan hanya satu orang tapi kadang dalam
jumlah yang relatif banyak.
Wasiat Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya menjelang beliau wafat patut dijadikan
teladan dalam penanaman tauhid kepada generasi. Nabi Ya’qub tidak khawatir
terhadap urusan dunia anak keturunannya sepeninggal beliau. Akan tetapi yang
beliau khawatirkan adalah bila tauhid lepas dari hati keturunannya. Hal ini
diabadikan oleh Allah dalam al-Qur’an:
َي قَالُ ْوا نَ ْعبُدُ ا َٰل َهكَ َوا َٰلهَ ٰابَ ۤاىِٕكَ اَب ْٰر ٖه َم َواَسْمٰ َع ْي َل َواَسْحٰ قَ
مَن بَ ْعد ْ ب ْال َم ْو ُۙ
تُ اَذْ قَا َل َلبَنَ ْي َه َما تَ ْعبُد ُْونَ ْۢ ْ ض َر يَ ْعقُ ْو َ ش َهد َۤا َء اَذْ َح َ اَ ْم كُ ْنت ُ ْم ُ
ا َٰل ًها َّواحَ دًا َونَحْنُ لهٗ ُم ْس َل ُم ْونَ
َ ۚ
Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata
kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka
menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu:
Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya
)kami berserah diri.” (Q.S. Al-Baqarah: 133
ي
َـر هللا َل ْ آن ْال َك َري َْم َو َجعَلَنَا هللاُ مَنَ الَّ َذيْنَ يَ ْستَمَ عُ ْونَ ْالقَ ْو َل فَيَتَّبَعُ ْونَ أَحْ َسنَهُ .أَقُ ْو ُل قَ ْو َل ْ
ي هذا َوأَ ْستَ ْغف ُ ي َولَكُ ْم فَي ْالقُرْ َ
اركَ هللا َل ْ بَ َ
َولَكُ ْم.
KHUTBAH KEDUA
علَى َرس ُْو َل هللاََ ،والَ َح ْو َل َوالَ قُ َّوةَ إَالَّ بَاهللََ .وأَ ْش َهدُ أَ ْن الَ إَلَهَ إَالَّ هللا َوحْ دَهُ الَ ش ََريْكَ لَهُ َوأَ ْش َهدُ أَنَّ صالَة ُ َوال َّسالَ ُم َ ّلِل َوال َّاَ ْل َح ْمدُ َ َّ َ
ْ
اشَر ال ُم ْسلَمَ يْنَ ْ
علَى آ َل َه َو َم ْن تَبَ َع هُدَاهُ إَلَى يَ ْو َم ال َقيَا َمةََ .معَ َعلَى نَبَيَكَ ُم َح َّم ٍد َو َ اركْ َ ص َل َو َس َل ْم َوبَ َ َّ ُ
ع ْبدُهُ َو َرس ُْولهُ .اَلل ُه َّم َ ُم َح َّمدًا َ
هللا ،أَ َّما َب ْعدُ؛
َ ى وأَرْ َش َدكُ ُم ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ
ْ
ق َ ت ب َّاي ي إ و م ُ ك ي
ْ ص وُ أ هللا
علَى آ َل ُم َح َّم ٍد َك َما علَى ُم َح َّم ٍد َو َ علَى آ َل إَب َْرا َهي َْمَ ،وبَ َ
اركْ َ علَى إَب َْرا َهي َْم َو َ صلَّيْتَ َ علَى آ َل ُم َح َّم ٍد َك َما َ علَى ُم َح َّم ٍد َو َ ص َل َ اَللَّ ُه َّم َ
ت اْألَحْ يَاءَ مَ ْن ُه ْم ت َو ْال ُمؤْ مَ نَيْنَ َو ْال ُمؤْ مَ نَا َ
علَى آ َل َإب َْرا َهي َْمَ ،إنَّكَ َحمَ ْيدٌ َم َج ْيدٌ .اَللَّ ُه َّم ا ْغفَرْ ل َْل ُم ْسلَمَ يْنَ َو ْال ُم ْس َل َما َعلَى َإب َْرا َهي َْم َو َ ار ْكتَ َ َب َ
َارا.صغ ً ْ َ
ي ال َحا َجاتََ ,ربَّنَا ا ْغفَرْ لنَا َول ََوا َل َد ْينَا َوار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانَا َ ْ اض َ ت َويَا قَ َ ع َوا َت ،إَنَّكَ َسمَ ْي ٌع قَ َريْبٌ ُم َجيْبُ الدَّ َ َ
َواْأل ْم َوا َ
وف َّرحَ ْي ٌمَ ،ربَّنَا هَبْ لَنَا ْ
مَن ان َوالَ تَجْ َعلْ فَي قُلُو َبنَا َغالًّ َللَّ َذيْنَ َءا َمن ُْوا َربَّنَآ َإنَّكَ َر ُء ُ َربَّنَا ا ْغفَرْ لَنَا َو َإل ْخ َوانَنَا الَّ َذيْنَ َسبَقُونَا َب َ
اإل ْي َم َ
اب النَّ َ
ار. عذ َ َ اجنَا َوذُ َريَّاتَنَا قُ َّرةَ أَ ْعي ٍُن َواجْ عَ ْلنَا ل َْل ُمتَّقَينَ إَ َما ًماَ .ربَّنَا آتَنَا فَي الدُّنيَا َح َسنَة َوفَي اآلخَ َرةَ َح َسنَة َوقَنَا َ
ً ْ ً ْ أَ ْز َو َ