Anda di halaman 1dari 33

Materi Khutbah Jumat Terbaru 3 Perumpamaan Sifat Manusia dalam Al-

Qur’an

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

‫أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون أشهد أن ال إله‬  ‫الحمد هلل الذى‬
.‫اشهد أن محمدا عبده ورسوله بشيرا ونذيرا وداعيا إلى هللا بإذنه‬, ‫ نعبد وإياه نستعين‬.‫ الصمد إياه‬.‫غال هللا الواحد‬
‫ فقد‬.‫فقد فاز فوزا عظيما‬  ‫بتقوى هللا‬  ‫بنفسى‬  ‫أصيكم‬  ‫ فيا أيها المسلمون رحمكم هللا‬:‫وسراجا منيراز أما بعد‬
‫ما‬َّ ‫ج ِر َو ِم‬
َ ‫الش‬
َّ ‫ِن‬
َ ‫ل ُب ُيوتًا َوم‬ ِ ‫ِن ا ْل‬
ِ ‫جبَا‬ َ ‫خذِي م‬ ِ ‫ل َأ‬
ِ َّ‫ن ات‬ ْ ‫ك ِإلَى ال َّن‬
ِ ‫ح‬ َ ‫ َوَأ ْو‬  : ‫قال هللا سبحانه وتعالى فى كتابه العزيز‬
َ ُّ‫حى َرب‬
ُ ‫يَ ْع ِر‬ 
َ‫شون‬

Hadirin Jama’ah Jum’at di mulikan oleh Allah

Di dalam al-Qur’an ada tiga binatang kecil diabadikan ileh Allah menjadi nama
surah, yaitu al-Naml ( semut), al-‘Ankabut (laba-laba), dan al-Nahl (lebah). Ketiga
binatang ini masing-masing memiliki karakter dan sifat, sebagimana digambarkan
oleh al-Qur’an. Dan hal itu patut dijadikan pelajaran oleh manusia

Semut memiliki sifat suka menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-
hentinya. Konon, binatang ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun
sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun. Kelobaanya sedemikian besar
sehingga ia berusaha memikul sesuatu yang lebih besar dari badannya, meskipun
sesuatu tidak itu tidak berguna baginya.

Hadirin Sidang Jum’at  yang dimuliakan oleh Allah!

Lain halnya dengan laba-laba, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an bahwa


sarang laba-laba adalah tempat yang paling rapuh,

‫ك ُبوتِ لَ ْو َكا ُنوا‬ ُ ‫ن ا ْل ُب ُيوتِ لَبَ ْي‬


َ ‫ت ا ْل َع ْن‬ َ ‫َت بَ ْي ًتا َوِإنَّ َأ ْو‬
َ ‫ه‬ .ْ ‫خذ‬ َ ‫َل ا ْل َع ْن‬
َ َّ‫ك ُبوتِ ات‬ َ ‫ه َأ ْولِيَا َء َك‬
ِ ‫مث‬ ِ َّ‫ن الل‬
ِ ‫ِن ُدو‬
ْ ‫خ ُذوا م‬ .َ ‫َل الَّذ‬
َ َّ‫ِين ات‬ ُ ‫َمث‬
َ‫مون‬ ُ َ‫يَ ْعل‬

ia bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau disergapnya
akan binasa. Jangankan serangga  yang tidak sejenis, jantannya pun setelah
selesai berhubungan disergapnya untuk dimusnahkan oleh betinanya. Telur-
telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan.

Ayat di atas memberikan gambaran bahwa di dalam masyarakat atau rumah


tangga yang keadaannya seperti laba-laba; rapuh, anggotanya saling tindih-
menindih, sikut menyikut seperti anak laba-laba yang baru lahir. Kehidupan ayah
dan ibu serta anak-anak tidak harmonis, antara pimpinan dan bawahan saling
curiga.
Edisi 2 Khutbah Jumat Terbaru 2017 Nasihat Agung Bagi Seluruh Manusia
Oleh: Syahrul Ramadhon

‫ هدانا لإليمان وما‬،‫ كله ولو كره المشركون‬.‫الحمد هلل الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق وأظهره على الدين‬
،‫ أحمده حمداً كثيراً كما هو أهله وأشكره شكر من يستزيده ويتضرع إليه وحده‬،‫كنا لنهتدي لوال أن هدانا هللا‬
‫وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له في ربوبيته وألوهيته وكمال ذاته وصفاته وأشهد أن محمداً عبد هللا‬
.‫ورسوله صلى هللا عليه وعلى آله وصحبه أجمعين ومن اهتدى بهديهم واستن بسنتهم إلى يوم الدين‬
‫اس اتَّ ُقوا‬ ُ ‫ِمونَ } { يَا َأيُّ َها ال َّن‬ ُ ‫سل‬ْ ‫م ُم‬ ْ ‫ن ِإال َّ َوَأ ْن ُت‬
َّ ‫مو ُت‬ُ َ‫ه َوال َ ت‬ ِ ِ‫ق ُتقَات‬
َّ ‫ح‬ َ ‫وبعدالحمد هلل الذي {يَا َأيُّ َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا اللَّ َه‬
َ‫ساءلُون‬ َ ‫جاال ً َكثِي ًرا َون‬
َ َ‫ِساء َواتَّ ُقوا اللَّ َه الَّذِي ت‬ َ ‫ما ِر‬ َ ‫ج َها َوبَثَّ ِم ْن ُه‬ َ َ ‫خل‬
َ ‫ق ِم ْن َها َز ْو‬ َ ‫ح َد ٍة َو‬
ِ ‫س َوا‬ٍ ‫خلَ َقكُم ّمِن نَّ ْف‬ َ ‫ُم الَّذِي‬ ُ ‫َربَّك‬
ْ ‫مالَك‬
‫ُم َويَ ْغف ِْر‬ َ ‫ُم َأ ْع‬ْ ‫ِح لَك‬
ْ ‫صل‬
ْ ‫سدِي ًدا ُي‬ َ ً ‫ِين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا اللَّ َه َوقُولُوا َق ْوال‬ َ ‫ُم َرقِي ًبا} {يَا َأيُّ َها الَّذ‬ ْ ‫م ِإنَّ اللَّ َه َكانَ َعلَ ْيك‬ َ ‫ه َواَأل ْر‬
َ ‫حا‬ ِ ِ‫ب‬
ً ‫سولَ ُه َفق َْد َفا َز َف ْو ًزا َعظِي‬
‫ما‬ ُ ‫ن ُيطِعِ اللَّ َه َو َر‬
ْ ‫ َو َم‬، ‫ُم‬ ْ ‫لَك‬
ْ ‫ُم ُذ ُنوبَك‬

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Segala puji marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai
nikmat-Nya kepada kita sehingga sampai saat ini kita masih bisa memenuhi undangan-
Nya untuk menghadiri sholat jumat berjama’ah di masjid ini.

Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW
beliaulah sang penutup para nabi dan imamnya orang-orang yang bertaqwa serta suri
tauladan bagi seluruh umat manusia

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’id bahwasannya jibril as pernah datang kepada Rasulullah
SAW kemudian berkata:

‫ه‬
ِ ِ‫ي ب‬
ٌّ ‫ج ِز‬ َ َّ‫ِْئت َفِإن‬
ْ ‫ك َم‬ َ ‫ل َما ش‬
ْ ‫م‬
َ ‫اع‬
ْ ‫ َو‬، ‫ُه‬
ُ ‫ارق‬ َ َّ‫ت َفِإن‬
ِ ‫ك ُم َف‬ ْ ‫ن َأ‬
َ ‫حبَ ْب‬ ْ ‫ب َم‬ ْ ‫ َوَأ‬، ‫ت‬
ْ ‫ح ِب‬ َ َّ‫ِْئت َفِإن‬
ٌ ّ ‫ك َم ِي‬ َ ‫ِش َما ش‬
ْ ‫ ع‬، ‫م ُد‬
َّ ‫ح‬
َ ‫يَا ُم‬

“Ya Muhammad hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati, dan cintailah
siapapun yang engkau mau tapi engkau akan berpisah dengannya, dan bekerjalah
sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya”

Sidang jama’ah sholat jumat rahimakumullah

Hadits di atas mengandung tiga nasihat agung, yaitu: Yang Pertama adalah: ‫ِش َما‬ ْ ‫ع‬
‫ت‬ َ َّ‫ِْئت َفِإن‬
ٌ ّ ‫ك َم ِي‬ َ ‫( ش‬hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati) sebagian
ulama’ berkata bahwasannya kalimat ini merupakan ancaman, penakut-nakutan, serta
peringatan bahwasannya kita semua akan mati, hal ini sudah ditegaskan oleh Allah
SWT di dalam firman-Nya yang berbunyi:

‫م ْوت‬
َ ‫َت ال‬
ُ ‫س ذَاِئق‬
ٍ ‫ل نَ ْف‬
ُّ ‫… ُك‬.

“Setiap yang bernyawa pasti akan mati” (QS. Al-Ankabut: 57)”

Sekarang setelah kita tahu bahwasannya setiap kita pasti akan mati, maka yang
menjadi pertanyaan sekarang adalah sudah siapkah kita untuk menghadap Dzat yang
Maha kuasa? Bekal apakah yang telah kita persiapkan untuk menghadapi persidangan-
Nya? Apakah harta, pangkat dan kekuasaan, anak-anak kita yang sukses, istri kita
yang cantik, atau gelar kesarjanaan yang menempel di nama kita? Apakah itu yang kita
persiapkan untuk menghadapi persidangan Dzat yang Maha adil? Sungguh kita akan
rugi besar jika hanya itu yang kita persiapkan untuk menghadapi pengadilan-Nya,
bahkan kita akan celaka karenanya. Karena di akhirat kelak manusia akan ditanyai
tentang empat perkara:

1. Tentang umurnya, untuk apa dia habiskan?


2. Tentang hartanya, dari mana dia dapatkan serta di mana dia belanjakan?
3. Tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan?
4. Tentang ilmunya, untuk apa dia amalkan?

Itulah pertanyaan-prtanyaan yang akan dilontarkan kepada kita kelak, bukan berapa
kekayaanmu? Bukan apa pangkatmu di tempat kerja atau organisasimu? Apakah kamu
seorang Sarjana, master, doctor, ataukah professor? Oleh karena itu mumpung kita
masih hidup di dunia ini dan masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri
marilah kita mempersiapkan bekal yang terbaik untuk bekal kita di akhirat kelak. Apa
bekal yang terbaik itu? Bekal terbaik bagi manusia untuk menghadapi persidangan
Allah SWT ialah hanya taqwa. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat Al-
Baqarah: 197

َ َّ‫َوتَ َزا َو ُد ْوا َفِإن‬


‫خ ْي َر َزا ِد ال َت ْق َوى‬

“Berbekallah kamu karena sebaik-baik bekal adalah taqwa”

Pesan yang kedua adalah ‫ُه‬


ُ ‫ارق‬ َ َّ‫ت َفِإن‬
ِ ‫ك ُم َف‬ ْ ‫ن َأ‬
َ ‫حبَ ْب‬ ْ ‫ب َم‬ ْ ‫( َوَأ‬dan cintailah siapapun yang engkau
ْ ِ‫حب‬
mau karena sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya) di sini kita
diperbolehkan mencintai siapapun yang kita mau namun perlu kita ingat juga
bahwasannya kita akan berpisah dengannya. Baik itu perpisahan yang bersifat
selamanya yang berupa kematian atau yang bersifat sementara seperti perpisahan kita
dengan rekan kerja kita yang mendapat tugas untuk bekerja di tempat lain.

Oleh karena itu hendaknya kita didalam mencintai seseorang itu sewajarnya saja
jangan sampai kecintaan kita kepada seseorang itu melebihi kecintaan kita kepada
Allah SWT. Karena salah satu ciri orang yang beriman adalah dia sangat mencintai Allah
SWT melebihi kecintaan dia kepada istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, dan
yang lainnya. Allah SWT berfirman

ِ َّ‫حبً ّا لِل‬
‫ه‬ َ ‫ِين آ َم ُنوا َأ‬
ُ ‫ش ُّد‬ َ ‫ه َوالَّذ‬
ِ َّ‫بِ الل‬ ُ ‫م َك‬
ّ ‫ح‬ ِ ‫ ُي‬.‫ه َأ ْن َدا ًدا‬
ْ ‫حبُّونَ ُه‬ ِ َّ‫ن الل‬
ِ ‫ِن ُدو‬
ْ ‫ِذ م‬
ُ ‫ن يَ َّتخ‬
ْ ‫ِن ال َّناسِ َم‬
َ ‫َوم‬

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain


Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah SWT. Adapun orang-
orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah SWT. ” (QS. Al-Baqarah: 165)

Karena dengan mencintai Allah SWT melebihi selain-Nya kita akan merasakan
nikmatnya Iman sebagaimana sabda Rasulullah SAW

َ‫ن َأنْ يَكُون‬ ِ ‫ما‬ َ ‫حال َ َو َة اِإل ي‬


َ ‫ج َد‬
َ ‫ه َو‬
ِ ‫ُن فِي‬
َّ ‫ن ك‬ ٌ ‫ ثَال‬:
ْ ‫َث َم‬ َ ‫ى صلى هللا عليه وسلم َقا‬
‫ل‬ ّ ِ ‫ن ال َّن ِب‬
ِ ‫س َع‬ ٍ َ‫ن ن‬
‫ن َأبِى قِالَبَ َة َع ْ َأ‬ ْ ‫َع‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ َو نْ يَ ْك َر َه نْ يَ ُعو َد في ا ْل ُك ْف ِر َك‬، ‫ه‬
ْ‫ما يَ ْك َر ُه ن‬ ِ َّ‫ِإال َّ لِل‬ َ ‫ِب ا ْل‬
ِ ‫م ْر َء ال َ ُي‬
‫حبُّ ُه‬ ‫َأ‬
َّ ‫ َو نْ ُيح‬، ‫ما‬
َ ‫اه‬ُ ‫س َو‬ ِ ‫ما‬ ِ ‫ب ِإلَ ْي‬
َّ ‫ه ِم‬ َّ ‫ح‬ ‫َأ‬
َ ‫سول ُُه‬ ُ ‫الل َُّه َو َر‬
‫َف في ال َّنار‬ َ ‫ُي ْقذ‬

“Tiga hal yang apabila seseorang itu memilikinya maka dia akan merasakan nikmtnya
iman: hendaknya dia mencintai Allah SWT dan rasul-Nya melebihi kecintaan dia kepada
selain keduanya, hendaknya dia tidak mencintai seseorang melainkan karena Allah,
hendaknya dia tidak kembali kepada kekufuran (setelah dia beriman) seperti dia benci
dilemparkan ke neraka”.

Sidang jama’ah sholat jumat rahimakumullah


Dan nasihat Jibril yang ketiga adalah ‫ه‬
ِ ِ‫ي ب‬
ٌّ ‫ج ِز‬ َ َّ‫ِْئت َفِإن‬
ْ ‫ك ُم‬ َ ‫ل َما ش‬
ْ ‫م‬
َ ‫اع‬
ْ ‫( َو‬dan bekerjalah
sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya) ini merupakan sebuah
peringatan yang besar bagi kita bahwasannya kita semua sebagai manusia pasti akan
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT atas segala apa yang telah kita lakukan
di dunia ini, Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah SWT
sehingga manusia diberi kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk Allah SWT yang lain,
karena manusia dianugerahi otak yang mampu berfikir sehingga manusia mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Karena manusia adalah makhluk
yang berakal sehingga manusia dituntut untuk berfikir dahulu sebelum dia melakukan
suatu amalan atau perbuatan, apakah amalan ini bertentangan dengan apa yang
diperintahkan Allah SWT atau tidak?

Atau bahkan amalan tersebut termasuk amalan yang dilarang oleh Allah? Oleh karena
itu hendaknya kita senantiasa untuk mengerjakan amal sholih agar kita tidak
dikembalikan Allah SWT kepada tempat yang paling rendah yaitu neraka jahannam.
Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat At-Tin ayat 4-6. ô

ْ ‫م َأ‬
‫ج ٌر غَ ْي ُر‬ ْ ‫حاتِ َفلَ ُه‬
َ ِ‫صال‬
َّ ‫ملُوا ال‬ َ ‫ِين ِإاَّل الَّذ‬
ِ ‫ِين آ َم ُنوا َو َع‬ َ ‫سافِل‬
َ ‫ل‬ ْ ‫م َر َد ْدنَا ُه َأ‬
َ ‫س َف‬ َّ ‫ْويم ُث‬
ِ ‫ن تَق‬
ِ ‫س‬ ْ ‫سانَ فِي َأ‬
َ ‫ح‬ َ ‫خلَ ْق َنا اِإْل ْن‬َ ‫لَق َْد‬
‫ن‬ٍ ‫م ُنو‬
ْ ‫َم‬

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.


(5) Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), (6)
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya.”

‫ُم تِاَل‬
ْ ‫ِي َو ِم ْنك‬
ْ ّ‫ل ِمن‬
َ َّ‫م َوتَ َقب‬
ِ ‫حكِ ْي‬
َ ‫ِن اآليَاتِ َو ال ِذك ِْر ال‬
َ ‫هم‬
ِ ‫ما فِ ْي‬
َ ِ‫ُم ب‬
ْ ‫ِي َوِإيَاك‬
ْ ‫ َونَ َف َعن‬,‫م‬
ِ ‫ظ ْي‬
ِ ‫ن ال َع‬
ِ ‫ِي ال ُق ْرآ‬
ْ ‫ُم ف‬ ْ ‫ِي َولَك‬ ْ ‫ل‬ ُ ‫بَا َر َك‬
‫اهلل‬
‫م‬
ُ ‫ح ْي‬
ِ ‫ه َو ال َغ ُف ْو ُر ال َر‬
ُ ‫َوتَ ُه إنَّ ُه‬

Khutbah Kedua

َ ‫هللا َفال‬
ُ ‫ن يَ ْه ِد ِه‬ ْ ‫ َم‬،‫مالِ َنا‬ َ ‫س ِي َّئاتِ َأ ْع‬ َ ‫ِن‬ ْ ‫س َنا َوم‬ ِ ‫ش ُر ْو ِر َأ ْن ُف‬ُ ‫ِن‬ ْ ‫س َت ْغف ُِر ْه َونَ ُعو ُذ بِاهللِ م‬ ْ َ‫س َت ِع ْي ُن ُه َون‬ ْ َ‫م ُد ُه َون‬َ ‫ح‬ ْ َ‫ه ن‬ِ َّ‫م َد لِل‬ ْ ‫ح‬َ ‫ِإنَّ ا ْل‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
ْ ‫ك لَ ُه َو‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
.‫س ْول ُُه‬ ُ ‫م ًدا َع ْب ُد ُه َو َر‬ َّ ‫ح‬ َ ‫ش َه ُد نَّ ُم‬ َ ‫ش ِر ْي‬ َ َ ‫ح َد ُه ال‬ ُ َّ ‫ش َه ُد نْ ال َ ِإلَ َه ِإال‬
ْ ‫هللا َو‬ ْ ‫ َو‬.‫ِي لَ ُه‬ َ ‫هاد‬ َ َ ‫ِل َفال‬ْ ‫ضل‬ ْ ‫ن ُي‬ ْ ‫ل لَ ُه َو َم‬ َّ ‫ض‬ ِ ‫ُم‬
‫ن َءا َم ُن ْوا‬ ‫َأ‬
.َ ‫ يَا يُّهاَ الَّ ِذ ْي‬،‫ي‬ ِ ّ ِ‫صل ْونَ َعلَى ال َّنب‬ ُّ َ ‫ك َت ُه ُي‬ َ ‫هللا َو َمالَِئ‬
َ ‫َأ‬
َّ‫ َّما بَ ْع ُد؛ِإن‬.‫ه‬ ِ ِ‫حب‬
ْ ‫ص‬ ِ ِ‫م ٍد َو َعلَى آل‬
َ ‫ه َو‬ َّ ‫ح‬ َ ‫السال َُم َعلَى ُم‬ َّ ‫صال َ ُة َو‬ َّ ‫َوال‬
‫ل‬ِ ‫م َو َعلَى آ‬ َ ‫ه ْي‬ِ ‫ت َعلَى ِإ ْب َرا‬ َ ‫صلَّ ْي‬َ ‫ما‬ َ ‫م ٍد َك‬ َّ ‫ح‬َ ‫ل ُم‬ ِ ‫م ٍد َو َعلَى آ‬ َّ ‫ح‬ َ ‫ل َعلَى ُم‬ ِّ ‫ص‬َ ‫م‬ َّ ‫ اَلل َُّه‬.‫ما‬ ً ‫سلِ ْي‬ ُ ّ ‫سل‬
ْ َ‫ِم ْوا ت‬ َ ‫ه َو‬ ِ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي‬َ
‫ك‬
َ َّ‫ ِإن‬،‫م‬َ ‫ه ْي‬
ِ ‫ل ِإ ْب َرا‬ ِ ‫م َو َعلَى آ‬ ِ ‫ْت َعلَى ِإ ْب َرا‬
َ ‫ه ْي‬ .َ ‫ما بَا َرك‬ َ ‫م ٍد َك‬
َّ ‫ح‬ ِ ‫م ٍد َو َعلَى آ‬
َ ‫ل ُم‬ َّ ‫ح‬َ ‫ك َعلَى ُم‬ ْ ‫ار‬
ِ َ‫ َوب‬.‫م ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬ ِ ‫ح‬َ ‫ك‬ َ َّ‫ ِإن‬،‫م‬َ ‫ه ْي‬ ِ ‫ِإ ْب َرا‬
‫م ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬ ِ ‫ح‬
َ .
‫ه‬ ّ
ِ ِ‫خ ْي ِر ُكل‬ ْ
َ ‫ِن ال‬ َ ‫كم‬ ‫َأ‬
.َ ‫س ُل‬ ْ َ‫م ِإنَّا ن‬ َ ‫َأل‬
َّ ‫ الل َُّه‬.ِ‫م َوا ْم َوات‬ ْ ِ
ْ ‫حيَاء ِم ْن ُه‬ ‫َأل‬ ْ
ْ ‫مْؤ ِم َناتِ ا‬ ْ
ُ ‫ن َوال‬َ ‫مْؤ ِمنِ ْي‬ ْ
ُ ‫ماتِ َوال‬
َ ِ‫سل‬ْ ‫م‬ ْ
ُ ‫ن َوال‬ َ ‫م ْي‬
ِ ِ‫سل‬ْ ‫م‬ ْ
ُ ‫م اغْ ف ِْر لِل‬ َّ ‫اَلل َُّه‬
‫م‬ْ َ‫م نَ ْعل‬ْ َ‫م َنا ِم ْن ُه َو َما ل‬ ْ ‫ َما َع ِل‬.

ِ ‫س َن ًة َوفِي اآل‬
‫خ َر ِة‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ِي َأ ْوطَان ِِه‬
َ .‫ َربَّ َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْنيَا‬.‫م‬ ْ ‫مف‬
ْ ‫م َوآ ِم ْن ُه‬
ْ ‫ه‬ ْ ‫ِص َأ‬
ُ ‫س َعا َر‬ ْ ‫ن َوَأ ْرخ‬
َ ‫م ْي‬
ِ ِ‫سل‬
ْ ‫م‬ ُ ‫ل ا ْل‬ ْ ‫ِح َأ‬
َ ‫ح َوا‬ ْ ‫م َأ‬
ْ ‫صل‬ َ ‫اَلل َُّه‬
‫ار‬
ِ ‫َاب ال َّن‬َ ‫س َن ًة َوقِ َنا َعذ‬َ ‫ح‬
َ .

‫ُم‬
ْ ‫ظك‬ ِ ‫ك ِر َوا ْلبَغ‬
ُ ‫ْي يَ ِع‬ َ ‫من‬
ُ ‫شآ ِء َوا ْل‬ ْ ‫ن ا ْل َف‬
َ ‫ح‬ ِ ‫ن َوِإي َتآِئ ذِي ا ْل ُق ْربَى َويَ ْن َهى َع‬ ِ ‫سا‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ل َو ْاِإل‬ ْ ‫هللا يَْأ ُم ُرك‬
ِ ‫ُم بِا ْل َع ْد‬ َ َّ‫ ِإن‬، ِ‫عبَا َد هللا‬ِ
‫َأ‬
‫ُم َولَ ِذك ُْر هللاِ ْكبَ ُر‬
ْ ‫طك‬
ِ ‫ه ُي ْع‬ ْ ‫ِن َف‬
ِ ِ‫ضل‬ ‫َأ‬
ْ ‫اس ُل ْو ُه م‬ْ ‫ُم َو‬
.ْ ‫م يَذْ ك ُْرك‬
َ ‫ظ ْي‬ ِ ‫هللا ا ْل َع‬
َ ‫ َفا ْذك ُُروا‬. َ‫ُم تَ َذك َُّر ْون‬ْ ‫لَ َعلَّك‬.

Edisi 3 Naskah Khutbah Jumat terbaru 2017


Menuju Manusia Terbaik
Oleh: Atin

،‫ و الحمد هلل المنزه عن أن يكون له نظراء وأشباه‬،‫ وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا هللا‬,‫الحمد هلل الذي هدانا لهذا‬
‫ فأرسل به محمد – صلى هللا عليه وسلم‬،‫ الذي اختار اإلسالم ديناً وارتضاه‬،‫المقدس فال تقرب الحوادث حماه‬
‫ وجعلهم كالنجوم بأيهم اقتدى اإلنسان اهتدى‬،‫ وجعل له أصحاباً فاختار كال ً منهم لصحبته واجتباه‬،‫– واصطفاه‬
ً‫ أحمده على نعمه كلها حمدا‬،‫ صالة توجب لهم رضاه‬.‫ فصلى هللا عليه وعلى آله وأصحابه‬،‫ واقتفاه‬.‫إلى الحق‬
)۷٠( ‫سدِي ًدا‬ َ ‫ ويجزل لنا النصيب من قسمه }يَا َأيُّ َها الَّذ‬،‫ من نعمه‬.‫يقتضي الزيادة‬
َ ً ‫ِين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا اللَّ َه َوقُولُوا َق ْوال‬
.َ ‫ما } { يَا َأيُّ َها الَّذ‬
‫ِين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا‬ ً ‫سولَ ُه َفق َْد َفا َز َف ْو ًزا َعظِي‬ ُ ‫ِع اللَّ َه َو َر‬ْ ‫ُم َو َمن ُيط‬ ْ ‫ُم ُذ ُنوبَك‬ ْ ‫ُم َويَ ْغف ِْر لَك‬ ْ ‫مالَك‬َ ‫ُم َأ ْع‬
ْ ‫ِح لَك‬ ْ ‫صل‬ْ ‫ُي‬
‫ِيم} { يَا َأيُّ َها‬ ٌ ‫ور َّرح‬ ْ ‫ه َويَ ْغف ِْر لَك‬
ٌ ‫ُم َوالل َُّه غَ ُف‬ ِ ِ‫شونَ ب‬ ُ ‫م‬ ْ َ‫ُم ُنو ًرا ت‬ْ ‫ج َعل لَّك‬ ْ َ‫ه َوي‬ِ ِ‫مت‬
َ ‫ح‬ ْ ‫ن مِن َّر‬ ِ ‫ُم كِ ْفلَ ْي‬ ْ ‫ه ُيْؤ تِك‬ ُ ‫اللَّ َه َوآم ُِنوا بِ َر‬
ِ ِ‫سول‬
‫ِين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا اللَّ َه‬
َ ‫الَّذ‬
َ‫ملُون‬َ ‫ما تَ ْع‬َ ِ‫ير ب‬
ٌ ‫خ ِب‬ َ ‫ه ِإنَّ اللَّ َه‬ ْ ‫س َّما َق َّد َم‬
.َ َّ‫ت لِ َغ ٍد َواتَّ ُقواالل‬ ٌ ‫َو ْل َتنظ ُْر نَ ْف‬

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah Tiada kata yang paling pantas kita
senandungkan pada hari yang berbahagia ini melainkan kata-kata syukur kepada Allah
SWT yang telah mencurahkan dan mencucurkan berbagai kenikmatan kepada kita
semua, sehingga kita semua dapat berkumpul dalam majelis ini dalam keadaan sehat
wal ‘afiyat. Dan marilah kita merealisasikan rasa syukur kita dengan menjalankan
segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Sholawat seiring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan insya Allah SWT
terlimpah pula kepada kita selaku umatnya yang senantiasa berusaha untuk
meneladani Beliau. Amin.

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah

Sebelum khatib menyampaikan khutbahnya, sudah barang tentu menjadi kewajiban


seorang khatib untuk menyampaikan wasiat taqwa. Marilah senantiasa kita tingkatkan
mutu kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, karena iman dan taqwa itulah
satu-satunya bekal bagi kita untuk menuju kehidupan yang kekal dan abadi yakni
kehidupan akhirat.

‫ن يَا ُأ ْولِي اَأل ْلبَاب‬ َ َّ‫َوتَ َز َّو ُدو ْا َفِإن‬


ِ ‫خ ْي َر ال َّزا ِد ال َّت ْق َوى َواتَّ ُقو‬

“Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah


kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal”. (QS. Al-Baqoroh: 197)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Allah SWT. berfirman dalam surat At-tin ayat 3-4:

‫ِين‬
َ ‫سافِل‬
َ ‫ل‬ ْ ‫م َر َد ْدنَا ُه َأ‬
َ ‫س َف‬ َّ ‫يم ُث‬
ٍ ‫ْو‬
ِ ‫ن تَق‬
ِ ‫س‬ ْ ‫نسانَ فِي َأ‬
َ ‫ح‬ َ ‫خلَ ْق َنا اِإل‬
َ ‫لَق َْد‬

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.


Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”,

Dalam surat At-Tin di atas Allah SWT menggambarkan tentang dua keadaan manusia,
yang pertama yakni manusia Ahsani taqwim (manusia yang paling baik) kemudian yang
kedua yakni manusia Asfala safilin (manusia yang paling rendah).

Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah manusia yang memilki
bentuk yang paling baik dibandingkan dengan makhluk yang lain, sedangkan Asfal
safilin adalah gambaran manusia pada saat usia tuanya yang tidak lagi mampu untuk
mengerjakan aktifitas sehari-hari sebagaimana yang dilakukan pada waktu mudanya.
Kemudian tafsir ini melanjutkan bahwa pahala dan dosa itu diberikan oleh Allah SWT
pada saat seseorang itu mulai aqil balig lebih-lebih pada waktu mudanya.

Kemudian dalam tafsir Muyassar disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah sama
pengertiannya dalam tafsir Jalalain yakni manusia memiliki bentuk paling baik
dibandingkan dengan makhluk yang lain, sedangkan pengertian Asfala safilin sendiri
adalah manusia yang tidak taat pada Allah SWT dan rasul-Nya, kelak akan
dikembalikan pada tempat yang paling buruk dari pada tempat yang lain yakni neraka
jahannam yang panas lagi berkobar-kobar apinya.

Dan sebaliknya manusia yang mentaati perintah Allah SWT dan rasul-Nya serta
menjauhi segala larangannya, akan ditempatkan pada tempat yang paling indah yakni
surga yang didalamnya penuh dengan kenikmatan-kenikmatan yang abadi.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Lalu bagaimana kita meraih kedudukan Ahsani taqwim dan menjauhi dengan sejauh-
jauhnya Asfala safilin?

Pertama, kita harus mensyukuri karunia Allah SWT yang berupa dua mata, dua telinga,
dua tangan, dan dua kaki yang masih sempurna ini dengan syukur yang sebenar-
benarnya.

ْ َ‫صا َر َواَأل ْفِئ َد َة َقلِيال ً َّما ت‬


َ‫شك ُُرون‬ َ ‫ع َواَأل ْب‬
َ ‫م‬
ْ ‫الس‬
َّ ُ ‫ل لَك‬
‫ُم‬ َ ‫ج َع‬ .ْ ‫نشَأك‬
َ ‫ُم َو‬ َ ‫ه َو الَّذِي َأ‬
ُ ‫ُل‬
ْ ‫ق‬

“Katakanlah: “Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu


pendengaran, penglihatan dan hati”. (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. Al-
Mulk: 23)

Dan Allah SWT juga berfirman:

‫ِيد‬
ٌ ‫شد‬َ َ‫م ِإنَّ َعذَابِي ل‬ ْ ‫م َأل ِزي َدنَّك‬
ْ ‫ُم َولَِئن َك َف ْر ُت‬ ْ ‫ك ْر ُت‬ ْ ‫َوِإ ْذ تََأذَّنَ َربُّك‬
َ ‫ُم لَِئن‬
َ ‫ش‬

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu


bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim:
7)

Kedua, kita harus menggunakan karunia badan yang masih sempurna ini dengan
menggunakannya sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, karena Allah SWT akan
meminta pertanggung jawabannya di akhirat kelak.

ً ‫سُؤ وال‬ َ ‫ل ُأولِئ‬


ْ ‫ك َكانَ َع ْن ُه َم‬ ُّ ‫ص َر َوا ْل ُفَؤا َد ُك‬
َ َ‫ع َوا ْلب‬
َ ‫م‬
ْ ‫الس‬
َّ ٌ ‫ع ْل‬
َّ‫م ِإن‬ ِ ‫ه‬ َ َ‫س ل‬
ِ ِ‫ك ب‬ َ ‫ْف َما لَ ْي‬
ُ ‫َوال َ تَق‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabannya”. (QS. Al-Isra’: 36)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Dari ayat di atas kita dapat mengambil hikmahnya, bahwa semua tindakan yang kita
lakukan baik itu dari mata, telinga, tangan, dan kaki semuanya akan di mintai
pertanggung jawabannya. Maka jangan sampai tangan yang seharusnya kita gunakan
untuk membantu serta memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan, malah
kita gunakan untuk menganiaya, menyiksa, bahkan membunuh orang lain hanya
karena hal yang sepele. Dan jangan sampai tangan yang kita miliki ini kita biarkan
untuk mengurangi timbangan, mengurangi yang seharusnya menjadi hak orang lain,
lebih-lebih korupsi yang sangat-sangat merugikan orang lain.

Begitu juga dengan mata, jangan sampai kita biarkan mata kita melihat hal-hal yang di
larang oleh agama bahkan hal-hal yang jelas-jelas di laknat oleh Allah SWT. Begitu
juga telinga mulut dan kaki, jangan sampai telinga dan mulut kita, kita gunakan untuk
mendengar dan mengucapkan hal-hal yang tidak sewajarnya, tetapi marilah kita
gunakan mulut dan telinga ini dengan memperbanyak membaca al-qur’an, berzikir
kepada Allah SWT serta membaca kalimat-kalimat Thoyyibah. Karena tangan, kaki,
serta mulut kita ini akan menjadi saksi di akhirat kelak.

‫ما َكا ُنوا يَ ْكس ُِبون‬


َ ِ‫م ب‬ ُ ‫ش َه ُد َأ ْر‬
ْ ‫جل ُُه‬ ْ َ‫م َوت‬ ِ ‫ِم َنا َأ ْيد‬
ْ ‫ِيه‬ َ ‫م َو ُت‬
ُ ّ ‫كل‬ ِ ‫ِم َعلَى َأ ْف َواه‬
ْ ‫ِه‬ ُ ‫خت‬ َ ‫ا ْليَ ْو‬
ْ َ‫م ن‬

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka
dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dulu mereka usahakan”.
(QS. Yasin: 65)

Ketiga, dengan bertambah besarnya seseorang, dari mulai kecil hingga ia menginjak
masa muda inilah, yang seharusnya diperhatikan oleh semua orang. Ada pepatah
mengatakan ‘muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga’, pepatah ini sangat
salah dan keliru, tidak mungkin seseorang yang tanpa berusaha payah ketika masa
mudanya dengan banyak menggali ilmu agama, begitu saja masuk surga.

Mustahil sungguh-sungguh mustahil, nabi Muhammad SAW saja orang yang kita kenal
sebagai orang yang nomor satu dalam agama, ketika hendak wafatnya beliau
merasakan sakaratul maut yang benar-benar menyakitkan. Oleh karena itu, mari kita
gunakan masa-masa emas ini yakni masa-masa muda ini dengan banyak menuntut
ilmu agama dan pastinya tidak begitu saja mengabaikan kehidupan dunia ini.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Keempat, mari kita gunakan hati dan fikiran ini sebagai anugrah terbesar yang di
berikan oleh Allah SWT kepada kita dengan sebaik-baiknya. Hati inilah yang menjadi
motor atau penggerak bagi seluruh anggota tubuh kita, hati ini pula yang menjadi raja
bagi seluruh anggota tubuh kita ini, sebagaimana termaktub dalam hadits Rasulullah
SAW yang artinya “Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal darah,
manakala ia baik maka baiklah seluruhnya tapi manakala ia buruk maka buruklah
seluruhnya, ia adalah hati” (HR. Muslim).

Allah SWT juga berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 36

ً ‫سُؤ وال‬ َ ‫ل ُأولِئ‬


ْ ‫ك َكانَ َع ْن ُه َم‬ ُّ ‫ص َر َوا ْل ُفَؤا َد ُك‬
َ َ‫ع َوا ْلب‬
َ ‫م‬
ْ ‫الس‬
َّ ٌ ‫ع ْل‬
َّ‫م ِإن‬ ِ ‫ه‬ َ َ‫س ل‬
ِ ِ‫ك ب‬ َ ‫ْف َما لَ ْي‬
ُ ‫َوال َ تَق‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabannya.

Kelima, mari kita gunakan agama Islam ini, sebagai ruh utama bagi kita. Segala apa
yang kita kerjakan dan lakukan hendaklah sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama
Islam. Karena agama Islam inilah satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman di dalam surat Ali-Imran ayat 19. Yang berbunyi:
‫م َو َمن يَ ْك ُف ْر بِآيَاتِ‬ ‫م ا ْل ِع ْل ُ‬
‫م بَ ْغيًا بَ ْي َن ُه ْ‬ ‫ه ُ‬
‫جا َء ُ‬ ‫ِين ُأ ْو ُتو ْا ا ْلكِ َت َ‬
‫اب ِإال َّ مِن بَ ْع ِد َما َ‬ ‫اخ َتلَ َ‬
‫ف الَّذ َ‬ ‫سال َُم َو َما ْ‬
‫ه اِإل ْ‬‫ِين عِن َد اللَّ ِ‬
‫د َ‬ ‫ِإنَّ ال ّ‬
‫ِسابِ‬ ‫يع ا ْلح َ‬
‫س ِر ُ‬ ‫ه َفِإنَّ اللَّ َه َ‬
‫اللَّ ِ‬

‫‪“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah SWT hanyalah Islam. tiada berselisih‬‬
‫‪orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada‬‬
‫‪mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir‬‬
‫”‪terhadap ayat-ayat Allah SWT maka sesungguhnya Allah SWT sangat cepat hisab-Nya.‬‬

‫‪Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.‬‬

‫‪Yang keenam atau yang terakhir adalah dengan menyatukan semua unsur-unsur dan‬‬
‫‪komponen yang telah kami sebutkan di atas yakni antara anggota badan jasmani dan‬‬
‫‪rohani haruslah senantiasa di bingkai dengan nilai-nilai agama Islam.‬‬

‫ِمونَ‬
‫ُّسل ُ‬ ‫ن ِإال َّ َوَأ ُ‬
‫نتم م ْ‬ ‫ه َوال َ تَ ُ‬
‫مو ُت َّ‬ ‫ق ُتقَاتِ ِ‬
‫ح َّ‬ ‫يَا َأيُّ َها الَّذ َ‬
‫ِين آ َم ُنو ْا اتَّ ُقو ْا اللَّ َه َ‬

‫‪“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dengan sebenar-‬‬
‫‪benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam‬‬
‫)‪Keadaan beragama Islam. (QS. Ali-Imron: 102‬‬

‫ُم تِاَل‬
‫ِي َو ِم ْنك ْ‬
‫ل ِمنّ ْ‬
‫م َوتَقَبَّ َ‬
‫حكِ ْي ِ‬
‫ِن اآليَاتِ َو ال ِذك ِْر ال َ‬
‫هم َ‬
‫ما فِ ْي ِ‬
‫ُم بِ َ‬
‫ِي َوِإيَاك ْ‬
‫م‪َ ,‬ونَ َف َعن ْ‬
‫ظ ْي ِ‬
‫ن ال َع ِ‬
‫ِي ال ُق ْرآ ِ‬
‫ُم ف ْ‬ ‫ِي َولَك ْ‬ ‫بَا َر َك ُ‬
‫اهلل ل ْ‬
‫م‬
‫ح ْي ُ‬
‫ه َو ال َغ ُف ْو ُر ال َر ِ‬
‫َوتَ ُه إنَّ ُه ُ‬

‫‪Bagian 2 Khutbah Jumat terbaru 2017‬‬


‫هللا َفال َ‬
‫ن يَ ْه ِد ُ‬ ‫مالِ َنا‪َ ،‬م ْ‬ ‫س ِي َّئاتِ َأ ْع َ‬ ‫ِن َ‬ ‫س َنا َوم ْ‬ ‫ش ُر ْو ِر َأ ْن ُف ِ‬ ‫ِن ُ‬ ‫س َت ْغف ُِر ُه َونَ ُع ْو ُذ بِاهللِ م ْ‬ ‫س َت ِع ْي ُن ُه َونَ ْ‬ ‫م ُد ُ‪.‬ه َونَ ْ‬ ‫ح َ‬ ‫م َد هللِ نَ ْ‬ ‫ح ْ‬‫ِإنَّ ا ْل َ‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ك لَ ُه‪َ ،‬و ْ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫س ْول ُُه‬ ‫م ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُ‬ ‫ح َّ‬ ‫ش َه ُد نَّ ُم َ‬ ‫ش ِر ْي َ‬ ‫ح َد ُه ال َ َ‬ ‫هللا َو ْ‬‫ش َه ُد نْ ال َ ِإلَ َه ِإال َّ ُ‬ ‫ِي لَ ُه َو ْ‬ ‫هاد َ‬ ‫ِل َفال َ َ‬ ‫ضل ْ‬ ‫ن يُّ ْ‬ ‫ل لَ ُه َو َم ْ‬ ‫ض َّ‬
‫ُم ِ‬
‫ه‬‫صلوا َعلَ ْي ِ‬ ‫ُّ‬ ‫ن آ َم ُنوا َ‬ ‫َأ‬
‫ي يَا يُّ َها الَّ ِذ ْي َ‬ ‫صلَّونَ َعلَى الَّن ِْب ّ ِ‬ ‫ك َت ُه ُي َ‬ ‫هللا َو َمالِئ َ‬ ‫ما‪َّ .‬ما بَ ْع ُد‪ِ :‬إنَّ‬ ‫َأ‬ ‫سلِ ً‬ ‫م تَ ْ‬ ‫سلَّ َ‬‫ه َو َ‬ ‫هللا َعلَ ْي ِ‬
‫َ‬ ‫صلَّى ُ‬ ‫َ‬
‫م ْي ٌد‬
‫ح ِ‬ ‫ك َ‬ ‫م‪ِ ،‬إنَّ َ‬ ‫ل ِإ ْب َراهِي َ‬ ‫م َو َعلَى آ ِ‬ ‫ت َعلَى ِإ ْب َراهِي َ‬ ‫صلَّ ْي َ‬‫ما َ‬ ‫م ٍد َك َ‬ ‫ح َّ‬‫ل ُم َ‬ ‫م ٍد َو َعلَى آ ِ‬ ‫ح َّ‬ ‫ل َعلَى ُم َ‬ ‫ص ِّ‬ ‫م َ‬ ‫َأ‬
‫ما‪ .‬لل َُّه َّ‬ ‫سلِ ْي ً‬ ‫ِم ْوا تَ ْ‬‫سل ّ ُ‬‫َو َ‬
‫م ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‪.‬اَلل َُّه َّ‬
‫م‬ ‫ح ِ‬ ‫ك َ‬ ‫م ِإنَّ َ‬ ‫ه ْي َ‬‫ل ِإ ْب َرا ِ‬ ‫م َو َعلَى آ ِ‬ ‫ه ْي َ‬‫ْت َعلَى ِإ ْب َرا ِ‬ ‫ما بَا َرك َ‬ ‫م ٍد‪َ ،‬ك َ‬ ‫ح َّ‬ ‫ل ُم َ‬ ‫م ٍد َو َعلَى آ ِ‬ ‫ح َّ‬ ‫ك َعلَى ُم َ‬ ‫ار ْ‬
‫َمجِ ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬
‫َأل‬
‫م َوا ْم َواتِ‬ ‫حيَا ِء ِم ْن ُه ْ‬ ‫َأل‬
‫ماتِ‪ ،‬اَ ْ‬ ‫سلِ َ‬ ‫م ْ‬ ‫ن َوا ْل ُ‬ ‫م ْي َ‬‫سلِ ِ‬ ‫م ْ‬ ‫‪.‬اغْ ف ِْر لِ ْل ُ‬

‫م‬
‫ح ْي ٌ‬
‫ك َرُؤ ْوفُ َّر ِ‬ ‫غال ًّ لِلَّ ِذ ْي َ‬
‫ن آ َم ُنو ْا َربَّ َنا ِإنَّ ّ‬ ‫ل فِي ُقلُوبِ َنا ِ‬ ‫ن َوال َ تَ ْ‬
‫ج َع ْ‬ ‫ما ِ‬
‫سبَ ُق ْونَا بِاِإل ْي َ‬
‫ن َ‬ ‫‪َ .‬ربَّ َنا اغْ ف ِْر لَ َنا َوِإل ْ‬
‫خ َوانِ َنا الَّ ِذ ْي َ‪.‬‬

‫ما نًافِعًا َو ِر ْز ًقا طَ ِي ّ ًبا َو َع َ‬


‫مال ً ُم َت َق ِبال ً‬ ‫ع ْل ً‬ ‫سَأ ُل َ‪.‬‬
‫ك ِ‬ ‫ن‪ .‬اَلل َُّه َّ‬
‫م ِإنَّا نَ ْ‬ ‫خ ْي ُر ا ْل َفاتِ ِ‬
‫ح ْي َ‪.‬‬ ‫ق َوَأ ْن َ‬
‫ت َ‬ ‫ن َق ْو ِم َنا بِا ْل َ‬
‫ح ِّ‬ ‫‪.‬اَلل َُّه َّ‬
‫م ا ْف َت ْ‬
‫ح بَ ْي َن َنا َوبَ ْي َ‬

‫ار‬ ‫س َن ًة َوقِ َنا َعذ َ‬


‫َاب ال َّن ِ‬ ‫ح َ‬ ‫س َن ًة َوفِى اآل ِ‬
‫خ َر ِة َ‬ ‫ح َ‬
‫‪َ .‬ربَّ َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْنيَا َ‬

‫ن‬ ‫ن ِإلَى يِ ْو ِم ال ِّ‬


‫د ْي ِ‬ ‫سا ٍ‬
‫ح َ‬
‫م بِِإ ْ‬
‫ن تَ ِب َع ُه ْ‬
‫ه َو َم ْ‬
‫ح ِب ِ‬
‫ص ْ‬ ‫م ٍد َو َعلَى آلِ ِ‬
‫ه َو َ‬ ‫هللا َعلَى نَ ِب ِي ّ َنا ُم َ‬
‫ح َّ‬ ‫صلَّى ُ‬
‫َو َ‬

‫‪Edisi 4 Khutbah Jumat terbaru 2017‬‬


‫‪Menyeru kepada Allah SWT‬‬
‫‪Oleh:  M. Faiz Rofdli‬‬

‫الحمد هلل الذي هدانا لهذا‪ ,‬وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا هللا‪ ،‬و الحمد هلل المنزه عن أن يكون له نظراء وأشباه‪،‬‬
‫المقدس فال تقرب الحوادث حماه‪ ،‬الذي اختار اإلسالم ديناً وارتضاه‪ ،‬فأرسل به محمد – صلى هللا عليه وسلم‬
‫– واصطفاه‪ ،‬وجعل له أصحاباً فاختار كال ً منهم لصحبته واجتباه‪ ،‬وجعلهم كالنجوم بأيهم اقتدى اإلنسان اهتدى‬
ً‫ أحمده على نعمه كلها حمدا‬،‫ صالة توجب لهم رضاه‬.‫ فصلى هللا عليه وعلى آله وأصحابه‬،‫ واقتفاه‬.‫إلى الحق‬
)۷٠( ‫سدِي ًدا‬ َ ً ‫ِين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا اللَّ َه َوقُولُوا َق ْوال‬ َ ‫ ويجزل لنا النصيب من قسمه }يَا َأيُّ َها الَّذ‬،‫ من نعمه‬.‫يقتضي الزيادة‬
.َ ‫ما } { يَا َأيُّ َها الَّذ‬
‫ِين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا‬ ً ‫سولَ ُه َفق َْد َفا َز َف ْو ًزا َعظِي‬ ُ ‫ِع اللَّ َه َو َر‬
ْ ‫ُم َو َمن ُيط‬ ْ ‫ُم ُذ ُنوبَك‬ ْ ‫ُم َويَ ْغف ِْر لَك‬
ْ ‫مالَك‬َ ‫ُم َأ ْع‬
ْ ‫ِح لَك‬ ْ ‫صل‬ْ ‫ُي‬
‫َأ‬
‫م} { يَا يُّ َها‬ ٌ ‫ور َّرحِي‬ ْ ‫ه َويَ ْغ ِف ْر لَك‬ ْ ‫ج َعل لَّك‬ ِ ‫ُم كِ ْفلَ ْي‬ ُ ‫اللَّ َه َوآ ِم ُنوا بِ َر‬
ٌ ‫ُم َوالل َُّه غَ ُف‬ ِ ِ‫شونَ ب‬ ُ ‫م‬ ْ َ‫ُم ُنو ًرا ت‬ ْ َ‫ه َوي‬ِ ِ‫مت‬
َ ‫ح‬ ْ ‫ن مِن َّر‬ ْ ‫ه ُيْؤ تِك‬ِ ِ‫سول‬
َ‫ملُون‬َ ‫ما تَ ْع‬ َ ِ‫ير ب‬
ٌ ِ‫خب‬َ ‫ت لِ َغ ٍد َواتَّ ُقوااللَّ َه ِإنَّ اللَّ َه‬ْ ‫س َّما َق َّد َم‬ ٌ ‫ِين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا اللَّ َه َو ْل َتنظ ُْر نَ ْف‬ َ ‫الَّذ‬

Jamaah jumat rakhimakumullah

Marilah kita bertaqwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, karena Allah
SWT hanya menyayangi orang-orang yang bertaqwa dan beramal berdasarkan taqwa
kepada-Nya. Allah SWT mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama
yang benar bagi seluruh manusia dengan tujuan agar seluruh makhluk mendapatkan
hidayah dan merasakan kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman, dalam
surat Al-Anbiya’ ayat 107,

َ ‫م ًة لِ ّ ْل َعالَم‬
‫ِين‬ ْ ‫ك ِإال َّ َر‬
َ ‫ح‬ َ ‫َو َما َأ ْر‬
َ ‫س ْل َنا‬

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.”

Diantara sifat yang Allah SWT berikan untuk makhluk-Nya yang terbaik yaitu nabi kita
Muhammad SAW. adalah dakwah. Allah SWT ta’ala berfirman,

‫ش ًرا َونَذِي ًرا‬


ِ ّ َ‫ه ًدا َو ُمب‬
ِ ‫شا‬
َ ‫ك‬ َ ‫ي ِإنَّا َأ ْر‬
َ ‫س ْل َنا‬ ُّ ‫يَا َأيُّ َها ال َّن ِب‬

“Wahai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar
gembira dan pemberi peringatan” (QS. Al-Ahzab: 45)

Bahkan dakwah adalah wasiat para Rasul untuk pengikut-pengikut mereka, Nabi
Muhammad SAW. bersabda kepada Muadz bin Jabal, “Sungguh engkau akan
mendatangi sekelompok ahli kitab, maka hendaknya yang pertama kali kau dakwahkan
kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
melainkan Allah, dan aku adalah utusan Allah SWT.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jamaah jumat rakhimakumullah

Berikut ini ada beberapa poin penting yang berkaitan dengan masalah dakwah:

Pertama, amal yang baik di sisi Allah SWT adalah usaha keras untuk menyelamatkan
manusia dari kegelapan menuju hidayah. Karena ucapan seorang da‘i adalah sebaik-
baik ucapan dalam timbangan Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya, “Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri?” (QS. Fushilat: 33)

Setiap amal yang dilakukan oleh orang yang mendapatkan hidayah di tangan kita,
maka kita pun akan mendapatkan bagian pahalanya. Sebagai contoh, adalah Abu Bakar
menjadi sebab Utsman bin Affan ra. masuk Islam dan Utsman mempersiapkan
kebutuhan seluruh pasukan dalam perang Tabuk, dan orang-orang yang mengikuti
perang Tabuk mendapatkan kedudukan yang berlipat-lipat, Nabi Muhammad SAW.
Bersabda

‫ش ْيًئا‬
َ ‫ِم‬
ْ ‫وره‬
ِ ‫ج‬ُ ‫ِن ُأ‬
ْ ‫كم‬ ُ ‫ن تَبِ َع ُه ال َ يَ ْن ُق‬
َ ِ‫ص َذل‬ ْ ‫ور َم‬
ِ ‫ج‬ُ ‫ْل ُأ‬ ْ ‫ِن اَأل‬
ُ ‫ج ِر ِمث‬ َ ‫ه ًدى َكانَ لَ ُه م‬
ُ ‫ن َد َعا ِإلَى‬
ْ ‫َم‬
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka untuknya semisal pahala
pelakunya tidak dikurangi sedikitpun dari pahalanya.” (HR. Muslim)

Kedua, ketidak fasihan dalam berbicara bukanlah penghalang untuk berdakwah. Nabi
Musa adalah orang yang sulit berbicara, oleh karena itu beliau berdoa kepada Allah
SWT agar menghilangkan problem tersebut, dengan do’a yang diabadikan Allah SWT di
dalam al-qur’an surat Thaha yang berbunyi

‫َهوا َق ْولِي‬ َ ّ ‫ُل ُع ْق َد ًة ّمِن ل‬


ُ ‫ِسانِي يَ ْفق‬ ْ ‫احل‬
ْ ‫َو‬

“Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS.
Thaha: 27-28)

Ketiga, dakwah tidaklah terbatas ceramah di atas mimbar, karena dakwah itu sangat
beragam. Menasehati seseorang dengan sembunyi-sembunyi adalah dakwah, seorang
ayah menasehati anaknya untuk melaksanakan sholat lima waktu juga dakwah,
mendukung dan memudahkan jalan-jalan dakwah juga dakwah. Dengan pemahaman
seperti ini maka seluruh komponen masyarakat bisa menjadi pendakwah baik dengan
harta, tulisan atau lisan.

Keempat, dakwah hendaknya menempuh jalan para nabi dalam berdakwah, yang
pertama kali di dakwahkan para nabi adalah akidah yang benar.

Dalam berdakwah hendaklah kita sejalan dengan kaidah-kaidah syariat dan jangan
menodai dakwah dengan melakukan kemaksiatan.

Kelima, telah menjadi sunatullah bahwa populasi orang yang bermaksiat itu lebih
banyak daripada orang yang taat. Allah SWT berfirman

َ‫صون‬ ْ َ‫م ِإال َّ ي‬


ُ ‫خ ُر‬ ْ ‫ه‬
ُ ْ‫َّن َوِإن‬ ِ َّ‫يل الل‬
َّ ‫ه ِإن يَ َّت ِب ُعونَ ِإال َّ الظ‬ ِ ‫س ِب‬ َ ‫ضلُّو‬
َ ‫ك َعن‬ ِ ‫ِع َأ ْك َث َر َمن فِي اَأل ْر‬
ِ ‫ض ُي‬ ْ ‫َوِإن ُتط‬

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya
mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah SWT. mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap
Allah) (QS. Al-An’am: 116)

Keenam, janganlah menjadikan banyaknya orang-orang yang menerima dakwah


sebagai tolak ukur keberhasilan dakwah. Karena membuka hati seseorang menerima
dakwah adalah kewenangan Allah SWT. Tugas pendakwah adalah terbatas
menjelaskan, tidak ada kewenangan untuk memberikan hidayah dan mengubah hati
seseorang.

Nabi Muhammad bersabda: “Ditunjukkan kepadaku berbagai umat maka aku melihat
seorang Nabi dan bersamanya sekelompok orang, kemudian aku melihat lagi seorang
Nabi dan yang menyertainya hanya satu atau dua orang dan aku juga melihat seorang
Nabi yang tidak mempunyai pengikut seorang pun.”

Ketujuh, janganlah menunda-nunda untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dalam


berbagai waktu dan keadaan. Boleh jadi satu kata yang kita ucapkan menyebabkan
orang akan mendapat kebahagiaan atau kita yang mendapat kebahagiaan dengannya
sepanjang masa. Nabi Nuh mendakwahi kaumnya siang malam selama bertahun-tahun,
Nabi Yusuf pun meski di dalam penjara juga tetap berdakwah.
Kedelapan, do’akan orang yang kita dakwahi tanpa sepengetahuannya, berapa banyak
orang yang tulus mendoakan saudaranya menjadikan sebab keadaan saudaranya itu
menjadi lebih baik. Al-Muzani mengatakan, “Tidaklah Abu Bakar lebih unggul dari para
sahabat yang lain disebabkan puasa dan shalatnya akan tetapi karena sesuatu yang
ada dalam hatinya yaitu rasa cinta kepada Allah SWT dan menginginkan kebaikan
untuk orang lain.”

Kesembilan, berbuat baik kepada orang lain dan tutur kata yang manis serta akhlak
terpuji merupakan penarik simpati hati seseorang, seperti halnya Nabi Muhammad
beliau adalah seorang da’i yang memiliki akhlak mulia dan sifat-sifat yang baik, Ibnu
Qayyim mengatakan, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah seorang yang
bersungguh-sungguh untuk memenuhi kebutuhan kaum muslimin.”

Kesepuluh, ketaatan adalah cahaya yang terdapat dalam dada dan memberikan
pengaruh terhadap orang yang akan merespon dakwah kita. Maka marilah kita
memperbanyak ibadah kepada Allah SWT karena ibadah adalah sebaik-baik sarana
untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, dan marilah kita perbanyak mengingat
Allah, membaca Al-Qur’an dan melaksanakan shalat di kegelapan malam.

‫م‬
ُ ‫ح ْي‬ َّ ‫ه َو ا ْل َغ ُف ْو ُر‬
ِ ‫الر‬ ُ ‫ ِإنَّ ُه‬،‫اس َت ْغف ُِر ْو ُه‬ ْ ‫ِي َولَك‬
ْ ‫ َف‬.‫ُم‬ ْ ‫هللا ل‬ ْ ‫هذَا َوَأ‬
َ ‫س َت ْغف ُِر‬ َ ‫ِي‬ ُ ‫َأ ُق ْو‬
ْ ‫ل َق ْول‬

Khutbah Kedua

َ ‫هللا َفال‬
ُ ‫ن يَ ْه ِد‬ ْ ‫ َم‬،‫مالِ َنا‬ َ ‫ت َأ ْع‬ ِ ‫س ِي َّئا‬َ ‫ِن‬ ْ ‫س َنا َوم‬ ِ ‫ش ُر ْو ِر َأ ْن ُف‬ ُ ‫ِن‬ ْ ‫س َت ْغف ُِر ُه َونَ ُع ْو ُذ بِاهللِ م‬ ْ َ‫س َت ِع ْي ُن ُه َون‬ْ َ‫ه َون‬.ُ ‫م ُد‬ َ ‫ح‬ ْ َ‫م َد هللِ ن‬ ْ ‫ح‬َ ‫ِإنَّ ا ْل‬
‫س ْول ُُه‬ ُ ‫م ًدا َع ْب ُد ُه َو َر‬ َّ ‫ح‬ َ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم‬ ْ ‫ َوَأ‬،‫ك لَ ُه‬ َ ‫ش ِر ْي‬ َ َ ‫ح َد ُه ال‬ ْ ‫هللا َو‬ ُ َّ ‫ش َه ُد نْ ال َ ِإلَ َه ِإال‬
‫َأ‬ ْ ‫ِي لَ ُه َوَأ‬ َ ‫هاد‬ َ َ ‫ِل َفال‬ ْ ‫ضل‬ ْ ُّ‫ن ي‬ ْ ‫ل لَ ُه َو َم‬ َّ ‫ض‬ ِ ‫ُم‬
‫ه‬ِ ‫صلُّوا َعلَ ْي‬ َ ‫ن آ َم ُنوا‬ َ ‫ي يَا َأيُّ َها الَّ ِذ ْي‬ ِ ّ ‫صلَّونَ َعلَى الَّن ِْب‬ َ ‫ك َت ُه ُي‬ َ ‫هللا َو َمالِئ‬
َ َّ‫ ِإن‬:‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬.‫ما‬ ً ِ‫سل‬ ْ َ‫م ت‬ َ َّ‫سل‬ َ ‫ه َو‬ ِ ‫هللا َعلَ ْي‬
ُ ‫صلَّى‬ َ
‫م ْي ٌد‬
ِ ‫ح‬ ‫ك‬ ‫ن‬
َ َ َّ ‫َ ِإ‬ ، ‫م‬ ‫ِي‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ب‬
َ ْ ‫ِإ‬ ‫ل‬ِ ‫آ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫و‬
َ َ َ ‫م‬ ‫ِي‬ ‫ه‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ب‬
َ ْ ‫ِإ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ي‬
َ َ ْ َ َ َّ ‫ل‬‫ص‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬َ ‫د‬ ٍ ‫م‬ ‫ح‬
َّ َ ُ ‫م‬ ‫ل‬
ِ ‫آ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫د‬ٍ
َ َ َّ َ ُ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ص‬
َ ّ ِ َ َّ ُ ‫م‬ ‫َّه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫َأ‬ . ‫ا‬ ‫م‬
ً ‫ي‬ْ ْ َ ْ ُ َ ‫َو‬
‫ل‬
ِ ‫س‬ ‫ت‬ ‫ا‬‫و‬ ‫م‬ ّ ‫ل‬
ِ ‫س‬
َّ ‫اَلل َُّه‬.‫م ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬
‫م‬ ِ ‫ح‬ َ ‫ك‬ َ َّ‫م ِإن‬ َ ‫ه ْي‬
ِ ‫ل ِإ ْب َرا‬ ِ ‫م َو َعلَى آ‬ َ ‫ه ْي‬ ِ ‫ْت َعلَى ِإ ْب َرا‬ .َ ‫ما بَا َرك‬ َ ‫ َك‬،‫م ٍد‬ َّ ‫ح‬
َ ‫ل ُم‬ ِ ‫م ٍد َو َعلَى آ‬ َّ ‫ح‬َ ‫ك َعلَى ُم‬ ْ ‫ار‬
ِ َ‫ َوب‬.‫َمجِ ْي ٌد‬
ِ‫م َواَأل ْم َوات‬ ْ ‫حيَا ِء ِم ْن ُه‬ ْ ‫ اََأل‬،ِ‫مات‬ َ ِ‫سل‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ن َوا ْل‬ َ ‫م ْي‬ ِ ِ‫سل‬ ْ ‫م‬ُ ‫اغْ ف ِْر لِ ْل‬.

‫م‬
ٌ ‫ح ْي‬
ِ ‫ك َرُؤ ْوفُ َّر‬ َ ‫غال ًّ لِلَّ ِذ ْي‬
ّ َّ‫ن آ َم ُنو ْا َربَّ َنا ِإن‬ ِ ‫ل فِي ُقلُوبِ َنا‬ ْ َ‫ن َوال َ ت‬
ْ ‫ج َع‬ ِ ‫ما‬
َ ‫سبَ ُق ْونَا بِاِإل ْي‬
َ ‫ن‬ ْ ‫ َربَّ َنا اغْ ف ِْر لَ َنا َوِإل‬.
.َ ‫خ َوانِ َنا الَّ ِذ ْي‬

َ ‫ما نًافِعًا َو ِر ْز ًقا طَ ِي ّبًا َو َع‬


ً ‫مال ً ُم َت َقبِال‬ ً ‫ع ْل‬ .َ ‫سَأ ُل‬
ِ ‫ك‬ َّ ‫ اَلل َُّه‬.‫ن‬
ْ َ‫م ِإنَّا ن‬ ِ ِ‫خ ْي ُر ا ْل َفات‬
.َ ‫ح ْي‬ َ ‫ق َوَأ ْن‬
َ ‫ت‬ َ ‫ن َق ْو ِم َنا بِا ْل‬
ِّ ‫ح‬ َّ ‫اَلل َُّه‬.
ْ ‫م ا ْف َت‬
َ ‫ح بَ ْي َن َنا َوبَ ْي‬

‫ار‬ َ ‫س َن ًة َوقِ َنا َعذ‬


ِ ‫َاب ال َّن‬ َ ‫ح‬ ِ ‫س َن ًة َوفِى اآل‬
َ ‫خ َر ِة‬ َ ‫ح‬
َ ‫ َربَّ َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْنيَا‬.

‫ن‬ ِّ ‫ن ِإلَى يِ ْو ِم ال‬


ِ ‫د ْي‬ ٍ ‫سا‬
َ ‫ح‬
ْ ‫م بِِإ‬
ْ ‫ن تَبِ َع ُه‬
ْ ‫ه َو َم‬
ِ ِ‫حب‬
ْ ‫ص‬ ِ ِ‫م ٍد َو َعلَى آل‬
َ ‫ه َو‬ َ ‫هللا َعلَى نَبِ ِي ّ َنا ُم‬
َّ ‫ح‬ ُ ‫صلَّى‬
َ ‫َو‬

Edisi 5 Khutbah Jumat terbaru 2017 Hablum Minallah Wa Hablum Minannas

Oleh: Fathurrahim

،‫ و الحمد هلل المنزه عن أن يكون له نظراء وأشباه‬،‫ وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا هللا‬,‫الحمد هلل الذي هدانا لهذا‬
‫ فأرسل به محمد – صلى هللا عليه وسلم‬،‫ الذي اختار اإلسالم ديناً وارتضاه‬،‫المقدس فال تقرب الحوادث حماه‬
‫ وجعلهم كالنجوم بأيهم اقتدى اإلنسان اهتدى‬،‫ وجعل له أصحاباً فاختار كال ً منهم لصحبته واجتباه‬،‫– واصطفاه‬
ً‫ أحمده على نعمه كلها حمدا‬،‫ صالة توجب لهم رضاه‬.‫ فصلى هللا عليه وعلى آله وأصحابه‬،‫ واقتفاه‬.‫إلى الحق‬
)۷٠( ‫سدِي ًدا‬ َ ً ‫ِين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا اللَّ َه َوقُولُوا َق ْوال‬َ ‫ ويجزل لنا النصيب من قسمه }يَا َأيُّ َها الَّذ‬،‫ من نعمه‬.‫يقتضي الزيادة‬
.َ ‫ما } { يَا َأيُّ َها الَّذ‬
‫ِين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا‬ ً ‫سولَ ُه َفق َْد َفا َز َف ْو ًزا َعظِي‬ ُ ‫ِع اللَّ َه َو َر‬ْ ‫ُم َو َمن ُيط‬ ْ ‫ُم ُذ ُنوبَك‬ ْ ‫ُم َويَ ْغف ِْر لَك‬
ْ ‫مالَك‬َ ‫ُم َأ ْع‬
ْ ‫ِح لَك‬ ْ ‫صل‬ْ ‫ُي‬
‫َأ‬
‫ِيم} { يَا يُّ َها‬ ٌ ‫ور َّرح‬ ْ ‫ه َويَ ْغف ِْر لَك‬ ْ ‫ج َعل لَّك‬ ِ ‫ُم كِ ْفلَ ْي‬ ُ ‫اللَّ َه َوآم ُِنوا بِ َر‬
ٌ ‫ُم َوالل َُّه غَ ُف‬ ِ ِ‫شونَ ب‬ ُ ‫م‬ ْ َ‫ُم ُنو ًرا ت‬ ْ َ‫ه َوي‬
ِ ِ‫مت‬َ ‫ح‬ ْ ‫ن مِن َّر‬ ْ ‫ه ُيْؤ تِك‬ِ ِ‫سول‬
َ‫ملُون‬ َ ‫ما تَ ْع‬َ ِ‫ير ب‬
ٌ ِ‫خب‬َ ‫ت لِ َغ ٍد َواتَّ ُقوااللَّ َه ِإنَّ اللَّ َه‬ْ ‫س َّما َق َّد َم‬ٌ ‫ِين آ َم ُنوا اتَّ ُقوا اللَّ َه َو ْل َتنظ ُْر نَ ْف‬َ ‫الَّذ‬

Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua bentuk hubungan yang harmonis

1. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah
(ubudiyah) atau yang populer dikatakan dengan hablum minallah.

2. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam
wujud amaliyah sosial.

Dalam Al-Qur’an surat Ali Imron: 112 Allah SWT berfirman

ُ ‫ت َعلَ ْي ِه‬
‫م‬ ْ َ‫ض ِرب‬ ُ ‫ه َو‬ ِ َّ‫ِن الل‬ َ ‫ب ّم‬ ٍ ‫ض‬
َ ‫اس َوبَآُؤ وا بِ َغ‬
ِ ‫ِن ال َّن‬
َ ‫ل ّم‬ٍ ‫ح ْب‬ ِ َّ‫ِن الل‬
َ ‫ه َو‬ ْ ‫ل ّم‬ ٍ ‫ح ْب‬ َ ‫َّة َأ ْي‬.ُ ‫ذل‬
َ ِ‫ن َما ُث ِق ُفو ْا ِإال َّ ب‬ ُ ‫ت َعلَ ْي ِه‬
ِّ ‫م ال‬ ْ َ‫ض ِرب‬ُ
َ‫صوا َّو َكا ُنو ْا يَ ْع َت ُدون‬ َ ‫ما َع‬
َ ِ‫ك ب‬َ ِ‫ق َذل‬ ‫َأل‬ ِ َّ‫م َكا ُنو ْا يَ ْك ُف ُرونَ بِآيَاتِ الل‬ ‫َأ‬ َ ‫س‬ َ ‫ا ْل‬
ٍّ ‫ح‬ َ ‫ه َويَق ُْتلُونَ ا نبِيَاء بِ َغ ْي ِر‬ ْ ‫ك بِ نَّ ُه‬َ ِ‫ك َن ُة َذل‬ ْ ‫م‬

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah SWT dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah SWT dan mereka diliputi kerendahan. yang
demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah SWT dan membunuh Para
Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas.”

Ayat ini memberikan kepada kita tentang malapetaka yang telah menimpa Bani Israil
sebagai akibat kedurhakaan mereka kepada Allah SWT dan kepada para nabi. Sehingga
mereka harus mengalami malapetaka, kehinaan, kemiskinan, dan kemurkaan dari Allah
SWT. Dan dalam ayat tersebut diberitakan pula bahwa jalan keluar dari segala
malapetaka tersebut adalah membangun kembali hablum minallah dan hablum
minannas.

Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah SWT. Namun dalam
pengertian syariah makna hablum minallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam
tafsir At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah “Perjanjian dari Allah.

Maksudnya adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan
keselamatan bagi mereka di dunia dan di akhirat” Sehingga dapat kita pahami bahwa
untuk membangun hubungan kita kepada Allah, kita mempunyai kewajiban untuk
menunaikan hak-hak Allah, dan apakah hak-hak Allah SWT itu?

Hak-hak Allah SWT ialah mentauhidkan dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain
serta menjalankan syariat Allah SWT. Misalnya: sholat, puasa dan sebagainya.

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Namun apakah cukup hanya dengan hablum minallah saja, sedangkan di sisi yang lain
kita mengabaikan hablum minannas? Tentu tidak cukup, mengingat kita adalah
makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.

Di dalam Al-Quran juga banyak ayat-ayat yang menyebutkan tentang perintah


mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan hablum minannallah namun diiringi juga
dengan hablum minannas, antara lain.
‫م‬ َ ‫م َعلَى‬
ْ ‫صالت ِِه‬ ْ ‫ه‬ َ ‫ِين الَّذ‬
ُ ‫ِين‬ َ ّ ‫صل‬ ُ ‫خ ْي ُر َم ُنوعً ا ِإاَّل ا ْل‬
َ ‫م‬ َ ‫س ُه ا ْل‬َّ ‫ َوِإذَا َم‬ ‫ج ُزوعً ا‬
َ ‫الش ُّر‬
َّ ‫س ُه‬
َّ ‫ ِإذَا َم‬ ‫هلُوعً ا‬ َ ‫ِق‬
َ ‫خل‬ ُ َ‫نسان‬ َ ‫ِإنَّ اِإل‬
‫ح ُرو ِم‬ َ ‫اِئل َوا ْل‬
ْ ‫م‬ ِ ‫ِلس‬َّ ّ ‫ ل‬ ‫ُوم‬
ٌ ‫حقٌّ َّم ْعل‬ َ ‫م‬ ‫َأ‬ .َ ‫ َوالَّذ‬  َ‫اِئمون‬
ْ ‫ِين فِي ْم َوال ِِه‬ ُ ‫َد‬

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (19), Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah (20), Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir (21), Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat (22), Yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya (23), Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian
tertentu (24), Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai
apa-apa (yang tidak mau meminta)” (QS. Al-Ma’arij: 19-25)

Dalam ayat tersebut secara tegas Allah SWT menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir
itu telah menjadi sifat bawaan manusia sejak dia diciptakan. Bukankah kalau kita tidak
memiliki harta kita sering berkeluh kesah? Sebaliknya, kalau kita memiliki banyak harta
kita sering lebih cenderung untuk kikir.

Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan kita tersebut dapat kita hindari? Allah SWT
menyebutkan paling tidak ada dua jalan, pertama, mengerjakan sembahyang (hablum
minallah) secara kontinyu. Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang kita miliki
terkandung bagian tertentu untuk fakir miskin (hablum minannas).

Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman

‫ار‬
ِ ‫ج‬َ ‫ار ذِي ا ْل ُق ْربَى َوا ْل‬ِ ‫ج‬ َ ‫ِين َوا ْل‬ ِ ‫ساك‬ َ ‫م‬َ ‫سانًا َوبِذِي ا ْل ُق ْربَى َوا ْليَ َتا َمى َوا ْل‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ن ِإ‬ ِ ‫ش ْيًئا َوبِا ْل َوالِ َد ْي‬
َ ‫ه‬ ِ ِ‫ش ِركُو ْا ب‬ْ ‫اع ُب ُدو ْا اللَّ َه َوال َ ُت‬
ْ ‫َو‬
‫خو ًرا‬ُ َ
‫ف‬ ً ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ت‬ ‫خ‬ ‫م‬
َ ْ ُ َ‫ان‬ َ
‫ك‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ح‬
َ ُّ‫ُ ِب‬ ‫ي‬ َ ‫ال‬ ‫ه‬
َ َّ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ُم‬‫ك‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫م‬
َّ‫ْ ْ َ ُ ْ ِإن‬‫ي‬‫َأ‬ ‫ت‬ َ
‫ك‬ َ ‫ل‬‫م‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬
َ َ َ ِ ِ َّ‫يل‬ ‫ب‬ ‫الس‬ ‫ن‬ ‫ب‬‫ا‬
ِ ْ َ‫و‬ ِ‫ب‬ ‫ن‬ َ ِ ِ ِ َّ َ ِ ُ ُ ‫ا ْل‬
‫ج‬ ‫ال‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ص‬ ‫ال‬‫و‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ج‬

“Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan
teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah SWT tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An-Nisa:
36)

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Ayat tersebut mengandung dua bentuk akhlak, yaitu akhlak kepada Allah SWT (hablum
minallah) yang ditunjukkan dengan perintah agar kita menjalin hubungan baik kepada
Allah SWT dengan cara tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Akhlak terhadap sesama manusia (hablum minannas) yang ditunjukkan dengan


perintah berbuat baik kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, orang yang
dalam perjalanan dan hamba sahaya.

Selanjutnya Allah SWT menutup ayat di atas dengan kalimat: “Sesungguhnya Allah
SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.
Dengan maksud agar kita tidak sombong kepada orang tua, karena ada saat dimana
kita juga pasti akan menjadi tua.

Jangan sombong kepada anak-anak yatim karena ada saat kita juga akan menjadi
yatim.

Jangan sombong kepada orang miskin karena ada saat kita juga akan menjadi miskin
secara tiba-tiba.
Jangan sombong kepada tetangga karena merekalah orang yang pertama memberikan
pertolongan kepada kita saat kita mengalami kesulitan.

Jangan sombong kepada teman karena kita sangat membutuhkannya.

Jangan sombong kepada musaffir karena ada saat dimana kitapun akan menjadi
musafir dan jangan sombong kepada pembantu rumah tangga karena mereka besar
bantuannya kepada kita meskipun tidak besar upah yang kita berikan.

Dalam surat Al-Ma’un ayat 1-7 Allah SWT berfirman

‫م َعن‬
ْ ‫ه‬ .َ ‫ِين الَّذ‬
ُ ‫ِين‬ َ ّ ‫صل‬ ُ ‫ل لِ ّ ْل‬
َ ‫م‬ ٌ ‫ِين َف َو ْي‬ ْ ‫حضُّ َعلَى طَ َعا ِم ا ْلم‬
ِ ‫ِسك‬ ُ َ‫ َوال ي‬ ‫م‬َ ‫ع ا ْليَتِي‬
ُّ ‫ك الَّذِي يَ ُد‬ َ ِ‫ َف َذل‬ ‫ن‬ِ ‫دِي‬
ّ ‫ِب بِال‬
ُ ‫ذ‬ َ ‫ت الَّذِي ُي‬
ّ ‫ك‬ َ ‫َأ َرَأ ْي‬
َ‫اعون‬ َ ‫م َن ُعونَ ا ْل‬
ُ ‫م‬ ْ َ‫ َوي‬  َ‫م ُي َراُؤ ون‬
ْ ‫ه‬ َ ‫ الَّذ‬  َ‫اهون‬
ُ ‫ِين‬ ُ ‫س‬َ ‫م‬ ْ ‫صالت ِِه‬ َ

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), Itulah orang yang menghardik
anak yatim(2), Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (3). Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (4), (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya (5), Orang-orang yang berbuat riya (6), Dan enggan (menolong dengan)
barang berguna (7)”

Dalam surat tersebut, Allah SWT demikian lugas mengaitkan antara agama dengan
keberpihakan kepada kaum dhuafa. Seseorang dikategorikan mendustakan agama
manakala ia mengabaikan anak yatim dan orang miskin.

Di awal surat Al-Ma’un tersebut Allah SWT menggunakan pertanyaan, tapi bukan
berarti Allah SWT bertanya karena tidak tahu. Menurut para mufassir hal itu
dimaksudkan untuk menggugah hati pendengarnya agar memberikan perhatian lebih
kepada ayat selanjutnya.

Jadi di sini Islam mendorong umatnya agar dalam beragama tidak selalu
mementingkan aspek ibadah mahdhoh saja, akan tetapi Islam juga menganjurkan
ibadah sosial, seperti memperhatikan nasib-nasib orang lemah. Bahkan kalau kita
cermati 5 rukun Islam itu adalah merupakan gabungan antara habluminallah dan
hablum minannas, gabungan antara hubungan vertikal dan horizontal.

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah 

Dimulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan pertalian antara
seorang hamba dengan Allah, namun pengakuan dan kesaksian tersebut tidaklah cukup
tanpa terus menerus menjaga hubungan baik dengan Allah, yaitu dengan
melaksanakan shalat sebagai rukun Islam yang kedua.

Edisi 6 Jumat Jumat Terbaru tentang Kehidupan Kedua


Oleh: Aiman Said Ali Nahdi

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Segala puji marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
berbagai nikmat-Nya kepada kita sehingga sampai saat ini kita masih bisa
memenuhi undangan-Nya untuk menghadiri sholat jumat berjama’ah di masjid ini.
Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW
beliaulah sang penutup para nabi dan imamnya orang-orang yang bertaqwa serta
suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

Siding jama’ah sholat jumat yang dimuliakan allah

Mungkin sebagian dari kita masih meragukan tentang adanya kehidupan setelah
kematian, bagaimana caranya Allah SWT mengembalikan tubuh kita yang telah hancur
didalam tanah. Serta mengembalikan ruh kita, bersatu kembali dengan tubuh kita.

Begitu juga, betapa banyak manusia sangat ketakutan dalam menghadapi kematian
dan berharap untuk hidup selamanya agar bisa menikmati dunia dan
seisinya.Kehidupan setelah kematian adalah hal yang mudah bagi Allah SWT, semudah
Allah SWT menciptakan dari tiada menjadi ada.

Dalam kehidupan dunia-pun kita bisa membuktikan adanya kebangkitan. Jika kita hidup
dinegara yang mengalami pergantian musim, maka kita dapat menyaksikan tumbuh-
tumbuhan yang tadinya subur menjadi layu, berguguran, dan pada akhirnya membeku
selama musim dingin (bagaikan pohon yang mati). Lalu tibalah musim semi, udara
menjadi hangat, dedaunan mulai tumbuh, kuncup bunga berkembang dan rerumputan
tumbuh subur kembali.

Mari kita cermati sejenak firman Allah SWT :

‫ور‬
ُ ‫ُّش‬
ُ ‫ك الن‬ َ ‫ه اَأْل ْر‬
َ ِ‫ض بَ ْع َد َم ْوتِ َها َك َذل‬ ْ ‫ت َفَأ‬
ِ ِ‫حيَ ْي َنا ب‬ ٍ ّ ‫س ْق َنا ُه ِإلَى بَلَ ٍد َم ِي‬
ُ ‫حا ًبا َف‬
َ ‫س‬ ُ ‫ح َف ُتث‬
َ ‫ِير‬ َ ‫الرّيَا‬
ِ ‫ل‬ َ ‫َوالل َُّه الَّذِي َأ ْر‬
َ ‫س‬

“Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau
awan itu ke suatu negeri yang mati, lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan
hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu”. (QS. Faathir: 9).

Allah SWT juga berfirman :

‫م ْوتَى ِإنَّ ُه َعلَى‬


َ ‫حيِي ا ْل‬ ُ َ ‫ها ل‬
ْ ‫م‬ ْ ‫ت ِإنَّ الَّذِي َأ‬
َ ‫حيَا‬ ْ َ‫ت َو َرب‬
ْ ‫اه َت َّز‬ َ ‫ش َع ًة َفِإذَا َأ ْن َز ْل َنا َعلَ ْي َها ا ْل‬
ْ ‫ما َء‬ ِ ‫خا‬
َ ‫ض‬ َ َّ‫ه َأن‬
َ ‫ك تَ َرى اَأْل ْر‬ ِ ِ‫ِن آيَات‬
ْ ‫َوم‬
ٌ ‫ي ٍء َقد‬
‫ِير‬ ْ ‫ش‬ َ ‫ل‬ ّ ِ ‫ُك‬

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya, kamu melihat bumi itu kering tandus.
Maka apabila Kami turunkan hujan pada permukaannya ia berubah menjadi subur.
Sesungguhnya Tuhan yang Maha menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati.
Sesungguhnya Dia Maha berkuasa atas segala sesuatu”. (QS. Fushshilat: 39).

Rasulullah SAW bersabda:

“Seorang Badui memungut sekerat tulang, dan menantang Nabi Muhammad SAW:
“Wahai Muhammad, siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah
hancur luluh?”. Allah SWT menjawab dengan firmannya: (Dan) Dia membuat
perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kejadiannya. Ia katakan: “Siapa pula yang
sanggup menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh itu?” Katakanlah: “Ia
akan dihidupkan oleh Allah SWT yang menciptakannya yang pertama. Dan Dia Maha
Tahu tentang segala makhluk”. (Qs. Yaasiin: 78-79).”

Jama’ah shalah jumat yang dirahmati Allah SWT

Sangat mudah bagi Allah SWT menggabungkan kembali ciptaannya yang telah hancur,
sedangkan dari yang tiada bisa ia ciptakan menjadi ada yakni bumi, langit dan seisinya.
Saat jabang bayi dalam kandungan lebih kurang selama 9 bulan, ia akan mengalami
masa kegelapan, hidup didalam air dan tempat yang sempit didalam perut ibunya. Jika
ia bisa berfikir dan berbicara, maka manusia diluar (perut ibunya) dapat memberikan
informasi kepadanya tentang kehidupan dunia yang penuh cahaya, tumbuh-tumbuhan
hijau, interaksi sesama makhluk dan kenikmatan lainnya.

Maka ia tentu akan bertanya: “Untuk apa aku didalam perut yang gelap dan sempit ini,
kenapa aku tidak segera dikeluarkan?”

Manusia diluar akan menjelaskan: “Anda harus menjalani proses disana (dalam perut)
agar tubuhmu sempurna dan siap untuk menghadapi kehidupan dunia.”

Sang jabang bayi kemudian mengerti, dan berkata: “Baiklah, saya akan
mempersiapkan diri sebaik mungkin menghadapi dunia yang penuh kenikmatan dan
tantangan itu.”

Jika dialog diatas dianalogikan (disamakan) dengan kehidupan manusia (alam


kehidupan) dan alam setelah kematian (kebangkitan), maka seharusnya dunia ini (alam
kehidupan) merupakan persiapan yang matang untuk kita dalam menghadapi alam
kebangkitan yang abadi.

Jika kita memahami hakikat hidup ini yang sementara saja dan ada kehidupan yang
abadi setelah kematian, maka kita akan berkata persis seperti sijabang bayi: “Baiklah,
saya akan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan menjalankan semua perintah
Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya, agar saya siap menghadapi
kehidupan setelah kematian, sehingga saya mengalami kebahagiaan yang abadi.”

Masalahnya adalah, kadang-kadang kita melupakan informasi Allah SWT dalam Al-
Qur’an dan sunnah tentang kehidupan setelah kematian atau tidak ada manusia yang
telah mati yang dapat memberikan informasi kepada kita tentang kehidupan setelah
mati itu. Jika kita selalu mengingat kematian dan kehidupan setelahnya, tentu kita
akan berhati-hati dalam menjalani kehidupan dan selalu berjalan dalam “rel” yang telah
ditentukan-Nya.

Jama’ah shalah jumat yang dirahmati Allah SWT

Orang yang selalu ingat akan kematian adalah orang-orang yang cerdas, karena ia
selalu mempersiapkan diri menghadapi kematian itu. Dan ia tidak akan merasa takut
terhadap kematian, karena kematian adalah gerbang kehidupan berikutnya yang indah
dan abadi. Hanya manusia yang tidak punya bekal saja yang takut menghadapi
kematian. Seseorang yang sangat mendambakan kematian akan berucap seperti
Rasulullah SAW saat menghadapi sakratul maut: “Aku hanya ingin kembali keharibaan
Allah,” hal ini menunjukkan kerinduan yang sangat untuk bertemu Rabbnya.

Untuk itu, tidak perlu takut akan kematian karena hanya sekali saja dalam kehidupan
kita, lakukanlah persiapan yang matang menghadapinya. Dan berharaplah malaikat
maut berkata kepada kita disaat ajal menjelang:

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya . Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah
kedalam syurga-Ku”. (QS. Al-Fajr: 27-30).

‫ُم تِاَل‬
ْ ‫ِي َو ِم ْنك‬
ْ ّ‫ل ِمن‬
َ َّ‫م َوتَقَب‬
ِ ‫حكِ ْي‬
َ ‫ِن اآليَاتِ َو ال ِذك ِْر ال‬
َ ‫هم‬
ِ ‫ما فِ ْي‬
َ ِ‫ُم ب‬
ْ ‫ِي َوِإيَاك‬
ْ ‫ َونَ َف َعن‬,‫م‬
ِ ‫ظ ْي‬
ِ ‫ن ال َع‬
ِ ‫ِي ال ُق ْرآ‬ْ ‫ُم ف‬ ْ ‫ِي َولَك‬ ُ ‫بَا َر َك‬
ْ ‫اهلل ل‬
‫م‬ُ ‫ح ْي‬
ِ ‫ه َو ال َغ ُف ْو ُر ال َر‬ُ ‫ َوتَ ُه إنَّ ُه‬.
Shalat yang secara simbolis gerak-geriknya mencerminkan kepasrahan kita kepada
Allah SWT. Kemudian ketaatan tesebut dibuktikan dengan mengerjakan amaliah sosial
yaitu zakat sebagai rukun Islam ke-3.

Kemudian dalam rukun Islam yang ke-4 yaitu puasa, kita dilarang makan dan minum
sebagai pelajaran bagi kita untuk dapat merasakan bagaimana rasanya ketika
seseorang tidak bisa makan dan minum.

Dalam sebuah hadits qudsi dikatakan bahwa pada hari kiamat nanti Allah SWT akan
berfirman,

“Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu tapi engkau tidak memberiku
makan.” Si hamba bertanya, “wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu
makan sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah SWT berfirman,
“tidakkah kau tahu bahwa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu tapi engkau
tidak memberinya makan? Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau memberinya
makan, niscaya engkau akan menemukan itu disisi-Ku”.

“Wahai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu tapi engkau tidak memberi-Ku
minum.” si hamba menjawab, “wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu
minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah SWT berfirman,
“hamba-Ku si fulan meminta minum kepadamu tapi engkau tidak memberinya minum.
Padahal jika engkau memberinya minum niscaya akan kau dapati itu disisi-Ku”.

Hadits tersebut secara tidak langsung memerintahkan kita untuk peka terhadap
fenomena sosial. Apakah kita sudah memperhatikan orang-orang yang sedang
membutuhkan pertolongan kita baik berupa makanan, minuman, dll ataukah kita
termasuk orang yang terlena dengan gemerlap dunia sehingga melupakan hal itu?

Amat banyak kehidupan orang lain di sekitar kita yang tidak memiliki kehidupan
seberuntung kita. Seburuk apapun kondisi kita saat ini, pasti masih ada saja yang lebih
buruk dibandingkan dengan kehidupan kita sekarang.

Kita lihat sekarang saudara-saudara kita yang ada di Palestina sana, mereka sedang
membutuhkan bantuan kemanusiaan dari seluruh umat Islam dunia, tak terkecuali
bantuan kita umat Islam indonesia.

Cukupklah ayat-ayat dan hadits tersebut sebagai penggugah hati kita untuk peduli
terhadap saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan bantuan kita.

‫ُم تِاَل‬
ْ ‫ِي َو ِم ْنك‬
ْ ّ‫ل ِمن‬
َ َّ‫م َوتَقَب‬
ِ ‫حكِ ْي‬
َ ‫ِن اآليَاتِ َو ال ِذك ِْر ال‬
َ ‫هم‬
ِ ‫ما فِ ْي‬
َ ِ‫ُم ب‬
ْ ‫ِي َوِإيَاك‬
ْ ‫ َونَ َف َعن‬,‫م‬
ِ ‫ظ ْي‬
ِ ‫ن ال َع‬
ِ ‫ِي ال ُق ْرآ‬ْ ‫ُم ف‬ ْ ‫ِي َولَك‬ ُ ‫بَا َر َك‬
ْ ‫اهلل ل‬
‫م‬ُ ‫ح ْي‬
ِ ‫ه َو ال َغ ُف ْو ُر ال َر‬ُ ‫ َوتَ ُه إنَّ ُه‬.

Khutbah Kedua

َ ‫هللا َفال‬
ُ ‫ن يَ ْه ِد‬ ْ ‫ َم‬،‫مالِ َنا‬ َ ‫س ِي َّئاتِ َأ ْع‬ َ ‫ِن‬ ْ ‫س َنا َوم‬ ِ ‫ش ُر ْو ِر َأ ْن ُف‬ ُ ‫ِن‬ ْ ‫س َت ْغف ُِر ُه َونَ ُع ْو ُذ بِاهللِ م‬ ْ َ‫س َت ِع ْي ُن ُه َون‬ ْ َ‫ه َون‬.ُ ‫م ُد‬ َ ‫ح‬ْ َ‫م َد هللِ ن‬ ْ ‫ح‬َ ‫ِإنَّ ا ْل‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
ْ ‫ َو‬،‫ك لَ ُه‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫س ْول ُُه‬ ُ ‫م ًدا َع ْب ُد ُه َو َر‬ َّ ‫ح‬َ ‫ش َه ُد نَّ ُم‬ َ ‫ش ِر ْي‬ َ َ ‫ح َد ُه ال‬ ُ َّ ‫ش َه ُد نْ ال َ ِإلَ َه ِإال‬
ْ ‫هللا َو‬ ْ ‫ِي لَ ُه َو‬ َ ‫هاد‬ َ َ ‫ِل َفال‬ ْ ‫ضل‬ ْ ُّ‫ن ي‬ ْ ‫ل لَ ُه َو َم‬ َّ ‫ض‬
ِ ‫ُم‬
ِ ‫صلوا َعلَ ْي‬
‫ه‬ ُّ َ ‫ن آ َم ُنوا‬ ‫َأ‬
.َ ‫ي يَا يُّ َها الَّ ِذ ْي‬ ِ ّ ‫صلَّونَ َعلَى الَّنِ ْب‬ َ ‫هللا َو َمالِئ‬
َ ‫ك َت ُه ُي‬ َ َّ‫ ِإن‬:‫ َّما بَ ْع ُد‬.‫ما‬ ‫َأ‬ ً ِ‫سل‬ ْ َ‫م ت‬ َ َّ‫سل‬َ ‫ه َو‬ ِ ‫هللا َعلَ ْي‬ُ ‫صلَّى‬ َ
‫م ْي ٌد‬
ِ ‫ح‬ َ ‫ك‬ َ َّ‫ ِإن‬،‫م‬ َ ‫ل ِإ ْب َراهِي‬ ِ ‫م َو َعلَى آ‬ َ ‫ت َعلَى ِإ ْب َراهِي‬ َ ‫صلَّ ْي‬
َ ‫ما‬ َ ‫م ٍد َك‬َّ ‫ح‬َ ‫ل ُم‬ ِ ‫م ٍد َو َعلَى آ‬ َّ ‫ح‬َ ‫ل َعلَى ُم‬ ِّ ‫ص‬ َ ‫م‬ ‫َأ‬
َّ ‫ لل َُّه‬.‫ما‬ ً ‫سلِ ْي‬ ُ ّ ‫سل‬
ْ َ‫ِم ْوا ت‬ َ ‫َو‬
‫م ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬ ِ ‫ح‬
َ ‫ك‬ َ َّ‫م ِإن‬ َ ‫ه ْي‬ ِ ‫ل ِإ ْب َرا‬ ِ ‫م َو َعلَى آ‬ ِ ‫ْت َعلَى ِإ ْب َرا‬
َ ‫ه ْي‬ َ ‫ما بَا َرك‬ َ ‫ َك‬،‫م ٍد‬ َّ ‫ح‬َ ‫ل ُم‬ ِ ‫م ٍد َو َعلَى آ‬ َّ ‫ح‬ َ ‫ك َعلَى ُم‬ ْ ‫ار‬ِ َ‫ َوب‬.‫ َمجِ ْي ٌد‬.

ِ‫م َواَأل ْم َوات‬ ْ ‫ اََأل‬،ِ‫مات‬


ْ ‫حيَا ِء ِم ْن ُه‬ َ ِ‫سل‬ ُ ‫ن َوا ْل‬
ْ ‫م‬ َ ‫م ْي‬
ِ ِ‫سل‬
ْ ‫م‬ َّ ‫اَلل َُّه‬.
ُ ‫م اغْ ف ِْر لِ ْل‬
‫م‬
‫ح ْي ٌ‬
‫ك َرُؤ ْوفُ َّر ِ‬ ‫غال ًّ لِلَّ ِذ ْي َ‬
‫ن آ َم ُنو ْا َربَّ َنا ِإنَّ ّ‬ ‫ل فِي ُقلُوبِ َنا ِ‬ ‫ن َوال َ تَ ْ‬
‫ج َع ْ‬ ‫ما ِ‬
‫سبَ ُق ْونَا بِاِإل ْي َ‬
‫ن َ‬ ‫َربَّ َنا اغْ ف ِْر لَ َنا َوِإل ْ‬
‫خ َوانِ َنا الَّ ِذ ْي َ‪.‬‬

‫ما نًافِعًا َو ِر ْز ًقا طَ ِي ّبًا َو َع َ‬


‫مال ً ُم َت َقبِال ً‬ ‫ع ْل ً‬ ‫سَأ ُل َ‪.‬‬
‫ك ِ‬ ‫ن‪ .‬اَلل َُّه َّ‬
‫م ِإنَّا نَ ْ‬ ‫خ ْي ُر ا ْل َفاتِ ِ‬
‫ح ْي َ‪.‬‬ ‫ق َوَأ ْن َ‬
‫ت َ‬ ‫ن َق ْو ِم َنا بِا ْل َ‬
‫ح ِّ‬ ‫اَلل َُّه َّ‬
‫م ا ْف َت ْ‬
‫ح بَ ْي َن َنا َوبَ ْي َ‬

‫ار‬ ‫س َن ًة َوقِ َنا َعذ َ‬


‫َاب ال َّن ِ‬ ‫ح َ‬ ‫س َن ًة َوفِى اآل ِ‬
‫خ َر ِة َ‬ ‫ح َ‬
‫َربَّ َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْنيَا َ‬

‫ن‬ ‫ن ِإلَى يِ ْو ِم ال ِّ‬


‫د ْي ِ‬ ‫سا ٍ‬
‫ح َ‬
‫م بِِإ ْ‬
‫ن تَبِ َع ُه ْ‬
‫ه َو َم ْ‬
‫ح ِب ِ‬
‫ص ْ‬ ‫م ٍد َو َعلَى آلِ ِ‬
‫ه َو َ‬ ‫هللا َعلَى نَبِ ِي ّ َنا ُم َ‬
‫ح َّ‬ ‫صلَّى ُ‬
‫َو َ‬
Contoh 7 Khutbah Jumat Terbaru 2017
Batalnya Syahadat Seorang Muslim
Oleh: Ayub

Kaum muslimin jamaah jumat yang diridhoi Allah SWT.

Salah satu nikmat terbesar yang dikaruniakan Allah SWT kepada kita di Indonessia ini
adalah nikmat dilahirkan atau hidup di tengah komunitas muslim yang cukup besar,
bahkan terbesar di dunia.

Orang tua kita tidak canggung memberikan nama bernuansa Islami kepada anaknya
tanpa khawatir dianggap nama teroris, para muslimah bebas mengenakan jilbabnya
tanpa takut didiskriminasi, masjid masjid dibangun dengan mewah, menara yang
menjulang dan senantiasa mengumandangakan azan tiap waktunya, tanpa takut
disegel pemerintah.

Bandingkan dengan saudara-saudara kita yang hidup di lingkungan yang tidak sama
seperti kita. Tentu kita sudah sering menyimak di media cetak maupun media
elektronik, bagaimana nasib saudara kita sesama muslim yang hidup di Eropa atau
Amerika Serikat misalnya.

Terutama pasca peristiwa fitnah WTC 11 September, mereka menjadi sasaran kaum
Islamophobia, Jilbab dan cadar dilarang, menara dilarang, nama yang berbau muslim
atau Arab dicurigai. Mereka setiap hari harus berjuang mempertahankan identitas
kemusliman meraka, mereka harus berjuang keras menjaga syahadat mereka.

Lalu kembali kepada kita, kaum muslimin yang dirahmati Allah, kita atau katakanlah
sebagian dari masyarakat kita, karena sudah terlahir sebagai muslim, dengan nama
Islami, dilengkapi lagi dengan KTP yang mempertegas keIslaman formalnya dan hidup
ditengah-tengah masyarakat muslim, entah karena semua itu atau ada faktor lain,
mereka kadang lengah, tidak sadar bahwa keislaman mereka bisa saja batal.

Mereka tidak berhati-hati sehingga syahadatnya pun tinggal lafal yang tidak bermakna
di sisi Allah SWT. mereka menganggap hal-hal itu remeh, padahal ini adalah
permasalahan yang sungguh amat sangat penting, karena syahadatlah yang
membedakan antara seorang yang beriman dengan yang tidak beriman. Seorang
muslim dengan seorang kafir.

Jamaah jumat yang dicintai Allah,

Pertama-tama sebelum khatib membahas lebih jauh tentang pembatal syahadat, khatib
perlu menegaskan bahwa ini sama sekali bukan untuk menghakimi saudara kita
sesama muslim, bahwa ia telah membatalkan syahadatnya, tapi yang terpenting adalah
bagaimana menjadikannya sebagai bahan muhasabah pribadi, lalu kita berusaha
menjauhinya dan menjauhkan keluarga kita darinya.

Said Hawwa di dalam kitabnya yang berjudul Al Islam menyebutkan bahwa ada 20 hal
yang dapat membatalkan syahadat seorang muslim atau muslimah. Dalam kesempatan
khutbah ini khatib hanya akan menyampaikan beberapa diantaranya.

Pembatal syahadat yang pertama adalah bertawakkal kepada selain Allah SWT, Allah
SWT memerintahkan kepada kita untuk berusaha dan berikhtiar dalam setiap hajat
kebutuhan hidup kita, namun Allah SWT melarang kita untuk bertawakkal kepada
usaha kita tersebut.
Yang dimaksud bertawakkal kepada usaha adalah ketika seseorang sudah begitu yakin
dengan usahanya dalam suatu perkara, ia menumpuhkan seluruh harapannya kepada
apa yang telah ia lakukan, sehingga ia melupkan bahwa di atas segala usaha dan
ikhtiyar sebaik dan sekeras apapun itu, masih ada Allah SWT, Sang Pencipta yang Maha
berkuasa. Allah SWT berfirman di dalam surah Al Maidah ayat 23 ;

ِ َّ‫ُم غَ ال ُِبونَ َو َعلَى الل‬


‫ه‬ ْ ‫مو ُه َفِإنَّك‬
ُ ‫خ ْل ُت‬
َ ‫اب َفِإذَا َد‬ ُ ‫خلُو ْا َعلَ ْي ِه‬
َ َ‫م ا ْلب‬ ُ ‫ما ا ْد‬ َ ‫خافُونَ َأ ْن َع‬
َ ‫م الل َُّه َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ِن الَّذ‬
َ َ‫ِين ي‬ َ ‫نم‬ ِ َ ‫جال‬
ُ ‫ل َر‬ َ ‫َقا‬
‫ِين‬ ُ ‫َف َت َو َّكلُو ْا ِإن ك‬
َ ‫ُنتم مُّْؤ ِمن‬

“Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah SWT
Telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang
(kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan Hanya
kepada Allah SWT hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman”.

Ayat di atas bercerita tentang Bani Israil ketika hendak memasuki negeri yang di
dalamnya hidup kaum yang kejam, namun Allah SWT tidak langsung menurunkan
kepada mereka bantuan, tapi memerintahkan kepada mereka melalui lisan dua orang
yang takut kepada Allah SWT di kalangan mereka, agar berusaha yakni masuk kedalam
negeri tersebut. Setelah mereka berusaha, Allah SWT kemudian memerintahkan
kepada mereka agar bertawakkal hanya kepada Allah SWT.

Begitupun dalam kehidupan kita, kita tentu saja harus berusaha keras untuk meraih
sesuatu, untuk mencapai kesuksesan, namun akhirnya, kepada Allahlah kita serahkan
keputusannya.

Disinilah perbedaan orang kafir dengan orang yang beriman. Seorang kafir berusaha
maksimal dan menggantungkan harapannya sepenuhnya pada usahanya, sedangkan
orang mukmin juga berusah dengan maksimal, tapi hanya menggantungkan harapan
sepenuhnya kepada Allah SWT.

Kaum muslimin jamaah jumat yang diberkahi Allah,

Pembatal syahadat yang kedua adalah tidak mengakui bahwa semua nikmat baik lahir
maupun batin berasal dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman ;

َ ‫ط َن ًة َوم‬
‫ِن ال َّناسِ َمن‬ ِ ‫م ُه ظَا‬
ِ ‫ه َر ًة َوبَا‬ ْ ‫غ َعلَ ْيك‬
َ ‫ُم نِ َع‬ ْ ‫ما َواتِ َو َما فِي اَأل ْرضِ َوَأ‬
َ َ ‫سب‬ َ ‫الس‬
َّ ‫خ َر لَكُم َّما فِي‬
َّ ‫س‬َ ‫م تَ َر ْوا َأنَّ اللَّ َه‬
ْ َ‫َأل‬
‫ِير‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ب‬ ‫ا‬
ٍ ُّ ٍ َ ِ َ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫د‬ ‫ه‬
ً ُ ‫ال‬ ‫و‬ ْ
َ ٍ ِ ِ ْ ‫بِ َغ‬
‫م‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ر‬‫ي‬ ‫ه‬ِ َّ‫ِل فِي الل‬ ُ ‫جاد‬ َ ‫ُي‬

“Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah SWT Telah menundukkan untuk


(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah SWT tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab
yang memberi penerangan.” (QS. Luqman: 20)

Jamaah jumat rahimakumullah, setiap muslim wajib mengakui bahwa setiap nikmat
yang ia peroleh, yang meliputinya baik itu nikmat fisik seperti tubuh yang sehat, harta
yang cukup, anak serta istri yang menyejukan pandangan dan sejenisnya adalah
nikmat dari Allah, merupakan pinjaman dari Allah SWT begitu juga nikmat yang abstrak
seperti Iman, Islam, rasa bahagia, kepandaian dan sejenisnya hanyalah dari Allah SWT.
Seorang muslim yang sempurna syahadatnya, tidak boleh menganggap bahwa semua
yang ia miliki ia peroleh karena usahanya sendiri. Karena bagaimanapun manusia
berusaha, Allah-lah yang memutuskan bagaiamana akhirnya.

Dalam konteks inilah Allah SWT membinasakan Qarun yang menyombongkan harta
yang ia anggap hasil dari ilmunya. Seperti diabadikan oleh Al Quran ;

‫م عِندِي‬ ُ ‫ما ُأوت‬


ِ ‫ِيت ُه َعلَى‬
ٍ ‫ع ْل‬ َ ‫َقا‬
َ َّ‫ل ِإن‬

“Karun berkata: “Sesungguhnya Aku Hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada
padaku”. (QS. Al-Qashas: 78)

Begitulah Qarun menjadi kafir Karena menganggap nikmat yang ia peroleh adalah hasil
dari kemampuannya tanpa mengakui Allah SWT sebagai pemberi segalanya.

Hal berikutnya yang membatalkan syahadat adalah beramal dengan tujuan selain Allah
SWT.

Seorang yang mengaku muslim yang bersyahadat, agar syahadatnya tetap sempurna
maka ia harus beribadah karena Allah SWT semata. Allah SWT berfirman ;

‫ِين‬
َ ‫سلِم‬
ْ ‫م‬ ُ ‫ت َوَأنَ ْا َأ َّو‬
ُ ‫ل ا ْل‬ ُ ‫ك ُأم ِْر‬
َ ِ‫ك لَ ُه َوبِ َذل‬
َ ‫ش ِري‬ َ ‫ب ا ْل َعالَم‬
َ َ ‫ ال‬ ‫ِين‬ ِ ّ ‫ماتِي لِل‬
ِ ّ ‫ه َر‬ َ ‫اي َو َم‬
َ َ ‫حي‬ ُ ‫صالَتِي َو ُن‬
ْ ‫سكِي َو َم‬ َ َّ‫ُل ِإن‬
ْ ‫ق‬

“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk


Allah SWT, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah SWT)”. (QS. Al-An’am: 162-163)

Ibadah di sini tidak terbatas pada shalat, puasa, zakat, dan haji semata, tetapi
mencakup semua amalan yang dikerjakan karena Allah SWT. dengan demikian seorang
muslim tidak boleh berbuat karena sesuatu yang lain selain Allah SWT.

Misalnya adat, hidup matinya untuk adat benar-salah ia tetap membela adatnya.
Pernyataan ini bukan berarti kita tidak boleh memelihara atau membela adat, tetapi
yang dimaksud di sini adalah tidak menjadikannya nomor satu di atas segala-galanya
termasuk menjadikannya lebih di atas dari aturan-aturan agama Islam.

Berikutnya yang dapat membatalkan syahadat seseorang adalah membenci Islam


sebagian atau seluruhnya. Allah SWT berfirman ;

‫م‬ َ ‫حبَطَ َأ ْع‬


ْ ‫مالَ ُه‬ ْ ‫ل الل َُّه َفَأ‬
َ ‫هوا َما َأن َز‬ ْ ‫ك بَِأنَّ ُه‬
ُ ‫م َك ِر‬ َ ‫ل َأ ْع‬
ْ ‫مالَ ُه‬
َ ِ‫ َذل‬ ‫م‬ َ ‫م َوَأ‬
َّ ‫ض‬ ً ‫ِين َك َف ُروا َف َت ْع‬
ْ ‫سا ل َُّه‬ َ ‫َوالَّذ‬

“Dan orang-orang yang kafir, Maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah SWT
menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya
mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah SWT (Al Quran) lalu Allah SWT
menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.”

Kaum muslimin jamaah jumat yang diberkati Allah SWT,

Pada ayat di atas dikatakan kecelakaan yang menimpa orang yang kafir, orang yang
tidak bersyahadat adalah karena mereka membenci apa-apa yang diturunkan Allah,
yakni Al Quran yang menjadi sumber segala hukum Islam.
Di dalam Al Quran ditetapkan kaidah-kaidah umum, larangan-larangan, perintah-
perintah serta petunjuk-petunjuk. Lalu selain itu Allah SWT juga menjadikan sunnah
nabi-Nya menjadi bagian dari sumber hukum Islam. jika semuanya digabungkan maka
ia disebut dinul Islam. Seorang yang membenci salah satu dari elemen di atas, atau
bahkan seluruhnya, maka ia dianggap telah membatalkan syahadatnya.

Kaum muslimin yang dicintai Allah SWT, termasuk dalam hal ini bila ada seseorang
yang begitu alergi dengan hukum-hukum hudud dalam Islam, misalnya saja hukuman
potong tangan bagi pencuri, hukuman rajam bagi pezina yang sudah pernah menikah.

Akhir–akhir ini, ketika banyak kalangan umat yang memperjuangkan diberlakukannya


syariat, atau PERDA syariat justru muncul dari umat Islam sendiri suara-suara yang
membenci hukum tersebut dengan dalih bertentangan dengan kemanuiaan dan HAM.

Mereka tidak sadar bahwa kebencian mereka itu telah mencederai syahadat mereka.
Begitu juga jika kita membenci system ekonomi Islam yang Alhamdulillah mulai
berkembang di tanah air kita bahkan di dunia. Intinya kita sebagai seorang yang
bersyahadat harus cinta dan bangga pada semua elemen Islam, jangan
mengenyampingkan sebagian dengan dalih apapun.

Jamaah jumat yang berbahagia, masih berhubungan dengan poin tadi, hal berikutnya
yang dapat membatalkan syahadat seseorang adalah apabila ia memperolok–olok Al
Quran dan Sunnah serta orang yang berjuang menegakan keduanya. Simaklah firman
Allah SWT ;

‫ َولَِئن‬  َ‫حذ َُرون‬


ْ َ‫ج َّما ت‬ ْ ‫اس َت ْه ِزُؤ و ْا ِإنَّ اللَّ َه ُم‬
ٌ ‫خ ِر‬ ْ ‫ُل‬ ِ ‫ما فِي ُقلُوبِ ِهم ق‬ َ ِ‫م ب‬ ْ ‫سو َر ٌة ُت َن ِب ُّئ ُه‬ ُ ‫م‬ ْ ‫َعلَ ْي ِه‬ َ ‫م َنافِ ُقونَ َأن ُت َن َّز‬
‫ل‬ ُ ‫حذ َُر ا ْل‬ ْ َ‫ي‬
َ‫س َت ْه ِزُؤ ون‬ ْ َ‫م ت‬ ْ ‫ه كُن ُت‬
ِ ِ‫سول‬
ُ ‫ه َو َر‬ِ ِ‫ه َوآيَات‬ِ َّ‫ُل َأبِالل‬
ْ ‫بق‬ ُ ‫وض َونَ ْل َع‬
ُ ‫خ‬ ُ َ‫ن‬ ‫ما ُك َّنا‬ َّ ‫م لَيَ ُقول‬
َ َّ‫ُن ِإن‬ ْ ‫سَأ ْل َت ُه‬َ

“Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat
yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada
mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah SWT dan rasul-Nya).”
Sesungguhnya Allah SWT akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. Dan jika kamu
tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka
akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main
saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?” (QS. At-Taubah: 64-65)

Dalam ayat di atas, Allah SWT menegaskan bahwa hanya orang-orang munafiklah yang
suka mengolok-olok Islam. Fenomena ini juga kadang kita temui dalam masyarakat
kita. Ketika ada seorang yang berusaha meneladani sunnah Rasulullah SAW , justru
dianggap aneh oleh sebagian muslim yang lain. Bahkan ada yang mengolok-olok atau
menyematkan sebutan yang jelek bagi mereka.

Ya harus kita akui bahwa terkadang ada perkara-perkara yang oleh sebagian kaum
muslimin sebagai sunnah Rasul yang mesti dihidupkan namun bagi yang lain perkara
tersebut tidak mesti dipahami sebagaimana kelompok pertama tadi memahaminya.
Misalnya saja memanjangkan jenggot, atau memakai kain di atas mata kaki. Dalam
perkara semacam ini, untuk menjaga syahadat kita, hendaknya kita bersikap bijak
dengan tidak mengolok mereka yang berbeda pendapat dengan kita. Karena ternyata
fatal akibatnya.

Jamaah jumat yang saya hormati, pembatal syahadat terakhir yang sempat saya
sampaikan pada kesempatan ini adalah mengkafirkan orang Islam atau menghalalkan
darahnya, atau tidak mengkafirkan orang kafir. Di atas tadi telah kami sampaikan
beberapa hal yang dapat membatalkan syahadat seorang muslim, tapi dengan
berdasarkan semua itu janganlah kita dengan gampang mengecap seorang muslim
sebagai kafir, karena hal inipun dapat membatalkan syahadat kita. Rasulullah SAW
pernah bersabda ;

‫ن‬
ِ ‫ن ا ْب‬
ِ ‫ َع‬، ‫م‬ ُ ‫ن يَ ْعنِي ا ْل‬
َ ّ ‫م َع ِل‬ ٍ ‫س ْي‬َ ‫ح‬ُ ‫ن‬ ْ ‫ َع‬، ‫ح َّدثَنِي َأبِي‬ َ :‫ل‬ َ ‫ َقا‬، ‫م ِد‬ َّ ‫ح َّدثَ َنا َع ْب ُد ال‬
َ ‫ص‬ َ :‫ل‬ َ ‫ َقا‬، ‫م ٍر‬ َ ‫ن َم ْع‬ُ ‫م ُد ْب‬َّ ‫ح‬ َ ‫ح َّدثَ َنا ُم‬
َ
« :‫م‬ َّ
َ ‫سل‬ َ ‫ه َو‬ َ
ِ ‫صلَّى الل َُّه َعل ْي‬ َ ِ‫ل هللا‬ َ ‫سو‬ ُ ‫ع َر‬َ ‫م‬ِ ‫س‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ نَّ ُه‬، ّ‫ن بِي ذ ٍَر‬ َ
ْ ‫ه َع‬.ُ ‫ح َّدث‬ َ ، ‫س َو ِد‬ ‫َأل‬ ‫َأ‬
ْ ‫ نَّ بَا ا‬، ‫م َر‬ ‫َأ‬ َ ‫ن يَ ْع‬ِ ‫حيَى ْب‬ ْ َ‫ن ي‬ْ ‫ َع‬، ‫ُب َر ْي َد َة‬
.َ ِ‫صاح ُِب ُه َك َذل‬
‫ك‬ ‫ُن‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫م‬َ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ي‬َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫د‬‫ر‬ َّ ‫ال‬ ‫ر‬
َ ْ َ ْ ْ‫ْ ِ َ َ ْ ِ َ ُ ِ ْ ِ ِإ ُ َّ ْ َ ْ ِ ِإن‬ ‫ف‬ ‫ك‬
ُ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ي‬ َ ‫ال‬ ‫و‬ ، ‫ق‬ ‫ِس‬ ‫ف‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ِ ‫ب‬ ً ‫ال‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ل‬
ُ َ ٌ ُ َ ‫ج‬‫ر‬ ‫ِي‬ ‫م‬ ‫ول ال َ يَ ْر‬
ُ ‫يَ ُق‬

“Jika seorang menuduh orang lain fasik ataupun kafir padahal sifat tersebut tudaklah
ada pada orang yang ia tuduh, maka kefasikan dan kekafiran kembali kepadanya (si
penuduh)”

Di tanah air kita ini, ada banyak sekali kelompok Islam yang dalam pengamalan dan
pemahaman mereka terhadap Islam terdapat perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang
ada itu jangan sampai membuat kita begitu cepat mencap saudara sesama muslim
sabagai kafir yang halal darahnya. Kecuali jika buktinya memang jelas bahwa orang
tersebut telah nyata kekafirannya. Jika demikina justru kita harus mengkafirkannya.
Misalnya jika ada seorang yang mengaku muslim namun meyakini adanya nabi setelah
Rasulullah SAW , orang tersebut telah kufur.

Namun jika perbedaan yang ada hanya masalah furu’ atau cabang dalam agama,
dimana perkara tersebut tidak sampai membuat seseorang kafir, maka kita sebagai
orang yang bersyahadat janganlah sekali-kali menuduh seorang kafir. Karena jika
tuduhan tersebut tidak terbukti justru syahadat kitalah yang terancam.

Jamaah jumat rahimaniy warahimakumullah.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan khutbah ini. Akhirnya
kembali khatib tegaskan bahwa semua pembatal syahadat yang telah disebutkan tadi
bukanlah untuk menghakimi orang lain, tapi yang terpenting adalah marilah kita
bersama berhati-hati menjaga syahadat kita ini. Karena bukan Cuma wudhu yang bisa
batal, syahadatpun demikian bisa saja batal. terkadang kita sangat peduli dan
memperhatikan perbuatan kita agar wudhu tidak batal, sedangkan terhadap hal–hal
yang membatalkan syahadat kadang kita lalaikan. Padalal syahadat adalah rukun, pilar,
atau penegak Agama kita yang pertama.

‫م‬
ُ ‫ح ْي‬ َّ ‫ه َو ا ْل َغ ُف ْو ُر‬
ِ ‫الر‬ ُ ‫ ِإنَّ ُه‬،‫اس َت ْغف ُِر ْو ُه‬ ْ ‫ِي َولَك‬
ْ ‫ َف‬.‫ُم‬ ْ ‫هللا ل‬ ْ ‫هذَا َوَأ‬
َ ‫س َت ْغف ُِر‬ َ ‫ِي‬ ُ ‫َأ ُق ْو‬
ْ ‫ل َق ْول‬
Materi 8 Khutbah Jumat Terbaru 2017 dengan judul Keniscayaan Budaya
Islam
Oleh: Qaem Aulassyahied

Allah SWT menciptakan manusia dengan beberapa kemampuan, agar mereka dapat
berinteraksi dengan sesamanya sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial.

Diantara kemampuan itu adalah, dengan mulut atau lisan manusia bertutur, dengan
akhlak manusia bisa berperilaku dan dengan jiwa empati, simpati, dan segala bentuk
perasaan lainnya, manusia bisa berinteraksi satu sama lain.

Pada dasarnya, dengan kemampuan itu manusia ingin mewujudkan keinginan dan
tujuannya di persada bumi ini, nah. Apa tujuan manusia? Tujuan manusia ada dua,
yaitu kebaikan dan kebahagiaan

Kaum muslimin jamaah Jumat yang berbahagia

Hal yang perlu kita sadari adalah bahwa pandangan seseorang terhadap kebahagiaan
dan kebaikan itu berbeda-beda satu sama lain, tidak menutup kemungkinan,
pandangan kami terhadap kebaikan dan kebahagiaan berbeda dengan jama’ah
sekalian, atau diantara jama’ah juga saling berbeda pandangan terhadap kebaikan dan
kebahagiaan itu, bahkan bisa jadi saling bertolak belakang.

Dengan adanya perbedaan pandangan tersebut, selanjutnya akan melahirkan cara


berperilaku yang berbeda, dan prilaku yang berbeda itu akhirnya menimbulkan
kebudayaan yang berbeda pula, karena pada dasarnya budaya itu lahir dari interaksi
prilaku manusia.

Dalam pandangan Islam, dari perbedaan itu, setidaknya ada dua budaya yang
berkembang besar, hingga menjadi dua landansan umat manusia dalam menjalani
fungsinya sebagai makhluk sosial:

Pertama: Siapa saja yang memandang bahwa kebaikan dan


kebahagiaan itu tolak ukurnya dunia semata
Tanpa ada tujuan terhadap akhirat, maka kebaikan dan kebahagiaan hanya berupa
harta wanita dan tahta, maka ia akan melakukan apa saja untuk mencapai kebaikan
dan kebahagiaan menurut ukurannya, berinteraksi dengan pola pikir dunia,
bersosialisasi dengan tujuan meraup harta, mendapat pasangan hidup yang cantik dan
menduduki kekuasaan yang tinggi, dan segala tindak tanduk lainnya yang didasarkan
pada kesenangan dunia, dari itu akan terbentuk interaksi dunia semata, yaitu interaksi
yang tak mengindahkan tujuan akhirat, interaksi yang kosong dari ajaran Islam. Dari
interaksi inilah muncul budaya yang sering kita sebut sebagai “budaya jahiliyah”.

Hal yang perlu disadari bersama bahwa, budaya jahiliyah ini sejatinya adalah budaya
yang merusak, menjadi virus disetiap segi, tidak hanya pada kehidupan manusia, juga
merusak pada tatanan alam semesta.

Bagaimana tidak, interaksi yang terbentuk didalam budaya jahiliyah ini, adalah
interaksi syahwat belaka, ajaran Islam yang telah ditiadakan digantikan oleh system
brutal untuk mewujudkan kesenangan dunia semata, akibatnya segala cara ditempuh
untuk tujuan itu, segala cara dipergunakan, meski harus mengorbankan banyak orang,
atau meski merusak banyak lini. Baik dari aspek jiwa, hingga aspek di luar jiwa.
Lihat saja, korupsi merajalela, perampokan dimana-mana, permerkosaan dan
perzianahan semakin meningkat juga semakin keji dan masih banyak lagi penyakit-
penyakit sosial yang diakibatkan oleh budaya jahiliyah yang terbentuk dari interaksi-
interaksi hewaniyah.

Sehingga secara jelas, budaya jahiliyah ini akan menurukan derajat manusia menjadi
lebih hina dari pada hewan. Sehingga dampak yang paling parah yaitu orang muslim
yang menjadi musuh Islam, sebab keisalaman dicampakkan lalu diganti dangan pola
hidup jahiliyah, atau barat, dewasa ini yang hanya memuaskan nafsu belaka. Padahal
Rasululllah SAW telah mengultimatum kita semua sebagai umatnya dengan sabdanya:

ْ ‫شبَّ َه بِ َق ْو ٍم َف ُه َو ِم ْن ُه‬
‫م (أبي داود‬ َ َ‫ن ت‬
ْ ‫َم‬

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia tergolong didalam golongan
tersebut” (HR. Abu Daud)

Kedua: siapa-siapa saja yang memandang bahwa kebaikan


dan kebahagiaan itu tolak ukurnya adalah penilaian Allah SWT.
Kebaikan dan kebahagiaan itu adalah wujud dari Ridho-Nya, sehingga untuk
mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan tersebut harus sesuai dengan ajaran-Nya,
yaitu syariat Islam, maka mereka-mereka inilah yang akan membentuk suatu budaya
yang kita sebut sebagai “budaya Islami” sebab, tentunya dengan interaksi-interaksi
mereka yang sesuai dengan tuntunan Islam, itu akan melahirkan kondisi sosial yang
seluruhnya didasari oleh aturan-aturan Islam.

Dan jika telah terwujud yang demikian, maka segala aspek kehidupan, baik manusia
maupun diluar manusia, di dunia ini, akan tercegah dari perusakan dan pergeseran
sunnatullah atau hukum alam yang menjadi hukum asal dari setiap benda yang ada di
dunia ini, sebab sudah sangat jelas, bahwa Allah SWT yang menciptakan seluruh alam
semesta, sehingga Allah SWT lah yang paling tau pemeliharaan dan penjagaannya, dan
disinilah peran kita sebagai khalifatullah fil Ardhi untuk mewujudkan tugas
pemeliharaan tersebut.

Penjagaan dan pemeliharaan dapat berjalan dengan baik harus berpedoman dengan
syari’at Islam sebagai Rahmatan lil Alamin, sesuai dengan konsep di atas. Untuk itu,
langkah yang harus kita tempuh untuk membudayakan ajaran Islam disekitar kita
adalah dengan cara merubah terlebih dahulu prilaku kita menjadi perilaku Islami, dan
untuk mewujudkan perilaku yang Islami, maka ada empat hal yang harus di benahi:

Aqidah yang selamat: Aqidah yang meng-Esakan Allah SWT, Aqidah yang mempercayai
dan mengakui seluruh kekuasaan Allah SWT dan Aqidah yang melahirkan cinta, takut
dan patuh kepada Allah SWT

Ibadah yang benar: ibadah yang didasari oleh aqidah yang selamat, ibadah yang
dituntukan oleh Rasulullah SAW

Akhlak yang utama: akhlak yang telah dicontohkan oleh seluruh nabi dan Rasulullah
SAW , yaitu akhlak yang betul-betul mewujudkan sabda Nabi sebagai ciri Islam “muslim
ialah muslim lain aman dari gangguan lisan dan tangannya”

Al-Hukmul Al-‘adil: hukum yang didalamnya tidak terdapat unsur-unsur yang dapat
menurunkan harkat dan martabat manusia, hukum yang sesuai dengan kebutuhan
seluruh Alam, hukum yang membawa keamanan, kedamaian dan kesejahteraan yang
sebenar-benarnya

Maka apabila keempat unsur tersebut terpenuhi dalam jiwa seorang muslim, niscaya
secara otomatis perilakunya akan sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh aturan
Islam, dan dari perilaku ini, terbentuklah budaya Islam yang kita idam-idamkan.

Kaum Muslimin jamaah jumat yang berbahagia.

Poin penting yang harus kita pahami bersama bahwa, jika ada yang beranggapan,
budaya jahiliyah dapat disatu padukan dengan budaya Islami, sungguh hal itu adalah
sebuah anggapan yang sangat keliru dan tak berdasar.

Karena telah kita paparkan sebelumnya, budaya jahiliyah hanyalah sebuah system
yang merusak tatanan masyarakat, sementara budaya Islam datang untuk memelihara
dan memberikan kedamaian bagi seluruh umat manusia.

Maka bagaimana mungkin dua kebudayaan yang saling bertolak belakang, saling tolak
menolak satu sama lain bisa disatukan, hal ini sama saja ingin menyatukan air dengan
minyak takkan pernah menyatu, hingga langit runtuh sekalipun.

Disinilah peran kita sebagai umat Islam, yaitu menegakkan budaya Islami yang langkah
awalnya adalah membersihkan pondasi sosial kita dari segala bentuk kejahiliyahan,
barulah setelah itu, kita mulai membangun tonggak budaya Islam kita,
mengembangkan payung syari’at Islam, lalu dengan di bawah payung tersebut,
bernaung beragam budaya yang terdapat di negara kita, sehingga dengan demikian
setiap interaksi yang terjadi dari beragam budaya tersebut takkan keluar dari batas
penaungnya, yaitu payung syari’at Islam,

Pada akhirnya kepada Allah SWT kita serahkan segalanya, dan semoga kita termasuk
dalam golongan umat yang terbaik, umat yang mendapat keberuntungan.

‫ُم تِاَل‬
ْ ‫ِي َو ِم ْنك‬
ْ ّ‫ل ِمن‬
َ َّ‫م َوتَقَب‬
ِ ‫حكِ ْي‬
َ ‫ِن اآليَاتِ َو ال ِذك ِْر ال‬
َ ‫هم‬
ِ ‫ما فِ ْي‬
َ ِ‫ُم ب‬
ْ ‫ِي َوِإيَاك‬
ْ ‫ َونَ َف َعن‬,‫م‬
ِ ‫ظ ْي‬
ِ ‫ن ال َع‬
ِ ‫ِي ال ُق ْرآ‬ْ ‫ُم ف‬ ْ ‫ِي َولَك‬ ُ ‫بَا َر َك‬
ْ ‫اهلل ل‬
‫م‬ُ ‫ح ْي‬
ِ ‫ه َو ال َغ ُف ْو ُر ال َر‬ُ ‫ َوتَ ُه إنَّ ُه‬.

Khutbah Jumat Kedua Keniscayaan Budaya Islam

‫ك‬ َ َ ‫ح َد ُه ال‬
َ ‫ش ِر ْي‬ ْ ‫ش َه ُد َأنْ ال َ ِإلَ َه ِإال َّ هللا َو‬ ْ ‫ َوَأ‬. ِ‫ل َوال َ ُق َّو َة ِإال َّ بِاهلل‬َ ‫ح ْو‬َ َ ‫ َوال‬، ِ‫ل هللا‬ ِ ‫س ْو‬ ُ ‫السال َُم َعلَى َر‬ َّ ‫صال َ ُة َو‬ ِ َّ‫م ُد لِل‬
َّ ‫ه َوال‬ ْ ‫ح‬َ ‫اَ ْل‬
‫ه ِإلَى يَ ْو ِم‬.ُ ‫ه َدا‬
ُ ‫ع‬ َ ِ‫ن تَب‬ ْ ‫ه َو َم‬ِ ِ‫م ٍد َو َعلَى آل‬ َّ ‫ح‬َ ‫ك ُم‬َ ّ ‫ك َعلَى نَبِ ِي‬ ْ ‫ار‬
ِ َ‫ِم َوب‬ْ ّ ‫سل‬َ ‫ل َو‬ ِّ ‫ص‬َ ‫م‬َّ ‫اَلل َُّه‬ .‫س ْول ُُه‬ُ ‫م ًدا َع ْب ُد ُه َو َر‬ َ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم‬
َّ ‫ح‬ ْ ‫لَ ُه َوَأ‬
ُ ‫مْؤ م ُِن ْونَ ا ْل‬
َ‫م َّت ُق ْون‬ ُ ‫ َفق َْد َفا َز ا ْل‬، ِ‫اي بِ َت ْق َوى هللا‬ َ َّ‫ُم َوِإي‬ْ ‫ص ْيك‬ ِ ‫هللا … ُأ ْو‬
ُ ‫ُم‬ ُ ‫ش َدك‬ َ ‫ن َأ ْر‬َ ‫م ْي‬
ِ ‫س ِل‬ ُ ‫ش َر ا ْل‬
ْ ‫م‬ ِ ‫ َم َعا‬.‫ة‬ ِ ‫ا ْل ِقيَا َم‬.

‫م ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬
ِ ‫ح‬ َ ‫ك‬ َ َّ‫ ِإن‬،‫م‬َ ‫ه ْي‬ ِ ‫م َو َعلَى آ‬
ِ ‫ل ِإ ْب َرا‬ ِ ‫ت َعلَى ِإ ْب َرا‬
َ ‫ه ْي‬ َ ‫صلَّ ْي‬
َ ‫ما‬َ ‫م ٍد َك‬َّ ‫ح‬ َ ‫ل ُم‬ ِ ‫م ٍد َو َعلَى آ‬ َّ ‫ح‬ َ ‫ل َعلَى ُم‬
ِّ ‫ص‬ َ َّ ‫اَلل َُّه‬.
‫م‬
‫م ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬ِ ‫ح‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ، ‫م‬ ‫ي‬
َ َ َّ ‫ِإ ْ َ ْ َ ِإ‬ ‫ه‬
ِ ‫ا‬‫ر‬ ‫ب‬ ‫ل‬
ِ ‫آ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫م‬‫ي‬ ‫ه‬
ِ ‫ا‬‫ر‬ ‫ب‬ ‫ى‬َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ َ َ ْ َ ْ ‫َ َ َ َ َ ِإ‬ ‫ْت‬
‫ك‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬ َ
‫ك‬ ‫د‬ ٍ ‫م‬ ‫ح‬
َّ َ ُ‫م‬ ‫ل‬
ِ ‫آ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫د‬ ٍ ‫م‬
َ َ َّ َ ُ ‫ح‬‫م‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫َع‬ ‫ك‬ ْ ‫ار‬
ِ َ‫ َوب‬.

ِ ‫ع ْاَأل ْب َر‬
.‫ار‬ َ ‫ُم َفَئا َم َّنا َربَّ َنا َفاغْ ف ِْر لَ َنا ُذ ُنوبَ َنا َو َك ّف ِْر َع َّنا‬
َ ‫س ِي َّئاتِ َنا َوتَ َو َّف َنا َم‬ ْ ‫َءام ُِنوا بِ َربِّك‬ ْ‫ن َأن‬ ِ ‫ما‬ َ ‫م ْع َنا ُم َنا ِديًا ُي َنادِي لِِإل ي‬
ِ ‫س‬
َ ‫َّربَّ َنآِإنَّ َنا‬
‫ِف ا ْلمِي َعا َد‬
ُ ‫خل‬ ْ ‫ك ال َ ُت‬ ِ ‫م ا ْل ِقيَا َم‬
َ َّ‫ة ِإن‬ َ ‫يَ ْو‬ ْ ‫ك َوال َ ُت‬
.‫خ ِزنَا‬ َ ِ‫سل‬ ُ َ‫ َربَّ َنا َو َءاتِ َنا َما َو َعدتَ َنا َعل‬.
ُ ‫ىر‬

‫ار‬ َ ‫س َن ًة َوقِ َنا َعذ‬


ِ ‫َاب ال َّن‬ َ ‫ح‬ ِ ‫س َن ًة َوفِي ْاَأل‬
َ ‫خ َر ِة‬ َ ‫ح‬
َ .‫ َربَّ َنآ َءاتِ َنا فِي ال ُّد ْنيَا‬.

‫م ِإنَّ َعذَابَ َها َكانَ غَ َرا ًما‬


َ ‫ج َه َّن‬ َ ‫ص ِرفْ َع َّنا َعذ‬
َ ‫َاب‬ ْ ‫ َربَّ َنا ا‬.

‫ِين ِإ َما ًما‬


َ ‫م َّتق‬ ُ ‫اج َع ْل َنا لِ ْل‬
ْ ‫ن َو‬ ‫َأ‬ ِ ‫ِن َأ ْز َوا‬ ْ ‫ب لَ َنا م‬
ٍ ‫ج َنا َو ُذ ِرّيَّاتِ َنا ق َُّر َة ْع ُي‬ ْ ‫ه‬ َ ‫ َربَّ َنا‬.
َ ْ ‫خ َرتَ َنا الَّت‬
‫ِي ِإل ْي َها‬ َ
ِ ‫ِح ل َنا آ‬
ْ ‫صل‬ ‫َأ‬
ْ ‫ َو‬،‫اش َنا‬ ْ ‫ِح ل َنا ُد ْنيَانَا الَّت‬
ُ ‫ِي فِ ْي َها َم َع‬ َ ْ ‫صل‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ْ ‫ َو‬،‫م ُة ْم ِرنَا‬ َ ‫ص‬
ْ ‫ع‬
ِ ‫ه َو‬ ُ ‫ِي‬ َ
ْ ‫ِح ل َنا ِد ْي َن َنا الَّذ‬
ْ ‫صل‬ ‫َأ‬
ْ ‫م‬ َّ ‫اَلل َُّه‬
ّ‫ش ٍر‬
َ ‫ل‬ ْ ‫ح ًة لَ َنا م‬
ّ ِ ‫ِن ُك‬ َ ‫ت َرا‬ َ ‫م ْو‬َ ‫ل ا ْل‬ ِ ‫اج َع‬
ْ ‫ َو‬،‫خ ْي ٍر‬َ  ‫ل‬ّ ِ ‫ِي ُك‬ ْ ‫حيَا َة ِزيَا َد ًة لَ َنا ف‬ َ ‫ل ا ْل‬ ِ ‫اج َع‬
ْ ‫ َو‬،‫ادنَا‬
ُ ‫ َم َع‬.
‫م‬
‫ح ْي ٌ‬
‫ك َر ُء ْوفٌ َّر ِ‬ ‫غال ًّ لِ ّلَّ ِذ ْي َ‬
‫ن َءا َم ُن ْوا َربَّ َنا ِإنَّ َ‬ ‫ِي ُق ُل ْوبِ َنا ِ‬
‫لف ْ‬ ‫ن َوالَتَ ْ‬
‫ج َع ْ‬ ‫سبَ ُق ْونَا‪ ‬بِ ْاِإل ْي َ‬
‫ما ِ‬ ‫ن َ‬ ‫‪َ .‬ربَّ َنا اغْ ف ِْر لَ َنا َوِإل ْ‬
‫خ َوانِ َنا الَّ ِذ ْي َ‪.‬‬

‫ن‬ ‫بِ ا ْل َعالَ ِ‬


‫م ْي َ‬ ‫م ُد لِلَّ ِ‬
‫ه َر ّ‬ ‫ن‪َ .‬وا ْل َ‬
‫ح ْ‬ ‫م ِع ْي َ‬ ‫ه َأ ْ‬
‫ج َ‬ ‫حابِ ِ‬ ‫ه َوَأ ْ‬
‫ص َ‬ ‫م ٍد َو َعلَى آلِ ِ‬ ‫هللا َعلَى ُم َ‬
‫ح َّ‬ ‫صلَّى ُ‬
‫‪َ .‬و َ‬
Materi 9 Khutbah Jumat Terbaru 2017
Memaknai Dunia Akhirat
Oleh: Feri Efendi

Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah Syaikh Sa’id Hawwa mengatakan,


inna ‘ashrana ha hadza mamlu-un bisy syahawat wasy syubuhaati wal ghoflah
(sesungguhnya masa kita ini diliputi oleh kondisi kehidupan hedonis, salah paham
terhadap kebenaran, dan melalaikan).

Prediksi Sa’id Hawwa tersebut ternyata sesuai dengan realitas yang kita alami saat ini.
Setiap saat kita dijejali dengan though (paham), fashion (pakaian), food (makanan),
fun (seni), sport (olahraga) yang mana semua itu untuk mengenyampingkan posisi
Tuhan dan melalaikan kita akan kehidupan setelah mati yaitu akhirat.

Realita sekarang ini seakan mengajak kita untuk mengejar dunia dan jangan
melupakan akhirat. Tentunya prinsip tersebut menyelisihi kaidah seorang hamba
mukmin yang mendambakan kehidupan akhirat yaitu kejarlah akhiratmu dan jangan
lupakan bagianmu di Dunia. Sebagaimana disebutkan dalam surat al-qashas ayat 76-
82.

Dari sekian banyak pemeluk agama Islam yang mengaku berpedoman kepada al-qur’an
dan as-sunnah hanya sedikit dari mereka yang memahami ayat tersebut. Mereka
tertipu oleh kenikmatan-kenikmatan duniawi. Mereka disibukkan dengan urusan dunia,
yang kemudian melalaikan dari kehidupan yang lebih kekal yang mana kenikmatannya
tidak bisa dikira oleh indera manusia.

Ma’asyiral muslimin Jamaah Jumat rahimakumullah

Oleh karena itu, agar kita tidak salah memahami mana kenikmatan yang bersifat
sementara dan mana kenikmatan yang bersifat abadi, dan mana yang harus kita
prioritaskan, apakah dunia ataukah akhirat? marilah sejenak kita renungkan kembali
hakikat hidup dan kehidupan di dunia ini. Allah SWT telah memperkenalkan dunia
dalam beberapa tempat dalam al-qur’an diantaranya :

‫ب ا ْل ُك َّفا َر نَبَا ُت ُه‬.َ ‫ج‬ َ ‫ث َأ ْع‬


ٍ ‫َل غَ ْي‬ِ ‫مث‬َ ‫ل َواَأل ْوال ِد َك‬
ِ ‫كاث ٌُر فِي اَأل ْم َوا‬
َ َ‫ُم َوت‬
ْ ‫اخ ٌر بَ ْي َنك‬ ٌ ‫ِب َولَ ْه ٌو َو ِزي َن‬
ُ ‫ة َوتَ َف‬ ٌ ‫ة ال ُّد ْنيَا لَع‬.ُ ‫حيَا‬
َ ‫ما ا ْل‬ َ َّ‫موا َأن‬
ُ َ‫اعل‬ْ
َ ‫ان َو َما ا ْل‬
َّ ‫ة ال ُّد ْنيَا ِإال‬.ُ ‫حيَا‬ ٌ ‫ض َو‬
ْ ‫ه َو ِر‬ِ َّ‫ِن الل‬
َ ‫ِيد َو َم ْغ ِف َر ٌة ّم‬
ٌ ‫شد‬َ ‫َاب‬ٌ ‫خ َر ِة َعذ‬ ِ ‫حطَا ًما َوفِي اآل‬ ُ ‫ُون‬ ُ ‫م يَك‬ ً
َّ ‫ص َفرّا ُث‬ ْ ‫يج َف َت َرا ُه ُم‬ ُ ‫م يَ ِه‬َّ ‫ُث‬
ِ ‫اع ا ْل ُغ ُر‬
‫ور‬ ُ ‫َم َت‬

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-
banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras
dan ampunan dari Allah SWT serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu”.(QS. Al-Hadid : 20)

Di dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman:

‫ة َواَأل ْن َعا ِم‬


ِ ‫س َّو َم‬ ُ ‫ل ا ْل‬
َ ‫م‬ َ ‫ة َوا ْل‬
ِ ‫خ ْي‬ َّ ‫ب َوا ْل ِف‬
ِ ‫ض‬ ِ ‫ه‬ َ ‫مقَنطَ َر ِة م‬
َ ‫ِن ال َّذ‬ ُ ‫ِير ا ْل‬
ِ ‫ِين َوا ْل َق َناط‬
َ ‫ َوا ْلبَن‬.‫ِساء‬
َ ّ‫ِن الن‬ َ ‫الش َه َواتِ م‬ َّ ُّ‫حب‬ ُ ِ‫ن لِل َّناس‬ َ ِّ‫ُزي‬
ِ‫مآب‬َ ‫ن ا ْل‬ ُ ‫س‬ ْ ‫ح‬ َ ‫اع ا ْل‬
ُ ‫ َوالل َُّه عِن َد ُه‬.‫حيَا ِة ال ُّد ْنيَا‬ ُ ‫ك َم َت‬ َ ‫َوا ْل‬
َ ِ‫ح ْرثِ َذل‬

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang


diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali-Imran: 14)

Pada dua ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa dunia ini hanyalah permainan
dan sesuatu yang melalaikan. Kemudian Allah SWT juga menjelaskan bahwa
bagaimanapun juga kenikmatan dunia itu hanyalah kenikmatan yang sementara,
kesenangan yang menipu, kenikmatan yang menggiring seorang hamba untuk
melalaikan Robbnya.

Allah SWT hanya menuntut hamba agar akhirat menjadi perhatian utamanya dan
bersikap kepada dunia dengan penuh hati-hati, jangan sampai seluruh perhatiannya
tercurah hanya pada dunia dan syahwatnya. Hendaklah ia mengendalikan sikapnya
terhadap dunia sesuai dengan misi dan tugasnya. Kemudian Allah SWT menjelaskan
tercelanya orang yang menghendaki kehidupan dunia daripada akhirat. Firman Allah
SWT yang artinya :

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami


berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di
akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”.(QS. Huud :15-16)

Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman: “Barangsiapa menghendaki kehidupan
sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami
kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka
jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir”.(QS. Al-Isra’:18)

Setelah kita mengetahui betapa tercelanya dunia, kita juga harus tahu betapa mulia
dan lebih kekalnya kehidupan akhirat. Allah SWT berfirman di dalam surat Al Isra’ ayat
19 yang artinya:

“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu
dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-
orang yang usahanya dibalasi dengan baik”.(QS. Al-Isra’:19)

Filsafat barat yang materialistik dan timur yang komunis dan banyak pula falsafah lain
dari penduduk dunia ini, didasarkan pada anggapan bahwa dunia adalah sasaran satu-
satunya. Sementara itu, siapa yang bertujuan mencari akhirat dari para pengikut
agama-agama lain dari kalangan non-muslim adalah tersesat jalan, karena tidak ada
surga tanpa Islam. Oleh sebab itu, tujuan mencapai akhirat termasuk hal terpenting
yang harus diingatkan, diserukan dan dijadikan sebagai agenda tarbiyah kepada kaum
muslimin pada umumnya. Terlebih untuk keluarga kita masing-masing.

Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah

Setelah kita faham dan menyadari bahwa hidup di Dunia ini tiada kekal, maka
sepantasnyalah kita menggunakan dan memanfaatkan waktu kita hidup dengan sebaik
mungkin. Agar nantinya kita tidak menjadi manusia yang merugi di Akhirat.

Bagaimana cara kita memanfaatkan waktu yang sebentar ini dengan sebaik-bainya?
Allah SWT telah mengajarkan kepada hamba-Nya tentang orang yang tidak akan
merugi dalam memanfaatkan waktunya, sebagaimana tercantum dalam surah Al ‘asr :

)۳( ‫ص ْب ِر‬
َّ ‫ص ْوا بِال‬
َ ‫قِ َوتَ َوا‬ َ ‫ص ْوا بِا ْل‬
ّ ‫ح‬ َ ‫حاتِ َوتَ َوا‬
َ ِ‫صال‬
َّ ‫ملُوا ال‬ .َ ‫) ِإال َّ الَّذ‬٢( ‫س ٍر‬
ِ ‫ِين آ َم ُنوا َو َع‬ ُ ‫نسانَ لَفِي‬
ْ ‫خ‬ ْ ‫َوا ْل َع‬
َ ‫) ِإنَّ اِإل‬۱( ‫ص ِر‬
‫‪“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-‬‬
‫‪orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya‬‬
‫‪mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-‘Asr‬‬
‫)‪: 1-3‬‬

‫‪Surat ini menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat menggunakan waktunya‬‬
‫‪dengan sebaik-baiknya termasuk golongan yang merugi. Setidaknya ada tiga ciri‬‬
‫;‪golongan yang tidak akan merugi; yang pertama adalah orang-orang beriman, kedua‬‬
‫‪orang yang beramal sholeh, dan yang ketiga; mereka yang saling menasehati satu‬‬
‫‪sama lainnya, baik dalam hal kebaikan (amar ma’ruf) maupun kesabaran.‬‬

‫‪Yang perlu diperhatikan adalah bahwa ketiga-tiganya ada keterkaitan atau hubungan‬‬
‫‪yang tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Bila perhatian kita terpusat pada‬‬
‫‪kehidupan akhirat, maka secara otomatis ketiga ciri tersebut terdapat pada diri kita.‬‬

‫‪Dan akhirnya, mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang mengejar‬‬


‫‪akhirat dan tidak melalaikan dunia. Amiin‬‬

‫م‬
‫ح ْي ُ‬ ‫ه َو ا ْل َغ ُف ْو ُر َّ‬
‫الر ِ‬ ‫اس َت ْغف ُِر ْو ُه‪ِ ،‬إنَّ ُه ُ‬ ‫ِي َولَك ْ‬
‫ُم‪َ .‬ف ْ‬ ‫هللا ل ْ‬ ‫هذَا َوَأ ْ‬
‫س َت ْغف ُِر َ‬ ‫ِي َ‬ ‫َأ ُق ْو ُ‬
‫ل َق ْول ْ‬

‫‪Khutbah Kedua Memaknai Dunia Akhirat‬‬

‫ل َوال َ ُق َّو َة ِإال َّ بِاهللِ‬‫ح ْو َ‬‫ل هللاِ ‪َ ،‬وال َ َ‬ ‫س ْو ِ‬ ‫السال َُم َعلَى َر ُ‬ ‫صال َ ُة َو َّ‬ ‫ه َوال َّ‬ ‫م ُد لِلَّ ِ‬ ‫ح ْ‬‫اَ ْل َ‬
‫س ْول ُُه‬ ‫م ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُ‬ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم َ‬
‫ح َّ‬ ‫ك لَ ُه َوَأ ْ‬ ‫ش ِر ْي َ‬‫ح َد ُه ال َ َ‬ ‫ش َه ُد َأنْ ال َ ِإلَ َه ِإال َّ هللا َو ْ‬ ‫َوَأ ْ‬
‫ة‬‫ه َدا ُ‪.‬ه ِإلَى يَ ْو ِم ا ْل ِقيَا َم ِ‬ ‫ع ُ‬ ‫ن تَ ِب َ‬ ‫ه َو َم ْ‬ ‫م ٍد َو َعلَى آلِ ِ‬ ‫ح َّ‬‫ك ُم َ‬ ‫ك َعلَى نَ ِب ِي ّ َ‬ ‫ار ْ‬ ‫سل ّ ْ‬
‫ِم َوبَ ِ‬ ‫ل َو َ‬ ‫ص ِّ‬ ‫م َ‬ ‫اَلل َُّه َّ‬
‫م َّت ُق ْونَ‬‫مْؤ م ُِن ْونَ ا ْل ُ‬ ‫اي بِ َت ْق َوى هللاِ ‪َ ،‬فق َْد َفا َز ا ْل ُ‬ ‫ُم َوِإيَّ َ‬
‫ص ْيك ْ‬ ‫هللا … ُأ ْو ِ‬ ‫ُم ُ‬ ‫ش َدك ُ‬ ‫ن َأ ْر َ‬
‫م ْي َ‬
‫سلِ ِ‬ ‫م ْ‬‫ش َر ا ْل ُ‬ ‫َم َعا ِ‬

‫م ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬‫ح ِ‬‫ك َ‬ ‫م‪ِ ،‬إنَّ َ‬


‫ه ْي َ‬ ‫ل ِإ ْب َرا ِ‬‫م َو َعلَى آ ِ‬
‫ه ْي َ‬ ‫ت َعلَى ِإ ْب َرا ِ‬‫صلَّ ْي َ‬
‫ما َ‬‫م ٍد َك َ‬‫ح َّ‬ ‫ل ُم َ‬ ‫م ٍد َو َعلَى آ ِ‬ ‫ح َّ‬ ‫ل َعلَى ُم َ‬
‫ص ِّ‬ ‫َ‬ ‫اَلل َُّه َّ‬
‫م‬
‫م ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬
‫ح ِ‬ ‫ك‬ ‫َّ‬ ‫ن‬ ‫‪،‬‬‫م‬
‫ِإ ْ َ ْ َ ِإ َ َ‬ ‫ي‬ ‫ه‬
‫ِ‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ب‬ ‫ل‬
‫ِ‬ ‫آ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ه‬
‫ِ‬
‫ِإ ْ َ ْ َ َ‬‫ا‬‫ر‬ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ْت‬
‫َ‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ب‬
‫َ َ َ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫د‬ ‫ٍ‬ ‫م‬ ‫ح‬
‫ُ َ َّ‬‫م‬ ‫ل‬
‫ِ‬ ‫آ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫َ‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫ٍ‬ ‫م‬
‫ُ َ َّ َ‬ ‫ح‬‫م‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫َع‬ ‫ك‬ ‫ار ْ‬
‫َوبَ ِ‬

‫ن َأنْ َءام ُِنوا بِ َربِّك ْ‬


‫ُم َفَئا َم َّنا َربَّ َنا َفاغْ ف ِْر لَ َنا ُذ ُنوبَ َنا‬ ‫ما ِ‬
‫م ْع َنا ُم َنا ِديًا ُي َنادِي لِِإل ي َ‬ ‫س ِ‬
‫َّربَّ َنآِإنَّ َنا َ‬
‫ار‬ ‫َأل‬
‫ع ْا ْب َر ِ‬ ‫‪َ .‬و َك ّف ِْر َع َّنا َ‬
‫س ِي َّئاتِ َنا َوتَ َو َّف َنا َم َ‬

‫ِف ا ْلمِي َعا َد‬ ‫ك ال َ ُت ْ‬


‫خل ُ‬ ‫م ا ْل ِقيَا َم ِ‬
‫ة ِإنَّ َ‬ ‫ك َوال َ ُت ْ‬
‫خ ِزنَا‪ .‬يَ ْو َ‬ ‫سلِ َ‬ ‫‪َ .‬ربَّ َنا َو َءاتِ َنا َما َو َعدتَ َنا َعلَ ُ‬
‫ىر ُ‬

‫ار‬ ‫س َن ًة َوقِ َنا َعذ َ‬


‫َاب ال َّن ِ‬ ‫ح َ‬ ‫س َن ًة َوفِي ْاَأل ِ‬
‫خ َر ِة َ‬ ‫ح َ‬
‫‪َ .‬ربَّ َنآ َءاتِ َنا فِي ال ُّد ْنيَا‪َ .‬‬

‫م ِإنَّ َعذَابَ َها َكانَ غَ َرا ًما‬


‫ج َه َّن َ‬ ‫ص ِرفْ َع َّنا َعذ َ‬
‫َاب َ‬ ‫‪َ .‬ربَّ َنا ا ْ‬

‫ِين ِإ َما ًما‬


‫م َّتق َ‬‫اج َع ْل َنا لِ ْل ُ‬
‫ن َو ْ‬ ‫َأ‬ ‫ِن َأ ْز َوا ِ‬ ‫ب لَ َنا م ْ‬
‫ج َنا َو ُذ ِرّيَّاتِ َنا ق َُّر َة ْع ُي ٍ‬ ‫ه ْ‬ ‫‪َ .‬ربَّ َنا َ‬
‫ِح لَ َنا آ ِ‬
‫خ َرتَ َنا‬ ‫صل ْ‬‫اش َنا‪َ ،‬وَأ ْ‬
‫ِي فِ ْي َها َم َع ُ‬ ‫ِح لَ َنا ُد ْنيَانَا الَّت ْ‬
‫صل ْ‬ ‫م ُة َأ ْم ِرنَا‪َ ،‬وَأ ْ‬
‫ص َ‬‫ع ْ‬ ‫ه َو ِ‬ ‫ِي ُ‬ ‫ِح لَ َنا ِد ْي َن َنا الَّذ ْ‬
‫صل ْ‬ ‫م َأ ْ‬ ‫اَلل َُّه َّ‬
‫ش ٍرّ‬
‫ل َ‬ ‫ِن ُك ِ ّ‬‫ح ًة لَ َنا م ْ‬
‫ت َرا َ‬
‫م ْو َ‬ ‫ل ا ْل َ‬ ‫اج َع ِ‬
‫خ ْي ٍر‪َ ،‬و ْ‬
‫ل َ‬ ‫ِي ُك ِ ّ‬ ‫حيَا َة ِزيَا َد ًة لَ َنا ف ْ‬
‫ل ا ْل َ‬ ‫اج َع ِ‬
‫ادنَا‪َ ،‬و ْ‬ ‫ِي ِإلَ ْي َها َم َع ُ‬
‫‪.‬الَّت ْ‬

‫غال ًّ لِ ّلَّ ِذ ْي َ‬
‫ن َءا َم ُن ْوا‬ ‫ِي ُق ُل ْوبِ َنا ِ‬
‫لف ْ‬ ‫ن َوالَتَ ْ‬
‫ج َع ْ‬ ‫سبَ ُق ْونَا بِ ْاِإل ْي َ‬
‫ما ِ‬ ‫خ َوانِ َنا الَّ ِذ ْي َ‪.‬‬
‫ن َ‬ ‫َربَّ َنا اغْ ف ِْر لَ َنا َوِإل ْ‬
‫م‬
‫ح ْي ٌ‬ ‫ك َر ُء ْوفٌ َّر ِ‬
‫‪َ .‬ربَّ َنا ِإنَّ َ‬

‫ن‬ ‫بِ ا ْل َعالَ ِ‬


‫م ْي َ‬ ‫م ُد لِلَّ ِ‬
‫ه َر ّ‬ ‫ن‪َ .‬وا ْل َ‬
‫ح ْ‬ ‫م ِع ْي َ‬ ‫ه َأ ْ‬
‫ج َ‬ ‫حابِ ِ‬ ‫ه َوَأ ْ‬
‫ص َ‬ ‫م ٍد َو َعلَى آلِ ِ‬ ‫هللا َعلَى ُم َ‬
‫ح َّ‬ ‫صلَّى ُ‬
‫‪َ .‬و َ‬
Edisi 10 Khutbah Jumat Terbaru Persatuan Umat
Oleh: Divta Iqbal Fathroni

Menjalin persaudaraan pada semua orang serta menjauhkan diri dari perpecahan
adalah merupakan realisasi pengakuan bahwa hakekatnya semua kedudukan manusia
dihadapan Allah SWT adalah sama sesuai dengan tugas dan beban masing-masing.

Allah SWT mengembalikan kepada siapa yang melahirkan kita pertama kali ke dunia
ini, yaitu Adam dan Hawa, sebab Allah SWT akan menjadikan tempat pertemuan yang
abadi dari persaudaraan umat manusia atau anak cucu Adam. Allah SWT tidak
membeda-bedakan diantara hamba-hamba-Nya dan diantara hamba yang paling mulia
di sisi Allah SWT adalah yang paling bertaqwa, sebagaimana firman-Nya.

.ْ ‫ه َأ ْتقَاك‬
‫ُم ِإنَّ اللَّ َه‬ ْ ‫ل لِ َت َعا َرفُوا ِإنَّ َأ ْك َر َمك‬
ِ َّ‫ُم عِن َد الل‬ َ ‫ش ُعوبًا َو َقبَاِئ‬ َ ‫خلَ ْق َناكُم ّمِن َذ َك ٍر َوُأنثَى َو‬
ْ ‫ج َع ْل َناك‬
ُ ‫ُم‬ ُ ‫يَا َأيُّ َها ال َّن‬
َ ‫اس ِإنَّا‬
‫ير‬
ٌ ِ‫خب‬َ ‫ِيم‬ٌ ‫َعل‬

“Wahai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah SWT ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah SWT Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Dari ayat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa segala bangsa yang tersebar
diseluruh penjuru dunia ini ialah dari keturunan Adam dan Hawa, sedangkan perbedaan
warna kulit, perbedaan tempat tinggal, perbedaan bahasa, perbedaan suku, perbedaan
ras, perbedaan bangsa dan perbedaan negara bukanlah satu hambatan bagi kita untuk
saling mengenal, karena tujuan diciptakannya perbedaan tersebut adalah untuk saling
mengenal

Pada hakikatnya dimanapun kita hidup adalah sama, hanya saja terkadang tempat
tinggal yang berbedalah yang menyebabkan timbulnya adat istiadat dan pemikiran atau
cara pandang yang beragam dan pendapat yang fanatiklah yang menyebabkan
terjadinya benturan-benturan, pertikaian, perselisihian diantara kita dan orang-orang
yang sebelum kita, dan perbedaan inilah yang menyebabkan diutusnya rasul dan nabi
pada zaman nenek moyang kita.

Jamaah shalat jumat yang dirahmati Allah SWT

Dengan berpedoman kepada ajaran atau kitab dari Allah SWT para nabi dan rasul
melaksanakan tugasnya, yaitu menyeru atau mengajak serta mengingatkan manusia
kepada persatuan dan mencegah dari perpecahan karena manusia adalah makhluk
sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, maka dari itu kita butuh
persatuan dan kesatuan terutama pada masyarakat atau tempat yang kita tempati
pada saat ini.

Untuk itu marilah kita hindari rasa dan sikap hidup yang hanya mementingkan diri
sendiri (egois) sebab apabila seseorang sudah memiliki sikap ingin menang sendiri
(egois) maka hilanglah rasa atau sikap kemanusiaannya dan ia akan memiliki rasa ingin
menguasai orang lain, maka akan tumbuhlah kerusakan pada dirinya dan kerusakan itu
akan terus berkembang, sehingga kerusakan itu akan menyebabkan dirinya
terperangkap dalam ruang lingkup yang sempit, dan perlu kita sadari bahwa apabila
semuanya itu sudah terjadi dalam kehidupan kita, maka kita tidak akan mempunyai
saudara lagi kecuali diri kita sendiri.
Islam memberantas sikap egois dan mementingkan diri sendiri serta mengajarkan
kepada manusia bahwa hidup ini bukan hanya untuk diri sendiri akan tetapi untuk
saling kerja sama, tolong-menolong dan saling tunjang-menunjang dalam kehidupan
kita sehari-hari, karena itu perlu kita sadari bersama bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Walaupun diberi fasilitas yang mewah sekalipun, tapi jika kita harus hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain maka kita tidak akan bisa, dan kita akan merasakan hampanya
kehidupan, maka dari itulah Islam mengajarkan kepada kita untuk membangun
persatuan dan ukhuwah Islamiyah di dunia ini.

Jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Apabila kita menuntut hak kita yang menjadi kewajiban kita, maka hendaknya kita juga
memberikan hak orang lain yang sudah menjadi kewajibannya tersebut, dan apabila
yang demikian itu dapat kita wujudkan, maka rasa ingin hidup sendiri dan egoisme
tersebut dapat hilang dari diri dan watak kita, maka dari situlah akan timbul rasa kasih
sayang antar sesama kita yang akan mewujudkan perdamaian diantara kita, lebih-lebih
akan mewujudkan perdamaian kehidupan di dunia, terutama sesama umat Islam atau
kaum muslimin.

Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat asy-syura ayat 23

‫ُور‬
ٌ ‫شك‬ ٌ ‫س ًنا ِإنَّ اللَّ َه غَ ُف‬
َ ‫ور‬ ُ ‫س َن ًة نَّ ِز ْد لَ ُه فِي َها‬
ْ ‫ح‬ َ ْ‫م َو َّد َة فِي ا ْل ُق ْربَى َو َمن يَ ْق َت ِرف‬
َ ‫ح‬ ْ ‫ه َأ‬
َ ‫ج ًرا ِإال َّ ا ْل‬ ْ ‫سَأ ُلك‬
ِ ‫ُم َعلَ ْي‬ ْ ‫قُل ال َّ َأ‬

“Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali
kasih sayang dalam kekeluargaan”. dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami
tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri”

Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwasannya seseorang yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT hendaknya bisa menciptakan suasana yang sehat di dalam
kehidupan bermasyarakat dengan landasan kasih sayang dan persaudaraan. Apalagi
negara kita ini yang mayoritas penduduknya muslim dan kita juga tahu bahwa sesama
muslim itu bersaudara, sebagaimana firman Allah SWT

َ‫مون‬
ُ ‫ح‬ ْ ‫ُم َواتَّ ُقوا اللَّ َه لَ َعلَّك‬
َ ‫ُم ُت ْر‬ َ ‫ن َأ‬
ْ ‫خ َو ْيك‬ َ ‫ِحوا بَ ْي‬ ْ ‫خ َو ٌة َفَأ‬
ُ ‫صل‬ ُ ‫ما ا ْل‬
ْ ‫مْؤ م ُِنونَ ِإ‬ َ َّ‫ِإن‬

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Dalam ayat di atas sudah jelas bahwa semua orang mukmin itu bersaudara, maka dari
itu hendaknya kita saling tolong-menolong sesama kita, dan Rasulullah SAW juga
menegaskan dalam sabdanya yang berbunyi

‫س ِد‬ َ ‫اِئر ا ْل‬


َ ‫ج‬ ُ ‫س‬ َ ‫اعى لَ ُه‬
َ ‫ْو تَ َد‬ َ ‫اش َت‬
ٌ ‫كى ِم ْن ُه ُعض‬ ْ ‫د ِإذَا‬
ِ ‫س‬ َ ‫َل ا ْل‬
َ ‫ج‬ ُ ‫م َمث‬
ْ ‫ِه‬
ِ ‫طف‬
ُ ‫م َوتَ َعا‬
ْ ‫ِه‬
ِ ‫احم‬
ُ ‫ِم َوتَ َر‬
ْ ‫ِين فِى تَ َوا ِدّه‬
َ ‫مْؤ ِمن‬ ُ ‫َل ا ْل‬ُ ‫َمث‬
‫مى (رواه مسلم‬ َّ ‫ح‬ُ ‫الس َه ِر َوا ْل‬
َّ ِ‫ب‬

“Perumpamaan orang mukmin di dalam cinta kasih dan kasih sayang dan
kelembutannya itu seperti satu tubuh yang apabila salah satu dari anggota tubuh itu
terluka maka anggota yang lain akan merasa tidak bisa tidur dan demam.” (HR.
Muslim)
Jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah

Dan kita juga tahu bahwa lebah selalu memberikan yang baik-baik kepada manusia
dengan madu yang dihasilkannya, begitu juga kita harus selalu memberikan yang
terbaik kepada saudara-saudara kita terutama ditempat yang kita huni saat ini, dan
memang kita diharuskan berbuat baik kepada siapapun

Ada sebuah syair yang artinya: “dulu saat engkau dilahirkan engkau dalam keadaa
menangis, sedangkan orang-orang sekitarmu tertawa menyaksikan kehadiranmu,
makadari itu berbuatlah kebaikan di dunia ini selama hidupmu di dunia ini, agar nanti
ketika engkau pergi meninggalkan dunia ini engkau dalam keadaan tersenyum
gembira, sedangkan orang-orang disekitarmu menangis karena kepergianmu.”

Dari syair di atas dapat kita ketahui bersama bahwa kita dianjurkan untuk terus-
menerus berbuat kebaikan selama hidup di dunia ini, agar tercipta kehidupan yang
harmonis dan persatuan umat yang kuat.

‫م‬
ُ ‫ح ْي‬ َّ ‫ه َو ا ْل َغ ُف ْو ُر‬
ِ ‫الر‬ ُ ‫ ِإنَّ ُه‬،‫اس َت ْغف ُِر ْو ُه‬ ْ ‫ِي َولَك‬
ْ ‫ َف‬.‫ُم‬ ْ ‫هللا ل‬ ْ ‫هذَا َوَأ‬
َ ‫س َت ْغف ُِر‬ َ ‫ِي‬ ُ ‫َأ ُق ْو‬
ْ ‫ل َق ْول‬

Anda mungkin juga menyukai