Khutbah I
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atas rahmat dan
karunia-Nya yang tidak terbatas, kita semua masih diberikan hidayah iman dan Islam, kesehatan dan
kekuatan dan umur panjang untuk tetap menjalankan ibadah kepada-Nya.
Melalui mimbar khutbah jumat ini, khatib berwasiat kepada diri pribadi, keluarga dan kepada para
jama’ah sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan kualits dan kuantitas ketaqwaan kepada Allah
SWT. Taqwa dalam arti yang sebenarnya. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan
meninggalkan semua laranganNya.
Ketika Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad Saw untuk menyampaikan Wahyu pertama, Jibril
berkata kepada Nabi Saw, IQRA’…( Bacalah ), kemudian Nabi Muhammad saw pun menjawab, ” Ma
Ana Bi Qarik “, ( Saya tidak bisa membaca), hingga sampai tiga kali, Jibril mengulang agar Nabi Saw
membacanya, Sang Rasul, tetap menjawab yang sama.
Hingga akhirnya, Jibril memeluk erat Nabi Muhammad saw dengan penuh cintanya, kemudian
mengulangi lagi mengucapkan IQRA’, akhirnya Nabi Saw dapat mengikuti dan membaca, “Iqra’
Bismirabbika ladzi Khalaq”.
Dan kalimat ini, menjadi pertanda wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada manusia, yang
kemudian tersusun dalam surat Al- ‘Alaq ayat 1-5.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad saw pun, dikenal dengan sifat ke-Ummi-annya, yang tidak bisa baca
dan tulis. Sehingga ketika diminta oleh Jibril untuk membaca, Nabi Muhammad Saw tidak bisa.
Ketidakmampuan Nabi Saw untuk membaca dan menulis bukanlah suatu aib bagi bangsa Arab kala itu,
karena memang demikianlah kondisi sosio-historis masyarakat pada saat wahyu pertama diturunkan.
Sehingga Allah berfirman dalam Al Qur’an;
َ َويُ َز ِّكي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِكت ث فِي اُأْل ِّميِّينَ َر ُسواًل ِم ْنهُ ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ِه ْم َآيَاتِ ِه
َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َوِإ ْن َكانُوا ِم ْن َ هُ َو الَّ ِذي بَ َع
َ لَفِي قَ ْب ُل
ٍ ِضاَل ٍل ُمب
ين
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan
Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
(QS. Al-Jumu’ah [62]: 2)
Setelah kita mengetahi Proses dari Nuzulul Qur’an, Maka hendaknya kita mensyukuri nikmat yang telah
Allah swt limpahkan kepada kita yakni kenikmatan berupa petunjuk kearah kebenaran dan semuanya
telah terkandung didalam al-Qur’an yang mulia itu.
Ketahuilah bawa Rasulullah saw selalu menaruh perhatian kepada Al-Quran dengan sungguh-sungguh.
Terutama pada bulan Ramadhan, Rasulullah saw semakin tekun didalam memperhatikan Al-Quran,
mempelajari Al-Quran dan membacanya merupakan pendekatan kepada Allah yang paling tinggi dan
Ibadah yang paling berharga.
Sungguh perlu diketahui bahwa tatkala kita mempelajari dan membaca Al-Quran pahalnya begitu
berlimpah ruah. Bayangkan saja dalam satu huruf dari Al-Quran bernilai satu kebaikan. Sedangkan satu
kebaikan bernilai berlipat sepuluh kali. Sebagai mana dijelaskan dalam suatu sabda nabi saw:
Dari Abdullah bin Mas'ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu
huruf dari Kitabullah (Al-Qur'an) maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipat gandakan
dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan “Alif lam mim” itu satu huruf, tetapi “Alif” itu satu
huruf, “Lam” itu satu huruf dan “Mim” itu satu huruf.” (HR At Tirmidzi dan berkata, “Hadits hasan
shahih).
Melalui momen peringatan nuzulul quran yang diperingatkan pada 17 Ramadhan ini, menjadi renungan
dan ibroh bagi kita semua, khususnya bagi penulis, bahwa kemajuan sebuah peradaban, tidak bisa
dilepaskan dari tradisi Iqra’ atau budaya literasi yang saat ini banyak dipopulerkan masyarakat.
Semoga semangat, Nuzulul Quran pada Ramadhan kali ini, menjadi semangat baru, dalam menggapai
peradaban dan kehidupan yang lebih baik dan maju.