KhotbahJumat.com
July 4, 2011
Bersih Hati , Khutbah Jumat Pilihan
***
KHUTBAH PERTAMA
“Ketahuilah, bahwasanya pada setiap tubuh seseorang ada segumpal daging. Jika
dia baik, akan baiklah seluruh anggota tubuhnya. Namun, apabila dia rusak, maka
akan rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah, bahwasanya segumpal
daging tadi adalah qalbu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Pada hadits tersebut kita memahami bahwa perbuatan anggota badan dipengaruhi oleh
keadaan qalbu seseorang. Apabila qalbu-nya dipenuhi dengan cinta kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, anggota badannya juga akan digunakan
untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Sebaliknya, apabila qalbu-
nya dipenuhi oleh cinta kepada syahwat dan mengikuti hawa nafsu, anggota badannya
pun akan tunduk mengikuti keinginan syahwat dan hawa nafsunya. Oleh karena itu,
kedudukan qalbu terhadap anggota badan lainnya adalah ibarat seorang raja terhadap
para bawahannya yang selalu siap mengikuti perintahnya dan tidak menyelisihinya.
Karena itu, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi pada anggota badan apabila qalbu-
nya itu baik, dan sebaliknya, apa yang akan terjadi apabila qalbu-nya itu rusak.
Jika demikian, tidak cukup bagi seseorang untuk hanya memperbaiki amalan yang
lahiriah saja tanpa memerhatikan keadaan qalbu-nya. Akan tetapi, memerhatikan dan
memperbaiki qalbu seharusnya lebih didahulukan daripada memerhatikan amalan
lahiriah. Bahkan, amalan anggota badan yang nampak, tidak akan sah atau diterima
apabila tidak ada amalan qalbu yang disebut ikhlas. Oleh karen itu, setiap orang harus
memiliki amalan qalbu yang disebut ikhlas ini, untuk seluruh amalan ibadah yang
dilakukan oleh anggota badannya.
Hadirin rahimakumullah,
Sesungguhnya, qalbu ada yang bisa mengeras seperti kerasnya batu atau bahkan lebih
keras dari batu. Qalbu yang paling keras adalah yang paling jauh dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dari ketaatan kepada-Nya. Qalbu jenis ini tidak mau
menerima nasihat dan tidak berkeinginan untuk mencari petunjuk serta kebenaran,
sehingga pemiliknya tidak memperoleh manfaat kebaikan dari qalbu-nya, bahkan
tidak ada yang keluar dari qalbu-nya kecuali kejelekan.
Di sisi lain, ada pula qalbu yang lembut dan baik, yaitu qalbu yang selalu tunduk dan
patuh kepada Penciptanya. Qalbu jenis ini adalah qalbu yang siap menerima
kebenaran dari nasihat yang datang kepadanya.
Hadirin rahimakumullah,
Kalau gunung yang begitu keras saja bisa hancur, tentunya qalbu yang keras pun akan
menjadi lembut apabila si pemiliknya senantiasa memperbaikinya dengan membaca
dan mendengarkan, serta mempelajari Alquran. Di dalam ayat lainnya,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk qalbu
mereka mengingat Allah dan tunduk kepada kebenaran yang telah turun (kepada
mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya yang telah
diturunkan kepada mereka Al-Kitab, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka lalu qalbu mereka menjadi keras dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (Al-Hadid: 16)
Karena itu, kaum muslimin wajib senantiasa membaca dan mempelajari kandungan
Alquran, agar tidak seperti ahlul kitab yang menjadi keras qalbu-nya karena berpaling
dari kitab Taurat dan Injil.
Hadirin rahimakumullah,
Hadirin rahimakumullah,
َوالَتُ ِط ْع َم ْن أَ ْغ َفلْنَا َقلْبَهُ َع ْن ِذ ْك ِرنَا َو َّاتبَ َع َه َواهُ َو َكا َن أ َْم ُرهُ ُف ُرطًا
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang qalbu-nya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan dia dalam keadaan melewati
batas.” (Al-Kahfi: 28)
ص َار ُه ْم َك َما لَ ْم ُي ْؤ ِمنُوا بِ ِه أ ََّو َل َم َّر ٍة َونَ َذ ُر ُه ْم فِي طُغْيَانِ ِه ْم ِ ِّو ُن َقل
َ ْب أَفْئ َدَت ُه ْم َوأَبُ َ
َي ْع َم ُهو َن
“Dan (begitu pula) Kami memalingkan qalbu dan penglihatan mereka seperti mereka
belum pernah beriman kepadanya (Alquran) sejak awal pertama datang dan Kami
biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Al-An’am: 110)
Begitu pula halnya dengan memerhatikan keadaan orang-orang yang sakit, fakir
miskin, dan orang-orang yang tertimpa musibah, termasuk sebab lembutnya qalbu.
Dengan memerhatikan keadaan mereka, seseorang akan mengetahui betapa banyak
dan besarnya nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya sehingga menjadi
lembut qalbu-nya. Hal ini berbeda dengan orang yang justru selalu melihat keadaan
orang-orang yang kaya apalagi yang bermewah-mewah, maka dia akan jauh dari
bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjadi keras qalbu-nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam agar bersabar untuk berkumpul, serta tidak meninggalkan orang-
orang yang miskin dan orang-orang yang lemah dari kalangan kaum muslimin karena
ingin bersama orang-orang yang mendapatkan kemewahan dunia yang membuat
mereka lalai kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana disebutkan
dalam firman-Nya,
َ َين يَ ْدعُو َن َر َّب ُه ْم بِالْغَ َد ِاة َوال َْع ِش ِّي يُ ِري ُدو َن َو ْج َههُ َوالََت ْع ُد َع ْين
اك ِ َّ
َ ك َم َع الذ َ اصبِ ْر َن ْف َس
ْ َو
ُّ ْحيَ ِاة
الد ْنيَا َ َع ْن ُه ْم تُ ِري ُد ِزينَةَ ال
“Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini.” (Al-Kahfi: 28)
KHUTBAH KEDUA
Hadirin rahimakumullah,
ِ ِ ِ
ُ ُأَالَبِذ ْك ِر اهلل تَط َْمئ ُّن الْ ُقل
وب
“Sekali-kali tidak (demikian), bahkan sebenarnya apa yang mereka lakukan (dari
perbuatan kemaksiatan) itu menutupi qalbu mereka.” (Al-Muthaffifin:14)
Oleh karena itu, seseorang harus menjauhi segala jenis kemaksiatan apabila dirinya
menginginkan hati yang lembut.