Anda di halaman 1dari 18

BAB 1 MENJADI WIRAUSAHA DALAM PANDANGAN ISLAM

Ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana firman Allah
Swt:
َ ُ‫ير َولَح ُْم َوٱلدَّ ُْم ٱل َميت َ ْة‬
ْ‫علَيكُ ُْم ُح ِّر َمت‬ ِّْ ‫نز‬ َّْ ‫ٱّلل ِّلغَي ِّْر أ ُ ِّه‬
ِّ ِّ‫ل َو َماْ ٱلخ‬ َِّّْ ‫أَكَلَْ َو َماْ َوٱلنَّطِّ ي َح ْةُ َوٱل ُمت ََر ِّديَ ْةُ َوٱل َموقُوذَْة ُ َوٱل ُمن َخنِّقَ ْةُ بِِّّۦه‬
‫سبُ ُْع‬ ْ َّ ‫ح َو َما ذَ َّكيتُمْ َما ِّإ‬
َّ ‫ّل ٱل‬ َْ ِّ‫علَى ذُب‬ َ ‫ب‬ ُ ُّ‫ِّس ٱليَو َْم ْۗفِّسقْ َٰذَ ِّلكُمْ ْۚبِّٱْلَز َٰلَ ِّْم ت َست َق ِّس ُمواْ َوأَن ٱلن‬
ِّْ ‫ص‬ َْ ‫ل دِّينِّكُمْ مِّن َكف َُرواْ ٱلَّذِّينَْ يَئ‬ ْ َ َ‫ت َخشَوهُمْ ف‬
ِّْ ‫ْۚوْٱخشَو‬
‫ن‬ َ ‫ت ٱل َيو َْم‬ُْ ‫ع َلي ُكمْ َوأَت َممتُْ دِّينَ ُكمْ َل ُكمْ أَك َمل‬
َ ‫ضيتُْ نِّع َمتِّى‬ ِّ ‫ٱْلس َٰ َل َْم َلكُ ُْم َو َر‬ِّ ‫ن ْۚدِّي ًنا‬ ُ ‫صةْ فِّى ٱض‬
ِّْ ‫ط َّْر َف َم‬ َ ‫ُمت َ َجانِّفْ غَي َْر َمخ َم‬
ْ‫ْْۙلثم‬
ِّ ِّ ‫ن‬ ََّْ ْ‫غفُور‬
َّْ ِّ ‫ٱّلل فَإ‬ َ ْ‫َّرحِّ يم‬

Yang artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib
dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah 5 : 3).
Oleh karenanya Islam adalah sebuah aturan, norma, pola hidup yang melingkupi
kehidupan manusia dan menjadi pedoman dalam mengarungi kehidupannya yang selanjutnya
pedoman itu dijabarkan dalam fiqih Islam. Sedang fiqih itu sendiri adalah suatu pola hidup yang
ditawarkan Islam dalam bentuk pemahaman secara mendalam terhadap hukum dan ketentuan
Allah untuk diaplikasikan dalam kehidupan manusia. Adapun kewirausahaan dalam disiplin ilmu
fiqh merupakan bagian pembahasan mu'amalah. Sedangkan perdagangan adalah bahagian dari
kegiatan kewirausahaan. Bila kita berbicara tentang kewirausahaan menurut pandangan Islam,
maka rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah teori-teori yang telah di
gambarkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah sebagai norma dan etika dalam berwirausaha
khususnya dalam perdagangan.
Islam juga mengajarkan bagaimana manusia itu giat dalam menjalani aktifitas dan
semangat bekerja keras untuk mencari nafkah dan menjawab kebutuhan sehari-hari. Allah SWT,
menyeru manusia untuk bertebaran di muka bumi untuk menuntut karunia Allah, dalam hal ini
maksudnya adalah rezki Allah. Bahkan Rasulullah pun sangat menganjurkan kepada ummatnya
untuk giat dalam bekerja. Tidak sedikit hadits Rasulullah yang menegaskan tentang hal itu.

1. ARTI KEWIRAUSAHAAN MENURUT ISLAM


Kewirausahaan adalah ilmu yang memperlajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku
seseorang dalam menghadapi tantangan hidupnya. Unsur-unsur kewirausahaan meliputi
motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan memanfaatkan
peluang. Semangat kewirausahaan dalam Islam diantaranya terdapat dalam QS. Hud: 61:
َْٰ َ‫ص ِّل ًحا أَخَاهُمْ ث َ ُمو ْدَ َوإِّل‬
‫ى‬ ََّْ ‫شأَكُم ه َُْو ْۖغَي ُر ۥهُ إِّ َٰلَهْ مِّنْ لَكُم َما‬
َْ ‫ٱّلل ٱعبُد ُواْ َٰيَقَو ِّْم قَا‬
َ َٰ ْۚ ‫ل‬ َ ‫ض مِّنَْ أَن‬
ْ ِّ ‫ث ُ َّْم فَٱست َغف ُِّرو ْهُ فِّي َها َوٱست َع َم َركُمْ ٱْلَر‬
ْ‫ن ْۚإِّ َلي ِّْه تُوبُوا‬
َّْ ِّ‫ُّم ِّجيبْ قَ ِّريبْ َربِّى إ‬
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu
dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)".
QS.Al-Mulk: 15:
ْ‫ض لَكُ ُْم َج َعلَْ الَّذِّي ه َُو‬
َْ ‫وّل اْلَر‬
ْ ً ُ‫ُور َو ِّإلَي ِّْه ِّرز ِّق ِّْه مِّن َوكُلُوا َمنَا ِّك ِّب َها فِّي فَامشُوا ذَل‬
ُْ ‫النُّش‬
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan”
QS.Al-Jumuah: 10:
‫ت فَإِّذَا‬ ِّ ُ‫صلَ َٰوْة ُ ق‬
ِّْ َ‫ضي‬ ْ ِّ ‫ل مِّن َوٱبتَغُواْ ٱْلَر‬
َّ ‫ض فِّى فَٱنتَش ُِّرواْ ٱل‬ َِّّْ ْ‫ٱّلل َوٱذكُ ُروا‬
ِّْ ‫ٱّلل فَض‬ ً ‫تُف ِّل ُحونَْ لَّ َعلَّكُمْ َكث‬
ََّْ ‫ِّيرا‬
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”
Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari hadits ke 2078 menyebutkan:
ْ‫ْوإِّ َّن‬،ِّ َ ْ‫ْخَي ًراْمِّنْأَنْيَأكُ َلْمِّن‬،‫ط‬
َ ‫ع َم ِّلْيَ ِّده‬ ُّ َ‫طعَا ًماْق‬
َ ْ‫ْ« َماْأ َ َكلَ ْأ َ َحد‬:‫ْقَا َل‬،‫سلَّ َم‬
َ ‫ِّْو‬ َ ُْ‫صلَّىْهللا‬
َ ‫علَيه‬ َّ ‫ْرسُو ِّل‬
َ ِّْ‫ّْللا‬ َ ‫عن‬
َ ْ،ُ‫عنه‬ َّْ ‫ي‬
َ ُْ‫ّْللا‬ َ ‫ض‬
ِّ ‫ْر‬
َ ‫قدَ ِّام‬
)‫ارى‬
ِّ ‫خ‬
َْ ُ‫(ر َواهُْالب‬
َ ْ»‫ع َم ِّلْيَ ِّد ِّْه‬ َّ ‫علَيهِّْال‬
َ ْ‫ْ َكانَ ْيَأكُلُْمِّن‬،‫سلَ ُم‬ َ َْ‫اود‬ ِّ َّ ‫ي‬
ُ َ‫ّْللاْد‬ َّ ِّ‫[نَب‬1]
Artinya: “Dari Miqdam RA, dari Rasul SAW bersabda: tidaklah seseorang makan makanan
yang lebih baik daripada makan hasil kerjanya sendiri dan sesungguhnya Nabi Daud AS makan
dari hasil buah tangan (pekerjaan) nya sendiri” (HR. Al-Bukhari).
Seperti penjelasan hadis di atas Rasulullah SAW menyatakan bahwa usaha yang paling
baik adalah berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu dengan tangannya sendiri atau dari hasil
kerjanya sendiri dengan syarat dilakukan dengan baik dan jujur. Mengapa kita di anjurkan agar
bisa berwirausaha? karena dengan berwirausaha kita bisa meningkatkan kemampuan yang kita
miliki dan bisa berkarya tanpa henti untuk menciptakan kreatifitas dan inovasi-inovasi baru, juga
bisa memanfaatkan peluang yang ada agar dapat mencapai keuntungan yang optimal. Allah SWT
menyukai orang-orang yang kuat dan mau berusaha, serta mampu menciptakan kreasi baru yang
lebih baik untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang usaha apa yang
paling baik dan Rasulullah Saw menjawab usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan jual
beli yang baik. Berbicara tentang wirausaha atau bisnis erat kaintannya dengan jual beli atau
perdagangan, jika berwirausaha atau berbisnis harus mempunyai etos kerja yang tinggi atau
semangat yang tinggi untuk terus berusaha dan harus mempunyai jiwa wirausaha agar usahanya
dapat berkembang dengan baik. Kita boleh melakukan usaha apa saja dan di mana saja namun
harus sesuai dengan ilmu dan keterampilan yang dimiliki. Dalam Islam, ilmu adalah bagian dari
agama. Ini berarti berpegang teguh pada ilmu sama halnya berpegang teguh dengan agama. oleh
karena itu kita harus bisa berwirausaha dengan baik agar mendapat keberkahan di dunia dan di
akhirat.

2. KARAKTER WIRAUSAHA ISLAMI


Mengutip kisah Sejuta Hikmah yang ditulis dalam sebuah buku “Islam dan
Kewirausahaan Inovatif”,ْ dikemukakanْ bahwaْ Imamْ Musaْ binْ Ja’farْ al-Khadim tengah
membajak dan mengelola tanahnya. Tetesan keringatnya membasahi tubuhnya. Ketika itu Ali
bin Hamzah al-Bathainiْ datang,ْ kemudianْ bertanya:ْ “Wahaiْ Imam!ْ Kenapaْ Andaْ tidakْ
menyuruhْ orangْ lainْ sajaْ untukْ mengerjakanْ ini?”.ْ “Kenapaْ akuْ harusْ menyuruhْ orangْ lain?”ْ
jawabْImam.ْ“Orang-orangْyangْlebihْagungْdariْkuْpunْseringْmelakukanْkerjaْyangْserupa.”ْ
“Siapakahْ geranganْ mereka?”ْ tanyaْ Al-Bathaini.ْ “Rasulullah,ْ Amirulْ Mu’mininْ Aliْ binْ Abiْ
Thalib dan semua ayah dan datuk-datuk ku. Sebenarnya kerja bertani dan mengolah tanah adalah
sunah para Nabi, wasiat Nabi dan orang-orangْshaleh.”
Kisah di atas menunjukkan betapaْ kuatnyaْ etosْ kerjaْ Imamْ Musaْ binْ Ja’farْ al-Khadim
sebagai seorang entrepreneur yang patut kita contoh di bidang pertanian pada waktu itu. Selain
itu yang paling utama untuk kita contoh adalah teladan dari Rasulullah SAW sebagai Rasul yang
sejak kecil telah menempa dirinya ketika ia berusai 12 tahun yang telah dididik oleh pamannya,
Abu Thalib, untuk berbisnis. Hingga mencapai puncak karirnya ketika ia telah menjadi
kepercayaan dari Siti Khadijah yang menjadi pebisnis handal, hingga akhirnya menikah
dengannya.
Rasulullah SAW telah meninggalkan begitu banyak hadits dalam praktik bisnis sehingga
dapat dikatakan bahwa beliau telah mewariskan kearifan bisnisnya kepada segenap kaum
muslimin. Bisnis bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan sembilan dari sepuluh pintu rizki.
Bisnis yang baik adalah bisnis yang bertujuan sukses tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat.
Sebagai mana Rasulullah SAW bersabda
“Barang siapa yang menjadikan dunia ini sebagai satu-satunya tujuan akhir (yang utama),
niscahya Allah akan menyibukkan ia dengan (urusan dunia itu), Allah pun akan membuatnya
miskin seketika, dan ia akan tercatat (ditakdirkan) merana di dunia ini. Namun, barang siapa
yang menjadikan akhirat sebagai tujuan akhirnya, Allah akan mengumpulkan teman-teman
untuknya, Allah akan membuat hatinya kaya, dan dunia akan takluk menyerah padanya.”
(H.R Ibnu Majjah dan Turmudzi)
Dalam ajaran Islam, ada beberapa sifat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang
wirausaha, yaitu :
1. Sifat takwa, tawakal, dzikir dan syukur
Sifat-sifat di atas harus benar-benar dilaksanakan dalam kehidupan (praktek bisnis) sehari-
hari. Ada jaminan dari Allah bahwa : barang sapa yang takwa kepada Allah, maka Allah
akan mengadakan baginya jalan keluar, dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak
disangka-sangka. Tawakal ialah suatu sifat penyerahan diri kepada Allah secara aktif, tidak
cepat menyerah. Berdzikir artinya selalu menyebut Asma Allah dalam hati dengan
merendahkan diri dan rasa takut serta tidak mengeraskan suara dalam segala keadaan. Selalu
ingat Allah membuat hati menjadi tenang, segala usaha dapat dilakukan dengan kepala
dingin dan lancar. Selain itu rasa syukur juga akan membuat hati menjadi tenang, ungkapan
rasa syukur ini dapat dilakukan baik secara diam-diam dalam hati maupun diucapkan dengan
lisan atau dalam bentuk perbuatan.
2. Jujur
Dalam suatu hadis dinyatakan : “Kejujuran itu akan membawa ketenangan dan
ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan” (HR. Tirmidzi). Jujur dalam segala
kegiatan bisnis, menimbang, mengukur, membagi, berjanji, membayar hutang, jujur dalam
berhubungan dengan orang lain akan membuat ketenangan lahir dan batin.
3. Niat suci dan ibadah
Bagi seorang muslim melakukan bisnis adalah dalam rangka ibadah kepada Allah. Demikian
pula hasil yang diperoleh dalam bisnis akan dipergunakan kembali di jalan Allah.
4. Azam dan bangun lebih pagi
Rasulullah telah mengajarkan kepada umatnya, agar mulai bekerja sejak pagi hari, selesai
sholat subuh, jangan kamu tidur, bergeraklah, carilah rizki dari Tuhanmu. Para malaikat
akan turun dan membagi rizki sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
5. Toleransi
Toleransi, tenggang rasa, tepo seliro, harus dianut oleh orang-orang yang bergerak dalam
bidang bisnis. Dengan demikian tampak orang bisnis itu supel, mudah bergaul, komunikatif,
praktis, tidak banyak teori, fleksibel, pandai melihat situasi dan kondisi, toleransi terhadap
langganan, dan tidak kaku.
6. Berzakat dan berinfaq
Mengeluarkan zakat dan infaq harus menjadi budaya muslim yang bergerak dalam bidang
bisnis. Harta yang dikelola dalam bidang bisnis, laba yang diperoleh harus disisihkan
sebagian untuk membantu anggota masyarakat yang membutuhkan. Dalam ajaran Islam
sudah jelas bahwa harta yang dizakatkan dan diinfaqkan tidak akan hilang, melainkan
menjad tabungan yang berlipat ganda baik di dunia maupun diakhirat. Sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Muslim menyatakan :
“Tidaklah harta itu akan berkurang karena disedekahkan dan Allah tidak akan
menambahkan orangyang suka memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang
yang suka merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.”
Dalam sebuah hadis Qudsi Allah berfirman, yang artinya :
“Berinfaqlah kamu, niscaya Allah akan memberi belanja kepadamu” (Muttafaq ‘Alaih).
Al Qur’an menyatakan :
َّْ ‫ُن أ َ َجلَ ُه‬
‫ن َبلَغنَْ فَإِّذَا‬ َّْ ‫ُن أَوْ ِّب َمع ُروفْ فَأَم ِّسكُوه‬ ِّ َ‫عدلْ ذَ َوىْ َوأَش ِّهد ُواْ ِّب َمع ُروفْ ف‬
َّْ ‫ارقُوه‬ َ ْ‫ش َٰ َهدَْة َ َوأَقِّي ُمواْ مِّنكُم‬ َِّّْ ِّ ْ‫ظُ َٰذَ ِّلكُم‬
َّ ‫ّْۚلل ٱل‬ ْ‫ع‬
َ ‫ِّبِّۦه يُو‬
ُْ ‫ٱّلل يُؤ ِّم‬
‫ن كَانَْ َمن‬ َِّّْ ‫ق َو َمن ْۚٱل َءاخِّ ِّْر َوٱل َيو ِّْم ِّب‬ ََّْ ‫َمخ َر ًجا لَّ ۥه ُ َيْج َعل‬
ِّْ َّ ‫ٱّلل َيت‬
“Barang siapa yang takwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi jalan keluar baginya.
Dan Allah memberi rizki dari arah atau sumber yang tidak disangka-sangka.” (QS. At
Thalaq : 2-3).
7. Silaturrahmi
Orang bisnis seringkali melakukan silaturrahmi dengan partner bisnisnya ataupun dengan
langganannya. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam bahwa seorang Islam harus selalu
mempererat silaturrahmi satu sama lain. Manfaat silaturrahmi ini di samping mempererat
ikatan persaudaraan, juga sering kali membuka peluang-peluang bisnis yang baru. Hadis
Nabi menyatakan :
“Siapa yang ingin murah rizkinya dan panjang umurnya, maka hendaklah ia mempererat
hubungan silaturrahmi” (HR. Bukhari).

3. TIPE-TIPE WIRAUSAHA DALAM ISLAM


Agar tidak mengalami kegagalan di tengah perkembangan berwirausaha, sebaiknya
pastikan tipe wirausaha yang dipilih sesuai dengan minat maupun bakat Anda. Sebab, wirausaha
yang sukses tidak selalu membutuhkan modal yang besar, namun juga dipengaruhi minat.
Bahkan, banyak wirausaha bermodal kecil namun sukses menjalankan usahanya karena tipe
wirausaha yang dipilih sesuai dengan minatnya. Untuk itu, terdapat beberapa tipe wirausaha
yang saat ini telah mengalami perkembangan cukup pesat di Indonesia, dan sesuai dengan nilai-
nilai islami seperti berikut ini:
1) Wirausaha Bisnis
Business entrepreneur atau wirausaha bisnis merupakan tipe wirausaha yang paling
mendasar. Bergerak di bidang produksi, pemasaran hingga jasa, wirausaha bisnis tidak
hanya mementingkan laba namun juga berorientasi pada pelanggan.
Bisnis merupakan suatu istilah untuk menjelaskan segala aktivitas berbagai institusi
dari yang menghasilkan barang dan jasa yang perlu untuk kehidupan masyarakat sehari-hari
(Manullang, 2002 : 8). Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi
secara efektif dan efisien. Adapun sektor-sektor ekonomi bisnis tersebut meliputi sektor
pertanian, sektor industri, jasa, dan perdagangan (Muslich, 2004 : 46). Adapun dalam Islam
bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang
tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya,
namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan
haram) (Yusanto dan Karebet, 2002 : 18).
SepertiْyangْdiْsampaikanْRosulullohْdalamْsebuahْhadisْberikutْini:ْ“Keduaْtelapakْ
kaki seorang anak Adam di hari kiamat masih belum beranjak sebelum ditanya kepadanya
mengenai empat perkara; tentang umurnya, apa yang dilakukannya; tentang masa mudanya,
apa yang dilakukannya; tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa dia
belanjakan; dan tentang ilmunya, apa yang dia kerjakan dengan ilmunya itu (HR. Ahmad).
Di samping hadits di atas, Allah menyatakan dengan tegas menganjurkan mengenai
kehalalan rizki dan bagaimana membelanjakannya.
ً ‫ضي‬
ْ‫ل‬ ِّ ‫ْم َّمن ْ َخلَقنَا ْت َف‬
ِّ ‫علَى ْ َكثِّير‬
َ ْ ‫ْوفَضَّلنَاهُم‬
َ ‫ت‬ َّ ‫ْو َرزَ قنَاهُم ْمِّنَ ْال‬
ِّ ‫ط ِّيبَا‬ َ ‫ْوالبَح ِّر‬ َ ‫َولَقَد ْك ََّرمنَا ْبَنِّي ْآدَ َم‬
َ ‫ْو َح َملنَاهُم ْفِّي ْالبَ ِّر‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak keturunan Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan lautan. Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan sungguh Kami telah
melebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan.” )Qs.ْAlْIsra’:ْ70(
Wirausaha bisnis membangun usaha berdasarkan ide, inovasi, serta sangat
mengutamakan kualitas untuk setiap produk yang dihasilkannya dan mementingkan
kepuasan pelanggan. Jadi, tipe wirausaha ini tidak hanya mengutamakan laba, namun juga
memprioritaskan pelayanan pelanggan.
2) Creative Entrepreneur
Tipe wirausaha berikutnya adalah creative entrepreneur. Creative entrepreneur merupakan
wirausaha yang memanfaatkan informasi dan pengetahuan. Beberapa bidang yang termasuk
dalam wirausaha tipe ini adalah wirausaha di bidang periklanan, perfilman, penerbitan,
maupun menciptakan aplikasi.
Dalam perspektif islam, kreatif dapat diartikan sebagai kesadaran keimanan seseorang,
untuk menggunakan keseluruhan daya dan kemampuan diri yang dimiliki sebagai wujud
syukur akan nikmat Allah, guna menghasilkan sesuatu yang terbaik dan bermanfat bagi
kehidupan sebagai wujud pengabdian yang tulus kehadirat Allah AWT.
Dalam wirausaha ini modal utama yang dibutuhkan bukanlah modal eksternal di segi
materi, melainkan kreativitas untuk menciptakan suatu produk. Produk-produk yang
dihasilkan dari wirausaha tipe creative entrepreneur ini memang bukan berupa barang,
namun memiliki daya tarik yang cukup tinggi.
3) Technopreneur
Tipe wirausaha technopreneur merupakan wirausaha yang memanfaatkan teknologi
informasi. Di tengah perkembangan teknologi informasi, wirausaha technopreneur banyak
dipilih, bahkan oleh pemula untuk mendapatkan keuntungan.
Terdapat perbedaan antara enterpreneurship dengan Technopreneurship.
Technopreneurship harus sukses pada dua tugas utama, yaitu menjamin bahwa teknologi
berfungsi sesuai kebutuhan target pelanggan, dan teknologi tersebut dapat dijual dengan
mendapatkan keuntungan (profit).
Peranan Technopreneurship
Peranan Technopreneurship sangat banyak, apalagi bagi orang-orang yang ingin
meningkatkan bisnis lebih cepat lagi. Suatu inovasi yang dihasilkan harus berupa ide-ide
yang kreatif dan terkini pada masa tersebut.
Technopreneurship bermanfaat dalam pengembangan industri-industri besar dan canggih,
selain itu juga dapat diarahkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang
memiliki kemampuan ekonomi lemah untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan
demikian Technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
Technopreneurship dapat memberikan manfaat atau dampak, baik secara ekonomi, sosial
maupun lingkungan. Dampaknya secara ekonomi adalah:
a) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas
b) Meingkatkan pendapatan
c) Menciptakan lapangan kerja baru
d) Menggerakan sektor-sektor ekonomi yang lain
Manfaat dari segi sosial diantaranta adlah mampu membentuk budaya baru yang lebih
produktif, dan berkontribusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah-masalah
sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah:
a) Memanfaatkan bahan baki darisumber daya alam Indonesia secara lebih produktif
b) Meingkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumber daya energi.
Pada kegiatan Technopreneurship dalam pandangan hukum Islam diperbolehkan karena
model jual beli bentuk apapun pada dasarnya diperbolehkan oleh nash-nash dalam Al-
Qur’anْdanْhadis,ْselainْituْkarenaْadanyaْkesepakatan atau saling ridho antara kedua belah
pihak, barang/obyek jual belinya dapat diserahterimakan, serta adanya kemaslahatan dan
manfaat yang terkandung di dalamnya berupa pelatihan jiwa wirausaha sejak dini.
4. Social Entrepreneur
Tipe wirausaha terakhir adalah social entrepreneur. Social entrepreneur merupakan tipe
wirausaha di bidang layanan dan jasa kepada masyarakat.
Social entrepreneurship merupakan gabungan dari dua kata, terdiri dari kata social
dan entrepreneurship yang diambil dari bahasa Perancis. Social memiliki pengertian
sebagai sesuatu yang bersifat kemasyarakatan sedangkan entrepreneurship memiliki
pengertian sebagai kewirausahaan yang dilakukan dengan pemanfaatan sumber daya.
Dari pengertian tersebut dapat diambil definisi sederhana dari social entrepreneurship yaitu
kegiatan pemanfaatan sumber daya secara optimal untuk melakukan kegiatan kewirausahaan
dengan dilandasi adanya sikap memperhatikan terhadap kondisi sosial lingkungan.
Menurut James Liebig terdapat 6 perspektif prilaku yang dapat diambil dalam kegiatan
social entrepreneurship yaitu sebagai berikut:
(1) Melakukan kegiatan usaha sesuai dengan etika bisnis yang berlaku,
(2) Menjunjung tinggi adanya rasa keadilan bagi sosial,
(3) Melakukan pengkajian terhadap kreatifitas dalam memberdayakan gagasan-gagasan
baru dari masyarakat,
(4) Membentuk lingkungan yang lebih kondusif dan menjaga lingkungan,
(5) Menerapkan adanya misi sosial atau tujan sosial yang dilakukan pada kegiatan
kewirausahaan,
(6) Peninjauan kembali mengenai konsep ilmu ekonomi yang dinyatakan sebagai bebas
nilai (Mardatillah, 2013)
Penyelesaian masalah sosial dengan menggunakan program social entrepreneurship menjadi
suatu solusi yang baik dalam pengembangan inovasi perekonomian. Dalam hal ini adanya
peran dari lembaga pemerintah maupun pihak swasta yang ingin mengentaskan
permasalahan sosial menjadi urgensi penting dalam menjalankan program social
entrepreneurship.
Social entrepreneurship memiliki empat elemen utama, yaitu:
a) Social Society, elemen ini merupakan elemen yang tidak banyak ditemukan pada
kewirausahaan pada umumnya. Elemen ini berusaha untuk selalu menciptakan adanya
pemanfaatan sosial yang dapat dirasakan oleh masyarakat secara langsung.
b) Civil Society, elemen ini merupakan elemen pendukung yang sangat penting dimana
dalam kegiatan social entrepreuneurship perlu adanya inisiatif dan inovasi yang
dihasilkan dari adanya gagasan-gagasan masyarakat terhadap permasalahan sosial.
Peran serta masyarakat dengan mengoptimalkan sumberdaya sosial yang ada dapat
menjadi alasan pentingnya elemen ini dalam kegiatan social entrepreneurship.
c) Inovation, kegiatan kewirausahaan melakukan pemecahan masalah dengan
menggunakan adanya inovasi gagasan yang dihasilkan melalui gabungan antara aspek
budaya, moral dan norma yang ada dalam lingkungan sosial dengan inovasi-inovasi
sosial yang tercipta.
d) Economic Activity, bentuk kewirausahaan harus mampu menyeimbangkan antara
kegiatan ekonomi dengan kegiatan sosial, ini ditujukan untuk membantu
keberlangsungan misi sosial kedepannya sehingga menciptakan kondisi sosial yang
memiliki aktifitas perekonomian secara mandiri (Sofia, 2015).
Dalam ilmu ekonomi Islam, menurut Al-Kaaf (2002) kegiatan kewirausahaan atau
muamalah dibagi kedalam dua definisi:
1) Muamalah Maddiyah, yaitu kegiatan mu’amalah yang dilakukan oleh pelaku usaha
yang berkaitan dengan adanya materi dan harta. Hal inilah yang dinamakan ekonomi
dalam Islam.
2) Muamalah Al-Adabiyyah, yatu proses mu’amalah yang berkaitan dengan adanya
hubungan kepada norma dan moral, serta tatanan budaya atas dasar rasa kemanusiaan
dalam suatu lingkungan. Hal itu yang dinamakan dengan sosial dalam Islam.
Social entrepreneurship merupakan sesuatu hal yang dibutuhkan dalam
pemecahan masalah sosial dan ekonomi. Karena social entrepreneurship sendiri merupakan
bentuk dan pelaksanaanya sesuai dengan perilaku kebajikan-kebajikan yang diperintahkan
dalam Islam, seperti halnya kebajikan untuk membantu orang lain yang membutuhkan
dengan memberikannya bantuan namun tidak berupaya untuk mengambil kesempatan dalam
kesempitan, dengan tidak mengambil keuntungan sama sekali dalam bantuan
tersebut(Ikhlas).
Kegiatan social entreprenuership dalam ekonomi itu sesuai dengan adanya
tuntunan proses tujuan bermuamalah dalam ekonomi Islam, misalnya:
1) Menjangkau permasalahan sosial dan turut membantu dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
Kegiatan itu sesuai dengan apa yang diperintahkan dalam kitab suci Al-Qur’an yaitu
dalam surat Al-Isra (17) :26,
ْ‫ت‬ َْٰ َ‫ل َوٱبنَْ َوٱلمِّ سكِّينَْ َحقَّ ۥهُ ٱلقُرب‬
ِّ ‫ى ذَا َو َءا‬ ِّْ ‫سبِّي‬ ْ َ ‫ِّيرا تُبَذِّرْ َو‬
َّ ‫ّل ٱل‬ ً ‫ت َبذ‬
Yang artinya; “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”.
Dalam keterangan lainnya bahwa kita diwajibkan untuk membantu sesama pada surat
Al- Baqarah (2):177
َ ‫ل ُو ُجو َهكُمْ ت ُ َولُّواْ أَن ٱلبِّ َّْر لَّي‬
ْ‫س‬ َْ َ‫ق قِّب‬
ِّْ ‫ب ٱل َمش ِّر‬ ِّْ ‫ِّن َوٱل َمغ ِّر‬ َّْ ‫ٱّلل َءا َمنَْ َمنْ ٱلبِّ َّْر َو َٰلَك‬ َِّّْ ِّ‫ب َوٱل َم َٰلَئِّ َك ِّْة ٱل َءاخِّ ِّْر َوٱليَو ِّْم ب‬ ِّْ َ ‫َوٱل ِّك َٰت‬
َْ‫ل َو َءات َى َوٱلنَّبِّيِّۦن‬ َْ ‫ى ٱل َما‬ َْٰ ‫ع َل‬
َ ‫ى ذَ ِّوى ُحبِِّّۦه‬ َْٰ َ‫ى ٱلقُرب‬ َْٰ ‫سكِّينَْ َوٱليَ َٰت َ َم‬ َ َٰ ‫ل َوٱبنَْ َوٱل َم‬ ِّْ ‫سبِّي‬
َّ ‫ب َوفِّى َوٱلسَّائِّلِّينَْ ٱل‬ ِّْ ‫ٱلرقَا‬ ِّ ‫ام‬ َْ َ‫ص َل َٰو ْة َ َوأَق‬َّ ‫ٱل‬
َّ َْ‫ع َهد ُواْ ِّإذَْا بِّ َعه ِّدهِّمْ َوٱل ُموفُون‬
‫ٱلزك ََٰو ْة َ َو َءات َى‬ َ َٰ ْۖ َْ‫صبِّ ِّرين‬ َّ َٰ ‫ساءِّْ فِّى َوٱل‬ َ ‫س َوحِّ ينَْ َوٱلض ََّّراءِّْ ٱلبَأ‬ ْ ِّ ‫صدَقُواْ ٱلَّذِّينَْ أُو َٰلَئِّكَْ ْۗٱلبَأ‬ َ ْۖ
َْ‫ن ُه ُْم َوأُو َٰ َلئِّك‬ َْ ‫ٱل ُمتَّقُو‬
yang artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada
Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-oran miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, yang mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang-orang yang
sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
2) Menghindari adanya ketimpangan sosial yang sangat jauh.
Dalam agama Islam ketimpangan sosial memang diakui adanya, namun sebaiknya
ketimpangan sosial ini harus dikurangi tingkat kecuramannya. Dalam Islam kita
diwajibkan untuk memberikan harta kita kepada masyarakat miskin, pemberian ini
dapat berupa infaq, sedekah, zakat dan bantuan lainnya dengan tujuan dapat
menyebarkan harta bukan hanya kepada satu kelompok saja, tetapi juga untuk
masyarakat umum. Bahkan dalam social entrepreneurship kegiatan untuk mengurangi
ketimpangan sosial bukan hanya dilakukan dengan melakukan pemberian bantuan
dalam bentuk infaq, sedekah atau zakat saja yang sifatnya hanya sekali, namun lebih
dari itu kegiatan yang dilaksanakan pada lembaga social entrepreneurship adalah
dengan memberikan bantuanberupa pemanfaatan sumber daya ekonomi yang tidak
dapat dijangkau oleh masyarakat kurang mampu, sehingga masyarakat mendapatkan
kesempatan yang sama untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Misalkan
kegiatan ini adalah dengan mengadakan adanya pemberdayaan masyarakat demi
pengoptimalan sumber daya masyarakat yang ada dilingkungan sekitar dan mengurangi
tingkat pengangguran.
3) Menciptakan keadilan dan menjaga keseimbangan lingkungan
Kegiatan social entrepreneurship dalam pelaksanaanya menuju kepada kegiatan
kewiraushaan yang mengembangkan bentuk keadilan bagi seluruh lapisan
masyarakat. Dalam Islam etika dalam kegiatan kewirausahaan harus mengedepankan
adanya bentuk keadilan antara kedua pelaku ekonomi tersebut. Sesuai dengan firman
Allah SWT pada surat An-Nahl ayat 90
ْ‫ٱّلل ِّإ َّن‬
ََّْ ‫ل َيأ ُم ُْر‬
ِّْ ‫ن ِّبٱل َعد‬ َ َٰ ‫ٱْلح‬
ِّْ ‫س‬ ِّ ‫ئ َو‬ َْٰ ‫ى ٱلقُر َب‬
ِّْ ‫ى ذِّى َو ِّإيتَا‬ َْٰ ‫ن َو َين َه‬
ِّْ ‫ع‬
َ ِّْ‫ى َوٱل ُمنك َِّْر ٱلفَحشَاء‬ َ ْ‫تَذ َ َّك ُرونَْ لَ َعلَّكُمْ َي ِّعظُكُم‬
ِّْ ‫ْۚوٱل َبغ‬
yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan, dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran”.
Kajian itu adalah keseimbangan menjaga lingkungan disini dimaksudkan dengan
bagaimana cara pengelolaan social entrepreneurship terhadap sumber daya yang ada,
yaitu dengan cara tidak merusak ekosistem alam dan masih berfikir akan adanya
dampak sosial yang ditimbulkan. Keseimbangan juga dapat berarti bagaimana cara
manajemen social entrepreneurship memberdayakan sumber daya manusia yang ada
sehingga tidak terjadi adanya angka pengangguran tinggi dan komposisi tenaga kerja
yang ada didaerah tersebut dapat efektif.
4) Menghindari adanya unsur riba dan adanya kejelasan.
Dalam kegiatan muamalah ekonomi Islam melarang adanya keberadaan riba dalam
setiap perilaku ekonomi. Hal itu lah yang mendasari dari terbentuknya Grameen bank
milik Muh. Yunus yang berusaha untuk mengeluarkan masyarakat miskin dari
peminjaman uang terhadap rentenir untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga mereka
terjerat hutang disertai dengan bunga yang tinggi. Hal ini jelas merupakan salah satu
bentuk riba yang sangat dilarang oleh Allah SWT. Riba ini merupakan salah satu
bentuk riba jahiliyah, di mana peminjam harus mengembalikan hutang nya melebihi
hutang pokok yang telah dipinjamnya dari sang rentenir melebihi batas waktu yang
telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan firmah Allah Swt dalam surat Al-Baqarah
ayat 279
‫ٱّلل مِّنَْ بِّ َحربْ فَأذَنُواْ ت َفعَلُواْ لَّمْ فَإِّن‬ ُْ ‫ّل أَم َٰ َو ِّلكُ ْم ُر ُء‬
َ ‫وس فَلَكُمْ تُبتُمْ َوإِّن‬
َِّّْ ‫ْۖو َرسُو ِّلِّۦه‬ ْ َ َْ‫تُظلَ ُمونَْ َو َّلْ ت َظ ِّل ُمون‬
yang artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat
(dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan
tidak (pula) dianiaya.”.
Selain ayat tersebut konsep ekonomi Islam lebih menganjurkan untuk berbuat sedekah
daripada memakan harta riba, hal ini tercantum dalam firman Allah Swt surat Al-
Baqarah ayat 276
ْ‫ٱّللُ َيم َح ُق‬
َّْ ْ‫ٱلر َب َٰوا‬ ِّْ َ‫صدَ َٰق‬
ِّ ‫ت َويُر ِّبى‬ َّْ ‫ّل َو‬
َّ ‫ٱّللُ ْۗٱل‬ َّْ ُ‫أَثِّيمْ َكفَّارْ ك‬
ْ َ ُّْ‫ل يُحِّ ب‬
yang artinya,”Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”.
Dalam kegiatan social entrepreneurship juga diharuskan melakukan kegiatan yang
bersifat jelas dan sesuai dengan prinsip syariat, tidak bermain dengan keraguan yang
dapat menimbulkan kerugian pada salah satu pihak.
Social entrepreneur ini cenderung memberikan layanan dan jasa untuk perbaikan social.
Seperti di bidang pendidikan, lingkungan, maupun perekonomian masyarakat.

4. MENUMBUHKEMBANGKAN WIRAUSAHA ISLAMI


Memahami berwirausaha/bekerja dalam tinjauan ibadah dan jihad, berkenaan dengan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Maqsood (2003) menguraikan perihal tujuan yang
dimaksud, antara lain:
1) Berbisnis (bekerja) sebagai bagian dari kewajiban yang diperintahkan Allah SWT, Islam
menciptakan hubungan langsung antara bekerja dan perwujudan ketaatan seseorang
terhadap Allah. Keduanya sama- sama penting dan perlu. Seseorang yang menghabiskan
seluruh waktunya melaksanakan ritualitas ibadah dan menyandarkan kebutuhan sehari-hari
kepada kemurahan orang lain, bukan termasuk seorang muslim yang baik. Begitu pula
seseorang yang menghabiskan waktunya untuk bekerja semata. Allah telah berjanji dalam
firman-Nya, Q.S. Ali Imran (3): 136
َْ‫ٱل َٰ َعمِّ لِّينَْ أَج ُْر َونِّع َمْ ْۚفِّي َها َٰ َخ ِّلدِّينَْ ٱْلَن َٰ َه ُرْ ت َح ِّت َها مِّن ت َج ِّرى َو َج َٰنَّتْ َّر ِّب ِّهمْ مِّن َّمغف َِّرةْ َجزَ ا ُؤهُم أُو َٰلَئِّك‬
Yang artinya: “Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga
yang di dalamnya mengalir sungai- sungai sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah
sebaik-baik pahala orang yang beramal.”
2) Bekerja sangat menentukan martabat seorang manusia. Rasullah SAW, menekankan
pentingnya martabat, nilai pribadi, dan harga diri. Martabat setiap muslim dapat diraih
apabila memperoleh penghasilan sendiri secara halal, setidaknya untuk memenuhi
kebutuhannyaْsendiri.ْ“Tidakْadaْmakananْyangْlebihْbaikْuntukْdimakan oleh seseorang
kecualiْapaْyangْdihasilkanْdenganْjerihْpayahnyaْsendiri.”ْ
3) Bisnis yang halal merupakan sumber penghasilan yang baik. Sebaliknya, bisnis yang
haram adalah sumber kehidupan yang buruk. Bahkan, jika semua norma dilanggar dan
semua etika moral dilabarak, kita akan menempati bumi Allah dengan peran sebagai
perusak, bukan pemakmur dan penjaga yang baik.
Allah SWT berfirman, Q.S. Al-A’rafْ)7(:10
ْ‫ض فِّى َم َّك َٰنَّكُمْ َولَقَد‬
ْ ِّ ‫ش فِّي َها لَكُمْ َو َجعَلنَا ٱْلَر‬ ْ ً ‫ن َّما قَل‬
َْ ِّ‫ِّيل ْۗ َم َٰعَي‬ َْ ‫ت َشكُ ُرو‬
Yang artinya: ”SesungguhnyaْKamiْtelahْmenempatkanْkamuْsekalianْdiْmukaْbumiْdanْ
Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu
bersyukur.”ْ).ْ
4) Bekerja atau berbisnis merupakan sarana untuk melayani kebutuhan sehari-hari
masyarakat. Islam memandang masyarakat muslim sebagai salah satu kesatuan ekonomi
dan sosial esensial. Secara ekonomi, manusia memang aling menunjukkan ketergantungan.
Rasulullah SAW meminta kita untuk bekerja secara jujur, berkualitas, dan mandiri karena
akanْmenguntungkanْkitaْdanْjugaْmasyarakat.ْRasulْbersabda,ْ“Bekerjalahْdenganْkeduaْ
tanganmu sendiri karena itu akan menguntungkan bagimu sebagaimana kamu telah
beramalْ)untukْsesama(.”ْH.R.ْAl-Bukhari dan Muslim.
5) Bekerja tidak hanya ikhtiar demi memajukan standar ekonomi dan sosial seseorang, tetapi
juga bertujuan untuk memajukan seluruh masyarakat. Karenanya, untuk mendapatkan
rezeki, kita harus saling bekerjasama. Setelah rezeki diperoleh, hak kaum miskin
ditunaikan, sekaligus memberdayakan potensi yang mereka miliki agar kehidupan ekonomi
mereka meningkat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap pekerja muslim harus memiliki etika moral yang tinggi
yang direfleksikan dalam berbagai cara antara lain:
a) Seorang pekerja muslim harus selalu termotivasi dengan keinginan untuk mendapatkan
keridhaan Allah
b) Berbisnis atau bekrja harus dalam ruang lingkup aktivitas yang diperbolehkan Islam
c) Bisnis harus dilakukan dalam koridor prinsip Islam dan ketentuan syariah
d) Pekerjaan tidak boleh melalaikan seorang muslim dari menjalankan kewajiban ibadah
lainnya
e) Seorang muslim harus bertanggungjawab dan peduli dengan semua orang yang terlibat
dalam kerjasama dengannya. Jika dia memprkerjakan orang lain untuk bekerja padanya, dia
harus membayarnya dengan upah yang layak dan memperhatikan kesejahteraan mereka. Jika
bekerja untuk orang lain, dia harus bekerja dengan penuh tanggungjawab.
f) Seorang muslim sangat dianjurkan bekerjasama secara profesional sehingga menghasilkan
pelayanan atau prosuk berkualitas tinggi.
Rahasia Sukses Enterpreneurship Islami menurut Ajaran Nabi
1) Taqwa.
Taqwa adalah wasiat Allah kepada makhluq-Nya, baik yg dahulu, sekarang ataupun yg akan
datang. Ia adalah rahasia kesuksesan hamba di Dunia dan Akhirat, bukan hanya sebatas
perdagangan saja.ْFirmanْAllahْTa’ala QS. Ali-‘Imran:ْ102:
‫ٱّلل ٱتَّقُواْ َءا َمنُواْ ٱلَّذِّينَْ َٰيَأَيُّ َها‬ َّْ ‫ّل تُقَاتِِّّۦه َح‬
ََّْ ‫ق‬ ْ َ ‫ن َو‬ ْ َّ ِّ‫ُّمس ِّل ُمونَْ َوأَنتُم إ‬
َّْ ُ ‫ّل ت َ ُموت‬
Yang artinya: “Haiْ orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan
beragamaْIslam.”
Danْ sabdaْ Nabiْ Shallallahuْ ‘Alaihiْ Wasallam:ْ “Bertaqwalahْ )takut(ْ kamuْ kepadaْ Allahْ
dimanapunْkamuْberada!...”.ْApabilaْseseorangْtelahْmengukuhkanْtaqwanyaْkepadaْAllah
Ta’ala,ْ makaْ diaْ akanْ meraihْ kesuksesanْ diْ Duniaْ lengkapْ denganْ isi-isinya. Sedangkan
kesuksekan Akhirat lebih baik dan lebih utama.
2) Jujur dan amanah.
Jujur adalah modal kedua bagi para pedagang yang ingin sukses Dunia dan Akhirat. Sabda
ِّ َّ ‫صد ُو ُقْ الت‬
Nabi Shallallahuْ ‘AlaihIْ Wasallam:ْ ‫اج ُْر‬ ُْ ‫الص ِّديقِّينَْ النَّ ِّب ِّيينَْ َم َعْ اْلَمِّي‬
َّ ‫ن ال‬ ُّ ‫ْ“ َوال‬Pedagang
ِّ ‫ش َهدَاءِّْ َو‬
yangْ jujurْ danْ terpercayaْ bersamaْ paraْ nabi,ْ siddiqqinْ danْ shuhada.”ْ )HRْ Tirmidzi,ْ Abuْ
Yu’laْdanْdiْShahihkanْolehْAlbani(.ْ
Dalam Q.S. An-Nisa’ْ)4(:29ْ
‫ّل َءا َمنُواْ ٱلَّذِّينَْ َٰيَأَيُّ َها‬
ْ َ ْ‫ل بَينَكُم أَم َٰ َولَكُم ت َأكُلُوا‬ ْ َّ ِّ‫عن تِّ َٰ َج َر ْة ً تَكُونَْ أَن إ‬
ِّْ ِّ‫ّل بِّٱل َٰبَط‬ َ ُ‫ن ْۚأَنف‬
ْ َ ‫سكُمْ ت َقتُلُواْ َو‬
َ ْ‫ّل ْۚمِّنكُمْ ت ََراض‬ ََّْ َْ‫بِّكُمْ كَان‬
َّْ ِّ‫ٱّلل إ‬
‫َرحِّ ي ًما‬
Yang artinya: “Haiْ orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan cara yang batil kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka
samaْsukaْdiantaraْkamu.”)(ْ
3) Tidak menipu.
Islam sangat menentang sekali penipuan, karna sifat tercela ini bisa merusak kehidupan
pribadi dan masyarakat. Sedangkan Islam sangat menjunjung tinggi sekali nilai amanah,
jujur dan saling percaya. Jujur adalah penting dalam islam. Bahkan, salah satu pilar akidah
Islam adalah jujur. Maka siapa yang berbuat curang dan menipu terkhusus dalam
perdagangan, sungguh dia telah berlepas dari Akhlaq Islam, bahkan dari umat. Sabda Nabi
َ ‫َشْ َمنْ مِّ نَّا لَي‬
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam :ْ “ْ‫س‬ َّ ‫“ غ‬Bukan golongan kami orang
yang menipu”. (HR. Muslim).
4) Tidak menjual barang dagangan dengan bersumpah dusta (palsu).
Seperti seseorang mengatakan kalau barangnya berasal dari italia, atau jepang; padahal
buatan cina atau pribumi. Atau dia mengatakan barangnya asli, padahal palsu. Dan
seterusnya. Sabda Nabi Shallallahuْ‘AlaihiْWasallam:ْ”Sumpah itu bisa melariskan barang
dagangan, tapi bisa menghapus keberkahannya.” (HR. Bukhari). Dan Sabda Nabi
Shallallahuْ‘AlaihiْWasallam:
‫ ّلو‬،ْ‫ ّلو رظني مهيلإ‬،ْ‫ اهأرقف لوسر هللاِِّْموي هللا مهمﱢلكي ّل ةثلثْهللا ىلص ةمايقلا‬،ْ‫ باذع مهلو لأِِّمي‬،ْ‫مهيكزي‬
‫ لاق وبأ رذ‬،ْ‫هيلع ملسو‬: ‫ لاق‬،ْ‫ ل اورسخو‬:‫ بسملاْوِِّاوباخ‬،ْ‫ نانملاو هرازإهءاَطع‬،ْ‫هتعلس قﱢفنملا فلحلاِّب بذاكلا‬
“Tiga golongan yang tidak akan Allah ajak bicara mereka di hari Kiamat kelak, tidak
memandang mereka, tidak pula mensucikan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih”
kemudianْ Rasulullahْ Shallallahuْ ‘Alaihiْ Wasallamْ menyebutkanya,ْ Abuْ Dzarْ berkata:ْ
“Mereka pasti merugi dan tidak beruntung” (Nabi) bersabda: “(Yaitu) Isbal (laki-laki yg
memanjangkan celana (sarung) nya melebihi tumit, Orang yang menjual barangnya dengan
bersumpah dusta (palsu), dan orang yang menyebut- nyebut pemberiannya”. (HR. Muslim,
Ahmad dan Darimi).
5) Tidak mengurangi timbangan.
SebagaimanaْfirmanْAllahْTa’ala QS. Al-Muthaffifin: 1- 6
٢:‫ يُخس ُِّرونَْ َّوزَ نُوهُمْ أَو كَالُوهُمْ َوإِّذَا‬١:َْ‫علَى ٱكت َالُواْ إِّذَا ٱلَّذِّين‬ َ ‫اس‬ ْ ِّ َّ‫يَست َوفُونَْ ٱلن‬
٥:ْ‫اس يَقُو ُْم يَو َم‬ ِّْ ‫ ٱل َٰعَلَمِّينَْ ل َِّر‬٤:ْ‫عظِّ يمْ ِّليَوم‬
ُْ َّ‫ب ٱلن‬ ُّْ ُ‫ن أَنَّ ُهم أُو َٰلَئِّكَْ يَظ‬
َ ٣:ْ‫ن أ َ َّل‬ َْ ‫َّمبعُوثُو‬
٦:ْ‫ن ك ََّل‬ َْ َ ‫َّار ِّك َٰت‬
َّْ ‫ب ِّإ‬ ِّْ ‫س ِِّّجينْ لَفِّى ٱلفُج‬
Yang artinya: “Kecelakaanْbesarlahْbagiْorang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu
menyangka, bahwaْ“Sesungguhnyaْ merekaْakanْdibangkitkan.ْPadaْsuatuْhariْ yangْ besar.ْ
)yaitu(ْhariْ)ketika(ْmanusiaْberdiriْmenghadapْTuhanْsemestaْalam?”.ْ
6) Tidak menimbun barang dan monopoli.
Perbuatan ini sering sekali kita jumpai zaman sekarang ini, terkhusus pada masa- masa
krisis. Orang yang berbuat ini telah berbuat dosa besar dan menzhalimi manusia. Sehingga
hartaْyangْdiْmakannyaْtidakْakanْberkah.ْNabiْShallallahuْ‘AlaihiْWasallamْbersabda:ْ
َْ‫“ خاطئ ِّإّلَّْ يَحتَك ُِّرْ ّل‬Tidak ada orang yang menimbun barang melainkan dia telah berbuat
dosa”. (HR. Muslim).
7) Menjauhi riba.
Riba adalah seburuk-buruk usaha, diantara dosa paling besar, dan seburuk-buruk tempat
kembali.ْFirmanْAllahْTa’ala QS. Al-Baqarah: 276:
ُْ ‫ٱّللُ يَم َح‬
‫ق‬ َّْ ْ‫ٱلربَ َٰوا‬ ِّْ َ‫صدَ َٰق‬
ِّ ‫ت َويُربِّى‬ َّْ ‫ّل َو‬
َّ ‫ٱّللُ ْۗٱل‬ َّْ ُ‫أَثِّيمْ َكفَّارْ ك‬
ْ َ ُّْ‫ل يُحِّ ب‬
Yang artinya: “Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak
menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”
8) Mempermudah urusan.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihiْ Wasallam:ْ ‫وإذا بــــاع إذا ســــمحا رجــــل هللا رحــــم‬
‫” اقتضـــــى وإذا اشــــترى‬Semoga Allah merahmati seorang hamba yang toleran apabila
menjual, toleran jika membeli dan toleran dalam tuntutan,” (HR. Bukhari).
9) Tidak menjual barang yang haram atau syubhat.
Tidak boleh bagi seorang muslim menjual barang haram, seperti: Minuman keras (khamar),
Narkoba, rokok, dan semua jenis barang haram. Karna Allah telah mengharamkannya
apalagi memperjual belikannya. Diantaranya juga menjual dan memberli barang curian,
sebagaimanaْsabdaْNabiْShallallahuْ‘AlaihiْWasallam:ْ”Barangsiapa yang membeli barang
hasil curian dan ia mengetahuinya, maka ia juga sama mendapatkan dosa dan
keburukannya,” (HR Baihaqi).
10) Tidak berjualan di masjid dan waktu adzan.
Rasulullahْ Shallallahuْ ‘Alaihiْ Wasallamْ melarangْ jualْ beliْ diْ masjid.ْ Dalamْ sebuahْ
haditsnya beliau bersabda: ”Apabila kamu melihat seseorang melakukan transaksi jual beli
di masjid, katakanlah, Semoga Allah tidak memberikan keuntungan atas niagamu.” Hadits
inilah yang dijadikan Imam Ahmad sebagai landasan haramnya jual beli di masjid. Namun
demikian, Imam Abu Hanifah membolehkan akad jual beli di masjid dan memakruhkan
membawa barang dagangan ke dalamnya, sebagai penghormatan atas kesucian masjid.
Imam Malik dan Syafi’iْjugaْmembolehkanْtapiْhukumnyaْmakruh,)FiqhusْSunnah(.ْ
11) Berterus terang jika barang yang dijual ada cacatnya.
Bagi pedagang yang menjual barang dagangan cacat tanpa ia sebutkan sebelum akad, maka
ia tetap bertanggung jawab atas barang itu. Suatu saat jika pembeli mengetahui cacat barang
tersebut, maka ia berhak mengembalikannya. Hal ini pernah dilakukan oleh Zaid bin Tsabit
yang pernah membeli seorang budak dari Abdullah bin Umar. Ketika ia menemukan cacat
pada budak tersebut, maka ia mengembalikannya.
12) Berpagi-pagi.
Pagiْadalahْwaktuْbarakah,ْsehinggaْNabiْShallallahuْ‘AlaihIْ Wasallamْselaluْ melakukanْ
semua kegiatannya di pagi hari, dan menyuruh umatnya supaya berpagi-pagi dalam
melakukan semua kegiatannya, termasuk jual beli. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu
ِّ َ‫ورهَا فِّي ْل ُ َّمتِّي ب‬
‘AlaihiْWasallam:ْْ‫اركْ اللَّ ُه َّم‬ ِّ ُ‫“ بُك‬Ya Allah berkatilah umatku dalam, berpagi-pagi
mereka”. (HR. Abu Daud). Dan para sahabat melakukan hal ini, sehingga harta mereka
melimpah dan mendapat hasil yang banyak.

Anda mungkin juga menyukai