ان ِإىَل َي ْوِم ال ّديْن ٍ اَللهم صل وسلّم على سيدنا حُمَم ٍد وعلى آلِِه ِوَأصحابِِه ومن تَبِعهم بِِإحس
َ ْ ْ َُ ْ َ َ َ ْ ََ ّ ّ َ ْ َ َ َّ ُّ
اعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْو َن ِ ِ ِ
َ ََّاس ُْأوصْي ُك ْم َو َن ْفسي بَِت ْق َوى اهلل َوط ُ يَا اَيُّ َها الن.
يَاَأيّ َها الّ َذيْ َن َآمُن ْوا اّت ُقوا اهللَ َح ّق تُ َقاتِِه َوالَ مَتُْوتُ ّن ِإالّ َوَأْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن
ِ ِ ِ ياَأيها الّ ِذين آمنوا اّت ُقوا اهلل و ُقولُوا َقوالً س ِدي ًدا ي
ََأع َمالَ ُك ْم َو َي ْغف ْرلَ ُك ْم ذُنُ ْوبَ ُك ْم َو َم ْن يُط ِع اهلل
ْ صل ْح لَ ُك ْم ُْ ْ َ ْ ْ ْ ََ ْ َُ َ ْ َ ّ َ
َو َر ُس ْولَهُ َف َق ْد فَ َاز َف ْو ًزا َع ِظْي ًما
اس َع ْوا اِىٰل ِذ ْك ِر ال ٰلّ ِه َو َذ ُروا الَْبْي ۗ َع ٰذلِ ُك ْم َخْيٌر لَّ ُك ْم ِ ِ ِ ِ َّ ِٰيٓاَيُّها الَّ ِذين اٰمن ْٓوا اِ َذا نُو ِدي ل
ْ َلص ٰلوة م ْن يَّ ْوم اجْلُ ُم َعة ف َ ْ َُ َ ْ َ
اِ ْن ُكْنتُ ْم َت ْعلَ ُم ْو َن
Jamaah Sidang jum’at yang berbahagia
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita dengan sebenar-benarnya taqwa/ dengan taqwa
yang sesungguhnya yaitu diikuti dengan senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala
larangnnNYA. Sehingga kita akan mendapatkan ridhoNya.
Jamaah Sidang jum’at yang berbahagia
Ketundukan alam semesta terhadap manusia diceritakan langsung oleh sang pemilik alam, Allah
subhanahu wata’ala dalam al-Qur’an:
Allah berfirman: "Hai Iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan
dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-
orang yang (lebih) tinggi?" (QS Shaad [38]: 75).
Kalimat “Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku” dalam ayat tersebut menunjukkan betapa istimewanya
manusia. Dalam diri manusia terdapat pantulan semua asama Allah sedangkan makhluk lainnya hanya
sebagian saja.
Kedua, Sayyed Hossein Nasr menyebutkan manusia sebagai satu-satunya makhluk teomorfis atau
makhluk eksistensialis yang dapat naik turun martabatnya di hadapan Tuhan. Senada dengan pendapat
tersebut al-Jilli melihat manusia sebagai makhluk paripurna atau insan al-kamil. Manusia paripurna inilah
disebut dengan khalifah yang sesungguhnya.
Bahkan menurut Ibnu Arabi manusia yang tidak sampai pada derajat kesempurnaan adalah binatang yang
menyerupai manusia, dan tidak layak menyandang predikat khalifah.
Jamaah Sidang jum’at yang berbahagia
Penjelasan tersebut menjadi motivasi penting bagi manusia agar senantiasa menyadari akan
kesempurnaan dirinya, mengembangkan dan memelihara agar kelak kembali dalam kondisi sebagaimana
awal penciptaannya. Yaitu bersih dari segala dosa-dosa apapun.
Beberapa ulama mengatakan bahwa manusia terbaik adalah manusia yang dapat menjalankan apa-apa
yang menjadi tujuan ia diciptakan. Tujuan primer atau tujuan utama manusia diciptakan adalah hanya
untuk menyembah kepada Allah SWT.