Anda di halaman 1dari 11

BAB 7

MANAJEMEN RESIKO BERDASAR PRINSIP PRINSIP ISLAMI

Pada saat memulai bisnis atau usaha dibutuhkan adanya keuletan, keberanian
serta manajemen dan strategi bisnis yang baik. Meskipun sudah melakukan persiapan
yang matang dan terencana yang sudah dijalankan, tetap saja tidak bisa menghindari
risiko usaha yang ada. Sifat yang ada pada risiko sebuah bisnis terjadi secara tidak pasti
serta bisa menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Seorang pelaku bisnis pasti pernah
mengalami terjadinya risiko pada sebuah usaha. Karena risiko dalam bisnis tentu timbul
dari cara bagaimana menjalankan usaha tersebut apakah sudah baik atau tidak. Risiko
memang merupakan hal yang wajar dalam kegiatan bisnis, bahkan dalam kegiatan apa
pun yang kita lakukan. Untuk itu, penting bagi kita untuk memahami apa itu risiko atau
definisi risiko serta jenis – jenis risiko dalam bisnis.
KONSEP RESIKO
Pengertian Resiko
Ditinjau dari sisi bahsa kata risiko berasal dari bahasa Inggris yaitu risk yang
berarti kemungkinan rugi. Dalam bahasa Arab istilah risiko dikenal juga dengan nama
al khathru atau al khasarah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata risiko berarti
sesuatu yang kurang menyenangkan sebagai akibat dari perbuatan (tindakan).
Sedangkan Risiko usaha diartikan sebgaai sebuah tindakan yang dihubungkan dengan
suatu kemungkinan munculnya kerugian yang tidak terduga dan memang tidak
diharapkan terjadi.
Konsep risiko secara lebih spesifik, dapat dikaitkan karena adanya konsekuensi
yang muncul sebagai dampak adanya ketidakpastian, sehingga memunculkan dampak
yang merugikan bagi pelaku usaha. Sebaliknya, bila konsekuensi yang memunculkan
dampak ini dianggap menguntungkan, maka hal tersebut tidak disebut sebagai risiko.
Konsekuensi positif ini lebih dianggap sebagai keuntungan yang diharapkan. Risiko
seperti ini pada dasarnya memang selalu ada dalam kehidupan sehari -hari. Hanya saja,
intensitasnya akan meningkat ketika kita melakukan kegiatan bisnis. Apalagi, ketika
kita menginginkan keuntungan/ hasil yang besar, maka risiko yang harus dihadapi pun
juga akan lebih besar. Kondisi seperti ini dikenal sebagai high risk high return.
Motivasi Mengambil Risiko
Meskipun risiko cenderung memberikan dampak merugikan bagi perusahaan,
tapi risiko ini pun tetap diambil oleh para pengusaha. Ada beberapa alasan yang
mendorong seseorang mau mengambil risiko ini. Motivasi mengambil risiko bisa
didasari keinginan mendapat tingkat keuntungan atau pengembalian yang sepadan
dengan pengorbanan yang dikeluarkannya terlebih dahulu. Ketika seorang pengusaha
melakukan kegiatan yang berisiko dengan motivasi mendapatkan keuntungan, maka
biasanya ia akan mampu mengalkulasi besarnya risiko yang dihadapi tersebut.
Berdasarkan pada kalkulasi tersebutlah, ia akan menetapkan target keuntungan yang
diinginkan.
Sebagai contoh, seorang yang mempunyai uang untuk diinvestasikan, ia dapat
memilih di antara banyak pilihan. Pilihan pertama yang mungkin adalah menyimpannya
di bank dengan mendapatkan bunga sebesar 5 % tiap bulan secara pasti. Pilihan kedua,
ia bisa menginvestasikannya untuk bisnis kuliner dengan potensi keuntungan hingga
300 %. Akan tetapi, di pilihan kedua yang terdapat potensi keuntungan besar ini, ia pun
juga harus menghadapi risiko ketidakpastian dalam hasil keuntungan tersebut.
Selain itu, alasan seorang mau mengambil risiko juga bisa karena faktor kepepet
atau keterpaksaan. Dalam hal ini, seseorang mungkin mengambil risiko karena kondisi
yang menyertainya sudah sangat mendesak. Kondisi yang mendesak ini membuat
seseorang jadi tidak terlalu menghiraukan risiko yang harus dihadapi. Kalau pun ia
memahami risiko yang dihadapi, ia juga tidak memiliki cukup waktu untuk
mengalkulasi besarnya risiko-risiko yang dihadapi tersebut.

MENGHADAPI RESIKO BISNIS BERLANDASKAN PRINSIP ISLAM

Ajaran Islam terdiri dua kaidah ada kaidah ibadah dan ada kaidah muamalah,
dalam hal ibadah jangan kerjakan kecuali ada perintah. Sementara dalam hal muamalah
kaidah dasarnya adalah halal dan diperbolehkan, kecuali jika ada dalil yang melarang,
Hukum asal menetapkan syarat dalam mu’âmalah adalah halal dan diperbolehkan
kecuali ada dalil (yang melarangnya).
Perspektif Islam dalam pengelolaan risiko suatu organsiasi dapat dikaji dari
kisah Yusuf dalam mentakwilkan mimpi sang raja pada masa itu. Kisah mimpi sang
raja termaktub dalam al-Qur’an Surat Yusuf:43 sebagai berikut:
ُ ‫ت ۖ ٰ َيٓأ َ ُّي َها ْٱل َم ََل‬ َ ٰ ‫خَر َيا ِب‬
ٍ ‫س‬ ٍ َ‫س ْب َع سُ ۢنبُ ٰل‬
َ ُ ‫ت ُخض ٍْر َوأ‬ َ ‫اف َو‬ َ ‫ان َيأْكُلُ ُه َّن‬
ٌ ‫س ْب ٌع ِع َج‬ ٍ ‫ت ِس َم‬ َ ‫َوقَا َل ْٱل َم ِلكُ ِإن ِٓى أ َ َر ٰى‬
ٍ ‫س ْب َع َبقَ ٰ َر‬
ُّ ‫ى إِن كُنت ُ ْم ل‬
َ‫ِلر ْءيَا ت َ ْعبُ ُرون‬ َ ‫أ َ ْفتُونِى فِى ُر ْء ٰ َي‬
Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): ’Sesungguhnya aku
bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk di makan oleh tujuh
ekor sapi sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan
tujuh bulir lainnya yang kering.’Hai orang-orang yang terkemuka: ’Terangkanlah
kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat mena’birkan mimpi.’(QS. Yusuf:
43).
Sedangkan kisah Yusuf mentakwilkan mimpi sang raja dijelaskan dalam al-Qur’an
Surat Yusuf:46-49 sebagai berikut:
‫ت لَّ َعل ِٓى أ َ ْر ِج ُع ِإلَى‬
ٍ ‫س‬ ٍ َ‫سبْعِ سُ ۢنبُ ٰل‬
َ ٰ ‫ت ُخض ٍْر َوأُخ ََر َيا ِب‬ َ ‫اف َو‬ َ ‫ان َيأْكُلُ ُه َّن‬
ٌ ‫س ْب ٌع ِع َج‬ َ ‫ٱلصدِي ُق أ َ ْفتِنَا فِى‬
ٍ ‫سب ِْع َبقَ ٰ َر‬
ٍ ‫ت ِس َم‬ ِ ‫ف أَيُّ َها‬ ُ ُ‫يُوس‬
َ‫اس لَ َع َّل ُه ْم َي ْعلَ ُمون‬
ِ َّ‫ٱلن‬

َ‫ِيًل ِم َّما ت َأْكُلُون‬ َ ‫س ْب َع ِسنِينَ دَأَبًا فَ َما َح‬


ً ‫صدت ُّ ْم فَذَ ُروهُ فِى سُ ۢنبُ ِل ِ ٓۦه إِ ََّّل قَل‬ َ َ‫قَا َل ت َْز َرعُون‬

ِ ‫ِيًل ِم َّما تُح‬


َ‫ْصنُون‬ َ َ‫مِن بَ ْع ِد ٰذَلِك‬
ً ‫س ْب ٌع ِشدَاد ٌ يَأ ْ ُك ْلنَ َما قَدَّ ْمت ُ ْم لَ ُه َّن ِإ ََّّل قَل‬ ۢ ‫ث ُ َّم يَأْتِى‬

َ‫ص ُرون‬ ُ َّ‫ث ٱلن‬


ِ ‫اس َوفِي ِه يَ ْع‬ َ َ‫ث ُ َّم يَأْتِى م ِۢن بَ ْع ِد ٰذَلِك‬
ُ ‫عا ٌم فِي ِه يُغَا‬

(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, hai orang
yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang
gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh
bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada
orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.
Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana
biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit
untuk kamu makan.
Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali
sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan
(dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur." (QS. Yusuf: 46-49).
Dari kisah yang di gambarkan dalam alqur’an tersebut, bisa fahami bahwa pada
tujuh tahun kedua akan timbul kekeringan yang dahsyat. Ini merupakan suatu risiko
yang menimpa negeri Yusuf tersebut. Namun dengan adanya mimpi sang raja yang
kemudian ditakwilkan oleh Yusuf maka kemudian Yusuf telah melakukan pengukuran
dan pengendalian atas risiko yang akan terjadi pada tujuh tahun kedua tersebut. Hal ini
dilakukan Yusuf dengan cara menyarankan kepada rakyat seluruh negeri untuk
menyimpan sebagian hasil panennya pada panenan tujuh tahun pertama demi
menghadapi paceklik pada tujuh tahun berikutnya. Dengan demikian maka
terhindarlah bahaya kelaparan yang mengancam negeri Yusuf tersebut. Sungguh suatu
pengelolaan risiko yang sempurna. Proses manajemen risiko diterapkan Yusuf melalui
tahapan pemahaman risiko, evaluasi dan pengukuran, dan pengelolaan risiko.
Pada dasarnya Allah SWT mengingatkan manusia atau suatu masyarakat, dimana
ada kalanya dalam situasi tertentu mempunyai aset dan modal yang kuat, namun suatu
saat akan mengalami kesulitan. Hanya saja bagaimana mengatasinya dalam
menghadapi kesulitan maka kita harus menyiapkan untuk perhitungan dan pandangan
yang luas. Secara filsafati, demi melihat kisah Yusuf atas negerinya itu maka sejatinya
manusia itu akan selalu menginginkan suatu kepastian, bukan suatu kemungkinan.
Manusia akan selalu menginginkan kestabilan, bukan fluktuatif. Dan hanya ada satu
dzat yang maha pasti dan maha stabil, yaitu Allah SWT. Ketika manusia berusaha
untuk memperoleh kepastian sejatinya dia sedang menuju Allah SWT. Ketika manusia
berusaha untuk menjaga kestabilan, sesungguhnya dia sedang menuju Allah SWT.
Hanya Allah SWT yang stabil, tetap, abadi dan pasti, mutlak. Oleh karena itu, ketika
manusia berusaha memenuhi segala hal dalam manajemen risiko, mengatur semua hal
yang terkait dengan risiko, sejatinya manusia itu sedang memenuhi panggilan Allah
SWT
Pada ayat lain yang berkenaan dengan penempatkan investasi serta manajemen
risiko dalam pertimbangan yang penting, ialah surat Lukman:34
ِ َ ‫س بِأ‬
‫ى‬ ٌ ۢ ‫غدًا ۖ َو َما تَد ِْرى نَ ْف‬ ٌ ‫ع ِة َويُن َِز ُل ْٱلغَيْثَ َويَ ْعلَ ُم َما فِى ْٱْل َ ْر َح ِام ۖ َو َما تَد ِْرى نَ ْف‬
ُ ‫س َّماذَا ت َ ْكس‬
َ ‫ِب‬ َ ‫ٱَّلل عِندَ ۥهُ ع ِْل ُم ٱلسَّا‬
َ َّ ‫إِ َّن‬
ٌ ۢ ‫علِي ٌم َخ ِب‬
‫ير‬ َ َّ ‫ض ت َ ُموتُ ۚ ِإ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ ٍ ‫أ َ ْر‬

Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari


Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia
akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Lukman:
34)
Dalam Al-Qur’an surat Lukman ayat 34 secara tegas Allah SWT menyatakan
bahwa, tiada seorangpun di alam semesta ini yang dapat mengetahui dengan pasti apa
yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, sehingga dengan ajaran
tersebut seluruh manusia diperintahkan untuk melakukan investasi sebagai bekal dunia
dan akhirat. Serta diwajibkan berusaha agar kejadian yang tidak diharapkan, tidak
berdampak pada kehancuran fatal terhadapnya (memitigasi risiko).
Dalam Hadits juga dikisahkan, salah seorang sahabat Rasulullah Saw.yang
meninggalkan untanya tanpa diikatkan pada sesuatu, seperti pohon, tonggak dan
lain-lain, lalu ditinggalkan. Beliau Rasulullah Saw. bertanya: "Mengapa tidak kamu
ikatkan?" Ia menjawab: "Saya sudah bertawakkal kepada Allah." Rasulullah Saw.
tidak dapat menyetujui cara berfikir orang itu, lalu bersabda, "Ikatlah dulu lalu
bertawakkallah." Ringkasnya tawakkal tanpa usaha lebih dahulu adalah salah dan keliru
menurut pandangan Islam. Adapun maksud tawakkal yang diperintahkan oleh agama itu
ialah menyerahkan diri kepada Allah sesudah berupaya dan berusaha serta bekerja
sebagaimana mestinya. Misalnya meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci
baik-baik, lalu bertawakkal. Artinya apabila setelah dikunci itu masih juga hilang
misalnya dicuri orang, maka dalam pandangan agama orang itu sudah tidak bersalah,
sebab telah melakukan ikhtiar supaya jangan sampai hilang. Makna tawakal ini
yang diartikan sebagai manajemen risiko

MENGIDENTIFIKASI RESIKO-RESIKO YANG POTENSIAL TERJADI


KETIKA MEMULAI USAHA
Seseorang yang hendak memulai bisnis atau seorang pemula bisnis, maka ia
sangat perlu untuk mengenal beberapa risiko yang mungkin dijumpai dalam bisnis,
khususnya bagi start up business. Berikut adalah jenis jenis risiko dalam bisnis yang
sering muncul:
1. Risiko Murni
Risiko murni dalam bisnis adalah risiko yang muncul karena suatu situasi atau
keputusan yang konsekuensinya adalah kerugian saja. Bentuk risiko murni ini ada
beberapa yang sering muncul, seperti :
 Risiko hilang atau rusaknya aset yang dimiliki sebagai akibat dari kebakaran,
penggelapan, pencurian dan lainnya.
 Kecelakaan kerja pada proses produksi.
 Risiko akibat tuntutan hukum dari pihak lain, seperti karena keracunan dari
makanan yang dijual, tuntutan konsumen karena kelalaian yang dilakukan dan
sebagainya.
 Risiko operasional lainnya.
 Bencana alam atau force majeure, seperti misalnya gempa, banjir, angin topan dan
sejenisnya.
Salah satu cara menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian
besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal
dengan istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).
2. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah risiko yang muncul sebagai akibat dari situasi atau keputusan
yang konsekuensinya bisa berupa kerugian maupun keuntungan. Risiko spekulatif
kadang-kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis (business risk). Seseorang yang
menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya
merugikan. Risiko yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif. Contoh risiko
spekulatif yang mungkin, misalnya :
2.1 Risiko perubahan harga
Harga pasar suatu produk, jasa atau komoditi dapat berubah-ubah, bisa naik bias juga
turun. Ini disebabkan oleh perubahan harga input. Ketika harga input naik, maka
perusahaan dapat mengalami kerugian karena adanya penurunan margin keuntungan.
Sebaliknya, bila harga input turun, maka perusahaan justru akan mengalami
keuntungan. Ini disebabkan karena adanya kenaikan marjin keuntungan. Selain itu, jika
dikaitkan dengan harga output, maka perusahaan akan mengalami keuntungan ketika
harga output naik karena marjin keuntungan yang juga meningkat. Sementara apabila
harga output turun, maka perusahaan akan mengalami kerugian, karena adanya
penurunan margin keuntungan.
2.2 Risiko kredit
Risiko kredit ini adalah risiko yang muncul akibat adanya transaksi kredit, seperti
hutang dagang. Apabila pihak yang diberikan kredit mengalami gagal bayar. Jika hal ini
terjadi, maka pengusaha akan mengalami kerugian.
Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah kemungkinan
untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung
sedangkan untuk risiko murni tidak dapat kemungkinan untung. Meski kita tidak akan
terlepas dari adanya risiko. Namun, bukan berarti bahwa kita harus menghindari
kegiatan bisnis tersebut dan sama sekali melepaskan risiko yang ada. Sebab, Anda dapat
melakukan pengelolaan risiko untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko yang
ada.

MANAJEMEN PENGELOLAAN RESIKO


Menurut Noshworthy (2000) Manajemen risiko adalah Implementation of
measures aimed at reducin the like lihood of those threats occuring and minimissing
any damage if they do; Risk analysis and risk control form the basis of risk management
where risk control is the application of suitable controls to gain a balance between
security, usability and cost. (Penerapan tindakan yang bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan ancaman tersebut terjadi dan meminimalkan kerusakan jika terjadi;
Analisis risiko dan pengendalian risiko merupakan dasar dari manajemen risiko dimana
pengendalian risiko adalah penerapan pengendalian yang sesuai untuk mendapatkan
keseimbangan antara keamanan, kegunaan dan biaya.)
Menurut Smith (1990) Pengertian Manajemen Risiko adalah proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan
penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan
atau kerugian pada perusahaan tersebut.
Menurut Darmawi (2008), manajemen risiko adalah suatu usaha untuk
mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan
dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.
Sedangkan menurut Djojo Soedarso (2003) memiliki pandangan yang berbeda.
Menurutnya manajemen risiko adalah penerapan fungsi manajemen secara umum untuk
memetakan masalah dan solusinya yang terjadi di dalam sebuah organisasi perusahaan
maupun keluarga dan masyarakat.
Dari beberpa pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
risiko adalah seuatu proses yang tersetruktur dan sistematis dalam mengindentifikasi,
memahami dan mengembangkan alternatif penanganan segala risiko yang dilakukan
oleh pelaku bisnis. Jenis manajemen ini adalah satu strategi bagus untuk membuat
perusahaan tetap berkembang. Sekalipun berbagai macam risiko dan hal buruk siap
menimpanya.
Dalam perspektif Islam, manajemen risiko merupakan usaha untuk menjaga
amanah Allah akan harta kekayaan demi untuk kemaslahatan manusia. Keberhasilan
manusia dalam mengelola risiko, bisa mendatangkan maslahat yang lebih baik. Dengan
timbulnya kemaslahatan ini maka bisa dimaknai sebagai keberhasilan manusia dalam
menjaga amanah Allah.
Pemahaman management risiko memungkinkan manajemen untuk terlibat
secara efektif dalam menghadapi ketidak pastian (uncertainty) dengan risiko dan
peluang yang berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk
memberikan nilai tambah.
Ada beberapa komponen dan proses dalam risk management. Menurut COSO
(Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) komponen
tersebut adalah:
1. Lingkungan Internal (Internal Environment)
Komponen ini adalah sikap manajemen di semua level terhadap operasi secara
umum dan konsep kontrol secara khusus. Hal ini mencakup: etika, kompetensi,
serta integritas dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi. Komponen ini
juga berkaitan dengan lingkungan dimana organisasi atau perusahaan berada dan
beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen
tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko),
risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral),
struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang.
2. Penentuan Sasaran (Objective Setting)
Manajemen Perusahaan harus menetapkan tujuan operasional sebagai dasar untuk
mengidentifikasi, mengakses dan mengelola segala risiko. Sasaran ini dapat dibagi
menjadi dua, yaitu
 Strategic objective; fokus pada upaya realisasi visi dan misi.
 Activity objective: fokus pada kegiatan operasional, reportasi, dan kompliansi
Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki organisasi yang ada pada seluruh divisi
dan bagian haruslah dilibatkan dan mengerti risiko yang dihadapi. Pelibatan SDM
tersebut terkait dengan pandangan bahwa setiap pejabat/pegawai adalah pemilik
dari risiko
3. Identifikasi Peristiwa (Event Identification)
Manajemen melakukan identifikasi terhadap berbagai kejadian potensial baik yang
terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang berpengaruh pada
strategi dan pencapaian tujuan perusahaan. Berbagai kejadian tak pasti tersebut bisa
memberikan dampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau
negative (risks)
Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu
(1) Exposure analysis; Salah satu model, yang mencoba mengidentifikasi risiko dari
sumber daya organisasi yang meliputi financial assetsphysical assets seperti
tanah dan bangunan, human assets yang mencakup pengetahuan dan keahlian,
dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan informasi. Atas setiap
sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian risiko kehilangan dan
risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank,
(2) Environmental analysis (Analisa lingkungan) merupakan suatu proses yang
digunakan untuk perencana-perencana strategi untuk memantau lingkungan
dalam menentukan peluang atau ancaman.
(3) Threat scenario (Skenario ancaman); Merupakan Skenario yang dibuat dimana
skenario-skenario tersebut merupakan alternatif-alternatif bagaimana cara atau
strategi perusahaan untuk mencapai tujuan. Hasil dari identifikasi risiko adalah
sebuah daftar berisi risiko-risiko. Apa yang akan dilakukan terhadap risiko-
risiko yang telah terdata tersebut tergantung dari sifat dari risiko-risiko tersebut
dan strategi yang akan diambil perusahaan.
(4) Brainstorming questions merupakan suatu upaya pencarian penyelesaian dari
suatu masalah tertentu dengan mengumpulkan gagasan secara spontan dari
anggota kelompok.organisasi.
4. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Risk assessment memungkinkan sebuah organisasi untuk menilai sebuah kejadian
atau keadaan dan kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen perlu
melakukan analisis dampak yang mungkin terjadi akibat risiko tersebut dengan dua
perspektif, yaitu:
 Likelihood (kecenderungan / peluang untuk menghadapi resiko).
 Risk Impact / consequence (dampak atau konsekuensi dari sebuah resiko
risiko).
5. Tanggapan Risiko (Risk Response)
Manajemen melakukan penilaian terhadap risiko, lalu menentukan sikap atau
respon terhadap risiko tersebut. Respon dari manajemen ini tergantung apa risiko
yang dihadapi
Respon atau tanggapan tersebut bisa dalam bentuk:
 Menghindari risiko (avoidance)
Risk avoidance merupakan tindakan preventif yang artinya tidak melakukan
hal yang menyebabkan sebuah risiko terjadi. Metode risk avoidance
berupaya untuk meminimalisasikan risiko yang dapat menimbulkan ancaman
dengan cara menghindar, mitigasi melalui kebijakan dan prosedur, pelatihan,
serta implementasi teknologi. Sikap tersebut sering kali tidak efektif karena
dengan menghindari risiko ini berarti Anda tidak berani mengambil
kesempatan untuk berusaha dan mengatasi risiko, Anda bahkan tidak belajar
akan apapun. Tindakan ini berarti Anda tidak melakukan tindakan yang dapat
menyebabkan risiko tersebut terjadi, termasuk tidak jadi melakukan suatu
strategi usaha yang telah disusun.
 Mengurangi risiko (reduction)
Hal ini berarti mencari sebuah tindakan untuk mengurangi kerugian dari
sebuah risiko yang dapat terjadi. Kemungkinan risiko terjadi tetap ada,
namun dampaknya sebisa mungkin diminimalisasi. Misalnya, sistem alarm
pendeteksi kebakaran, kebakaran tetap dapat terjadi namun risiko kerugian
dapat dikurangi dengan sistem ini.
 Memindahkan risiko (sharing)
Selain menghindari dan mengurangi risiko, Anda juga bisa mengalihkan
risiko. Anda bisa mengalihkan tanggung jawab kepada pihak lain dengan
membayar jasa tersebut. Contoh jika Anda memiliki perusahaan barang
pecah belah dan harus mengirimkannya ke tempat yang cukup jauh dan jalan
yang kurang memadai, daripada Anda sendiri atau karyawan sendiri yang
mengantar lebih baik Anda memilih membayar jasa pengantar yang memiliki
asuransi barang pecah belah. Tentu risikonya akan Anda pindahkan ke pihak
pengantar ini
 Menerima risiko (acceptance)
Menerima artinya Anda hanya bisa merelakan kerugian tersebut terjadi.
Sikap ini tentunya diambil jika tidak ada cara lain untuk menghadapinya.
Contohnya jika Anda salah menghitung uang atau salah mengirim barang
tentunya kerugian mau tidak mau harus Anda terima. Perlu diingat pula jika
dampak kerugiannya terlalu besar maka lebih baik menghindari daripada
menerimanya.
6. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Proses ini merupakan penyusunan prosedur atau kebijakan yang membantu
memastikan bahwa respon terhadap risiko yang dipilih memadai dan terlaksana
dengan baik. Aktivitas ini meliputi:
 Pembuatan kebijakan dan prosedur
 Delegasi wewenang
 Pengamanan kekayaan perusahaan
 Pemisahan fungsi
 Supervisi
7. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Aktivitas ini fokus pada identifikasi informasi dan menyampaikannya kepada pihak
terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Dengan begitu, setiap orang yang
mendapatkan informasi tersebut dapat melakukan tugas dan tanggungjawabnya
dengan baik.
Beberapa faktor penting dalam penyampaian informasi tersebut diantaranya:
 Kualitas informasi
 Arah komunikasi
 Alat komunikasi
8. Pemantauan (Monitoring)
Monitoring adalah komponen terakhir dalam manajemen risiko. Proses pemantauan
dilakukan secara terus menerus untuk memastikan setiap komponen lainnya
berfungsi sebagaimana mestinya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses
monitoring adalah pelaporan yang tidak lengkap atau berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai