إِ ّن ال َ
1
ض لِ ْل فَالَ ض لّ لَوُ َو َم ْن يُ ْ ات أَ ْع م الِنَا م ن ي ْه ِد هِ اهلل فَالَ م ِ
ُ ُ َ َْ َ
أَنْ ُف ِس نَا وس ي ئَ ِ
َ َّ
ي لَوُ أَ ْش َه ُد أَ ْن الَ إِلوَ إِالّ اهللُ َوأَ ْش َه ُد أَ ّن ُم َح ّم ًد ا عَبْ ُد هُ َو َر ُس ْولُو َى ِ
اد
َ
َن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َوَر ُسولُو .وأَ ْش َه ُد أَن الَّ إِلَوَ إِالَّ اهلل َو ْح َدهُ َال َش ِريْ َ
ك لَوُ َوأَ ْش َه ُد أ َّ َ
2
آم نُ ْوا اتّ ُق وا اهللَ َح ّق تُ َق اتِوِ َوالَ تَ ُم ْوتُ ّن إِالّ َوأَنْ تُ ْم ُم ْس لِ ُم ْو َن
يَاأَيّ َه ا الّ َذ يْ َن َ 4
ص لِ ْح لَ ُك ْم ِ
آم نُ ْوا اتّ ُق وا اهللَ َوقُ ْولُ ْوا قَ ْوالً َس د يْ ًد ا يُ ْ
ِ
يَاأَيّ َه ا الّذ يْ َن َ
أَ ْع َم الَ ُك ْم َويَ غْ ِف ْرلَ ُك ْم ذُنُ ْوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع اهللَ َو َر ُس ْولَوُ فَ َق ْد فَ َ
از فَ ْو ًزا
عَ ِظ يْ ًم ا
الرِح ْي ِم،
الر ْح َم ِن َّ ال اهلل تَعالَى :بِس ِم ِ
اهلل َّ ْ .قَ َ ُ َ 5
Marilah kita panjatkan Puja dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas
karunia dan hidayah-Nya kita dapat berkumpul untuk menunaikan solat Jum’at
berjama’ah.
Awal tahun hijriyah adalah tahun di mana Nabi Muhammad saw. pergi berhijrah dari
Mekkah ke Madinah. Hijrah dapat kita artikan pindah. Makna pindah sangat luas, bisa
berarti berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,atau makna yang lain seperti
berpindah dari pribadi yang kurang baik menjadi lebih baik.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita terus melakukan muhasabah, yakni dengan
introspeksi atas apa yang kita lakukan selama satu tahun ini, sehingga dapat menjadi
pijakan dalam melangkah di tahun-tahun berikutnya.
Dalam rangka hal tersebut, kiranya pantas kita mengingat kembali pesan Sayyidina Ali
karramallahu wajhah, sebagaimana termaktub dalam kitab Nashaihul Ibad karya Ibnu
Hajar al-Asqalani:
“Jadilah manusia yang paling baik di sisi Allah, dan jadilah manusia yang paling jelek
dalam pandangan dirimu, serta jadilah manusia biasa di hadapan orang lain.”
Jamaah Jumat rahimakumullah, Pesan ini memberikan arahan yang sangat luar biasa
bagi umat Islam dalam mengarungi kehidupan dunia, demi memperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat. Kesatu, kita diharapkan terus meningkatkan ketakwaan dan amal
kebaikan di hadapan Allah subhanahu wata‘ala. Menjalankan perintah-Nya dan sedapat
mungkin menjauhi apa yang menjadi pantangan atau larangan dalam kehidupan sesuai
dengan tuntunan agama. Sehingga kita bisa menjadi manusia yang baik di sisi-Nya.
Kemudian, kita harus merasa kurang atas amal kebaikan yang sudah dilakukan. Hal ini
bukan berarti merendahkan diri, tapi untuk menjauhkan kita dari sikap ujub
(sombong), riya (pamer), dan sum’ah (mengharap pujian orang lain).
Selanjutnya, kita harus menundukkan diri di hadapan orang lain dengan tidak merasa
lebih baik. Mungkin banyak di antara kita ketika melihat orang lain, merasa bahawa kita
lebih baik atau lebih mulia.
Kedua, jika kita melihat anak kecil atau orang yang lebih muda, jangan kita merasa lebih
baik darinya. Mungkin dia dosanya lebih sedikit dari pada kita, karena umurnya lebih
muda dari kita. Sebaliknya jika kita melihat orang lebih tua, hendaknya kita melihat
bahwa dia telah berbuat kebaikan lebih banyak dari yang kita lakukan.
Ketiga, jika kita melihat orang alim, orang yang memiliki ilmu, hendaknya kita menilai
bahwa dia memiliki cara yang baik dan benar dalam mengamalkan pengetahuannya dan
telah berbuat kebaikan dengan ilmunya tersebut.
Sebaliknya jika kita melihat orang yg kurang berilmu, hendaknya kita katakan,
“Mungkin dia berbuat dosa atau salah akibat ketidaktahuannya, sementara kita lebih
berdosa karena berbuat kesalahan melalui pengetahuan yang kita miliki.”
Orang yg kurang berilmu berbuat salah bisa jadi karena ketidaktahuannya, sementara
orang alim (memiliki pengetahuan) berbuat dosa bukan karena tidak tahu. Ilustrasi
sederhana yang mungkin bisa dilihat misalnya dalam berlalu-lintas. Seorang
pengendara motor yang sudah memiliki SIM masih saja menerobos lampu merah,
padahal ia tau itu salah yang akhirnya mengakibatkan kecelakaan yang merugikan
orang lain.
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, Instrospeksi diri bukan hanya dilakukan
setiap awal tahun saja, namun juga harus menjadi bagian yang tertanam dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Muhasabah adalah cara mengendalikan hidup kita, yang akan memiliki benefit yang luar
biasa pada diri kita, keluarga, dan lebih luas lagi pada masyarakat umum.
“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya
sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang
lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap
Allah” (HR Ahmad).
Allah juga menyuruh kita untuk tidak berputus asa dalam kebaikan dalam hal ini adalah
introspeksi diri terus-menerus.
Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah,, kesimpulan dari khutbah kali ini adalah:
Muharram menjadi bulan pembuka dalam kalender. Bulan yang menjadi saksi hijrahnya
Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Di momen ini, semoga kita juga bisa
mengikuti jejak-Nya hijrah menjadi yang lebih baik.
Berterima kasih lah kepada Allah SWT yang telah memberikan kita umur dalam
mengarungi tahun baru Islam 1442 H. Mari kita berdoa semoga di tahun ini menjadi
awalan yang baik dan penuh berkah.
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mampu terus introspeksi dan
berbenah diri. Sehingga kita mampu menjadi pendorong tumbuhnya keluarga dan
masyarakat yang baik menuju baldatunn thayyibatunn warabbun ghafuur.