يئات ْ َ ُ ُ َ ْ َ َّ
ِ فَال َه،ضلِل
ُادي لَه ِ ِ ِ
ْ ْ ُ ومن ي،ُ َم ْن َي ْهده اهلل فَال ُمض َّل لَه،أ ْع َمالنا
ور ُسولُه
َ عب ُده َّ وأشه ُد،ُيك لَه
ْ أن ُم َح َّم ًدا َ َأ ْش َه ُد أ ْن ال إلَهَ إال اهللُ َو ْح َدهُ ال َش ِر
اعتِ ِه ِ
ِ ص ْي ُكم وِإيَّاي بَِت ْقوى
َ َاهلل َوط ِِ
َ َ َ ْ ش َر ال ُْم ْسلم ْي َن ُْأو
َ يَا َم ْع:ََّأما َب ْع ُد
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah ini kami pesankan untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala agar kita terjaga dari kemarahan serta siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yakni,
dengan menjalankan perintah-perintah-Nya sekuat kemampuan kita, serta dengan menjauhi
segala larangan-Nya.
Beberapa minggu terakhir, dunia sedang dihebohkan oleh wabah virus corona.
Sebuah virus berbahaya yang konon belum ditemukan vaksinnya tersebut telah memakan
korban jiwa yang tidak sedikit. Laporan terakhir yang kita dapatkan virus tersebut telah
mengakibatkan setidaknya ribuan orang meninggal dunia di negara asalnya. Jumlah ini belum
termasuk dengan mereka yang terinfeksi oleh virus tersebut di puluhan negara lainnya yang
jumlahnya mencapai puluhan ribu orang.
Kita berdoa semoga saudara-saudara kita yang tertimpa musibah diberikan ketabahan
dan kesabaran dalam menghadapi musibah tersebut dan semoga virus tersebut tidak menimpa
di lingkungan tempat kita berada, amien ya Rabbal ‘Alamin!
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Seiring dengan menyebarnya virus tersebut, sebagian oknum juga tengah terserang
penyakit lain yang tidak kalah berbahayanya, yaitu penyakit kebencian yang diarahkan
kepada negara tempat virus tersebut menyebar. Tidak sedikit di antara mereka yang
menyebut kejadian tersebut sebagai azab untuk negara ataupun warga negaranya.
Pertanyaannya sekarang adalah dari mana mereka bisa memastikan peristiwa tersebut sebagai
azab dan manusiawikah secara etika sikap tersebut diperlihatkan di saat orang lain tengah
terkena musibah besar seperti itu?
Sebagai muslim yang baik, tentu kita harus berpedoman kepada apa yang pernah
disampaikan Nabi Muhammad Saw dan berakhlak seperti apa yang beliau contohkan dalam
setiap lini kehidupan. Karena memang, sebagaimana yang disebutkan oleh Abdul Wahhab
Khalaf dalam mukadimah salah satu karyanya, tidak satupun aspek kehidupan manusia
kecuali Islam datang mengaturnya. Pada masa Rasulullah Saw masih hidup, beliau pernah
dikabari bahwa penyakit tha’un berupa kusta tengah mewabah di sebagian daerah.
Mendengar berita tersebut, Rasulullahpun bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari yang bersumber dari Usamah ibn Zaid di mana beliau berkata:
Apabila kalian mendengar ada wabah menular di sebuah negeri, maka janganlah
memasukinya. Dan apabila wabah tersebut terjadi di negeri tempat kalian berada, maka
janganlah keluar darinya!
Imam Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam penjelasannya terhadap hadis tersebut dengan
mengutip banyak pendapat ulama sebelumnya mengungkapkan bahwa salah satu hikmah dari
anjuran Nabi tersebut adalah untuk menjaga kemaslahatan hidup orang banyak. Dengan tidak
keluarnya orang yang berada di negeri tempat wabah terjadi serta tidak masuknya orang lain
yang berada di luar negeri tersebut akan menghambat persebaran wabah tersebut.
Lebih jauh Imam Ja’far al-Thahawi menggarisbawahi bahwa hal tersebut bertujuan
untuk menjaga akidah dari mereka yang terkena musibah, yaitu untuk memantapkan
keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi pasti dengan izin Allah. Jangan sampai orang yang
keluar dari negeri yang terkena musibah, kemudian selamat, lantas meyakini bahwa dia
selamat dengan usaha dirinya sendiri. Begitu juga agar orang yang mendatanginya dan
kemudian tertular wabah, lantas menganggap bahwa sakitnya tersebut disebabkan oleh
penularan wabah tersebut.
Selintas apa yang dianjurkan Nabi Saw ini sudah diterapkan oleh negara tempat virus
corona berkembang. Mereka mengisolasi Kota Wuhan yang dianggap sebagai sumber
penyebaran virus tersebut. Namun yang perlu digarisbawahi dari hadis di atas adalah
pernyataan Nabi yang tidak mengandung pengklaiman atau penghakiman terhadap mereka
yang terkena musibah bahwa itu adalah azab atau siksaan Allah Swt buat mereka. Hadis
tersebut hanya menjelaskan sikap yang seharusnya diambil oleh masyarakat apabila mereka
menghadapi wabah seperti yang terjadi saat ini. Kemudian kalau kita kaitkan dengan hadis
lain yang juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan:
Jelas dalam hadis ini Nabi justru mengapresiasi dan menghibur mereka yang terkena
wabah penyakit dan meninggal dalam wabah tersebut dengan menyebut mereka sebagai
orang yang mati syahid.
Tentu saja syahid di sini bukan syahid dunia akhirat seperti syahidnya para sahabat
Nabi yang berperang dalam menegakkan agama Allah pada zaman dahulu. Namun syahid
akhirat yang jenazahnya masih wajib dimandikan, dikafani dan disalati seperti jenazah biasa.
Dan perlu dipahami juga bahwa syahid di sini khusus bagi mereka yang muslim
(beragama Islam) saja sebagaimana dijelaskan oleh hadis lain yang diriwayatkan oleh Anas
ibn Malik :
Memang benar ada hadis lain riwayat al-Bukhari yang menyebutkan bahwa
Rasulullah Saw bersabda bahwa penyakit menular itu adalah azab untuk orang yang Allah
kehendaki, sebagaimana hadis dari Sayyidah Aisyah yang menyebutkan:
.ْح ِك ْي ِم ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َو َن َف َعني َوإيَّا ُك ْم بِ َم ا ف ْي ه م َن اآليَ ات َوال ِّذ ْك ِر ال,بَ َار َك اللّ ه لي َولَ ُك ْم في الْ ُق ْرآن ال َْعظ ْي ِم
ِ الر
ح ْي ِم اسَتغْ َف ُر ْوا َربَّ ُك ْم ِإنَّهُ ُه َو الْغَ ُف ْو ُر ِ ِ َأ ُقو ُل َقولِي ه َذا و
َّ ْ ََأسَتغْف ُر اهللَ لي َولَ ُك ْم ف
ْ َ َ ْ ْ
KHUTBAH KEDUA
ْ . اَحْلَ ْم ُد لِلَّ ِه مَحْ ًدا َكثِْي ًرا َك َم ا ََأم َر,اَحْلَ ْم ُد لِلَّ ِه
َ َْأش َه ُد َأ ْن الَ ِإلَ هَ ِإالَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِري
ُك لَ ه
،ان ِإىَل َي ْوِم الدِّيْ ِن
ٍ َأن حُمَ ِّم ًدا عب ُده ورس ولُه وعلَى آلِ ِه وَأص حابِِه ومن تَبِعهم بِِإحس
َ ْ ْ َُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ُ َْ َّ َأش َه ُد ْ َو
فَ َّات ُقوا اهللَ َح َّق ُت َقاتِ ِه َوالَ مَتُْوتُ َّن ِإالَّ َوَأنتُ ْم،اهلل
ِ ُأو ِص ي ُكم وِإيَّاي بَِت ْق وى،اهلل
َ َ َْ ْ ْ
ِ ََّأما بع ُد؛ ِعب اد
َ َ َْ
ُّم ْسلِ ُم ْو َن
Hadirin Sidang Jumat yang Berbahagia
Bahwa musibah dan bencana memang beragam jenis dan bentuknya. Ada yang menimpa jiwa
seseorang, ada yang menimpa tubuhnya, ada yang menimpa hartanya, ada yang menimpa
keluarganya, dan ada yang menimpa sisi lainnya.
Artinya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah [2] : 155).
Ayat ini adalah pemberitaan dari Allah kepada orang-orang beriman, bahwa Allah akan
menguji mereka dengan perkara-perkara supaya nyata diketahui orang-orang yang sabar.
Orang beriman tentu akan bersabar tatkala ditimpa musibah, yakni tetap dalam taat kepada
Alah, semakin mendekat kepada Allah, beristighfar dan bertaubat, serta tidak melakukan
perbuatan maksiat, tidak melanggar syari’at Allah, tidak mengambil hak milik orang lain dan
sebagainya.
Maka, sikap terbaik bagi kaum Mukminin tatkala mendapatkan musibah adalah apa yang
disebutkan pada ayat berikutnya:
”Artinya : “Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami kembali.
Semoga kita selalu dijauhkan dari mara bahaya dan selalu berada pada naungan Allah SWT
ن اهلل ومالئكته يصلون على النيب ياأيها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما
ان َوِإ ْيتَ ِاء ِذي ال ُق ْرىَب َو َيْن َهى َع ِن الْ َف ْح َش ِاء َوالْ ُمْن َك ِر ِعباد ِ
اهلل ِ:إ َّن اهلل يْأمر بِالْع ْد ِل واِإل حس ِ
َ َ ُُ َ َ ْ َ ََ
َوالَْب ْغ ِي يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن