Anda di halaman 1dari 9

ِ ‫اس ر‬ ِ ِ

َ ‫َع ْن َأبِي‬
“Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu
‫ال‬َ َ‫ض َي اهللُ َت َع الَى َع ْن ُه َم ا ق‬ َ ٍ َّ‫اس َع ْب د اهلل بْ ِن َعب‬ ِ َّ‫العب‬
‘Anhuma, beliau berkata, “Suatu hari saya dibonceng
!‫ (( يَا غُالَ ُم‬:‫ال لِي‬ َ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َي ْوماً َف َق‬ َ ‫ْف النَّبِ ِّي‬َ ‫ َخل‬:‫ت‬ ُ ‫ُك ْن‬ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka beliau
mengatakan kepada saya: ‘Wahai anak kecil! Sungguh aku
ِ ِ َ ‫ اح َف ِظ اهلل يح َفظ‬:‫ات‬ ِ َ ‫ُأعلِّم‬
،‫ك‬ َ ‫اه‬ َ ‫ ا ْح َفظ اهللَ تَ ِج ْدهُ تُ َج‬،‫ْك‬ ََْ ْ ٍ ‫ك َكل َم‬ ُ َ ‫ِإنِّي‬
ingin mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; Jagalah Allah,
niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau
ِ ‫اس تَ ِعن ِبا‬ ِ ‫اس‬
َ‫اُألمة‬
َّ ‫َأن‬ َّ ‫ َوا ْعلَ ْم‬،‫هلل‬ ْ ْ َ‫ت ف‬ ْ ‫ َوِإذَا‬،َ‫َأل اهلل‬
َ ‫اس َت َع ْن‬ ْ َ‫ْت ف‬َ ‫ِإذَا َس َأل‬ akan mendapatkan Allah di hadapanmu. Jika engkau meminta,
mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan
ٍ َ ِ‫ش ي ٍء لَم ي ْن َفع و َك ِإالَّ ب‬
ُ‫ش ْيء قَ ْد َكتَبَ ه‬ ْ ُ َ ْ ْ َ ِ‫ت َعلَى َأ ْن َي ْن َفعُ ْو َك ب‬ ْ ‫لَ ِو‬
ْ ‫اجتَ َم َع‬ mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah bahwasanya
seluruh umat manusia kalau mereka ingin memberimu manfaat
‫ش ْي ٍء‬ ُ َ‫ش ْي ٍء لَ ْم ي‬
َ ِ‫ض ُّر ْو َك ِإالَّ ب‬ َ ِ‫ض ُّر ْو َك ب‬
ُ َ‫اجتَ َمعُوا َعلَى َأ ْن ي‬ ْ ‫ َوِإ ِن‬،‫ك‬ َ َ‫اهللُ ل‬ dengan sesuatu, maka mereka tidak akan bisa memberikan
manfaat kecuali dengan sesuatu yang telah Allah takdirkan
ُ‫ف )) َر َواه‬ ُ ‫الص ُح‬ ُّ ‫ت‬ ِ ‫ت اَألقْالَم وج َّف‬ ِ ‫ رفِع‬،‫ك‬
ََُ َ ُ َ ‫قَ ْد َكتَبَ هُ اهللُ َعلَْي‬ untukmu. Dan kalau seandainya mereka berkumpul untuk
membahayakanmu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan
‫ َوفِي ِر َوايَ ِة غَْي ِر‬،)) ‫ص ِح ْي ٌح‬ َ ‫س ٌن‬ َ ‫ث َح‬ ٌ ْ‫ (( َح ِدي‬:‫ال‬ َ َ‫الت ِّْر ِم ِذي َوق‬ bisa membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah

‫الر َخ ِاء‬ ِ ِّ ‫التِّر ِم ِذ‬ tuliskan untukmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-
َّ ‫اهلل فِي‬ ِ ‫ف ِإلَى‬ ْ ‫ َت َع َّر‬،‫ك‬ َ ‫ (( ا ْح َف ِظ اهللَ تَ ِج ْدهُ ََأم َام‬:‫ي‬ ْ lembaran telah kering.'” (HR. Tirmidzi dan beliau mengatakan
ِ ‫َأك لَم ي ُكن لِي‬ َّ ‫ َوا ْعلَ ْم‬،‫الش َّد ِة‬
ِّ ‫ك فِي‬ َ ْ‫َي ْع ِرف‬
ini adalah hadits yang hasan shahih)
‫ َو َم ا‬،‫ك‬ َ َ‫ص ْيب‬ ُ ْ َ ْ َ َ‫َأن َم ا َأ ْخط‬
Dan dalam riwayat selain At-Tirmidzi redaksinya adalah:
‫َأن ال َف َر َج‬ َّ ‫ َو‬،‫الص ْب ِر‬َّ ‫َّص َر َم َع‬ ْ ‫َأن الن‬َّ ‫ َوا ْعلَ ْم‬،‫ك‬ َ ‫ك لَم يَ ُك ْن لِيُ ْخ ِطَئ‬ َ َ‫َأص اب‬
َ “Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Allah di
hadapanmu. Kenalkanlah dirimu kepada Allah diwaktu senang,
.)) ً‫َأن َم َع العُ ْس ِر يُ ْسرا‬ َّ ‫ َو‬،‫ب‬ ِ ‫َم َع ال َك ْر‬
niscaya Allah akan mengenalmu diwaktu susah. Dan ketahuilah
bahwasanya apa yang luput darimu tidak akan mengenaimu dan
apa yang seharusnya mengenaimu tidak akan luput darimu. Dan Maka beliau menjadi salah satu faqih dari kalangan sahabat dan
ketahuilah bahwasanya pertolongan ada bersama kesabaran dan juga salah satu ahli tafsir di umat ini Radhiyallahu ‘Anhu. Dan
jalan keluar ada dalam kesempitan. Dan bersama kesulitan ada beliau wafat pada tahun 68 Hijriyah.
kemudahan.”
Dalam hadits ini beliau menyampaikan bahwasanya suatu
Siapa ‘Abdullah bin ‘Abbas? ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
membonceng ‘Abdullah bin ‘Abbas. Tentunya orang pada
Hadits ini adalah riwayat ‘Abdullah bin ‘Abbas, anak paman zaman itu memiliki kendaraan yang sangat sederhana, biasanya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al-‘Abbas adalah berupa unta, kadang-kadang kuda, kadang-kadang keledai.
paman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau punya Kendaraan tradisional ini bisa atau boleh dinaiki. Bahkan hadits
seorang putra yang namanya ‘Abdullah yang tumbuh menjadi ini juga menunjukkan bahwa kita boleh untuk membonceng
salah satu tokoh ulama Islam, bahkan sejak umur beliau masih orang lain di atas kendaraan tradisional ini selagi tidak
belia beliau sudah menunjukkan kecerdasan dan ilmu yang membebani binatang tersebut dengan beban yang terlalu berat,
mempuni saat beliau masih muda. Dan ini berhubungan dengan yang masuk akal, yang tidak terlalu memberatkan binatang yang
barokah doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dimana kita tumpangi.
beliau mendoakan ‘Abdullah bin ‘Abbas dengan doa yang
masyhur: Maka suatu hari ‘Abdullah bin ‘Abbas dibonceng oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Keduanya terlibat
ِّ ِ َّ
َ ‫الل ُه َّم َف ِّق ْههُ في الدِّي ِن َو َعل ْمهُ التَّْأ ِو‬
‫يل‬ dalam pembicaraan yang bermanfaat. Ini adalah sunnah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sunnah para
sahabat, berbicara dengan pembicaraan yang baik, ngobrol
“Ya Allah, jadikan dia faqih (paham) dalam urusan agama dan
dengan obrolan yang bermanfaat, sehingga akhirnya obrolan ini
ajarilah dia takwil atau tafsir Al-Qur’an.” (HR. Ahmad)
bisa kita rasakan berkahnya. Ilmu dari Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam sampai kepada kita dengan jalur ‘Abdullah
bin ‘Abbas. Obrolan ringan di atas unta antara Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan ‘Abdullah bin ‘Abbas bisa kita ringkas menjadi 4 poin; (1) dengan menjalankan
akhirnya diabadikan dalam hadits ini dan sampai kepada kita, perintah-perintah Allah semampu kita, (2) meninggalkan semua
Alhamdulillah.. laranganNya, (3) mempercayai kabar berita yang
disampaikanNya dan (4) beribadah kepadaNya dengan tata cara
Jadi ketika membonceng ‘Abdullah bin ‘Abbas, Rasulullah yang telah Dia ajarkan.
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepada beliau:
“Wahai anak kecil!”, karena memang ‘Abdullah bin ‘Abbas Kalau kita sudah mewujudkan hal ini, maka janji Allah adalah
masih muda sekali waktu itu, tapi beliau sudah bisa menangkap bahwa Allah akan menjaga kita. Jika kita menjaga aturan Allah,
apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa menjaga batasan-batasan Allah, maka ganjarannya Allah akan
Sallam kemudian menyimpannya dan akhirnya menjaga kita.
menyampaikannya untuk para sahabat yang lain dan juga untuk
umat Islam setelah beliau. ِ ‫اء ِم ْن ِج ْن‬
‫س ال َْع َم ِل‬ َ ‫ْج َز‬
َ ‫ال‬
“Sungguh aku ingin mengajarimu beberapa kalimat”, “kalimat”
dalam bahasa Arab artinya adalah “kata”. Tapi di sini beliau “Pahala itu sejenis dengan amalannya.”
ingin menyampaikan beberapa kata, dengan redaksi jamak. Jadi
Di sini kita diperintahkan untuk menjaga aturan Allah, ganjaran
tidak masalah kalau kita menerjemahkannya dengan kalimat.
atau pahalanya adalah kita dijanjikan untuk bisa mendapatkan
Karena memang dia bukan hanya satu kata, tapi dia adalah
penjagaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita harus yakin
susunan kata-kata yang membentuk kalimat. Jadi, “Sungguh
ini. Karena Allah tidak mengingkari janjiNya. Kalau kita
aku ingin mengajarimu beberapa kalimat” diantaranya adalah:
menjaga Allah, kalau kita menjaga aturan-aturan Allah, maka
Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu pasti Allah akan menjaga kita.

Menjaga Allah artinya adalah menjaga aturan dan batasan yang


telah dibuat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjaga Allah
Bagaimana bentuknya? Bentuknya ada dua macam. Yang “Anggota tubuh ini dahulu kami menjaganya waktu kami masih
pertama adalah penjagaan dalam urusan dunia kita, yang kedua muda, maka balasannya adalah Allah menjaganya untuk kami
adalah penjagaan dalam urusan akhirat kita. saat kami sudah tua.”

Penjagaan dalam urusan dunia Ini adalah penjagaan secara fisik. Dan sebaliknya, kalau kita
tidak menjaga Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak menghormati
Penjagaan dalam urusan dunia kita bisa berupa penjagaan aturan-aturan Allah, maka kita tidak akan mendapatkan
secara fisik. Allah menjaga kita dari penyakit, menjaga kita dari penjagaan seperti yang didapatkan oleh orang-orang shalih
wabah, menjaga kita dari berbagai gangguan atau menjaga seperti beliau. Maka disebutkan juga bahwa ada sebagian orang
badan kita saat kita sudah rendah renta. yang ketika tuanya meminta-minta, berkeliling kampung
mengemis, maka melihat hal itu ada sebagian Salaf yang
Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwasanya al-Qadhi Abu
mengatakan atau mengomentari hal tersebut dengan
Thayyib ath-Thabari Asy-Syafi’i, beliau adalah diantara ulama
mengatakan:
Syafi’iyyah pada abad ke-5 Hijriyah. Diusia beliau yang sudah
tua, beliau masih bisa melompat dengan gesit dan orang-orang
takjub tapi sekaligus juga mencela beliau, sudah tua tapi kok ‫ فضيّعه اهلل فى كبره‬، ‫إن هذا ضيّع اهلل فى صغره‬
masih bisa lompat seperti itu. Maka beliau mengatakan:
“Orang ini dahulu dimasa mudanya tidak menjaga Allah, maka
‫ه ذه ج وارح حفظناه ا عن المعاص ي في الص غر فحفظه ا اهلل علين ا‬ Allah tidak menjaganya dimasa tua (Allah membiarkannya).”

ِ ‫في‬
‫الكبَر‬ Ini adalah pelajaran untuk kita semuanya.

Allah akan menjaga keturunan kita

Kemudian diantara bentuk penjagaan di dunia adalah Allah


akan menjaga keturunan kita kalau kita menjaga aturan Allah,
kalau kita tumbuh menjadi orang tua yang shalih, bapak ibu maka Allah ingin agar keduanya tumbuh dewasa dan bisa
yang shalih dan shalihah, maka insyaAllah Allah akan menjaga mengeluarkan harta karun di bawah tembok atau dinding itu
keturunan kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di akhir sebagai bentuk rahmat Allah.
surat Al-Kahfi:
Jadi ketika orang tuanya shalih, maka Allah menjaga keturunan
‫يم ْي ِن فِي ال َْم ِدينَ ِة َو َكا َن تَ ْحتَ هُ َك ٌنز لَّ ُه َم ا‬ِ ِ ِ kita. Dan ini berlaku untuk semuanya, tidak hanya untuk orang
َ ‫َو ََّأما الْج َد ُار فَ َكا َن لغُاَل َم ْي ِن يَت‬ yang diceritakan dalam ayat, ini berlaku untuk agama kita juga,
‫َأش َّد ُه َما َويَ ْس تَ ْخ ِر َجا‬ُ ‫ك َأن َي ْبلُغَ ا‬ َ ‫ص الِ ًحا فَ ََأر‬
َ ُّ‫اد َرب‬ َ ‫وه َم ا‬ ُ ُ‫َو َك ا َن َأب‬
agama Islam. Maka warisan terbaik yang bisa ditinggalkan oleh
orang tua kepada anaknya bukanlah rumah yang megah, bukan
…‫ك‬ َ ِّ‫َك َنز ُه َما َر ْح َمةً ِّمن َّرب‬ kendaraan yang mewah atau harta yang berlimpah, bukan itu,
tapi keshalihan yang bisa kita tinggalkan untuk anak-anak kita.
Dan dengan sebab itu insyaAllah Allah akan menjaga mereka.
“Adapun tembok itu adalah milik dua orang anak yatim di kota,
dan dahulu di bawah tembok itu ada harta karun untuk Kadang-kadang kita khawatir bagaimana kalau kita harus
keduanya, dan dahulu ayah dari keduanya adalah orang yang berpisah dengan anak-anak kita. Dan bisa jadi perpisahan itu
shalih. Maka Tuhanmu (wahai Musa) ingin agar kedua anak terjadi saat mereka masih kecil, maka kita khawatir, kita tidak
yatim itu tumbuh dewasa sehingga keduanya bisa merasa aman dengan kondisi mereka saat kita tidak bersama
mengeluarkan harta karun itu sebagai bentuk rahmat dari mereka lagi. Kalau kita punya kekhawatiran seperti itu, inilah
Tuhanmu...” (QS. Al-Kahfi[18]: 82) jawabannya. Jadilah ayah yang shalih, mari kita menjadi orang
tua yang shalih. Jadilah anda ibu yang shalihah. Maka kalau
Ketika menafsirkan ayat ini Al-Imam Ibnu Katsir
anda bisa wujudkan itu, anda tidak perlu khawatir. Karena
Rahimahullahu Ta’ala mengatakan bahwa ayat ini adalah dalil
insyaAllah anak-anak keturunan kita akan dijaga oleh Allah
bahwasannya orang shalih itu akan dijaga keturunannya oleh
Subhanahu wa Ta’ala dengan barokah keshalihan orang tua
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam ayat disebutkan bahwa ayah
mereka.
dari kedua anak yatim ini dahulu adalah orang yang shalih,
Juga diantar bentuk penjagaan dalam urusan dunia adalah Juga Allah melindungi kita dari syahwat yang diharamkan oleh
kadang-kadang bisa terjadi hal-hal yang aneh, karomah, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala, kenikmatan-kenikmatan duniawi
tidak umum. Seperti yang diriwayatkan oleh Al-Hakim tentang yang diharamkan; seperti makan riba, memakan makanan yang
budak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang bernama diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, berzina, minum
Safinah. Suatu ketika beliau menaiki sebuah kapal atau perahu khamr, berjudi dan semua yang disana ada kelezatan. Tapi
dan kapal beliau pecah, maka beliau terdampar di sebuah pulau dengan menjaga batasan-batasan Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan di pulau ini terdapat binatang buas diantaranya singa. maka Allah akan menjaga kita dari itu semuanya.
Dalam riwayat Al-Hakim ini disebutkan bahwasannya ternyata
singa yang seharusnya sangat menakutkan, yang biasanya Allah menjaga kita dari kekufuran, Allah memilih kita untuk
adalah binatang buas, disebutkan bahwa singa ini justru malah menjadi mukmin dan muslim dan memberikan istiqamah
berjalan bersama Safina, menunjukinya jalan dan tidak kepada kita sehingga kita bisa meninggal di atas jalan ini. Ini
menyerangnya, bahkan sampai melepasnya ketika Safinah adalah penjagaan yang luar biasa, ini adalah penjagaan yang
sudah mengetahui jalan untuk kembali. Ini disebutkan oleh Al- hakiki, penjagaan yang lebih penting daripada penjagaan yang
Hakim, Thabrani dan yang lain. pertama tadi.

Jadi ini adalah bentuk penjagaan dalam urusan dunia. Maka kalau kita melihat ada orang yang MasyaAllah terjaga
dari syubhat, begitu jauh dari syahwat, bisa menundukkan
Penjagaan dalam urusan akhirat pandangannya, tidak menyukai tontonan-tontonan yang
diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau suara-suara
Ini adalah penjagaan yang lebih penting. Ini adalah penjagaan terlaknat, dijaga oleh Allah dengan bisa menimba ilmu dari para
yang hakiki. Yaitu dalam bentuk Allah melindungi kita dari ulama sunnah, maka selayaknya kita iri kepada mereka itu. Ini
syubhat, dari pemikiran-pemikiran yang menyesatkan, dari adalah bentuk penjagaan yang hakiki.
bid’ah yang sesat.
Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di
hadapanmu
Kalimat hadits “Jagalah Allah, niscaya engkau akan 1. Mengenal Allah secara umum yaitu membenarkan dan
mendapati-Nya di hadapanmu”, maksudnya adalah siapa yang beriman sebagaimana yang dilakukan umumnya orang
menjaga aturan Allah dan memperhatikan hak-Nya, ia akan beriman.
mendapati Allah dalam setiap keadaan, di mana Allah akan 2. Mengenal Allah secara khusus yaitu segala kecondongan
menolong, menjaga, dan memberi taufik padanya. Hal ini hati hanya kepada Allah.
sebagaimana ayat,
Adapun balasannya dengan Allah mengenal kita, ada dua
‫ين ُه ْم ُم ْح ِسنُو َن‬ ِ َّ ِ َّ
َ ‫ِإ َّن اللَّهَ َم َع الذ‬
َ ‫ين َّات َق ْوا َوالذ‬
macam:

1. Allah mengenal secara umum dengan mengilmui dan


“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan mengetahui kita secara lahir dan batin.
orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl: 128). 2. Allah mengenal secara khusus dengan mencintai,
Yang dimaksud di sini adalah ma’iyah khashshah yaitu mengabulkan doa, menyelamatkan kita kala mengalami
kebersamaan yang khusus, konsekuensinya Allah beri kesulitan.
pertolongan dan penjagaan.
Jika engkau mau meminta, mintalah kepada Allah. Jika
Kenalilah Allah di saat senang, niscaya Allah mengenalmu engkau mau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah
di saat susah
Adapun bagian hadits “Jika engkau mau meminta, mintalah
Adapun bagian hadits “Kenalilah Allah di saat senang, niscaya kepada Allah. Jika engkau mau meminta pertolongan, mintalah
Allah mengenalmu di saat susah”, maka ada bentuk mengenal kepada Allah”, ini sama maknanya dengan ayat,
Allah terbagi dua:
ِ َ َّ‫اك َن ْعب ُد وِإي‬
‫ين‬
ُ ‫اك نَ ْستَع‬ َ ُ َ َّ‫ِإي‬
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Kedua: Siapa saja yang tidak memperhatikan batasan dan
Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5) aturan Allah, maka ia tidak mendapatkan penjagaan dari Allah,
sebagaimana dalam ayat disebutkan,
Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-
lembaran (catatan takdir) telah kering
‫سوا اللَّهَ َفنَ ِسَي ُه ْم‬
ُ َ‫ن‬
Kalimat ini “Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan
lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering” menunjukkan “Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan
bahwa takdir sudah dicatat seluruhnya. (artinya: meninggalkan) mereka.” (QS. At-Taubah: 67)

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menerangkan ada dua Ketiga: Al-jazaa’ min jinsil ‘amal, balasan itu sesuai dengan
tingkatan seorang mukmin dalam menghadapi musibah: (1) amal perbuatan. Artinya, amalan menjaga hak Allah, dibalas
ridha pada takdir, (2) sabar dalam menghadapi musibah. pula dengan penjagaan dari Allah.
Bedanya, sabar itu menahan diri dari murka, namun tetap masih
merasakan sakit; sedangkan ridha itu hatinya lapang dalam Keempat: Hamba hendaklah mengkhususkan ibadah dan
menerima takdir, dan rasa yakinnya begitu besar hingga isti’anah (meminta pertolongan) hanya kepada Allah.
mengalahkan rasa sakitnya. Lihat Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam,
Kelima: Hadits ini mengajarkan bagaimanakah mengimani
1:488.
takdir.
Faedah Hadits
Keenam: Hamba atau makhluk tidak bisa memberi manfaat dan
 Pertama: Siapa yang menjaga batasan Allah, maka Allah akan tidak bisa mendatangkan mudarat kecuali manfaat dan mudarat
menjaga dunia dan agamanya. tadi ditetapkan oleh Allah.
Ketujuh: Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, yang tidak Para ulama mengatakan,
Allah kehendaki tidak akan terjadi, maa sya-a Allah kaana, wa
maa lam yasya’ lam yakun. ‫اء اليُ ْس ُر َحتَّى يَ ْد ُخ َل َعلَْي ِه‬
َ ‫الح ْج َر لَ َج‬
ُ ‫اء العُ ْس ُر فَ َد َخ َل َه َذا‬
َ ‫لَ ْو َج‬
ُ‫َفيُ ْخ ِر ُجه‬
Allah Ta’ala berfirman,

ِ ِ
‫يما‬ ً ‫اء اللَّهُ ِۚإ َّن اللَّهَ َكا َن َعل‬
ً ‫يما َحك‬ َ‫ش‬ َ َ‫شاءُو َن ِإاَّل َأ ْن ي‬
َ َ‫َو َما ت‬ “Seandainya kesulitan itu datang dan masuk dalam lubang ini,
maka akan datang kemudahan dan ia turut masuk ke dalam
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila lubang tersebut sampai ia mengeluarkan kesulitan tadi.” (Tafsir
dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:597)
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Insan: 30)
Kesepuluh: Hadits ini menunjukkan bagaimanakah tawadhu’
Kedelapan: Akibat dari sabar adalah datang kemenangan. (rendah hati) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena
mau bergaul dengan anak muda, juga hadits ini menunjukkan
Kesembilan: Di balik kesulitan ada kelapangan dan
sikap baik beliau pada Ibnu ‘Abbas yang masih muda.
kemudahan.
Kesebelas: Yang disampaikan adalah suatu yang penting
Allah Ta’ala berfirman,
karenanya di awal hadits disebutkan kepada Ibnu ‘Abbas
“Sesungguhnya aku akan mengajarkan beberapa kalimat
)6( ‫) ِإ َّن َم َع الْعُ ْس ِر يُ ْس ًرا‬5( ‫فَِإ َّن َم َع الْعُ ْس ِر يُ ْس ًرا‬ kepadamu”.

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.


sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.
Asy-Syarh: 5-6)

Anda mungkin juga menyukai