َ َ ََي َربَّنَا ل،هلل ََححدا يُ َو ِاِف نَِع َمهُ َويُ َكافِ ُئ َم ِزيح َده
ك ا حْلَ حم ُد َك َما يَ حن بَ ِغي ِِلَََل ِل َح
ُص ِفيُّه َ َوأَ حش َه ُد أَ حن ََل إِ َله إََِّل هللا َو حح َدهُ ََل َش ِريح
َّ َوأَ حش َه ُد أ،ك لَه
َ َن ُُمَ َّمدا َع حب ُدهُ َوَر ُس حولُهُ َو
. أ حَر َسلَهُ هللاُ إِ ََل ال َحعا ََِل ُكلِي ِه بَ ِش حْيا َونَ ِذيحرا.ب أ حَر َسلَه
ٍّْي نَِ ي ِ
َ َخ ح.َو َخل حي لُه
ِ ص ََلة َو َس ََلما َدائِ َم ح ٍّ ِ ِ اَللَّه َّم ص ِل وسلِيم وَب ِر حك َعلَى سيِ ِد ََن ُُمَ َّم ٍّد و َعلَى
ْي َ آل َسيِيد ََن ُُمَ َّمد َ َي ََ ُ َ ي َ َ ح
.ْي إِ ََل يَ حوِم ال يِديحن
ِ ُمتَ ََل ِزَم ح
Mengungkapkan rasa syukur juga menjadi sebuah kewajiban bagi kita semua atas
karunia nikmat tiada tara yang telah diberikan oleh Allah swt. Syukur ini menjadi
pemantik terus ditambahkannya nikmat-nikmat Allah swt yang padahal jika kita
menghitungnya, maka tiada sanggup kita melakukannya. Allah berfirman:
)18 : (النحل.يم ِ إِ َّن هللا لَغَ ُف،هللا ََل ُُتحصوها
ِ َوإِ حن تَ ع ُّدوا نِعمة
ٌ ور َرح
ٌ َ ُ ََ ُ ح
Artinya: “Jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu
menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Surat an-Nahl ayat 18).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Jika pahlawan dulu berjuang dengan mengangkat senjata untuk mengusir para
penjajah, maka tugas kita saat ini sebagai penerus adalah berjuang untuk
mengusir kebodohan dan ketertinggalan sebagai modal menjaga kemerdekaan
ini. Cara perjuangan saat ini adalah dengan terus mengisi kemerdekaan dengan
hal-hal yang baik. Bukan sebaliknya, mewarnai kemerdekaan dengan sikap-sikap
negatif yang akan merongrong integritas serta eksistensi bangsa.
Terlebih di era digital saat ini di mana berbagai narasi informasi provokatif sering
muncul di media sosial. Kita dan khususnya para generasi muda harus
dipahamkan agar tidak mudah larut mengikuti paham-paham yang ingin
memecah belah bangsa. Para generasi muda khususnya, harus terus disadarkan
untuk meneladani spirit para pahlawan dan mengusir penjajah di zaman modern
yang kerap masuk melalui perang pemikiran (Ghazwul fikri) di media sosial.
Setiap elemen bangsa harus disadarkan untuk tidak terprovokasi dengan berbagai
upaya membenturkan keragaman yang ada di Indonesia. Keragaman agama,
budaya, suku, dan adat istiadat yang ada di Indonesia tidak boleh menjadi pemicu
perpecahan. Semua itu adalah sunnatullah dan ditujukan untuk kebersamaan
dengan saling kenal mengenal.
Generasi penerus kemerdekaan seperti kita saat ini harus meneladani nilai-nilai
dan semangat dari pahlawan seperti keteguhan dalam memegang prinsip,
keberanian, dan kesabaran dalam meraih tujuan. Nilai-nilai ini harus
diaplikasikan oleh elemen bangsa untuk mengisi kemerdekaan sesuai dengan
kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Kita harus teguh memegang
prinsip untuk mempertahankan kemerdekaan sekaligus berani menghalau pihak-
pihak yang ingin menggangu kedamaian bangsa. Dengan kesabaran, kita harus
terus membangun bangsa kita ini untuk meraih tujuan melalui persatuan.
Persatuan (ukhuwah) menjadi hal yang penting sebagai komitmen mengisi
kemerdekaan. Terkait dengan persatuan ini, salah satu ulama Indonesia KH
Ahmad Shiddiq mengemukakan konsep “Trilogi Ukhuwah” yakni ukhuwah
Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah
(persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan
sesama umat manusia).
Jika tiga persatuan ini bisa kita wujudkan dalam mengisi kemerdekaan, maka
insyaAllah kita juga bisa menjadi pahlawan. Bukan pahlawan yang merebut
kemerdekaan dengan berperang mengangkat senjata, namun pahlawan yang
mempertahankan kemerdekaan dengan mensyukuri dan mengisinya. Persatuan
dan kebersamaan juga akan menjadi wasilah penjagaan dari Allah swt
sebagaimana hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
Rasulullah bersabda:
Allah dalam surat Ar-Rahman, ayat 13 pun telah mengingatkan manusia dengan
sebuah pertanyaan:
Ayat ini diulang berkali-kali dan tentu bukan tanpa maksud. Kita diingatkan
untuk senantiasa berfikir tentang kekuasaan Allah dalam wujud nikmat-nikmat
yang kita terima. Dengan melakukan muhasabah atau introspeksi ini, maka
tentunya kita tidak akan menjadi golongan orang-orang yang kufur nikmat.
Oleh karenanya, pada momentum kali ini, mari kita kuatkan lagi rasa syukur kita
atas nikmat kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan kusuma
bangsa. Semoga kita bisa meneladani mereka sebagai modal untuk mengisi
kemerdekaan ini. Amin.
الرِح حي ُم
َّ الحغَ ُف حوُر
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِهلل َعلى اِحسان
ِ اَ حْلم ُد
ُ َواَ حش َه ُد اَ حن َلَ الَ َه اَلَّ هللاُ َوهللا.لى تَ حوف حيقه َوا حمتنَانه
َ ع
َ ه
ُ ل
َ رُ ك
ح ُّ
الشوَ ه َ ح َ َح
.ض َوانِِه
َل ِر ح ِ ِ َّ وحده َلَ َش ِريك لَه واَ حشهد اَ َّن سيِدَن ُُمَ َّمدا عبده ورسولُه
َ الداعى ا ُ َح ُ ُ َ َ ُ ح َ َ ح َ ُ َ َ ُ َي َُ َ ح
Hari ini Indonesia tengah mencari sosok pahlawan. Tentu pahlawan yang mampu
membawa arah transformasi dan kemajuan besar bagi kehidupan bangsa. Di
tengah gempuran wabah Covid-19 yang tak kunjung henti ini, seyogianya dapat
mencambuk diri kita agar bisa mendedikasikan diri sebagai seorang pahlawan.
Mencari pahlawan di era krusial ini sangat sukar. Bahkan untuk dapat
menyepadankan dengan pahlawan yang telah gugur itu, pasti jauh lebih sulit lagi.
Sebab karakteristik pahlawan sejati itu dia selalu peduli dan mencintai bangsanya
dengan sadik. Tidak memikirkan hajat pribadi maupun kelompoknya, akan tetapi
memikirkan hajat bagi kehidupan bangsa dan negara.
Tanpa penghayatan spiritual yang dalam, tentu sangat sukar bagi kita untuk
menjadi seorang pahlawan. Perlu ditekankan bahwa pahlawan tidak saja
dikonotasikan sebagai bentuk melawan dengan senjata, tetapi bagaimana
pahlawan itu dapat memberikan dampak besar bagi kemajuan bangsanya. Inilah
tantangan besar yang dihadapi oleh bangsa pada saat ini.
Oleh karena itu, dalam menyongsong 100 tahun ulang tahun kemerdekaan pada
2045 nanti, kita mesti merancang sebuah kerangka masa depan yang mencakup
kiprah konstruktif untuk bisa menjadi seorang pahlawan bagi kemajuan bangsa.
Kita selaku generasi penerus sudah saatnya memulai mengejawantahkan kiprah
konstruktif tersebut.
Satu di antara kiprah yang bisa dilakukan bagi kita semua adalah selalu
menampilkan paradigma pemikiran besar (big thinking). Disini kita dituntut
untuk melenyapkan pemikiran cetek dan daya nalar ilmiah rendah yang membuat
sulitnya mengambil keputusan secara cepat dan arif. Padahal kita menyaksikan
percaturan global saat ini sangat dibutuhkan sosok yang berani mengambil
keputusan dengan segala konsekuensinya.
Semoga, kita bisa mengintrospeksi diri atas segala langkah yang telah kita
ayunkan, untuk menjadi koreksi dan menjadikannya sebagai modal guna
memperbaiki dan meningkatkan kualitas ketaatan, sehingga tidak menjadi orang
yang merugi, apalagi celaka.
صلُّ حوا َعلَحي ِه َو َسلِي ُم حوا تَ حسلِ حيما ِ اِ َّن هللا ومآل ئِ
لى النَِِّب آي اَيُّ َها الَّذيح َن َ
آمنُ حوا َ َ ع
َ ن
َ و
ح صلُّ
َ ي
ُ ه
ُ ت
َ ك
َ َ ََ
له َّم
ات ال ُ ات اََلَ ححيآء ِم حن ُهم واحَلَ حمو ِ ْي واحملُسلِم ِ ِِ لله َّم ا حغ ِفر لِلحم حؤِمنِ ح َ ِ ِ
ُ ح َ َ ْي َواحملُحؤمنَات َواحملُ حسلم ح َ َ ح َ ح ُ اَ ُ
ِِ ص حر ِعبَ َ ِ ْي َوأ َِذ َّل ِي ِ ِ
ص َرص حر َم حن نَ َ
اد َك احملَُو يحديَّ َة َوانح ُ الش حر َك َواحملُ حش ِرك ح َ
ْي َوانح ُ اَع َّز اح َِل حسَلَ َم َواحملُ حسل ِم ح َ
ك اِ ََل ي وم يِ
الديح ِن ِ ِ الدين وا حخ ُذ حل من َخ َذ َل احملُسلِ ِم حْي و َد ِمر اَ حع َداء يِ ِ
الديح ِن َوا حع ِل َكل َمات َ َ ح َ َ ح َ َ يح َح يح َ َ
سنَة ربَّنَا ظَلَمنَا اَنح ُفسنَاواِ حن ََل تَ غح ِفر لَنَا و َترت ََححنَا لَنَ ُكونَ َّن ِمن احخلَ ِ
اس ِريح َنَ .ربَّنَا آتِناَ ِف ُّ
الدنح يَا َح َ ح َ َ َ ح ح َ ح ح َ
اب النَّار ِ ِ ِ ِ
سنَة َوقنَا َع َذ َ َوف احآلخ َرة َح َ
تآء ِذى احل ُقرىب وي حن هى عع ِن احل َفح ِ ان وإِي ِ ِعب ِ ِ
شآء َواحملُحن َك ِر ح ح َ ََ َ َ سَِح ِ ِ ِ
ادهللا !ا َّن هللاَ ََي ُحم ُرََن َبحل َع حدل َواحَل حح َ ََ
لى نَِع ِم ِه يَ ِز حد ُك حم ع
َ ه
ُ و ر ك
ُ ش
ح او م ك
ُر ك
ُ ذ
ح ي م ي واهلل احلع ِ
ظ َ ر ك
ُ ذ
ح او نَ و ر َواحلبَ حغي يَ ِعظُ ُك حم لَ َعلَّ ُك حم تَ َذ َّ
ك
َ ح ُ َ ح ح َ َ ح َ ُ َ ح ُ
ولَ ِذ حكر ِ
هللا اَ حك َ حب َ ُ