Anda di halaman 1dari 12

‫ح َتَفَو اَو لحَبأ هب ا ّةَن لل ل‪،‬‬ ‫‪،‬‬ ‫ّ‬

‫ج‬ ‫ن‬ ‫ص‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫ِ‬


‫ل‬ ‫َ‬ ‫و‬‫ل‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ئ‬ ‫ي ذلا ِٰللل ع ج لا ل ح مو و هلل‬ ‫ُد‬
‫ح ّ ل ّ ل َ َ ل َ َ ح َ َ لح ً ح ُ َ‬
‫ب ْح‬
‫محََُل َ‬ ‫ص‬
‫ّ‬ ‫محَل‬
‫ْح‬
‫ِّب‬ ‫ن اًد ّم َُُم هُدُ‬ ‫ُد َه شح ن ح ََل ٰل لإ لَّل إ اللُ هَد ُ ََل حيرل َهل ُ ُد َه شح نّ َأ‬
‫لنَُل‬ ‫ل‬ ‫َأ َأ‬
‫بح َع‬ ‫ك َأوَ ََ َد ّ ي َ‬
‫س‬ ‫َش َ‬ ‫حح َو‬
‫هَد عحُ‪.‬‬
‫س َروَ‬ ‫َُوح ُ‬
‫َب‬
‫َبل رل‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ب‬‫قل لا د ل هلَُمو ةلّن‪َ ،‬ىلع و هل لل أَ هل ل‬ ‫ع‬ ‫ل‬‫ى‬
‫َ‬ ‫س‬ ‫م هّلٰ لا لل م ّلل‬
‫ح‬ ‫َ‬ ‫ََ‬ ‫َّ‬ ‫ّ َُ ّ ح َ َ‬
‫ل‬ ‫ٰ‬
‫ا وَ صح ِح ا يح و ا َ‬
‫ص‬ ‫س‬
‫ْ‬ ‫لَحل‬ ‫ص َو‬ ‫َ‬
‫ْح ا دل لئَاق دٍ ّم َُُم‬
‫ّاثل ا جل رمَحلاُ للحوُق عحلا َوّةلَب ُد عح بَا ّمَأ ةل َح‪،‬‬
‫هل تاقَُت ّق حَ لَوَ لَّل إ ّن ُتوحََُت مح َن وح ُم لل سح ُم‬ ‫ُم حلا ا َه َْياَايَ ل لفا‬
‫ُت حَنأَو‬ ‫َه ا وح ُقّتل ا ‪َ،‬ن وح ُم‬
‫س‬ ‫لل‬
‫ح‬
‫ل‬
‫ل ُق َّان َم ّر بّل َرح ا َوَف حلا ر َهَظ اَم اَه َن ََطب اَمَو‬ ‫دح قَفَل َاق اَع َت ُالل ىل هل لبَاتلك‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫َ‬
‫ش نمل‬ ‫ل‬ ‫ّ‬
‫َ ح‬ ‫‪:‬ي َ ا حَ‬ ‫ف‬
‫ِل ْلحرل َك حلا‬
‫ا ّقلَل ت نحُ اوح ِّٰلل اَم ل ح زّل َُني هلبٖ حل ًانطٰ ن ح اوحُلوح ُق ِّٰلل ا َىلَع اَم‬ ‫َبحل اَ‬
‫س َا وّ َت‬ ‫حََل‬ ‫ي ْح َاو ُكرل ب‬ ‫ث َو‬
‫ُ‬ ‫َ‬
‫ش ِل‬ ‫ْلح َغلب ي‬ ‫ْح‬
‫ح‬ ‫َ‬
‫ل‬
‫َلح اَو‬
‫نَ وح ُم َلعح َت ََل‬
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan
rahmat dan hidayah Allah SWT. Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji
syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam;
karunia yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya.
Semoga kita selalu termasuk yang mendapatkan hidayah-Nya serta berada
dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita.

Dan tentunya kita bersyukur kepada Allah atas nikmat berbagai kehidupan yang
masih diberikan kepada kita. Sehingga pada kesempatan ini kita masih dapat
beribadah kepada-Nya, dapat mengingat-Nya, serta memuji-Nya.

Pujian hanya layak dimiliki oleh Allah. Alhamdulillah; segala puji hanya milik
Allah. Sungguh tidaklah pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian, tidak
pantas bagi manusia untuk merasa telah berjasa, karena sungguh sejatinya segala
pujian hanya milik Allah semata.

Pada kesempatan yang mulia ini, khatib mengajak kepada hadirin sekalian,
marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada
Allah
SWT, takwa dalam arti senantiasa berupaya dan berusaha untuk selalu
menghadirkan Allah dalam setiap situasi dan kondisi dengan cara senantiasa
berzikir dan melaksanakan segala perintahNya. Takwa dalam arti kita senantiasa
melibatkan Allah dalam setiap persoalan yang kita hadapi dengan cara berdoa,
memohon pertolongan dan bermunajat kepadaNya. Sehingga akan menimbulkan
ketentraman dan ketenangan dalam setiap kehidupan kita.

‫ِّل ا اوقُّتا اُون َم آ َن يذل ّلا ا َهْيَأ َيَ هل لتاَقُت قّ َلَوَ َلّل إ ّن ُتُوََت مح َن وُم للسح ُم‬

َ‫ُت حَنأو‬ َ‫ح‬


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-
benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. (Al-Quran, Surat Ali Imran, ayat 102)

Dan tentunya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah tak henti-hentinya
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Puasa yang kita jalani saat ini mengandung pesan pokok yang mungkin kadang
kita lupakan, yakni menahan. Hal ini sesuai makna ash-shaum atau ash-shiyam
yang secara bahasa berarti al-imsak: menahan. Seperti kita tahu, secara fisik
orang yang berpuasa diwajibkan menahan makan dan minum serta hal-hal yang
dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Lebih jauh lagi, makna menahan di sini berarti pula menahan seluruh anggota
badan dari perbuatan maksiat dan menahan hati dari berpaling kepada selain
Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah pernah mengisyaratkan dalam sabdanya
bahwa banyak orang yang berpuasa hanya berhenti pada level menahan secara
fisik belaka, sehingga mereka tidak memiliki nilai apa pun kecuali sebatas lapar
dan dahaga. Hadirin yang semoga dirahmati Allah, Ramadhan adalah bulan
mulia. Namun, sering kita temui perbuatan-perbuatan tercela masih berseliweran
di sekitar kita. Mengapa? Karena kemuliaan Ramadhan adalah satu hal,
sedangkan perilaku manusia adalah hal lain. Sebab itu tidak heran, di bulan yang
disucikan ini, berita tentang kekerasan masih kita dengar di media.
Penganiayaan, perampasan hak, dan tindakan zalim lain yang merugikan orang
tidak otomatis berhenti dengan kehadiran bulan Ramadhan.

Islam yang menjunjung tinggi kemanusiaan menentang keras berbagai bentuk


kezaliman, termasuk kekerasan fisik dan kekerasan verbal. Manusia adalah
makhluk mulia di mata Islam. Karena itu, Islam menganjurkan perlakuan
terhormat kepada manusia, tidak hanya saat hidup tetapi bahkan ketika sudah
menjadi jenazah sekalipun. Segala macam perbuatan yang merendahkan
kemuliaan ini otomatis berarti melawan ajaran Islam itu sendiri.

Kekerasan fisik biasanya muncul dengan jalan memukul, mencekik, melempar,


dan tindakan menyakiti lainnya. Pada tingkat yang lebih parah, kekerasan jenis
ini bisa disertai dengan penggunaan alat atau senjata. Mayoritas dari kita
barangkali tidak atau jarang melakukannya, tetapi hati-hatilah dengan
kebiasaan- kebiasaan buruk yang sekilas tampak “remeh”, seperti gemar
mencubit anak, suka melempar barang ketika marah, dan hobi memberi
ancaman. Kegemaran macam itu lambat laun bisa membesar jadi aksi kekerasan
fisik yang lebih parah karena benih keburukan yang dipelihara dan dipupuk akan
tumbuh dan memberi dampak mudarat yang semakin luas.

Seolah tanpa henti, kasus-kasus kekerasan fisik mampir di telinga dan mata kita
hampir setiap hari di berbagai media baik televisi, koran, portal daring, media
sosial, atau lainnya. Pemukulan kepada orang lain, penganiayaan orang tua
kepada anak, perampokan, pembegalan, pemerkosaan, pelecehan, dan sejenisnya
adalah berita kekerasan yang kerap melintas di hadapan kita.
Padahal, Al-Qur’an mengingatkan,

‫ا قّلَل‬ َ‫َبحل ا‬ ‫َّان َم ّر حل او فَ حلا بّلَر رَ َهَظ اَم اَه َن َطَب اَمَو‬
َ َ
‫ش ن مل‬ ‫ل‬
‫ي ْح‬ ‫ث َو‬ ‫َ ح‬ َ ‫َّ ا لح ُق‬
‫ح‬

‫ْلح َغلب ي‬ ‫ْح‬


َ
‫ل‬
‫َلح اَو‬

Artinya, “Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku hanya mengharamkan segala


perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan
zalim tanpa alasan yang benar...” (QS al-A’raf: 33).

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Selain kekerasan fisik, bentuk lainnya adalah kekerasan verbal. Jenis kedua ini
memang tidak lebih populer tetapi justru yang paling sering terjadi dalam
praktik sehari-hari. Kekerasan verbal umumnya dilakukan dengan cara
menghina, menuduh tanpa bukti, memfitnah, memberi julukan negatif,
menyinggung atas dasar SARA, dan lain-lain. Kekerasan melalui perkataan,
tulisan, atau gambar seperti ini kadang dianggap lumrah karena tidak diketahui
secara langsung kerugian fisiknya. Yang diserang ada perasaan atau
psikologinya.

Sebagaimana kekerasan fisik, kekerasan verbal masuk kategori kezaliman


terhadap orang lain. Konsekuensi dari mezalimi pihak lain adalah dosa si pelaku
tidak diampuni selama korban tidak dimintai maaf atau tidak memberi maaf.
Setiap dosa sosial adalah kasus haq adami, yang akan dianggap selesai ketika
kedua belah pihak terjadi saling ridha dan menghalalkan. Bila di dunia ini kasus
tersebut belum tuntas maka akan menjadi “utang” yang bakal ditagih dan
dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Na‘udzubillah min dzalik.

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,


Mari kita jadikan bulan suci Ramadhan ini sebagai madrasah untuk menempa
diri agar sanggup menahan berbagai godaan yang dapat menjerumuskan kita ke
dalam kesia-siaan. Menahan makan dan minum adalah perkara yang ringan,
terlebih di Indonesia yang mayoritas penduduknya melaksanakan ibadah puasa
dan menghormati orang berpuasa. Yang sangat berat adalah menahan ego
sendiri, mengontrol emosi, mengelola jiwa, dan mencegah diri dari
melampiaskan perbuatan tidak baik, termasuk kekerasan, baik verbal maupun
nonverbal.

Memang tidak mudah mengelola hati dan seluruh anggota tubuh ini, mulai dari
mulut, mata, telinga, kemaluan, otak, tangan, hingga kaki. Namun justru di
situlah letak ujian puasa. Manusia digembleng untuk tidak hanya melawan
perihnya perut dan keringnya tenggorokan tapi juga melawan diri sendiri yang
dikuasai nafsu angkara.

Sudahkah hati dan seluruh anggota tubuh kita sabar dan kuat menapaki jalan
puasa yang hakiki? Sudah bersihkah akun media sosial kita dari perbuatan
menyakiti atau merugikan orang lain? Sejauh mana kita kita sabar menahan diri
untuk berkomentar atas apa yang tidak kita kuasai?

Pertanyaan-pertanyaan ini bisa menjadi bahan evaluasi diri khatib pribadi dan
jamaah sekalian tentang kualitas puasa kita hingga detik ini. Masih ada
kesempatan untuk melakukan pembenahan, meningkatkan mutu ibadah, dan
memperkuat persaudaraan antarsesama. Semoga kita semua dikaruniai kekuatan
untuk menyelesaikan ujian Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya.
‫تل رل كح ذّل مل ي كل‬ ‫ي ن ل عََف نوَ مح ُك َاب هل ي َن‬ ‫ل م ُك ف ن ل‬ ‫َك َر َِب‬
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
‫َل‬ ‫ي لاَو‬ ‫ل‬‫ي ِل ح م‬ ‫ِح ل ُالل َلوَ ِل اٰرح قُ حلا ْلحرل َك‬
‫ْح ا‬ ‫ََ َٰل ح ا‬ ‫َّ لإَو‬ ‫ح لا‬
‫ل‬ ‫ل‬ ِ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل بق ت و نل مل‬
ُ ‫ّهن إُ لا َو ُه ُم ح لي َع حلا ُع لوح َق ُل وح ُقَأَو تس ح ََأف َ هّن إ َم حيظ َع لا َالل‬ ّ َ َّ َ
‫ر فل‬ ‫اَذ َه‬ ‫حيمل س‬ ‫َُهت َو ل‬
ُ ّ
‫َلت مح ُك حنمل َو‬
‫م حيحل ّر لا رُوحُفَغلا َو ُه‬
ُ
KHUTBAH 2
ُ ‫ُد َه شح َأ ن ح الل ّلَلإ ََهللإ َ َلُ َل ُهَد َ حيرل َهل‬ ‫لتعح مل ا لل‬ ‫ن‬ ‫د ِّللل ذل‬
ُ
‫ك‬ ّ ‫مل‬
َ ‫حح َو َش‬ ‫لا َأ‬، ‫حَب‬ ‫ص‬
َ ‫ل‬ ‫لا ََ َر َمَأ يح‬ َ‫ح‬
‫لل‬ ‫ِل‬ ‫َل‬ ‫ْح َا‬

‫حب‬
‫ِل‬
ِ
َُ‫نّ َأ ُد َه شح اًد ّم َُم هُدُ هَد عح َب ّبَلن َ َل ُُهلوح سُ َرو‬
‫حبَع‬ َ‫َأ و‬
‫هاَد‬.ُ ‫ص َع لَبت نح ؛ُد عح َب ا ّمَأ‬ ‫ح‬ ‫ب‬‫ّم هّلَلا لل َندل يس ىَلع دٍ مّ ُم هل لل آ َىلع و هل ل‬
َ ‫َ َ ح‬ َُ َ ّ ّ ُ
‫ُه‬ ‫َمَو‬ ‫َو‬ ‫ص‬
َ
Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah

Saat ini semakin banyak kalangan muda Islam yang memiliki semangat dalam
beragama. Namun, ghirah keagamaan tersebut kerap diwarnai dengan sikap
yang berlebihan dan ekremitas, sehingga semakin banyak yang menuduh Islam
sebagai agama yang menganjurkan kekerasan dan terorisme.

Konsep amar maruf nahi mungkar menjadi salah satu konsep yang sering
dijadikan dalih untuk melakukan aksi kekerasan dengan bermain hakim sendiri.
Padahal, sekian banyak teks-teks keagamaan dalam Islam mengecam kekerasan.

Dalam kondisi seperti itu Allah memerintahkan umat Islam menahan diri untuk
menggunakan kekeuatan dan kekerasan, dan hanya diperkenankan untuk
membalas perbuatan dengan yang setimpal dan untuk mengembalikan situasi
kepada keadaan yang normal atau kembali seimbang.

Allah berfirman dalan Surah an-Nahl ayat 126:


‫َن‬ ‫ّللل‬ ‫لل هل ب م ُ بت ح ق لوحُع اَمٖۗ نح َىلوَ تُحب َُوَل‬
‫ح‬ ‫نح‬
‫ح بي‬ ‫ري‬ ‫ص‬
َ َ‫َح‬ ‫حثلب‬ ‫ل اَو‬
ٰ‫ْح خَ َل لص‬
ّ ‫ِل اوح ُبلقاَع َف مح ُت حبَقاَع‬
“Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya
itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar.”
Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah

Jika melihat asbabun nuzul atau sebab pewahyuan ayat tersebut akan tampak
jelas anjuran Alquran untuk menahan diri dalam menyikapi kekerasan kecuali
dalam keadaan terpaksa.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah juga pernah marah atas terbunuhnya


pamannya, Hamzah dalam perang Uhud. Rasulullah berkata, “Dengan nama
Allah, kematian Hamzah akan kubalas dengan membunuh 70 orang dari
pasukan musuh.”

Namun, Allah tidak membiarkannya melakukan itu. Melalui wahyu seperti pada
ayat di atas Allah menetapkan metode pengendalian diri dalam peperangan.
Karena itu, janji tersebut tidak pernah dilaksanakan Rasulullah.

Setelah ayat di atas diturunkan, Rasulullah memilih bersabar, “Kami memilih


bersabar ya Allah,” kata Rasulllah seperti dikutip dari kitab Asbab an-Nuzul
yang ditulis Aly bin Ahmad al-Wahidy.

Selain mengecam kekerasan, Islam juga melarang melakukan teror terhadap


orang lain. Meskipun, sekadar mengangkat dan mengacungkan senjata atau
pedang.

Maasyirol Muslimin Rahimakumullah

Yang terkakhir marilah kita berdoa agar selalu diberikan perlindungan oleh
Allah SWT. Dan juga Mudah-mudahan kita terhindar dari sifat kekerasan dan
terhindar dari tindakanan kekerasan.
‫سَ اًم لي سح‬
‫ْ‬
‫ا ولصَ ت اوّمل َ‬ ‫ب َي َن يذلا ا َهْيأ اون َماء هل لي ع‬ ‫َن وْلصي َُهتكئَلمو َالل‬ ‫ّن إ‬
‫و‬ ‫ِل لنلا ىلع‬
‫ّ‬
‫ت‬ ‫ل‬ ‫ّم ُهّللا ل دٍ ّم ُم َندل ّيس ىلع ل ل اء ىلعوّيلص ا َم ك دٍ ّم ُم َندل ّيس‬
‫َم يهارب إ َند ّيس ىلع َ‬ ‫ّ‬
‫صَ‬
‫م‬ ‫ل ل اء ىلعو كح رل ِبو ميهاربإ َندل يس دٍ م م َندل يس ىلع ل ل اء ىلعو ك ر ِب ام ك دٍ‬
‫ت‬
‫َ‬ ‫ع‬ ‫ل‬‫ى‬ ‫ّ‬ ‫حَ َ‬ ‫ُّ ّ‬ ‫ّ‬
‫ُم‬
‫ك‪.‬‬ ‫حم‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫مج‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫ّ‬ ‫إ‬‫ب‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫ل‬‫ى‬ ‫اء‬ ‫نإ م يهاربإ َندل يس لل‬
‫َ‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬
‫م لح لل ر فل غح ا م ي مل م ام لت‪ ،‬ي لنملؤ م انلمؤ م م ه نمل ءل ايح او مَِل او ك ّنلإ ‪،‬تل‬
‫ُ َ َْ ح ح ُ َ ح ُ ح ُ ح َ ح َ ح ح َ َ‬ ‫ُ ح ّ َْ ح‬
‫َلِ ا تل‬ ‫حلاوَ حلاَو‬ ‫س‬ ‫هّللا للس حلاو لل‬
‫ح‬ ‫ح َ ح‬ ‫َُ‬
‫بر حيرلَق عر حيمجُل ا َو َع ّد لا لت‪.‬‬
‫ب‬ ‫يسل‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫حَ‬
‫ن ار اغصل‬
‫ًَ‬ ‫ب وح ُنذ َان حيَد للاو اَم ُه ححمَ رح اَم‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ل‬‫انب و نُذ اَنلر فل غح ا مّ هّ‬
‫ُ‬ ‫ََ ح َ ح‬
‫َ‬
‫ا َو َك ََ َايّب َر‬ ‫وَ‬
‫ن ن ل َلَو َع حََت ف َانل ب ُولُق ن يذلّلّلل اُون َم آ َانّب َر‬ ‫ح‬‫خ‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫ر فل غح ا انّبر اَنل ن يذلّلا انل‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫ح ََ َ َ‬
‫ًل‬ ‫ِل ل‬ ‫َايمل‬ ‫س‬
‫ل ََوُقَب َ‬
‫ح‬
‫َ غل‬ ‫ِلح ب‬ ‫ِل لَو‬
‫ّ‬
‫ِل‬
‫ك ّنلإ فر مر يحلّر‬ ‫َ‬
‫وؤَُر‬
‫ن نوكُ نَل ان حم ر ن ْح ا ن يرل س ل‬
‫َ‬ ‫َّ َ َ ح َ ح َ‬
‫َال‬ ‫تو مل‬
‫ََ‬
‫َاَنل رح فل حغَت حَّل‬ ‫ن ل إَو‬ ‫َانس‬ ‫ُفَنأ َانمح َلظ َانّبَر‬
‫َ‬
‫ب‬ ‫ا‬ ‫ل‬‫ن‬‫ا‬ ‫ل‬‫ر‬ ‫ع‬ ‫ذ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ق‬ ‫اي ند لا ةنس ةل ر خلَِل ا ةنس انل‬
‫َ‬
‫َ ح ّ َ ًَ َ ح َ ًَ َ َ َ ّ َ‬
‫ف حَ‬ ‫ح‬
‫َ‬ ‫ف‬
‫ِلَو‬ ‫ِل َانلتَاء َانَبَر‬
‫ركنلماو ءاشحفال نع يهنيو برقال يذ ءاتياو ناسحلَاو لدعل ِب رميأ الل نا ‪،‬الل دابع الل ركذلو مكطعي هلضف‬
‫نم هولأساو مكركذي ميظعال الل اوركذاف نوركذت مكلعل يغبلاو بَكا‬

Anda mungkin juga menyukai