Anda di halaman 1dari 4

‫ي‬ ‫ي‬ ٍ ‫سْب ين ي‬

‫كْر ي‬
َ ‫ْعنهُْ–ْ َخاديْمْ َر ُسويلْهللا‬
ُْ‫ْصلَّىْهللا‬ َ ُ‫ض َيْهللا‬ َ ٍ َ‫َْح َزَةْأَن‬
َ ‫ْمال‬ َ ‫• َعنْْأيَِب‬
sebagaimana ia senang diperlakukan oleh orang lain.” (HR.
Muslim, no. 1844)
‫ي‬ َ َ‫ْو َسلَّ َمْق‬ ‫َّبْصلَّىْهللا َ ي‬ ‫ي‬
ْ‫َح ُد ُكم‬
َ ‫ْ”ْالَْيُؤم ُنْأ‬:‫ال‬ َ ‫ْعلَيه‬ُ َ ِّ‫ْو َسلَّ َمْ–ْ َع ينْالني ي‬
َ ‫َعلَيه‬
• Mencintai bisa jadi berkaitan dengan urusan diin (agama), bisa
jadi berkaitan dengan urusan dunia. Rinciannya sebagai berikut.
‫ْوُمسلي ْم‬ ُّ ‫ْ”ْرَواهُْالبُ َخا ير‬ ‫اُْي ُّ ي ي ي‬ ‫ُْي َّْ ي ي‬
‫َخي يهْم ُي‬ ‫ح ََّّت ُي‬
َ‫ي‬ َ ‫بْلنَ فسه‬ َ ‫بِْل‬ َ • Sangat suka jika dirinya mendapatkan kenikmatan dalam hal
agama, maka wajib baginya mencintai saudaranya sebagaimana
• Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu
ia mencintai dirinya mendapatkan hal itu. Jika kecintaan seperti
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu
itu tidak ada, maka imannya berarti dinafikan sebagaimana
‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian
disebutkan dalam hadits.
tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai
• Jika seseorang suka melakukan perkara wajib ataukah sunnah,
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR.
maka ia suka saudaranya pun bisa melakukan semisal itu. Begitu
Bukhari dan Muslim)
pula dalam hal meninggalkan yang haram. Jika ia suka dirinya
• Hadits di atas semakna dengan hadits dari Abdullah bin ‘Amr bin
meninggalkan yang haram, maka ia suka pada saudaranya
Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu `alaihi wa
demikian. Jika ia tidak menyukai saudaranya seperti itu, maka
sallam bersabda,
ternafikan kesempurnaan iman yang wajib.
ْ‫ْو ُه َوْيُؤيم ُن‬ ‫ْع ينْالنَّا يرْويد ُخلْاْلنَّةَْفَ لتَأتييه ي‬
َ ُ‫ْمنيَّ تُه‬
َ َ َ ََ َ ‫ح‬َ ‫بْ أَنْيُ َزح َز‬
َّ ‫َح‬
َ ‫•• فَ َمنْ أ‬ Termasuk dalam hal pertama ini adalah suka saudaranya
mendapatkan hidayah, memahami akidah, dijauhkan dari
‫بْأَنْيُؤتَىْإيلَي يْه‬ ‫َّاسْالَّ يذ ُي‬ ‫َّللْوالي ويم ي‬
‫ْاآلخ يرْولْيأ ي‬
‫تْإي ََلْالن ي‬ ‫ي‬
ُّ ‫ىُْي‬ ََ َ َ َّ ‫يِب‬ kebid’ahan, seperti itu dihukumi wajib karena ia suka jika ia
sendiri mendapatkannya.
• “Barangsiapa ingin dijauhkan dari neraka dan masuk ke dalam
• Sangat suka jika dirinya memperoleh dunia, maka ia suka
surga, hendaknya ketika ia mati dalam keadaan beriman kepada
saudaranya mendapatkan hal itu pula. Namun untuk kecintaan
Allah, dan hendaknya ia berperilaku kepada orang lain
kedua ini dihukumi sunnah. Misalnya, suka jika saudaranya diberi • Ibnu Rajab Al-Hambali berkata mengenai hadits di atas, “Di
keluasan rezeki sebagaimana ia pun suka dirinya demikian, maka antara tanda iman yang wajib adalah seseorang mencintai
dihukumi sunnah. Begitu juga suka saudaranya mendapatkan saudaranya yang beriman lebih sebagaimana ia mencintai dirinya
harta, kedudukan, dan kenikmatan dunia lainnya, hal seperti ini sendiri. Ia pun tidak ingin sesuatu ada pada saudaranya
dihukumi sunnah. sebagaimana ia tidak suka hal itu ada padanya. Jika cinta
• Jama’ah Rahimakumullah semacam ini lepas, maka berkuranglah imannya.” (Jaami’ Al-
• Kita diperintahkan untuk mencintai sesama muslim. Allah ‘Ulum wa Al-Hikam, 1:305).
Ta’ala berfirman, • Sikap yang dilakukan oleh seorang muslim ketika melihat

ْ‫ْويَن َهو َن‬ ‫ي‬ ‫َْي ُم ُرو َن ي‬


َ ‫ِْبل َمع ُروف‬ َ‫ض‬ ٍ ‫ض ُهمْ أَوليْيَاءُْبَع‬ ُ َ‫ْوال ُمؤيمن‬
ُ ‫اتْبَع‬ ‫ي‬
َ ‫• َوال ُمؤمنُو َن‬
saudaranya yang melakukan kesalahan adalah menasihatinya.
Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Jika seseorang melihat pada

َ ‫ْوَر ُسولَهُْأُولَئي‬ ‫ْالزَكا َة ي‬ ‫َع ينْالمن َك ير ي‬


ْ‫ك‬ َّ ‫يعو َن‬
َ َ‫ْاَّلل‬ َ َّ ‫ْويُؤتُو َن‬
ُ ‫ْويُط‬ َ ‫ْالص ََل َة‬
َّ ‫يمو َن‬
ُ ‫ْويُق‬
saudaranya kekurangan dalam agama, maka ia berusaha untuk
َ ُ
menasihatinya (membuat saudaranya jadi baik).” (Jaami’ Al-
ْ ‫ْح يك‬
‫يم‬ َ ‫ْع يزيز‬ َّ ‫ْاَّللُْإي َّن‬
َ َ‫ْاَّلل‬ َّ ‫َس ََي ََحُ ُه ُم‬ ‘Ulum wa Al-Hikam, 1:308).
• Adapun jika muslim tersebut pelaku dosa besar seperti pemakan
• “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, riba (rentenir) dan suka mengghibah (menggunjing), maka orang
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian tersebut dicintai sekadar dengan ketaatan yang ada padanya dan
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, dibenci karena maksiat yang ia terus lakukan.
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan
• Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Jika ada dalam diri
zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
seseorang kebaikan dan kejelekan, dosa dan ketaatan, maksiat,
akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha
sunnah dan bid’ah, maka kecintaan padanya tergantung pada
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71).
kebaikan yang ia miliki. Ia pantas untuk dibenci karena kejelekan
yang ada padanya. Bisa jadi ada dalam diri seseorang kemuliaan • Ketiga: Wajib meninggalkan hasad karena orang yang hasad pada
dan kehinaan, bersatu di dalamnya seperti itu. Contohnya, ada saudaranya berarti tidak mencintai saudaranya seperti yang ia
pencuri yang miskin. Ia berhak dihukumi potong tangan. Di cintai pada dirinya sendiri. Bahkan orang yang hasad itu
samping itu ia juga berhak mendapat harta dari Baitul Mal untuk berangan-angan nikmat orang lain itu hilang.
memenuhi kebutuhannya.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 28:209). • Sedangkan pengertian hasad menurut Syaikhul Islam Ibnu
• Ibnu Taimiyah melanjutkan, “Demikianlah prinsip Ahlus Sunnah Taimiyah yaitu,
wal Jama’ah. Prinsip diselisihi oleh Khawarij dan Mu’tazilah
ْ‫س ي‬
‫ود‬ ‫ْحس ين َ ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬
serta yang sepaham dengan mereka. Mereka menjadi hanya
ُ ‫ْحالْال َمح‬ ُ ‫ْوال َك َر َاهةُْل َماْيَ َراهُْمن‬
َ‫ض‬ ُ ‫ْه َوْالبُ غ‬
ُ ‫س َد‬
َ َ‫• اْل‬
berhak dapat pahala saja. Atau jika tidak yah mendapatkan siksa • “Hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik
saja. Sedangkan Ahlus Sunnah berprinsip bahwa Allah menyiksa yang ada pada orang yang dihasad.” (Majmu’ah Al-Fatawa,
orang yang berbuat dosa besar yang pantas untuk disiksa. Mereka 10:111).
pun dapat keluar dari neraka dengan syafa’at sebagai karunia dari • Jamaah Rahimakumullah
Allah. Sebagaimana hal ini didukung oleh hadits dari Nabi • Tingkatan Hasad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Idem). • Berkeinginan nikmat yang ada pada orang lain hilang meski tidak
• Jamaah Rahimakumullah berpindah padanya. Orang yang hasad lebih punya keinginan
• Faedah hadits tersebut besar nikmat orang lain itu hilang, bukan bermaksud nikmat
• Pertama: Yang dimaksud dalam hadits adalah tidak tersebut berpindah padanya.
sempurnanya iman. • Berkeinginan nikmat yang ada pada orang lain hilang lalu
• Kedua: Wajib mencintai saudara kita sebagaimana mencintai berkeinginan nikmat tersebut berpindah padanya. Misalnya, ada
saudara sendiri. Di sini dikatakan wajib karena ada kalimat wanita cantik yang sudah menjadi istri orang lain, ia punya hasad
penafian umum. seandainya suaminya mati atau ia ditalak, lalu ingin menikahinya.
Atau bisa jadi pula ada yang punya kekuasaan atau pemerintahan
ْ،ْ‫ىْهلَ َكتي يه يِْفْاْلَيِّق‬
َ َ‫ْعل‬
َ ‫ط‬َ ِّ‫سلي‬
ُ َ‫ْماالًْف‬ َّ ُ‫ْآَته‬
َ ُ‫ْاَّلل‬ َ ‫ْر ُجل‬ ‫س َدْإيالَّ يِْفْاث نَ تَ ي‬
َ ‫ْي‬ َ ‫ْح‬
َ َ‫• ال‬
yang besar, ia sangat berharap seandainya raja atau penguasa
tersebut mati saja biar kekuasaan tersebut berpindah padanya. ‫اْويُ َعليِّ ُم َهْا‬ ‫ي ي‬ ‫ْآَتهُْ َّ ي‬
َ َ‫ْفَ ه َوْيَقضىِْب‬،ْ‫اَّللُْاْلك َم َة‬ َ ‫َوَر ُجل‬
• Tingkatan hasad kedua ini sama haramnya namun lebih ringan
dari yang pertama. • “Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu

• Tidak punya maksud pada nikmat orang lain, namun ia ingin orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan

orang lain tetap dalam keadaannya yang miskin dan bodoh. Hasad pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al

seperti ini membuat seseorang akan mudah merendahkan dan Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.”

meremehkan orang lain. (HR. Bukhari, no. 73 dan Muslim, no. 816)

• Tidak menginginkan nikmat orang lain hilang, namun ia ingin • Inilah maksud berlomba-lomba dalam kebaikan seperti dalam

orang lain tetap sama dengannya. Jika keadaan orang lain lebih ayat,

dari dirinya, barulah ia hasad dengan menginginkan nikmat orang ‫سو َْن‬ ‫ي‬
ُ ‫سْال ُمتَ نَ ْاف‬ َ ‫• َويِفْ َذلي‬
‫كْفَ ليَ تَ نَافَ ي‬
lain hilang sehingga tetap sama dengannya. Yang tercela adalah
keadaan kedua ketika menginginkan nikmat saudaranya itu • “Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-

hilang. lomba.” (QS. Al-Muthaffifin: 26)

• Menginginkan sama dengan orang lain tanpa menginginkan


nikmat orang lain hilang. Inilah yang disebut dengan
ghibthoh sebagaimana terdapat dalam hadits berikut.
• Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Anda mungkin juga menyukai