Anda di halaman 1dari 36

Mahabbah, Khauf, Raja’,

dan Tawakal kepada Allah


Swt.
PAI dan Budi Pekerti X
SEMESTER 2
Pendahuluan
• Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajari materi tentang cabang-
cabang iman. Sesuai hadis Nabi Muhammad Saw. dan pemahaman para
ulama, iman memiliki lebih dari 60 cabang. Semua cabang iman wajib
dimengerti, dipahami, dan diamalkan oleh umat Islam dalam kehidupan
sehari-hari agar keimanan umat Islam makin kuat dan sempurna.
• Dari cabang iman tersebut, kita akan mempelajari empat cabang iman,
yakni; mahabbah, khauf, raja’ dan tawakal kepada Allah Swt. Beberapa
cabang iman tersebut sangat penting dipelajari sehingga mencerminkan
ketakwaan sejati seorang hamba kepada Allah Swt.
• Banyak manfaat yang didapatkan oleh seorang hamba yang bertakwa. Di
antara manfaat tersebut adalah Allah memberikan jalan keluar terhadap
semua persoalan serta kemudahan dan keberkahan rezeki yang tiada
disangka.
QS. At-Talaq (65): 2-3
‫• َفِإَذ ا َبَلْغ َن َأَج َلُهَّن َفَأْمِس ُك وُهَّن ِبَم ْعُروٍف َأْو َفاِرُقوُهَّن ِبَم ْعُروٍف َو َأْش ِهُد و۟ا َذ َو ْى َع ْد ٍل ِّم نُك ْم َو َأِقيُم و۟ا ٱلَّش َٰه َد َة ِهَّلِلۚ َٰذ ِلُك ْم ُيوَع ُظ‬
‫ِبِهۦ َم ن َك اَن ُيْؤ ِم ُن ِبٱِهَّلل َو ٱْلَيْو ِم ٱْل َء اِخ ِرۚ َو َم ن َيَّتِق ٱَهَّلل َيْج َع ل َّل ۥُه َم ْخ َر ًج ا‬
• Maka apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujuklah (kembali kepada)
mereka dengan baik/lepaskanlah mereka dengan baik, dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi yang adil di antara kamu, dan hendaklah kamu tegakan kesaksian itu
karena Allah. Demikianlah pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada
Allah dan hari kiamat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
membukakan jalan keluar baginya.

‫ُبُهۚ ِإَّن ٱَهَّلل َٰب ِلُغ َأْم ِرِهۦۚ َقْد َجَعَل ٱُهَّلل ِلُك ِّل َش ْى ٍء َقْد ًر ا‬
‫• َو َيْر ُز ْقُه ِم ْن َح ْيُث اَل َيْح َتِس ُب ۚ َو َم ن َيَتَو َّك ْل َع َلى ٱِهَّلل َفُهَو َح ْس ٓۥ‬
• Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa
bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan
ketentuan bagi setiap sesuatu.
A. Mahabbah kepada Allah
• 1. Pengertian Mahabbah kepada Allah
• Mahabbah kepada Allah dapat diartikan dengan cinta kepada Allah.
Pengertian cinta kepada Allah berarti siap untuk menjadi hamba-Nya serta
sering menyebut-Nya melalui zikir dan lainnya. Siap menjadi hamba Allah
berarti siap untuk taat. Taat yang dimaksud adalah mematuhi semua
perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Cinta kepada Allah harus
diikuti dengan ketulusan dan kerelaan hati untuk mengorbankan seluruh
yang kita miliki kepada-Nya. Dengan adanya mahabbah kepada Allah
dalam diri kita, akan tercipta sikap mencintai sesama, bahkan kepada
seluruh alam semesta.
2. Dalil Mahabbah kepada Allah
• A. QS. At-Taubah (9): 24:

‫َو َأْم َٰو ٌل ٱْقَتَر ْفُتُم وَها‬ ‫• ُقْل ِإن َك اَن َء اَبٓاُؤ ُك ْم َو َأْبَنٓاُؤ ُك ْم َو ِإْخ َٰو ُنُك ْم َو َأْز َٰو ُج ُك ْم َو َع ِش يَر ُتُك ْم‬
‫َو َر ُسوِلِهۦ َو ِج َهاٍد ِفى‬ ‫َو ِتَٰج َر ٌة َتْخ َش ْو َن َك َس اَدَها َو َم َٰس ِكُن َتْر َض ْو َنَهٓا َأَح َّب ِإَلْيُك م ِّم َن ٱِهَّلل‬
‫َٰف‬
‫َس ِبيِلِهۦ َفَتَر َّبُصو۟ا َح َّتٰى َيْأِتَى ٱُهَّلل ِبَأْم ِرِهۦۗ َو ٱُهَّلل اَل َيْهِد ى ٱْلَقْو َم ٱْل ِس ِق َن‬
‫ي‬
• Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu,
saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya,
serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan
rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum
yang fasik.” (QS. At-Taubah/9:24)
b. Hadis Riwayat Bukhari
• Dari Anas bin Malik, dari Nabi Saw., beliau bersabda, “tiga perkara yang
apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman:
dijadikannya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika
ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan
dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci apabila dilempar ke
neraka.”
• Dari Abu Musa dari Nabi Saw., Beliau bersabda, “Barang siapa yang
mencintai berjumpa dengan Allah, Allah mencintai berjumpa dengannya,
sebaliknya siapa yang membenci berjumpa dengan Allah, Allah pun
membenci berjumpa dengannya.”
3. Cara Mahabbah kepada Allah
• Menurut Syekh Imam Nawawi Al-Bantani, beliau memberikan fatwa bahwa cara
mahabbah/mencintai Allah adalah sebagai berikut:
• a. Selalu memuji Allah
• b. Selalu husnuzan kepada Allah
• c. Meyakini kasih sayang Allah yang luar biasa
• d. Meyakini kebenaran hukum-hukum Allah
• e. Selalu takut berpaling dari Allah
• f. Selalu membutuhkan Allah
• g. Selalu berzikir kepada Allah
• h. Sangat senang melaksanakan ibadah kepada Allah
• i. Selalu senang melihat seseorang yang memuji Allah
4. Manfaat Mahabbah kepada Allah
• Manfaat yang akan didapatkan apabila kita telah mahabbah kepada Allah adalah
sebagai berikut.
• a. Dicintai oleh Allah
• b. Berjumpa dengan Allah
• c. Memperoleh manisnya iman
• 5. Contoh Mahabbah kepada Allah
• Sebagai seorang hamba yang mahabbah / mencintai Allah, kita akan sering
menyebut nama-Nya melalui zikir dan menjadi hamba yang total dan sempurna.
Contoh yang sangat sempurna bagi seorang hamba dalam mahabbah kepada
Allah adalah Nabi Muhammad, Beliau adalah teladan sejati bagi umat Islam
dalam mencintai Allah, baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Allah berfirman, QS. Al-Qasas/28: 77
‫• َو ٱْبَتِغ ِفيَم ٓا َء اَتٰى َك ٱُهَّلل ٱلَّد اَر ٱْل َء اِخ َر َةۖ َو اَل َتنَس َنِص يَبَك ِم َن ٱلُّد ْنَياۖ َو َأْح ِس ن َك َم ٓا َأْح َس َن‬
‫ٱُهَّلل ِإَلْيَك ۖ َو اَل َتْبِغ ٱْلَفَس اَد ِفى ٱَأْلْر ِضۖ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِح ُّب ٱْلُم ْفِس ِد يَن‬
• Artinya: “Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.
Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
• Berdasarkan ayat tersebut, kita diperintahkan untuk seimbang dalam menjalani
kehidupan. Dalam mencari rezeki, kita harus bersungguh-sungguh dan penuh
semangat. Begitu juga ketika waktu beribadah telah tiba dengan kekhusyukan.
Dengan demikian, kehidupan kita seimbang antara dunia dan akhirat.
Dalam mahabbah-nya kepada Allah
• Nabi Muhammad berzikir dengan kalimat tahlil dalam sehari tidak kurang
dari 100 kali. Hal ini sebagaimana hadis Nabi Saw.:
• Dari Abu Hurairah RA., bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Barangsiapa
yang membaca lailaha illallah wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul
hamdu wahuwa ‘ala kulli syai’in qadir (tiada Tuhan selain Allah Yang Maha
Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan pujian, dan Dia
Kuasa atas segala sesuatu), sebanyak 100 kali setiap hari, maka hal itu
seperti membebaskan budak sebanyak 10 orang, dicatat sebagai 100 buah
kebaikan, dihapuskan keburukannya 100 keburukan dan ia dijaga dari
setan pada hari itu sampai waktu sore tiba. (HR. Bukhari)
6. Penerapan Mahabbah kepada Allah
• Mahabbah kepada Allah harus diterapkan setiap waktu. Dalam mahabbah
kepada Allah, kita dapat melakukannya melalui zikir dan taat kepada Allah. Zikir
menjadi media untuk senantiasa mengingat Allah, baik zikir di dalam hati, lisan,
maupun perbuatan.
• Zikir di dalam hati dilakukan dengan penuh keyakinan. Kita harus menjadikan
Allah sebagai zat yang menguasai jiwa dan raga, yang mencukupi segala
kebutuhan, serta yang menentukan segala yang terjadi. dengan demikian, kita
akan selalu bersyukur dan beristigfar kepada Allah. Zikir dengan lisan adalah zikir
dengan membaca kalimat tayibah sehingga lisan selalu basah dengan kalimat
tersebut. Di sisi lain, zikir dengan perbuatan adalah segala perbuatan sebagai
wujud ketaatan kepada Allah. Ketaatan kepada Allah merupakan wujud terhadap
ketakwaan yang terus ditumbuh kembangkan selama dalam perjalanan hidup.
Bagi seorang pelajar muslim,
• Mahabbah kepada Allah dapat dilakukan dengan berzikir ketika dalam perjalanan
berangkat ke sekolah, baik di dalam hati maupun dengan lisan, dengan membaca
kalimat tayibah. Berzikir juga dapat dilakukan ketika istirahat dan dalam perjalanan
pulang dari sekolah.
• B. Khauf kepada Allah
• 1. Pengertian Khauf kepada Allah
• Khauf kepada Allah dapat diartikan takut kepada Allah. Khauf adalah perasaan takut
terhadap siksa dan keadaan yang tidak mengenakkan karena kemaksiatan dan dosa
yang telah diperbuat oleh seorang hamba. Khauf yang dimaksud adalah rasa takut
apabila dilupakan oleh Allah. Dengan demikian, hidupnya jauh dari jalan yang diridhai-
Nya dan takut mendapat siksa karena berbuat maksiat dan melanggar perintah Allah.
Oleh karena itu, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa dengan khauf kepada Allah dapat
mencegah seseorang berbuat dosa.
2. Dalil Khauf kepada Allah
• a. QS. Al-Hasyr/59: 21
‫َّل‬ ‫َي‬ ‫• َل ْو َأ َز ْل َن َٰه َذ ْل ُق ْر َء َن َع َل ٰى َج َب َّل َر َأ ْي َت ُه َٰخ ًع ُّم َت َص ًع ْن َخ ْش‬
ۚ ‫ِة ٱل ِه‬ ‫ِّد ا ِّم‬ ‫ۥ ِش ا‬ ‫ٍل‬ ‫ن ا اٱ ا‬
‫َو ْل َك ٱَأْلْم َٰث ُل َن ْض ُب َه ا لَّن ا َل َع َّل ُه ْم َي َتَف َّك ُر وَن‬
‫ِر ِل ِس‬ ‫ِت‬
• Artinya: “seandainya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu
akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah. Perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berfikir.”
• b. Hadis riwayat Bukhari
• Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. bersabda, “ Ada tujuh golongan manusia yang akan
mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; …
(salah satunya) seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang perempuan
kaya lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah,’….”
3. Cara Khauf kepada Allah
• Menurut Dr. Aidh Abdullah Al-Qarny, terdapat empat cara seseorang takut kepada Allah,
sebagai berikut.
• a. jujur kepada Allah, baik dalam pikiran, ucapan, maupun perbuatan.
• b. bertobat, meminta ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan dan merahasiakan
amal kebajikan yang diperbuat.
• c. menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin.
• 4. Ciri-ciri seseorang Khauf kepada Allah
• Seseorang yang memiliki khauf kepada Allah akan dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai
berikut.
• a. akhlak dan perilakunya makin menentramkan orang banyak.
• b. lisannya tidak pernah berkata bohong dan bergunjing
• c. lisannya selalu digunakan untuk berkata baik dan zikir kepada Allah
d. Penglihatannya selalu dijaga dari pandangan-pandangan yang haram
• e. Perutnya selalu diisi dengan makanan dan minuman yang halal
• f. kaki, tangan, dan pikirannya hanya dipergunakan untuk kebaikan
• 5. Manfaat Khauf kepada Allah
• Menurut Imam Al-Ghazali, terdapat banyak manfaat yang akan diperoleh dengan
menanamkan rasa takut semata-mata hanya kepada Allah, sebagai berikut.
• a. menjadikan hati merasa tentram dan tenang, sebab ketakutan dan kedekatannya
hanya kepada Allah
• b. Nafsu menjadi terkikis dan keinginan terhadap dunia makin terkendali
• c. mendekatkan diri terhadap keagungan dan kemuliaan Allah
• d. hati makin jauh dari permusuhan, kedengkian, dan hasad
• e. memperoleh surga Allah, sebagaimana dalam firman-Nya.
QS. Al-Hijr/15:45
‫ُي‬ ‫ُع‬ ‫َو‬ ‫َّن ُمْلَّت َن َج َّٰن‬
‫• ِإ ٱ ِق ي ِف ى ٍت وٍن‬
• Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam (surga yang penuh)
taman-taman dan mata air.”
• 6. Contoh Khauf kepada Allah
• Allah berfirman sebagai berikut.
‫• َٰٓيَأ ُّي َه َّل َن َء َم ُن ۟ا ُق ٓو ۟ا َأ ُف َس ُك ْم َو َأ ْه ُك ْم َن ًر َو ُق ُد َه َّن ُس َو ْل َج َر ُة َع َل ْي َه َم َٰٓل َك ٌة‬
‫ا ِئ‬ ‫ِل ي ا ا و ا ٱل ا ٱ ِح ا‬ ‫ن‬ ‫ا ٱ ِذ ي ا و‬
‫اَل ٌظ َد اٌد اَّل َي ْعُص وَن ٱلَّل َه َم ٓا َأ َم َر ُه ْم َو َي ْف َع ُل وَن َم ا ُي ْؤ َم ُر وَن‬
‫ِغ ِش‬
• “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat
yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Berdasarkan ayat tersebut, kita hendaknya takut terhadap siksaan yang
menimpa apabila tidak melaksanakan perintah Allah,
• Dan menghindari larangan-Nya. Contohnya, dalam melaksanakan salat
lima waktu, hendaknya kita melaksanakan salat tepat waktu. Allah telah
berfirman terkait seseorang yang lalai dari salatnya.
‫َّل َن ُه ْم َع َص اَل ْم َس ُه َن‬ ‫َن‬ ‫َص‬ ‫ُم‬ ‫َف َو ْي ٌل ْل‬

‫۝‬٥ ‫ن ِت ِه ا و‬ ‫۝ ٱ ِذ ي‬
٤ ‫ِّل ِّل ي‬
• Artinya: “4. Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat, 5. (yaitu) yang
lalai terhadap salatnya. (QS. Al-Ma’un/107:4-5)
• Dalam ayat tersebut, yang dimaksud dengan lalai terhadap salatnya adalah
lalai akan waktu dan tujuan salat, serta bermalasan dalam
mengerjakannya. Mudah-mudahan kita terhindar dari perbuatan tersebut.
7. Penerapan Khauf kepada Allah
• Umat Islam wajib takut hanya kepada Allah, hanya Allah yang wajib ditakuti.
Takut kepada Allah wajib dilakukan di setiap waktu dan dalam segala persoalan
kehidupan. Takut kepada Allah dapat dibuktikan dengan cara melakukan semua
perintah Allah dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya.
• Pada saat ujian di sekolah, apakah Anda mengerjakan semua soal dengan
percaya diri atau dengan menyontek? Bagi seorang pelajar muslim, tentu sudah
melakukan persiapan yang matang dengan belajar dan terus berlatih soal-soal
sebelum ujian. Penerapan khauf kepada Allah dalam kondisi tersebut dapat
dilakukan dengan cara mengerjakan semua soal dengan penuh percaya diri dan
keyakinan bahwa Allah akan memberikan keridaan atas kejujuran yang kita
lakukan. Apabila kita melakukan hal tersebut, kita sudah dapat mulai
menerapkan khauf kepada Allah.
C. Raja’ kepada Allah
• 1. Pengertian Raja’ kepada Allah
• Raja’ kepada Allah dapat diartikan dengan berharap kepada Allah. Raja’ adalah
perasaan penuh harap seorang hamba akan surga dan berbagai kenikmatan lainnya
sebagai buah dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Imam Al-Ghazali mengatakan
bahwa dengan adanya raja’, kita dapat menguatkan keinginan seorang hamba untuk
melakukan ketaatan.
• Kita harus memiliki raja’ kepada Allah, hal ini disebabkan manusia adalah makhluk
yang lemah, tidak mempunyai daya dan kekuatan, kecuali dari Allah. Kita tidak akan
mampu melakukan sesuatu, kecuali tanpa kehendak dari Allah. Kita juga tidak akan
mampu mencukupi segala kebutuhan, kecuali dari Allah. Hal tersebut disebabkan Allah
yang menciptakan manusia, Allah pula yang memenuhi segala kebutuhan makhluk-
Nya. Namun, tatkala berharap kepada Allah, kita hendaknya senantiasa
berikhtiar/berusaha lahir dan batin secara sempurna.
2. Dalil Raja’ kepada Allah
• a. QS. Al-Kahf/18:110
‫• ُق ْل َّن َم ٓا َأ َن ۠ا َب َش ٌر ْث ُل ُك ْم ُي وَح ٰٓى َل َّى َأ َّن َم ٓا َٰل ُه ُك ْم َٰل ٌه َٰو ٌد ۖ َف َم ن َك اَن َي ْر ُج و۟ا َق ٓاَء َر ۦ َف ْل َيْع َم ْل َع َم اًل َٰص ًح ا َو اَل ُي ْش ْك‬
‫ِر‬ ‫ِل‬ ‫ِل ِّب ِه‬ ‫ِإ ِح‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫َأ ًۢد ِّم‬ ‫ِإ‬
‫ِب ِع َب اَد ِة َر ِّب ِه ٓۦ َح ا‬
• “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang
diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan
pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun
sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.”

• b. QS. Al-Hasyr/59: 18
‫• َٰٓيَأ ُّي َه َّل َن َء َم ُن ۟ا َّتُق ۟ا َّل َه َو ْل َت ُظ ْر َن ْف ٌس َّم َق َّد َم ْت َغ َو َّتُق ۟ا َّل َه َّن َّل َه َخ ٌۢر َم َت ْع َم ُل َن‬
‫ِل ٍد ۖ ٱ و ٱل ۚ ِإ ٱل ِب ي ِب ا و‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ا ٱ ِذ ي ا و ٱ و ٱل‬
• Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
c. Hadis riwayat Tirmidzi
• Dari Syaddad bin Aus dari Nabi Saw. Beliau bersabda, “Orang yang cerdas adalah orang yang
mampu mengendalikan nafsunya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan
orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan
kepada Allah.”
• 3. Cara Raja’ kepada Allah
• Berikut cara agar kita dapat mempraktikan raja’ kepada Allah dalam kehidupan
sehari-hari.
• a. menyembah kepada Allah dengan penuh keyakinan
• b. meminta dan berharap melalui sabar dan salat
• c. semangat dalam melaksanakan ketaatan
• d. menghadapi kesulitan hidup secara tenang
• e. berniat dalam melakukan sesuatu hanya karena Allah
4. Ciri-ciri seseorang yang Raja’ kepada Allah
• Seseorang yang raja’ kepada Allah dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai
berikut.
• a. Optimis dalam hidup dan tidak pernah putus asa
• b. Dinamis dalam hidup
• c. Berfikis kritis dan maju untuk masa depan
• d. mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri
• e. Melakukan sesuatu kebaikan dengan niat hanya karena Allah
5. Manfaat Raja’ kepada Allah
• Berikut manfaat yang akan didapatkan oleh seorang hamba yang raja’ kepada
Allah.
• a. Terjauhkan dari syirik yang merupakan dosa yang tidak diampuni oleh
Allah. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa’/4:116:
‫َّل‬ ‫ْك‬ ‫َو َي ْغ ُر َم ُد َن َٰذ َك َمِل َي َش ُء َو َم ُي ْش‬ ‫َك‬ ‫َر‬ ‫ْش‬ ‫ُي‬ ‫َأ‬ ‫ُر‬ ‫َي ْغ‬ ‫َّن َّل َه اَل‬
‫ِب ِه ۦ ِف ا و ِل ن ٓا ۚ ن ِر ِب ٱل ِه‬ ‫ِف ن‬ ‫• ِإ ٱل‬
‫ًد‬ ‫َب‬ ‫اًۢل‬ ‫َض َٰل‬ ‫َف َق ْد َض َّل‬
‫ِع ي ا‬
• Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena
mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang
selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang
mempersekutukan Allah sungguh telah tersesat jauh.
b. Memperoleh hasil terbaik dari usaha yang dilakukan
• c. Mendatangkan manfaat dan berkah di dunia dan akhirat
• 6. Contoh Raja’ kepada Allah
• Pada suatu saat, Nabi Yunus AS. Hendak meninggalkan kaumnya yang bernama “Kaum
Ninawa”. Hal ini disebabkan mereka sangat sulit untuk diajak beriman kepada Allah.
Dengan tekad yang bulat, ia tinggalkan kaumnya untuk pergi dengan menggunakan
kapal. Sampai di pelabuhan, hanya ada sebuah kapal yang sudah penuh dengan
penumpang. Namun, Nahkoda mempersilahkan Nabi Yunus AS. Untuk naik ke kapal
tersebut. Setibanya di tengah laut, terjadi awan hitam dan angina yang sangat kencang,
sehingga kapal nyaris terancam tenggelam. Dalam kondisi seperti itu, nahkoda
meminta semua barang bawaan penumpang untuk di buang ke laut dan mengurangi
jumlah penumpang. Nahkoda menulis nama semua penumpang dan mengundinya.
Nama yang keluar berkali-kali untuk dibuang adalah Nabi Yunus AS. Ikhlas untuk di
lempar ke laut.
Tatkala dilempar ke laut, Nabi Yunus AS. Langsung ditangkap dan
ditelan oleh ikan Nun.
• Selama di dalam perut ikan Nun, Nabi Yunus AS. Mengakui bahwa dirinya telah
berbuat zalim sehingga ia terus berzikir dan meminta ampunan dari Allah. Nabi
Yunus AS. Berharap diampuni dosa-dosanya oleh Allah dan dapat keluar dari
perut ikan Nun. Zikir dan doa yang dibaca Nabi Yunus AS. Yaitu sebagai berikut.
• “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-
orang yang zalim.”
• Sebuah riwayat menyebutkan bahwa selama Nabi Yunus AS. Berzikir dan
membaca doa tersebut, langsung terjadi goncangan yang luar biasa. Hal tersebut
membuat ikan Nun terumbang-ambing dan tersiksa sehingga memuntahkan Nabi
Yunus AS. Ke tepi laut dengan selamat. Kondisi air laut pun menjadi tenang
kembali.
• Dari kisah tersebut, kita dapat mengambil suatu pelajaran.
Hanya dengan raja’/berharap kepada Allah dengan disertai ikhtiar,
harapan kita akan tercapai dan memperoleh berkah dari Allah.
• 7. Penerapan Raja’ kepada Allah
• Raja’ menjadi bagian dari kesempurnaan usaha manusia. Raja’ dilakukan setelah
manusia berikhtiar secara sempurna. Raja’ kepada Allah didasarkan pada keyakinan
bahwa apabila Allah memberikan/ mengabulkan hal yang kita harapkan, berarti itu
baik bagi kita. Sebaliknya, saat kita sudah berusaha maksimal, tetapi Allah belum
memberikan/ mengabulkan harapan kita, berarti itu belum baik bagi kita. Dengan
demikian, raja’ harus disertai husnuzan kepada Allah. Hal ini disebabkan pemberian
Allah adalah sesuatu yang terbaik untuk kita.
• Umat Islam, termasuk pelajar muslim, harus membudayakan raja’ hanya kepada Allah.
Misalnya setelah tamat dari bangku SMA, kita berharap dapat diterima di perguruan
tinggi terkenal. Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah berusaha maksimal,
seperti mempersiapkan diri dengan belajar dan berlatih, serta mengikuti bimbingan
belajar.
Setelah itu, jika sudah siap, kita dapat mengikuti seleksi dengan
berbagai tahapan yang ditentukan.
• Setelah semua dilakukan, pelajar muslim melengkapi ikhtiarnya
dengan berdo’a secara khusyuk, melalui salat malam serta puasa
sunah secara rutin dengan harapan keinginannya dapat terwujud.
• Apabila harapan tersebut dapat terwujud, kita wajib bersyukur
kepada Allah, dengan cara melakukan kuliah serius, bersungguh-
sungguh, tetap tawaduk, dan selalu menjauhkan diri dari bentuk
kesombongan. Namun, apabila harapan tersebut belum terkabul, kita
harus tetap sabat dan terus berusaha tanpa berputus asa. Putus asa
merupakan sikap berpaling dari rahmat Allah. Sebagaimana Allah
berfirman :
QS. Yusuf/12: 87
‫۟ا‬ ‫َٔـ‬ ‫۟ا‬ ‫اَل‬
‫َف َو ي َو ْي ُس و ن َّر ْو‬
‫َت‬ ‫َأ‬ ‫•َٰي َب َّى ٱْذ َه ُب و۟ا َف َت َح َّس ُس و۟ا ن ُي وُس‬
‫ِم ِح‬ ‫ِخ َٰكِه‬ ‫ِم‬ ‫ِن‬
‫ٱْل َق ْو ُم ٱْل ُر وَن‬ ‫َّر ْو َّل اَّل‬ ‫ُس‬ ‫َٔـ‬ ‫ْي‬ ‫۟ا‬ ‫َي‬ ‫اَل‬ ‫َّنُه‬ ‫َّل‬
‫ِف‬ ‫ِم ن ِح ٱل ِه ِإ‬ ‫ٱل ِه ۖ ِإ ۥ‬
• Artinya: “Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, cailah (berita)
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat
Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.”
D. Tawakal kepada Allah
• 1. Pengertian Tawakal kepada Allah
• Tawakal adalah berserah diri kepada Allah atas segala hasil setelah berusaha secara
bersungguh-sungguh dan berdo’a secara khusyuk. Dengan demikian, tawakal bukan
berarti menyerahkan segala sesuatu secara mutlak kepada Allah semata. Namun, hal
tersebut harus didahului dengan ikhtiar. Sebagaimana dalam hadis Nabi Saw.
Disebutkan kisah seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah Saw. Tentang
bertawakal.
• Dari Anas bin Malik berkata: Ada seorang lelaki yang bertanya, “Wahai Rasulullah
apakah aku harus mengikat untaku kemudian bertawakal/ aku melepaskannya saja
kemudian bertawakal?” Beliau menjawab, “Ikatlah untamu kemudian bertawakallah.”
• Berdasarkan hadis tersebut, Nabi Saw. Memerintahkan sahabat tersebut untuk
mengikat dulu untanya, setelah itu bertawakal.
Hal ini dapat diartikan Nabi Saw. Memerintahkan umatnya untuk
berikhtiar semaksimal mungkin.
• Setelah itu, kita bertawakal kepada Allah atas hasil yang akan didapatkan
dari ikhtiar tersebut.
• 2. Dalil Tawakal kepada Allah
• a. QS. At-Talaq/65:3
‫• َو َي ْر ُز ْق ُه ِم ْن َح ْي ُث اَل َيْح َت ِس ُب ۚ َو َم ن َي َت َو َّك ْل َع َل ى ٱلَّل ِه َف ُه َو َح ْس ُب ُه ٓۥۚ َّن ٱلَّل َه َٰب ِل ُغ َأ ْم ِه ۦۚ َق ْد َج َع َل ٱلَّل ُه ِل ُك َش ْى ٍء َق ْد اًر‬
‫ِّل‬ ‫ِر‬ ‫ِإ‬
• Artinya: “dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia
duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan
urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.”
b. Hadis riwayat Tirmidzi
• Dari Umar bin Khattab berkata, Rasulullah Saw. Bersabda, “Andai saja kalian
bertawakal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya kalian diberi rezeki
seperti rezekinya burung, pergi dengan perut kosong di pagi hari dan pulang di
sore hari dengan perut terisi penuh.”
• 3. cara bertawakal kepada Allah
• Cara bertawakal kepada Allah yang dapat kita praktikan dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu sebagai berikut.
• a. Berserah diri/ tawakal kepada Allah setelah berusaha.
• b. Mendekatkan diri kepada Allah
• c. Melakukan semua kegiatan karena Allah
• d. Bersikap rida terhadap segala pemberian Allah
HR. Ahmad

• Dari Shuhaib berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Aku kagum akan


ketetapan Allah untuk kaum mukminin, sesungguhnya perihal
orang mukmin itu seluruhnya baik dan itu hanya berlaku bagi
orang mukmin; bila mendapat kesenangan ia bersyukur itu baik
baginya dan apabila tertimpa musibah ia bersabar dan kesabaran
itu baik baginya.
• e. merasa cukup (qana’ah) terhadap pemberian Allah.
4. Ciri-ciri Seseorang yang bertawakal kepada Allah
• Ciri-ciri seseorang yang bertawakal kepada Allah yaitu sebagai berikut.
• a. apabila mengalami kegagalan dalam urusannya, ia akan bersabar
• b. apabila mengalami keberhasilan dalam urusannya, ia akan bersyukur
• c. tidak bersikap sombong
• d. selalu bersyukur atas pemberian Allah
• e. bersikap ikhlas menjalani kehidupan
• f. tenang menghadapi sesuatu yang terjadi
• g. bersikap qana’ah (cukup) atas pemberian Allah
5. Manfaat bertawakal kepada Allah
• Seseorang hamba yang bertawakal kepada Allah, akan
mendapatkan manfaat sebagai berikut.
• a. memperkuat keimanan
• b. melatih kemandirian
• c. memperoleh kemudahan hidup di dunia dan akhirat
• d. mudah beradaptasi terhadap berbagai masalah
• e. diberikan rezeki yang cukup oleh Allah
• f. diberikan kenikmatan oleh Allah yang tiada henti
• g. memperkuat hati dan jauh dari godaan setan.
6. Contoh tawakal kepada Allah

• Dalam hadis yang telah disebutkan, tawakal dalam praktiknya


dilakukan setelah kita berusaha/ ikhtiar semaksimal mungkin. Hal
ini sama dengan burung yang mencari makan di pagi hari, lalu
pulang dengan perut yang kenyang. Contoh lain tampak pada
sahabat yang diperintahkan Nabi Saw. untuk mengikatkan dulu
untanya. Setelah itu ia bertawakal atas keamanan unta tersebut.
Kita harus melakukan hal yang sama. Misalnya, apabila kita
dalam kondisi sakit, usaha yang harus kita lakukan adalah
berobat ke rumah sakit/ ke dokter. Setelah itu, kita berdo’a
memohon kepada Allah.
7. Penerapan tawakal kepada Allah
• Penerapan tawakal kepada Allah dapat dilakukan pada setiap aktivitas
sehari-hari. Lakukanlah secara professional dan totalitas setiap aktivitas
yang dilakukan. Setelah itu, bertawakalah atas hasil yang akan kita
dapatkan. Dengan bertawakal, kita akan menerima semua ketentuan
Allah. Apabila hasilnya tidak seperti yang kita harapkan, kita harus
bersabar dan berhusnuzhan kepada Allah. Hal tersebut mungkin adalah
hal yang terbaik menurut Allah, untuk kita. Apabila hasilnya sesuai
harapan, kita harus bersyukur kepada-Nya.
• Penerapan tawakal kepada Allah adalah langkah paling terakhir yang
harus dilakukan oleh seseorang hamba ketika sudah melakukan semua
usahan yang disertai dengan mahabbah, khauf, dan raja’.

Anda mungkin juga menyukai