ZAMAN PALEOLITIKUM
Nama Kelompok:
1. Ayodya Melodi Revannya (07)
2. Jihan Nauroh Dzakiyyah (16)
3. Mega Prihatiningsih (20)
4. Moh. Richo Iman Kurnia (21)
5. Revaldi Eka Prasetya (29)
6. Rianty Deevana Asfiyah (30)
7. Sayyida Naura Rahma Zamzami (32)
8. Wahyu Tri Jatmiko (36)
Kelas X.1
Guru Pembimbing:
Dra. Hj. Erna Sri Pinaryanti
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusunan makalah hasil diskusi kelompok kami dapat terselesaikan. Makalah ini kami susun
untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada kami dalam rangka meningkatkan pemahaman
mengenai tahapan Zaman Paleolitikum.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada guru bidang studi sejarah Bu Erna Sri
Pinaryanti yang telah memberikan bimbingan dan saran yang berharga dalam penyusunan
makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa laporan ini sangat
jauh dari kesempurnaan dan masih mengalami kekurangan baik dari segi isi maupun
penyusunannya. Maka dari itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang.................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 4
C. Maksud dan Tujuan............................................................................................................. 4
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................................ 5
A. Simpulan........................................................................................................................... 19
B. Saran.................................................................................................................................. 19
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peninggalan sejarah merupakan suatu warisan budaya yang menceritakan keluhuran dari suatu
warisan budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia
merupakan suatu kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Wujud
peninggalan sejarah meliputi bangunan, peralatan, perhiasan, dan lain-lain.
Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut berupa peralatan kerja seperti kepala batu (Zaman
Prasejarah). Seperti halnya pada Zaman Batu yaitu pada masa Paleolitikum (Zaman Batu Tua).
Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak
diasah atau dipoles. Apabila dilihat dari sudut mata pencahariannya periode ini disebut masa
berburu dan meramu makanan tingkat sederhana.
Pada zaman Paleolitikum tersebut menunjukkan kemampuan manusia yang terbatas dalam
memanfaatkan bahan-bahan yang disediakan oleh alam sekitarnya. Alat-alat keperluan hidup
dibuat dari kayu, batu, dan tulang dengan pembuatan yang sederhana, sekedar memenuhi tujuan
penggunaanya. Alat-alat tadi terutama digunakan untuk pencarian dan pengolahan bahan
makanan yang berupa daging binatang dan umbi-umbian. Teknologi pada tingkat permulaan
mengutamakan segi praktis, sesuai dengan tujuan penggunaannya saja, yang makin lama makin
meningkat kearah penyempurnaan bentuk perkakas-perkakas keperluan hidup.
Penemuan alat-alat batu tersebut di Indonesia menyebar di beberapa tempat, baik di Pulau Jawa
maupun di Pulau Indonesia lainnya. Di daerah luar Pulau Jawa penemuan kapak perimbas antara
lain di Lahat (Sumatra Selatan), Kalianda (Lampung), Awang Bangka (Kalimantan Selantan),
Cabenge (Sulawesi Selatan), Sembiran-Trunyan (Bali), Wangka, Maumere (Flores), dan
Atambua, Kafanmanu (Timor Kupang). Tetapi penemuan yang terpenting ialah penemuan yang
terdapat di daerah Punung, Pacitan dan dikenal dengan nama kebudayaan Pacitan. Penemuan di
Pacitan ini dianggap penting karena merupakan penemuan paling awal yang terlengkap
mengenai peralatan kehidupan manusia pada zaman Paleolitikum di Indonesia.
3
B. Rumusan Masalah
2. Manusia jenis apa saja yang hidup pada Zaman Paleolitikum dan bagaimana ciri-cirinya?
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian geologi, diperkirakan Bumi telah terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang
lalu. Sejarah perkembangan di Bumi dibedakan menjadi empat zaman yaitu Zaman Arkaekum,
Zaman Paleozoikum, Zaman Mesozoikum, dan Zaman Neozoikum.
1. Zaman Arkaekum
2. Zaman Paleozoikum
Zaman Paleozoikum adalah zaman keadaan Bumi masih belum stabil. Zaman ini berlangsung
sekitar 340 juta tahun. Tanda-tanda kehidupan seperti makhluk bersel satu (mikroorganisme),
hewan-hewan kecil yang tidak bertulang punggung, jenis ikan, dan jenis ganggang atau rumput-
rumputan mulai ditemukan di zaman ini.
5
3. Zaman Mesozoikum
Zaman Mesozoikum adalah zaman yang berlangsung sekitar 150 juta tahun. Pada zaman tersebut
perkembangan reptil mencapai puncaknya terutama dinosaurus. Zaman ini juga ditandai dengan
aktivitas tektonik, iklim, dan evolusi. Secara perlahan benua-benua mengalami pergeseran dari
saling menyatu menjadi terpecah seperti saat ini.
4. Zaman Neozoikum
Zaman Tersier berlangsung kira-kira selama 60 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan
berkembangnya jenis binatang menyusui seperti kera.
Zaman Kuartier ditandai dengan adanya kehidupan manusia. Sehingga zaman ini menjadi zaman
terpenting.
1) Zaman Pleistocen atau Dilluvium, berlangsung kira-kira selama 600.000 tahun. Pada zaman
ini ditandai dengan adanya manusia purba.
2) Zaman Holocen atau Alluvium, berlangsung kira-kira selama 20.000 tahun yang lalu. Zaman
ini ditandai dengan munculnya manusia jenis Homo Sapiens yang memiliki ciri-ciri seperti
manusia yang hidup pada zaman modern sekarang.
6
B. Pengertian Zaman Paleolitikum
Paleolithic atau Palaeolithic, Yunani:παλαιός (palaios) — purba dan λίθος (lithos) — batu)
adalah suatu periode ketika peralatan manusia secara dominan terbuat dari batu walaupun ada
pula alat-alat penunjang hidup manusia yang terbuat dari kayu ataupun bambu. Peninggalan alat
hasil budaya dari zaman ini terbuat dari batu yang masih sangat kasar dalam pembuatannya. Jika
dilihat dari daerah tempat penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolitikum bisa
dikelompokan menjadi 2 yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
Pada zaman ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di Afrika, Eropa dan Asia,
manusia Neanderthal telah hidup pada awal tahun 50.000 SM, manakala pada tahun 20.000 SM,
manusia Cro-magnon sudah menguasai kebudayaan di Afrika Utara dan Eropa. Pada zaman ini,
manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah dalam kumpulan kecil untuk mencari
makanan. Mereka mencari biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan. Mereka tidak
bercocok tanam. Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan
sehari-hari. Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat penyerpih
berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak), selain
itu terdapat pula peralatan dari tulang. Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan,
biasa disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut
serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara
menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan
sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih
dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipoles. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya
periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia pendukung
zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus dan
Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka
memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong.
7
Zaman Paleolitikum sendiri dapat dibagi menjadi tiga masa yaitu:
Zaman Paleolitikum Tua merupakan periode pertama dari Zaman Paleolitikum. Periode ini
merupakan awal manusia purba mengenal kebudayaan dan mulai membuat peralatan dari batu.
Mereka biasa membenturkan batu pada batu lain untuk memecahkannya dan menghasilkan
tekstur yang tajam. Secara umum peralatan manusia purba pada masa ini masih sangat kasar dan
alami.
Zaman Paleolitikum Madya merupakan periode setelah Zaman Paleolitikum Tua. Pada periode
ini, kebudayaan yang dikenal manusia purba telah berkembang menjadi kepercayaan. Hal
tersebut diketahui setelah menemukan berbagai artefak di situs Mousterian yang menunjukkan
adanya pemuajaan terhadap binatang kala itu.
Zaman Paleolitikum Muda merupakan periode ketiga atau terakhir dari Zaman Paleolitikum.
Pada masa ini manusia purba mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Peralatan batu
yang dihasilkan sudah jauh lebih halus setelah diasah. Mereka juga membuat tombak, pisau, dan
panah. Kegiatan ekspansi untuk menduduki wilayah lain juga mulai dilakukan.
Zaman Batu Tua atau Paleolitikum adalah zaman yang memiliki ciri khas berupa perkembangan
alat-alat batu. Zaman ini mencakup sekitar 95% masa prasejarah teknologi manusia. Awal mula
zaman ini di indonesia dimulai dari penggunaan alat batu pertama oleh Hominini sekitar 3,3 juta
tahun yang lalu hingga akhir Pleistosen sekitar 11.650 tahun yang lalu. Sedangkan penemuan
pertama dari zaman ini di Indonesia adalah kapak genggam yang ditemukan pertama kali oleh
Von Koenigswald pada 1935.
8
D. Ciri-Ciri Kehidupan Zaman Paleolitikum
Pada masa ini manusia belum bisa becocok tanam, berbeda dengan pada Zaman Batu Muda
(Neolitikum) dimana manusia sudah mulai mengenal cara mendapat makanan dengan bertani.
Karena belum mengenal sistem cocok tanam, manusia purba hanya mendapatkan makanan
dengan berburu atau mengumpulkan makanan atau meramu. Ini misalnya terlihat dari sisa-sisa
kerang dan hewan laut di pantai dari sisa makanan manusia purba yang disebut
kjokkenmoddinger.
3. Manusia purba masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dalam kelompok kecil.
Manusia purba pada masa ini mendapat makanan dengan mengumpulkan buah liar atau kerang
pantai. Karena itu, manusia purba harus hidup nomaden atau berpindah-pindah. Kondisi ini
disebabkan karena manusia harus mengikuti binatang buruan yang merupakan sumber makanan
utama mereka dan hidup dalam kelompok kecil. Bila sumber makanan habis, manusia harus
berpindah ke tempat baru. Tempat tinggal manusia saat itu memanfaatkan gua-gua alami atau
membangun tenda sederhana dari patahan ranting pepohonan.
Karena belum ada sistem cocok tanam, maka manusia masih tinggal dalam kelompok-kelompok
berburu dalam jumlah anggota kelompok yang kecil. Dalam kelompok ini belum ada sistem
sosial yang kompleks. Pada masa Paleolitikum, semua manusia masih hidup sebagai pemburu
atau pengumpul makanan, dan belum ada pembatasan antara pemimpin dan pekerja yang khusus
membuat produk tertentu.
5. Alat yang digunakan berupa peralatan batu yang besar dan kasar
Masyarakat menggunakan alat batu besar dan kasar seperti kapak batu. Alat batu ini digunakan
untuk berburu, mengolah makanan, membuat pakaian dan membuat api. Alat batu ini dibuat
dengan memotong batuan menjadi tajam.
9
E. Manusia Purba yang Hidup pada Zaman Paleolitikum
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba yang hidup pada zaman
Paleolitikum adalah Homo Erectus, Homo Wajakensis, dan Homo Soloensis.
1. Homo Erectus
Jenis manusia purba ini ditemukan di beberapa tempat di dunia, antara lain Afrika, Indonesia,
China dan Eropa. Di Indonesia, Homo Erectus ditemukan di Ngandong, Sangiran, dan Trinil.
Fosil Homo Erectus di Indonesia dikenal dengan nama Pithecanthropus Erectus. Homo Erectus
pertama kali ditemukan di dua tempat, yaitu Pulau Jawa, Indonesia dan China. Indonesia sendiri
menyebutnya sebagai “Manusia Jawa”, sedangkan China menyebutnya dengan “Manusia
Peking”. Penemuan fosil Homo Erectus di Pulau Jawa dilakukan oleh Eugene Dubois pada tahun
1891. Penemuan ini merupakan salah satu bukti penting, dalam mendukung gagasan teori evolusi
manusia yang diciptakan Charles Darwin.
Ciri-cirinya:
10
e. Kakinya panjang.
f. Tubuhnya telah mampu mengontrol suhu panas maupun dingin, sehingga bisa menyesuaikan.
2. Homo Wajakensis
Homo Wajakensis merupakan salah satu jenis Homo sapiens yang ditemukan di Indonesia.
Manusia purba jenis ini ditemukan pertama kali oleh B. D. Van Rietschoten pada 1889 di Desa
Wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak, fragmen rahang
bawah, dan beberapa ruas tulang leher. Homo wajakensis diperkirakan hidup sekitar 40.000
tahun lalu di Indonesia. Meski ditemukan di Jawa Timur, manusia jenis ini tidak hanya
mendiami Indonesia bagian barat saja, tetapi juga di sebagian wilayah nusantara bagian timur.
Ciri-cirinya:
b. Memiliki tulang tengkorak, rahang atas-bawah, serta tulang paha dan tulang kering.
11
3. Homo Soloensis
Ciri-cirinya:
12
e. Otot-otot pada bagian tengkuk mulai mengalami reduksi.
f. Alat pengunyah menyusut sehingga gigi dan tulang rahang menjadi kecil.
Kehidupan masyarakat pada Zaman Paleolitikum masih sangat sederhana. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup, manusia purba sepenuhnya bergantung pada keadaan alam. Mereka memenuhi
kebutuhan sehari-hari dengan berburu dan mengumpulkan bahan makanan dari alam untuk
dispendersi saat itu, atau disebut food gathering.
Oleh karena itu, tempat tinggal mereka berpindah-pindah atau nomaden, tergantung pada daerah
yang masih subur dan banyak menyediakan bahan makanan seperti binatang buruan. Setelah
bahan makanan di tempat tersebut habis, mereka akan berpindah mencari tempat lain yang masih
subur, begitu seterusnya.
Salah satu pola kehidupan manusia purba pada masa ini yaitu dengan membentuk kelompok
kecil untuk berburu. Adapun jumlah kelompok tersebut biasanya sekitar 20 hingga 30 orang.
Dengan adanya kelompok, manusia purba mulai mengenal tentang sistem pembagian tugas
sesuai dengan keahlian dan kriteria tertentu.
Para laki-laki dalam kelompok tersebut bertugas untuk berburu. Hasil dari perburuan itu akan
dibagi bersama-sama secara adil. Biasanya manusia purba akan membuat lubang jebakan atau
menggiring binatang buruan ke areal jurang. Sementara itu anggota perempuan mempunyai tugas
yang berbeda. Perempuan dalam kelompok ditugaskan untuk mengumpulkan makanan seperti
buah-buahan dan meramu makanan tersebut di gua. Di samping itu mereka juga bertugas untuk
menjaga dan merawat anak-anak.
Hal itulah yang membuat hubungan antar anggota keluarga menjadi sangat erat pada Zaman
Paleolitikum. Kelompok-kelompok kecil yang dibentuk juga akan berusaha untuk saling
melindungi antar anggota apabila ada serangan binatang buas ataupun berbagai bentuk serangan
lain yang mengancam.
13
G. Kebudayaan Zaman Paleolitikum
Hasil kebudayaan Zaman Paleolitikum secara umum dibagi menjadi dua, yaitu Kebudayaan
Pacitan dan Kebudayaan Ngandong, karena peninggalannya banyak ditemukan di dua wilayah
tersebut.
1. Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan Pacitan adalah kebudayaan manusia prasejarah dari Zaman Paleolitikum yang
berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. Peneliti awal kebudayaan Pacitan adalah G.H.R.
Von Koenigswald. Ia menemukan kebudayaan Pacitan pada 1935 di Sungai Baksoka, dekat
Punung, Kabupaten Pacitan. Dalam penelitiannya, Koenigswald menemukan beberapa hasil
teknologi bebatuan atau alat-alat dari batu yang masih kasar. Alat-alat tersebut memiliki ciri
menyerupai kapak, tetapi tidak bertangkai sehingga cara penggunaannya dengan digenggam.
Ujung peralatan dari batu tersebut agak runcing, tergantung kegunaannya. Alat batu tersebut
biasanya digunakan untuk menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-umbian.
2. Kebudayaan Ngandong
14
H. Alat Peninggalan Kebudayaan Pacitan dan Ngandong
1. Kapak genggam
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak
bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara digenggam. Pembuatan kapak genggam
dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai tajam dan sisi lainnya dibiarkan
apa adanya sebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi,
memotong, dan menguliti binatang.
15
Gambar 1.5 kapak perimbas
Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang, dan sebagai senjata. Alat ini
ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), Lahat, (Sumatra Selatan), dan
Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak
ditemukan di daerah Pacitan, sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan Pacitan.
Salah satu alat peninggalan zaman Paleolitikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari
tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat
penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan
keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap
ikan.
4. Flakes
16
Gambar 1.7 flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk
mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari
tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
Seiring berjalannya waktu, kebudayaan yang dikenal oleh manusia purba pada Zaman
Paleolitikum perlahan membawa warna baru untuk kehidupan mereka. Salah satunya adalah
lahirnya sistem kepercayaan yang dianut oleh manusia pada zaman itu. Secara umum ada dua
jenis kepercayaan manusia pada zaman tersebut yaitu animisme dan dinamisme. Meskipun ada
dua jenis kepercayaan yang dianut manusia purba pada zaman tersebut, pada dasarnya
kepercayaan utama mereka adalah terhadap roh nenek moyang.
17
Mereka meyakini bahwa roh setiap orang yang sudah meninggal akan berangkat menuju suatu
alam atau tempat yang jauh lebih baik dari kehidupan dunia. Selain itu segala sesuatu yang
terjadi di muka bumi selalu dikaitkan dengan nenek moyang yang telah meninggal. Misalnya jika
terjadi bencana bumi seperti gunung meletus, dan gempa bumi, maka itu adalah pertanda bahwa
nenek moyang sedang marah.
1. Animisme
Animisme adalah suatu sistem kepercayaan manusia yang sudah dikenal pada zaman
Paleolitikum. Dalam animisme, manusia mempercayai akan adanya roh nenek moyang yang
patut untuk dipuja. Secara khusus, animisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda
mempunyai roh. Salah satu bukti adanya kepercayaan ini yaitu penemuan tulang belulang
manusia di dalam gua. Berangkat dari kepercayaan itulah, sehingga manusia purba biasa
melakukan penyembahan terhadap benda-benda keramat.
2. Dinamisme
Dinamisme merupakan suatu sistem kepercayaan yang diyakini oleh manusia purba bahwa setiap
benda memiliki kekuatan yang bersifat ghaib. Adapun bukti bahwa kepercayaan tersebut sudah
dianut oleh manusia Zaman Paleolitikum yaitu adanya penemuan menhir.
Setelah Zaman Paleolitikum berakhir, selanjutnya adalah Zaman Mesolitikum, atau dikenal juga
dengan nama Zaman Batu Pertengahan atau Zaman Batu Madya. Zaman ini diperkirakan
berlangsung antara tahun 10.000 - 5.000 sebelum Masehi (SM). Zaman Mesolitikum di Asia
Tenggara juga dikenal dengan nama Zaman Haobinhian. Pada zaman ini manusia juga
berkembang, Zaman Mesolitikum ditandai dengan kecenderungan manusia purba untuk tinggal
di tepi sungai dan laut.
18
BAB 3
PENUTUP
A. Simpulan
Sebelum Zaman Paleolitikum, ditemukan fakta adanya Zaman Arkaekum sampai dengan
Neozoikum. Zaman Paleolitikum sendiri dimulai sejak awal penggunaan alat batu pertama oleh
Hominini sekitar 3,3 juta tahun yang lalu hingga akhir Pleistosen sekitar 11.650 tahun yang lalu.
Sedangkan penemuan pertama dari zaman ini di Indonesia adalah kapak genggam yang
ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald pada 1935. Hal ini menjadi awal mula dimana
pencarian atau pembuktian tentang Zaman Paleolitikum itu dilakukan, dan ditemukan fakta
sebagai berikut;
1. Ditemukan 2 kebudayaan yaitu kebudayaan Ngandong dan kebudayaan Pacitan, yang diduga
dua kebudayaan ini berasal dari Zaman Paleolitikum.
2. Sedang Zaman Paleolitikum sendiri dibagi menjadi 3 zaman, yaitu Paleolitikum Tua,
Paleolitikum Madya, dan Paleolitikum Muda, yang mencakup perbedaan di antara ketiganya
dalam aspek perkembangan manusia, maupun kebiasaan yang semakin ke arah 'modern'.
3. Ada berbagai macam jenis manusia yang hidup di Zaman Paleolitikum, dengan kebiasaan
serta ciri-ciri 'khas' zaman tersebut.
Masa berakhirnya Paleolitikum sendiri menjadi awal mula zaman yang lain, yaitu Zaman
Mesolitikum.
B. Saran
1. Tulisan tentang Zaman Paleolitikum ini masih banyak kekurangan, namun demikian ini adalah
usaha belajar dari kelompok kami untuk memahami dan mengenal sejarah kehidupan manusia
yang ada di Indonesia, yaitu manusia purba. Karena itu kami mohon kritik dan sarannya dari
pembaca sekalian.
2. Sebagai generasi muda seharusnya kita tidak melupakan sejarah peradaban bangsa kita sendiri,
khususnya dalam mengenal dan memahami kehidupan masa praaksara ketika manusia purba
hidup di Indonesia.
19
DAFTAR PUSTAKA
7. https://kumparan.com/kabar-harian/zaman-purba-tertua-ini-penjelasan-dan-ciri-cirinya-
1wphcMgfqLp
8. https://amp.kompas.com/stori/read/2021/04/02/124831579/zaman-paleozoikum-pembagian-
dan-ciri-ciri
9. https://ditsmp.kemdikbud.go.id/periodesasi-zaman-batu-di-masa-praaksara/
10. https://www.jurnalponsel.com/zaman-paleolitikum/
11. https://ditsmp.kemdikbud.go.id/periodesasi-zaman-batu-di-masa-praaksara/
20