Fosil manusia purba yang berada di museum ini terdiri dari jenis Pithecanthropus, seperti
Pithecanthropus mojokertensis (Pithecanthropus robustus). Terdapat juga fosil manusia
purba jenis Homo, seperti Homo Soloensis, Homo neanderthal Eropa, Homo Neanderthal
Asia, dan Homo Sapiens. Jenis fosil manusia purba lainnya seperti Australopithecus
africanus dan Meganthropus palaeojavanicus.
Fosil binatang purba bertulang belakang
Fosil binatang bertulang belakang yang menjadi koleksi museum ini diantaranya adalah
Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Elephas namadicus (gajah), Stegodon
trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis
palaeojavanica (harimau), Bovidae (sapi banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba).
Selain fosil binatang purba bertulang belakang, Museum Sangiran juga memiliki koleksi
fosil binatang air purba. Koleksi tersebut diantaranya ikan dan kepiting, gigi ikan hiu,
Hippopotamus sp (kuda nil), Crocodilus sp (buaya), Mollusa (kelas Pelecypoda dan
Gastropoda), foraminifera, dan Chelonia sp (kura-kura).
Batu-batuan
Jenis batu-batuan yang dipamerkan di museum ini diantaranya adalah kalesdon, meteorit
atau taktit, agate, diatome, dan ametis.
Alat-alat batu
Terdapat koleksi alat-alat batu yseperti serpih, serut, bilan, gurdi, bola batu, kapak persegi,
dan kapak perimbas-penetak yang disajikan di ruang pameran.
Di Pulau Jawa, ia berhasil menemukan fosil manusia purba di desa Trinil, Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891. Fosil manusia purba ia beri nama Pithecanthropus
Erectus, yang artinya manusia kera yang berjalan tegak. Penemuan fosil selanjutnya pada
tahun 1936 oleh Weidenrich. Ia menemukan fosil tengkorak anak di Lembah Sungai
Brantas, desa Jetis, Mojokerto. Weidenrich menamakan fosilnya Pithecanthropus
Robustus. Fosil sejenis juga ditemukan oleh von Koenigswald di Mojokerto, ia
menyebutnya Pithecanthropus Mojokertensis.
1. Meganthropus
Meganthropus berasal dari dua kata. Megas artinya besar atau raksasa dan anthropus
artinya manusia. Jenis manusia purba Meganthropus ditemukan oleh Van Koenigswald
pada tahun 1936 di daerah Sangiran. Hasil penemuannya ini sering dikenal dengan nama
Meganthropus Palaeojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa.
Di temukan di Sangiran ( Lembah Bengawan Solo ) oleh Von Koenigswald 1941. Fosil
berasal dari lapisan Pleistosen. Hidup Food Gathering. Von Koenighswald menyebutnya
Megantropus Paleojavanicus.
Ciri-ciri fisik :
1. Tulang pipih yang tebal
2. Otot kunya yang kuat
3. Tonjolan kening
4. Tonjolan belakang tajam
5. Tidak memiliki dagu
6. Perawakan yang tegap
7. Memakan jeni tumbuhan
8. Otot tengkuk yang besar dan kuat
2. Pithecanthropus
Pithecantropus Erectus ( Manusia Kera ) berasal dari lapisan bawah dan tengah. Omnivora
dan Food Gathering.
Pithecanthropus merupakan jenis yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Hasil
penemuan di Indonesia, antara lain Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus
Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis.
Pithecantropus di Indonesia yang telah ditemukan, antara lain :
Pithecantropus Mojokertesis : Lembah bengawan solo oleh Koenigswald
Pithecantropus Robustus : 1939 di Ngandong, Bengawan Solo oleh Koeningswald
Ciri-ciri fisik :
1. Tinggi badan 165-180 cm
2. Volume otak 750-1350cc
3. Tubuh dan badan tegap
4. Pengunyyah dan tengkuk sangat kuat
5. Geraham kuat
6. Tonjolan Kening tebal
7. Tidak memiliki dagu
3. Homo Sapiens
Manusia jenis Homo Sapien merupakan manusia yang memiliki kemampuan otak dan
perilaku yang digambarkan menyerupai manusia modern. Di Indonesia, terdapat dua jenis
manusia homo yang ditemukan, antara lain :
Homo Soloensis : Ngandong, Blora, Sangiran , dan Sragen 1931-1933 oleh Von
Koenigswald
Homo Wajakensis : Desa Wajak , Tulung Agung 1889 oleh Van Riestchooten
Ciri-ciri fisik :
1. Volume otak 1000-1200 cc
2. Tinggi badan 130-210 cm
3. Otot tengkuk mengalawmi penyusutan
4. Muka tidak lagi menonjol
5. Berdiri tegak dan berjalan sempurna
Pola serta bagian-bagian pada Pura Mangkunegaran Pola yang dihadirkan pada
bangunan Mangkunegaran adalah pola yang tertutup dan bersifat linear. Masih sedikit
mengadopsi filosofi jawa yang membagi suatu bangunan itu terbagi menjadi 3 tingkatan
yaitu bangunan sakral, semi sakral dan untuk umum.Pada bagian sakral merupakan suatu
bangunan yang hanya orang tertentu bisa masuk dan tidak bisa sembarang orang yang
masuk. Bangunan sakral ini kebanyakan terdapat di Dalem Ageng. Kemudian bangunan
yang memiliki nilai semi sacral terdapat di bagian Pringgitan. Lalu bangunan yang bisa
dimasuki orang umum secara keseluruhan terdapat di bagian depan seperti perpustakaan
dan Pendapa Ageng. Ada referensi yang menyatakan bahwa pura mangkunegaran tidak
sesuai dengan rumah tradisional jawa. Fungsi bangunan tersebut terbagi menjadi 3 bagian
yaitu resmi, pribadi dan dinas. Fungsi bangunan yang resmi terdapat pada alun-alun,
bangunan kavalery dan infantry, pendapa serta gedung pemerintahan. Bangunan yang
berfungsi pribadi terdapat pada bale ageng. Bangunan yang berfungsi dinas terdapat pada
garasi atau tempat kereta dan WC.4.Kavalery merupakan pasukan berkuda, sedangkan
infantry adalah pasukan berjalan kaki yang dilengkapi persenjataan ringan, dilatih dan disiapkan
untuk melaksanakan pertempuran jarak dekat.
Perubahan yang terjadi Perubahan terjadi pada hilangnya bangunan di bagian barat
Pamedan. Dahulu terdapat bangunan Mangkunegaran ( Palace Hotel ), tidak diketahui
sebab hilangnya bangunan tersebut. perubahan-perubahan lain yang terjadi lebih kepada
perenovasian dan pengecatan ulang agar terlihat lebih menarik. Perubahan banyak terjadi
pada fungsi bangunan seperti di bagian Barat dan Timur Pendopo yang dulunya digunakan
untuk urusan Intern Istana dan bagian urusan luar Istana sekarang yang difungsikan hanya
bangunan yang ada di sebelah timur Istana untuk administrasi dan segala urusan perijinan
serta Pustaka. Di bagian belakang Pura Mangkunegaran yang dulunya digunakan untuk
taman Raja dan keluarganya pun sekarang sudah tidak digunakan lagi, seperti Kolam dan
Blumbangan, sekarang yang berfungsi hanyalah Kolam saja dan itupun sudah di
modifikasi dari bentuk awal. Serta di bagian Belakang terdapat penambahan lapangan tenis
untuk sarana berolahraga.