Anda di halaman 1dari 5

Berburu Manusia Purba di Sangiran

Tidak banyak orang tahu, di Jawa Tengah terdapat museum purbakala


yang besar yang dikenal dengan nama Sangiran. Sangiran adalah sebuah
situs museum arkeologi di pulau Jawa, Indonesia. Museum Sangiran
memiliki luas 48 kilometer persegi dan berada sekitar 15 kilometer sebelah
utara kota Solo. Secara administratif Sangiran berada di kabupaten Sragen
dan kabupaten Karanganyar. Pada tahun 1977 museum Sangiran telah
ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai
cagar budaya dan pada tahun 1996 sudah terdaftar di situs warisan dunia
UNESCO. Sangiran bahkan menjadi situs purbakala yang paling lengkap
di Asia bahkan di dunia. Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia
Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun
di Merida, Meksiko.

Pada tahun 1977 di Situs Sangiran didirikan sebuah museum


dengan nama Museum Prasejarah Sangiran. Sebelum Museum
Prasejarah Sangiran berdiri, semua fosil ditempatkan di rumah
Kepala Desa Krikilan kala itu yang bernama Toto Marsono.
Karena rumah Toto Marsono sudah tidak muat, maka
didirikanlah sebuah Museum Prasejarah Sangiran. Museum ini
didirikan dengan tema “Apresiasi Sejarah Peradaban Manusia”.
Di Museum Sangiran, kamu dapat melihat dari dekat koleksi fosil
manusia purba, fosil binatang yang hidup pada masa itu mulai dari
binatang bertulang belakang, binatang laut dan air tawar, bermacam
batuan hingga peralatan yang digunakannya pada zaman purba.

Dengan bangunan bergaya joglo, Museum Sangiran memiliki beberapa


ruang pameran benda koleksinya. Selain itu juga terdapat aula,
laboratorium, perpustakaan, ruang audio visual (tempat pemutaran film
tentang kehidupan manusia prasejarah), hingga gudang penyimpanan.
Lalu ada juga musala, toilet, area parkir, dan kios suvenir (khususnya
menjual kerajinan tangan “batu indah bertuah” yang bahan bakunya
didapat dari Kali Cemoro).

Suasana di dalam museum cukup nyaman. Tiap-tiap ruang


pameran tersebut menyuguhkan berbagai fosil jutaan tahun lalu
yang tertata rapi, dilengkapi dengan keterangan fosil tersebut.
Ruang pameran juga dilengkapi dengan AC, sehingga pengunjung
dapat menikmati dan belajar apa yang ada di sana dengan
nyaman.

Museum Purbakala Sangiran terdiri dari empat klaster


(cluster), yakni Klaster Krikilan, Klaster Bukuran, Klaster
Dayu, dan Klaster Ngebung. Keempat klaster ini sama-
sama memiliki koleksi fosil, namun klaster yang paling ramai
dikunjungi di Museum Purbakala Sangiran adalah Klaster
Krikilan. Klaster tersebut terbagi menjadi tiga ruangan.

Ruangan pertama menampilkan penjelasan mengenai


sejarah situs arkeologi Sangiran yang meliputi geologi
Sangiran dan keanekaragaman hayati Sangiran. Temuan-
temuan fosil hewan dan manusia purba beserta artefak di
Situs Sangiran dipajang dalam ruangan ini.
Selain temuan fosil dan artefak, ada juga diorama yang
menggambarkan kehidupan manusia purba Sangiran
beserta penjelasannya. Sebagian besar temuan Homo
erectus Indonesia berasal dari situs Sangiran. Homo
erectus merupakan jenis manusia purbakala yang telah
punah.

Ruangan kedua menampilkan informasi tentang


pembentukan alam semesta beserta makhluknya menurut
teori Big Bang, teori evolusi dan persebaran manusia, abad
penemuan, sejarah terbentuknya kepulauan di Indonesia,
lingkungan alam daerah Sangiran, kehidupan kala
Pleistosen, dan kehidupan awal Holosen, serta proses
penelitian kehidupan purbakala. Di dalam ruangan ini juga
terdapat berbagai diorama, fosil, dan artefak serta informasi
dalam bentuk video.
Ruangan ketiga berfokus pada Homo erectus. Ruangan
terakhir ini berisi diorama yang menggambarkan masa
keemasan Homo erectus sekitar 500.000 tahun yang lalu.
Beragam informasi mengenai Homo erectus dapat kita
temukan di ruangan ini. Homo erectus merupakan jenis
manusia purbakala yang telah punah.

Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap


tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang
perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi,
Geologi, Paleoanthropologi.

Pada tahun 1934 seorang antropologi yang bernama Gustav


Heinrich Ralph Van Koenigswald melakukan penelitian di wilayah
Sangiran. Kemudian dari hasil penggalian ditemukan fosil nenek
moyang manusia pertama yaitu Pithecanthropus erectus atau
Manusia Jawa. Ditemukan sekitar 60 lebih fosil dan salah satunya
adalah Meganthropus palaeojavanicus.

Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan


fosil rahang bawah Pithecanthropus erectus (salah satu spesies
dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von
Koenigswald.
Lebih menarik lagi, di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan
berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan
hingga kini.
Di Museum Sangiran juga dijelaskan sejarah manusia purba sejak
sekitar 2 juta tahun dan juga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari
jaman Pliosen hingga Pleistosen. Museum Sangiran mempunyai
13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia
purba yang sudah berdiri tegak dan terlengkap di Asia. Selain itu
juga ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air,
fosil tumbuhan laut serta peralatan dari batu. Relatif utuh pula.
Sehingga para ahli dapat merangkai sebuah benang merah sejarah
yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan.

Pada awalnya, lahan penelitian di Sangiran adalah sebuah kubah


yang dinamakan Kubah Sangiran. Puncak kubah kemudian terbuka
sendiri melalui proses erosi sehingga membentuk suatu depresi.
Ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang
kehidupan di jaman purba dan sebagian besar koleksinya
tersimpan di museum.

Usai mempelajari sejarah Sangiran, kamu juga bisa berfoto-foto di


jembatan yang berbentuk menyerupai fosil tubuh dinosaurus yang
berada di luar ruangan museum. Jembatan tersebut menjadi salah
satu spot foto favorit di Museum Purbakala Sangiran. Tak hanya itu,
pengunjung yang telah selesai mengelilingi Museum Purbakala
Sangiran dapat membeli souvenir Museum Purbakala Sangiran di
area luar museum. Jangan lupa juga untuk mengunjungi Menara
Pandang Sangiran untuk menikmati pemandangan alamnya.

Anda mungkin juga menyukai