Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN BACAAN

KEPURBAKALAAN INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas


Dosen Pengampu: Dr.Mhd.Nur, M.S

Oleh :
Kelompok 1 :
Nabilah Nur Yasinda (2010712022)
Nissy Yulia Putri (2010711002)
Qurata Aini (2010711006)

ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS

2021
A. Situs Sangiran
Situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran dalam memahami proses
evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.
Situs Sangiran adalah berada di dua wilayah, yaitu Kabupaten Sragen dan Kabupaten
Karanganyar, dengan luas 5,6 km2 atau 5.600 hektar. Nama situs Sangiran mulai dikenal sejak
seorang peneliti Belanda, G.H.R. von Koenigswald melakukan penelitian pada tahun 1934. Ia
menemukan alat-alat serpih di perbukitan tandus di Desa Ngebung, bagian barat laut Kubah
Sangiran. Alat-alat serpih yang ditemukan bewarna kuning kemerah-merahan dari batuan
kalsedon yang kita kenal sebagai “Sangiran Flake Industry”. Lalu, pada tahun 1936,
ditemukan fosil manusia purba pertama di Sangiran yaitu Meganthropus Paleojavanicus,
berupa rahang bawah dan atas yang ia teliti hingga tahun 1941. Setelah itu, dari tahun ke
tahun banyak ditemukannya fosil-fosil hewan, manusia, alat tulang, dan alat batu. Hasil
penggalian situs, menemukan fosil nenek moyang manusia pertama, yaitu Pithecanthropus
Erectus. Selain itu juga terdapat sekitar 60 fosil Meganthropus Paleojavanicus, dan 100 fosil
Homo Erectus. Di situs ini juga terdapat museum Sangiran yang berisi replica manusia purba
sejak 2 juta tahun yang lalu. 13.086 koleksi fosil manusia purba ada di museum ini.
Pada tahun 1977, pemerintah Indonesia menetapkan Sangiran dan daerah sekitarnya
sebagai Daerah Cagar Budaya. Kemudian pada tahun 1996, UNESCO menetapkan Sangiran
sebagai Warisan Budaya Dunia Nomor 593, dengan nama The Sangiran Early Man Site.
Semua isi arkeologis dari situs Sangiran dikelola oleh salah satu UPT Kemendikbud, yaitu
Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.

B. Museum Sangiran

1. Museum Manusia Purba Klaster Krikilan


Museum ini terletak di Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Museum ini
sudah mengoleksi 13.809-an fosil dan merupakan museum terlengkap di Asia. Ruangan
dalam Museum Sangiran ini terbagi menjadi tiga, yakni ruang pamer 1, ruang pamer 2,
dan ruang pamer 3.
Pada ruang pamer pertama, terdapat lahar purba yang hampir berusia dua juta tahun.
Lahar tersebut berasal dari letusan Gunung Lawu yang terjadi berjuta-juta tahun silam.
Ruang pamer 1 memperlihatkan berbagai hasil penemuan dan penelitian yang dilakukan
sejak masa G.H.R. Von Koegniswad dan beberapa peneliti asing lain. Penemuan yang
dipamerkan di ruang ini berupa fosil-fosil yang ditemukan di wilayah situs Sangiran.
Sedangkan ruang pamer dua berisi urut-urutan kehidupan manusia mulai dari manusia
purba sampai dengan manusia modern. Di ruang kedua ini, para wisatawan bisa melihat
audio visual yang disediakan yang memperlihatkan proses terjadinya alam.
Ruang pamer ketiga berisi patung replika kehidupan manusia zaman Homo Erectus,
berbagai hewan purba baik hewan darat maupun hewan laut seperti gajah purba, buaya,
kerbau, ikan, kepiting, dan lain sebagainya.
2. Museum Manusia Purba Klaster Ngebung
Museum ini merupakan sebagai ladang penelitian mengenai manusia purba dan tempat
yang produktif untuk menghasilkan temuan fosil binatang, artefak, dan sisa-sisa manusia.
Di Klaster Ngebung ini, menampilkan para peneliti dalam upaya mengeksplorasi potensi
situs Sangiran. Kegiatan tokoh-tokoh seperti Raden Saleh, J.C. van Es, Eugene Dubois,
G.H.R. von Konigswald. Karena, kedatangan para peneliti di Eropa hinggga pengakuan
dunialah yang menjadi tema Museum Purba Sangiran, Klaster Ngebung. Situs yang berada
di museum ini adalah situs yang pertama kali dilakukan penelitian secara sistematis,
sehingga menjadikannya lokasi yang bernilai historis tinggi.
Louis Chretien van Es salah satu tokohnya, yang merupakan seorang geology Belanda
yang bekerja di Jawatan Geologi Hindia Belanda pada tahun 1928. Ia melakukan penelitian
terhadap 13 lapisan tanah di Jawa untuk menyelesaikan disertasi doktoralnya dengan judul
The Age of Pithecanthropus. Ia menentukan umur lapisan tanah dan batuan menggunakan
fosil yang terkandung di dalam tanahnya. Melalui telaah biostratigrafi ini van Es dapat
menunjukkan pertanggalan relativ atas temuan fosil Pithecanthropus Erectus oleh Eugene
Dubois di Trinil tahun 1891.

3. Museum Manusia Purba Klaster Dayu


Museum ini berlokasi di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Museum ini menjadi pusat informasi mengenai lapisan
tanah purba dan budaya Homo Erectus yang terlengkap. Museum ini bertema sebagai
lokasi penemuan hasil budaya manusia yang berusia 1,2 juta tahun silam, dari lapisan
tanah termuda hingga lapisan tanah yang berusia 1,2 juta tahun silam.
Lapisan tanah di sangiran terdapat 5 bagian lapisan dari yang paling atas yaitu;
1. Lapisan Notopuro : Hasil dari pengendapan lumpur vulkanik, batu pasir tufaan, dan
material breksi laharik,
2. Lapisan Kabuh : Hasil dari terbentuknya larik-larik pasir fluvio-vulkanik yaitu pasir
sungai dari gunung api, yang saling tumpang tak beratur,
3. Lapisan Grenzbank : Menyerupai beton semen yang sangat keras, terdiri dari
konkresi konglomeratan / gamping pisoid.
4. Lapisan Pucangan : Mengandung larik lempung diatome, batu lempung pasiran
yang mengandung moluska, lempung hitam, dan material breksi laharik. Ruang diorama
berada pada Formasi Pucangan yang menunjukkan lapisan rawa Sangiran. Material
Formasi Pucangan adalah lempung hitam yang menunjukkan lingkungan rawa. Ruang
diorama ini menggambarkan kehidupan di Sangiran pada saat lingkungan rawa di mana
fauna dan flora hidup berdampingan dengan manusia.
5. Lapisan Kalibeng : Grenzbank adalah “pembatas” yang membatasi lingkungan darat
di atasnya dan lingkungan rawa di bawahnya. .Tersusun dari paduan mineral, gamping,
batuan beku, lempung, fosil moluska, dan foraminivera.
https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Ffosilmanusiapurba.blogspot.com%2F2014%2F09%2Fsitus-sangiran-formasi-
pucangan.html&psig=AOvVaw0vkX1WcC30wxn79JV9N-
YJ&ust=1632923261569000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjhxqFwoTCKCo_6rnofMCFQAAAAAdAAAAABAW

https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fciplit.blogspot.com%2F2011%2F01%2Flaporan.html&psig=AOvVaw0vkX1WcC30wxn79JV9N-
YJ&ust=1632923261569000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjhxqFwoTCKCo_6rnofMCFQAAAAAdAAAAABAD

4. Museum Manusia Purba Klaster Manyarejo


Museum Manyarejo merupakan museum lapangan yang menyajikan kondisi
penelitian. Museum ini berlokasi di Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten
Sragen, Jawa Tengah. Museum ini didirikan sebagai bentuk apresiasi terhadap para
peneliti dari berbagai disiplin ilmu dan kepada warga masyarakat Sangiran yang telah
melakukan penelitian dan menghasilkan berbagai penemuan penting untuk Situs
Sangiran. Karena, sejak kedatangan von Koenigswald, masyarakat Sangiran mulai
memahami keberadaan fosil di daerah mereka. Mereka terbuka dan menerima peneliti,
dan peneliti menganggap mereka sebagai tumpuan dalam setiap kegiatan ekskavasi dan
survei.
Museum Manyarejo memiliki satu ruang pamer utama yang berbentuk indoor dan satu
ruang spesimen ekskavasi yang berbentuk outdoor. Ruang pamer utama memilki banyak
koleksi ikonik seperti Legenda Balung Buto dalam Babad tanah Sangiran, Peta pertama,
alat-alat galian pertama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), spesimen
tulang rusa, dan sebagainya. Sedangkan ruang spesimen ekskavasi berbentuk replika
tanah galian yang dibentuk langsung dari tanah asli. Di sana akan dijumpai alat-alat
ekskavasi, seperti cetok, kuas, skop, anyakan,ember, cangkul, meteran, timbangan, dan
lain-lain. Lalu, di area luar ada fragmen tulang rusuk dan panggul gajah, dan tengkorak
banteng.

5. Museum Manusia Purba Klaster Bukuran


Museum ini berlokasi di Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen,
Jawa Tengah. Tema dari museum ini adalah evolusi manusia. Sehingga banyak dasar-
dasar teori evolusi yang dipaparkan pada bagian awal museum. Sebagian besar temuan
sisa-sisa manusia purba jenis Homo Erectus ditemukan di situs ini. Hal inilah yang
menjadikan museum ini dikembangkan sebagai pusat informasi evolusi manusia purba.
Pada bagian awal ditunjukkan berbagai macam keberagaman spesies yang ada di
muka bumi, bagaimana adaptasi suatu spesies mahkluk hidup itu bekerja, dan proses
seleksi alam. Lalu, bagian selanjutnya diuraikan materi tentang situs Bukuran, temuan-
temuan yang signifikan baik itu fosil-fosil binatang maupun sisa-sisa manusia. Di lantai
bawah tentang temuan sisa-sisa manusia dari seluruh penjuru dunia. Di museum ini
terdapat ruangan besar yang berisi infografis dan video mengenai Homo Erectus dan
situsnya yang tersebar di dunia termasuk Indonesia serta persebaran rumpun bahasa
Melayu-Melanesia yang membentuk bahasa indonesia serta kepulauan lainnya di Asia
Tenggara dan Oceania. Ruangan terakhir tentang penerapan teori evolusi dalam bidang
genetika berupa Artificial Evolution atau Evolusi Buatan.

C. Sangiran Warisan Budaya Dunia


Sangiran merupakan tempat situs sejarah manusia purba terbesar dan terpenting di
dunia, karena memiliki nilai historis dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Terdapat sekitar
100 fosil manusia purba (Homo erectus) telah ditemukan atau 50% lebih banyak
ditemukan fosil Homo erectus di dunia, dan lebih dari 60% ditemukan di Indonesia.
Situs Sangiran mulai dikenal pada tahun 1893, saat Eugene Dubois meneliti. Pada tahun
1932 ada pemetaan baru oleh LJC van Es, yang digunakan oleh GHR von Koenigswald
pada tahun 1936. Sehingga banyak ditemukan fosil-fosil manusia purba, hewan purba.
Dan alat-alatnya di Sangiran. Dengan ditemukannya fosil-fosil tersebut, Sangiran menjadi
wilayah dikembangkan untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi,
paleoantropologi, geologi, dan pariwisata.
Pentingnya situs Sangir bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan, khususnya
masalah pemahaman evolusi manusia dan lingkungan alam, pada tahun 1995 pemerintah
Republik Indonesia mengusulkan situs ini kepada UNESCO untuk dimasukkan dalam
Daftar Warisan Dunia . Akhirnya pada tanggal 5 Desember 1996, Situs Sangir ditetapkan
sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO yaitu sebagai The Early Man Site.

D. CANDI HINDU
Candi merupakan bangunan kuno yang dibuat dari batu (sebagai tempat pemujaan,
penyimpanan abu jenazah raja-raja, pendeta-pendeta Hindu pada jaman dahulu), (KBBI,
2007: 191). Candi adalah sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau
yang berasal dari agama Hindu.
Ciri khas candi Hindu
Menurut Purwo Prihatin dalam buku Seni Rupa Indonesia dalam Perspektif Sejarah
(2017), salah satu ciri khas dari candi Hindu ialah bentuk atapnya yang tinggi menjulang.
Contohnya Candi Prambanan yang memiliki atap menjulang tinggi.
Candi Hindu juga memiliki beberapa ciri khas lainnya. Berikut penjelasannya yang
dikutip dari buku Ensiklopedia Meyakini Menghargai, karya Ibn Ghifarie:
1. Bentuk candi Hindu biasanya lebih ramping dan menjulang tinggi
Candi Hindu memiliki bentuk bangunan yang lebih ramping, mungkin bentuk
ruangannya seperti segi empat dan tidak terlalu lebar.
2. Ada arca Dewa Trimurti
Candi Hindu memiliki arca Dewa Trimurti, yakni Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan
Dewa Brahma. Ini merupakan ciri khas candi Hindu yang membedakannya dengan
candi Buddha. Selain arca Dewa Trimurti, biasanya dalam bangunan candi juga bisa
ditemui arca Dewa Ganesha, Dewi Durga, dan lain sebagainya.
3. Digunakan sebagai tempat penghormatan orang meninggal serta pemakaman
raja
Candi Hindu digunakan sebagai tempat penghormatan orang yang telah meninggal
dan lokasi pemakaman raja, pada zaman dahulu. Candi Hindu juga sering digunakan
sebagai tempat penyembahan kepada dewa.
4. Struktur candi dibagi menjadi tiga bagian
Candi Hindu memiliki tiga struktur candi, yakni Bhurloka (kaki candi tempat
makhluk hidup tinggal), Bhuwahloka (bagian tengah candi melambangkan manusia
yang sedang disucikan dan menuju kesempurnaan batiniah) serta Swahloka
(perlambang dunia dewa).
5. Bagian atas atau puncaknya berbentuk ratna
Ratna merupakan bentuk atap yang meruncing. Biasanya menjulang tinggi ke atas
disertai dengan bentuk seperti mengerucut (makin lama makin kecil).
6. Biasanya pintu masuk menghadap arah barat
Pintu masuk candi Hindu biasanya menghadap arah barat. Pada bagian pintunya
disertai kepala kala dengan rahang bagian bawah.

Beberapa Candi-Candi peninggilan Hindu di Indonesia Sbb:


1. Candi Prambanan – Sleman, Yogyakarta

Sumber gambar: Pixabay


Dikenal juga dengan nama Candi Roro Jonggrand, kompleks Candi Prambanan
adalah kompleks Candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9
Masehi.
Berdasarkan prasasti Siwagrha, diketahui bahwa candi ini mulai dibangun sekitar
tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh
Balitung Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram. Dari prasasti ini juga
diceritakan bahwa Candi Prambanan dibangun sebagai persembahan kepada Trimurti
(tiga dewa utama dalam Hindu), yakni Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Sempat terlantar dan kehilangan identitas sejarah, rakyat setempat menciptakan
mulai menciptakan legenda asal-mula dari keberadaan candi-candi di komplek ini dan
lahirlah legenda rakyat Roro Jongrang.

2. Candi Dieng – Wonosobo, Jawa Tengah

Sumber gambar: Wikimedia


Berada di pegunungan Dieng, Candi Dieng merupakan Candi Hindu beraliran
Siwa yang diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-8 hingga awal abad ke-9.
Memiliki luas mencapai sekitar 1.8 x 0.8 km2, kompleks Candi Dieng dibagi
dalam 3 kelompok dan 1 candi yang berdiri sendiri yang namanya diadopsi dari tokoh
dalam kisah dalam Kitab Mahabarata, yakni kelompok Arjuna, kelompok Gatotkaca,
kelompok Dwarawati dan Candi Bima.

3. Candi Gedong Songo – Semarang, Jawa Tengah

Sumber gambar: Wikimedia


Ditemukan oleh Raffles pada 1804, Candi Gedong Songo merupakan Candi
Hindu peninggalan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-9, tepatnya 927 masehi.
Kompleks Candi yang terdisi dari 9 Candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran
ini berada di ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut.

4. Candi Jago – Malang, Jawa Timur

Sumber gambar: Wikimedia


Berdasar informasi dari kitab Negarakertagama dan Pararaton, Candi Jago
memiliki nama asli Jajaghu yang berarti ‘keagungan’ yang pembangunannya
dilakukan untuk penghormatan Raja Sri Jaya Wisnuwardhana, Raja Singasari
penganut agama Syiwa Buddha, aliran peraduan antara ajaran Hindu dan Buddha.
Pada candi yang dibangun menggunakan batuan andesit ini, Toppers bisa
menemukan relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini.

5. Candi Arca Gupolo – Sleman, Yogyakarta

Sumber gambar: Tribunnews


Tak seperti candi-candi Hindu sebelumnya, Arca Gupolo merupakan situs
peninggalan beraliran Hindu yang terdiri dari kumpulan 7 arca. Nama Gupolo sendiri
diberikan oleh penduduk sekitar kepada patung Agastya yang merupakan salah satu
arca yang ada dalam situs ini.
Di dekat situs ini juga terdapat mata air jernih yang tak pernah kering meski
musim kemarau panjang.

6. Candi Sukuh – Karanganyar, Jawa Tengah


Sumber gambar: Wikimedia
Sekilas Candi bercorak Hindu satu ini terlihat seperti Piramid. Selain bentuknya
yang unik, candi ini cukup menarik perhatian karena penggambaran alat-alat kelamin
manusia secara eksplisit bisa ditemukan pada relief dan arca pada Candi Sukuh. Pada
tahun 1995, situs Candi Sukus diusulkan ke UNESCO sebagai salah satu situs warisan
dunia.

7. Candi Cetho – Karanganyar, Jawa Tengah

Sumber gambar: Wikimedia


Candi bercorak Hindu di Indonesia selanjutnya adalah Candi Cetho, yang diduga
dibangun pada akhir era kerajaan Majapahit. Kompleks Candi ini nggak hanya
menjadi lokasi ziarah umat Hindu tetapi juga menjadi area pemujaan. Para penganut
kepercayaan Kejawen juga kerap menjadikan Candi Cetho sebagai lokasi pertapaan.

8. Candi Penataran – Blitar, Jawa Timur

Sumber gambar: Wikimedia


Candi Penataran merupakan kompleks Candi Hindu terbesar di Jawa Timur yang
telah ada sejak masa kerajaan Kediri. Menilik informasi dari prasasti Palah, Candi ini
diduga dibangun pada 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja
Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa
dengan nama Candi Palah.
Awalnya candi ini juga dibangun sebagai tempat upacara pemujaan untuk
menolak mara bahaya dari Gunung Kelud yang kala itu kerap meletus.

9. Candi Cangkuang – Garut, Jawa Barat

Sumber gambar: Wikimedia


Satu-satunya candi yang bisa Toppers temukan di tataran tanah Sunda adalah
Candi Cangkuang. Selain arca dewa Siwa yang menunjukkan bahwa Candi ini
bercorak Hindu, di komplek Candi juga terdapat makam Arief Muhammad yang
dikatakan merupakan leluhur dari penduduk setempat.

10. Candi Gunung Sari – Magelang, Jawa Tengah

Sumber gambar: Wikimedia


Candi beraliran Hindu Siwa ini merupakan tempat ditemukannya prasasti
Canggal. Candi Gunung Sari diduga merupakan peninggalan abad ke-6 hingga ke-8
yang membuatnya menjadi candi tertua di tanah Jawa, lebih tua dari Candi Borobudur
dan Candi Prambanan.

11. Candi Gunung Wukir – Magelang, Jawa Tengah


Sumber gambar: Wikimedia
Nama Candi Hindu satu ini diambil dari lokasinya yang berada di Bukit Wukir.
Namun, Candi Gunung Wukir juga dikenal dengan nama Candi Cangkal atau
Shiwalingga. Candi ini didirikan pada tahun 732 masehi, di masa Raja Sanjaya dari
zaman Kerajaan Mataram Kuno.

12. Candi Sambisari – Sleman, Yogyakarta

Sumber gambar: Wikimedia


Didirikan pada abad ke-9 pada masa pemerintahan Raja Rakai Garung pada
zaman Kerajaan Mataram Kuno, candi ini tak sengaja ditemukan pada tahun 1966
oleh seorang petani di Desa Sambisari.
Pada saat ditemukan, posisi Candi Sambisari terletak 6,5 meter di bawah
permukaan tanah. Diduga kuat hal ini dikarenakan timbunan lahar dari Gunung
Merapi yang meletus ]pada awal abad ke-11 yang bisa terlihat dari banyaknya batu
material volkanik di sekitar Candi Sambisari

E. CANDI BUDHA
Candi merupakan bangunan kuno yang dibuat dari batu (sebagai tempat pemujaan,
penyimpanan abu jenazah rajaraja, pendeta-pendeta Budha pada jaman dahulu), (KBBI,
2007: 191). Candi adalah sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau
yang berasal dari agama Buddha.
Ciri khas candi Buddha
Salah satu ciri khas utama dari candi Buddha ialah atapnya berbentuk stupa. Selain itu,
candi Buddha juga memiliki ciri khas lainnya, yaitu:
1. Digunakan sebagai tempat pemujaan dewa
Candi Buddha sering digunakan sebagai tempat pemujaan atau penghormatan kepada
dewa. Selain itu, candi Buddha juga dijadikan tempat peribadatan bagi warga Buddha,
pada zaman dahulu.
2. Pada candi Buddha terdapat arca Buddha dengan bentuk kesederhanaannya
Dalam candi Buddha biasanya terdapat tiga jenis arca, yakni Dyani-Buddha, Manusi-
Buddha, serta Dhyani-Bodisattwa. Ketiga arca ini melambangkan arca Buddha dalam
bentuk kesederhanannya. Biasanya disimbolkan dengan sikap tangan atau mudra
sebagai bentuk ajakan kemuliaan.
3. Pada relief candi biasanya memiliki kisah tersendiri
Umumnya relief candi Buddha menggambarkan kisah tertentu yang ingin
disampaikan . Contohnya kisah dalam relief Candi Borobudur menggambarkan
tentang perjuangan kehidupan manusia untuk meninggalkan sisi duniawinya.
4. Struktur candi dibagi menjadi tiga bagian
Candi Buddha memiliki tiga struktur candi, yakni Kamadhatu (melambangkan
manusia penuh dosa), Rupadhatu (melambangkan kehidupan manusia yang penuh
dengan hawa nafsu), dan Arupadhatu (melambangkan manusia yang mencapai
nirwana).
5. Biasanya pintu candi menghadap timur
Pintu masuk candi Buddha biasanya menghadap timur. Pada bagian pintunya disertai
kepala Kala dengan posisi mulut menganga tanpa rahang bawah.
6. Bentuk bangunan candi Buddha biasanya lebih melebar
Candi Buddha biasanya memiliki bentuk bangunan yang lebih melebar dan tidak
terlalu tinggi. Contohnya Candi Borobudur.

Beberapa Candi-Candi peninggilan Budha di Indonesia Sbb:


1. Candi Borobudur – Magelang, Jawa Tengah

Sumber gambar: Pixabay


Membahas Candi bercorak Buddha, tentu daftar ini takkan lengkap tanpa
menyebut Candi Borobudur. Terbentuk dari stupa-stupa, Candi Borobudur dibangun
pada abad ke-8 Masehi oleh penganut Buddha Mahayana.
Luas dan kemegahan dari Candi Borobudur menjadikannya sebagai monumen dan
kuil Buddha terbesar di Dunia. Hingga kini Candi Borobudur masih digunakan
sebagai tempat melakukan peribadatan umat Buddha, terutama pada saat peringatan
hari Trisuci Waisak.

2. Candi Kalasan – Sleman, Yogyakarta

Sumber gambar: Wikimedia


Terdiri dari 52 stupa, Candi Kalasan merupakan Candi bercorak Buddha yang
dibangun sebagai penghormatan kepada Bodhisattva wanita, Tarabhawana. Candi ini
juga merupakan bukti kependudukan Wangsa Syailendra, penguasa Sriwijaya di
Sumatera atas tanah Jawa.

3. Candi Mendut – Magelang, Jawa Tengah

Sumber gambar: Wikimedia


Candi Mendut merupakan Candi Buddha yang dibangun pada masa pemerintahan
Raja Indra dari Dinasti Syailendra. Di dalam bangunan Candi Mendut, terdapat tiga
arca Buddha berukuran besar, yaitu Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap tangan
(mudra) dharmacakramudr, dan diapit oleh arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) pada
sisi kiri dan arca Wajrapāņi pada sisi kanan.

4. Candi Pawon – Magelang, Jawa Tengah


Sumber gambar: Wikimedia
Candi Pawon adalah candi bercorak Buddha yang berada di antara Candi
Borobudur dan Candi Mendut dan keberadaannya sangat terkait erat. Hal ini bisa
dilihat dari posisi geografisnya yang lurus dan juga pahatan relief yang senada.
Menurut Casparis, Candi Pawon merupakan tempat penimpanan abu jenazah Raja
Indra (782 – 812 M), ayah Raja Samarrattungga dari Dinasti Syailendra. Bahkan,
menurut sebagian orang, nama “Pawon” bisa jadi berasal dari kata pawuan yang
berarti tempat menyimpan abu.

5. Candi Brahu – Mojokerto, Jawa Timur

Sumber gambar: BPPD Mojokerto


Berlokasi di situs Trowulan yang merupakan ibukota Kerajaan Majapahit, Candi
Brahu merupakan Candi Buddha yang terbuat dari bata merah. Menilik dari prasasti
yang ditulis oleh mpu Sendok, Candi bercorak Buddha ini merupakan tempat
pembakaran abu para Raja-raja, meski pada penelitian lebih lanjut tak ditemukan
bekas abu mayat dalam bilik Candi ini.

6. Candi Banyunibo – Sleman, Yogyakarta


Sumber gambar: Wikimedia
Dibangun pada abad ke-9 di masa Kerajaan Mataran Kuno, Candi Banyunibo
merupakan bangunan suci umat Buddha pada masa itu yang memiliki arti tetesan air.
Berdasarkan puing-puing, bisa diduga jika disekitar Candi Banyunibo masih terdapat
beberapa candi pendamping lainnya.

7. Candi Muara Takus – Kampar, Riau

Sumber gambar: Go Sumatra


Tak ada yang tahu pasti kapan pastinya kompleks Candi Muara Takus ini
dibangun, namun keberadaan Candi ini dipercaya ada pada masa keemasan dari
Kerajaan Sriwijaya. Hal ini membuat banyak peneliti menganggap lokasi candi ini
sebagai salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya kala itu.
Berbeda dengan kebanyakan Candi Buddha di pulau Jawa yang terbuat dari
Andesit, Candi ini terbuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata.

8. Candi Muaro Jambi – Muaro Jambi, Jambi

Sumber gambar: Wikimedia


Kompleks Candi Muaro Jambi merupakan kompleks Candi Hindu-Buddha yang
terbesar di Asia Tenggara, dan dipercaya merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya
dan Kerajaan Melayu. Di dalam kompleks Candi Muaro Jambi terdapat sembilan
bangunan yang telah dipugar, dan diluar itu masih banyak potensi bangunan-
bangunan kuno lainnya.

9. Candi Bahal – Padang Lawas, Sumatera Utara

Sumber gambar: Wikimedia


Diduga berasal dari abad ke-11, Candi Bahal merupakan Candi Buddha yang juga
dikenal dengan nama Biaro Bahal dan Candi Portibi. Kompleks Candi ini merupakan
kompleks candi terluas di Sumatera Utara yang dibagi menjadi tiga kelompok, yakni
Bahal I, Bahal II, dan Bahal III. Kehadiran Candi ini kerap dikaitkan dengan
keberadaan dari Kerajaan Pannai.

10. Candi Jabung – Probolinggo, Jawa Timur

Sumber gambar: Wikimedia


Candi Jabung adalah salah satu peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang
dibangun pada 1354 Masehi. Berdasarkan kitab Pararaton, Candi ini diperkirakan
dibangun sebagai makam Bhra Gundul salah seorang keluarga Raja. Candi bercorak
Buddha ini identik dengan warna merah karena material utamanya yang merupakan
bata merah.

11. Candi Plaosan – Klaten, Jawa Tengah


Sumber gambar: Wikimedia
Candi Plaosan adalah kompleks candi yang terletak di Dukuh Plaosan yang terdiri
dari Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Seringkali keberadaan dua Candi
utama ini dinamakan sebagai Candi Kembar. Bentuk-bentu stupa serta keberadaan
arca Buddha menunjukkan bahwa Candi ini merupakan peninggalan ajaran
Buddhisme di Nusantara.

12. Candi Sewu

Sumber gambar: Flickr


Candi Sewu adalah kompleks candi Buddha terbesar di Indonesia setelah Candi
Borobudur. Dibangun pada abad ke-8, usia Candi ini diperkirakan lebih tua dari Candi
Borobudur dan Candi Prambanan. Nama Candi Sewu sendiri berarti seribu Candi,
meski pada kenyataannya hanya ditemukan 249 candi dalam komplek ini.

F. PENINGGALAN KOLONIAL
ciri-ciri bangunan kolonial:
 Penggunaan gewel (gable) pada fasade bangunan biasanya berbentuk segitiga.
 Penggunaan tower pada bangunan.
 Penggunaan dormer pada atap bangunan yaitu model jendela atau bukaan lain
yang letaknya di atap dan mempunyai atap tersendiri.
 Model denah yang simetris dengan satu lantai atas.
 Model atap yang terbuka dan kemiringan tajam.
 Mempunyai pilar di serambi depan dan belakang yang menjulang ke atas
bergaya Yunani.
 Penggunaan skala bangunan yang tinggi sehingga berkesan megah.
 Model jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung (dengan dua daun
jendela), dan tanpa
Periode Masa Kolonial, terbagi atas :
 Abad 16—1800-an: Pada masa VOC, arsitektur kolonial Belanda kehilangan
orientasinya pada bangunan tradisional di Belanda serta tidak mempunyai
suatu orientasi bentuk yang jelas.
 1800-an—1902: Periode ini, Belanda membangun gedung-gedung yang
berkesan grandeur (megah), dipinjam dari gaya arsitektur neo-klasik.
 1902—1920-an: Mulai terlihat gaya arsitektur modern yang berorientasi ke
negeri Belanda.
 1920—1940-an: Muncul gaya ekletisisme atau campuran dengan kebudayaan
arsitektur tradisional Indonesia.
Berikut adalah beebrapa peninggalan arsitektur masa colonial:
 Arsitektur Kolonial Museum Fatahillah, Jakarta

 Arsitektur Kolonial Gedung Sate, Bandung

 Arsitektur Kolonial Kantor Pos, Medan


G. PENINGGALAN ISLAM

1. Masjid
 Masjid Raya Baiturrahman
 Masjid Agung Demak
 Masjid Sang Cipta Rasa
 Masjid Sultan Ternate
 Masjid Agung Banten
 Masjid Kotagede
 Masjid Agung Surakarta

2. Makam
 Makam Sultan Malik Al-Saleh dari Kerajaan Samudera Pasai
 Makam Iskandar Muda dari Kerajaan Aceh Darussalam
 Makam Sunan Kalijaga
 Makam Sunan Gunung Jati
 Makam Sultan Baabullah
 Makam Fatimah Binti Maimun

3. Keraton
Keraton merupakan pusat pemerintahan yang sekaligus menjadi tempat tinggal raja beserta
keluarganya. Pada masa kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam, banyak didirikan keraton yang
umumnya menghadap ke utara. Misalnya Keraton Demak, Keraton Kasepuhan dan Kanoman
di Cirebon, Keraton Surosowan di Banten, dan Keraton Surakarta.
4. Seni Rupa
 Kaligrafi
 Seni Sastra
 Suluk, Suluk karya sastra berupa kitab-kitab dan isinya menjelaskan soal tasawuf.
Kitab-kitab suluk merupakan karya sastra Islam tertua di Indonesia. Contoh suluk
antara lain sebagai berikut.
 Suluk Sukarsa
 Suluk Wujil
 Suluk Malang Sumirang
5. Syair
Syair adalah karya sastra berupa sajak-sajak yang dalam satu bait terdiri dari empat baris,
dan tiap barisnya berakhir dengan bunyi yang sama. Misalnya syair Sidang Fakir karya
Hamzah Fansuri.
6. Hikayat
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng. Beberapa hikayat
yang terkenal antara lain, Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat
Khaidir, dan Hikayat 1001 Malam.

7. Babad
Babad berisi cerita sejarah, yang biasanya berisi campuran antara fakta, mitos, dan
kepercayaan. Contoh babad adalah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Pajajaran,
Babad Mataram, dan Babad Surakarta.

8. Seni Pertunjukan
 Seni gamelan
 Wayang
 Permainan debus
 Saudati (tarian dari Aceh)
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/museum-manusia-purba-sangiran-
klaster-ngebung-pengakuan-panjang-menuju-pengakuan-dunia/
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/museum-manusia-purba-sangiran-
klaster-dayu-budaya-dan-lapisan-tanah-purba/
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/grenzbank-lapisan-pembatas-
peradaban/
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/04/mengenal-situs-manusia-purba-sangiran
https://www.museumindonesia.com/museum/19/1/Museum_Purbakala_Sangiran_Sragen
https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/destinations/situs-prasejarah-sangiran/
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/klaster-bukuran-1/
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/klaster-ngebung/
https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/Repositorys/sangiran/
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/klaster-dayu/
http://kemuseum.org/museum/museum-sangiran-klaster-bukuran/
https://www.sragenkab.go.id/jelajah-sukowati-10.html
https://www.sragenkab.go.id/jelajah-sukowati-58.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sangiran
https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/15/191617869/ciri-khas-candi-hindu-dan-
candi-buddha
https://www.tokopedia.com/blog/candi-hindu-buddha-indonesia-edu/
https://www.99.co/blog/indonesia/gedung-peninggalan-arsitektur-kolonial/
https://amp.kompas.com/travel/read/2021/07/08/111814527/7-peninggalan-kerajaan-islam-
di-jawa-wisata-religi-hingga-keraton
https://www.99.co/blog/indonesia/gedung-peninggalan-arsitektur-kolonial/

Anda mungkin juga menyukai