Anda di halaman 1dari 2

Situs Sangiran Manusia Purba

Kelas : X MIPA 3
Nama kelompok :

• Maulidhian Syarli Safitri


• Nabila Tuzzahra
• Yusrina Izzati Nurfadhilah

“HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA”

Situs Sangiran adalah salah satu situs manusia purba yang ada di Indonesia. Situs Sangiran terletak di
dua wilayah kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Sragen dan Kabupaten
Karanganyar, dengan luas 56 kilometer persegi, dan terletak 20 km sebelah Utara kota Surakarta. Sejak
lama Sangiran tidak hanya dikenal di negeri tapi juga di manca negara, terutama dikalangan peneliti
sebagai situs arkeologi. awalnya Sangiran adalah sebuah kubah, puncak kubah tersebut kemudian terbuka
melalui proses erosi sehingga membentuk dipresi, pada dipresi itu lah dapat ditemukan lapisan tanah yg
mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau.
Penemuan situs arkeologi Sangiran bermula dari kedatangan gustav Heinrich Ralph von koeningswald
sekitar 1930, ketika ia melakukan penelitian di Sangiran museum belum ada, dan dulu hasil penelitian nya
ditampung di rumah Pak totoh. Setelah itu, tahun demi tahun penelitian semakin banyak dilakukan di
Sangiran yang menghasilkan berbagai temuan, baik berupa fosil manusia, fosil hewan, alat tulang, dan alat
batu.
Dunia mulai menoleh ke Sangiran 1934 ketika Von koeningswald menemukan alat" serpih yg terbuat
dari bahan kalsedon di desa Nebung. Sekitar tahun 1936 dunia dikagetkan oleh penemuan penting
konesual berupa fragment rahang bawah manusia purba yang hidup antara 1,5 juta sehingga 1 juta tahun
lalu atau homo erectus, dari hari ke hari penemuan fosil semakin banyak para ahli pun berbondong-
bondong ke Sangiran untuk melakukan penelitian, selain itu para pengunjung antusias ingin melihat
penemuan hasil fosil-fosil tersebut, dan pemerintah berinsiatif mendirikan sebuah bangunan sederhana
pada 1974 untuk menampung fosil-fosil yang telah ditemukan. Lantaran bnyk nya wisatawan dan
penelitian datang baik dari luar negeri maupun dalam negeri, maka ditemukan sarana yg memadai, akhir
nya mulai 1980 dibangun lah sebuah museum situs prasejarah sangiran, museum itu dilengkapi ruang
pamer,aula, laboratorium, perpustakaan,serta ruang audio visual.
Sangiran juga menjadi tujuan wisata pendidikan dan penelitian tentang manusia purba. Kreativitas
warga juga bermunculan, antara lain membuat dengan pedagang cindera mata dari batuan dan kayu,
cindera mata yang sebagian besar berbentuk homo erectus : kapak, perhiasan,patung hingga tengkorak
manusia yang dijual di kios yang berada di komplek museum. Saat ini Situs Sangiran tidak hanya dikenal di
Indonesia, melainkan juga di dunia internasional sebagai situs yang mampu menyumbangkan pengetahuan
penting mengenai bukti-bukti evolusi (perubahan fisik) manusia, evolusi fauna, kebudayaan, dan
lingkungan, yang terjadi sejak dua juta tahun yang lalu.
Komite world heritage UNESCO pada peringatannya yang ke 20 di Merida, Mexico pada 1996
menetapkan kawasan Sangiran sebagai kawasan world heritage (warisan dunia). Di dalam museum ini
terdapat 13.809 fosil yang ditemukan di situs Sangiran sejak 1936, sebanyak 2.934 di antaranya disimpan
didalam ruang pameran museum Sangiran dan 10.875 lainnya disimpan di gudang penyimpanan museum.

Sejumlah fosil manusia lainnya di simpan di museum geologi Bandung dan laboratorium
paleontropologi yogyakarta.
Jenis-jenis fosil tersebut antara lain :

-Meganthropus paleojavanicus
-Pithecantropus erectus
-Homo soloensis

Fosil Binatang Darat :


-Gading gajah purba
-tulang kerbau
-tanduk rusa
-tanduk kijang, dll

Fosil Binatang air :


-gigi buaya
-gigi ikan hiu
-batok penyu

Dan terdapat pula peralatan yang sering dipakai dalam kehidupan manusia purba semacam alat
serpih,kapak bilah, kapak beliung, manik-manik, dll.
Situs Sangiran beserta semua kandungan arkeologis yang ada di dalamnya merupakan cagar budaya yang
penting untuk dijaga dan dilestarikan. Pelestarian Situs Sangiran penting dilakukan agar semua nilai penting
yang terkandung di dalamnya dapat terus dipelajari, dimanfaatkan, dan diwariskan kepada generasi yang
akan datang. Saat ini pengelolaan Situs Sangiran dilakukan oleh salah satu UPT Kemendikbud, yaitu Balai
Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah, Pemerintah Kabupaten Sragen, dan Pemerintah Kabupaten Karanganyar.

Anda mungkin juga menyukai