Anda di halaman 1dari 30

KARYA TULIS ILMIAH

STRUKTUR PERENCANAAN BANGUNAN DITINJAU DARI SISI


KETAHANAN GEMPA BUMI

DISUSUN
OLEH:

SUSI ASNAWATI
P3A116 073

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI

D – III TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan Petunjuk-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“PERENCANAAN BANGUNAN DITINJAU DARI SISI KETAHANAN
GEMPA BUMI”, yang mana makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang
membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca. Demikian makalah ini
disusun, apabila ada kata – kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat
kekurangan, penulis pengucapkan mohon maaf yang sebesar – besarnya.

Kendari, mei 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................ ii
Daftar Gambar ................................................................................................... iii
Abstrak............................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
1.3.2 Manfaat Penulisan .................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Devinisi Gempa Bumi ................................................................................. 4
2.2 Metode Penulisan ........................................................................................ 5
III. PEMBAHASAN
3.1 Prinsip-prinsip Utama Konstruksi Tahan Gempa ....................................... 6
3.1.1 Denah Yang Sederhana dan Simetris........................................................6
3.1.2 Bahan Bangunan Harus Seringan Mungkin .............................................6
3.1.3 Perlunya Sistem Konstruksi Penahan Beban Yang Memadai...................7
3.2 Struktur Rumah Penahan Gempa ................................................................ 7
3.2.1 struktur Pondasi ....................................................................................... 7
3.2.2 Struktur Dinding ...................................................................................... 11
3.2.3 Struktur Atap...................................................................................... 13
3.2.3.1 Pengertian Struktur Atap..................................................................15
3.2.3.2 Pembagian Struktur Atap.................................................................16
3.2.3.3 Perancangan Atap Yang Baik Menurut Iklim Dan tahan
terhadap gempa.....................................................................................19
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................24
4.2 Saran ............................................................................................................24
Daftar Pustaka.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur bagunan gedung tahan gempa menurut SNI 03-17261-2002....... 2
Gambar 2.2.A Dan 2.B Pondasi Batu Kali................................................................. . 8
Gambar 3. Pondasi Tanah Kurang Baik....................................................................... 9
Gambar 4.Denah pondasi batu kali............................................................................ 10
Gambar 5. Struktur dinding........................................................................................ 12
Gambar 6. Kolom Dinding........................................................................................ 13
Gambar 7.Pintu Dan Jendela............................................................................. ...... 13
Gambar 8. Bidang Dinding Kotak............................................................................ 14
Gambar 9. Atap ringan............................................................................................... 16
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan pada
kerak bumi. Beban kejut ini dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi salah satu faktor
yang utama adalah benturan pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi permukaan
bumi. Lokasi gesekan ini terjadi disebut fault zone. Kejutan yang berkaitan dengan
benturan tersebut akan menjalar dalam bentuk gelombang. Gelombang ini
menyebabkan permukaan bumi dan bangunan diatasnya bergetar. Pada saat bangunan
bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya kecenderungan
massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dan gerakan. Setiap tahun kerak luar
bumi bergetar sekitar satu juta kali. Getaran-getaran tersebut dapat diukur dengan
peralatan seismograf. Sekitar 20 getaran diantaranya merupakan gempa bumi kuat
dan 2 getaran merupakan gempa bumi ynag sangat kuat. Gempa bumi merambat
melalui getaran keseluruh permukaan Bumi, akan tetapi menjadi berbahaya disekitar
pusat gempa. Daerah yang paling rawan adalah yang mengalami pergeseran lempeng
tektonik.
Gempa bumi merupakan bencana alam yang paling menakutkan bagi
manusia, karena bencana alam ini terjadi secara tiba-tiba, tidak dapat diprediksi kapan
terjadinnya. Hal ini akibat kita selalu mengandalkan tanah tempat kita berpijak di
bumi sebagai landasan yang paling stabil yang bisa selalu dalam keadaan diam dan
menopang kita. Begitu terjadi gempa bumi, kita tiba-tiba menyadari bahwa tanah
yang kita pijak tersebut ternyata bisa kehilangan stabilitasnya sehingga dapat merusak
lingkungan dan bangunan yang ada di atas lapisan permukaan tanah, dan mampu
menelan korban. Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai
tingkat resiko gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa diseIuruh dunia.
Data-data terakhir yang berhasil direkam menunjukkan bahwa rata-rata setiap tehun
terjadi sepuluh kegiatan gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan yang cukup
besar di Indonesia. Sebagian terjadi pada daerah lepas pantai dan sebagian lagi pada
daerah pemukiman. Pada daerah pemukiman yang cukup padat, perlu adanya suatu
perlindungan untuk mengurangi angka kematian penduduk dan kerusakan berat
akibat goncangan gempa. Dengan menggunakan prinsip teknik yang benar, detail
konstruksi yang baik dan praktis maka kerugian harta benda dan jiwa menusia dapat
dikurangi.
Seperti halnya peristiwa beberapa tahun yang lalu di Yogjakarta diguncang
oleh gempa berkekuatan 6,2 skala Richter pada tanggal 27 Mei 2006 kurang lebih
pukul 05.55 WIB selama 57 detik.Korban tewas menurut laporan terakhir dari
Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006 pukul 07:00 WIB,
berjumlah 6.234 orang dengan rincian: Yogyakarta 165 jiwa, Kulon Progo 26 jiwa,
Gunung Kidul 69 jiwa, Sleman 326 jiwa, Klaten 1.668 jiwa, Magelang 3 jiwa,
Boyolali 3 jiwa, Purworejo 5 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa dan korban terbanyak di Bantul
3.968 jiwa. Sementara korban luka berat sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917 lainnya
menderita luka ringan. Kabupaten Bantul merupakan daerah yang paling parah
terkena bencana. Informasi menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah ini rubuh.
Gambar 1. Struktur bagunan gedung tahan gempa
menurut SNI 03-17261-2002

Biasanya setelah terjadi gempa manusia baru sadar akan konstruksi


bangunan yang kurang kokoh menyebabkan banyak menelan korban jiwa. Bangunan
yang tahan gempa bisa dibangun dengan teknologi sederhana yang biasa dipakai
dalam rumah-rumah konvensional dengan sistem struktur beton bertulang, dinding
batu-bata dan atap kayu. Penambahan yang perlu dilakukan, misalnya pada
penambahan angkur yang memperkuat hubungan antara elemen beton, dinding, atap
dan elemen lainnya. Dengan sistem-sistem bangunan yang dikenal di Indonesia dan
dibuat oleh standarisasi pemerintah.
1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana cara meminimalisir hancurnya bangunan akibat dampak yang


ditimbulkan gempa bumi?
2. Apakah struktur suatu bangunan berpengaruh terhadap kekuatan bangunan untuk
menahan gempa bumi?
3. Apakah pondasi bangunan berpengaruh terhadap kekuatan struktur bangunan
untuk menahan gempa bumi?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami dampak yang ditimbulkan gempa bumi agar dapat meminima


rusaknya suatu bangunan.
2. Berpengaruh atau tidaknya struktur bangunan dalam menahan gempa bumi.
3. Mengetahui bahwa semakin ringan bobot bangunan, maka gaya gempa yang
diterima bangunan akan jauh berkurang.
4. Mengurangi kerusakan, membatasi ketidak nyamanan penghunian saat
gempa,dan melindungi layanan bangunan vital serta mengindarkan terjadinya
korban jiwa.
1.4 Manfaat Penulisan

1. Kita dapat mengetahui, memahami arti dari gempa bumi, dampak yang
ditimbulkannya.
2. mengetahui bahwa struktur bangunan sangat berpengaruh terhadap kekuatan
suatu bangunan dalam menahan gempa bumi.
3. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan struktur bangunan sehingga memberi
rasa aman dan nyaman kepada penghuninya.
4. Meminimalkan kerusakan bangunan yang terjadi akibat gempa.
5. Mendapatkan ilmu tentang desain struktur bangunan tahan gempa pada kondisi
wilayah gempa menengah dan tinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Devinisi Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan suatu bencana alam yang disebabkan oleh lempeng-
lempeng yang merupakan bagian dari kerak bumi yang bergerak aktif. Pergerakan itu
dipicu antara lain oleh air laut dan samudera. Sekitar 71 persen wilayah bumi kita
terdiri atas laut dan samudera, atau dengan kata lain berupa air. Lempeng-lempeng
bumi ini sebenarnya adalah bagian dari kerak bumi yang terdiri atas berbagai jenis
bebatuan. Efek dari pergeseran itu adalah berupa getaran yang disebut gempa. Gempa
terjadi karena ada perpindahan massa dalam lapisan batuan bumi. Kekuatan suatu
gempa bergantung pada jumlah energi yang terlepas, saat terjadi pergeseran dan
tumbukan.
Pergeseran tersebut memang memungkinkan terjadinya tumbukan. Ada
kalanya pergeseran itu menyebabkan perubahan bentuk yang tiba-tiba, sehingga
terjadi ledakan dan patahan yang menimbulkan gempa hebat yang disebut sebagai
gempa tektonik. Keadaan itu tidak bisa kita hindari karena memang bagian dari
evolusi bumi. Walaupun gempa tidak dapat kita prediksi, namun kita dapat
meminimalisir dampak yang ditimbulkannya dengan cara membangun rumah tahan
gempa.
Ketika gempa dan tsunami, sebagian besar rumah tradisional (berbahan kayu)
masih tetap berdiri kokoh. Bahkan di negara jepang yang sering terjadi ratusan
gempa, bahan dasar rumah mereka (Jepang, red) terbuat dari kayu dan kertas
ditambah lagi dengan pintu yang digeser kesamping, serta meja ala jepangnya yang
hampir menyentuh lantai. Kini dengan teknologi barunya, Jepang menciptakan rumah
Barier adalah rumah bola nomaden yang memiliki banyak keistimewaan.
Diantaranya, tahan gempa dan bisa mengapung di air. Rumah bola ini dibuat
berdasarkan Hukum Bernauli yang berbunyi: jika ada angin berhembus di bawah
suatu benda, maka benda tersebut mengalami tekanan gaya ke bawah. Dinding rumah
ini terdiri dari 32 sisi. Rahasia dari rumah ini adalah pada sistem pondasinya. Dengan
menggunakan struktur pondasi bebas (beda dengan rumah biasa) dan pemberian gaya
yang merata di 32 sisi dinding rumah bola ini menyebabkan rumah bola ini memiliki
kekuatan yang merata pada setiap bagiannya.
Bahan rumah ini terdiri dari tiga lapisan, lapisan tengahnya mampu
mengalirkan udara masuk dan keluar. Bagian sisi paling luar dibuat dari bahan
urethane anti air, lapisan tengah adalah agregat (kerikil) dan lapisan dalamnya terbuat
dari bahan kayu. Makanya, sela-sela kerikil inilah yang dimanfaatkan untuk
mengalirkan udara. Jika terjadi banjir, rumah ini akan secara otomatis bisa
mengapung di atas air. Hanya saja tidak bisa dikendalikan oleh penghuni rumah bola
tersebut. Mereka akan terbawa terus oleh arus. Walaupun demikian, rumah Barier ini
juga bisa dimodifikasi sesuai dengan keinginan pemilik rumah. Menurut perusahaan
World Window yang berlokasi di Timinaga, Yamagata city, terdapat beberapa ukuran
tipe rumah Barier, yaitu ada ukuran 3S, 3SL, 2S, S, M dan L.

2.2 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah
metode penulisan studi pustaka. Metode penulisan studi pustaka adalah metode
dengan cara menelaah berbagai sumber bacaan yang dikaji dari berbagai sumber baik
cetak maupun elektronik.
III. PEMBAHASAN

3.1 Prinsip-prinsip Utama Konstruksi Tahan Gempa

Di Indonesia, Rumah tahan gempa (Smart Modula) ini tergolong konsep


revolusioner untuk konstruksi bangunan serba guna. Desain rumah ini memiliki
fleksibilitas tinggi, mudah dalam membangunnya, dan cukup kokoh. Konsep knock
down atau bongkar pasang yang cukup sederhana tapi praktis ini telah digulirkan
sejak lima tahun lalu oleh BB Triatmoko SJ. Struktur utama rumah tahan gempa ini
tidak ditanam atau ditopang dengan fondasi yang memanjang di bawah dinding
rumah, tetapi hanya menggunakan umpak di setiap sudut rumah. Konsepnya
mengadopsi model rumah tradisional adat Jawa yang dibuat dari kayu. Dengan
penopang semacam ini, saat terjadi gempa, relatif bisa fleksibel. Jika menggunakan
model fondasi seperti rumah-rumah konvensional, hampir dipastikan akan mengalami
keretakan atau patah saat dilanda gempa hebat. Berikut perinsip-perinsip utama
rumah tahan gempa.

3.1.1. Denah yang sederhana dan simetris

Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah


bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horisontal yang
simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa Iebih baik karena kurangnya
efek torsi dan kekekuatannya yang lebih merata.

3.1.2 Bahan bangunan harus seringan mungkin

Seringkali, oleh karena ketersedianya bahan bangunan tertentu. Arsitek dan


Sarjana SipiI harus menggunakan bahan bangunan yang berat, tapi jika mungkin
sebaiknya dipakai bahan bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan besarnya beban
inersia gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan. Sebagai contoh
penutup atap genteng diatas kuda-kuda kayu menghasilkan beban gempa horisontal
sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup atap seng diatas kuda-kuda
kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasiIkan beban gempa sebesa
15 x beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu.

3.1.3 Perlunya sistim konstruksi penahan beban yang memadai

Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus
dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya honisontal
yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke tanah. Adalah sangat
penting bahwa struktur utama penahan gaya horizontal itu bersifat kenyal. Karena,
jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang tiba-tiba tidak akan terjadi,
tetapi pada beberapa tempat tertentu terjadi Ieleh terlebih dulu. Suatu contoh
misalnya deformasi paku pada batang kayu terjadi sebelum keruntuhan akibat momen
lentur pada batangnya. Cara dimana gaya-gaya tersebut dialirkan biasanya disebut
jalur Iintasan gaya. Tiap-tiap bangunan harus mempunyai jalur lintasan gaya yang
cukup untuk dapat menahan gaya gempa horisosontal.

3.2 Struktur Rumah Penahan Gempa.

3.2.1 Struktur Pondasi

Struktur pondasi berperanan penting untuk memindahkan beban gempa dari


dinding ke tanah. Pertama, pondasi harus dapat menahan gaya tarik vertikal dan gaya
tekan dari dinding. Ini berarti sloof menerima gaya geser dan momen lentur sebagai
jalur Iintasan gaya terakhir sebelum gaya-gaya tersebut mencapai tanah. Akhirnya
sloof memindahkan gaya-gaya datar tersebut ke pada tanah yang ditahan oleh daya
dukung tanah dan tekanan tanah lateral. Rumah yang terbuat dari kayu dengan lantai
kayu dan pondasi kayu seperti gambar-gambar di bawah ini memerlukan batang
pengaku untuk mencegah keruntuhan
A. Pondasi batu kali

Batu Kali Untuk Rumah, beberapa saat yang lalu saya telah memberikan
artikel mengenai menentukan pondasi yang baik untuk bangunan dan berikut ini ada
artikel menarik mengenai contoh pondasi batu kali serta cara pengerjaanya untuk
anda sekalian yang sedang mencari contoh pembuatan pondasi yang baik, dan berikut
ini contoh pemasangan pemasangan pondasi batu kali untuk rumah. Gambar pondasi
batu kali berbentuk trapesium ini sering digunakan sebagai struktur pondasi pada
rumah tinggal 1 lantai sedangkan pada rumah tinggal bertingkat masih dapat
menggunakan pondasi batu kali ini namun diperlukan penambahan dimensi atau
penggabungan dengan pondasi foot plat pada area kolom sehingga didapatkan sebuah
struktur pondasi yang kuat untuk menahan beban rumah tinggal yang berdiri
diatasnya.

Gambar 2.A Pondasi Batu Kali


Gambar 2.B Potongan Pondasi Batu Kali
Pada gambar 2.a pondasi batu kali diatas terlihat pondasi batu kali secara
utuh yang digunakan pada area tengah rumah atau pada lahan bebas yang
memungkinkan untuk dibuat pondasi batu kali dengan bentuk seperti ini, sedangkan
pada lahan terbatas misalnya pada area pinggir rumah yang berbatasan dengan
tetangga maka dapat digunakan pondasi batu kali terpotong sebelah yang dapat dilihat
pada gambar 3.b potongan pondasi batu kali yang ada di atas. Pondasi harus
diletakkan di tanah yang keras, dan apa bila kondisi tanah kurang baik maka harus
dilakukan peerbaikan tanah terlebih dahulu. Sebaiknya pondasi terletak kurang lebih
dari 45 cm dari tanah asli yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3. Pondasi Tanah Kurang Baik
Sedangkan contoh penerapanya pada sebuah rumah tinggal dapat dilihat di
Gambar denah pondasi batu kali untuk rumah tinggal sebagai berikut:

Gambar 4. Denah pondasi batu kali


Denah pondasi ini merupakah sebuah contoh pondasi batu kali diatas pada
rumah tinggal dengan ukuran 7 m x 14 m dimana ada dua jenis pondasi yang dapat
dilihat pada detail gambar 2.A untuk area dalam rumah dan gambar 2.B untuk area
tepi rumah yang berbatasan dengan lahan tetangga. Dalam perhitungan rencana
anggaran biaya rumah kita hitung perkiraan biaya pondasi dalam satuan m3 atau
meter panjang tergantung kesepakatan pemilik proyek dan pemborong yang
kemudian dijadikan acuan untuk mengadakan kontrak pekerjaan pondasi batu kali
yang menguntungkan kedua belah pihak.
B. Perhitungan material pondasi batu kali

Material yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini dapat kita uraikan sebagai berikut;
1. Tanah urug
2. pasir pasang
3. Batu kali
4. Semen
5. Air
6. Papan bouw plank
masing-masing material tersebut di atas dapat dhitung jumlah yang dibutuhkan
untuk pasangan batu kali per m3, sehingga didapatkan total kebutuhan material
dengan cara mngalikan kebutuhan material per m3 dengan jumlah volume total
pekerjaan pasangan batu kali. Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan
tanpa terputus.

3.2.2 Struktur Dinding

Gaya-gaya aksiaI dalam ring balok harus ditahan oleh dinding. Pada dinding
bata gaya-gaya tersebut ditahan oleh gaya tekan diagonal yang diuraikan menjadi
gaya tekan dan gaya tarik. Gaya aksiaI yang bekerja pada ring balok juga dapat
menimbulkan gerakan berputar pada dinding. Putaran ini ditahan oleh berat sendiri
dinding,berat atap yang bekerja diatasnya dan ikatan sloof ke pondasi. Jika momen
guling lebih besar dari momen penahannya maka panjang dinding harus diperbesar.
Kemungkinan lain untuk memperkaku dinding adalah sistim diafragma
dengan menggunakan plywood, particle board atau sejenisnya, atau pengaku diagonal
kayu untuk dinding bilik. Penggunaan dinding diafragma lebih dianjurkan karena
sering terjadi kesulitan untuk memperoleh sambungan ujung yang lebih pada sistim
pengaku diagonal. Beban gempa yang bekerja pada arah Y ditahan dengan cara yang
sama dengan arah X Sebagal sistem struktur utama yang mana dinding harus mampu
menahan beban gempa yang searah dengan bidang dinding, dinding juga harus
mampu menahan gempa dalam arah yang tegak lurus bidang dinding. Dengan alasan
ini maka dinding bata (tanpa tulangan) harus diperkuat dengan kolom praktis dengan
jarak yang cukup dekat. Sebagai pengganti kolom praktis ini dapat dipakai tiang
kayu. Pondasi dinding juga dibuat menerus. Pondasi-pondasi setempat perlu diikat
kuat satu sama lain dengan memakai balok pengikat (sloof) sepanjang pondasi
tersebut dan seperti contoh gambar dibawah ini:

Gambar 5. Struktur dinding


Gambar 6. Kolom Dinding
Pada setiap luasan dinding 12 m2, harus dipasang kolom, bisa menggunakan
bahan kayu, beton bertulang, baja, plester, ataupun bambu. Penempatan dinding-
dinding penyekat dan lubang-lubang pintu/jendela diusahakan sedapat mungkin
simetris terhadap sumbu-sumbu denah bangunan,seperti contoh di bawah ini:
Gambar 7. Pintu Dan Jendela

Keseluruhan kerangka bangunan harus terikat dengan kokoh dan harus


dipasang balok keliling yang diikat kaku dangan kolom. Gunakan kayu kering
sebagai konstruksi kuda-kuda, pilih bahan atap yang seringan mungkin, dan ikat kaku
dengan konstruksi kuda-kuda. Untuk bahan dinding dipilih yang seringan mungkin,
papan, papan berserat, papan lapis, bilik, ikat bahan dinding dengan kolom. Bila
bahan dinding menggunakan bata/batako, bahan tidak patah dan berbunyi nyaring
jika diadukan, pada jarakvertikal 30 cm, pasangan diberi angker yang dijangkarkan ke
kolom, panjang angker 50 cm, dan diameter 6 mm. Perhatikan bahan spesi/adukan,
setiap jenis tras, pasir, atau semen, mempunyai sifat khusus sebaiknya perbandingan
campuran mengikuti standar yang ada. Bangunan tahan gempa memiliki komponen-
komponen yang terikat antara satu dengan yang lainnya, baik antara komponen
structural maupun nonstructural.
Gambar 8. Bidang Dinding Kotak
3.2.3 Struktur Atap

3.2.3.1 Pengertian Struktur Atap

Atap merupakan bagian dari bangunan gedung (rumah) yang letaknya berada
dibagian paling atas, sehingga untuk perencanaannya atap ini haruslah diperhitungkan
dan harus mendapat perhatian yang khusus dari si perencana (arsitek). Karena dilihat
dari penampakannya ataplah yang paling pertama kali terlihat oleh pandangan setiap
yang memperhatikannya. Untuk itu dalam merencanakan bentuk atap harus
mempunyai daya arstistik. Bisa juga dikatakan bahwa atap merupakan mahkota dari
suatu bangunan rumah. Atap sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya,
sehingga akan terlindung dari panas, hujan, angin dan binatang buas serta
keamanan.Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yng berfungsi sebagai
penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga
memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan.
Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu : struktur
penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh
struktur rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk dan reng. Beban-
beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan atau
balok.Konstruksi atap yang baik memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan
baik. Sudah sewajarnya setiap rumah dilengkapi dengan atap.
Atap rumah merupakan bagian dari bangunan yang befungsi sebagai penutup
atau pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan, sehingga memberikan
kenyamanan bagi pengguna bangunan.Atap rumah merupakan bagian penting pada
konstruksi bangunan rumah karena berada di atas untuk menutupi seluruh bagian
bangunan.Untuk konstruksi atau struktur, pada umumnya, atap terdiri dari tiga bagian
utama yaitu struktur penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan
didukung oleh struktur rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk dan
reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan atau
balok.Struktur atap pada umumnya juga dibuat dengan mengikuti atau menyesuaikan
dengan denah atau bentuk keseluruhan bangunan (desain atap rumah). Jika rumah
terdiri atas dua lantai, struktur atap dibuat mengikuti denah atau layout rumah pada
lantai dua.
Gambar 9.Atap ringan

3.2.3.2 Pembagian Struktur Atap

A. Komponen Penyusun Atap

Tiga komponen penyusun atap:


1. struktur atap (rangka atap dan penopang rangka atap);
2. penutup atap (genteng,polikarbonat);
3. pelengkap atap (talang horizontal/vertikal dan lisplang).

1. Struktur Atap
Struktur atap adalah bagian bangunan yang menahan /mengalirkan beban-
beban dari atap. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap.
Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan penutup atap sehingga umumnya
berupa susunan balok –balok (dari kayu/bambu/baja) secara vertikal dan horizontal –
kecuali pada struktur atap dak beton. Berdasarkan posisi inilah maka muncul istilah
gording,kasau dan reng.
Susunan rangka atap dapat menghasilkan lekukan pada atap (jurai dalam/luar)
dan menciptakan bentuk atap tertentu.Penopang rangka atap adalah balok kayu yang
disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda. Kuda-kuda berada
dibawah rangka atap,fungsinya untuk menyangga rangka atap. Sebagai
pengaku,bagian atas kuda-kuda disangkutkan pada balok bubungan,sementara kedua
kakinya dihubungkan dengan kolom struktur untuk mengalirakan beban ke
tanah.Secara umum dikenal 4 jenis struktur atap yaitu:
1. struktur dinding (sopi-sopi) rangka kayu.
2. kuda-kuda dan rangka kayu.
3. struktur baja konvensional.
4. struktur baja ringan.
Atap dan bagian-bagiannya:
1. jurai dalam
Jurai dalam ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap
sampai bubungan,dan terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan
kedalam.
2. jurai luar
Jurai luar,ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap
sampai bubungan,terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke
luar.
3. bubungan (nok)
Merupakan sisi atap yang teratas,selalu dalam keadaan datar dan umumnya
menentukan arah bangunan.
4. Gording
Balok atap sebagai pengikat yang menghubungkan antar kuda-kuda. Gording
juga menjadi dudukan untuk kasau dan balok jurai dalam.
5. Kasau
Komponen atap yang terletak diatas gording dan menjadi dudukan untuk reng.
6. Reng
Komponen atap yang memiliki profil paling kecil dalam bentuk dan
ukurannya. Posisinya melintang diatas kasau. Reng berfungsi sebagai penahan
penutup atap (genteng dan lain-lain). Fungsi lainnya adalah sebagai pengatur jarak
tiap genteng agar rapi dan lebih “terikat”. Jarak antar reng tergantung pada ukuran
genteng yang akan dipakai. Semakin besar dimensi genteng,semakin sedikit reng
sehingga biaya pun lebih hemat.

2. Penutup Atap
Penutup merupakan bagian yang menutupi atap secara keseluruhan sehingga
terciptalah ambang atas yang membatasi kita dari alam luar. Ada berbagai pilihan
penutup atap dengan pilihan bentuk dan sifat yang berbeda. Dua faktor utama yang
harus dipertimbangkan dalam pemilihannya adalah faktor keringanan material agar
tidak terlalu membebani struktur bangunan dan faktor keawetan terhadap cuaca
(angin,panas,hujan). Faktor lain adalah kecocokan/keindahan terhadap desain rumah.
Ukuran dan desain dari penutup atap juga memberi pengaruh pada struktur,misalnya
konstruksi kuda-kuda,ukuran reng,dan sudut kemiringan.

3. Komponen pelengkap
Elemen pelengkap pada atap selain berfungsi struktural juga estetis.
1. Talang
Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah
disebut talang. Talang dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan ke
bawah melalui pipa vertikal.
2. Lisplang
Dari segi konstruksi, lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak
berubah) dari susunan kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-batang
kasau hanya ditahan oleh paku dan ada kemungkinan posisinya bergeser. Disinilah
lisplang berfungsi untuk mengunci susunan kasau tersebut agar tetap berada pada
tempatnya. Dari segi estetika, lisplang berfungsi menutupi kasau yang berjajar
dibawah susunan genteng/bahan penutup atap lain. Maka tampilan atap pada bagian
tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran lisplang.
3.2.3.3 Perancangan Atap Yang Baik Menurut Iklim Dan tahan terhadap gempa

Atap dapat dikatakan berkualitas jika strukturnya kuat/kokoh dan awet/tahan


lama. Faktor iklim menjadi bahan pertimbangan penting dalam merancang bentuk
dan konstruksi atap/bangunan.Keberadaan atap pada rumah sangat penting mengingat
fungsinya seperti payung yang melindungi sisi rumah dari gangguan cuaca (panas,
hujan dan angin). Oleh karena itu,sebuah atap harus benar-benar kokoh/kuat dan
kekuatannya tergantung pada struktur pendukung atap. Mengacu pada kondisi iklim
perancangan atap yang baik ditentukan 3 faktor, yakni jenis
material,bentuk/ukuran,dan teknik pengerjaan.

A. Jenis Material Struktur Dan Penutup Atap


Penentuan material tergantung pada selera penghuni,namun harus tetap
memerhatikan prinsip dasar sebuah struktur yaitu harus kuat,presisi,cukup ringan,dan
tidak over design. Atap yang kuat harus mampu menahan besarnya beban yang
bekerja pada elemen struktur atap.
Ada 3 jenis beban yang bekerja pada atap yaitu:
1. beban berat sendiri (bahan rangka,penopang rangka,dan penutup atap),
2. beban angin tekan dan angin hisap,dan
3. beban bergerak lain (berat manusia saat pemasangan dan pemeliharaan).
Pemilihan bahan tertentu harus diikuti oleh pengetahuan yang lengkap akan
karakteristik setiap bahan.
B. Bentuk & ukuran

Dibandingkan hujan dan panas,angin merupakan faktor yang paling


diperhitungkan demi menjamin atap yang kuat. Beberapa masalah akibat angin
kencang antara lain:penutup atap yg terbang,gording terlepas,kuda-kuda
terangkat,dan kolom kayu bergeser atau terangkat.Atap yang baik adalah yang dapat
menerima beban angin yang sama dari segala arah (idealnya adalah bentuk atap
bulat). Bentuk ini sangat berpengaruh pada besarnya tekanan angin yang bekerja pada
bangunan. Semakin tinggi bangunan akan semakin besar tekanan angin. Tekanan
angin bekerja lebih ringan bila tinggi bangunan lebih kecil dari setengah lebar
bangunan. Kemiringan atap yang memberikan beban angin yg rendah adalah antara
10°-30°. Untuk sudut yang lebih besar dari dari 30°,perlu kekuatan yg lebih baik dan
penutup yg sesuai.
IV. PENUTUP

4.1. kesimpulan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, struktur bangunan sangat


berpengaruh dalam mencegah kerusakan bangunan akibat gempa bumi, terutama
kekenyalan struktur sehingga dapat meminimalisir kerugian. Gaya gempa hanya
dapat ditahan oleh sistem struktur yang menerus (jalur lintasan gaya yang menerus)
dari puncak bangunan sampai ke tanah.
4.2. Saran.

Waspadailah bencana alam, salah satunya gempa bumi, karena kita tidak
dapat mengetahui kapan gempa bumi itu datang dan dapat merugikan jiwa dan harta
kita, maka dari itu dalam membangun suatu bangunan tempat tinggal haruslah
menggunakan prinsip Teknik yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
 http://forumbebas.com/thread-114194.html
 http://www.ciputraentrepreneurship.com/component/content/article/152-tips-trik-
properti/6389-prinsip-dasar-bangunan-tahan-gempa.html
 Sasrodarsono, Suyono.,2000. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Pertja,
Jakarta.
 http://www.pu.go.id/publik/bencana/gempa/gempa%20tsunami4.htm.5 Februari
2010
  http://aboutsipil.wordpress.com/...t-bag-1/.8 Februari 2010
  http://forum.detikinet.com/showt...%3D92231.5 Februari 2010
  http://bangunandasuka.blogspot.com/p/pondasi.html
 http://www.rumah.armina123.com/struktur-bangunan-gedung-tahan-gempa-
menurut-sni-03-1726-2002/
  http://ahluldesigners.blogspot.com/2012/05/struktur-atap.html

Anda mungkin juga menyukai