Anda di halaman 1dari 283

STRUKTUR BAJA 1

MODUL 1
Material Baja Sebagai Bahan Struktur
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran :
1. Sejarah Baja dan Baja Ringan
2. Sifat Mekanik Bahan Baja.
3. Keliatan dan Kekenyalan.
4. Kelakuan Baja Pada Suhu Tinggi.
5. Patah Getas.
6. Sobekan Lamela.
7. Keruntuhan Lelah.
8. Aplikasi Material Baja Pada Struktur.
 Atap Rangka Baja.
 Bangunan Portal Baja.
 Jembatan.
 Menara.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa memahami karakteristik/perilaku baja sebagai bahan struktur
 Mahasiswa mengetahui berbagai tipe struktur baja

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
c) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
d) Photo-photo dikutip dari Internet dan photo dokumentasi pribadi.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Material Baja Sebagai Bahan Struktur

1. Sejarah Baja dan Baja Ringan


Baja adalah logam campuran yang tediri dari besi (Fe) dan karbon (C). Jadi baja
berbeda dengan besi (Fe), alumunium (Al), seng (Zn), tembagga (Cu), dan titanium (Ti) yang
merupakan logam murni. Dalam senyawa antara besi dan karbon (unsur nonlogam) tersebut
besi menjadi unsur yang lebih dominan dibanding karbon. Kandungan kabon berkisar antara
0,2 – 2,1% dari berat baja, tergantung tingkatannya. Secara sederhana, fungsi karbon adalah
meningkatkan kwalitas baja, yaitu daya tariknya (tensile strength) dan tingkat kekerasannya
(hardness). Selain karbon, sering juga ditambahkan unsur chrom (Cr), nikel (Ni), vanadium
(V), molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat lain sesuai aplikasi dilapangan seperti
antikorosi, tahan panas, dan tahan temperatur tinggi.

Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM - Tahun 1100 SM,
Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400 tahun dikuasai oleh
bangsa asia barat, pada tahun tersebut proses peleburan besi mulai diketahui secara luas.
Tahun 1000 SM, Bangsa Yunani, Mesir, Jews, Roma, Carhaginians dan Asiria juga
mempelajari peleburan dan menggunakan besi dalam kehidupannya.Tahun 800 SM, India
berhasil membuat besi setelah di invansi oleh bangsa arya. Tahun 700 – 600 SM, Cina belajar
membuat besi. Tahun 400 – 500 SM, Baja sudah ditemukan penggunaannya di Eropa. Tahun
250 SM, Bangsa India menemukan cara membuat baja. Tahun 1000 M, Baja dengan
campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000 M pada kekaisaran Fatim yang
disebut dengan baja Damaskus. 1300 M rahasia pembuatan baja damaskus hilang.1700 M,
Baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di Eropa.

Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang untuk bentang
lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang dibangun di Inggris pada tahun 1777 – 1779,
lihat gambar 1 pada halaman berikut. Dalam kurun waktu 1780 – 1820,. Dibangun lagi
sejumlah jembatan dari besi tuang, kebanyakan berbentuk lengkungan dengan balok – balok
utama dari potongan – potongan besi tuang indivudual yang membentuk batang – batang atau
kerangka (truss) konstruksi. Besi tuang juga digunakan sebagai rantai penghubung pada
jembatan – jembatan suspensi sampai sekitar tahun 1840.

Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh
pertamanya yang penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales yang dibangun
pada 1846 – 1850. Jembatan ini menggunakan gelagar –gelagar tubular yang membentang
sepanjang 230 – 460 – 460 – 230 ft (70 – 140 – 140 – 70 m) dari pelat dan profil siku besi
tempa.

Proses canai (rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat besi tuang dan
besi tempa telah semakin banyak digunakan. Batang – batang mulai dicanai pada skala
industrial sekitar tahun 1780. Perencanaan rel dimulai sekitar 1820 dan diperluas sampai pada
bentuk – I menjelang tahun 1870-an.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Gambar 1: Coalbrookdale Arch Bridge di Inggris, dibuka pada tanggal, 01 – 01 – 1781.


Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Ironbridge_6.jpg

Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada konverter
Bessemer (1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas penggunaan produk –
produk besi sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890, baja telah mengganti kedudukan besi
tempa sebagai bahan bangunan logam yang terutama. Dewasa ini (1990-an), baja telah
memiliki tegangan leleh dari24 000 sampai dengan 100 000 pounds per square inch, psi (165
sampai 690 MPa), dan telah tersedia untuk berbagai keperluan struktural.

Besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe, hanya kadar
karbonlah yang membedakan besi dan baja, penggunaan besi dan baja dewasa ini sangat luas
mulai dari perlatan seperti jarum, peniti sampai dengan alat – alat dan mesin berat. Berikut ini
disajikan klasifikasi baja menurut komposisi kimianya:

a). Baja Karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;


 Baja karbon rendah (low carbon steel) – machine, machinery dan mild steel
- 0,05 % – 0,30% C.
Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:
- 0,05 % – 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains (rantai), rivets
(paku keling), screws (sekrup), nails (paku).
- 0,20 % – 0,30 % C : gears (roda gigi), shafts (poros), bolts (baut), forgings,
bridges, buildings.
 Baja karbon menengah (medium carbon steel)
- Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:


- 0,30 % – 0,40 % C : connecting rods (penghubung batang/kabel), crank pins (pin
engkol), axles (as roda).
- 0,40 % – 0,50 % C : car axles(as mobil), crankshafts, rails (rel), boilers, auger
bits, screwdrivers (obeng).
- 0,50 % – 0,60 % C : hammers dan sledges (kereta luncur).
 Baja karbon tinggi (high carbon steel) – tool steel
- Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % – 1,50 % C
Penggunaan,
- screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise
jaws,knives, drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard
metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters.

Sebutan baja karbon berlaku untuk baja yang mengandung unsur bukan hanya besi
(Fe) dengan persentase maksimum karbon (C) 1,7 %, mangan (Mn)1,65 %, silikon (Si) 0,6 %
dan tembaga (Cu) 0,6 %. Karbon dan mangan adalah unsur utama untuk menaikkan
kekuatan besi murni.

Baja Karbon A36 mengandung karbon maksimum antara 0,25 % s/d 0,29 %
tergantung kepada tebalnya. Baja karbon struktural ini memiliki titik leleh 36 ksi (250 Mpa),
lihat gambar 2(a) berikut. Penambahan karbon akan menaikkan tegangan leleh, tetapi
mengurangi daktilitas (ductility), sehingga lebih sukar dilas. Yang termasuk baja karbon
adalah A36.

Gambar 2 : Kurva tegangan – regangan.


Sumber : STRUKTUR BAJA, Disain dan Perilaku, Charles G. Salmon.

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

b). Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi


(High Strength Low Alloy steel).

Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan menambah unsur paduan seperti chrom,
columbium, tembaga, mangan molybdenum, nikel, fosfor, vanadium atau zirconimum agar
beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Sementara baja karbon mendapatkan kekuatan dengan
menaikkan kandungan karbon. Tegangan lelehnya berkisar antara 40 ksi dan 70 ksi (275 Mpa
dan 480 Mpa). Pada gambar 2 terlihat sebagai kurva (b). Yang termasuk baja paduan rendah
kekuatan tinggi ini adalah A242, A441, A572, A558, A606, A618 dan A709.

Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:


1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya).
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah.
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi).
4. Untuk membuat sifat-sifat spesial.

c). Baja Paduan.

Baja paduan rendah dapat didinginkan (dalam air) dan dipanaskan kembali untuk
mendapatkan tegangan leleh sebesar 80 ksi sampai 110 ksi (550 Mpa sampai 760 Mpa).
Tegangan leleh biasanya didefinisikan sebagai tegangan dengan regangan tetap sebesar 0,2%,
lihat gambar 3. Namun baja paduan ini tidak menunjukkan titik leleh yang jelas. Kurva
tegangan-regangan yang umum diperlihatkan kurva (c) pada gambar 2.

Gambar 3 : Kurva tegangan-regangan tipikal yang diperbesar untuk pelbagai leleh.


Sumber : STRUKTUR BAJA, Disain dan Perilaku, Charles G. Salmon.

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Gambar 4 : Contoh profil baja canai panas (hot rolled), tebal profil > 1mm.

Baja Ringan

Baja ringan adalah baja canai dingin dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan
tipis namun kekuatannya tidak kalah dengan baja konvensional. Baja ringan memiliki
tegangan tarik tinggi (G550). Baja G550 berarti baja memiliki kuat tarik 550 MPa (Mega
Pascal). Baja ringan adalah Baja High Tensile G-550 (Minimum Yeild Strength 5500 kg/cm2)
dengan standar bahan ASTM A792, JIS G3302, SGC 570. Untuk melindungi material baja
mutu tinggi dari korosi, harus diberikan lapisan pelindung (coating) secara memadai.
Berbagai metode untuk memberikan lapisan pelindung guna mencegah korosi pada baja mutu
tinggi telah dikembangkan. Jenis coating pada baja ringan yang beredar dipasaran adalah
Galvanized, Galvalume, atau sering juga disebut sebagai zincalume dan sebuah produsen
mengeluarkan produk baja ringan dengan menambahkan magnesium yang kemudian dikenal
dengan ZAM, dikembangkan sejak 1985, menggunakan lapisan pelindung yang terdiri dari:
96% zinc, 6% aluminium, dan 3% magnesium.

Gambar 5 : Contoh profil baja canai dingin (cold rolled), tebal profil < 1 mm
(0,60 mm dan 0,8 mm), dinamai juga baja ringan.
Sumber : Brosur prima truss.

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

2. Sifat Mekanik Bahan Baja.


Untuk mengetahui sifat mekanik baja dilakukan pengujian tarik terhadap benda uji
(gambar 6), dengan memberikan gaya tarikan sampai benda uji menjadi putus. Tegangan
diberikan dengan persamaan gaya dibagi luas penampang, (f/A), dan regangan adalah
perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang benda uji, (L/L), dan hasil
pengujian dilukiskan pada gambar 7.

d1
L + L
L
d0

Gambar 6 : Benda uji, dengan uji tarik, (b) dan (c) bersifat liat (ductile),
(d) bersifat rapuh/getas (brittle).

Gambar 7 adalah hasil uji tarik dari suatu benda uji baj yang dilakukan hingga benda uji
mengalami putus/runtuh, sedangkan gambar 8 menunjukkan perilaku benda uji sampai
dengan regangan 2% yang diperbesar.
Titik-titik penting dalam kurva tegangan-regangan adalah sebagai berikut,
fp = batas proporsional.
fe = batas elastis.
fy u, fy = tegangan leleh atas dan bawah.
fu = tegangan ultimate.
sh = regangan saat mulai terjadi strain-hardening (penguatan regangan).

Titik-titik ini membagi kurva tegangan-regangan menjadi beberapa daerah, yaitu :


a. Daerah linear antara titik 0 dan fp, pada daerah ini berlaku Hukum Hooke,
P.L
L 
E. A
dimana, f = P/A = tegangan.
 = L / L = regangan.
E = f /  = Young modulus = modulus elastisitas.

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

fu
Tegangan,
f

fy u Daerah
putus
fy min

-1
tan E
2%
20 %
0 0,02 0,2
Regangan, 
 sh
0,015
Gambar 7 : Kurva tegangan – regangan hasil pengujian.

Tegangan, Daerah Daerah


f elastis plastis

fy u
fe
fp fy

0,2 % Regangan, 
2%
0
0,02
Regangan
permanen

Gambar 8 : Bagian kurva yang diperbesar,  = 0,2% merupakan regangan permanen.

b. Daerah elastis dari 0 sampai fe, yaitu apabila beban yang bekeja pada benda uji
dihilangkan maka benda uji akan kembali kebentuk semula (masih elastis).
c. Daerah plastis dibatasi dari fe sampai dengan regangan 2% (0,02), daerah dimana dengan
tegangan yang hampir konstan mengalami regangan yang besar. Metode perencanaan

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

plastis menggunakan daerah ini untuk menentukan kekuatan plastis. Daerah ini juga
menunjukkan tingkat daktilitas dari material baja.
d. Daerah antara regangan sh sampai pada daerah dimana benda uji sudah putus dinamai
daerah penguatan regangan (strain hardening). Sesudah melewati daerah plastis tegangan
kemudian naik kembali namun dengan regangan yang lebih besar, sampai pada
puncaknya dimana terdapat tegangan ultimate (fu), sesudah itu terjadi penurunan
tegangan namun regangan terus bertambah, sampai kemudian benda uji menjadi putus.

Sifat mekanik tiap jenis baja dapat dilihat dalam tabel 1 berikut,

Tabel 1 : Sifat Mekanik Beberapa Jenis Baja.

Jenis Baja Tegangan putus Tegangan leleh Peregangan


minimum, fu minimum fy, minimum
(MPa) (MPa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Sumber : SNI 03-1729-2002.

Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan (SNI 03-
1729-2002) sebagai berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa
Modulus geser : G = 80.000 MPa
Nisbah poisson : μ = 0,3
Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-6 / oC

3. Keliatan dan Kekenyalan.

Keliatan (toughness) dan kekenyalan (resilience) suatu bahan adalah kemampuan


bahan tersebut menyerap energy mekanis sebelum bahan tersebut hancur. Untuk tegangan
uniaksial (satu sambu), besaran ini dapat diperoleh dari kurva uji tarik (tegangan – regangan)
seperti yang diperlihatkan Gambar 2.

Kekenyalan berhubungan dengan penyerapan energi elastis suatu bahan, adalah


jumlah energi elastis yang dapat diserap oleh satu satuan volume bahan yang dibebani
tarikan, besarnya sama dengan luas bidang di bawah diagram tegangan-regangan sampai
tegangan leleh, disebut juga modulus kenyal.

Keliatan berhubungan energi total, baik elastis maupun inelastis, yang dapat diserap
oleh satu satuan volume bahan sebelum patah/putus. Untuk tarikan uniaksial (satu sumbu),
keliatan sama dengan luas bidang di bawah kurva tegangan-regangan tarik sampai titik
patah, disebut juga modulus keliatan. Sebagai contoh, harga kekenyalan dan keliatan
diberikan dalam tabel 2 berikut :

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Tabel 2 : Harga kekenyalan dan keliatan baja.


Kekenyalan Keliatan
J E N I S B A J A 3 3
kN. m/m kN. m/m
Baja Karbon 152 82700
(A36 dengan Fy = 36 ksi)

Baja paduan rendah kekuatan tinggi 296 103000


(A441 dengan Fy = 50 ksi)

Baja karbon yang dicelup dan dipanasi kembali 758 124000


(Fy = 70 sampai 80 ksi)

Baja paduan yang dicelup dan dipanasi kembali 1170 131000


(A514 dengan Fy = 100 ksi)
Sumber : Charles G. Slmon, STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku.

4. Kelakuan Baja Pada Suhu Tinggi.

Perencanaan struktur yang hanya berada pada suhu atmosfir jarang meninjau
kelakuan baja pada suhu tinggi. Pengetahuan tentang kelakuan ini diperlukan dalam
menentukan prosedur pengelasan dan pengaruh kebakaran.
Bila suhu melampaui 93 °C, kurva tegangan-regangan mulai menjadi tak linear dan
secara bertahap titik leleh yang jelas menghilang. Modulus elastisitas, kekuatan leleh, dan
kekuatan tarik akan menurun bila suhu naik. Pada suhu antara 430 dan 540 °C terjadi laju
penurunan maksimum. Baja dengan persentase karbon yang tinggi, seperti A36 A440
menunjukkan pelapukan regangan (strain aging), pada suhu 150 sampai 370 °C. Pelapukan
regangan mengakibatkan turunnya daktilitas.

Penurunan modulus elastisitas tidak terlalu besar pada suhu sampai 540 °C, setelah
itu modulus elastisitas akan menurtm dengan cepat. Yang lebih penting, bila suhu mencapai
260 sampai 320 °C deformasi pada baja akan membesar sebanding dengan lamanya waktu
pembebanan, fenomena ini dikenal sebagai "rangkak" (creep). Rangkak sering dijumpai
pada struktur beton dan pengaruhnya pada baja (yang tidak terjadi pada suhu kamar)
meningkat bila suhu naik.
Pengaruh suhu tinggi yang lain adalah :
a). Memperbaiki daya tahan kejut takik sampai kira-kira 65-95 °C.
a). Menaikkan kegetasan akibat perubahan metalurgis, seperti pengendapan senyawa
karbon yang mulai terjadi pada suhu 510°C.
a). Menaikkan sifat tahan karat baja struktural bila suhu mendekati 540 °C.
Baja umumnya dipakai pada keadaan suhu di bawah 1000 °F, dan beberapa baja
yang diberi perlakuan panas harus dijaga agar suhunya di bawah 430 °C.

5. PATAH GETAS
Patah getas didefenisikan sebagai "jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa
deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat", lihat gambar 6.d.
Kelakuan patah dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, ukuran cacat,
tebal atau pembatas pelat, geometri sambungan, dan mutu pengerjaan.

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

6. SOBEKAN LAMELA
Sobekan lamela (lamelar tearing) merupakan salah satu bentuk patah getas. Dalam
kasus ini, bahan dasar pada sambungan las yang sangat dikekang (restrained) pecah (sobek)
akibat regangan “sepanjang ketebalan” yang timbul karena penyusutan logam las.

Sobekan lamela

Gambar 9 : Sambungan dengan sobekan lamela akibat penyusutan las


pada tebal bahan yang sangat dikekang

7. KERUNTUHAN LELAH
Pembebanan dan penghilangan beban yang berlangsung secara berulang-ulang,
walaupun belum melampaui titik leleh dapat mengakibatkan keruntuhan, disebut kelelahan
(fatigue). Keruntuhan ini dapat terjadi walaupun semua kondisi bajanya ideal. Sebagai
contoh, jembatan jalan raya biasanya diperkirakan mengalami lebih dari 100.000 siklus
pembebanan sehingga kelelahan (fatigue) perlu ditinjau dalam perencanaannya. Pada gedung,
karena siklus pembebanannya rendah, maka kelelahannya tidak perlu ditinjau. Siklus
pembebanan pada gedung umumnya berasal dari muatan hidup lantai, hujan, angin dan
gempa.

8. APLIKASI MATERIAL BAJA PADA STRUKTUR.


Bahan baja dapat diaplikasikan sebagai rangka atap rumah, struktur gedung, jembatan
dan menara, secara umum diklasifikasikan sebagai struktur balok biasa, struktur portal dan
struktur rangka. Sebagai contoh lihat gambar-gambar berikut.

10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

a). Atap Baja Rangka Hot Rolled

11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

b). Atap Baja Rangka Cold Rolled (baja ringan)

13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

c). Bangunan Portal (Hot rolled)

14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

d). Jembatan Rangka (Hot Rolled).

15
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

e). Jembatan Balok (Hot Rolled).

f). Menara Struktur Rangka (Hot Rolled).

16
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 2
Perencanaan Struktur Baja
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran :
1. Definisi.
2. Prinsip-prinsip Perencanaan.
3. Prosedur Perencanaan.
4. Perencanaan beban Kerja.
 Beban Mati.
 Beban Hidup.
 Beban Angin.
 Beban Gempa.
5. Konsep Dasar Perencanaan.
 Metode ASD.
 Metode LRFD.
6. Contoh Soal Kombinasi Beban.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa memahami tahapan-tahapan yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
struktur baja.
 Mahasiswa mengetahui beban-beban yang bekerja pada struktur.
 Mahasiswa mengetahui konsep dasar perencanaan.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
c) Departemen Pekerjaan Umum, “PEDOMAN PERENCANAAN PEMBEBANAN UNTUK RUMAH
DAN GEDUNG (PPPURG 1987)”, Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta, 1987.
d) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA

1. Definisi

Perencanaan struktur bisa didefinisikan sebagai paduan dari seni dan ilmu, yang
menggabungkan intuitif seorang insinyur berpengalaman kedalam kelakuan struktur dengan
pengetahuan mendalam tentang prinsip statika, dinamika, mekanika bahan dan analisa
struktur, untuk mendapatkan struktur yang ekonomis dan aman serta sesuai dengan tujuan
pembuatannya.

Sebelum tahun 1850, perencanaan struktur umumnya merupakan seni yang ter-
gantung pada intuisi dalam menentukan ukuran dan tata letak elemen-elemen struktur.
Struktur yang dibuat manusia zaman dahulu hakekatnya selaras dengan yang dilihat dari alam
sekitarnya, seperti balok dan pelengkung (arch). Setelah prinsip kelakuan dan sifat bahan
struktur-struktur lebih dipahami, prosedur perencanaan menjadi lebih ilmiah.

Perhitungan yang menggunakan prinsip-prinsip ilmiah harus menjadi pegangan dalam


mengambil keputusan dan tidak diikuti begitu saja. Seni atau kemampuan intuitif seorang
insinyur berpengalaman dimanfaatkan untuk mengambil keputusan berdasarkan hasil
perhitungan.

2. Prinsip-prinsip Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses untuk menghasilkan penyelesaian optimum. Dalam


suatu perencanaan, harus ditetapkan kriteria untuk menilai tercapai atau tidaknya
penyelesaian optimum. Kriteria yang umum untuk perencanaan struktur bisa berupa :
a). Biaya minimum.
b). Berat minimum.
c). Waktu konstruksi yang minimum.
d). Tenaga kerja minimum.
e). Biaya produksi minimum bagi si pemilik gedung.
f). Effisiensi operasi maksimum bagi si pemilik.

Biasanya ada beberapa kriteria yang terlibat, yang masing-masing harus dibanding-
kan. Dengan melihat kriteria di atas, jelaslah bahwa penetapan kriteria yang bisa diukur
(seperti berat dan biaya) untuk mencapai perencanaan optimum seringkali sukar, dan kadang-
kadang tidak mungkin. Dalam praktek umumnya penilaian harus kualitatif.

Jika kriteria obyektif tertentu dapat dinyatakan secara matematis, maka teknik
optimisasi bisa diterapkan untuk mendapatkan fungsi obyektif maksimum atau minimum.
Kriteria berat minimum ditekankan pada seluruh pembahasan, dengan anggapan umum
bahwa bahan yang minimum menghasilkan biaya minimum.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

3. Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan bisa dianggap terdiri atas dua bagian perencanaan fungsional
dan perencanaan kerangka struktural. Perencanaan fungsional adalah perencanaan untuk
rnencapai tujuan yang dikehendaki seperti,
a). Menyediakan ruang kerja dan jarak yang memadai.
b). Menyediakan ventilasi dan/atau pendingin ruangan.
c). Fasilitas transportasi yang memadai, seperti elevator, tangga, dan keran atau
peralatan pengangkat bahan.
d). Penerangan yang cukup.
e). Menyajikan bentuk arsitektur yang menarik.

Perencanaan kerangka struktur adalah pemilihan tata letak dan ukuran elemen struktur
sehingga beban kerja (service load) dapat dipikul dengan aman. Garis besar prosedur
perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Perancangan. Penetapan fungsi yang harus dipenuhi oleh struktur. Tetapkan
kriteria yang dijadikan sasaran untuk menentukan optimum atau tidaknya
perencanaan yang dihasilkan.
2. Konfigurasi struktur prarencana. Penataan letak elemen agar sesuai dengan fungsi
dalam langkah 1.
3. Penentuan beban yang harus dipikul.
4. Pemilihan batang prarencana. Berdasarkan keputusan dalam langkah 1, 2, dan 3,
pemilihan ukuran batang dilakukan untuk memenuhi kriteria obyektif seperti berat
atau biaya terkecil.
5. Analisa struktur untuk menentukan aman atau tidaknya batang yang dipilih.
Termasuk dalam hal ini ialah pemeriksaan semua faktor kekuatan dan stabilitas
untuk batang serta sambungannya.
6. Melakukan evaluasi hasil rancangan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
diatas.
7. Apabila hasil evaluasi menunjukkan belum tercapainya kriteria yang telah
ditetapkan, maka harus dilakukan perancangan ulang (langkah 1 s/d 6).
8. Keputusan akhir. Penentuan optimum atau tidaknya perencanaan yang telah
dilakukan.

4. Perencanaan Beban Kerja


Penentuan beban yang bekerja pada struktur atau elemen struktur secara tepat tidak
selalu bisa dilakukan. Walaupun lokasi beban pada struktur diketahui, distribusi beban dari
elemen ke elemen pada struktur biasanya membutuhkan anggapan dan pendekatan. Beberapa
jenis beban yang paling umum dibahas berikut ini.

a. Beban Mati

Beban mati adalah beban kerja akibat gravitasi yang tetap posisinya, disebut demikian
karena bekerja terus menerus dengan arah ke bumi tempat struktur didirikan. Berat struktur
dipandang sebagai beban mati, demikian juga perlengkapan yang digantungkan pada struktur
seperti pipa air, pipa listrik, saluran pendingin dan pemanas ruangan, lampu, penutup lantai,
genting, dan plafon (langit-langit), dengan kata lain, semua benda yang tetap posisinya
selama struktur berdiri dipandang sebagai beban mati.

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Beban mati diketahui secara tepat setelah perencanaan selesai. Pada tahap awal
perencanaan sebahagian beban mati harus ditaksir, oleh karena ukuran penampang elemen
struktur belum diketahui sehingga beratnya belum diketahui. Berikut contoh beban mati
berdasarkan PEDOMAN PERENCANAAN PEMBEBANAN UNTUK RUMAH DAN
GEDUNG, SKBI - 1.3.5.3.1987, (SKBI = Standar Konstruksi Bangunan Indonesia).

Tabel 1 : Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung.


BAHAN BANGUNAN
3
Baja 7850 kg/m
3
Batu alam 2600 kg/m
3
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1500 kg/m
3
Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m
3
Batu pecah 1450 kg/m
3
Besi tuang 7250 kg/m
3
Beton (1) 2200 kg/m
3
Beton bertulang (2) 2400 kg/m
3
Kayu (Kelas 1) (3) 1000 kg/m
3
Kerikil, koral (kering udara sarnpai lembab, tanpa diayak) 1650 kg/m
3
Pasangan batu merah 1700 kg/m
3
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200 kg/m
3
Pasangan batu cetak 2200 kg/m
3
Pasangan batu karang 1450 kg/m
3
Pasir (kering udara sampai lembab) 1600 kg/m
3
Pasir (jenuh air) 1800 kg/m
3
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lambab) 1850 kg/m
3
Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) 1700 kg/m
3
Tanah, lempung dan lanau (basah) 2000 kg/m
3
Timah hitam (timbel) 11400 kg/m

KOMPONEN GEDUNG
Adukan per cm tebal :
2
- dari semen 21 kg/m
2
- dari kapur, semen marah atau tras 17 kg/m
Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah,
2
per cm tebal 14 kg/m
Dinding pasangan bata merah
2
- satu batu 450 kg/m
2
- setengah batu 250 kg/m
Dinding pasangan batako,
Berlubang :
2
- tebal dinding 20 cm (HB 20) 200 kg/m
2
- tebal dinding 10 cm (NB 10) 120 kg/m
Tanpa lubang :
2
- tebal dinding 15 cm 300 kg/m
2
- tebal dinding 10 cm 200 kg/m
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk2nya, tanpa
penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari :
- semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

2
tebal rnaksimum 4 mm 11 kg/m
2
- kaca, dengan tebal 3 - 5 mm 10 kg/m
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit
dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidup
maksimum 200 kg/m2 40 kg/m2
Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang
maksimurn 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m 7 kg/m2
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2
bidang atap 50 kg/m2
Penutup atas sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2
bidang atap 40 kg/m2
Penutup atap seng gelombang (BJLS-25) tanpa gordeng 10 kg/m2
Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dari
beton, tanpe adukan, per cm tebal 24 kg/m2
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11 kg/m2

Catatan :
(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi
(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton
padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan
tersendiri.
(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis-jenis kayu

Beban mati diatas harus dikalikan faktor reduksi 0,9 (PPPURG 1987, fs.2.1.1.2.(1)/(2))

b. Beban Hidup

Beban gravitasi pada struktur, yang besar dan lokasinya bervariasi, disebut beban
hidup. Contoh dari beban hidup ialah manusia, mebel (furniture), peralatan yang dapat
bergerak, kendaraan, dan barang-barang dalam gudang. Beberapa beban hidup secara praktis
bisa permanen, sedang lainnya hanya bekerja sekejap. Karena berat, lokasi, dan kepadatan
beban hidup sifatnya tidak diketahui, maka besar yang sesungguhnya dan posisi dari beban
ini sangat sukar ditentukan.

Beban hidup yang digunakan sebagai beban kerja dalam perencanaan biasanya
ditetapkan oleh peraturan bangunan dari badan pemerintah. Beban ini umumnya bersifat
empiris dan konservatif, serta berdasarkan pada pengalaman dan kebiasaan (bukan dari hasil
perhitungan). Bila peraturan yang ada tidak berlaku atau tidak ada, ketentuan dari peraturan
bangunan lainnya boleh digunakan. Berikut contoh beban hidup berdasarkan PPPURG 1987.

Tabel 2 : Beban Hidup Pada Lantai Gedung.


2
a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam (b). 200 kg/m
b. Lantai dan tangga rumiah tinggal sederhana dan gudang-gudang
2
tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel. 125 kg/m
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel,
2
asrama dan rurnah sakit. 250 kg/m
2
d. Lantai ruang olah raga. 400 kg/m
2
e. Lantai ruang dansa. 500 kg/m

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain
yang lain daripada yang disebut dalam (a) s/d (e), seperti mesjid,
gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton
2
dengan tempat duduk tetap. 400 kg/m
g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk
2
penonton yang berdiri. 500 kg/m
2
h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kg/m
i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam
2
(d), (e), (f) dan (g). 500 kg/m
2
j. Lantai ruang pelengkap dan yang disebut dalam (c), (d), (e), (f) dan (g) 250 kg/m
k. Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip
toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus
direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan sendiri,
2
dengan minimum. 400 kg/m
I. Lantai gedumg parkir bertingkat :
2
- untuk lantai bawah. 800 kg/m
2
- untuk lantai tingkat lainnya. 400 kg/m
m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan
terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan
2
minimum. 300 kg/m

Beban hidup terbagi rata pada atap gedung minimum diambil 100 kg/m2, untuk beban
terpusat berasal dari pekerja dengan peralatannya minimum 100 kg.
Faktor reduksi beban hidup dapat dilihat pada tabel 4 PPPURG 1987

c. Beban Angin

Semua struktur memikul beban angin, terutama bangunan atap, dinding gedung dan
lain-lain yang mempunyai bidang luasan yang besar. Angin menimbulkan tekanan pada sisi
di pihak angin (windward) dan hisapan pada sisi di belakang angin (leeward). Besar tekanan
yang ditimbulkan angin pada permukaan luasan bangunan tergantung kepada kecepatan dan
sudut permukaan, yang ditetapkan sebagai berikut :
- Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2.
- Untuk daerah yang letaknya ditepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi laut, harus
diambil minimum 40 kg/m2.
- Untuk daerah yang diperkirakan mempunyai tekanan tiup yang lebih besar, maka
tekanan angin harus dihitung sebagai berikut,

V2
p  (kg/m 2 ) ......(1)
16

Dimana, V = kecepatan angin satuan m/det.

d. Beban Gempa (SNI 03-1726-2002).

Beban gempa adalah beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur akibat adanya
pergerakan tanah secara vertikal dan horisontal. Pada umumnya percepatan horisontal lebih
besar dari percepatan vertikal sehingga pengaruh gempa horisontal lebih menentukan dari

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

gempa vertikal. Gerakan tanah secara horisontal ini menghasilkan gaya geser dasar bangunan
yang berikan oleh persamaan berikut,

CxI
V  Wt ......(2)
R

Dimana, C = faktor respon gempa. (fs.4.7.6., SNI03-1726-2002)


I = faktor keutamaan gedung. (tabel 1, SNI03-1726-2002)
R = faktor reduksi gempa. (tabel 3 SNI03-1726-2002)
Wt = berat total bangunan (termasuk beban hidup).

5. Konsep Dasar Perencanaan.

Dalam struktur baja ada dua konsep dasar perencanaan, yaitu perencanaan
berdasarkan tegangan kerja (Allowable Stress Design, ASD) dan perencanaan berdasarkan
beban terfaktor ( Load and Resistance Factor Design, LRFD).

a. Perencanaan berdasarkan LRFD (SNI 03-1729-2002).

Perencanan dalam struktur baja harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,

Rn  i Qi ......(3)

Dimana, R n = tahanan nominal


 = faktor tahanan
i = faktor beban
Qi = beban mati, beban hidup, angin dan gempa.

Pada bahagian kiri persamaan (2) mengambarkan kekuatan bahan, dan sebelah kanan
menggambarkan sejumlah beban (beban mati, hidup, angin dan/atau gempa dan lain-lain)
yang bekerja.

Kombinasi muatan (SNI 03-1729-2002, fs 6.2.2),


a1). 1,4 D.
a2). 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H).
a3). 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W).
a4). 1,2 D + 1,3 W + L L + 0,5 (La atau H).
a5). 1,2 D ± 1,0 E + L L.
a6). 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E).

Keterangan:
D = adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
L = adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
La = adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak.

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

H = adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.


W = adalah beban angin.
E = adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03–1726–1989, atau
penggantinya (SNI 03-1726-2002).

Dengan,
L = 0,5 bila L < 5 kPa, dan L = 1 bila L ≥ 5 kPa.

Kekecualian :
Faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan pada persamaan harus sama dengan
1,0 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum, dan semua daerah di
mana beban hidup lebih besar daripada 5 kPa (500 kg/m2).

Dari enam kombinasi muatan diatas dipilih beban kerja yang paling menentukan (paling
besar).

b. Faktor Tahanan.

Dalam perencanaan struktur berdasarkan metode LRFD, faktor tahanan dapat dilihat
pada tabel 6.4.2 SNI 03-1729-2002 seperti berikut :

1). Komponen struktur yang memikul lentur  = 0,90


2). Komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial  = 0,85
3). Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial,
• terhadap kuat tarik leleh  = 0,90
• terhadap kuat tarik fraktur  = 0,75
2). Komponen struktur yang memikul aksi-aksi kombinasi,
• kuat lentur atau geser  = 0,90
• kuat tarik  = 0,90
• kuat tekan  = 0,85
5). Komponen struktur komposit,
• kuat tekan  = 0,85
• kuat tumpu beton  = 0,60
• kuat lentur dengan distribusi tegangan plastic  = 0,85
• kuat lentur dengan distribusi tegangan elastic  = 0,90
6). Sambungan baut,
• baut yang memikul geser  = 0,75
• baut yang memikul tarik  = 0,75
• baut yang memikul kombinasi geser dan tarik  = 0,75
• lapis yang memikul tumpu  = 0,75
7). Sambungan las,
• las tumpul penetrasi penuh  = 0,90
• las sudut dan las tumpul penetrasi sebagian  = 0,75
• las pengisi  = 0,75

c. Perencanaan berdasarkan ASD (PPBBI 1984).

Perencanan dalam struktur baja harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,


- Untuk pembebanan tetap,

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

fy
  ......(4)
1,5
- Akibat pembebanan sementara,
fy
  (1,30) ......(5)
1,5

Pada bahagian kanan persamaan (4) dan (5) mengambarkan kekuatan bahan, dimana fy
adalah tegangan leleh baja sesuai mutu baja, dan sebelah kiri menggambarkan tegangan yang
terjadi yang dihasilkan sejumlah beban (beban mati, hidup, angin dan/atau gempa dan lain-
lain) yang bekerja.

Kombinasi muatan (PPPURG 1987 / PMI 1970 NI.18),


b1). Pembebanan tetap,
D + L.
b2). Pembebanan sementara,
D + L + W.
D + L + E.

Keterangan:
D = adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
L = adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
W = adalah beban angin.
E = adalah beban gempa, yang ditentukan menurut PMI 1970 NI.18, PPPURG 1987,
SNI 03–1726–1989 atau penggantinya (SNI 03–1726–2002).

d. Faktor Tahanan.

Andaikata dapat disebut sebagai faktor tahanan, maka dalam perencanaan struktur
berdasarkan metode ASD, faktor tahanan dapat dilihat pada PPBBI 1984 yang harus
dikalikan dengan persamaan (4) dan (5) pada bagian kanan diatas seperti berikut :
- Akibat pembebanan tetap,
fy
  (faktor tahanan ) . ......(6)
1,5
- Akibat pembebanan sementara,
fy
  (faktor tahanan ) . (1,3) . ......(7)
1,5
Faktor tahanan tersebut antara lain,

1). Komponen struktur yang memikul geser  = 0,58


2). Komponen struktur yang memikul aksi-aksi kombinasi,
• kuat lentur  = 1,00
• kuat tarik  = 1,00
• kuat tekan  = 1,00
• kombinasi tegangan normal dan geser (tegangan idiil)  = 1,00
3). Sambungan baut (PPBBI 1984, fs.8.2.1),
• baut yang memikul geser  = 0,60

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

• baut yang memikul tarik  = 0,70


• baut yang memikul kombinasi geser dan tarik  = 1,00
2
{    t  1,56 2   . }
• baut yang memikul tumpu
Untuk s1 > 2 d  = 1,50
Untuk 1,5 d < s1  2 d  = 1,20
(d = diameter baut ; s1 = jarak baut tepi)
4). Sambungan dengan paku keling (rivet), (PPBBI 1984, fs.8.3.1),
• baut yang memikul geser  = 0,80
• baut yang memikul tarik  = 0,80
• baut yang memikul kombinasi geser dan tarik  = 1,00
2
{    t  3 2   . }
• baut yang memikul tumpu
Untuk s1 > 2 d  = 2,00
Untuk 1,5 d < s1  2 d  = 1,60
(d = diameter paku ; s1 = jarak paku tepi)

5. Contoh Soal Kombinasi Beban.

Pada suatu struktur bekerja beban mati sebesar D = 5 kN, beban hidup L = 2 kN (L =
0,5), beban angin W = 1 kN dan gempa E = 2 kN. Beban diatas bekerja pada suatu
penampang baja dengan mutu BJ-34, tanpa memperhatikan sifat gaya tekan atau tarik
maupun kelangsingan batang. Diminta buatlah kombinasi beban berdasarkan metode ASD
dan LRFD.

Penyelesaian :
a). Mutu BJ-34, fy = 210 Mpa.
b). Metode ASD.
- Pembebanan tetap,
D + L = 5 kN + 2 kN = 7 kN.
- Pembebanan sementara,
D + L + W = 5 kN + 2 kN + 1 kN = 8 kN, atau
D + L + E = 5 kN + 2 kN + 2 kN = 9 kN

Dari pembebanan sementara menunjukkan yang menentukan adalah beban dengan


ukuran = 9 kN, namun antara pembebanan tetap dan pembebanan sementara masih harus
diperiksa pembebanan mana yang paling menentukan, yaitu dengan mencari berapa luas
penampang baja dengan mutu BJ-34 yang diperlukan untuk memikul gaya-gaya diatas,
sebagai berikut,
- Pembebanan tetap,
fy
  (faktor tahanan ) .
1,5
P fy
 (1) . , atau
A 1,5
1,5 . P 1,5 x 7 000 N
A    50 mm 2 .
fy 210 MPa

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

- Pembebanan sementara,
fy
  (faktor tahanan ) . (1,3) .
1,5
P fy
 (1) . (1,3) . , atau
A 1,5
1,5 . P 1,5 x 9 000 N
A    49,45 mm 2 .
(1,3) . fy (1,3) x 210 MPa

Terlihat yang menentukan adalah akibat pembebanan tetap (50 mm2 > 49,45 mm2).

b). Metode LRFD.


L = 0,5

1,4 D = 1,4 x (5 kN) = 7 kN.

1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) = 1,2 x (5 kN) + 1,6 x (2 kN) = 9,2 kN.

1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W) = 1,2 x (5 kN) + 0,5 x (2 kN) = 7 kN.

1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W) = 1,2 x (5 kN) + 0,8 x (1 kN) = 6,8 kN.

1,2 D + 1,3 W + L L + 0,5 (La atau H) = 1,2 (5 kN) + 1,3 x (1 kN) + 0,5 x (2 kN) =
8,3 kN.

1,2 D ± 1,0 E + L L = 1,2 x (5 kN) + 1,0 x (2 kN) + 0,5 x (2 kN) = 9 kN.

0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E) = 0,9 x ( 5 kN) + 1,3 x (1 kN) = 5,8 kN.

0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E) = 0,9 x ( 5 kN) + 1,0 x (2 kN) = 6,5 kN.

Dari perhitungan diatas terlihat yang menentukan adalah pembebanan dengan besar
beban = 9,2 kN. Apabila dihitung luas penampang yang diperlukan, maka

P 9200 N
Ag    48,68 mm 2 .
 . fy 0,9 x 210 MPa

10
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 3
Sesi 2
Batang Tarik (Tension Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran :
7. Kelangsingan Batang Tarik.
8. Geser Blok.
a) Geser leleh dengan tarik fraktur.
b) Geser fraktur dengan tarik leleh.
c) Contoh soal.
 Metode LRFD (SNI).
 Metode ASD (PPBBI 1984)
9. WORKSHOP/PELATIHAN I – EVALUASI STRUKTUR.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat melakukan Evaluasi Batang Tarik dengan metode LRFD dan metode ASD.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC, “Specification forStructural Steel Buildings, 2010
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit AIRLANGGA,
Jakarta, 1990.
d) Departemen Pekerjaan Umum, “PEDOMAN PERENCANAAN PEMBEBANAN UNTUK RUMAH DAN GEDUNG
(PPPURG 1987)”, Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta, 1987.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,
1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) RESEARCH COUNCIL ON STRUCTURAL CONNECTIONS, c/o AISC, “Specification for Structural Joints Using
High-Strength Bolts (ASTM A325 or A490 Bolts)”, 2009.
h) William T. segui, “ STEEL DESIGN “, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BATANG TARIK
(TENSION MEMBER)

7. Kelangsingan Batang Tarik.

Kelangsingan komponen struktur tarik, λ = Lk/r, dibatasi sebesar 240 untuk batang
tarik utama, dan 300 untuk batang tarik sekunder, dimana Lk adalah panjang batang tarik, r
adalah jari-jari inertia, SNI fs.10.3.4.(1).

8. Geser Blok .
Suatu keruntuhan dimana mekanisme keruntuhannya merupakan kombinasi geser dan
tarik dan terjadi melewati lubang-lubang baut pada komponen struktur tarik disebut
keruntuhan geser blok. Keruntuhan jenis ini sering terjadi pada sambungan dengan baut
terhadap pelat badan yang tipis pada komponen struktur tarik. Keruntuhan tersebut juga
umum dijumpai pada sambungan pendek, yaitu sambungan yang menggunakan dua baut atau
kurang pada garis searah dengan bekerjanya gaya.

Luas permukaan tarik

Luas permukaan geser

Gambar 14 : Geser blok, kombinasi keruntuhan antara geser dan tarik.

Keruntuhan geser blok adalah perjumlahan antara tarik leleh (atau tarik fraktur)
dengan geser fraktur (atau geser leleh), dengan tahanan nominal ditentukan oleh salah satu
persamaan berikut,

a). Geser leleh dengan tarik fraktur,

Bila fu . Ant  0,6 fu . Anv , maka Nn = 0,6 fy . Agv + fu . Ant ......(15.a)

b). Geser fraktur dengan tarik leleh,

Bila fu . Ant < 0,6 fu . Anv , maka Nn = 0,6 fu . Anv + fy . Agt ......(15.a)

Dimana,
Agv = luas kotor/bruto akibat geser.
Anv = luas netto akibat geser.
Agt = luas kotor/bruto akibat tarik.
Ant = luas netto akibat tarik.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

fy = tegangan leleh (sesuai mutu baja).


fu = tegangan fraktur/putus (sesuai mutu baja).

Gambar 14 : Keruntuhan pada panampang tarik netto.


Sumber : Geoffrey L. Kulak and Gilbert Y. Grondin, “Block Shear Failure in Steel Members — A Review of Design Practice”, Department
of Civil & Environmental Engineering, University of Alberta Edmonton, Alberta, CANADA.

Gambar 15 : Keruntuhan geser blok, penampang tarik netto.

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

c). Contoh soal :


x

Gambar 16.

Data-data :
Mutu baja BJ-34, fy = 210 Mpa, fu = 340 Mpa.
Baut ½ “, dn = 12,7 mm, lobang d = 12,7 mm + 2 mm = 14,7 mm
x = e = 16,9 mm, luas profil bruto Ag = 6,91 cm2 = 691 mm2, ix = iy = r = 1,82 cm.
Panjang batang tarik, Lk = 2,50 meter.
Diminta : Lakukan evaluasi terhadap sambungan tersebut dengan metode LRFD dan ASD.
Penyelesaian :
A. Metode LRFD.
Faktor tahanan komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial (tabel 6.4.2 SNI
03-1729-2002),
• terhadap kuat tarik leleh  = 0,90
• terhadap kuat tarik fraktur  = 0,75

1). Kekuatan tarik nominal terfaktor (Nu).


Kekuatan tarik nominal terfaktor dihitung sebagai berikut :
a). Kondisi leleh,
Nu   Nn =  . Ag . fy = 0,90 . (691 mm2) . (210 Mpa) = 130599 N = 130,6 kN.

b). Kondisi fraktur/putus terletak pada sambungan.


Luas penampang netto (potongan melalui satu lobang paku),
Anet = (691 mm2) – (14,7 mm) . (6 mm) = 602,8 mm2.

Luas penampang netto efektif,


U = 1 – (x/L) ≤ 0,9
= 1 – (16,9/100) = 0,831 < 0,9
Maka,
Ae = U . Anet = 0,831 . (602,8 mm2) = 500,93 mm2.
 Nn =  . Ae . fu = 0,75 . (500,93 mm2) . (340 Mpa) = 126737 N = 127,7 kN.
Agv
c). Kondisi geser blok.
Luas, 30 mm Agt Ant
Agt = (6 mm) . (30 mm) = 180 mm2.
Agv = (6 mm) . (130 mm) = 780 mm2. Anv
Ant = (180 mm2) – ½ . (14,7 mm) . (6 mm) 130 mm
= 135,9 mm2. t = 6 mm, d = 14,7 mm

Gambar 17.

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Anv = (780 mm2) – 2 ½ . (14,7 mm) . (6 mm)


= 559,5 mm2.

fu . Ant = (340 Mpa) . (135,9 mm2) = 58701 N = 5,8 ton.


0,6 fu Anv = 0,6 . (340 Mpa) . (559,5 mm2) = 114138 N = 11,4 ton.
fu . Ant < 0,6 fu . Anv

Maka kekuatan tarik nominal,


Nn = 0,6 fu . Anv + fy . Agt = 114138 + (210 Mpa) . (180 mm2) = 151938 N.
Kekuatan tarik nominal terfaktor,
 Nn = 0,75 . (151938 N) = 113953,5 N = 114 kN.

Yang menentukan adalah yang terkecil dari ketiga kondisi tersebut, yaitu Nu   Nn = 114
kN atau Nu   Nn = 11,4 ton.

2). Kelangsingan.
Kelangsingan batang tarik dihitung sebagai berikut,
 = Lk/r = 250/1,82 = 137 < 240 (memenuhi).

3). Luas penampang netto minimum.


Luas penampang minimum (SNI 03-1729-2002 fs.10.2.2.),
Anet > 85 % Ag = 0,85 . (691 mm2) = 587,35 mm2 < 602,8 mm2 (memenuhi).
Luas penampang netto yang terjadi masih diatas syarat luas penampang minimum.

B. Metode ASD.

Luas penampang netto (potongan melalui satu lobang paku),


Anet = (691 mm2) – (14,7 mm) . (6 mm) = 602,8 mm2.
Faktor tahanan 0,75 untuk penampang batang tarik berlobang.
Kekuatan batang tarik dihitung sebagai berikut,

a). Pembebanan Tetap.


fy
  (faktor tahanan ) . , atau
1,5
P fy
 (0,75) . , atau
Anet 1,5
(210 MPa )
P  (0,75) . (602,8 mm 2 ) . = 63294 N = 63,3 kN = 6,3 ton.
1,5
b). Pembebanan sementara,
fy
  (faktor tahanan ) . (1,3) .
1,5
P fy
 (0,75) . (1,3) . , atau
Anet 1,5
(210 MPa )
P  (0,75) . (602,8 mm 2 ) . (1,3) . = 82282,2 N = 82,3 kN = 8,2 ton.
1,5
Maka, untuk pembebabanan tetap, beban maksimum yang dapat dipikul kurang dari 6,3 ton,
dan untuk pembebanan sementara kurang dari 8,2 ton.

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

9. WORKSHOP/PELATIHAN I - EVALUASI STRUKTUR


Lakukan evaluasi terhadap batang tarik seperti contoh diatas dengan data-data
sebagai berikut :

Gambar 18.

Mutu Baja BJ-34 fy= 210 Mpa fu= 340 Mpa


DATA - DATA
No. Lk dn jumlah Jarak baut
Stb. Profil siku t Ag e ix=iy baut baut tepi antara atas bawah
2
m mm cm cm cm inchi buah mm mm mm mm
0 1.50 45.45.5 5 4.30 1.28 1.35 1/2 2 30 45 20 25
1 1.80 50.50.5 5 4.80 1.40 1.51 1/2 2 30 45 20 30
2 2.10 55.55.6 6 6.31 1.56 1.66 1/2 2 35 50 25 30
3 2.40 60.60.6 6 6.91 1.69 1.82 1/2 3 30 50 30 30
3 2.40 60.60.8 8 9.03 1.77 1.80 1/2 3 35 50 30 30
4 2.70 65.65.7 7 8.70 1.85 1.96 5/8 3 40 55 30 35
5 3.00 70.70.7 7 9.40 1.97 2.12 5/8 3 40 55 30 40
6 3.30 75.75.7 7 10.10 2.09 2.28 5/8 3 45 55 35 40
7 3.60 80.80.8 8 12.30 2.26 2.42 3/4 4 45 60 40 40
8 3.90 90.90.9 9 15.50 2.54 2.74 3/4 4 50 60 40 50
9 4.20 100.100.10 10 19.20 2.82 3.04 3/4 4 50 60 45 55
Syarat diameter lobang :
dn < 25 mm d = dn + 2 mm
dn 25 mm d = dn + 3 mm

METODE LRFD
I II III
Yield Fracture Luas blok geser Geser Blok
n Anet U Ae n Agv Anv Agt Ant fu.Ant 0,6.fu.Anv n
2 2 2 2 2 2
kN mm < 0,90 mm kN mm mm mm mm N N kN
81.270 356.5 0.716 255.1 65.049 375 264.8 100 63.25 21505.0 54009.0 56.257
90.720 406.5 0.689 280.0 71.409 375 264.8 100 63.25 21505.0 54009.0 56.257
119.259 542.8 0.688 373.4 95.229 510 377.7 150 105.90 36006.0 77050.8 81.413
130.599 602.8 0.831 500.9 127.736 780 559.5 180 135.90 46206.0 114138.0 113.954
170.667 785.4 0.823 646.4 164.828 1080 786.0 240 181.20 61608.0 160344.0 158.058
164.430 744.9 0.832 619.6 157.998 1050 737.2 210 147.44 50128.8 150386.3 145.865
177.660 814.9 0.821 668.9 170.579 1050 737.2 210 147.44 50128.8 150386.3 145.865
190.890 884.9 0.810 716.7 182.771 1085 772.2 245 182.44 62028.8 157526.3 156.732
232.470 1061.6 0.874 928.3 236.719 1800 1210.6 320 235.80 80172.0 246962.4 235.622
292.950 1360.6 0.859 1168.6 297.983 2070 1406.9 360 265.28 90193.5 287012.7 271.960
362.880 1709.5 0.843 1441.7 367.628 2300 1563.3 450 344.75 117215.0 318903.0 310.052

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

METODE ASD
No. P. Tetap P. Semen. Amin Kelangsingan
Stb. Anet SNI Kontrol 240
2 2
mm kN kN mm Amin
0 356.5 37.433 48.662 365.5 ERR 111
1 406.5 42.683 55.487 408.0 ERR 119
2 542.8 56.994 74.092 536.4 OK 127
3 602.8 63.294 82.282 587.4 OK 132
3 785.4 82.467 107.207 767.6 OK 133
4 744.9 78.212 101.675 739.5 OK 138
5 814.9 85.562 111.230 799.0 OK 142
6 884.9 92.912 120.785 858.5 OK 145
7 1062 111.468 144.908 1045.5 OK 149
8 1361 142.858 185.715 1317.5 OK 142
9 1710 179.498 233.347 1632.0 OK 138

6
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 3
Sesi 3
Batang Tarik (Tension Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran :
10. WORKSHOP/PELATIHAN II – PERENCANAAN DAN EVALUASI STRUKTUR.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat melakukan Perancangan dan Evaluasi Batang Tarik, dengan metode LRFD
dan metode ASD.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC, “Specification forStructural Steel Buildings, 2010
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
d) Departemen Pekerjaan Umum, “PEDOMAN PERENCANAAN PEMBEBANAN UNTUK RUMAH DAN
GEDUNG (PPPURG 1987)”, Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta, 1987.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) RESEARCH COUNCIL ON STRUCTURAL CONNECTIONS, c/o AISC, “Specification for Structural
Joints Using High-Strength Bolts (ASTM A325 or A490 Bolts)”, 2009.
h) William T. segui, “ STEEL DESIGN “, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

LATIHAN 2
PERENCANAAN – EVALUASI
BATANG TARIK

Pada suatu struktur bekerja beban mati sebesar D = 110,0 kN, beban hidup L = 13,0
kN (L = 0,5), beban angin W = 5,0 kN. Beban diatas bekerja pada batang tarik dengan
penampang baja siku ganda, mutu BJ-34. Panjang batang Lk =2,00 m. Rencanakanlah
dimensi batang tarik tersebut berdasarkan metode ASD (PPBBI 1984) dan lakukan evaluasi
dengan metode LRFD (SNI 03-1729-2002). Diameter baut nominal dn = 12 mm, jumlah
baut 3 buah, jarak tepi dan jarak antara baut lihat gambar, jarak atas dan bawah ½ tinggi
flens. Pengaruh besar beban terhadap jumlah baut dan ukuran baut diabaikan.

30 50 mm 50 mm

atas

bawah

Gambar 19.

Penyelesaian :
Data-data :
Mutu baja BJ-34, fy = 210 Mpa, fu = 340 Mpa.
Panjang batang tarik, Lk = 2,00 meter.
Beban-beban yang bekerja,
- Beban mati, D = 110,0 kN.
- Beban Hidup, L = 13 kN, (L = 0,5).
- Beban Angin, W = 5,0 kN.
Baut, dn = 12 mm, diameter lobang d = dn + 2 mm = 14 mm.

A). Perencanaan Dengan Metode ASD (PPBBI 1984).


Faktor tahanan 0,75 untuk penampang batang tarik berlobang.

1). Kombinasi muatan.


a Pembebanan Tetap.
D + L = 110,0 kN + 13 kN = 123 kN.

b Pembebanan Sementara.
D + L + W = 110 kN + 13 kN + 5 kN = 128 kN.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

2). Perencanaan Dimensi Profil.


a Pembebanan Tetap.
fy
  (faktor tahanan ) . , atau
1,5
P fy
 (0,75) . , atau
Anet 1,5
123000 N
Anet  = 1171,4 mm2.
(210 MPa)
0,75 .
1,5
Anet
Ag  = 1171,4/0,85 = 1378,2 mm2 = 13,78 cm2 (2 profil)
85%

b Pembebanan Sementara.
fy
  (faktor tahanan ) . (1,3) . , atau
1,5
P fy
 (0,75) . (1,3) . , atau
Anet 1,5
128000 N
Anet  = 937,7 mm2.
(210 MPa)
(0,75) . (1,3) .
1,5
Anet
Ag  = 937,7/0,85 = 1103,2 mm2 = 11,03 cm2 (2 profil)
85%

Yang menentukan adalah akibat pembebanan tetap, yaitu Ag = 13,78 cm2 (untuk 2
profil). Untuk satu profil, ½ Ag = 6,89 cm2.

c Angka kelangsingan minimum.


Untuk mendapatkan profil yang tepat dalam perencanaan, maka tinjauan terhadap
angka kelangsingan harus dilakukan sebagai berikut,
Lk
  240 , atau
i min
Lk 200 cm
i min    0,83 cm (batas jari-jari inertia)
 240
Untuk profil tunggal, i min = i  (tabel).
Untuk profil ganda, i min = ix = iy (tabel).

d Rencana dimensi profil.


Pakai profil 55.55.8
Data-data : F = 8,23 cm2 ; Ag = 2F = 2 .(8,23 cm2) = 16,46 cm2 = 1646 mm2 ;
e = 1,64 cm ; i min = ix = 1,64 cm (profil ganda).

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

B). Evaluasi Dengan Metode LRFD (SNI -01729-2002).

30 50 mm 50 mm

27,5

27,5

55.55.8

Gambar 20 : dn = 12 mm, d = 14 mm, tebal sayap baja siku = 8 mm.

1). Kombinasi muatan,


1. 1,4 D.
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)
3. 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W). Kombinasi ini tidak perlu.
4. 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W). Kombinasi ini tidak perlu.
5. 1,2 D + 1,3 W + L L + 0,5 (La atau H).
6. 1,2 D ± 1,0 E + L L. Kombinasi ini tidak perlu.
7. 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E). Kombinasi ini tidak perlu.

Maka,
1. 1,4 D = 1,4 . (110 kN) = 154,00 kN.
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) = 1,2 . (110 kN) + 1,6 . (13 kN) = 152,80 kN
5. 1,2 D + 1,3 W + 0,5 . L = 1,2 . (110 kN) + 1,3 . (5 kN) + 0,5 . (13 kN) = 145,00 kN.

Yang menentukan adalah kombinasi (1) dan (2), dengan beban terbesar,
Nu = 154,00 kN.

2). Kekuatan tarik nominal terfaktor (Nu).


1. Kondisi Leleh.
Nu   Nn =  . Ag . fy = 0,90 . (1646 mm2) . (210 Mpa) = 311094 N
Nu   Nn = 311,1 kN > 154,0 kN (memenuhi).

2. Kondisi fraktur/putus terletak pada sambungan.


Luas penampang netto (potongan melalui satu lobang paku),
Anet = (1646 mm2) – (14 mm) . (2 x 8 mm) = 1422 mm2.

Luas penampang netto efektif,


U = 1 – (x/L) ≤ 0,9
= 1 – (16,4/100) = 0,836 < 0,9
Maka,
Ae = U . Anet = 0,836 . (1422 mm2) = 1188,8 mm2.
Nu   Nn =  . Ae . fu = 0,75 . (1188,8mm2) . (340 Mpa) = 303142 N
Nu   Nn = 303,1 kN > 154,0 kN (memenuhi).

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

3. Kondisi geser blok.


Anggap yang mengalami geser blok adalah flens (sayap) baja siku.

27,5 mm

Gambar 21 : dn = 12 mm, d = 14 mm, tebal sayap baja siku = 2 .(8) mm.

Luas, Agt
Agt = (2 x 8 mm) . (27,5 mm) = 440 mm2.
Agv = (2 x 8 mm) . (130 mm) = 2080 mm2.
Ant = (440 mm2) – ½ . (14 mm) . (2 x 8 mm) = 328 mm2.
Anv = (2080 mm2) – 2 ½ . (14 mm) . (2 x 8 mm) = 1520 mm2.

fu . Ant = (340 Mpa) . (328 mm2) = 111520 N = 111,5 kN.


0,6 fu Anv = 0,6 . (340 Mpa) . (1520 mm2) = 310080 N = 310,1 kN.
fu . Ant < 0,6 fu . Anv

Geser leleh dengan tarik fraktur, bila fu . Ant  0,6 fu . Anv , maka
Nu   Nn = (0,75) . (0,6 fy . Agv + fu . Ant)
= (0,75).{0,6.(210 Mpa).(2080 mm2) + (340 Mpa).(328 mm2)}
Nu   Nn = 280200 N = 280,2 kN > 154,0 kN (memenuhi).

Geser fraktur dengan tarik leleh, Bila fu . Ant < 0,6 fu . Anv , maka
Nu   Nn = (0,75) . (0,6 fu . Anv + fy . Agt)
= (0,75).{0,6.(340 Mpa).(1520 mm2) + (210 Mpa).(440 mm2)}
Nu   Nn = 301860 N =301,9 kN > 154,0 kN (memenuhi).

3). Kelangsingan ().


Panjang batang Lk = 2,00 m = 200 cm, i min = ix = 1,64 cm
Maka kelangsingan,
Lk 200
  = 122 < 240
i min 1,64

4). Luas penampang netto minimum.


Syarat :
Anet  85% Ag = 0,85 . (1646 mm2) = 1399,1 mm2 (syarat minimum).
Luas penampang netto (potongan melalui satu lobang paku),
Anet = Ag – (diameter lobang) . (tebal sayap baja siku)
Anet = (1646 mm2) – (14 mm) . (2 x 8 mm) = 1422 mm2 > 1399,1 mm2.
Luas penampang netto profil masih diatas syarat minimum.

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

CATATAN :
Luas geser
Pelat penyambung Luas tarik Pelat penyambung
Luas tarik

Luas geser

(a) (b) Luas geser (c)

Gambar 22 : Kemungkinan terjadi geser blok, kondisi (a) pada baja siku,
kondisi (b) dan (c) pada pelat penyambung.

Peninjauan terhadap geser blok dilakukan pada tebal pelat terkecil. Kemungkinan terjadinya
geser blok, yaitu pada baja siku (Gbr.22.a), tebal yang yang diperhitungkan adalah dua kali
tebal sayap (flens), pada pelat penyambung dapat terjadi dalam dua kemungkinan seperti
Gbr.22.(b). dan Gbr.22.(c).

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

P E R E N C A N A A N
Beban Beban Beban Panjang Metode PPBBI 1984 Luas
Data Profil
No. mati hidup angin batang Komb. Beban P. Tetap P. Sementara perlu
1/2 b
Stb. D L W Lk P. tetap P. sem. Anet Ag Anet Ag Ag PROFIL F Ag e ix = iy t Mutu BJ-34
kN kN kN m kN kN mm 2 cm2 mm2 cm2 cm2 cm2 cm2 cm cm mm mm fy = 210 Mpa
-1 110.0 13.0 5.0 2.00 123.0 128.0 1171.4 13.78 937.7 11.03 6.89 55.55.8 8.23 16.46 1.64 1.64 8 55 fu = 340 Mpa
0 120.0 18.0 10.0 2.00 138.0 148.0 1314.3 15.46 1084.2 12.76 7.73 55.55.8 8.23 16.46 1.64 1.64 8 55
1 60.60.8 9.03 1.77 1.80 8 60 Baut
130.0 23.0 15.0 2.25 153.0 168.0 1457.1 17.14 1230.8 14.48 8.57 18.06
dn = 12 mm
2 140.0 28.0 20.0 2.50 168.0 188.0 1600.0 18.82 1377.3 16.20 9.41 75.75.7 10.10 20.20 2.09 2.28 7 75
3 150.0 33.0 25.0 2.75 183.0 208.0 1742.9 20.50 1523.8 17.93 10.25 75.75.8 11.50 23.00 2.13 2.26 8 75
4 160.0 38.0 30.0 3.00 198.0 228.0 1885.7 22.18 1670.3 19.65 11.09 75.75.8 11.50 23.00 2.13 2.26 8 75
5 170.0 43.0 35.0 3.25 213.0 248.0 2028.6 23.87 1816.8 21.37 11.93 80.80.8 12.30 24.60 2.26 2.42 8 80
6 180.0 48.0 40.0 3.50 228.0 268.0 2171.4 25.55 1963.4 23.10 12.77 80.80.10 15.10 30.20 2.34 2.41 10 80
7 190.0 53.0 45.0 3.75 243.0 288.0 2314.3 27.23 2109.9 24.82 13.61 80.80.10 15.10 30.20 2.34 2.41 10 80
8 200.0 58.0 50.0 4.00 258.0 308.0 2457.1 28.91 2256.4 26.55 14.45 80.80.10 15.10 30.20 2.34 2.41 10 80
9 210.0 63.0 55.0 4.25 273.0 328.0 2600.0 30.59 2402.9 28.27 15.29 90.90.11 18.70 37.40 2.62 2.72 11 90

E V A L U A S I
Diameter Luas K O N D I S I
Kombinasi Beban (SNI 03-1729-2002)
Baut Lobang netto Leleh Fraktur Geser Blok
fu .
Komb.1 Komb.2 Komb.5 Nu dn d Anet Nn U < 0,9 Ae Nn Agt Ant Agv Anv Ant Nn 0,6.fu.Anv Nn
kN kN kN kN mm mm mm2 kN mm2 kN mm2 mm2 mm2 mm2 kN kN kN kN
154.00 152.80 145.00 154.00 12 14.0 1422.0 311.1 0.836 1188.8 303.1 440.0 328.0 2080.0 1520.0 111.5 280.2 310.1 301.9
168.00 172.80 166.00 172.80 12 14.0 1422.0 311.1 0.836 1188.8 303.1 440.0 328.0 2080.0 1520.0 111.5 280.2 310.1 301.9
182.00 192.80 187.00 192.80 12 14.0 1582.0 341.3 0.823 1302.0 332.0 480.0 368.0 2080.0 1520.0 125.1 290.4 310.1 308.2
196.00 212.80 208.00 212.80 12 14.0 1824.0 381.8 0.791 1442.8 367.9 525.0 427.0 1820.0 1330.0 145.2 280.9 271.3 286.2
210.00 232.80 229.00 232.80 12 14.0 2076.0 434.7 0.787 1633.8 416.6 600.0 488.0 2080.0 1520.0 165.9 321.0 310.1 327.1
224.00 252.80 250.00 252.80 12 14.0 2076.0 434.7 0.787 1633.8 416.6 600.0 488.0 2080.0 1520.0 165.9 321.0 310.1 327.1
238.00 272.80 271.00 272.80 12 14.0 2236.0 464.9 0.774 1730.7 441.3 640.0 528.0 2080.0 1520.0 179.5 331.2 310.1 333.4
252.00 292.80 292.00 292.80 12 14.0 2740.0 570.8 0.766 2098.8 535.2 800.0 660.0 2600.0 1900.0 224.4 414.0 387.6 416.7
266.00 312.80 313.00 313.00 12 14.0 2740.0 570.8 0.766 2098.8 535.2 800.0 660.0 2600.0 1900.0 224.4 414.0 387.6 416.7
280.00 332.80 334.00 334.00 12 14.0 2740.0 570.8 0.766 2098.8 535.2 800.0 660.0 2600.0 1900.0 224.4 414.0 387.6 416.7
294.00 352.80 355.00 355.00 12 14.0 3432.0 706.9 0.738 2532.8 645.9 990.0 836.0 2860.0 2090.0 284.2 483.5 426.4 475.7

6
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 3
Sesi 1
Batang Tarik (Tension Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
1. Elemen Batang Tarik..
2. Kekuatan Tarik Nominal Metode LRFD.
 Kondisi Leleh.
 Kondisi fraktur/putus.
3. Kekuatan Tarik Nominal Metode ASD.
4. Luas Penampang Netto.
 Ukuran lobang paku keling atau baut.
 Lobang sejajar dan lobang berselang-seling.
o Pada pelat.
o Pada baja siku.
o Profil dan WF.
 Contoh soal luas penampang netto pada pelat.
 Contoh soal luas penampang netto pada profil siku.
5. Luas Penampang Netto Efektif.
 Sambungan dengan baut/paku.
 Sambungan dengan las.
 Contoh soal luas penampang efektif.
Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa mengetahui dan memahami elemen batang tarik, kekuatan tarik nominal metode
LRFD, metode ASD, luas penampang netto, dan luas penampang netto efektif.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC, “Specification forStructural Steel Buildings, 2010
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit AIRLANGGA,
Jakarta, 1990.
d) Departemen Pekerjaan Umum, “PEDOMAN PERENCANAAN PEMBEBANAN UNTUK RUMAH DAN GEDUNG
(PPPURG 1987)”, Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta, 1987.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,
1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) RESEARCH COUNCIL ON STRUCTURAL CONNECTIONS, c/o AISC, “Specification for Structural Joints Using
High-Strength Bolts (ASTM A325 or A490 Bolts)”, 2009.
h) William T. segui, “ STEEL DESIGN “, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BATANG TARIK
(TENSION MEMBER)

1. Elemen Batang Tarik

Batang tarik banyak dijumpai dalam banyak struktur baja, seperti struktur-struktur
jembatan, rangka atap, menara transmisi, ikatan angin, dan lain sebagainya. Batang tarik ini
sangat efektif dalam memikul beban. Batang ini dapat terdiri dari profil tunggal ataupun
profil-profil tersusun. Contoh-contoh penampang batang tarik adalah profil bulat, pelat, siku,
siku ganda, siku bintang, kanal, WF, dan lain-lain. Dengan demikian, batang tarik adalah
elemen batang pada struktur yang menerima gaya tarik aksial murni. Gaya tarik tersebut
dikatakan sentris jika garis gaya berimpit dengan garis berat penampang. Batang tarik ini
umumnya terdapat pada struktur rangka batang.

Gambar 1 : Jenis bentuk batang tarik.

2. Kekuatan Tarik Nominal Metode LRFD


(SNI 03-1729-2002)
Dalam menentukan kekuatan nominal penampang suatu batang tarik, harus ditinjau
terhadap tiga macam kondisi keruntuhan yang menentukan, yaitu :
1) Kondisi leleh dari luas penampang kotor/bruto, didaerah yang jauh dari sambungan.
2) Kondisi fraktur/putus dari luas penampang efektif pada daerah sambungan.
3) Kondisi geser blok pada sambungan.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor Nu harus memenuhi :

Nu   Nn ......(1)
Dimana,
Nn = kekuatan nominal penampang.
 = faktor tahanan/reduksi (SNI 03-1729-2002, tabel 6.4-2, hal.18).
(SNI 03-1729-2002, fs.10.1)

1). Pada kondisi leleh dari luas penampang bruto.

Bila kondisi leleh yang menentukan, maka kekuatan nominal Nn dari batang tarik
harus memenuhi persamaan berikut,

Nn = Ag . fy ......(2)
Dimana,
Ag = luas penampang bruto (mm2).
fy = tegangan leleh sesuai mutu baja (MPa).
Pada kondisi ini faktor tahanan adalah  = 0,90.

2). Pada kondisi fraktur/putus dari luas penampang efektif/netto pada sambungan.

Pada batang tarik yang mempunyai lobang, pada daerah penampang yang berlobang
tersebut bentuk tegangan tarik tidak linear, terjadi konsentrasi tegangan pada tepi lobang,
seperti gambar berikut,

(a) (b)

T2>T1 T2>T1
T1 T1

(c)

T3>T2 T3>T2

Gambar 2 : Bentuk probahan tegangan pada tepi lobang sejalan dengan bertambahnya
beban, gbr. (a) penampang masih dalam keadaan elastis, gbr.(b) sebagian
penampang sudah leleh dan gbr.(c) pada seluruh penampang sudah leleh.

Apabila kondisi fraktur/putus yang menentukan maka kekuatan nominal tarik (Nn )
tersebut harus memenuhi persamaan sebagai berikut,

Nn = Ae . fu ......(3)
Dimana,
Ae = luas penampang efektif/netto (mm2).

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

fu = tegangan putus sesuai mutu baja (Mpa).


Pada kondisi ini faktor tahanan adalah  = 0,75.

3. Kekuatan Tarik Nominal Metode ASD


(PPBBI 1984)
Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial N harus memenuhi :
- Untuk pembebanan tetap,
fy
  (0,75) . ......(4)
1,5
- Akibat pembebanan sementara,
fy
  (0,75) . (1,30) ......(5)
1,5
Dimana,
 = tegangan tarik beban kerja.
= Nn / Ag (ditempat sambungan Anet).
0,75 = faktor tahanan yang diberikan apabila penampang berlobang memikul gaya
tarik, (ditempat sambungan, ditempat lain = 1,0).
fy = tegangan leleh sesuai mutu baja (MPa).

4. Luas Penampang Netto.

Batang tarik yang disambung dengan paku keling (rivet) atau baut (bolt) harus
dilobangi. Ini mengakibatkan berkurangnya luas penampang yang dibutuhkan untuk memikul
gaya tarik, sehingga kekuatan tarik batang akan berkurang.

SNI 03-1729-2002 fs.10.2.2. menyebutkan dalam suatu potongan jumlah luas lubang
tidak boleh melebihi 15% luas penampang utuh, atau dengan kata lain luas penampang netto
seperti yang diberikan oleh persamaan berikut,

Anet  85 % Ag ......(6)
Dimana,
Ag = luas penampang bruto (mm2).

a). Ukuran lobang paku atau baut.

Menurut SNI 03-1729-2002, fs.17.3.6 diameter nominal lobang (d) yang sudah jadi
harus 2 mm lebih besar dari diameter nominal baut (dn) untuk suatu baut diameternya tidak
melebihi 24 mm, dan maksimum 3 mm lebih besar untuk baut dengan diameter lebih besar,
kecuali untuk lubang pada pelat landas.

dn d

Gambar 3 : Diameter nominal baut dan lobang, d = diameter lobang,


dn = diamater nominal, d = dn + 2 mm untuk dn  24 mm,
d = dn + 3 mm untuk dn > 24 mm (SNI).

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Berdasarkan Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts,
Prepared by RCSC Committee, 2009, ukuran lobang ditetapkan seperti table 1 berikut,

Tabel 1 : Dimensi nominal lobang baut ASTM A325 dan A490.

b). Lobang Sejajar dan Lobang Berselang-seling.

Untuk menghitung luas penampang netto mengikuti gambar berikut,

a U1
c
h
d
U2
b

a
S1 S2
(a) t1
(b) t2
Gambar 4 : Skema peninjauan penampang netto.

b1). Pada lobang sejajar seperti gambar 4.a, luas penampang netto (pot. a-a) diberikan oleh
persamaan berikut,
Anet = Ag – n . d . t ......(7)
Dimana,
n = jumlah lobang 3 lobang).
d = diameter lobang (mm), mengikuti ketentuan SNI diatas,
yaitu d = dn + 2mm, atau d = dn + 3mm.
Ag = luas penampang bruto = h . t
t = tebal pelat terkecil antara t1 dan t2

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

b2). Pada lobang yang berselang-seling (Gbr.4b), peninjauan luas penampang netto dilakukan
sebagai berikut,

- Potongan a – b : Anet = Ag – n .d . t ......(8.a)


n = 2 lobang
S12. t S12. t
- Potongan a – c – b : Anet = Ag – n .d . t + + ......(8.b)
4 . U1 4 . U2
n = 3 lobang
S12. t S2 2. t
- Potongan a – c – d : Anet = Ag – n . d . t + + ......(8.c)
4 . U1 4 . U2
n = 3 lobang

Dari ketiga peninjauan ini luas penampang netto diambil yang terkecil, dan harus,

Anet  85 % Ag

c). Lobang Berselang-seling Pada Baja Siku.


S1 S2 S3 S1 S2 S3
t

a a
c U1 c
U1 U1

b d
gb U2
U2
d
ga b

Gambar 5 : Letak lobang pada baja siku

Jarak U2 = ga + gb – t

- Potongan a – b : Anet = Ag – n .d . t ......(9.a)


n = 2 lobang
S12. t S12. t
- Potongan a – c – b : Anet = Ag – n .d . t + + ......(9.b)
4 . U1 4 . U2
n = 3 lobang
S12. t S2 2. t
- Potongan a – c – d : Anet = Ag – n .d . t + + ......(9.b)
4 . U1 4 . U2
n = 3 lobang

Dari ketiga peninjauan ini luas penampang netto diambil yang terkecil, dan harus,

Anet  85 % Ag

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

d). Lobang Berselang-seling Pada Profil Baja Kanal dan WF.

ga
ga

U2
gb gb

t
t U1

t t
(a) (b)

S S

Gambar 6 : Sambungan pada profil kanal profil WF

Profil kanal C (Gbr.6.a), U2 = ga + gb – t


Apabila tebal sayap t1 dan tebal badan t2 maka, U2 = (ga + gb) – (1/2t1 +1/2t2)
Profil I (Gbr.6.b), U2 = ga/2 + gb – t
Apabila tebal sayap t1 dan tebal badan t2 maka, U2 = (ga/2 + gb) – (1/2t1 +1/2t2)

e). Contoh Soal Tentang Luas Penampang Netto.


1). Sambungan seperti gambar berikut yaitu dua buah pelat tebal 4 mm disambung
dengan tiga buah pelat dengan tebal 2 mm, diameter alat penyambung dn = 12 mm, jumlah
alat penyambung 8 (delapan) buah. Hitunglah luas penampang netto.
Penyelesaian :
4 4

25 1
50
4
50 2
h = 250 mm
50
5
50
3
25

30 50 50 30
2 2 2

Gambar 7 : Pelat dengan sambungan berselang-seling.

Tebal pelat terkecil, t = 2 + 2 + 2 = 6 mm.


Diameter lobang d = 12 mm + 2 mm – 14 mm.

- Potongan 1 – 2 – 3,

Anet = h . t - 3 . t . d = 250 x 6 - 3 x 6 x 14 = 1500 – 252 = 1248 mm2.

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

- Potongan 1 – 4 – 2 – 5 – 3,
S2 . t S2 . t S2 . t S2 . t
Anet = h . t - 5 . t . d + + + +
4. U 4. U 4. U 4. U
50 2. 6 50 2. 6 50 2. 6 50 2. 6
= 250 x 6 - 5 x 6 x 14 + + + +
4 . (50) 4 . (50) 4 . (50) 4 . (50)
2
= 1500 – 420 + 75 + 75 + 75 + 75 = 1380 cm .

- Potongan 1 – 4 – 5 – 3,
S2 . t S2 . t S2 . t
Anet = h . t - 4 . t . d + + +
4. U 4 . (2 U) 4 . U
50 2. 6 50 2. 6
= 250 x 6 - 4 x 6 x 14 + +
4 . (50) 4 . (50)
2
= 1500 – 336 + 75 + 75 = 1314 mm .

- SNI 03-1729-2002 fs.10.2.2. (dan PPBBI 1984 hal.8),


Anet = 85% . Ag = 85% h . t = 0,85 x 250 x 6 = 1275 mm2 > Anet = 1248 cm2.
(Anet potongan 1-2-3 < Anet SNI jadi tidak memenuhi syarat).

Solusi,
a. Diameter paku dikecilkan.
b. Susunan paku pada satu potongan vertikal dirobah dari 3 (tiga) buah menjadi 2
(dua) buah.

2). Sambungan seperti gambar berikut yaitu dari profil baja siku 150.100.10, diameter
nominal alat penyambung dn = 25 mm. Hitunglah luas penampang netto.

Penyelesaian :
Diameter lobang d = 25 + 3 mm = 28 mm (lihat SNI) ; U1 = 60 mm ; S = 75 mm
U2 = ga + gb – t = 55 + 60 – 10 = 105 mm.
Luas profil baja siku, Ag = 2420 mm2 (lihat tabel profil).

75 75 75
t = 10

a
c 60
U1 = 60
150
d
gb = 55 b U2

ga = 60 PROFIL 150.100.10
100

Gambar 8 : Profil siku, dengan sambungan berselang-seling.


Luas penampang netto,

- Potongan a – b : Anet = Ag – n .d . t

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Anet = 2420 – 2 . 28 . 10 = 1860 mm2.

S2 . t S2 . t
- Potongan a – c – b : Anet = Ag – n .d . t + +
4 . U1 4 . U2
75 2.10 75 2.10
Anet = 2420 – 3 . 28 . 10 + +
4 . (60) 4 . (105)
= 2420 – 840 + 234,4 + 133,9
Anet = 1948,3 mm2.
S2 . t S2 . t
- Potongan a – c – d : Anet = Ag – n .d . t + +
4 . U1 4 . U2
75 2.10 75 2.10
Anet = 2420 – 3 . 28 . 10 + +
4 . (60) 4 . (105)
= 2420 – 840 + 234,4 + 133,9
Anet = 1948,3 mm2.

Solusi,
a. Diameter paku dikecilkan.
b. Susunan paku pada sayap dirobah dari 2 (tiga) buah menjadi 1 (satu) buah saja.

- SNI 03-1729-2002 fs.10.2.2. (dan atau PPBBI 1984 hal.8),


Anet = 85% . Ag = 0,85 x 2420 = 2057 mm2 > Anet = 1860 cm2.
(Anet potongan a-c dan a-b-c < Anet SNI jadi tidak memenuhi syarat).

- Jumlah luas lobang = 2420 mm2 – 1860 mm2 =560 mm2.


- Persentase lobang = 560/2420 x 100 % = 23 % > 15 % (maksimum 15 %, syarat SNI).

5. Luas Penampang Netto Efektif.

Luas neto (Anet) yang diperoleh sebelumnya harus dikalikan dengan faktor efektifitas
penampang, U, akibat adanya eksentrisitas pada sambungan, yang disebut shear leg, SNI 03-
1729-2002 fs.10.2. menetapkan sebagai berikut,

Ae = U . Anet ......(10)
Dimana,
Ae = luas neto efektif.
U = koefisien reduksi.
Anet = luas neto penampang.

Koefisien reduksi U untuk hubungan yang menggunakan baut atau paku keling
diperoleh dari persamaan berikut:

U = 1 – (x/L) ≤ 0,9 ......(11)


Dimana,
U = faktor reduksi.
x = eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus arah gaya tarik, antara titik berat

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

penampang komponen yang disambung dengan bidang sambungan, mm.


L = panjang sambungan pada arah gaya.

Bentuk-bentuk eksentrisitas sambungan adalah seperti gambar berikut,

Pelat
x
penyambung
c.g. c.g.

profil yang
profil yang disambung c.g. penampang ½ I
disambung
(a) (b) (c)
Pelat
penyambung
x x
profil yang
disambung
Gambar 9 : Letak eksentrisitas sambungan.

Pada sambungan las, eksentritas dihitung sebagai berikut (SNI fs.10.2.2),


a). Bila gaya tarik hanya disalurkan oleh pengelasan memanjang ke komponen struktur yang
bukan pelat, atau oleh kombinasi pengelasan memanjang dan melintang,

Ae = Ag ......(12)

(a)

b). Bila gaya tarik hanya disalurkan oleh pengelasan melintang, A adalah jumlah luas
penampang neto yang dihubungkan secara langsung dan U = 1,0.

Ae = U . Ag = Ag ......(13)

(b)

c). Bila gaya tarik disalurkan ke sebuah komponen struktur pelat dengan pengelasan
sepanjang kedua sisi pada ujung pelat, dengan l > w :

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

(c)

Gambar 10 : Sambungan las.

Ae = U . Ag ......(14)

untuk l > 2w U = 1,00


untuk 2w > l > 1,5w U = 0,87
untuk 1,5w > l > w U = 0,75

Contoh Soal :
150

300

Gambar 11 : Sambungan pada profil WF.

Letak garis netral penampang setengah profil,

 (150 -15) 
300 x 15 x 7,5  (150 -15) x 10 x   15 
 2 
x
300 x 15  (150 -15) x 10
= 24,80 mm.

24,80
U 1  0,75  0,90 (memenuhi).
100
Maka luas penampang netto efektif menjadi,

Ae = 0,75 Anet.

10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Bila luas penampang profil WF tersebut Ag = 119,8 cm2, memakai baut ½“ = 12,7 mm,
kelonggaran lobang 2 mm, berapakah luas penampang netto ?, dan berapa pula luas
penampang netto efektif ?. Silahkan dicoba.

6. Contoh letak batang tarik.

Batang tarik

Gambar 12 :Rangka atap baja.

Batang tarik

Gambar 13 :Rangka atap baja.


Sumber : Nasution Thamrin, “STEELROOFTRUSS, Alat Bantu Belajar Perencanaan Rangka Atap Baja”, ITM, 2011

11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

LAMPIRAN
Untuk perencanaan, faktor reduksi penampang netto dapat dipakai seperti bentuk-bentuk
dalam gambar berikut,

12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Sumber : Steel Design, William T. Segui, 4th edition, THOMSON, 2007

13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

15
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 4
Sesi 1
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran :
1. Elemen Batang Tekan..
2. Tekuk Elastis EULER.
3. Panjang Tekuk.
4. Batas Kelangsingan Batang Tekan.
 Contoh Soal 1.
5. Pengaruh Tegangan Sisa (Residual Stress).
6. Tahanan Tekan Nominal.
 Gaya Tekuk Elastis.
 Daya Dukung Nominal Komponen Struktur Tekan.
 Contoh Soal 2.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa mengetahui dan memahami elemen batang tekan, tekuk elastis EULER, panjang
tekuk, batas kelansingan batang tekan,pengaruh tegangan sisa dan tahanan tekan nominal.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
c) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, 1984.
d) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
e) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BATANG TEKAN
(COMPRESSSION MEMBER)

1. Elemen Batang Tekan.


Batang tekan yang hanya menerima gaya tekan secara sentris saja dijumpai pada
struktur rangka atap, jembatan, menara dan struktur lain yang bersifat rangka. Pada struktur
rangka atap dan jembatan umumnya dijumpai pada batang-batang tepi atas, sedikit pada
batang-batang diagonal dan vertikal, lihat gambar berikut. Batang ini tidak mengalami
momen dan gaya lintang, hanya ada gaya normal tekan yang bekerja sentris, tepat pada garis
berat penampang, oleh karena sifat dari struktur rangka itu sendiri dimana buhul-buhulnya
dapat berotasi sehingga gaya-gaya dalam yang lain seperti momen dan gaya lintang akan
tereduksi dengan sendirinya.

Batang tekan

Batang vertikal

Batang diagonal

Gambar 1 : Struktur rangka atap.


Sumber : STEELROOFTRUSS, 2011.

Pada struktur portal, kolom merupakan elemen utama yang memikul gaya tekan,
tetapi masih mengandung gaya dalam momen dan gaya lintang.

2. Tekuk Elastis Euler.


Pada tekuk elastis, komponen struktur yang dibebani gaya tekan, masih dalam dalam
keadaan elastis, akan melengkung secara perlahan-lahan, seperti gambar 2. Gaya yang
bekerja sentris pada batang menyebabkan batang tersebut melentur sejauh y, sehingga terjadi
momen lentur tambahan sekunder yang besarnya,

Mx = P . y ...(1)

Garis lentur diberikan oleh persamaan berikut,


d2y  Mx P
  .y ...(2)
dx 2 EI EI

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

P P
y

Gambar 2 : Kolom tekuk Euler.

Dimana,
E = modulus elastisitas baja
I = momen inertia batang.

Persamaan (2) diatas adalah persamaan homogen linear orde kedua (second-order
homogeneous linear differential equation) apabila di integralkan akan menghasilkan
persamaan beban kritis yang bekerja pada batang tekan,

2 . E . I
Pcr  ...(3)
Lk 2
Dimana,
Lk = panjang tekuk batang.

Gambar 3 : Batang tekan kolom struktur portal.


Sumber : AISC Presentation

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Tegangan kritis,
Pcr
fcr  ...(4)
Ag

2 . E . I ...(5)
fcr 
Ag . Lk 2
Untuk jari-jari inertia,
I
r ...(6)
Ag
Maka,
 2 . E . r2
fcr  ...(7)
Lk 2
Untuk kelangsingan batang,
Lk
 ...(8)
r
Diperoleh,
2 . E
fcr  ...(9)
2

Pendekatan EULER diatas hanya terjadi pada batang tekan dalam kondisi elastis
dengan kelangsingan yang besar ( > 110, batang panjang), artinya batang tekan sudah
menekuk sebelum tegangan mencapai leleh. Untuk kelangsingan sedang ( < 110, batang
sedang ) akan terjadi tekuk inelastis, yaitu pada sebagian penampang sudah leleh dan untuk
batang pendek ( < 20) seluruh penampang leleh, seperti dilukiskan gambar 4 berikut,

plastis inelastik Elastis (EULER)

Gambar 4 : Kurva panjang batang/kolom versus kekuatan kritis.

Pada daerah tekuk inelastik besaran modulus elastis E menurun menjadi Et (E > Et),
dan kurva tegangan-regangan tidak lagi linear, dan rumus EULER diatas berubah menjadi,
 2 . Et
fcr  ...(10)
2

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Grafik yang menggambarkan hubungan tegangan – kelangsingan seperti berikut,

Gambar 5 : Kurva hubungan antara tegangan (f) versus kelangsingan ().

Persamaan Euler diatas bergantung kepada anggapan berikut ini,


a. Kolom/batang benar-benar lurus.
b. Beban bekerja secara sentris, tanpa eksentrisitas gaya.
c. Kolom/batang mempunyai perletakan sendi pada kedua ujungnya.
d. Tidak terjadi puntir selama pelenturan.
e. Kolom/batang tidak cacat.

3. Panjang Tekuk.
Panjang tekuk (Lk) batang tekan sangat tergantung kepada jenis perletakannya, seperti
kolom dengan tumpuan jepit dapat mengekang ujungnya dari berotasi dan translasi, sehingga
mampu menahan beban yang lebih besar dibandingkan tumpuan sendi. Panjang tekuk
dihitung seperti berikut,

Rol tanpa rotasi Rol tanpa rotasi

Sendi Sendi
Jepit
Lepas

Jepit Jepit Jepit Jepit


Sendi Sendi

Gambar 6 : Garis lentur akibat tekuk berdasarkan jenis perletakan.


Apabila Lk = k . L, dimana k faktor panjang tekuk, maka nilai k dapat dilihat pada tabel berikut,

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Tabel 1 : Faktor panjang tekuk (k)


Jepit-rol tanpa Sendi-rol tanpa
Jepit-jepit Jepit-sendi Sendi-sendi Jepit-lepas
rotasi rotasi
1
k teoritis 0,50 1,00 1,00 2,00 2,00
2
k desain 0,65 0,80 1,20 1,00 2,10 2,00
Sumber : SNI 03-1729-2002

Untuk kolom pada struktur portal, faktor panjang tekuknya (k) dipengaruhi oleh nilai
G pada ujung-ujung kolom. Nilai G pada salah satu ujung adalah ratio jumlah kekakuan
semua kolom terhadap jumlah kekakuan semua balok yang bertemu di ujung tersebut yang
ditulis dengan rumus;

GA 
 ( I cA / LcA ) ...(11.a)
I c , Lc
 ( I bA / LbA ) I b , Lb I b , Lb

GB 
 ( I cB / LcB ) ...(11.b)
A
 ( I bB / LbB ) I c , Lc

Lk = k . L ...(12) I b , Lb I b , Lb
B
IcA = Momen inertia kolom yang bertemu di titik A. I c , Lc
IcB = Momen inertia kolom yang bertemu di titik B.
LcA = Panjang kolom yang bertemu di titik A. Gambar 7 : Kolom dan balok portal.
LcB = Panjang kolom yang bertemu di titik B.
IbA = Momen inertia balok yang bertemu di titik A.
IbB = Momen inertia balok yang bertemu di titik B.
LbA = Panjang balok yang bertemu di titik A.
LbB = Panjang balok yang bertemu di titik B.
Untuk tumpuan jepit nilai G=l
Untuk tumpuan sendi nilai G = 10

Faktor panjang tekuk (k) dihitung dengan memasukan nilai G kedua ujung-ujungnya
pada nomogram gambar 8. Dari kedua titik nilai G tersebut ditarik garis yang memotong
garis skala k. Titik potong ini menunjukan nilai k dari kolom tersebut. Perlu diperhatikan
bahwa ada dua nomogram, yaitu untuk struktur tak bergoyang dan untuk struktur bergoyang.
Struktur tak bergoyang artinya jika ujung-ujung dari kolom yang ditinjau tidak dapat
berpindah kearah lateral.

4. Batas Kelangsingan Batang Tekan.


Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan, angka perbandingan
kelangsingan,
 = Lk / r < 200.
Dimana,
Lk = panjang tekuk = k . L ; r = jari-jari inertia.

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

k k

(a) portal tidak bergoyang. (b) portal bergoyang.

Gambar 8 : Nomogram faktor panjang tekuk kolom portal.

Contoh 1 :
Hitunglah nilai k untuk masing-masing kolom
pada struktur portal seperti gambar 9.

Gambar 9

Penyelesaian :

a). Kekakuan tiap elemen balok dan kolom, dihitung dalam tabel berikut,
Tabel 2 : Kekakuan elemen balok dan kolom.
Ix L Ix / L
Elemen Fungsi Profil 4 3
cm cm cm
AB Kolom WF 200.200.8.12 4720 350 13.486
BC Kolom WF 200.200.8.12 4720 300 15.733
DE Kolom WF 250.125.6.9 4050 350 11.571
EF Kolom WF 250.125.6.9 4050 300 13.500
GH Kolom WF 200.200.8.12 4720 350 13.486
HI Kolom WF 200.200.8.12 4720 300 15.733
BE Balok WF 450.200.9.14 33500 600 55.833
CF Balok WF 400.200.8.13 23700 600 39.500
EH Balok WF 450.300.11.18 56100 900 62.333
FI Balok WF 400.300.10.16 38700 900 43.000

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

b). Faktor G tiap titik buhul (Joint)

Tabel 3 : Perhitungan faktor G tiap titik buhul (Joint).


Joint G Ket.

A - 10 Sendi
B (Kolom AB + Kolom BC) / (Balok BE) (13.486 + 15.733) / 55.833 0.523
C (Kolom BC) / (Balok CF) (15.733) / 39.500 0.398
D 10 Sendi
E (Kolom DE + Kolom EF) / (Balok BE + Balok EH) (11.571 + 13.500) / (55.833 + 62.333) 0.212
F (13.500) / (39.500 + 43.000) 0.164
G 10 Sendi
H (Kolom GH + Kolom HI) / (balok EH) (13.486 + 15.733) / 62.333 0.469
I (Kolom HI) / (Balok FI) (15.733) / 43.000 0.366

b). Faktor panjang tekuk (panjang efektif) k masing-masing kolom,

Tabel 4 : Faktor panjang tekuk, k.


Kolom GA GB k

AB 10 0.523 1.80
BC 0.523 0.398 1.15
DE 10 0.212 1.72
EF 0.212 0.164 1.07
GH 10 0.469 1.79
HI 0.469 0.366 1.18

Contoh memakai nomogram untuk portal bergoyang, kolom AB,

Gambar 10.

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

5. Pengaruh Tegangan Sisa (Residual Stress).


Tegangan sisa (Residual Stress), adalah tegangan yang tertinggal dalam suatu
komponen struktur baja, pada proses pembuatannya maupun dalam pemakaiannya. Yang
dapat diakibatkan oleh antara lain,
a. Proses pendinginan yang tidak merata setelah profil struktural dibentuk dengan
penggilingan panas.
b. Lenturan atau lendutan dingin selama fabrikasi.
c. Proses pelobangan dan pemotongan selama fabrikasi.
d. Proses pengelasan.

Pada penampang profil sayap lebar (wide flange) atau profil H yang digiling panas,
sayap yang merupakan bagian yang lebih tebal mendingin lebih lambat daripada daerah
badan (web). Ujung sayap yang lebih terbuka terhadap udara lebih cepat dingin daripada
daerah pertemuan sayap dan badan, ini berakibat ujung-ujung sayap dan tengah-tengah badan
mengalami tegangan residu tekan. Sedangkan pada daerah pertemuan sayap dan badan
mengalami tegangan residu tarik. Distribusi tegangan residu dapat dilihat pada gambar 11
berikut.

Gambar 11 : Pola tegangan residu yang umum pada profil giling.

Gambar 12 : Pengaruh tegangan residu pada kurva tegangan-regangan rata-rata.


Sumber : Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit AIRLANGGA,
Jakarta, 1990.

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Gambar 13 : Kurva kekuatan yang menunjukkan pengaruh tegangan residu (E = 29.000 ksi).
Sumber : Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.

SNI 03-1729-2002, pada tabel 7.5.1, menetapkan pengaruh tegangan residu pada pelat
sayap 70 Mpa untuk penampang yang dirol/digiling panas, dan 115 MPa untuk penampang
yang dilas. Misal pada sayap profil dengan mutu baja BJ-34, dengan tegangan leleh fy = 210
MPa, harus dikurangi sebesar 70 MPa menjadi fy = 210 MPa – 70 MPa = 140 MPa.

6. Tahanan Tekan Nominal (SNI 03-1729-2002).


Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan sentris akibat beban terfaktor
Nu menurut SNI 03-1729-2002, pasal 9.1, harus memenuhi :

Nu < n . Nn ...(13)
Dimana,
n = adalah faktor reduksi kekuatan (lihat SNI, Tabel 6.4-2),
= 0,85.
Nu = beban terfaktor.
Nn = kekuatan tekan nominal.

a. Gaya tekuk elastis.


SNI pasal 7.6.1, gaya tekuk elastis komponen struktur ( N cr ) ditetapkan sebagai
berikut:
Ag . fy
N cr  2 ...(14)
c
dengan parameter kelangsingan kolom, c , ditetapkan sebagai berikut:

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

1 Lk fy
c  ...(15)
 r E
dengan Lk  k . L dan fy adalah tegangan leleh material. Dalam hal ini k adalah faktor
panjang tekuk, dan L adalah panjang teoritis kolom.

b. Daya dukung nominal komponen struktur tekan


Daya dukung nominal komponen struktur tekan dihitung sebagai berikut:
fy
Nn  Ag . f cr  Ag . ...(16)

fy
f cr  ...(17)

untuk c  0,25 maka   1 ...(18.a)
1,43
untuk 0,25   c  1,2 maka   ...(18.b)
1,6  0,67 c
untuk c  1,2 maka   1,252c ...(18.c)

Keterangan:
Ag = luas penampang bruto, mm2
fcr = tegangan kritis penampang, MPa
fy = tegangan leleh material, MPa
 = koefisien tekuk.

Contoh 2 :

Lalukanlah evaluasi terhadap komponen struktur tekan berikut dengan memakai profil
WF 300.200.9.14. Kondisi perletakan jepit – sendi. Beban aksial terfaktor Nu = 120 ton =
1200 kN. Mutu baja BJ-37 (fy = 240 MPa, fu = 370 MPa). Panjang batang L = 4500 mm.

DATA-DATA :

WF 300.200.9.14
Sendi
d = 298 mm
b = 201 mm
tf = 14 mm
tw = 9 mm
L = 4500 mm
L
r = 18 mm
Ag = 8336 mm2
rx = 126 mm
ry = 47,7 mm
h = d - 2.(tf + r)
= 298 – 2 . (14 + 18)
Jepit
h = 234 mm
Gambar 14.

10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

EVALUASI
a. Kelansingan batang.
Faktor panjang tekuk, k = 0,80 (jepit-sendi, tabel 1)
- Tekuk ke arah sumbu – X,
Lkx = k . L = 0,8 . (4500) = 3600 mm.
L 3600
 x  kx   28,57 < 200 (memenuhi).
rx 126

- Tekuk ke arah sumbu – Y,


Lky = k . L = 0,8 . (4500) = 3600 mm.
Lky 3600
y    75,47 < 200 (memenuhi).
ry 47,7

b. Kekuatan nominal terfaktor batang tekan.


- Ke arah sumbu – X,
1 Lkx fy
cx 
 rx E
1 240
cx  . (28,57) .  0,3152 (untuk  = 3,14)
 200000
1,43
Untuk 0,25  cx  1,2 maka  x 
1,6  0,67cx
1,43
x   1,0297
1,6  0,67 . (0,3152)

Kekuatan nominal batang tekan,


fy 240 MPa
N n  Ag . f cr  Ag .  (8336 mm) .  1942935 N
x 1,0297
Nn = 1942,9 kN .
Kekuatan nominal terfaktor,
Nu = n . Nn = 0,85 . (1942,9) kN = 1651,5 kN > 1200 kN.
(memenuhi).

- Ke arah sumbu – Y,
1 Lky fy
cy 
 ry E
1 240
cy  . (75,47) .  0,8326 (untuk  = 3,14)
 200000
1,43
Untuk 0,25  cy  1,2 maka  y 
1,6  0,67cy
1,43
y   1,3722
1,6  0,67 . (0,8326)

11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Kekuatan nominal batang tekan,


fy 240 MPa
N n  Ag . f cr  Ag .  (8336 mm) .  1457980 N
y 1,3722
Nn = 1458,0 kN .

Kekuatan nominal terfaktor,


Nu = n . Nn = 0,85 . (1458,0) kN = 1239,3 kN > 1200 kN.
(memenuhi).

12
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 4
Sesi 2
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran : LATIHAN 1 / Workshop.


1. Menghitung angka kekakuan batang.
2. Membaca nomogram faktor panjang tekuk.
3. Menghitung panjang tekuk.
4. Menghitung angka kelangsingan sayap dan badan.
5. Menghitung angka kelangsingan batang.
6. Menghitung kekuatan nominal terfaktor batang tekan.

Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat menghitung angka kekakuan batang, membaca nomogram faktor panjang
tekuk, menghitung panjang tekuk, menghitung angka kelangsingan sayap dan badan,
menghitung angka kelangsingan batang tekan dan menghitung kekuatan nominal terfaktor
batang tekan.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI
03-1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
c) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
d) Rudy Gunawan, Ir.,”Tabel Profil KONSTRUKSI BAJA”, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta,1988.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BATANG TEKAN
(COMPRESSSION MEMBER)

PELATIHAN / WORKSHOP 1

Gambar 16 : Bangunan Portal Baja.

Diketahui : Struktur portal seperti tergambar. Ukuran profil kolom E – F dan tinggi
tingkat H lihat data soal. Mutu baja BJ-34. Data lain lihat tabel terlampir.
Diminta : Lakukan evaluasi terhadap kolom E – F tersebut.
Penyelesaian :
a). Data-data,
- Balok C – F, WF 400.200.8.13, Ix = 23700 cm4.
- Balok F – I, WF 400.300.10.16, Ix = 38700 cm4.
- Balok B – E, WF 450.200.9.14, Ix = 33500 cm4.
- Balok E – H, WF 450.300.11.18, Ix = 56100 cm4.
- Kolom D – E, WF 300.300.11.17, Ix = 23400 cm4.
- Kolom E – F, WF 250.125.6.9, Ix = 4050 cm4, Iy = 294 cm4. (yang lain lihat soal)

b). Kekakuan elemen portal.


- Balok C – F, Ix/ L = 23700 / 600 = 39,500 cm3.
- Balok F – I, Ix / L = 38700 / 900 = 43,000 cm3.
- Balok B – E, Ix / L = 33500 / 600 = 55,833 cm3.
- Balok E – H, Ix / L = 56100 / 900 = 62,333 cm3.
- Kolom D – E, Ix / L = 23400 / 350 = 66,857 cm3.
- Kolom E – F, Ix / L = 4050 / 300 = 13,500 cm4. (yang lain lihat soal)

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

c).Faktor panjang tekuk.


Kolom E  F 13,500
GF    0,16
Balok C  F  Balok F  I 39,500  43,000
Kolom E  F  Kolom E  D 13,500  66,857
GE    0,68
Balok B  E  Balok E  H 55,833  62,333

Dari nomogram diperoleh faktor panjang tekuk, k = 1,12

DATA-DATA :
WF 250.125.6.9
d = 250 mm
b = 125 mm
tf = 9 mm
tw = 6 mm
L = 3000 mm
r = 12 mm
Ag = 3766 mm2
rx = 104 mm
ry = 27,9 mm
h = d - 2.(tf + r)
= 250 – 2 . (9 + 12)
h = 208 mm Gambar 17.

EVALUASI
a. Kelangsingan batang.
Faktor panjang tekuk, k = 1,12
- Tekuk ke arah sumbu – X,
Lkx = k . L = 1,12 . (3000) = 3360 mm.
L 3360
 x  kx   32,31 < 200 (memenuhi).
rx 104
- Tekuk ke arah sumbu – Y,
Lky = k . L = 1,12 . (3000) = 3360 mm.
Lky 3360
y    120,43 < 200 (memenuhi).
ry 27,9

b. Kekuatan nominal terfaktor batang tekan.


- Ke arah sumbu – X,
1 Lkx fy
cx 
 rx E
1 210
cx  . (32,31) .  0,3334 (untuk  = 3,14)
 200000
1,43
Untuk 0,25  cx  1,2 maka  x 
1,6  0,67cx
1,43
x   1,0388
1,6  0,67 . (0,3334)

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Kekuatan nominal batang tekan,


fy 210 MPa
N n  Ag . f cr  Ag .  (3766 mm) .  761320,8 N
x 1,0388
Nn = 761,3 kN .

Kekuatan nominal terfaktor,


Nu = n . Nn = 0,85 . (761,3) kN = 647,1 kN.

- Ke arah sumbu – Y,
1 Lky fy
cy 
 ry E
1 210
cy  . (120,43) .  1,2428 (untuk  = 3,14)
 200000
Untuk c  1,2 maka   1,252c
 y  1,25 . (1,2428) 2  1,9307

Kekuatan nominal batang tekan,


fy 210 MPa
N n  Ag . f cr  Ag .  (3766 mm) .  409627,8 N
y 1,9307
Nn = 409,6 kN .

Kekuatan nominal terfaktor,


Nu = n . Nn = 0,85 . (409,6) kN = 348,2 kN.

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BJ-34 fy = 210 Mpa


No. KOLOM Ix H Ix / L Lk d b tw tf r Ag Iy
4 3 GF GE k
Stb. E-F cm cm cm mm mm mm mm mm mm cm2 cm4
WF 250.125.6.9 4050 300 13.500 0.16 0.68 1.12 3360 250 125 6 9 12 37.66 294
0 WF 250.175.7.11 6120 310 19.742 0.24 0.73 1.15 3565 244 175 7 11 16 56.24 984
1 WF 250.250.11.11 8790 320 27.469 0.33 0.80 1.17 3744 244 252 11 11 16 82.06 2940
2 WF 250.250.8.13 9930 330 30.091 0.36 0.82 1.18 3894 248 249 8 13 16 84.70 3350
3 WF 250.250.9.14 10800 340 31.765 0.39 0.83 1.18 4012 250 250 9 14 16 92.18 3650
4 WF 250.250.14.14 11500 350 32.857 0.40 0.84 1.19 4165 250 250 14 14 16 104.70 3880
5 WF 300.150.6,5.9 7210 360 20.028 0.24 0.74 1.15 4140 300 150 6.5 9 13 46.78 508
6 WF 300.200.8.12 11300 370 30.541 0.37 0.82 1.17 4329 294 200 8 12 18 72.38 1600
7 WF 300.300.12.12 16900 380 44.474 0.54 0.94 1.21 4598 294 302 12 12 18 107.7 5520
8 WF 300.300.9.14 18800 390 48.205 0.58 0.97 1.22 4758 298 299 9 14 18 110.8 6240
9 WF 300.300.10.15 20400 400 51.000 0.62 1.00 1.25 5000 300 300 10 15 18 119.8 6750

rx = ry = x y cx
ix iy h
x cy y
Nu Nu
cm cm mm kN kN
10.4 2.79 208 32.31 120.43 0.3334 1.0388 647.1 1.2428 1.9307 348.2
10.4 4.18 190 34.28 85.29 0.3537 1.0492 956.8 0.8801 1.4154 709.3
10.3 5.98 190 36.35 62.61 0.3751 1.0603 1381.5 0.6461 1.2252 1195.5
10.8 6.29 190 36.06 61.91 0.3721 1.0587 1428.1 0.6389 1.2202 1239.1
10.8 6.29 190 37.15 63.78 0.3834 1.0647 1545.5 0.6582 1.2338 1333.6
10.5 6.09 190 39.67 68.39 0.4093 1.0786 1732.6 0.7058 1.2687 1473.1
12.4 3.29 256 33.39 125.84 0.3445 1.0444 799.5 1.2986 2.1079 396.1
12.5 4.71 234 34.63 91.91 0.3574 1.0510 1229.2 0.9485 1.4826 871.4
12.5 7.16 234 36.78 64.22 0.3796 1.0627 1809.1 0.6627 1.2370 1554.1
13.0 7.51 234 36.60 63.36 0.3777 1.0617 1862.9 0.6538 1.2307 1607.0
13.1 7.51 234 38.17 66.58 0.3939 1.0703 1998.0 0.6871 1.2547 1704.3

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

6
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 4
Sesi 3
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
7. Tekuk Lokal.
a) Menurut SNI 03-1729-2002.
b) Menurut AISC 2005.
c) Menurut AISC 2010.
8. Profil Tersusun Batang Tekan.
a) Sumbu Profil.
b) Kelangsingan Batang Profil Tersusun.
c) Pelat Koppel.
d) Koefisien Tekuk.
e) Kuat Tekan Nominal.
f) Kestabilan Profil Tersusun.

Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tekuk lokal berdasarkan standar-standar SNI
03-1729-2002, AISC 2005, AISC 2010, profil tersusun batang batang tekan.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI
03-1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
c) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
d) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
e) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BATANG TEKAN
(COMPRESSSION MEMBER)

7. Tekuk Lokal.

Pada penampang komponen struktur tekan, yang mempunyai ketebalan sangat tipis
dibandingkan lebarnya, yaitu pada badan atau sayap, maka besar kemungkinan akan terjadi
tekuk lokal. Yaitu tekuk yang terjadi pada sebagian tempat pada penampang tersebut. Ini
berakibat komponen struktur tersebut tidak mampu memikul beban secara penuh. Artinya
struktur akan runtuh sebelum mencapai kapasitasnya.

Klasifikasi penampang untuk tekuk lokal, dapat dilihat dari beberapa standar sebagai
rujukan seperti tertera berikut ini :

a. SNI 03-1729-2002.

Penampang diklasifikasikan sebagai penampang kompak (compact = padu), tak


kompak (noncompact) atau penampang langsing. Untuk penampang kompak, bagian sayap
(flanges) harus menyatu dengan badan (web) secara menerus atau bagian badan mempunyai
angka perbandingan antara lebar dan tebalnya (Op) pada elemen tertekan tidak melampaui
seperti yang terdapat pada Tabel 7.5-1. Apabila angka perbandingan antara lebar dan tebal
dari salah satu atau lebih elemen yang tertekan melampaui Op, tetapi tidak lebih besar dari Or,
dikatakan penampang tak kompak (noncompact). Jika angka perbandingan antara lebar dan
tebal pada setiap elemen melampaui Or maka disebut elemen penampang langsing. seperti
berikut,

Jika b/t, d/t, h/tw d Op penampang kompak (compact)


Jika Op < b/t, d/t, h/tw d Or penampang tak kompak (noncompact)
Jika b/t, d/t, h/tw > Or elemen penampang langsing (slender – element
sections).

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Plastic Strength
Vp Inelastic

Vr
Elastic Strength

0
Compact Op Non-Compact Or Slender

Gambar 15 : Batas kelangsingan elemen penampang profil tertekan.

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

b. A I S C - 2005.

Penampang diklasifikasikan sebagai penampang kompak (compact = padu), tak


kompak (noncompact) atau penampang langsing. Untuk penampang kompak, bagian sayap
(flanges) harus menyatu dengan badan (web) secara menerus atau bagian badan mempunyai
angka perbandingan antara lebar dan tebalnya (Op) pada elemen tertekan tidak melampaui
seperti yang terdapat pada Tabel B4.1. Apabila angka perbandingan antara lebar dan tebal
dari salah satu atau lebih elemen yang tertekan melampaui Op, tetapi tidak lebih besar dari Or,
dikatakan penampang tak kompak (noncompact). Jika angka perbandingan antara lebar dan
tebal pada setiap elemen melampaui Or maka disebut elemen penampang langsing, seperti
berikut,

Jika b/t, d/t, h/tw d Op penampang kompak (compact)


Jika Op < b/t, d/t, h/tw d Or penampang tak kompak (noncompact)
Jika b/t, d/t, h/tw > Or elemen penampang langsing (slender – element
sections).

Nilai modulus elastisitas E = 29.000 ksi, atau E = 200.000 Mpa, dan Fy adalah tegangan
leleh, selanjutnya tabel tersebut dapat dilihat pada halaman berikut.

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

AISC 2005

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

AISC 2005

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

AISC 2005

c. A I S C - 2010.

Dalam AISC – 2010, penampang batang yang memikul gaya sentris tekan
diklasifikasikan menjadi elemen penampang langsing (slender) dan tidak langsing
(nonslender). Elemen penampang tidak langsing apabila angka perbandingan antara lebar
dengan tebal elemen tertekan (b/t) tidak melampaui seperti yang terdapat dalam Tabel B4.1a.
Elemen penampang langsing apabila angka perbandingan antara lebar dengan tebal telah
melampaui nilai seperti terdapat dalam tabel tersebut, seperti berikut,

Jika b/t, D/t, h/tw d Or elemen penampang tak langsing (nonslender)


Jika b/t, d/t, h/tw > Or penampang langsing (slender)

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

AISC 2010

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

8. Profil Tersusun batang Tekan.


Profil tersusun adalah susunan beberapa profil menjadi satu profil atau batang
tunggal, yang diikat dengan pelat-pelat yang disebut Pelat Koppel, dimana kekuatannya
dihitung terhadap Sumbu Bahan dan Sumbu Bebas Bahan.

a). Sumbu profil.


Pada batang tekan terdapat sumbu-sumbu penting yang harus diperhatikan, yaitu :
- Sumbu Utama.
- Sumbu Bahan.
- Sumbu Bebas Bahan.

Sumbu utama, adalah sumbu dimana terdapat nilai inertia ekstrim maksimum dan
minimum, seperti terlihat pada gambar 16.(a) berikut, dimana sumbu X dan sumbu Y adalah
sumbu utama, sumbu X dan Y pada profil ini adalah juga merupakan sumbu bahan.

Gambar 16 : Letak sumbu-sumbu profil.

Pada gambar 16.(b), yaitu profil siku tunggal, sumbu bahannya adalah sumbu X dan
sumbu Y. Yang menjadi sumbu utama adalah sumbu [ tempat momen inertia ekstrim
maksimum, dan sumbu K tempat momen inertia ekstrim minimum.

Besar momen inertia I[ dan IK dapat dilihat pada tabel profil, atau dapat dihitung
sebagai berikut,
2
Ix  Iy § Ix  Iy ·
Iȟ I PDNV  ¨ ¸  Sxy
2
...(19.a)
2 © 2 ¹
2
Ix  Iy § Ix  Iy ·
IK I min  ¨ ¸  Sxy
2
...(19.b)
2 © 2 ¹
Dimana,
Ix = momen inertia terhadap sumbu X.
Iy = momen inertia terhadap sumbu Y.
Sxy = momen sentrifugal terhadap sumbu X dan Y.

Pada Gambar 16.(c), sumbu X adalah sumbu bahan dan sumbu Y adalah sumbu bebas bahan.

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

b). Kelangsingan batang profil tersusun.

Pelat koppel

(a) (b)

Pelat koppel Pelat koppel

Gambar 17 : Profil tersusun.


a
- Terhadap sumbu X-X (sumbu bahan),
k . Lx
Ox ...(20)
rx Pelat koppel
Dimana,
k = faktor panjang tekuk. h
Lx = panjang komponen struktur tekan arah X.
rx = jari-jari inertia terhadap sumbu X.
Ix total
rx ...(21) L1
Ag total

Pelat koppel
- Terhadap sumbu Y-Y (sumbu bebas bahan),
h
2 m 2
Oiy Oy  O1 ...(22)
2
Dimana,
k . Ly
Oy ...(23) t
ry
x
L1
O1 ...(24)
rmin
m = jumlah batang tunggal yang membentuk Gambar 18
profil tersusun.
Ly = panjang komponen struktur tekan arah Y.
ry = jari-jari inertia terhadap sumbu Y.
L1 = jarak antara dua pelat koppel.
rmin = rȘ = jari-jari inertia minimum batang tunggal (lihat gbr.16.b). (revisi)

10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Gambar 19 : Profil tersusun dengan nilai m.


Sumber : SNI 03-1729-2002

c). Pelat Koppel.

SNI 03-1729-2002 pasal 9.3 menyatakan bahwa persamaan (22) diatas terpenuhi
apabila :
c1). Pelat-pelat kopel membagi komponen struktur tersusun menjadi beberapa bagian yang
sama panjang atau dapat dianggap sama panjang.
c2). Banyaknya pembagian komponen struktur minimum adalah 3 (tiga) medan pelat koppel.
c3). Hubungan antara pelat kopel dengan elemen komponen struktur tekan harus kaku.
c4). Pelat kopel harus cukup kaku, sehingga memenuhi persamaan,

Ip I
t 10 . 1 ...(25)
a L1
Dimana,
Ip = momen inertia pelat koppel
= 1/12 t h3.
Apabila pelat koppel terdapat pada muka dan belakang (gbr 19.a,b,c,e,f), (revisi)
Ip = (2) . 1/12 t h3.
I1 = momen inertia minimum batang tunggal (IK), lihat gambar 16.b. (revisi)
a = jarak antara dua pusat berat profil, lihat gambar 18 dan 19.

Pelat-pelat kopel harus dihitung dengan menganggap bahwa pada seluruh panjang
komponen struktur tersusun itu bekerja gaya lintang sebesar,

11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Du = 0,02 Nu ...(26)

dengan Nu adalah kuat tekan perlu (beban kerja) komponen struktur tersusun akibat beban-
beban terfaktor. Anggapan ini hanya berlaku untuk batang tekan dengan gaya sentris.

d). Koefisien Tekuk.

Koefisien tekuk Ȧx dan Ȧiy selanjutnya ditentukan oleh harga-harga Ox dan Ȝiy :
- Terhadap sumbu X,
1 fy
Ocx (O x )
S E
- Terhadap sumbu Y,
1 fy
Ociy (Oiy )
S E

Dengan menggunakan parameter kelangsingan batang tekan pada persamaan (15)


sebelumnya dicari koefisien tekuk dengan persamaan 18.(a), (b), dan (c) (lihat Modul 4 Sesi
1) seperti berikut,

untuk Oc d 0,25 maka Z 1


1,43
untuk 0,25  O c  1,2 maka Z
1,6  0,67O c
untuk Oc t 1,2 maka Z 1,25O2c

e). Kuat Tekan Nominal.

Kuat tekan nominal dipilih yang terkecil dari kedua persamaan berikut,
- Terhadap sumbu X,
fy
Nn Ag . ...(27.a)
Zx
- Terhadap sumbu Y,
fy
Nn Ag . ...(27.b)
Ziy
f). Kestabilan Profil Tersusun.

Pasal 9.3.(6) SNI 03-1729-2002 menyatakan, untuk menjaga kestabilan elemen-


elemen penampang komponen struktur tersusun maka harga-harga Ox dan Oiy pada
persamaan (20) dan (22) harus memenuhi :

Ox t 1,2 O 1 ...(28.a)
Oiy t 1,2 O 1 ...(28.b)
O 1 d 50 ...(28.c)

12
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 4
Sesi 4
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran :
9. Tekuk Lentur Torsi.
a) Tekuk Lentur Torsi Profil Siku Ganda dan Profil T.
b) Tekuk Lentur Torsi Profil Dengan Dua Sumbu Simetri.
c) Bentuk Penampang yang mengalami Torsi dan Warping.
d) Konstanta Torsi dan Warping Untuk Beberapa Bentuk Penampang.
e) CONTOH SOAL : EVALUASI.
f) CONTOH SOAL : PERENCANAAN.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tekuk lentur torsi pada profil tersusun
siku ganda, profil T, profil dengan sumbu simetri, konstanta torsi dan konstanta
warping, evaluasi dan perencanaan batang tekan dengan profil tersusun siku ganda
dan pelat koppel.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
d) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BATANG TEKAN
(COMPRESSSION MEMBER)

9. Tekuk Lentur Torsi.

Apabila batang tekan yang memikul tekan aksial mulai tidak stabil pada seluruh
panjangnya, dan bukan tekuk lokal, maka batang akan tertekuk dengan tiga kemungkinan
seperti berikut :

- Tekuk lentur.
Tekuk lentur adalah dimana batang tekan melentur pada arah jari-jari inertia
minimum, ini berlaku untuk seluruh jenis penampang, lihat gambar (20). Kegagalan
struktur dengan tekuk lentur seperti ini telah dibahas pada modul sebelumnya.
- Tekuk Torsi.
Kegagalan seperti ini terjadi dengan berputarnya penampang sepanjang sumbu
longitudinal batang. Dapat terjadi pada penampang simetris melintang dengan
element penampang yang langsing (pelat tipis), gambar (21).
- Tekuk Lentur Torsi.
Tekuk yang terjadi diakibatkan batang disamping melentur juga berputar secara
bersamaan, yaitu kombinasi antara lentur dan torsi. Kegagalan seperti ini dapat terjadi
pada penampang dengan satu sumbu simetris dan penampang yang tidak simetris,
seperti profil kanal (C), T, profil siku ganda, batang tunggal profil siku sama kaki dan
profil siku tunggal tidak sama kaki.

Z Z
Y Y Y’
X’ Z‘
X X

X X
X’

Y Y
Y’
Y

X = sumbu kuat
Y = sumbu lemah X X
Ix > Iy

Y Y
Y

X X

X X

Y Y

Z Z

Gambar 20 : Tekuk lentur pada arah sumbu lemah.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Y’
Y Y

X X
X’ X’
X X

Y Y
Y Y’

X X

Y
Y Y

X X

X X

Y Y

Gambar 21 : Tekuk torsi.

Z Z
Y Y
X’ Y’
Z‘
X X

X X
X’
Y YY’

X X

Y Y
Y

X X

X X

Y Y
Z Z
Gambar 22 : Tekuk lentur - torsi.

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

a). Tekuk Lentur Torsi Profil Siku Ganda dan Profil T.

SNI 03-1729-2002 pasal 9.2 menetapkan bahwa kuat tekan rencana akibat tekuk
lentur-torsi, n . Nnlt dari komponen struktur tekan yang terdiri dari profil siku-ganda ( )
atau profil berbentuk T (), dengan elemen-elemen penampangnya mempunyai rasio lebar-
tebal, λr lebih kecil daripada yang ditentukan dalam Tabel 7.5-1, harus memenuhi,

Nu ≤ n . Nnlt ...(29)
Dimana,
n = adalah faktor reduksi kekuatan = 0,85 (lihat SNI Tabel 6.4-2).

Kekuatan nominal lentur torsi,

Nnlt = Ag . fclt ...(30)

Tegangan kritis tekuk lentur torsi.


 fcry  fcrz   4 fcry . fcrz . H 
fclt    1  1   ...(31)
 2H   ( fcry  fcrz) 2 
Dimana,
G. J
fcrz  2
...(31.a)
Ag . ro
G = modulus geser,
E 200.000 MPa
G  = 76923 Mpa.
2 . (1  v) 2 . (1  0,3)
Ag = luas total penampang.
E = 200.000 Mpa (baja).
v = angka poison = 0,30.
J = konstanta torsi/puntir, besarnya
1
J   b .t 3 ...(31.b)
3
ro = adalah jari-jari girasi polar terhadap pusat geser.
2 Ix  Iy 2 2
ro   xo  y o ...(31.c)
A
x 2  y 2
H 1  o 2 o  ...(31.d)
 r 
 o 
xo , y o = koordinat pusat geser terhadap titik berat, xo = 0 untuk siku ganda dan
profil T (sumbu y - sumbu simetris).
fcry = dihitung sesuai dengan persamaan berikut, untuk tekuk lentur terhadap
sumbu lemah y-y, dan dengan menggunakan harga λc ,yang dihitung
dihitung dengan persamaan (15),
fy
fcr 
iy
1 Lky fy
c  . .
 ry E

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

b). Tekuk Lentur Torsi Profil Dengan Dua Sumbu Simetri.

Tegangan kritis tekuk lentur torsi untuk profil dengan dua sumbu simetri seperti profil
WF, diberikan oleh persamaan berikut,
G . J  2 . E . Cw
fclt   ...(32)
Ip Lk 2 . Ip
Dimana,
Lk = panjang tekuk = k . L
Ip = momen inertia polar = Ix + Iy.
Cw = konstanta torsi warping, besarnya,
b3 . t 3
Cw  ...(33)
9
J = konstanta torsi/puntir, besarnya,
1
J   b .t 3 ...(34)
3

Batas jari-jari ineria yang menyebabkan terjadinya tekuk torsi,


2 Cw  0,04 . J . ( Lk) 2
r1  ...(35)
Ip
Jika r1  rx atau ry (ix atau iy) maka keruntuhan profil akan ditentukan oleh tekuk lentur
torsi.

c). Bentuk Penampang yang mengalami Torsi dan Warping.

Gambar 23.(a) : Bentuk batang tekan yang Gambar 23.(b) : Bentuk batang tekan yang
mengalami torsi. mengalami warping.

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

d). Konstanta Torsi dan Warping Untuk Beberapa Bentuk Penampang.


(Canadian Institute of Steel Construction, 2002).

d1. T - Sections.

Gambar 24.

...(36a.)

...(36b.)

...(36c.)

The warping constant of T-sections is small and often neglected.

The shear centre is located at the intersection of the flange and stem plate axes.

Example calculation: WT180x67


d = 178 mm, b = 369 mm, t = 18.0 mm, w = 11.2 mm
d’ = 169 mm
J = 796 x 103 mm4.
Cw = 2.22 x 109 mm6.

d2. Doubly-Symmetric Wide-Flange Shapes (W-Shapes and I-Beams)

d’

(a) (b)

Gambar 25.

...(37a.)

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

...(37b.)

d‘ = d − t ...(37c.)
Example calculation: W610x125
d = 612 mm, b = 229 mm, t = 19.6 mm, w = 11.9 mm
d‘ = 592 mm
J = 1480 x 103 mm4.
Cw = 3440 x 109 mm6.

d3. Channels

Gambar 26.

...(38a.)

...(38b.)

...(38c)

d’ = d − t , b’ = b − w/2 ...(38d)
Shear centre location:
...(38e.)

Example calculation: C310x31


d = 305 mm, b = 74 mm, t = 12.7 mm, w = 7.2 mm
(Actual flange slope = 1/6; zero slope assumed here for simplicity)
d‘ = 292 mm, b‘ = 70.4 mm
J = 132 x 103 mm4
α = 0.359, Cw = 29.0 x 109 mm6.
x = 17.5 mm (formula not shown)
xo = 39.2 mm.

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

d4. Angles.

yo

Gambar 27.
.
xo

...(39a.)

...(39b.)

...(39c.)

xo = y – t/2 ; yo = y – t/2 ...(39d.)

The warping constant of angles is small and often neglected. For double angles, the values of
J and Cw can be taken equal to twice the value for single angles.
The shear centre (xo, yo) is located at the intersection of the angle leg axes.

Example calculation: L203x102x13


d = 203 mm, b = 102 mm, t = 12.7 mm
d’ = 197 mm, b’ = 95.7 mm
J = 200 x 103 mm4.
Cw = 0.485 x 109 mm6.

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

CONTOH SOAL : EVALUASI


Lakukanlah evaluasi terhadap batang tekan dari profil siku ganda 45.45.5 dengan
panjang batang L = 2,50 meter, ujung-ujungnya diikat dengan perletakan sendi-sendi,
memakai pelat koppel dengan ukutan tebal tp = 5 mm, tinggi h = 60 mm. Tebal pelat buhul
(jarak antara kedua sayap)  = 7 mm. Mutu baja BJ-34.

Data-data :
Ix = Iy = 78300 mm4.
ix = iy = rx = ry = 13,5 mm.
I = 32500 mm4.
i = 8,7 mm.
A = 430 mm2.
Ag = 2 . 430 mm2 = 860 mm2.
e = 12,8 mm.

a = 2 e +  = 2 . 12,8 + 7 = 32,6 mm.


yo = e – t/2 = 12,8 – 5/2 = 10,3 mm.
xo = 0
fy = 210 Mpa. Gambar 28.
k = 1 (sendi-sendi)
Lk = k . L = 1 . 2500 mm = 2500 mm.

Evaluasi :
a). Pemeriksaan tekuk lokal.
- Sayap (flens),
b 45
 9
t 5
200 200
 = 13,8
fy 210
b 200
 (penampang kompak).
t fy

b). Pemeriksaan Terhadap Kekuatan Nominal Terfaktor.


- Terhadap sumbu X-X (sumbu bahan).
Lkx 2500
x    185,2 < 200 (memenuhi).
rx 13,5

1 fy 1 210
cx  ( x )  . (185,2) . = 1,91
 E 3,14 200000
Syarat,
untuk c  0,25 maka   1
1,43
untuk 0,25   c  1,2 maka  
1,6  0,67 c
untuk c  1,2 maka   1,252c
Maka,

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

 x  1,252c = 1,25 . (1,91)2 = 4,56


fy 210 MPa
Nn  Ag . f cr  Ag .  (860 mm 2 ) . = 39605 N
x 4,56

Maka, kekuatan nominal terfaktor pada arah sumbu X-X,

Nu < n . Nn = (0,85) . 39605 N = 33664 N = 33,7 kN = 3,37 ton.

- Terhadap sumbu Y-Y (sumbu bebas bahan).

Iytotal = 2 . {Iy + A . (½a)2} = 2 . {78300 + 430 . (0,5 . 32,6)2}


= 385093,4 mm4.

Iy 385093,4
total
ry   = 21,16 mm
Ag 860

Lky 2500
y   = 118,1 < 200 (memenuhi).
ry 21,16

2 m 2
iy   y  
2 1
dimana,
Lky/n
m=2; λ   50 ; L1 = Lky/n ; Lk = 2500 mm ;
1 r
min
rmin = i = 8,7 mm

Tabel mencari jumlah medan dengan “Trial & Error”


n L1 (mm) λ  50
1
3 833,3 95.8 > 50
5 500,0 57.5 > 50
7 357,1 41.1 < 50

2
λ  (118,1) 2  (41,1) 2 = 125,0 < 200 (memenuhi).
iy 2
1 fy 1 210
ciy  (iy)  . (125,0) . = 1,29 > 1,2
 E 3,14 200000
Maka,
 iy  1,252c = 1,25 . (1,29)2 = 2,08

fy 210 MPa
Nn  Ag . f cr  Ag .  (860 mm 2 ) . = 86826,9 N
iy 2,08

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Maka, kekuatan nominal terfaktor pada arah sumbu Y-Y,

Nu < n . Nn = (0,85) . 86826,9 N = 73802,9 N = 73,8 kN = 7,38 ton.

- Terhadap lentur torsi.


Tegangan kritis tekuk lentur torsi.
 fcry  fcrz   4 fcry . fcrz . H 
fclt    1  1  
 2H   ( fcry  fcrz) 2 
Dimana,

E 200.000 MPa
G  = 76923 Mpa.
2 . (1  v) 2 . (1  0,3)

d’ = d – t/2 = 45 – 5/2 = 42,5 mm


b’ = b – t/2 = 45 – 5/2 = 42,5 mm

(d'  b' ) . t 3 (42,5  42,5) . (5) 3


J  (2) .  (2) . = 7083,33 mm4.
3 3

2 Ix  Iy 2 2 2 . (78300)
ro   xo  y o   0 2  (10,3) 2 = 288,18 mm2.
Ag 860

x 2  y 2   2 2 
H 1  o 2 o   1   0  (10,3)  = 0.631862
 ro   288,18 
   

G. J (76923) . (7083,33)
fcrz  2
 = 2198,5 Mpa.
Ag . ro (860) . (288,18)

fy 210
fcry   = 100,96 Mpa.
iy 2,08
Maka,
 (100,96)  2198,5)   4 . (100,96) . (2198,5) . (0,631862) 
fclt    1  1  
 2 . (0,631862)   (100,96  2198,5) 2 
fclt = 99,23 MPa

Nnlt = Ag . fclt = (860 mm) . (99,23 Mpa) = 85337,8 N

Maka, kekuatan nominal terfaktor lentur torsi,

Nu < n . Nnlt = (0,85) . 85337,8 N = 72537 N = 72,5 kN = 7,2 ton.

KESIMPULAN : Yang menentukan adalah tinjauan terhadap tekuk ke arah sumbu X-X.
dengan kekuatan nominal terfaktor Nu < 33,7 kN atau Nu < 3,37 ton.

10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

c). Pemeriksaan Terhadap Kestabilan Profil Tersusun.


Pasal 9.3.(6) SNI 03-1729-2002 menyatakan, untuk menjaga kestabilan elemen-
elemen penampang komponen struktur tersusun maka harga-harga x dan iy harus
memenuhi :
x  1,2  1
185,2 > 1,2 . (41,1)
185,2 > 49,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu X-X)

iy  1,2  1
125,0 > 49,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu Y-Y)

 1 = 41,1  50 (memenuhi)

d). Pemeriksaan Terhadap Ukuran Pelat Koppel.


SNI 03-1729-2002 pasal 9.3 menyatakan bahwa kelangsingan terhadap sumbu bebas
bahan iy hanya berlaku apabila,
Ip I
 10 . 1
a L1
Dimana,
Ip = 1/12 t . h3, dengan tebal koppel, t = 5 mm, tinggi h = 60 mm.
Ip = 1/12 . (5) . (60)3 = 90000 mm4.
I1 = Imin = I = 32500 mm4 (momen inertia minimum batang tunggal).
L1 = 357,1 mm.
a = 32,6 mm
Maka,
90000 32500
 10 .
32,6 357,1
2760,7 > 910,1

Pelat koppel ukuran  60 x 5 mm telah memenuhi syarat.

11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

CONTOH SOAL : PERENCANAAN


Suatu batang tekan dari rangka atap menggunakan profil siku ganda dengan panjang
batang L = 3,0 meter, dimana ujung-ujungnya dianggap sendi-sendi, memikul beban terfaktor
terdiri dari beban mati D = 30 kN, beban hidup atap La = 15 kN, dan beban angin W = 10
kN. Profil siku ganda memakai pelat koppel dengan tebal tp = 5 mm. Tebal pelat buhul (jarak
antara kedua sayap)  = 10 mm. Mutu baja BJ-34. Rencanakanlah dimensi profil, dan
lakukan pemeriksaan terhadap kinerja batang tekan tersebut.

PERENCANAAN :
a). Kombinasi Pembebanan (SNI 03-1729-2002, fs 6.2.2) .
a1). 1,4 D = 1,4 . (30 kN) = 42 kN.
a2). 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) = 1,2 . (30 kN) + 0,5 . (15 kN) = 43,5 kN.
a3). 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W) = 1,2 . (30 kN) + 1,6 . (15 kN) +
0,8 . (10 kN) = 68 kN.

a4). 1,2 D + 1,3 W + L L + 0,5 (La atau H) = 1,2 . (30 kN) + 1,3 . (10 kN) +
0,5 . (15 kN) = 56,5 kN.
a5). 1,2 D ± 1,0 E + L L.
a6). 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E) = 0,9 . (30 kN) + 1,3 . (10 kN) = 40 kN.

Yang paling menentukan adalah kombinasi a3) dengan Nu = 68 kN.

b). Perencanaan Dimensi Profil.


Dalam perencanaan ini gunakan rumus seperti berikut untuk mengestimasi besar
momen inertia yang diperlukan,

Pcr . Lk 2
Ix  (1,5) . (rumus ini masih percobaan)
2 E
Dimana,
Ix = besar momen inertia yang di estimasi, Pcr = Nu = 68000 N, Lk = 3000 mm,
maka,
Pcr . Lk 2 (68000) . (3000) 2
Ix  (1,5) .  (1,5) . 2
= 465536,1 mm4
2 E (3,14) . (200000)
4
Atau, Ix = 46,6 cm (untuk 2 profil)

Rencanakan profil, 60.60.8


Data-data :
Ix = Iy = 291000 mm4.
ix = iy = rx = ry = 18,0 mm. Gambar 29.
I = 121000 mm4.
i = 11,6 mm.
A = 903 mm2.
Ag = 2 . 903 mm2 = 1806 mm2.
e = 17,7 mm.

a = 2 e +  = 2 . 17,7 + 10 = 45,4 mm.


yo = e – t/2 = 17,7 – 8/2 = 13,7 mm.

12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

xo = 0
fy = 210 Mpa.
k = 1 (sendi-sendi)
Lk = k . L = 1 . 3000 mm = 3000 mm.

c). Pemeriksanaan tekuk lokal.


- Sayap (flens),
b 60
  7,5
t 8
200 200
 = 13,8
fy 210
b 200
 (penampang kompak).
t fy

d). Pemeriksaan Terhadap Kekuatan Nominal Terfaktor.


- Terhadap sumbu X-X (sumbu bahan).
Lkx 3000
x    166,7 < 200 (memenuhi).
rx 18,0

1 fy 1 210
cx  ( x )  . (166,7) . = 1,72
 E 3,14 200000
Syarat,
untuk c  0,25 maka   1
1,43
untuk 0,25   c  1,2 maka  
1,6  0,67 c
untuk c  1,2 maka   1,252c
Maka,
 x  1,252c = 1,25 . (1,72)2 = 3,698
fy 210 MPa
Nn  Ag . f cr  Ag .  (1806 mm 2 ) . = 102565,1 N
x 3,698

Maka, kekuatan nominal terfaktor pada arah sumbu X-X,

Nu < n . Nn = (0,85) . 102565,1 N = 87180,3 N = 87,2 kN > 68 kN.


(memenuhi).

Atau,
N u 87,2 kN
  1,28 > 1 (memenuhi).
Nu 68 kN

- Terhadap sumbu Y-Y (sumbu bebas bahan).

Iytotal = 2 . {Iy + A . (½a)2} = 2 . {291000 + 903 . (0,5 .45,4)2}


= 1512613,7 mm4.

13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Iy 1512613,7
total
ry   = 28,9 mm
Ag 1806

Lky 3000
y   = 103,7 < 200 (memenuhi).
ry 28,9

2 m 2
iy   y  
2 1
dimana,
Lky/n
m=2; λ   50 ; L1 = Lky/n ; Lk = 3000 mm ;
1 r
min
rmin = i = 11,6 mm

Tabel mencari jumlah medan dengan “Trial & Error”


n L1 (mm) λ  50
1
3 1000,0 86,2 > 50
5 600,0 51,7 > 50
7 428,6 36,9 < 50

2
λ  (103,7) 2  (36,9) 2 = 110,0 < 200 (memenuhi).
iy 2
1 fy 1 210
ciy  (iy)  . (110,0) . = 1,14 < 1,2
 E 3,14 200000
Maka,
1,43 1,43
iy   = 1,704
1,6  0,67c 1,6  0,67 . (1,14)
fy 210 MPa
Nn  Ag . f cr  Ag .  (1806 mm 2 ) . = 222545,4 N
iy 1,704
Maka, kekuatan nominal terfaktor pada arah sumbu Y-Y,

Nu < n . Nn = (0,85) . 222545,4 N = 189163,6 N = 189,2 kN > 68 kN.


(memenuhi)
Atau,
N u 189,2 kN
  2,78 > 1 (memenuhi).
Nu 68 kN

- Terhadap lentur torsi.

Tegangan kritis tekuk lentur torsi.


 fcry  fcrz   4 fcry . fcrz . H 
fclt    1  1  
 2H   ( fcry  fcrz) 2 
Dimana,

14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

E 200.000 MPa
G  = 76923 Mpa.
2 . (1  v) 2 . (1  0,3)

d’ = d – t/2 = 60 – 8/2 = 56,0 mm


b’ = b – t/2 = 60 – 8/2 = 56,0 mm

(d'  b' ) . t 3 (56  56) . (8) 3


J  ( 2) .  ( 2) . = 38229,3 mm4.
3 3

2 Ix  Iy 2 2 2 . (291000)
ro   xo  y o   0 2  (13,7) 2 = 509,95 mm2.
Ag 1806

x 2  y 2   2 2
H 1  o 2 o   1   0  (13,7)  = 0.63194
 ro   509,95 
   

G. J (76923) . (38229,3)
fcrz  2
 = 3193,07 Mpa.
Ag . ro (1806) . (509,95)

fy 210
fcry   = 123,23 Mpa.
iy 1,704
Maka,
 (123,23)  3193,07)   4 . (123,23) . (3193,07) . (0,63194) 
fclt    1  1  
 2 . (0,63194)   (123,23  3193,07) 2 
fclt = 121,46 MPa

Nnlt = Ag . fclt = (1806 mm) . (121,46 Mpa) = 219353 N

Maka, kekuatan nominal terfaktor lentur torsi,

Nult < n . Nnlt = (0,85) . 219353 N = 186450,1 N = 186,5 kN > 68 kN.


(memenuhi).
Atau,
Nult 186,5 kN
  2,74 > 1 (memenuhi).
Nu 68 kN

KESIMPULAN : Profil, 60.60.8 sanggup memikul gaya tekan terfaktor yang


bekerja pada arah sumbu terlemah yaitu sumbu X-X dengan angka
keamanan = 1,28.

e). Pemeriksaan Terhadap Kestabilan Profil Tersusun.


Pasal 9.3.(6) SNI 03-1729-2002 menyatakan, untuk menjaga kestabilan elemen-
elemen penampang komponen struktur tersusun maka harga-harga x dan iy harus
memenuhi :
x  1,2  1
166,7 > 1,2 . (36,9)

15
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

166,7 > 44,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu X-X)

iy  1,2  1
110,0 > 44,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu Y-Y)

 1 =36,9  50 (memenuhi)

f). Perencanaan Ukuran Pelat Koppel Minimum.


SNI 03-1729-2002 pasal 9.3 menyatakan bahwa kelangsingan terhadap sumbu bebas
bahan iy hanya berlaku apabila,
Ip I I
 10 . 1 , atau Ip  (a ) . 10 . 1
a L1 L1
Dimana,
Ip = 1/12 t . h3, dengan tebal koppel, t = 5 mm.
I1 = Imin = I = 121000 mm4 (momen inertia minimum batang tunggal).
L1 = 428,6 mm.
a = 45,4 mm.
Maka,
121000
1/12 . (5) . h3  (45,4) . 10 . ( ) = 128170,8
428,6
12 . (128170,8)
h3 = 67,5 mm
5
Pakai pelat koppel ukuran  70 x 5 mm .Ukuran ini minimum, belum termasuk
keperluan letak baut/paku.

16
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 4
Sesi 5
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran : WORKSHOP/PELATIHAN


PERENCANAAN BATANG TEKAN PROFIL TERSUSUN
Berdasarkan SNI 03-1729-2002.
a) Perencanaan dimensi profil.
b) Pemeriksaan tekuk ke arah sumbu X-X.
c) Pemeriksaan tekuk ke arah sumbu Y-Y.
d) Penetapan jumlah medan pelat koppel/jumlah pelat koppel yang diperlukan.
e) Pemeriksaan tekuk lentur torsi.
f) Pemeriksaan terhadap kestabilan batang tekan profil tersusun.
g) Perencanaan ukuran pelat koppel minimum.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat melakukan perencanaan batang tekan profil tersusun.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
d) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

WORKSHOP/PELATIHAN : PERENCANAAN BATANG TEKAN

MUTU BAJA fy = 210 Mpa


Beban Kerja Kombinasi beban Berdasarkan SNI
No. L Mati Hidup Angin Komb.1 Komb.2 Komb.3 Komb.4 Komb.5 Komb.6 Nu c = 1,5 1 profil
Stb D La W 1,4 D 1,2D +0,5La 1,2D+1,6La+0,8W 1,2D+1,3W+0,5La 0,9D+1,3W Ix Ix
4 4
mm kN kN kN kN kN kN kN kN kN kN cm cm
3000 30.00 15.00 10.00 42.00 43.50 68.00 56.50 40.00 68.00 46.55 23.28
0 3000 40.00 20.00 15.00 56.00 58.00 92.00 77.50 55.50 92.00 62.98 31.49
1 3000 50.00 25.00 20.00 70.00 72.50 116.00 98.50 71.00 116.00 79.41 39.71
2 3000 60.00 30.00 25.00 84.00 87.00 140.00 119.50 86.50 140.00 95.85 47.92
3 3000 70.00 35.00 30.00 98.00 101.50 164.00 140.50 102.00 164.00 112.28 56.14
4 3000 80.00 40.00 35.00 112.00 116.00 188.00 161.50 117.50 188.00 128.71 64.35
5 3000 90.00 45.00 40.00 126.00 130.50 212.00 182.50 133.00 212.00 145.14 72.57
6 3000 100.00 50.00 45.00 140.00 145.00 236.00 203.50 148.50 236.00 161.57 80.78
7 3000 110.00 55.00 50.00 154.00 159.50 260.00 224.50 164.00 260.00 178.00 89.00
8 3000 120.00 60.00 55.00 168.00 174.00 284.00 245.50 179.50 284.00 194.43 97.21
9 3000 130.00 65.00 60.00 182.00 188.50 308.00 266.50 195.00 308.00 210.86 105.43

rx,ry 200 Pelat Pelat


No. Profil b d t e A Ix = ix = I i b/t fy koppel buhul x cx x  Nnx Nux
Stb Iy iy (t) ()
2 4 4
mm mm mm cm cm cm cm cm cm mm mm kN kN
60.60.8 60 60 8 1.77 9.03 29.10 1.80 12.10 1.16 7.5 13.80 5 10 166.7 1.72 3.698 102.6 87.18
0 65.65.7 65 65 7 1.85 8.70 33.40 1.96 13.80 1.26 9.3 13.80 5 10 153.1 1.58 3.119 117.2 99.59
1 70.70.7 70 70 7 1.97 9.40 42.40 2.12 17.60 1.37 10.0 13.80 5 10 141.5 1.46 2.666 148.1 125.89
2 75.75.7 75 75 7 2.09 10.10 52.40 2.28 21.10 1.45 10.7 13.80 5 10 131.6 1.36 2.305 184.1 156.45
3 75.75.8 75 75 8 2.13 11.50 58.90 2.26 24.40 1.46 9.4 13.80 5 10 132.7 1.37 2.346 205.9 175.03
4 80.80.8 80 80 8 2.26 12.30 72.30 2.42 29.60 1.55 10.0 13.80 5 10 124.0 1.28 2.046 252.5 214.65
5 80.80.10 80 80 10 2.34 15.10 87.50 2.41 35.90 1.54 8.0 13.80 5 10 124.5 1.28 2.063 307.5 261.33
6 80.80.10 80 80 10 2.34 15.10 87.50 2.41 35.90 1.54 8.0 13.80 5 10 124.5 1.28 2.063 307.5 261.33
7 90.90.9 90 90 9 2.54 15.50 116.0 2.74 47.80 1.76 10.0 13.80 5 10 109.5 1.13 1.696 383.8 326.20
8 90.90.9 90 90 9 2.54 15.50 116.0 2.74 47.80 1.76 10.0 13.80 5 10 109.5 1.13 1.696 383.8 326.20
9 90.90.9 90 90 9 2.54 15.50 116.0 2.74 47.80 1.76 10.0 13.80 5 10 109.5 1.13 1.696 383.8 326.20

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

WORKSHOP/PELATIHAN : PERENCANAAN BATANG TEKAN

Jumlah 2 Pelat
No. a Iytotal ry y medan  iy ciy iy Nniy Nuiy J
ro H fcrz fcry fclt Nnlt Nult koppel
Stb n h
4 4 2
mm mm mm kN kN mm mm Mpa Mpa Mpa kN kN mm
45.40 1512613.7 28.9 103.7 7 37 110.0 1.14 1.704 222.5 189.16 38229.3 509.95 0.63194 3193.07 123.23 121.46 219.4 186.5 67.5
0 47.00 1628915.0 30.6 98.0 5 48 109.0 1.12 1.690 216.3 183.82 28126.0 608.91 0.63049 2042.04 124.29 121.45 211.3 179.6 63.8
1 49.40 1994969.2 32.6 92.1 5 44 102.0 1.05 1.598 247.1 210.01 30412.7 713.50 0.63218 1744.04 131.42 127.71 240.1 204.1 70.3
2 51.80 2403036.2 34.5 87.0 5 41 96.3 0.99 1.531 277.1 235.51 32699.3 821.57 0.63149 1515.65 137.16 132.49 267.6 227.5 75.9
3 52.60 2768887.0 34.7 86.5 5 41 95.7 0.99 1.524 316.9 269.32 48469.3 811.46 0.63117 1997.68 137.76 134.20 308.7 262.4 80.1
4 55.20 3319929.6 36.7 81.7 5 39 90.4 0.93 1.466 352.3 299.44 51882.7 933.76 0.62950 1737.42 143.20 138.74 341.3 290.1 86.8
5 56.80 4185811.2 37.2 80.6 5 39 89.5 0.92 1.457 435.1 369.86 100000.0 918.03 0.63121 2774.55 144.08 141.29 426.7 362.7 93.4
6 56.80 4185811.2 37.2 80.6 5 39 89.5 0.92 1.457 435.1 369.86 100000.0 918.03 0.63121 2774.55 144.08 141.29 426.7 362.7 93.4
7 60.80 5184896.0 40.9 73.4 5 34 80.9 0.83 1.374 473.8 402.71 83106.0 1185.20 0.63145 1739.95 152.83 147.78 458.1 389.4 105.1
8 60.80 5184896.0 40.9 73.4 5 34 80.9 0.83 1.374 473.8 402.71 83106.0 1185.20 0.63145 1739.95 152.83 147.78 458.1 389.4 105.1
9 60.80 5184896.0 40.9 73.4 5 34 80.9 0.83 1.374 473.8 402.71 83106.0 1185.20 0.63145 1739.95 152.83 147.78 458.1 389.4 105.1

2
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 4
Sesi 6
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
10. Stabilitas Batang Tekan Berdasarkan PPBBI 1984.
11. Ukuran Minimum Profil.
12. Prarencana Ukuran Penampang Profil Tunggal Dan Tersusun.
a) Kelangsingan > 110.
b) Kelangsingan < 110.
 Batang Tunggal Profil WF.
 Kolom-kolom Tersusun.
 Batang-batang Tersusun Ganda Yang Diikat Dengan Pelat Buhul.
13. CONTOH SOAL : PERENCANAAN STRUKTUR KOLOM.
14. CONTOH SOAL : PERENCANAAN BATANG RANGKA ATAP.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami stabilitas batang tekan berdasarkan
PPBBI 1984, ukuran minimum profil (bahaya lipat sayap), prarencana ukuran
penampang profil tunggal dan tersusun, perencanaan batang tekan struktur kolom
dan perencanaan batang tekan rangka atap dengan profil tersusun siku ganda dan
pelat koppel.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
d) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BATANG TEKAN
(COMPRESSSION MEMBER)

10. Stabilitas Batang Tekan Berdasarkan PPBBI 1984.

Batang tertekan terjamin stabilitasnya apabila memenuhi persamaan berikut,

N fy
k    ...(40)
Ag 1,5
Dimana,
k = tegangan yang terjadi.
N = gaya tekan yang bekerja.
Ag = luas penampang total batang tertekan.
fy = tegangan leleh sesuai mutu baja.
 = faktor tekuk.

Faktor tekuk () tergantung dari kelangsingan batang () batang yang tertekan dan
macam bajanya. Harga  dapat dilihat pada tabel 2, 3, 4 atau 5 PPBBI halaman 11.

Harga faktor tekuk ini dapat dihitung dengan cara sebagai berikut,

E
g   ...(41)
0,7 fy
Dimana,
g = angka kelangsingan batas.
E = modulus elastisitas baja = 2,1 x 106 kg/cm2 = 210000Mpa (PPBBI).


s  ...(42)
g
 = angka kelangsingan batang
= Lk/r (pada tabel r = ix atau iy, Lk = panjang tekuk)

Syarat,
untuk s  0,183 maka   1
1,41
untuk 0,183  s  1 maka  
1,593  s
untuk s  1 maka   2,381 s2

Apabila persamaan (41) disubstitusikan kedalam persamaan (42), maka akan


diperoleh,
1 0,7 . fy
s  (  ) ...(43)
 E

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Tabel 1 : Faktor Tekuk berdasarkan SNI dan PPBBI


SNI 03-1729-2002 PPBBI 1984
1 fy 1 0,7 . fy
 c  ( ) s  (  )
 E  E
untuk c  0,25 maka   1 untuk s  0,183 maka   1
1,43 1,41
untuk 0,25   c  1,2 maka   untuk 0,183  s  1 maka  
1,6  0,67 c 1,593  s
untuk c  1,2 maka   1,252c untuk s  1 maka   2,381 s2

11. Ukuran Minimum Profil (PPBBI 1984, Bab 12).


Untuk menghindari bahaya lipat pada elemen penampang, maka ukuran-ukuran suatu
profil harus memenuhi syarat-syarat berikut,
a). Sayap-sayap profil I .
a1). Untuk Fe 310 (BJ-34), Fe 360 (BJ-37), dan Fe 430 (BJ-44),
b
 20 ...(44a)
ts
a2). Untuk Fe 510 (BJ-52).
b
 16 ...(44b)
ts
b). Sayap-sayap profil pipa persegi dan pelat-pelat tepi.
b1). Untuk Fe 310 (BJ-34), Fe 360 (BJ-37), dan Fe 430 (BJ-44),
b
 32 ...(44c)
ts
b2). Untuk Fe 510 (BJ-52).
b
 26 ...(44d)
ts
c). Sayap-sayap penguat dan rusuk-rusuk pengaku.
c1). Untuk Fe 310 (BJ-34), Fe 360 (BJ-37), dan Fe 430 (BJ-44),
b1
 8,5 ...(44e)
t
c2). Untuk Fe 510 (BJ-52).
b1 ...(44f)
7
t
d). Badan-badan profil I dan pipa persegi.
d1). Untuk Fe 310 (BJ-34), Fe 360 (BJ-37), dan Fe 430 (BJ-44) :
Jika N = 0
h
 70 ...(44g)
tb

Jika 0 < N < 0,2 Ag . fy


h N
 70  135 ...(44h)
tb Ag . fy

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Jika 0,2 Ag . fy < N < Ag . fy


h N
 45  13 ...(44i)
tb Ag . fy

d2). Untuk Fe 510 (BJ-52).


Jika N = 0
h
 56 ...(44j)
tb

Jika 0 < N < 0,2 Ag . fy


h N
 56  100 ...(44k)
tb Ag . fy

Jika 0,2 Ag . fy < N < Ag . fy


h N
 38  12 ...(44l)
tb Ag . fy

Gambar 30.

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

12. Prarencana Ukuran Penampang Profil Tunggal Dan Tersusun.


Jika diketahui gaya tekan sentris (N), panjang tekuk (Lk) dan mutu baja, maka ukuran
profil dapat ditaksir dengan menggunakan rumus-rumus pendekatan berikut,

a). Kelangsingan () > 110,


- Batang tunggal maupun tersusun,
I taksir  1,21 N . Lk 2 ...(45a.)
Dimana,
N = gaya normal tekan sentris, dalam ton.
Lk = pajang tekuk, dalam meter.
Itaksir = momen inertia taksir, dalam cm4.

b). Kelangsingan () < 110,


- Batang tunggal, profil WF,
N
Ataksir   1,5 . Lk 2 ...(45b.)
fy/1,5
Dimana,
N = gaya normal tekan sentris, dalam kg.
fy = tegangan leleh sesuai mutu baja, dalam kg/cm2.
Lk = pajang tekuk, dalam meter.
Ataksir = momen inertia taksir, dalam cm2.

- Kolom-kolom tersusun,

N
Ataksir   0,65 . Lk 2 ...(45c.)
fy/1,5

- Batang-batang tersusun ganda, dimana pelat buhul ditempatkan di antara profil-


profil,
N
Ataksir   2,5 . Lk 2 ...(45d.)
fy/1,5

N
Ataksir   1,75 . Lk 2 ...(45e.)
fy/1,5

N
Ataksir   2,25 . Lk 2 ...(45f.)
fy/1,5

N
Ataksir   3,5 . Lk 2 ...(45g.)
fy/1,5

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

CONTOH SOAL : PERENCANAAN STRUKTUR KOLOM


Sebuah kolom profil tunggal WF, tinggi H = 7 meter, dengan perletakan pada puncak
adalah sendi, dan pada bawah adalah jepit. Memikul gaya normal tekan sentris akibat beban
mati D = 95 ton, muatan hidup lantai L = 25 ton dan akibat gempa E = 20 ton. Rencanakanlah
dimensi kolom dan periksa kinerja kolom tersebut apabila mutu baja BJ-37.

Gambar 31.

DATA - DATA :
k = 0,80 (jepit-sendi)
Lk = k . L = 0,80 . 7000 mm = 5600 mm.
Tegangan leleh (BJ-37), fy = 240 Mpa = 2400 kg/cm2.
Tegangan dasar,
fy 240 MPa
Pembebanan tetap,    = 160 Mpa = 1600 kg/cm2.
1,5 1,5
(1,3) . fy (1,3) . 240 MPa
Pembebanan sementara,    = 208 Mpa = 2080 kg/cm2.
1,5 1,5

PERENCANAAN :
a). Kombinasi Beban.
b1). Pembebanan tetap,
N = D + L = 95 ton + 25 ton = 120 ton.
b1). Pembebanan sementara,
N = D + L + E = 95 ton + 25 ton + 20 ton = 135 ton.

b). Prarencana ukuran profil.


b1). Pembebanan tetap.
Untuk kelangsingan  > 110
I taksir  1,21 N . Lk 2 = 1,21 . (120 ton) . (7 m)2 = 7114,8 cm4.

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Untuk kelangsingan  < 110


N 120000
Ataksir   1,5 . Lk 2 =  1,5 . (7 m) 2 = 148,5 cm2.
fy/1,5 2400 / 1,5

b2). Pembebanan sementara.


Untuk kelangsingan  > 110
I taksir  1,21 N . Lk 2 = 1,21 . (135 ton) . (7 m)2 = 8004,2 cm4.
Untuk kelangsingan  < 110
N 135000
Ataksir   1,5 . Lk 2 =  1,5 . (7 m) 2
(1,3) . fy/1,5 (1,3) . 2400 / 1,5
2
= 138,4 cm .

Tabel 1 : Tabel profil Wide Flange (WF).


Section Depth Flange Thickness Corner Sectio Momen Radius of
of
width
Index Weight section Web Flange Radius nal of Inertia Gyration b/tf h/tb
(A) (B) (tw) (tf) (r) Area Jx Jy ix iy
mm kg/m mm mm mm mm mm cm2 cm4 cm4 cm cm
200 406 403 16 24 22 254.9 78000 26200 17.5 10.10 16.8 25.4
197 400 408 21 21 22 250.7 70900 23800 16.8 9.75 19.4 19.0
172 400 400 13 21 22 218.7 66000 22400 17.5 10.10 19.0 30.8
400x400
188 394 405 18 18 22 214.4 59700 20000 16.7 9.65 22.5 21.9
147 394 398 11 18 22 186.8 56100 18900 17.3 10.10 22.1 35.8
140 388 402 15 15 22 178.5 49000 16300 16.6 9.54 26.8 25.9
107.0 390 300 10 16 22 136.0 38780 7210 16.9 7.28 18.8 39.0
400x300
94.3 386 299 9 14 22 120.1 33700 6240 16.7 7.21 21.4 42.9
66.0 400 200 8 13 16 84.12 23700 1740 16.8 4.54 15.4 50.0
400x200
56.6 396 199 7 11 16 72.16 20000 1460 16.7 4.48 18.1 56.6
159 358 352 14 22 20 202.0 47600 16000 15.3 8.90 16.0 25.6
156 350 357 19 19 20 198.4 42800 14400 14.7 8.53 18.8 18.4
136 350 350 12 19 20 173.9 40300 13600 15.2 8.94 18.4 29.2
350x350
131 344 354 16 16 20 166.6 35300 11800 14.6 8.43 22.1 21.5
115 344 348 10 16 20 146.0 33300 11200 15.1 8.78 21.8 34.4
106 338 351 13 13 20 135.3 28200 9330 14.4 8.33 27.0 26.0
79.7 340 250 9 14 20 101.5 21700 3650 14.6 6.00 17.9 37.8
350x250
69.2 336 249 8 12 20 88.15 18500 3090 14.5 5.92 20.8 42.0
49.6 350 175 7 11 14 63.14 13600 984 14.7 3.95 15.9 50.0
350x175
41.4 346 174 6 9 14 52.68 11100 792 14.5 3.88 19.3 57.7
106.0 304 301 11 17 18 134.8 23400 7730 13.2 7.57 17.7 27.6
106.0 300 305 15 15 18 134.8 21500 7100 12.6 7.26 20.3 20.0
330x300 94.0 300 300 10 15 18 119.8 20400 6750 13.1 7.51 20.0 30.0
87.0 298 299 9 14 18 110.8 18800 6240 13.0 7.51 21.4 33.1
84.5 294 302 12 12 18 107.7 18900 5520 12.5 7.16 25.2 24.5
65.4 298 201 9 14 18 83.36 13300 1900 12.6 4.77 14.4 33.1
300x200
56.8 294 200 8 12 18 72.36 11300 1600 12.5 4.71 16.7 36.8
36.7 300 150 6.5 9 13 46.78 7210 508 12.4 3.29 16.7 46.2
300x150
32.0 298 149 5.5 8 13 40.80 6320 442 12.4 3.29 18.6 54.2
Sumber : “TABEL PROFIL KONSTRUKSI BAJA”, Ir. Rudy Gunawan. (Angka yang berwarna merah ada bahaya lipat)

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Yang menentukan adalah


Itaksir = 8004,2 cm4 akibat pembebanan sementara.
Ataksir = 148,5 cm2 akibat pembebanan tetap.

Diperoleh ukuran profil sebagai berikut,


Profil WP 350.350.12.19
Ix = 40300 cm4 ; Iy = 13600 cm4 ; ix = 15,2 cm ; iy = 8,94 cm.
Ag = 173,90 cm2.
d = 350 mm ; b = 350 mm ; tb = 12 mm ; ts = 19 mm.
d’ = d – tf = 350 - 19 = 331 mm

c). Pemeriksaan terhadap bahaya lipat.


- Sayap profil,
b
 20
ts
350
 18,4  20 (memenuhi, tidak ada bahaya lipat pada sayap).
19

- Badan profil,
 Pembebanan tetap,
Ag . fy = (173,90 cm2) . (2400 kg/cm2) = 417360 kg = 417,36 ton.
0,2 . Ag . fy = 0,2 . (417.360) = 83472 kg.
0,2 Ag . fy < N < Ag . fy
83472 kg < N = 120000 kg < 417360 kg
h N
 45  13
tb Ag . fy
350 120000
 45  13 .
12 417360
29,2 < 41,3 (memenuhi, tidak ada bahaya lipat pada badan)

 Pembebanan sementara,
Ag . fy = (173,90 cm2) . (2400 kg/cm2) = 417360 kg = 417,36 ton.
0,2 . Ag . fy = 0,2 . (417.360) = 83472 kg.
0,2 Ag . fy < N < Ag . fy
83472 kg < N = 135000 kg < 417360 kg
h N
 45  13
tb Ag . fy
350 135000
 45  13 .
12 417360
29,2 < 40,8 (memenuhi, tidak ada bahaya lipat pada badan)

d). Pemeriksaan Terhadap Kekuatan kolom.


- Terhadap sumbu Y-Y (sumbu lemah, sumbu bahan).

Lky 700
y    78,3 < 200 (memenuhi).
ry 8,94

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

1 0,7 . fy 1 0,7 . 240


sy  ( y)  . (78,3) . = 0,7053
 E 3,14 2100000

Syarat,
untuk s  0,183 maka   1
1,41
untuk 0,183  s  1 maka  
1,593  s
untuk s  1 maka   2,381 s2

1,41
y  = 1,588
1,593  (0,7053)
Kekuatan kolom pada arah sumbu lemah, sumbu Y-Y,
 Pembebanan tetap,
fy / 1,5 2 (2400 kg/cm 2 ) / 1,5
N  Ag .  (173,90 cm ) .
y 1,588
N = 175172,2 kg = 175,17 ton > 120 ton (memenuhi).
Atau,
N 175172,2
 = 1,46
N 120000

 Pembebanan sementara,
(1,3) . fy / 1,5 (1,3) . (2400 kg/cm 2 ) / 1,5
N  Ag .  (173,90 cm 2 ) .
y 1,588
N = 227778,3 kg =227,78 ton > 120 ton (memenuhi).

N 227778,3
 = 1,69
N 135000

- Terhadap sumbu X-X (sumbu kuat, sumbu bahan).

Lkx 700
x    46,1 < 200 (memenuhi).
rx 15,2

1 0,7 . fy 1 0,7 . 240


sx  ( x )  . (46,1) . = 0,4148
 E 3,14 2100000

1,41
x  = 1,197
1,593  (0,4148)

Kekuatan kolom pada arah sumbu lemah sumbu X-X,


 Pembebanan tetap,
fy / 1,5 2 (2400 kg/cm 2 ) / 1,5
N  Ag .  (173,90 cm ) .
x 1,197

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

N = 232492,3 kg = 232,49 ton > 120 ton (memenuhi).


Atau,
N 232492,3
 = 1,94
N 120000

 Pembebanan sementara,
(1,3) . fy / 1,5 (1,3) . (2400 kg/cm 2 ) / 1,5
N  Ag .  (173,90 cm 2 ) .
x 1,197
N = 302182,1 kg = 302,18 ton > 120 ton (memenuhi).
Atau,
N 302182,1
 = 2,24
N 135000

- Terhadap lentur torsi (dua sumbu simetri).


Tegangan kritis tekuk lentur torsi.
G . J  2 . E . Cw
fclt  
Ip Lk 2 . Ip
Dimana,
E = 2,1 x 106 kg/cm2 = 210000 Mpa (PPBBI 1984).

E 210.000 MPa
G  = 80769,23 Mpa.
2 . (1  v) 2 . (1  0,3)

d’ = d – ts = 350 mm – 19 mm = 331 mm

3
2 .b . ts  d '. t b 3 2 . (350 ) . (19) 3  (331) . (12) 3
J  
3 3

J = 1791089,3 mm4 = 179,11 cm4.

(d ' ) 2 . b 3 . t s (331) 2 . (350) 3 . (19)


CW  
24 24

Cw = 3718797067708,3 mm6.

Ip = Ix + Iy = 40300 cm4 + 13600 cm4 = 53900 cm4 = 53900x104 mm4.

2 Cw  0,04 . J . ( Lk) 2
r1  , atau
Ip

Cw  0,04 . J . ( Lk) 2 3718797067708,3  0,04 . (1791089,3) . ( Lk) 2


r1  
Ip 53900x104

Untuk Lk = 7 meter, r1 = 115,812 mm = 11,6 cm > iy = 8,94 cm


(tekuk pada sumbu Y-Y).

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Untuk Lk = 0 meter, r1 = 83,063 mm = 8,31 cm < iy = 8,94 cm


(tekuk lentur torsi, hampir ke ujung sendi kolom, pada jepit tidak terjadi torsi).

Maka tegangan kritis tekuk lentur torsi,


G . J  2 . E . Cw
fclt  
Ip Lk 2 . Ip

(80769,23 ) . (1791089,3) (3,14) 2 . (210000) . (3718797067708,3)


fclt  
53900x10 4 Lk 2 . (53900x10 4 )

Untuk Lk = 7 meter, fclt = 3183,8 Mpa


Untuk Lk = 0 meter, fclt = 268,4 Mpa > fy = 240 MPa
(pada penampang WF 350.350.12.19 tekuk lentur torsi tidak berbahaya).

10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

CONTOH SOAL : PERENCANAAN BATANG RANGKA ATAP


Suatu batang tekan dari rangka atap menggunakan profil siku ganda dengan panjang
batang L = 3,0 meter, dimana ujung-ujungnya dianggap sendi-sendi, memikul beban terdiri
dari beban mati D = 30 kN, beban hidup atap L = 15 kN, dan beban angin W = 10 kN. Profil
siku ganda memakai pelat koppel dengan tebal tp = 5 mm. Tebal pelat buhul (jarak antara
kedua sayap)  = 10 mm. Mutu baja BJ-34. Rencanakanlah dimensi profil, dan lakukan
pemeriksaan terhadap kinerja batang tekan tersebut.

PERENCANAAN :
DATA - DATA :
k = 1,0 (sendi-sendi)
Lk = k . L =1,0 . 3000 mm = 3000 mm.
Tegangan leleh (BJ-34), fy = 210 Mpa = 2100 kg/cm2.
Tegangan dasar,
fy 210 MPa
Pembebanan tetap,    = 140 Mpa = 1400 kg/cm2.
1,5 1,5
(1,3) . fy (1,3) . 210 MPa
Pembebanan sementara,    = 182 Mpa = 1820 kg/cm2.
1,5 1,5

a). Kombinasi Pembebanan (PPBBI 1984, PMI, PPURG) .


- Pembebanan Tetap,
NT = D + L = 30 kN + 15 kN = 45 kN = 4,5 ton.

- Pembebanan Sementara,
NS = D + L + W = 30 kN + 15 kN + 10 kN = 55 kN = 5,5 ton.

b). Prarencana ukuran profil.


b1). Pembebanan tetap.
Untuk kelangsingan  > 110
I taksir  1,21 N . Lk 2 = 1,21 . (4,5 ton) . (3 m)2 = 49,0 cm4 (untuk 2 profil).

Untuk kelangsingan  < 110


N 4500
Ataksir   2,5 . Lk 2 =  2,5 . (3 m) 2 = 25,7 cm2
fy/1,5 2100 / 1,5
(untuk 2 profil)

b2). Pembebanan sementara.


Untuk kelangsingan  > 110
I taksir  1,21 N . Lk 2 = 1,21 . (5,5 ton) . (3 m)2 = 59,9 cm4 (untuk 2 profil).

Untuk kelangsingan  < 110


N 5500
Ataksir   2,5 . Lk 2 =  2,5 . (3 m) 2 = 25,5 cm2.
(1,3) . fy/1,5 (1,3) . 2100 / 1,5
(untuk 2 profil)

11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Yang menentukan adalah


Itaksir = 59,9 cm4 akibat pembebanan sementara.
Ataksir = 25,7 cm2 akibat pembebanan tetap.

Tabel 1 : Tabel profil siku sama kaki.


jarak-jarak titik berat Ix ix
PROFIL F berat dalam cm = Iy = iy I i
2 4 4
cm kg/m' e w v cm cm cm cm
40.40.4 3.08 2.42 1.12 2.83 1.58 4.48 1.21 1.86 0.78
40.40.5 3.79 2.97 1.16 2.83 1.64 5.43 1.20 2.22 0.77
40.40.6 4.48 3.52 1.20 2.83 1.70 6.33 1.19 2.67 0.77
45.45.5 4.30 3.38 1.28 3.18 1.81 7.83 1.35 3.25 0.87
45.45.7 5.86 4.60 1.36 3.18 1.92 10.40 1.33 4.39 0.87
50.50.5 4.80 3.77 1.40 3.54 1.98 11.00 1.51 4.59 0.98
50.50.6 5.69 4.47 1.45 3.54 2.04 12.80 1.50 5.24 0.96
50.50.7 6.56 5.15 1.49 3.54 2.11 14.60 1.49 6.02 0.96
50.50.9 8.24 6.74 1.56 3.54 2.21 17.90 1.47 7.67 0.97
55.55.6 6.31 4.95 1.56 3.89 2.21 17.30 1.66 7.24 1.07
55.55.8 8.23 6.46 1.64 3.89 2.32 22.10 1.64 9.35 1.07
55.55.10 10.10 7.90 1.72 3.89 2.43 26.30 1.62 11.30 1.06
60.60.6 6.91 5.42 1.69 4.24 2.39 22.80 1.82 9.43 1.17
60.60.8 9.03 7.09 1.77 4.24 2.50 29.10 1.80 12.10 1.16
60.60.10 11.10 8.69 1.85 4.24 2.62 34.90 1.78 14.60 1.15
65.65.7 8.70 6.83 1.85 4.60 2.62 33.40 1.96 13.80 1.26
65.65.9 11.00 8.62 1.93 4.60 2.73 41.13 1.94 17.20 1.25
65.65.11 13.20 10.30 2.00 4.60 2.83 48.80 1.91 20.70 1.25
70.70.7 9.40 7.38 1.97 4.95 2.79 42.40 2.12 17.60 1.37
70.70.9 11.90 9.34 2.05 4.95 2.90 52.60 2.10 22.00 1.36
70.70.11 14.90 11.20 2.13 4.95 3.01 61.80 2.08 26.00 1.35
75.75.7 10.10 7.94 2.09 5.30 2.95 52.40 2.28 21.10 1.45
75.75.8 11.50 9.03 2.13 5.30 3.01 58.90 2.26 24.40 1.46
75.75.10 14.10 11.10 2.21 5.30 3.12 71.40 2.25 29.80 1.45
75.75.12 16.70 13.10 2.29 5.30 3.24 82.40 2.22 34.70 1.44
80.80.8 12.30 9.66 2.26 5.66 3.20 72.3 2.42 29.6 1.55
80.80.10 15.10 11.90 2.34 5.66 3.31 87.5 2.41 35.9 1.54
80.80.12 17.90 14.10 2.41 5.66 3.41 102.0 2.39 43.0 1.53
80.80.14 20.60 16.10 2.48 5.66 3.51 115.0 2.36 48.6 1.54
Sumber : daftar-daftar untuk konstruksi baja, IR. ZACHARIJAS LAMBRI.

Rencanakan profil, 60.60.8


Data-data :
Ix = Iy = 291000 mm4.
ix = iy = rx = ry = 18,0 mm. Gambar 32.
I = 121000 mm4.
i = 11,6 mm.
A = 903 mm2.
Ag = 2 . 903 mm2 = 1806 mm2.
e = 17,7 mm.

a = 2 e +  = 2 . 17,7 + 10 = 45,4 mm.

12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

yo = e – t/2 = 17,7 – 8/2 = 13,7 mm.


xo = 0
fy = 210 Mpa.
k = 1 (sendi-sendi)
Lk = k . L = 1 . 3000 mm = 3000 mm.

c). Pemeriksanaan terhadap bahaya lipat sayap profil.


- Sayap (flens),
b1
 8,5 (pers.44.e, gambar 30)
t
b1 60
 = 7,5 < 8,5
t 8
(sayap profil siku tidak ada bahaya lipat).
Catatan : PPBBI 1984 tidak ada secara eksplisit menyebutkan bahaya lipat pada sayap profil siku ganda yang
dipisahkan oleh pelat buhul, oleh karena itu apabila ada keraguan dengan ketetapan diatas, silahkan memakai
ketentuan SNI 03-1729-2002, AISC 2005 atau AISC 2010 (ketiga2nya adalah sama), sebagai berikut :

b 200 b b
 (SNI 03-1729-2002) ;  0,45 E / fy (AISC 2005) ;  0,45 E / fy (AISC 2010)
t fy t t

d). Pemeriksaan Terhadap Kekuatan.


- Terhadap sumbu X-X (sumbu bahan).
Lkx 3000
x    166,7 > 110 dan < 200 (memenuhi).
rx 18,0

1 0,7 . fy 1 (0,7) . (210)


sx  ( x )  . (166,7) . = 1,4043
 E 3,14 210000
Syarat,
untuk s  0,183 maka   1
1,41
untuk 0,183  s  1 maka  
1,593  s
untuk s  1 maka   2,381 s2
Maka,
 x  2,381 s2 = 2,381 . (1,4043)2 = 4,696

Pembebanan tetap,
fy / 1,5 (210 MPa) / 1,5
N  Ag .  (1806 mm 2 ) . = 53845,6 N
x 4,696

N = 53,85 kN = 5,39 ton > 4,5 ton (memenuhi).

Atau,
N 53,85 kN
FK =  = 1,20 > 1 (memenuhi).
N 45 kN

13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Pembebanan sementara,
(1,3) . fy / 1,5 (1,3) . (210 MPa) / 1,5
N  Ag .  (1806 mm 2 ) . = 69999,3 N
x 4,696

N = 70,0 kN = 7,0 ton > 5,5 ton (memenuhi).


Atau,
N 70,0 kN
FK =  = 1,27 > 1 (memenuhi).
N 55 kN

- Terhadap sumbu Y-Y (sumbu bebas bahan).

Iytotal = 2 . {Iy + A . (½a)2} = 2 . {291000 + 903 . (0,5 .45,4)2}


= 1512613,7 mm4.
Iy 1512613,7
total
ry   = 28,9 mm
Ag 1806
Lky 3000
y   = 103,7 < 200 (memenuhi).
ry 28,9
2 m 2
iy   y  
2 1
dimana,
Lky/n
m=2; λ   50 ; L1 = Lky/n ; Lk = 3000 mm ;
1 r
min
rmin = i = 11,6 mm

Tabel mencari jumlah medan dengan “Trial & Error”


n L1 (mm) λ  50
1
3 1000,0 86,2 > 50
5 600,0 51,7 > 50
7 428,6 36,9 < 50

2
λ  (103,7) 2  (36,9) 2 = 110,0 < 200 (memenuhi).
iy 2
1 0,7 . fy 1 (0,7) . (210)
siy  (iy)  . (110,0) . = 0,927 < 1
 E 3,14 210000
Maka,
1,41
untuk 0,183  s  1 maka  
1,593  s
1,41 1,41
 iy   = 2,118
1,593  siy 1,593  0,927
Pembebanan tetap,
fy / 1,5 (210 MPa) / 1,5
N  Ag .  (1806 mm 2 ) . = 119379,5 N
 iy 2,118

14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

N = 119,38 kN = 11,94 ton > 4,5 ton (memenuhi).

Atau,
N 119,38 kN
FK =  = 2,65 > 1 (memenuhi).
N 45 kN

Pembebanan sementara,
(1,3) . fy /1,5 (1,3) . (210 MPa) / 1,5
N  Ag .  (1806 mm 2 ) . = 155193,3 N
 iy 2,118

N = 155,19 kN = 15,5 ton > 5,5 ton (memenuhi).

Atau,
N 155,19 kN
FK =  = 2,82 > 1 (memenuhi).
N 55 kN

e). Pemeriksaan Terhadap Kestabilan Profil Tersusun.


Pasal 9.3.(6) SNI 03-1729-2002 menyatakan, untuk menjaga kestabilan elemen-
elemen penampang komponen struktur tersusun maka harga-harga x dan iy harus
memenuhi :
x  1,2  1
166,7 > 1,2 . (36,9)
166,7 > 44,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu X-X)

iy  1,2  1
110,0 > 44,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu Y-Y)

 1 =36,9  50 (memenuhi)

f). Perencanaan Ukuran Pelat Koppel Minimum.


SNI 03-1729-2002 pasal 9.3 menyatakan bahwa kelangsingan terhadap sumbu bebas
bahan iy hanya berlaku apabila,
Ip I I
 10 . 1 , atau Ip  (a ) . 10 . 1
a L1 L1
Dimana,
Ip = 1/12 t . h3, dengan tebal koppel, t = 5 mm.
I1 = Imin = I = 121000 mm4 (momen inertia minimum batang tunggal).
L1 = 428,6 mm.
a = 45,4 mm.
Maka,
121000
1/12 . (5) . h3  (45,4) . 10 . ( ) = 128170,8
428,6
12 . (128170,8)
h3 = 67,5 mm
5

15
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Pakai pelat koppel ukuran  70 x 5 mm .Ukuran ini minimum, belum termasuk


keperluan letak baut/paku.

f). Terhadap lentur torsi.


Tegangan kritis tekuk lentur torsi.
 fcry  fcrz   4 fcry . fcrz . H 
fclt    1  1  
 2H   ( fcry  fcrz) 2 
Dimana,

E 210.000 MPa
G  = 80769,23 Mpa.
2 . (1  v) 2 . (1  0,3)

d’ = d – t/2 = 60 – 8/2 = 56,0 mm


b’ = b – t/2 = 60 – 8/2 = 56,0 mm

(d'  b' ) . t 3 (56  56) . (8) 3


J  ( 2) .  ( 2) . = 38229,3 mm4.
3 3

2 Ix  Iy 2 2 2 . (291000)
ro   xo  y o   0 2  (13,7) 2 = 509,95 mm2.
Ag 1806

x 2  y 2   2 2
H 1  o 2 o   1   0  (13,7)  = 0.63194
 ro   509,95 
   

G. J (80769,23) . (38229,3)
fcrz  2
 = 3352,72 Mpa.
Ag . ro (1806) . (509,95)

f1). Pembebanan Tetap.

fy / 1,5 210 / 1,5


fcry   = 66,10 Mpa.
iy 2,118
Maka,
 (66,10)  (3352,72)   4 . (66,13) . (3352,72) . (0,63194) 
fclt    1  1  
 2 . (0,63194)   (66,10  3352,72) 2 

fclt = 65,62 MPa

Maka kekuatan penampang terhadap tekuk lentur torsi,

Nlt = Ag . fclt = (1806 mm) . (65,62 Mpa) = 118563,9 N

= 118,56 kN > 45 kN (memenuhi).

Atau,

16
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Nlt 118,56 kN
  2,63 > 1 (memenuhi).
N 45 kN

f1). Pembebanan Sementara.

(1,3) . fy / 1,5 (1,3) . (210) / 1,5


fcry   = 85,93 Mpa.
iy 2,118
Maka,
 (85,93)  (3352,72)   4 . (85,93) . (3352,72) . (0,63194) 
fclt    1  1  
 2 . (0,63194)   (85,93  3352,72) 2 

fclt = 85,12 MPa

Maka kekuatan penampang terhadap teku lentur torsi,

Nlt = Ag . fclt = (1806 mm) . ( 85,12 Mpa) = 153719,5 N


= 153,72 kN > 55 kN (memenuhi).
.
Atau,
Nlt 153,72 kN
  2,79 > 1 (memenuhi).
N 55 kN

KESIMPULAN
Pemeriksaan terhadap Profil, 60.60.8, menghasilkan :
a). Terhadap bahaya lipat sayap (flens), tidak terdapat bahaya lipat.
b). Tekuk terhadap sumbu X-X.
- Pembebaban tetap, FK = 1,20 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 1,27 (memenuhi).
c). Tekuk terhadap sumbu Y-Y.
- Pembebaban tetap, FK = 2,65 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 2,82 (memenuhi)
d). Pemeriksaan terhadap kestabilan profil tersusun (memenuhi)
e). Pelat Koppel Minimum  70 mm x 5 mm
f). Tekuk lentur torsi.
- Pembebaban tetap, FK = 2,63 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 2,79 (memenuhi)

17
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 4
Sesi 7
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran : WORKSHOP/PELATIHAN


PERENCANAAN BATANG TEKAN PROFIL TERSUSUN RANGKA ATAP.
Berdasarkan PPBBI 1984.
a) Perencanaan dimensi profil.
b) Pemeriksaan tekuk ke arah sumbu X-X.
c) Pemeriksaan tekuk ke arah sumbu Y-Y.
d) Penetapan jumlah medan pelat koppel/jumlah pelat koppel yang diperlukan.
e) Pemeriksaan terhadap kestabilan batang tekan profil tersusun.
f) Perencanaan ukuran pelat koppel minimum.
g) Pemeriksaan tekuk lentur torsi.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat melakukan perencanaan batang tekan profil tersusun Metode ASD-
PPBBI 1984.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
d) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

CONTOH SOAL : PERENCANAAN BATANG RANGKA ATAP


Suatu batang tekan dari rangka atap menggunakan profil siku ganda dengan panjang batang L = 3,0
meter, dimana ujung-ujungnya dianggap sendi-sendi, memikul beban terdiri dari beban mati D = 30 kN, beban
hidup atap L = 15 kN, dan beban angin W = 10 kN. Profil siku ganda memakai pelat koppel dengan tebal tp = 5
mm. Tebal pelat buhul (jarak antara kedua sayap)  = 10 mm. Mutu baja BJ-34. Rencanakanlah dimensi profil,
dan lakukan pemeriksaan terhadap kinerja batang tekan tersebut.

PERENCANAAN :
DATA - DATA :
k = 1,0 (sendi-sendi)
Lk = k . L =1,0 . 3000 mm = 3000 mm.
Tegangan leleh (BJ-34), fy = 210 Mpa = 2100 kg/cm2.
Tegangan dasar,
fy 210 MPa
Pembebanan tetap,    = 140 Mpa = 1400 kg/cm2.
1,5 1,5
(1,3) . fy (1,3) . 210 MPa
Pembebanan sementara,    = 182 Mpa = 1820 kg/cm2.
1,5 1,5

a). Kombinasi Pembebanan (PPBBI 1984, PMI-NI.18, PPURG) .


- Pembebanan Tetap,
NT = D + L = 30 kN + 15 kN = 45 kN = 4,5 ton.

- Pembebanan Sementara,
NS = D + L + W = 30 kN + 15 kN + 10 kN = 55 kN = 5,5 ton.

b). Prarencana ukuran profil.


b1). Pembebanan tetap.
Untuk kelangsingan  > 110
I taksir  1,21 N . Lk 2 = 1,21 . (4,5 ton) . (3 m)2 = 49,0 cm4 (untuk 2 profil).

Untuk kelangsingan  < 110


N 4500
Ataksir   2,5 . Lk 2 =  2,5 . (3 m) 2 = 25,7 cm2
fy/1,5 2100 / 1,5
(untuk 2 profil)

b2). Pembebanan sementara.


Untuk kelangsingan  > 110
I taksir  1,21 N . Lk 2 = 1,21 . (5,5 ton) . (3 m)2 = 59,9 cm4 (untuk 2 profil).

Untuk kelangsingan  < 110


N 5500
Ataksir   2,5 . Lk 2 =  2,5 . (3 m) 2 = 25,5 cm2.
(1,3) . fy/1,5 (1,3) . 2100 / 1,5
(untuk 2 profil)

Yang menentukan adalah


Itaksir = 59,9 cm4 akibat pembebanan sementara (untuk 2 profil).
Ataksir = 25,7 cm2 akibat pembebanan tetap (untuk 2 profil).

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Rencanakan profil, 60.60.8


Data-data :
Ix = Iy = 291000 mm4.
ix = iy = rx = ry = 18,0 mm.
I = 121000 mm4. Gambar 32.
i = 11,6 mm.
A = 903 mm2.
Ag = 2 . 903 mm2 = 1806 mm2.
e = 17,7 mm.

a = 2 e +  = 2 . 17,7 + 10 = 45,4 mm.


yo = e – t/2 = 17,7 – 8/2 = 13,7 mm.
xo = 0
fy = 210 Mpa.
k = 1 (sendi-sendi)
Lk = k . L = 1 . 3000 mm = 3000 mm.

c). Pemeriksanaan terhadap bahaya lipat sayap profil.


- Sayap (flens),
b1
 8,5 (pers.44.e, gambar 30) Dalam PPBBI tidak terdapat
t secara eksplisit pemeriksaan
b 60 bahaya lipat untuk profil siku
 = 7,5 < 8,5 ganda yang memikul gaya tekan
t 8
(sayap profil siku tidak ada bahaya lipat).
Atau,
b 200
 (SNI 03-1729-2002)
t fy
7,5 < 13,8

d). Pemeriksaan Terhadap Kekuatan.


- Terhadap sumbu X-X (sumbu bahan).
Lkx 3000
x    166,7 > 110 dan < 200 (memenuhi).
rx 18,0

1 0,7 . fy 1 (0,7) . (210)


sx  ( x )  . (166,7) . = 1,4043
 E 3,14 210000
Syarat,
untuk s  0,183 maka   1
1,41
untuk 0,183  s  1 maka  
1,593  s
untuk s  1 maka   2,381 s2
Maka,
 x  2,381 s2 = 2,381 . (1,4043)2 = 4,696

Pembebanan tetap,
fy / 1,5 (210 MPa) / 1,5
N  Ag .  (1806 mm 2 ) . = 53845,6 N
x 4,696
N = 53,85 kN = 5,39 ton > 4,5 ton (memenuhi).
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Atau,
N 53,85 kN
FK =  = 1,20 > 1 (memenuhi).
N 45 kN

Pembebanan sementara,
(1,3) . fy / 1,5 (1,3) . (210 MPa) / 1,5
N  Ag .  (1806 mm 2 ) . = 69999,3 N
x 4,696

N = 70,0 kN = 7,0 ton > 5,5 ton (memenuhi).


Atau,
N 70,0 kN
FK =  = 1,27 > 1 (memenuhi).
N 55 kN

- Terhadap sumbu Y-Y (sumbu bebas bahan).

Iytotal = 2 . {Iy + A . (½a)2} = 2 . {291000 + 903 . (0,5 .45,4)2}


= 1512613,7 mm4.
Iy 1512613,7
total
ry   = 28,9 mm
Ag 1806
Lky 3000
y   = 103,7 < 200 (memenuhi).
ry 28,9
2 m 2
iy   y  
2 1
dimana,
Lky/n
m=2; λ   50 ; L1 = Lky/n ; Lk = 3000 mm ;
1 r
min
rmin = i = 11,6 mm

Tabel mencari jumlah medan dengan “Trial & Error”


n L1 (mm) λ  50
1
3 1000,0 86,2 > 50
5 600,0 51,7 > 50
7 428,6 36,9 < 50

2
λ  (103,7) 2  (36,9) 2 = 110,0 < 200 (memenuhi).
iy 2
1 0,7 . fy 1 (0,7) . (210)
siy  (iy)  . (110,0) . = 0,927 < 1
 E 3,14 210000
Maka,
1,41
untuk 0,183  s  1 maka  
1,593  s
1,41 1,41
 iy   = 2,118
1,593  siy 1,593  0,927

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Pembebanan tetap,
fy / 1,5 (210 MPa) / 1,5
N  Ag .  (1806 mm 2 ) . = 119379,5 N
 iy 2,118

N = 119,38 kN = 11,94 ton > 4,5 ton (memenuhi).

Atau,
N 119,38 kN
FK =  = 2,65 > 1 (memenuhi).
N 45 kN

Pembebanan sementara,
(1,3) . fy /1,5 (1,3) . (210 MPa) / 1,5
N  Ag .  (1806 mm 2 ) . = 155193,3 N
 iy 2,118

N = 155,19 kN = 15,5 ton > 5,5 ton (memenuhi).

Atau,
N 155,19 kN
FK =  = 2,82 > 1 (memenuhi).
N 55 kN

e). Pemeriksaan Terhadap Kestabilan Profil Tersusun.


Pasal 9.3.(6) SNI 03-1729-2002 menyatakan, untuk menjaga kestabilan elemen-elemen penampang
komponen struktur tersusun maka harga-harga x dan iy harus memenuhi :
x  1,2  1
166,7 > 1,2 . (36,9)
166,7 > 44,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu X-X)

iy  1,2  1
110,0 > 44,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu Y-Y)

 1 =36,9  50 (memenuhi)

f). Perencanaan Ukuran Pelat Koppel Minimum.


SNI 03-1729-2002 pasal 9.3 menyatakan bahwa kelangsingan terhadap sumbu bebas bahan iy hanya
berlaku apabila,
Ip I I
 10 . 1 , atau Ip  (a ) . 10 . 1
a L1 L1
Dimana,
Ip = 1/12 t . h3, dengan tebal koppel, t = 5 mm.
I1 = Imin = I = 121000 mm4 (momen inertia minimum batang tunggal).
L1 = 428,6 mm.
a = 45,4 mm.

Maka,
121000
1/12 . (5) . h3  (45,4) . 10 . ( ) = 128170,8
428,6

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

12 . (128170,8)
h3 = 67,5 mm
5
Pakai pelat koppel ukuran  70 x 5 mm .Ukuran ini minimum, belum termasuk keperluan letak baut/paku.

g). Terhadap lentur torsi.


Tegangan kritis tekuk lentur torsi.
 fcry  fcrz   4 fcry . fcrz . H 
fclt    1  1  
 2H   ( fcry  fcrz) 2 
Dimana,
E 210.000 MPa
G  = 80769,23 Mpa.
2 . (1  v) 2 . (1  0,3)

d’ = d – t/2 = 60 – 8/2 = 56,0 mm


b’ = b – t/2 = 60 – 8/2 = 56,0 mm

(d'  b' ) . t 3 (56  56) . (8) 3


J  ( 2) .  ( 2) . = 38229,3 mm4.
3 3

2 Ix  Iy 2 2 2 . (291000)
ro   xo  y o   0 2  (13,7) 2 = 509,95 mm2.
Ag 1806

 xo 2  y o 2   2 2
H 1    1   0  (13,7)  = 0.63194
 ro
2   509,95 
   

G. J (80769,23) . (38229,3)
fcrz  2
 = 3352,72 Mpa.
Ag . ro (1806) . (509,95)

g1). Pembebanan Tetap.

fy / 1,5 210 / 1,5


fcry   = 66,10 Mpa.
iy 2,118
Maka,
 (66,10)  (3352,72)   4 . (66,13) . (3352,72) . (0,63194) 
fclt    1  1  
 2 . (0,63194)   (66,10  3352,72) 2 

fclt = 65,62 MPa


Maka kekuatan penampang terhadap tekuk lentur torsi,

Nlt = Ag . fclt = (1806 mm) . (65,62 Mpa) = 118563,9 N

= 118,56 kN > 45 kN (memenuhi).


Atau,
Nlt 118,56 kN
  2,63 > 1 (memenuhi).
N 45 kN

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

g1). Pembebanan Sementara.

(1,3) . fy / 1,5 (1,3) . (210) / 1,5


fcry   = 85,93 Mpa.
iy 2,118
Maka,
 (85,93)  (3352,72)   4 . (85,93) . (3352,72) . (0,63194) 
fclt    1  1  
 2 . (0,63194)   (85,93  3352,72) 2 

fclt = 85,12 MPa

Maka kekuatan penampang terhadap teku lentur torsi,

Nlt = Ag . fclt = (1806 mm) . ( 85,12 Mpa) = 153719,5 N


= 153,72 kN > 55 kN (memenuhi).
.
Atau,
Nlt 153,72 kN
  2,79 > 1 (memenuhi).
N 55 kN

KESIMPULAN
Pemeriksaan terhadap Profil, 60.60.8, menghasilkan :
a). Terhadap bahaya lipat sayap (flens), tidak terdapat bahaya lipat.
b). Tekuk terhadap sumbu X-X.
- Pembebaban tetap, FK = 1,20 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 1,27 (memenuhi).
c). Tekuk terhadap sumbu Y-Y.
- Pembebaban tetap, FK = 2,65 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 2,82 (memenuhi)
d). Pemeriksaan terhadap kestabilan profil tersusun (memenuhi)
e). Pelat Koppel Minimum  70 mm x 5 mm
f). Tekuk lentur torsi.
- Pembebaban tetap, FK = 2,63 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 2,79 (memenuhi)

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

WORKSHOP/PELATIHAN : PERENCANAAN BATANG TEKAN


Beban Kerja Kombinasi beban Pemb. Tetap Pemb. Sementara rx,ry
< > < >
Profil b d t e A Ix = ix = I i
No. L Mati Hidup Angin Pembebanan Pembebanan 110 110 110 110
Stb D L W Tetap Sementara Ataksir Itaksir Ataksir Itaksir Iy iy
2 4 2 4 2 4 4
mm kN kN kN kN kN cm cm cm cm mm mm mm cm cm cm cm cm cm
3000 30.00 15.00 10.00 45.0 55.0 25.71 49.01 25.52 59.90 60.60.8 60 60 8 1.77 9.03 29.10 1.80 12.10 1.16
0 3000 40.00 20.00 15.00 60.0 75.0 26.79 65.34 26.62 81.68 70.70.7 70 70 7 1.97 9.40 42.40 2.12 17.60 1.37
1 3000 50.00 25.00 20.00 75.0 95.0 27.86 81.68 27.72 103.46 75.75.7 75 75 7 2.09 10.10 52.40 2.28 21.10 1.45
2 3000 60.00 30.00 25.00 90.0 115.0 28.93 98.01 28.82 125.24 80.80.8 80 80 8 2.26 12.30 72.30 2.42 29.60 1.55
3 3000 70.00 35.00 30.00 105.0 135.0 30.00 114.35 29.92 147.02 80.80.10 80 80 10 2.34 15.10 87.50 2.41 35.90 1.54
4 3000 80.00 40.00 35.00 120.0 155.0 31.07 130.68 31.02 168.80 80.80.10 80 80 10 2.34 15.10 87.50 2.41 35.90 1.54
5 3000 90.00 45.00 40.00 135.0 175.0 32.14 147.02 32.12 190.58 90.90.9 90 90 9 2.54 15.50 116.0 2.74 47.80 1.76
6 3000 100.00 50.00 45.00 150.0 195.0 33.21 163.35 33.21 212.36 90.90.9 90 90 9 2.54 15.50 116.0 2.74 47.80 1.76
7 3000 110.00 55.00 50.00 165.0 215.0 34.29 179.69 34.31 234.14 90.90.11 90 90 11 2.62 18.70 138.0 2.72 57.1 1.75
8 3000 120.00 60.00 55.00 180.0 235.0 35.36 196.02 35.41 255.92 90.90.11 90 90 11 2.62 18.70 138.0 2.72 57.1 1.75
9 3000 130.00 65.00 60.00 195.0 255.0 36.43 212.36 36.51 277.70 90.90.11 90 90 11 2.62 18.70 138.0 2.72 57.1 1.75

Pemb.Sement.
200 Pelat Pemb.Tetap
No. b/t fy buhul x sx x 
Stb () Nx F.K. Nx F.K.
mm kN kN
7.5 13.80 10 166.7 1.4043 4.696 53.85 1.20 70.00 1.27
0 10.0 13.80 10 141.5 1.1924 3.385 77.75 1.30 101.08 1.35
1 10.7 13.80 10 131.6 1.1087 2.927 96.63 1.29 125.62 1.32
2 10.0 13.80 10 124.0 1.0445 2.598 132.57 1.47 172.34 1.50
3 8.0 13.80 10 124.5 1.0489 2.619 161.41 1.54 209.83 1.55
4 8.0 13.80 10 124.5 1.0489 2.619 161.41 1.35 209.83 1.35
5 10.0 13.80 10 109.5 0.9226 2.103 206.37 1.53 268.27 1.53
6 10.0 13.80 10 109.5 0.9226 2.103 206.37 1.38 268.27 1.38
7 8.2 13.80 10 110.3 0.9293 2.125 246.45 1.49 320.39 1.49
8 8.2 13.80 10 110.3 0.9293 2.125 246.45 1.37 320.39 1.36
9 8.2 13.80 10 110.3 0.9293 2.125 246.45 1.26 320.39 1.26

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

WORKSHOP/PELATIHAN : PERENCANAAN BATANG TEKAN


Jumlah Pemb. Tetap Pemb. Sement. Ukuran
No. a Iytotal ry y medan  iy siy iy Niy F.K. Niy F.K. Pelat Koppel
Stb n (t) (h)
4
mm mm mm kN kN mm mm
45.40 1512613.7 28.9 103.7 7 36.9 110.0 0.927 2.118 119.38 2.65 155.19 2.82 5 67.5
0 49.40 1994969.2 32.6 92.1 5 43.8 102.0 0.859 1.922 136.97 2.28 178.05 2.37 5 70.3
1 51.80 2403036.2 34.5 87.0 5 41.4 96.3 0.812 1.804 156.72 2.09 203.74 2.14 5 75.9
2 55.20 3319929.6 36.7 81.7 5 38.7 90.4 0.761 1.696 203.10 2.26 264.03 2.30 5 86.8
3 56.80 4185811.2 37.2 80.6 5 39.0 89.5 0.754 1.681 251.53 2.40 326.99 2.42 5 93.4
4 56.80 4185811.2 37.2 80.6 5 39.0 89.5 0.754 1.681 251.53 2.10 326.99 2.11 5 93.4
5 60.80 5184896.0 40.9 73.4 5 34.1 80.9 0.682 1.547 280.54 2.08 364.70 2.08 5 105.1
6 60.80 5184896.0 40.9 73.4 5 34.1 80.9 0.682 1.547 280.54 1.87 364.70 1.87 5 105.1
7 62.40 6400665.6 41.4 72.5 5 34.3 80.2 0.676 1.537 340.57 2.06 442.74 2.06 5 112.5
8 62.40 6400665.6 41.4 72.5 5 34.3 80.2 0.676 1.537 340.57 1.89 442.74 1.88 5 112.5
9 62.40 6400665.6 41.4 72.5 5 34.3 80.2 0.676 1.537 340.57 1.75 442.74 1.74 5 112.5

Pembebanan Tetap Pembebanan Sementara


2
No. J ro H fcrz
Stb fcry fclt Nlt FK. fcry fclt Nlt FK.
4 2
mm mm Mpa Mpa Mpa kN Mpa Mpa kN
38229.3 509.95 0.63194 3352.72 66.10 65.62 118.5 2.63 85.93 85.12 153.7 2.79
0 30412.7 713.50 0.63218 1831.24 72.85 71.78 134.9 2.25 94.71 92.88 174.6 2.33
1 32699.3 821.57 0.63149 1591.43 77.59 76.18 153.9 2.05 100.86 98.47 198.9 2.09
2 51882.7 933.76 0.62950 1824.30 82.56 81.16 199.7 2.22 107.33 104.96 258.2 2.25
3 100000.0 918.03 0.63121 2913.28 83.29 82.40 248.9 2.37 108.27 106.78 322.5 2.39
4 100000.0 918.03 0.63121 2913.28 83.29 82.40 248.9 2.07 108.27 106.78 322.5 2.08
5 83106.0 1185.20 0.63145 1826.95 90.50 88.82 275.4 2.04 117.64 114.81 355.9 2.03
6 83106.0 1185.20 0.63145 1826.95 90.50 88.82 275.4 1.84 117.64 114.81 355.9 1.83
7 149959.3 1166.46 0.63266 2776.38 91.06 89.95 336.4 2.04 118.38 116.51 435.7 2.03
8 149959.3 1166.46 0.63266 2776.38 91.06 89.95 336.4 1.87 118.38 116.51 435.7 1.85
9 149959.3 1166.46 0.63266 2776.38 91.06 89.95 336.4 1.73 118.38 116.51 435.7 1.71

8
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 5
Sesi 1
Balok Terlentur (Flexural Members)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran :
1. Fungsi balok.
2. Jenis-jenis profil balok lentur.
3. Perilaku lentur balok baja.
4. Lentur pada keadaan elastis.
5. Lentur pada keadaan mulai leleh.
6. Lentur pada keadaan plastis.
7. Pengaruh kelangsingan penampang (tekuk lokal).
8. Contoh soal perencanaan dimensi balok baja diatas dua perletakan sederhana.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang fungsi balok, jenis-jenis profil balok
lentur, perilaku lentur pada balok baja, lentur pada keadaan elastis, keadaan mulai
leleh, keadaan plastis dan pengaruh kelangsingan penampang (tekuk lokal).
 Mahasiswa mengetahui dan memahami cara perencanaan balok baja diatas dua
perletakan sederhana yang dipengaruhi tekuk lokal.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Construction Manual, 2005
c) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
d) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)

1. F U N G S I.

Balok terlentur (flexural member), adalah elemen dari struktur yang mayoritas beban
yang dipikulnya ialah momen dan gaya lintang, sedangkan gaya normal sangat kecil. Balok-
balok ini sesuai dengan fungsinya dipakai sebagai gelagar memanjang dan melintang pada
struktur jembatan dan bangunan portal bertingkat, gording, usuk dan reng pada atap
bangunan, seperti gambar berikut ini,

Gambar (1) : Gelagar jembatan, terlihat gelagar/balok dilengkapi dengan pengaku vertikal.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Dunn_Memorial_Bridge_stub_end.jpg

Gambar (2) : Struktur gable frame Gambar (3) : Bangunan portal


Sumber : http://en.wikipedia.org/ Sumber : http://en.wikipedia.org/

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Gambar (4) : Struktur gording rangka atap merupakan balok lentur.


Sumber : STEELROOFTRUSS, Thamrin Nasution, 2011

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

2. JENIS-JENIS PROFIL BALOK LENTUR.


a). Rolled Section.

Canal (C) Angle (siku) I WF beam T beam

Sumber : http://www.grdsteel.com/

Castellated beam

b). Built up section.

Welded
Welded

Plate girder Box girder

Gambar (5) : Jenis-jenis profil balok.

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

3. Perilaku Lentur Balok Baja.


Suatu penampang baja I dipakai sebagai balok, direncanakan untuk menahan beban
lentur arah sumbu kuat penampang (sb.x). Gambar berikut memperlihatkan balok penampang
I yang mengalami lentur terhadap sb.x penampang. Rotasi () terjadi sepanjang sumbu
batang (sb.z). Penampang dalam bidang x-y dianggap tetap setelah terjadi rotasi akibat lentur.

M1 M1

(a) z

M2 M2

(b)

M3 M3

(c)

M4 M4

(d)

Gambar (6) : Perobahan tegangan lentur dengan naiknya besaran momen


pada penampang balok lentur.

Gambar (a), (b), (c) dan (d) adalah gambar diagram tegangan pada penampang yang
momennya ditingkatkan secara perlahan-lahan. Pada kondisi (a) momen masih kecil sehingga
tegangannya masih elastis. Kemudian tercapai momen leleh My pada kondisi (b), ketika itu
tegangan serat atas atau serat bawah mencapai leleh. Selanjutnya ketika momen ditingkatkan
lagi, tegangan leleh merambat kebagian dalam dari penampang seperti pada gambar (c).
Momen mencapai momen plastis Mp ketika tegangan leleh terjadi pada seluruh penampang
gambar (d).

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

4. Lentur Pada Keadaan Elastis.


Lentur pada keadaan elastis, gambar 6(a), pada balok yamg mempunyai satu sumbu
simetri atau lebih, dimana terdapat sumbu kuat dan sumbu lemah, tegangan lentur yang
terjadi sebagai berikut,
M . cx M . cy
fx  1  fy fy  1  fy ......(1)
Ix Iy
Atau,
M M
f x  1  fy f y  1  fy ......(2)
Sx Sy
Dimana,
M1 = momen lentur dalam keadaan elastis.
Ix, Iy = momen inersia masing-masing terhadap sumbu-x dan sumbu-y.
cx, cy = jarak dari garis netral terhadap serat-serat extreem tekan/tarik.
Sx, Sy = Ix / cx dan Iy / cy adalah modulus penampang elastis terhadap sb-x dan sb-y.
fy = tegangan leleh sesuai mutu baja.

Gambar (7) : Profil WF sebagai balok lentur.

5. Lentur Pada Keadaan Mulai Leleh.

Lentur pada keadaan mulai leleh pada tepi atas dan bawah, gambar 6(b), tegangan
lentur yang terjadi sebagai berikut,
M . cx M . cy
fx  2  fy fy  2  fy ......(3)
Ix Iy
Atau,
M M
f x  2  fy f y  2  fy ......(4)
Sx Sy
Kuat lentur,
Mx = M2 = Sx . fy My = M2 = Sy . fy ......(5)

6. Lentur Pada Keadaan Plastis.

Apabila seluruh penampang sudah leleh atau mencapai keadaan plastis (gambar 6.d
diatas), akan terjadi keruntuhan yang disebut keruntuhan global, keruntuhan seperti inilah
yang ideal bagi balok karena memberikan kuat lentur yang paling besar. Pada keruntuhan ini

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

tidak terjadi tekuk lokal (web atau flens) pada komponen-komponen penampang atau tekuk
torsi lateral pada balok. Kuat lentur nominal adalah,

M4 = Mn = Mp = fy . Z ......(6)
Jadi untuk lentur sumbu x,
Mnx = Mpx = fy . Zx ......(7.a)
dan lentur sumbu y
Mny = Mpy = fy . Zy ......(7.b)

Zx dan Zy adalah modulus penampang plastis (tahanan momen plastis) sumbu x dan sumbu y
yang besarnya dapat dilihat pada tabel baja, untuk propil I atau WF dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut,

Zx = (tw . hw2) / 4 + hf . tf . bf
......(8)
Zy = (hw . tw2 2
+ 2 tf . bf ) / 4

hw = h - 2 tf
hf = h - tf ......(9)

Gambar (8).

7. Pengaruh Kelangsingan Penampang (Tekuk Lokal).


Jika balok menerima momen maka bagian pelat sayap atas serta sebagian badan dari
balok akan menerima tekan. Komponen yang menerima tekan tersebut diatas dapat
mengalami tekuk lokal jika kelangsingan () elemen penampangnya atau ratio antara lebar
terhadap tebalnya melebihi batas ratio p. Batasan terjadinya tekuk lokal akibat lentur pada
masing-masing komponen penampang dapat dilihat pada SNI tabel 7.5-1, sebagai berikut,

Tabel 1 : Batas kelangsingan elemen penampang (SNI 03-1729-2002).


Perbandingan lebar Perbandingan maksimum lebar terhadap tebal
Jenis elemen terhadap tebal p r
() (kompak) (tak-kompak)
Pelat sayap balok I dan kanal 170 370
b / tf
dalam lentur. fy fy  fr
Bagian-bagian pelat badan dalam 1680 2550
tekan akibat lentur [a]. h / tw
fy fy
Pelat sayap dari penampang
persegi panjang dan bujursangkar
berongga dengan ketebalan
seragam yang dibebani lentur atau 500 625
tekan; pelat penutup dari pelat b / tf
fy fy
sayap dan pelat diafragma yang
terletak di antara baut-baut atau
las.

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Tabel 1 : Batas kelangsingan elemen penampang (lanjutan)


Perbandingan lebar Perbandingan maksimum lebar terhadap tebal
Jenis elemen terhadap tebal p r
() (kompak) (tak-kompak)
Untuk,
Nu
 0,125
 b . Ny

1680  2,75 Nu 
1   2550  0,74 Nu 
fy   b Ny  1  
Bagian-bagian pelat
badan dalam fy   b Ny 
kombinasi tekan dan
h / tw
Untuk,
lentur Nu f y adalah tegangan leleh
 0,125 minimum.
 b . Ny

500  Nu  665
2,33  
fy   b Ny  fy

[a] Untuk balok hibrida, gunakan tegangan leleh pelat sayap fyf sebagai ganti fy
fr = tegangan tekan residual pada pelat sayap.
= 70 MPa untuk penampang digilas (panas).
= 115 MPa untuk penampang di las.

Sebagai bahan banding, batas kelangsingan elemen penampang balok lentur standar
AISC 2005 dan AISC 2010, adalah seperti tabel berikut,

Tabel 2 : Batas kelangsingan elemen penampang (AISC 2005).


TABLE B4.1
Limiting Width-Thickness Ratios for
Compression Elements
Description of Width Limiting Width- Example
Element Thick- Thickness Ratios
ness p r
Ratio (compact) (noncompact)
1 Flexure in flanges of
rolled I – shaped
sections and
channels b/t 0,38 E / Fy 1,0 E / Fy

2 Flexure in flanges of
doubly and singly
symmetric I-shaped
built-up sections b/t 0,38 E / Fy 0,95 kc E / FL

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Tabel 2 : Batas kelangsingan elemen penampang (AISC 2005) (Lanjutan).


TABLE B4.1 (cont.)
Limiting Width-Thickness Ratios for
Compression Elements

Description Width Limiting Width- Example


of Thick- Thickness Ratios
Element
ness p r
Ratio (compact) (noncompact)
6 Flexure in legs
of
single angles b/t 0,54 E / Fy 0,91 E / Fy

7 Flexure in
flanges of
tees b/t 0,38 E / Fy 1,0 E / Fy

9 Flexure in
webs of
doubly
symmetric h / tw 3,76 E / Fy 5,7 E / Fy
I-shaped
sections
and channels
11 Flexure in
webs of
singly-
symmetric hC / tw 5,7 E / Fy
I-shaped
sections

13 Flexure in
webs of
rectangular
HSS h/t 2,42 E / Fy 5,7 E / Fy

15 Circular hollow
Sections In
flexure
D/t 0,07 E / Fy 0,31 E / Fy

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Tabel 3 : Batas kelangsingan elemen penampang (AISC 2010).

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Berdasarkan kelangsingan pelat badan atau sayap dari suatu penampang yang
berfungsi sebagai balok lentur, maka balok dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu:

a). Balok dengan penampang kompak jika  ≤ p


b). Balok dengan penampang tidak kompak jika p <   r
c). Balok dengan penampang langsing jika  > r

Dimana,
Sayap,  = b/tf, dan badan,  = h/tw

Kuat lentur nominal Mn untuk tiap-tiap jenis balok tersebut yaitu:


Jika  ≤ p maka Mn = Mp
  p
Jika p <  ≤ r maka Mn = Mp – (Mp – Mr) ......(10)
 r  p
Jika  > r maka Mn = Mr (r/)2
Dengan,
Mp = fy . Z
Mr = (fy – fr) . S
S = modulus penampang elastis (tahanan momen).
fr = tegangan tekan residual pada pelat sayap.
= 70 MPa untuk penampang digilas (panas).
= 115 MPa untuk penampang di las.
Mn
kompak tak kompak langsing
plastis
Mp
inelastis

Mr
elastis

 = b / tf
atau
p r  = h / tw

Gambar (9) : Hubungan kelangsingan elemen penampang


dengan kekuatan lentur nominal.

Harga p dan r untuk masing-masing komponen beragam penampang dihitung


berdasarkan syarat-syarat seperti terdapat pada tabel-tabel diatas. Kuat lentur nominal
terfaktor ditetapkan (SNI) sebagai berikut,
Mu <  Mn ......(11)
Dimana,
Mu = Momen lentur beban terfaktor.
Mn = kekuatan lentur nominal.
 = faktor tahanan/faktor reduksi kekuatan = 0,90.

10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

8. CONTOH SOAL
Sebuah gelagar dari profil WF dengan panjang bentang 15 meter , memikul beban
mati D = 500 kg/m’ dan beban hidup L = 1500 kg/m’. Rencanakanlah dimensi profil gelagar
tersebut, efek tekuk torsi lateral diabaikan. Mutu baja BJ 37.

1,2 D + 1,6 L

L = 15 m

Gambar (10) : Gelagar memakai profil WF.

PERENCANAAN
a). Mutu baja gelagar BJ-37, fy = 240 MPa.

b). Beban terfaktor.


qu = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 . (400 kg/m’) + 1,6 . (1500 kg/m’) = 3000 kg/m’.
= 3,0 ton/m’.

c). Momen nominal.


Mu = 1/8 qu . L2 = 1/8 . (3,0 ton/m’) . (15 m)2 = 84,375 ton.m’.
Mn = Mu / 0,90 = 84,375/0,9 = 93,750 ton.m’.

d). Persyaratan tekuk lokal.


Penampang kompak. Penampang tak kompak.
- Sayap, - Sayap,
170 170 370 370
p    11,0 r    28,4
fy 240 fy  fr 240  70
- Badan, - Badan,
1680 1680 2550 2550
p    108,4 r    164,6
fy 240 fy 240

e). Prarencana dimensi.


Direncanakan gelagar berpenampang kompak, maka modulus penampang plastis yang
diperlukan,
Mp
Mp = fy . Z, atau Zx 
fy
Dimana,
Mp = Mn = 93,750 ton.m’ = 93,750 x 104 x 103 N.mm
Maka,
Mp 93,750 .10 7 N.mm
Zx    3906950 mm3 = 3906,95 cm3.
fy 240 MPa

11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Modulus penampang elastis (perkiraan Sx = Zx/1,1),


Sx = Zx / 1,1 = 3906,95/1,1 = 3551,1 cm3

Pakai profil WF 600.300.12.20


Data-data
Weight h b tw tf r A Ix Sx Zx
2 4 3 3
Kg/m’ mm mm mm mm mm cm cm cm cm
151 588 300 12 20 28 192,5 118000 4020
Sumber : Tabel Profil KONSTRUKSI BAJA, Ir. Rudy Gunawan.

f). Pemeriksanaan kelayakan dimensi.


f1). Tekuk lokal.
Sayap, b / 2tf = 30/(2 . 2) = 7,5 < p = 11,0
Badan, {h – (2tf +2r)}/ tw = {58,8 – (2x2+2x2,8)} / 1,2 = 41,0 < p = 108,4
Gelagar berpenampang kompak.

f2). Kekuatan lentur nominal terfaktor.


Modulus penampang plastis,
Zx = (tw . hw2) / 4 + hf . tf . bf
Dimana,
hw = h - 2 tf = 58,8 – 2x2 = 54,8 cm.
hf = h - tf = 58,8 – 2 = 56,8 cm.
Maka,
Zx = (1,2x54,82)/4 + 56,8x2x30
= 4308,9 cm3 > 3906,95 cm3 (memenuhi).

Mn = Mp = fy . Zx = (240 MPa) . (4308,9x103 mm)


= 1034136000 N.mm = 103,4 ton.m’ > 93,750 ton.m’.

Mu = 0,9 . Mn = 0,9x 103,4 ton.m’


= 93,1 ton.m’ > 84,375 ton.m’ (memenuhi).

Atau,
Mu 93,1
FK    1,1 > 1 (memenuhi).
Mu 84,375

12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)

9. Keruntuhan Tekuk Torsi Lateral


Sebuah balok yang memiliki kelangsingan arah lateral (samping) yang kecil akan
dapat mengalami tekuk torsi lateral dan lentur secara bersamaan ketika balok tersebut
memikul beban. Akibat beban, balok akan bertranslasi kebawah dan akibat tekuk lateral
batang akan menekuk kesamping diikuti dengan memuntirnya penampang. Ilustrasi dari
kejadian ini dapat dilihat pada gambar (11).

Akibat tekuk torsi lateral, penampang pada tengah bentang selain mengalami
penurunan (dy) juga berdeformasi lateral (dx) serta berotasi ().

Untuk batang lentur seperti ini kuat lentur nominalnya ditentukan oleh kelangsingan
propilnya pada arah lateral dimana jari-jari inertianya (iy) terkecil. Jika penampangnya
konstan maka momen nominal tersebut dipengaruhi oleh panjang tekuk atau jarak antara dua
pengekang lateral (Lb atau L), dimana L panjang batang/bentang .

Panjang Lb ditentukan sebagai berikut,


- Perletakan sendi-rol, tanpa pengaku, Lb = L.
- Perletakan sendi-jepit, tanpa pengaku, Lb = 0,8 L.
- Perletakan sendi-rol, dengan pengaku lateral ditengah bentang, Lb = 0,5 L.

dx

dy

Gambar (11) : Tekuk torsi lateral pada balok.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Gelagar melintang berfungsi sebagai


pengekang lateral
Pengekang lateral
(Lateral Bracing)

Gambar (12) : Lateral bracing dan gelagar melintang berfungsi sebagai pengekang lateral.

Kuat komponen struktur dalam memikul momen lentur ditentukan oleh panjang
bentang Lb (jarak antara pengaku lateral), yaitu :

a) Balok bentang pendek.


Untuk Lb ≤ Lp, keruntuhan plastis,
momen nominal,

Mn = Mpx = Zx . fy ......(12)

b) Balok bentang menengah.


Untuk Lr ≤ Lb ≤ Lp, keruntuhan inelastis,
momen nominal,

Mn  Cb  Mr  Mp  Mr 
Lr  Lb    Mp ......(13)
 Lr  Lp 

Mr = Sx (fy – fr) Mpa, dimana fr  70 Mpa.

Cb adalah faktor pengali momen untuk tekuk lateral yang besarnya dipengaruhi oleh bidang
momen lentur balok diantara pengaku lateral, dihitung dengan persamaan berikut,

12.5M max
Cb   2.3 ......(14)
2.5M max  3M A  4 M B  3M C

dimana
Mmax = momen maximum sepanjang L
MA = momen pada titik ¼ L.
MB = momen pada titik ½ L.
MC = momen pada titik ¾ L.

Untuk kasus balok diatas dua tumpuan sederhana dengan beban merata atau terpusat,
Cb = 1,14 (untuk beban terbagi rata, pengaku dipinggir).
Cb = 1,316 (untuk beban terpusat, pengaku dipinggir).

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Batasan nilai Lp dan Lr berdasarkan Tabel 8.3.2. SNI 03-1729-2002 dapat dilihat
pada tabel (4) berikut,

Tabel 4 : Bentang untuk pengekangan lateral


Propil Lp Lr
E X 
1,76 ry dengan; ry  1  1  1  X f 2
fy 2 L
 fL 
Iy dengan,
ry  adalah
A
f L  fy - fr
jari-jari terhadap
`Propil I dan sumbu lemah  EG J A
kanal ganda X1 
Sx 2
2
 Sx  C w
X 2  4 
 G J  Iy
Cw = konstanta puntir lengkung
(warping).
J = konstanta puntir torsi
Propil kotak, JA JA
pejal atau 0,13 E ry 2 E ry
berongga Mp Mr

Dimana,
A = luas penampang, (mm2).
Sx = modulus penampang elastis terhadap sumbu X-X (mm3).
E = modulus elastis, (MPa).
G = modulus geser, (MPa).
J = konstanta puntir torsi = 1/3 {(h – tf) . (tw)3 + 2 b . tf3} (mm4)
Cw = konstanta puntir lengkung (warping) = 1/24 tf . b3 . (h – tf)2 (mm6).
X1 = MPa.
X2 = mm4/N2
ry = jari-jari inertia terhadap sumbu Y-Y, (mm).

c) Balok bentang panjang.


Untuk Lb > Lr , keruntuhan elastis,
momen nominal,
Mn = Mcr  Mp ......(15)

Besar Mcr dihitung berdasarkan Tabel 8.3.1. SNI 03-1729-2002 seperti rumus pada tabel (5)
berikut,
Tabel 5 : Momen kritis untuk tekuk lateral.
Propil Mcr
2
Profil I dan Kanal ganda   E 
Cb E I yG J    I yCw
L  L 
Profil kotak pejal atau JA
2Cb E
berongga L / ry

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Lb

Gambar 13 : Balok Diaphragma sebagai pengaku lateral.

Lb

Lb

Gambar 14 : Pengaku lateral berbentuk Cross atau X-Bracing


Sumber : Bridge Inspector's Reference Manual, U.S. Department of Transportation, Federal Highway Administration,
Publication No. FHWA NHI 03-001, October, 2002, Revised December, 2006

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Lb

Gambar 15 : Hubungan balok ke balok yang dapat berfungsi sebagai pengaku lateral.
Sumber : AISC Presentation.

10. Contoh Soal GELAGAR.


Dari contoh sebelumnya, yaitu sebuah gelagar dari profil WF 600.300.12.20 dengan
panjang bentang 15 meter, memikul beban mati D = 500 kg/m’ dan beban hidup L = 1500
kg/m’. Mutu baja BJ 37. Direncanakan menggunakan pengaku lateral (lateral brasing)
sebanyak 4 (empat) buah. Berapakah kekuatan lentur nominal balok tersebut.

1,2 D + 1,6 L

Pengaku lateral

5000 mm 5000 mm 5000 mm r


L = 15 m

Gambar 16 : Gelagar memakai profil WF.

Tabel 6 : Data-data Pakai profil WF 600.300.12.20


Weight h b tw tf r A Ix iy =ry Sx Zx
2 4 3 3
Kg/m’ mm mm mm mm mm cm cm cm cm cm
151 588 300 12 20 28 192,5 118000 6,85 4020 4309
Sumber : Tabel Profil KONSTRUKSI BAJA, Ir. Rudy Gunawan.

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

EVALUASI
a). DATA-DATA
Mutu baja gelagar BJ-37, fy = 240 MPa.
Modulus geser,
E 200000 MPa
G   76923,1 MPa
2(1  v) 2 . (1  0,3)
Konstanta torsi,
3 3
2 b . t f  (h  t f ) . t w 2 . (300) . 20 3  (588  20) .12 3
J  = 1927168.0 mm4.
3 3
Konstanta warping,
(h  t f ) 2 . b 3 . t f (588  20) 2 . (300) 3 . (20)
Cw   = 7259040x106 mm6.
24 24

b). Beban terfaktor.


qu = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 . (400 kg/m’) + 1,6 . (1500 kg/m’) = 3000 kg/m’.
= 3,0 ton/m’.

c). Momen nominal.


Mu = 1/8 qu . L2 = 1/8 . (3,0 ton/m’) . (15 m)2 = 84,375 ton.m’.
Mn = Mu / 0,90 = 84,375/0,9 = 93,750 ton.m’ = 937,50 kN.m’.

d). Panjang bentang antara dua pengaku lateral.


Lb = 5000 mm.

Syarat,
E 200000 MPa
Lp  1,76 ry  1,76 . (68,5 mm) . = 3480,3 mm
fy 240

X 
Lr  ry  1  1  1  X 2 f L2
 fL 
Dimana,
f L  fy - fr = 240 MPa – 70 MPa = 170 MPa.

 EG J A 3,14 (200000) . (76923,1) . (1927168.0 ) . (19250)


X1   .
Sx 2 4020000 2
X1 = 13194,93 MPa.

2 2
 Sx  C w  4020000  7259040x10 6
X 2  4   4 .   .
 G J  Iy  (76923,1) . (1927168,0)  9020 x10 4
X2 = 0,000237 mm4/N2.
Maka,
13194,93 
Lr  (68,5) .   1  1  (0,000237) . (170) 2 = 10365 mm
 170 

Lp = 3480,3 mm < Lb = 5000 mm < Lr = 10365 mm.

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Balok bentang menengah (Lr ≤ Lb ≤ Lp) dengan keruntuhan inelastis.

e). Momen nominal,



Mn  Cb  Mr  Mp  Mr 
Lr  Lb    Mp
 Lr  Lp 
Dimana,
Mp = Zx . fy = (4309000) . (240) = 1034160000 N.mm = 1034,16 kN.m’.
Mr = Sx (fy – fr) = (4020000).(240 – 70) = 683400000 N.mm = 683,40 kN.m’.
Lb = 5000,00 mm = 5,0 meter.
Lp = 3480,30 mm = 3,48003 meter.
Lr = 11029,52 mm = 11,02952 meter.

qu = 3 t/m’

(A) (B)

5000 mm 5000 mm 5000 mm

MA MB MC

Mmaks

¼ Lb ½ Lb ¾ Lb Lb

Gambar 17 : Bidang momen pada segmen tengah untuk perhitungan nilai Cb.

Nilai Cb dihitung sebagai berikut,


Lb = 1/3 L = 1/3 . 15 m = 5 meter = 5000 mm, qu = 3 t/m’.
Ra = ½ qu . L = ½ . (3 t/m’) . (15 m’) = 22,5 ton.
MA = (22,5) . (6,25) – ½ . (3) . (6,25)2 = 82,03125 ton.m’.
MB = (22,5) . (7,50) – ½ . (3) . (7,50)2 = 84,37500 ton.m’.
MC = (22,5) . (8,75) – ½ . (3) . (8,75)2 = 82,03125 ton.m’.
MMaks = (22,5) . (7,50) – ½ . (3) . (7,50)2 = 84,37500 ton.m’.

Nilai Cb,
12,5M max
Cb   2.3
2,5M max  3M A  4M B  3M C
12,5 . (84,37500)
Cb   2 .3
2,5 . (84,37500)  3 . (82,03125)  4 . (84,37500)  3 . (82,03125)
Cb = 1,014 < 2,3

Momen nominal,

Mn  Cb  Mr  Mp  Mr 
Lr  Lb    Mp
 Lr  Lp 

Mn  1,014 . 683,40  1034,16  683,40
10,365  5,0   Mp
 10,365  3,4803

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Mn = 970,11 kN.m’ < Mp = 1034,16 kN.m’.


Mn = 970,11 kN.m’ > Mn = 937,50 kN.m’ (beban kerja).
(memenuhi).

f). Kesimpulan :
Kekuatan lentur nominal gelagar dengan 4 (empat) buah pengaku lateral sebesar Mn
= 977,03 kN.m’ sanggup memikul momen lentur nominal dari beban kerja sebesar
Mn = 937,50 kN.m’.

11. Lendutan Gelagar/Balok Lentur.


a). Syarat Lendutan.
Lendutan pada gelagar/balok lentur, SNI 03-1729-2002 menetapkan batas-batas
lendutan untuk keadaan kemampuan-layan batas harus sesuai dengan struktur, fungsi
penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur tersebut.
Batas lendutan maksimum diberikan dalam Tabel 6.4-1, seperti terlihat pada tabel berikut,

Tabel 7 : Batas lendutan maksimum1.


Komponen struktur dengan beban tidak terfaktor Beban Tetap Beban sementara
Balok pemikul dinding atau finishing yang getas L / 360 -
Balok biasa L / 240 -
Kolom dengan analisis orde pertama saja h / 500 h / 200
Kolom dengan analisis orde kedua h / 300 h / 200
L adalah panjang bentang, h adalah tinggi tingkat, beban tetap adalah beban mati dan beban hidup, beban
sementara meliputi beban gempa atau beban angin1.

b). Besar Lendutan Untuk Berbagai Struktur.


b1). Balok Terjepit Sebelah, beban terpusat pada ujung.
x L-x
P
X
(A) (B)
y

Gambar 18 : Struktur balok terjepit sebelah.


P L3
Lendutan pada titik (B), y  ......(15)
3E I

b2). Balok Terjepit Sebelah, beban terbagi rata.


x L-x
q t/m’

(A) (B)
X y

L
Gambar 19 : Struktur balok terjepit sebelah.

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

q L4
+ Lendutan pada titik (B), y  ......(16)
8E I

b3). Balok diatas dua perletakan, beban terpusat.


P
a b
(C)
(A) (B)

y
L

Gambar 20 : Struktur balok diatas dua perletakan.


P a2 b2
Lendutan pada titik (C), y ......(17)
3E I L

b4). Balok diatas dua perletakan, beban terbagi rata.


q t/m’

(A) (B)
y

Gambar 21 : Struktur balok diatas dua perletakan.


5 q L4
Lendutan pada tengah bentang, y ......(18)
3 84 E I

12. Lentur Dua Arah / Serong.

Y
X

Q Sin 
P Sin 

Q Cos 
Q P Cos 
P

Gambar 22 : Struktur gording profil I atau kanal.


Sumber : STEELROOFTRUSS, Ir. Thamrin nasution, 2011

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Gambar 23 : Struktur gording memikul muatan terbagi rata Q kN/m’.

Gambar 24 : Struktur gording memikul muatan terpusat P kN.

Momen,
Akibat P kN Akibat Q kN/m’
Mx = ¼ P Cos  . B Mx = 1/8 Q Cos  . B2
My = ¼ P Sin  . B My = 1/8 Q Cos  . B2

Jika penampang profil I dibebani oleh gaya yang menyebabkan terjadinya lentur dua
arah, yaitu Mx kearah sumbu X-X, My kearah simbu Y-Y, maka kondisi batas kekuatan
komponen struktur tersebut ditentukan oleh leleh akibat tegangan kombinasi yang bekerja ,
atau tekuk torsi lateral. Keadaan struktur yang demikian dijumpai pada struktur gording,
seperti gambar 20 diatas.

Perencanaan struktur metode LRFD untuk balok yang mengalami lentur dua arah
dilakukan dengan peninjauan terhadap :

a). Kondisi leleh akibat beban kerja,

Mux Muy
fun     . fy ......(19)
Sx Sy b

b). Kondisi batas akibat tekuk torsi lateral,

 b . Mnx  Mux ......(20)


Dimana,
fun = tegangan (tarik atau tekan) akibat beban terfaktor.
fy = tegangan leleh sesuai mutu baja.
Mux = momen akibat beban kerja terfaktor pada arah sumbu X-X.
Muy = momen akibat beban kerja terfaktor pada arah sumbu Y-Y.
Mnx = kekuatan nominal penampang pada arah sumbu sumbu X-X, yang dihitung
Berdasarkan tekuk torsi lateral.

c). Kondisi tekuk lokal.


d). Pemeriksaan lendutan, kondisi batas layan.

10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

13. Contoh Soal Struktur Gording.


Rencanakanlah dimensi gording dari struktur rangka atap, mutu baja BJ-34, jarak
antara kuda-kuda atap, B = 5 meter, jarak antara gording l = 1,472 meter, gording memakai
profil INP atau kanal (C), atap seng gelombang, tekanan angin, W = 40 kg/m2, muatan hidup
orang, P = 100 kg. Kemiringan atap  = 28o. Perencanaan dilakukan dengan variasi bebas
(tanpa batang tarik).

PERENCANAAN

o
 = 28

 = 1472 mm

Gambar 25 : Struktur gording pada rangka atap.


Sumber : STEELROOFTRUSS, Thamrin Nasution, 2011.

P ton
q t/m’ dan w t/m’

(A) (B)

B = 5000 mm
Gambar 26 : Panjang bentang gording beban yang bekerja.

a). DATA-DATA.
a1). Spesifikasi struktur.
Jarak kuda-kuda B=5m = 5000 mm.
Jarak antara gording  = 1,472 m = 1472 mm.
Sudut kemiringan atap  = 28o
Atap seng gelombang, berat 10 kg/m2.
Tanpa batang batang tarik.

11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Gording dari profil INP dan Kanal (C).

a2). Beban Mati.


Berat sendiri gording (taksir untuk INP atau C) = 18 kg/m’
Berat atap seng gelombang (10 kg/m2 x 1,472 m) = 14,72 kg/m’ +
Jumlah (D Q) Q = 32,72 kg/m’.

a3). Beban Hidup.


Beban terpusat ditengah bentang (La P), P = 100 kg.

a4). Beban Angin (W = 40 kg/m2).


Angin datang (angin tekan),
Wd = (0,02  - 0,4) x W x 
= (0,02 x 28 – 0,4) x 40 kg/m2 x (1,472 m) = 9,42 kg/m’.

Angin pergi (angin hisap),


Wp = (- 0,4) x W x  = (- 0,4) x (40 kg/m2) x (1,472 m) = - 23,55 kg/m’.

b). Kombinasi Beban (SNI 03-1729-2002, fs 6.2.2),


b1). 1,4 D
b2). 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W (menentukan, untuk beban angin datang).
b3). 0,9 D ± 1,3 W.

c). P E R E N C A N A A N
c1). Analisa Struktur.
D Mx = 1/8 Q Cos  . B2 = 1/8 x (32,72) x Cos (28o) x (5)2 = 90,281 kg.m’
= 9028,1 kg.cm’.
D My = 1/8 Q Sin  . B2 = 1/8 x (32,72) x Sin (28o) x (5)2 = 48,003 kg.m’
= 4800,3 kg.cm’.

La Mx = 1/4 P Cos  . B = 1/4 x (100) x Cos (28o) x (5) = 110,368 kg.m’


= 11036,8 kg.cm’.
La My = 1/4 P Sin  . B = 1/4 x (100) x Sin (28o) x (5) = 58,684 kg.m’
= 5868,4 kg.cm’.

Wd Mx = 1/8 Wd . B2 = 1/8 x (9,42) x (5)2 = 29,440 kg.m’


= 2944,0 kg.cm’.
Wd My = 0
Wp Mx = 1/8 Wp . B2 = 1/8 x (-23,55) x (5)2 = -73,601 kg.m’
= - 7360,1 kg.cm’.
Wp My = 0

c2). Kombinasi (beban terfaktor).


Mux = 1,2 . (9028,1) + 1,6 . (11036,8) + 0,8 . (2944,0) = 30847,9 kg.cm’.
Muy = 1,2 . (4800,3) + 1,6 . (5868,4) + 0,8 . (0) = 15149,8 kg.cm’.

c3). Rencana Dimensi.


- Tinjauan terhadap modulus penampang elastis,
Mux Muy
   . fy
Sx Sy b

12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Dimana,
Sx = 8 Sy ;  b  0,90 ; fy = 210 MPa.
Mux = 30847,9 kg.cm’ = 3084790 N.mm
Muy = 15149,8 kg.cm’ = 1514980 N.mm.

(3084790) 8 . (1514980)
  (0,90) . (210)
Sx Sx

Modulus penampang elastis yang diperlukan,


Sx  80448,0 mm3 = 80,45 cm3.

- Tinjauan terhadap lendutan maksimum,


5 Q Cos  . B 4 1 P Cos  . B 3
x  
384 E Ix 48 E Ix

Dimana,
Q = 32,72 kg/m’ = 32,72 x 10-2 N/mm.
P = 100 kg = 1000 N.
B = 5,0 meter = 5000 mm.
E = 200000 MPa.

5 (32,72 x10 -2 ) Cos (28 o ) . (5000) 4 1 (1000) Cos (28 o ) . (5000) 3


x  
384 (200000) . Ix 48 (200000) . Ix
23252102,9
x 
Ix

5 Q Sin  . B 4 1 P Sin  . B 3
y  
384 E Iy 48 E Iy
5 (32,72 x10 -2 ) Sin (28 o ) . (5000) 4 1 (1000) Sin (28 o ) . (5000) 3
y  
384 (200000) . Iy 48 (200000) . Iy
12363362,4
y 
Iy
Berdasarkan tabel “daftar-daftar untuk konstruksi baja, IR. ZACHARIJAS
LAMBRI :
- Untuk profil INP, Ix = 17 Iy, maka Iy = Ix/17.
- Untuk profil kanal (C), Ix = 10 Iy, maka Iy = Ix/10.

Profil INP,
B
x 2  y 2 
240
2 2
 23252102,9   12363362,4  5000
    
 Ix   Ix / 17  240
211459450,5
 20,833
Ix

13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Momen inertia yang diperlukan menjadi,


Ix = 10150053,6 mm4 = 1015,0 cm4.

Profil kanal (C),


B
x 2  y 2 
240
2 2
 23252102,9   12363362,4  5000
    
 Ix   Ix / 10  240

125801165,6
 20,833
Ix
Momen inertia yang diperlukan menjadi,
Ix = 6038455,95 mm4 = 603,8 cm4

Pakai profil seperti tabel berikut,

Tabel 8 : Profil INP dan C


h b tw tf F W Ix Sx ix Iy Sy iy
4 3 4 3
mm mm mm mm cm2 kg/m cm cm cm cm cm cm
INP18 180 82 6.9 10.4 27.9 21.90 1450 161 7.20 81.3 19.8 1.71
C 16 160 65 7.5 10.5 24.0 18.80 925 116 6.21 85.3 18.3 1.89
Sumber : daftar-daftar untuk konstruksi baja, IR. ZACHARIJAS LAMBRI.

d). E V A L U A S I.
d1). Pemeriksaan terhadap tegangan akibat beban kerja.
Profil INP Profil Kanal (C)
Beban mati :
Q = 21,9 + 14,72 = 36,62 kg/m’. Q = 18,8 + 14,72 = 33,52 kg/m’.
Momen lentur akibat beban mati :
D Mx = 1/8 Q Cos  . B2 D Mx = 1/8 Q Cos  . B2
o 2
= 1/8 x (36,62) x Cos (28 ) x (5) = 1/8 x (33,52) x Cos (28o) x (5)2
= 101,042 kg.m’= 10104,2 kg.cm’. = 92,4887 kg.m’= 9248,9 kg.cm’.
D My = 1/8 Q Sin  . B2 D My = 1/8 Q Sin  . B2
= 1/8 x (36,62) x Sin (28o) x (5)2 = 1/8 x (33,52) x Sin (28o) x (5)2
= 53,725 kg.m’ = 5372,5 kg.cm’. = 49,177 kg.m’ = 4917,7 kg.cm’.
Kombinasi beban :
Mux = 1,2x(10104,2) + 1,6x(11036,8) + Mux = 1,2x(9248,9) + 1,6x(11036,8) +
0,8x(2944,0) = 32139,1 kg.cm’. 0,8x(2944,0) = 31112,8 kg.cm’.
Mux = 3213910 N.mm’ Mux = 3111280 N.mm’.
Muy = 1,2x(5372,5) + 1,6x(5868,4) + Muy = 1,2x(4917,7) + 1,6x(5868,4) +
0,8 . (0) = 15836,4 kg.cm’. 0,8 . (0) = 15290,7 kg.cm’.
Muy = 1583640 N.mm’. Muy = 1529070 N.mm’.

14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Tegangan yang terjadi :


Mux Muy Mux Muy
fun     . fy fun     . fy
Sx Sy b Sx Sy b

3213910 1583640 3111280 1529070


fun     . fy fun     . fy
161000 19800 b 116000 18300 b

f un  99,944 MPa  0,90 . (210 MPa) fun  110,377 MPa  0,90 . (210 MPa)
fun  100 MPa  189 MPa fun  110,4 MPa  189 MPa
(Memenuhi) (Memenuhi)

d2). Pemeriksaan terhadap tekuk lokal.


Profil INP Profil Kanal (C)
Sayap, Sayap,
170 170 170 170
 = 11,7  = 11,7
fy 210 fy 210
b/2tf = 82/(2x10,4) = 3,9 < 11,7 b / tf = 65/10,5 = 6,2 < 11,7
(Penampang Kompak) (Penampang Kompak)

Badan, Badan,
1680 1680 1680 1680
 = 115,9  = 115,9
fy 210 fy 210
{h – (2tf+2r)}/tw = {h – (2tf+2r)}/tw =
{180 – (2x10,4+2x69)}/6,9 = 21,1<115,9 {(160-(2x10,5+2x10,5)}/7,5 = 15,7<115,9
(Penampang Kompak) (Penampang Kompak)

d3). Pemeriksaan terhadap tekuk torsi lateral.


Profil INP Profil Kanal (C)

E E
Lp  1,76 ry Lp  1,76 ry
fy fy

200000 MPa 200000 MPa


Lp  1,76 . (17,1 mm) . Lp  1,76 . (18,9 mm) .
210 210
Lp = 928,8 mm = 0,93 m < Lb = 5 m Lp = 1026,5 mm = 1,03 m < Lb = 5 m
Modulus geser :
E 200000 MPa
G   76923,1 MPa
2(1  v) 2 . (1  0,3)
Konstanta torsi :
3 3
2 b . t f  (h  t f ) . t w
J
3
h = 180 mm ; b = 82 mm ; h = 160 mm ; b = 65 mm ;
tw = 6,9 mm ; tf = 10,4 mm tw = 7,5 mm ; tf = 10,5 mm

15
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

2 . (82) . (10,4) 3  (180  10,4) . (6,9) 3 2 . (65) . (10,5) 3  (160  10,5) . (7,5) 3
J J
3 3
4 4
= 80064,27 mm . = 71187,2 mm .
Konstanta warping :
(h  t f ) 2 . b 3 . t f
Cw 
24
(180  10,4) 2 . (82) 3 . (10,4) (160  10,5) 2 . (65) 3 . (10,5)
Cw  Cw 
24 24
= 6872509527,4 mm6. = 2685347615,2 mm6.
f L  fy - fr = 210 MPa – 70 MPa = 140 MPa.

 EG J A
X1 
Sx 2

3,14 (200000) . (76923,1) . (80064,27 ) . (2790)


X1  .
161000 2
X 1 = 25565,46 MPa.

3,14 (200000) . (76923,1) . (71187,19 ) . (2400)


X1  .
116000 2
X 1 = 31031,77 MPa.
2
 Sx  C w
X 2  4 
 G J  Iy
2
 161000  6872509527,4
X 2  4 .   .
 (76923,1) . (80064,27)  813000

X 2 = 0,0000231 mm4/N2  0
2
 116000  2685347615,2
X 2  4 .   .
 (76923,1) . (71187,19)  853000

X 2 = 0,0000057 mm4/N2  0

X 
Lr  ry  1  1  1  X 2 f L2 ; X2  0
 fL 

 25565,46   31031,77 
Lr  (17,1) .   11 Lr  (18,9) .   11
 140   140 
Lr = 4416,1,8 mm = 4,4 m < Lb = 5 m. Lr = 3963,0 mm = 4,0 m < Lb = 5 m.

Tekuk torsi lateral dalam kondisi elastis.

16
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Momen kritis :
2
  E 
Mcr  Cb E I yG J    I yCw
L  L 
Cb = 1,14 ; L = 5000 mm
E I yG J = E I yG J =

(200000).(813000).(76923,1) .(80064,27) (200000).(853000).(76923,1) .(71187,2 )


= 100141955442578x107 = 934195381796992x106
2 2
 E   E 
  I yCw =   I yCw =
 L   L 
2 2
 3,14x 200000   3,14x 200000 
  x 813000 x 6872509527,4   x 853000 x 2685347615,2
 5000   5000 
= 88142461573208x106 = 36135063527748x106
Mcr = 23631455,55 N.mm’= 23,63 kN.m’ Mcr = 22300999,3 N.m’ = 22,30 kN.m’
Mux = 0,9 . Mcr = (0,9) . (23,63 kN.m’) Mux = 0,9 . Mcr = (0,9) . (22,30 kN.m’)
Mux = 21,27 kN.m’ > Mux = 3,21 kN.m’. Mux = 20,07 kN.m’>Mux = 3,11 kN.m’
(Memenuhi) (Memenuhi)

d4). Pemeriksaan terhadap lendutan.


Profil INP Profil Kanal (C)

5 Q Cos  . B 4 1 P Cos  . B 3
x  
384 E Ix 48 E Ix
5 Q Sin  . B 4 1 P Sin  . B 3
y  
384 E Iy 48 E Iy
Dimana,
P = 100 kg = 1000 N.
B = 5,0 meter = 5000 mm.
E = 200000 MPa.
Q = 21,9 + 14,72 = 36,62 kg/m’. Q = 18,8 + 14,72 = 33,52 kg/m’.
4 4
Ix = 1450 cm = 14500000 mm . Ix = 925 cm4 = 9250000 mm4.
Iy = 81,3 cm4 = 813000 mm4. Iy = 85,3 cm4 = 853000 mm4.

5 (36,62 x10 -2 ) Cos (28 o ) . (5000) 4 5 (33,52 x10 -2 ) Cos (28 o ) . (5000) 4
x  x 
384 (200000) . (14500000) 384 (200000) . (9250000)
1 (1000) Cos (28 o ) . (5000) 3 1 (1000) Cos (28 o ) . (5000) 3
 
48 (200000) . (14500000) 48 (200000) . (9250000)
x = 1,70 mm. x = 2,54 mm.

17
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

5 (36,62 x10 -2 ) Sin (28 o ) . (5000) 4 5 (33,52 x10 -2 ) Sin (28 o ) . (5000) 4
y  y 
384 (200000) . (813000) 384 (200000) . (853000)
1 (1000) Sin (28 o ) . (5000) 3 1 (1000) Sin (28 o ) . (5000) 3
 
48 (200000) . (813000) 48 (200000) . (853000)
y = 16,12 mm y = 14,67 mm

B
x 2  y 2 
240

5000 5000
(1,70) 2  (16,12) 2  (2,54) 2  (14,67) 2 
240 240
16,21 mm < 20,83 mm. 14,89 mm < 20,83 mm.
(Memenuhi) (Memenuhi)

e). KESIMPULAN & SARAN


KESIMPULAN
Profil INP 18 dan profil kanal C 16 dengan bentang L = 5 meter, sanggup memikul
beban terfaktor yang bekerja sehingga memenuhi syarat sebagai gording bagi atap seng
gelombang.

SARAN
Apabila dikehendaki menggunakan profil INP dan kanal (C) dengan ukuran yang
lebih kecil disarankan memakai batang tarik sebanyak satu atau dua buah. Selanjutnya
perhitungan dapat dilakukan seperti cara diatas dan batang tarik tersebut dapat dianggap
sebagai pengaku lateral.

18
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Lampiran A
Tabel 9 : Nilai Cb Balok Diatas Perletakan Sederhana.

Table 3-1
Values for Cb for Simply Supported Beams
Lateral Bracing
Load Cb
Along Span
P
None X X
Load at midpoint 1,32

At load point X
1,67
X
1,67
X

P P
None X X
Loads at third points 1,14

At load points X X
Loads symmetrically X X
placed 1,67 1,00 1,67

P P P None X X
Loads at quater points 1,14

At load points X X X X X
Loads at quater points 1,67 1,11 1,11 1,67
W

None X X
1,14

At midpoint X X X
W 1,30 1,30

At third points X X X X
1,45 1,01 1,45

At quater
X X X X X
points 1,52 1,06 1,06 1,52

At fifth points X X X X X X
1,56 1,12 1,00 1,12 1,56

Sumber : AISC – 2005, 13 th Editon, Steel Construction Manual.

19
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Lampiran B
Tabel 10 : Syarat Besar Lendutan.

Sumber : STEEL DESIGN, William T. Segui, The University of Memphis, 4 th Editon, 2007

20
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 5
Sesi 3
Balok Terlentur (Flexural Members)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran : WORKSHOP/PELATIHAN


EVALUASI GELAGAR DENGAN EMPAT PENGAKU LATERAL (3 MEDAN)
a) Kekuatan Lentur Nominal Terfaktor Berdasarkan Tekuk Lokal.
 Syarat Tekuk Lokal.
Sayap dan Badan.
 Tekuk Lokal.
Sayap dan Badan.
 Modulus Penampang Plastis.
 Kekuatan Lentur Nominal.
 Kekuatan Lentur Nominal Terfaktor.
b) Kekuatan Lentur Nominal Terfaktor Berdasarkan Tekuk Torsi Lateral.
 Batas Panjang Medan Pengaku Lateral.
 Perhitungan Nilai Cb.
 Kekuatan Lentur Nominal.
 Kekuatan Lentur Nominal Terfaktor.
c) Kesimpulan, beban maksimum yang dapat dipikul gelagar dengan pengaku lateral.
Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat melakukan evaluasi terhadap gelagar diatas dua perletakan
sederhana dengan pengaku lateral.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Construction Manual, 2005
c) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
d) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)

14. WORKSHOP : EVALUASI GELAGAR

Sebuah gelagar dari profil WF 600.300.12.20 dengan panjang bentang 15 meter.


Lakukanlah evaluasi terhadap gelagar tersebut, apabila gelagar memakai pengaku lateral
(lateral bracing) sebanyak 4 buah (3 medan). Mutu baja BJ 37.

1,2 D + 1,6 L

Pengaku lateral

5000 mm 5000 mm 5000 mm r


L = 15 m

Gambar 25 : Gelagar memakai profil WF.

Tabel 9 : Data-data profil WF 600.300.12.20


Weight h b tw tf r A Ix iy =ry Sx Zx
2 4 3 3
Kg/m’ mm mm mm mm mm cm cm cm cm cm
151 588 300 12 20 28 192,5 118000 6,85 4020 4309
Sumber : Tabel Profil KONSTRUKSI BAJA, Ir. Rudy Gunawan.

EVALUASI
a). Tinjauan Kekuatan Lentur Berdasarkan Tekuk Lokal.
a1). Persyaratan tekuk lokal.
Penampang kompak. Penampang tak kompak.
- Sayap, - Sayap,
170 170 370 370
p    11,0 r    28,4
fy 240 fy  fr 240  70
- Badan, - Badan,
1680 1680 2550 2550
p    108,4 r    164,6
fy 240 fy 240

a2). Tekuk lokal.


- Sayap,
b / 2tf = 30/(2 x 2) = 7,5 < p = 11,0
(sayap kompak)

- Badan,
{h – (2tf +2r)}/ tw ={58,8 – (2x2+2x2,8)}/1,2 = 41,0 < p= 108,4
(badan kompak)

Gelagar berpenampang kompak.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

a3).Modulus Penampang Plastis.


Modulus penampang plastis,
Zx = (tw . hw2) / 4 + hf . tf . bf
Dimana,
hw = h - 2 tf = 58,8 – 2x2 = 54,8 cm.
hf = h - tf = 58,8 – 2 = 56,8 cm.
Maka,
Zx = (1,2x54,82)/4 + 56,8x2x30 = 4308,9 cm3

a4). Kekuatan lentur nominal terfaktor.


Kekuatan nominal,
Mn = Mp = fy . Zx = (240 MPa) . (4308,9x103 mm) Gambar 26
= 1034136000 N.mm = 1034,1360 kN.m’ = 134,41360 ton.m’.

Kekuatan nominal terfaktor,


Mu = 0,9 . Mn = 0,9x 1034,1360 kN.m’ = 930,72240 kN.m’ = 93,07224 ton.m’.

b). Tinjauan Kekuatan Lentur Berdasarkan Tekuk Torsi Lateral.


b1). DATA-DATA
Mutu baja gelagar BJ-37, fy = 240 MPa.

Modulus geser,
E 200000 MPa
G   76923,1 MPa .
2(1  v) 2 . (1  0,3)

Konstanta torsi,
3 3
2 b . t f  (h  t f ) . t w 2 . (300) . 20 3  (588  20) .12 3
J  = 1927168.0 mm4.
3 3

Konstanta warping,
(h  t f ) 2 . b 3 . t f (588  20) 2 . (300) 3 . (20)
Cw   = 7259040x106 mm6.
24 24

b2). Batas panjang bentang antara dua pengaku lateral.


Lb = 5000 mm.

Syarat,
E 200000 MPa
Lp  1,76 ry  1,76 . (68,5 mm) . = 3480,3 mm
fy 240

X 
Lr  ry  1  1  1  X 2 f L2
 fL 
Dimana,
f L  fy - fr = 240 MPa – 70 MPa = 170 MPa.

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

 EG J A 3,14 (200000) . (76923,1) . (1927168.0 ) . (19250)


X1   .
Sx 2 4020000 2
X1 = 13194,93 MPa.

2 2
 Sx  C w  4020000  7259040x10 6
X 2  4   4 .   .
 G J  Iy  (76923,1) . (1927168,0)  9020 x10 4
4 2
X2 = 0,000237 mm /N .
Maka,
13194,93  2 = 10365 mm
Lr  (68,5) .   1  1  (0,000237) . (170)
 170 

Lp = 3480,3 mm < Lb = 5000 mm < Lr = 10365 mm.


Balok bentang menengah (Lr ≤ Lb ≤ Lp) dengan keruntuhan inelastis.

b3). Kekuatan lentur nominal terfaktor.



Mn  Cb  Mr  Mp  Mr 
Lr  Lb    Mp
 Lr  Lp 
Dimana,
Mp = Zx . fy = (4309000) . (240) = 1034160000 N.mm = 1034,16 kN.m’.
Mr = Sx (fy – fr) = (4020000).(240 – 70) = 683400000 N.mm = 683,40 kN.m’.
Lb = 5000,00 mm = 5,0 meter.
Lp = 3480,30 mm = 3,48003 meter.
Lr = 11029,52 mm = 11,02952 meter.

qu t/m’

(A) (B)

5000 mm 5000 mm 5000 mm

MA MB MC

Mmaks
Lb
¼ Lb ½ Lb ¾ Lb

Gambar 27 : Bidang momen pada segmen tengah untuk perhitungan nilai Cb.

Nilai Cb dihitung sebagai berikut,


Lb = 1/3 L = 1/3 . 15 m = 5 meter = 5000 mm.
Ra = ½ qu . L = ½ qu . (15 m) = 7,5 qu (ton).
MA = (7,5 qu) . (6,25) – ½ . (qu) . (6,25)2 = 27,34375 qu (ton.m’).
MB = MMaks = 1/8 qu . L2 = 1/8 qu . (15)2 = 28,125 qu (ton.m’).
MC = (7,5 qu) . (8,75) – ½ . (qu) . (8,75)2 = 27,34375 qu (ton.m’)..
MMaks = MB = 28,125 (ton.m’).

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Nilai Cb,
12,5M max
Cb   2.3
2,5M max  3M A  4M B  3M C
12,5 . (28,125 qu )
Cb   2 .3
2,5 . (28,125 qu )  3 . (27,34375 qu )  4 . (28,125 qu )  3 . (27,34375 qu )

Cb = 1,014 < 2,3

Kekuatan nominal,

Mn  Cb  Mr  Mp  Mr 
Lr  Lb    Mp
 Lr  Lp 

Mn  1,014 . 683,40  1034,16  683,40
10,365  5,0   Mp
 10,365  3,4803
Mn = 970,11 kN.m’ < Mp = 1034,16 kN.m’.
Mn = 970,11 kN.m’

Kekuatan nominal terfaktor,


Mu = 0,90 . Mn = 0,90 . (970,11 kN.m’) = 873,1 kN.m’.

c). KESIMPULAN
Dari kedua tinjauan tersebut, yaitu
- Tekuk lokal, Mu = 930,7 kN.m’
- Tekuk Torsi Lateral, Mu = 873,1 kN.m’
Diambil yang terkecil, sehingga beban terfaktor maksimum yang boleh bekerja
sebesar,
Mu = 1/8 qu . L2, atau
8 Mu 8 . ( 873,1 kN .m' )
qu   = 31,044 kN/m’ = 3,1044 ton/m’.
L2 (15 m) 2

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

EVALUASI

Bentang Tekuk lokal Tekuk lokal


No. Profil L Zx Mp Mr  Sayap Mn  Badan Mn Mu
3
Stb meter cm kN.m' kN.m' b / 2tf Kondisi kN.m' h' / tw Kondisi kN.m' kN.m'
600.300.12.20 15 4308.912 1034.1389 683.4000 7.50 Kompak 1034.1389 41.0 Kompak 1034.1389 930.7250
0 400.200.8.13 8 1285.952 308.6285 202.3000 7.69 Kompak 308.6285 42.8 Kompak 308.6285 277.7656
1 400.300.9.14 9 1845.561 442.9346 295.8000 10.68 Kompak 442.9346 34.9 Kompak 442.9346 398.6412
2 450.200.8.12 10 1392.560 334.2144 219.3000 8.29 Kompak 334.2144 48.3 Kompak 334.2144 300.7930
3 450.300.10.15 11 2287.255 548.9412 367.2000 9.97 Kompak 548.9412 35.6 Kompak 548.9412 494.0471
4 500.200.11.19 12 2462.169 590.9206 379.1000 5.29 Kompak 590.9206 38.9 Kompak 590.9206 531.8285
5 500.300.11.16 13 2663.336 639.2006 425.0000 10.00 Kompak 639.2006 36.4 Kompak 639.2006 575.2806
6 600.200.12.20 14 3316.788 796.0291 506.6000 5.03 Kompak 796.0291 43.5 Kompak 796.0291 716.4262
7 600.300.14.23 15 5017.230 1204.1352 785.4000 6.57 Kompak 1204.1352 35.1 Kompak 1204.1352 1083.7217
8 700.300.13.24 16 6248.788 1499.7091 979.2000 6.25 Kompak 1499.7091 45.8 Kompak 1499.7091 1349.7382
9 800.300.14.26 17 7995.464 1918.9114 1239.3000 5.77 Kompak 1918.9114 49.4 Kompak 1918.9114 1727.0202

Sumber : Tabel Profil KONSTRUKSI BAJA, Ir. Rudy Gunawan.

Jumlah
Syarat
No. J Cw Medan Lb Cb Lp X1 X2 Lr Batas Mn Mu qu
4 6 4 2
Stb mm mm n meter meter MPa mm /N meter kN.m' kN.m' kN/m'
1927168.0 7259040000000.0 3 5.000 1.014 3.480 13194.93 0.000237 10.365 Lp<Lb<Lr 970.1064 873.10 31.043
0 358981.3 648999000000.0 3 2.667 1.014 2.307 12717.35 0.000277 6.794 Lp<Lb<Lr 304.2980 273.87 34.234
1 637366.7 2157825090876.0 3 3.000 1.014 3.663 13847.61 0.000174 10.919 Lb<Lp 442.9346 398.64 39.372
2 303317.3 742179052622.0 3 3.333 1.014 2.200 10795.20 0.000574 6.267 Lp<Lb<Lr 306.4219 275.78 22.062
3 812416.7 2933064599586.9 3 3.667 1.014 3.577 13352.44 0.000210 10.573 Lp<Lb<Lr 554.2592 498.83 32.981
4 1135171.7 1524714231367.1 3 4.000 1.014 2.251 15077.05 0.000154 7.176 Lp<Lb<Lr 522.9055 470.61 26.145
5 882192.3 3680251875000.0 3 4.333 1.014 3.465 12480.47 0.000296 10.124 Lp<Lb<Lr 619.8292 557.85 26.407
6 1409536.0 2323818250830.0 3 4.667 1.014 2.144 13549.23 0.000258 6.650 Lp<Lb<Lr 642.8543 578.57 23.615
7 2971897.3 8606164433597.7 3 5.000 1.014 3.506 15324.99 0.000133 11.124 Lp<Lb<Lr 1137.7114 1023.94 36.407
8 3259857.3 12338352000000.0 3 5.333 1.014 3.445 13247.39 0.000241 10.330 Lp<Lb<Lr 1375.9322 1238.34 38.698
9 4223152.0 17522973000000.0 3 5.667 1.014 3.363 12694.91 0.000302 10.031 Lp<Lb<Lr 1707.7321 1536.96 42.546

5
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 5
Sesi 4
Balok Terlentur (Flexural Members)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran : WORKSHOP/PELATIHAN


PERENCANAAN STRUKTUR GORDING DENGAN SATU BATANG TARIK
a) Perencanaan ukuran dimensi gording yang mengalami lentur dua arah (lentur serong).
 Berdasarkan parameter modulus penampang elastis.
 Berdasarkan parameter momen inertia.
b). Evaluasi dimensi gording terhadap,.
 Tegangan Lentur.
 Lendutan.
c) Evaluasi dimensi gording terhadap kekuatan nominal terfaktor berdasarkan,
 Tekuk Lokal.
Sayap dan Badan.
 Tekuk Torsi Lateral.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat melakukan perencanaan dan evaluasi terhadap struktur gording
yang menggunakan satu batang tarik.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Construction Manual, 2005
c) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
d) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)

15. WORKSHOP : PERENCANAAN STRUKTUR GORDING

Rencanakanlah dimensi gording dari struktur rangka atap, mutu baja BJ-34, jarak
antara kuda-kuda atap, B = 5 meter, jarak antara gording l = 1,472 meter, gording memakai
profil INP atau kanal (C), atap seng gelombang, tekanan angin, W = 40 kg/m2, muatan hidup
orang, P = 100 kg. Kemiringan atap  = 28o. Perencanaan dilakukan memakai 1 (satu) batang
tarik.

PERENCANAAN

o
 = 28

 = 1472 mm

Gambar 28 : Struktur gording pada rangka atap.


Sumber : STEELROOFTRUSS, Thamrin Nasution, 2011.

P ton
q t/m’ dan w t/m’

(A) (B)
Batang tarik

B = 5000 mm
Gambar 29 : Panjang bentang gording beban yang bekerja.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

a). DATA-DATA.
a1). Spesifikasi struktur.
Jarak kuda-kuda B=5m = 5000 mm.
Jarak antara gording  = 1,472 m = 1472 mm.
Sudut kemiringan atap  = 28o
Atap seng gelombang, berat 10 kg/m2.
Pakai 1 (satu) buah batang batang tarik.
Gording dari profil INP dan Kanal (C).

a2). Beban Mati.


Berat sendiri gording (taksir untuk INP atau C) = 18 kg/m’
2
Berat atap seng gelombang (10 kg/m x 1,472 m) = 14,72 kg/m’ +
Jumlah (D Q) Q = 32,72 kg/m’.

a3). Beban Hidup.


Beban terpusat ditengah bentang (La P), P = 100 kg.

a4). Beban Angin (W = 40 kg/m2).


Angin datang (angin tekan),
Wd = (0,02  - 0,4) x W x 
= (0,02 x 28 – 0,4) x 40 kg/m2 x (1,472 m) = 9,42 kg/m’.

Angin pergi (angin hisap),


Wp = (- 0,4) x W x  = (- 0,4) x (40 kg/m2) x (1,472 m) = - 23,55 kg/m’.

b). Kombinasi Beban (SNI 03-1729-2002, fs 6.2.2),


b1). 1,4 D
b2). 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W (menentukan, untuk beban angin datang).
b3). 0,9 D ± 1,3 W.

c). P E R E N C A N A A N
c1). Analisa Struktur.
D Mx = 1/8 Q Cos  . B2 = 1/8 x (32,72) x Cos (28o) x (5)2 = 90,281 kg.m’
= 9028,1 kg.cm’.
D My = 1/8 Q Sin  . (B/2)2 = 1/8 x (32,72) x Sin (28o) x (5/2)2 = 12,001 kg.m’
= 1200,1 kg.cm’.

La Mx = 1/4 P Cos  . B = 1/4 x (100) x Cos (28o) x (5) = 110,368 kg.m’


= 11036,8 kg.cm’.
La My = 1/4 P Sin  . (B/2) = 1/4 x (100) x Sin (28o) x (5/2) = 29,342 kg.m’
= 2934,2 kg.cm’.

Wd Mx = 1/8 Wd . B2 = 1/8 x (9,42) x (5)2 = 29,440 kg.m’


= 2944,0 kg.cm’.
Wd My = 0

Wp Mx = 1/8 Wp . B2 = 1/8 x (-23,55) x (5)2 = -73,601 kg.m’


= - 7360,1 kg.cm’.
Wp My = 0

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

c2). Kombinasi (beban terfaktor).


Mux = 1,2 . (9028,1) + 1,6 . (11036,8) + 0,8 . (2944,0) = 30847,9 kg.cm’.
Muy = 1,2 . (1200,1) + 1,6 . (2934.2) + 0,8 . (0) = 6134,8 kg.cm’.

c3). Rencana Dimensi.


- Tinjauan terhadap modulus penampang elastis,
Mux Muy
   . fy
Sx Sy b

Dimana,
Sx = 8 Sy ;  b  0,90 ; fy = 210 MPa.
Mux = 30847,9 kg.cm’ = 3084790 N.mm
Muy = 6134,8 kg.cm’ = 613480 N.mm.

(3084790) 8 . (613480)
  (0,90) . (210)
Sx Sx

Modulus penampang elastis yang diperlukan,


Sx  42289,0 mm3 = 42,29 cm3.

- Tinjauan terhadap lendutan maksimum,


5 Q Cos  . B 4 1 P Cos  . B 3
x  
384 E Ix 48 E Ix

Dimana,
Q = 32,72 kg/m’ = 32,72 x 10-2 N/mm.
P = 100 kg = 1000 N.
B = 5,0 meter = 5000 mm.
E = 200000 MPa.

5 (32,72 x10 -2 ) Cos (28 o ) . (5000) 4 1 (1000) Cos (28 o ) . (5000) 3


x  
384 (200000) . Ix 48 (200000) . Ix
23252102,9
x 
Ix

5 Q Sin  . ( B / 2) 4 1 P Sin  . ( B / 2) 3
y  
384 E Iy 48 E Iy

5 (32,72 x10 -2 ) Sin (28 o ) . (5000 / 2) 4 1 (1000) Sin (28 o ) . (5000 / 2) 3


y  
384 (200000) . Iy 48 (200000) . Iy
1154767,1
y 
Iy
Berdasarkan tabel “daftar-daftar untuk konstruksi baja, IR. ZACHARIJAS
LAMBRI :
- Untuk profil INP, Ix = 17 Iy, maka Iy = Ix/17.
- Untuk profil kanal (C), Ix = 10 Iy, maka Iy = Ix/10.

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Profil INP,
B
x 2  y 2 
240
2 2
 23252102,9   1154767,1  5000
    
 Ix   Ix / 17  240
30430873,3
 20,833
Ix
Momen inertia yang diperlukan menjadi,
Ix = 1460705,3 mm4 = 146,1 cm4.

Profil kanal (C),


B
x 2  y 2 
240
2 2
 23252102,9   1154767,1  5000
    
 Ix   Ix / 10  240
25961683,2
 20,833
Ix
Momen inertia yang diperlukan menjadi,
Ix = 1246180,7 mm4 = 124,6 cm4

Pakai profil seperti tabel berikut,

Tabel 9 : Profil INP dan C


h b tw tf A W Ix Sx ix Iy Sy iy
4 3 4 3
mm mm mm mm cm2 kg/m cm cm cm cm cm cm
INP12 120 58 5.1 7.7 14.2 11.20 328 54.7 4.81 21.5 7.41 1.23
C 10 100 50 6 8.5 13.5 10.60 206 41.2 3.91 29.3 8.49 1.47
Sumber : daftar-daftar untuk konstruksi baja, IR. ZACHARIJAS LAMBRI.

d). E V A L U A S I.
d1). Pemeriksaan terhadap tegangan akibat beban kerja.
Profil INP12 Profil C10
Beban mati :
Q = 11,2 + 14,72 = 25,92 kg/m’. Q = 10,60 + 14,72 = 25,32 kg/m’.
Momen lentur akibat beban mati :
D Mx = 1/8 Q Cos  . B2 D Mx = 1/8 Q Cos  . B2
= 1/8 x (25,92) x Cos (28o) x (5)2 = 1/8 x (25,32) x Cos (28o) x (5)2
= 71,519 kg.m’= 7151,9 kg.cm’. = 69,863 kg.m’= 6986,3 kg.cm’.
D My = 1/8 Q Sin  . (B/2)2 D My = 1/8 Q Sin  . B2
= 1/8 x (25,92) x Sin (28o) x (5/2)2 = 1/8 x (25,32) x Sin (28o) x (5/2)2
= 9,507 kg.m’ = 950,7 kg.cm’. = 9,287 kg.m’ = 928,7 kg.cm’.

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Kombinasi beban :
Mux = 1,2x(7151,9) + 1,6x(11036,8) + Mux = 1,2x(6986,3) + 1,6x(11036,8) +
0,8x(2944,0) = 28596,4 kg.cm’. 0,8x(2944,0) = 28397,7 kg.cm’.
Mux = 2859640 N.mm’ Mux = 2839770 N.mm’.
Muy = 1,2x(950,7) + 1,6x(5868,4) + Muy = 1,2x(928,7) + 1,6x(5868,4) +
0,8 . (0) = 5835,5 kg.cm’. 0,8 . (0) = 5809,1 kg.cm’.
Muy = 583550 N.mm’. Muy = 580910 N.mm’.

Tegangan yang terjadi :


Mux Muy Mux Muy
fun     . fy fun     . fy
Sx Sy b Sx Sy b

2859640 583550 2839770 580910


fun     . fy fun     . fy
54700 7410 b 41200 8490 b

fun  131,03 MPa  0,90 . (210 MPa) fun  137,3 MPa  0,90 . (210 MPa)
fun  131 MPa  189 MPa fun  137 MPa  189 MPa
(Memenuhi) (Memenuhi)

d2). Pemeriksaan terhadap lendutan.


Profil INP12 Profil C10

5 Q Cos  . B 4 1 P Cos  . B 3
x  
384 E Ix 48 E Ix
5 Q Sin  . ( B / 2) 4 1 P Sin  . ( B / 2) 3
y  
384 E Iy 48 E Iy
Dimana, Batang tarik 1 (satu) buah.
P = 100 kg = 1000 N.
B = 5,0 meter = 5000 mm.
E = 200000 MPa.
Q = 25,92 kg/m’. Q = 25,32 kg/m’.
4 4
Ix = 328 cm = 3280000 mm . Ix = 206 cm4 = 2060000 mm4.
Iy = 21,5 cm4 = 215000 mm4. Iy = 85,3 cm4 = 293000 mm4.

5 (25,92 x10 -2 ) Cos (28 o ) . (5000) 4 5 (25,32 x10 -2 ) Cos (28 o ) . (5000) 4
x  x 
384 (200000) . (3280000) 384 (200000) . (2060000)
1 (1000) Cos (28 o ) . (5000) 3 1 (1000) Cos (28 o ) . (5000) 3
 
48 (200000) . (3280000) 48 (200000) . (2060000)
x = 6,34 mm. x = 10,0 mm.
-2 o 4
5 (25,92 x10 ) Sin (28 ) . (5000 / 2) 5 (25,32 x10 -2 ) Sin (28 o ) . (5000 / 2) 4
y  y 
384 (200000) . (215000) 384 (200000) . (293000)
1 (1000) Sin (28 o ) . (5000 / 2) 3 1 (1000) Sin (28 o ) . (5000 / 2) 3
 
48 (200000) . (215000) 48 (200000) . (293000)
y = 4,99 mm y = 3,64 mm

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

B
x 2  y 2 
240

5000 5000
(6,34) 2  (4,99) 2  (10,0) 2  (3,64) 2 
240 240
8,07 mm < 20,83 mm. 10,64 mm < 20,83 mm.
(Memenuhi) (Memenuhi)

d3). Pemeriksaan terhadap tekuk lokal.


Profil INP12 Profil C10
Sayap, Sayap,
170 170 170 170
 = 11,7  = 11,7
fy 210 fy 210
b/2tf = .............< 11,7 b / tf = .............< 11,7
(Penampang Kompak) (Penampang Kompak)

Badan, Badan,
1680 1680 1680 1680
 = 115,9  = 115,9
fy 210 fy 210
{h – (2tf+2r)}/tw =.... <115,9 {h – (2tf+2r)}/tw =.........<115,9
(Penampang Kompak) (Penampang Kompak)

d4). Pemeriksaan terhadap tekuk torsi lateral.


Profil INP12 Profil C10

E E
Lp  1,76 ry Lp  1,76 ry
fy fy

200000 MPa 200000 MPa


Lp  1,76 . (12,3 mm) . Lp  1,76 . (14,7 mm) .
210 MPa 210 MPa

Lp = 668 mm = 0,668 m < Lb = 2,5 m. Lp = 798 mm = 0,798 m < Lb = 2,5 m

Modulus geser :
E 200000 MPa
G   76923,1 MPa
2(1  v) 2 . (1  0,3)

Konstanta torsi :
3 3
2 b . t f  (h  t f ) . t w
J
3
h = 120 mm ; b = 58 mm ; h = 100 mm ; b = 50 mm ;
tw = 5,1 mm ; tf = 5,7 mm tw = 6 mm ; tf = 8,5 mm

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

2 . (58) . (5,7) 3  (120  5,7) . (5,1) 3 2 . (50) . (8,5) 3  (100  8,5) . (6) 3
J J
3 3
4 4
= 22618,2 mm . = 27058,8 mm .
Konstanta warping :
(h  t f ) 2 . b 3 . t f
Cw 
24
(120  5,7) 2 . (58) 3 . (5,7) (100  8,5) 2 . (50) 3 . (8,5)
Cw  Cw 
24 24
= 789446996,3 mm6. = 307637666,7 mm6.
f L  fy - fr = 210 MPa – 70 MPa = 140 MPa.

 EG J A
X1 
Sx 2

3,14 (200000) . (76923,1) . (22618,2 ) . (1420)


X1  .
54700 2
X 1 = 28532,7 MPa.
3,14 (200000) . (76923,1) . (27058,8) . (1350)
X1  .
41200 2
X 1 = 40400,1 MPa.
2
 Sx  C w
X 2  4 
 G J  Iy
2
 54700  789446996,3
X 2  4 .   .
 (76923,1) . (80064,27)  215000

X 2 = 0,0000145 mm4/N2  0
2
 41200  307637666,7
X 2  4 .   .
 (76923,1) . (71187,19)  293000

X 2 = 0,0000016 mm4/N2  0

X 
Lr  ry  1  1  1  X 2 f L2 ; X2  0
 fL 

 28532,7   40400,1 
Lr  (12,3 mm) .   11 Lr  (14,7 mm) .   11
 140   140 
Lr = 3545 mm = 3,545 m > Lb = 2,5 m. Lr = 5999 mm = 5,999 m > Lb = 2,5 m.
(Lp < Lb < Lr) (Lp < Lb < Lr)

Tekuk torsi lateral dalam kondisi inelastis.

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Momen Nominal :

Mn  Cb  Mr  Mp  Mr 
Lr  Lb    Mp
 Lr  Lp 
Mr = Sx (fy – fr) Mpa, dimana fr  70 Mpa
Cb = 1,3 ; Lb = 2500 mm
Lp = 0,668 m ; Lr = 3,545 m Lp = 0,798 m ; Lr = 5,999 m
Mr = 54700 . (210 – 70) Mr = 41200 . (210 – 70)
= 7658000 N.mm’ = 7,658 kN.m’ = 5768000 N.mm’ = 5,768 kN.m’.
Zx = (tw . hw2) / 4 + hf . tf . bf
hw = h - 2 tf ; hf = h - tf
h = 120 mm ; b = 58 mm ; h = 100 mm ; b = 50 mm ;
tw = 5,1 mm ; tf = 5,7 mm tw = 6 mm ; tf = 8,5 mm
hw = 120 – 2x5,7 = 108,6 mm hw = 100 – 2x8,5 = 83,0 mm
hf = 120 – 5,7 = 114,3 mm hf = 100 – 8,5 = 91,5 mm
Zx = (5,1 x 108,62)/4 + 114,3 x 5,7 x 58 Zx = (6 x 83,02)/4 + 91,5 x 8,5 x 50
= 64103,2 mm3. = 49221,0 mm2.
Mp = Zx . fy = 64103,2 x 210 Mp = Zx . fy = 49221,0 x 210
= 13461672,0 N.mm’= 13,46 kN.m’. = 10336410,0 N.mm’ = 10,34 kN.m’.

Mn  1,30 . 7,658  13,46  7,658
3,545  2,50 
 3,545  0,668
= 12,70 kN.m’.

Mn  1,30 . 5,768  10,34  5,768
5,999  2,50 
 5,999  0,798
= 11,49 kN.m’.
Mux = 0,9 . Mn = (0,9) . (12,70 kN.m’) Mux = 0,9 . Mn = (0,9) . (11,49 kN.m’)
Mux = 11,43 kN.m’ > Mux =2,86 kN.m’. Mux = 10,34 kN.m’>Mux = 2,84 kN.m’
(Memenuhi) (Memenuhi)

e). KESIMPULAN & SARAN


KESIMPULAN
Profil INP 12 dan profil kanal C 10 dengan bentang L = 5 meter, memakai satu batang
tarik sanggup memikul beban terfaktor yang bekerja sehingga memenuhi syarat sebagai
gording bagi atap seng gelombang.

SARAN
Tidak ada.

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

PERENCANAAN STRUKTUR GORDING

No. Jarak Jarak Sudut Berat Berat Jumlah Tekanan B. Mati B.Hidup Datang Pergi D D La La
Stb. Kuda2 Gording Atap Atap Gording Bt.Tarik Angin Dq La P Wd Wp Mx My Mx My
o 2 2
meter meter kg/m kg/m' kg/m kg/m' kg kg/m' kg/m' kg.cm' kg.cm' kg.cm' kg.cm'
5.000 1.472 28 10 18 0 40.0 32.720 100 9.421 -23.552 9028.1 4800.3 11036.8 5868.4
5.000 1.472 28 10 18 1 40.0 32.720 100 9.421 -23.552 9028.1 1200.1 11036.8 2934.2
0 4.000 1.200 24 10 18 1 25.0 30.000 100 2.400 -12.000 5481.3 610.1 9135.5 2033.7
1 4.210 1.230 25 10 18 1 26.5 30.300 100 3.260 -13.038 6084.0 709.3 9538.9 2224.0
2 4.420 1.260 26 10 18 1 28.0 30.600 100 4.234 -14.112 6716.4 819.0 9931.7 2422.0
3 4.630 1.290 27 10 18 1 29.5 30.900 100 5.328 -15.222 7377.5 939.8 10313.4 2627.5
4 4.840 1.320 28 10 18 1 31.0 31.200 100 6.547 -16.368 8066.6 1072.3 10683.7 2840.3
5 5.050 1.350 29 10 18 1 32.5 31.500 100 7.898 -17.550 8782.6 1217.1 11042.1 3060.4
6 5.260 1.380 30 10 18 1 34.0 31.800 100 9.384 -18.768 9524.4 1374.7 11388.2 3287.5
7 5.470 1.410 31 10 18 1 35.5 32.100 100 11.012 -20.022 10290.9 1545.9 11721.8 3521.6
8 5.680 1.440 32 10 18 1 37.0 32.400 100 12.787 -21.312 11080.8 1731.0 12042.3 3762.4
9 5.890 1.470 33 10 18 1 38.5 32.700 100 14.715 -22.638 11892.7 1930.8 12349.4 4009.9

INP,
No. Wd Wd Wp Wp Kombinasi C INP C
Stb. Mx My Mx My Mx My Sx Ix Ix
3 4 4
kg.cm' kg.cm' kg.cm' kg.cm' kg.cm' kg.cm cm cm cm
2944.00 0 -7360.00 0 30847.9 15149.8 80.45 1015.0 603.8
2944.00 0 -7360.00 0 30847.9 6134.8 42.29 146.1 124.6
0 480.00 0 -2400.00 0 21578.3 3986.0 28.29 79.7 69.8
1 722.15 0 -2888.59 0 23140.8 4409.6 30.91 91.1 79.3
2 1033.87 0 -3446.22 0 24777.4 4857.9 33.67 103.7 89.5
3 1427.62 0 -4078.91 0 26496.6 5331.7 36.59 117.4 100.6
4 1917.15 0 -4792.88 0 28307.5 5831.2 39.66 132.3 112.5
5 2517.57 0 -5594.61 0 30220.5 6357.1 42.90 148.4 125.3
6 3245.41 0 -6490.82 0 32246.8 6909.7 46.31 165.9 139.1
7 4118.65 0 -7488.45 0 34398.9 7489.5 49.90 184.8 153.8
8 5156.82 0 -8594.70 0 36690.1 8097.1 53.69 205.2 169.4
9 6381.05 0 -9817.00 0 39135.1 8732.8 57.67 227.0 186.1

Sumber : daftar-daftar untuk konstruksi baja, ZACHARIJAS LAMBRI.

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

PROFIL INP
No. Nomor Berat B. Mati D D Kombinasi Tegangan Lendutan Sayap Badan
Stb. Dq Mx My Mux Muy fun 170 b/2tf 1680 h  (2tf2r) Lp Lb
Profil Gording
kg/m' kg.cm' kg.cm' kg.cm' kg.cm MPa mm fy fy meter meter
INP kg/m' tw
18 21.90 36.62 10104.2 5372.5 32139.2 15836.4 99.9 16.2 11.7 3.9 115.9 21.1 0.929 5.000
12 11.20 25.92 7151.9 950.7 28596.4 5835.5 131.0 8.1 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.500
0 10 8.32 20.32 3712.6 413.2 19455.9 3749.8 133.7 6.4 11.7 3.7 115.9 17.2 0.581 2.000
1 10 8.32 20.62 4140.4 482.7 20808.4 4137.7 145.6 7.7 11.7 3.7 115.9 17.2 0.581 2.105
2 10 8.32 20.92 4591.7 559.9 22227.8 4547.1 158.2 9.1 11.7 3.7 115.9 17.2 0.581 2.210
3 10 8.32 21.22 5066.4 645.4 23723.2 4978.4 171.4 10.7 11.7 3.7 115.9 17.2 0.581 2.315
4 10 8.32 21.52 5563.9 739.6 25304.2 5432.0 185.3 12.6 11.7 3.7 115.9 17.2 0.581 2.420
5 12 8.32 21.82 6083.7 843.1 26981.8 5908.2 129.1 7.9 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.525
6 12 8.32 22.12 6625.2 956.3 28767.7 6407.5 139.1 9.2 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.630
7 12 11.20 25.30 8110.9 1218.4 31782.9 7096.6 153.9 11.1 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.735
8 12 11.20 25.60 8755.2 1367.7 33899.4 7661.1 165.4 12.7 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.840
9 12 11.20 25.90 9419.6 1529.3 36167.4 8251.0 177.5 14.6 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.945

No. K. Torsi K. Warping (ambil nol)


Stb. J Cw X1 X2 Lr Kondisi Cb Zx Mp Mr Mn Mux Mux
4 6 4 2 2
mm mm MPa mm /N meter mm kN.m' kN.m' kN.m' kN.m' kN.m'
80064.3 6872509527.4 25565.5 0.0000231 4.416 Lb > Lr 1.14 188354.4 39.55 22.54 23.63 21.27 3.21
22618.2 789446996.3 28532.7 0.0000145 3.545 Lp<Lb<Lr 1.30 64103.2 13.46 7.658 12.70 11.43 2.86
0 13312.0 307637666.7 30248.7 0.0000113 3.269 Lp<Lb<Lr 1.30 41460.0 8.71 4.788 8.63 7.77 1.95
1 13312.0 307637666.7 30248.7 0.0000113 3.269 Lp<Lb<Lr 1.30 41460.0 8.71 4.788 8.43 7.59 2.08
2 13312.0 307637666.7 30248.7 0.0000113 3.269 Lp<Lb<Lr 1.30 41460.0 8.71 4.788 8.23 7.41 2.22
3 13312.0 307637666.7 30248.7 0.0000113 3.269 Lp<Lb<Lr 1.30 41460.0 8.71 4.788 8.03 7.23 2.37
4 13312.0 307637666.7 30248.7 0.0000113 3.269 Lp<Lb<Lr 1.30 41460.0 8.71 4.788 7.83 7.05 2.53
5 22618.2 789446996.3 28532.7 0.0000145 3.545 Lp<Lb<Lr 1.30 64103.2 13.46 7.658 12.63 11.37 2.70
6 22618.2 789446996.3 28532.7 0.0000145 3.545 Lp<Lb<Lr 1.30 64103.2 13.46 7.658 12.36 11.12 2.88
7 22618.2 789446996.3 28532.7 0.0000145 3.545 Lp<Lb<Lr 1.30 64103.2 13.46 7.658 12.08 10.87 3.18
8 22618.2 789446996.3 28532.7 0.0000145 3.545 Lp<Lb<Lr 1.30 64103.2 13.46 7.658 11.80 10.62 3.39
9 22618.2 789446996.3 28532.7 0.0000145 3.545 Lp<Lb<Lr 1.30 64103.2 13.46 7.658 11.53 10.38 3.62

10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

PROFIL C (Kanal)

No. Nomor Berat B. Mati D D Kombinasi Tegangan Sayap Badan


Stb. Profil Gording Dq Mx My Mx My fun Lendutan 170 b/2tf 1680 h  (2tf  2r) Lp Lb
C kg/m' kg/m' kg.cm' kg.cm' kg.cm' kg.cm MPa mm fy fy tw meter meter
16 18.80 33.52 9248.9 4917.7 31112.8 15290.7 110.4 14.9 11.7 6.2 115.9 15.7 1.027 5.000
10 10.60 25.32 6986.3 928.7 28397.7 5809.1 137.3 10.6 11.7 5.9 115.9 11.0 0.798 2.500
0 8 8.64 20.64 3771.1 419.8 19526.1 3757.6 132.8 9.0 11.7 5.6 115.9 8.0 0.722 2.000
1 8 8.64 20.94 4204.6 490.2 20885.5 4146.6 144.0 10.7 11.7 5.6 115.9 8.0 0.722 2.105
2 8 8.64 21.24 4662.0 568.4 22312.1 4557.3 155.9 12.5 11.7 5.6 115.9 8.0 0.722 2.210
3 8 8.64 21.54 5142.8 655.1 23814.9 4990.1 168.3 14.7 11.7 5.6 115.9 8.0 0.722 2.315
4 10 10.60 23.80 6153.4 818.0 26011.6 5526.0 128.2 9.3 11.7 5.9 115.9 11.0 0.798 2.420
5 10 10.60 24.10 6719.4 931.2 27744.6 6014.0 138.2 10.7 11.7 5.9 115.9 11.0 0.798 2.525
6 10 10.60 24.40 7308.1 1054.8 29587.2 6525.8 148.7 12.3 11.7 5.9 115.9 11.0 0.798 2.630
7 10 10.60 24.70 7918.6 1189.5 31552.0 7061.9 159.8 14.1 11.7 5.9 115.9 11.0 0.798 2.735
8 10 10.60 25.00 8550.0 1335.7 33653.1 7622.7 171.5 16.1 11.7 5.9 115.9 11.0 0.798 2.840
9 10 10.60 25.30 9201.4 1493.9 35905.6 8208.5 183.8 18.2 11.7 5.9 115.9 11.0 0.798 2.945

K. Torsi K. Warping
J Cw X1 X2 Lr Kondisi Cb Zx Mp Mr Mn Mux Mux
4 6 4 2 2
mm mm MPa mm /N meter mm kN.m' kN.m' kN.m' kN.m' kN.m'
71187.2 2685347615.2 30766.5 0.0000057 5.874 Lp<Lb<Lr 1.14 138260.6 29.03 16.24 21.14 19.03 3.11
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.49 10.34 2.84
20544.0 157464000.0 49402.7 0.0000009 6.637 Lp<Lb<Lr 1.30 32064.0 6.73 3.71 7.90 7.11 1.95
20544.0 157464000.0 49402.7 0.0000009 6.637 Lp<Lb<Lr 1.30 32064.0 6.73 3.71 7.83 7.05 2.09
20544.0 157464000.0 49402.7 0.0000009 6.637 Lp<Lb<Lr 1.30 32064.0 6.73 3.71 7.76 6.99 2.23
20544.0 157464000.0 49402.7 0.0000009 6.637 Lp<Lb<Lr 1.30 32064.0 6.73 3.71 7.70 6.93 2.38
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.59 10.43 2.60
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.47 10.32 2.77
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.35 10.21 2.96
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.23 10.10 3.16
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.11 10.00 3.37
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 10.99 9.89 3.59

11
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 5
Sesi 5
Balok Terlentur (Flexural Members)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
16. Tegangan Geser Pada Balok.
a Persamaan umum tegangan geser.
 Contoh soal (1).
b Kuat geser nominal balok (SNI 03-1729-2002, pasal 8.8).
b1). Keruntuhan geser akibat leleh.
b2). Keruntuhan geser akibat tekuk lokal tidak elastis (elasto plastis).
b3). Keruntuhan geser akibat tekuk lokal elastis.
 Contoh Soal (2).
17. Balok Memikul Beban Terpusat (SNI 03-1729-2002, pasal 8.10).
a. Lentur lokal pada sayap (flanges).
b. Kuat leleh pelat badan (local web yielding).
c. Kuat tekuk dukung pelat badan/pelipatan pelat badan (web crippling).
d. Kuat tekuk lateral pelat badan (sideway web buckling).
e. Kuat tekuk lentur pelat badan.
18. Perencanaan Pengaku Penumpu Beban (SNI 03-1729-2002 pasal 8.11).
a. Luas pengaku.
b. Lebar pengaku.
c. Tebal pengaku.
19. Perencanaan Pengaku Vertikal (SNI 03-1729-2002, pasal 8.12).
a. Pemasangan pengaku.
b. Luas minimum pengaku.
c. Kekakuan minimum.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai tegangan geser pada balok,balok
memikul beban terpusat, perencanaan pengaku penumpu beban dan perencanaan pengaku
vertikal .

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Construction Manual, 2005.
c) AISC-2005 Specification for Structural Steel Buildings.
d) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
e) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit AIRLANGGA,
Jakarta, 1990.
f) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, 1984.
g) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
h) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)

16. TEGANGAN GESER PADA BALOK


a). Persamaan umum tegangan geser.
Persamaan umum tegangan geser pada
penampang balok seperti gambar adalah sebagai
berikut, fv
V .Q
fV  (MPa) ......(16) X X
b . Ix
Dimana, (a)
V = gaya lintang (N) (b)
Q = statis momen separoh penampang
ke sumbu x-x
= bf . tf . (½ h – ½ tf) + ½ tw (½ h – tf)2 (mm3)
b = lebar daerah tinjau = tw (mm).
Ix = momen inertia penampang (mm4).

Dari gambar 30(b) terlihat mayoritas tegangan geser


(c)
dipikul oleh badan, hanya sebagian kecil yang dipikul
oleh sayap. X X

Gambar 30 : (a) Profil WF,


CONTOH (1) : (b) diagram tegangan geser,
Sebuah gelagar profil WF 400.300.9.14 memikul (c) luas separoh penampang
gaya lintang sebesar V = 100 ton = 1000 kN.
Berapakah besar tegangan geser pada titik-titik (1), (2) dan (3), lihat gambar 31.

Penyelesaian :
DATA :
Ix = 38700 cm4 ; h = 386 mm ; bf = 299 mm ; tw = 9 mm ; tf = 14 mm

Tegangan geser,
- Pada titik (1), tepi bawah flens atas,
Q = (299 mm) . (14 mm) . (1/2 . 14 mm) = 29302 mm3.
b = bf = 299 mm
(1000 x10 3 ) . (29302)
fV  = 0,253 MPa.
(299) . (38700 x10 4 ) (1) (2)

- Pada titik (2), bagian atas web,


Q = (299 mm) . (14 mm) . (1/2 . 14 mm) = 29302 mm3.
(3)
b = tw = 9 mm
(1000 x10 3 ) . (29302) Gambar 31 :
fV  = 8,413 MPa. Profil WF 400.300.9.14
(9) . (38700 x10 4 )

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

- Pada titik (3) (bagian tengah web),


Q = (299 mm) . (14 mm) . (386/2 mm – ½ x 14 mm) +
(386/2 mm – 14 mm) . (9 mm) . ½ . (386/2 mm – 14 mm) = 922780,5 mm3.
b = tw = 9 mm
(1000 x10 3 ) . (922780,5)
fV  = 264,9 MPa (tegangan geser maksimum).
(9) . (38700 x10 4 )

b). Kuat Geser Nominal Balok (SNI 03-1729-2002, pasal 8.8)


Pelat badan balok dari penampang gilas (hot rolled) simetris ganda atau tunggal yang
mempunyai pengaku pelat badan (stifener) atau tidak, memikul gaya geser Vu harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut,

Vu ≤  Vn ......(17)

Dimana, Vn = kuat geser nominal dari penampang.


 = 0,90 (reduksi kuat geser).

Kuat geser nominal penampang Vn dipengaruhi oleh type keruntuhan geser yang
terjadi. Ada tiga jenis keruntuhan geser yang bergantung pada ratio kelangsingan elemen
badan dari penampangnya yaitu :
b1). Keruntuhan geser akibat leleh, jika kelangsingan pelat badan,

hw kn E
 1,10 ......(18)
tw fy

Kuat geser nominalnya adalah,

Vn = 0,6 fy . Aw ......(19)

Dimana, Aw = luas kotor (bruto) pelat badan = h . tw


fy = kuat leleh.
hw = h – 2.(tf + r)

b2). Keruntuhan geser akibat tekuk lokal tidak elastis (elasto plastis), dengan kelangsingan
pelat badan,
kn E hw kn E
1,10   1,37 ......(20)
fy tw fy

Kuat geser nominalnya adalah,

 kn E  1
Vn  0,60 . fy . Aw 1,10  ......(21)
 fy  hw / t w
Atau,
 
 (1  C ) 
Vn  0,60 . fy . Aw C v  v
 ......(22)
 1,15 1  (a / h ) 2 
 w 

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Dengan koefisien geser pelat badan Cv ,

kn E / fy
C v  1,10 ......(23)
( hw / t w )

b3). Keruntuhan geser akibat tekuk lokal elastis, dengan kelangsingan pelat badan,

hw kn E
 1,37 ......(24)
tw fy

Kuat tekuk geser elastis adalah,

0,90 . Aw . kn . E
Vn  ......(25)
( hw / t w ) 2
Atau,
 
 (1  C ) 
Vn  0,60 . fy . Aw C v  v
 ......(26)
 1,15 1  (a / h ) 2 
 w 
Dengan,
kn E 1
C v  1,5 ......(27)
fy ( h w / t w ) 2

Dimana,
kn = koefisien tekuk pelat badan, dihitung dengan cara sebagai berikut,
- untuk pelat badan tanpa pengaku (unstiffened) dengan hw / tw < 260, kn = 5, kecuali
untuk penampang T dimana kn = 1,2
- Untuk pelat badan yang memakai pengaku (stiffened),
5
kn  5  ......(28)
(a / hw ) 2
2
 260 
kn = 5 bila a/hw > 3,0 atau a / hw   
 hw / t w 

hw = tinggi pelat badan = h – 2.(tf + r) (mm).


tw = tebal pelat badan (mm).
fy = tegangan leleh sesuai mutu baja (MPa).
Aw = hw . tw (mm2).
a = jarak antara pengaku pengaku pelat badan (mm).

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

CONTOH (2) :
Tentukanlah kekuatan geser terfaktor profil WF 400.300.9.14 apabila menggunakan
baja dengan mutu BJ-37.

Data-data :

h bf tw tf r
Profil
mm mm mm mm mm
WF 400.300.9.14 386 299 9 14 22

EVALUASI :
Anggap gelagar tanpa pengaku pelat badan.
a). Kelangsingan pelat badan. Gambar 32
hw 386  2 . (14  22)
  34,9 < 260
tw 9
kn = 5
Syarat,
kn E 5 . (200000 MPa)
1,10  1,10 . = 71 > 34,9
fy 240

Kelangsingan pelat badan < syarat, maka persamaan (17) dan (19) dapat digunakan dalam
menghitung kekuatan geser.

b). Kekuatan geser gelagar WF 400.300.9.14,


- Kekuatan geser nominal,

Vn = 0,6 fy . Aw

Dimana, Aw = h . tw = (386 mm) . (9 mm) = 3474,0 mm2.


Maka,
Vn = 0,6 . (240 MPa) . (3474,0 mm2) = 500256,0 N
= 500,256 kN = 50,0 ton.

- Kekuatan geser nominal terfaktor,


Vu = 0,90 . (500,256 kN) = 450,230 kN = 45,02 ton.

17. BALOK MEMIKUL BEBAN TERPUSAT

Pada lokasi perletakan dari gelagar/balok, terdapat reaksi perletakan berupa gaya
terpusat (tumpu) yang dipikul oleh gelagar/balok dalam hal ini adalah pelat badan (web)
merupakan bagian yang langsing dari balok akan mengalami tekuk karena mengalami
tegangan tekan yang tinggi pada lokasi tersebut, dan dapat terjadi oleh karena adanya gaya
lintang. Kondisi ini juga terdapat pada hubungan antara balok dan kolom.

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Lateral bracing

Stiffener

Gambar 33 : Pengaku lateral berbentuk Cross atau X-Bracing, diantara pengaku lateral terdapat
pengaku pelat badan (stiffener) untuk geser.
Sumber : Bridge Inspector’s Reference Manual, U.S. Department of Transportation, Federal Highway Administration,
Publication No. FHWA NHI 03-001, October, 2002, Revised December, 2006

Stiffener

Stiffener

Gambar 34 : Letak stiffener pada hubungan balok dengan kolom


Sumber : Design of Seismic-Resistant Steel Building Structures, Michael D. Engelhardt, University of Texas at
Austin with the support of the American Institute of Steel Construction.

Pada badan-badan gelagar/balok yang diperkirakan akan terjadi tekuk dipasang


stiffener (pengaku pelat badan), seperti terlihat pada gambar (33) dan (34).

Beberapa kemungkinan dapat terjadi pada gelagar/balok akibat adanya beban terpusat
(gaya tumpu) tersebut di ilustrasikan seperti gambar berikut,

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Lentur pada sayap (flange) Lipat pada badan Tekuk torsi lateral

Tekuk pada badan

Gambar 35 : Beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada gelagar/balok


akibat beban terpusat (gaya tumpu).

Gaya tumpu perlu pada pelat badan (web) harus memenuhi,

Ru   Rn ......(29)

Dimana,  = faktor reduksi kekuatan.


Rn = kuat tumpu nominal pelat badan.

Bila persamaan (20) diatas terpenuhi maka tidak diperlukan pengaku pelat badan (stiffener).

SNI 03-1729-2002 pasal 8.10 menetapkan kekuatan tumpu nominal (Rn) atas
beberapa tinjauan sebagai berikut :
a). Lentur lokal pada sayap (flens),
Rn = 6,25 tf 2 . fy ......(30)

Dimana,  = 0,90
fy = tegangan leleh sayap (flange)

b). Kuat leleh pelat badan (local web yielding).


Kuat tumpu terhadap leleh suatu pelat badan adalah:
b1).Bila jarak beban terpusat terhadap ujung balok lebih besar dari tinggi balok,

Rn  (5k  N ) f y t w (j > h) ......(31)

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

b2).Bila jarak beban terpusat terhadap ujung balok lebih kecil atau sama dengan
tinggi balok,
Rn  (2,5k  N ) f y t w (j  h) ......(32)

Dimana,
 = 1,0
k = (tf + r), tebal pelat sayap ditambah jari-jari peralihan (mm).
N = dimensi longitudinal pelat perletakan atau tumpuan, minimal sebesar k
(mm).

Gambar 36 : Beban terpusat pada gelagar.

c). Kuat tekuk dukung pelat badan/pelipatan pelat badan (web crippling).
Kuat pelat badan terhadap tekuk di sekitar pelat sayap yang dibebani adalah :
c1). Bila beban terpusat mempunyai jarak lebih dari h/2 dari ujung balok,

  N  t w 
1,5 
E fy tf
Rn  0,79 t w2 1  3     ......(33)
  h  t f   tw

c2). Bila beban terpusat mempunyai jarak kurang dari h/2 dari ujung balok dan
untuk N/h  0,2 ,

  N  t w 
1,5 
E fy t f
Rn  0,39 t w2 1  3     ......(34)
  h  t f   tw

atau, untuk N/h > 0,2 ,


  
N  t 
1,5 
E fy tf
Rn  0,39 t w2 1  4 
  0,2 w t   ......(35)
  h  f   tw
Dimana,
 = 0,75

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

d). Kuat tekuk lateral pelat badan (sideway web buckling).


Kuat pelat badan terhadap tekuk lateral adalah
d1).Untuk pelat sayap yang dikekang terhadap rotasi dan dihitung bila
(hw / tw) / (Lb / bf)  2,3 ,

C r E t w2 t f  ( hw / t w ) 3 
Rn  2
 1  0, 4  ......(36)
hw  ( Lb / b f ) 3 

Jika (hw / tw) / (Lb / bf) > 2,3  Rn = 

d2).Untuk pelat sayap yang tidak dikekang terhadap rotasi dan dihitung jika
(hw / tw) / (Lb / bf)  1,7 ,

3
Cr E t w t f  ( hw / t w ) 3 
Rn  2
 0, 4  ......(37)
hw  ( Lb / b f ) 3 

Jika (hw / tw) / (Lb / bf) > 1,7  Rn = 

dengan,
Cr = 3,25 untuk Mu  M y dititik kerja Ru
= 1,62 untuk Mu > M y dititik kerja Ru
 = 0,85
Lb = jarak pengaku lateral.

e). Kuat tekuk lentur pelat badan


Kuat tumpu pelat badan akibat terjadinya tekuk lentur pelat badan adalah,

3
24,08 t w
Rn  E fy ......(38)
hw

18. PERENCANAAN PENGAKU PENUMPU BEBAN


SNI 03-1729-2002 pasal 8.11 menetapkan, jika kuat tumpu pelat badan tidak
mencukupi, atau persamaan (29) tidak terpenuhi maka perlu pemasangan pengaku (stiffener)
sehingga terpenuhi ketentuan tersebut, sebagai berikut,

a). Luas Pengaku harus memenuhi persamaan,

As fy ≥ Ru –  Rn ......(39)

Dimana As adalah luas pengaku


As = 2 (ts . bs) untuk pengaku ganda seperti pada gambar ().
As = (ts . bs) untuk pengaku tunggal.

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

b). Lebar pengaku pada setiap sisi bs harus memenuhi,

bs > bf / 3 – ½ tw ......(40)

c). Tebal pengaku t s harus,

ts > tf / 2 ......(41)
dan harus memenuhi,
bs E
 0,56 ......(42)
ts fy

Gambar 37 : Denah pengaku (Stiffener) ganda, boleh dipasang tunggal.

19. PERENCANAAN PENGAKU VERTIKAL


(SNI 03-1729-2002, pasal 8.12).

a). Pemasangan pengaku.


Bila kuat geser pelat badan pada persamaan (22) dan (26) tidak memenuhi syarat
maka pengaku vertikal dipasang untuk mengubah ukuran panel pelat badan.
Pengaku vertikal pada pelat badan harus berada di antara kedua pelat sayap dan
jarak ujungnya dari pelat sayap tidak boleh lebih dari empat kali tebal pelat badan.
Pengaku vertikal dipasang di salah satu sisi atau di kedua sisi pelat badan.

Gambar 38 : Denah pengaku vertikal (Stiffener) ganda atau tunggal.

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

b). Luas minimum.


Pengaku vertikal yang tidak menerima beban luar secara langsung atau momen
harus mempunyai luas As yang memenuhi,

 ( a / hw ) 2 
As  0,5 Aw (1  C v )(a / hw )   ......(43)
 1  ( a / hw ) 2 

Keterangan:
Cv adalah koefisien geser pelat badan yang ditentukan persamaan (23) atau (27).
Aw adalah luas pelat badan (hw . tw), mm2.
hw = h – 2.(tf + r)
D = 1,0 untuk sepasang pengaku
= 1,8 untuk pengaku siku tunggal
= 2,4 untuk pengaku pelat tunggal

c). Kekakuan Minimum Pengaku.

Pengaku vertikal pada pelat badan yang tidak menerima beban luar secara langsung
atau momen harus mempunyai momen inersia (Is) terhadap garis tengah bidang pelat
badan,
3
I s  0,75 hw t w untuk (a / hw )  2 ......(44)
3
1,5 h 3t w
Is  untuk (a / hw ) > 2 ......(45)
a2

10
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 5
Sesi 6
Balok Terlentur (Flexural Members)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran : WORKSHOP/PELATIHAN


PERENCANAAN & EVALUASI GELAGAR (HOT ROLLED) TANPA STIFFENER DAN
LATERAL BRACING.
a) Perencanaan ukuran pelat landasan,
 Panjang, N.
 Lebar, B.
 Tebal, t.
b) Evaluasi gelagar terhadap,
 Keruntuhan geser akibat leleh.
 Kuat lentur lokal pada sayap (flanges).
 Kuat leleh pada pelat badan (local web yielding).
 Pelipatan pelat badan (web crippling).

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat melakukan perencanaan ukuran pelat landasan dan dapat
melakukan evaluasi gelagar terhadap keruntuhan geser akibat leleh, kuat lentur lokal
pada sayap, kuat leleh pelat badan dan pelipatan pelat badan.

DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Construction Manual, 2005.
c) AISC-2005 Specification for Structural Steel Buildings.
d) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)

20. WORKSHOP/PELATIHAN
CONTOH (3) :

Sebuah gelagar dari profil WF 600.300.12.20 dengan panjang bentang 15 meter.


Memikul beban terbagi rata q t/m’ dan terpusat P1 dan P2 ton dengan jarak simetris. Gelagar
didudukkan diatas pondasi beton dengan mutu fc = 22 MPa. Rencanakanlah landasan
perletakan. Lakukanlah evaluasi terhadap gelagar tersebut apabila tidak mempunyai pengaku
vertikal ataupun pengaku lateral. Mutu baja BJ 37.

Gambar 39 : Gelagar memakai profil WF.

Tabel 1 : Data-data profil WF 600.300.12.20


Weight h b tw tf r A Ix iy =ry Sx Zx
2 4 3 3
Kg/m’ mm mm mm mm mm cm cm cm cm cm
151 588 300 12 20 28 192,5 118000 6,85 4020 4309
Sumber : Tabel Profil KONSTRUKSI BAJA, Ir. Rudy Gunawan.

PERENCANAAN
a). Reaksi Perletakan.
Ru = Rki = Rka = P + ½ q L = 10 ton + ½ x (2 t/m) x (15 m) = 25 ton = 250 kN.

b). Perencanaan panjang landasan N (bearing plate).


b1). Terhadap kuat leleh pelat badan gelagar.

Rn  (2,5k  N ) f y t w Ref. Pers.(32)

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Atau,
Rn
N   2,5 k
fy . t w
Dimana,
k = tf + r = 20 mm + 28 mm = 48 mm ; tw = 12 mm.
fy = 240 MPa ; Ru = 250 kN ;  = 1,0 ;
Rn = Ru /  = 250 kN/1,0 = 250 kN .
Maka,
250 x10 3 N
N   2,5 . (48 mm)
(240 MPa) . (12 mm)
N = - 33,2 mm.
Pelat landasan tidak diperlukan, ambil N = 50 mm.

b2). Terhadap permukaan beton pondasi.


Kuat tumpu tumpu rencana beton (SK SNI 03-2847-2002, pasal 12.17),

Pb = 0,85 . fc . A1

Atau, luas permukaan beton perlu,


Pb 250 x10 3 N
A1   = 13369 mm2.
0,85 . fc 0,85 . (22 MPa )

Lebar pelat landas B,


A 13369 mm 2
B 1  = 267,0 mm.
N 50 mm
Ambil lebar B = bf = 300 mm = 30 cm

b3). Rencana tebal pelat landas.


B = 300 mm ; N = 50 mm
k = tf + r = 20 mm + 28 mm = 48 mm.
Tegangan tumpu pada permukaan beton,
P 250 x10 3 N
fb  b  = 16,667 MPa.
B . N (300 mm) . (50 mm)
k k
q b  f b . N = (16,667 MPa) . (50 mm)
= 833,333 N/mm
Momen pada pelat landas,
Mu = ½ . qb . (B/2 – k)2
= ½ . (833,333 N/mm) . (300/2 mm – 48 mm)2
Mu = 4335000,0 N.mm
Gambar 40
 . Z . fy  Mu  Z = ¼ N . t2
 . (1 / 4 N t 2 ) . fy  Mu
4 Mu 4 . (4334982,7 N.mm)
t  = 40,07 mm
 . fy . N 0,90 . (240 MPa) . (50 mm)
Ambil tebal pelat landas, t = 41 mm = 4,1 cm

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

EVALUASI
a). Keruntuhan geser akibat leleh.
Gelagar tanpa pengaku pelat badan.
Kelangsingan pelat badan,
hw 588  2 . (20  28)
  41,0 < 260 Ref. Pers.(18)
tw 12
kn = 5
Syarat,
kn E 5 . (200000 MPa)
1,10  1,10 . = 71 > 41,0
fy 240

Kelangsingan pelat badan < syarat, maka persamaan (17) dan (19) dapat digunakan dalam
menghitung kekuatan geser.
Kekuatan geser nominal gelagar WF 600.300.12.20,

Vn = 0,6 fy . Aw Ref. Pers.(19)


2
Dimana, Aw = h . tw = (588 mm) . (12 mm) = 7056,0 mm .
Maka,
Vn = 0,6 . (240 MPa) . (7056,0 mm2) = 1016064 N
Vn = 1016,1 kN
 = 0,90
Vu = 0,90 . (1016,1 kN) = 914,46 kN > Ru = 250 kN (memenuhi).
(Tidak perlu stiffener).

b). Kuat Lentur lokal pada sayap (flens),


Rn = 6,25 tf 2 . fy = 6,25 . (20 mm)2 . (240 MPa) Ref. Pers.(30)
Rn = 600000 N = 600,0 kN.
 = 0,90
R u = 0,90 . (600,0 kN) = 540,0 kN > Ru = 250 kN (memenuhi).
(Tidak perlu stiffener).

c). Kuat leleh pelat badan (local web yielding).


c1). Pada perletakan,
Rn  (2,5k  N ) f y t w Ref. Pers.(32)
= {2,5 . (48 mm) + 50 mm} . (240 MPa) . (12 mm)
Rn = 489600 N = 489,6 kN.
 = 1,0
R u = 1,0 . (489,6 kN) = 489,6 kN > Ru = 250 kN (memenuhi).
(Tidak perlu stiffener).

c2). Pada gaya terpusat,


Rn  (5k  N ) f y t w Ref. Pers.(31)
= {5 . (48 mm) + 50 mm} . (240 MPa) . (12 mm)
Rn = 835200 N = 835,2 kN.
 = 1,0
R u = 1,0 . (835,2 kN) = 835,2 kN > Ru = 250 kN (memenuhi).
(Tidak perlu stiffener).

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

d). Kuat tekuk dukung pelat badan/ terhadap pelipatan pelat badan (web crippling).
d1). Pada perletakan.

Gambar 41.
j = N/2 = (50 mm)/2 = 25 mm.
h/2 = (588 mm)/2 = 294 mm > j = 25 mm
N/h = (50 mm)/(588 mm) = 0,09 < 0,2
Bila beban terpusat mempunyai jarak kurang dari h/2 dari ujung balok dan untuk
N/h  0,2 ,
  N  t w   E f y t f
1,5
2
Rn  0,39 t w 1  3     Ref. Pers.(34)
  h  t f   tw

  50 mm 12 mm   (200000 MPa).(240 MPa). (20 mm)


1,5
Rn  0,39.(12mm) 2 .1  3   
20 mm  
  588 mm   12 mm

Rn = 561864,6 N = 561,86 kN
 = 0,75
R u = 0,75 . (561,86 kN) = 421,4 kN > Ru = 250 kN (memenuhi).
(Tidak perlu stiffener).

d2). Pada gaya terpusat.


j = L / 3 = (15,0 m) / 3 = 5,0 m = 5000 mm.
h/2 = (588 mm)/2 = 294 mm < j = 5000 mm

 N  t w 
1,5 
E fy tf
Rn  0,79 t w2 1  3     Ref. Pers.(33)
  h  t f   tw

  50 mm 12 mm   (200000 MPa).(240 MPa). (20 mm)


1,5
Rn  0,79.(12mm) 2 .1  3   
20 mm  
  588 mm   12 mm

Rn = 1138135,9 N = 1138,136 kN
 = 0,75
R u = 0,75 . (1138,136 kN) = 421,4 kN > Ru = 250 kN (memenuhi).
(Tidak perlu stiffener).

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

BAJA BJ 37 fy = 240 Mpa BETON fc = 22 Mpa E= 200000 Mpa


N B
No. Profil h b tw tf r L q P1 P2 Ru Rn N Design A1 B design
Stb mm mm mm mm mm m t/m ton ton ton kN mm mm mm2 mm mm
600.300.12.20 588 300 12 20 28 15 2.00 10 10 25.000 250.00 -33.2 50 13369.0 267 300
0 400.200.8.13 400 200 8 13 16 15 2.00 11 11 26.000 260.00 62.9 70 13903.7 199 200
1 400.300.9.14 386 299 9 14 22 16 2.40 12 12 31.200 312.00 54.4 60 16684.5 278 299
2 450.200.8.12 446 199 8 12 18 17 0.70 13 13 18.950 189.50 23.7 70 10133.7 145 199
3 450.300.10.15 434 299 10 15 24 18 1.70 14 14 29.300 293.00 24.6 60 15668.4 261 299
4 500.200.11.19 506 201 11 19 20 19 1.00 15 15 24.500 245.00 -4.7 70 13101.6 187 201
5 500.300.11.15 482 300 11 15 26 20 1.00 16 16 26.000 260.00 -4.0 50 13903.7 278 300
6 600.200.12.20 606 201 12 20 22 21 0.70 17 17 24.350 243.50 -20.5 70 13021.4 186 201
7 600.300.14.23 594 302 14 23 28 22 2.00 18 18 40.000 400.00 -8.5 80 21390.4 267 302
8 700.300.13.24 700 300 13 24 28 23 2.20 19 19 44.300 443.00 12.0 90 23689.8 263 300
9 800.300.14.26 800 300 14 26 28 24 2.60 20 20 51.200 512.00 17.4 100 27379.7 274 300

(a) (b) (c1) (c2) (d1) (d2)


No. fb qb Mu t
hw kn E Aw Vn Rn Rn Rn j =N/2 h/2 N/h Rn Rn
1,10
Stb Mpa N/mm N.mm mm tw fy mm
2
kN kN kN kN mm mm kN kN
16.667 833.333 4335000.0 40.07 41.0 71.0 7056.0 1016.064 600.000 489.600 835.200 25 294 0.09 561.865 1138.1359
0 18.571 1300.000 3276650.0 29.44 42.8 71.0 3200.0 460.800 253.500 273.600 412.800 35 200 0.18 276.310 559.7044
1 17.391 1043.478 6721173.9 45.55 34.9 71.0 3474.0 500.256 294.000 324.000 518.400 30 193 0.16 338.579 685.8391
2 13.604 952.261 2299830.1 24.67 48.3 71.0 3568.0 513.792 216.000 278.400 422.400 35 223 0.16 266.075 538.9723
3 16.332 979.933 5982614.1 42.97 35.6 71.0 4340.0 624.960 337.500 378.000 612.000 30 217 0.14 405.636 821.6722
4 17.413 1218.905 2305102.6 24.69 38.9 71.0 5566.0 801.504 541.500 442.200 699.600 35 253 0.14 508.242 1029.515
5 17.333 866.667 5148433.3 43.67 36.4 71.0 5302.0 763.488 337.500 402.600 673.200 25 241 0.10 456.399 924.5009
6 17.306 1211.443 2072930.0 23.42 43.5 71.0 7272.0 1047.168 600.000 504.000 806.400 35 303 0.12 583.210 1181.374
7 16.556 1324.503 6622516.6 39.15 35.1 71.0 8316.0 1197.504 793.500 697.200 1125.600 40 297 0.13 809.046 1638.836
8 16.407 1476.667 7090953.3 38.20 45.8 71.0 9100.0 1310.400 864.000 686.400 1092.000 45 350 0.13 715.853 1450.062
9 17.067 1706.667 7864320.0 38.16 49.4 71.0 11200.0 1612.800 1014.000 789.600 1243.200 50 400 0.13 828.649 1678.545

5
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 6
Sesi 1
Alat Pengikat Struktural
(Structural Fastener)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
1. Jenis Alat Pengikat.
2. Alat Pengikat Dari Paku Keling (Rivet).
a. Sejarah.
b. Cara pemasangan paku keling.
c. Mutu paku keling.
d. Susunan, ukuran dan jarak antara paku.
3. Alat Sambungan Baut.
a. Baut mutu tinggi.
b. Cara pemasangan baut.
c. Susunan, ukuran dan jarak antara baut.
d. Ukuran lobang baut.
4. Bentuk Kegagalan (Failure) Sambungan Baut/Paku Keling.
a. Robeknya pelat pada daerah sambungan (Tearing failure of plate).
b. Keruntuhan geser pada baut/paku keling (Shear failure of bolt / rivet).
c. Keruntuhan geser pada pelat yang disambung/pelat penyambung (Shear failure of plate).
d. Keruntuhan tumpu pada pelat (Bearing failure of plate).
e. Keruntuhan blok geser pada pelat (Shear block failure of plate).
f. Keruntuhan tumpu pada baut (Bearing failure of bolt).
5. Kekuatan Sambungan Baut/Paku Keling.
a. Kekuatan Baut/Paku Keling.
b. Baut tipe friksi.
c. Baut tipe tumpu.
c1). Kekuatan geser nominal baut/paku keling.
c2). Kekuatan tumpu nominal.
6. Contoh Soal.
Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai jenis alat pengikat,bentuk kegagalan
pada sambungan, kekuatan baut dan paku keling .
Daftar Pustaka :
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit AIRLANGGA,
Jakarta, 1990.
c) Geoffrey L. Kulak, John W. Fisher, John H. A., “Guide to Design Criteria for Bolted and Riveted Joints”, 2 nd,
AMERICAN INSTITUTE OF STEEL CONSTRUCTION, Inc. 2001.
d) M. D’Aniello, F. Portioli, L. Fiorino, R. Landolfo, “Experimental investigation on shear behaviour of riveted
connections in steel structures”, Engineering Structures 33 (2011) 516–531
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

ALAT PENGIKAT STRUKTURAL


(STRUCTURAL FASTENER)

1. JENIS ALAT PENGIKAT/PENYAMBUNG


Dalam konstruksi baja, setiap bagian elemen dari strukturnya dihubungkan satu sama
lain dengan menggunakan alat pengikat (fastener)/penyambung. Pada struktur rangka baik
atap maupun jembatan baja, juga pada struktur portal, tempat berkumpulnya batang-batang,
yang disebut titik buhul, menggunakan pelat penyambung yang dinamakan pelat buhul,
dimana batang-batang tadi diikat dengan menggunakan alat pengikat pada pelat buhul
tersebut. Jenis-jenis alat pengikat yang sering digunakan adalah paku keling (rivet) gambar
(1) dan (2), baut (bolt) gambar (3), dan alat pengikat dari las gambar (4).

Gambar 1 : Struktur rangka atap dengan alat pengikat paku keling (rivet)

Gambar 2 : Alat pengikat dari paku keling (rivet).


Sumber : Internet.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Sambungan dilas

Gambar 3 : Alat pengikat dari baut (boltt).


Sumber : AISC Presentation

Gambar 4 : Alat pengikat dari las (welding).


Sumber : AISC Presentation

2. ALAT PENGIKAT DARI PAKU KELING (RIVETS)


a). Sejarah.

Paku keling (rivet) telah lama dikenal yaitu pada saat hari-hari besi dan baja, jenis
paku keling yang dimasukkan dalam keadaan panas (hot driven rivet) telah diketahui
mempunyai kekuatan yang mengikat. Pada saat pendinginan paku keling menyusut,
sehingga memberikan kekuatan menjepit. Namun jumlah kekuatan menjepit yang dihasilkan

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

oleh pendinginan bervariasi dari paku keling yang satu dengan paku keling yang lain, oleh
karena itu tidak dapat diandalkan dalam perhitungan disain.

Gambar 5 : Cara menginstalasi paku keling dengan palu (hot driven rivet).
Sumber : William Vermes, P.E., “Design and Performance of Riveted Bridge Connections”,
Euthenics, Inc.,October 24, 2007

b). Cara pemasangan paku keling.

Paku keling dimasukkan kedalam lobang paku dengan diameter 1/16 in (1,6 mm)
lebih besar dari diameter dari paku. Pada saat pemasangan, paku dalam keadaan panas,
gambar (5), kemudian didorong dengan menggunakan alat yang disebut pneumatic hammer
(palu bertekanan), gambar (6).

Gambar 6 : Cara menginstalasi paku keling, dengan menggunakan pneumatic hammer.


Sumber : M. D’Aniello, F. Portioli, L. Fiorino, R. Landolfo, “Experimental investigation on shear behaviour of riveted connections
in steel structures”, Engineering Structures 33 (2011) 516–531

c). Mutu paku keling (rivet).

Paku keling dibuat dari baja batangan dan memiliki bentuk silinder dengan kepala
disalah satu ujungnya, gambar (7). Baja paku keling adalah baja karbon sedang dengan
identifikasi ASTM A502 mutu (grade) 1 dengan fy = 28 ksi (195 MPa), dan mutu 2, fy = 38
ksi (260 MPa)Charles G. Salmon : STRUKTUR BAJA.

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Gambar 7 : Bentuk-bentuk paku keling.


Sumber : Geoffrey L. Kulak, John W. Fisher, John H. A., “Guide to Design Criteria for Bolted and
Riveted Joints”, 2 nd, AMERICAN INSTITUTE OF STEEL CONSTRUCTION, Inc. 2001

d). Susunan, ukuran dan jarak antara paku.


a. Susunan paku sejajar. b. Susunan paku berselang-seling.

S1 S1
U
U
U
U
U
U
S1 S1

S1 S S S1 S1 S2 S2 S1

t1
t3
t2
t4

Gambar 8 : Susunan dan jarak paku keling.

Syarat-syarat jarak paku berdasarkan PPBBI 1984,


2,5 d  S  7 d atau 14 t (t = tebal pelat terkecil ; d = diameter paku)
2,5 d  U  7 d atau 14 t
1,5 d  S1  3 d atau 6 t
2,5 d  S  7 d atau 14 t
S2  7d – 0,5 U atau 14 t - 0,5 U

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Jarak minimum paku pinggir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 : Jarak baut/paku keling pada tepi minimum.

Sumber : Charles G. Salmon, “Steel Structures Design and Behavior”, 5th Edition, 2009

3. ALAT SAMBUNGAN BAUT


a). Baut Mutu Tinggi
Ada dua jenis baut mutu tinggi yang ditetapkan ASTM yaitu A325 dan A490. Baut
A325 terbuat dari baja karbon sedang dengan kekuatan leleh (yield strength) dari 560
sampai dengan 630 MPa tergantung dari ukuran diameter. Sedangkan baut A490 terbuat dari
baja alloy yang mempunyai kekuatan leleh mendekati 790 sampai dengan 900 MPa, juga
tergantung kepada ukuran diameter.

Ukuran diameter baut berkekuatan tinggi berkisar ½” sampai dengan 1 ½” khusus


baut A449 sampai dengan 3”. Ukuran baut yang sering digunakan pada struktur bangunan
adalah ¾” dan 7/8”, sedangkan untuk struktur jembatan 7/8” sampai dengan 1”.

Baut kekuatan tinggi dikencangkan untuk menimbulkan tegangan tarik yang


ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit (clamping force) pada sambungan. Oleh
karena itu beban kerja sesungguhnya dipikul oleh gaya gesekan antara pelat atau batang yang
disambung. Gaya ini disebut Proof load.

Baut mutu tinggi dapat direncanakan sebagai sambungan tipe friksi (tanpa ada slip
pada bagian-bagian sambungan), tetapi dapat juga direncanakan sebagai sambungan tipe
tumpu.

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Tabel 2 : Karakteristik baut mutu tinggi.

Sumber : Charles G. Salmon, “Steel Structures Design and Behavior”, 5th Edition, 2009

Gambar 9 : Kode baut mutu tinggi A325 dan A490.


Sumber : AISC Presentation

b). Cara Pemasangan Baut.


Cara pemasangan baut mutu tinggi, mula-mula dikencangkan dengan kekuatan
tangan, kemudian diikuti ½ putaran lagi, lihat tabel SNI 03-1729-2002, pasal 18.2.5.2 berikut,

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Tabel 3 : Putaran mur dari kondisi kencang tangan.

Hasil putaran ini memberikan gaya tarik minimum dalam baut pengikat, seperti tertera dalam
tabel SNI pasal 18.2.5.1 berikut,

Gambar 9 : Baut dikencangkan dengan tangan.


Sumber : AISC Presentation.

Tabel 4 : Gaya tarik baut minimum.

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

c). Susunan, ukuran dan jarak antara baut.


a. Susunan baut sejajar. b. Susunan baut berselang-seling.

Gambar 10 : Susunan dan jarak baut.

Syarat-syarat jarak paku berdasarkan PPBBI 1984,


2,5 d  S  7 d atau 14 t (t = tebal pelat terkecil ; d = diameter paku)
2,5 d  U  7 d atau 14 t
1,5 d  S1  3 d atau 6 t
2,5 d  S  7 d atau 14 t
S2  7d – 0,5 U atau 14 t - 0,5 U

d). Ukuran lobang baut.


SNI 03-1729-2002, fs.17.3.6 (lihat juga modul 3 sesi 1),
d  24 mm, d1 = d + 2 mm
d > 24 mm d1 = d + 3 mm

4. BENTUK KEGAGALAN (Failure) SAMBUNGAN


BAUT/PAKU KELING.
Kekuatan sambungan dengan paku keling dievaluasi dengan meninjau beberapa
kemungkinan kegagalan. Kekuatan biasanya dihitung dengan mempertimbangkan jumlah
lapis pelat/batang yang disambung. Ada empat cara kegagalan (failure) yang mungkin terjadi
pada sambungan dengan paku keling tunggal, yaitu :

a). Robeknya pelat pada daerah sambungan.


(Tearing failure of plates)

Pelat penyambung robek akibat


gaya tarik.

Gambar 11(a) : Sambungan pelat.

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Gambar 11(b) : sambungan pada struktur rangka, profil siku.


Sumber : Geoffrey L. Kulak, John W. Fisher, John H. A., “Guide to Design
Criteria for bolted and Riveted Joints”, 2 nd, AMERICAN INSTITUTE OF
STEEL CONSTRUCTION, Inc. 2001

b). Keruntuhan geser pada baut/paku keling.


(Shear failure of bolts / rivets).

Gambar 12 : Keruntuhan geser pada baut/paku dengan berbagai lapis pelat.

Gambar 12 : Tipe fraktur antara tarik – geser.


Sumber : Geoffrey L. Kulak, John W. Fisher, John H. A.,
“Guide to Design Criteria for bolted and Riveted Joints”,
2 nd, AMERICAN INSTITUTE OF STEEL
CONSTRUCTION, Inc. 2001

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

c). Keruntuhan geser pada pelat yang disambung/penyambung.


(Shear failure of plate).

Gambar 13 : Tipe fraktur geser pada pelat.

d). Keruntuhan tumpu pada pelat


(Bearing failure of plate).

Gambar 14 : Tipe fraktur bidang tumpu pada pelat.

Bearing
Fracture

Bearing
Yield
Gambar 15 : Tipe fraktur dan leleh bidang tumpu pada pelat.
Sumber : AISC Presentation.

10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

e). Keruntuhan blok geser pada pelat


(Shear block failure of plate).

Gambar 16 : Tipe fraktur blok geser pada pelat.

f). Keruntuhan tumpu pada baut


(Bearing failure of bolt).

Gambar 17 : Tipe keruntuhan tumpu pada baut.

5. KEKUATAN SAMBUNGAN BAUT/PAKU KELING.

a). Kekuatan Baut/Paku Keling.

SNI 03-1729-2002 pasal 13.2.2. menyatakan, suatu baut yang memikul gaya terfaktor,
Ru harus memenuhi syarat berikut,
Ru   Rn ......(1)
Dimana
 = faktor reduksi kekuatan (tabel 6.4.2) = 0,75
Rn = kuat nominal baut.
Sesuai dengan cara bekerjanya baut maka baut dibedakan dalam dua type yaitu type
friksi (friction type) dan type tumpu (bearing type). Pada baut type friksi, kekuatan baut
didapat dari gesekan (friction) yang terjadi antar pelat atau batang yang disambung.
Sedangkan pada baut type tumpu, kekuatan baut didapat dari adanya gaya tumpu pada bidang
kontak antara baut dan pelat yang disambung, atau kemampuan menahan geseran pada
penampang baut.

b). Baut Tipe Friksi

Baut type ini sering dikenal dengan istilah slip-critical connections yaitu baut yang
mengandalkan kekuatan slip antara permukaan batang yang disambung. Agar baut type ini
bekerja maka diperlukan suatu alat yang dapat mengencangkan baut atau memberikan
momen torsi pada baut sedemikian sehingga baut mengalami prategang tarik.

Pada sambungan tipe friksi yang mengunakan baut mutu tinggi yang slipnya dibatasi,
satu baut yang hanya memikul gaya geser terfaktor, dalam bidang permukaan friksi harus
memenuhi:
Ru   Rn ......(2)

Kuat geser mominal satu baut dalam sambungan tipe friksi yang ditentukan sebagai berikut:

11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Rn = 1,13  m . Tb
......(3)
Dimana,
 koefisien gesek untuk bidang kontak dalam keadaan bersih.
m adalah jumlah bidang geser.
Tb adalah gaya tarik baut minimum, lihat tabel (3) diatas.
 = 1,0 untuk lubang standar.
 = 0,85 untuk lubang selot pendek dan lubang besar.
 = 0,70 untuk lubang selot panjang tegak lurus arah kerja gaya.
 = 0,60 untuk lubang selot panjang sejajar arah kerja gaya.

Resultant
Clamping
Forces

Gambar 18 : Gaya pretension pada


Baut, Tb.

Plane Of Friction
Bolt
Tension
Tb

Baut pada sambungan yang slipnya dibatasi dan memikul gaya tarik terfaktor, Tu,
harus memenuhi ketentuan diatas dengan kuat rencana slip RuRn direduksi dengan faktor
 Tu 
1   ......(4)
 1,13Tb 
c). Baut Tipe Tumpu

Pada baut type tumpu, keruntuhan sambungan dapat terjadi karena keruntuhan geser
pada baut atau keruntuhan tumpu pada elemen yang disambung seperti pelat/batang.

c1). Kekuatan Geser Nominal Baut/Paku Keling

Kuat geser nominal yang diberikan oleh satu buah baut yang mengalami geser pada
penampangnya adalah,

Rn  m . r1 . f ub . Ab ......(5)
Dimana,
m = jumlah bidang geser (lihat gambar 12).
r1 = 0,5 untuk bidang geser baut tak berulir.
= 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
= 0,6 untuk paku keling.

12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

f ub = kuat tarik putus baut (MPa).


Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm2).

(a) (b)

Gambar 19 : Bidang geser baut, gambar (a) r1 = 0,5, gambar (b) r1 = 0,4.
Untuk paku keling r1 = 0,6.

c2). Kekuatan Tumpu Nominal

Kekuatan tumpu nominal tergantung kepada kondisi terlemah antara baut dan
pelat/batang yang disambung, dihitung dengan cara sebagai berikut,

Rn  n . d b . t p . fu ......(6)
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
= 2,0 untuk lobang selot panjang tegak lurus arah kerja gaya.
db = diameter baut bagian tidak berulir (mm).
tp = tebal pelat/batang terkecil (mm).
fu = tegangan tarik putus baut/pelat/batang, sesuai mutu baja (MPa).

d). Kekuatan Tarik Nominal Baut


Baut yang memikul gaya tarik, kekuatan nominalnya dihitung sebagai berikut,

Rn  f ub . Ab ......(7)
Dimana,
f ub = kuat tarik putus baut (MPa).
Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm2).

6. CONTOH SOAL

6.1.). Sebuah sambungan terdiri dari dua buah pelat  5 x 200 mm disambung dengan satu
buah pelat  8 x 200 mm, mutu baja BJ-37, seperti pada gambar dibawah mengalami gaya
tarik sentris, yang terdiri dari muatan mati D = 10 ton, muatan hidup L = 7 ton. Sambungan
menggunakan baut biasa dengan mutu BJ-37. Rencanakan sambungan tersebut, lakukanlah
evaluasi terhadap kekuatannya.

13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

200 mm

1/2Ru
5 mm
8 mm Ru
5 mm
1/2Ru
Gambar 20 : Sambungan pelat.

PERENCANAAN
a). Tegangan izin Baja BJ-37
Baut, fy = 240 MPa. Pelat, fy = 240 MPa.
fu = 370 MPa. fu = 370 MPa.

b). Beban tarik terfaktor,


Ru = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 . (10 ton) + 1,6 . (7 ton) = 23,2 ton = 232,0 kN.

c). Rencana baut.


Pakai baut diameter d = 12 mm, diameter lobang d1 = 12 mm + 2 mm = 14 mm.
c1). Tinjau terhadap kekuatan geser,
Rn  m . r1 . f ub . Ab
Dimana,
m = 2 bidang geser
r1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
Ab = ¼  d2 = 0,25 . (3,14) . (12 mm)2 = 113,04 mm2.
Maka,
Rn = (2) . (0,4) . (370 MPa) . (113,04 mm2) = 33459,8 N = 33,46 kN.
 Rn = 0,75 . (33,46 Kn) = 25,09 kN.

c2). Tinjau terhadap kekuatan tumpu.


Tebal pelat terkecil tp = 8 mm.

Rn  n . d b . t p . fu
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
db = 12 mm.
tp = 8 mm.

Maka,
Rn = (2,4) . (12 mm) . (8 mm) . (370 MPa) = 85248,0 N = 85,25 kN.
 Rn = 0,75 . (85,25 kN) = 63,94 kN.

c3). Jumlah baut.


Yang menentukan adalah akibat geser, maka jumlah baut,

14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Ru 232,0 kN
nb   = 9,2 buah
 Rn 25,09 kN

Rencanakan jumlah baut, nb = 10 buah.

c4). Susunan baut.

200 mm

Keterangan : S1 = 2 d = 30 mm ; U = 140 mm ; S = 3 d = 40 mm
Gambar 21 : Sambungan pelat dengan pengikat baut.

EVALUASI
a). Baut.
Jumlah daya dukung 10 buah baut,
R u  10 . Rn = 10 . (25,09 kN) = 250,9 kN = 25,09 ton > 23,2 ton.
(memenuhi)

b). Pelat.
b1). Pemeriksaan terhadap syarat luas penampang minimum dan shear leg.
Luas penampang bruto,
Ab = (8 mm) . (200 mm) = 1600 mm2.

Syarat luas penampang minimum,


A net = 85% . Ab = 0,85 . (1600 mm2) = 1360 mm2.

Luas penampang netto,


Anet = Ab – 2 . d1 . tp = 1600 mm2 – 2 . (14 mm) . (8 mm)
= 1376 mm2 > A net = 1360 mm2 (memenuhi).
Shear leg,
x = 5 mm/2 = 2,5 mm.
L = 4 S = 4 . (40 mm) = 160 mm.
Koefisien reduksi,
U = 1 – x / L = 1 – (2,5 mm)/160 mm) = 0,98 > 0,9
U = 1,0 (lihat SNI 03-1729-2002, pasal 10.2.5)
Maka,
Ae = Anet = 1376 mm2.

b2). Pemeriksaan terhadap daya dukung pelat pada daerah sambungan.


(Lihat Modul 3 Sesi 1).
R u =  . Anet . fu = (0,75) . (1376 mm2) . (370 MPa)

15
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

= 381840,0 N = 381,84 kN = 38,2 ton > 23,2 ton (memenuhi)

b3). Pemeriksaan terhadap geser blok.


Kondisi geser blok diperiksa untuk pelat sambungan dengan jumlah tebal terkecil,
tp = 8 mm.

Gambar 22 : Daerah geser blok pada sambungan.


Luas,
Agv = 2 . (190 mm) . (8 mm) = 3040 mm2.
Anv = 3040 mm2 – 2 . (4½) .(14 mm) . (8 mm) = 2032 mm2.
Agt = 2 . (30 mm) . (8 mm) = 480 mm2.
Ant = 480 mm2 – 2 . (½) . (14 mm) . (8 mm) = 368 mm2.

fu . Ant = (370 MPa) . (368 mm2) = 136160 N.


0,6 fu . Anv = 0,6 . (370 MPa) . (2032 mm2) = 451104 N.
fu . Ant < 0,6 fu . Anv ,

Maka kondisi geser blok adalah geser fraktur dengan tarik leleh,
Nn = 0,6 fu . Anv + fy . Agt
= 0,6 . (370 MPa) . (2032 mm2) + (240 MPa) . (480 mm2)
Nn = 566304 N = 566,3 kN = 56,63 ton > 23,2 ton (memenuhi).

2). Pada soal yang sama, apabila digunakan baut mutu tinggi ASTM A325, dengan
diameter baut nominal 1/2“ (12,7 mm), diameter lobang 9/16” (14,3 mm), berapakah jumlah
baut yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan apabila sambungan type tumpu dan tipe friksi.

PERENCANAAN
a). Kekuatan Baja.
- Pelat BJ-37, fy = 240 MPa.
fu = 370 MPa.

- Baut ASTM A326, f ub = 825 MPa

b). Beban tarik terfaktor,


Ru = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 . (10 ton) + 1,6 . (7 ton) = 23,2 ton = 232,0 kN.

16
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

c). Sambungan tipe tumpu.


Rencana baut.
Diameter baut (1/2”),d = 12,7 mm, diameter lobang (9/16”), d1 = 14,3 mm.
c1). Tinjau terhadap kekuatan geser,
Rn  m . r1 . f ub . Ab
Dimana,
m = 2 bidang geser
r1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
Ab = ¼  d2 = 0,25 . (3,14) . (12,7 mm)2 = 166,94 mm2.
f ub = 825 MPa.
Maka,
Rn = (2) . (0,4) . (825 MPa) . (166,94 mm2) = 110180,4 N = 110,18 kN.
 Rn = 0,75 . (110,18 Kn) = 82,64 kN = 8,26 ton.

c2). Tinjau terhadap kekuatan tumpu.


Tebal pelat terkecil tp = 8 mm.

Rn  n . d b . t p . fu
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
db = 12,7 mm.
tp = 8 mm.
b
fu = 825 MPa.

Maka,
Rn = (2,4) . (12,7 mm) . (8 mm) . (825 MPa) = 201168,0 N = 201,17 kN.
 Rn = 0,75 . (201,17 kN) =150,88 kN = 15,09 ton.

c3). Jumlah baut.


Yang menentukan adalah akibat geser, maka jumlah baut,

Ru 232,0 kN
nb   = 2,8 buah
 Rn 82,64 kN

Rencanakan jumlah baut, nb = 4 buah (2 baris).

d). Sambungan tipe friksi.


Rn = 1,13  m . Tb
Dimana,
koefisien gesek untuk bidang kontak dalam keadaan bersih.
m = 2 = adalah jumlah bidang geser
Tb = 12 kips =53,4 kN (gaya tarik baut minimum baut 1/2”, lihat tabel 6 pada lampiran).
 = 1,0 = faktor reduksi kekuatan untuk lobang standar.

Maka,

17
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Rn = 1,13 . (0,35) . (2) . (53,4 kN) = 42,24 kN.


 Rn = (1,0) . (42,4 kN) = 42,24 kN = 4,22 ton.

Jumlah baut yang diperlukan pada sambungan tipe friksi,

Ru 232,0 kN
nb   = 5,5 buah  6 buah.
 Rn 42,24 kN
e). Kesimpulan.
- Pada sambungan tipe tumpu, jumlah baut cukup hanya 4 buah baut.
- Pada sambungan tipe friksi, jumlah baut yang diperlukan sebanyak 6 buah, dengan
catatan sambungan tidak boleh mengalami slip.
- Apabila ditinjau terhadap ekonomisasi, maka sambungan tipe tumpu lebih ekonomis.
- Apabila ditinjau terhadap kekuatan sambungan, maka sambungan tipe friksi tentu lebih
kuat, sebab apabila terjadi slip maka sambungan tipe friksi berobah menjadi sambungan
tipe tumpu dengan kekuatan yang lebih besar karena jumlah bautnya lebih banyak.

18
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

LAMPIRAN

Tabel 5 : Kekuatan nominal baut persatuan luas baut.

Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RSCC c/o AISC, 2004.

Tabel 6 : Gaya tarik baut minimum untuk sambungan tipe friksi.

Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RCSC c/o AISC, 2004.

19
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Tabel 7 : Dimensi nominal lobang baut..

Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RCSC c/o AISC, 2004.

20
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 6
Sesi 2
Alat Pengikat Struktural
(Structural Fastener)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran :
7. Kumpulan Baut/Paku Keling Memikul Momen dan Gaya Lintang.
1). Jenis sambungan yang memikul momen dan gaya lintang.
2). Analisa elastis kumpulan baut/paku memikul momen.
3). Analisa elastis kumpulan baut/paku memikul momen dan gaya lintang.
4). Jumlah dan susunan baut/paku tidak simetris satu arah.
5). Jumlah dan susunan baut/paku tidak simetris dua arah.
6). Contoh Soal.
8. Sambungan Baut/Paku Keling menahan Gaya Tarik Aksial dan Gaya Geser Akibat Momen
dan Gaya Lintang.
 Contoh Soal.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai kumpulan baut/paku keling
memikul momen dan gaya lintang, dan sambugan baut/paku keling memikul gaya
tarik aksial.

Daftar Pustaka :
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-
1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Presentation.
c) Boris B., T.Y.Lin, John B.Scalzi,”Design of Steel Structures”, 2nd Edition, John Wiley and
Sons, Inc., 1968.
d) Bridge Inspector’s Reference Manual, U.S. Department of Transportation, Publication No.
FHWA NHI 03-001, October, 2002, Revised December, 2006.
e) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
f) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
g) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

ALAT PENGIKAT STRUKTURAL


(STRUCTURAL FASTENER)

7. KUMPULAN BAUT/PAKU KELING MEMIKUL MOMEN


DAN GAYA LINTANG
1). Jenis Sambungan Yang Memikul Momen dan Gaya Lintang.

Sambungan yang sering terdapat gaya dalam momen dan gaya lintang ditemukan
pada struktur sambungan antara balok dan kolom, sambungan konsol pada kolom, juga
terdapat pada sambungan balok gelagar, seperti terlihat gambar berikut ini.

D
D
M M
(a) (b)
Gambar 23 : Sambungan antara balok dengan kolom, (a) memakai paku keling,
(b) memakai baut. Sumber : AISC Presentation.

M M
D

Gambar 24 : Sambungan balok gelagar.


Sumber : Bridge Inspector's Reference Manual, U.S. Department of Transportation, Publication No. FHWA NHI 03-001
October, 2002, Revised December, 2006.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

2). Analisa Elastis Kumpulan Baut/Paku Keling Memikul Momen.

Apabila suatu kumpulan baut/paku keling menahan momen terfaktor, maka setiap
paku akan mendapat gaya yang besarnya sebanding dengan jarak dari titik pusat kumpulan
paku ke paku yang bersangkutan, yang dihitung sebagai berikut,
Y
Momen, K1
M = K1.r1 + K2.r2 + ........+ Kn.rn ......(8) (1) (2)

dimana, r1 r2
M = momen yang bekerja pada kumpulan K2
Paku. X
K = gaya pada paku. M Titik pusat
Susunan paku
r = jarak anatra paku dengan pusat berat
kumpulan paku (menjadi lengan gaya K).
(4) (3)
Perbandingan antara gaya K dengan jarak r,
K 1 K2 K
  .....................  n ......(9)
r1 r2 rn Gambar 25 : Kumpulan baut/paku memikul
Untuk, momen.
K1 Kn r .K
 maka K1  1 n ......(10)
r1 rn rn
Analog,
r .K
K2  2 n
rn
Dari (8), (0) dan (10) diperoleh,
r . Kn r . Kn r . Kn
M 1 . r1  2 . r 2  ....................... n . rn ......(11)
rn rn rn
K
M = n (r12 + r22 + ........+ rn2)
rn
in
K
M = n  r 2i , dimana, ri2 = xi2 + yi2
r n i1
Maka,
in
K
M = n  (x i2  y i2) ......(12)
r n i1

Resultan gaya pada paku ke n,


M. rn ......(13)
Kn  in
 ( xi2  y i2 )
i1

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Komponen gaya pada sumbu X dan Y pada paku ke n,


M . yn M . xn
Kn x  in
; Kn y  in
......(14)
 ( xi2  y i2 )  ( xi2  y i2 )
i1 i1

3). Analisa Elastis Kumpulan Baut/Paku Keling Memikul Momen Dan Gaya Lintang.
Y
P x1
Y
K1
e K1y

(1) K1x (2)

y1 r
X P
Cg.
X M
r P

(4) K3x (3)

K3 K3y

t1
t2

Gambar 26 : Struktur konsol memikul beban terfaktor P.

Komponen-komponen gaya terfaktor yang bekerja pada tiap paku,


- Akibat gaya lintang P,
P
P  ......(15)
n
dimana, P = gaya yang bekerja.
n = jumlah paku

- Akibat momen lentur (M = P . e),


Pada paku no.1
M . y1 M . x1
K1x  i n
; K1y  i n
 ( x i2  yi2 )  ( xi2  y i2 )
i 1 i 1

Pada paku no.3,


M. y3 M . x3
K3x = i n ; K3y = i n
 ( xi2  yi2 )  ( xi2  yi2 )
i 1 i 1

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Catatan :
Arah komponen gaya keatas dan kekanan dianggap positip, arah komponen gaya
kebawah dan kekiri dianggap negatip.

Besar resultan gaya pada tiap paku diberikan oleh persamaan berikut,

R  (K x  Px ) 2  (K y   Py ) 2 ......(16)

R1  (K 1x ) 2  (K 1y   P) 2

R3  ( K 3x ) 2  (K 3y   P) 2

Selanjutnya perhitungan gaya-gaya resultan seluruh baut/paku dapat dilakukan dengan


menggunakan tabel sebagai berikut,

Tabel 8 : Perhitungan gaya resultan baut/paku.


No. x(cm) y(cm) x2 y2 M.x M.y Kx Ky Px Py Rpk
2 2
1 X1 Y1 X1 Y1 M.X1 M.Y1
2 X2 Y2 X22 Y22 M.X2 M.Y2
3 X3 Y3 X32 Y32 M.X3 M.Y3
2
4 X4 Y4 X4 Y42 M.X4 M.Y4
Xi2 Yi2
Xi2 + Yi2

4). Jumlah dan susunan baut/paku tidak simetris satu arah.

Letak sumbu Y dapat dicari dengan


ex cara statis momen, yaitu :
Y e1 e2
Px - statis momen terhadap sisi kiri,

(5pk) . (x1) = (3pk) . (x1 + x2)
ey (3pk ) . ( x  x )
X Py x  1 2 ...(17)
Cg. P
1 (5pk)

- statis momen terhadap sisi kanan,


x1 x2
(5pk) . (x2) = (2pk) . (x1 + x2)
(2pk ) . ( x  x )
x  1 2 ...(18)
2 (5pk)
t1 Maka eksentritas,
t2 ex = e1 + e2 + x2 ...(19)

Gambar 27 : Struktur konsol dengan susunan baut/paku tidak simetris satu arah.

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

5). Jumlah dan susunan baut/paku tidak simetris dua arah.

Gambar 28 : Struktur konsol dengan susunan baut/paku tidak simetris dua arah.

Letak sumbu X dapat dicari dengan cara statis momen, yaitu :


- statis momen terhadap sisi atas,
(5pk) . (y1) = (1pk) . (ey2 + ey3) + (2pk) . (ey2)
(1pk ) . (e e )  (2pk ).(e )
y2 y3 y2
y  ......(20)
1 (5pk)

- statis momen terhadap sisi bawah,


(5pk) . (y2) = (2pk) . (ey2 + ey3) + (2pk) . (ey3)
(2pk ) . (e e )  (2pk ).(e )
y2 y3 y3
y  ......(21)
2 (5pk)
Maka eksentritas,
ey = ey1 + y1 ......(22)

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

6). Contoh Soal.


WF 350.250.8.12
1000 mm
Pu
P = 8 ton Puy
Y
ex
o
 = 60
40 Pux
(1) (3)
ey
70 Ya
(2) (4)
70 X
c.g.
(5)
t = 8 mm Yb
 1/2” 70
(6)
40

Xki Xka Tinjau satu lapis


pelat konsol,
1000 mm 130 Pu = 4 ton
60 60

Gambar 29 : Struktur konsol dengan susunan baut dua arah.

6.2). Sebuah konstruksi pelat konsol memikul gaya terfaktor P = 8 ton dengan arah 60o
dengan garis horisontal, disambung pada kolom WF 350.250.8.12 dengan memakai baut
biasa dengan diameter dn = 1/2” = 12,7 mm. Sambungan tipe tumpu. Lakukanlah evaluasi
sambungan ini apabila mutu BJ-37.

EVALUASI :
a). Data-data,
Bidang geser = 1
Tebal pelat terkecil t = 8 mm.
Diameter paku d = 1/2” = 12,7 mm, diameter lobang d1 = 14,7 mm.
Mutu baja 37, fy = 240 MPa., fu = 370 MPa.

b). Kekuatan nominal terfaktor baut pengikat (untuk satu baut).


Kekuatan nominal baut.
- Terhadap geser,
Rn  m . r1 . f ub . Ab
Dimana,
m = 1.
r1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
b
fu = 370 MPa.
Ab = ¼ .  . (12,7 mm)2 = 126,613 mm2.
Maka,
Rn = (1) . (0,4) . (370 MPa) . (126,613 mm2) = 18738,7 N = 187,39 kN.

- Terhadap tumpu,
Rn  n . d b . t p . fu

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Dimana,
n = 2,4
db = 12,7 mm.
tp = 8 mm.
fu = 370 MPa.
Maka,
Rn = (2,4).(12,7 mm).(8 mm).(370 MPa) = 90220,8 N = 90,22 kN.
(menentukan)

Kekuatan nominal terfaktor baut,


 Rn = (0,75) . (90,22 kN) = 67,67 kN = 6,77 ton.

c). Letak pusat berat susunan paku,


- Letak sumbu Y.
Statis momen terhadap sisi kiri,
(6 baut).(Xki) = (4 baut).(130 mm)
Xki = (4/6).(130 mm) = 86,7 mm.

Statis momen terhadap sisi kanan,


(6 baut).(Xka) = (2 baut).(130 mm)
Xka = (2/6).(130 mm) = 43,3 mm.

Kontrol :
Xki + Xka = 130 mm
86,7 mm + 43,3 mm = 130 mm (memenuhi).

- Letak sumbu X.
Statis momen terhadap sisi atas,
(6 bt).(Ya) = (2 bt).(70 mm) + (1 bt).(140 mm) + (1 bt).(210 mm)
Ya = (140 mm + 140 mm + 210 mm)/(6) = 81,7 mm

Statis momen terhadap sisi bawah,


(6 bt).(Yb) = (2 bt).(210 mm) + (2 bt).(140 mm) + (1 bt).(70 mm)
Yb = (420 mm + 280 mm + 70 mm)/(6) = 128,3 mm

Kontrol :
Ya + Yb = 210 mm
81,7 mm + 128,3 mm = 210 mm (memenuhi).

d). Eksentrisitas gaya terhadap titik berat susunan baut,


ex = 1000 mm + 60 mm + Xka = 1000 mm + 60 mm + 43,3 mm = 1103,3 mm.
ey = 40 mm + Ya = 40 mm + 81,7 mm = 121,7 mm.

e). Besar gaya dan momen,


Pu = P/2 = 8 ton/2 = 4 ton = 40 kN.
Pux = Pu Cos 60o = (4) . Cos 60o = 2,0000 ton = 2000,0 kg (kekiri).
Puy = Pu Sin 60o = (4) . Sin 60o = 3,4641 ton = 3464,1 kg (kebawah).

M = Puy . ex – Pux . ey = (3464,1 kg).(110,33 cm) – (2000,0 kg).(12,17 cm)


M = 357854,3 kg.cm (putar kanan).

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Px = Px/n = 2000,0/6 = 333,3 kg (kekiri).


Py = Py/n = 3464,1/6 = 577,4 kg (kebawah).

f). Resultan gaya.


Perhitungan resultan gaya yang bekerja pada baut dilakukan dengan menggunakan
tabel seperti berikut,

Tabel 9 : Perhitungan resultan gaya pada baut.


2 2
No. x y x y Momen M.x M.y Kx Ky
cm cm kg.cm kg kg
1 8.67 8.17 75.17 66.75 357854 3102597.1 2923669.9 5219.3 5538.7
2 8.67 1.17 75.17 1.37 357854 3102597.1 418689.6 747.4 5538.7
3 4.33 8.17 18.75 66.75 357854 1549509.3 2923669.9 5219.3 -2766.2
4 4.33 1.17 18.75 1.37 357854 1549509.3 418689.6 747.4 -2766.2
5 4.33 5.83 18.75 33.99 357854 1549509.3 2086290.8 -3724.4 -2766.2
6 4.33 12.83 18.75 164.61 357854 1549509.3 4591271.1 -8196.3 -2766.2
225.33 334.83
2 2
x +y 560.17

No. Px Py Rbaut


kg kg kg
1 -333.3 -577.4 6963.3
2 -333.3 -577.4 4978.6
3 -333.3 -577.4 5920.4
4 -333.3 -577.4 3369.1
5 -333.3 -577.4 5257.8
6 -333.3 -577.4 9161.5

g). Kesimpulan dan Saran.


Kesimpulan
Resultan gaya pada baut no.1 dan no.6 telah melampaui kekuatan nominal terfaktor
baut, yaitu Rbaut no.1 dan no.2 >  Rn = 6077 kg, oleh karena itu pada lokasi kedua baut
ini akan mengalami kegagalan tumpu (bearing failure).
Saran
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah,
- Memperbesar diameter baut.
- Menambah jumlah baut.
- Memperbesar tebal pelat konsol.

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

8. Analisa Elastis Sambungan Baut/Paku Keling Menahan Gaya Tarik Aksial


dan Geser Akibat Momen dan Gaya Lintang.
Sambungan dimana baut pengikat mengalami tarik dan geser dijumpai pada hubungan
balok dan kolom seperti gambar berikut,

Baut (a)
Kolom

Baja Siku
penyambung

Balok

Baut (b)
Baut (b)

Baut (a)

Gambar 30 : Sambungan balok dengan kolom.

Kolom
a

R maks
U

h-c U
h

Garis netral
M Balok
c

b
Luas pengganti b

Gambar 31 : Baut (a) paling atas , mengalami tarikan maksimum akibat adanya momen
yang dihasilkan gaya terpusat P, baut ini juga mengalami gaya geser.

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Pada kasus kumpulan baut (a) seperti gambar diatas, baut/paku keling mengalami
tarikan pada sebelah atas garis netral dan tekanan pada baut/paku sebelah bawah garis netral.
Dengan adanya baja siku penyambung, maka bagian tekan dapat dipikul baja siku tersebut.
Untuk menghitung tegangan-tegangan yang bekerja pada kumpulan paku ini digambarkan
luas pengganti, dimana bagian tarik terdiri dari luas baut/paku rata-rata dan bagian tekan
terdiri dari luas sayap baja siku, untuk satu baris baut/paku,

luas baut 1 / 4 . . d 2
a  ......(23)
jarak baut U
Letak garis netral,
½ . a . (h – c)2 = ½ . b . c2 ......(24)
Atau,
1
c  a 2
  ......(25)
h -c  b 
Atau,
(½.b – 1/2.a).c2 + a.h.c – ½.a.h2 = 0 ......(26)

Biasanya dalam masalah-masalah praktis c/(h – c) bervariasi antara 1/4 sampai 1/8
dan umumnya diambil 1/6. Berarti letak garis netral berada h/7 dari ujung bagian yang
tertekan. (TY. Lin, Design Of Steel Structure, page 161)

Momen inertia luas pengganti,


b . c 3 a . (h - c) 3 ......(27)
I 
3 3

Tegangan tarik maksimum yang terjadi pada baut/paku paling atas (1 baris),

(M / 2) . (h - c) ......(28)
ft 
I
Gaya tarik terfaktor,
Ru = Ab . ft ......(29)

Dimana,
Ab = luas penampang baut paling atas (1 baris).

10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Contoh Soal :

Pu = 3 ton
WF 400.300.10.16 400 mm

110.110.10

30 WF 300.300.10.15
60

60

60 110.110.10
t = 10 mm
30

Baut (b)

70 40 Baut (a) 10

Gambar 32 : Sambungan balok-kolom

6.3). Diketahui sambungan balok (WF 300.300.10.15) dengan kolom (WF 400.300.10.16)
menggunakan pelat siku sama kaki ganda 110.110.10, memikul beban terfaktor sebesar
Pu = 3 ton. Digunakan baut biasa dengan diameter d = 1/2”, dan mutu baja BJ-34.
Lakukanlah evaluasi terhadap baut (a) dan baut (b). Ambil c = h/7.

h-c

Gambar 33 : Sambungan balok-kolom

EVALUASI :
a). Data-data.
P = 1 ton.
Diameter baut d = ½” = 12,7 mm, diameter lobang d1 = 14,7 mm.
Tebal pelat terkecil, t = 10 mm.
Mutu Baja BJ-34, fy = 210 MPa, fu = 340 MPa.
h = 240 mm ; b = 110 mm ;
c = h/7

11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

b). Kumpulan baut (a).


b1). Kekuatan tarik nominal terfaktor baut.
Kekuatan tarik nominal,
Rn  f ub . Ab
Dimana,
f ub = 340 MPa.
Ab = ¼ .  .d2 = (¼) . (3,14) . (12,7 mm)2 = 126,61 mm2.
Maka,
Rn = (340 MPa) . (126,6 mm2) = 43047,4 N = 43,047 kN.

Kekuatan nominal terfaktor,


 Rn = (0,75) . (43047,4 N) = 32285,6 N = 32,286 kN = 3,229 ton.

b2). Luas pengganti.


Lebar bagian tertarik,
luas paku 1/ 4. π .d 2 1 / 4 . π . (12,7 mm) 2
a   = 2,1 mm
jarak paku U (60 mm)
Letak garis netral,
c = h/7 = 240/7 = 34,3 mm.

Momen inertia luas pengganti,


b.c 3 a.(h - c) 3
I 
3 3
(110 mm).(34,3 mm) 3 (2,1 mm).(240 mm  34,3 mm) 3
I 
3 3
= 1479632,3 mm4 + 6092575,4 mm4
I = 7572207,7 mm4 = 757,2 cm4.

b3). Gaya tarik maksimum yang terjadi pada satu paku paling atas (1 baris),
Tegangan tarik maksimum,
(M / 2) . (h - c)
ft  (MPa)
I
dimana,
M/2 = (30000 N) x (400 mm)/2 = 6000000 N.mm.
h = 240 mm.
c = 34,3 mm.
I = 7572207,7 mm4.
Maka,
(6000000 N.mm).(240 mm - 34,3 mm)
f  = 163 MPa.
t
(7572207,7 mm 4 )
Gaya tarik maksimum,
Rmaks = ft . Ab = (163 MPa) . (126,61 mm2) = 20636,7 N = 20,637 kN.
Rmaks <  Rn
(memenuhi)

12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

c). Kumpulan baut (b).


Sambungan tipe tumpu, baut diameter d = 1/2” = 12,7 mm.
c1). Tinjau terhadap kekuatan geser,
Rn  m . r1 . f ub . Ab
Dimana,
m = 2 bidang geser
r1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
Ab = ¼  d2 = 0,25 . (3,14) . (12,7 mm)2 = 126,61 mm2.
Maka,
Rn = (2) . (0,4) . (340 MPa) . (126,61 mm2) = 34437,9 N = 34,438 kN.
 Rn = 0,75 . (34437,9 Kn) = 25828,4 N = 25,838 kN.

c2). Tinjau terhadap kekuatan tumpu.


Tebal pelat terkecil tp = 10 mm.
Rn  n . d b . t p . fu
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
db = 12,7 mm.
tp = 10 mm.
Maka,
Rn = (2,4) . (12,7 mm) . (10 mm) . (340 MPa) = 103632,0 N = 103,632 kN.
 Rn = 0,75 . (103632,0 N) = 77724,0 N = 77,724 kN.

c3). Perhitungan resultan gaya pada baut.


ex = 400 mm – 70 mm = 330 mm.
P = 3000 kg.
Py = P/n = (3000 kg)/4 = 750 kg (kebawah).
M = P . ex = (3000 kg) . (33 cm) = 99000 kg.cm.

Tabel 10 : Perhitungan resultan gaya baut.


2 2
No. x y x y M M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2 2 2
Baut (cm) (cm) cm cm kg.cm kg.cm kg.cm kg kg kg kg
1 0 9 0 81 99000.0 0 891000.0 4950.0 0 -750.0 5006.5
2 0 3 0 9 99000.0 0 297000.0 1650.0 0 -750.0 1812.5
3 0 3 0 9 99000.0 0 297000.0 -1650.0 0 -750.0 1812.5
4 0 9 0 81 99000.0 0 891000.0 -4950.0 0 -750.0 5006.5
 0 180
 (x2 + y2 ) 180

d). Kesimpulan dan Saran.


Kesimpulan
- Baut (a) aman terhadap tarik.
- Baut (b), untuk no.1 dan no.4 tidak aman terhadap geser.
Saran
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi baut (b) adalah,
- Memperbesar diameter baut.
- Menambah jumlah baut.
- Menaikkan mutu baut yang dipakai.

13
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 6
Sesi 3
Alat Pengikat Struktural
(Structural Fastener)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran : PELATIHAN/WORKSHOP


KASUS : Sambungan Balok - Kolom
a) Evaluasi Kumpulan Baut/Paku Keling Memikul Momen dan Gaya Lintang.
b) Evaluasi Baut/Paku Keling menahan Gaya Tarik Aksial dan Gaya Geser Akibat Momen dan
Gaya Lintang.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat melakukan evaluasi terhadap kumpulan baut/paku keling memikul
momen dengan gaya lintang, dan sambugan baut/paku keling memikul gaya tarik
aksial pada kasus sambungan balok - kolom.

Daftar Pustaka :
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-
1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Presentation.
c) Boris B., T.Y.Lin, John B.Scalzi,”Design of Steel Structures”, 2nd Edition, John Wiley and
Sons, Inc., 1968.
d) Bridge Inspector’s Reference Manual, U.S. Department of Transportation, Publication No.
FHWA NHI 03-001, October, 2002, Revised December, 2006.
e) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
f) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
g) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

ALAT PENGIKAT STRUKTURAL


(STRUCTURAL FASTENER)

9. Pelatihan/Workshop : EVALUASI STRUKTUR


Pu = (3,5 + X/4) ton

WF 400.300.10.16 e = (450 + X . 10) mm

110.110.10

30 WF 400.300.10.16 30
U U

U U
h = 4U+60 mm
U U

U U
t = 10 mm
30 30

t = 10 mm Baut (b)  5/8”


Baut (a)  1/2”
U = (51 + X) mm 50 60
30 40 40

Gambar 34 : Sambungan balok-kolom

6.4). Diketahui sambungan balok (WF 400.300.10.16) dengan kolom (WF 400.300.10.16)
menggunakan pelat siku sama kaki ganda 110.110.10, memikul beban terfaktor sebesar
Pu = (3,5 + X/4) ton. Digunakan baut biasa dengan diameter (a) 1/2” dan (b) 5/8”, mutu baja
BJ-37. Lakukanlah evaluasi terhadap baut (a) dan baut (b). Ambil c = h/7.

EVALUASI :
a). Data-data.
X = -1 ; P = (3,5 + X/4) ton = 3,25 ton ;
e = (450 + X .10) mm = 440 mm ; U = 51 + X = 50 mm.
h = 4U + 60 mm = 260 mm.
b = 110 mm (lebar sayap baja siku).
Diameter, baut (a) d = 1/2” = 12,7 mm, baut (b) d = 5/8” = 15,875 mm,
Tebal pelat terkecil, t = 10 mm.
Mutu Baja BJ-37, fy = 240 MPa, fu = 370 MPa.
c = h/7

b). Kumpulan baut (a).


b1). Kekuatan tarik nominal terfaktor baut.
Kekuatan tarik nominal,
Rn  f ub . Ab
Dimana,
f ub = 370 MPa.
Ab = ¼ .  .d2 = (¼) . (3,14) . (12,7 mm)2 = 126,61 mm2.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Maka,
Rn = (370 MPa) . (126,61 mm2) = 46846,7 N = 46,847 kN.
Kekuatan nominal terfaktor,
 Rn = (0,75) . (46846,7 N) = 35135,0 N =35,135 kN = 3,514 ton.

b2). Luas pengganti.


Lebar bagian tertarik,
luas paku 1/ 4. π .d 2 1 / 4 . π . (12,7 mm) 2
a   = 2,53 mm
jarak paku U (50 mm)
Letak garis netral,
c = h/7 = 260/7 = 37,14 mm.

Momen inertia luas pengganti,


b.c 3 a.(h - c) 3
I 
3 3
(110 mm).(37,14 mm) 3 (2,53 mm).(260 mm  37,14 mm) 3
I 
3 3
= 1878872,7 mm4 + 9342551,8 mm4
I = 11221424,5 mm4 = 1122,142 cm4.

b3). Gaya tarik maksimum yang terjadi pada satu paku paling atas (1 baris),
Tegangan tarik maksimum,
(M / 2) . (h - c)
ft  (MPa)
I
dimana,
M/2 = Pu . e /2 = (32500 N) x (440 mm)/2 = 7150000,0 N.mm.
h = 260 mm.
c = 37,14 mm.
I = 11221424,5 mm4.
Maka,
(7150000 N.mm).(260 mm - 37,14 mm)
f  = 142,0 MPa.
t 4
(11221424,5 mm )
Gaya tarik maksimum,
Rmaks = ft . Ab = (142,0 MPa) . (126,61 mm2) =17978,8 N = 17,979 kN.
Rmaks <  Rn = 35,135 kN
(memenuhi)

c). Kumpulan baut (b).


Sambungan tipe tumpu, baut diameter d = 5/8” = 15,875 mm.
c1). Tinjau terhadap kekuatan geser,
Rn  m . r1 . f ub . Ab
Dimana,
m = 2 bidang geser
r1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir.

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Ab = ¼  d2 = 0,25 . (3,14) . (15,875 mm)2 = 197,83 mm2.


Maka,
Rn = (2) . (0,4) . (370 MPa) . (197,83 mm2) = 58558,4 N = 58,558 kN.
(menentukan)

c2). Tinjau terhadap kekuatan tumpu.


Tebal pelat terkecil tp = 10 mm.
Rn  n . d b . t p . fu
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
db = 15,875 mm.
tp = 10 mm.
Maka,
Rn = (2,4).(15,875 mm).(10 mm).(370 MPa) = 140970,0 N = 140,97 kN.

 Rn = 0,75 . (58558,4 N) = 43918,8 N = 43,919 kN.


Pu (ton)

e
WF 400.300.10.16 ex

30 Y WF 400.300.10.16

U 1 4

U
h = 4U + 60mm X
U 2 5

U
Baut (b)  5/8”
3

30 t = 10 mm

t = 10 mm

x1 x2

30 40 40

c3). Perhitungan resultan gaya pada baut.


Letak pusat berat susunan baut,
(5 baut) . x1 = (2 baut) . (40 mm)
x1 = 2/5 . (40 mm) = 16 mm

(5 baut) . x2 = (3 baut) . (40 mm)


x2 = 3/5 . (40 mm) = 24 mm.

x1 + x2 = 40 mm
16 mm + 24 mm = 40 mm (memenuhi).

Eksentrisitas gaya Pu terhadap pusat berat baut,


ex = e – 30 mm – x1 = 440 mm – 30 mm – 16 mm = 394 mm = 39,4 cm.

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

P = 3250 kg.
Py = P/n = (3250 kg)/5 = 650 kg (kebawah/negatip).
M = P . ex = (3250 kg) . (39,4 cm) = 128050 kg.cm.

No. Stb. -1
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10 2.56 100.00 204880.0 1280500.0 4756.7 761.1 -650.0 4758.0
2 1.6 0 2.56 0.00 204880.0 0.0 0.0 761.1 -650.0 111.1
3 1.6 10 2.56 100.00 204880.0 1280500.0 -4756.7 761.1 -650.0 4758.0
4 2.4 5 5.76 25.00 307320.0 640250.0 2378.3 -1141.6 -650.0 2977.6
5 2.4 5 5.76 25.00 307320.0 640250.0 -2378.3 -1141.6 -650.0 2977.6
 19.2 250.00
2 2
(x + y ) = 269.20

d). Kesimpulan dan Saran.


Kesimpulan
- Baut (a) aman terhadap tarik.
- Baut (b), untuk no.1 dan no.3 tidak aman terhadap geser, yaitu
Rbaut = 4758 kg = 47,58 kN >  Rn = 43,919 kN.
Saran
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi baut (b) adalah,
- Memperbesar diameter baut.
- Menambah jumlah baut.
- Memakai baut dengan ukuran lebih panjang, supaya bidang geser tidak berada
pada bagian ulir baut, sehingga r1 = 0,5.
- Memakai baut dengan mutu yang lebih tinggi.
Penyelesaian
Mengikuti saran pertama, yaitu memperbesar diameter baut (b) dari 5/8” menjadi 3/4”
sebagai berikut :
Tinjau terhadap kekuatan geser,
Rn  m . r1 . f ub . Ab
Dimana,
m = 2 bidang geser
r1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
d = 3/4” = 19,05 mm.
Ab = ¼  d2 = 0,25 . (3,14) . (19,05 mm)2 =284,88 mm2.
Maka,
Rn = (2) . (0,4) . (370 MPa) . (284,88 mm2) = 84324,5 N = 84,325 kN.
 Rn = 0,75 . (84324,5 N) = 63243,4 N = 63,243 kN.

Rbaut = 47,580 kN <  Rn = 63,243 kN (memenuhi).

Catatan :
Ukuran diameter baut yang dapat dipilih antara lain,
> 1/2”, 5/8”, 3/4”, 7/8”, 1”, 1 1/8”, 1 1/4” dan seterusnya, atau
> baut biasa dengan ukuran bebas yang dapat ditemukan dipasaran, misalnya
15 mm, 16 mm, 17 mm dst.

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

CATATAN :
Cara penerapan tanda positip/negatip untuk komponen gaya-gaya diatas, misal Kx, Ky, Px
dan Py adalah sebagai berikut,

K1y Y

K1

1 K1x

Py
4
2
Py
X

Py
M 5
K3y
K3
Py
K3x
3

Py

Perjanjian tanda,
Kx, Px = kekanan bertanda positip, kekiri bertanda negatip
Ky, Py = keatas bertanda positip, kebawah bertanda negatip

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

9. Pelatihan/Workshop : EVALUASI STRUKTUR


BJ-37 fy = 240MPa fu = 370 MPa

No. Pu e U Baut a Ab Rn Rn h b a c =h/7 I M/2 ft Rmaks


2 4
Stb. ton mm mm inci mm kN kN mm mm mm mm mm N.mm Mpa kN
-1 3.25 440.0 50 1/2 126.61 46.847 35.135 260 110 2.53 37.14 11221424.5 7150000.0 142.00 17.979
0 3.50 450.0 51 1/2 126.61 46.847 35.135 264 110 2.48 37.71 11555572.3 7875000.0 154.21 19.525
1 3.75 460.0 52 1/2 126.61 46.847 35.135 268 110 2.43 38.29 11895917.9 8625000.0 166.55 21.088
2 4.00 470.0 53 1/2 126.61 46.847 35.135 272 110 2.39 38.86 12242497.4 9400000.0 179.01 22.665
3 4.25 480.0 54 1/2 126.61 46.847 35.135 276 110 2.34 39.43 12595347.4 10200000.0 191.58 24.257
4 4.50 490.0 55 1/2 126.61 46.847 35.135 280 110 2.30 40.00 12954504.7 11025000.0 204.25 25.861
5 4.75 500.0 56 1/2 126.61 46.847 35.135 284 110 2.26 40.57 13320006.4 11875000.0 217.02 27.478
6 5.00 510.0 57 1/2 126.61 46.847 35.135 288 110 2.22 41.14 13691889.9 12750000.0 229.88 29.105
7 5.25 520.0 58 1/2 126.61 46.847 35.135 292 110 2.18 41.71 14070193.0 13650000.0 242.81 30.743
8 5.50 530.0 59 1/2 126.61 46.847 35.135 296 110 2.15 42.29 14454953.5 14575000.0 255.82 32.390
9 5.75 540.0 60 1/2 126.61 46.847 35.135 300 110 2.11 42.86 14846209.5 15525000.0 268.90 34.046

Geser Tumpu
No. Baut b tp Ab Rn Rn Rn x1 x2 ex M py
2
Stb. inci mm mm kN kN kN mm mm mm kg.cm kg
-1 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 394.0 128050.0 -650.0
0 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 404.0 141400.0 -700.0
1 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 414.0 155250.0 -750.0
2 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 424.0 169600.0 -800.0
3 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 434.0 184450.0 -850.0
4 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 444.0 199800.0 -900.0
5 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 454.0 215650.0 -950.0
6 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 464.0 232000.0 -1000.0
7 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 474.0 248850.0 -1050.0
8 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 484.0 266200.0 -1100.0
9 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 494.0 284050.0 -1150.0

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

9. Pelatihan/Workshop : EVALUASI STRUKTUR

No. Stb. -1
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10 2.56 100.00 204880.0 1280500.0 4756.7 761.1 -650.0 4758.0
2 1.6 0 2.56 0.00 204880.0 0.0 0.0 761.1 -650.0 111.1
3 1.6 10 2.56 100.00 204880.0 1280500.0 -4756.7 761.1 -650.0 4758.0
4 2.4 5 5.76 25.00 307320.0 640250.0 2378.3 -1141.6 -650.0 2977.6
5 2.4 5 5.76 25.00 307320.0 640250.0 -2378.3 -1141.6 -650.0 2977.6
 19.2 250.00
2 2
(x + y ) = 269.20

No. Stb. 0
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10.2 2.56 104.04 226240.0 1442280.0 5357.7 840.4 -700.0 5359.5
2 1.6 0 2.56 0.00 226240.0 0.0 0.0 840.4 -700.0 140.4
3 1.6 10.2 2.56 104.04 226240.0 1442280.0 -5357.7 840.4 -700.0 5359.5
4 2.4 5.1 5.76 26.01 339360.0 721140.0 2678.8 -1260.6 -700.0 3319.7
5 2.4 5.1 5.76 26.01 339360.0 721140.0 -2678.8 -1260.6 -700.0 3319.7
 19.2 260.10
2 2
(x + y ) = 279.30

No. Stb. 1
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10.4 2.56 108.16 248400.0 1614600.0 5997.8 922.7 -750.0 6000.3
2 1.6 0 2.56 0.00 248400.0 0.0 0.0 922.7 -750.0 172.7
3 1.6 10.4 2.56 108.16 248400.0 1614600.0 -5997.8 922.7 -750.0 6000.3
4 2.4 5.2 5.76 27.04 372600.0 807300.0 2998.9 -1384.1 -750.0 3680.7
5 2.4 5.2 5.76 27.04 372600.0 807300.0 -2998.9 -1384.1 -750.0 3680.7
 19.2 270.40
2 2
(x + y ) = 289.60

No. Stb. 2
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10.6 2.56 112.36 271360.0 1797760.0 6678.2 1008.0 -800.0 6681.4
2 1.6 0 2.56 0.00 271360.0 0.0 0.0 1008.0 -800.0 208.0
3 1.6 10.6 2.56 112.36 271360.0 1797760.0 -6678.2 1008.0 -800.0 6681.4
4 2.4 5.3 5.76 28.09 407040.0 898880.0 3339.1 -1512.0 -800.0 4061.4
5 2.4 5.3 5.76 28.09 407040.0 898880.0 -3339.1 -1512.0 -800.0 4061.4
 19.2 280.90
2 2
(x + y ) = 300.10

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

9. Pelatihan/Workshop : EVALUASI STRUKTUR

No. Stb. 3
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10.8 2.56 116.64 295120.0 1992060.0 7399.9 1096.3 -850.0 7404.0
2 1.6 0 2.56 0.00 295120.0 0.0 0.0 1096.3 -850.0 246.3
3 1.6 10.8 2.56 116.64 295120.0 1992060.0 -7399.9 1096.3 -850.0 7404.0
4 2.4 5.4 5.76 29.16 442680.0 996030.0 3700.0 -1644.4 -850.0 4462.3
5 2.4 5.4 5.76 29.16 442680.0 996030.0 -3700.0 -1644.4 -850.0 4462.3
 19.2 291.60
2 2
(x + y ) = 310.80

No. Stb. 4
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 11 2.56 121.00 319680.0 2197800.0 8164.2 1187.5 -900.0 8169.3
2 1.6 0 2.56 0.00 319680.0 0.0 0.0 1187.5 -900.0 287.5
3 1.6 11 2.56 121.00 319680.0 2197800.0 -8164.2 1187.5 -900.0 8169.3
4 2.4 5.5 5.76 30.25 479520.0 1098900.0 4082.1 -1781.3 -900.0 4883.9
5 2.4 5.5 5.76 30.25 479520.0 1098900.0 -4082.1 -1781.3 -900.0 4883.9
 19.2 302.50
2 2
(x + y ) = 321.70

No. Stb. 5
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 11.2 2.56 125.44 345040.0 2415280.0 8972.1 1281.7 -950.0 8978.2
2 1.6 0 2.56 0.00 345040.0 0.0 0.0 1281.7 -950.0 331.7
3 1.6 11.2 2.56 125.44 345040.0 2415280.0 -8972.1 1281.7 -950.0 8978.2
4 2.4 5.6 5.76 31.36 517560.0 1207640.0 4486.0 -1922.6 -950.0 5326.9
5 2.4 5.6 5.76 31.36 517560.0 1207640.0 -4486.0 -1922.6 -950.0 5326.9
 19.2 313.60
2 2
(x + y ) = 332.80

No. Stb. 6
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 11.4 2.56 129.96 371200.0 2644800.0 9824.7 1378.9 -1000.0 9832.0
2 1.6 0 2.56 0.00 371200.0 0.0 0.0 1378.9 -1000.0 378.9
3 1.6 11.4 2.56 129.96 371200.0 2644800.0 -9824.7 1378.9 -1000.0 9832.0
4 2.4 5.7 5.76 32.49 556800.0 1322400.0 4912.3 -2068.4 -1000.0 5791.9
5 2.4 5.7 5.76 32.49 556800.0 1322400.0 -4912.3 -2068.4 -1000.0 5791.9
 19.2 324.90
2 2
(x + y ) = 344.10

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

9. Pelatihan/Workshop : EVALUASI STRUKTUR

No. Stb. 7
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 11.6 2.56 134.56 398160.0 2886660.0 10723.1 1479.0 -1050.0 10731.7
2 1.6 0 2.56 0.00 398160.0 0.0 0.0 1479.0 -1050.0 429.0
3 1.6 11.6 2.56 134.56 398160.0 2886660.0 -10723.1 1479.0 -1050.0 10731.7
4 2.4 5.8 5.76 33.64 597240.0 1443330.0 5361.6 -2218.6 -1050.0 6279.3
5 2.4 5.8 5.76 33.64 597240.0 1443330.0 -5361.6 -2218.6 -1050.0 6279.3
 19.2 336.40
2 2
(x + y ) = 355.60

No. Stb. 8
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 11.8 2.56 139.24 425920.0 3141160.0 11668.5 1582.2 -1100.0 11678.5
2 1.6 0 2.56 0.00 425920.0 0.0 0.0 1582.2 -1100.0 482.2
3 1.6 11.8 2.56 139.24 425920.0 3141160.0 -11668.5 1582.2 -1100.0 11678.5
4 2.4 5.9 5.76 34.81 638880.0 1570580.0 5834.2 -2373.3 -1100.0 6789.8
5 2.4 5.9 5.76 34.81 638880.0 1570580.0 -5834.2 -2373.3 -1100.0 6789.8
 19.2 348.10
2 2
(x + y ) = 367.30

No. Stb. 9
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 12.0 2.56 144.00 454480.0 3408600.0 12662.0 1688.3 -1150.0 12673.4
2 1.6 0 2.56 0.00 454480.0 0.0 0.0 1688.3 -1150.0 538.3
3 1.6 12.0 2.56 144.00 454480.0 3408600.0 -12662.0 1688.3 -1150.0 12673.4
4 2.4 6.0 5.76 36.00 681720.0 1704300.0 6331.0 -2532.4 -1150.0 7324.0
5 2.4 6.0 5.76 36.00 681720.0 1704300.0 -6331.0 -2532.4 -1150.0 7324.0
 19.2 360.00
2 2
(x + y ) = 379.20

9
STRUKTUR BAJA 1

MODUL 6
Sesi 4
Alat Pengikat Struktural
(Structural Fastener)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution

Materi Pembelajaran :
10 SAMBUNGAN LAS.
1). Keuntungan dan Manfaat Sambungan Las.
2). Jenis-jenis Sambungan.
3). Jenis-jenis Las.
4). Las Tumpul (groove welds).
5). Las Sudut (fillet welds).
6). Las Baji dan Pasak (slot and plug welds).
7). Contoh Soal.

Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sambungan las, yakni mengenai
keuntungan dan manfaat sambungan dengan las, jeni-jenis sambungan, jenis-jenis
las, las tumpul, las sudut dan las baji/pasak.

Daftar Pustaka :
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-
1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Presentation.
c) Boris B., T.Y.Lin, John B.Scalzi,”Design of Steel Structures”, 2nd Edition, John Wiley and
Sons, Inc., 1968.
d) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.

Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.

Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id

thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

ALAT PENGIKAT STRUKTURAL


(STRUCTURAL FASTENER)

10. Sambungan Dengan Las.


Sambungan dengan menggunakan las, adalah suatu proses penyambungan bahan
logam berdasarkan peleburan bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat, dengan
atau tanpa pemberian tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi.

1). Keuntungan dan manfaat sambungan las.


a) Lebih murah bila dibandingkan dengan sambungan yang menggunakan baut atau
paku keling.
b) Pada jenis elemen struktur tertentu, dimana tidak dapat digunakan sambungan
dengan baut/paku, maka digunakan sambungan las, misalnya pada elemen struktur
berbentuk bundar, lihat Gbr.36.
c) Dapat dikombinasikan dengan sambungan baut, lihat Gbr.37, dimana pelat
penyambung dilas lebih dulu pada elemen balok sebelum elemen balok
dihubungkan ke kolom dengan menggunakan sambungan baut.
d) Dapat digunakan untuk membuat profil built up, lihat Modul 5 Sesi 1.
e) Struktur yang disambung dengan las lebih kaku daripada baut/paku keling.
f) Komponen struktur dapat tersambung secara kontinyu.
g) Mudah untuk melakukan perobahan desain struktur.
h) Tingkat kebisingan rendah.

Gambar 36 : Penyambungan elemen struktur berbentuk bundar dengan las.


Sumber : AISC Presentation.

1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Baja siku penyambung di las

Gambar 37 : Baja siku penyambung di las pada elemen balok sebelum dilakukan erection.
Sumber : AISC Presentation.

2). Jenis-Jenis Sambungan.


Beberapa jenis sambungan yang sering ditemukan pada sambungan las, antara lain :
a) Sambungan sebidang (butt joint), sambungan ini umumnya dipakai untuk pelat-pelat
datar dengan ketebalan sama atau hampir sama. Keuntungan sambungan jenis ini
adalah tidak adanya gaya eksentrisitas, karena sumbu kedua batang yang disambung
berimpit, Gbr.38.(a).
b) Sambungan lewatan (lap joint), jenis sambungan ini paling banyak ditemukan karena
sambungan jenis ini mudah disesuaikan dengan keadaan di lapangan, dan
penyambungannya relatif lebih mudah. Cocok untuk ketebalan berbeda, Gbr.38.(b).
c) Sambungan tegak (tee joint), jenis sambungan ini banyak dipakai terutama untuk
membuat penampang bulit up gelagar berbentuk I, pengaku (stiffener) pada gelagar,
Grb.38.(c).
d) Sambungan sudut (corner joint), dipakai untuk penampang tersusun berbentuk kotak,
Gbr.38.(d).
e) Sambungan sisi (edge joint), sambungan bertujuan untuk menggabungkan dua pelat
atau lebih agar supaya pelat-pelat menyatu dan tidak bergeser satu dengan lainnya,
Gbr.38.(e).

Gambar 38.(a) :
Beberapa bentuk sambungan
sebidang (butt joints) dengan
gambar kode/simbol las.
Sumber :
http://deltaschooloftrades.com/
basic_joints.htm

2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

Gambar 38.(b) : Sambungan lewatan (lap joints).

Gambar 38.(c) : Sambungan tegak (tee joints).

Gambar 38.(d) : Sambungan sudut (corner joints).

Gambar 38.(e) : Sambungan sisi (edge joints).

3). Jenis-Jenis Las.


Jenis-jenis las yang sering dijumpai antara lain :
a) Las tumpul (groove welds), las ini dipakai untuk menyambung batang-batang sebidang,
karena las ini harus menyalurkan secara penuh beban yang bekerja, maka las ini harus
memiliki yang sama dengan batang yang disambungnya. Las tumpul dimana terdapat
penyatuan antara las dan bahan induk sepanjang tebal penuh sambungan dinamakan las
tumpul penetrasi penuh (full pentration weld). Sedangkan bila tebal penetrasi lebih kecil
daripada tebal bahan yang disambung dinamakan las tumpul penetrasi sebagian (partial
penetration weld).
b) Las sudut (fillet welds), tipe ini paling banyak dijumpai dibandingkan tipe las lain, 80%
sambungan las menggunakan las sudut. Tidak memerlukan presisi tinggi dalam
pengerjaannya.

3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

c) Las baji dan pasak (slot and plug welds), jenis ini biasanya digunakan bersama-sama las
sudut. Manfaat utamanya adalah menambah kekuatan geser pada sambungan lewatan
(slap joint) yang memakai las sudut.

Fillet Full penetration Partial penetration


single bevel single bevel groove
groove weld weld

Full penetration double vee Partial penetration single J


groove weld groove weld

Plug Slot

Gambar 39 : Jenis-jenis las.

4). Las Tumpul (groove welds), (SNI 03-1729-2002, pasal 13.5.2.)


a) Ukuran Las.
Ukuran las adalah jarak antara permukaan luar las (tidak termasuk perkuatannya)
terhadap kedalaman penetrasinya yang terkecil. Khusus sambungan antara dua bagian
yang membentuk T atau siku, ukuran las penetrasi penuh adalah tebal bagian yang
menumpu.
b) Tebal rencana las.
Tebal rencana las ditetapkan sebagai berikut :
 Las tumpul penetrasi penuh, tebal rencana las untuk las tumpul penetrasi penuh
adalah ukuran las, Gbr.40.(a), (b).
 Las tumpul penetrasi sebagian, Gbr.40.(c),(d), tebal rencana las untuk las tumpul
penetrasi sebagian ditetapkan sesuai dengan ketentuan dibawah ini:
- Sudut antara bagian yang disambung ≤ 60°
Satu sisi: tt = (d - 3) mm
Dua sisi: tt = (d3 + d4 - 6) mm
- Sudut antara bagian yang disambung > 60°
Satu sisi: tt = d mm
Dua sisi: tt = (d3 + d4) mm
dengan d adalah kedalaman yang dipersiapkan untuk las (d3 dan d4 adalah
nilai untuk tiap sisi las).

4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

(a) (b)

t1 t2 t1 t2

t1 < t2 maka tt = t1 t1 = t2 maka tt = t1 = t2

  60o  > 60o


(c) (d)

d tt d tt
t1 t2 t1 t2

Tidak ada celah

tt = d – 3 mm tt = d

Gambar 40 : Tebal effektif las tumpul, penetrasi penuh (a),(b), dan sebagian (c),(d).

c) Luas Effektif.
Luas efektif las tumpul adalah perkalian panjang efektif dengan tebal rencana las.

d) Kekuatan nominal terfaktor las tumpul penetrasi penuh.


Kekuatan nominal terfaktor sambungan las tumpul penetrasi penuh haruslah mengikuti
persamaan berikut,
 Rnw  Ru ......(30)

Kuat nominal las tumpul penetrasi penuh per-satuan panjang ditetapkan sebagai berikut:
i) Bila sambungan dibebani dengan gaya tarik atau gaya tekan aksial terhadap luas
efektif maka,
Rnw = tt . fy (N/mm) (bahan dasar) ......(31.a)
Rnw = tt . fyw (N/mm) (bahan las) ......(31.b)
Dimana,
 = faktor reduksi kekuatan = 0,90
fy = kuat leleh bahan dasar (MPa).
fyw = kuat leleh bahan las (MPa).
tt = tebal rencana las (mm).

ii) Bila sambungan dibebani dengan gaya geser terhadap luas efektif maka,
Rnw = tt . (0,6 . fy) (N/mm) (bahan dasar) ......(32.a)
Rnw = tt . (0,6 . fuw) (N/mm) (bahan las) ......(32.b)
Dimana,
 = 0,90 (untuk bahan dasar)
 = 0,80 (untuk bahan las)
fy = kuat leleh bahan dasar (MPa).
fuw = kuat fraktur bahan las (MPa).
tt = tebal rencana las (mm).

5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

5). Las Sudut (fillet welds) (SNI 03-1729-2002, pasal 13.5.3.)


c) Ukuran Las.
Ukuran las sudut ditentukan oleh panjang kaki, lihat Gbr.41 berikut,

(a) (b)
t1 tt t1 tt
tw tw

tw tw
t2 t2

Las sudut konkaf Las sudut konveks

(c) (d)
tt t1
t1 tw tt
tw1 sela akar

tw2 tw
t2 t2

Las sudut sela akar

Gambar 41 : Tebal effektif las sudut.

Bila kakinya sama panjang, Gbr.41.(a),(b), maka tebal las,


tt = 1/2 tw 2 = 0,707 tw ......(33.a)

Bila kakinya tidak sama panjang, Grb.41.(c), maka tebal dihitung sebagai berikut,
t w1 . t w2
tt  ......(33.b)
(t w1 ) 2  (t w2 ) 2

Panjang kaki tidak melebihi tebal pelat yang disambung.

d) Ukuran Minimum Las Sudut.


Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 13.5.3.2., ukuran minimum las sudut ditetapkan
sesuai dengan Tabel 11, berikut,

Tabel 11 : Ukuran minimum las sudut.


Tebal pelat tw (mm), bagian paling tebal Tebal minimum las sudut, tt (mm)
t7 3
7  t  10 4
10  t  15 5
15  t 6

e) Ukuran maksimum las sudut sepanjang tepi (tw) komponen yang disambung adalah:
1) Untuk komponen dengan tebal kurang dari 6,4 mm, diambil setebal komponen.

6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

2) Untuk komponen dengan tebal 6,4 mm atau lebih, diambil 1,6 mm kurang dari tebal
komponen, atau (tw – 1,6 mm), kecuali jika dirancang agar memperoleh tebal rencana
las tertentu, SNI pasal 13.5.3.3.

f) Panjang Effektif (Lw) .


Panjang efektif las sudut adalah seluruh panjang las sudut berukuran penuh, Gbr.42.
Panjang efektif las sudut paling tidak harus 4 kali ukuran las (4 tt) , jika kurang, maka
ukuran las untuk perencanaan harus dianggap sebesar 0,25 dikali panjang efektif.
Persyaratan panjang minimum berlaku juga pada sambungan pelat yang bertumpuk (lap).
Tiap segmen las sudut yang tidak menerus (selang-seling) harus mempunyai panjang
efektif tidak kurang dari 40 mm dan 4 kali ukuran nominal las, SNI pasal 13.5.3.5.

Lw

Gambar 42 : Panjang effektif las sudut.

Gambar 43 : Las sudut berselang-seling.


Sumber : AISC Presentation.

7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

g) Luas Effektif Las.


Luas efektif las sudut adalah perkalian panjang efektif dan tebal rencana las, atau
(Lw . tt).

h) Kekuatan nominal terfaktor las sudut.


Kekuatan nominal terfaktor sambungan las haruslah mengikuti persamaan berikut,
 Rnw  Ru ......(34)

Kuat nominal las sudut per-satuan panjang ditetapkan sebagai berikut:


Rnw = tt . (0,60 fu) (N/mm) (bahan dasar) ......(35.a)
Rnw = tt . (0,60 fuw) (N/mm) (bahan las)
......(35.b)
Dimana,
 = faktor reduksi kekuatan = 0,75
fu = kuat fraktur/putus bahan dasar (MPa)
fuw = kuat fraktur bahan las (MPa).
tt = tebal rencana las (mm).

6). Las Baji dan Pasak (slot and plug welds) (SNI 03-1729-2002, pasal 13.5.4.).
a) Ukuran Las.
Las baji dan pasak (SNI, las pengisi), harus dianggap sebagai las sudut. Ukuran
minimumnya sama dengan yang berlaku untuk las sudut.

b) Luas Geser Effektif.


Luas geser efektif, Aw las dalam lubang terisi dengan logam las harus dianggap sama
dengan luas penampang melintang nominal lubang bulat atau selot dalam bidang
permukaan komponen tersambung.

c) Kekuatan geser nominal terfaktor.


Kekuatan nominal terfaktor sambungan las haruslah mengikuti persamaan berikut,
 Rnw  Ru ......(36)

Kuat nominal las ditetapkan sebagai berikut:


Rnw = Aw . (0,60 fuw) (N) (bahan las) ......(37)
Dimana,
 = faktor reduksi kekuatan = 0,75
fuw = kuat fraktur bahan las (MPa).
Aw = Luas effektif las (mm2).
d b
a

LuasL effektif plug, Luas effektif slot,


w 2
Aw = ¼  d Aw = a . b
Gambar 44 : Luas effektif lobang plug dan slot.

8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

7). Contoh Soal.


Tentukan ukuran dan tebal las sudut pada sambungan lewatan (slap joint), yang
memikul beban tarik terfaktor Ru = 70 ton = 650 kN, bila mutu bahan dasar (pelat), fu = 400
MPa dan mutu bahan las fuw = 490 MPa. Dimana ukuran pelat yang disambung, pelat
pertama  17 x 200 dan pelat kedua  25 x 300, seperti tertera dalam gambar berikut.

17x200

70 ton 70 ton

25x300

Gambar 45 : Sambungan lewatan dengan las sudut.


PERENCANAAN
a). Data-data.
Ru = 70 ton = 700 kN = 700000 N.
fu = 400 MPa. (bahan dasar/pelat).
fuw = 490 MPa. (bahan las).
t1 = 17 mm, t2 = 25 mm.
b). Ukuran las.
Maksimum, tw = 17 mm – 1,6 mm = 15,4 mm
tt min = 6 mm (tabel 11).
tt  0,707 . (15,4 mm) = 10,88 mm
Ambil tebal rencana las, tt = 10 mm.
c). Kekuatan nominal terfaktor per-satuan panjang las.
- Bahan dasar (pelat),
 Rnw =  . tt . (0,60 fu) = (0,75).(10 mm).(0,60x400 MPa)
= 1800 N/mm (menentukan).
- Bahan las,
 Rnw =  . tt . (0,60 fuw) = (0,75).(10 mm).(0,60x490 MPa)
= 2205 N/mm.
d). Panjang effektif las yang diperlukan.
Ru 700000 N
Lw   = 388,9 mm
 Rnw 1800 N/mm
Rencanakan panjang las effektif Lw = 400 mm, pelaksanaan las dapat dilakukan seperti
gambar berikut,
Cara pertama 10 200 Cara kedua 10 120

Gambar 46 :
Pilihan pelaksanaan 10 170
las, dapat dilakukan
cara pertama atau 17x200 17x200
cara kedua.
25x300 25x300

9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.

e). Kombinasi sambungan dengan pasak (plug).


Cara ketiga 10 180

 20
17x200

25x300

Gambar 47 : Kombinasi las sudut dengan pasak.

Diameter pasak, d = 20 mm
Luas bidang geser pasak,
Aw = ¼  d2 = 0,25 . (3,14). (20 mm)2 = 314 mm2.

Kekuatan nominal terfaktor pasak,


 Rnw =  . Aw . (0,60 fuw) = 0,75.(314 mm2).(0,60).(490 MPa)
= 69237,0 N = 69,237 kN.

Sisa gaya terfaktor yang dipikul las sudut,


Ru’ = 700 kN – 69,237 kN = 630,763 kN.

Panjang effektif las yang diperlukan.


Ru ' 630763 N
Lw   = 350,4 mm  360 mm.
 Rnw 1800 N/mm

10

Anda mungkin juga menyukai