MODUL 1
Material Baja Sebagai Bahan Struktur
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
1. Sejarah Baja dan Baja Ringan
2. Sifat Mekanik Bahan Baja.
3. Keliatan dan Kekenyalan.
4. Kelakuan Baja Pada Suhu Tinggi.
5. Patah Getas.
6. Sobekan Lamela.
7. Keruntuhan Lelah.
8. Aplikasi Material Baja Pada Struktur.
Atap Rangka Baja.
Bangunan Portal Baja.
Jembatan.
Menara.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa memahami karakteristik/perilaku baja sebagai bahan struktur
Mahasiswa mengetahui berbagai tipe struktur baja
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
c) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
d) Photo-photo dikutip dari Internet dan photo dokumentasi pribadi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM - Tahun 1100 SM,
Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400 tahun dikuasai oleh
bangsa asia barat, pada tahun tersebut proses peleburan besi mulai diketahui secara luas.
Tahun 1000 SM, Bangsa Yunani, Mesir, Jews, Roma, Carhaginians dan Asiria juga
mempelajari peleburan dan menggunakan besi dalam kehidupannya.Tahun 800 SM, India
berhasil membuat besi setelah di invansi oleh bangsa arya. Tahun 700 – 600 SM, Cina belajar
membuat besi. Tahun 400 – 500 SM, Baja sudah ditemukan penggunaannya di Eropa. Tahun
250 SM, Bangsa India menemukan cara membuat baja. Tahun 1000 M, Baja dengan
campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000 M pada kekaisaran Fatim yang
disebut dengan baja Damaskus. 1300 M rahasia pembuatan baja damaskus hilang.1700 M,
Baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di Eropa.
Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang untuk bentang
lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang dibangun di Inggris pada tahun 1777 – 1779,
lihat gambar 1 pada halaman berikut. Dalam kurun waktu 1780 – 1820,. Dibangun lagi
sejumlah jembatan dari besi tuang, kebanyakan berbentuk lengkungan dengan balok – balok
utama dari potongan – potongan besi tuang indivudual yang membentuk batang – batang atau
kerangka (truss) konstruksi. Besi tuang juga digunakan sebagai rantai penghubung pada
jembatan – jembatan suspensi sampai sekitar tahun 1840.
Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh
pertamanya yang penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales yang dibangun
pada 1846 – 1850. Jembatan ini menggunakan gelagar –gelagar tubular yang membentang
sepanjang 230 – 460 – 460 – 230 ft (70 – 140 – 140 – 70 m) dari pelat dan profil siku besi
tempa.
Proses canai (rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat besi tuang dan
besi tempa telah semakin banyak digunakan. Batang – batang mulai dicanai pada skala
industrial sekitar tahun 1780. Perencanaan rel dimulai sekitar 1820 dan diperluas sampai pada
bentuk – I menjelang tahun 1870-an.
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada konverter
Bessemer (1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas penggunaan produk –
produk besi sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890, baja telah mengganti kedudukan besi
tempa sebagai bahan bangunan logam yang terutama. Dewasa ini (1990-an), baja telah
memiliki tegangan leleh dari24 000 sampai dengan 100 000 pounds per square inch, psi (165
sampai 690 MPa), dan telah tersedia untuk berbagai keperluan struktural.
Besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe, hanya kadar
karbonlah yang membedakan besi dan baja, penggunaan besi dan baja dewasa ini sangat luas
mulai dari perlatan seperti jarum, peniti sampai dengan alat – alat dan mesin berat. Berikut ini
disajikan klasifikasi baja menurut komposisi kimianya:
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Sebutan baja karbon berlaku untuk baja yang mengandung unsur bukan hanya besi
(Fe) dengan persentase maksimum karbon (C) 1,7 %, mangan (Mn)1,65 %, silikon (Si) 0,6 %
dan tembaga (Cu) 0,6 %. Karbon dan mangan adalah unsur utama untuk menaikkan
kekuatan besi murni.
Baja Karbon A36 mengandung karbon maksimum antara 0,25 % s/d 0,29 %
tergantung kepada tebalnya. Baja karbon struktural ini memiliki titik leleh 36 ksi (250 Mpa),
lihat gambar 2(a) berikut. Penambahan karbon akan menaikkan tegangan leleh, tetapi
mengurangi daktilitas (ductility), sehingga lebih sukar dilas. Yang termasuk baja karbon
adalah A36.
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan menambah unsur paduan seperti chrom,
columbium, tembaga, mangan molybdenum, nikel, fosfor, vanadium atau zirconimum agar
beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Sementara baja karbon mendapatkan kekuatan dengan
menaikkan kandungan karbon. Tegangan lelehnya berkisar antara 40 ksi dan 70 ksi (275 Mpa
dan 480 Mpa). Pada gambar 2 terlihat sebagai kurva (b). Yang termasuk baja paduan rendah
kekuatan tinggi ini adalah A242, A441, A572, A558, A606, A618 dan A709.
Baja paduan rendah dapat didinginkan (dalam air) dan dipanaskan kembali untuk
mendapatkan tegangan leleh sebesar 80 ksi sampai 110 ksi (550 Mpa sampai 760 Mpa).
Tegangan leleh biasanya didefinisikan sebagai tegangan dengan regangan tetap sebesar 0,2%,
lihat gambar 3. Namun baja paduan ini tidak menunjukkan titik leleh yang jelas. Kurva
tegangan-regangan yang umum diperlihatkan kurva (c) pada gambar 2.
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Gambar 4 : Contoh profil baja canai panas (hot rolled), tebal profil > 1mm.
Baja Ringan
Baja ringan adalah baja canai dingin dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan
tipis namun kekuatannya tidak kalah dengan baja konvensional. Baja ringan memiliki
tegangan tarik tinggi (G550). Baja G550 berarti baja memiliki kuat tarik 550 MPa (Mega
Pascal). Baja ringan adalah Baja High Tensile G-550 (Minimum Yeild Strength 5500 kg/cm2)
dengan standar bahan ASTM A792, JIS G3302, SGC 570. Untuk melindungi material baja
mutu tinggi dari korosi, harus diberikan lapisan pelindung (coating) secara memadai.
Berbagai metode untuk memberikan lapisan pelindung guna mencegah korosi pada baja mutu
tinggi telah dikembangkan. Jenis coating pada baja ringan yang beredar dipasaran adalah
Galvanized, Galvalume, atau sering juga disebut sebagai zincalume dan sebuah produsen
mengeluarkan produk baja ringan dengan menambahkan magnesium yang kemudian dikenal
dengan ZAM, dikembangkan sejak 1985, menggunakan lapisan pelindung yang terdiri dari:
96% zinc, 6% aluminium, dan 3% magnesium.
Gambar 5 : Contoh profil baja canai dingin (cold rolled), tebal profil < 1 mm
(0,60 mm dan 0,8 mm), dinamai juga baja ringan.
Sumber : Brosur prima truss.
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
d1
L + L
L
d0
Gambar 6 : Benda uji, dengan uji tarik, (b) dan (c) bersifat liat (ductile),
(d) bersifat rapuh/getas (brittle).
Gambar 7 adalah hasil uji tarik dari suatu benda uji baj yang dilakukan hingga benda uji
mengalami putus/runtuh, sedangkan gambar 8 menunjukkan perilaku benda uji sampai
dengan regangan 2% yang diperbesar.
Titik-titik penting dalam kurva tegangan-regangan adalah sebagai berikut,
fp = batas proporsional.
fe = batas elastis.
fy u, fy = tegangan leleh atas dan bawah.
fu = tegangan ultimate.
sh = regangan saat mulai terjadi strain-hardening (penguatan regangan).
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
fu
Tegangan,
f
fy u Daerah
putus
fy min
-1
tan E
2%
20 %
0 0,02 0,2
Regangan,
sh
0,015
Gambar 7 : Kurva tegangan – regangan hasil pengujian.
fy u
fe
fp fy
0,2 % Regangan,
2%
0
0,02
Regangan
permanen
b. Daerah elastis dari 0 sampai fe, yaitu apabila beban yang bekeja pada benda uji
dihilangkan maka benda uji akan kembali kebentuk semula (masih elastis).
c. Daerah plastis dibatasi dari fe sampai dengan regangan 2% (0,02), daerah dimana dengan
tegangan yang hampir konstan mengalami regangan yang besar. Metode perencanaan
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
plastis menggunakan daerah ini untuk menentukan kekuatan plastis. Daerah ini juga
menunjukkan tingkat daktilitas dari material baja.
d. Daerah antara regangan sh sampai pada daerah dimana benda uji sudah putus dinamai
daerah penguatan regangan (strain hardening). Sesudah melewati daerah plastis tegangan
kemudian naik kembali namun dengan regangan yang lebih besar, sampai pada
puncaknya dimana terdapat tegangan ultimate (fu), sesudah itu terjadi penurunan
tegangan namun regangan terus bertambah, sampai kemudian benda uji menjadi putus.
Sifat mekanik tiap jenis baja dapat dilihat dalam tabel 1 berikut,
Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan (SNI 03-
1729-2002) sebagai berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa
Modulus geser : G = 80.000 MPa
Nisbah poisson : μ = 0,3
Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-6 / oC
Keliatan berhubungan energi total, baik elastis maupun inelastis, yang dapat diserap
oleh satu satuan volume bahan sebelum patah/putus. Untuk tarikan uniaksial (satu sumbu),
keliatan sama dengan luas bidang di bawah kurva tegangan-regangan tarik sampai titik
patah, disebut juga modulus keliatan. Sebagai contoh, harga kekenyalan dan keliatan
diberikan dalam tabel 2 berikut :
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Perencanaan struktur yang hanya berada pada suhu atmosfir jarang meninjau
kelakuan baja pada suhu tinggi. Pengetahuan tentang kelakuan ini diperlukan dalam
menentukan prosedur pengelasan dan pengaruh kebakaran.
Bila suhu melampaui 93 °C, kurva tegangan-regangan mulai menjadi tak linear dan
secara bertahap titik leleh yang jelas menghilang. Modulus elastisitas, kekuatan leleh, dan
kekuatan tarik akan menurun bila suhu naik. Pada suhu antara 430 dan 540 °C terjadi laju
penurunan maksimum. Baja dengan persentase karbon yang tinggi, seperti A36 A440
menunjukkan pelapukan regangan (strain aging), pada suhu 150 sampai 370 °C. Pelapukan
regangan mengakibatkan turunnya daktilitas.
Penurunan modulus elastisitas tidak terlalu besar pada suhu sampai 540 °C, setelah
itu modulus elastisitas akan menurtm dengan cepat. Yang lebih penting, bila suhu mencapai
260 sampai 320 °C deformasi pada baja akan membesar sebanding dengan lamanya waktu
pembebanan, fenomena ini dikenal sebagai "rangkak" (creep). Rangkak sering dijumpai
pada struktur beton dan pengaruhnya pada baja (yang tidak terjadi pada suhu kamar)
meningkat bila suhu naik.
Pengaruh suhu tinggi yang lain adalah :
a). Memperbaiki daya tahan kejut takik sampai kira-kira 65-95 °C.
a). Menaikkan kegetasan akibat perubahan metalurgis, seperti pengendapan senyawa
karbon yang mulai terjadi pada suhu 510°C.
a). Menaikkan sifat tahan karat baja struktural bila suhu mendekati 540 °C.
Baja umumnya dipakai pada keadaan suhu di bawah 1000 °F, dan beberapa baja
yang diberi perlakuan panas harus dijaga agar suhunya di bawah 430 °C.
5. PATAH GETAS
Patah getas didefenisikan sebagai "jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa
deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat", lihat gambar 6.d.
Kelakuan patah dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, ukuran cacat,
tebal atau pembatas pelat, geometri sambungan, dan mutu pengerjaan.
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
6. SOBEKAN LAMELA
Sobekan lamela (lamelar tearing) merupakan salah satu bentuk patah getas. Dalam
kasus ini, bahan dasar pada sambungan las yang sangat dikekang (restrained) pecah (sobek)
akibat regangan “sepanjang ketebalan” yang timbul karena penyusutan logam las.
Sobekan lamela
7. KERUNTUHAN LELAH
Pembebanan dan penghilangan beban yang berlangsung secara berulang-ulang,
walaupun belum melampaui titik leleh dapat mengakibatkan keruntuhan, disebut kelelahan
(fatigue). Keruntuhan ini dapat terjadi walaupun semua kondisi bajanya ideal. Sebagai
contoh, jembatan jalan raya biasanya diperkirakan mengalami lebih dari 100.000 siklus
pembebanan sehingga kelelahan (fatigue) perlu ditinjau dalam perencanaannya. Pada gedung,
karena siklus pembebanannya rendah, maka kelelahannya tidak perlu ditinjau. Siklus
pembebanan pada gedung umumnya berasal dari muatan hidup lantai, hujan, angin dan
gempa.
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
15
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
16
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 2
Perencanaan Struktur Baja
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
1. Definisi.
2. Prinsip-prinsip Perencanaan.
3. Prosedur Perencanaan.
4. Perencanaan beban Kerja.
Beban Mati.
Beban Hidup.
Beban Angin.
Beban Gempa.
5. Konsep Dasar Perencanaan.
Metode ASD.
Metode LRFD.
6. Contoh Soal Kombinasi Beban.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa memahami tahapan-tahapan yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
struktur baja.
Mahasiswa mengetahui beban-beban yang bekerja pada struktur.
Mahasiswa mengetahui konsep dasar perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
c) Departemen Pekerjaan Umum, “PEDOMAN PERENCANAAN PEMBEBANAN UNTUK RUMAH
DAN GEDUNG (PPPURG 1987)”, Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta, 1987.
d) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
1. Definisi
Perencanaan struktur bisa didefinisikan sebagai paduan dari seni dan ilmu, yang
menggabungkan intuitif seorang insinyur berpengalaman kedalam kelakuan struktur dengan
pengetahuan mendalam tentang prinsip statika, dinamika, mekanika bahan dan analisa
struktur, untuk mendapatkan struktur yang ekonomis dan aman serta sesuai dengan tujuan
pembuatannya.
Sebelum tahun 1850, perencanaan struktur umumnya merupakan seni yang ter-
gantung pada intuisi dalam menentukan ukuran dan tata letak elemen-elemen struktur.
Struktur yang dibuat manusia zaman dahulu hakekatnya selaras dengan yang dilihat dari alam
sekitarnya, seperti balok dan pelengkung (arch). Setelah prinsip kelakuan dan sifat bahan
struktur-struktur lebih dipahami, prosedur perencanaan menjadi lebih ilmiah.
2. Prinsip-prinsip Perencanaan
Biasanya ada beberapa kriteria yang terlibat, yang masing-masing harus dibanding-
kan. Dengan melihat kriteria di atas, jelaslah bahwa penetapan kriteria yang bisa diukur
(seperti berat dan biaya) untuk mencapai perencanaan optimum seringkali sukar, dan kadang-
kadang tidak mungkin. Dalam praktek umumnya penilaian harus kualitatif.
Jika kriteria obyektif tertentu dapat dinyatakan secara matematis, maka teknik
optimisasi bisa diterapkan untuk mendapatkan fungsi obyektif maksimum atau minimum.
Kriteria berat minimum ditekankan pada seluruh pembahasan, dengan anggapan umum
bahwa bahan yang minimum menghasilkan biaya minimum.
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
3. Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan bisa dianggap terdiri atas dua bagian perencanaan fungsional
dan perencanaan kerangka struktural. Perencanaan fungsional adalah perencanaan untuk
rnencapai tujuan yang dikehendaki seperti,
a). Menyediakan ruang kerja dan jarak yang memadai.
b). Menyediakan ventilasi dan/atau pendingin ruangan.
c). Fasilitas transportasi yang memadai, seperti elevator, tangga, dan keran atau
peralatan pengangkat bahan.
d). Penerangan yang cukup.
e). Menyajikan bentuk arsitektur yang menarik.
Perencanaan kerangka struktur adalah pemilihan tata letak dan ukuran elemen struktur
sehingga beban kerja (service load) dapat dipikul dengan aman. Garis besar prosedur
perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Perancangan. Penetapan fungsi yang harus dipenuhi oleh struktur. Tetapkan
kriteria yang dijadikan sasaran untuk menentukan optimum atau tidaknya
perencanaan yang dihasilkan.
2. Konfigurasi struktur prarencana. Penataan letak elemen agar sesuai dengan fungsi
dalam langkah 1.
3. Penentuan beban yang harus dipikul.
4. Pemilihan batang prarencana. Berdasarkan keputusan dalam langkah 1, 2, dan 3,
pemilihan ukuran batang dilakukan untuk memenuhi kriteria obyektif seperti berat
atau biaya terkecil.
5. Analisa struktur untuk menentukan aman atau tidaknya batang yang dipilih.
Termasuk dalam hal ini ialah pemeriksaan semua faktor kekuatan dan stabilitas
untuk batang serta sambungannya.
6. Melakukan evaluasi hasil rancangan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
diatas.
7. Apabila hasil evaluasi menunjukkan belum tercapainya kriteria yang telah
ditetapkan, maka harus dilakukan perancangan ulang (langkah 1 s/d 6).
8. Keputusan akhir. Penentuan optimum atau tidaknya perencanaan yang telah
dilakukan.
a. Beban Mati
Beban mati adalah beban kerja akibat gravitasi yang tetap posisinya, disebut demikian
karena bekerja terus menerus dengan arah ke bumi tempat struktur didirikan. Berat struktur
dipandang sebagai beban mati, demikian juga perlengkapan yang digantungkan pada struktur
seperti pipa air, pipa listrik, saluran pendingin dan pemanas ruangan, lampu, penutup lantai,
genting, dan plafon (langit-langit), dengan kata lain, semua benda yang tetap posisinya
selama struktur berdiri dipandang sebagai beban mati.
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Beban mati diketahui secara tepat setelah perencanaan selesai. Pada tahap awal
perencanaan sebahagian beban mati harus ditaksir, oleh karena ukuran penampang elemen
struktur belum diketahui sehingga beratnya belum diketahui. Berikut contoh beban mati
berdasarkan PEDOMAN PERENCANAAN PEMBEBANAN UNTUK RUMAH DAN
GEDUNG, SKBI - 1.3.5.3.1987, (SKBI = Standar Konstruksi Bangunan Indonesia).
KOMPONEN GEDUNG
Adukan per cm tebal :
2
- dari semen 21 kg/m
2
- dari kapur, semen marah atau tras 17 kg/m
Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah,
2
per cm tebal 14 kg/m
Dinding pasangan bata merah
2
- satu batu 450 kg/m
2
- setengah batu 250 kg/m
Dinding pasangan batako,
Berlubang :
2
- tebal dinding 20 cm (HB 20) 200 kg/m
2
- tebal dinding 10 cm (NB 10) 120 kg/m
Tanpa lubang :
2
- tebal dinding 15 cm 300 kg/m
2
- tebal dinding 10 cm 200 kg/m
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk2nya, tanpa
penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari :
- semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
2
tebal rnaksimum 4 mm 11 kg/m
2
- kaca, dengan tebal 3 - 5 mm 10 kg/m
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit
dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidup
maksimum 200 kg/m2 40 kg/m2
Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang
maksimurn 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m 7 kg/m2
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2
bidang atap 50 kg/m2
Penutup atas sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2
bidang atap 40 kg/m2
Penutup atap seng gelombang (BJLS-25) tanpa gordeng 10 kg/m2
Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dari
beton, tanpe adukan, per cm tebal 24 kg/m2
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11 kg/m2
Catatan :
(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi
(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton
padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan
tersendiri.
(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis-jenis kayu
Beban mati diatas harus dikalikan faktor reduksi 0,9 (PPPURG 1987, fs.2.1.1.2.(1)/(2))
b. Beban Hidup
Beban gravitasi pada struktur, yang besar dan lokasinya bervariasi, disebut beban
hidup. Contoh dari beban hidup ialah manusia, mebel (furniture), peralatan yang dapat
bergerak, kendaraan, dan barang-barang dalam gudang. Beberapa beban hidup secara praktis
bisa permanen, sedang lainnya hanya bekerja sekejap. Karena berat, lokasi, dan kepadatan
beban hidup sifatnya tidak diketahui, maka besar yang sesungguhnya dan posisi dari beban
ini sangat sukar ditentukan.
Beban hidup yang digunakan sebagai beban kerja dalam perencanaan biasanya
ditetapkan oleh peraturan bangunan dari badan pemerintah. Beban ini umumnya bersifat
empiris dan konservatif, serta berdasarkan pada pengalaman dan kebiasaan (bukan dari hasil
perhitungan). Bila peraturan yang ada tidak berlaku atau tidak ada, ketentuan dari peraturan
bangunan lainnya boleh digunakan. Berikut contoh beban hidup berdasarkan PPPURG 1987.
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain
yang lain daripada yang disebut dalam (a) s/d (e), seperti mesjid,
gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton
2
dengan tempat duduk tetap. 400 kg/m
g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk
2
penonton yang berdiri. 500 kg/m
2
h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kg/m
i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam
2
(d), (e), (f) dan (g). 500 kg/m
2
j. Lantai ruang pelengkap dan yang disebut dalam (c), (d), (e), (f) dan (g) 250 kg/m
k. Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip
toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus
direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan sendiri,
2
dengan minimum. 400 kg/m
I. Lantai gedumg parkir bertingkat :
2
- untuk lantai bawah. 800 kg/m
2
- untuk lantai tingkat lainnya. 400 kg/m
m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan
terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan
2
minimum. 300 kg/m
Beban hidup terbagi rata pada atap gedung minimum diambil 100 kg/m2, untuk beban
terpusat berasal dari pekerja dengan peralatannya minimum 100 kg.
Faktor reduksi beban hidup dapat dilihat pada tabel 4 PPPURG 1987
c. Beban Angin
Semua struktur memikul beban angin, terutama bangunan atap, dinding gedung dan
lain-lain yang mempunyai bidang luasan yang besar. Angin menimbulkan tekanan pada sisi
di pihak angin (windward) dan hisapan pada sisi di belakang angin (leeward). Besar tekanan
yang ditimbulkan angin pada permukaan luasan bangunan tergantung kepada kecepatan dan
sudut permukaan, yang ditetapkan sebagai berikut :
- Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2.
- Untuk daerah yang letaknya ditepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi laut, harus
diambil minimum 40 kg/m2.
- Untuk daerah yang diperkirakan mempunyai tekanan tiup yang lebih besar, maka
tekanan angin harus dihitung sebagai berikut,
V2
p (kg/m 2 ) ......(1)
16
Beban gempa adalah beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur akibat adanya
pergerakan tanah secara vertikal dan horisontal. Pada umumnya percepatan horisontal lebih
besar dari percepatan vertikal sehingga pengaruh gempa horisontal lebih menentukan dari
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
gempa vertikal. Gerakan tanah secara horisontal ini menghasilkan gaya geser dasar bangunan
yang berikan oleh persamaan berikut,
CxI
V Wt ......(2)
R
Dalam struktur baja ada dua konsep dasar perencanaan, yaitu perencanaan
berdasarkan tegangan kerja (Allowable Stress Design, ASD) dan perencanaan berdasarkan
beban terfaktor ( Load and Resistance Factor Design, LRFD).
Pada bahagian kiri persamaan (2) mengambarkan kekuatan bahan, dan sebelah kanan
menggambarkan sejumlah beban (beban mati, hidup, angin dan/atau gempa dan lain-lain)
yang bekerja.
Keterangan:
D = adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
L = adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
La = adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak.
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Dengan,
L = 0,5 bila L < 5 kPa, dan L = 1 bila L ≥ 5 kPa.
Kekecualian :
Faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan pada persamaan harus sama dengan
1,0 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum, dan semua daerah di
mana beban hidup lebih besar daripada 5 kPa (500 kg/m2).
Dari enam kombinasi muatan diatas dipilih beban kerja yang paling menentukan (paling
besar).
b. Faktor Tahanan.
Dalam perencanaan struktur berdasarkan metode LRFD, faktor tahanan dapat dilihat
pada tabel 6.4.2 SNI 03-1729-2002 seperti berikut :
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
fy
......(4)
1,5
- Akibat pembebanan sementara,
fy
(1,30) ......(5)
1,5
Pada bahagian kanan persamaan (4) dan (5) mengambarkan kekuatan bahan, dimana fy
adalah tegangan leleh baja sesuai mutu baja, dan sebelah kiri menggambarkan tegangan yang
terjadi yang dihasilkan sejumlah beban (beban mati, hidup, angin dan/atau gempa dan lain-
lain) yang bekerja.
Keterangan:
D = adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
L = adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
W = adalah beban angin.
E = adalah beban gempa, yang ditentukan menurut PMI 1970 NI.18, PPPURG 1987,
SNI 03–1726–1989 atau penggantinya (SNI 03–1726–2002).
d. Faktor Tahanan.
Andaikata dapat disebut sebagai faktor tahanan, maka dalam perencanaan struktur
berdasarkan metode ASD, faktor tahanan dapat dilihat pada PPBBI 1984 yang harus
dikalikan dengan persamaan (4) dan (5) pada bagian kanan diatas seperti berikut :
- Akibat pembebanan tetap,
fy
(faktor tahanan ) . ......(6)
1,5
- Akibat pembebanan sementara,
fy
(faktor tahanan ) . (1,3) . ......(7)
1,5
Faktor tahanan tersebut antara lain,
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Pada suatu struktur bekerja beban mati sebesar D = 5 kN, beban hidup L = 2 kN (L =
0,5), beban angin W = 1 kN dan gempa E = 2 kN. Beban diatas bekerja pada suatu
penampang baja dengan mutu BJ-34, tanpa memperhatikan sifat gaya tekan atau tarik
maupun kelangsingan batang. Diminta buatlah kombinasi beban berdasarkan metode ASD
dan LRFD.
Penyelesaian :
a). Mutu BJ-34, fy = 210 Mpa.
b). Metode ASD.
- Pembebanan tetap,
D + L = 5 kN + 2 kN = 7 kN.
- Pembebanan sementara,
D + L + W = 5 kN + 2 kN + 1 kN = 8 kN, atau
D + L + E = 5 kN + 2 kN + 2 kN = 9 kN
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
- Pembebanan sementara,
fy
(faktor tahanan ) . (1,3) .
1,5
P fy
(1) . (1,3) . , atau
A 1,5
1,5 . P 1,5 x 9 000 N
A 49,45 mm 2 .
(1,3) . fy (1,3) x 210 MPa
Terlihat yang menentukan adalah akibat pembebanan tetap (50 mm2 > 49,45 mm2).
1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) = 1,2 x (5 kN) + 1,6 x (2 kN) = 9,2 kN.
1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W) = 1,2 x (5 kN) + 0,5 x (2 kN) = 7 kN.
1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W) = 1,2 x (5 kN) + 0,8 x (1 kN) = 6,8 kN.
1,2 D + 1,3 W + L L + 0,5 (La atau H) = 1,2 (5 kN) + 1,3 x (1 kN) + 0,5 x (2 kN) =
8,3 kN.
0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E) = 0,9 x ( 5 kN) + 1,3 x (1 kN) = 5,8 kN.
0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E) = 0,9 x ( 5 kN) + 1,0 x (2 kN) = 6,5 kN.
Dari perhitungan diatas terlihat yang menentukan adalah pembebanan dengan besar
beban = 9,2 kN. Apabila dihitung luas penampang yang diperlukan, maka
P 9200 N
Ag 48,68 mm 2 .
. fy 0,9 x 210 MPa
10
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 3
Sesi 2
Batang Tarik (Tension Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
7. Kelangsingan Batang Tarik.
8. Geser Blok.
a) Geser leleh dengan tarik fraktur.
b) Geser fraktur dengan tarik leleh.
c) Contoh soal.
Metode LRFD (SNI).
Metode ASD (PPBBI 1984)
9. WORKSHOP/PELATIHAN I – EVALUASI STRUKTUR.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat melakukan Evaluasi Batang Tarik dengan metode LRFD dan metode ASD.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC, “Specification forStructural Steel Buildings, 2010
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit AIRLANGGA,
Jakarta, 1990.
d) Departemen Pekerjaan Umum, “PEDOMAN PERENCANAAN PEMBEBANAN UNTUK RUMAH DAN GEDUNG
(PPPURG 1987)”, Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta, 1987.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,
1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) RESEARCH COUNCIL ON STRUCTURAL CONNECTIONS, c/o AISC, “Specification for Structural Joints Using
High-Strength Bolts (ASTM A325 or A490 Bolts)”, 2009.
h) William T. segui, “ STEEL DESIGN “, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BATANG TARIK
(TENSION MEMBER)
Kelangsingan komponen struktur tarik, λ = Lk/r, dibatasi sebesar 240 untuk batang
tarik utama, dan 300 untuk batang tarik sekunder, dimana Lk adalah panjang batang tarik, r
adalah jari-jari inertia, SNI fs.10.3.4.(1).
8. Geser Blok .
Suatu keruntuhan dimana mekanisme keruntuhannya merupakan kombinasi geser dan
tarik dan terjadi melewati lubang-lubang baut pada komponen struktur tarik disebut
keruntuhan geser blok. Keruntuhan jenis ini sering terjadi pada sambungan dengan baut
terhadap pelat badan yang tipis pada komponen struktur tarik. Keruntuhan tersebut juga
umum dijumpai pada sambungan pendek, yaitu sambungan yang menggunakan dua baut atau
kurang pada garis searah dengan bekerjanya gaya.
Keruntuhan geser blok adalah perjumlahan antara tarik leleh (atau tarik fraktur)
dengan geser fraktur (atau geser leleh), dengan tahanan nominal ditentukan oleh salah satu
persamaan berikut,
Bila fu . Ant < 0,6 fu . Anv , maka Nn = 0,6 fu . Anv + fy . Agt ......(15.a)
Dimana,
Agv = luas kotor/bruto akibat geser.
Anv = luas netto akibat geser.
Agt = luas kotor/bruto akibat tarik.
Ant = luas netto akibat tarik.
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Gambar 16.
Data-data :
Mutu baja BJ-34, fy = 210 Mpa, fu = 340 Mpa.
Baut ½ “, dn = 12,7 mm, lobang d = 12,7 mm + 2 mm = 14,7 mm
x = e = 16,9 mm, luas profil bruto Ag = 6,91 cm2 = 691 mm2, ix = iy = r = 1,82 cm.
Panjang batang tarik, Lk = 2,50 meter.
Diminta : Lakukan evaluasi terhadap sambungan tersebut dengan metode LRFD dan ASD.
Penyelesaian :
A. Metode LRFD.
Faktor tahanan komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial (tabel 6.4.2 SNI
03-1729-2002),
• terhadap kuat tarik leleh = 0,90
• terhadap kuat tarik fraktur = 0,75
Gambar 17.
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Yang menentukan adalah yang terkecil dari ketiga kondisi tersebut, yaitu Nu Nn = 114
kN atau Nu Nn = 11,4 ton.
2). Kelangsingan.
Kelangsingan batang tarik dihitung sebagai berikut,
= Lk/r = 250/1,82 = 137 < 240 (memenuhi).
B. Metode ASD.
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Gambar 18.
METODE LRFD
I II III
Yield Fracture Luas blok geser Geser Blok
n Anet U Ae n Agv Anv Agt Ant fu.Ant 0,6.fu.Anv n
2 2 2 2 2 2
kN mm < 0,90 mm kN mm mm mm mm N N kN
81.270 356.5 0.716 255.1 65.049 375 264.8 100 63.25 21505.0 54009.0 56.257
90.720 406.5 0.689 280.0 71.409 375 264.8 100 63.25 21505.0 54009.0 56.257
119.259 542.8 0.688 373.4 95.229 510 377.7 150 105.90 36006.0 77050.8 81.413
130.599 602.8 0.831 500.9 127.736 780 559.5 180 135.90 46206.0 114138.0 113.954
170.667 785.4 0.823 646.4 164.828 1080 786.0 240 181.20 61608.0 160344.0 158.058
164.430 744.9 0.832 619.6 157.998 1050 737.2 210 147.44 50128.8 150386.3 145.865
177.660 814.9 0.821 668.9 170.579 1050 737.2 210 147.44 50128.8 150386.3 145.865
190.890 884.9 0.810 716.7 182.771 1085 772.2 245 182.44 62028.8 157526.3 156.732
232.470 1061.6 0.874 928.3 236.719 1800 1210.6 320 235.80 80172.0 246962.4 235.622
292.950 1360.6 0.859 1168.6 297.983 2070 1406.9 360 265.28 90193.5 287012.7 271.960
362.880 1709.5 0.843 1441.7 367.628 2300 1563.3 450 344.75 117215.0 318903.0 310.052
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
METODE ASD
No. P. Tetap P. Semen. Amin Kelangsingan
Stb. Anet SNI Kontrol 240
2 2
mm kN kN mm Amin
0 356.5 37.433 48.662 365.5 ERR 111
1 406.5 42.683 55.487 408.0 ERR 119
2 542.8 56.994 74.092 536.4 OK 127
3 602.8 63.294 82.282 587.4 OK 132
3 785.4 82.467 107.207 767.6 OK 133
4 744.9 78.212 101.675 739.5 OK 138
5 814.9 85.562 111.230 799.0 OK 142
6 884.9 92.912 120.785 858.5 OK 145
7 1062 111.468 144.908 1045.5 OK 149
8 1361 142.858 185.715 1317.5 OK 142
9 1710 179.498 233.347 1632.0 OK 138
6
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 3
Sesi 3
Batang Tarik (Tension Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
10. WORKSHOP/PELATIHAN II – PERENCANAAN DAN EVALUASI STRUKTUR.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat melakukan Perancangan dan Evaluasi Batang Tarik, dengan metode LRFD
dan metode ASD.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC, “Specification forStructural Steel Buildings, 2010
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
d) Departemen Pekerjaan Umum, “PEDOMAN PERENCANAAN PEMBEBANAN UNTUK RUMAH DAN
GEDUNG (PPPURG 1987)”, Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta, 1987.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) RESEARCH COUNCIL ON STRUCTURAL CONNECTIONS, c/o AISC, “Specification for Structural
Joints Using High-Strength Bolts (ASTM A325 or A490 Bolts)”, 2009.
h) William T. segui, “ STEEL DESIGN “, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
LATIHAN 2
PERENCANAAN – EVALUASI
BATANG TARIK
Pada suatu struktur bekerja beban mati sebesar D = 110,0 kN, beban hidup L = 13,0
kN (L = 0,5), beban angin W = 5,0 kN. Beban diatas bekerja pada batang tarik dengan
penampang baja siku ganda, mutu BJ-34. Panjang batang Lk =2,00 m. Rencanakanlah
dimensi batang tarik tersebut berdasarkan metode ASD (PPBBI 1984) dan lakukan evaluasi
dengan metode LRFD (SNI 03-1729-2002). Diameter baut nominal dn = 12 mm, jumlah
baut 3 buah, jarak tepi dan jarak antara baut lihat gambar, jarak atas dan bawah ½ tinggi
flens. Pengaruh besar beban terhadap jumlah baut dan ukuran baut diabaikan.
30 50 mm 50 mm
atas
bawah
Gambar 19.
Penyelesaian :
Data-data :
Mutu baja BJ-34, fy = 210 Mpa, fu = 340 Mpa.
Panjang batang tarik, Lk = 2,00 meter.
Beban-beban yang bekerja,
- Beban mati, D = 110,0 kN.
- Beban Hidup, L = 13 kN, (L = 0,5).
- Beban Angin, W = 5,0 kN.
Baut, dn = 12 mm, diameter lobang d = dn + 2 mm = 14 mm.
b Pembebanan Sementara.
D + L + W = 110 kN + 13 kN + 5 kN = 128 kN.
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
b Pembebanan Sementara.
fy
(faktor tahanan ) . (1,3) . , atau
1,5
P fy
(0,75) . (1,3) . , atau
Anet 1,5
128000 N
Anet = 937,7 mm2.
(210 MPa)
(0,75) . (1,3) .
1,5
Anet
Ag = 937,7/0,85 = 1103,2 mm2 = 11,03 cm2 (2 profil)
85%
Yang menentukan adalah akibat pembebanan tetap, yaitu Ag = 13,78 cm2 (untuk 2
profil). Untuk satu profil, ½ Ag = 6,89 cm2.
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
30 50 mm 50 mm
27,5
27,5
55.55.8
Maka,
1. 1,4 D = 1,4 . (110 kN) = 154,00 kN.
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) = 1,2 . (110 kN) + 1,6 . (13 kN) = 152,80 kN
5. 1,2 D + 1,3 W + 0,5 . L = 1,2 . (110 kN) + 1,3 . (5 kN) + 0,5 . (13 kN) = 145,00 kN.
Yang menentukan adalah kombinasi (1) dan (2), dengan beban terbesar,
Nu = 154,00 kN.
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
27,5 mm
Luas, Agt
Agt = (2 x 8 mm) . (27,5 mm) = 440 mm2.
Agv = (2 x 8 mm) . (130 mm) = 2080 mm2.
Ant = (440 mm2) – ½ . (14 mm) . (2 x 8 mm) = 328 mm2.
Anv = (2080 mm2) – 2 ½ . (14 mm) . (2 x 8 mm) = 1520 mm2.
Geser leleh dengan tarik fraktur, bila fu . Ant 0,6 fu . Anv , maka
Nu Nn = (0,75) . (0,6 fy . Agv + fu . Ant)
= (0,75).{0,6.(210 Mpa).(2080 mm2) + (340 Mpa).(328 mm2)}
Nu Nn = 280200 N = 280,2 kN > 154,0 kN (memenuhi).
Geser fraktur dengan tarik leleh, Bila fu . Ant < 0,6 fu . Anv , maka
Nu Nn = (0,75) . (0,6 fu . Anv + fy . Agt)
= (0,75).{0,6.(340 Mpa).(1520 mm2) + (210 Mpa).(440 mm2)}
Nu Nn = 301860 N =301,9 kN > 154,0 kN (memenuhi).
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
CATATAN :
Luas geser
Pelat penyambung Luas tarik Pelat penyambung
Luas tarik
Luas geser
Gambar 22 : Kemungkinan terjadi geser blok, kondisi (a) pada baja siku,
kondisi (b) dan (c) pada pelat penyambung.
Peninjauan terhadap geser blok dilakukan pada tebal pelat terkecil. Kemungkinan terjadinya
geser blok, yaitu pada baja siku (Gbr.22.a), tebal yang yang diperhitungkan adalah dua kali
tebal sayap (flens), pada pelat penyambung dapat terjadi dalam dua kemungkinan seperti
Gbr.22.(b). dan Gbr.22.(c).
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
P E R E N C A N A A N
Beban Beban Beban Panjang Metode PPBBI 1984 Luas
Data Profil
No. mati hidup angin batang Komb. Beban P. Tetap P. Sementara perlu
1/2 b
Stb. D L W Lk P. tetap P. sem. Anet Ag Anet Ag Ag PROFIL F Ag e ix = iy t Mutu BJ-34
kN kN kN m kN kN mm 2 cm2 mm2 cm2 cm2 cm2 cm2 cm cm mm mm fy = 210 Mpa
-1 110.0 13.0 5.0 2.00 123.0 128.0 1171.4 13.78 937.7 11.03 6.89 55.55.8 8.23 16.46 1.64 1.64 8 55 fu = 340 Mpa
0 120.0 18.0 10.0 2.00 138.0 148.0 1314.3 15.46 1084.2 12.76 7.73 55.55.8 8.23 16.46 1.64 1.64 8 55
1 60.60.8 9.03 1.77 1.80 8 60 Baut
130.0 23.0 15.0 2.25 153.0 168.0 1457.1 17.14 1230.8 14.48 8.57 18.06
dn = 12 mm
2 140.0 28.0 20.0 2.50 168.0 188.0 1600.0 18.82 1377.3 16.20 9.41 75.75.7 10.10 20.20 2.09 2.28 7 75
3 150.0 33.0 25.0 2.75 183.0 208.0 1742.9 20.50 1523.8 17.93 10.25 75.75.8 11.50 23.00 2.13 2.26 8 75
4 160.0 38.0 30.0 3.00 198.0 228.0 1885.7 22.18 1670.3 19.65 11.09 75.75.8 11.50 23.00 2.13 2.26 8 75
5 170.0 43.0 35.0 3.25 213.0 248.0 2028.6 23.87 1816.8 21.37 11.93 80.80.8 12.30 24.60 2.26 2.42 8 80
6 180.0 48.0 40.0 3.50 228.0 268.0 2171.4 25.55 1963.4 23.10 12.77 80.80.10 15.10 30.20 2.34 2.41 10 80
7 190.0 53.0 45.0 3.75 243.0 288.0 2314.3 27.23 2109.9 24.82 13.61 80.80.10 15.10 30.20 2.34 2.41 10 80
8 200.0 58.0 50.0 4.00 258.0 308.0 2457.1 28.91 2256.4 26.55 14.45 80.80.10 15.10 30.20 2.34 2.41 10 80
9 210.0 63.0 55.0 4.25 273.0 328.0 2600.0 30.59 2402.9 28.27 15.29 90.90.11 18.70 37.40 2.62 2.72 11 90
E V A L U A S I
Diameter Luas K O N D I S I
Kombinasi Beban (SNI 03-1729-2002)
Baut Lobang netto Leleh Fraktur Geser Blok
fu .
Komb.1 Komb.2 Komb.5 Nu dn d Anet Nn U < 0,9 Ae Nn Agt Ant Agv Anv Ant Nn 0,6.fu.Anv Nn
kN kN kN kN mm mm mm2 kN mm2 kN mm2 mm2 mm2 mm2 kN kN kN kN
154.00 152.80 145.00 154.00 12 14.0 1422.0 311.1 0.836 1188.8 303.1 440.0 328.0 2080.0 1520.0 111.5 280.2 310.1 301.9
168.00 172.80 166.00 172.80 12 14.0 1422.0 311.1 0.836 1188.8 303.1 440.0 328.0 2080.0 1520.0 111.5 280.2 310.1 301.9
182.00 192.80 187.00 192.80 12 14.0 1582.0 341.3 0.823 1302.0 332.0 480.0 368.0 2080.0 1520.0 125.1 290.4 310.1 308.2
196.00 212.80 208.00 212.80 12 14.0 1824.0 381.8 0.791 1442.8 367.9 525.0 427.0 1820.0 1330.0 145.2 280.9 271.3 286.2
210.00 232.80 229.00 232.80 12 14.0 2076.0 434.7 0.787 1633.8 416.6 600.0 488.0 2080.0 1520.0 165.9 321.0 310.1 327.1
224.00 252.80 250.00 252.80 12 14.0 2076.0 434.7 0.787 1633.8 416.6 600.0 488.0 2080.0 1520.0 165.9 321.0 310.1 327.1
238.00 272.80 271.00 272.80 12 14.0 2236.0 464.9 0.774 1730.7 441.3 640.0 528.0 2080.0 1520.0 179.5 331.2 310.1 333.4
252.00 292.80 292.00 292.80 12 14.0 2740.0 570.8 0.766 2098.8 535.2 800.0 660.0 2600.0 1900.0 224.4 414.0 387.6 416.7
266.00 312.80 313.00 313.00 12 14.0 2740.0 570.8 0.766 2098.8 535.2 800.0 660.0 2600.0 1900.0 224.4 414.0 387.6 416.7
280.00 332.80 334.00 334.00 12 14.0 2740.0 570.8 0.766 2098.8 535.2 800.0 660.0 2600.0 1900.0 224.4 414.0 387.6 416.7
294.00 352.80 355.00 355.00 12 14.0 3432.0 706.9 0.738 2532.8 645.9 990.0 836.0 2860.0 2090.0 284.2 483.5 426.4 475.7
6
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 3
Sesi 1
Batang Tarik (Tension Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
1. Elemen Batang Tarik..
2. Kekuatan Tarik Nominal Metode LRFD.
Kondisi Leleh.
Kondisi fraktur/putus.
3. Kekuatan Tarik Nominal Metode ASD.
4. Luas Penampang Netto.
Ukuran lobang paku keling atau baut.
Lobang sejajar dan lobang berselang-seling.
o Pada pelat.
o Pada baja siku.
o Profil dan WF.
Contoh soal luas penampang netto pada pelat.
Contoh soal luas penampang netto pada profil siku.
5. Luas Penampang Netto Efektif.
Sambungan dengan baut/paku.
Sambungan dengan las.
Contoh soal luas penampang efektif.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mengetahui dan memahami elemen batang tarik, kekuatan tarik nominal metode
LRFD, metode ASD, luas penampang netto, dan luas penampang netto efektif.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC, “Specification forStructural Steel Buildings, 2010
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit AIRLANGGA,
Jakarta, 1990.
d) Departemen Pekerjaan Umum, “PEDOMAN PERENCANAAN PEMBEBANAN UNTUK RUMAH DAN GEDUNG
(PPPURG 1987)”, Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta, 1987.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,
1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) RESEARCH COUNCIL ON STRUCTURAL CONNECTIONS, c/o AISC, “Specification for Structural Joints Using
High-Strength Bolts (ASTM A325 or A490 Bolts)”, 2009.
h) William T. segui, “ STEEL DESIGN “, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BATANG TARIK
(TENSION MEMBER)
Batang tarik banyak dijumpai dalam banyak struktur baja, seperti struktur-struktur
jembatan, rangka atap, menara transmisi, ikatan angin, dan lain sebagainya. Batang tarik ini
sangat efektif dalam memikul beban. Batang ini dapat terdiri dari profil tunggal ataupun
profil-profil tersusun. Contoh-contoh penampang batang tarik adalah profil bulat, pelat, siku,
siku ganda, siku bintang, kanal, WF, dan lain-lain. Dengan demikian, batang tarik adalah
elemen batang pada struktur yang menerima gaya tarik aksial murni. Gaya tarik tersebut
dikatakan sentris jika garis gaya berimpit dengan garis berat penampang. Batang tarik ini
umumnya terdapat pada struktur rangka batang.
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor Nu harus memenuhi :
Nu Nn ......(1)
Dimana,
Nn = kekuatan nominal penampang.
= faktor tahanan/reduksi (SNI 03-1729-2002, tabel 6.4-2, hal.18).
(SNI 03-1729-2002, fs.10.1)
Bila kondisi leleh yang menentukan, maka kekuatan nominal Nn dari batang tarik
harus memenuhi persamaan berikut,
Nn = Ag . fy ......(2)
Dimana,
Ag = luas penampang bruto (mm2).
fy = tegangan leleh sesuai mutu baja (MPa).
Pada kondisi ini faktor tahanan adalah = 0,90.
2). Pada kondisi fraktur/putus dari luas penampang efektif/netto pada sambungan.
Pada batang tarik yang mempunyai lobang, pada daerah penampang yang berlobang
tersebut bentuk tegangan tarik tidak linear, terjadi konsentrasi tegangan pada tepi lobang,
seperti gambar berikut,
(a) (b)
T2>T1 T2>T1
T1 T1
(c)
T3>T2 T3>T2
Gambar 2 : Bentuk probahan tegangan pada tepi lobang sejalan dengan bertambahnya
beban, gbr. (a) penampang masih dalam keadaan elastis, gbr.(b) sebagian
penampang sudah leleh dan gbr.(c) pada seluruh penampang sudah leleh.
Apabila kondisi fraktur/putus yang menentukan maka kekuatan nominal tarik (Nn )
tersebut harus memenuhi persamaan sebagai berikut,
Nn = Ae . fu ......(3)
Dimana,
Ae = luas penampang efektif/netto (mm2).
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Batang tarik yang disambung dengan paku keling (rivet) atau baut (bolt) harus
dilobangi. Ini mengakibatkan berkurangnya luas penampang yang dibutuhkan untuk memikul
gaya tarik, sehingga kekuatan tarik batang akan berkurang.
SNI 03-1729-2002 fs.10.2.2. menyebutkan dalam suatu potongan jumlah luas lubang
tidak boleh melebihi 15% luas penampang utuh, atau dengan kata lain luas penampang netto
seperti yang diberikan oleh persamaan berikut,
Anet 85 % Ag ......(6)
Dimana,
Ag = luas penampang bruto (mm2).
Menurut SNI 03-1729-2002, fs.17.3.6 diameter nominal lobang (d) yang sudah jadi
harus 2 mm lebih besar dari diameter nominal baut (dn) untuk suatu baut diameternya tidak
melebihi 24 mm, dan maksimum 3 mm lebih besar untuk baut dengan diameter lebih besar,
kecuali untuk lubang pada pelat landas.
dn d
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Berdasarkan Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts,
Prepared by RCSC Committee, 2009, ukuran lobang ditetapkan seperti table 1 berikut,
a U1
c
h
d
U2
b
a
S1 S2
(a) t1
(b) t2
Gambar 4 : Skema peninjauan penampang netto.
b1). Pada lobang sejajar seperti gambar 4.a, luas penampang netto (pot. a-a) diberikan oleh
persamaan berikut,
Anet = Ag – n . d . t ......(7)
Dimana,
n = jumlah lobang 3 lobang).
d = diameter lobang (mm), mengikuti ketentuan SNI diatas,
yaitu d = dn + 2mm, atau d = dn + 3mm.
Ag = luas penampang bruto = h . t
t = tebal pelat terkecil antara t1 dan t2
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
b2). Pada lobang yang berselang-seling (Gbr.4b), peninjauan luas penampang netto dilakukan
sebagai berikut,
Dari ketiga peninjauan ini luas penampang netto diambil yang terkecil, dan harus,
Anet 85 % Ag
a a
c U1 c
U1 U1
b d
gb U2
U2
d
ga b
Jarak U2 = ga + gb – t
Dari ketiga peninjauan ini luas penampang netto diambil yang terkecil, dan harus,
Anet 85 % Ag
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
ga
ga
U2
gb gb
t
t U1
t t
(a) (b)
S S
25 1
50
4
50 2
h = 250 mm
50
5
50
3
25
30 50 50 30
2 2 2
- Potongan 1 – 2 – 3,
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
- Potongan 1 – 4 – 2 – 5 – 3,
S2 . t S2 . t S2 . t S2 . t
Anet = h . t - 5 . t . d + + + +
4. U 4. U 4. U 4. U
50 2. 6 50 2. 6 50 2. 6 50 2. 6
= 250 x 6 - 5 x 6 x 14 + + + +
4 . (50) 4 . (50) 4 . (50) 4 . (50)
2
= 1500 – 420 + 75 + 75 + 75 + 75 = 1380 cm .
- Potongan 1 – 4 – 5 – 3,
S2 . t S2 . t S2 . t
Anet = h . t - 4 . t . d + + +
4. U 4 . (2 U) 4 . U
50 2. 6 50 2. 6
= 250 x 6 - 4 x 6 x 14 + +
4 . (50) 4 . (50)
2
= 1500 – 336 + 75 + 75 = 1314 mm .
Solusi,
a. Diameter paku dikecilkan.
b. Susunan paku pada satu potongan vertikal dirobah dari 3 (tiga) buah menjadi 2
(dua) buah.
2). Sambungan seperti gambar berikut yaitu dari profil baja siku 150.100.10, diameter
nominal alat penyambung dn = 25 mm. Hitunglah luas penampang netto.
Penyelesaian :
Diameter lobang d = 25 + 3 mm = 28 mm (lihat SNI) ; U1 = 60 mm ; S = 75 mm
U2 = ga + gb – t = 55 + 60 – 10 = 105 mm.
Luas profil baja siku, Ag = 2420 mm2 (lihat tabel profil).
75 75 75
t = 10
a
c 60
U1 = 60
150
d
gb = 55 b U2
ga = 60 PROFIL 150.100.10
100
- Potongan a – b : Anet = Ag – n .d . t
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
S2 . t S2 . t
- Potongan a – c – b : Anet = Ag – n .d . t + +
4 . U1 4 . U2
75 2.10 75 2.10
Anet = 2420 – 3 . 28 . 10 + +
4 . (60) 4 . (105)
= 2420 – 840 + 234,4 + 133,9
Anet = 1948,3 mm2.
S2 . t S2 . t
- Potongan a – c – d : Anet = Ag – n .d . t + +
4 . U1 4 . U2
75 2.10 75 2.10
Anet = 2420 – 3 . 28 . 10 + +
4 . (60) 4 . (105)
= 2420 – 840 + 234,4 + 133,9
Anet = 1948,3 mm2.
Solusi,
a. Diameter paku dikecilkan.
b. Susunan paku pada sayap dirobah dari 2 (tiga) buah menjadi 1 (satu) buah saja.
Luas neto (Anet) yang diperoleh sebelumnya harus dikalikan dengan faktor efektifitas
penampang, U, akibat adanya eksentrisitas pada sambungan, yang disebut shear leg, SNI 03-
1729-2002 fs.10.2. menetapkan sebagai berikut,
Ae = U . Anet ......(10)
Dimana,
Ae = luas neto efektif.
U = koefisien reduksi.
Anet = luas neto penampang.
Koefisien reduksi U untuk hubungan yang menggunakan baut atau paku keling
diperoleh dari persamaan berikut:
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Pelat
x
penyambung
c.g. c.g.
profil yang
profil yang disambung c.g. penampang ½ I
disambung
(a) (b) (c)
Pelat
penyambung
x x
profil yang
disambung
Gambar 9 : Letak eksentrisitas sambungan.
Ae = Ag ......(12)
(a)
b). Bila gaya tarik hanya disalurkan oleh pengelasan melintang, A adalah jumlah luas
penampang neto yang dihubungkan secara langsung dan U = 1,0.
Ae = U . Ag = Ag ......(13)
(b)
c). Bila gaya tarik disalurkan ke sebuah komponen struktur pelat dengan pengelasan
sepanjang kedua sisi pada ujung pelat, dengan l > w :
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
(c)
Ae = U . Ag ......(14)
Contoh Soal :
150
300
(150 -15)
300 x 15 x 7,5 (150 -15) x 10 x 15
2
x
300 x 15 (150 -15) x 10
= 24,80 mm.
24,80
U 1 0,75 0,90 (memenuhi).
100
Maka luas penampang netto efektif menjadi,
Ae = 0,75 Anet.
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Bila luas penampang profil WF tersebut Ag = 119,8 cm2, memakai baut ½“ = 12,7 mm,
kelonggaran lobang 2 mm, berapakah luas penampang netto ?, dan berapa pula luas
penampang netto efektif ?. Silahkan dicoba.
Batang tarik
Batang tarik
11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
LAMPIRAN
Untuk perencanaan, faktor reduksi penampang netto dapat dipakai seperti bentuk-bentuk
dalam gambar berikut,
12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
15
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 4
Sesi 1
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
1. Elemen Batang Tekan..
2. Tekuk Elastis EULER.
3. Panjang Tekuk.
4. Batas Kelangsingan Batang Tekan.
Contoh Soal 1.
5. Pengaruh Tegangan Sisa (Residual Stress).
6. Tahanan Tekan Nominal.
Gaya Tekuk Elastis.
Daya Dukung Nominal Komponen Struktur Tekan.
Contoh Soal 2.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mengetahui dan memahami elemen batang tekan, tekuk elastis EULER, panjang
tekuk, batas kelansingan batang tekan,pengaruh tegangan sisa dan tahanan tekan nominal.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
c) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, 1984.
d) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
e) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BATANG TEKAN
(COMPRESSSION MEMBER)
Batang tekan
Batang vertikal
Batang diagonal
Pada struktur portal, kolom merupakan elemen utama yang memikul gaya tekan,
tetapi masih mengandung gaya dalam momen dan gaya lintang.
Mx = P . y ...(1)
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
P P
y
Dimana,
E = modulus elastisitas baja
I = momen inertia batang.
Persamaan (2) diatas adalah persamaan homogen linear orde kedua (second-order
homogeneous linear differential equation) apabila di integralkan akan menghasilkan
persamaan beban kritis yang bekerja pada batang tekan,
2 . E . I
Pcr ...(3)
Lk 2
Dimana,
Lk = panjang tekuk batang.
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Tegangan kritis,
Pcr
fcr ...(4)
Ag
2 . E . I ...(5)
fcr
Ag . Lk 2
Untuk jari-jari inertia,
I
r ...(6)
Ag
Maka,
2 . E . r2
fcr ...(7)
Lk 2
Untuk kelangsingan batang,
Lk
...(8)
r
Diperoleh,
2 . E
fcr ...(9)
2
Pendekatan EULER diatas hanya terjadi pada batang tekan dalam kondisi elastis
dengan kelangsingan yang besar ( > 110, batang panjang), artinya batang tekan sudah
menekuk sebelum tegangan mencapai leleh. Untuk kelangsingan sedang ( < 110, batang
sedang ) akan terjadi tekuk inelastis, yaitu pada sebagian penampang sudah leleh dan untuk
batang pendek ( < 20) seluruh penampang leleh, seperti dilukiskan gambar 4 berikut,
Pada daerah tekuk inelastik besaran modulus elastis E menurun menjadi Et (E > Et),
dan kurva tegangan-regangan tidak lagi linear, dan rumus EULER diatas berubah menjadi,
2 . Et
fcr ...(10)
2
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
3. Panjang Tekuk.
Panjang tekuk (Lk) batang tekan sangat tergantung kepada jenis perletakannya, seperti
kolom dengan tumpuan jepit dapat mengekang ujungnya dari berotasi dan translasi, sehingga
mampu menahan beban yang lebih besar dibandingkan tumpuan sendi. Panjang tekuk
dihitung seperti berikut,
Sendi Sendi
Jepit
Lepas
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Untuk kolom pada struktur portal, faktor panjang tekuknya (k) dipengaruhi oleh nilai
G pada ujung-ujung kolom. Nilai G pada salah satu ujung adalah ratio jumlah kekakuan
semua kolom terhadap jumlah kekakuan semua balok yang bertemu di ujung tersebut yang
ditulis dengan rumus;
GA
( I cA / LcA ) ...(11.a)
I c , Lc
( I bA / LbA ) I b , Lb I b , Lb
GB
( I cB / LcB ) ...(11.b)
A
( I bB / LbB ) I c , Lc
Lk = k . L ...(12) I b , Lb I b , Lb
B
IcA = Momen inertia kolom yang bertemu di titik A. I c , Lc
IcB = Momen inertia kolom yang bertemu di titik B.
LcA = Panjang kolom yang bertemu di titik A. Gambar 7 : Kolom dan balok portal.
LcB = Panjang kolom yang bertemu di titik B.
IbA = Momen inertia balok yang bertemu di titik A.
IbB = Momen inertia balok yang bertemu di titik B.
LbA = Panjang balok yang bertemu di titik A.
LbB = Panjang balok yang bertemu di titik B.
Untuk tumpuan jepit nilai G=l
Untuk tumpuan sendi nilai G = 10
Faktor panjang tekuk (k) dihitung dengan memasukan nilai G kedua ujung-ujungnya
pada nomogram gambar 8. Dari kedua titik nilai G tersebut ditarik garis yang memotong
garis skala k. Titik potong ini menunjukan nilai k dari kolom tersebut. Perlu diperhatikan
bahwa ada dua nomogram, yaitu untuk struktur tak bergoyang dan untuk struktur bergoyang.
Struktur tak bergoyang artinya jika ujung-ujung dari kolom yang ditinjau tidak dapat
berpindah kearah lateral.
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
k k
Contoh 1 :
Hitunglah nilai k untuk masing-masing kolom
pada struktur portal seperti gambar 9.
Gambar 9
Penyelesaian :
a). Kekakuan tiap elemen balok dan kolom, dihitung dalam tabel berikut,
Tabel 2 : Kekakuan elemen balok dan kolom.
Ix L Ix / L
Elemen Fungsi Profil 4 3
cm cm cm
AB Kolom WF 200.200.8.12 4720 350 13.486
BC Kolom WF 200.200.8.12 4720 300 15.733
DE Kolom WF 250.125.6.9 4050 350 11.571
EF Kolom WF 250.125.6.9 4050 300 13.500
GH Kolom WF 200.200.8.12 4720 350 13.486
HI Kolom WF 200.200.8.12 4720 300 15.733
BE Balok WF 450.200.9.14 33500 600 55.833
CF Balok WF 400.200.8.13 23700 600 39.500
EH Balok WF 450.300.11.18 56100 900 62.333
FI Balok WF 400.300.10.16 38700 900 43.000
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
A - 10 Sendi
B (Kolom AB + Kolom BC) / (Balok BE) (13.486 + 15.733) / 55.833 0.523
C (Kolom BC) / (Balok CF) (15.733) / 39.500 0.398
D 10 Sendi
E (Kolom DE + Kolom EF) / (Balok BE + Balok EH) (11.571 + 13.500) / (55.833 + 62.333) 0.212
F (13.500) / (39.500 + 43.000) 0.164
G 10 Sendi
H (Kolom GH + Kolom HI) / (balok EH) (13.486 + 15.733) / 62.333 0.469
I (Kolom HI) / (Balok FI) (15.733) / 43.000 0.366
AB 10 0.523 1.80
BC 0.523 0.398 1.15
DE 10 0.212 1.72
EF 0.212 0.164 1.07
GH 10 0.469 1.79
HI 0.469 0.366 1.18
Gambar 10.
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Pada penampang profil sayap lebar (wide flange) atau profil H yang digiling panas,
sayap yang merupakan bagian yang lebih tebal mendingin lebih lambat daripada daerah
badan (web). Ujung sayap yang lebih terbuka terhadap udara lebih cepat dingin daripada
daerah pertemuan sayap dan badan, ini berakibat ujung-ujung sayap dan tengah-tengah badan
mengalami tegangan residu tekan. Sedangkan pada daerah pertemuan sayap dan badan
mengalami tegangan residu tarik. Distribusi tegangan residu dapat dilihat pada gambar 11
berikut.
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Gambar 13 : Kurva kekuatan yang menunjukkan pengaruh tegangan residu (E = 29.000 ksi).
Sumber : Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
SNI 03-1729-2002, pada tabel 7.5.1, menetapkan pengaruh tegangan residu pada pelat
sayap 70 Mpa untuk penampang yang dirol/digiling panas, dan 115 MPa untuk penampang
yang dilas. Misal pada sayap profil dengan mutu baja BJ-34, dengan tegangan leleh fy = 210
MPa, harus dikurangi sebesar 70 MPa menjadi fy = 210 MPa – 70 MPa = 140 MPa.
Nu < n . Nn ...(13)
Dimana,
n = adalah faktor reduksi kekuatan (lihat SNI, Tabel 6.4-2),
= 0,85.
Nu = beban terfaktor.
Nn = kekuatan tekan nominal.
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
1 Lk fy
c ...(15)
r E
dengan Lk k . L dan fy adalah tegangan leleh material. Dalam hal ini k adalah faktor
panjang tekuk, dan L adalah panjang teoritis kolom.
Keterangan:
Ag = luas penampang bruto, mm2
fcr = tegangan kritis penampang, MPa
fy = tegangan leleh material, MPa
= koefisien tekuk.
Contoh 2 :
Lalukanlah evaluasi terhadap komponen struktur tekan berikut dengan memakai profil
WF 300.200.9.14. Kondisi perletakan jepit – sendi. Beban aksial terfaktor Nu = 120 ton =
1200 kN. Mutu baja BJ-37 (fy = 240 MPa, fu = 370 MPa). Panjang batang L = 4500 mm.
DATA-DATA :
WF 300.200.9.14
Sendi
d = 298 mm
b = 201 mm
tf = 14 mm
tw = 9 mm
L = 4500 mm
L
r = 18 mm
Ag = 8336 mm2
rx = 126 mm
ry = 47,7 mm
h = d - 2.(tf + r)
= 298 – 2 . (14 + 18)
Jepit
h = 234 mm
Gambar 14.
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
EVALUASI
a. Kelansingan batang.
Faktor panjang tekuk, k = 0,80 (jepit-sendi, tabel 1)
- Tekuk ke arah sumbu – X,
Lkx = k . L = 0,8 . (4500) = 3600 mm.
L 3600
x kx 28,57 < 200 (memenuhi).
rx 126
- Ke arah sumbu – Y,
1 Lky fy
cy
ry E
1 240
cy . (75,47) . 0,8326 (untuk = 3,14)
200000
1,43
Untuk 0,25 cy 1,2 maka y
1,6 0,67cy
1,43
y 1,3722
1,6 0,67 . (0,8326)
11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
12
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 4
Sesi 2
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat menghitung angka kekakuan batang, membaca nomogram faktor panjang
tekuk, menghitung panjang tekuk, menghitung angka kelangsingan sayap dan badan,
menghitung angka kelangsingan batang tekan dan menghitung kekuatan nominal terfaktor
batang tekan.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI
03-1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
c) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
d) Rudy Gunawan, Ir.,”Tabel Profil KONSTRUKSI BAJA”, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta,1988.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BATANG TEKAN
(COMPRESSSION MEMBER)
PELATIHAN / WORKSHOP 1
Diketahui : Struktur portal seperti tergambar. Ukuran profil kolom E – F dan tinggi
tingkat H lihat data soal. Mutu baja BJ-34. Data lain lihat tabel terlampir.
Diminta : Lakukan evaluasi terhadap kolom E – F tersebut.
Penyelesaian :
a). Data-data,
- Balok C – F, WF 400.200.8.13, Ix = 23700 cm4.
- Balok F – I, WF 400.300.10.16, Ix = 38700 cm4.
- Balok B – E, WF 450.200.9.14, Ix = 33500 cm4.
- Balok E – H, WF 450.300.11.18, Ix = 56100 cm4.
- Kolom D – E, WF 300.300.11.17, Ix = 23400 cm4.
- Kolom E – F, WF 250.125.6.9, Ix = 4050 cm4, Iy = 294 cm4. (yang lain lihat soal)
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
DATA-DATA :
WF 250.125.6.9
d = 250 mm
b = 125 mm
tf = 9 mm
tw = 6 mm
L = 3000 mm
r = 12 mm
Ag = 3766 mm2
rx = 104 mm
ry = 27,9 mm
h = d - 2.(tf + r)
= 250 – 2 . (9 + 12)
h = 208 mm Gambar 17.
EVALUASI
a. Kelangsingan batang.
Faktor panjang tekuk, k = 1,12
- Tekuk ke arah sumbu – X,
Lkx = k . L = 1,12 . (3000) = 3360 mm.
L 3360
x kx 32,31 < 200 (memenuhi).
rx 104
- Tekuk ke arah sumbu – Y,
Lky = k . L = 1,12 . (3000) = 3360 mm.
Lky 3360
y 120,43 < 200 (memenuhi).
ry 27,9
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
- Ke arah sumbu – Y,
1 Lky fy
cy
ry E
1 210
cy . (120,43) . 1,2428 (untuk = 3,14)
200000
Untuk c 1,2 maka 1,252c
y 1,25 . (1,2428) 2 1,9307
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
rx = ry = x y cx
ix iy h
x cy y
Nu Nu
cm cm mm kN kN
10.4 2.79 208 32.31 120.43 0.3334 1.0388 647.1 1.2428 1.9307 348.2
10.4 4.18 190 34.28 85.29 0.3537 1.0492 956.8 0.8801 1.4154 709.3
10.3 5.98 190 36.35 62.61 0.3751 1.0603 1381.5 0.6461 1.2252 1195.5
10.8 6.29 190 36.06 61.91 0.3721 1.0587 1428.1 0.6389 1.2202 1239.1
10.8 6.29 190 37.15 63.78 0.3834 1.0647 1545.5 0.6582 1.2338 1333.6
10.5 6.09 190 39.67 68.39 0.4093 1.0786 1732.6 0.7058 1.2687 1473.1
12.4 3.29 256 33.39 125.84 0.3445 1.0444 799.5 1.2986 2.1079 396.1
12.5 4.71 234 34.63 91.91 0.3574 1.0510 1229.2 0.9485 1.4826 871.4
12.5 7.16 234 36.78 64.22 0.3796 1.0627 1809.1 0.6627 1.2370 1554.1
13.0 7.51 234 36.60 63.36 0.3777 1.0617 1862.9 0.6538 1.2307 1607.0
13.1 7.51 234 38.17 66.58 0.3939 1.0703 1998.0 0.6871 1.2547 1704.3
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
6
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 4
Sesi 3
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
7. Tekuk Lokal.
a) Menurut SNI 03-1729-2002.
b) Menurut AISC 2005.
c) Menurut AISC 2010.
8. Profil Tersusun Batang Tekan.
a) Sumbu Profil.
b) Kelangsingan Batang Profil Tersusun.
c) Pelat Koppel.
d) Koefisien Tekuk.
e) Kuat Tekan Nominal.
f) Kestabilan Profil Tersusun.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tekuk lokal berdasarkan standar-standar SNI
03-1729-2002, AISC 2005, AISC 2010, profil tersusun batang batang tekan.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI
03-1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
c) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
d) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
e) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BATANG TEKAN
(COMPRESSSION MEMBER)
7. Tekuk Lokal.
Pada penampang komponen struktur tekan, yang mempunyai ketebalan sangat tipis
dibandingkan lebarnya, yaitu pada badan atau sayap, maka besar kemungkinan akan terjadi
tekuk lokal. Yaitu tekuk yang terjadi pada sebagian tempat pada penampang tersebut. Ini
berakibat komponen struktur tersebut tidak mampu memikul beban secara penuh. Artinya
struktur akan runtuh sebelum mencapai kapasitasnya.
Klasifikasi penampang untuk tekuk lokal, dapat dilihat dari beberapa standar sebagai
rujukan seperti tertera berikut ini :
a. SNI 03-1729-2002.
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Plastic Strength
Vp Inelastic
Vr
Elastic Strength
0
Compact Op Non-Compact Or Slender
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
b. A I S C - 2005.
Nilai modulus elastisitas E = 29.000 ksi, atau E = 200.000 Mpa, dan Fy adalah tegangan
leleh, selanjutnya tabel tersebut dapat dilihat pada halaman berikut.
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
AISC 2005
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
AISC 2005
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
AISC 2005
c. A I S C - 2010.
Dalam AISC – 2010, penampang batang yang memikul gaya sentris tekan
diklasifikasikan menjadi elemen penampang langsing (slender) dan tidak langsing
(nonslender). Elemen penampang tidak langsing apabila angka perbandingan antara lebar
dengan tebal elemen tertekan (b/t) tidak melampaui seperti yang terdapat dalam Tabel B4.1a.
Elemen penampang langsing apabila angka perbandingan antara lebar dengan tebal telah
melampaui nilai seperti terdapat dalam tabel tersebut, seperti berikut,
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
AISC 2010
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Sumbu utama, adalah sumbu dimana terdapat nilai inertia ekstrim maksimum dan
minimum, seperti terlihat pada gambar 16.(a) berikut, dimana sumbu X dan sumbu Y adalah
sumbu utama, sumbu X dan Y pada profil ini adalah juga merupakan sumbu bahan.
Pada gambar 16.(b), yaitu profil siku tunggal, sumbu bahannya adalah sumbu X dan
sumbu Y. Yang menjadi sumbu utama adalah sumbu [ tempat momen inertia ekstrim
maksimum, dan sumbu K tempat momen inertia ekstrim minimum.
Besar momen inertia I[ dan IK dapat dilihat pada tabel profil, atau dapat dihitung
sebagai berikut,
2
Ix Iy § Ix Iy ·
Iȟ I PDNV ¨ ¸ Sxy
2
...(19.a)
2 © 2 ¹
2
Ix Iy § Ix Iy ·
IK I min ¨ ¸ Sxy
2
...(19.b)
2 © 2 ¹
Dimana,
Ix = momen inertia terhadap sumbu X.
Iy = momen inertia terhadap sumbu Y.
Sxy = momen sentrifugal terhadap sumbu X dan Y.
Pada Gambar 16.(c), sumbu X adalah sumbu bahan dan sumbu Y adalah sumbu bebas bahan.
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Pelat koppel
(a) (b)
Pelat koppel
- Terhadap sumbu Y-Y (sumbu bebas bahan),
h
2 m 2
Oiy Oy O1 ...(22)
2
Dimana,
k . Ly
Oy ...(23) t
ry
x
L1
O1 ...(24)
rmin
m = jumlah batang tunggal yang membentuk Gambar 18
profil tersusun.
Ly = panjang komponen struktur tekan arah Y.
ry = jari-jari inertia terhadap sumbu Y.
L1 = jarak antara dua pelat koppel.
rmin = rȘ = jari-jari inertia minimum batang tunggal (lihat gbr.16.b). (revisi)
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
SNI 03-1729-2002 pasal 9.3 menyatakan bahwa persamaan (22) diatas terpenuhi
apabila :
c1). Pelat-pelat kopel membagi komponen struktur tersusun menjadi beberapa bagian yang
sama panjang atau dapat dianggap sama panjang.
c2). Banyaknya pembagian komponen struktur minimum adalah 3 (tiga) medan pelat koppel.
c3). Hubungan antara pelat kopel dengan elemen komponen struktur tekan harus kaku.
c4). Pelat kopel harus cukup kaku, sehingga memenuhi persamaan,
Ip I
t 10 . 1 ...(25)
a L1
Dimana,
Ip = momen inertia pelat koppel
= 1/12 t h3.
Apabila pelat koppel terdapat pada muka dan belakang (gbr 19.a,b,c,e,f), (revisi)
Ip = (2) . 1/12 t h3.
I1 = momen inertia minimum batang tunggal (IK), lihat gambar 16.b. (revisi)
a = jarak antara dua pusat berat profil, lihat gambar 18 dan 19.
Pelat-pelat kopel harus dihitung dengan menganggap bahwa pada seluruh panjang
komponen struktur tersusun itu bekerja gaya lintang sebesar,
11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Du = 0,02 Nu ...(26)
dengan Nu adalah kuat tekan perlu (beban kerja) komponen struktur tersusun akibat beban-
beban terfaktor. Anggapan ini hanya berlaku untuk batang tekan dengan gaya sentris.
Koefisien tekuk Ȧx dan Ȧiy selanjutnya ditentukan oleh harga-harga Ox dan Ȝiy :
- Terhadap sumbu X,
1 fy
Ocx (O x )
S E
- Terhadap sumbu Y,
1 fy
Ociy (Oiy )
S E
Kuat tekan nominal dipilih yang terkecil dari kedua persamaan berikut,
- Terhadap sumbu X,
fy
Nn Ag . ...(27.a)
Zx
- Terhadap sumbu Y,
fy
Nn Ag . ...(27.b)
Ziy
f). Kestabilan Profil Tersusun.
Ox t 1,2 O 1 ...(28.a)
Oiy t 1,2 O 1 ...(28.b)
O 1 d 50 ...(28.c)
12
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 4
Sesi 4
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
9. Tekuk Lentur Torsi.
a) Tekuk Lentur Torsi Profil Siku Ganda dan Profil T.
b) Tekuk Lentur Torsi Profil Dengan Dua Sumbu Simetri.
c) Bentuk Penampang yang mengalami Torsi dan Warping.
d) Konstanta Torsi dan Warping Untuk Beberapa Bentuk Penampang.
e) CONTOH SOAL : EVALUASI.
f) CONTOH SOAL : PERENCANAAN.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tekuk lentur torsi pada profil tersusun
siku ganda, profil T, profil dengan sumbu simetri, konstanta torsi dan konstanta
warping, evaluasi dan perencanaan batang tekan dengan profil tersusun siku ganda
dan pelat koppel.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
d) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BATANG TEKAN
(COMPRESSSION MEMBER)
Apabila batang tekan yang memikul tekan aksial mulai tidak stabil pada seluruh
panjangnya, dan bukan tekuk lokal, maka batang akan tertekuk dengan tiga kemungkinan
seperti berikut :
- Tekuk lentur.
Tekuk lentur adalah dimana batang tekan melentur pada arah jari-jari inertia
minimum, ini berlaku untuk seluruh jenis penampang, lihat gambar (20). Kegagalan
struktur dengan tekuk lentur seperti ini telah dibahas pada modul sebelumnya.
- Tekuk Torsi.
Kegagalan seperti ini terjadi dengan berputarnya penampang sepanjang sumbu
longitudinal batang. Dapat terjadi pada penampang simetris melintang dengan
element penampang yang langsing (pelat tipis), gambar (21).
- Tekuk Lentur Torsi.
Tekuk yang terjadi diakibatkan batang disamping melentur juga berputar secara
bersamaan, yaitu kombinasi antara lentur dan torsi. Kegagalan seperti ini dapat terjadi
pada penampang dengan satu sumbu simetris dan penampang yang tidak simetris,
seperti profil kanal (C), T, profil siku ganda, batang tunggal profil siku sama kaki dan
profil siku tunggal tidak sama kaki.
Z Z
Y Y Y’
X’ Z‘
X X
X X
X’
Y Y
Y’
Y
X = sumbu kuat
Y = sumbu lemah X X
Ix > Iy
Y Y
Y
X X
X X
Y Y
Z Z
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Y’
Y Y
X X
X’ X’
X X
Y Y
Y Y’
X X
Y
Y Y
X X
X X
Y Y
Z Z
Y Y
X’ Y’
Z‘
X X
X X
X’
Y YY’
X X
Y Y
Y
X X
X X
Y Y
Z Z
Gambar 22 : Tekuk lentur - torsi.
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
SNI 03-1729-2002 pasal 9.2 menetapkan bahwa kuat tekan rencana akibat tekuk
lentur-torsi, n . Nnlt dari komponen struktur tekan yang terdiri dari profil siku-ganda ( )
atau profil berbentuk T (), dengan elemen-elemen penampangnya mempunyai rasio lebar-
tebal, λr lebih kecil daripada yang ditentukan dalam Tabel 7.5-1, harus memenuhi,
Nu ≤ n . Nnlt ...(29)
Dimana,
n = adalah faktor reduksi kekuatan = 0,85 (lihat SNI Tabel 6.4-2).
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Tegangan kritis tekuk lentur torsi untuk profil dengan dua sumbu simetri seperti profil
WF, diberikan oleh persamaan berikut,
G . J 2 . E . Cw
fclt ...(32)
Ip Lk 2 . Ip
Dimana,
Lk = panjang tekuk = k . L
Ip = momen inertia polar = Ix + Iy.
Cw = konstanta torsi warping, besarnya,
b3 . t 3
Cw ...(33)
9
J = konstanta torsi/puntir, besarnya,
1
J b .t 3 ...(34)
3
Gambar 23.(a) : Bentuk batang tekan yang Gambar 23.(b) : Bentuk batang tekan yang
mengalami torsi. mengalami warping.
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
d1. T - Sections.
Gambar 24.
...(36a.)
...(36b.)
...(36c.)
The shear centre is located at the intersection of the flange and stem plate axes.
d’
(a) (b)
Gambar 25.
...(37a.)
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
...(37b.)
d‘ = d − t ...(37c.)
Example calculation: W610x125
d = 612 mm, b = 229 mm, t = 19.6 mm, w = 11.9 mm
d‘ = 592 mm
J = 1480 x 103 mm4.
Cw = 3440 x 109 mm6.
d3. Channels
Gambar 26.
...(38a.)
...(38b.)
...(38c)
d’ = d − t , b’ = b − w/2 ...(38d)
Shear centre location:
...(38e.)
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
d4. Angles.
yo
Gambar 27.
.
xo
...(39a.)
...(39b.)
...(39c.)
The warping constant of angles is small and often neglected. For double angles, the values of
J and Cw can be taken equal to twice the value for single angles.
The shear centre (xo, yo) is located at the intersection of the angle leg axes.
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Data-data :
Ix = Iy = 78300 mm4.
ix = iy = rx = ry = 13,5 mm.
I = 32500 mm4.
i = 8,7 mm.
A = 430 mm2.
Ag = 2 . 430 mm2 = 860 mm2.
e = 12,8 mm.
Evaluasi :
a). Pemeriksaan tekuk lokal.
- Sayap (flens),
b 45
9
t 5
200 200
= 13,8
fy 210
b 200
(penampang kompak).
t fy
1 fy 1 210
cx ( x ) . (185,2) . = 1,91
E 3,14 200000
Syarat,
untuk c 0,25 maka 1
1,43
untuk 0,25 c 1,2 maka
1,6 0,67 c
untuk c 1,2 maka 1,252c
Maka,
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Iy 385093,4
total
ry = 21,16 mm
Ag 860
Lky 2500
y = 118,1 < 200 (memenuhi).
ry 21,16
2 m 2
iy y
2 1
dimana,
Lky/n
m=2; λ 50 ; L1 = Lky/n ; Lk = 2500 mm ;
1 r
min
rmin = i = 8,7 mm
2
λ (118,1) 2 (41,1) 2 = 125,0 < 200 (memenuhi).
iy 2
1 fy 1 210
ciy (iy) . (125,0) . = 1,29 > 1,2
E 3,14 200000
Maka,
iy 1,252c = 1,25 . (1,29)2 = 2,08
fy 210 MPa
Nn Ag . f cr Ag . (860 mm 2 ) . = 86826,9 N
iy 2,08
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
E 200.000 MPa
G = 76923 Mpa.
2 . (1 v) 2 . (1 0,3)
2 Ix Iy 2 2 2 . (78300)
ro xo y o 0 2 (10,3) 2 = 288,18 mm2.
Ag 860
x 2 y 2 2 2
H 1 o 2 o 1 0 (10,3) = 0.631862
ro 288,18
G. J (76923) . (7083,33)
fcrz 2
= 2198,5 Mpa.
Ag . ro (860) . (288,18)
fy 210
fcry = 100,96 Mpa.
iy 2,08
Maka,
(100,96) 2198,5) 4 . (100,96) . (2198,5) . (0,631862)
fclt 1 1
2 . (0,631862) (100,96 2198,5) 2
fclt = 99,23 MPa
KESIMPULAN : Yang menentukan adalah tinjauan terhadap tekuk ke arah sumbu X-X.
dengan kekuatan nominal terfaktor Nu < 33,7 kN atau Nu < 3,37 ton.
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
iy 1,2 1
125,0 > 49,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu Y-Y)
1 = 41,1 50 (memenuhi)
11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
PERENCANAAN :
a). Kombinasi Pembebanan (SNI 03-1729-2002, fs 6.2.2) .
a1). 1,4 D = 1,4 . (30 kN) = 42 kN.
a2). 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) = 1,2 . (30 kN) + 0,5 . (15 kN) = 43,5 kN.
a3). 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W) = 1,2 . (30 kN) + 1,6 . (15 kN) +
0,8 . (10 kN) = 68 kN.
a4). 1,2 D + 1,3 W + L L + 0,5 (La atau H) = 1,2 . (30 kN) + 1,3 . (10 kN) +
0,5 . (15 kN) = 56,5 kN.
a5). 1,2 D ± 1,0 E + L L.
a6). 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E) = 0,9 . (30 kN) + 1,3 . (10 kN) = 40 kN.
Pcr . Lk 2
Ix (1,5) . (rumus ini masih percobaan)
2 E
Dimana,
Ix = besar momen inertia yang di estimasi, Pcr = Nu = 68000 N, Lk = 3000 mm,
maka,
Pcr . Lk 2 (68000) . (3000) 2
Ix (1,5) . (1,5) . 2
= 465536,1 mm4
2 E (3,14) . (200000)
4
Atau, Ix = 46,6 cm (untuk 2 profil)
12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
xo = 0
fy = 210 Mpa.
k = 1 (sendi-sendi)
Lk = k . L = 1 . 3000 mm = 3000 mm.
1 fy 1 210
cx ( x ) . (166,7) . = 1,72
E 3,14 200000
Syarat,
untuk c 0,25 maka 1
1,43
untuk 0,25 c 1,2 maka
1,6 0,67 c
untuk c 1,2 maka 1,252c
Maka,
x 1,252c = 1,25 . (1,72)2 = 3,698
fy 210 MPa
Nn Ag . f cr Ag . (1806 mm 2 ) . = 102565,1 N
x 3,698
Atau,
N u 87,2 kN
1,28 > 1 (memenuhi).
Nu 68 kN
13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Iy 1512613,7
total
ry = 28,9 mm
Ag 1806
Lky 3000
y = 103,7 < 200 (memenuhi).
ry 28,9
2 m 2
iy y
2 1
dimana,
Lky/n
m=2; λ 50 ; L1 = Lky/n ; Lk = 3000 mm ;
1 r
min
rmin = i = 11,6 mm
2
λ (103,7) 2 (36,9) 2 = 110,0 < 200 (memenuhi).
iy 2
1 fy 1 210
ciy (iy) . (110,0) . = 1,14 < 1,2
E 3,14 200000
Maka,
1,43 1,43
iy = 1,704
1,6 0,67c 1,6 0,67 . (1,14)
fy 210 MPa
Nn Ag . f cr Ag . (1806 mm 2 ) . = 222545,4 N
iy 1,704
Maka, kekuatan nominal terfaktor pada arah sumbu Y-Y,
14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
E 200.000 MPa
G = 76923 Mpa.
2 . (1 v) 2 . (1 0,3)
2 Ix Iy 2 2 2 . (291000)
ro xo y o 0 2 (13,7) 2 = 509,95 mm2.
Ag 1806
x 2 y 2 2 2
H 1 o 2 o 1 0 (13,7) = 0.63194
ro 509,95
G. J (76923) . (38229,3)
fcrz 2
= 3193,07 Mpa.
Ag . ro (1806) . (509,95)
fy 210
fcry = 123,23 Mpa.
iy 1,704
Maka,
(123,23) 3193,07) 4 . (123,23) . (3193,07) . (0,63194)
fclt 1 1
2 . (0,63194) (123,23 3193,07) 2
fclt = 121,46 MPa
15
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
iy 1,2 1
110,0 > 44,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu Y-Y)
1 =36,9 50 (memenuhi)
16
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 4
Sesi 5
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat melakukan perencanaan batang tekan profil tersusun.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
d) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Jumlah 2 Pelat
No. a Iytotal ry y medan iy ciy iy Nniy Nuiy J
ro H fcrz fcry fclt Nnlt Nult koppel
Stb n h
4 4 2
mm mm mm kN kN mm mm Mpa Mpa Mpa kN kN mm
45.40 1512613.7 28.9 103.7 7 37 110.0 1.14 1.704 222.5 189.16 38229.3 509.95 0.63194 3193.07 123.23 121.46 219.4 186.5 67.5
0 47.00 1628915.0 30.6 98.0 5 48 109.0 1.12 1.690 216.3 183.82 28126.0 608.91 0.63049 2042.04 124.29 121.45 211.3 179.6 63.8
1 49.40 1994969.2 32.6 92.1 5 44 102.0 1.05 1.598 247.1 210.01 30412.7 713.50 0.63218 1744.04 131.42 127.71 240.1 204.1 70.3
2 51.80 2403036.2 34.5 87.0 5 41 96.3 0.99 1.531 277.1 235.51 32699.3 821.57 0.63149 1515.65 137.16 132.49 267.6 227.5 75.9
3 52.60 2768887.0 34.7 86.5 5 41 95.7 0.99 1.524 316.9 269.32 48469.3 811.46 0.63117 1997.68 137.76 134.20 308.7 262.4 80.1
4 55.20 3319929.6 36.7 81.7 5 39 90.4 0.93 1.466 352.3 299.44 51882.7 933.76 0.62950 1737.42 143.20 138.74 341.3 290.1 86.8
5 56.80 4185811.2 37.2 80.6 5 39 89.5 0.92 1.457 435.1 369.86 100000.0 918.03 0.63121 2774.55 144.08 141.29 426.7 362.7 93.4
6 56.80 4185811.2 37.2 80.6 5 39 89.5 0.92 1.457 435.1 369.86 100000.0 918.03 0.63121 2774.55 144.08 141.29 426.7 362.7 93.4
7 60.80 5184896.0 40.9 73.4 5 34 80.9 0.83 1.374 473.8 402.71 83106.0 1185.20 0.63145 1739.95 152.83 147.78 458.1 389.4 105.1
8 60.80 5184896.0 40.9 73.4 5 34 80.9 0.83 1.374 473.8 402.71 83106.0 1185.20 0.63145 1739.95 152.83 147.78 458.1 389.4 105.1
9 60.80 5184896.0 40.9 73.4 5 34 80.9 0.83 1.374 473.8 402.71 83106.0 1185.20 0.63145 1739.95 152.83 147.78 458.1 389.4 105.1
2
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 4
Sesi 6
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
10. Stabilitas Batang Tekan Berdasarkan PPBBI 1984.
11. Ukuran Minimum Profil.
12. Prarencana Ukuran Penampang Profil Tunggal Dan Tersusun.
a) Kelangsingan > 110.
b) Kelangsingan < 110.
Batang Tunggal Profil WF.
Kolom-kolom Tersusun.
Batang-batang Tersusun Ganda Yang Diikat Dengan Pelat Buhul.
13. CONTOH SOAL : PERENCANAAN STRUKTUR KOLOM.
14. CONTOH SOAL : PERENCANAAN BATANG RANGKA ATAP.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami stabilitas batang tekan berdasarkan
PPBBI 1984, ukuran minimum profil (bahaya lipat sayap), prarencana ukuran
penampang profil tunggal dan tersusun, perencanaan batang tekan struktur kolom
dan perencanaan batang tekan rangka atap dengan profil tersusun siku ganda dan
pelat koppel.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
d) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BATANG TEKAN
(COMPRESSSION MEMBER)
N fy
k ...(40)
Ag 1,5
Dimana,
k = tegangan yang terjadi.
N = gaya tekan yang bekerja.
Ag = luas penampang total batang tertekan.
fy = tegangan leleh sesuai mutu baja.
= faktor tekuk.
Faktor tekuk () tergantung dari kelangsingan batang () batang yang tertekan dan
macam bajanya. Harga dapat dilihat pada tabel 2, 3, 4 atau 5 PPBBI halaman 11.
Harga faktor tekuk ini dapat dihitung dengan cara sebagai berikut,
E
g ...(41)
0,7 fy
Dimana,
g = angka kelangsingan batas.
E = modulus elastisitas baja = 2,1 x 106 kg/cm2 = 210000Mpa (PPBBI).
s ...(42)
g
= angka kelangsingan batang
= Lk/r (pada tabel r = ix atau iy, Lk = panjang tekuk)
Syarat,
untuk s 0,183 maka 1
1,41
untuk 0,183 s 1 maka
1,593 s
untuk s 1 maka 2,381 s2
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Gambar 30.
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
- Kolom-kolom tersusun,
N
Ataksir 0,65 . Lk 2 ...(45c.)
fy/1,5
N
Ataksir 1,75 . Lk 2 ...(45e.)
fy/1,5
N
Ataksir 2,25 . Lk 2 ...(45f.)
fy/1,5
N
Ataksir 3,5 . Lk 2 ...(45g.)
fy/1,5
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Gambar 31.
DATA - DATA :
k = 0,80 (jepit-sendi)
Lk = k . L = 0,80 . 7000 mm = 5600 mm.
Tegangan leleh (BJ-37), fy = 240 Mpa = 2400 kg/cm2.
Tegangan dasar,
fy 240 MPa
Pembebanan tetap, = 160 Mpa = 1600 kg/cm2.
1,5 1,5
(1,3) . fy (1,3) . 240 MPa
Pembebanan sementara, = 208 Mpa = 2080 kg/cm2.
1,5 1,5
PERENCANAAN :
a). Kombinasi Beban.
b1). Pembebanan tetap,
N = D + L = 95 ton + 25 ton = 120 ton.
b1). Pembebanan sementara,
N = D + L + E = 95 ton + 25 ton + 20 ton = 135 ton.
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
- Badan profil,
Pembebanan tetap,
Ag . fy = (173,90 cm2) . (2400 kg/cm2) = 417360 kg = 417,36 ton.
0,2 . Ag . fy = 0,2 . (417.360) = 83472 kg.
0,2 Ag . fy < N < Ag . fy
83472 kg < N = 120000 kg < 417360 kg
h N
45 13
tb Ag . fy
350 120000
45 13 .
12 417360
29,2 < 41,3 (memenuhi, tidak ada bahaya lipat pada badan)
Pembebanan sementara,
Ag . fy = (173,90 cm2) . (2400 kg/cm2) = 417360 kg = 417,36 ton.
0,2 . Ag . fy = 0,2 . (417.360) = 83472 kg.
0,2 Ag . fy < N < Ag . fy
83472 kg < N = 135000 kg < 417360 kg
h N
45 13
tb Ag . fy
350 135000
45 13 .
12 417360
29,2 < 40,8 (memenuhi, tidak ada bahaya lipat pada badan)
Lky 700
y 78,3 < 200 (memenuhi).
ry 8,94
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Syarat,
untuk s 0,183 maka 1
1,41
untuk 0,183 s 1 maka
1,593 s
untuk s 1 maka 2,381 s2
1,41
y = 1,588
1,593 (0,7053)
Kekuatan kolom pada arah sumbu lemah, sumbu Y-Y,
Pembebanan tetap,
fy / 1,5 2 (2400 kg/cm 2 ) / 1,5
N Ag . (173,90 cm ) .
y 1,588
N = 175172,2 kg = 175,17 ton > 120 ton (memenuhi).
Atau,
N 175172,2
= 1,46
N 120000
Pembebanan sementara,
(1,3) . fy / 1,5 (1,3) . (2400 kg/cm 2 ) / 1,5
N Ag . (173,90 cm 2 ) .
y 1,588
N = 227778,3 kg =227,78 ton > 120 ton (memenuhi).
N 227778,3
= 1,69
N 135000
Lkx 700
x 46,1 < 200 (memenuhi).
rx 15,2
1,41
x = 1,197
1,593 (0,4148)
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Pembebanan sementara,
(1,3) . fy / 1,5 (1,3) . (2400 kg/cm 2 ) / 1,5
N Ag . (173,90 cm 2 ) .
x 1,197
N = 302182,1 kg = 302,18 ton > 120 ton (memenuhi).
Atau,
N 302182,1
= 2,24
N 135000
E 210.000 MPa
G = 80769,23 Mpa.
2 . (1 v) 2 . (1 0,3)
d’ = d – ts = 350 mm – 19 mm = 331 mm
3
2 .b . ts d '. t b 3 2 . (350 ) . (19) 3 (331) . (12) 3
J
3 3
Cw = 3718797067708,3 mm6.
2 Cw 0,04 . J . ( Lk) 2
r1 , atau
Ip
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
PERENCANAAN :
DATA - DATA :
k = 1,0 (sendi-sendi)
Lk = k . L =1,0 . 3000 mm = 3000 mm.
Tegangan leleh (BJ-34), fy = 210 Mpa = 2100 kg/cm2.
Tegangan dasar,
fy 210 MPa
Pembebanan tetap, = 140 Mpa = 1400 kg/cm2.
1,5 1,5
(1,3) . fy (1,3) . 210 MPa
Pembebanan sementara, = 182 Mpa = 1820 kg/cm2.
1,5 1,5
- Pembebanan Sementara,
NS = D + L + W = 30 kN + 15 kN + 10 kN = 55 kN = 5,5 ton.
11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
b 200 b b
(SNI 03-1729-2002) ; 0,45 E / fy (AISC 2005) ; 0,45 E / fy (AISC 2010)
t fy t t
Pembebanan tetap,
fy / 1,5 (210 MPa) / 1,5
N Ag . (1806 mm 2 ) . = 53845,6 N
x 4,696
Atau,
N 53,85 kN
FK = = 1,20 > 1 (memenuhi).
N 45 kN
13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Pembebanan sementara,
(1,3) . fy / 1,5 (1,3) . (210 MPa) / 1,5
N Ag . (1806 mm 2 ) . = 69999,3 N
x 4,696
2
λ (103,7) 2 (36,9) 2 = 110,0 < 200 (memenuhi).
iy 2
1 0,7 . fy 1 (0,7) . (210)
siy (iy) . (110,0) . = 0,927 < 1
E 3,14 210000
Maka,
1,41
untuk 0,183 s 1 maka
1,593 s
1,41 1,41
iy = 2,118
1,593 siy 1,593 0,927
Pembebanan tetap,
fy / 1,5 (210 MPa) / 1,5
N Ag . (1806 mm 2 ) . = 119379,5 N
iy 2,118
14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Atau,
N 119,38 kN
FK = = 2,65 > 1 (memenuhi).
N 45 kN
Pembebanan sementara,
(1,3) . fy /1,5 (1,3) . (210 MPa) / 1,5
N Ag . (1806 mm 2 ) . = 155193,3 N
iy 2,118
Atau,
N 155,19 kN
FK = = 2,82 > 1 (memenuhi).
N 55 kN
iy 1,2 1
110,0 > 44,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu Y-Y)
1 =36,9 50 (memenuhi)
15
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
E 210.000 MPa
G = 80769,23 Mpa.
2 . (1 v) 2 . (1 0,3)
2 Ix Iy 2 2 2 . (291000)
ro xo y o 0 2 (13,7) 2 = 509,95 mm2.
Ag 1806
x 2 y 2 2 2
H 1 o 2 o 1 0 (13,7) = 0.63194
ro 509,95
G. J (80769,23) . (38229,3)
fcrz 2
= 3352,72 Mpa.
Ag . ro (1806) . (509,95)
Atau,
16
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Nlt 118,56 kN
2,63 > 1 (memenuhi).
N 45 kN
KESIMPULAN
Pemeriksaan terhadap Profil, 60.60.8, menghasilkan :
a). Terhadap bahaya lipat sayap (flens), tidak terdapat bahaya lipat.
b). Tekuk terhadap sumbu X-X.
- Pembebaban tetap, FK = 1,20 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 1,27 (memenuhi).
c). Tekuk terhadap sumbu Y-Y.
- Pembebaban tetap, FK = 2,65 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 2,82 (memenuhi)
d). Pemeriksaan terhadap kestabilan profil tersusun (memenuhi)
e). Pelat Koppel Minimum 70 mm x 5 mm
f). Tekuk lentur torsi.
- Pembebaban tetap, FK = 2,63 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 2,79 (memenuhi)
17
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 4
Sesi 7
Batang Tekan (Compression Member)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat melakukan perencanaan batang tekan profil tersusun Metode ASD-
PPBBI 1984.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
d) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
PERENCANAAN :
DATA - DATA :
k = 1,0 (sendi-sendi)
Lk = k . L =1,0 . 3000 mm = 3000 mm.
Tegangan leleh (BJ-34), fy = 210 Mpa = 2100 kg/cm2.
Tegangan dasar,
fy 210 MPa
Pembebanan tetap, = 140 Mpa = 1400 kg/cm2.
1,5 1,5
(1,3) . fy (1,3) . 210 MPa
Pembebanan sementara, = 182 Mpa = 1820 kg/cm2.
1,5 1,5
- Pembebanan Sementara,
NS = D + L + W = 30 kN + 15 kN + 10 kN = 55 kN = 5,5 ton.
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Pembebanan tetap,
fy / 1,5 (210 MPa) / 1,5
N Ag . (1806 mm 2 ) . = 53845,6 N
x 4,696
N = 53,85 kN = 5,39 ton > 4,5 ton (memenuhi).
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Atau,
N 53,85 kN
FK = = 1,20 > 1 (memenuhi).
N 45 kN
Pembebanan sementara,
(1,3) . fy / 1,5 (1,3) . (210 MPa) / 1,5
N Ag . (1806 mm 2 ) . = 69999,3 N
x 4,696
2
λ (103,7) 2 (36,9) 2 = 110,0 < 200 (memenuhi).
iy 2
1 0,7 . fy 1 (0,7) . (210)
siy (iy) . (110,0) . = 0,927 < 1
E 3,14 210000
Maka,
1,41
untuk 0,183 s 1 maka
1,593 s
1,41 1,41
iy = 2,118
1,593 siy 1,593 0,927
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Pembebanan tetap,
fy / 1,5 (210 MPa) / 1,5
N Ag . (1806 mm 2 ) . = 119379,5 N
iy 2,118
Atau,
N 119,38 kN
FK = = 2,65 > 1 (memenuhi).
N 45 kN
Pembebanan sementara,
(1,3) . fy /1,5 (1,3) . (210 MPa) / 1,5
N Ag . (1806 mm 2 ) . = 155193,3 N
iy 2,118
Atau,
N 155,19 kN
FK = = 2,82 > 1 (memenuhi).
N 55 kN
iy 1,2 1
110,0 > 44,3 (memenuhi, stabil ke arah sumbu Y-Y)
1 =36,9 50 (memenuhi)
Maka,
121000
1/12 . (5) . h3 (45,4) . 10 . ( ) = 128170,8
428,6
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
12 . (128170,8)
h3 = 67,5 mm
5
Pakai pelat koppel ukuran 70 x 5 mm .Ukuran ini minimum, belum termasuk keperluan letak baut/paku.
2 Ix Iy 2 2 2 . (291000)
ro xo y o 0 2 (13,7) 2 = 509,95 mm2.
Ag 1806
xo 2 y o 2 2 2
H 1 1 0 (13,7) = 0.63194
ro
2 509,95
G. J (80769,23) . (38229,3)
fcrz 2
= 3352,72 Mpa.
Ag . ro (1806) . (509,95)
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
KESIMPULAN
Pemeriksaan terhadap Profil, 60.60.8, menghasilkan :
a). Terhadap bahaya lipat sayap (flens), tidak terdapat bahaya lipat.
b). Tekuk terhadap sumbu X-X.
- Pembebaban tetap, FK = 1,20 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 1,27 (memenuhi).
c). Tekuk terhadap sumbu Y-Y.
- Pembebaban tetap, FK = 2,65 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 2,82 (memenuhi)
d). Pemeriksaan terhadap kestabilan profil tersusun (memenuhi)
e). Pelat Koppel Minimum 70 mm x 5 mm
f). Tekuk lentur torsi.
- Pembebaban tetap, FK = 2,63 (memenuhi)
- Pembebaban sementara, FK = 2,79 (memenuhi)
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Pemb.Sement.
200 Pelat Pemb.Tetap
No. b/t fy buhul x sx x
Stb () Nx F.K. Nx F.K.
mm kN kN
7.5 13.80 10 166.7 1.4043 4.696 53.85 1.20 70.00 1.27
0 10.0 13.80 10 141.5 1.1924 3.385 77.75 1.30 101.08 1.35
1 10.7 13.80 10 131.6 1.1087 2.927 96.63 1.29 125.62 1.32
2 10.0 13.80 10 124.0 1.0445 2.598 132.57 1.47 172.34 1.50
3 8.0 13.80 10 124.5 1.0489 2.619 161.41 1.54 209.83 1.55
4 8.0 13.80 10 124.5 1.0489 2.619 161.41 1.35 209.83 1.35
5 10.0 13.80 10 109.5 0.9226 2.103 206.37 1.53 268.27 1.53
6 10.0 13.80 10 109.5 0.9226 2.103 206.37 1.38 268.27 1.38
7 8.2 13.80 10 110.3 0.9293 2.125 246.45 1.49 320.39 1.49
8 8.2 13.80 10 110.3 0.9293 2.125 246.45 1.37 320.39 1.36
9 8.2 13.80 10 110.3 0.9293 2.125 246.45 1.26 320.39 1.26
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 4 Sesi 7, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
8
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 5
Sesi 1
Balok Terlentur (Flexural Members)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
1. Fungsi balok.
2. Jenis-jenis profil balok lentur.
3. Perilaku lentur balok baja.
4. Lentur pada keadaan elastis.
5. Lentur pada keadaan mulai leleh.
6. Lentur pada keadaan plastis.
7. Pengaruh kelangsingan penampang (tekuk lokal).
8. Contoh soal perencanaan dimensi balok baja diatas dua perletakan sederhana.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang fungsi balok, jenis-jenis profil balok
lentur, perilaku lentur pada balok baja, lentur pada keadaan elastis, keadaan mulai
leleh, keadaan plastis dan pengaruh kelangsingan penampang (tekuk lokal).
Mahasiswa mengetahui dan memahami cara perencanaan balok baja diatas dua
perletakan sederhana yang dipengaruhi tekuk lokal.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Construction Manual, 2005
c) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
d) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)
1. F U N G S I.
Balok terlentur (flexural member), adalah elemen dari struktur yang mayoritas beban
yang dipikulnya ialah momen dan gaya lintang, sedangkan gaya normal sangat kecil. Balok-
balok ini sesuai dengan fungsinya dipakai sebagai gelagar memanjang dan melintang pada
struktur jembatan dan bangunan portal bertingkat, gording, usuk dan reng pada atap
bangunan, seperti gambar berikut ini,
Gambar (1) : Gelagar jembatan, terlihat gelagar/balok dilengkapi dengan pengaku vertikal.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Dunn_Memorial_Bridge_stub_end.jpg
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Sumber : http://www.grdsteel.com/
Castellated beam
Welded
Welded
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
M1 M1
(a) z
M2 M2
(b)
M3 M3
(c)
M4 M4
(d)
Gambar (a), (b), (c) dan (d) adalah gambar diagram tegangan pada penampang yang
momennya ditingkatkan secara perlahan-lahan. Pada kondisi (a) momen masih kecil sehingga
tegangannya masih elastis. Kemudian tercapai momen leleh My pada kondisi (b), ketika itu
tegangan serat atas atau serat bawah mencapai leleh. Selanjutnya ketika momen ditingkatkan
lagi, tegangan leleh merambat kebagian dalam dari penampang seperti pada gambar (c).
Momen mencapai momen plastis Mp ketika tegangan leleh terjadi pada seluruh penampang
gambar (d).
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Lentur pada keadaan mulai leleh pada tepi atas dan bawah, gambar 6(b), tegangan
lentur yang terjadi sebagai berikut,
M . cx M . cy
fx 2 fy fy 2 fy ......(3)
Ix Iy
Atau,
M M
f x 2 fy f y 2 fy ......(4)
Sx Sy
Kuat lentur,
Mx = M2 = Sx . fy My = M2 = Sy . fy ......(5)
Apabila seluruh penampang sudah leleh atau mencapai keadaan plastis (gambar 6.d
diatas), akan terjadi keruntuhan yang disebut keruntuhan global, keruntuhan seperti inilah
yang ideal bagi balok karena memberikan kuat lentur yang paling besar. Pada keruntuhan ini
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
tidak terjadi tekuk lokal (web atau flens) pada komponen-komponen penampang atau tekuk
torsi lateral pada balok. Kuat lentur nominal adalah,
M4 = Mn = Mp = fy . Z ......(6)
Jadi untuk lentur sumbu x,
Mnx = Mpx = fy . Zx ......(7.a)
dan lentur sumbu y
Mny = Mpy = fy . Zy ......(7.b)
Zx dan Zy adalah modulus penampang plastis (tahanan momen plastis) sumbu x dan sumbu y
yang besarnya dapat dilihat pada tabel baja, untuk propil I atau WF dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut,
Zx = (tw . hw2) / 4 + hf . tf . bf
......(8)
Zy = (hw . tw2 2
+ 2 tf . bf ) / 4
hw = h - 2 tf
hf = h - tf ......(9)
Gambar (8).
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
1680 2,75 Nu
1 2550 0,74 Nu
fy b Ny 1
Bagian-bagian pelat
badan dalam fy b Ny
kombinasi tekan dan
h / tw
Untuk,
lentur Nu f y adalah tegangan leleh
0,125 minimum.
b . Ny
500 Nu 665
2,33
fy b Ny fy
[a] Untuk balok hibrida, gunakan tegangan leleh pelat sayap fyf sebagai ganti fy
fr = tegangan tekan residual pada pelat sayap.
= 70 MPa untuk penampang digilas (panas).
= 115 MPa untuk penampang di las.
Sebagai bahan banding, batas kelangsingan elemen penampang balok lentur standar
AISC 2005 dan AISC 2010, adalah seperti tabel berikut,
2 Flexure in flanges of
doubly and singly
symmetric I-shaped
built-up sections b/t 0,38 E / Fy 0,95 kc E / FL
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
7 Flexure in
flanges of
tees b/t 0,38 E / Fy 1,0 E / Fy
9 Flexure in
webs of
doubly
symmetric h / tw 3,76 E / Fy 5,7 E / Fy
I-shaped
sections
and channels
11 Flexure in
webs of
singly-
symmetric hC / tw 5,7 E / Fy
I-shaped
sections
13 Flexure in
webs of
rectangular
HSS h/t 2,42 E / Fy 5,7 E / Fy
15 Circular hollow
Sections In
flexure
D/t 0,07 E / Fy 0,31 E / Fy
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Berdasarkan kelangsingan pelat badan atau sayap dari suatu penampang yang
berfungsi sebagai balok lentur, maka balok dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu:
Dimana,
Sayap, = b/tf, dan badan, = h/tw
Mr
elastis
= b / tf
atau
p r = h / tw
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
8. CONTOH SOAL
Sebuah gelagar dari profil WF dengan panjang bentang 15 meter , memikul beban
mati D = 500 kg/m’ dan beban hidup L = 1500 kg/m’. Rencanakanlah dimensi profil gelagar
tersebut, efek tekuk torsi lateral diabaikan. Mutu baja BJ 37.
1,2 D + 1,6 L
L = 15 m
PERENCANAAN
a). Mutu baja gelagar BJ-37, fy = 240 MPa.
11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Atau,
Mu 93,1
FK 1,1 > 1 (memenuhi).
Mu 84,375
12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)
Akibat tekuk torsi lateral, penampang pada tengah bentang selain mengalami
penurunan (dy) juga berdeformasi lateral (dx) serta berotasi ().
Untuk batang lentur seperti ini kuat lentur nominalnya ditentukan oleh kelangsingan
propilnya pada arah lateral dimana jari-jari inertianya (iy) terkecil. Jika penampangnya
konstan maka momen nominal tersebut dipengaruhi oleh panjang tekuk atau jarak antara dua
pengekang lateral (Lb atau L), dimana L panjang batang/bentang .
dx
dy
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Gambar (12) : Lateral bracing dan gelagar melintang berfungsi sebagai pengekang lateral.
Kuat komponen struktur dalam memikul momen lentur ditentukan oleh panjang
bentang Lb (jarak antara pengaku lateral), yaitu :
Mn = Mpx = Zx . fy ......(12)
Cb adalah faktor pengali momen untuk tekuk lateral yang besarnya dipengaruhi oleh bidang
momen lentur balok diantara pengaku lateral, dihitung dengan persamaan berikut,
12.5M max
Cb 2.3 ......(14)
2.5M max 3M A 4 M B 3M C
dimana
Mmax = momen maximum sepanjang L
MA = momen pada titik ¼ L.
MB = momen pada titik ½ L.
MC = momen pada titik ¾ L.
Untuk kasus balok diatas dua tumpuan sederhana dengan beban merata atau terpusat,
Cb = 1,14 (untuk beban terbagi rata, pengaku dipinggir).
Cb = 1,316 (untuk beban terpusat, pengaku dipinggir).
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Batasan nilai Lp dan Lr berdasarkan Tabel 8.3.2. SNI 03-1729-2002 dapat dilihat
pada tabel (4) berikut,
Dimana,
A = luas penampang, (mm2).
Sx = modulus penampang elastis terhadap sumbu X-X (mm3).
E = modulus elastis, (MPa).
G = modulus geser, (MPa).
J = konstanta puntir torsi = 1/3 {(h – tf) . (tw)3 + 2 b . tf3} (mm4)
Cw = konstanta puntir lengkung (warping) = 1/24 tf . b3 . (h – tf)2 (mm6).
X1 = MPa.
X2 = mm4/N2
ry = jari-jari inertia terhadap sumbu Y-Y, (mm).
Besar Mcr dihitung berdasarkan Tabel 8.3.1. SNI 03-1729-2002 seperti rumus pada tabel (5)
berikut,
Tabel 5 : Momen kritis untuk tekuk lateral.
Propil Mcr
2
Profil I dan Kanal ganda E
Cb E I yG J I yCw
L L
Profil kotak pejal atau JA
2Cb E
berongga L / ry
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Lb
Lb
Lb
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Lb
Gambar 15 : Hubungan balok ke balok yang dapat berfungsi sebagai pengaku lateral.
Sumber : AISC Presentation.
1,2 D + 1,6 L
Pengaku lateral
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
EVALUASI
a). DATA-DATA
Mutu baja gelagar BJ-37, fy = 240 MPa.
Modulus geser,
E 200000 MPa
G 76923,1 MPa
2(1 v) 2 . (1 0,3)
Konstanta torsi,
3 3
2 b . t f (h t f ) . t w 2 . (300) . 20 3 (588 20) .12 3
J = 1927168.0 mm4.
3 3
Konstanta warping,
(h t f ) 2 . b 3 . t f (588 20) 2 . (300) 3 . (20)
Cw = 7259040x106 mm6.
24 24
Syarat,
E 200000 MPa
Lp 1,76 ry 1,76 . (68,5 mm) . = 3480,3 mm
fy 240
X
Lr ry 1 1 1 X 2 f L2
fL
Dimana,
f L fy - fr = 240 MPa – 70 MPa = 170 MPa.
2 2
Sx C w 4020000 7259040x10 6
X 2 4 4 . .
G J Iy (76923,1) . (1927168,0) 9020 x10 4
X2 = 0,000237 mm4/N2.
Maka,
13194,93
Lr (68,5) . 1 1 (0,000237) . (170) 2 = 10365 mm
170
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
qu = 3 t/m’
(A) (B)
MA MB MC
Mmaks
¼ Lb ½ Lb ¾ Lb Lb
Gambar 17 : Bidang momen pada segmen tengah untuk perhitungan nilai Cb.
Nilai Cb,
12,5M max
Cb 2.3
2,5M max 3M A 4M B 3M C
12,5 . (84,37500)
Cb 2 .3
2,5 . (84,37500) 3 . (82,03125) 4 . (84,37500) 3 . (82,03125)
Cb = 1,014 < 2,3
Momen nominal,
Mn Cb Mr Mp Mr
Lr Lb Mp
Lr Lp
Mn 1,014 . 683,40 1034,16 683,40
10,365 5,0 Mp
10,365 3,4803
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
f). Kesimpulan :
Kekuatan lentur nominal gelagar dengan 4 (empat) buah pengaku lateral sebesar Mn
= 977,03 kN.m’ sanggup memikul momen lentur nominal dari beban kerja sebesar
Mn = 937,50 kN.m’.
(A) (B)
X y
L
Gambar 19 : Struktur balok terjepit sebelah.
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
q L4
+ Lendutan pada titik (B), y ......(16)
8E I
y
L
(A) (B)
y
Y
X
Q Sin
P Sin
Q Cos
Q P Cos
P
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Momen,
Akibat P kN Akibat Q kN/m’
Mx = ¼ P Cos . B Mx = 1/8 Q Cos . B2
My = ¼ P Sin . B My = 1/8 Q Cos . B2
Jika penampang profil I dibebani oleh gaya yang menyebabkan terjadinya lentur dua
arah, yaitu Mx kearah sumbu X-X, My kearah simbu Y-Y, maka kondisi batas kekuatan
komponen struktur tersebut ditentukan oleh leleh akibat tegangan kombinasi yang bekerja ,
atau tekuk torsi lateral. Keadaan struktur yang demikian dijumpai pada struktur gording,
seperti gambar 20 diatas.
Perencanaan struktur metode LRFD untuk balok yang mengalami lentur dua arah
dilakukan dengan peninjauan terhadap :
Mux Muy
fun . fy ......(19)
Sx Sy b
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
PERENCANAAN
o
= 28
= 1472 mm
P ton
q t/m’ dan w t/m’
(A) (B)
B = 5000 mm
Gambar 26 : Panjang bentang gording beban yang bekerja.
a). DATA-DATA.
a1). Spesifikasi struktur.
Jarak kuda-kuda B=5m = 5000 mm.
Jarak antara gording = 1,472 m = 1472 mm.
Sudut kemiringan atap = 28o
Atap seng gelombang, berat 10 kg/m2.
Tanpa batang batang tarik.
11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
c). P E R E N C A N A A N
c1). Analisa Struktur.
D Mx = 1/8 Q Cos . B2 = 1/8 x (32,72) x Cos (28o) x (5)2 = 90,281 kg.m’
= 9028,1 kg.cm’.
D My = 1/8 Q Sin . B2 = 1/8 x (32,72) x Sin (28o) x (5)2 = 48,003 kg.m’
= 4800,3 kg.cm’.
12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Dimana,
Sx = 8 Sy ; b 0,90 ; fy = 210 MPa.
Mux = 30847,9 kg.cm’ = 3084790 N.mm
Muy = 15149,8 kg.cm’ = 1514980 N.mm.
(3084790) 8 . (1514980)
(0,90) . (210)
Sx Sx
Dimana,
Q = 32,72 kg/m’ = 32,72 x 10-2 N/mm.
P = 100 kg = 1000 N.
B = 5,0 meter = 5000 mm.
E = 200000 MPa.
5 Q Sin . B 4 1 P Sin . B 3
y
384 E Iy 48 E Iy
5 (32,72 x10 -2 ) Sin (28 o ) . (5000) 4 1 (1000) Sin (28 o ) . (5000) 3
y
384 (200000) . Iy 48 (200000) . Iy
12363362,4
y
Iy
Berdasarkan tabel “daftar-daftar untuk konstruksi baja, IR. ZACHARIJAS
LAMBRI :
- Untuk profil INP, Ix = 17 Iy, maka Iy = Ix/17.
- Untuk profil kanal (C), Ix = 10 Iy, maka Iy = Ix/10.
Profil INP,
B
x 2 y 2
240
2 2
23252102,9 12363362,4 5000
Ix Ix / 17 240
211459450,5
20,833
Ix
13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
125801165,6
20,833
Ix
Momen inertia yang diperlukan menjadi,
Ix = 6038455,95 mm4 = 603,8 cm4
d). E V A L U A S I.
d1). Pemeriksaan terhadap tegangan akibat beban kerja.
Profil INP Profil Kanal (C)
Beban mati :
Q = 21,9 + 14,72 = 36,62 kg/m’. Q = 18,8 + 14,72 = 33,52 kg/m’.
Momen lentur akibat beban mati :
D Mx = 1/8 Q Cos . B2 D Mx = 1/8 Q Cos . B2
o 2
= 1/8 x (36,62) x Cos (28 ) x (5) = 1/8 x (33,52) x Cos (28o) x (5)2
= 101,042 kg.m’= 10104,2 kg.cm’. = 92,4887 kg.m’= 9248,9 kg.cm’.
D My = 1/8 Q Sin . B2 D My = 1/8 Q Sin . B2
= 1/8 x (36,62) x Sin (28o) x (5)2 = 1/8 x (33,52) x Sin (28o) x (5)2
= 53,725 kg.m’ = 5372,5 kg.cm’. = 49,177 kg.m’ = 4917,7 kg.cm’.
Kombinasi beban :
Mux = 1,2x(10104,2) + 1,6x(11036,8) + Mux = 1,2x(9248,9) + 1,6x(11036,8) +
0,8x(2944,0) = 32139,1 kg.cm’. 0,8x(2944,0) = 31112,8 kg.cm’.
Mux = 3213910 N.mm’ Mux = 3111280 N.mm’.
Muy = 1,2x(5372,5) + 1,6x(5868,4) + Muy = 1,2x(4917,7) + 1,6x(5868,4) +
0,8 . (0) = 15836,4 kg.cm’. 0,8 . (0) = 15290,7 kg.cm’.
Muy = 1583640 N.mm’. Muy = 1529070 N.mm’.
14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
f un 99,944 MPa 0,90 . (210 MPa) fun 110,377 MPa 0,90 . (210 MPa)
fun 100 MPa 189 MPa fun 110,4 MPa 189 MPa
(Memenuhi) (Memenuhi)
Badan, Badan,
1680 1680 1680 1680
= 115,9 = 115,9
fy 210 fy 210
{h – (2tf+2r)}/tw = {h – (2tf+2r)}/tw =
{180 – (2x10,4+2x69)}/6,9 = 21,1<115,9 {(160-(2x10,5+2x10,5)}/7,5 = 15,7<115,9
(Penampang Kompak) (Penampang Kompak)
E E
Lp 1,76 ry Lp 1,76 ry
fy fy
15
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
2 . (82) . (10,4) 3 (180 10,4) . (6,9) 3 2 . (65) . (10,5) 3 (160 10,5) . (7,5) 3
J J
3 3
4 4
= 80064,27 mm . = 71187,2 mm .
Konstanta warping :
(h t f ) 2 . b 3 . t f
Cw
24
(180 10,4) 2 . (82) 3 . (10,4) (160 10,5) 2 . (65) 3 . (10,5)
Cw Cw
24 24
= 6872509527,4 mm6. = 2685347615,2 mm6.
f L fy - fr = 210 MPa – 70 MPa = 140 MPa.
EG J A
X1
Sx 2
X 2 = 0,0000231 mm4/N2 0
2
116000 2685347615,2
X 2 4 . .
(76923,1) . (71187,19) 853000
X 2 = 0,0000057 mm4/N2 0
X
Lr ry 1 1 1 X 2 f L2 ; X2 0
fL
25565,46 31031,77
Lr (17,1) . 11 Lr (18,9) . 11
140 140
Lr = 4416,1,8 mm = 4,4 m < Lb = 5 m. Lr = 3963,0 mm = 4,0 m < Lb = 5 m.
16
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Momen kritis :
2
E
Mcr Cb E I yG J I yCw
L L
Cb = 1,14 ; L = 5000 mm
E I yG J = E I yG J =
5 Q Cos . B 4 1 P Cos . B 3
x
384 E Ix 48 E Ix
5 Q Sin . B 4 1 P Sin . B 3
y
384 E Iy 48 E Iy
Dimana,
P = 100 kg = 1000 N.
B = 5,0 meter = 5000 mm.
E = 200000 MPa.
Q = 21,9 + 14,72 = 36,62 kg/m’. Q = 18,8 + 14,72 = 33,52 kg/m’.
4 4
Ix = 1450 cm = 14500000 mm . Ix = 925 cm4 = 9250000 mm4.
Iy = 81,3 cm4 = 813000 mm4. Iy = 85,3 cm4 = 853000 mm4.
5 (36,62 x10 -2 ) Cos (28 o ) . (5000) 4 5 (33,52 x10 -2 ) Cos (28 o ) . (5000) 4
x x
384 (200000) . (14500000) 384 (200000) . (9250000)
1 (1000) Cos (28 o ) . (5000) 3 1 (1000) Cos (28 o ) . (5000) 3
48 (200000) . (14500000) 48 (200000) . (9250000)
x = 1,70 mm. x = 2,54 mm.
17
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
5 (36,62 x10 -2 ) Sin (28 o ) . (5000) 4 5 (33,52 x10 -2 ) Sin (28 o ) . (5000) 4
y y
384 (200000) . (813000) 384 (200000) . (853000)
1 (1000) Sin (28 o ) . (5000) 3 1 (1000) Sin (28 o ) . (5000) 3
48 (200000) . (813000) 48 (200000) . (853000)
y = 16,12 mm y = 14,67 mm
B
x 2 y 2
240
5000 5000
(1,70) 2 (16,12) 2 (2,54) 2 (14,67) 2
240 240
16,21 mm < 20,83 mm. 14,89 mm < 20,83 mm.
(Memenuhi) (Memenuhi)
SARAN
Apabila dikehendaki menggunakan profil INP dan kanal (C) dengan ukuran yang
lebih kecil disarankan memakai batang tarik sebanyak satu atau dua buah. Selanjutnya
perhitungan dapat dilakukan seperti cara diatas dan batang tarik tersebut dapat dianggap
sebagai pengaku lateral.
18
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Lampiran A
Tabel 9 : Nilai Cb Balok Diatas Perletakan Sederhana.
Table 3-1
Values for Cb for Simply Supported Beams
Lateral Bracing
Load Cb
Along Span
P
None X X
Load at midpoint 1,32
At load point X
1,67
X
1,67
X
P P
None X X
Loads at third points 1,14
At load points X X
Loads symmetrically X X
placed 1,67 1,00 1,67
P P P None X X
Loads at quater points 1,14
At load points X X X X X
Loads at quater points 1,67 1,11 1,11 1,67
W
None X X
1,14
At midpoint X X X
W 1,30 1,30
At third points X X X X
1,45 1,01 1,45
At quater
X X X X X
points 1,52 1,06 1,06 1,52
At fifth points X X X X X X
1,56 1,12 1,00 1,12 1,56
19
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Lampiran B
Tabel 10 : Syarat Besar Lendutan.
Sumber : STEEL DESIGN, William T. Segui, The University of Memphis, 4 th Editon, 2007
20
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 5
Sesi 3
Balok Terlentur (Flexural Members)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Construction Manual, 2005
c) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
d) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)
1,2 D + 1,6 L
Pengaku lateral
EVALUASI
a). Tinjauan Kekuatan Lentur Berdasarkan Tekuk Lokal.
a1). Persyaratan tekuk lokal.
Penampang kompak. Penampang tak kompak.
- Sayap, - Sayap,
170 170 370 370
p 11,0 r 28,4
fy 240 fy fr 240 70
- Badan, - Badan,
1680 1680 2550 2550
p 108,4 r 164,6
fy 240 fy 240
- Badan,
{h – (2tf +2r)}/ tw ={58,8 – (2x2+2x2,8)}/1,2 = 41,0 < p= 108,4
(badan kompak)
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Modulus geser,
E 200000 MPa
G 76923,1 MPa .
2(1 v) 2 . (1 0,3)
Konstanta torsi,
3 3
2 b . t f (h t f ) . t w 2 . (300) . 20 3 (588 20) .12 3
J = 1927168.0 mm4.
3 3
Konstanta warping,
(h t f ) 2 . b 3 . t f (588 20) 2 . (300) 3 . (20)
Cw = 7259040x106 mm6.
24 24
Syarat,
E 200000 MPa
Lp 1,76 ry 1,76 . (68,5 mm) . = 3480,3 mm
fy 240
X
Lr ry 1 1 1 X 2 f L2
fL
Dimana,
f L fy - fr = 240 MPa – 70 MPa = 170 MPa.
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
2 2
Sx C w 4020000 7259040x10 6
X 2 4 4 . .
G J Iy (76923,1) . (1927168,0) 9020 x10 4
4 2
X2 = 0,000237 mm /N .
Maka,
13194,93 2 = 10365 mm
Lr (68,5) . 1 1 (0,000237) . (170)
170
qu t/m’
(A) (B)
MA MB MC
Mmaks
Lb
¼ Lb ½ Lb ¾ Lb
Gambar 27 : Bidang momen pada segmen tengah untuk perhitungan nilai Cb.
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Nilai Cb,
12,5M max
Cb 2.3
2,5M max 3M A 4M B 3M C
12,5 . (28,125 qu )
Cb 2 .3
2,5 . (28,125 qu ) 3 . (27,34375 qu ) 4 . (28,125 qu ) 3 . (27,34375 qu )
Kekuatan nominal,
Mn Cb Mr Mp Mr
Lr Lb Mp
Lr Lp
Mn 1,014 . 683,40 1034,16 683,40
10,365 5,0 Mp
10,365 3,4803
Mn = 970,11 kN.m’ < Mp = 1034,16 kN.m’.
Mn = 970,11 kN.m’
c). KESIMPULAN
Dari kedua tinjauan tersebut, yaitu
- Tekuk lokal, Mu = 930,7 kN.m’
- Tekuk Torsi Lateral, Mu = 873,1 kN.m’
Diambil yang terkecil, sehingga beban terfaktor maksimum yang boleh bekerja
sebesar,
Mu = 1/8 qu . L2, atau
8 Mu 8 . ( 873,1 kN .m' )
qu = 31,044 kN/m’ = 3,1044 ton/m’.
L2 (15 m) 2
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
EVALUASI
Jumlah
Syarat
No. J Cw Medan Lb Cb Lp X1 X2 Lr Batas Mn Mu qu
4 6 4 2
Stb mm mm n meter meter MPa mm /N meter kN.m' kN.m' kN/m'
1927168.0 7259040000000.0 3 5.000 1.014 3.480 13194.93 0.000237 10.365 Lp<Lb<Lr 970.1064 873.10 31.043
0 358981.3 648999000000.0 3 2.667 1.014 2.307 12717.35 0.000277 6.794 Lp<Lb<Lr 304.2980 273.87 34.234
1 637366.7 2157825090876.0 3 3.000 1.014 3.663 13847.61 0.000174 10.919 Lb<Lp 442.9346 398.64 39.372
2 303317.3 742179052622.0 3 3.333 1.014 2.200 10795.20 0.000574 6.267 Lp<Lb<Lr 306.4219 275.78 22.062
3 812416.7 2933064599586.9 3 3.667 1.014 3.577 13352.44 0.000210 10.573 Lp<Lb<Lr 554.2592 498.83 32.981
4 1135171.7 1524714231367.1 3 4.000 1.014 2.251 15077.05 0.000154 7.176 Lp<Lb<Lr 522.9055 470.61 26.145
5 882192.3 3680251875000.0 3 4.333 1.014 3.465 12480.47 0.000296 10.124 Lp<Lb<Lr 619.8292 557.85 26.407
6 1409536.0 2323818250830.0 3 4.667 1.014 2.144 13549.23 0.000258 6.650 Lp<Lb<Lr 642.8543 578.57 23.615
7 2971897.3 8606164433597.7 3 5.000 1.014 3.506 15324.99 0.000133 11.124 Lp<Lb<Lr 1137.7114 1023.94 36.407
8 3259857.3 12338352000000.0 3 5.333 1.014 3.445 13247.39 0.000241 10.330 Lp<Lb<Lr 1375.9322 1238.34 38.698
9 4223152.0 17522973000000.0 3 5.667 1.014 3.363 12694.91 0.000302 10.031 Lp<Lb<Lr 1707.7321 1536.96 42.546
5
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 5
Sesi 4
Balok Terlentur (Flexural Members)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat melakukan perencanaan dan evaluasi terhadap struktur gording
yang menggunakan satu batang tarik.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Construction Manual, 2005
c) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
d) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)
Rencanakanlah dimensi gording dari struktur rangka atap, mutu baja BJ-34, jarak
antara kuda-kuda atap, B = 5 meter, jarak antara gording l = 1,472 meter, gording memakai
profil INP atau kanal (C), atap seng gelombang, tekanan angin, W = 40 kg/m2, muatan hidup
orang, P = 100 kg. Kemiringan atap = 28o. Perencanaan dilakukan memakai 1 (satu) batang
tarik.
PERENCANAAN
o
= 28
= 1472 mm
P ton
q t/m’ dan w t/m’
(A) (B)
Batang tarik
B = 5000 mm
Gambar 29 : Panjang bentang gording beban yang bekerja.
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
a). DATA-DATA.
a1). Spesifikasi struktur.
Jarak kuda-kuda B=5m = 5000 mm.
Jarak antara gording = 1,472 m = 1472 mm.
Sudut kemiringan atap = 28o
Atap seng gelombang, berat 10 kg/m2.
Pakai 1 (satu) buah batang batang tarik.
Gording dari profil INP dan Kanal (C).
c). P E R E N C A N A A N
c1). Analisa Struktur.
D Mx = 1/8 Q Cos . B2 = 1/8 x (32,72) x Cos (28o) x (5)2 = 90,281 kg.m’
= 9028,1 kg.cm’.
D My = 1/8 Q Sin . (B/2)2 = 1/8 x (32,72) x Sin (28o) x (5/2)2 = 12,001 kg.m’
= 1200,1 kg.cm’.
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Dimana,
Sx = 8 Sy ; b 0,90 ; fy = 210 MPa.
Mux = 30847,9 kg.cm’ = 3084790 N.mm
Muy = 6134,8 kg.cm’ = 613480 N.mm.
(3084790) 8 . (613480)
(0,90) . (210)
Sx Sx
Dimana,
Q = 32,72 kg/m’ = 32,72 x 10-2 N/mm.
P = 100 kg = 1000 N.
B = 5,0 meter = 5000 mm.
E = 200000 MPa.
5 Q Sin . ( B / 2) 4 1 P Sin . ( B / 2) 3
y
384 E Iy 48 E Iy
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Profil INP,
B
x 2 y 2
240
2 2
23252102,9 1154767,1 5000
Ix Ix / 17 240
30430873,3
20,833
Ix
Momen inertia yang diperlukan menjadi,
Ix = 1460705,3 mm4 = 146,1 cm4.
d). E V A L U A S I.
d1). Pemeriksaan terhadap tegangan akibat beban kerja.
Profil INP12 Profil C10
Beban mati :
Q = 11,2 + 14,72 = 25,92 kg/m’. Q = 10,60 + 14,72 = 25,32 kg/m’.
Momen lentur akibat beban mati :
D Mx = 1/8 Q Cos . B2 D Mx = 1/8 Q Cos . B2
= 1/8 x (25,92) x Cos (28o) x (5)2 = 1/8 x (25,32) x Cos (28o) x (5)2
= 71,519 kg.m’= 7151,9 kg.cm’. = 69,863 kg.m’= 6986,3 kg.cm’.
D My = 1/8 Q Sin . (B/2)2 D My = 1/8 Q Sin . B2
= 1/8 x (25,92) x Sin (28o) x (5/2)2 = 1/8 x (25,32) x Sin (28o) x (5/2)2
= 9,507 kg.m’ = 950,7 kg.cm’. = 9,287 kg.m’ = 928,7 kg.cm’.
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Kombinasi beban :
Mux = 1,2x(7151,9) + 1,6x(11036,8) + Mux = 1,2x(6986,3) + 1,6x(11036,8) +
0,8x(2944,0) = 28596,4 kg.cm’. 0,8x(2944,0) = 28397,7 kg.cm’.
Mux = 2859640 N.mm’ Mux = 2839770 N.mm’.
Muy = 1,2x(950,7) + 1,6x(5868,4) + Muy = 1,2x(928,7) + 1,6x(5868,4) +
0,8 . (0) = 5835,5 kg.cm’. 0,8 . (0) = 5809,1 kg.cm’.
Muy = 583550 N.mm’. Muy = 580910 N.mm’.
fun 131,03 MPa 0,90 . (210 MPa) fun 137,3 MPa 0,90 . (210 MPa)
fun 131 MPa 189 MPa fun 137 MPa 189 MPa
(Memenuhi) (Memenuhi)
5 Q Cos . B 4 1 P Cos . B 3
x
384 E Ix 48 E Ix
5 Q Sin . ( B / 2) 4 1 P Sin . ( B / 2) 3
y
384 E Iy 48 E Iy
Dimana, Batang tarik 1 (satu) buah.
P = 100 kg = 1000 N.
B = 5,0 meter = 5000 mm.
E = 200000 MPa.
Q = 25,92 kg/m’. Q = 25,32 kg/m’.
4 4
Ix = 328 cm = 3280000 mm . Ix = 206 cm4 = 2060000 mm4.
Iy = 21,5 cm4 = 215000 mm4. Iy = 85,3 cm4 = 293000 mm4.
5 (25,92 x10 -2 ) Cos (28 o ) . (5000) 4 5 (25,32 x10 -2 ) Cos (28 o ) . (5000) 4
x x
384 (200000) . (3280000) 384 (200000) . (2060000)
1 (1000) Cos (28 o ) . (5000) 3 1 (1000) Cos (28 o ) . (5000) 3
48 (200000) . (3280000) 48 (200000) . (2060000)
x = 6,34 mm. x = 10,0 mm.
-2 o 4
5 (25,92 x10 ) Sin (28 ) . (5000 / 2) 5 (25,32 x10 -2 ) Sin (28 o ) . (5000 / 2) 4
y y
384 (200000) . (215000) 384 (200000) . (293000)
1 (1000) Sin (28 o ) . (5000 / 2) 3 1 (1000) Sin (28 o ) . (5000 / 2) 3
48 (200000) . (215000) 48 (200000) . (293000)
y = 4,99 mm y = 3,64 mm
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
B
x 2 y 2
240
5000 5000
(6,34) 2 (4,99) 2 (10,0) 2 (3,64) 2
240 240
8,07 mm < 20,83 mm. 10,64 mm < 20,83 mm.
(Memenuhi) (Memenuhi)
Badan, Badan,
1680 1680 1680 1680
= 115,9 = 115,9
fy 210 fy 210
{h – (2tf+2r)}/tw =.... <115,9 {h – (2tf+2r)}/tw =.........<115,9
(Penampang Kompak) (Penampang Kompak)
E E
Lp 1,76 ry Lp 1,76 ry
fy fy
Modulus geser :
E 200000 MPa
G 76923,1 MPa
2(1 v) 2 . (1 0,3)
Konstanta torsi :
3 3
2 b . t f (h t f ) . t w
J
3
h = 120 mm ; b = 58 mm ; h = 100 mm ; b = 50 mm ;
tw = 5,1 mm ; tf = 5,7 mm tw = 6 mm ; tf = 8,5 mm
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
2 . (58) . (5,7) 3 (120 5,7) . (5,1) 3 2 . (50) . (8,5) 3 (100 8,5) . (6) 3
J J
3 3
4 4
= 22618,2 mm . = 27058,8 mm .
Konstanta warping :
(h t f ) 2 . b 3 . t f
Cw
24
(120 5,7) 2 . (58) 3 . (5,7) (100 8,5) 2 . (50) 3 . (8,5)
Cw Cw
24 24
= 789446996,3 mm6. = 307637666,7 mm6.
f L fy - fr = 210 MPa – 70 MPa = 140 MPa.
EG J A
X1
Sx 2
X 2 = 0,0000145 mm4/N2 0
2
41200 307637666,7
X 2 4 . .
(76923,1) . (71187,19) 293000
X 2 = 0,0000016 mm4/N2 0
X
Lr ry 1 1 1 X 2 f L2 ; X2 0
fL
28532,7 40400,1
Lr (12,3 mm) . 11 Lr (14,7 mm) . 11
140 140
Lr = 3545 mm = 3,545 m > Lb = 2,5 m. Lr = 5999 mm = 5,999 m > Lb = 2,5 m.
(Lp < Lb < Lr) (Lp < Lb < Lr)
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Momen Nominal :
Mn Cb Mr Mp Mr
Lr Lb Mp
Lr Lp
Mr = Sx (fy – fr) Mpa, dimana fr 70 Mpa
Cb = 1,3 ; Lb = 2500 mm
Lp = 0,668 m ; Lr = 3,545 m Lp = 0,798 m ; Lr = 5,999 m
Mr = 54700 . (210 – 70) Mr = 41200 . (210 – 70)
= 7658000 N.mm’ = 7,658 kN.m’ = 5768000 N.mm’ = 5,768 kN.m’.
Zx = (tw . hw2) / 4 + hf . tf . bf
hw = h - 2 tf ; hf = h - tf
h = 120 mm ; b = 58 mm ; h = 100 mm ; b = 50 mm ;
tw = 5,1 mm ; tf = 5,7 mm tw = 6 mm ; tf = 8,5 mm
hw = 120 – 2x5,7 = 108,6 mm hw = 100 – 2x8,5 = 83,0 mm
hf = 120 – 5,7 = 114,3 mm hf = 100 – 8,5 = 91,5 mm
Zx = (5,1 x 108,62)/4 + 114,3 x 5,7 x 58 Zx = (6 x 83,02)/4 + 91,5 x 8,5 x 50
= 64103,2 mm3. = 49221,0 mm2.
Mp = Zx . fy = 64103,2 x 210 Mp = Zx . fy = 49221,0 x 210
= 13461672,0 N.mm’= 13,46 kN.m’. = 10336410,0 N.mm’ = 10,34 kN.m’.
Mn 1,30 . 7,658 13,46 7,658
3,545 2,50
3,545 0,668
= 12,70 kN.m’.
Mn 1,30 . 5,768 10,34 5,768
5,999 2,50
5,999 0,798
= 11,49 kN.m’.
Mux = 0,9 . Mn = (0,9) . (12,70 kN.m’) Mux = 0,9 . Mn = (0,9) . (11,49 kN.m’)
Mux = 11,43 kN.m’ > Mux =2,86 kN.m’. Mux = 10,34 kN.m’>Mux = 2,84 kN.m’
(Memenuhi) (Memenuhi)
SARAN
Tidak ada.
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
No. Jarak Jarak Sudut Berat Berat Jumlah Tekanan B. Mati B.Hidup Datang Pergi D D La La
Stb. Kuda2 Gording Atap Atap Gording Bt.Tarik Angin Dq La P Wd Wp Mx My Mx My
o 2 2
meter meter kg/m kg/m' kg/m kg/m' kg kg/m' kg/m' kg.cm' kg.cm' kg.cm' kg.cm'
5.000 1.472 28 10 18 0 40.0 32.720 100 9.421 -23.552 9028.1 4800.3 11036.8 5868.4
5.000 1.472 28 10 18 1 40.0 32.720 100 9.421 -23.552 9028.1 1200.1 11036.8 2934.2
0 4.000 1.200 24 10 18 1 25.0 30.000 100 2.400 -12.000 5481.3 610.1 9135.5 2033.7
1 4.210 1.230 25 10 18 1 26.5 30.300 100 3.260 -13.038 6084.0 709.3 9538.9 2224.0
2 4.420 1.260 26 10 18 1 28.0 30.600 100 4.234 -14.112 6716.4 819.0 9931.7 2422.0
3 4.630 1.290 27 10 18 1 29.5 30.900 100 5.328 -15.222 7377.5 939.8 10313.4 2627.5
4 4.840 1.320 28 10 18 1 31.0 31.200 100 6.547 -16.368 8066.6 1072.3 10683.7 2840.3
5 5.050 1.350 29 10 18 1 32.5 31.500 100 7.898 -17.550 8782.6 1217.1 11042.1 3060.4
6 5.260 1.380 30 10 18 1 34.0 31.800 100 9.384 -18.768 9524.4 1374.7 11388.2 3287.5
7 5.470 1.410 31 10 18 1 35.5 32.100 100 11.012 -20.022 10290.9 1545.9 11721.8 3521.6
8 5.680 1.440 32 10 18 1 37.0 32.400 100 12.787 -21.312 11080.8 1731.0 12042.3 3762.4
9 5.890 1.470 33 10 18 1 38.5 32.700 100 14.715 -22.638 11892.7 1930.8 12349.4 4009.9
INP,
No. Wd Wd Wp Wp Kombinasi C INP C
Stb. Mx My Mx My Mx My Sx Ix Ix
3 4 4
kg.cm' kg.cm' kg.cm' kg.cm' kg.cm' kg.cm cm cm cm
2944.00 0 -7360.00 0 30847.9 15149.8 80.45 1015.0 603.8
2944.00 0 -7360.00 0 30847.9 6134.8 42.29 146.1 124.6
0 480.00 0 -2400.00 0 21578.3 3986.0 28.29 79.7 69.8
1 722.15 0 -2888.59 0 23140.8 4409.6 30.91 91.1 79.3
2 1033.87 0 -3446.22 0 24777.4 4857.9 33.67 103.7 89.5
3 1427.62 0 -4078.91 0 26496.6 5331.7 36.59 117.4 100.6
4 1917.15 0 -4792.88 0 28307.5 5831.2 39.66 132.3 112.5
5 2517.57 0 -5594.61 0 30220.5 6357.1 42.90 148.4 125.3
6 3245.41 0 -6490.82 0 32246.8 6909.7 46.31 165.9 139.1
7 4118.65 0 -7488.45 0 34398.9 7489.5 49.90 184.8 153.8
8 5156.82 0 -8594.70 0 36690.1 8097.1 53.69 205.2 169.4
9 6381.05 0 -9817.00 0 39135.1 8732.8 57.67 227.0 186.1
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
PROFIL INP
No. Nomor Berat B. Mati D D Kombinasi Tegangan Lendutan Sayap Badan
Stb. Dq Mx My Mux Muy fun 170 b/2tf 1680 h (2tf2r) Lp Lb
Profil Gording
kg/m' kg.cm' kg.cm' kg.cm' kg.cm MPa mm fy fy meter meter
INP kg/m' tw
18 21.90 36.62 10104.2 5372.5 32139.2 15836.4 99.9 16.2 11.7 3.9 115.9 21.1 0.929 5.000
12 11.20 25.92 7151.9 950.7 28596.4 5835.5 131.0 8.1 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.500
0 10 8.32 20.32 3712.6 413.2 19455.9 3749.8 133.7 6.4 11.7 3.7 115.9 17.2 0.581 2.000
1 10 8.32 20.62 4140.4 482.7 20808.4 4137.7 145.6 7.7 11.7 3.7 115.9 17.2 0.581 2.105
2 10 8.32 20.92 4591.7 559.9 22227.8 4547.1 158.2 9.1 11.7 3.7 115.9 17.2 0.581 2.210
3 10 8.32 21.22 5066.4 645.4 23723.2 4978.4 171.4 10.7 11.7 3.7 115.9 17.2 0.581 2.315
4 10 8.32 21.52 5563.9 739.6 25304.2 5432.0 185.3 12.6 11.7 3.7 115.9 17.2 0.581 2.420
5 12 8.32 21.82 6083.7 843.1 26981.8 5908.2 129.1 7.9 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.525
6 12 8.32 22.12 6625.2 956.3 28767.7 6407.5 139.1 9.2 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.630
7 12 11.20 25.30 8110.9 1218.4 31782.9 7096.6 153.9 11.1 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.735
8 12 11.20 25.60 8755.2 1367.7 33899.4 7661.1 165.4 12.7 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.840
9 12 11.20 25.90 9419.6 1529.3 36167.4 8251.0 177.5 14.6 11.7 3.8 115.9 18.5 0.668 2.945
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
PROFIL C (Kanal)
K. Torsi K. Warping
J Cw X1 X2 Lr Kondisi Cb Zx Mp Mr Mn Mux Mux
4 6 4 2 2
mm mm MPa mm /N meter mm kN.m' kN.m' kN.m' kN.m' kN.m'
71187.2 2685347615.2 30766.5 0.0000057 5.874 Lp<Lb<Lr 1.14 138260.6 29.03 16.24 21.14 19.03 3.11
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.49 10.34 2.84
20544.0 157464000.0 49402.7 0.0000009 6.637 Lp<Lb<Lr 1.30 32064.0 6.73 3.71 7.90 7.11 1.95
20544.0 157464000.0 49402.7 0.0000009 6.637 Lp<Lb<Lr 1.30 32064.0 6.73 3.71 7.83 7.05 2.09
20544.0 157464000.0 49402.7 0.0000009 6.637 Lp<Lb<Lr 1.30 32064.0 6.73 3.71 7.76 6.99 2.23
20544.0 157464000.0 49402.7 0.0000009 6.637 Lp<Lb<Lr 1.30 32064.0 6.73 3.71 7.70 6.93 2.38
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.59 10.43 2.60
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.47 10.32 2.77
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.35 10.21 2.96
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.23 10.10 3.16
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 11.11 10.00 3.37
27058.8 307637666.7 40400.1 0.0000016 5.999 Lp<Lb<Lr 1.30 49221.0 10.34 5.768 10.99 9.89 3.59
11
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 5
Sesi 5
Balok Terlentur (Flexural Members)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
16. Tegangan Geser Pada Balok.
a Persamaan umum tegangan geser.
Contoh soal (1).
b Kuat geser nominal balok (SNI 03-1729-2002, pasal 8.8).
b1). Keruntuhan geser akibat leleh.
b2). Keruntuhan geser akibat tekuk lokal tidak elastis (elasto plastis).
b3). Keruntuhan geser akibat tekuk lokal elastis.
Contoh Soal (2).
17. Balok Memikul Beban Terpusat (SNI 03-1729-2002, pasal 8.10).
a. Lentur lokal pada sayap (flanges).
b. Kuat leleh pelat badan (local web yielding).
c. Kuat tekuk dukung pelat badan/pelipatan pelat badan (web crippling).
d. Kuat tekuk lateral pelat badan (sideway web buckling).
e. Kuat tekuk lentur pelat badan.
18. Perencanaan Pengaku Penumpu Beban (SNI 03-1729-2002 pasal 8.11).
a. Luas pengaku.
b. Lebar pengaku.
c. Tebal pengaku.
19. Perencanaan Pengaku Vertikal (SNI 03-1729-2002, pasal 8.12).
a. Pemasangan pengaku.
b. Luas minimum pengaku.
c. Kekakuan minimum.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai tegangan geser pada balok,balok
memikul beban terpusat, perencanaan pengaku penumpu beban dan perencanaan pengaku
vertikal .
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Construction Manual, 2005.
c) AISC-2005 Specification for Structural Steel Buildings.
d) Canadian Institute of Steel Construction, 2002.
e) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit AIRLANGGA,
Jakarta, 1990.
f) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, 1984.
g) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
h) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)
Penyelesaian :
DATA :
Ix = 38700 cm4 ; h = 386 mm ; bf = 299 mm ; tw = 9 mm ; tf = 14 mm
Tegangan geser,
- Pada titik (1), tepi bawah flens atas,
Q = (299 mm) . (14 mm) . (1/2 . 14 mm) = 29302 mm3.
b = bf = 299 mm
(1000 x10 3 ) . (29302)
fV = 0,253 MPa.
(299) . (38700 x10 4 ) (1) (2)
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Vu ≤ Vn ......(17)
Kuat geser nominal penampang Vn dipengaruhi oleh type keruntuhan geser yang
terjadi. Ada tiga jenis keruntuhan geser yang bergantung pada ratio kelangsingan elemen
badan dari penampangnya yaitu :
b1). Keruntuhan geser akibat leleh, jika kelangsingan pelat badan,
hw kn E
1,10 ......(18)
tw fy
Vn = 0,6 fy . Aw ......(19)
b2). Keruntuhan geser akibat tekuk lokal tidak elastis (elasto plastis), dengan kelangsingan
pelat badan,
kn E hw kn E
1,10 1,37 ......(20)
fy tw fy
kn E 1
Vn 0,60 . fy . Aw 1,10 ......(21)
fy hw / t w
Atau,
(1 C )
Vn 0,60 . fy . Aw C v v
......(22)
1,15 1 (a / h ) 2
w
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
kn E / fy
C v 1,10 ......(23)
( hw / t w )
b3). Keruntuhan geser akibat tekuk lokal elastis, dengan kelangsingan pelat badan,
hw kn E
1,37 ......(24)
tw fy
0,90 . Aw . kn . E
Vn ......(25)
( hw / t w ) 2
Atau,
(1 C )
Vn 0,60 . fy . Aw C v v
......(26)
1,15 1 (a / h ) 2
w
Dengan,
kn E 1
C v 1,5 ......(27)
fy ( h w / t w ) 2
Dimana,
kn = koefisien tekuk pelat badan, dihitung dengan cara sebagai berikut,
- untuk pelat badan tanpa pengaku (unstiffened) dengan hw / tw < 260, kn = 5, kecuali
untuk penampang T dimana kn = 1,2
- Untuk pelat badan yang memakai pengaku (stiffened),
5
kn 5 ......(28)
(a / hw ) 2
2
260
kn = 5 bila a/hw > 3,0 atau a / hw
hw / t w
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
CONTOH (2) :
Tentukanlah kekuatan geser terfaktor profil WF 400.300.9.14 apabila menggunakan
baja dengan mutu BJ-37.
Data-data :
h bf tw tf r
Profil
mm mm mm mm mm
WF 400.300.9.14 386 299 9 14 22
EVALUASI :
Anggap gelagar tanpa pengaku pelat badan.
a). Kelangsingan pelat badan. Gambar 32
hw 386 2 . (14 22)
34,9 < 260
tw 9
kn = 5
Syarat,
kn E 5 . (200000 MPa)
1,10 1,10 . = 71 > 34,9
fy 240
Kelangsingan pelat badan < syarat, maka persamaan (17) dan (19) dapat digunakan dalam
menghitung kekuatan geser.
Vn = 0,6 fy . Aw
Pada lokasi perletakan dari gelagar/balok, terdapat reaksi perletakan berupa gaya
terpusat (tumpu) yang dipikul oleh gelagar/balok dalam hal ini adalah pelat badan (web)
merupakan bagian yang langsing dari balok akan mengalami tekuk karena mengalami
tegangan tekan yang tinggi pada lokasi tersebut, dan dapat terjadi oleh karena adanya gaya
lintang. Kondisi ini juga terdapat pada hubungan antara balok dan kolom.
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Lateral bracing
Stiffener
Gambar 33 : Pengaku lateral berbentuk Cross atau X-Bracing, diantara pengaku lateral terdapat
pengaku pelat badan (stiffener) untuk geser.
Sumber : Bridge Inspector’s Reference Manual, U.S. Department of Transportation, Federal Highway Administration,
Publication No. FHWA NHI 03-001, October, 2002, Revised December, 2006
Stiffener
Stiffener
Beberapa kemungkinan dapat terjadi pada gelagar/balok akibat adanya beban terpusat
(gaya tumpu) tersebut di ilustrasikan seperti gambar berikut,
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Lentur pada sayap (flange) Lipat pada badan Tekuk torsi lateral
Ru Rn ......(29)
Bila persamaan (20) diatas terpenuhi maka tidak diperlukan pengaku pelat badan (stiffener).
SNI 03-1729-2002 pasal 8.10 menetapkan kekuatan tumpu nominal (Rn) atas
beberapa tinjauan sebagai berikut :
a). Lentur lokal pada sayap (flens),
Rn = 6,25 tf 2 . fy ......(30)
Dimana, = 0,90
fy = tegangan leleh sayap (flange)
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
b2).Bila jarak beban terpusat terhadap ujung balok lebih kecil atau sama dengan
tinggi balok,
Rn (2,5k N ) f y t w (j h) ......(32)
Dimana,
= 1,0
k = (tf + r), tebal pelat sayap ditambah jari-jari peralihan (mm).
N = dimensi longitudinal pelat perletakan atau tumpuan, minimal sebesar k
(mm).
c). Kuat tekuk dukung pelat badan/pelipatan pelat badan (web crippling).
Kuat pelat badan terhadap tekuk di sekitar pelat sayap yang dibebani adalah :
c1). Bila beban terpusat mempunyai jarak lebih dari h/2 dari ujung balok,
N t w
1,5
E fy tf
Rn 0,79 t w2 1 3 ......(33)
h t f tw
c2). Bila beban terpusat mempunyai jarak kurang dari h/2 dari ujung balok dan
untuk N/h 0,2 ,
N t w
1,5
E fy t f
Rn 0,39 t w2 1 3 ......(34)
h t f tw
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
C r E t w2 t f ( hw / t w ) 3
Rn 2
1 0, 4 ......(36)
hw ( Lb / b f ) 3
d2).Untuk pelat sayap yang tidak dikekang terhadap rotasi dan dihitung jika
(hw / tw) / (Lb / bf) 1,7 ,
3
Cr E t w t f ( hw / t w ) 3
Rn 2
0, 4 ......(37)
hw ( Lb / b f ) 3
dengan,
Cr = 3,25 untuk Mu M y dititik kerja Ru
= 1,62 untuk Mu > M y dititik kerja Ru
= 0,85
Lb = jarak pengaku lateral.
3
24,08 t w
Rn E fy ......(38)
hw
As fy ≥ Ru – Rn ......(39)
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
bs > bf / 3 – ½ tw ......(40)
ts > tf / 2 ......(41)
dan harus memenuhi,
bs E
0,56 ......(42)
ts fy
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 5, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
( a / hw ) 2
As 0,5 Aw (1 C v )(a / hw ) ......(43)
1 ( a / hw ) 2
Keterangan:
Cv adalah koefisien geser pelat badan yang ditentukan persamaan (23) atau (27).
Aw adalah luas pelat badan (hw . tw), mm2.
hw = h – 2.(tf + r)
D = 1,0 untuk sepasang pengaku
= 1,8 untuk pengaku siku tunggal
= 2,4 untuk pengaku pelat tunggal
Pengaku vertikal pada pelat badan yang tidak menerima beban luar secara langsung
atau momen harus mempunyai momen inersia (Is) terhadap garis tengah bidang pelat
badan,
3
I s 0,75 hw t w untuk (a / hw ) 2 ......(44)
3
1,5 h 3t w
Is untuk (a / hw ) > 2 ......(45)
a2
10
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 5
Sesi 6
Balok Terlentur (Flexural Members)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat melakukan perencanaan ukuran pelat landasan dan dapat
melakukan evaluasi gelagar terhadap keruntuhan geser akibat leleh, kuat lentur lokal
pada sayap, kuat leleh pelat badan dan pelipatan pelat badan.
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Construction Manual, 2005.
c) AISC-2005 Specification for Structural Steel Buildings.
d) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
e) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
f) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)
20. WORKSHOP/PELATIHAN
CONTOH (3) :
PERENCANAAN
a). Reaksi Perletakan.
Ru = Rki = Rka = P + ½ q L = 10 ton + ½ x (2 t/m) x (15 m) = 25 ton = 250 kN.
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Atau,
Rn
N 2,5 k
fy . t w
Dimana,
k = tf + r = 20 mm + 28 mm = 48 mm ; tw = 12 mm.
fy = 240 MPa ; Ru = 250 kN ; = 1,0 ;
Rn = Ru / = 250 kN/1,0 = 250 kN .
Maka,
250 x10 3 N
N 2,5 . (48 mm)
(240 MPa) . (12 mm)
N = - 33,2 mm.
Pelat landasan tidak diperlukan, ambil N = 50 mm.
Pb = 0,85 . fc . A1
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
EVALUASI
a). Keruntuhan geser akibat leleh.
Gelagar tanpa pengaku pelat badan.
Kelangsingan pelat badan,
hw 588 2 . (20 28)
41,0 < 260 Ref. Pers.(18)
tw 12
kn = 5
Syarat,
kn E 5 . (200000 MPa)
1,10 1,10 . = 71 > 41,0
fy 240
Kelangsingan pelat badan < syarat, maka persamaan (17) dan (19) dapat digunakan dalam
menghitung kekuatan geser.
Kekuatan geser nominal gelagar WF 600.300.12.20,
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
d). Kuat tekuk dukung pelat badan/ terhadap pelipatan pelat badan (web crippling).
d1). Pada perletakan.
Gambar 41.
j = N/2 = (50 mm)/2 = 25 mm.
h/2 = (588 mm)/2 = 294 mm > j = 25 mm
N/h = (50 mm)/(588 mm) = 0,09 < 0,2
Bila beban terpusat mempunyai jarak kurang dari h/2 dari ujung balok dan untuk
N/h 0,2 ,
N t w E f y t f
1,5
2
Rn 0,39 t w 1 3 Ref. Pers.(34)
h t f tw
Rn = 561864,6 N = 561,86 kN
= 0,75
R u = 0,75 . (561,86 kN) = 421,4 kN > Ru = 250 kN (memenuhi).
(Tidak perlu stiffener).
N t w
1,5
E fy tf
Rn 0,79 t w2 1 3 Ref. Pers.(33)
h t f tw
Rn = 1138135,9 N = 1138,136 kN
= 0,75
R u = 0,75 . (1138,136 kN) = 421,4 kN > Ru = 250 kN (memenuhi).
(Tidak perlu stiffener).
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 5 Sesi 6, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
5
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 6
Sesi 1
Alat Pengikat Struktural
(Structural Fastener)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
1. Jenis Alat Pengikat.
2. Alat Pengikat Dari Paku Keling (Rivet).
a. Sejarah.
b. Cara pemasangan paku keling.
c. Mutu paku keling.
d. Susunan, ukuran dan jarak antara paku.
3. Alat Sambungan Baut.
a. Baut mutu tinggi.
b. Cara pemasangan baut.
c. Susunan, ukuran dan jarak antara baut.
d. Ukuran lobang baut.
4. Bentuk Kegagalan (Failure) Sambungan Baut/Paku Keling.
a. Robeknya pelat pada daerah sambungan (Tearing failure of plate).
b. Keruntuhan geser pada baut/paku keling (Shear failure of bolt / rivet).
c. Keruntuhan geser pada pelat yang disambung/pelat penyambung (Shear failure of plate).
d. Keruntuhan tumpu pada pelat (Bearing failure of plate).
e. Keruntuhan blok geser pada pelat (Shear block failure of plate).
f. Keruntuhan tumpu pada baut (Bearing failure of bolt).
5. Kekuatan Sambungan Baut/Paku Keling.
a. Kekuatan Baut/Paku Keling.
b. Baut tipe friksi.
c. Baut tipe tumpu.
c1). Kekuatan geser nominal baut/paku keling.
c2). Kekuatan tumpu nominal.
6. Contoh Soal.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai jenis alat pengikat,bentuk kegagalan
pada sambungan, kekuatan baut dan paku keling .
Daftar Pustaka :
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit AIRLANGGA,
Jakarta, 1990.
c) Geoffrey L. Kulak, John W. Fisher, John H. A., “Guide to Design Criteria for Bolted and Riveted Joints”, 2 nd,
AMERICAN INSTITUTE OF STEEL CONSTRUCTION, Inc. 2001.
d) M. D’Aniello, F. Portioli, L. Fiorino, R. Landolfo, “Experimental investigation on shear behaviour of riveted
connections in steel structures”, Engineering Structures 33 (2011) 516–531
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g) William T. Segui,”Steel Design”, THOMSON, 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Gambar 1 : Struktur rangka atap dengan alat pengikat paku keling (rivet)
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Sambungan dilas
Paku keling (rivet) telah lama dikenal yaitu pada saat hari-hari besi dan baja, jenis
paku keling yang dimasukkan dalam keadaan panas (hot driven rivet) telah diketahui
mempunyai kekuatan yang mengikat. Pada saat pendinginan paku keling menyusut,
sehingga memberikan kekuatan menjepit. Namun jumlah kekuatan menjepit yang dihasilkan
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
oleh pendinginan bervariasi dari paku keling yang satu dengan paku keling yang lain, oleh
karena itu tidak dapat diandalkan dalam perhitungan disain.
Gambar 5 : Cara menginstalasi paku keling dengan palu (hot driven rivet).
Sumber : William Vermes, P.E., “Design and Performance of Riveted Bridge Connections”,
Euthenics, Inc.,October 24, 2007
Paku keling dimasukkan kedalam lobang paku dengan diameter 1/16 in (1,6 mm)
lebih besar dari diameter dari paku. Pada saat pemasangan, paku dalam keadaan panas,
gambar (5), kemudian didorong dengan menggunakan alat yang disebut pneumatic hammer
(palu bertekanan), gambar (6).
Paku keling dibuat dari baja batangan dan memiliki bentuk silinder dengan kepala
disalah satu ujungnya, gambar (7). Baja paku keling adalah baja karbon sedang dengan
identifikasi ASTM A502 mutu (grade) 1 dengan fy = 28 ksi (195 MPa), dan mutu 2, fy = 38
ksi (260 MPa)Charles G. Salmon : STRUKTUR BAJA.
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
S1 S1
U
U
U
U
U
U
S1 S1
S1 S S S1 S1 S2 S2 S1
t1
t3
t2
t4
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Sumber : Charles G. Salmon, “Steel Structures Design and Behavior”, 5th Edition, 2009
Baut mutu tinggi dapat direncanakan sebagai sambungan tipe friksi (tanpa ada slip
pada bagian-bagian sambungan), tetapi dapat juga direncanakan sebagai sambungan tipe
tumpu.
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Sumber : Charles G. Salmon, “Steel Structures Design and Behavior”, 5th Edition, 2009
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Hasil putaran ini memberikan gaya tarik minimum dalam baut pengikat, seperti tertera dalam
tabel SNI pasal 18.2.5.1 berikut,
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Bearing
Fracture
Bearing
Yield
Gambar 15 : Tipe fraktur dan leleh bidang tumpu pada pelat.
Sumber : AISC Presentation.
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
SNI 03-1729-2002 pasal 13.2.2. menyatakan, suatu baut yang memikul gaya terfaktor,
Ru harus memenuhi syarat berikut,
Ru Rn ......(1)
Dimana
= faktor reduksi kekuatan (tabel 6.4.2) = 0,75
Rn = kuat nominal baut.
Sesuai dengan cara bekerjanya baut maka baut dibedakan dalam dua type yaitu type
friksi (friction type) dan type tumpu (bearing type). Pada baut type friksi, kekuatan baut
didapat dari gesekan (friction) yang terjadi antar pelat atau batang yang disambung.
Sedangkan pada baut type tumpu, kekuatan baut didapat dari adanya gaya tumpu pada bidang
kontak antara baut dan pelat yang disambung, atau kemampuan menahan geseran pada
penampang baut.
Baut type ini sering dikenal dengan istilah slip-critical connections yaitu baut yang
mengandalkan kekuatan slip antara permukaan batang yang disambung. Agar baut type ini
bekerja maka diperlukan suatu alat yang dapat mengencangkan baut atau memberikan
momen torsi pada baut sedemikian sehingga baut mengalami prategang tarik.
Pada sambungan tipe friksi yang mengunakan baut mutu tinggi yang slipnya dibatasi,
satu baut yang hanya memikul gaya geser terfaktor, dalam bidang permukaan friksi harus
memenuhi:
Ru Rn ......(2)
Kuat geser mominal satu baut dalam sambungan tipe friksi yang ditentukan sebagai berikut:
11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Rn = 1,13 m . Tb
......(3)
Dimana,
koefisien gesek untuk bidang kontak dalam keadaan bersih.
m adalah jumlah bidang geser.
Tb adalah gaya tarik baut minimum, lihat tabel (3) diatas.
= 1,0 untuk lubang standar.
= 0,85 untuk lubang selot pendek dan lubang besar.
= 0,70 untuk lubang selot panjang tegak lurus arah kerja gaya.
= 0,60 untuk lubang selot panjang sejajar arah kerja gaya.
Resultant
Clamping
Forces
Plane Of Friction
Bolt
Tension
Tb
Baut pada sambungan yang slipnya dibatasi dan memikul gaya tarik terfaktor, Tu,
harus memenuhi ketentuan diatas dengan kuat rencana slip RuRn direduksi dengan faktor
Tu
1 ......(4)
1,13Tb
c). Baut Tipe Tumpu
Pada baut type tumpu, keruntuhan sambungan dapat terjadi karena keruntuhan geser
pada baut atau keruntuhan tumpu pada elemen yang disambung seperti pelat/batang.
Kuat geser nominal yang diberikan oleh satu buah baut yang mengalami geser pada
penampangnya adalah,
Rn m . r1 . f ub . Ab ......(5)
Dimana,
m = jumlah bidang geser (lihat gambar 12).
r1 = 0,5 untuk bidang geser baut tak berulir.
= 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
= 0,6 untuk paku keling.
12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
(a) (b)
Gambar 19 : Bidang geser baut, gambar (a) r1 = 0,5, gambar (b) r1 = 0,4.
Untuk paku keling r1 = 0,6.
Kekuatan tumpu nominal tergantung kepada kondisi terlemah antara baut dan
pelat/batang yang disambung, dihitung dengan cara sebagai berikut,
Rn n . d b . t p . fu ......(6)
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
= 2,0 untuk lobang selot panjang tegak lurus arah kerja gaya.
db = diameter baut bagian tidak berulir (mm).
tp = tebal pelat/batang terkecil (mm).
fu = tegangan tarik putus baut/pelat/batang, sesuai mutu baja (MPa).
Rn f ub . Ab ......(7)
Dimana,
f ub = kuat tarik putus baut (MPa).
Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm2).
6. CONTOH SOAL
6.1.). Sebuah sambungan terdiri dari dua buah pelat 5 x 200 mm disambung dengan satu
buah pelat 8 x 200 mm, mutu baja BJ-37, seperti pada gambar dibawah mengalami gaya
tarik sentris, yang terdiri dari muatan mati D = 10 ton, muatan hidup L = 7 ton. Sambungan
menggunakan baut biasa dengan mutu BJ-37. Rencanakan sambungan tersebut, lakukanlah
evaluasi terhadap kekuatannya.
13
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
200 mm
1/2Ru
5 mm
8 mm Ru
5 mm
1/2Ru
Gambar 20 : Sambungan pelat.
PERENCANAAN
a). Tegangan izin Baja BJ-37
Baut, fy = 240 MPa. Pelat, fy = 240 MPa.
fu = 370 MPa. fu = 370 MPa.
Rn n . d b . t p . fu
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
db = 12 mm.
tp = 8 mm.
Maka,
Rn = (2,4) . (12 mm) . (8 mm) . (370 MPa) = 85248,0 N = 85,25 kN.
Rn = 0,75 . (85,25 kN) = 63,94 kN.
14
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Ru 232,0 kN
nb = 9,2 buah
Rn 25,09 kN
200 mm
Keterangan : S1 = 2 d = 30 mm ; U = 140 mm ; S = 3 d = 40 mm
Gambar 21 : Sambungan pelat dengan pengikat baut.
EVALUASI
a). Baut.
Jumlah daya dukung 10 buah baut,
R u 10 . Rn = 10 . (25,09 kN) = 250,9 kN = 25,09 ton > 23,2 ton.
(memenuhi)
b). Pelat.
b1). Pemeriksaan terhadap syarat luas penampang minimum dan shear leg.
Luas penampang bruto,
Ab = (8 mm) . (200 mm) = 1600 mm2.
15
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Maka kondisi geser blok adalah geser fraktur dengan tarik leleh,
Nn = 0,6 fu . Anv + fy . Agt
= 0,6 . (370 MPa) . (2032 mm2) + (240 MPa) . (480 mm2)
Nn = 566304 N = 566,3 kN = 56,63 ton > 23,2 ton (memenuhi).
2). Pada soal yang sama, apabila digunakan baut mutu tinggi ASTM A325, dengan
diameter baut nominal 1/2“ (12,7 mm), diameter lobang 9/16” (14,3 mm), berapakah jumlah
baut yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan apabila sambungan type tumpu dan tipe friksi.
PERENCANAAN
a). Kekuatan Baja.
- Pelat BJ-37, fy = 240 MPa.
fu = 370 MPa.
16
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Rn n . d b . t p . fu
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
db = 12,7 mm.
tp = 8 mm.
b
fu = 825 MPa.
Maka,
Rn = (2,4) . (12,7 mm) . (8 mm) . (825 MPa) = 201168,0 N = 201,17 kN.
Rn = 0,75 . (201,17 kN) =150,88 kN = 15,09 ton.
Ru 232,0 kN
nb = 2,8 buah
Rn 82,64 kN
Maka,
17
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Ru 232,0 kN
nb = 5,5 buah 6 buah.
Rn 42,24 kN
e). Kesimpulan.
- Pada sambungan tipe tumpu, jumlah baut cukup hanya 4 buah baut.
- Pada sambungan tipe friksi, jumlah baut yang diperlukan sebanyak 6 buah, dengan
catatan sambungan tidak boleh mengalami slip.
- Apabila ditinjau terhadap ekonomisasi, maka sambungan tipe tumpu lebih ekonomis.
- Apabila ditinjau terhadap kekuatan sambungan, maka sambungan tipe friksi tentu lebih
kuat, sebab apabila terjadi slip maka sambungan tipe friksi berobah menjadi sambungan
tipe tumpu dengan kekuatan yang lebih besar karena jumlah bautnya lebih banyak.
18
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
LAMPIRAN
Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RSCC c/o AISC, 2004.
Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RCSC c/o AISC, 2004.
19
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 1, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RCSC c/o AISC, 2004.
20
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 6
Sesi 2
Alat Pengikat Struktural
(Structural Fastener)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
7. Kumpulan Baut/Paku Keling Memikul Momen dan Gaya Lintang.
1). Jenis sambungan yang memikul momen dan gaya lintang.
2). Analisa elastis kumpulan baut/paku memikul momen.
3). Analisa elastis kumpulan baut/paku memikul momen dan gaya lintang.
4). Jumlah dan susunan baut/paku tidak simetris satu arah.
5). Jumlah dan susunan baut/paku tidak simetris dua arah.
6). Contoh Soal.
8. Sambungan Baut/Paku Keling menahan Gaya Tarik Aksial dan Gaya Geser Akibat Momen
dan Gaya Lintang.
Contoh Soal.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai kumpulan baut/paku keling
memikul momen dan gaya lintang, dan sambugan baut/paku keling memikul gaya
tarik aksial.
Daftar Pustaka :
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-
1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Presentation.
c) Boris B., T.Y.Lin, John B.Scalzi,”Design of Steel Structures”, 2nd Edition, John Wiley and
Sons, Inc., 1968.
d) Bridge Inspector’s Reference Manual, U.S. Department of Transportation, Publication No.
FHWA NHI 03-001, October, 2002, Revised December, 2006.
e) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
f) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
g) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Sambungan yang sering terdapat gaya dalam momen dan gaya lintang ditemukan
pada struktur sambungan antara balok dan kolom, sambungan konsol pada kolom, juga
terdapat pada sambungan balok gelagar, seperti terlihat gambar berikut ini.
D
D
M M
(a) (b)
Gambar 23 : Sambungan antara balok dengan kolom, (a) memakai paku keling,
(b) memakai baut. Sumber : AISC Presentation.
M M
D
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Apabila suatu kumpulan baut/paku keling menahan momen terfaktor, maka setiap
paku akan mendapat gaya yang besarnya sebanding dengan jarak dari titik pusat kumpulan
paku ke paku yang bersangkutan, yang dihitung sebagai berikut,
Y
Momen, K1
M = K1.r1 + K2.r2 + ........+ Kn.rn ......(8) (1) (2)
dimana, r1 r2
M = momen yang bekerja pada kumpulan K2
Paku. X
K = gaya pada paku. M Titik pusat
Susunan paku
r = jarak anatra paku dengan pusat berat
kumpulan paku (menjadi lengan gaya K).
(4) (3)
Perbandingan antara gaya K dengan jarak r,
K 1 K2 K
..................... n ......(9)
r1 r2 rn Gambar 25 : Kumpulan baut/paku memikul
Untuk, momen.
K1 Kn r .K
maka K1 1 n ......(10)
r1 rn rn
Analog,
r .K
K2 2 n
rn
Dari (8), (0) dan (10) diperoleh,
r . Kn r . Kn r . Kn
M 1 . r1 2 . r 2 ....................... n . rn ......(11)
rn rn rn
K
M = n (r12 + r22 + ........+ rn2)
rn
in
K
M = n r 2i , dimana, ri2 = xi2 + yi2
r n i1
Maka,
in
K
M = n (x i2 y i2) ......(12)
r n i1
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
3). Analisa Elastis Kumpulan Baut/Paku Keling Memikul Momen Dan Gaya Lintang.
Y
P x1
Y
K1
e K1y
y1 r
X P
Cg.
X M
r P
K3 K3y
t1
t2
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Catatan :
Arah komponen gaya keatas dan kekanan dianggap positip, arah komponen gaya
kebawah dan kekiri dianggap negatip.
Besar resultan gaya pada tiap paku diberikan oleh persamaan berikut,
R (K x Px ) 2 (K y Py ) 2 ......(16)
R1 (K 1x ) 2 (K 1y P) 2
R3 ( K 3x ) 2 (K 3y P) 2
Gambar 27 : Struktur konsol dengan susunan baut/paku tidak simetris satu arah.
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Gambar 28 : Struktur konsol dengan susunan baut/paku tidak simetris dua arah.
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
6.2). Sebuah konstruksi pelat konsol memikul gaya terfaktor P = 8 ton dengan arah 60o
dengan garis horisontal, disambung pada kolom WF 350.250.8.12 dengan memakai baut
biasa dengan diameter dn = 1/2” = 12,7 mm. Sambungan tipe tumpu. Lakukanlah evaluasi
sambungan ini apabila mutu BJ-37.
EVALUASI :
a). Data-data,
Bidang geser = 1
Tebal pelat terkecil t = 8 mm.
Diameter paku d = 1/2” = 12,7 mm, diameter lobang d1 = 14,7 mm.
Mutu baja 37, fy = 240 MPa., fu = 370 MPa.
- Terhadap tumpu,
Rn n . d b . t p . fu
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Dimana,
n = 2,4
db = 12,7 mm.
tp = 8 mm.
fu = 370 MPa.
Maka,
Rn = (2,4).(12,7 mm).(8 mm).(370 MPa) = 90220,8 N = 90,22 kN.
(menentukan)
Kontrol :
Xki + Xka = 130 mm
86,7 mm + 43,3 mm = 130 mm (memenuhi).
- Letak sumbu X.
Statis momen terhadap sisi atas,
(6 bt).(Ya) = (2 bt).(70 mm) + (1 bt).(140 mm) + (1 bt).(210 mm)
Ya = (140 mm + 140 mm + 210 mm)/(6) = 81,7 mm
Kontrol :
Ya + Yb = 210 mm
81,7 mm + 128,3 mm = 210 mm (memenuhi).
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Baut (a)
Kolom
Baja Siku
penyambung
Balok
Baut (b)
Baut (b)
Baut (a)
Kolom
a
R maks
U
h-c U
h
Garis netral
M Balok
c
b
Luas pengganti b
Gambar 31 : Baut (a) paling atas , mengalami tarikan maksimum akibat adanya momen
yang dihasilkan gaya terpusat P, baut ini juga mengalami gaya geser.
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Pada kasus kumpulan baut (a) seperti gambar diatas, baut/paku keling mengalami
tarikan pada sebelah atas garis netral dan tekanan pada baut/paku sebelah bawah garis netral.
Dengan adanya baja siku penyambung, maka bagian tekan dapat dipikul baja siku tersebut.
Untuk menghitung tegangan-tegangan yang bekerja pada kumpulan paku ini digambarkan
luas pengganti, dimana bagian tarik terdiri dari luas baut/paku rata-rata dan bagian tekan
terdiri dari luas sayap baja siku, untuk satu baris baut/paku,
luas baut 1 / 4 . . d 2
a ......(23)
jarak baut U
Letak garis netral,
½ . a . (h – c)2 = ½ . b . c2 ......(24)
Atau,
1
c a 2
......(25)
h -c b
Atau,
(½.b – 1/2.a).c2 + a.h.c – ½.a.h2 = 0 ......(26)
Biasanya dalam masalah-masalah praktis c/(h – c) bervariasi antara 1/4 sampai 1/8
dan umumnya diambil 1/6. Berarti letak garis netral berada h/7 dari ujung bagian yang
tertekan. (TY. Lin, Design Of Steel Structure, page 161)
Tegangan tarik maksimum yang terjadi pada baut/paku paling atas (1 baris),
(M / 2) . (h - c) ......(28)
ft
I
Gaya tarik terfaktor,
Ru = Ab . ft ......(29)
Dimana,
Ab = luas penampang baut paling atas (1 baris).
10
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Contoh Soal :
Pu = 3 ton
WF 400.300.10.16 400 mm
110.110.10
30 WF 300.300.10.15
60
60
60 110.110.10
t = 10 mm
30
Baut (b)
70 40 Baut (a) 10
6.3). Diketahui sambungan balok (WF 300.300.10.15) dengan kolom (WF 400.300.10.16)
menggunakan pelat siku sama kaki ganda 110.110.10, memikul beban terfaktor sebesar
Pu = 3 ton. Digunakan baut biasa dengan diameter d = 1/2”, dan mutu baja BJ-34.
Lakukanlah evaluasi terhadap baut (a) dan baut (b). Ambil c = h/7.
h-c
EVALUASI :
a). Data-data.
P = 1 ton.
Diameter baut d = ½” = 12,7 mm, diameter lobang d1 = 14,7 mm.
Tebal pelat terkecil, t = 10 mm.
Mutu Baja BJ-34, fy = 210 MPa, fu = 340 MPa.
h = 240 mm ; b = 110 mm ;
c = h/7
11
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
b3). Gaya tarik maksimum yang terjadi pada satu paku paling atas (1 baris),
Tegangan tarik maksimum,
(M / 2) . (h - c)
ft (MPa)
I
dimana,
M/2 = (30000 N) x (400 mm)/2 = 6000000 N.mm.
h = 240 mm.
c = 34,3 mm.
I = 7572207,7 mm4.
Maka,
(6000000 N.mm).(240 mm - 34,3 mm)
f = 163 MPa.
t
(7572207,7 mm 4 )
Gaya tarik maksimum,
Rmaks = ft . Ab = (163 MPa) . (126,61 mm2) = 20636,7 N = 20,637 kN.
Rmaks < Rn
(memenuhi)
12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 2, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
13
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 6
Sesi 3
Alat Pengikat Struktural
(Structural Fastener)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat melakukan evaluasi terhadap kumpulan baut/paku keling memikul
momen dengan gaya lintang, dan sambugan baut/paku keling memikul gaya tarik
aksial pada kasus sambungan balok - kolom.
Daftar Pustaka :
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-
1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Presentation.
c) Boris B., T.Y.Lin, John B.Scalzi,”Design of Steel Structures”, 2nd Edition, John Wiley and
Sons, Inc., 1968.
d) Bridge Inspector’s Reference Manual, U.S. Department of Transportation, Publication No.
FHWA NHI 03-001, October, 2002, Revised December, 2006.
e) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
f) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
g) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
110.110.10
30 WF 400.300.10.16 30
U U
U U
h = 4U+60 mm
U U
U U
t = 10 mm
30 30
6.4). Diketahui sambungan balok (WF 400.300.10.16) dengan kolom (WF 400.300.10.16)
menggunakan pelat siku sama kaki ganda 110.110.10, memikul beban terfaktor sebesar
Pu = (3,5 + X/4) ton. Digunakan baut biasa dengan diameter (a) 1/2” dan (b) 5/8”, mutu baja
BJ-37. Lakukanlah evaluasi terhadap baut (a) dan baut (b). Ambil c = h/7.
EVALUASI :
a). Data-data.
X = -1 ; P = (3,5 + X/4) ton = 3,25 ton ;
e = (450 + X .10) mm = 440 mm ; U = 51 + X = 50 mm.
h = 4U + 60 mm = 260 mm.
b = 110 mm (lebar sayap baja siku).
Diameter, baut (a) d = 1/2” = 12,7 mm, baut (b) d = 5/8” = 15,875 mm,
Tebal pelat terkecil, t = 10 mm.
Mutu Baja BJ-37, fy = 240 MPa, fu = 370 MPa.
c = h/7
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Maka,
Rn = (370 MPa) . (126,61 mm2) = 46846,7 N = 46,847 kN.
Kekuatan nominal terfaktor,
Rn = (0,75) . (46846,7 N) = 35135,0 N =35,135 kN = 3,514 ton.
b3). Gaya tarik maksimum yang terjadi pada satu paku paling atas (1 baris),
Tegangan tarik maksimum,
(M / 2) . (h - c)
ft (MPa)
I
dimana,
M/2 = Pu . e /2 = (32500 N) x (440 mm)/2 = 7150000,0 N.mm.
h = 260 mm.
c = 37,14 mm.
I = 11221424,5 mm4.
Maka,
(7150000 N.mm).(260 mm - 37,14 mm)
f = 142,0 MPa.
t 4
(11221424,5 mm )
Gaya tarik maksimum,
Rmaks = ft . Ab = (142,0 MPa) . (126,61 mm2) =17978,8 N = 17,979 kN.
Rmaks < Rn = 35,135 kN
(memenuhi)
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
e
WF 400.300.10.16 ex
30 Y WF 400.300.10.16
U 1 4
U
h = 4U + 60mm X
U 2 5
U
Baut (b) 5/8”
3
30 t = 10 mm
t = 10 mm
x1 x2
30 40 40
x1 + x2 = 40 mm
16 mm + 24 mm = 40 mm (memenuhi).
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
P = 3250 kg.
Py = P/n = (3250 kg)/5 = 650 kg (kebawah/negatip).
M = P . ex = (3250 kg) . (39,4 cm) = 128050 kg.cm.
No. Stb. -1
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10 2.56 100.00 204880.0 1280500.0 4756.7 761.1 -650.0 4758.0
2 1.6 0 2.56 0.00 204880.0 0.0 0.0 761.1 -650.0 111.1
3 1.6 10 2.56 100.00 204880.0 1280500.0 -4756.7 761.1 -650.0 4758.0
4 2.4 5 5.76 25.00 307320.0 640250.0 2378.3 -1141.6 -650.0 2977.6
5 2.4 5 5.76 25.00 307320.0 640250.0 -2378.3 -1141.6 -650.0 2977.6
19.2 250.00
2 2
(x + y ) = 269.20
Catatan :
Ukuran diameter baut yang dapat dipilih antara lain,
> 1/2”, 5/8”, 3/4”, 7/8”, 1”, 1 1/8”, 1 1/4” dan seterusnya, atau
> baut biasa dengan ukuran bebas yang dapat ditemukan dipasaran, misalnya
15 mm, 16 mm, 17 mm dst.
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
CATATAN :
Cara penerapan tanda positip/negatip untuk komponen gaya-gaya diatas, misal Kx, Ky, Px
dan Py adalah sebagai berikut,
K1y Y
K1
1 K1x
Py
4
2
Py
X
Py
M 5
K3y
K3
Py
K3x
3
Py
Perjanjian tanda,
Kx, Px = kekanan bertanda positip, kekiri bertanda negatip
Ky, Py = keatas bertanda positip, kebawah bertanda negatip
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Geser Tumpu
No. Baut b tp Ab Rn Rn Rn x1 x2 ex M py
2
Stb. inci mm mm kN kN kN mm mm mm kg.cm kg
-1 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 394.0 128050.0 -650.0
0 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 404.0 141400.0 -700.0
1 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 414.0 155250.0 -750.0
2 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 424.0 169600.0 -800.0
3 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 434.0 184450.0 -850.0
4 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 444.0 199800.0 -900.0
5 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 454.0 215650.0 -950.0
6 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 464.0 232000.0 -1000.0
7 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 474.0 248850.0 -1050.0
8 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 484.0 266200.0 -1100.0
9 5/8 10 197.83 58.558 140.970 43.919 16.0 24.0 494.0 284050.0 -1150.0
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
No. Stb. -1
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10 2.56 100.00 204880.0 1280500.0 4756.7 761.1 -650.0 4758.0
2 1.6 0 2.56 0.00 204880.0 0.0 0.0 761.1 -650.0 111.1
3 1.6 10 2.56 100.00 204880.0 1280500.0 -4756.7 761.1 -650.0 4758.0
4 2.4 5 5.76 25.00 307320.0 640250.0 2378.3 -1141.6 -650.0 2977.6
5 2.4 5 5.76 25.00 307320.0 640250.0 -2378.3 -1141.6 -650.0 2977.6
19.2 250.00
2 2
(x + y ) = 269.20
No. Stb. 0
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10.2 2.56 104.04 226240.0 1442280.0 5357.7 840.4 -700.0 5359.5
2 1.6 0 2.56 0.00 226240.0 0.0 0.0 840.4 -700.0 140.4
3 1.6 10.2 2.56 104.04 226240.0 1442280.0 -5357.7 840.4 -700.0 5359.5
4 2.4 5.1 5.76 26.01 339360.0 721140.0 2678.8 -1260.6 -700.0 3319.7
5 2.4 5.1 5.76 26.01 339360.0 721140.0 -2678.8 -1260.6 -700.0 3319.7
19.2 260.10
2 2
(x + y ) = 279.30
No. Stb. 1
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10.4 2.56 108.16 248400.0 1614600.0 5997.8 922.7 -750.0 6000.3
2 1.6 0 2.56 0.00 248400.0 0.0 0.0 922.7 -750.0 172.7
3 1.6 10.4 2.56 108.16 248400.0 1614600.0 -5997.8 922.7 -750.0 6000.3
4 2.4 5.2 5.76 27.04 372600.0 807300.0 2998.9 -1384.1 -750.0 3680.7
5 2.4 5.2 5.76 27.04 372600.0 807300.0 -2998.9 -1384.1 -750.0 3680.7
19.2 270.40
2 2
(x + y ) = 289.60
No. Stb. 2
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10.6 2.56 112.36 271360.0 1797760.0 6678.2 1008.0 -800.0 6681.4
2 1.6 0 2.56 0.00 271360.0 0.0 0.0 1008.0 -800.0 208.0
3 1.6 10.6 2.56 112.36 271360.0 1797760.0 -6678.2 1008.0 -800.0 6681.4
4 2.4 5.3 5.76 28.09 407040.0 898880.0 3339.1 -1512.0 -800.0 4061.4
5 2.4 5.3 5.76 28.09 407040.0 898880.0 -3339.1 -1512.0 -800.0 4061.4
19.2 280.90
2 2
(x + y ) = 300.10
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
No. Stb. 3
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 10.8 2.56 116.64 295120.0 1992060.0 7399.9 1096.3 -850.0 7404.0
2 1.6 0 2.56 0.00 295120.0 0.0 0.0 1096.3 -850.0 246.3
3 1.6 10.8 2.56 116.64 295120.0 1992060.0 -7399.9 1096.3 -850.0 7404.0
4 2.4 5.4 5.76 29.16 442680.0 996030.0 3700.0 -1644.4 -850.0 4462.3
5 2.4 5.4 5.76 29.16 442680.0 996030.0 -3700.0 -1644.4 -850.0 4462.3
19.2 291.60
2 2
(x + y ) = 310.80
No. Stb. 4
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 11 2.56 121.00 319680.0 2197800.0 8164.2 1187.5 -900.0 8169.3
2 1.6 0 2.56 0.00 319680.0 0.0 0.0 1187.5 -900.0 287.5
3 1.6 11 2.56 121.00 319680.0 2197800.0 -8164.2 1187.5 -900.0 8169.3
4 2.4 5.5 5.76 30.25 479520.0 1098900.0 4082.1 -1781.3 -900.0 4883.9
5 2.4 5.5 5.76 30.25 479520.0 1098900.0 -4082.1 -1781.3 -900.0 4883.9
19.2 302.50
2 2
(x + y ) = 321.70
No. Stb. 5
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 11.2 2.56 125.44 345040.0 2415280.0 8972.1 1281.7 -950.0 8978.2
2 1.6 0 2.56 0.00 345040.0 0.0 0.0 1281.7 -950.0 331.7
3 1.6 11.2 2.56 125.44 345040.0 2415280.0 -8972.1 1281.7 -950.0 8978.2
4 2.4 5.6 5.76 31.36 517560.0 1207640.0 4486.0 -1922.6 -950.0 5326.9
5 2.4 5.6 5.76 31.36 517560.0 1207640.0 -4486.0 -1922.6 -950.0 5326.9
19.2 313.60
2 2
(x + y ) = 332.80
No. Stb. 6
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 11.4 2.56 129.96 371200.0 2644800.0 9824.7 1378.9 -1000.0 9832.0
2 1.6 0 2.56 0.00 371200.0 0.0 0.0 1378.9 -1000.0 378.9
3 1.6 11.4 2.56 129.96 371200.0 2644800.0 -9824.7 1378.9 -1000.0 9832.0
4 2.4 5.7 5.76 32.49 556800.0 1322400.0 4912.3 -2068.4 -1000.0 5791.9
5 2.4 5.7 5.76 32.49 556800.0 1322400.0 -4912.3 -2068.4 -1000.0 5791.9
19.2 324.90
2 2
(x + y ) = 344.10
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 3, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
No. Stb. 7
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 11.6 2.56 134.56 398160.0 2886660.0 10723.1 1479.0 -1050.0 10731.7
2 1.6 0 2.56 0.00 398160.0 0.0 0.0 1479.0 -1050.0 429.0
3 1.6 11.6 2.56 134.56 398160.0 2886660.0 -10723.1 1479.0 -1050.0 10731.7
4 2.4 5.8 5.76 33.64 597240.0 1443330.0 5361.6 -2218.6 -1050.0 6279.3
5 2.4 5.8 5.76 33.64 597240.0 1443330.0 -5361.6 -2218.6 -1050.0 6279.3
19.2 336.40
2 2
(x + y ) = 355.60
No. Stb. 8
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 11.8 2.56 139.24 425920.0 3141160.0 11668.5 1582.2 -1100.0 11678.5
2 1.6 0 2.56 0.00 425920.0 0.0 0.0 1582.2 -1100.0 482.2
3 1.6 11.8 2.56 139.24 425920.0 3141160.0 -11668.5 1582.2 -1100.0 11678.5
4 2.4 5.9 5.76 34.81 638880.0 1570580.0 5834.2 -2373.3 -1100.0 6789.8
5 2.4 5.9 5.76 34.81 638880.0 1570580.0 -5834.2 -2373.3 -1100.0 6789.8
19.2 348.10
2 2
(x + y ) = 367.30
No. Stb. 9
2 2
No. x y x y M.x M.y Kx Ky py Rbaut
2 2
baut cm cm cm cm (kg.cm).(cm) (kg.cm).(cm) kg kg kg kg
1 1.6 12.0 2.56 144.00 454480.0 3408600.0 12662.0 1688.3 -1150.0 12673.4
2 1.6 0 2.56 0.00 454480.0 0.0 0.0 1688.3 -1150.0 538.3
3 1.6 12.0 2.56 144.00 454480.0 3408600.0 -12662.0 1688.3 -1150.0 12673.4
4 2.4 6.0 5.76 36.00 681720.0 1704300.0 6331.0 -2532.4 -1150.0 7324.0
5 2.4 6.0 5.76 36.00 681720.0 1704300.0 -6331.0 -2532.4 -1150.0 7324.0
19.2 360.00
2 2
(x + y ) = 379.20
9
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 6
Sesi 4
Alat Pengikat Struktural
(Structural Fastener)
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
10 SAMBUNGAN LAS.
1). Keuntungan dan Manfaat Sambungan Las.
2). Jenis-jenis Sambungan.
3). Jenis-jenis Las.
4). Las Tumpul (groove welds).
5). Las Sudut (fillet welds).
6). Las Baji dan Pasak (slot and plug welds).
7). Contoh Soal.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sambungan las, yakni mengenai
keuntungan dan manfaat sambungan dengan las, jeni-jenis sambungan, jenis-jenis
las, las tumpul, las sudut dan las baji/pasak.
Daftar Pustaka :
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-
1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Presentation.
c) Boris B., T.Y.Lin, John B.Scalzi,”Design of Steel Structures”, 2nd Edition, John Wiley and
Sons, Inc., 1968.
d) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
e) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
f) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
UCAPAN TERIMA KASIH
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
thamrinnst.wordpress.com
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
1
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
Gambar 37 : Baja siku penyambung di las pada elemen balok sebelum dilakukan erection.
Sumber : AISC Presentation.
Gambar 38.(a) :
Beberapa bentuk sambungan
sebidang (butt joints) dengan
gambar kode/simbol las.
Sumber :
http://deltaschooloftrades.com/
basic_joints.htm
2
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
3
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
c) Las baji dan pasak (slot and plug welds), jenis ini biasanya digunakan bersama-sama las
sudut. Manfaat utamanya adalah menambah kekuatan geser pada sambungan lewatan
(slap joint) yang memakai las sudut.
Plug Slot
4
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
(a) (b)
t1 t2 t1 t2
d tt d tt
t1 t2 t1 t2
tt = d – 3 mm tt = d
Gambar 40 : Tebal effektif las tumpul, penetrasi penuh (a),(b), dan sebagian (c),(d).
c) Luas Effektif.
Luas efektif las tumpul adalah perkalian panjang efektif dengan tebal rencana las.
Kuat nominal las tumpul penetrasi penuh per-satuan panjang ditetapkan sebagai berikut:
i) Bila sambungan dibebani dengan gaya tarik atau gaya tekan aksial terhadap luas
efektif maka,
Rnw = tt . fy (N/mm) (bahan dasar) ......(31.a)
Rnw = tt . fyw (N/mm) (bahan las) ......(31.b)
Dimana,
= faktor reduksi kekuatan = 0,90
fy = kuat leleh bahan dasar (MPa).
fyw = kuat leleh bahan las (MPa).
tt = tebal rencana las (mm).
ii) Bila sambungan dibebani dengan gaya geser terhadap luas efektif maka,
Rnw = tt . (0,6 . fy) (N/mm) (bahan dasar) ......(32.a)
Rnw = tt . (0,6 . fuw) (N/mm) (bahan las) ......(32.b)
Dimana,
= 0,90 (untuk bahan dasar)
= 0,80 (untuk bahan las)
fy = kuat leleh bahan dasar (MPa).
fuw = kuat fraktur bahan las (MPa).
tt = tebal rencana las (mm).
5
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
(a) (b)
t1 tt t1 tt
tw tw
tw tw
t2 t2
(c) (d)
tt t1
t1 tw tt
tw1 sela akar
tw2 tw
t2 t2
Bila kakinya tidak sama panjang, Grb.41.(c), maka tebal dihitung sebagai berikut,
t w1 . t w2
tt ......(33.b)
(t w1 ) 2 (t w2 ) 2
e) Ukuran maksimum las sudut sepanjang tepi (tw) komponen yang disambung adalah:
1) Untuk komponen dengan tebal kurang dari 6,4 mm, diambil setebal komponen.
6
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
2) Untuk komponen dengan tebal 6,4 mm atau lebih, diambil 1,6 mm kurang dari tebal
komponen, atau (tw – 1,6 mm), kecuali jika dirancang agar memperoleh tebal rencana
las tertentu, SNI pasal 13.5.3.3.
Lw
7
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
6). Las Baji dan Pasak (slot and plug welds) (SNI 03-1729-2002, pasal 13.5.4.).
a) Ukuran Las.
Las baji dan pasak (SNI, las pengisi), harus dianggap sebagai las sudut. Ukuran
minimumnya sama dengan yang berlaku untuk las sudut.
8
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
17x200
70 ton 70 ton
25x300
Gambar 46 :
Pilihan pelaksanaan 10 170
las, dapat dilakukan
cara pertama atau 17x200 17x200
cara kedua.
25x300 25x300
9
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , Modul 6 Sesi 4, 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
20
17x200
25x300
Diameter pasak, d = 20 mm
Luas bidang geser pasak,
Aw = ¼ d2 = 0,25 . (3,14). (20 mm)2 = 314 mm2.
10