(DESIGN-FABRIKASI-INSTALASI)
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
Puji syukur KAMI panjatkan khadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Baja merupakan salah satu bahan struktur bangunan yang sangat popular dikalangan
masyarakat. Makalah ini membahas tentang METODE KONSTRUKSI BAJA
(DESIGN-FABRIKASI-INSTALASI)
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
kami meminta saran dan masukan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini
kedepannya.
Penyusun,
IMANUDIN M. A.
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I pendahuluan
a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
Bab II pembahasan
a. dimaksud baja ringan
b. kuat tekan
c. bentuk pemodelan den metode FEM
a. kesimpulan
b. saran
daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Bahan dari konstruksi baja yang dibuat berupa berprofil dan pelat dari bahan
campuran besi yang telah dicampur dengan bahan unsur karbon yang melalui proses
pengolahan. Struktur baja yang mempunyai kekuatan yang tinggi dan konstruksi
profil baja yang mudah di bongkar pasang. Pada pelaksanaannya sambungan berprofil
kolom ke profil balok menggunakan baut mutu tinggi yang di sambung kaku.
Tujuan
PEMBAHASAN
Dalam desain dan konstruksi struktur apa pun, sejumlah besar persyaratan
desain yang saling terkait harus dipertimbangkan pada setiap tahap dalam proses
desain, termasuk juga dalam hal desain struktur baja.
Dalam hal ini, umumnya terdapat tiga tahapan desain, yang di antaranya
adalah sebagai berikut:
Dalam praktiknya, jarang ada perbedaan yang jelas antara setiap tahap desain.
Desain konseptual dan pendahuluan sering dikembangkan bersama karena
menentukan dimensi batang sebagai perkiraan dan mungkin saja meningkatkan tahap
desain lanjutan.
Detail umum dari struktur rangka portal baja ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Gambaran berikut dimaksudkan untuk memberi pemahaman terkait
hubungan antar elemen dengan konstruksi akhir, sehingga keputusan yang diperlukan
pada setiap tahap dalam proses desain dapat dibuat dengan pemahaman implikasinya.
e) Pengekang pada no 2, 3, 4 dan 5 pada poin (a)
Gambar 1. Seluruh gambar di atas merupakan detail tipikal dari gedung yang menggunakan
struktur portal frame (Salter, 2004)
1. Material baja
SNI 1729:2015 telah mengatur mengenai kualitas material baja yang harus
digunakan yang pada dasarnya mengikuti standar ASTM (American Society for
Testing and Materials). Umumnya, material yang digunakan adalah BJ 37 untuk baja
struktural.
2. Dimensi batang
Keputusan penting pada tahap desain konseptual adalah ukuran tinggi dan
lebar keseluruhan frame, di mana untuk memberikan dimensi internal yang jelas dan
fungsi internal bangunan yang mewadai. Dimensi yang akurat hanya dapat ditentukan
dengan melakukan desain pendahuluan untuk menentukan ukuran batang.
3. Rafter dan Haunch
Eaves haunch dapat dipotong dari bagian canai panas atau dibuat dari plat. Stek dari
bagian yang digulung umumnya lebih disukai dan akan lebih mudah untuk
menggunakan bagian yang serupa dengan kolom atau rafter, meskipun ukuran
sebenarnya dapat ditentukan oleh pertimbangan stabilitas dan koneksi. Harus diakui,
jika haunch dibuat dari ukuran dan berat penampang yang sama dengan rafter, yang
mana tidak selalu memungkinkan sambungan untuk mencapai ketahanan lentur yang
diperlukan. Dalam hal desain sambungan, haunch yang lebih dalam dan lebih berat
mungkin akan lebih cocok. Hal ini akan mengurangi gaya tarik di baut dan gaya tekan
di bagian bawah haunch sehingga akan mengurangi ukuran baut dan persyaratan
pengerasan. Hal ini juga akan mengurangi gaya geser (yang disebabkan
oleh stress pada baut) di bagian atas kolom. Meningkatkan berat bagian dari mana
potongan itu juga meningkatkan stabilitas potongan tersebut.
Setidaknya ada dua definisi yang berbeda dari istilah “panjang haunch” yang umum
digunakan. Salah satunya adalah panjang dari titik persimpangan garis tengah kolom
dan rafter ke ujung haunch. Sementara yang lain adalah dari muka kolom sampai
ujung haunch (lihat Gambar 2).
Untuk dinding yang lebih tinggi, pengekangan lateral mungkin diperlukan di bagian
atas dan/atau ketinggian pertengahan dinding. Hal ini dapat dicapai dengan
menyediakan bagian canai panas kecil (hot rolled coil) beserta webnya yang
ditempatkan secara horizontal. Atau sebagai alternatif, bagian C atau Z dibentuk
dingin (cold formed).
Ini adalah praktik umum untuk memberikan penahan pada bidang vertikal di
setiap ujung bangunan. Lokasi bracing umumnya tidak akan mempengaruhi desain
awal frame. Jika terdapat bukaan besar di sisi bangunan, mungkin perlu untuk
menyediakan portal-portal yang rata (portal-portal angin) untuk menguatkan diagonal
pada bidang vertikal. Kekakuan dan stabilitas portal-portal angin ini harus
dipertimbangkan secara hati-hati. Dimasukkannya portal-portal angin semacam ini
dapat membatasi lebar bukaan pintu, sehingga hal ini harus dipertimbangkan saat
tahap desain konseptual.
10. Eaves Strut/ Tie
11. Eaves Beam
Eaves beam biasanya menggunakan baja ringan. Namun, tidak masalah jika
menggunakan baja konvensional dengan penampang yang tipis. Fungsi utama
keduanya adalah untuk mendukung pelapis atap, dinding samping, dan talang air di
sepanjang atap.
13. Sambungan
14. Stiffener Kolom
16. Gaya
Portal frame tidak terlalu baik dalam menahan beban dampak lokal (kecuali
jika dirancang khusus untuk melakukannya), karena ukuran batang yang sederhana.
Namun, struktur tersebut harus dilindungi terhadap kekuatan yang mungkin terjadi.
Misalnya adalah dampak dari kendaraan. Perlindungan seperti ini dapat dilakukan
dengan menggunakan trotoar yang berdiri di atas pondasi independen atau dengan
selubung beton bertulang di sekitar kolom dengan ketinggian setidaknya 1,5 m.
Ringkasan desain
Pelat
Penampang ringan
Papan
Sudut
Kelongsong
Struktur penampang
Baut
2. Proses
a) Terdapat peningkatan dan perkembangan dalam hal produktifitas dan
kualitas dari material baja dan konstruksi pada umumnya di seluruh
dunia selama beberapa dekade belakangan ini. Pengembangan
teknologi adalah mesin penggerak dari semua perkembangan ini.
Dikarenakan riset yang dilakukan secara pesat oleh pabrikan ataupun
institusi pendidikan, industri kerangka baja mengalami peningkatan
tajam.
b) Pelat dan penampang diantarkan ke sebuah gudang baja. Dari sana lalu
di proses ke alur fabrikasi yang sangat tertata dan cepat.
c) Shot blasting dapat dilakukan di tahap ini, bergantung pada keputusan
dari pabrikan, hal ini dilakukan untuk mempersiapkan permukaan
sebelum di cat.
d) Primer pra-fabrikasi dilakukan untuk menjaga bagian-bagian hingga
dilakukannya pelapisan menggunakan cat.
e) Penampang dipotong dengan ukuran tertentu dan pelat disesuaikan
dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan secara otomatis
menggunakan mesin. Pemotongan dilakukan menggunakan bermacam
cara, termasuk diantaranya: Gergaji bundar, Gas, Api, Plasma
f) Pengeboran lubang-lubang.
g) Pembengkokan untuk struktur lengkung; penampang, pelat dan tabung
semuanya bisa dilengkungkan.
3. Pengelasan
Salah satu proses terpenting dari fabrikasi baja adalah pengelasan. Proses ini
akan merapatkan dan mengencangkan persendian dan sambungan dari satu bagian
dengan yang lain. Beragam teknik digunakan untuk memanaskan dan mencairkan
persendian di posisinya, dan material pengisi lalu digunakan untuk menyambungkan
dan memperkuat persendian dan memberikan daya topang. Pabrikan baja modern
memahami bahwa proses ini sangatlah kompleks dan memerlukan presisi mulai dari
awal produksi pelat hingga pengangkutan dan pengantaran semuanya harus mengikuti
standar yang berlaku agar produk yang dihasilkan benar-benar sempurna dan sesuai
kebutuhan. Mereka memiliki protokol manajemen kualitas dan prosedur yang harus
diikuti untuk memenuhi kebutuhan industri. Pemahaman mengenai proses tentu saja
akan sangat membantu bagi para pengembang ataupun perusahaan konstruksi yang
bersinggungan dengan fabrikasi struktur baja.
1) Marking
Tahapan ini merupakan tahapan awal dari proses fabrikasi, dimana
dillaksanakan pemindahan gambar dari gambar kerja (shop drawing) material
kerja/ baja dengan skala 1:1.
2) Cutting
Setelah proses pemindahan gambar ke material selesai,
selanjutnya dilakukan pemotongan material. sehingga sesuai dengan shop
drawing.
3) Drilling
Yang dimaksud dengan drilling yaitu proses pembuatan lubang pada benda
kerja,yang nantinya akan menjadi tempat untuk pemasanagan baut. Titik mana
sajayang harus diberi lubang, pedomannya tetap di shop drawing.
4) Fitting/Assembly
Merupakan tahapan untuk menyatukan material bahan yang sudah terpotong
pada proses cutting, menjadi satu komponen konstruksi baja yang sesuai deng
an shopdrawing. Penyatuan potongan material pada tahap ini hanya dengan
tack weldsaja. kemudian dilaksanakan pengecekan ukuran/ dimensi.
5) Welding
Apabila material sudah difitting dan dipastikan sudah sesuai dengan shopdraw
ing, baru masuk tahap berikutnya yaitu dilakukan pengelasan penuh,tentunya
sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
6) Finishing
Di tahap ini dilakukan proses pembersihan dari sisa proses fabrikasi,
seperti : bekas pemotongan/ drilling yang masih tajam, bekas pengelasan,
bekas alat bantuyang digunakan saat fitting dll.Untuk fabrikasi konstruksi
baja, proses finishing sebaiknya dilakukan sebelum proses pengecatan,
sehingga tidak merusak hasil pengecatan.
7) Painting
Pada tahap ini material yang sudah jadi akan dilapisi dengan cat, sehingga
akan dilindungi dari karat/ korosi. Tentunya dilaksanakan sesuai dengan
spesifikasiyang telah ditentukan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan adanya modifikasi dari badan profil terbukti dapat meningkatkan
kemampuan tekan dengan mereduksi tekuk lokal yang terjadi pada profil.
Rasio kelangsingan merupakan parameter yang berpengaruh pada besarnya
peningkatan beban kritis tekuk akibat modifikasi bentuk badan profil. Semakin
besar rasio kelangsingan maka peningkatan yang terjadi tidak akan signifikan.
B. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan perhitungan
struktur dalam tugas makalah ini adalah.
1. Setiap penampang kolom baja ringan yang baru perlu diverifikasi dengan
pengujian laboratorium atau simulasi elemen hingga nonlinear.
2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya terhadap failure mode yang
disebabkan adanya modifikasi bentuk badan profil.
3. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya terhadap pengaruh eksentrisitas dan
ketidaklurusan batang pada tekuk profil.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous ,2007. Appendix 1 Design of Cold-Formed Steel Structural
Member Using the Direct Strength Method.
Bargess, M. F., C. Lesmana, dan R. Y. Tallar. 2009. Analisis struktur bending
dengan metode elemen hingga. Jurnal Teknik Sipil. Volume 5 Nomor 1.
Cook, 2002. Concepts and Applications of Finite Element Analysis. 4th ed.
John Wiley& Sons, Ltd. Dewobroto. W, 2015. Struktur Baja. Lumina Press :
Jakarta.
Felippa, Carlos A. 2013. “Introduction To Finite Element Methods (ASEN
5007)” Course Material. Kang, T.H.K, et al. 2013. Buckling Modes of Cold
Formes Steel Columns.
Meiyalagan. M, 2010. Investigation on Cold – formed C Section Long
Column with intermediate Stiffner & Corner Lips-under Axial Compression.
Internatonal Journal of Apllied Engineering Research, Dindigul. Vol.1 No.1.
Oentong, 2000. Konstruksi Baja. Yogyakarta
Ross, G.F, 1985. Finite Element Method in Structural Mechanic, Ellis
Howard Limite, Chicester Segui, W.T, 2007. Steel Design. 4th ed. Canada:
Chris Carson.
Setiawan. A, 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan metode LFRD,
Erlangga.: Jakarta
Schafer, B.W, 2000.Distortional Buckling of Cold-Formed Steel Columns :
Final Report . American Iron and Steel Institute, Washington. D.C.
Schafer B.W, 2001. Thin-walled Column Design Considering Local,
Distortional, and Euler Buckling. ASCE Journal of Structural Engineering, 128
(3). 289-299
Susatio, Y., 2004, Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga, Andi Offset,
Yogyakarta.
Ansys Mechanical APDL Element Reference
Ansys Mechanical APDL Material Reference
Ansys Mechanical APDLI Structural Analysis Guide
Wang C, et al, 2016. Compression Tests and Numerical Analysis of Web-
Stiffened Channels With Complex Edge Stiffeners.
Yu, W.W, 2000. Cold-Formed Steel Design, 3rd ed. John Wiley and Sons,
New York.