CIVIL ENGINEERING
A. Pengertian Irigasi
Irigasi adalah kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan usaha mendapatkan air untuk
sawah, ladang, perkebunan dan usaha lain-lain. Usaha tersebut berupa :
B. Tujuan Irigasi
Tujuan irigasi adalah membasahi tanah agar dapat mencapai suatu kondisi tanah yang
baik untuk pertumbuhan tanaman. (Teknik Sumber Daya Air, 1996).
C. Areal Irigasi
Areal irigasi adalah daerah-daerah yang dapat diairi semaksimal mungkin, dimana
airnya diambil dari bangunan sadap utama. Batas keliling areal diambil dari petak-petak
tersier terluar.
1. Wilayah (region) adalah areal yang airnya diambil dari beberapa bangunan sadap
utama yang selanjutnya dibawa ke jaringan irigasi tunggal / majemuk.
2. Daerah (zone) adalah areal yang airnya diambil dari satu bangunan sadap utama.
3. Petak primer adalah areal yang airnya diambil dari sebuah saluran-saluran primer dan
terdiri dari beberapa petak-petak sekunder.
4. Petak sekunder adalah areal yang airnya diambil dari sebuah saluran-saluran sekunder
dan terdiri dari beberapa petak-petak tersier.
5. Petak tersier adalah areal yang airnya diambil dari saluran-saluran tersier dan terdiri
dari beberapa petak kwarter (sawah).
6. Areal mati adalah areal yang tidak dapat diairi dari suatu sistem irigasi.
7. Areal bruto (gross irrigable area) adalah keseluruhan areal irigasi baik yang mendapat
air maupun yang tidak mendapat air irigasi karena permukaan tanah lebih tinggi, jalan
ispeksi dan lain-lain.
8. Areal netto (culturable irrigation area) areal bersih yang mendapat air.
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
D. Petak Petak
Peta petak adalah suatu peta yang menerangkan suatu lokasi dari sistem jaringan
irigasi yang akan diairi. Peta ini memuat arah saluran, letak bangunan, batas-batas jalan,
batas-batas pembuang alam, daerah yang dapat diairi dan yang tidak dapat diairi.
Penentuan peta petak ini di dasarkan pada kondisi topografi yang tergambar pada peta
situasi seperti dapat dilihat pada tabel 1.
1. Petak Sekunder adalah suatu petak yang berupa kumpulan dari beberapa petak yang
mendapat air / pengambilannya dari saluran sekunder.
2. Petak tersier didasarkan pada kondisi topografi daerah itu hendaknya diatur sebaik
mungkin, sedemikian rupa sehingga satu petak tersier terletak dalam satu daerah
administrasi desa. Jika ada dua desa dalam satu petak tersier yang luas dianjurkan
untuk membagi petak tersier tersebut menjadi dua petak sub tersier yang
berdampingan sesuai dengan daerah desa masing-masing.
3. Petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan pembuang kuarter yang
memotong kemiringan medan dan saluran irigasi tersier serta pembuang tersier atau
primer yang mengikuti kemiringan medan. Jika mungkin batas-batas ini bertepatan
dengan batas-batas hak milik tanah.
4. Dari kriteria umum pengembangan patak, maka dipilih pengembangan petak ukuran
petak tersier dimana untuk luasan petak tersier adalah 50 – 100 Ha.
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
E. Trase Saluran
Trase saluran merupakan jalur rencana saluran yang dibuat dari kondisi topografi
tentang penggambaran baik berupa relief tanah, alur-alur, jalan, batas kampung, sungai,
yang menunjang dalam perencanaan jaringan irigasi.
F. Jaringan Irigasi
Bangunan
Bangunan Bangunan
Bangunan Utama Permanen atau
permanen sementara
semi permanen
Kemampuan
bangunan dalam
mengukur dan Baik Sedang Jelek
mengatur debit
terpisah menjadi
Satu
Dikembangkan
Petak tersier - -
Sepenuhnya
Efisiensi secara
50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %
keseluruhan
teratur
G. Tata Nama/Nomenklatur
1. Pengertian
Nomenklatur atau tata nama petunjuk atau indeks yang jelas dan singkat dari
suatu objek, baik itu petak, saluran atau bangunan, bangunan bagi, bangunan silang
dan lain sebagainya, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan eksploitasi dan
pemeliharaan dari tiap-tiap bagian dari jaringan irigasi.
2. Ketentuan Nomenklatur
Dalam pemberian tata nama pada suatu jaringan irigasi, harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Singkat dan jelas, jika mungkin hanya terdiri dari satu huruf
b. Huruf ini harus menyatakan petak, saluran atau bangunan
c. Dibedakan antara saluran pembawa dan pembuang
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
a. Daerah Irigasi
Daerah irigasi diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat atau desa penting
didaerah itu. Contohnya adalah pada peta pengerjaan studio perancangan irigasi
dan bangunan air merupakan daerah sungai Tiloan dan juga sungai Buol. Maka
dengan begitu untuk penamaan irigasi menggunakan nama sungai atau daerah
dimana irigasi tersebut dibuat, maka penamaan irigasi tersebut adalah irigasi Buol.
Apabila ada dua pengambilan atau lebih, maka daerah irigasi tersebut sebaiknya
diberi nama sesuai dengan desa-desa terkenal didaerah layanan tersebut.
b. Saluran irigasi
1) Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah irigasi
yang dilayani, contoh Saluran Irigasi Buol.
2) Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak
dipetak sekunder. Petak sekunder akan diberi nama sesuai dengan nama
saluran sekunder. Sebagai contoh saluran sekunder Buol mengambil nama
yang terletak dipetak sekunder Buol. Saluran dibagi menjadi ruas-ruas yang
berkapasitas sama. Misalnya RS 2 adalah ruas saluran sekunder (S) antara
bangunan sadap BS 1 dan BS 2.
c. Bangunan-Bangunan Irigasi
Untuk keperluan irigasi tentunya diperlukannya sebuah jaringan irigasi teknis
dengan membuat bangunan-bangunan irigasi yang diantaranya seperti dibawah ini
:
1) Bangunan Sadap Utama
Untuk mendapatkan air , pengambilan dapat dilakukan melalui :
a) Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibangun ditepi sungai yang
berfungsi untuk mengalirkan air kedalam suatu jaringan irigasi..
b) Bendung
Bendung adalah bangunan yang dibangun melintang sungai yang berfungsi
untuk meninggikan muka air,kemudian dialirkan kejaringan irigasi.
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
c) Waduk
Waduk adalah bangunan yang berfugsi untuk menampung air pada waktu
surplus air dan dipakai sewaktu-waktu bila terjadi kekurangan air.
d) Stasiun Pompa
Irigasi pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara grafitasi
ternyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis.
2) Bangunan Bagi
Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer sekunder, maka akan dibuat
bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti
mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu
dari pintu-pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air,
sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur debit.
3) Bangunan Sadap
a. Bangunan sadap sekunder akan memberi air kesaluran sekunder dan
melayani lebih dari satu petak tersier, oleh sebab itu kapasitas bangunan-
bangunan sadap ini lebih dari sekitar 0,250 m3/det.
b. Bangunan sadap tersier akan memberi air kesaluran tersier, kapasitas
bangunan sadap ini berkisar 50 l/dt sampai 250 l/dt.
H. Perencanaan Saluran
Perencanaan hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip teknis yang andal, tetapi juga
harus dapat memenuhi keinginan yang diajukan para pemakai air. Kapasitas saluran irigasi
ditentukan oleh kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan.
I. Kapasitas rencana
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
1. Debit Rencana
Debit rencana di saluran di hitung berdasarkan kebutuhan bersih air disawah, efisiensi
dan luas areal yang akan diairi. (KP – 03, 2010)
Persamaan untuk menghitung debit rencana saluran sebagai berikut :
c. NFR . A
Q ( Ltr / det ) .................................................................(Pers 1)
e . 8,64
Dimana :
3. Efisiensi
Akibat eksploitasi dan rembesan, sebagian air yang dibagikan akan hilang
sebelum mencapai tanaman padi. Kehilangan air akibat evaporasi dan perembesan
kecil saja dibanding kehilangan akibat eksploitasi.
Pada umumnya kehilangan air di irigasi akibat kemungkinan diatas dapat dibagi-bagi
sebagai berikut : (KP – 03, 2010)
Pada umumnya penampang saluran dibuat trapesium karena memiliki efisiensi yang
tinggi dalam mengalirkan air. Untuk perencanaan ruas aliran saluran dianggap sebagai
aliran tetap, dan untuk itu diterapkan aliran yang juga dikenal sebagai rumus Strickler.
Berikut ini merupakan gambar saluran parameter melintang dari penampang yang
dibuat trapesium.
1,50 - 2,00
0,50 1 : 20
h
Saluran tersier k = 35
b 0,30
w 0,20
0,40 1,00-1,50
h 1:1
Ketentuan dimensi dan kecepatan minimum yang disyaratkan pada saluran tanpa
pasangan juga berlaku untuk saluran pasangan. Harga koefisien k diambil sebagai berikut :
w
0,50
w
Pasangan batu
0,20 cm
0,40
0,20
Koperan
w
0,50w
ww Pasangan ubin
beton talud saja
Mortar 0,5 0.07-0,10
0,20
0 cm
0,20
Pangkal pasangan batu
w
0,50w Pasangan ubin
ww beton talud dan
dasar
Mortar 0.07-0,10
0,5
0 cm
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
Persamaan untuk menghitung ruas saluran sebagai berikut : (KP – 03, 2010) :
Q = VxA .............................................................................(Pers. 2)
A
R = ( m ) ................................................................................(Pers. 4)
P
A = ( b + m.h ) h ( m2 ) ..................................................................(Pers. 5)
P = b + 2.h m 2 1 ( m ) .............................................................(Pers. 6)
b = n.h .....................................................................................(Pers. 7)
Dari persamaan rumus diatas dapat diuraikan menjadi persamaan rumus sebagai berikut :
Q = VxA
A
Q = (Kx x I1/2 ) x ( b + m.h ) h
P
2/3
(b m.h )h
Q = (Kx x I1/2 ) x ( b + m.h )
b 2.h m 2 1
2/3
(( n .h ) m.h )h
Q = (Kx x I1/2 ) x ( n.h + m.h ) h ………...(Pers. 8)
(n.h ) 2.h m 2 1
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
Dimana :
V = Kecepatan, m/det
P = Keliling basah, m
K. Kecepatan Saluran
Distribusi kecepatan maksimum disebabkan oleh tekan pada muka air akibat adanya
perbedaan fluida atau udara dan juga akibat gaya gesekan pada dasar maupun dinding
saluran, maka kecepatan aliran pada suatu potongan melintang saluran tidak seragam.
Ketidakseragaman ini disebabkan oleh bentuk tampak melintang saluran dilokasi saluran.
(Robert.J.K,2002).
Harga kecepatan minimum yang direncanakan untuk saluran tersier dan kuarter pada
saluran irigasi tanpa pasangan dapat dilihat pada tabel 3.
Harga k m1/3/det 35 30
Tanggul Tanggul
0,50 0,40
Lebar minimum mercu M
Jalan inspeksi Jalan inspeksi
v r k R 2 / 3 I r 1/ 2
dimana :
A
R = = Jari-jari hidrolis, m
P
Ir = Kemiringan rencana
Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian, talud saluran di rencana
securam mungkin. Bahan tanah, kedalaman saluran dan terjadinya rembesan akan
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
menentukan kemiringan maksimum untuk talut yang stabil. Kemiringan galian minimum
talud ( m ) dan perbandingan kedalaman dan lebar saluran ( n ) dapat dilihat pada tabel 4.
Lempung pasiran
N. Kemiringan Saluran
Penentuan kemiringan saluran rencana dapat dilakukan dengan cara mem-plot nilai
debit (Q) dan kemiringan medan (i) pada gambar 5- grafik perencanaan saluran irigasi
kuarter (k = 30 m1/3/dtk). Untuk perencanaan saluran pasangan, kemiringan saluran dapat
dilihat pada lampiran grafik.
CIVIL ENGINEERING
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
Gambar 8 Grafik perencanaan saluran pasangan beton (hanya pada talut k = 60 m1/3/dtk)
1) Plot titik pertemuan antara kemiringan yang ada Im dengan debit rencana Q (Im
versus Q).
2) Apabila titik hasil plot berada di bawah garis kecepatan minimum 0,20 m/dt maka di
atas Q tarik garis vertikal ke atas kemudian pilih satu titik sembarang yang terletak
diantara garis kecepatan minimum 0,20 m/dt dengan garis putus-putus saluran
pasangan atau bangunan terjun. Namun disarankan memilih titik tepat atau berada
disekitar garis kecepatan minimum agar pekerjaan timbunan menjadi kecil. Dari titik
yang telah dipilih, tarik garis horsontal ke kiri guna menentukan kemiringan rencana
(Ir).
3) Apabila titik hasil plot berada diantara garis kecepatan minimum 0,20 m/dt dengan
garis putus-putus maka kemiringan yang ada dapat digunakan sebagai kemiringan
rencana atau Ir = Im.
4) Apabila titik hasil plot berada di atas garis putus-putus maka kemiringan yang ada
dapat digunakan sebagai kemiringan rencana tetapi dengan syarat saluran harus
terbuat dari pasangan dan menggunakan grafik perencanaan untuk saluran pasangan
(Lampiran). Apabila tetap diinginkan saluran tanpa pasangan (saluran tanah) maka di
atas Q tarik garis vertikal ke bawah kemudian pilih satu titik sembarang yang terletak
diantara garis kecepatan minimum 0,20 m/dt dengan garis putus-putus untuk saluran
pasangan atau bangunan terjun dan pada saluran harus diberi bangunan terjun. Namun
disarankan untuk memilih titik tepat atau berada disekitar garis putus-putus agar
pekerjaan galian menjadi kecil. Dari titik yang telah dipilih, tarik garis horisontal ke
kiri untuk menentukan kemiringan rencana (Ir).
Apabila titik yang dipilih pada grafik tepat berada digaris b = h maka lebar dasar
saluran (b) dan tinggi air di saluran (h) sama besar. Tetapi apabila tidak berada tepat di
garis b = h maka kedalaman air (h) harus dicari dengan interpolasi menggunakan tabel 5
sampai tabel 9, dimana nilai F didapat dengan menurunkan rumus Strickler dan debit
sebagai berikut:
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
Q
k R 2 / 3 I r 1/ 2
A
Q
k R 2/3A
I r 1/ 2
Q
F .......................................................(Pers 11)
I r 1/ 2
---------------------------------------------------------------------------
B H ! F ! A
!-----------------------------------------------------!
(m) (m) ! k=25 k=30 k=35 k=50 k=60 k=70 ! (m2)
===========================================================================
.300 .100 .168 .201 .235 .335 .402 .469 .040
.300 .110 .198 .238 .278 .397 .476 .555 .045
.300 .120 .232 .278 .324 .463 .556 .649 .050
.300 .130 .267 .321 .374 .535 .642 .749 .056
.300 .140 .306 .367 .428 .612 .734 .856 .062
.300 .150 .347 .416 .486 .694 .833 .971 .068
.300 .160 .391 .469 .547 .781 .937 1.094 .074
.300 .170 .437 .524 .612 .874 1.049 1.224 .080
.300 .180 .486 .583 .681 .972 1.167 1.361 .086
.300 .190 .538 .646 .753 1.076 1.292 1.507 .093
.300 .200 .593 .712 .830 1.186 1.423 1.660 .100
.300 .210 .651 .781 .911 1.301 1.562 1.822 .107
.300 .220 .711 .854 .996 1.423 1.707 1.992 .114
.300 .230 .775 .930 1.085 1.550 1.860 2.170 .122
.300 .240 .842 1.010 1.178 1.683 2.020 2.357 .130
.300 .250 .911 1.094 1.276 1.823 2.187 2.552 .138
.300 .260 .984 1.181 1.378 1.969 2.362 2.756 .146
.300 .270 1.060 1.272 1.485 2.121 2.545 2.969 .154
.300 .280 1.140 1.368 1.596 2.279 2.735 3.191 .162
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
Dari grafik yang digunakan untuk menentukan kemiringan rencana diatas, lebar dasar
saluran dapat ditentukan. Cara penentuannya adalah pilih lebar dasar saluran yang
terletak di sebelah kanan dari titik yang telah dipilih dengan tetap memperhatikan
persyaratan teknis lebar minimum saluran yaitu 0,30 m untuk saluran tersier dan kuarter.
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
Tinggi jagaan di saluran tersier minimum 0,30 m dan di saluran kuarter minimum
0,20 m. Untuk praktisnya, biasanya diambil sebagai berikut :
MAUr MAHr Δh
Im = ............................................................... (Pers. 12)
L
Dimana :
MAUr
H1 ( 5 – 15 cm )
Ir x L MAHr
Tetapi apabila pada ruas saluran terdapat bangunan terjun, maka muka air udik
rencana dapat dilihat pada gambar 10 dengan persamaan yaitu :
MAUr
Gorong-gorong /
H2 Talang
H2
H1 ( 5 – 15 cm )
Ir x L MAHr
g f
h e
d
P c b
H100 H70 H
1%
A a
L L
Bangunan Sadap
Gorong-gorong Box Bagi Tersier Box Bagi Kuarter
Tersier dengan alat
( KP – 03, 2010 )
P = A + a + b + m . c + d + n . e + f + g + h + Z ........................... (Pers.16)
Dimana :
L = Panjang saluran, m
Elevasi muka air di udik pintu sadap (MAUps) diperoleh dari elevasi muka air dihilir
pintu sadap + kehilangan tinggi energi dipintu ukur.
Dimana :
5. Jalan Inspeksi
Jalan inspeksi merupakan jalan-jalan yang digunakan baik oleh oleh para petani,
kendaraan maupun ternak yang menghubungkan antara jaringan irigasi yang lain atau
jalan-jalan umum desa yang sudah ada. Jalan inspeksi biasanya dibangun diatas
tanggul saluran atau pembuang jika ini dianggap tidak ekonomis jarak maksimum
antara jalan inspeksi dan saluran atau pembuang adalah 300 m.
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
6. Menghitung nilai F 6.
Q 0,0270
F = 1/2 = = 1,101
Ir 0,0006 1/2
2
> A = b.h + m.h
2
= 0,30 . 0,2 + 1 . 0,2
= 0,13 m2
> P = b + 2h 1 + m2
2
= 0,30 + 2 . 0,2 1+ 1
= 0,98 m
A 0,13
> R = = = 0,13 m
P 0,98
6. Menghitung nilai F
Q 26,9663
F = 1/2 = = 0,739
Ir 0,0013 1/2
2
> A = b.h + m.h
2
= 0,25 . 0,25 + 1 . 0,25
= 0,125 m2
> P = b + 2h 1 + m2
2
= 0,25 + 2 . 0,2500 1+ 1
= 0,96 m
A 0,125
> R = = = 0,13 m
P 0,96
SALURAN BS-T1
Patok BS ( Timbunan 1)
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,200 1,200 2,636
2,197 1,200 3,471 2,180
1,817 1,580 2,871 2,081
1,317 1,580 1,580 1,580
1,000 1,200 1,200 2,636
Jumlah 10,323 11,114
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
11,11 - 10,32
=
2
= 0,396 m²
Patok BS ( Timbunan 2)
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
3,657 1,200 4,388 7,100
5,917 1,200 9,349 6,644
5,537 1,580 8,748 6,378
4,037 1,580 4,844 5,778
3,657 1,200 4,388 7,100
Jumlah 31,719 33,002
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
33,00 - 31,72
=
2
= 0,642 m²
Patok BS ( Galian )
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,914 1,200 0,995 3,113
2,594 0,520 1,349 1,695
3,260 0,520 3,912 2,049
3,940 1,200 4,728 2,297
1,914 1,200 0,995 3,113
Jumlah 11,979 12,266
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
12,27 - 11,98
=
2
= 0,143 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
SALURAN BS-T1
Patok T1 ( Timbunan 1) Patok T1 ( Timb
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,150 1,150 3,243
2,820 1,150 5,104 2,484
2,160 1,810 3,910 3,005
1,660 1,810 1,909 1,810
1,000 1,150 1,150 3,243
Jumlah 13,223 13,785
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
13,78 - 13,22
=
2
= 0,281 m²
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
36,47 - 36,07
=
2
= 0,196 m²
Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
17,46 - 14,92
=
2
= 1,269 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
SALURAN T1-T4
Patok T1 ( Timbunan 1) Patok T4 ( Timb
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,150 1,150 2,967
2,580 1,150 4,360 2,346
2,040 1,690 3,448 2,603
1,540 1,690 1,771 1,690
1,000 1,150 1,150 2,967
Jumlah 11,879 12,573
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
12,57 - 11,88
=
2
= 0,347 m²
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
31,73 - 30,97
=
2
= 0,382 m²
Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
16,19 - 15,15
=
2
= 0,521 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
SALURAN T1-T4
Patok T4 ( Timbunan 1) Patok T4 ( Timbun
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,150 1,150 3,196
2,779 1,150 4,974 2,460
2,139 1,790 3,829 2,934
1,639 1,790 1,885 1,790
1,000 1,150 1,150 3,196
Jumlah 12,988 13,575
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
13,58 - 12,99
=
2
= 0,294 m²
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
33,19 - 32,73
=
2
= 0,229 m²
Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
16,58 - 15,81
=
2
= 0,385 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
SALURAN T4 - K1
Patok T4 ( Timbunan 1) Patok K1 ( Timbu
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,150 1,150 2,921
2,540 1,150 4,242 2,323
2,020 1,670 3,373 2,538
1,520 1,670 1,748 1,670
1,000 1,150 1,150 2,921
Jumlah 11,663 12,373
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
12,37 - 11,66
=
2
= 0,355 m²
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
30,15 - 29,33
=
2
= 0,410 m²
Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
15,73 - 14,95
=
2
= 0,393 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
SALURAN T4 - K1
Patok K1 ( Timbunan 1) Patok T4 ( Timbun
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,250 1,250 3,175
2,540 1,250 4,496 2,525
2,020 1,770 3,575 2,690
1,520 1,770 1,900 1,770
1,000 1,250 1,250 3,175
Jumlah 12,471 13,335
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
13,34 - 12,47
=
2
= 0,432 m²
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
31,74 - 30,66
=
2
= 0,537 m²
Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
16,54 - 16,20
=
2
= 0,169 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
SALURAN T4 - b1
Patok T4 ( Timbunan 1) Patok K1 ( Timbun
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,150 1,150 2,553
2,220 1,150 3,463 2,082
1,810 1,560 2,824 2,193
1,406 1,560 1,617 1,560
1,000 1,150 1,150 2,553
Jumlah 10,204 10,941
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
10,94 - 10,20
=
2
= 0,369 m²
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
22,43 - 21,90
=
2
= 0,263 m²
Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
13,39 - 13,12
=
2
= 0,134 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
SALURAN K1 - c1
Patok K1 ( Timbunan 1)
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,240 1,240 2,753
2,220 1,240 3,663 2,244
1,810 1,650 2,987 2,327
1,410 1,650 1,748 1,650
1,000 1,240 1,240 2,753
Jumlah 10,878 11,727
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
11,73 - 10,88
=
2
= 0,424 m²
Patok K1 ( Timbunan 2)
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
2,670 1,240 3,311 5,568
4,490 1,240 7,409 5,059
4,080 1,650 6,732 5,082
3,080 1,650 3,819 4,406
2,670 1,240 3,311 5,568
Jumlah 24,581 25,682
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
25,68 - 24,58
=
2
= 0,550 m²
Patok K1 ( Galian )
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
2,220 1,240 2,531 2,877
2,320 1,140 2,645 2,930
2,570 1,140 3,187 3,044
2,670 1,240 3,311 2,753
2,220 1,240 2,531 2,877
Jumlah 14,204 14,480
Sehingga, luas timbunan adalah:
Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
14,48 - 14,20
=
2
= 0,138 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING
Timbunan Galian
Luasan Rata -rata Rata -rata
Nama Patok Nama saluran Jarak Patok (m) Volume Luasan Volume
(A1 + A2) Luasan Luasan
(m²) (m²) (m³) (m²) (m²) (m³)
BS 1,04 0,14
BS -T1 514 0,76 389,36 0,71 362,88
T1 0,48 1,27
T1 0,73 0,52
T1 - T4 340 0,63 212,84 0,45 154,02
T4 0,52 0,39
T4 0,77 0,39
T4 - K1 340 0,87 294,78 0,28 95,54
K1 0,97 0,17
T4 0,63 0,13
T4 - b1 300 0,59 177,30 0,12 35,10
b1 0,55 0,10
K1 0,97 0,14
K1 - c1 300 0,91 272,10 0,12 37,20
c1 0,84 0,11