Anda di halaman 1dari 44

IRIGASI & BANGUNAN AIR 1

CIVIL ENGINEERING

TEORI DASAR IRIGASI

A. Pengertian Irigasi
Irigasi adalah kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan usaha mendapatkan air untuk
sawah, ladang, perkebunan dan usaha lain-lain. Usaha tersebut berupa :

1. Membuat sarana dan prasarana untuk membagikan air secara teratur


2. Mebuang kelebihan air yang tidak diperlukan lagi.

B. Tujuan Irigasi
Tujuan irigasi adalah membasahi tanah agar dapat mencapai suatu kondisi tanah yang
baik untuk pertumbuhan tanaman. (Teknik Sumber Daya Air, 1996).

C. Areal Irigasi
Areal irigasi adalah daerah-daerah yang dapat diairi semaksimal mungkin, dimana
airnya diambil dari bangunan sadap utama. Batas keliling areal diambil dari petak-petak
tersier terluar.

Dalam irigasi khususnya jaringan ada beberapa istilah yaitu :

1. Wilayah (region) adalah areal yang airnya diambil dari beberapa bangunan sadap
utama yang selanjutnya dibawa ke jaringan irigasi tunggal / majemuk.
2. Daerah (zone) adalah areal yang airnya diambil dari satu bangunan sadap utama.
3. Petak primer adalah areal yang airnya diambil dari sebuah saluran-saluran primer dan
terdiri dari beberapa petak-petak sekunder.
4. Petak sekunder adalah areal yang airnya diambil dari sebuah saluran-saluran sekunder
dan terdiri dari beberapa petak-petak tersier.
5. Petak tersier adalah areal yang airnya diambil dari saluran-saluran tersier dan terdiri
dari beberapa petak kwarter (sawah).
6. Areal mati adalah areal yang tidak dapat diairi dari suatu sistem irigasi.
7. Areal bruto (gross irrigable area) adalah keseluruhan areal irigasi baik yang mendapat
air maupun yang tidak mendapat air irigasi karena permukaan tanah lebih tinggi, jalan
ispeksi dan lain-lain.
8. Areal netto (culturable irrigation area) areal bersih yang mendapat air.
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

D. Petak Petak

Peta petak adalah suatu peta yang menerangkan suatu lokasi dari sistem jaringan
irigasi yang akan diairi. Peta ini memuat arah saluran, letak bangunan, batas-batas jalan,
batas-batas pembuang alam, daerah yang dapat diairi dan yang tidak dapat diairi.
Penentuan peta petak ini di dasarkan pada kondisi topografi yang tergambar pada peta
situasi seperti dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kriteria umum untuk pengembangan petak

Ukuran Petak Luas ( Ha )

Ukuran petak sekunder 500 - 800 Ha

Ukuran petak tersier 50 - 100 Ha

Ukuran petak kuarter 8 – 15 Ha

Ukuran petak petani 0 – 1,75 Ha

Sumber : (KP – 01, 2010)

1. Petak Sekunder adalah suatu petak yang berupa kumpulan dari beberapa petak yang
mendapat air / pengambilannya dari saluran sekunder.
2. Petak tersier didasarkan pada kondisi topografi daerah itu hendaknya diatur sebaik
mungkin, sedemikian rupa sehingga satu petak tersier terletak dalam satu daerah
administrasi desa. Jika ada dua desa dalam satu petak tersier yang luas dianjurkan
untuk membagi petak tersier tersebut menjadi dua petak sub tersier yang
berdampingan sesuai dengan daerah desa masing-masing.
3. Petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan pembuang kuarter yang
memotong kemiringan medan dan saluran irigasi tersier serta pembuang tersier atau
primer yang mengikuti kemiringan medan. Jika mungkin batas-batas ini bertepatan
dengan batas-batas hak milik tanah.
4. Dari kriteria umum pengembangan patak, maka dipilih pengembangan petak ukuran
petak tersier dimana untuk luasan petak tersier adalah 50 – 100 Ha.
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

E. Trase Saluran

Trase saluran merupakan jalur rencana saluran yang dibuat dari kondisi topografi
tentang penggambaran baik berupa relief tanah, alur-alur, jalan, batas kampung, sungai,
yang menunjang dalam perencanaan jaringan irigasi.

Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yakni :

1. Daerah yang sudah diairi


2. Daerah yang belum diairi
Trase saluran terbagi atas trase saluran pembawa dan trase saluran pembuang. Jika
daerah irigasi baru akan dibangun, aturan yang sebaiknya diikuti adalah menetapkan
lokasi saluran pembuang terlebih dahulu, ini sudah ada kebanyakan di daerah tanah hujan.

F. Jaringan Irigasi

1. Sistem jaringan irigasi


Sistem jaringan irigasi dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Sistem irigasi tunggal (independent irrigation system) yaitu suatu sistem irigasi
dengan sumber air yang berasal dari satu bangunan sadap utama berupa waduk,
bendung atau rumah pompa yang letaknya masih dalam areal irigasi itu sendiri.
b. Sistem irigasi majemuk (dependent irrigation system) yaitu sistem irigasi dengan
sumber air yang berasal lebih dari satu bangunan sadap utama dan semuanya
terletak di dalam areal irigasi atau juga bangunan sadap utamanya terletak disuatu
jaringan irigasi ditempat lain. Dalam pengerjaan tugas studio perancangan irigasi
dan air menggunakan sistem irigasi tunggal (independent irrigation system) yaitu
suatu sistem irigasi dengan sumber air yang berasal dari satu bangunan sadap
utama.
2. Klasifikasi jaringan irigasi
Jaringan irigasi dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan, yaitu :

a. Jaringan irigasi sederhana


Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasi karena para pemakai air tergabung
dalam satu kelompok sosial yang sama, dan tidak diperlukan keterlibatan
pemerintah di dalam organisasi jaringan irigasi semacam ini.
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

b. Jaringan irigasi semi teknis


Adapun ciri-ciri dari sistem jaringan irigasi semi teknis ini antara lain :

1) Sudah dibangun beberapa bangunan permanen di jaringan saluran


2) Daerah pelayanan lebih luas dibandingkan dengan sistem jaringan irigasi
sederhana.
3) Organisasinya lebih rumit sehingga diperlukan lebih banyak keterlibatan
pemerintah dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum.
c. Jaringan irigasi teknis
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah pemisahan
antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang. Hal ini berarti baik saluran irigasi
maupun pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam irigasi
teknis petak tersier memiliki fungsi sentral. Petak tersier menerima air di suatu
tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa. Pembagian
air di dalam petak tersier diserahkan kepada para petani. Dalam hal-hal khusus,
dibuat sistem gabungan (fungsi saluran irigasi dan pembuang di gabung). Secara
sederhana klasifikasi jaringan irigasi kita lihat pada tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Jaringan Irigasi

Klasifikasi Jaringan Irigasi


Keterangan
Teknis Semi teknis Sederhana

Bangunan
Bangunan Bangunan
Bangunan Utama Permanen atau
permanen sementara
semi permanen

Kemampuan
bangunan dalam
mengukur dan Baik Sedang Jelek

mengatur debit

Saluran irigasi Saluran irigasi dan Saluran irigasi


Jaringan saluran dan Pembuang Pembuang tidak dan
terpisah
Selamanya Pembuang
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

terpisah menjadi

Satu

Dikembangkan
Petak tersier - -
Sepenuhnya

Efisiensi secara
50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %
keseluruhan

Tak lebih dari


Ukuran Tidak ada batasan Sampai 2.000 Ha
500 Ha

Ada ke seluruh Hanya sebagian Cenderung


Jalan Usaha Tani
areal areal tidak ada

Ada instansi yang


menangani Tidak ada O &
Kondisi O & P Belum teratur
Dilaksanakan P

teratur

Sumber : (KP – 01, 2010)

G. Tata Nama/Nomenklatur

1. Pengertian
Nomenklatur atau tata nama petunjuk atau indeks yang jelas dan singkat dari
suatu objek, baik itu petak, saluran atau bangunan, bangunan bagi, bangunan silang
dan lain sebagainya, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan eksploitasi dan
pemeliharaan dari tiap-tiap bagian dari jaringan irigasi.
2. Ketentuan Nomenklatur
Dalam pemberian tata nama pada suatu jaringan irigasi, harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Singkat dan jelas, jika mungkin hanya terdiri dari satu huruf
b. Huruf ini harus menyatakan petak, saluran atau bangunan
c. Dibedakan antara saluran pembawa dan pembuang
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

3. Tata cara pemberian nama


Secara umum huruf awal saluran irigasi diberi S, saluran drainase diberi D, bangunan-
bangunan bagi sadap diberi B dan kemudian diikuti dengan notasi lainnya.

a. Daerah Irigasi
Daerah irigasi diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat atau desa penting
didaerah itu. Contohnya adalah pada peta pengerjaan studio perancangan irigasi
dan bangunan air merupakan daerah sungai Tiloan dan juga sungai Buol. Maka
dengan begitu untuk penamaan irigasi menggunakan nama sungai atau daerah
dimana irigasi tersebut dibuat, maka penamaan irigasi tersebut adalah irigasi Buol.
Apabila ada dua pengambilan atau lebih, maka daerah irigasi tersebut sebaiknya
diberi nama sesuai dengan desa-desa terkenal didaerah layanan tersebut.
b. Saluran irigasi
1) Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah irigasi
yang dilayani, contoh Saluran Irigasi Buol.
2) Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak
dipetak sekunder. Petak sekunder akan diberi nama sesuai dengan nama
saluran sekunder. Sebagai contoh saluran sekunder Buol mengambil nama
yang terletak dipetak sekunder Buol. Saluran dibagi menjadi ruas-ruas yang
berkapasitas sama. Misalnya RS 2 adalah ruas saluran sekunder (S) antara
bangunan sadap BS 1 dan BS 2.
c. Bangunan-Bangunan Irigasi
Untuk keperluan irigasi tentunya diperlukannya sebuah jaringan irigasi teknis
dengan membuat bangunan-bangunan irigasi yang diantaranya seperti dibawah ini
:
1) Bangunan Sadap Utama
Untuk mendapatkan air , pengambilan dapat dilakukan melalui :
a) Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibangun ditepi sungai yang
berfungsi untuk mengalirkan air kedalam suatu jaringan irigasi..
b) Bendung
Bendung adalah bangunan yang dibangun melintang sungai yang berfungsi
untuk meninggikan muka air,kemudian dialirkan kejaringan irigasi.
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

c) Waduk
Waduk adalah bangunan yang berfugsi untuk menampung air pada waktu
surplus air dan dipakai sewaktu-waktu bila terjadi kekurangan air.
d) Stasiun Pompa
Irigasi pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara grafitasi
ternyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis.
2) Bangunan Bagi
Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer sekunder, maka akan dibuat
bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti
mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu
dari pintu-pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air,
sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur debit.
3) Bangunan Sadap
a. Bangunan sadap sekunder akan memberi air kesaluran sekunder dan
melayani lebih dari satu petak tersier, oleh sebab itu kapasitas bangunan-
bangunan sadap ini lebih dari sekitar 0,250 m3/det.
b. Bangunan sadap tersier akan memberi air kesaluran tersier, kapasitas
bangunan sadap ini berkisar 50 l/dt sampai 250 l/dt.

H. Perencanaan Saluran

Perencanaan hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip teknis yang andal, tetapi juga
harus dapat memenuhi keinginan yang diajukan para pemakai air. Kapasitas saluran irigasi
ditentukan oleh kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan.

Cara pemeliharaan saluran menentukan koefesien yang akan dipilih. Pemeliharaan


yang jelek akan menyebabkan kecepatan aliran akan menjadi rendah dan kemudian akan
diperlukan saluran yang lebih besar.

Saluran harus direncanakan sedemikian sehingga mempunyai efisiensi yang tinggi


dan biaya pembuatan yang ekonomis serta mudah dalam pengoperasiannya.

I. Kapasitas rencana
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

1. Debit Rencana
Debit rencana di saluran di hitung berdasarkan kebutuhan bersih air disawah, efisiensi
dan luas areal yang akan diairi. (KP – 03, 2010)
Persamaan untuk menghitung debit rencana saluran sebagai berikut :

c. NFR . A
Q ( Ltr / det ) .................................................................(Pers 1)
e . 8,64

Dimana :

Q = Debit rencana, m3/det

C = Koefesien pengurangan karena adanya sistem golongan ( c = 1 )

NFR = Kebutuhan bersih (netto) air disawah, m.lt/dt

A = Luas petak yang diairi, ha

e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan

2. Kebutuhan Air di sawah


Kebutuhan bersih air disawah (NFR) untuk padi dapat ditentukan oleh faktor-faktor
berikut :
a. Cara penyiapan lahan
b. Kebutuhan air untuk tananaman
c. Perkolasi dan rembesan
d. Pergantian lapisan air
e. Curah hujan efektif

3. Efisiensi
Akibat eksploitasi dan rembesan, sebagian air yang dibagikan akan hilang
sebelum mencapai tanaman padi. Kehilangan air akibat evaporasi dan perembesan
kecil saja dibanding kehilangan akibat eksploitasi.

Pada umumnya kehilangan air di irigasi akibat kemungkinan diatas dapat dibagi-bagi
sebagai berikut : (KP – 03, 2010)

Untuk saluran tersier e = 0,775 – 0,850 ( diambil 0,80 )


IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

Untuk saluran sekunder e = 0,875 – 0,925 ( diambil 0,90 )

Untuk saluran primer e = 0,875 – 0,925 ( diambil 0,90 )

J. Perencanaan Saluran Yang Stabil

Pada umumnya penampang saluran dibuat trapesium karena memiliki efisiensi yang
tinggi dalam mengalirkan air. Untuk perencanaan ruas aliran saluran dianggap sebagai
aliran tetap, dan untuk itu diterapkan aliran yang juga dikenal sebagai rumus Strickler.

Berikut ini merupakan gambar saluran parameter melintang dari penampang yang
dibuat trapesium.

1,50 - 2,00

0,50 1 : 20

1:1 1:1  0,50


w  0,30

h
Saluran tersier k = 35

b  0,30

w  0,20
0,40 1,00-1,50

h 1:1

Saluran kuarter k =30


b  0,30
30

Gambar 1 Potongan Melintang k=30 (Diktat Arodi Tanga dkk)

Ketentuan dimensi dan kecepatan minimum yang disyaratkan pada saluran tanpa
pasangan juga berlaku untuk saluran pasangan. Harga koefisien k diambil sebagai berikut :

- Pasangan batu k = 50 m1/3/dt

- Pasangan beton (untuk talud saja) k = 60 m1/3/dt


IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

- Pasangan beton (untuk talud dan dasar) k = 70 m1/3/dt

Tebal pasangan batu sekurang-kurangnya diambil 20 cm bila diameter batu yang


digunakan sekitar 15 cm. Pasangan beton atau yang dibuat dari ubin beton jauh lebih tipis
yakni 7 - 10 cm. Pada ujung dan dasar saluran diberi koperan.

w
0,50
w
Pasangan batu

0,20 cm

0,40

0,20
Koperan

Gambar 2 Potongan Melintang k=50 (Diktat Arodi Tanga dkk)

w
 0,50w
ww Pasangan ubin
beton talud saja
Mortar 0,5 0.07-0,10
0,20
0 cm
0,20
Pangkal pasangan batu

Gambar 3 Potongan Melintang k=60 (Diktat Arodi Tanga dkk)

w
 0,50w Pasangan ubin
ww beton talud dan
dasar
Mortar 0.07-0,10
0,5
0 cm
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

Gambar 4 Potongan Melintang k=70 (Diktat Arodi Tanga dkk)

Persamaan untuk menghitung ruas saluran sebagai berikut : (KP – 03, 2010) :

Q = VxA .............................................................................(Pers. 2)

v = K x R2/3 x I1/2 ( m/dt ) ...........................................................(Pers. 3)

A
R = ( m ) ................................................................................(Pers. 4)
P

A = ( b + m.h ) h ( m2 ) ..................................................................(Pers. 5)

P = b + 2.h m 2  1 ( m ) .............................................................(Pers. 6)

b = n.h .....................................................................................(Pers. 7)

Dari persamaan rumus diatas dapat diuraikan menjadi persamaan rumus sebagai berikut :

Q = VxA

Q = ( K x R2/3 x I1/2 ) x ( b + m.h ) h

A
Q = (Kx x I1/2 ) x ( b + m.h ) h
P

2/3
 (b  m.h )h 
Q = (Kx   x I1/2 ) x ( b + m.h )
 b  2.h m 2 1 
 

2/3
 (( n .h )  m.h )h 
Q = (Kx   x I1/2 ) x ( n.h + m.h ) h ………...(Pers. 8)
 (n.h )  2.h m 2 1 
 
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

Dimana :

V = Kecepatan, m/det

K = Koefesien kekasaran strickler, m1/3/det

R = Jari-jari hidrolis, m2/3

I = Kemiringan rencana saluran

A = Luas penampang basah, m2

P = Keliling basah, m

Q = Debit rencana, Ltr/det

b = Lebar dasar saluran, m

h = Kedalaman air saluran, m

n = Perbandingan kedalaman dan lebar saluran

m = Kemiringan talud horizontal / vertikal

K. Kecepatan Saluran

Distribusi kecepatan maksimum disebabkan oleh tekan pada muka air akibat adanya
perbedaan fluida atau udara dan juga akibat gaya gesekan pada dasar maupun dinding
saluran, maka kecepatan aliran pada suatu potongan melintang saluran tidak seragam.
Ketidakseragaman ini disebabkan oleh bentuk tampak melintang saluran dilokasi saluran.
(Robert.J.K,2002).

Kecepatan minimum yang diizinkan atau kecepatan tanpa pengendapan, merupakan


kecepatan terendah yang tidak menimbulkan sedimentasi dan mendorong pertumbuhan
tanaman air ganggang. Kecepatan ini sangat tidak menentu dan nilainya yang tidak tepat
dapat membawa pengaruh besar kecuali terhadap pertumbuhan tanaman. Umumnya dapat
dikatakan bahwa kecepatan rata-rata 2 sampai 3 kali perdetik dapat digunakan bila
presentase lanau ditunjukan dalam saluran kecil tidak kurang dari 2,5 perdetik dapat
mencegah pertumbuhan tanaman air yang dapat mengurangi kapasitas saluran tersebut.
(VenTeChow,1984).
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

Kecepatan maksimum yang di izinkan juga akan menentukan kecepatan rencana


untuk dasar saluran tanah dengan pasangan campuran. Prosedur perencanaan saluran
untuk saluran dengan pasangan adalah sama dengan prosedur perencanaan saluran tanah.

Harga kecepatan minimum yang direncanakan untuk saluran tersier dan kuarter pada
saluran irigasi tanpa pasangan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Perencanaan Untuk saluran Irigasi Tanpa Pasangan

Karakteristik perencanaan Satuan Saluran Tersier Saluran Kuarter

Kecepatan maksimum m/det Sesuai dengan grafik perencanaan

Kecepatan minimum m/det 0,20 0,20

Harga k m1/3/det 35 30

Lebar minimum dasar


M 0,30 0,30
saluran

Kemiringan talud M 1:1 1:1

Tanggul Tanggul

0,50 0,40
Lebar minimum mercu M
Jalan inspeksi Jalan inspeksi

1,50 – 2,00 m 1,50 – 2,00 m

Tinggi Jagaan minimum (W) m 0,30 0,30

Sumber : (KP – 05, 2010)

Batas kecepatan maksimum sesuai jenis-jenis bahan dasar saluran di anjurkan


pemakaiannya adalah sebagai berikut :

Pasangan Batu = 3,00 m/dt

Pasangan Pelat Beton = 3,00 m/dt


IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

Dapat ditentukan kecepatan rencana didalam saluran. Sebagai perhitungan kontrol


maka dilakukan perhitungan kecepatan dengan menggunakan rumus Strickler :

v r  k R 2 / 3 I r 1/ 2

dimana :

k = Koefisien Strikler yang digunakan, m1/3/dt

A
R = = Jari-jari hidrolis, m
P

A = bh  mh 2 = Luas penampang basah saluran, m2

P = b  2 h 1  m 2 = Keliling basah saluran, m

Ir = Kemiringan rencana

L. Koefesien Kekasaran Stickler

Koefesien kekasaran Stickler bergantung pada kekasaran permukaan saluran, ketidak


teraturan permukaan saluran, trase saluran, vegetasi dan sedimen. Pada saluran irigasi,
ketidakteraturan permukaan yang meyebabkan perubahan dalam keliling basah dan
potongan melintang mempunyai pengaruh lebih penting pada koefesien kekasaran saluran
daripada kekasaran permukaan. Koefisien kekasaran Strickler k (m1/3/det) yang dianjurkan
pemakaiannya untuk saluran pasangan adalah :

1. Pasangan batu 50 (m1/3/det)


2. Pasangan beton 60 (m1/3/det)
3. Pasangan tanah 35 – 45 (m1/3/det)
4. Ferrocemen 70 (m1/3/det)

M. Kemiringan minimum Talud

Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian, talud saluran di rencana
securam mungkin. Bahan tanah, kedalaman saluran dan terjadinya rembesan akan
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

menentukan kemiringan maksimum untuk talut yang stabil. Kemiringan galian minimum
talud ( m ) dan perbandingan kedalaman dan lebar saluran ( n ) dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Harga-harga kemiringan talut untuk saluran pasangan

Jenis tanah h < 0,75 m 0,75 m < h < 1,5 m

Lempung pasiran

Tanah pasiran kohesif 1 1

Tanah pasiran, lepas 1 1,25

Geluh pasiran, lempung berpori 1 1,5

Tanah gambut lunak 1,25 1,5

Sumber : (KP – 03, 2010)

N. Kemiringan Saluran

Kemiringan saluran diusahakan sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan yang


ada, selama itu tidak mengakibatkan munculnya kecepatan aliran di saluran yang
melampaui batas izin.

Kemiringan minimum dibuat untuk mencegah munculnya sedimentasi disaluran


sedangkan kemiringan maksimum untuk mencegah terjadinya erosi saluran. Untuk itu
keduanya harus dibatasi, sesuai Kriteria Perencanaan Irigasi.

Penentuan kemiringan saluran rencana dapat dilakukan dengan cara mem-plot nilai
debit (Q) dan kemiringan medan (i) pada gambar 5- grafik perencanaan saluran irigasi
kuarter (k = 30 m1/3/dtk). Untuk perencanaan saluran pasangan, kemiringan saluran dapat
dilihat pada lampiran grafik.
CIVIL ENGINEERING
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1

Gambar 5 Grafik perencanaan saluran irigasi kuarter (k = 30 m1/3/dtk)

Sumber : (KP – 05, 2010)


CIVIL ENGINEERING
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1

Gambar 6 Grafik perencanaan saluran tersier tanpa pasangan (k = 35 m1/3/dtk)

Sumber : (KP – 05, 2010)


CIVIL ENGINEERING
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1

Gambar 7 Grafik perencanaan saluran pasangan batu (k = 50 m1/3/dtk)

Sumber : (KP – 05, 2010)


CIVIL ENGINEERING
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1

Gambar 8 Grafik perencanaan saluran pasangan beton (hanya pada talut k = 60 m1/3/dtk)

Sumber : (KP – 05, 2010)


IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

Berikut langkah-langkah penentuan kemiringan saluran (Diktat, Arody Tanga dkk):

1) Plot titik pertemuan antara kemiringan yang ada Im dengan debit rencana Q (Im
versus Q).
2) Apabila titik hasil plot berada di bawah garis kecepatan minimum 0,20 m/dt maka di
atas Q tarik garis vertikal ke atas kemudian pilih satu titik sembarang yang terletak
diantara garis kecepatan minimum 0,20 m/dt dengan garis putus-putus saluran
pasangan atau bangunan terjun. Namun disarankan memilih titik tepat atau berada
disekitar garis kecepatan minimum agar pekerjaan timbunan menjadi kecil. Dari titik
yang telah dipilih, tarik garis horsontal ke kiri guna menentukan kemiringan rencana
(Ir).
3) Apabila titik hasil plot berada diantara garis kecepatan minimum 0,20 m/dt dengan
garis putus-putus maka kemiringan yang ada dapat digunakan sebagai kemiringan
rencana atau Ir = Im.
4) Apabila titik hasil plot berada di atas garis putus-putus maka kemiringan yang ada
dapat digunakan sebagai kemiringan rencana tetapi dengan syarat saluran harus
terbuat dari pasangan dan menggunakan grafik perencanaan untuk saluran pasangan
(Lampiran). Apabila tetap diinginkan saluran tanpa pasangan (saluran tanah) maka di
atas Q tarik garis vertikal ke bawah kemudian pilih satu titik sembarang yang terletak
diantara garis kecepatan minimum 0,20 m/dt dengan garis putus-putus untuk saluran
pasangan atau bangunan terjun dan pada saluran harus diberi bangunan terjun. Namun
disarankan untuk memilih titik tepat atau berada disekitar garis putus-putus agar
pekerjaan galian menjadi kecil. Dari titik yang telah dipilih, tarik garis horisontal ke
kiri untuk menentukan kemiringan rencana (Ir).

O. Tinggi Air di Saluran (h)

Apabila titik yang dipilih pada grafik tepat berada digaris b = h maka lebar dasar
saluran (b) dan tinggi air di saluran (h) sama besar. Tetapi apabila tidak berada tepat di
garis b = h maka kedalaman air (h) harus dicari dengan interpolasi menggunakan tabel 5
sampai tabel 9, dimana nilai F didapat dengan menurunkan rumus Strickler dan debit
sebagai berikut:
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

Rumus Strickler : v  k R 2/ 3 I 1/ 2 ..............................................................................(Pers 9)

Rumus debit : QvA ....................................................................(Pers 10)

Dari kedua rumus diatas dapat ditulis :

Q
 k R 2 / 3 I r 1/ 2
A

Q
k R 2/3A 
I r 1/ 2

Apabila F  k R 2 / 3 A maka dapat juga ditulis :

Q
F .......................................................(Pers 11)
I r 1/ 2

Untuk saluran tanpa pasangan, saluran kuarter menggunakan F dengan k = 30


sedangkan untuk saluran tersier menggunakan F dengan k = 35. Bila menggunakan
pasangan maka menggunakan F dengan k = 50 untuk saluran pasangan batu, F dengan k
= 60 bila talud saja dari beton dan F dengan k = 70 bila talud dan dasar dari beton.

Tabel 5. Dimensi saluran dengan lebar dasar saluran (b) = 0,3 m

---------------------------------------------------------------------------
B H ! F ! A
!-----------------------------------------------------!
(m) (m) ! k=25 k=30 k=35 k=50 k=60 k=70 ! (m2)
===========================================================================
.300 .100 .168 .201 .235 .335 .402 .469 .040
.300 .110 .198 .238 .278 .397 .476 .555 .045
.300 .120 .232 .278 .324 .463 .556 .649 .050
.300 .130 .267 .321 .374 .535 .642 .749 .056
.300 .140 .306 .367 .428 .612 .734 .856 .062
.300 .150 .347 .416 .486 .694 .833 .971 .068
.300 .160 .391 .469 .547 .781 .937 1.094 .074
.300 .170 .437 .524 .612 .874 1.049 1.224 .080
.300 .180 .486 .583 .681 .972 1.167 1.361 .086
.300 .190 .538 .646 .753 1.076 1.292 1.507 .093
.300 .200 .593 .712 .830 1.186 1.423 1.660 .100
.300 .210 .651 .781 .911 1.301 1.562 1.822 .107
.300 .220 .711 .854 .996 1.423 1.707 1.992 .114
.300 .230 .775 .930 1.085 1.550 1.860 2.170 .122
.300 .240 .842 1.010 1.178 1.683 2.020 2.357 .130
.300 .250 .911 1.094 1.276 1.823 2.187 2.552 .138
.300 .260 .984 1.181 1.378 1.969 2.362 2.756 .146
.300 .270 1.060 1.272 1.485 2.121 2.545 2.969 .154
.300 .280 1.140 1.368 1.596 2.279 2.735 3.191 .162
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

.300 .290 1.222 1.467 1.711 2.444 2.933 3.422 .171


.300 .300 1.308 1.570 1.831 2.616 3.139 3.663 .180
Sumber: Diktat, Arody Tanga dkk

Tabel 6. Dimensi saluran dengan lebar dasar saluran (b) = 0,35 m


---------------------------------------------------------------------------
B H ! F ! A
!-----------------------------------------------------!
(m) (m) ! k=25 k=30 k=35 k=50 k=60 k=70 ! (m2)
===========================================================================
.350 .100 .193 .232 .270 .386 .463 .541 .045
.350 .110 .228 .274 .319 .456 .547 .638 .051
.350 .120 .266 .319 .372 .531 .638 .744 .056
.350 .130 .306 .367 .429 .612 .735 .857 .062
.350 .140 .349 .419 .489 .699 .839 .978 .069
.350 .150 .395 .475 .554 .791 .949 1.107 .075
.350 .160 .444 .533 .622 .889 1.067 1.244 .082
.350 .170 .496 .595 .695 .992 1.191 1.389 .088
.350 .180 .551 .661 .771 1.102 1.322 1.543 .095
.350 .190 .609 .731 .852 1.218 1.461 1.705 .103
.350 .200 .670 .803 .937 1.339 1.607 1.875 .110
.350 .210 .733 .880 1.027 1.467 1.760 2.053 .118
.350 .220 .800 .960 1.120 1.601 1.921 2.241 .125
.350 .230 .870 1.044 1.219 1.741 2.089 2.437 .133
.350 .240 .944 1.132 1.321 1.887 2.265 2.642 .142
.350 .250 1.020 1.224 1.428 2.040 2.448 2.857 .150
.350 .260 1.100 1.320 1.540 2.200 2.640 3.080 .159
.350 .270 1.183 1.420 1.656 2.366 2.839 3.313 .167
.350 .280 1.270 1.524 1.777 2.539 3.047 3.555 .176
.350 .290 1.360 1.631 1.903 2.719 3.263 3.807 .186
.350 .300 1.453 1.743 2.034 2.906 3.487 4.068 .195
.350 .310 1.550 1.860 2.170 3.100 3.719 4.339 .205
.350 .320 1.650 1.980 2.310 3.300 3.960 4.620 .214
.350 .330 1.754 2.105 2.456 3.508 4.210 4.912 .224
.350 .340 1.862 2.234 2.607 3.724 4.468 5.213 .235
.350 .350 1.973 2.368 2.762 3.946 4.736 5.525 .245
Sumber: Diktat, Arody Tanga dkk

Tabel 7. Dimensi saluran dengan lebar dasar saluran (b) = 0,40 m


---------------------------------------------------------------------------
B H ! F ! A
!-----------------------------------------------------!
(m) (m) ! k=25 k=30 k=35 k=50 k=60 k=70 ! (m2)
===========================================================================
.400 .100 .219 .263 .306 .438 .525 .613 .050
.400 .110 .258 .310 .361 .516 .619 .722 .056
.400 .120 .300 .360 .420 .600 .720 .840 .062
.400 .130 .345 .414 .483 .691 .829 .967 .069
.400 .140 .393 .472 .551 .787 .944 1.102 .076
.400 .150 .445 .534 .622 .889 1.067 1.245 .083
.400 .160 .499 .599 .698 .998 1.197 1.397 .090
.400 .170 .556 .667 .779 1.112 1.335 1.557 .097
.400 .180 .617 .740 .863 1.233 1.480 1.727 .104
.400 .190 .680 .816 .952 1.360 1.633 1.905 .112
.400 .200 .747 .896 1.046 1.494 1.793 2.092 .120
.400 .210 .817 .981 1.144 1.634 1.961 2.288 .128
.400 .220 .890 1.068 1.247 1.781 2.137 2.493 .136
.400 .230 .967 1.160 1.354 1.934 2.321 2.708 .145
.400 .240 1.047 1.256 1.466 2.094 2.513 2.932 .154
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

.400 .250 1.130 1.356 1.583 2.261 2.713 3.165 .163


.400 .260 1.217 1.461 1.704 2.434 2.921 3.408 .172
.400 .270 1.308 1.569 1.831 2.615 3.138 3.661 .181
.400 .280 1.401 1.682 1.962 2.803 3.363 3.924 .190
.400 .290 1.499 1.798 2.098 2.997 3.597 4.196 .200
.400 .300 1.600 1.920 2.240 3.199 3.839 4.479 .210
.400 .310 1.704 2.045 2.386 3.409 4.090 4.772 .220
.400 .320 1.813 2.175 2.538 3.625 4.350 5.075 .230
.400 .330 1.925 2.310 2.695 3.849 4.619 5.389 .241
.400 .340 2.041 2.449 2.857 4.081 4.897 5.714 .252
.400 .350 2.160 2.592 3.024 4.320 5.184 6.048 .262
.400 .360 2.284 2.740 3.197 4.567 5.481 6.394 .274
.400 .370 2.411 2.893 3.376 4.822 5.787 6.751 .285
.400 .380 2.542 3.051 3.559 5.085 6.102 7.119 .296
.400 .390 2.678 3.213 3.749 5.356 6.427 7.498 .308
.400 .400 2.817 3.381 3.944 5.634 6.761 7.888 .320
Sumber: Diktat, Arody Tanga dkk

Tabel 8. Dimensi saluran dengan lebar dasar saluran (b) = 0,45 m


---------------------------------------------------------------------------
B H ! F ! A
!-----------------------------------------------------!
(m) (m) ! k=25 k=30 k=35 k=50 k=60 k=70 ! (m2)
===========================================================================
.450 .100 .245 .294 .343 .489 .587 .685 .055
.450 .110 .288 .346 .403 .576 .692 .807 .062
.450 .120 .335 .402 .469 .670 .804 .938 .068
.450 .130 .385 .462 .539 .769 .923 1.077 .075
.450 .140 .438 .525 .613 .876 1.051 1.226 .083
.450 .150 .494 .593 .692 .988 1.186 1.384 .090
.450 .160 .554 .665 .775 1.108 1.329 1.551 .098
.450 .170 .617 .740 .863 1.233 1.480 1.727 .105
.450 .180 .683 .820 .956 1.366 1.639 1.912 .113
.450 .190 .752 .903 1.053 1.505 1.806 2.107 .122
.450 .200 .825 .990 1.156 1.651 1.981 2.311 .130
.450 .210 .902 1.082 1.262 1.804 2.164 2.525 .139
.450 .220 .982 1.178 1.374 1.963 2.356 2.748 .147
.450 .230 1.065 1.278 1.491 2.130 2.556 2.981 .156
.450 .240 1.152 1.382 1.612 2.303 2.764 3.224 .166
.450 .250 1.242 1.490 1.739 2.484 2.981 3.477 .175
.450 .260 1.336 1.603 1.870 2.672 3.206 3.740 .185
.450 .270 1.433 1.720 2.007 2.867 3.440 4.014 .194
.450 .280 1.535 1.842 2.148 3.069 3.683 4.297 .204
.450 .290 1.640 1.967 2.295 3.279 3.935 4.591 .215
.450 .300 1.748 2.098 2.448 3.497 4.196 4.895 .225
.450 .310 1.861 2.233 2.605 3.722 4.466 5.210 .236
.450 .320 1.977 2.373 2.768 3.954 4.745 5.536 .246
.450 .330 2.097 2.517 2.936 4.195 5.034 5.872 .257
.450 .340 2.221 2.666 3.110 4.443 5.331 6.220 .269
.450 .350 2.349 2.819 3.289 4.699 5.639 6.579 .280
.450 .360 2.482 2.978 3.474 4.963 5.956 6.948 .292
.450 .370 2.618 3.141 3.665 5.235 6.282 7.329 .303
.450 .380 2.758 3.309 3.861 5.516 6.619 7.722 .315
.450 .390 2.902 3.483 4.063 5.804 6.965 8.126 .328
.450 .400 3.051 3.661 4.271 6.101 7.321 8.542 .340
.450 .410 3.203 3.844 4.485 6.406 7.688 8.969 .353
.450 .420 3.360 4.032 4.704 6.720 8.064 9.408 .365
.450 .430 3.521 4.226 4.930 7.043 8.451 9.860 .378
.450 .440 3.687 4.424 5.162 7.374 8.848 10.323 .392
.450 .450 3.857 4.628 5.399 7.713 9.256 10.799 .405
Sumber: Diktat, Arody Tanga dkk
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

Tabel 9. Dimensi saluran dengan lebar dasar saluran (b) = 0,50 m


---------------------------------------------------------------------------
B H ! F ! A
!-----------------------------------------------------!
(m) (m) ! k=25 k=30 k=35 k=50 k=60 k=70 ! (m2)
===========================================================================
.500 .100 .271 .325 .379 .541 .650 .758 .060
.500 .110 .318 .382 .446 .637 .764 .892 .067
.500 .120 .370 .444 .518 .740 .887 1.035 .074
.500 .130 .424 .509 .594 .849 1.019 1.188 .082
.500 .140 .483 .579 .676 .965 1.158 1.351 .090
.500 .150 .544 .653 .762 1.088 1.306 1.524 .098
.500 .160 .609 .731 .853 1.218 1.462 1.706 .106
.500 .170 .678 .813 .949 1.356 1.627 1.898 .114
.500 .180 .750 .900 1.050 1.500 1.800 2.099 .122
.500 .190 .825 .990 1.156 1.651 1.981 2.311 .131
.500 .200 .904 1.085 1.266 1.809 2.171 2.533 .140
.500 .210 .987 1.185 1.382 1.974 2.369 2.764 .149
.500 .220 1.074 1.288 1.503 2.147 2.576 3.006 .158
.500 .230 1.163 1.396 1.629 2.327 2.792 3.258 .168
.500 .240 1.257 1.509 1.760 2.514 3.017 3.520 .178
.500 .250 1.354 1.625 1.896 2.709 3.251 3.793 .188
.500 .260 1.456 1.747 2.038 2.911 3.493 4.076 .198
.500 .270 1.561 1.873 2.185 3.121 3.745 4.370 .208
.500 .280 1.669 2.003 2.337 3.339 4.006 4.674 .218
.500 .290 1.782 2.138 2.495 3.564 4.277 4.989 .229
.500 .300 1.898 2.278 2.658 3.797 4.556 5.315 .240
.500 .310 2.019 2.423 2.826 4.038 4.845 5.653 .251
.500 .320 2.143 2.572 3.001 4.287 5.144 6.001 .262
.500 .330 2.272 2.726 3.180 4.543 5.452 6.361 .274
.500 .340 2.404 2.885 3.366 4.808 5.770 6.732 .286
.500 .350 2.541 3.049 3.557 5.082 6.098 7.114 .297
.500 .360 2.682 3.218 3.754 5.363 6.436 7.508 .310
.500 .370 2.826 3.392 3.957 5.653 6.783 7.914 .322
.500 .380 2.976 3.571 4.166 5.951 7.141 8.332 .334
.500 .390 3.129 3.755 4.380 6.258 7.509 8.761 .347
.500 .400 3.287 3.944 4.601 6.573 7.888 9.202 .360
.500 .410 3.449 4.138 4.828 6.897 8.277 9.656 .373
.500 .420 3.615 4.338 5.061 7.230 8.676 10.122 .386
.500 .430 3.786 4.543 5.300 7.571 9.086 10.600 .400
.500 .440 3.961 4.753 5.545 7.922 9.506 11.090 .414
.500 .450 4.141 4.969 5.797 8.281 9.937 11.594 .427
.500 .460 4.325 5.190 6.055 8.650 10.380 12.109 .442
.500 .470 4.514 5.416 6.319 9.027 10.833 12.638 .456
.500 .480 4.707 5.648 6.590 9.414 11.297 13.180 .470
.500 .490 4.905 5.886 6.867 9.810 11.772 13.734 .485
.500 .500 5.108 6.129 7.151 10.215 12.259 14.302 .500
Sumber: Diktat, Arody Tanga dkk

P. Lebar Dasar Saluran (b)

Dari grafik yang digunakan untuk menentukan kemiringan rencana diatas, lebar dasar
saluran dapat ditentukan. Cara penentuannya adalah pilih lebar dasar saluran yang
terletak di sebelah kanan dari titik yang telah dipilih dengan tetap memperhatikan
persyaratan teknis lebar minimum saluran yaitu 0,30 m untuk saluran tersier dan kuarter.
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

Q. Tinggi jagaan (w)

Tinggi jagaan di saluran tersier minimum 0,30 m dan di saluran kuarter minimum
0,20 m. Untuk praktisnya, biasanya diambil sebagai berikut :

a. Saluran tersier w st  0,30  0,25h


b. Saluran kuarter w sk  0,20  0,25h

R. Elevasi Muka Air

1. Elevasi hilir dan udik saluran (UHS dan UUS)


Elevasi hilir (EHS) dan elevasi udik (EUS) setiap ruas saluran ditentukan langsung
dari garis-garis kontur peta topografi berdasarkan medan. Apabila ujung hilir atau
udik saluran terletak diantara dua garis kontur maka penentuan elevasinya diperoleh
dengan cara interpolasi linear.
2. Elevasi muka air sesuai medan (MAHr dan MAUm)
Elevasi muka air hilir rencana (MAHr) untuk saluran tersier didasarkan pada elevasi
muka air udik rencana tertinggi dibagian hilir boks yang dilayani + kehilangan tinggi
energi di boks tersebut (sebagai asumsi awal biasanya diambil 5 – 15 cm). Elevasi
muka air udik sesuai medan (MAUm) saluran tersier didasarkan pada eleveasi muka
air udik rencana tertinggi saluran kuarter dibagian hilir boks dimana saluran tersebut
mendapat air. Bila pada boks tersebut tidak terdapat saluran kuarter maka
penentuannya didasarkan pada elevasi udik saluran (EUS) sesuai kontur.

MAUr  MAHr  Δh
Im = ............................................................... (Pers. 12)
L

Dimana :

Im = Kemiringan medan yang ada

MAHr = Elevasi muka air hilir rencana

MAUm = Elevasi muka air udik rencana

L = Panjang Saluran (m)


IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

Δh1 = Jumlah perkiraan kehilangan energi digorong-gorong atau


talang,tidak termasuk bangunan terjun (sebagai asumsi awal diambil 5 –
15 cm perbangunan)

3. Muka Air Udik Rencana (MAUr)


Bila pada ruas saluran tidak terdapat bangunan terjun, maka muka air udik rencana
dapat dilihat pada gambar 9 dengan persamaan yaitu :
MAUr = MAHr + ( Ir x L ) + h1 ............................................................(Pers. 13)

MAUr
H1 ( 5 – 15 cm )

Ir x L MAHr

Gambar 9 Ilustrasi perhitungan muka air udik rencana (MAHr) tanpa


bangunan terjun ( KP – 01, 2010 )

Tetapi apabila pada ruas saluran terdapat bangunan terjun, maka muka air udik
rencana dapat dilihat pada gambar 10 dengan persamaan yaitu :

MAUr = MAUm .................................................................................. (Pers.14)

Dan diperoleh tinggi Bangunan Terjun :

Z = MAUr – MAHr - ( Ir x L ) - h1 .................................................. (Pers.15)

MAUr
Gorong-gorong /
H2 Talang
H2
H1 ( 5 – 15 cm )

Ir x L MAHr

Gambar 10 Ilustrasi perhitungan muka air udik rencana (MAHr) dengan


bangunan terjun ( KP – 01, 2010 )
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

4. Elevasi hilir dan udik pintu ukur (MAHps dan MAUps)


Elevasi muka air yang diperlukan dihilir pintu alat ukur bangunan sadap tersier
(MAHps) adalah elevesi muka air udik rencana (MAUr) saluran tersier muka yang
dilayaninya. Elevasi muka air yang diinginkan didasarkan pada tinggi muka air yang
diperlukan disawah yang diairi. Berikut ini pada Gambar 11 dapat dilihat ilustrasi
mengenai cara perhitungannya :

Sal. Sekunder Sal. Tersier Sal. Kuarter

g f
h e
d
P c b

H100 H70 H
1%

A a

L L

Bangunan Sadap
Gorong-gorong Box Bagi Tersier Box Bagi Kuarter
Tersier dengan alat

Gambar 11 Ilustrasi perhitungan tinggi muka air yang dibutuhkan.

( KP – 03, 2010 )

P = A + a + b + m . c + d + n . e + f + g + h + Z ........................... (Pers.16)

Dimana :

P = Muka air yang dibutuhkan disaluran sekunder

A = Elevasi sawah dengan elevasi yang menentukan

a = Lapisan air disawah, ± 10 cm

b = Kehilangan tinggi energi di saluran kuarter sampai kesawah ± 5 cm

c = Kehilangan tinggi energi di boks kuarter ± 5 cm/box

d = Kehilangan pada bangunan pembawa disaluran irigasi, I x L


IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

L = Panjang saluran, m

e = Kehilangan tinggi energi di boks tersier ± 10 cm

f = Kehilangan tinggi energi digorong-gorong ± 10 cm

g = Kehilangan tinggi energi dibangunan sadap tersier 1/3 H

h = Variasi muka air = 0,18 h100 ( sekitar 0,05 – 0,30 cm )

Z = Kehilangan tinggi energi dibangunan petak tersier lainnya

m = Jumlah boks kuarter di trase tersebut

n = Jumlah boks tersier di trase tersebut

Elevasi muka air di udik pintu sadap (MAUps) diperoleh dari elevasi muka air dihilir
pintu sadap + kehilangan tinggi energi dipintu ukur.

MAUps = MAHps + Δh ....................................................................(Pers.17)

Dimana :

MAHps = Elevasi muka air dihilir pintu sadap, m

Δh = Kehilangan energi pada pintu ukur

5. Jalan Inspeksi
Jalan inspeksi merupakan jalan-jalan yang digunakan baik oleh oleh para petani,
kendaraan maupun ternak yang menghubungkan antara jaringan irigasi yang lain atau
jalan-jalan umum desa yang sudah ada. Jalan inspeksi biasanya dibangun diatas
tanggul saluran atau pembuang jika ini dianggap tidak ekonomis jarak maksimum
antara jalan inspeksi dan saluran atau pembuang adalah 300 m.
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

MENGHITUNG DEBIT PADA PETAK - PETAK KUARTER

Rumus : Q = Anetto x NFR


e
Anetto = A x 0,9
Diketahui : NFR : 2,35 lt/dt/ha
e : 0,8
Penyelesaian :

▪ QA1 = Anetto x NFR


e
= 9,180 . 2,35
0,8
= 21,573
0,8
= 26,966 (lt/dt)

▪ QA2 = Anetto x NFR


e
= 9,180 . 2,35
0,8
= 21,573
0,8
= 26,966 (lt/dt)

▪ QA3 = Anetto x NFR


e
= 9,180 . 2,35
0,8
= 21,573
0,8
= 26,966 (lt/dt)

▪ QB1 = Anetto x NFR


e
= 9,180 . 2,35
0,8
= 21,573
0,8
= 26,966 (lt/dt)
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

▪ QB2 = Anetto x NFR


e
= 9,180 . 2,35
0,8
= 21,573
0,8
= 26,966 (lt/dt)

▪ QB3 = Anetto x NFR


e
= 9,180 . 2,35
0,8
= 21,573
0,8
= 26,966 (lt/dt)

▪ QC1 = Anetto x NFR


e
= 9,180 . 2,35
0,8
= 21,573
0,8
= 26,966 (lt/dt)

▪ QC2 = Anetto x NFR


e
= 9,180 . 2,35
0,8
= 21,573
0,8
= 26,966 (lt/dt)

▪ QC3 = Anetto x NFR


e
= 9,180 . 2,35
0,8
= 21,573
0,8
= 26,966 (lt/dt)
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

TABEL PERHITUNGAN DEBIT MASING-MASING PETAK KUARTER

Dik : Kebutuhan Air di Lahan / Sawah (NFR) = 2,35 lt/dt/ha


Q = NFR x Anetto / e
Efisiensi = 0,8

NFR Luas (A) Luas (A) Efisiensi Debit (Q)


Petak
(lt/dt/ha) (ha) Netto (ha) (e) (lt/detik)
A1 2,35 10,200 9,180 0,8 26,966
A2 2,35 10,200 9,180 0,8 26,966
A3 2,35 10,200 9,180 0,8 26,966
B1 2,35 10,200 9,180 0,8 26,966
B2 2,35 10,200 9,180 0,8 26,966
B3 2,35 10,200 9,180 0,8 26,966
C1 2,35 10,200 9,180 0,8 26,966
C2 2,35 10,200 9,180 0,8 26,966
C3 2,35 10,200 9,180 0,8 26,966
Total Debit Keseluruhan ΣQ 215,730
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

CONTOH PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PEMBAWA TERSIER

=> Contoh Perhitungan Pada T6 - K3


Diketahui :
NFR = 2,35 lt/dt/ha A = 9,18 ha m= 1 MAUr = 14,80
e = 0,8 L = 340 m K = 35

1. Menghitung Debit Aliran 1.


NFR . A 2,35 . 9,18
Q = = = 26,966 l/dtk
e 0,8

2. Elevasi Muka Air Hilir Rencana (MAHr) 2.


MAHr = MAUr + 0,10
= 14,80 + 0,10
= 14,90 m

3. Elevasi Muka Air Udik Medan (MAUm) 3.


MAUm = MaUr C1
= 15,10 m

4. Kemiringan Medan (Im) 4.


M Um - MAHr - ΔH1 15,10 - 14,90 - 0
Im = A = = 0,0006
L 340

5. Kemiringan Rencana (Ir) 5.


Dari grafik perencanaan dengan k = 35, ternyata dengan
Q = 26,966 l/dtk dan Im = 0,0006 dapat digunakan kemiringan rencana
Ir = 0,0006
Tetapi akan ada bangunan terjun karena kemiringannya diperkecil

6. Menghitung nilai F 6.
Q 0,0270
F = 1/2 = = 1,101
Ir 0,0006 1/2

dari tabel perencanaan diperoleh h = 0,240 m

7. Menghitung Tinggi jagaan 7.


w = 0.3 + (0.25 . h)
= 0,3 + 0,25 . 0,2
= 0,36 m
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

8. Menghitung kecepatan rencana (Vr)


b 0,30
> n = = = 1,25
h 0,24

2
> A = b.h + m.h
2
= 0,30 . 0,2 + 1 . 0,2
= 0,13 m2

> P = b + 2h 1 + m2
2
= 0,30 + 2 . 0,2 1+ 1
= 0,98 m

A 0,13
> R = = = 0,13 m
P 0,98

> Vr = K . R 2/3 . I 1/2


2/3 1/2
= 35 . 0,13 . 0,00060
= 0,22 m/dtk

> Ir . L = 0,0006 . 340


= 0,2040 m

9. Menghitung muka air rencana


Karena pada ruas saluran terdapat bangunan terjun maka:
MAUr = MAUm
= 15,10

10. ΔH2 = MAUr - (Ir.L) - ΔH - MAHr


= 15,10 - 0,2040 - 0 - 14,90
= 0,00 m
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

CONTOH PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PEMBAWA KUARTER

=> Contoh Perhitungan Pada Petak A8 untuk saluran C3


Diketahui :
NFR = 2,35 lt/dt/ha An = 9,18 ha m= 1 : 1
e = 0,8 L = 300 m K= 30

1. Menghitung Debit Aliran .


NFR . Anetto 2,35 . 9,18
Q = = = 26,966 l/dtk
e 0,8

2. Elevasi Muka Air Hilir Rencana (MAHr)


MAHr = Ehs + 0,10 + 0,05 Ehs = elevasi hilir
= 14,25 + 0,10 + 0,05 saluran
= 14,40 m

3. Elevasi Muka Air Udik Medan (MAUm)


MAUm = Eus + 0,10 + 0,05 Eus = elevasi udik
= 14,65 + 0,10 + 0,05 saluran
= 14,80 m

4. Kemiringan Medan (Im)


M Um - MAHr - ΔH1 14,80 - 14,40 - 0
Im = A = = 0,0013 m
L 300

5. Kemiringan Rencana (Ir)


Dari grafik perencanaan dengan k = 30, ternyata dengan
Q = 26,966 l/dtk dan Im = 0,0013 dapat digunakan kemiringan rencana
Ir = 0,0013

6. Menghitung nilai F
Q 26,9663
F = 1/2 = = 0,739
Ir 0,0013 1/2

dari tabel perencanaan diperoleh h = 0,25 m

7. Menghitung Tinggi jagaan


w = 0.2 + (0.25 . h)
= 0,2 + 0,25 . 0,25
= 0,26 m
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

8. Menghitung kecepatan rencana (Vr)


b 0,25
> n = = = 1,00
h 0,25

2
> A = b.h + m.h
2
= 0,25 . 0,25 + 1 . 0,25
= 0,125 m2

> P = b + 2h 1 + m2
2
= 0,25 + 2 . 0,2500 1+ 1
= 0,96 m

A 0,125
> R = = = 0,13 m
P 0,96

> Vr = K . R 2/3 . I 1/2


2/3 1/2
= 30 . 0,13 . 0,0013
= 0,282 m/dtk

> Ir . L = 0,0013 . 300


= 0,40 m

9. Menghitung muka air rencana


MAUr = MAHr + Ir.L + ∆H1
= 14,40 + 0,40 + 0
= 14,80

10. ΔH2 = MAUr - (Ir.L) - ΔH - MAHr


= 14,80 - 0,40 - 0 - 14,40
= 0,00 m
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

SALURAN BS-T1
Patok BS ( Timbunan 1)
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,200 1,200 2,636
2,197 1,200 3,471 2,180
1,817 1,580 2,871 2,081
1,317 1,580 1,580 1,580
1,000 1,200 1,200 2,636
Jumlah 10,323 11,114
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
11,11 - 10,32
=
2
= 0,396 m²

Patok BS ( Timbunan 2)
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
3,657 1,200 4,388 7,100
5,917 1,200 9,349 6,644
5,537 1,580 8,748 6,378
4,037 1,580 4,844 5,778
3,657 1,200 4,388 7,100
Jumlah 31,719 33,002
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
33,00 - 31,72
=
2
= 0,642 m²

Patok BS ( Galian )
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,914 1,200 0,995 3,113
2,594 0,520 1,349 1,695
3,260 0,520 3,912 2,049
3,940 1,200 4,728 2,297
1,914 1,200 0,995 3,113
Jumlah 11,979 12,266
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
12,27 - 11,98
=
2
= 0,143 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

SALURAN BS-T1
Patok T1 ( Timbunan 1) Patok T1 ( Timb
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,150 1,150 3,243
2,820 1,150 5,104 2,484
2,160 1,810 3,910 3,005
1,660 1,810 1,909 1,810
1,000 1,150 1,150 3,243
Jumlah 13,223 13,785
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
13,78 - 13,22
=
2
= 0,281 m²

Patok T1 ( Timbunan 2) Patok T1 ( Timb


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
3,720 1,150 4,278 7,521
6,540 1,150 11,837 6,762
5,880 1,810 10,643 7,928
4,380 1,810 5,037 6,733
3,720 1,150 4,278 7,521
Jumlah 36,073 36,465
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
36,47 - 36,07
=
2
= 0,196 m²

Patok T1 ( Galian ) Patok T1 ( Galia


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
2,537 1,150 2,918 4,603
4,003 1,150 3,002 4,143
3,603 0,750 2,702 2,203
2,937 0,750 3,378 1,903
2,537 1,150 2,918 4,603
Jumlah 14,917 17,456
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
17,46 - 14,92
=
2
= 1,269 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

SALURAN T1-T4
Patok T1 ( Timbunan 1) Patok T4 ( Timb
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,150 1,150 2,967
2,580 1,150 4,360 2,346
2,040 1,690 3,448 2,603
1,540 1,690 1,771 1,690
1,000 1,150 1,150 2,967
Jumlah 11,879 12,573
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
12,57 - 11,88
=
2
= 0,347 m²

Patok T1 ( Timbunan 2) Patok T4 ( Timb


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
3,300 1,150 3,795 6,762
5,880 1,150 9,937 6,141
5,340 1,690 9,025 6,490
3,840 1,690 4,416 5,577
3,300 1,150 3,795 6,762
Jumlah 30,968 31,732
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
31,73 - 30,97
=
2
= 0,382 m²

Patok T1 ( Galian ) Patok T4 ( Galia


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
2,580 1,150 2,967 3,795
3,300 1,150 3,102 3,554
3,090 0,940 2,905 2,623
2,790 0,940 3,209 2,425
2,580 1,150 2,967 3,795
Jumlah 15,149 16,191
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
16,19 - 15,15
=
2
= 0,521 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

SALURAN T1-T4
Patok T4 ( Timbunan 1) Patok T4 ( Timbun
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,150 1,150 3,196
2,779 1,150 4,974 2,460
2,139 1,790 3,829 2,934
1,639 1,790 1,885 1,790
1,000 1,150 1,150 3,196
Jumlah 12,988 13,575
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
13,58 - 12,99
=
2
= 0,294 m²

Patok T4 ( Timbunan 2) Patok T4 ( Timbun


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
3,299 1,150 3,794 6,991
6,079 1,150 10,881 6,255
5,439 1,790 9,736 7,051
3,939 1,790 4,530 5,905
3,299 1,150 3,794 6,991
Jumlah 32,735 33,193
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
33,19 - 32,73
=
2
= 0,229 m²

Patok T4 ( Galian ) Patok T4 ( Galian )


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
2,779 1,150 3,196 3,794
3,299 1,150 3,101 3,667
3,189 0,940 2,998 2,716
2,889 0,940 3,322 2,612
2,779 1,150 3,196 3,794
Jumlah 15,813 16,583
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
16,58 - 15,81
=
2
= 0,385 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

SALURAN T4 - K1
Patok T4 ( Timbunan 1) Patok K1 ( Timbu
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,150 1,150 2,921
2,540 1,150 4,242 2,323
2,020 1,670 3,373 2,538
1,520 1,670 1,748 1,670
1,000 1,150 1,150 2,921
Jumlah 11,663 12,373
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
12,37 - 11,66
=
2
= 0,355 m²

Patok T4 ( Timbunan 2) Patok K1 ( Timbu


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
3,110 1,150 3,577 6,498
5,650 1,150 9,436 5,900
5,130 1,670 8,567 6,062
3,630 1,670 4,175 5,194
3,110 1,150 3,577 6,498
Jumlah 29,330 30,150
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
30,15 - 29,33
=
2
= 0,410 m²

Patok T4 ( Galian ) Patok K1 ( Galian


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
2,540 1,150 2,921 3,577
3,110 1,150 3,079 3,393
2,950 0,990 2,921 2,673
2,700 0,990 3,105 2,515
2,540 1,150 2,921 3,577
Jumlah 14,946 15,733
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
15,73 - 14,95
=
2
= 0,393 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

SALURAN T4 - K1
Patok K1 ( Timbunan 1) Patok T4 ( Timbun
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,250 1,250 3,175
2,540 1,250 4,496 2,525
2,020 1,770 3,575 2,690
1,520 1,770 1,900 1,770
1,000 1,250 1,250 3,175
Jumlah 12,471 13,335
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
13,34 - 12,47
=
2
= 0,432 m²

Patok K1 ( Timbunan 2) Patok T4 ( Timbun


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
3,010 1,250 3,763 6,938
5,550 1,250 9,824 6,288
5,030 1,770 8,903 6,248
3,530 1,770 4,413 5,328
3,010 1,250 3,763 6,938
Jumlah 30,664 31,738
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
31,74 - 30,66
=
2
= 0,537 m²

Patok K1 ( Galian ) Patok T4 ( Galian )


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
2,540 1,250 2,896 3,313
2,650 1,140 3,021 3,306
2,900 1,140 3,625 3,431
3,010 1,250 3,763 3,175
2,540 1,250 2,896 3,313
Jumlah 16,200 16,537
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
16,54 - 16,20
=
2
= 0,169 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

SALURAN T4 - b1
Patok T4 ( Timbunan 1) Patok K1 ( Timbun
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,150 1,150 2,553
2,220 1,150 3,463 2,082
1,810 1,560 2,824 2,193
1,406 1,560 1,617 1,560
1,000 1,150 1,150 2,553
Jumlah 10,204 10,941
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
10,94 - 10,20
=
2
= 0,369 m²

Patok T4 ( Timbunan 2) Patok K1 ( Timbun


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
2,670 1,150 3,071 5,164
4,490 1,150 7,004 4,692
4,080 1,560 6,365 3,245
2,080 1,560 2,392 4,165
2,670 1,150 3,071 5,164
Jumlah 21,902 22,429
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
22,43 - 21,90
=
2
= 0,263 m²

Patok T4 ( Galian ) Patok K1 ( Galian


Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
2,220 1,150 2,331 2,668
2,320 1,050 2,436 2,699
2,570 1,050 2,956 2,804
2,670 1,150 3,071 2,553
2,220 1,150 2,331 2,668
Jumlah 13,124 13,391
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
13,39 - 13,12
=
2
= 0,134 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

SALURAN K1 - c1
Patok K1 ( Timbunan 1)
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
1,000 1,240 1,240 2,753
2,220 1,240 3,663 2,244
1,810 1,650 2,987 2,327
1,410 1,650 1,748 1,650
1,000 1,240 1,240 2,753
Jumlah 10,878 11,727
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
11,73 - 10,88
=
2
= 0,424 m²

Patok K1 ( Timbunan 2)
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
2,670 1,240 3,311 5,568
4,490 1,240 7,409 5,059
4,080 1,650 6,732 5,082
3,080 1,650 3,819 4,406
2,670 1,240 3,311 5,568
Jumlah 24,581 25,682
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn+1*Yn - Σ Xn*Yn+1
L =
2
25,68 - 24,58
=
2
= 0,550 m²

Patok K1 ( Galian )
Koordinat X Koordinat Y Xn*Yn+1 Xn+1*Yn
2,220 1,240 2,531 2,877
2,320 1,140 2,645 2,930
2,570 1,140 3,187 3,044
2,670 1,240 3,311 2,753
2,220 1,240 2,531 2,877
Jumlah 14,204 14,480
Sehingga, luas timbunan adalah:

Σ Xn*Yn+1 - Σ Xn+1*Yn
L =
2
14,48 - 14,20
=
2
= 0,138 m²
IRIGASI & BANGUNAN AIR 1
CIVIL ENGINEERING

TABEL PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN

Timbunan Galian
Luasan Rata -rata Rata -rata
Nama Patok Nama saluran Jarak Patok (m) Volume Luasan Volume
(A1 + A2) Luasan Luasan
(m²) (m²) (m³) (m²) (m²) (m³)
BS 1,04 0,14
BS -T1 514 0,76 389,36 0,71 362,88
T1 0,48 1,27

T1 0,73 0,52
T1 - T4 340 0,63 212,84 0,45 154,02
T4 0,52 0,39

T4 0,77 0,39
T4 - K1 340 0,87 294,78 0,28 95,54
K1 0,97 0,17

T4 0,63 0,13
T4 - b1 300 0,59 177,30 0,12 35,10
b1 0,55 0,10

K1 0,97 0,14
K1 - c1 300 0,91 272,10 0,12 37,20
c1 0,84 0,11

TOTAL 1346,38 TOTAL 684,74

Anda mungkin juga menyukai