Anda di halaman 1dari 36

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

TEORI DASAR IRIGASI

A. Pengertian Irigasi
Irigasi adalah kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan usaha mendapatkan air untuk
sawah, ladang, perkebunan dan usaha lain-lain. Usaha tersebut berupa :

1. Membuat sarana dan prasarana untuk membagikan air secara teratur


2. Mebuang kelebihan air yang tidak diperlukan lagi.

B. Tujuan Irigasi
Tujuan irigasi adalah membasahi tanah agar dapat mencapai suatu kondisi tanah yang
baik untuk pertumbuhan tanaman. (Teknik Sumber Daya Air, 1996)

C. Areal Irigasi
Areal irigasi adalah daerah-daerah yang dapat diairi semaksimal mungkin, dimana
airnya diambil dari bangunan sadap utama. Batas keliling areal diambil dari petak-petak
tersier terluar.

Dalam irigasi khususnya jaringan ada beberapa istilah yaitu :

1. Wilayah (region) adalah areal yang airnya diambil dari beberapa bangunan sadap utama
yang selanjutnya dibawa ke jaringan irigasi tunggal / majemuk.
2. Daerah (zone) adalah areal yang airnya diambil dari satu bangunan sadap utama.
3. Petak primer adalah areal yang airnya diambil dari sebuah saluran-saluran primer dan
terdiri dari beberapa petak-petak sekunder.
4. Petak sekunder adalah areal yang airnya diambil dari sebuah saluran-saluran sekunder
dan terdiri dari beberapa petak-petak tersier.
5. Petak tersier adalah areal yang airnya diambil dari saluran-saluran tersier dan terdiri dari
beberapa petak kwarter (sawah).
6. Areal mati adalah areal yang tidak dapat diairi dari suatu sistem irigasi.
7. Areal bruto (gross irrigable area) adalah keseluruhan areal irigasi baik yang mendapat
air maupun yang tidak mendapat air irigasi karena permukaan tanah lebih tinggi, jalan
ispeksi dan lain-lain.
8. Areal netto (culturable irrigation area) areal bersih yang mendapat air.

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

D. Petak Petak

Peta petak adalah suatu peta yang menerangkan suatu lokasi dari sistem jaringan irigasi
yang akan diairi. Peta ini memuat arah saluran, letak bangunan, batas-batas jalan, batas-
batas pembuang alam, daerah yang dapat diairi dan yang tidak dapat diairi. Penentuan peta
petak ini di dasarkan pada kondisi topografi yang tergambar pada peta situasi seperti dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kriteria umum untuk pengembangan petak

Ukuran Petak Luas ( Ha )

Ukuran petak sekunder 500 - 800 Ha

Ukuran petak tersier 50 - 100 Ha

Ukuran petak kuarter 8 – 15 Ha

Ukuran petak petani 0 – 1,75 Ha

Sumber : (KP – 01, 2010)

1. Petak Sekunder adalah suatu petak yang berupa kumpulan dari beberapa petak yang
mendapat air / pengambilannya dari saluran sekunder.
2. Petak tersier didasarkan pada kondisi topografi daerah itu hendaknya diatur sebaik
mungkin, sedemikian rupa sehingga satu petak tersier terletak dalam satu daerah
administrasi desa. Jika ada dua desa dalam satu petak tersier yang luas dianjurkan untuk
membagi petak tersier tersebut menjadi dua petak sub tersier yang berdampingan sesuai
dengan daerah desa masing-masing.
3. Petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan pembuang kuarter yang
memotong kemiringan medan dan saluran irigasi tersier serta pembuang tersier atau
primer yang mengikuti kemiringan medan. Jika mungkin batas-batas ini bertepatan
dengan batas-batas hak milik tanah.
4. Dari kriteria umum pengembangan patak, maka dipilih pengembangan petak ukuran
petak tersier dimana untuk luasan petak tersier adalah 50 – 100 Ha.

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

E. Trase Saluran

Trase saluran merupakan jalur rencana saluran yang dibuat dari kondisi topografi
tentang penggambaran baik berupa relief tanah, alur-alur, jalan, batas kampung, sungai,
yang menunjang dalam perencanaan jaringan irigasi.

Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yakni :

1. Daerah yang sudah diairi


2. Daerah yang belum diairi
Trase saluran terbagi atas trase saluran pembawa dan trase saluran pembuang. Jika
daerah irigasi baru akan dibangun, aturan yang sebaiknya diikuti adalah menetapkan lokasi
saluran pembuang terlebih dahulu, ini sudah ada kebanyakan di daerah tanah hujan.

F. Jaringan Irigasi

1. Sistem jaringan irigasi


Sistem jaringan irigasi dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Sistem irigasi tunggal (independent irrigation system) yaitu suatu sistem irigasi
dengan sumber air yang berasal dari satu bangunan sadap utama berupa waduk,
bendung atau rumah pompa yang letaknya masih dalam areal irigasi itu sendiri.
b. Sistem irigasi majemuk (dependent irrigation system) yaitu sistem irigasi dengan
sumber air yang berasal lebih dari satu bangunan sadap utama dan semuanya
terletak di dalam areal irigasi atau juga bangunan sadap utamanya terletak disuatu
jaringan irigasi ditempat lain. Dalam pengerjaan tugas studio perancangan irigasi
dan air menggunakan sistem irigasi tunggal (independent irrigation system) yaitu
suatu sistem irigasi dengan sumber air yang berasal dari satu bangunan sadap utama.
2. Klasifikasi jaringan irigasi
Jaringan irigasi dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan, yaitu :

a. Jaringan irigasi sederhana


Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasi karena para pemakai air tergabung
dalam satu kelompok sosial yang sama, dan tidak diperlukan keterlibatan pemerintah
di dalam organisasi jaringan irigasi semacam ini.

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

b. Jaringan irigasi semi teknis


Adapun ciri-ciri dari sistem jaringan irigasi semi teknis ini antara lain :

1) Sudah dibangun beberapa bangunan permanen di jaringan saluran


2) Daerah pelayanan lebih luas dibandingkan dengan sistem jaringan irigasi
sederhana.
3) Organisasinya lebih rumit sehingga diperlukan lebih banyak keterlibatan
pemerintah dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum.
c. Jaringan irigasi teknis
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah pemisahan
antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang. Hal ini berarti baik saluran irigasi
maupun pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam irigasi
teknis petak tersier memiliki fungsi sentral. Petak tersier menerima air di suatu
tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa. Pembagian
air di dalam petak tersier diserahkan kepada para petani. Dalam hal-hal khusus,
dibuat sistem gabungan (fungsi saluran irigasi dan pembuang di gabung). Secara
sederhana klasifikasi jaringan irigasi kita lihat pada tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Jaringan Irigasi

Klasifikasi Jaringan Irigasi


Keterangan
Teknis Semi teknis Sederhana

Bangunan
Bangunan Bangunan
Bangunan Utama Permanen atau
permanen sementara
semi permanen

Kemampuan
bangunan dalam
Baik Sedang Jelek
mengukur dan

mengatur debit

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Saluran irigasi Saluran irigasi

dan Pembuang dan


Saluran irigasi
Jaringan saluran dan Pembuang tidak Pembuang
terpisah Selamanya menjadi

terpisah Satu

Dikembangkan
Petak tersier - -
Sepenuhnya

Efisiensi secara
50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %
keseluruhan

Tidak ada Tak lebih dari


Ukuran Sampai 2.000 Ha
batasan 500 Ha

Ada ke seluruh Hanya sebagian Cenderung


Jalan Usaha Tani
areal areal tidak ada

Ada instansi
yang menangani Tidak ada O &
Kondisi O & P Belum teratur
Dilaksanakan P

teratur

Sumber : (KP – 01, 2010)

G. Tata Nama/Nomenklatur

1. Pengertian
Nomenklatur atau tata nama petunjuk atau indeks yang jelas dan singkat dari
suatu objek, baik itu petak, saluran atau bangunan, bangunan bagi, bangunan silang dan
lain sebagainya, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan eksploitasi dan
pemeliharaan dari tiap-tiap bagian dari jaringan irigasi.
2. Ketentuan Nomenklatur
Dalam pemberian tata nama pada suatu jaringan irigasi, harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

a. Singkat dan jelas, jika mungkin hanya terdiri dari satu huruf
b. Huruf ini harus menyatakan petak, saluran atau bangunan
c. Dibedakan antara saluran pembawa dan pembuang
3. Tata cara pemberian nama
Secara umum huruf awal saluran irigasi diberi S, saluran drainase diberi D, bangunan-
bangunan bagi sadap diberi B dan kemudian diikuti dengan notasi lainnya.
a. Daerah Irigasi
Daerah irigasi diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat atau desa penting
didaerah itu. Contohnya adalah pada peta pengerjaan studio perancangan irigasi dan
bangunan air merupakan daerah sungai Tiloan dan juga sungai Buol. Maka dengan
begitu untuk penamaan irigasi menggunakan nama sungai atau daerah dimana
irigasi tersebut dibuat, maka penamaan irigasi tersebut adalah irigasi Buol. Apabila
ada dua pengambilan atau lebih, maka daerah irigasi tersebut sebaiknya diberi nama
sesuai dengan desa-desa terkenal didaerah layanan tersebut.

b. Saluran irigasi
1) Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayani, contoh Saluran Irigasi Buol.
2) Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak
dipetak sekunder. Petak sekunder akan diberi nama sesuai dengan nama saluran
sekunder. Sebagai contoh saluran sekunder Buol mengambil nama yang terletak
dipetak sekunder Buol. Saluran dibagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas
sama. Misalnya RS 2 adalah ruas saluran sekunder (S) antara bangunan sadap
BS 1 dan BS 2.

H. Bangunan-Bangunan Irigasi
Untuk keperluan irigasi tentunya diperlukannya sebuah jaringan irigasi teknis
dengan membuat bangunan-bangunan irigasi yang diantaranya seperti dibawah ini :
1) Bangunan Sadap Utama
Untuk mendapatkan air , pengambilan dapat dilakukan melalui :
a) Pengambilan bebas

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibangun ditepi sungai yang


berfungsi untuk mengalirkan air kedalam suatu jaringan irigasi..
b) Bendung
Bendung adalah bangunan yang dibangun melintang sungai yang berfungsi
untuk meninggikan muka air,kemudian dialirkan kejaringan irigasi.
c) Waduk
Waduk adalah bangunan yang berfugsi untuk menampung air pada waktu
surplus air dan dipakai sewaktu-waktu bila terjadi kekurangan air.
d) Stasiun Pompa
Irigasi pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara grafitasi
ternyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis.
2) Bangunan Bagi
Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer sekunder, maka akan dibuat
bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti
mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari
pintu-pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air,
sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur debit.
3) Bangunan Sadap
a. Bangunan sadap sekunder akan memberi air kesaluran sekunder dan
melayani lebih dari satu petak tersier, oleh sebab itu kapasitas bangunan-
bangunan sadap ini lebih dari sekitar 0,250 m3/det.
b. Bangunan sadap tersier akan memberi air kesaluran tersier, kapasitas
bangunan sadap ini berkisar 50 l/dt sampai 250 l/dt.
4) Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air
Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu dengan teliti mengukur dan mengatur air yang
mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintu-pintu tersebut sebagai pintu
pengatur tinggi muka air dan pintu-pintu lainnya berfungsi mengukur debit. Ada dua
bangunan pengontrol untuk mengendalikan tinggi muka air di saluran yaitu :
a. Pintu Skot Balok
Pintu ini terdiri dari balok-balok kayu profil segi empat yang ditempatkan tegak
lurus terhadap potongan segi empat saluran. Balok-balok tersebut disangga

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

didalam sponeng/alur yang lebih lebar 0,03 m sampai 0,05 m dari tebal balok itu
sendiri.
b. Pintu Sorong
Kebanyakan pintu sorong digunakan sebagai bangunan pengatur tinggi muka air.
Kelebihan yang dimiliki dari alat ini adalah tinggi muka air hulu dapat dikontrol
dengan tepat, pintu bilas kuat dan sederhana serta sedimen yang diangkut oleh
saluran hulu dapat melewati pintu bilas.
Persamaannya adalah sebagai berikut : (KP – 04, 1986)

Q = K..b.a. ( 2g h i ) ………………………………….(Pers. 1)

Dimana :
Q = Debit rencana, yang melewati pintu, m3/det
K = Koefesien debit, perbandingan h2 dengan a ( Bukaan Pintu )
 = Koefesien debit perbandingan h1 dengan a
a = Tinggi bukaan bersih pintu, m
b = Lebar bukaan bersih pintu, m
h1 = Tinggi air diatas ambang di hulu pintu, m
h2 = Tinggi air diatas ambang di hilir pintu, m
g = Percepatan grafitasi, m/det2
5) Bangunan Pengukur debit
Agar pengaturan air irigasi menjadi lebih efektif , maka debit harus di ukur. Ada
berbagai macam bangunan dan peralatan pengukur debit yang telah dikembangkan
seperti :
a. Alat ukur ambang lebar
Ambang lebar dan flum leher panjang (tanpa ambang/tinggi ambang nol) adalah
bangunan pengukur debit yang biasanya ditempatkan di awal saluran primer. Pada
titik cabang saluran besar dan tepat dihilir pintu sorong pada titik masuk petak
tersier.
b. Alat ukur Romijn
Pintu Romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan untuk mengatur
dan mengukur debit. Agar dapat bergerak mercunya dibuat dari pelat baja dan
dipasang diatas pintu sorong, alat ini sering digunakan sebagai bangunan sadap
tersier tetapi dapat juga dipakai sebagai bangunan sadap sekunder.
c. Alat ukur Crump de Gruyter

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Alat ini dapat digerakkan dan digunakan untuk mengatur dan mengukur debit.
Penggunaan alat ini sama dengan penggunaan alat ukur romijn.
Persamaan alirannya adalah sebagai berikut : (KP – 04, 1986)

Q = Cd . b . w . ( 2g ( h  w ) ) ………………………… (Pers. 2)
Z = 0,50 ( h – w ) ……………………..……..………….. (Pres.3)
dimana :
Q = Debit rencana, yang melewati pintu, m3/det
CD = Koefesien debit, umumnya diambil sebesar 0,94
w = Tinggi bukaan bersih pintu, m
b = Lebar bukaan bersih pintu, m
h = Tinggi air diatas ambang di hulu pintu, m
z = Kehilangan energi di pintu ukur, m
g = Percepatan grafitasi, m/det2

6) Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa adalah bangunan yang diperlukan untuk membawa aliran air di
tempat-tempat dimana tidak mungkin dibuat potongan saluran biasa tanpa pasangan.
Bangunan pembawa mungkin diperlukan karena :
a. Persilangan dengan jalan yang diperlukan gorong-gorong, jembatan.
Gorong-gorong adalah bangunan yang terletak pada saluran pembawa bersilangan
dengan jalan atau saluran pembuang, bentuk dari gorong-gorong ada yang
berbentuk bulat dan persegi yang diatasnya diberi pelat beton tipis. Lebar
penampang gorong-gorong minimal sama dengan lebar dasar saluran atau muka air
saluran.

b. Bangunan Terjun
Bangunan terjun dibangun ditempat yang medannya lebih curam dibandingkan
dengan kemiringan saluran rencana dan diperlukan penurunan muka air. Bangunan
terjun berfungsi sebagai
i. Bagian pengontrol untuk mencegah penurunan muka air secara berlebihan
ii. Peredam energi yang berlebuhan di ruas saluran hilir
iii. Lindungan aliran keluar untuk mencegah akibat gerusan dan erosi
Apabila tinggi terjunan kurang dari 1,5 meter digunakan type terjunan tegak
sedangkan lebih dari 1,5 meter digunakan type terjunan miring

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Persamaan untuk menghitung Bangunan Terjun adalah : ( KP- 04, 1986 )


Perkiraan awal tinggi bangunan terjun :
ΔZ = ( ΔH + Hd ) – H1 …………….(Pers. 4)
Perkiraan awal tinggi energi hilir pada kolam olak :
Hd = 1,67 H1 …………………. (Pers. 5)

Kecepatan aliran :

Vu = ( 2.g . Z ) ……................................…..(Pers. 6)

Yu = q / Vu ………………………...…. (Pers. 7)
Vu
Fr = .…………...………………..(Pers. 8)
g.Yu
dimana :
ΔH = Perubahan tinggi energi pada bangunan, (m)
Hd = Tinggi energi hilir pada kolam olak, (m)
H1 = Tinggi enegi dimuka ambang, (m)
Vu = Kecepatan awal loncatan, (m)
Yu = Kedalaman air di awal loncatan
q = Debit persatuan ambang, (m2/det)
Fr = Bilangan Froude
g = Percepatan grafitasi, (m/det)

Tipe kolam olak yang akan direncana disebelah hilir bangunan bergantung pada
energi air yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan froude, dan pada bahan konstruksi
kolam olak. Salah satu tipe kolam olak yaitu tipe kolam vlugter khusus dikembangkan
untuk bangunan terjun disaluran irigasi.
Persamaan untuk menghitung tipe kolam olak vlugter : ( KP- 04, 1986 )
Tinggi energi diatas ambang :

q2
hc = 3 ……………………………. (Pers. 9)
g
Perubahan tinggi energi pada bangunan terjun dan tinggi energi diatas ambang :
Z
Z/hc = ……………………………. (Pers. 10)
hc

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Jika, 0,5 < z/hc < 2,0 , maka tinggi loncatan air untuk bangunan terjun dapat dihitung dari
persamaan :
t = 2,4hc+0,4z ……………………………. (Pers. 11)
Jika, 2,0 < z/hc < 15,0 , maka tinggi loncatan air untuk bangunan terjun dapat dihitung dari
persamaan :
t = 3,0 hc + 0,1 z ……………………………. (Pers. 12)
Tinggi ambang pada ujung kolam olak :

hc
a = 0,28 hc ……………………………. (Pers. 13)
z
Ukuran dalam kolam olak ( D = R = L ) :
= z+t–h ……………………………. (Pers. 14)

dimana :
hc = Tinggi energi diatas ambang, m
t = Tinggi loncatan air, m
a = Tinggi ambang pada ujung kolam olak, m
R/D/L = Ukuran dalam kolam olak, m
L = Panjang kolam olak bangunan terjun, m

c. Keadaan topografi yang berakibat terbatasnya lebar saluran atau perubahan kemiringan
secara tiba-tiba, atau ditempat-tempat dimana kemiringan medan melebihi kemiringan
saluran, yang diperlukan talang, flum, bangunan terjun atau saluran pasangan.
d. Persilangan dengan saluran atau sungai, yang diperlukan, sipon atau gorong-gorong.
e. Menjaga muka air tetap setinggi yang diperlukan di daerah-daerah rendah, yang
dibutuhkan talang, flum, saluran pasangan.
f. Perlu membuang kelebihan air dengan bangunan pembuang, yang dibutuhkan
bangunan pembuang.
Keputusan mengenai type bangunan yang akan dipilih bergantung pada besarnya biaya
pelaksanaan. Biaya ini ditentukan oleh dimensi saluran serta jalan atau saluran yang akan
diseberangi.

I. Perencanaan Saluran

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Perencanaan hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip teknis yang andal,


tetapi juga harus dapat memenuhi keinginan yang diajukan para pemakai air. Kapasitas
saluran irigasi ditentukan oleh kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan.
Cara pemeliharaan saluran menentukan koefesien yang akan dipilih.
Pemeliharaan yang jelek akan menyebabkan kecepatan aliran akan menjadi rendah dan
kemudian akan diperlukan saluran yang lebih besar.
Saluran harus direncanakan sedemikian sehingga mempunyai efisiensi yang
tinggi dan biaya pembuatan yang ekonomis serta mudah dalam pengoperasiannya.

J. Kapasitas rencana
1. Debit Rencana
Debit rencana di saluran di hitung berdasarkan kebutuhan bersih air disawah,
efisiensi dan luas areal yang akan diairi. (KP – 03, 2010)

Persamaan untuk menghitung debit rencana saluran sebagai berikut :

c. NFR . A
Q ( Ltr / det ) ...............................................................(Pers. 15)
e.

Dimana :

 Q = Debit rencana, m3/det


 C = Koefesien pengurangan karena adanya sistem golongan (c = 1)
 NFR = Kebutuhan bersih (netto) air disawah, m.lt/dt
 A = Luas petak yang diairi, ha
 e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan
2. Kebutuhan Air di sawah
Kebutuhan bersih air disawah (NFR) untuk padi dapat ditentukan oleh faktor-
faktor berikut :
a. Cara penyiapan lahan
b. Kebutuhan air untuk tananaman
c. Perkolasi dan rembesan
d. Pergantian lapisan air
e. Curah hujan efektif

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

3. Efisiensi
Akibat eksploitasi dan rembesan, sebagian air yang dibagikan akan hilang
sebelum mencapai tanaman padi. Kehilangan air akibat evaporasi dan perembesan
kecil saja dibanding kehilangan akibat eksploitasi.
Pada umumnya kehilangan air di irigasi akibat kemungkinan diatas dapat
dibagi-bagi sebagai berikut : (KP – 03, 2010)
Untuk saluran tersier e = 0,775 – 0,850 ( diambil 0,80 )
Untuk saluran sekunder e = 0,875 – 0,925 ( diambil 0,90 )

Untuk saluran primer e = 0,875 – 0,925 ( diambil 0,90 )

K. Perencanaan Saluran Yang Stabil


Pada umumnya penampang saluran dibuat trapesium karena memiliki efisiensi
yang tinggi dalam mengalirkan air. Untuk perencanaan ruas aliran saluran dianggap
sebagai aliran tetap, dan untuk itu diterapkan aliran yang juga dikenal sebagai rumus
Strickler.
Berikut ini merupakan gambar saluran parameter melintang dari penampang
yang dibuat trapesium.

1,50 - 2,00

0,50 1 : 20

1:1 1:1  0,50


w  0,30

h
Saluran tersier k = 35

b  0,30

w  0,20
0,40 1,00-1,50

h 1:1

Saluran kuarter k =30


b  0,30
30

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Gambar 1 Potongan Melintang k=30 (Diktat Arodi Tanga dkk)

Ketentuan dimensi dan kecepatan minimum yang disyaratkan pada saluran tanpa
pasangan juga berlaku untuk saluran pasangan. Harga koefisien k diambil sebagai
berikut :

- Pasangan batu k = 50 m1/3/dt

- Pasangan beton (untuk talud saja) k = 60 m1/3/dt

- Pasangan beton (untuk talud dan dasar) k = 70 m1/3/dt

Tebal pasangan batu sekurang-kurangnya diambil 20 cm bila diameter batu yang


digunakan sekitar 15 cm. Pasangan beton atau yang dibuat dari ubin beton jauh lebih tipis yakni
7 - 10 cm. Pada ujung dan dasar saluran diberi koperan.

w
0,50
w
Pasangan batu

0,20 cm

0,40

0,20
Koperan

Gambar 2 Potongan Melintang k=50 (Diktat Arodi Tanga dkk)

w
 0,50w
ww Pasangan ubin
beton talud saja
ACHMAD RYAN YAMPU
Mortar 0.07-0,10
0,5 0,20
F 111 15 130 0 cm
0,20
Pangkal pasangan batu
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Gambar 3 Potongan Melintang k=60 (Diktat Arodi Tanga dkk)

w
 0,50w Pasangan ubin
ww beton talud dan
dasar
Mortar 0.07-0,10
0,5
0 cm

0,40
Koperan
0,20

Gambar 4 Potongan Melintang k=70 (Diktat Arodi Tanga dkk)

Persamaan untuk menghitung ruas saluran sebagai berikut : (KP – 03, 2010) :

Q = VxA .............................................................................(Pers. 16)

v = K x R2/3 x I1/2 ( m/dt ) ..........................................................(Pers. 17)

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

A
R = ( m ) ................................................................................(Pers. 18)
P

A = ( b + m.h ) h ( m2 ) ..................................................................(Pers. 19)

P = b + 2.h m 2  1 ( m ) ............................................................(Pers. 20)

b = n.h ......................................................................................(Pers. 21)

Dari persamaan rumus diatas dapat diuraikan menjadi persamaan rumus sebagai berikut :

Q = VxA

Q = ( K x R2/3 x I1/2 ) x ( b + m.h ) h

A
Q = (Kx x I1/2 ) x ( b + m.h ) h
P

2/3
 (b  m.h )h 
Q = (Kx   x I1/2 ) x ( b + m.h )
 b  2.h m 2  1 
 

2/3
 (( n .h )  m.h )h 
Q = (Kx   x I1/2 ) x ( n.h + m.h ) h ………...(Pers. 22)
 (n.h )  2.h m 2 1 
 

Dimana :

V = Kecepatan, m/det

K = Koefesien kekasaran strickler, m1/3/det

R = Jari-jari hidrolis, m2/3

I = Kemiringan rencana saluran

A = Luas penampang basah, m2

P = Keliling basah, m

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Q = Debit rencana, Ltr/det

b = Lebar dasar saluran, m

h = Kedalaman air saluran, m

n = Perbandingan kedalaman dan lebar saluran

m = Kemiringan talud horizontal / vertikal

K. Kecepatan Saluran

Distribusi kecepatan maksimum disebabkan oleh tekan pada muka air akibat adanya
perbedaan fluida atau udara dan juga akibat gaya gesekan pada dasar maupun dinding
saluran, maka kecepatan aliran pada suatu potongan melintang saluran tidak seragam.
Ketidakseragaman ini disebabkan oleh bentuk tampak melintang saluran dilokasi saluran.
(Robert.J.K,2002).

Kecepatan minimum yang diizinkan atau kecepatan tanpa pengendapan, merupakan


kecepatan terendah yang tidak menimbulkan sedimentasi dan mendorong pertumbuhan
tanaman air ganggang. Kecepatan ini sangat tidak menentu dan nilainya yang tidak tepat
dapat membawa pengaruh besar kecuali terhadap pertumbuhan tanaman. Umumnya dapat
dikatakan bahwa kecepatan rata-rata 2 sampai 3 kali perdetik dapat digunakan bila
presentase lanau ditunjukan dalam saluran kecil tidak kurang dari 2,5 perdetik dapat
mencegah pertumbuhan tanaman air yang dapat mengurangi kapasitas saluran tersebut.
(VenTeChow,1984).

Kecepatan maksimum yang di izinkan juga akan menentukan kecepatan rencana untuk
dasar saluran tanah dengan pasangan campuran. Prosedur perencanaan saluran untuk
saluran dengan pasangan adalah sama dengan prosedur perencanaan saluran tanah.

Harga kecepatan minimum yang direncanakan untuk saluran tersier dan kuarter pada
saluran irigasi tanpa pasangan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Perencanaan Untuk saluran Irigasi Tanpa Pasangan

Karakteristik perencanaan Satuan Saluran Tersier Saluran Kuarter

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Kecepatan maksimum m/det Sesuai dengan grafik perencanaan

Kecepatan minimum m/det 0,20 0,20

Harga k m1/3/det 35 30

Lebar minimum dasar


m 0,30 0,30
saluran

Kemiringan talud m 1:1 1:1

Tanggul Tanggul

0,50 0,40
Lebar minimum mercu m
Jalan inspeksi Jalan inspeksi

1,50 – 2,00 m 1,50 – 2,00 m

Tinggi Jagaan minimum


m 0,30 0,30
(W)

Sumber : (KP – 05, 2010)

Batas kecepatan maksimum sesuai jenis-jenis bahan dasar saluran di anjurkan


pemakaiannya adalah sebagai berikut :

Pasangan Batu = 3,00 m/dt

Pasangan Pelat Beton = 3,00 m/dt

Dapat ditentukan kecepatan rencana didalam saluran. Sebagai perhitungan kontrol


maka dilakukan perhitungan kecepatan dengan menggunakan rumus Strickler :

v r  k R 2 / 3 I r 1/ 2

dimana :

k = Koefisien Strikler yang digunakan, m1/3/dt

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

A
R = = Jari-jari hidrolis, m
P

A = bh  mh 2 = Luas penampang basah saluran, m2

P = b  2 h 1  m 2 = Keliling basah saluran, m

Ir = Kemiringan rencana

L. Koefesien Kekasaran Stickler


Koefesien kekasaran Stickler bergantung pada kekasaran permukaan saluran,
ketidak teraturan permukaan saluran, trase saluran, vegetasi dan sedimen. Pada saluran
irigasi, ketidakteraturan permukaan yang meyebabkan perubahan dalam keliling basah
dan potongan melintang mempunyai pengaruh lebih penting pada koefesien kekasaran
saluran daripada kekasaran permukaan. Koefisien kekasaran Strickler k (m1/3/det) yang
dianjurkan pemakaiannya untuk saluran pasangan adalah :
1. Pasangan batu 50 (m1/3/det)
2. Pasangan beton 60 (m1/3/det)
3. Pasangan tanah 35 – 45 (m1/3/det)
4. Ferrocemen 70 (m1/3/det)

M. Kemiringan minimum Talud


Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian, talud saluran di rencana
securam mungkin. Bahan tanah, kedalaman saluran dan terjadinya rembesan akan
menentukan kemiringan maksimum untuk talut yang stabil. Kemiringan galian
minimum talud ( m ) dan perbandingan kedalaman dan lebar saluran ( n ) dapat dilihat
pada tabel 4.

Tabel 4. Harga-harga kemiringan talut untuk saluran pasangan

Jenis tanah h < 0,75 m 0,75 m < h < 1,5 m

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Lempung pasiran

Tanah pasiran kohesif 1 1

Tanah pasiran, lepas 1 1,25

Geluh pasiran, lempung berpori 1 1,5

Tanah gambut lunak 1,25 1,5

Sumber : (KP – 03, 2010)

N. Kemiringan Saluran
Kemiringan saluran diusahakan sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan
yang ada, selama itu tidak mengakibatkan munculnya kecepatan aliran di saluran yang
melampaui batas izin.
Kemiringan minimum dibuat untuk mencegah munculnya sedimentasi
disaluran sedangkan kemiringan maksimum untuk mencegah terjadinya erosi saluran.
Untuk itu keduanya harus dibatasi, sesuai Kriteria Perencanaan Irigasi.
Penentuan kemiringan saluran rencana dapat dilakukan dengan cara mem-plot
nilai debit (Q) dan kemiringan medan (i) pada gambar 5- grafik perencanaan saluran
irigasi kuarter (k = 30 m1/3/dtk).

O. Tinggi Air di Saluran (h)


Apabila titik yang dipilih pada grafik tepat berada digaris b = h maka lebar dasar
saluran (b) dan tinggi air di saluran (h) sama besar. Tetapi apabila tidak berada tepat di
garis b = h maka kedalaman air (h) harus dicari dengan interpolasi menggunakan tabel

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

5 sampai tabel 9, dimana nilai F didapat dengan menurunkan rumus Strickler dan debit
sebagai berikut:
Rumus Strickler : v  k R 2 / 3 I 1/ 2 .......................................................(Pers. 23)
Rumus debit : QvA ......................................................(Pers. 24)
Dari kedua rumus diatas dapat ditulis :
Q
 k R 2 / 3 I r 1/ 2
A
Q
k R 2/3A 
I r 1/ 2

Apabila F  k R 2 / 3 A maka dapat juga ditulis :


Q
F .......................................................(Pers. 25)
I r 1/ 2
Untuk saluran tanpa pasangan, saluran kuarter menggunakan F dengan k = 30
sedangkan untuk saluran tersier menggunakan F dengan k = 35. Bila menggunakan
pasangan maka menggunakan F dengan k = 50 untuk saluran pasangan batu, F dengan
k = 60 bila talud saja dari beton dan F dengan k = 70 bila talud dan dasar dari beton.

P. Tinggi jagaan (w)


Tinggi jagaan di saluran tersier minimum 0,30 m dan di saluran kuarter
minimum 0,20 m. Untuk praktisnya, biasanya diambil sebagai berikut :
a. Saluran tersier w st  0,30  0,25h
b. Saluran kuarter w sk  0,20  0,25h

Q. Elevasi Muka Air


1. Elevasi hilir dan udik saluran (UHS dan UUS)
Elevasi hilir (EHS) dan elevasi udik (EUS) setiap ruas saluran ditentukan langsung
dari garis-garis kontur peta topografi berdasarkan medan. Apabila ujung hilir atau
udik saluran terletak diantara dua garis kontur maka penentuan elevasinya diperoleh
dengan cara interpolasi linear.
2. Elevasi muka air sesuai medan (MAHr dan MAUm)

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Elevasi muka air hilir rencana (MAHr) untuk saluran tersier didasarkan pada
elevasi muka air udik rencana tertinggi dibagian hilir boks yang dilayani +
kehilangan tinggi energi di books tersebut (sebagai asumsi awal biasanya daiambil
5 – 15 cm). Elevasi muka air udik sesuai medan (MAUm) saluran tersier didasarkan
pada eleveasi muka air udik rencana tertinggi saluran kuarter dibagian hilir books
dimana saluran tersebut mendapat air. Bila ada boks tersebut tidak saluran kuater
maka penentunya didasarkan pada elevasi udik saluran (EUS) sesuai kontur.
MAUr  MAHr  Δh
Im = ............................................................(Pers. 12)
L
Dimana :
Im = Kemiringan medan yang ada
MAHr = Elevasi muka air hilir rencana
MAUm = Elevasi muka air udik rencana
L = Panjang Saluran (m)
Δh1= Jumlah perkiraan kehilangan energi digorong-gorong atau talang,tidak
termasuk bangunan terjun (sebagai asumsi awal diambil 5 – 15 cm
perbangunan)
3. Muka Air Udik Rencana (MAUr)
Bila pada ruas saluran tidak terdapat bangunan terjun, maka muka air udik rencana
dapat dilihat pada gambar 9 dengan persamaan yaitu :
MAUr = MAHr + ( Ir x L ) + h1 ............................................................(Pers. 26)

MAUr
H1 ( 5 – 15 cm )

Ir x L MAHr

Gambar 9 Ilustrasi perhitungan muka air udik rencana (MAHr) tanpa bangunan
terjun ( KP – 01, 2010 )

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Tetapi apabila pada ruas saluran terdapat bangunan terjun, maka muka air udik rencana
dapat dilihat pada gambar 10 dengan persamaan yaitu :

MAUr = MAUm ..................................................................................(Pers. 27)

Dan diperoleh tinggi Bangunan Terjun :

Z = MAUr – MAHr - ( Ir x L ) - h1 ..................................................(Pers. 28)

MAUr
Gorong-gorong /
H2 Talang
H2
H1 ( 5 – 15 cm )

Ir x L MAHr

Gambar 10 Ilustrasi perhitungan muka air udik rencana (MAHr) dengan


bangunan terjun ( KP – 01, 2010 )

4. Elevasi hilir dan udik pintu ukur (MAHps dan MAUps)


Elevasi muka air yang diperlukan dihilir pintu alat ukur bangunan sadap tersier
(MAHps) adalah elevesi muka air udik rencana (MAUr) saluran tersier muka yang
dilayaninya. Elevasi muka air yang diinginkan didasarkan pada tinggi muka air yang
diperlukan disawah yang diairi. Berikut ini pada Gambar 11 dapat dilihat ilustrasi
mengenai cara perhitungannya :

Sal. Sekunder Sal. Tersier Sal. Kuarter

g f
h e
d
P c b

H100 H70 H
1%

A a

ACHMAD RYAN YAMPU L L

F 111 15 130 Bangunan Sadap


Gorong-gorong Box Bagi Tersier Box Bagi Kuarter
Tersier dengan alat
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Gambar 11 Ilustrasi perhitungan tinggi muka air yang dibutuhkan.

( KP – 03, 2010 )

P = A + a + b + m . c + d + n . e + f + g + h + Z ...........................(Pers. 29)

Dimana :

P = Muka air yang dibutuhkan disaluran sekunder

A = Elevasi sawah dengan elevasi yang menentukan

a = Lapisan air disawah, ± 10 cm

b = Kehilangan tinggi energi di saluran kuarter sampai kesawah ± 5 cm

c = Kehilangan tinggi energi di boks kuarter ± 5 cm/box

d = Kehilangan pada bangunan pembawa disaluran irigasi, I x L

L = Panjang saluran, m

e = Kehilangan tinggi energi di boks tersier ± 10 cm

f = Kehilangan tinggi energi digorong-gorong ± 10 cm

g = Kehilangan tinggi energi dibangunan sadap tersier 1/3 H

h = Variasi muka air = 0,18 h100 ( sekitar 0,05 – 0,30 cm )

Z = Kehilangan tinggi energi dibangunan petak tersier lainnya

m = Jumlah boks kuarter di trase tersebut

n = Jumlah boks tersier di trase tersebut

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Elevasi muka air di udik pintu sadap (MAUps) diperoleh dari elevasi muka air dihilir
pintu sadap + kehilangan tinggi energi dipintu ukur.

MAUps = MAHps + Δh ....................................................................(Pers. 30)

Dimana :

MAHps = Elevasi muka air dihilir pintu sadap, m

Δh = Kehilangan energi pada pintu ukur

5. Jalan Inspeksi
Jalan inspeksi merupakan jalan-jalan yang digunakan baik oleh oleh para petani,
kendaraan maupun ternak yang menghubungkan antara jaringan irigasi yang lain atau
jalan-jalan umum desa yang sudah ada. Jalan inspeksi biasanya dibangun diatas tanggul
saluran atau pembuang jika ini dianggap tidak ekonomis jarak maksimum antara jalan
inspeksi dan saluran atau pembuang adalah 300 m.

Tabel 5. Dimensi saluran dengan lebar dasar saluran (b) = 0,3 m

---------------------------------------------------------------------------

B H ! F ! A

!-----------------------------------------------------!

(m) (m) ! k=25 k=30 k=35 k=50 k=60 k=70 ! (m2)

===========================================================================

.300 .100 .168 .201 .235 .335 .402 .469 .040

.300 .110 .198 .238 .278 .397 .476 .555 .045

.300 .120 .232 .278 .324 .463 .556 .649 .050

.300 .130 .267 .321 .374 .535 .642 .749 .056

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

.300 .140 .306 .367 .428 .612 .734 .856 .062

.300 .150 .347 .416 .486 .694 .833 .971 .068

.300 .160 .391 .469 .547 .781 .937 1.094 .074

.300 .170 .437 .524 .612 .874 1.049 1.224 .080

.300 .180 .486 .583 .681 .972 1.167 1.361 .086

.300 .190 .538 .646 .753 1.076 1.292 1.507 .093

.300 .200 .593 .712 .830 1.186 1.423 1.660 .100

.300 .210 .651 .781 .911 1.301 1.562 1.822 .107

.300 .220 .711 .854 .996 1.423 1.707 1.992 .114

.300 .230 .775 .930 1.085 1.550 1.860 2.170 .122

.300 .240 .842 1.010 1.178 1.683 2.020 2.357 .130

.300 .250 .911 1.094 1.276 1.823 2.187 2.552 .138

.300 .260 .984 1.181 1.378 1.969 2.362 2.756 .146

.300 .270 1.060 1.272 1.485 2.121 2.545 2.969 .154

.300 .280 1.140 1.368 1.596 2.279 2.735 3.191 .162

.300 .290 1.222 1.467 1.711 2.444 2.933 3.422 .171

.300 .300 1.308 1.570 1.831 2.616 3.139 3.663 .180

Sumber: Diktat, Arody Tanga dkk

Tabel 6. Dimensi saluran dengan lebar dasar saluran (b) = 0,35 m


---------------------------------------------------------------------------

B H ! F ! A

!-----------------------------------------------------!

(m) (m) ! k=25 k=30 k=35 k=50 k=60 k=70 ! (m2)

===========================================================================

.350 .100 .193 .232 .270 .386 .463 .541 .045

.350 .110 .228 .274 .319 .456 .547 .638 .051

.350 .120 .266 .319 .372 .531 .638 .744 .056

.350 .130 .306 .367 .429 .612 .735 .857 .062

.350 .140 .349 .419 .489 .699 .839 .978 .069

.350 .150 .395 .475 .554 .791 .949 1.107 .075

.350 .160 .444 .533 .622 .889 1.067 1.244 .082

.350 .170 .496 .595 .695 .992 1.191 1.389 .088

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

.350 .180 .551 .661 .771 1.102 1.322 1.543 .095

.350 .190 .609 .731 .852 1.218 1.461 1.705 .103

.350 .200 .670 .803 .937 1.339 1.607 1.875 .110

.350 .210 .733 .880 1.027 1.467 1.760 2.053 .118

.350 .220 .800 .960 1.120 1.601 1.921 2.241 .125

.350 .230 .870 1.044 1.219 1.741 2.089 2.437 .133

.350 .240 .944 1.132 1.321 1.887 2.265 2.642 .142

.350 .250 1.020 1.224 1.428 2.040 2.448 2.857 .150

.350 .260 1.100 1.320 1.540 2.200 2.640 3.080 .159

.350 .270 1.183 1.420 1.656 2.366 2.839 3.313 .167

.350 .280 1.270 1.524 1.777 2.539 3.047 3.555 .176

.350 .290 1.360 1.631 1.903 2.719 3.263 3.807 .186

.350 .300 1.453 1.743 2.034 2.906 3.487 4.068 .195

.350 .310 1.550 1.860 2.170 3.100 3.719 4.339 .205

.350 .320 1.650 1.980 2.310 3.300 3.960 4.620 .214

.350 .330 1.754 2.105 2.456 3.508 4.210 4.912 .224

.350 .340 1.862 2.234 2.607 3.724 4.468 5.213 .235

.350 .350 1.973 2.368 2.762 3.946 4.736 5.525 .245

Sumber: Diktat, Arody Tanga dkk

Tabel 7. Dimensi saluran dengan lebar dasar saluran (b) = 0,40 m


---------------------------------------------------------------------------

B H ! F ! A

!-----------------------------------------------------!

(m) (m) ! k=25 k=30 k=35 k=50 k=60 k=70 ! (m2)

===========================================================================

.400 .100 .219 .263 .306 .438 .525 .613 .050

.400 .110 .258 .310 .361 .516 .619 .722 .056

.400 .120 .300 .360 .420 .600 .720 .840 .062

.400 .130 .345 .414 .483 .691 .829 .967 .069

.400 .140 .393 .472 .551 .787 .944 1.102 .076

.400 .150 .445 .534 .622 .889 1.067 1.245 .083

.400 .160 .499 .599 .698 .998 1.197 1.397 .090

.400 .170 .556 .667 .779 1.112 1.335 1.557 .097

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

.400 .180 .617 .740 .863 1.233 1.480 1.727 .104

.400 .190 .680 .816 .952 1.360 1.633 1.905 .112

.400 .200 .747 .896 1.046 1.494 1.793 2.092 .120

.400 .210 .817 .981 1.144 1.634 1.961 2.288 .128

.400 .220 .890 1.068 1.247 1.781 2.137 2.493 .136

.400 .230 .967 1.160 1.354 1.934 2.321 2.708 .145

.400 .240 1.047 1.256 1.466 2.094 2.513 2.932 .154

.400 .250 1.130 1.356 1.583 2.261 2.713 3.165 .163

.400 .260 1.217 1.461 1.704 2.434 2.921 3.408 .172

.400 .270 1.308 1.569 1.831 2.615 3.138 3.661 .181

.400 .280 1.401 1.682 1.962 2.803 3.363 3.924 .190

.400 .290 1.499 1.798 2.098 2.997 3.597 4.196 .200

.400 .300 1.600 1.920 2.240 3.199 3.839 4.479 .210

.400 .310 1.704 2.045 2.386 3.409 4.090 4.772 .220

.400 .320 1.813 2.175 2.538 3.625 4.350 5.075 .230

.400 .330 1.925 2.310 2.695 3.849 4.619 5.389 .241

.400 .340 2.041 2.449 2.857 4.081 4.897 5.714 .252

.400 .350 2.160 2.592 3.024 4.320 5.184 6.048 .262

.400 .360 2.284 2.740 3.197 4.567 5.481 6.394 .274

.400 .370 2.411 2.893 3.376 4.822 5.787 6.751 .285

.400 .380 2.542 3.051 3.559 5.085 6.102 7.119 .296

.400 .390 2.678 3.213 3.749 5.356 6.427 7.498 .308

.400 .400 2.817 3.381 3.944 5.634 6.761 7.888 .320

Sumber: Diktat, Arody Tanga dkk

Tabel 8. Dimensi saluran dengan lebar dasar saluran (b) = 0,45 m


---------------------------------------------------------------------------

B H ! F ! A

!-----------------------------------------------------!

(m) (m) ! k=25 k=30 k=35 k=50 k=60 k=70 ! (m2)

===========================================================================

.450 .100 .245 .294 .343 .489 .587 .685 .055

.450 .110 .288 .346 .403 .576 .692 .807 .062

.450 .120 .335 .402 .469 .670 .804 .938 .068

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

.450 .130 .385 .462 .539 .769 .923 1.077 .075

.450 .140 .438 .525 .613 .876 1.051 1.226 .083

.450 .150 .494 .593 .692 .988 1.186 1.384 .090

.450 .160 .554 .665 .775 1.108 1.329 1.551 .098

.450 .170 .617 .740 .863 1.233 1.480 1.727 .105

.450 .180 .683 .820 .956 1.366 1.639 1.912 .113

.450 .190 .752 .903 1.053 1.505 1.806 2.107 .122

.450 .200 .825 .990 1.156 1.651 1.981 2.311 .130

.450 .210 .902 1.082 1.262 1.804 2.164 2.525 .139

.450 .220 .982 1.178 1.374 1.963 2.356 2.748 .147

.450 .230 1.065 1.278 1.491 2.130 2.556 2.981 .156

.450 .240 1.152 1.382 1.612 2.303 2.764 3.224 .166

.450 .250 1.242 1.490 1.739 2.484 2.981 3.477 .175

.450 .260 1.336 1.603 1.870 2.672 3.206 3.740 .185

.450 .270 1.433 1.720 2.007 2.867 3.440 4.014 .194

.450 .280 1.535 1.842 2.148 3.069 3.683 4.297 .204

.450 .290 1.640 1.967 2.295 3.279 3.935 4.591 .215

.450 .300 1.748 2.098 2.448 3.497 4.196 4.895 .225

.450 .310 1.861 2.233 2.605 3.722 4.466 5.210 .236

.450 .320 1.977 2.373 2.768 3.954 4.745 5.536 .246

.450 .330 2.097 2.517 2.936 4.195 5.034 5.872 .257

.450 .340 2.221 2.666 3.110 4.443 5.331 6.220 .269

.450 .350 2.349 2.819 3.289 4.699 5.639 6.579 .280

.450 .360 2.482 2.978 3.474 4.963 5.956 6.948 .292

.450 .370 2.618 3.141 3.665 5.235 6.282 7.329 .303

.450 .380 2.758 3.309 3.861 5.516 6.619 7.722 .315

.450 .390 2.902 3.483 4.063 5.804 6.965 8.126 .328

.450 .400 3.051 3.661 4.271 6.101 7.321 8.542 .340

.450 .410 3.203 3.844 4.485 6.406 7.688 8.969 .353

.450 .420 3.360 4.032 4.704 6.720 8.064 9.408 .365

.450 .430 3.521 4.226 4.930 7.043 8.451 9.860 .378

.450 .440 3.687 4.424 5.162 7.374 8.848 10.323 .392

.450 .450 3.857 4.628 5.399 7.713 9.256 10.799 .405

Sumber: Diktat, Arody Tanga dkk

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Tabel 9. Dimensi saluran dengan lebar dasar saluran (b) = 0,50 m


---------------------------------------------------------------------------

B H ! F ! A

!-----------------------------------------------------!

(m) (m) ! k=25 k=30 k=35 k=50 k=60 k=70 ! (m2)

===========================================================================

.500 .100 .271 .325 .379 .541 .650 .758 .060

.500 .110 .318 .382 .446 .637 .764 .892 .067

.500 .120 .370 .444 .518 .740 .887 1.035 .074

.500 .130 .424 .509 .594 .849 1.019 1.188 .082

.500 .140 .483 .579 .676 .965 1.158 1.351 .090

.500 .150 .544 .653 .762 1.088 1.306 1.524 .098

.500 .160 .609 .731 .853 1.218 1.462 1.706 .106

.500 .170 .678 .813 .949 1.356 1.627 1.898 .114

.500 .180 .750 .900 1.050 1.500 1.800 2.099 .122

.500 .190 .825 .990 1.156 1.651 1.981 2.311 .131

.500 .200 .904 1.085 1.266 1.809 2.171 2.533 .140

.500 .210 .987 1.185 1.382 1.974 2.369 2.764 .149

.500 .220 1.074 1.288 1.503 2.147 2.576 3.006 .158

.500 .230 1.163 1.396 1.629 2.327 2.792 3.258 .168

.500 .240 1.257 1.509 1.760 2.514 3.017 3.520 .178

.500 .250 1.354 1.625 1.896 2.709 3.251 3.793 .188

.500 .260 1.456 1.747 2.038 2.911 3.493 4.076 .198

.500 .270 1.561 1.873 2.185 3.121 3.745 4.370 .208

.500 .280 1.669 2.003 2.337 3.339 4.006 4.674 .218

.500 .290 1.782 2.138 2.495 3.564 4.277 4.989 .229

.500 .300 1.898 2.278 2.658 3.797 4.556 5.315 .240

.500 .310 2.019 2.423 2.826 4.038 4.845 5.653 .251

.500 .320 2.143 2.572 3.001 4.287 5.144 6.001 .262

.500 .330 2.272 2.726 3.180 4.543 5.452 6.361 .274

.500 .340 2.404 2.885 3.366 4.808 5.770 6.732 .286

.500 .350 2.541 3.049 3.557 5.082 6.098 7.114 .297

.500 .360 2.682 3.218 3.754 5.363 6.436 7.508 .310

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

.500 .370 2.826 3.392 3.957 5.653 6.783 7.914 .322

.500 .380 2.976 3.571 4.166 5.951 7.141 8.332 .334

.500 .390 3.129 3.755 4.380 6.258 7.509 8.761 .347

.500 .400 3.287 3.944 4.601 6.573 7.888 9.202 .360

.500 .410 3.449 4.138 4.828 6.897 8.277 9.656 .373

.500 .420 3.615 4.338 5.061 7.230 8.676 10.122 .386

.500 .430 3.786 4.543 5.300 7.571 9.086 10.600 .400

.500 .440 3.961 4.753 5.545 7.922 9.506 11.090 .414

.500 .450 4.141 4.969 5.797 8.281 9.937 11.594 .427

.500 .460 4.325 5.190 6.055 8.650 10.380 12.109 .442

.500 .470 4.514 5.416 6.319 9.027 10.833 12.638 .456

.500 .480 4.707 5.648 6.590 9.414 11.297 13.180 .470

.500 .490 4.905 5.886 6.867 9.810 11.772 13.734 .485

.500 .500 5.108 6.129 7.151 10.215 12.259 14.302 .500

Sumber: Diktat, Arody Tanga dkk

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130
F 111 15 130
ACHMAD RYAN YAMPU
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Gambar 5 Grafik perencanaan saluran irigasi kuarter (k = 30 m1/3/dtk)


F 111 15 130
ACHMAD RYAN YAMPU
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Gambar 6 Grafik perencanaan saluran tersier tanpa pasangan (k = 35 m1/3/dtk)


F 111 15 130
ACHMAD RYAN YAMPU
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Gambar 7 Grafik perencanaan saluran pasangan batu (k = 50 m1/3/dtk)


F 111 15 130
ACHMAD RYAN YAMPU
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Gambar 8 Grafik perencanaan saluran pasangan beton (hanya pada talut k = 60 m1/3/dtk)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR I

Berikut langkah-langkah penentuan kemiringan saluran (Diktat, Arody Tanga dkk):

1) Plot titik pertemuan antara kemiringan yang ada Im dengan debit rencana Q (Im versus
Q).
2) Apabila titik hasil plot berada di bawah garis kecepatan minimum 0,20 m/dt maka di
atas Q tarik garis vertikal ke atas kemudian pilih satu titik sembarang yang terletak
diantara garis kecepatan minimum 0,20 m/dt dengan garis putus-putus saluran pasangan
atau bangunan terjun. Namun disarankan memilih titik tepat atau berada disekitar garis
kecepatan minimum agar pekerjaan timbunan menjadi kecil. Dari titik yang telah
dipilih, tarik garis horsontal ke kiri guna menentukan kemiringan rencana (Ir).
3) Apabila titik hasil plot berada diantara garis kecepatan minimum 0,20 m/dt dengan garis
putus-putus maka kemiringan yang ada dapat digunakan sebagai kemiringan rencana
atau Ir = Im.
4) Apabila titik hasil plot berada di atas garis putus-putus maka kemiringan yang ada dapat
digunakan sebagai kemiringan rencana tetapi dengan syarat saluran harus terbuat dari
pasangan dan menggunakan grafik perencanaan untuk saluran pasangan (Lampiran).
Apabila tetap diinginkan saluran tanpa pasangan (saluran tanah) maka di atas Q tarik
garis vertikal ke bawah kemudian pilih satu titik sembarang yang terletak diantara garis
kecepatan minimum 0,20 m/dt dengan garis putus-putus untuk saluran pasangan atau
bangunan terjun dan pada saluran harus diberi bangunan terjun. Namun disarankan
untuk memilih titik tepat atau berada disekitar garis putus-putus agar pekerjaan galian
menjadi kecil. Dari titik yang telah dipilih, tarik garis horisontal ke kiri untuk
menentukan kemiringan rencana (Ir).

ACHMAD RYAN YAMPU


F 111 15 130

Anda mungkin juga menyukai