Anda di halaman 1dari 41

MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

NAMA : MELYSHA TRIANSHY


NPM : G1B017026
MATKUL : PR PONDASI DALAM (TUGAS 2)
1. (Rangkuman buku pondasi 2 Harry Christady. 2.5-2.6)
2. (Pengerjaan Contoh Soal 2.1-2.9 dengan salah satu parameter diganti)

2.5 Hitungan Kapasitas Tiang


Kapasitas tiang (pile capacity) adalah kapasitas dukung tiang dalam mendukung beban.
2.5.1 Kapasitas Ultimit Cara Statis
Skema bidang runtuh untuk tiang yang mengalami pembebanan tekan dan yang menahan
beban dengan mengerahkan tahanan ujung dan tahanan gesek dindingnya diperlihatkan dalam
Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Tahanan ujung dan tahanan gesek dan model bidang keruntuhan

Diperoleh beberapa persamaan, yaitu :


1. Kapasitas ultimit netto
Qu = Qb + Qs - W p
dengan :
WP = berat sendiri tiang
Qu = kapasitas ultimit netto
2. Tahanan ujung persatuan luas tiang
qu = Qb/Ab = cb Nc + pb Nq + 0,5 ϒ d Nϒ
PONDASI DALAM 1
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

dengan:
qu = tahanan ujung per satuan luas tiang (kN/m2)
Qb = tahanan ujung bawah ultimit (kN)
Ab = luas penampang ujung bawah tiang (m2)
cb = kohesi tanah di sekitar ujung tiang (kN/m
Pb = ϒz = tekanan "overburden" pada ujung tiang (kN/m2)
ϒ = berat volume tanah (kN/m3)
d =diameter tiang (m)
Nc, Nq, Nϒ = faktor-faktor kapasitas dukung (fungsi dari ϕ)
3. Tahanan ujung ultimit
Qb = Ab [cb Nc + pb Nq + 0,5 ϒ d Nϒ ]
4. Tahanan gesek dinding tiang
τd = Qs/As = cd + σn tg ϕd
dengan:
τd = tahanan geser dinding tiang
cd = adhesi antara dinding tiang dan tanah
Ϭn = Ϭb = tegangan normal pada dinding tiang
Φd = sudut gesek antara dinding tiang dan tanah
5. Tekanan gesek ultimit Qx tiang
Dari definisi koefisien tekanan tanah lateral,
K = σh/ σv atau σh = K σv
Dengan:
σv adalah tegangan vertikal akibat berat tanah (tekanan overburden) dan σ h adalah tegangan
horisontal atau tegangan lateral (tekanan tanah pada dinding tiang) = σn
K = Kd
Maka,
σh = σn = Kd σv = Kd po
Dengan σv = po = z ϒ (z = kedalaman dari muka tanah)
τd = cd + Kd po tg ϕd
Po = tekanan overburden rata-rata.
Sehingga, Tahanan gesek dinding ultimit (Qx) tiang:

PONDASI DALAM 2
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Qs = ∑ As τd = ∑ As (cd + Kd po tg ϕd)
6. Kapasitas ultimit tiang tunggal
Diperoleh persamaan umum kapasitas ultimit tiang tunggal (δ = ϕd)
Qu = Ab (cb Nc + pb Nq + 0,5 ϒ d Nϒ) + ∑ As (cd + Kd po tg δ) - Wp
dengan
Po = σv = ∑ϒi zi = tekanan overburden rata-rata di sepanjang tiang
δ = ϕd = sudut gesek antara dinding tiang dan tanah
Ab = luas penampang ujung tiang
As = luas selimut tiang
Kd = koefisien tekanan tanah lateral pada dinding tiang
Pb = tekanan overburden di dasar tiang
Catatan : Pada tanah lempung, tegangan vertikal di dekat tiang sama dengan tekanan overburden,
sedang pada tanan pasir tegangan vertikal di dekat tiang lebih kecil dari tekanan overburden
( Vesic, 1967).
2.5.2 Kapasitas Tiang dalam Tanah Granuler
(a) Tahanan ujung ultimit
Karena pada tanah non kohesif besamya kohesi (c) nol dan diameter tiang relatif sangat
kecil dibanding dengan panjangnya, maka suku persamaan cb Nc = 0 dan 0,5 ϒ d N ϒ dapat
diabaikan, maka persamaan menjadi :
Qh= AhPh ' Nq
dengan,
Qb = tahanan ujung ultimit
Ab = luas penampang ujung tiang
pb' = tekanan. vertikal efektif tanah pada dasar tiang. Bila panjang tiang lebih besar dari pada
kedalaman kritis ze maka pb' diambil sama dengan tekanan vertikal efektif pada kedalaman ze.
Nq = faktor kapasitas dukung
Faktor kapasitas dukung Nq bergantung pada rasio kedalaman penetrasi tiang terhadap
diameter dan pacta sudut gesek dalam tanah (ϕ). Sudut gesek dalam tanah (ϕ) umumnya diambil
dari nilai N hasil uji SPT. Hubungan antara (ϕ) dan N yang disarankan oleh Peck, dkk. ( 1974)
ditunjukkan dalam Gambar 2.13.

PONDASI DALAM 3
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Gambar 2.13 Hubungan ϕ dan N-SPT (Peck. dkk., 1974)


Terdapat beberapa usulan untuk menentukan hubungan antara ϕ dan Nq. Pacta
perancangan tiang, Tomlinson (1969), Poulos dan Davis (1980) menyarankan nilai Nq yang
diusulkan oleh Berezantzev (1961). Nilai-nilainya merupakan fungsi dari L/d (L = kedalaman, d
= lebar atau diameter tiang) dan sudut gesek dalam efektif tanah (Gambar 2.14)

Gambar 2.14 Hubungan Nq dan ϕ (Berezantsev, 1961)

Vesic juga menunjukkan bahwa nilai banding tahanan ujung satuan terhadap gesek dinding
satuan (fb/fs), untuk tiang di dalam tanah pasir homogen, tidak tergantung dari ukuran tiang tapi
merupakan fungsi dari kerapatan relatif (Dr) pasir, serta cara pemasangan tiangnya (Gambar
2.15a dan 2.15b).

PONDASI DALAM 4
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Gambar 2.15

(a) Tahanan gesek dinding tiang menurut kedalaman penetrasinya


(b) Variasi tahanan ujung tiang untuk tiang yang dipancang dalam tanah granuler (Vesic,
1967).
Untuk mengestimasi besarnya tahanan ujung maksimum tiang pada tanah non kohesif
(granuler), Poulos dan Davis (1980) menyarankan bentuk variasi distribusi tegangan vertikal
efektif dan kedalaman, seperti yang disajikan pada Gambar 2.16.

PONDASI DALAM 5
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Gambar 2.16 Distribusi tegangan vertikal di sekitar tiang pada tanah pasir (Poulos dan Davis,
1980)

Coyle dan Castello (1981) menyarankan cara empiris untuk menghitung kapasitas dukung
ujung tiang dalam tanah pasir dengan mempertimbangkan penurunannya. Cara ini didasarkan
pada beban yang meyebabkan penurunan tiang 10% kali diametemya (0,1d). Walaupun
penurunan ini terlalu besar, beban kerja tiang umumnya tidak lebih dari 1/3 beban ultimit, oleh
sebab itu penurunan tiang dukung ujung mungkin tidak lebih dari 12 mm. Kecuali itu jika tiang
mempunyai tahanan gesek yang besar, penurunan akibat beban kerja akan lebih kecil lagi.
Metoda Coyle dan Castello didasarkan pada hasil uji beban tiang (16 tiang) dengan
memperhatikan hubungan antara fb, panjang tiang (L) dan lebar/diameter tiang (d), serta sudut
gesek dalam tanah (ϕ), seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.17. Cara ini tidak
memperhatikan kompresibilitas atau kondisi air tanah dan disarankan untuk menggunakan fb,
tidak lebih dari 15000 kPa atau 150 kg/cm2.

PONDASI DALAM 6
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Gambar 2.17 Tahanan ujung satuan netto (fb). tiang dalam tanah pasir (Coyle dan Castello.
1981)
 Sebagai pendekatan, nilai ϕ dapat diperoleh dari hubungan N dari SPT dan sudut
gesek dalam tanah (ϕ) dari Peck, Hanson dan Thombum (1974) atau dengan
persamaan (Kishida, 1967) :
∅= √ 20 N →15 °
(b) Tahanan gesek dinding ultimit
Q s =A ' +(C + K P'o tgσ)
s d d

Karena pada tanah granuler kohesi tanah (c) = 0, maka:


Q s =A K d P'o tgσ
s

PONDASI DALAM 7
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Dengan memberikan faktor koreksi F, untuk membedakan tahanan gesek dinding


tiang yang berdiameter seragam di sepanjang tiang dan tiang yang meruncing ke
bawah, maka :
Qs =F A s K d P'o tgσ
u

Tahanan gesek dinding tiang persatuan luas (fs) :


f s= K P'o tgσ
d

dengan,
Kd = koefisien tekanan tanah yang tergantung dari kondisi tanah
δ = ϕd’ = sudut gesek dinding efektif antara dinding tiang dan tanah
Ax = luas selimut tiang
Po’ = tekanan vertikal efektif rata-rata di sepanjang tiang, yang besamya sama
dengan tekanan overburden efektif untuk z ≤ zc dan sama dengan besamya
tekanan vertikal kritis untuk z > zc
z = kedalaman titik yang ditinjau dari permukaan tanah kedalaman kritis
zc = kedalaman di mana tekanan overburden efektif dihitung dari titik ini
dianggap konstan.

Tabel 2.1 Ni/ai Kd untuk tiang pada tanah granuler


(Mansur dan Hunter, 1970)
Bahan tiang Kd
Tiang Baja H 1.4 – 1,9
Tiang Pipa Baja 1,0 1,3
Tiang Beton Pracetak 1,45 – 1,6
Uji Tarik tiang (8 tiang) untuk seluruh tipe tiang 0,4 -,9
Dari nilai-nilai dalam tabel tersebut Kd tg δ akan berkisar diantara 0,3 untuk pasir
longgar dan I untuk pasir padat.
Tabe/ 2. 2 Ni/ai KJ zmtuk tiang pada tanah granuler menurut Brom (1965b)

Kd
Bahan tiang
Pasir tak padat Pasir padat
Baja 0,50 1,00
Beton 1,00 2,00

PONDASI DALAM 8
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Kayu 1,50 4,00

Tabel 2. 3 Sudut gesek antara dinding tiang dan tanah granuler


(δ) (Aas, 1 966)
Bahan tiang δ =φ 'd
Baja 20 °
Beton 0,75 φ '
Kayu 0,66 φ '

Tabel 2. 4 Hubungan tahanan kerucut statis qc dan Kd


φ' K d disesuaikan dengan
kerapatan relative ( Dr )
0 – 50 28 ° - 30 ° Rendah
50 – 100 30 ° - 36 ° Sedang
> 100 > 36 ° Tinggi

Tabel 2. 5 Nilai-nilai 8/rp (Kulhawy dkk, 1 983)


Gesekan antara tanah dan bahan tiang δ
φ
Pasir dan beton kasar (beton cetak di tempat) 1
Pasir dan beton halus (beton pracetak) 0,8 – 1,0
Pasir dan baja kasar (baja kasar) 0,7 – 0,9
Pasir dan baja halus (baja dicat dengan aspal) 0,5 0,7
Pasir dan kayu 0,8 0,9

Berdasarkan hasil pengujian Vesic (1967), Poulos dan Davis (1980) :


∅ '=28° +15 D'
(c) Kapasitas ultimit tiang
Kapasitas ultimit netto tiang pada tanah granuler dapat dinyatakan oleh persamaan :
Qu= A b P'b N q + A s K d P'o tgσ −W p
Qu = kapasitas ultimit netto tiang (kN)
Ab = luas penampang ujung tiang (m2)
As = luas selimut tiang (m2)
Nq = faktor kapasitas dukung
Kd = koefisien tekanan tanah lateral pada dinding tiang

PONDASI DALAM 9
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

δ = ϕd = sudut gesek antara dinding tiang dan tanah


Po’= tekanan vertikal efektif rata-rata di sepanjang tiang, yang besamya sama dengan
tekanan overburden efektif untuk z ≤ zc dan sama dengan besamya tekanan
vertikal kritis untuk z > zc
Pb’= tekanan vertikal efektif tanah pada ujung bawah tiang dengan memperhatikan
tekanan vertikal maksimum pada kedalaman zc (kN/m2).

Gambar 2.18 Hubungan zc fd dan Kd tg δ untuk tiang pada tanah pasir (Poulos dan Davis.
1980) dan faktor Fw untuk tiang meruncing.

PONDASI DALAM 10
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Gambar 2.19 Tahanan gesek satuan (fs) tiang dalam tanah granuler (Coyle dan Castello.
1981)
Untuk tiang yang berbentuk meruncing, kapasitas ultimit netto dinyatakan dalam
persamaan :
Qu= A h P'b + F u A s K d P'o tgσ−W p
Nilai Fw = 1, untuk tiang yang berdiameter seragam.
 Dalam menentukan sudut gesek dalam tanah (ϕ) untuk hitungan kapasitas ultimit, m aka
prosedur yang disarankan oleh Poulos dan Davis (1980) berikut ini dapat digunakan :
i. Untuk tiang yang dipancang (tiang pancang), tahanan ujung ditentukan dengan
memperhatikan nilai (ϕ) di bawah ujung tiang. Nilai N q ditentukan dengan mengambil
sudut gesek dalam pada akhir pemancangan (ϕ) (yang digunakan dalam hitungan
kapasitas) yang disarankan oleh Kishida (1967), yaitu :
1
φ= ( φ' + 40 °)
2
dengan ϕ adalah sudut gesek dalam tanah asli di lapangan. Dalam hitungan tahanan
gesek tiang, nilai sudut gesek dalam di sepanjang tiang yang dipakai untuk

PONDASI DALAM 11
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

menentukan nilai Kd tg δ dan zc/d dilakukan dengan mengambil sudut gesek dalam
untuk perancangan:
3
φ= (φ' +10 ° )
4
ii. Untuk tiang bor, penentuan Nq dan zc/d disarankan dengan mengambil:
φ=φ' −3° ¿
iii. Untuk tipe tiang cor/cetak di tempat dengan pipa luar yang ditarik kembali, hitungan
kapasitas tiang harus dipertimbangkan terhadap kondisi tanah yang telah terganggu
akibat penarikan pipa tersebut. Pada tipe tiang ini, hitungan estimasi besamya tahanan
gesek dinding agak sulit, karena estimasi tingkat kerapatan antara dinding tiang dan
tanah bergantung pada derajat kepadatan beton saat pengecoran.
Penggunaan sudut gesek dalam tanah yang terlalu tinggi pada pasir padat (φ > 40°) untuk
menentukan tahanan ujung dan tahanan gesek dinding sekaligus, harus dilakukan dengan hati-
hati. Karena gerakan yang lebih besar dibutuhkan untuk bekerjanya tahanan ujung secara penuh
dibandingkan dengan hal yang sama untuk bekerjanya tahanan gesek tiang secara penuh.
Contoh soal 2.1 :
Tiang baja bulat panjang 22 m dan diameter 0,4 m dipancang ke dalam tanah pasir dengan data
lapisan tanah seperti yang ditunjukkan dalam Tabel C2.la.
Tabel C2. 1a.
Kedalaman N-SPT γb γ sat γ'
(m) (kN/m3) (kN/m3) (kN/m3) (kN/m3)
0-2 10 18 - -
2-10 16 - 18,8 9
10-21 10 - 18,3 8,5
> 21 16 - 18,8 9

Nilai-nilai N tersebut sudah merupakan ni1ai yang sudah dikoreksi. Muka air tanah
terletak pada kedalaman 2 m dari permukaan tanah. Berat tiang per meter panjang 3, 7 kN/m.
(a) Hitung kapasitas u1timit tiang dengan cara yang disarankan o1eh Poulos dan Davis (1980).
(b) Idem, dengan cara Brom, yaitu dengan menganggap z, = 20d.
Penyelesaian :
(a) Cara Poulos dan Davis

PONDASI DALAM 12
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Dari N yang telah diketahui dapat diperoleh φ, yaitu dengan menggunakan Gambar 2.13.
Hitungan φ untuk memperoleh Kd tg φ d ' diperlihatkan dalam Tabel C2.lb. Dimisalkan dulu
kedalaman kritis zc < 3 m. Dengan φ = 34°, dari Gambar 2.18a diperoleh:
z/d= 6,5 , atau zc = 6,5 x 0,4 = 2,6 m < 3 m.
Dengan demikian anggapan zc < 3 m , benar.
Tekanan overburden pada zc ≥ 2,6 m:
po' = (2 X 18) + (0,6 x 9) = 41,4 kN/m2
Nilai ini digunakan dalam hitungan-hitungan tahanan gesek tiang pada z ≥ 2,6 m dan tahanan
ujung tiang, yaitu pb' = po' = 41,4 kN/m2.

Tabel C2.1 b.
Kedalaman (m) N-SPT φ' φ=0,75φ ' + 10° Kd tg δ '
0-2 10 30° 32,5° 1,20
2-10 16 32° 34° 1,30
10-21 10 30° 32,5° 1,20
> 21 16 32° 34° 1,30

(1) Tahanan ujung ultimit (Qh)


Qb dihitung dengan memperhatikan kenaikan φ.
Dari Persamaan (2.19) : φ = 0,5(φ ' + 40°) = 0,5 (32° + 40°) = 36°.
Dari Gambar 2.14, untuk L/d= 22/0,4 = 55, diperoleh Nq = 60
1
Ab = x π x 0,42 = 0,13 m2
4

PONDASI DALAM 13
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Qb =Ab Pb' Nq = 0,13 x 41,4 x 60 = 322,9 kN


Cek terhadap batasan tahanan ujung satuan maksimum (fb=Qb/Ab) :
fb=322,9/0,13 =2483,4 kN/m2 ¿ 10,7 MN/m2 = 10700 kN/m2 (OK!)
(2) Tahanan gesek u/timit (Qs)
Keliling tiang = π d=π x 0,4 = 1,26 m
Qs = ∑ A SKd tg δ '
1 ,26 X 2 X 1 ,2 X ½ (0 + 36) = 54,47
1,26 X (2,6- 2) X 1,3 X ½ (36 + 41,4) = 38,03
1 ,26 X (10-2,6) X 1,3 X 41,4 = 501,82
1,26 X (21 - 10) X 1,2 X 41,4 = 688,56
1,26 X (22 -2 1) X 1 ,3 X 41 ,4 = 67,81
Qs = ∑ A SKd tg δ '
Qs = I 350,69 kN
Cek terhadap batasan tahanan gesek satuan maksimum :
fs = Kd tg δ po = 1,3 x 41,4 = 53,82 kN/m2 < I07 kN/m2 (OK!)
(3) Kapasitas ultimit netto (Qu) tiang
Berat tiang dengan panjang 22 m :
WP = 22 x 3,7 = 81,4 kN
Kapasitas ultimit netto :
Qu= Qb + Qs - Wp = 322,9 + 1350, 69- 81,4 = 1592,19 kN
(b) Cara Brom
Hitungan cara Brom, didasarkan pada nilai-nilai pendekatan dari δ dan Kd yang diperoleh dari
Tabei 2.2 dan 2.3. Hitungan-hitungan Kd tg δ ditunjukkan dalam Tabei C 2.1c.
(1) Tahanan gesek ultimit
Dianggap zc = 20 d = 20 x 0,4 = 8 m
Pada zc = 8 m, Po = (2 x 18) + ( 6 x 9) = 90 kN/m2
Qs = ∑ A SKd tg δ Po
(2 x 1,26) 0,18 x 0,5 (0 + 36) = 22,52
(6 x 1,26) 0,25 x 0,5 (36 + 90) = 119,07
(2 x 1,26) 0,25 x 90 = 56,70
(11 x 1,26) 0,18 x 90 = 224,53

PONDASI DALAM 14
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

(1 x 1,26) 0,25 x 90 = 28,35


Qs = 451,17 kN
Cek terhadap batasan tahanan gesek maksimum (fs = Qs/As) (dipilih yang paling besar):
fs = Kd tg δ po = 0,25 x 90 = 22,50 kN/m2 < 107 kN/m2 (OK!)
Tabel C2.lc.
Kedalaman(m Kepadatan δ
φ' Kd Kd tg δ
) (Tabel 2.2) (tiang baja)
0-2 30° Tidak padat 0,5 20° 0,18
2-10 32° Sedang 0,7 20° 0,25
10-21 30° Tidak padat 0,5 20° 0,18
>21 32° Sedang 0,7 20° 0,25
(2) Tahanan ujung ultimit
Dari Gambar 2.14, φ = 32, L/d= 55, maka Nq = 22
Qb = Abpb' Nq = 0,13 x 90 x 22 = 257,4 kN
Cek tahanan ujung satuan maksimum:
fb = 257,4/0,13 = 1980 kN/m2 < 10700 kN/m2 (OK !)
(3) Kapasitas ultimit netto tiang
Qu = Qb + Qs – Wp = 451,17 + 257,4 -81,4 = 627,17 kN
Contoh soal 2.2:
Tiang pancang beton berbentuk bujur sangkar dengan lebar sisi 0,45 m dan Tiang pancang beton
berbentuk bujur sangkar dengan lebar sisi 0,45 m dan panjang 7 m, dipancang dalam tanah pasir
homogen. Dari hasil uji SPT diperoleh data N = 15 (sudah terkoreksi). Muka air tanah terletak
pada permukaan tanah. Berat volume apung tanah γ ' = 11 ,8 kN/m3. Jika pada tiang akan bekerja
beban-beban tarik 190 kN (gaya ke atas) dan tekan 250 kN (ke bawah), hitung faktor-faktor
aman terhadap gaya tarik dan terhadap gaya tekan. Berat volume bahan tiang 25 kN/m3.
Penyelesaian :
Dalam hitungan akan dipakai cara Broms. Tekanan overburden rata-rata di tengah-tengah tiang:
Po = 0,5 [0 + (7 X 11 ,8)] = 41 ,3 kN/m2
z/d = 7/0,45 = 15,5. Karena z/d < 20, maka tekanan overburden dipakai sepenuhnya dalam
hitungan tahanan ujung dan tahanan gesek tiang.
Dengan N= 15, dari Gambar 2.13, maka φ = 31°.

PONDASI DALAM 15
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Dari Tabel 2.3, untuk tiang beton δ = ¾ x 31o = 23,25°


tg δ = tg 23,25° = 0,43
Dengan memperhatikan nilai N, maka tanah pada kondisi kepadatan sedang. Karena itu K d akan
berada di antara 1 - 2. Dengan memperhatikan proporsi nilai φ, m aka dipakai Kd = 1,3 (Tabel
2.2).
Tahanan gesek tiang:
Qs = Kd Po tg δ As= 1,3 x 41,3 x 0,43 x 4 x 0,45 x 7 = 290,9 kN
Berat tiang = 0,452 x 7 x 25 = 35,43 kN
Faktor aman terhadap gaya tarik ke atas :
290+35,43
F= =1,71 (kurang besar)
190
Tahanan ujung tiang dihitung berdasarkan Gambar 2.14:
untuk φ = 31°, L/d= 15, maka Nq = 25
Qb = Nqpb' Ab = 25 x 7 x 11,8 x 0,45 x 0,45 = 418,2 kN
Kapasitas ultimit netto tiang :
Qu = 290,9 + 418,2 - 35,43 = 673,67 kN
Faktor aman terhadap gaya tekan:
673,67
F= =¿2,69 > 2,5 (OK!)
250
Cek terhadap tahanan gesek satuan maksimum :
fs = Qs/As= 290/(7 x 4 x 0,45) = 23,02 kN/m2 < 107 kN/m2 (OK !)
Cek terhadap tahanan ujung satuan maksimum:

PONDASI DALAM 16
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

fb = Qb/Ab = 418,2/(0,45 x 0,45) = 2065 kN/m2 < 10700 kN/m2 (OK!)


Contoh soal 2.3 :
Tiang bor berdiameter 0,50 m dipasang dalam tanah pasir homogen, dengan c = 38° dan γ ' = 19
kN/m3. Jika permukaan air tanah sangat dalam, berapakah kedalaman tiang yang dibutuhkan
untuk beban tiang 750 kN? Berat volume tiang 24 kN/m3 dan faktor aman F=2,5.
Penyelesaian :
Untuk menghitung tahanan ujung ultimit Qb :
φ = φ ' - 3° = 38°- 3° = 35° (Persamaan 2.21). Dari Gambar 2.18a, zc/d= 7,2 atau zc=7,2
x 0,5 = 3,6 m.

Jika dimisalkan L/d= 40, dari Gambar 2.14, maka Nq = 60.


Po' = 3,6 X 19 = 68,4 kN/m2
Pb' = 68,4 kN/m2
1
Ab = x π x 0,52 = 0,2 m2
4
Qb = Ab pb' Nq = 0,2 x 68,4 x 60 = 820,8 kN
Tahanan gesek ultimit: Sudut φ yang digunakan dalam hitungan Qs adalah φ ' = 38° Dari
Gambar 2.18c (dipilih untuk tiang bor), Kd tg δ = 0,43
Keliling tiang = π d = π x 0,5 = 1,57 m
Qs = ∑ A S P’o Kd tg δ
= 1,57 x 3,6 x 1/2 (0 + 68,4) x 0,43 = 83,1
= 1,57 x l1 x 68,4 x 0,43 = 46,17L1

PONDASI DALAM 17
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Qs = 83,1 + 46,17 L1
Berat tiang = Wp = 0,2 x l x 24 = 4,8L = 4,8 (3,6 + L1) (dengan, L = zc + L1)
Qu = Qb + Qs – W p
= 820.8 + 83,1 + 46,17 L1 -4,8 (3,6 + L1)
= 886,62 + 41,37 L1
Qu/F = Q (untuk F= 2,5)
886,62 + 41,37 L1 = 750 x 2,5
L1 = 23,9 m
Panjang tiang yang dibutuhkan L = 3,6 + 23,9 = 27,5 m.
Cek : L/d = 27,5/0,5 = 55. Dengan melihat Gambar 2.14, selisih nilai Nq yang diperoleh tidak
begitu banyak. Jadi hasil hitungan dapat dianggap telah sesuai.
Contoh soal 1.4:
Tiang pancang baja meruncing yang tertutup pada ujungnya, panjang L = 10 m dengan diameter
kepala 0,60 m dan ujung bawah 0,25 m. Berat tiang WP = 42 kN. Data tanah :
0-2,4 m; pasir : φ ' = 25°, γ ' = 18,5 kN/m3
2,4 - 18 m; pasir : φ '= 32°, γ ' = 18,5 kN/m3
Permukaan air tanah sangat da1am.
Penyelesaian:

(1) Tahanan gesek ultimit (Qs)

PONDASI DALAM 18
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Dalam Kd tg δ dan zc, sudut gesek dalam yang digunakan diperoleh dari persamaan :
φ = ¾ φ' + 10°
Dengan φ terhitung, Fw diperoleh dari Gambar 2.18d. Nilai-nilai Fw dan Kd tg δ per kedalaman
yang akan dipakai dalam hitungan diperlihatkan dalam Tabel C2.2.
Tabel C2.2.
Kd tg δ
Kedalaman (m) φ' φ = ¾ φ' + 10° Fw
Gbr. 2.18b
0-2,4 25° 28,75° 3,2 1,02
2,4 – 10 32° 34° 4,1 1,30

Diameter rata-rata tiang : 0,5 (0,60 + 0,25) = 0,425 m


Dengan menganggap zc = 2,5 m, maka φ = 34° (lihat Tabel C2.2). Dari Gambar 2.18a,
diperoleh zc/d = 6,1 atau zc = 6,l x 0,425 = 2,60 m > 2,5 m (OK!)
Tekanan vertikal pada kedalaman zc :
Po' = 2,6 X 18,5 = 48,1 kN/m2
Pada z = 2,4 m:
Po' = 2,4 X 18,5 = 44,4 kN/m2
Diameter rata-rata tiang pada kedalaman 0-2,4 m:
d1 = 0,5 [0,6 + (0,6-2,4 x 2 x tg 10)] = 0,56 m
Pada kedalaman 2,4 - 10 m :
d2 = 0,5 (0,56 + 0,25) = 0,38 m
As1 = 2,4 x π x 0,56 = 4,18 m2
As2 = 0,2 x π x 0,38 = 0,24 m2
As3 = 7,4 x π x 0,38 = 8,83 m2
Qs = ∑ F w A S Po ’Kd tg δ
3,2 x 4,18 x ½ (0 + 44,4) x 1,02 = 302,89 kN
4,1 x 0,24 x ½ (44,4 + 48,1) x 1,3 = 59,16 kN
4,1 x 8,83 x 48,1 x 1,3 = 2263,77 kN
Qs = 2625,82 kN

(2) Tahanan ujung (Qb)


Dalam hitungan Nq : φ = ½ (φ' + 40°)

PONDASI DALAM 19
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

= ½ (32° + 40°) = 36°


Dari Gambar 2.14, diperoleh Nq = 63
Ab = ¼ π d2 = ¼ x π x 0,252 = 0,049 m2
Pb' = 48,1 kN/m2
Qb = Abpb'Nq = 0,049 x 48,1 x 63 = 148,5 kN
(3) Kapasitas ultimit netto
Qu = Qb + Qs - W p
= 2625,82 + 148,5 - 42 = 2732,32 kN
Contoh soal 1.5:
Tiang baja tertutup diameter 400 mm, panjang 18 m dan berat 47 kN dipancang dalam tanah
pasir. Data uji N-SPT yang-telah dikoreksi terhadap tekanan overburden dan pengaruh butiran
halus tanah terendam air di lapangan adalah seperti berikut:

Kedalaman (m) N-SPT (terkoreksi)


1 10
2 9
4 10
6 14
10 11
13 17
17 23
20 32
22 33
Muka air tanah terletak pada kedalaman 3 m. Tanah mempunyai berat volume jenuh 21 kN/m 3
dan γ b = 18 kN/m3. Dengan menggunakan cara Coyle dan Castello ( 1981), hitung kapasitas tiang
ijin tekan dan tarik.
Penyelesaian:
Dengan melihat data N-SPT dapat diestimasi sudut gesek dalam (φ) dalam setiap kedalaman
dengan menggunakan grafik Peck dalam Gambar 2.13.
Kedalaman (m) N-SPT (terkoreksi) Sudut Gesel Dalam (φ)
1 10 30
2 9 30

PONDASI DALAM 20
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

4 10 30
6 14 31
10 11 30
13 17 32
17 23 34
20 32 36
22 33 37
Untuk menghitung tahanan ujung diperhatikan nilai φ rata-rata antara 4d(l,6 m) ke bawah dan
8d(3,2 m) ke atas dari dasar tiang, yaitu antara kedalaman 15 sampai 20 m (Meyerhof. 1976).
Dari sini diperoleh φ rata-rata= 34°. Dengan, Lfd = 18/0,4 = 45, dari Gambar 2.17 diperoleh
tahanan ujung satuan netto, fb = 7000 kPa.
Tahanan ujung netto:
Qb = Ab. fb = (1/4) x π x 0,42 x 7000 = 880 kN
Tahanan gesek satuan diperoleh dari Gambar 2.19.
z/d = 9/0,4 = 22,5 (z = kedalaman tengah-tengah tiang)
Sudut gesek dalam rata-rata sampai kedalaman 18 m adalah φ = 31°.
Dari Gambar 2.19, diperolehh fs = 25 kPa.
Luas selimut tiang = π x 0,4 x 18 = 22,6 m2
Tahanan gesek:
Qs = As fs = 22,6 x 25 = 565 kN
Kapasitas ijin tiang netto (tekan) = (1/F)(Qb + Qs – Wp)
= (l/2,5)(880 + 565- 47) = 559,2 kN
Kapasitas ijin tiang tarik = 0,9 Wp + (1/F)Qs = 0,9 X 47 + (1/5) X 565
= 155,3 kN
Pada hitungan kapasitas tiang tarik ijin, untuk keamanan, berat tiang dikalikan faktor 0,9. Faktor
aman untuk tiang tarik umumnya lebih besar daripada tiang tekan. Dalam contoh soal ini diambil
faktor aman tekan F = 2,5 dan tarik F = 5.

2.5.3 Kapasitas Tiang dalam Tanah Kohesif


2.5.3.1 Kapasitas Tiang Pancang

PONDASI DALAM 21
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Kapasitas ultimit tiang yang dipancang dalam tanah kohesif, adalah jumlah tahanan gesek
dinding tiang dan tahanan ujungnya. Besar tahanan gesek tiang tergantung dari bahan dan bentuk
tiang. Umumnya, hila tanah homogen, tahanan gesek dinding yang berupa adhesi antara dinding
tiang dan tanah akan berpengaruh besar pada kapasitas ultimitnya.
(a) Tahanan ujung ultimit
Bila tiang terletak di dalam tanah lempung, kapasitas tiang dihitung pada kondisi
pembebanan tak terdrainase (undrained), kecuali jika lempung tennasuk jenis lempung
terkonsolidasi-berlebihan (highly overconsolidated).
Jika lempung dalam kondisi jenuh, maka φ u = 0°. Karena itu, sudut gesek antara dinding
tiang dan tanah (δ) sama dengan nol. Karena φ u = 0, maka Nq = 1 dan Nγ = 0. Persamaan
tahanan ujung ultimit yang didasarkan pada Persamaan (2.3), akan menjadi :
Qb = Ab (cb Nc +Pb) (2.22)
dengan,
Qb = tahanan ujung bawah ultimit (kN)
Ab = luas penampang ujung bawah tiang (m2)
cb = kohesi pada kondisi tak terdrainase (undrained) tanah yang terletak di bawah
ujung tiang yang nilainya diambil dari contoh tak terganggu (kN/m2)
Nc = faktor kapasitas dukung (fungsi dari φ)
Pb = tekanan overburden ujung bawah tiang (kN/m2)
Nc umumnya diambil sama dengan 9 (Skempton, 1959). Untuk lempung retak-retak, en
harus diambil dari kuat geser lempung retak-retak. Reduksi akibat pelonggaran tanah perlu
diberikan, karena pengaruh ini mengurangi kontak antara dinding tiang dan tanah.
(b) Tahanan gesek dinding ultimit
Bila tiang didalam tanah kohesif, persamaan tahanan gesek dinding ultimit yang didasarkan
pada Persamaan (2.9), menjadi:
Qs = CdAs (2.23)
dengan,
Qs = tahanan gesek dinding ultimit (kN)
Cd = adhesi antara dinding tiang dan tanah di sekitamya (kN/m2)
As = luas selimut tiang (m2)
Adhesi antara dinding tiang dan tanah didefinisikan sebagai:

PONDASI DALAM 22
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

cd = adcu (2.24)
dengan ad = faktor adhesi dan cu = kohesi tak terdrainase. Faktor adhesi (ad) sebaiknya didasarkan
pada kuat geser tanah tak terganggu (undisturbed sample). Dari Persamaan (2.24), tahanan
gesek ultimit tiang dinyatakan oleh persamaan:
Qs = adcuAs (2.25)
Dengan memberikan faktor koreksi untuk tiang yang berdiameter tidak seragam di sepanjang
tiangnya (meruncing), maka:
dengan Fw adalah faktor bentuk tiang yang sama dengan 1 untuk tiang berdiameter seragam dan
1,2 untuk tiang yang meruncing pada tanah kohesif (Simons dan Menzies, 1977).
Jika kuat geser tanah lempung bertambah dengan kedalamannya, maka nilai kohesi tak
terdrainase (cu) rata-rata diambil di sepanjang tiang, bila tanah terdiri dari lempung yang berbeda
konsistensinya (lempung lunak di atas lempung kaku), geserkan dinding harus dihitung terpisah
pada tiap lapisan, yaitu dengan menggunakan faktor adhesi yang sesuai. Untuk tiang yang
dipancang pada tanahlempung yang mudah susut, tiang harus dibebaskan dari pengaruh kembang
susut tanah.
Faktor adhesi tiang pancang (ad) dalam tanah lempung telah diteliti oleh Peck (1958),
Woodward, Nordlund dan Boitano (1961) dan Tomlinson (1963). Untuk tiang pancang, sifat-
sifat khusus hubungan cu / cu (atau ad) dan cu yang disimpulkan dari beberapa peneliti oleh
McClelland (1974) ditunjukkan dalam gambar 2.20. dalam gambar ini terlihat bahwa untuk
lempung lunak cu/cu mendekati 1. Namun, untuk lempung kaku diperoleh nilai yang sangat
berbeda-beda oleh pengaruh celah yang terbentuk pada waktu pemancangan tiang.
Estimasi adhesi ultimit (ad) untuk tiang-tiang yang dipancang dalam tanah lempung, yang
disarankan oleh Tomlinson (1963), ditunjukkan dalam Tabel 2.6.

PONDASI DALAM 23
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Tabel 2.6 Adhesi ultimit (cd) untuk tiang pancang dalam tanah lempung (Tomlinson, 1963)
Bahan Tiang Kohesi (Cu) Adhesi ultimit (cd)
(k/ft2) (k/ft2)
Beton dan kayu 0 – 0,75 0 – 0,70
0,75 – 1,50 0,70 – 1,00
1,50 – 3,00 1,00 – 1,30

Baja 0 – 0,75 0 – 0,70


0,75 – 1,50 0,70 – 1,00
1,50 – 3,00 1,00 – 1,20
Catatan : 1 k/ft = 0,488 kg/cm = 47,8 kN/m2
2 2

Tomlinson (1977) menyarankan hubungan faktor adhesi dan johesi dengan


memperhatikan bentuk-bentuk lapisan tanah seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.21.
Terlihat bahwa faktor adhesi tertinggi diperoleh dalam kasus 1, dimana tiang dipancang dalam
tanah pasir atau tanah berpasir yang terletak di atas lapisan lempung kaku. Celah yang cenderung
berbentuk diantara dinding tiang dan tanah di sekitarnya, terisi oleh bahan granuler dengan tidak
ada tahanan gesek dinding yang hilang.

PONDASI DALAM 24
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Dalam kasus II, yaitu tanah lempung lunak yang terletak di atas lempung kaku, desakan
lempung lunak ke bawah mengisi celah di antara dinding dan tanah lempung kaku di sekitarnya,
karena itu mengurangi nilai gesekan dinding.
Pada kasus III, tiang dipancang pada lempung kaku yang homogen. Celah yang terbentuk
terdapat di sekeliling bagian atas tiang. Pada bagian ini tidak ada gesekan dinding yang bekerja.
Makin dangkal penembusan tiang dan makin kaku lempungnya, semakin besar pulah celah yang
terbentuk.
Persamaan lain yang dapat digunakan untuk menentukan tahanan gesek dinding tiang
yang dipancang di dalam tanah tanah lempung disarankan oleh Vijay-Vergiya dan Focht (1972),
sebagai berikut :
Qs = λ (Po’ + 2Cu) As (2.27)
dengan,
Qs = tahanan gesek dinding ultimit
λ = koefisien tak berdimensi (Gambar 2.22)
Po’ = tekanan overburden efektif rata-rata yang diambil dari ujung tiang bawah
sampai ke permukaan tanah
Cu = kohesi tak terdrainase rata-rata di sepanjang tiang
As = luas selimut tiang
Hitungan tahanan gesek tiang dengan menggunakan persamaan 2.27 sering disebut
metode λ. Cara ini tidak memperhitungkan pengaruh seperti kasus-kasus yang diberikan
Tomlinson (gambar 2.21). karena itu, hasil hitungan mungkin akan memberikan nilai yang
terlalu tinggi untuk tiang dengan penetrasi yang dangkal ke dalam lapisan lempung kaku untuk
kasus-kasus yang identik dengan kasus II, dan sebaliknya memberikan hasil hitungan yang
sangat aman untuk kasus-kasus I (Tomlinsin, 1977). Persamaan Vijayvergiya dan Focht ini telah
banyak digunakan untuk mengestimasi tahanan gesek dinding tiang pada struktur lepas pantai
(Poulus dan Davis, 1980).

PONDASI DALAM 25
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Tanah lempung lunak dan lanau sensitif terhadap pengaruh perubahan bentuk akibat
pemancangan tiang. Karena itu, tergantung dari sensitifitas tanah, kuat gesernya akan turun pada
daerah di sekitar tiang yang berakibat turunnya tahanan gesek dinding tiang.
Untuk tiang pancang yang dicetak di tempat dengan tabung luar yang tetap tertinggal di
dalam tanah, tahanan gesek dinding tiang dapat dihitung dengan menggunakna Persamaan

PONDASI DALAM 26
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

(2.25), yaitu dengan menggunakan kuat geser tanah yang diambil dari contoh tanah tak
terganggu.

Untuk tiang beton dengan tabung luar yang ditarik ke luar, karena tanah memadat pada
saat pemancangan tabung luar tersebut, dan pemadatan tambahan terjadi sewaktu memadatkan
beton, maka faktor adhesi dinding (ad) dapat diambil kira-kira sama dengan faktor adhesi pada
tiang beton pra cetak. Pada lempung kaku dan lempung lunak, pemadatan beton yang diikuti
penarikan tabung pancang dapat mengakibatkan pembesaran dinding tiang. Karena itu, jika
pembesarannya dapat diketahui, tahanan gesek dinding tiang dapat dihitung menurut dinding
yang telah membesar ini.
(c) Kapasitas ultimit tiang
Dari persamaan-persamaan tahanan ujung dan tahanan gesek dinding tiang yang telah
diperoleh, persamaan kapasitas ultimit untuk tiang dalam tanah kohesif yang didasarkan pada
Persamaan (2.10), (2.22) dan (2.26) adalah :
Qu = Ab (cbNc + pb) + Fꞷ ad cu As – Wp (2.28)

PONDASI DALAM 27
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Karena berat sendiri tiang (Wp) mendekati sama dengan berat tanah yang dipindahkan akibat
adanya tiang, maka AbPb dapat dianggap sama dengan Wp. Oleh karena itu, persamaan (2.28)
akan terjadi :
Qu = Ab cb Nc + Fꞷ ad cu As (2.29)
dengan,
Qu = kapasitas ultimit netto tiang (kN)
Ab = luas penampang ujung bawah tiang (m2)
cb = kohesi tak terdrainase tanah di bawah dasar tiang (kN/m2)
Nc = faktor kapasitas dukung
As = luas selimut tiang (m2)
ad = faktor adhesi
cu = kohesi tak terdrainase di sepanjang tiang (kN/m2)
Fꞷ = faktor bentuk tiang (sama dengan 1 untuk tiang berdiameter seragam)
Persamaan (2.29) merupakan persamaan umum kapasitas ultimit untuk tiang yang terletak pada
tanah kohesif.
Contoh soal 2.6:
Tiang beton panjang 15 m dan berdiameter 0,5 m akan dipancang menembus tanah lempung,
dengan kondisi lapisan sebagai berikut :
0 – 5 m ; lempung; γ1’ = 10 kN/m3, cu1 = 30 kPa, φu1 = 0o
5 – 25 m ; lempung; γ2’ = 10=3 kN/m3, cu2 = 30 kPa, φu2 = 0o
Hitunglah kapsitas ultimit tiang tersebut.
Penyelesaian :
(1) Tahanan ujung ultimit
Qb = Ab cu2 Nc
Cu2 = 40kPa, Nc = 9
1 1
Ab = π d2 = x π x 0,52 = 0,2 m2
4 4
Qb = 0,2 x 40 x 9 = 72 kN
Cek tahanan ujung satuan maksimum :
Fb = Qb / Ab = 72 / 0,16 = 450 kN/m2 < 10700 kN/m2 (OK !)
(2) Tahanan gesek ultimit

PONDASI DALAM 28
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Keliling tiang = π d = π x 0,5 = 1,57 m


Dari gambar 2.20, misalnya dipilih kurva Tomlinson :
Untuk cu1 = 30 kPa, diperoleh ad = cd / cu = 0,92
Untuk cu2 = 40 kPa, diperoleh ad = 0,80
Qs = Ʃ ad cu As
Kedalaman 0 – 5 m : Qs1 = 0,92 x 30 x 1,57 x 5 = 216,66 kN
5 – 15 m : Qs2 = 0,8 x 40 x 1,57 x 10 = 502,4 kN
Qs = Qs1 + Qs2 = 216,66 + 502,4 = 719,06 kN
Cek tahanan gesek satuan maksimum :
Fs = Qs/As = 502,4/15,7 = 32 kN/m2 < 107 kN/m2 (OK!)
(3) Kapasitas ultimit netto :
Qu = Qb + Qs = 72 + 719,06 = 791,06 kN
Perhatikan bahwa untuk tiang dalam tanah lempung, kapasitas ultimit netto diperoleh dengan
tanpa mengurangi berat tiang (Wp).
2.5.3.2 Kapasitas Tiang Bor cetak di Tempat dalam tanah Lempung
Pekerjaan pengeboran tanah pada pemasangan tiang menyebabkan perubahan kuat geser
tanah lempung yang serius. Selain itu, pengecoran beton juga menambah kadar air lempung
sehingga mengurangi kuat geser lempung. Tahanan ujung tiang bor (Q b) dapat dinyatakan oleh
persamaan :
Qb = μ Ab Nc cb (2.30)
dengan,
Qb = tahanan ujung ultimit (kN)
μ = faktor koreksi, dengan μ = 0,8 untuk d<1 m, dan μ = 0,75 untuk d>1 m
Ab = luas penampang ujung bawah tiang (m2)
cb = kohesi tanah di bawah ujung tiang pada kondisi tak terdrainase (undrained)
(kN/m2)
Nc = faktor kapasitas dukung (Nc = 9)

Untuk menghitung tahanan ujung, faktor kapasitas dukung Nc = 9 dapat digunakan


(Skempton, 1966). Kedalaman penembusan tiang pada lapisan pendukung disarankan paling
sedikit 5 kali diameter tiang. Jika tanah termasuk jenis tanah lempung retak-retak, maka cb

PONDASI DALAM 29
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

diambil nilai minimumnya. Untuk menghitung tahana gesek dinding tiang bor, Skempton (1966)
menyarankan faktor adhesi 0,45 digunakan dalam persamaan 2.25. Dengan demikian, persamaan
tahanan gesek dinding tiang bor, menjadi :
Qs = 0,45 cu As (2.31)
dengan,
Cu = kohesi rata-rata tanah pada kondisi tak terdrainase di sepanjang tiang (kN/m2)
As = luas selimut tiang (m2)
Faktor adhesi pada tiang bor yang ujung bawahnya dibesarkan dapat diambil lebih kecil.
Hal ini karena waktu pelaksaan pekerjaannya yang lebih lama. Umunya, tiang harus segera dicor
sesudah pengeboran. Air yang dipakai untuk membantu proses pengeboran mengakibatkan
penurunan faktor adhesi. Untuk tiang bor yang bentuknya membesar pada bagian bawah,
disarankan agar tahanan geseknya (Q), diabaikan pada lokasi sejarak 2 kali diameter tiang,
dihitung dari batas atas bagian yang dibesarkan (lihat Gambar 2.6).
Kapasitas ultimit tiang bor dinyatakan oleh persamaan :
Qu = Qb + Qs (2.32)
Dengan subsitusi Qb dan Qs akan diperoleh :
Qu = μ Ab Nc cb + 0,45 c A (2.33)
Persamaan (2.33) merupakan persamaan kapasitas ultimit untuk tiang bor cor di tempat.

Contoh soal 2.7 :


Tiang bor dengan diameter 0,50 m dan panjang L = 20 m akan dipasang pada tanah lempung
dengan kondisi lapisan tanah seperti dalam Tabel C2.3
Tabel C2.3
Kedalaman (m) Cu (kPa)
0 – 1,5 30
1,5 – 8 50
>8 80

Bila muka air tanah di permukaan, hitung kapasitas ijin tiang, bila faktor aman F = 3.
Penyelesaian :
Luas dasar tiang : Ab = ¼ x π x 0,52 = 0,2 m2
Keliling tiang = d = π x 0,5 = 1,67 m2

PONDASI DALAM 30
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

(1) Tahanan ujung ultimit


Tahanan ujung ultimit tiang bor : Qb = μ Cb Ab Nc
Untuk d < 1 m, maka μ = 0,8
Nilai cb diambil kohesi rata-rata pada kedalaman 5d = 5 x 0,5 = 2,5 m di bawah dasar tiang, yaitu
cb = 80 kPa.
Qb = 0,8 x 80 x 0,2 x 9 = 115,2 kN
(2) Tahanan gesek ultimit
Tahanan gesek ultimit tiang bor (Skempton, 1966) :
Qs = Ʃ 0,45 cu As
= 0,45 x 30 x 1,67 x 1,5 = 33,81 kN
0,45 x 50 x 1,67 x 6,5 = 244,24 kN
0,45 x 80 x 1,67 x 12 = 721,44 kN
Qs = 999,49 kN
Cek terhadap tahanan gesek satuan maksimum :
Diambil yang terbesar fs = 0,45 x 80 = 36 kPa < 107 kPa
(OK ! (3) Kapasitas tiang ultimit
Qu = Qb + Qs = 115,2 + 999,49 = 1114,69 kN
Kapasitas ijin tiang :
Qa = Qu / 3 = 1114,69 / 3 = 371,56 kN
2.5.4 Kapasitas Tiang pada Kondisi Terdrainase (Drained)
Jika tiang berada dalam tanah lempung kaku yang terkonsolidasi berlebihan
(overconsolidated), maka hitungan kapasitas tiang yang paling kritis dapat terjadi pada kondisi
tanah yang telah terdrainase (drained) dari pada kondisi tak terdrainase (undrained) (Vesic, 1967,
1969; Chandler, 1966, 1968). Dengan kata lain, hitungan-hitungan didasarkan pada parameter
tegangan efektif. Pada kondisi ini, adhesi antara tanah dengan dinding tiang menjadi nol dan
suku persamaan kapasitas dukung Nc dan Nγ dapat diabaikan. Untuk ini, kapasitas ultimit netto
tiang dapat dinyatakan oleh persamaan :
Qu = Ab Pb’Nq + As Po’ Kd tg δ ‘ – Wp (2.34)
dengan,
Ab = luas penampang ujung bawah tiang (m2)
Pb’ = tekanan overburden efektif pada ujung bawah tiang (kN/m2)

PONDASI DALAM 31
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Nq = faktor kapasitas dukung yang nilainya dapat diambil seperti pada hitungan
kapasitas tiang pada tanah pasir
As = luas selimut tiang (m2)
Po’= tekanan overburden efektif rata-rata di sepanjang tiang (kN/m2)
Kd = koefisen yang tergantung dari kondisi tanah
δ ‘ = sudut gesek pada kondisi terdrainase, antara dinding tiang dan tanah
Wp = berat sendiri tiang (kN)
Nilai Kd tg δ ‘ yang minimum terdapat pada kempung terkonsolidasi normal (normally
consolidated) (Burland, 1973), dan dapat dinyatakan oleh persamaan :
β = Kd tg δ ‘ = ( 1 – sin φ ‘ ) tg φ ‘
dengan φ ‘ adalah sudut gesek dalam efektif tanah lempung. Untuk φ ‘ di anatara 20 sampai 30 o,
nilai β pada persamaan (2.35) berkisar antara 0,24 sampai 0,29. Meyerhof (1976) juga
memberikan nilai yang sama untuk β. Namun terdapat data bahwa nilainya berkurang bila
panjang tiang bertambah, dan untuk tiang yang panjang (lebih kurang 60 m), β daoat menurun
sampai 0,15. Untuk tiang bor dan tiang pancang dalam tanah lempung kaku, Burland (1973)
menyarankan nilai Kd = Ko dan δ ‘ diambil dari sudut gesek dalam lempung terganggu. Nilai
yang diperoleh merupakan nilai maksimum dari tahanan gesek dindig pada tiang bor. Sedangkan
untuk tiang pancang, nilai tersebut merupakan nilai tahana gesek dinding minimumnya.
Meyerhof (1976) menyarankan Kd = 1,5 Ko untuk tiang pancang dalam tanah lempung kaku,
sedang untuk tiang bor Kd (bor) = 0,5 Kd(pancang). Untuk lempung over consolidated Ko dapat
diestimasi dari persamaan :
Ko = ( 1 – sin φ ‘) (2.36)
dengan OCR adalah nilai banding overconsolidation (Overconsolidation Ratio). Nilai δ ‘ secara
pendekatan dapat diambil sama dengan φ ‘, yaitu nilai sudut gesek dalam terdrainase (drained)
lempung.
2.5.5 Kapasitas Tiang dalam Tanah c - φ
Jika tiang berada dalam tanah lempung berpasir dengan kohesi yang besar dan φ sangat
kecil, maka dalam menghitung kapasitas tiang komponen gesekan sebaiknya diabaikan.
Sebaliknya, jika dijumpai tanah dengan φ yang besar dengan kohesi yang sangat kecil, maka
dalam hitungan kapasitas tiang sebaiknya kohesi c diabaikan ( c = 0 ). Akan tetapi, jika tanah

PONDASI DALAM 32
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

mempunyai kedua kompenen kohesi (c) dan gesekan (φ) yang cukup berarti (tanah c - φ), maka
tahanan dukung ujung tiang dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.1 0).
Jika muka air tanah terletak di atas dasar tiang, maka dalam menghitung p 0' untuk tanah
yang terendam digunakan berat volume tanah terapung (γ'). Seperti yang telah dipelajari, tahanan
ujung ultimit per satuan luas sebaiknya tidak melebihi 10700 kN/m 2. Kecuali, bila datanya
diambil dari data basil pengujian tiang.
Contoh soal 2.8 :
Tiang beton bujur sangkar dengan lebar 0,4 m dan panjang 9 m dipancang dalam tanah pasir
berlempung, dengan c = 40 kN/m2, φ = 28° dan berat volume basah γ b = 21 kN/m3. Jika
dianggap muka air tanah sangat dalam, hitung kapasitas ultimit dan kapasitas ijin, bila F = 2,5.
Berat volume beton 24 kN/m3.
Penyelesaian :
Tahanan gesek tiang akan berupa jumlah tahanan dari komponen kohesi dan komponen gesekan.
(1) Tahanan gesek ultimit dari komponen gesekan
Untuk φ = 28°, δ = ¾ x 28° = 21° (tiang beton)
Untuk φ = 28°, kira-kira Kd = 1 (lihat Tabel 2.2 dan Tabel 2.4)
Po' = 0,5 (0 + 9 x 21) = 189 kN/m2
Qs2 = Kd p0' tg δ As = 1 x 84 x tg 21° x 9 x 4 x 0,4 = 455,3 kN
(2) Tahanan gesek ultimit dari komponen kohesi
Dengan Cu = 40 kN/m2, dari Gambar 2.20 : ad = cd / cu = 0,7
Qs2 = ad Cu As = 0,7 x 40 x 9 x 4 x 0,4 = 403,2 kN
Tahanan gesek total : Qs = 455,3 + 403,2 = 858,5 kN
Cek tahanan gesek satuan maksimum :
f = Qs / As = 858,5/(9 x 4 x 0,4) = 59,61 kN/m2 < 107 kN/m2 (OK!)
(3) Tahanan ujung ultimit
Tahanan ujung ultimit Qb dihitung dengan menggunakan persamaan kapasitas dukung Terzaghi.
Dari Gambar 2.6 (lihat T. Fondasi 1), untuk φ = 28°, maka Nc = 30, Nq = 19, N γ = 17.
Qb = Ab (1,3 c Nc + Pb' Nq + 0,4 γ d N γ)
= (0,4)2(1,3x40x30+21 x8x 19+0 ,4x21 x0,4 x 17)
= 769,46 kN

PONDASI DALAM 33
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Cek terhadap tahanan ujung maksimum :


Fb = Qb/Ab = 769,46/(0,4)2 = 4809,13 kN/m2 < 10700 kN/m2 (OK!)
Wp = 9 x 0,4 x 0,4 x 24 = 34,56 kN
Jadi, kapasitas ijin tiang ( F = 2,5 ) :
Qa = (1/2,5)(858,5 + 769,46 – 34,56) = 637,36 kN
2.5.6 Kapasitas Tiang dari Uji Kerucut Statis (Sondir)
(a) Kapasitas tiang dalam tanall granuler
Vesic ( 1967) menyarankan tahanan ujung tiang persatuan luas (fb) kurang lebih sama
dengan tahanan kerucut (qc) atau
fb = qc (2.38)
Tahanan ujung ultimit tiang (Qb) dinyatakan oleh persamaan :
Qb =Ab qc (2.39a)
Meyerhof ( I976) juga menyarankan penggunaan Persamaan (2.39a) tersebut, yaitu dengan q c
adalah qc rata-rata dihitung dari 8d di atas dasar tiang sampai 4d di bawah dasar tiang (Gambar
2.23)
Bila belum ada data hubungan antara tahanan kerucut (qc) dan tahanan tanah yang meyakinkan,
Tomlinson ( I977) menyarankan penggunaan faktor ꞷ untuk hitungan tahanan ujung :
Qb = ꞷ Ab qc (2.39b)
dengan ꞷ = 0,5.
Untuk hitungan tahanan ujung tiang dari uji sondir ini Heijnen (1974); DeRuiter dan
Beringen (1979) menyarankan nilai faktor ꞷ seperti diperlihatkan dalam Tabel 2.7.
Tabel 2. 7 Faktor ꞷ yang digunakan dalam Persamaan 2.39b (Heijnen. 1974; DeRuiter dan
Beringen, 1979)
Kondisi tanah Faktor ꞷ
Pasir terkonsolidasi normal (OCR=1) 1

Pasir mengandung banyak kerikil kasar; 0,67


pasir dengan OCR= 2 sampai 4

Kerikil halus;pasir dengan OCR 6 sampai 10 0,5

PONDASI DALAM 34
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Vesic (I967) menyarankan bahwa tahanan gesek per satuan Iuas (fs) pada dinding tiang beton
adalah 2 kali tahanan gesek dinding mata sondir (qf), atau
fs = 2 qf (kg/cm2) (2.40a)
Untuk tiang baja profil H,
fs = qf (kg/cm2) (2.40b)
Tahanan gesek satuan antara dinding tiang dan tanah, secara empiris dapat pula diperoleh dari
nilai tahanan ujung kerucut yang diberikan oleh Meyerhof ( I956), sebagai berikut :
(1) Untuk tiang pancang beton dan kayu pada tanah pasir
qc
Fs ≡ (kg/cm2) (2.41a)
200
(2) Untuk tiang pancang baja profil H pada tanah pasir

Fx = qc/400 (kg/cm2)
(3) Di Belanda, untuk tiang-tiang beton dan kayu pada tanah pasir, digunakan persamaan :
Fx = qc/250 (kg/cm2)
Dengan f, adalah tahanan gesek dinding tiang ultimit per satuan luas dan q, adalah tahanan ujung
kerucut statis (kg/cm2) rata-rata di sepanjang tiang. Untuk tiang pancang yang tidak berbentuk
meruncing, Meyerhof membatasi nilai gesek dinding ultimit persatuan luas harus tidak lebih dari
fx =1,08 kg/cm2 (107 kN/m2) dan untuk baja profil H, fx= 0,54 kg/cm2 (54 kN/m2) Tahanan
gesek pada tiang baja profil H. dihitung pada seluruh permukaan sayap dan badan.

Gambar 2.23 Hitungan tahanan ujung tiang dari data tahanan kecrucut statis (sondir) cara
Meyerhof (1976).
Tahanan gesek dinding tiang dinyatakan oleh persamaan :

PONDASI DALAM 35
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Qs=AxFx
Perlu diperhatikan bahwa Persamaan-persamaan (2.41a), (2.41b) dan (2.41c) tidak dapat
digunakan sebagai acuan umum karena tahanan gesek dinding tiang bergantung pada bahan
tiang, volume tanah yang dipindahkan oleh akibat pemancangan dan bentuk tiang (seragam atau
meruncing).
Kapasitas ultimit tiang (Q11), dihitung dengan persamaan :
Qu = Ah qc + Asfx
dengan,
Ah = luas ujung bawah tiang
Ax = luas selimut tiang
qc = tahanan ujung kerucut statis
fx = tahanan gesek dinding satuan
Prosedur penggunaan diagram tahanan kerucut statis untuk menghitung kapasitas tiang dalam
tanah granuler, adalah sebagai berikut :
(I) Perhatikan diagram tahanan kerucut per kedalamannya dan pilihlah kedalaman sementara
yang dianggap mendekati kapasitas ultimit bahan tiang yang dipakai.
(2) Hitung nilai rata-rata tahanan kerucut pada kedalaman tertentu, menurut cara Meyerhof atau
yang lain. Untuk cara Meyerhof, hitungan tahanan kerucut rata-rata (qJ diambil pada jarak 8d
di atas titik kedalaman yang dipilih dan 4d di bawah titik tersebut.
(3) Dari nilai rata-rata tahanan kerucut yang diperoleh dari butir (2), hitung tahanan ujung tiang
dengan menggunakan Persamaan (2.39a) atau (2.39b).
(4) Dari tahanan kerucut rata-rata di sepanjang kedalaman yang dipilih, hitung tahanan gesek
dinding tiang dengan menggunakan Persamaan (2.42) atau yang lain.
(5) Hitung kapasitas tiang ultimit total (Q11), yaitu dengan menjumlahkan tahanan ujung dan
tahanan gesek yang diperoleh pada langkah (3) dan (4) atau menggunakan Persamaan (2.43).
Kemudian, bagilah dengan faktor aman 2,5 - 3 untuk memperoleh kapasitas ijin (QJ.
(6) Cek nilai Qa yang terhitung dengan kekuatan bahan tiang ijin.
(7) Jika setelah dikalikan dengan jumlah tiang, kapasitas ijin yang diperoleh dari butir (5) lebih
kecil dari beban total struktur, maka kedalaman tiang harus ditambah untuk menaikkan
tahanan gesek dinding dan tahanan ujungnya (dengan mempertimbangkan pula kekuatan
bahan tiang). Cara lain, yaitu dengan pembesaran ujung tiang. Akan tetapi perlu diingat

PONDASI DALAM 36
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

bahwa tiang pancang dengan pembesaran ujung akan memperkecil tahanan gesek dindingnya.
Jika tiang berdiameter besar pada ujungnya, untuk mencapai tahanan ujung ultimit yang
optimal, disarankan agar tiang dipancang cukup dalam ke dalam lapisan pendukung yang
dipilih berdasarkan nilai tahanan kerucutnya.
(b) Kapasitas tiang dalam tanah kohesif Jika tanah kohesif, umumnya, tahanan kerucut statis (q c
dihubungkan dengan kohesi tak terdrainase (undrained cohesion) (cu). yaitu :
Cu.Nc = qc (kg/cm2)
Tahanan gesek per satuan luas (fx) dari tiang pancang, secara aman, dapat diambil sama
dengan tahanan gesek selimut sondimya (qf) (Bogemann, 1965), atau
fx = qf (kg/cm2)
Kapasitas ultimit tiang pancang, dinyatakan dalam persamaan
Qu =Ah qc + Ax qf
dengan,
Ah = luas ujung bawah tiang (cm2)
Ax = luas dinding tiang (cm2)
qc = tahanan penetrasi kerucut statis (kg/cm2)
qf = tahanan gesek kerucut statis (kg/cm2)
5. 7 Kapasitas Tiang dari Uji Penetrasi Standar (SPT)
Kapasitas Tiang dari Uji Penetrasi Standar (SPT)
Kapasitas ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N hasil uji SPT Untuk tiang
pancang yang terletak di dalam tanah pasir jenuh, Meyerhof ( I956) menyarankan persamaan
sebagai berikut :
Qu= 4NhAh+1/50 N Ax
Untuk tiang pancang baja profit :
Qu= 4NhAh+1/100 N Ax
Pada penelitian selanjutriya Meyerhof ( 1976) mengusulkan persamaan untuk menghitung
tahanan ujung tiang :
Qh = Ah (38 N) (Lh/d) ≤ 380 N (Ah) (kN)
Faktor Aman
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi kapasitas ultimit tiang
dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan maksud:

PONDASI DALAM 37
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

a) Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang digunakan.


b) Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas tanah.
c) Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban yang bekerja.
d) Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau kelompok
tiang masih dalam batas-batas toleransi.
Reese dan O'Neill ( 1989) menyarankan pemilihan faktor aman (F) untuk perancangan fondasi
tiang (Tabel 2.8), yang dipertimbangkan faktorfaktor sebagai berikut:
a) Tipe dan kepentingan dari struktur.
b) Variabilitas tanah (tanah tidak uniform).
c) Ketelitian penyelidikan tanah.
d) Tipe dan jumlah uji tanah yang dilakukan.
e) Ketersediaan data di tempat (uji beban tiang).
f) Pengawasan/kontrol kualitas di lapangan.
g) Kemungkinan beban desain aktual yang terjadi selama beban layanan struktur.
Klasifikasi Faktor aman (F)
Struktur Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
Baik Normal Jelek Sangat jelek
Monumental 2,3 3 3,5 4
Permanen 2 2,5 2,8 3,4
Sementara 1,4 2 2,3 2,8
Variasi besamya faktor aman yang telah banyak digunakan untuk perancangan fondasi tiang
bergantung pada jenis tiang, sebagai berikut :
(a) Tiang pancang
Qu = Qu/2,5
Beberapa peneliti menyarankan faktor aman yang tidak sama untuk tahanan gesek dinding dan
tahanan ujung. Kapasitas ijin dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Qu = Qh/3 + Qx/1,5
Penggunaan faktor aman sebesar 1,5 untuk tahanan gesek dinding (Qx) yang lebih kecil dari
faktor aman untuk tahanan ujung tiang (yaitu 3), karena nilai puncak dari tahanan gesek dinding
tiang dicapai bila tiang mengalami penurunan 2 sampai 7 mm, sedang tahanan ujung (Q h)
membutuhkan penurunan yang lebih besar agar tahanan ujungnya bekerja secara penuh.
Contoh soal 2.9:

PONDASI DALAM 38
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Tiang pancang beton bulat berdiameter 0,45 m, harus mendukung be ban kerja sebesar 750 kN.
Data teknis tanah adalah sebagai berikut :
0 - 10 m ; lempung lunak : cu= 10 kN/m2,Y’ = 9 kN/m3
10 - 21 m ; pasir kepadatan sedang : y' = 10 kN/m3
21 - 30 m ; pasir padat : y' = 10 kN/m3
Air tanah di permukaan. Dari uji penetrasi kerucut statis (sondir), diperoleh variasi q, dengan
kedalaman seperti yang terlihat pada Gambar C2.5. Hitung faktor aman (F) menurut (a) cara
Brom dan (b) cara Meyerhof.
Penyelesaian :
Dicoba dengan dasar tiang pada lapisan pasir padat. Ujung tiang sebaiknya harus masuk lapisan
pasir padat minimum sedalam 4d = 4 x 0,45 = 1,8 m. Panjang tiang L = 21 + 1,8 = 22,8 m,
dipakai L = 23 m. Dengan demikian, panjang tiang yang menembus lapisan pasir padat adalah 2
m.
(a) Hitungan tahanan gesek ultimit
Tahanan gesek ctari bagian tiang yang beracta ctalam lapisan lempung lunak ctiabaikan, karena
kecil. Pada pasir kepactatan sectang : qc rata-rata = 25 kglcm:. dari Gambar 2.13,
maka = 30°. Untuk tiang beton δ = 0,75 x 30° = 22,5°, Kd = I (Tabel 2.2 dan 2.3)

Pacta pasir padat : qc rata-rata = 135 kg/cm2, ctengan mengambil nilai yang minimum ϕ = 36°
dan δ = 0,75 x 36° = 27°, Kd = 2 (Tabel 2.2 ctan 2.3)
Pada kectalaman 20d ctari lapisan pasir, Po' ctianggap konstan: zc = 20 x 0,45 = 9 m, dari
permukaan pasir, atau 10 + 9 = 19 m dari permukaan tanah.
Pada kedalaman 19 m: po' = 10 x 9 + 9 x 10 = 180 kN/m2

PONDASI DALAM 39
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Pada kectalaman I 0 m : po' = I 0 x 9 = 90 kN/m2 Tahanan gesek tiang pada lapisan pasir sedang:
Qd = ∑ Ax Kd po’ tg δ
= π x 0,45 x 9 x 1 x 0,5 (90+180) x tg 22,5o + π x 0,45 x 2 x 1 x 180 x tg 22,5o
= 922,3 kN
Pada lapisan pasir padat Po’ = 180 kN/m2 (karena z > 20d)
Qx2 = π x 0,45 x 2 x 2 x 180 x tg 27o
Cek terhadap batasan tahanan gesek satuan maksimum :
2 x 180 x tg 27° = 183,45 kN I m2 > 107 kN/m2 , maka dipakai nilai
maksimumnya, fx2 = 107 kN/m2. Dihitung lagi,
Qx2 = π X 0,45 X 2 X 107 = 302,54 kN
Jadi, tahanan gesek total Q, = 922,3 + 302,54 = 1224,8 kN
Bila dipakai cara Meyerhof(Persamaan 2.41a) :
qx1 = qc/200 = 25/ 200 = 0,125 kg/cm2
= 0,125 X 98,1 = 12,26 kN/m2
Qx2 = 135/200 = 0,675 kg/cm2
= 0,675 x 98,1 = 66,22 kN/m2
Tahanan gesek total:
Qx = (π X 0,45) (12,26 X 11 + 66,22 X 2)
= 377,88 kN
Terlihat bahwa dengan cara Meyerhof, tahanan gesek ultimit (Qx) lebih Rendah
(b) Tahanan ujung ultimit
Nilai qc diambil rata-rata dari 8d di atas ujung tiang dan 4d di bawahnya. Dari Gambar
C2.5, sepanjang 8d di atas ujung tiang qc rata-rata = 80 kg/cm2 dan 4d di bawahnya q c =
135 kg/cm2. Nilai rata-rata qc sepanjang (8d + 4d) adalah = I 07,5 kg/cm2.
Pada cara Broms, nilai Kd = 2 dan ϕ = 37o, δ= (2/3) 37 = 24,67°. Der;Jgan Lld
= 22/0,45 = 49, maka Nq = 77 (Gambar 2.14).
Tahanan ujung ultimit cara Broms:
Qh = Ahph'Nq = ¼ x π x 0,452 X 180 x 77 = 2204,2 kN.
Bila dihitung dengan cara Meyerhof:
Tahanan ujung dengan memperhatikan tahanan kerucut statis qc rata-rata = 107,5 kg/cm2
(dengan memberikan faktor ω = 0,5 pada tahanan ujung) :

PONDASI DALAM 40
MELYSHA TRIANSHY (G1B017026)

Qh =ω Ah qc = 0,5 X 1/4 x π x 0,452 X 107,5 X 98,1 = 836,60 kN


Hitungan faktor aman (F)
Berat tiang (y beton = 25 kN/m3), WP = 1/4 x π x 0,452 x 25 x 23 = 87,8 kN
Jawaban soal (a):
Faktor aman untuk cara Broms : F = 1224,8 + 2204,4 - 91,4/750 = 4,45
Jawaban soal (b):
Faktor aman untuk cara Meyerhof : F = 377,88 + 836,60 - 91,4/750 = 4,49

PONDASI DALAM 41

Anda mungkin juga menyukai