Anda di halaman 1dari 32

Load and Resistance Factor Design dibandingkan Allowable Stress Design/ASD

dalam Perencanaan Stuktur Baja

Abstrak
Dua metode yang sering digunakan dalam perencanaan struktur baja yakni perencanaan
berdasarkan tegangan kerja/ working stress design ( Allowable Stress Design/ASD) dan
perencanaan kondisi batas/ limit states design ( Load and Resistance Factor Design/
LRFD). Berbeda dengan konsep tegangan kerja/ ijin dengan faktor keamanan tunggal
dalam perencanaan struktur baja, Load Resistance Faktor Design mengenal berbagai
faktor keamanan untuk mengakomodasi berbagai kemungkinan kelebihan beban dan
kemungkinan kegagalan elemen struktur yang direncanakan pada berbagai kondisi batas.
Kondisi batas yang dimaksudkan adalah leleh, fraktur, tekuk lokal penampang, tekuk
global komponen struktur dan kondisi batas lainnya. Hal ini memberikan gambaran
perencanaan lebih rasional dan memeberikan keleluasaan kepada perencana untuk
menentukan desain berdasarkan kondisi batas yang dipilihnya.

Pendahuluan
Metode tegangan kerja/ASD telah digunakan kurang lebih 100 tahun, dan selama 20
tahun terakhir prinsip perencanaan struktur baja telah beralih ke konsep LRFD yang lebih
rasional berdasarkan konsep probabilitas. Perencanaan struktur baja yang dilakukan di
Indonesia mengacu kepada Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia ( PPBBI,
1984). Perencanaan tersebut menganut konsep tegangan ijin/ASD, dimana dalam
perencanaan tegangan yang terjadi pada elemen struktur yang diakibatkan oleh beban
kerja direncanakan tidak melebihi tegangan ijin.

Konsep LRFD Dalam Desain Struktur Baja


Perencanaan struktur baja dalam konsep LRFD adalah mengacu kepada kondisi batas
kemampuan dalam memenuhi fungsi-fungsinya. Kadaan batas dibagi dua yakni tahanan
dan kemampuan layan. Keadaan batas tahanan (keamanan) adalah perilaku struktur saat
mencapai plasis, tekuk , leleh, fracture dan gelincir. Keadaan batas kemampuan layan
berkaitan dengan kenyamanan pengguna bangunan yakni lendutan, getaran, perpindahan
dan retak-retak yang mungkin terjadi. Keadaan batas tersebut dapat tercapai dengan
memperhitungkan kelebihan beban atau pengurangan kekuatan struktur yang terjadi pada
masa layan dibandingkan dengan beban nominal dan kuat nominal. Kelebihan beban
dapat diakibatkan oleh kemungkinan perubahan fungsi bangunan yang mengakibatkan
berubahnya nilai beban-beban yang dipikul struktur, sedangkan pengurangan kekuatan
struktur dapat disebabkan oleh kemungkinan ketidak sempurnaan bahan dan
penyederhanaan perhitungan kekuatan dibandingkan dengan kondisi bahan dan
perhitungan teoritis yang digunakan.

Konsep probabilitas dalam mengkaji keamanan struktur adalah metode keandalan mean
value first order secound - moment dimana pengaruh beban ( Q) dan tahanan ( R )
dianggap sebagai variable acak yang saling tak bergantung dengan frekuensi distribusi
tipikal sebagai berikut:

1
Agar lebih sederhana maka diturunkan variable R/Q atau ln ( R/Q) dengan ln ( R/Q) < 0
menunjukkan kegagalan seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut :

Besaran ln(R/Q) manjadi defenisi kegagalan. Variabel disebut indeks keandalan (


reliability indeks) dan bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:
Menunjukkan konsistensi perencanaan berbagai jenis komponen struktur.
Dapat digunakan untuk menemukan metode baru dalam perencanaan komponen
struktur.
Dapat digunakan sebagai indicator dalam mengkalibrasi tingkat faktor keamanan
komponen struktur.

Konsep perencanaan LRFD mengadopsi indeks keandalan kedalam persamaan yang


lebih umum dikenal sebagai :

Rn i Qi
(1)

2
Dimana :
: faktor keamanan untuk sisi kekuatan atau kactor reduksi kekuatan
Rn : kuat nominal komponen struktur, diambil nilai terkecil dari beberapa
kemungkinan kegagalan ( kondisi batas) yang mungkin terjadi.
i : factor keamanan untuk sisi beban atau factor pengali beban ( overload factors).
Qi : berbagai jenis beban yang direncanakan untuk dipikul komponen struktur.

Rn : representasi tahanan atau kekuatan rencana suatu komponen struktur.


i Qi : beban terfaktor yang harus dipikul oleh komponen struktur.
Faktor Reduksi Kekuatan
Faktor reduksi kekuatan diadakan untuk memeprhitungkan kemungkinan
ketidaksempurnaaan dan penyimpangan kekuatan bahan serta perbedaan kekuatan
dibandingkan dengan perhitungan kekuatan secara teoritis yang digunakan. Nilai
diambil lebih kecil dari satu, sehingga kekuatan rencana sebuah komponen struktur Rn
akan lebih kecil dara pada kekuatan nominalnya, Rn. Besar nilai bervariasi menurut
jenis komponen struktur dan kondisi batas yang diperhitungkan.

Faktor reduksi kekuatan komponen struktur berdasarkan metode LRFD


Kuat Rencana Faktor Reduksi (
)
Komponen struktur memikul gaya tarik
Keadaan batas leleh 0.90
Keadaan batas fracture 0.75
Komponen struktur memikul gaya tekan 0.85
Komponen struktur memikul lentur, geser 0.90
Sambungan las
Las tumpul penuh 0.90
Las sudut, las pengisi dan las tumpul sebagian 0.75

Faktor dan Kombinasi Beban


Faktor baban i dimaksudkan untuk memparhitungkan kemungkinan meningkatnya
beban dari nilai beban minimum yang disyaratkan. Nilai i umumnya lebih besar dari
1.0 sehingga beban rencana yang kan dipikul oleh struktur ditingkatkan menjadi i Qi .
Nilai factor beban yang digunakan tergantung pada kombinasi beban yang
diperhitungkan. Adapun factor dan kombinasi beban tersebut adalah sebagai berikut:
a. 1.4 D
b. 1.2 D + 1.6 L + 0.5 ( La atau H)
c. 1.2 D + 1.6 (La atau H) + (L L atau 0.8 W)
d. 1.2 D + 1.3 W + L L (La atau H)
e. 1.2 D 1.0 E + L L
f. 0.9 D ( 1.3 W atau 1.0 E)

3
Dimana :
D : beban mati yang diakibatkan oleh berat struktur permanent, termasuk dinding,
lantai, plafon, partisi tetap, tangga dan peralatan tetap lainnya.
L : beban hidup yang diakibatkan oleh pengguna gedung termasuk kejut.
La : beban hidup diatap yang ditimbulkan oleh pekerja, perawatan oleh pekerja dan
material.
H : beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan oleh genangan air.
E : beban gempa yang ditentukan sesuai peraturan gempa L = 0.5 apabila L < 5 kPa
dan L = 1 apabila L 5 kPa. Factor beban L = 1 untuk garasi parker gedung
pertemuan umum dan semua daerah yang memikul beban hidup lebih besar dari 5
kPa.

Komponen Struktur Yang Memikul Gaya Tarik

Pada struktur baja batang tarik banyak ditemukan, batang ini dapat berupa profil tunggal
maupun profil ganda atau tersusun. Batang tarik dapat berupa baja bulat, pelat, siku
tunggal, siku ganda, kanal tunggal, kanal ganda dll.
Untuk komponen struktur baja memikul gaya tarik/ batang tarik harus di desain
sedemikian rupa sehingga harus memenuhi rumus sebagai berikut:

N u t N n
dimana :
Nu : kuat tarik perlu yakni nilai gaya tarik akibat beban terfaktor dengan nilai terbesar
yang diambil dari kombinasi pembebanan.
Nn : kuat tarik nominal, yakni kuat tarik pada kondisi batas yang di perhitungkan.
t : factor reduksi untuk komponen struktur yang memikul gaya tarik, 0.90 untuk
kondisi batas leleh dan 0.75 untuk kondisi batas fraktur.

Tahanan tarik nominal komponen struktur tarik ditentukan oleh beberapa factor yakni :
1. Leleh penampang (yielding) pada seluruh penampang bruto
2. Fracture pada penampang efektif
3. Geser pada sambungan

Kondisi leleh penampang


Untuk kondisi leleh penampang tahanan nominal adalah :
N n f y Ag

Kondisi Fracture
Untuk kondidi fracture dimana sambungan adalah menggunakan sambungan baut tahan
nominalnya adalah :
N n f u . Ae

Dimana :
fy : kuat leleh material, MPa
Ag : luas penampang bruto, mm2
fu : tegangan tarik putus, MPa
Ae : luas penampang effektif, mm2

4
Penampang Effektif
Luas penampang efektif komponen struktur yang memikul gaya tarik akan ditentukan
rumus sebagai berikut:

Ae AnU
x
U 1 0.9
L
dimana
An : luas penampang netto, mm2
U : koefisien reduksi
x : eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus arah gaya tarik , antara titik berat
penampang komponen yang disambung dengan bidang sambungan, mm.
L : panjang sambungan dalam arah gaya tarik , yakni jarak antara dua baut yang
terjauh pada suatu sambungan atau panjang las dalam arah gaya tarik, mm.

Geser Blok
Kombinasi keruntuntuhan yang diakibatkan oleh kombinsi geser dan tarik dinamakan
geser blok. Keruntuhan ini sering terjadi pada sambungan dengan baut terhadap pelat
badan yang tipis pada komponen struktur yang memikul gaya tarik. Keruntuhan ini
bisanya dijumpai pada sambungan pendek yang menggunakan dua baut atau kurang pada
garis searah dengan gaya yang bekerja.

Pengujian menunjukkan bahwa keruntuhan geser blok merupakan penjumlahan tarik leleh
atau tarik fraktur pada suatu irisan dengan geser fraktur atau geser leleh pada irisan
lainnya yang salaing tegak lurus.
Tahanan tarik blok geser ditentukan oleh dua persamaan sebagai berikut:

Geser Leleh Tarik Fraktur


Tn 0.6 f y Agv f u Ant
Geser Fraktur Tarik Leleh
Tn 0.6 f u Anv f y Agt
Dimana :
Agv : luas bruto akibat geser
Agt : luas bruto akibat tarik
Anv : luas netto akibat geser
Ant : luas netto akibat tarik
fu : kuat tarik
fy : kuat leleh

Komponen Struktur Yang Memikul Gaya Tekan

5
Komponen struktur baja yang memikul gaya tekan harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga memenuhi rumus sebagai berikut:

N u c N n

Dimana :
Nu : kuat perlu tekan, yaitu gaya tekan akibat beban terfaktor, diambil dari nilai
terbesar dari kombinasi pembebanan.
Nn : kuat tekan nominal, yaitu nilai gaya tekan terkecil dengan memperhitungkan
berbagai kondisi batas batang tekan sebagai fungsi kondisi tekuk.
c : factor reduksi untuk komponen struktur yang memikul gaya tekan, 0.85.

Kondisi batas yang harus di perhitungkan dalam perencanaan komponen struktur yang
memikul gaya tekan.

Kelelehan penampang ( yielding)


Tekuk local ( local buckling)
Tekuk lentur( flexural buckling)
Tekuk torsi ( torsional buckling)
Tekuk local adalah peristiwa menekuknya elemen pelat penampang ( sayap atau badan)
akibat rasio tebal yang terlalu besar. Tekuk local mungkin terjadi sebelum batang/kolom
menekuk lentur. Untuk itu di syaratkan nilai maksimum bagi rasio lebar tebal pelat
penampang batang yang memikul gaya tekan.

Tekuk lentur adalah peristiwa menekuknya batang tekan pada arah sumbu lemah secara
tiba-tiba ketika terjadi ketidak stabilan. Kondisi ini sangat umum terjadi pada elemen
batang tekan.
Kuat tekan nominal Nn struktur yang memikul gaya tarik adalah dengan rumus sebagai
berikut:
fy
N n Ag . f cr Ag

Dengan besarnya yang ditentukan oleh c sebagai berikut:
untuk c < 0.25 maka = 1
1.43
untuk 0.25 < c < 1.2 maka
1.6 0.67c
untuk c > 1.2 maka 1.25c
2

Tekuk torsi adalah peristiwa tekuk yang terjadi pada sumbu batang yang menyebabkan
penampang tekan terputar/terpuntir. Tekuk torsi umumnya terjadi pada konfigurasi
elemen batang tertentu, seperti profil siku ganda dan profil T.

Kuat tekan nominal pada kondisi batas tekuk torsi dirumuskan sebagai berikut:
N nlt Ag f clt

6
f cry f crz
4 f cry f crz H
Dimana f cl t 1 1
2H ( f cry f crz ) 2
Dan besaran-besaran Ag, c , , fy, fclt, fcry, fcrz dan H adalah parameter parameter
penampang

Komponen Struktur Yang Memikul Lentur

Komponen struktur baja yang memikul lentur harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga memenuhi rumus sebagai berikut:

Mu f Mn
Dimana :
f : factor reduksi kekuatan untuk komponen struktur memikul lentur = 0.90.
Mn : kuat lentur nominal terkecil dari berbagai kondisi batas yang diperhiungkan.
Mu : kuat lentur perlu yakni nilai momen lentur akibat beban terfaktor yang diambil
diantara berbagai kombinasi yang mungkin terjadi.

Dalam perhitungan momen tahan nominal dibedakan antara penampang kompak, tak
kompak dan langsing. Batasan penampang kompak, tak kompak dan langsing adalah :

1. Penampang kompak : p
2. Panampang tak kompak : p r
3. langsing : r

Mn
kompak Tak kompak langsing

Mp

Mr

Mr Mr Mr

Gambar. Tahanan Momen Nominal Kompak, Tak Kompak Dan Langsing

Penampang Kompak
Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan penampang kompak
adalah :
M n M p Z. f y
Dimana :
Mp : tahanan momen plastis

7
Z : modulus penampang plastis
fy : kuat leleh

Penampang Tak Kompak


Tahanan momen nominal tak kompak pada saat r
M n M r ( fy fr ).S
Dimana:
fy : kuat leleh
fr : tegangan sisa
S : modulus penampang

Untuk penampang balok dengan p r maka tahanan lentur nominal ditentukan


dengan cara interpolasi linier sebagai berikut :

r p
Mn Mp Mr
r p r p
Dimana:
: kelangsingan penampang balok, flens dan web = b / 2t f
r , p : lihat peraturan baka Indonesia
Untuk balok hibrida di mana f yf f yw maka perhitungan Mr didasarkan pada nilai
terkecil antara (fyf-fr) dengan fyw.
Komponen Struktur Memikul Kombinasi Gaya Aksial dan Lentur
Komponen struktur yang memikul kombinasi gaya aksial dan lentur harus direncanakan
dengan rumus sebagai berikut:

Nu Nu 8 M ux M uy
Untuk 0.2 maka ( ) 1.0
t / c N n t / c N n 9 f M nx f M ny

Nu Nu M ux M uy
Untuk 0.2 maka ( ) 1.0
t / c N n t / c N n f M nx f M ny

Nilai parameter persamaan interaksi tersebut mengacu pada harga kuat perlu, kuat
nominal dan faktor reduksi kekuatan untuk masing-masing gaya dalam M dan N.

A. Perencanaan Batang Tarik Dan Batang Tekan

8
PD = 25 kN
PL = 35 kN 12 13

5 7 8 9 11 4.00 m
10
6

1 2 C 3 4
P P
P
3.00 m 3.00 m 3.00 m 3.00 m

1. Perhitungan gaya batang (analisa dengan ritter)

Daftar gaya batang pada Buhul C


a. Gaya Batang Akibat Beban Mati
Gaya Batang
Batang
Tarik ( kN) Tekan ( kN)
S2 28,125
S3 28,125
S7 15,625
S8
S9 15,625

b. Gaya Batang Akibat Beban Hidup


Gaya Batang
Batang
Tarik ( kN) Tekan ( kN)
S2 39,375
S3 39,375
S7 21,875
S8
S9 21,875

2. Perencanaan Batang Tarik

fy = 240 Mpa
fu = 370 Mpa

2.1. Methode ASD


P

Anetto

P = PD + PL
= 28,125 + 39,125 = 67,5 kN

9
a. Lentur
P
0,75
Anetto
P
0,75 x SF = 1,67
Anetto SF
67,5 24
0,75 x
0,85 x Ag 1,67
67,5 x 1,67
Ag 7,368 ( 2 profil )
0,85 x 0,75 x 24
3,684 (1 profil )

b. Kelangsingan
lk
240 lk = 300 cm
i min
300
240
i min
300
i min 1,25 cm
240
Direncanakan profil
Ag 3,684 cm 2
ix
1,25 cm
iy

L 45.45.5
Ag = 4,31 cm2
ix = 1,35 cm
iy = 1,35 cm
in = 0,87 cm
e = 1,28 cm

Check Lentur
P
0,75 x
Anetto SF
Anetto = Ag Alob Flob 15% Ag
= 4,31 1,2 x 0,5 d x t 0,15 x 4,31
0,15 x 4,31
= 3,71 cm d
0,5
d 1,293 cm d = 12 mm
67,5 24
0,75 x
3,71 x 2 1,67
9,097 10,77 ................................................................Aman Terhadap Lentur

Check Kelangsingan
lk 300
240
ix / i y 1,35
222,22 240

10
lk
240
i min
l
k 240 n diafragma
n x in
300
240
n x 0,87
300
n 1,44 ambil n = 2 buah diafragma
0,87 x 240

2.2. Methode LRFD

Ru R n
= 0,9

Ru = 1,2 PD + 1,6 PL
= 1,2 x 28,125 + 1,6 x 39,375
= 96,75 kN
lk = 300 cm

a. Lentur
Ru R n
Ru = 96,75 kN

b. Kelangsingan
L 300
i min i min 1,25 cm
240 240

c. Menghitung Ag minimum yang dibutuhkan dari batas leleh

Nu Ru 96,75
Ag min
fy fy 0,9 x 24
4,48 cm2 untuk 2 profil
2,39 cm 2 untuk 1 profil

d. Menghitung Ae minimum yang dibutuhkan dari kondisi batas fracture

Nu Ru 96,75
Ae min
fu fu 0,75 x 37
3,486 cm2 untuk 2 profil
1,745 cm2 untuk 1 profil

e. Rencanakan Profil

L 45.45.5
Ag = 4,31 cm2
ix = 1,35 cm
iy = 1,35 cm

11
in = 0,87 cm
e = 1,28 cm

f. Menghitung Ae dari Profil Rencana

Alat sambung yang dipakai adalah Baut


Rencana baut = 12 mm Ru Rn
Ru
nbaut Td f . Tn f . 0,75 . f u . Ab
Rn
= 0,75 x 0,75 x 41 x 1,1304
= 26,07 kN
Baut Bj 41 ; fy = 250 Mpa
; fu = 410 Mpa
97,75
nbaut 3,74 Direncanakan baut 4 buah
26,07

u=3d
s=2d

s u u u

Ae = An . U
x
1 x An
L
An = Ag n . d . t
= 4,31 1 . 1,2 . 0,5
= 3,71 cm2

1,28
Maka Ae 1 x 3,71
10,8
= 3,27 cm2

g. Menghitung Nn penampang rencana

Nn leleh
Nn = 0,9 x fy x Ag
= 0,9 x 24 x 2 x 4,31
= 186,192 kN
Nn aktual
Nn = 0,75 x fu x Ae
= 0,75 x 37 x 2 x 3,27
= 181,485 kN
Kondisi yang menentukan adalah Nn actual
Nn = 181,485 kN Ru
181,485 96,75

Resume

12
Methode ASD : Dimensi 2L 45.45.5
terjadi ijin
9,097 10,77

Methode LRFD : Dimensi 2L 45.45.5


Ru Rn
96,75 181,485

Catatan;
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa LRFD lebih ekonomis dibandingkan
dengan ASD tetapi karena kelangsingan yang menentukan, maka dimensi
besarnya sama untuk kedua methode

Pembahasan/Komentar

Dimensi profil akibat axial tarik baik methode ASD maupun LRFD mempunyai 2
syarat yang harus dipenuhi yakni lentur dan kelangsingan. Dari analisa yang diperoleh
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisa Lentur
Terdapat dimensi yang berbeda pada methode ASD dan LRFD, dimana
dimensi dengan methode LRFD lebih ekonomis dibandingkan methode ASD.
Hal ini dimungkinkan oleh perbedaan faktor keamanan tunggal pada ASD dan
faktor keamanan ganda serta faktor reduksi pada LRFD. Dimensi ASD
memperlakukan sama beban mati dan beban hidup.
2. Analisa Kelangsingan
Nilai kelangsingan pada kedua methode adalah sama sehingga dimensi yang
diperoleh sama. Hal ini dikarenakan rumus kedua methode adalah sama.

Kesimpulan
a. Apabila yang menentukan adalah Lentur, maka methode LRFD lebih
ekonomis dibandingkan methode ASD.
b. Apabila yang menentukan adalah kelangsingan, maka hasil yang diperoleh
kedua methode adalah sama.

3. Perencanaan Batang Tekan

Methode ASD ( PPBBI )

PD = 15,625 kN
PL = 21,825 kN
Lk = 500 cm

13
P = PD + PL
= 15,625 + 21,825 = 37,5 kN

Perhitungan imin

lk
200
ix / i y
500
ix / i y
200
ix / iy 2,5 cm

Perhitungan Ag

Pxw Pxw

Ag Ag SF
Pxw fy

Ag 1,67
37,5 x w 24

Ag 1,67
37,5 x 1,67 x w
Ag
24
2,609 untuk 2 profil
1,304 untuk 1 profil

Rencanakan Profil

L 90.90.11
Ag = 18,70 cm2
e = 2,62 cm
ix = iy = 2,72 cm
in = 1,75 cm
Ix = Iy = 138 cm4

Pemeriksaan dimensi terhadap lentur

Pxw fy

Ag SF
lk 500
183,82 w 6,534
ix / i y 2,72
37,5 x 6,534 24

2 x 18,70 1,67
6,551 14,371.OK

Pemeriksaan kestabilan kelangsingan

a. Kelangsingan arah sumbu bahan x x

14
lk 500
x 183,82 200
ix 2,72
lk 500
L 50 n
n x i min 50 x 1,75
n 5,71 .n diambil 6
500
L 47,61
6 x 1,75
x 1,2 L OK x 183,82 w 6,534

6,551 14,371

b. Kelangsingan arah sumbu bebas bahan y y


IyT = 2 x [ Iyo + Ag ( ex + t )2 ]
= 2 x [ 138 + 18,7 ( 2,62 + x 1,1 )2 ]
= 651,828

IyT 651,828
iy 4,175 cm
A 2 x 18,7
lk 500
y 119,76
i y tot 4,175
y 119,76
2,52 1,2 x L ...............................Ok
x 47,61
y 119,76 w y 2,779

37,5 x 2,779 24

2 x 18,7 1,67
2,786 14,371 .....................................................Ok

Methode LRFD

PD = 15,625 kN
PL = 21,875 kN
PU = 1,2 PD + 1,6 PL
= 1,2 x 15,625 + 1,6 x 21,875
= 53,75 kN

3.2.1. Menghitung Nn yang dibutuhkan

Nu 53,75
Nn 63,22 kN
0,85

3.2.2. Menghitung imin yang dibutuhkan

15
lk
ix / i y min
200
500
2,5 cm
200

3.2.3. Rencana profil

2L 90.90.11
Ag = 18,70 cm2
ix = iy = 2,72 cm
e = 2,62 cm
in = 1,75 cm
Ix = Iy = 138 cm4

3.2.4. Perbandingan lebar/tebal web dan flange

Kelangsingan pelat penyambung


b 90 200 200
8,182 n 12,91
tf 11 fy 24
n ..............................................................................Ok

3.2.5. Menghitung kapasitas tekan penampang terhadap kondisi tekan lentur

fy
- Nn x Ag x f cr x x Ag
wx
fy
Nn y Ag x f cr y x Ag
wy
- estimasi jarak dan jumlah koppel minimum
kL1 k x lx L1 500
0,75 x 0,75 x L1 241,3 cm
imin ix 1,75 2,72
Ambil 6 daerah
kl 500
L x 47,62
i min 6 x 1,75
a. kelangsingan arah sumbu x x
kl 500
x x 103,82
ix 2,72
Check kestabilan batang
x 183,82
3,86 1,2
L 47,62
b. kelangsingan arah sumbu bebas bahan y y
IyT = 2 [ IyO + Ag ( ex + t )2 ]
= 2 x [ 138 + 18,70 x ( 2,62 + x 1,1 )2 ]
= 651,828

16
IyT 651,828
iy 4,175
Ag T 2 x 18,70
500
y 119,76
4,175
Check kestabilan batang
y 119,76
2,52 1,2
L 47,63
Diperoleh x y tekuk arah x

x fy 183,82 24
crx x x 1,977
E 3,14 2 x10 5
crx 1,2
w x 1,25 x crx 1,25 x 1,977 2 4,886
2

N = x Ag x fcr
= 0,85 x 2 x 18,70 x 24 / 4,886
= 156,152 kN

3.2.6. Menghitung kapasitas tekan penampang pada kondisi Tekuk Lentur-Torsi

Nnx = Ag x fcrx
fcr y fcrz
4 x fcry fcrz x N
= Ag x x 1 1
2N fcry fcrz 2
GxJ E 2 x 10 4
fcrz G 7692,31 kN
ro
2
2 (1 ) 2 (1 0,3)
J = 2 b. t3
= 2 [ x 9 x 1,13 + ( 9 (1,1/2 )) x 1,13 ] = 15,484
yo = ey 2 = 2,62 0,45 = 2,17
o 0
Ix Iy
o y o
2 2 2
ro
Ag
138 138
0 2,07 2 11,673
2 x 18,70
GxJ 7692,31 x 15,484
fcrz 2
272,82
Ag x ro 2 x 18,70 x 11,673

N 1
2
yo
2


1
0 2,17
2

0,6329
o
2
ro 11,673
fy 24
fcry 4,911
w 4,886

17
4,911 272,82
x 1 1
4,911 x 272,82 x 0,639 x 4
=
2 x 0,6329 ( 4,911 272,82) 2
= 4,925

Nlt = 0,85 x Ag x flt


= 0,85 x 2 x 18,70 x 4,925
= 156,56575

Maka ;
N = 156,152 kN (Tekan Lentur)
N = 156,56575 kN (Tekan Torsi)
NU = 53,75 kN
NU Nn

Pembahasan / Komentar

Hasil dimensi akibat axial tekan yang diperoleh untuk contoh/kasus adalah sama,
baik methode ASD maupun methode LRFD. Hal ini dimungkinkan karena dari syarat
lentur dan kelangsingan, yang menentukan adalah kelangsingan. Di mana kelangsingan
untuk ASD dan LRFD mempunyai rumus atau pendekatan yang sama. Namun hal ini
terjadi adalah untuk kasus contoh soal yang penulis rencanakan sendiri.

Untuk kasus lain di mana lentur yang menentukan akan diperoleh hasil yang
berbeda. Di mana methode LRFD menghasilkan dimensi yang lebih ekonomis dibanding
methode ASD.
Adapun faktor-faktor yang membedakannya adalah:
1. perlakuan sama untuk semua beban pada methode ASD sedangkan methode
LRFD memberikan perlakuan berbeda pada beban yang berbeda.
2. Angka keamanan tunggal pada methode ASD sedangkan methode LRFD
sesuai dengan jenis pembebanan yang bekerja sehingga lebih rasional.

Di samping hal tersebut di atas, methode LRFD memberikan gambaran


kenyamanan.karena kemungkinan-kemungkinan / resiko kegagalan struktur dideteksi
dengan perhitungan :
1. Kondisi tekuk lentur
2. Kondisi tekuk lentur torsi

B. Perencanaan Gelagar

q qD = 2,2 T/m = 22 kN/m


qL = 3,2 T/m = 32 kN/m

L = 7,5 m
18
Mutu Baja = BJ 37 fy = 240 MPa = 24 kN/m2
Fu = 370MPa = 37 kN/m2
E = 200.000 MPa = 20.000 kN/m2

1. Desain Balok Lentur Dengan Methode ASD (PPBBI)

Analisa Struktur

qtot = qD + qL = 22 + 32 = 54 kN/m

MT = 1/8 qtot L2
= 1/8 x 54 x 7,52
= 379,6875 kN m

Dimensi Penampang

M

w
M fy

w SF
M x SF 379,6875 x 10 2 x 1,67
w
fy 24
3
w 2641,992 cm

Direncanakan I WF 500.300.11.18

H = 488 mm ix = 20,8 cm
B = 300 mm iy = 7,04 cm
q = 128 kg/m zx = 2910 cm3
r = 26 cm zy = 541 cm3
A = 163,5 cm2
Ix = 71.000 cm4
Iy = 8110 cm4

Check Tegangan

M
pr MT = M + Mbs
w
388,6875 x 10 2 24
= 379,6 + 1/8 x 1,28 x 7.52
2910 1,67
13,356 14,371 = 388,6875 kNm

Kontrol Geser

19
D x Sx
D 1 / 2 x q tot xL
Ix xb
207,3 x S x
0,58 = x ( 54 + 1,28 ) x 7,5
71000 x 11
= 207,3 kN
Sx = (300 x 18 ( 488 18 )) + 11 x (1/2 x 488 18 )2
= 3099836 mm3
= 3099,836 cm3
207,3 x 3099,836 24
0,58 x
71000 x 11 1,67
8,227 8,535

Check Kestabilan

a. Pelat sayap
b
20
ts
300
20
18
16,67 20

b. Pelat badan
H
70
tb
488
70
11
44,36 70

2. Desain Balok Lentur Dengan Methode LRFD

Analisa struktur

Mu = 1,2 MD + 1,6 ML
qu = 1,2 qD + 1,6 qL
= 1,2 x 22 + 1,6 x 32
= 77,6 kN/m

MD = 1/8 qu L2
` = 1/8 x 77,6 x 7,52
= 545,625 kN m

Vu = qu L
= x 77,6 x 7,5
= 291 kN

Rencanakan dimensi penampang kuat lentur tanpa pengaruh tekuk

20
Sebagai asumsi Balok Pendek

Mn = 0,9 . zx . fy . Mu
Mu 545,625 x 100
zx
0,9 x f y 0,9 x 24
2526,018519
zx
Sx
1,12
2526,018519
= 1,12
= 2255,374 cm3

Direncanakan I WF 500.300.11.15

Ix = 60400 cm4
Iy = 6760 cm4
ix = 20,4 cm
iy = 6,82 cm
sx = 2500 cm3
sy = 451 cm3
q = 114 kg/m
H = 482 mm
B = 300 mm
r = 28 mm
2.3. Check kelangsingan

1. Pelat sayap (flange)


bf 300 170
10 10,97 ................Ok!!! Pelat sayap
2 xt f 2 x 15 240
kompak
2. Pelat badan ( web)
h 482 2 (15 28)

tw 11
1680
= 36,36 108,4 .............................Ok!!! Pelat badan kompak
240
3. LTB ; Ok!!!, Asumsi ditahan sempurna, balok pendek
Lb < Lp
E
Lp = 1,76 ry fy
20000
= 1,76 x 7,04 x
24
= 357,68
Ambil : Lb = 250 cm 3 bentang sama panjang

Check kekakuan terhadap lentur dan geser

21
Check kelangsingan geser kn 5,0
h kn x E
36,36 1,1 x
tw fy
5 x 20.000
1,1 x 71,00 .....Pelat badan kompak terhadap
24
tekuk
Vn = 0,9 x 0,6 x Aw x fy
= 0,9 x 0,6 x [ 48,2 2 ( 1,5 + 2,6 ) x 1,1 ] x 24
= 570,24 Vu
= 570,24 291 kN

a. Methode distribusi
Mf = Af x df x fy
= 30 x 1,5 x ( 48,2 1,5 ) x 24
= 50436 kN cm
= 504,36 kN m Nu ..Tidak Ok!

b. Methode interaksi
Mu Vu
0,625 x 1,525
Mn Vn
545,625 x 100 0,625 x 291
1,525
0,9 x ( 1,12 ) x 2255,374 x 24 570,24
1,00 + 0,318 < 1,525
1,318 < 1,525 ..Ok!

Check defleksi akibat beban tetap

5 x ( q d q l ) x L4

384 E Ix
5 x ( 22 1,14 32 ) x 750 4 1
= x
384 x 20.000 x 71.000 100
L 750
= 1,599 cm
240 240
= 1,599 cm 3,125 cm

Apabila balok dipasang tanpa penopang lateral lb = 750 cm

a. Sebagai balok pendek ( runtuh leleh )

lp lb
20.000
750 1,76 x ry x
24
ry 14,761 .. Dari ly = ry 14,761

Dimensi badan dalam table tidak ada yang memenuhi.

Balok langsing ( Runtuh pada tekuk ekstrim)

22
eb x 1 2 x E x ew
Mn Mcr x E xIy x 2
lb G x J x lb
Mn Mu

Rencanakan 450.300.11.18
H = 440 mm
B = 300 mm
r = 24 mm
Ag = 157,4 cm2
` Ix = 56.100 cm4
Iy = 8.110 cm4
ix = 18,9 cm
iy = 7,18 cm
zx = 2550 cm3
zy = 541 cm3

J = 1/3 x [ 2 x 30 x 1,83 + ( 44 2 x 1,8 ) x 1,13 ]


= 134,564 cm4

Iy x h 2 ( 44 1,8 ) 2
ew = 8.110 x 3610653,1 cm 4
4 4
1 x ry
Lr x 1 1 2 [ f y f r ]2
f y x fr
E xG x J x A 3,14 20.000 x 134,564 x 7692,31 x 157,4
1 x x
Sx 2 2550 2
= 1571,75
2 2
4 x ew Sx 4 x 3.610.653,1 2550
2 x x
Ix GxJ 8.110 7692,31 x 134,564
= 0,010808
1571,75 x 7,18
Lr x 1 1 0,010808 x ( 24 7 ) 2
( 24 7 )
= 1155,65 cm
E 20.000
Lp 1,76 x ry x x 1,76 x 7,18
fy 24
= 364,793

Maka : Lp Lb Lr
364,793 750 1155,65

Mr = Sx [fy fr]
= 2550 x ( 24 7 ) = 43350 kN cm
= 433,50 kNm

Mp = 1,12 Sx fy
= 1,12 x 2550 x 24 = 68544 kN cm

23
= 685,44 kNm


7,5 3,65
Mn = 1,136 [ 685,44 ( 685,44 433,50 ) x 11,55 3,65 ]

= 639,18 kNm

Mn = 0,9 x 639,18
Mn = 575,26 Mu

b. Sebagai balok bentang menengah ( runtuh pada tekuk inelastis )

L LP
Mn eb x M P M P M n x b M P
Lr L P
12,5 x M max
eb
2,5 x M max 3 M a 4 M b 3 M c

Mmax = 545,625 + 1/8 qbs x L2


= 545,625 + 1/8 x 1,14 x 7,52 = 553,640625 kNm
Mmax = MB
MA = MC = ( 291 + x 1,14 x 7,5 ) x 7,5/4 ( x 77,6 + x 1,14 ) x (7,5/4)2
= 415,23 kN

12,5 x 553,640625
eb 1,136
6,5 x 553,640625 6 x 415,23

Rencanakan

600 x 200 x 11 x 17
Ag = 134,4 cm2
Ix = 77606 cm4
Iy = 2280 cm4
ix = 24 cm
iy = 4,12 cm
zx = 2590 cm3
zy = 228 cm3
q = 106 kg/m
r = 22 mm
J = 1/3 x [ 2 x 20 x 1,7 + ( 60 2 x 1,7 ) x 1,13 ] = 90,6182 cm4
3

h2
e w Iy x 2280 x
60 1,7 1937367,3 cm 2
2

4 4
1 x ry
x 1 1 2 x f y f r
2
Ln
f y x fr

E xG x J x A 3,14 20000 x 90,6182 x 7692,3 x 134,4


1 x x
Sx 2 2590 2

24
= 1173,45
2 2
4 x ew Sx 4 x 1937367,3 2590
2 x x
Iy G xJ 2280 7692,3 x 90, 6182
= 0,04692

1173,45 x 4,12
1 0,04692 x 24 7
2
Ln x 1
24 7
= 624,086

Ln < Lb . Runtuh Elastis

eb x 2 x E x ew
Mn Mcr x E x Iy x 1
Lb G x J x Lb 2
=
1,136 x 3,14 3,14 2 x 20.000 x 1937367,3
x 20.000 x 2280 x 7692,3 x 90,6182 x 1
750 7692,3 x 90,6182 x 750 2
= 87885 kN cm
= 878,85 kN m

Mn = 0,9 x 878,85
Mn = 790,96 kN m Mu

Pembahasan / Komentar

Ada beberapa factor yang menyebabkan perbedaan analisa pada perencanaan lentur
methode ASD dan LRFD.

Adapun perbedaan tersebut adalah:


1. Faktor Kelangsingan
Methode LRFD memberikan gambaran yang lebih detail dan jelas tentang
kelangsingan baik kestabilan elemen, kestabilan geometri maupun kestabilan struktur,
sehingga perencana dapat merencanakan struktur sesuai kondisi yang ada. Sedangkan
methode ASD lebih sederhana.

2. Besarnya factor reduksi kapasitas ( capacity factor )


ASD tidak mengenal factor reduksi memperlakukan prilaku struktur untuk
semua jenis pembebanan baik tarik, tekan maupun lentur.

3. Besarnya factor beban


LRFD memiliki factor beban yang berbeda untuk semua jenis beban, hal ini
lebih proporsional karena memperlakukan beban tidak sama. Dan pada kenyataan di
lapangan memang jelas berbeda baik besar terjadinya dan frekuensi terjadinya.

Dari hasil analisa terhadap contoh kasar yang diperoleh dapat disimpulkan :
1. Dimensi methode LRFD untuk kasus contoh soal lebih ekonomis dibanding
methode ASD.

25
2. Memberikan gambaran yang jelas akan kemungkinan kegagalan struktur pada
LRFD, sedangkan ASD tidak, hal ini dikarenakan methode LRFD menghitung
kondisi leleh, kombinasi lentur dan geser.

C. Komponen Struktur Memikul Gaya Kombinasi

1. Methode ASD

N M
izin
A W

2. Methode LRFD

Ru Rn

Kasus 1.

Kasus 2.
Adanya momen lentur tambahan akibat gaya tekan ( P-delta effect ) berupa :
- ; eksentrisitas pada kolom tidak bergoyang akibat beban grafitasi
- ; eksentrisitas pada kolom yang bergoyang akibat beban lateral

Mu = b x Mn + s x Mlt
Di mana :
em
1
b = Nu
1 Ncr
b

1
1
s = Nu Aoh
1 x
H L
P
atau
1
s = 1 Nu
Ncr s

Contoh Soal
8m fy = 240 MPa
E = 2 x 105 MPa
V = 0,9

26

P
PD = 300 kN
PL = 500 kN

MD = 100 kN.m
ML = 150 kN.m

1. Perencanaan Methode ASD

N M

F w
N M fy
SF 1,67
F w SF
N = PD + PL = 300 + 500 = 800 kN
M = MD + ML = 100 + 150 = 250 kN. m

800 250 x 100 24


Maka :
F wx 1,67

Rencanakan : 350.350.14.22

F = 202 cm2
r = 20 mm
Ix = 47600 cm4
Iy = 16000 cm4
ix = 15,3 cm
iy = 8,93 cm
wx = 2670 cm3
wy = 909 cm3

Kontrol Tegangan

800 250 x 100 24



202 2670 1,67
3,960 + 9,363 14,37
13,323 14,37

Check Kestabilan

b
20
ts

27
350
15,91 20 ..Ok!!!
22

h
70
tb
350
31,81 70 Ok!!!
11

2. Perencanaan Methode LRFD

PU = 1,2 x PD + 1,6 x PL
= 1,2 x 300 + 1,6 x 500
= 1160 kN

MU = 1,2 x MD + 1,6 x ML
= 1,2 x 100 + 1,6 x 150
= 360 kN m

Rencanakan : 350.350.14.22

F = 202 cm2
r = 20 mm
Ix = 47900 cm4
Iy = 16000 cm4
ix = 15,3 cm
iy = 8,90 cm
wx = 2670 cm3
wy = 909 cm3

Check Kestabilan
1. Pelat sayap

bf 350 170
7,95 10,97 Ok
2 xt f 2 x 22 240

2. Pelat badan

h 350 ( 2 x 22) 1680


21,857 108,4 ......Ok
tw 14 240

3. LTB

Lb < LP

28
E
LPy = 1,76 x ry x fy
20000
= 1,76 x 8,90 x 453,79 cm
24
E
LPx = 1,76 x rx x fy
20000
= 1,76 x 15,3 x 773,4 cm
24
J = 1/3 x [ ( 2 x 35 x 2,23 ) + ( 35 ( ( 2 x 2,2 ) x 1,43 ) ) ]
= 276,44 cm
ew = Ix
h2
16000
35 2,2 2

4303360 cm
4 4
1 ry
1 1 2 f y fr
2
Lr =
f y fr
E G J A 3,14 20000 202 7692,23 276,44
1 =
Sx 2 2670 2
= 2437,365
4 e w Sx 2 4 4303360 2670 2

2 =
Ix G J 16000 7692,23 276,44
= 1,6963 x 10-3
2437,365 8.93
1 1 1,6963 10 3 24 7
2
Lr =
24 7
= 1907,97 cm
LP = 453,79

Maka : LP < Lb < Lr


360
Mr = Sx x [ fy fr ] 2m
= 2670 x [ 24 7 ]
= 45390 kN cm 2m
= 453,90 kN m
MP = 1,12 x Sx x fy 2m
= 1,12 x 2670 x 24
= 71769,6 kN cm
2m
= 717,696 kN m
180
Lb LP
Mn = eb M P M P M r
Lr L P
12 M max
eb = 2,5 M max 3 Ma 4 Mb Mc
12 360
= 2,5 360 3 224,92 4 89,83 3 45,16
= 2,087

29
800 453,79
Mn = 2,087 717,69 717,69 453,9
1907,97 453,79
= 1366,67 kNm

Maka : Pn = As x fcr
fy lk fy
f cr As
w ry E
800 24
=
3,14 8,93 20000
= 0,9
1,43
w 1,433
1,6 0,67
fy 24
fcr = 16,748
w 1,433
Pn = As x fcr
= 202 x 16,748
= 3383,11 kN

PU 8 MU
1
e Pn 9 b Mn

MU = Mnt x Bi

em M2
em 0,6 0,4
Bi = PU M1
1
Pe1
180
= 0,6 0,4 0,4
360
2 E As 3,14 2 20000 202
2
2
Pe1 = L 800
8,93
ry
= 4963,22 kN
0,4
Bi = 1 1160
4963,22
= 0,5220 < 1

Maka : Mnt x Bi = Muy


Muy = Mnt x Bi
= 360 x 1
= 360 kNm

Pu 8 Mu t
Maka : 1
Pn 9 Mn

30
1160 8 360
1
3383,11 9 717,696

0,342 + 0,445 1

0,787 1 Ok!!!!!

Pembahasan / Komentar

Dari hasil analisa untuk kasus soal yang penulis buat, dapat disimpulkan:
3. Untuk dimensi yang sama yakni 350.350.14.22, methode LRFD mempunyai
kemampulayanan terhadap beban yang bekerja, hal ini dibuktikan dengan
kemampuan / kapasitas struktur jauh lebih besar dibandingkan dengan beban yang
bekerja.

4. LRFD memberikan kesempatan kepada perencana untuk mengkondisikan struktur


pada kondisi kompak, elastis dan inelastis, sehingga apabila kondisi material
memaksa maka LRFD hanya memeriksa pada kondisi struktur ( desain ).

5. LRFD mrmberikan gambaran lebih luas terhadap segala kemungkinan kegagalan


struktur karena pengecekan yang dilakukan baik kestabilan maupun kapasitas
struktur.

Dari kesimpulan di atas dapat dikatakan bahwa methode ASD lebih konservatif.

Kesimpulan

Dari hasil analisa methode ASD dan LRFD untuk axial tarik, axial tekan, lentur dan
kombinasi axial lentur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Methoda ASD adalah perencanaan elastic yang konservatif dengan factor
keamanan tunggal yamng diamati.
2. Methoda ASD membutuhkan material baja yang lebih besar dibandingkan LRFD,
yakni dengan dimensi yang besar.
3. Adanya factor beban dan factor reduksi kapasitas pada methoda LRFD
mengakibatkan methoda LRFD lebih realistis karena beban yang bekerja pada
komponen struktur tidak sama. Demikian halnya dengan prilaku komponen
struktur, prilaku akibat pembebanan yang berbeda (tarik, tekan dan lentur) akan
memberikan prilaku struktur yang berbada.
4. LRFD lebih berani untuk memakai profil yang lebih efisien / ekonomis namun
aman.

31
32

Anda mungkin juga menyukai