Anda di halaman 1dari 4

METODE KONSTRUKSI

TAHAP PERENCANAAN BANGUNAN BERTINGKAT ( 10 Lantai 40 x 40 )


Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan dengan matang karena
menyangkut investasi dana yang jumlahnya tidak sedikit.

Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa kriteria, yaitu 3S :


strength,stiffness, dan serviceability. Analisis struktur gedung bertingkat
dapat dilakukan dengan computer berbasis elemen hingga (finite element)
dengan sofware yang telah umum digunakan oleh para perencana, misalnya :

SAP (Structure Analysis Program) atau ETABS (Extended 3D Analysis


Building Systems).

Di Negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan, yaitu ;

1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary Moment Resisting
Frame (OMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 1 dan 2
yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan adalah SNI 03-
2847-2002 pasal 3 sampai pasal 20.

2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Intermediate Moment Resisting
Frame (IMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 3 dan 4
yaitu wilayah dengan tingkat gempaan sedang. Pasal- pasal yang digunakan dalam SNI 03-2847-
2002 adalah Pasal 3 sampai pasal 20, ditambah dengan pasal 23.2 sampai dengan 23.10.2

3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special Moment Resisting
Frame (SMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan 6 yaitu
wilayah dengan tingkat gempan tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan High Rise Building.

Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam perencanaan gedung adalah pengumpulan data
proyek yang meliputi :
- Data tanah dari hasil sondir dan boring,
- Data bangunan,
- Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar struktur, gambar
potongan, dan denah lantai,
- Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat)
METODE KONSTRUKSI

A. Peraturan dan Standar Perencanaan

1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-1992) atau
ACI 318- 2005.
2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F) atau
ASCE 7-10.
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
4. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002).

B. Bahan Struktur

1. Beton
Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat tekan beton
yang disyaratkan, fc = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus elastis beton, Ec =
4700(fc') = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2 dengan angka poison = 0,20.

2. Baja Tulangan
Untuk baja tulangan dengan D 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan
leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan D < 12 mm digunakan baja tulangan polos
BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.

3. Baja Profil
Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan
BJ-37.

C. Pra-eliminari Desain

1. Perencanaan plat

- Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masing-
masing menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal :
- Perencanaan plat 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2 Tabel 8
- Perencanaan plat 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3
- Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2),
sedangkan perletakkan yang diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang dan
C.G Salmon jilid 2,
- Penulangan plat,
- Penulangan lentur, susut, dan suhu : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.

2. Penentuan dimensi balok dan kolom

- Penentuan dimensi balok terdiri dari : Perencanaan lebar efektif balok (SNI 03-
2847-2002 pasal 10.10.2),
- Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 pasal.13.3.1(1)
- Perhitungan penulangan torsi : SNI 03-2847-2002 pasal.13.6

3. Struktur kolom, terdiri dari ;

- Perencanaan kolom portal


- Pengaruh kelangsingan kolom : SNI 03-2847-2002 pasal 12.12.2
- Perbesaran momen : SNI 03-2847-2002 pasal 12.13.3
METODE KONSTRUKSI

- Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 psl.13.3.1(2)

4. Analisa struktur bawah

- Perhitungan poer,
- Perhitungan pondasi tiang pancang,
- Perhitungan sloof.

5. Penulangan

- Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP atau
ETABS.
- Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur (M),
momen torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung kebutuhan
tulangan pada balok, kolom dan pondasi.
- Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen struktur
utama.
- Kontrol masing-masing perhitungan penulangan.
- Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung (struktur
atas dan struktur bawah).
- Penggambaran detail penulangan.

D. Cek Persyaratan

1. Plat
- Kontrol jarak spasi tulangan : SNI 03-2847-2002 pasal.15.3.2
- Kontrol jarak spasi tulangan suhu dan susut.
- Kontrol perlu tulangan suhu dan susut : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1 dan
pasal 10.4.3
- Kontrol lendutan : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4

2. Balok
- Kontrol Mnpasang Mn untuk tulangan lentur

3. Kolom
- Kontrol kemampuan kolom.
- Kontrol momen yang terjadi Mnpasang Mn

4. Poer
- Kontrol dimensi poer : SNI 03-2847-2002 pasal13.12.3. 1.(a), pasal.13.12.3. 1.
(b), pasal.13.12.3.1.(c)
- Kontrol geser pons.
- Geser 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.1
Geser 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.2

E. Gambar Perencanaan

1. Gambar arsitek terdiri dari :

- Gambar denah.
- Gambar tampak.
METODE KONSTRUKSI

2. Gambar struktur terdiri dari :

- Potongan memanjang.
- Potongan melintang.
- Gambar denah pondasi.
- Gambar denah sloof.
- Gambar denah pembalokan.
- Gambar denah rencana atap.

3. Gambar detail :

- Gambar detail panjang penyaluran.


- Gambar detail penjangkaran tulangan.
- Gambar detail pondasi dan poer.

Anda mungkin juga menyukai