Anda di halaman 1dari 21

KONTRAK KULIAH

ABSEN 5%
TUGAS 30%
UTS 30%
UAS 35%
TAHAP PERENCANAAN
BANGUNAN SIPIL :
GEDUNG
PERTEMUAN 1
MATERI DAN KOMPETENSI
MAHASISWA MEMAHAMI PERATURAN-PERATURAN PERANCANGAN YANG BERLAKU
MAMPU MERANCANG BEBAN GRAVITASI DAN BEBAN GEMPA UNTUK DUA ARAH PEMBEBANAN
MAMPU MENGESTIMASI UKURAN-UKURAN BALOK DAN KOLOM
MENGHITUNG BERAT TOTAL BANGUNAN DAN GAYA HORIZONTAL EKIVALEN STATIK, KONTROL PERIODE GETAR,
DENGAN RUMUS T RAYLEIGH
MAMPU MELAKUKAN ANALISIS STRUKTUR DENGAN SAP 2000
MAMPU MENGGAMBAR BMD, SFD, DAN NFD BALOK DAN REDISTRIBUSI MOMEN
MAMPU MENGHITUNG MOMEN KAPASITAS BALOK, MOMEN ULTIMIT KOLOM, DAN GAYA AKSIAL KOLOM
MAMPU MERANCANG PENULANGAN LENTUR KOLOM, DAN TULANGAN GESER KOLOM
MAMPU MERANCANG TULANGAN GESER PADA BEAM COLUMN JOINT
MAMPU MERANCANG PONDASI BANGUNAN GEDUNG
MAMPU MENGGAMBAR SELURUH PENULANGAN STRUKTUR: PELAT LANTAI ATAP, LUIFEL, TANGGA, BALOK,
TULANGAN GESER, JOINT, KOLOM, DAN PONDASI
MAMPU MERANCANG STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA
PENGANTAR

Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan dengan matang


karena menyangkut investasi dana yang jumlahnya tidak sedikit.
Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa kriteria, yaitu 3S :
strength, stiffness,danserviceability.
Analisis struktur gedung bertingkat dapat dilakukan dengan computer
berbasis elemen hingga (finite element) dengan sofware yang telah
umum digunakan oleh para perencana, misalnya : SAP (Structure
Analysis Program) atau ETABS (Extended 3D Analysis Building
Systems).
Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan
batas (ultimate-strength) yang mempunyai daktilitas cukup untuk
menyerap energi gempa sesuai peraturan yang berlaku.
Berbagai macam kombinasi pembebanan yang meliputi beban mati,
beban hidup, beban angin, dan beban gempa dihitung dengan
pemodelan struktur 3-D (space-frame).
Kombinasi pembebanan yang
dimaksud adalah sebagai
berikut :
11. 0,9DL + 1EX + Keterangan :
1. 1,4DL DL = Beban mati (Dead Load)
0,3EY LL = Beban Hidup (Live Load)
2. 1,2DL + 1,6LL EX = Beban gempa searah sumbu x (Earthqu
12.0,9DL + 1EX - EY = Beban gempa searah sumbu y (Earthqua
3. 1,2DL + 1LL + 1EX + 0,3EY
0,3EY
4. 1,2DL + 1LL - 1EX + 0,3EY
13.0,9DL - 1EX +
5. 1,2DL + 1LL + 1EX - 0,3EY
0,3EY
6. 1,2DL + 1LL - 1EX - 0,3EY
14.0,9DL - 1EX -
7. 1,2DL + 1LL + 0,3EX + 1EY
0,3EY
8. 1,2DL + 1LL - 0,3EX + 1EY
15.0,9DL + 0,3EX +
9. 1,2DL + 1LL + 0,3EX - 1EY
10. 1,2DL + 1LL - 0,3EX - 1EY 1EY
16. 0,9DL + 0,3EX -
Di negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan yaitu:

1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atauOrdinary Moment Resisting


Frame(OMRF)

Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa intensitas rendah
yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan adalah SNI 03-2847-
2002 pasal 3 sampai pasal 20.
2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atauIntermediate Moment Resisting
Frame(IMRF)

Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di intensitas gempa sedang yaitu
wilayah dengan tingkat gempaan sedang. Pasal- pasal yang digunakan dalam SNI 03-2847-2002 adalah
Pasal 3 sampai pasal 20, ditambah dengan pasal 23.2 sampai dengan 23.10.

3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atauSpecial Moment Resisting


Frame(SMRF)

Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona intensitas gempa
tinggi yaitu wilayah dengan tingkat gempaan tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan High Rise
Building.
LANGKAH PERTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN
GEDUNG ADALAH PENGUMPULAN DATA PROYEK YANG MELIPUTI :

Data tanah dari hasil sondir dan boring,


Data bangunan,
Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar struktur,
gambar potongan, dan denah lantai,
Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat)
A. PERATURAN DAN STANDAR
PERENCANAAN
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002) atau ACI 318- 2008.
Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
(SNI 03-1727-1989-F) atau ASCE 7-10 dan SNI pembebanan 2013
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1726-2012).
Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1729-2002 atau 2013).
B. BAHAN STRUKTUR

Pra-eliminari Desain
1. Perencanaan plat
Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masing- masing
menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal :
Perencanaan plat 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2 Tabel 8
Perencanaan plat 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3
Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2), sedangkan perletakkan
yang diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang dan C.G Salmon jilid 2,
Penulangan plat, Penulangan lentur, susut, dan suhu : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.
2. PENENTUAN DIMENSI BALOK DAN
KOLOM
Penentuan dimensi balok terdiri dari : Perencanaan lebar efektif balok
(SNI 03-2847-2002 pasal 10.10.2),
Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 pasal.13.3.1(1)
Perhitungan penulangan torsi : SNI 03-2847-2002 pasal.13.6
4. ANALISA STRUKTUR BAWAH

Perhitungan poer,
Perhitungan pondasi tiang pancang,
Perhitungan sloof.
5. PENULANGAN

Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP atau ETABS.
Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur (M), momen
torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung kebutuhan tulangan pada balok,
kolom dan pondasi.
Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen struktur utama.
Kontrol masing-masing perhitungan penulangan.
Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung (struktur atas
dan struktur
bawah).
Penggambaran detail penulangan.
D. CEK PERSYARATAN
1. Plat
Kontrol jarak spasi tulangan : SNI 03-2847-2002 pasal.15.3.2
Kontrol jarak spasi tulangan suhu dan susut.
Kontrol perlu tulangan suhu dan susut : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1 dan pasal 10.4.3
Kontrol lendutan : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4
2. Balok
Kontrol Mnpasang Mn untuk tulangan lentur
3. Kolom
Kontrol kemampuan kolom.
Kontrol momen yang terjadi Mnpasang Mn
4. Poer
Kontrol dimensi poer : SNI 03-2847-2002 pasal13.12.3. 1.(a), pasal.13.12.3. 1.(b), pasal.13.12.3.1.(c)
Kontrol geser pons.
Geser 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.1
Geser 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.2
E. Gambar Perencanaan

1. Gambar arsitek terdiri dari :


Gambar denah.
Gambar tampak.

2. Gambar struktur terdiri dari :


Potongan memanjang.
Potongan melintang.
Gambar denah pondasi.
Gambar denah sloof.
Gambar denah pembalokan.
Gambar denah rencana atap.

3. Gambar detail :
Gambar detail panjang penyaluran.
Gambar detail penjangkaran tulangan.
Gambar detail pondasi dan poer.
F.JENIS BEBAN

1. Beban mati (Dead


load)
Beban mati yang merupakan
berat sendiri konstruksi
(specific gravity) menurut
Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung (SNI 03-1727-
1989-F), adalah seperti
Tabel berikut :
2. BEBAN HIDUP (LIVE LOAD)

Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-
1727-1989-F), adalah sebagai berikut :

Lantai dan rumah tinggal = 200kg/m 2


Sekolah, kantor, toko, hotel, RS, restoran, asrama = 250kg/m 2
Ruang olahraga=400 kg/m2
Ruang dansa = 500kg/m2
Balkon dan lantai dalam ruang pertemuan =400 kg/m 2
3. BEBAN GEMPA (EARTHQUAKE)

Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan pada percepatan puncak


batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang
500 tahun dengan asumsi umur bangunan adalah 50 tahun. Berikut
adalah Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia

http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
ANALISIS BEBAN GEMPA

Analisis Statik Ekivalen


Analisis Respons Spektrum
Analisis Time Hystory
CONTOH PERHITUNGAN PEMBEBANAN PADA
GEDUNG

Anda mungkin juga menyukai