Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PERHITUNGAN

STRUKTUR
RUKO 2 ½ LANTAI JL. H.
SANUSI PALEMBANG
DAFTAR ISI
I. KRITERIA DESIGN
II. PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS
II.1. MODEL STRUKTUR 3D
II.2. BEBAN GRAVITASI
II.3. BEBAN GEMPA
II.4. INPUT DATA SAP2000
II.5. PENULANGAN BALOK & KOLOM
III. PERHITUNGAN STRUKTUR SEKUNDER
III.1. PERHITUNGAN PELAT
III.2. PERHITUNGAN TANGGA
IV. PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH/PONDASI
IV.1. PERHITUNGAN PONDASI PLAT SETEMPAT
LAMPIRAN
OUTPUT PENULANGAN BALOK DAN KOLOM
I. KRITERIA DESIGN

1. Pendahuluan
1.1 Umum
Gedung Ruko terdiri dari 2 lantai. Bentuk struktur adalah persegi panjang dengan panjang arah x =
18m dan panjang arah y = 6m. Laporan ini terutama menyajikan hasil perhitungan struktur atas yaitu
meliputi perhitungan sistem rangka portal 3 dimensi. Termasuk perhitungan elemen pelat, balok, kolom.
Untuk perhitungan struktur atas tersebut maka perencanaan sistem struktur atas telah dilakukan
menggunakan analisa struktur 3 dimensi dengan bantuan program SAP2000 versi 7.4

1.2 Penjelasan Umum


1.2.1 Sistem Struktur
Sistem struktur bangunan Ruko direncanakan terbuat dari sistem rangka portal dengan balok, kolom
terbuat dari beton konvensional. Sistem pelat lantai menggunakan pelat two way beton konvensional
dengan keempat sisinya dipikul oleh balok. Sistem struktur bawah atau pondasi yang direncanakan
adalah menggunakan pondasi plat setempat dengan perkuatan cerucup gelam.

1.2.2 Peraturan yang Digunakan


Perencanaan struktur dan pondasi bangunan ini dalam segala hal mengikuti semua peraturan dan
ketentuan yang berlaku di Indonesia, khususnya yang ditetapkan dalam peraturan-peraturan berikut:
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002
3. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987
Standar :
1. American Concrete Institute, Building Code Requirements for Reinforced Concrete, 5th edition,
ACI 319-89
2. American Society for Testing and Materials, ASTM Standard in Building Code,Vol. 1 & 2, 1986
3. Peraturan dan ketentuan lain yang relevan.

1.2.3 Mutu Bahan yang Digunakan


Dapat dijelaskan pula bahwa struktur bangunan adalah struktur beton bertulang biasa (konvensional).
Mutu bahan/material struktur yang digunakan dalam perencanaan meliputi:
a. Mutu Beton = - K-300 (fc’ = 25 Mpa)
-Modulus elastisitas, 4700 fc’=23500 Mpa
-Berat jenis beton bertulang 2400kg/m3

b. Mutu Baja Tulangan = - BJTS 40 (Tegangan leleh fy 390 Mpa, Tegangan putus fu 560 Mpa)
- Modulus elastisitas = 200000 Mpa

- Berat jenis baja 7850 kg/m3

1.2.4 Pembebanan
Beban yang diperhitungkan adalah sebagai berikut :
1. Beban Mati Tambahan Pada Lantai (SDL): yaitu akibat berat sendiri struktur, beban finishing, beban
plafon dan beban dinding. Berat sendiri komponen struktur berupa balok dan kolom dihitung secara
otomatis oleh SAP2000

• Berat pasir setebal 1 cm = 0,16 kN/m2

• Berat Pasir Setebal 3 cm = 0,66 kN/m2

• Berat Keramik setebal 1 cm = 0,24 kN/m2

• Berat plafon dan penggantung = 0,2 kN/m2

• Berat instalasi ME = 0,25 kN/m2

• Total beban mati tambahan pada lantai = 1,51 kN/m2

2. Beban Mati Tambahan Pada Lantai Atap (SDL)

• Berat waterproofing = 0,28 kN/m2

• Berat plafon dan penggantung = 0,2 kN/m2

• Berat instalasi ME 0,25 kN/m2

• Total beban mati pada lantai atap = 0,73 kN/m2

3. Beban Mati Pada Balok Lantai


• Beban dinding tinggi 3,15 = 7,9 kN/m
• Beban dinding parapet tinggi 1 m = 2,5 kN/m
4. Beban hidup pada lantai
• Beban orang dan perlengkapan = 3,59 kN/m2

5. Beban hidup pada lantai atap

• Beban orang dan perlengkapan = 1 kN/m2

6. Beban Gempa (E)


Mengenai respon spektrum dari analisa dinamik dan analisa statik ekuivalen sepenuhnya mengikuti Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002 dengan ketentuan lokasi
bangunan adalah zone 2 (Palembang) dengan faktor keutamaan I = 1 dan factor reduksi gempa R=8.5
(beton bertulang daktail) dalam arah x dan arah y. Beban angin tidak ditinjau, karena tidak
menentukan dibandingkan dengan beban gempa.

2. Prosedur Perencanaan Struktur Atas


Pada tahap awal dari perencanaan, semua elemen struktur atas ditentukan terlebih dahulu. Kemudian
hasil ini dianalisa sehingga seluruh komponen struktur diharapkan dapat mencapai hasil perencanaan
yang efisien.

2.1 Pelat Lantai


Analisa pelat lantai beton bertulang biasa dihitung menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam PBI
71 NI-2 yaitu pelat yang memikul beban dalam satu arah (two way slab, arah x dan y). Penulangan pelat
dihitung berdasarkan kekuatan batas.
2.2 Balok-balok Lantai dan Kolom
Balok-balok induk (balok portal) dan balok-balok anak dianalisa secara 3 dimensi baik terhadap beban
vertikal maupun terhadap beban lateral (beban gempa) dengan mempergunakan program SAP2000 versi
7.4. Untuk penulangan lentur dipergunakan program Concrete Design yang ada dalam SAP2000 versi
7.4 dengan menyesuaikan faktor reduksi kekuatan dan kombinasi pembebanan sesuai dengan SNI 03-
2847-2002. Program SAP2000 versi 7.4 secara langsung dapat mengolah gaya-gaya yang terjadi pada
elemen bangunan menghasilkan luas tulangan lentur, geser, torsi yang diperlukan dan sekaligus dapat
diketahui kombinasi beban mana yang paling dominan.
Faktor reduksi kekuatan yang dimaksud adalah:
Phi_bending = 0,8
Phi_tension = 0,8
Phi_compression(Tied) = 0,65
Phi_compression(Spiral) = 0,7
Phi_shear = 0,75

Kombinasi beban yang dimaksud adalah:


1. U = 1.2 DL + 1.6 LL
2. U = 1.2 DL + 1.0 LL + 1.0 (± 1.0 Ex ± 0.3 Ey)
3. U = 1.2 DL + 1.0 LL + 1.0 (± 0.3 Ex ± 1.0 Ey)
Untuk penulangan kolom selain data-data yang telah disebutkan di atas juga dibutuhkan data-data
konfigurasi tulangan pada masing-masing penampang kolom. Jadi pilihan penulangan untuk kolom
adalah “Check” yaitu dengan konfigurasi tulangan yang ada dianalisa terhadap gaya-gaya dalam dan
kombinasi pembebanan. Hasil analisa untuk penulangan kolom adalah rasio antara gaya-gaya yang
terjadi dengan kapasitas dari kolom dan konfigurasi tulangan secara 3 dimensi.

2.3 Beban gempa nominal statik ekuivalen


2.3.1 Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan gempanominal akibat
pengaruh Gempa Rencana dalam arah masing-masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa
beban gempa nominal statik ekuivalen.
2.3.2 Apabila kategori gedung memiliki Faktor Keutamaan I dan strukturnya untuk suatu arah sumbu
utama denah struktur dan sekaligus arah pembebanan Gempa Rencana memiliki faktor reduksi gempa R
dan waktu getar alami fundamental T1, maka beban geser dasar nominal statik ekuivalen V yang terjadi
di tingkat dasar dapat dihitung menurut persamaan :

di mana C1 adalah nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons Gempa Rencana
menurut Gambar 2 untuk waktu getar alami fundamental T1, sedangkan Wt adalah berat total gedung,
termasuk beban hidup yang sesuai.
2.3.3 Beban geser dasar nominal V harus dibagikan Sepanjang tinggi struktur gedung menjadi
beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i
menurut persamaan :

di mana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai, zi adalah ketinggian
lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, sedangkan n adalah nomor lantai tingkat paling
atas.

2.4Analisis statik ekuivalen


Mengingat pada struktur gedung beraturan pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa
Rencana dapat ditampilkan sebagai beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang menangkap
pada pusat massa lantai-lantai tingkat, maka pengaruh beban-beban gempa nominal statik ekuivalen
tersebut dapat dianalisis dengan metoda analisis statik 3 dimensi biasa yang dalam hal ini disebut
analisis statik ekuivalen 3 dimensi.

3. Prosedur Perencanaan Struktur Bawah


Dari perhitungan dan analisa akibat beban tetap dan sementara diperoleh gaya-gaya yang bekerja pada
setiap pondasi. Semua pondasi pelat setempat dianalisa/diperiksa terhadap semua keadaan
pembebanan tersebut di atas. Hasil dari analisa secara keseluruhan memperlihatkan bahwa seluruh hasil
perhitungan sesuai dengan batas-batas perencanaan.
II. PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS
II.1. MODEL STRUKTUR 3D
Pemodelan Struktur
a.Struktur dimodelkan dalam 3 dimensi dengan menggunakan elemen kolom dan
balok Ukuran arah-x =6m+6m+6m+=18m
Ukuran arah-y= 6 m
Ukuran arah-z=4+3,5=7,5m
b. Kolom dianggap terjepit penuh pada bagian bawah, dengan memberikan balok
sloof yg menghubungkan kolom-kolom bagian bawah
c. Beban-beban gravitasi (beban mati dan beban hidup) disalurkan dari pelat
ke balok, kemudian didistribusikan ke kolom
d. Struktur dan komponen struktur direncanakan hingga semua penampang
mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu yang dihitung
berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor sesuai dg aturan

DENAH (XY-PLANE)
TAMPAK DEPAN (XZ-PLANE)

TAMPAK SAMPING (YZ-PLANE)


PERSPEKTIF SUDUT (STRUKTUR+TANGGA)

PERSPEKTIF DEPAN (STRUKTUR+TANGGA)

PERSPEKTIF SAMPING (STRUKTUR+TANGGA)


II.2. BEBAN GEMPA

TABLE: Modal Participating Mass Ratios


OutputCas StepTyp StepNu
e e m Period UX UY UZ SumUX SumUY
Text Text Unitless Sec Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless
0,06855 6,003E- 6,003E-
MODAL Mode 1 5 0 20 0,0513 0 20
0,06697 5,258E- 3,334E- 6,061E- 6,035E-
MODAL Mode 2 8 20 0 17 20 20
3,432E- 2,842E- 8,421E- 9,493E- 3,446E-
MODAL Mode 3 0,06384 20 19 19 20 19
0,06283 5,995E- 8,412E- 1,549E- 4,287E-
MODAL Mode 4 8 20 20 0,1367 19 19
0,06104 2,625E- 9,715E- 4,166E- 1,811E- 5,258E-
MODAL Mode 5 1 20 20 16 19 19
0,06078 1,778E- 3,131E- 1,844E- 2,303E-
MODAL Mode 6 8 0 18 18 19 18
0,05468 2,884E- 1,805E- 1,353E- 3,068E- 4,108E-
MODAL Mode 7 5 18 18 18 18 18
0,05441 6,729E- 9,797E- 1,256E-
MODAL Mode 8 7 18 8,45E-18 0,374 18 17
1,492E- 2,983E- 9,812E- 4,239E-
MODAL Mode 9 0,04332 20 17 0,0349 18 17
0,04212 1,543E- 2,874E- 7,867E- 2,525E- 7,113E-
MODAL Mode 10 4 17 17 18 17 17
0,04032 1,477E- 6,257E- 1,069E- 4,002E- 1,337E-
MODAL Mode 11 2 17 17 16 17 16
2,271E- 4,409E- 2,671E- 5,746E-
MODAL Mode 12 0,03948 16 16 0,0512 16 16
 Sum uz RX RY RZ SumRX SumRY SumRZ
Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless
2,368E- 7,602E- 2,091E-
0,0513 2,37E-16 7,6E-16 2,09E-20 16 16 20
7,623E- 9,893E-
0,0513 0,0061 2,13E-18 7,8E-20 0,0061 16 20
2,381E-
0,0513 3,5E-16 0,3126 1,39E-19 0,0061 0,3126 19
3,976E-
0,188 1,68E-16 1,15E-15 1,59E-19 0,0061 0,3126 19
4,912E-
0,188 1,1E-17 5,06E-15 9,36E-20 0,0061 0,3126 19
0,188 3,34E-18 0,0175 3,03E-20 0,0061 0,3301 5,215E-
19
6,611E-
0,188 0,1292 6,01E-16 6,09E-18 0,1354 0,3301 18
1,252E-
0,562 8,72E-20 5,34E-16 5,91E-18 0,1354 0,3301 17
1,253E-
0,5969 7,45E-17 5,67E-18 0 0,1354 0,3301 17
3,555E-
0,5969 0,0046 5,68E-18 2,3E-17 0,14 0,3301 17
5,225E-
0,5969 3,4E-16 0,1458 1,67E-17 0,14 0,4759 17
1,005E-
0,6481 1,98E-15 1,46E-15 4,83E-17 0,14 0,4759 16
BEBAN GEMPA ARAH X- PER PORTAL BIDANG XZ

BEBAN GEMPA ARAH Y- PER PORTAL BIDANG YZ


II.3. INPUT DATA SAP2000

DATA INPUT TERLAMPIR

II.4. PENULANGAN BALOK & KOLOM

TABEL JUMLAH TULANGAN


DATA OUTPUT CONCRETE DESIGN TERLAMPIR
TABEL HASIL PERHITUNGAN PENULANGAN
PENULANGAN BALOK DAN KOLOM (BIDANG YZ)
PENULANGAN BALOK DAN KOLOM (BIDANG XZ)
III. PERHITUNGAN STRUKTUR SEKUNDER
III.1. PERHITUNGAN PELAT 4mX4m

Momen max pelat lantai (Mx-tm)

Momen max pelat lantai (My-tm)


III.2. PERHITUNGAN TANGGA

Momen max tangga (Mx-tm) Momen max tangga (My-tm)


IV. PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH/PONDASI
IV.1. PERHITUNGAN PONDASI PLAT SETEMPAT UKURAN

1,25mx1,25mx0,2m Pmax = 49,64ton +13,96ton = 63,6ton


Pemodelan pelat pondasi setempat UKURAN 1,25mx1,25mx0,2m
Momen max pelat pondasi setempat UKURAN 1,25mx1,25mx0,2m (tm)
IV.2. PERHITUNGAN PONDASI PLAT SETEMPAT UKURAN
1,25mx2,75mx0,2m P1max = 32,275ton +8,893ton = 41.168ton
P2max = 20,858ton +2,729ton = 23.587ton

Pemodelan pelat pondasi setempat UKURAN 1,25mx2,75mx0,2m


Momen max pelat pondasi setempat UKURAN 1,25mx2,75mx0,2m (Mx-tm)

Momen max pelat pondasi setempat UKURAN 1,25mx2,75mx0,2m (My-tm)

Anda mungkin juga menyukai