Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Gedung rumah tinggal ini terdiri dari 2 lantai. Bentuk struktur adalah persegi panjang dengan panjang arah x = 16 m dan panjang arah y = 13,5 m. Laporan ini terutama menyajikan hasil perhitungan struktur atas yaitu meliputi perhitungan sistem rangka portal 3 dimensi. Termasuk perhitungan elemen pelat, balok, kolom. Untuk perhitungan struktur atas tersebut maka perencanaan sistem struktur atas telah dilakukan menggunakan program komputer yaitu SAP2000 versi 14.2. 1.2 Penjelasan Umum
1.2.1 Sistem Struktur Sistem struktur bangunan rumah tinggal ini direncanakan terbuat dari sistem rangka portal dengan balok, kolom, terbuat dari beton konvensional. Sistem plat lantai menggunakan plat 2 arah dari beton konvensional dengan masing masing sisinya dipikul oleh balok. Sistem struktur bawah atau pondasi menggunakan pondasi plat setempat. 1.2.2 Peraturan yang Digunakan Perencanaan struktur dan pondasi bangunan ini dalam segala hal mengikuti semua peraturan dan ketentuan yang berlaku di Indonesia, khususnya yang ditetapkan dalam peraturan peraturan berikut : 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002. 2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002. 3. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987. Standar Beton : 1. American Concrete Institute, Building Code Requirements for Reinforced Concrete, 5th edition, ACI 319-89. 2. American Society for Testing and Materials, ASTM Standard in Building Code, Vol. 1 & 2, 1986. 3. Peraturan dan ketentuan lain yang relevan.
ARCHIGRAPHIA
1.2.3 Mutu Bahan yang Digunakan Struktur bangunan menggunakan beton bertulang biasa ( konvensional ). Mutu bahan yang digunakan dalam perencanaan meliputi : a. Mutu beton Kolom, balok, pelat, pondasi plat setempat menggunakan K-225 (fc = 210 kg/cm2 ~ 2,0594x107 KN/m2) b. Mutu baja tulangan Baja tulangan polos (BJTP-24) untuk 12 mm, fy = 2400 kg/cm2 ~ 2,3536 x 109 KN/m2. Baja tulangan ulir (BJTD-40) untuk 13 mm, fy = 4000 kg/cm2 ~ 3,9226 x 109 KN/m2. 1.2.4 Pembebanan Beban yang diperhitungkan adalah sebagai berikut : 1. Beban Mati (DL), adalah berat sendiri struktur, beban finishing, beban plafon dan beban dinding. Berat sendiri komponen struktur (balok dan kolom) dihitung otomatis oleh program SAP2000. Adapun rincian pembebanan sebagai berikut : a. Beban plafond b. Beban lantai keramik c. Beban dinding bata d. Berat plat lantai (12cm) e. Berat plat lantai (10cm) f. Beban atap 2. Beban Hidup (LL) a. Lantai 2 b. Plat atap 3. Beban Gempa (EQ) Mengenai respon spektrum dari analisa dinamik dan analisa statik ekuivalen sepenuhnya mengikuti Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 031726-2002 dengan ketentuan lokasi bangunan adalah zone 5 (Manado) dengan faktor keutamaan I = 1 dan factor reduksi gempa R = 8,5 (beton bertulang daktail) dalam arah x = 250 kg/m2 ~ 2,4516 KN/m2 = 100 kg/m2 ~ 0,8906 KN/m2 = = 18 kg/m2 ~ 0,1765 KN/m2 24 kg/m2 ~ 0,2354 KN/m2
= 250 kg/m2 ~ 2,4516 KN/m2 = 288 kg/m2 ~ 2,8423 KN/m2 = 240 kg/ m2 ~ 2,3540 KN/m2 = 50 kg/m2 ~ 0,4903 KN/m2
ARCHIGRAPHIA
dan arah y. Beban angin tidak ditinjau, karena tidak menentukan dibandingkan dengan beban gempa.
2.
Pada tahap awal dari perencanaan, semua elemen struktur atas ditentukan terlebih dahulu. Kemudian hasil ini dianalisa sehingga seluruh komponen struktur diharapkan dapat mencapai hasil perencanaan yang efisien. 2.1 Plat Lantai
Analisa pelat lantai beton bertulang biasa dihitung menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam PBI 71 NI-2 yaitu pelat yang memikul beban dalam dua arah (two way slab, arah x dan y). Penulangan pelat dihitung berdasarkan kekuatan batas. 2.2 Balok dan Kolom
Balok-balok induk (balok portal) dan balok-balok anak dianalisa secara 3 dimensi baik terhadap beban vertikal maupun terhadap beban lateral (beban gempa) dengan
mempergunakan program SAP2000 versi 14.2. Penulangan lentur dipergunakan program Concrete Design yang ada dalam SAP2000 versi 14.2 dengan menyesuaikan faktor reduksi kekuatan dan kombinasi pembebanan sesuai dengan SNI 03-2847-2002. Program SAP2000
ARCHIGRAPHIA
versi 14.2 secara langsung dapat mengolah gaya-gaya yang terjadi pada elemen bangunan menghasilkan luas tulangan lentur, geser, torsi yang diperlukan dan sekaligus dapat diketahui kombinasi beban mana yang paling dominan. Faktor reduksi kekuatan yang dimaksud adalah : Phi_bending Phi_tension Phi_compression (Tied) = 0,8 = 0,8 = 0,65
Kombinasi beban yang dimaksud adalah : Kombinasi 1 Kombinasi 2 Kombinasi 3 : 1,2 DL + 1,6 LL : 1,05 DL + 0,6 LL + 1,05 EQ : 1,05 DL + 0,6 LL - 1,05 EQ
Untuk penulangan kolom selain data-data yang telah disebutkan di atas juga dibutuhkan data-data konfigurasi tulangan pada masing-masing penampang kolom. Jadi pilihan penulangan untuk kolom adalah "Check" yaitu dengan konfigurasi tulangan yang ada dianalisa terhadap gaya-gaya dalam dan kombinasi pembebanan. Hasil analisa untuk penulangan kolom adalah rasio antara gaya-gaya yang terjadi dengan kapasitas dari kolom dan konfigurasi tulangan secara 3 dimensi. 2.3 2.3 Beban Gempa Nominal Statik Equivalen
Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam arah masing-masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban gempa nominal statik ekuivalen. Apabila kategori gedung memiliki Faktor Keutamaan 1 dan strukturnya untuk suatu arah sumbu utama denah struktur dan sekaligus arah pembebanan Gempa Rencana memiliki faktor reduksi gempa R dan waktu getar alami fundamental T1, maka beban geser dasar nominal statik ekuivalen V yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung menurut persamaan :
ARCHIGRAPHIA
di mana C1 adalah nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari gambar Spektrum Respons Gempa Rencana untuk waktu getar alami fundamental T1, sedangkan Wt adalah berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai. Beban geser dasar nominal V harus dibagikan Sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan :
di mana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai, zi adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, sedangkan n adalah nomor lantai tingkat paling atas. 2.4 Analisis Statik Equivalen
Mengingat pada struktur gedung beraturan pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dapat ditampilkan sebagai beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai-lantai tingkat, maka pengaruh beban-beban gempa nominal statik ekuivalen tersebut dapat dianalisis dengan metoda analisis statik 3 dimensi biasa yang dalam hal ini disebut analisis statik ekuivalen 3 dimensi. 3. Prosedur Perencanaan Struktur Bawah
Dari perhitungan dan analisa akibat beban tetap dan sementara diperoleh gaya-gaya yang bekerja pada setiap pondasi. Semua pondasi pelat setempat dianalisa/diperiksa terhadap semua keadaan pembebanan tersebut di atas. Hasil dari analisa secara keseluruhan
ARCHIGRAPHIA
Pemodelan struktur 3D a. b. Struktur dimodelkan dalam 3 dimensi dengan menggunakan elemen balok dan kolom. Kolom dianggap terjepit penuh pada bagian bawah, dengan memberikan balok sloof yg menghubungkan kolom-kolom bagian bawah. c. Beban-beban gravitasi (beban mati dan beban hidup) disalurkan dari pelat ke balok, kemudian didistribusikan ke kolom. d. Struktur dan komponen struktur direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.
ARCHIGRAPHIA
16.00
14.65
3.00
4.00
ARCHIGRAPHIA
10.85
4.00
2.50 16.00
ARCHIGRAPHIA
2.2
Perhitungan Pembebanan Perhitungan pembebanan menggunakan pembebanan (qekivalen) terbesar dari seluruh dimensi ruang.
2.2.1 Beban Hidup a. Beban hidup lantai 2 = 250 kg/m2 ~ 2,5416 KN/m2. = =
(x). qekivalen ( L = 4 m ) (y). qekivalen ( L = 3 m ) b. Beban hidup plat atap (x). qekivalen ( Lx = 2,5 m ) (y). qekivalen ( Ly = 4 m ) 2.2.2 Beban Mati a. Beban mati lantai 2 : Plat lantai tebal 12 cm Berat keramik Berat plafond
(x). qekivalen ( L = 4 m ) (y). qekivalen ( L = 3 m ) b. Beban mati lantai atap : Plat lantai tebal 10 cm Berat plafond
= =
= 0,66*0.5*4*3,2362 = 4,3149 KN/m2. = 0,66*0.5*3*3,2362 = 3,2362 KN/m2. = 240 kg/m2 = 18 kg/m2 2,3540 KN/m2 0,1765 KN/m2 2,5305 KN/m2. ( +)
~ ~ =
(x). qekivalen ( L = 2,5 m ) (y). qekivalen ( L = 4 m ) 2.2.3 Beban Dinding a. Beban mati lantai 2 : Dinding bata 4 m
= =
= 2,4516 x 4
= 9,8064 KN/m2
ARCHIGRAPHIA
2.2.4 Beban Atap a. Beban mati lantai 2 : Atap luas 77,4 m Jumlah titik tumpu 13 bh 2.2.5 Beban Gempa Data menurut Tabel yang berlaku : a. Tc = 1,0 detik = 0,9 = 0,9 = 0,4903 x 77,4 = 37,9492 / 13 = 37,9492 KN/m2 = 2,9192 KN/m2
b. Am c. Ar
d. I
= 1,0
ARCHIGRAPHIA
10
e. R
= 8,5
f.
C.I.Wt R
Vb
= 24,89 KN
ARCHIGRAPHIA
11
i.
Arah y lantai 2 ( 10 titik ) Arah y plat atap ( 11 titik ) Arah x lantai 2 ( 8 titik ) Arah x plat atap ( 7 titik ) 2.3 Dimensi Frame Dimensi Balok : 1. B15/25 2. B25/40 3. B30/50 Dimensi Kolom : 1. K15/15 2. B15/50
= 150 mm x 250 mm = 250 mm x 400 mm = 300 mm x 500 mm = 150 mm x 150 mm = 150 mm x 500 mm
ARCHIGRAPHIA
12
2.4
Perencanaan Balok Berikut ini adalah hasil desain tulangan longitudinal maupun tulangan geser
diperoleh data Dari concrete frame design SAP 2000 v.14.2, diambil contoh perhitungan desain balok B30X50, dan untuk perhitungan desain balok lainnya kami tabelkan. Dari perhitungan SAP2000 v.14.2 diperoleh data luas tulangan untuk elemen tersebut sebagai berikut :
Tulangan Pokok Tulangan perlu Digunakan Check Aperlu < Apakai Tulangan Geser Tulangan perlu Digunakan Apakai Check Aperlu < Apakai = 0,431 mm2/mm (Av/s) = D 8-100 ; = 50,286 / 100 Luas = 50,286 mm2 = 0,503 mm2/mm = 2470,329 mm2 = 12 16 = 2535,909 mm2
ARCHIGRAPHIA
13
2.5
Perencanaan Kolom Berikut ini adalah hasil desain tulangan longitudinal maupun tulangan geser
diperoleh data Dari concrete frame design SAP 2000 v.14.2, diambil contoh perhitungan desain balok K15X50 K15X50, dan untuk perhitungan desain balok lainnya kami tabelkan. Dari perhitungan SAP2000 v.14.2 diperoleh data luas tulangan untuk elemen tersebut sebagai berikut :
Check Aperlu < Apakai = 750,00 < 1131,429 ~ OK! Tulangan Geser Tulangan perlu Digunakan Apakai = 0,129 mm2/mm (Av/s) = D 8-150 ; Luas = 50,286 mm2
ARCHIGRAPHIA
14
2.6
ARCHIGRAPHIA
15
ARCHIGRAPHIA
16
2.7
Perencanaan Tangga
ARCHIGRAPHIA
17
2.8
Perencanaan Sloof Digunakan Sloof ukuran 200 x 300 mm. Untk perhitungan sama dengan cara
menghitung balok, maka langsung kami tabelkan saja. 2.9 Perencanaan Pondasi Perhitungan pondasi dengan mengambil gaya aksial maksimum pada setiap kolomnya. Gtanah Stanah fc fy Kedalaman tanah Jenis Pondasi H (tebal asumsi) = 18 KN/m3 = 150 KN/m2 = 20 MPa = 400 Mpa = 2m = Telapak ( footplat ) = 0,2 m
ARCHIGRAPHIA
18
Vc
1 fc 6
.L.D
= 92.051465 KN
0,6 Vc Check ;
55.23087 KN ~ OK!
Tulangan Pokok Aperlu Check ; Apakai = 86,074 mm2 Apakai = D 12 150 = 114,478 mm2 86,074 < 114,478 ~ OK! = D 10 190
Tulangan Susut
ARCHIGRAPHIA
19
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
ARCHIGRAPHIA
20
GAMBAR
GAMBAR
ARCHIGRAPHIA
21