WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
DAFTAR ISI
WIKA BETON
3.2
BETON NORMAL SESUAI SNI T-15-1990-03
TATA CARA PERANCANGAN PROPORSI CAMPURAN
BETON NORMAL SESUAI SNI 03-2847-2002 POIN 7.3
III-1
III-13
BAGIAN 4 PELAKSANAAN
4.1 PENCAMPURAN/MIXING IV-1
a. Site-Mix IV-1
b. Ready-Mix IV-3
4.2 PENGANGKUTAN IV-4
4.3 PERSIAPAN LOKASI IV-5
4.4 PERALATAN PENGECORAN IV-6
a. Agitator Truck IV-6
b. Concrete Pump IV-7
c. Tremie IV-7
d. Placing Boom IV-8
e. Vibrator IV-9
4.5 PENGECORAN IV-10
IV-15
4.6 PEMADATAN/COMPACTING
4.7 FINISHING IV-17
a. Screeding IV-17
b. Hand Tamping IV-19
c. Floating IV-20
d. Edging IV-21
e. Trowelling IV-21
f. Brooming IV-23
g. Grinding IV-24
h. Sack-rubbed Finishing IV-24
i. Exposed Aggregate Finishing IV-25
4.8 PERAWATAN IV-25
4.9 EVALUASI & PENGENDALIAN MUTU BETON IV-31
a. Pengujian Kualitas beton IV-32
b. Langkah Pemeriksaan Mutu Beton di Lapangan IV-36
WIKA BETON
5.1 RETAK V-1
a. Retak Akibat Early Thermal Contraction V-2
b. Retak Akibat Long Term Drying Shrinkage V-2
c. Retak Plastic V-5
c.1 Plastic Settlement Crack V-6
c.2 Plastic Shrinkage Crack V-8
5.2 PERBAIKAN CACAT BETON V-9
a. Plinth Antar Sambungan V-9
b. Bunting Akibat Bekisting Berubah Bentuk V-10
c. Keropos V-10
d. Pecah Kecil (<5 cm dalamnya) V-11
e. Pecah Besar (>5 cm dalamnya) V-11
f. Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap V-12
g. Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap V-12
h. Retak Rambut (Lebar <0.5 mm) V-13
i. Retak Besar dan Dalam (Lebar >0.5 mm dan dalam >1 V-13
cm)
5.3 APLIKASI ACIAN PEWARNAAN V-14
BAGIAN 6 PENGENALAN SELF-COMPACTING CONCRETE
6.1 PENDAHULUAN VI-1
6.2 SIFAT-SIFAT BETON KERAS VI-2
6.3 SIFAT-SIFAT BETON SEGAR DAN CARA VI-4
PENGUJIANNYA
a. Daya Alir VI-5
b. Kekentalan VI-6
c. Passing Ability VI-7
d. Daya Tahan Segregasi/Segregation Resistance VI-8
6.4 MIX-DESIGN VI-11
6.5 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT VI-15
PELAKSANAAN
6.6 MEMPERBAIKI KUALITAS AKHIR SCC VI-16
WIKA BETON
7.2 JENIS-JENIS HASIL PRODUKSI VII-1
7.3 MATERIAL DAN SPESIFIKASI VII-6
7.4 PROSES PRODUKSI VII-9
7.5 MIX-DESIGN VII-12
7.6 CETAKAN VII-13
7.7 PENGADUKAN BETON DAN PENGECORAN VII-13
7.8 PEMADATAN VII-14
7.9 PEKERJAAN STRESSING VII-15
7.10 PERAWATAN BETON VII-16
7.11 PENGANGKATAN VII-17
7.12 PENGANGKUTAN VII-18
7.13 QUALITY CONTROL VII-19
GLOSSARY
WIKA BETON
DAFTAR GAMBAR
WIKA BETON
Gambar 3.4 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan
untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm III-9
WIKA BETON
Gambar 6.1
Gambar 6.2
Ukuran Base Plate untuk Pengujian Slump-flow
VI-6
Tabel 2.2 Perkiraan Komposisi Berbagai Tipe Standar Semen Portland II-2
Kandungan Ion Klorida Maksimum untuk Perlindungan Baja
Tabel 2.3 II-6
Tulangan Terhadap Korosi
Tabel 3.1 Nilai Deviasi Standar III-1
Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5 III-3
FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan
Tabel 3.4 III-4
Khusus
Tabel 3.5 Penetapan Nilai Slump III-5
Tabel 3.6 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter) III-5
Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan
Tabel 3.7 III-6
Lingkungan Khusus
WIKA BETON
Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton
Tabel 3.8 III-7
yang Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat
Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton
Tabel 3.9 III-8
Bertulang/Prategang Kedap Air
Tabel 3.10 Batas Gradasi Pasir III-9
WIKA BETON
Tabel 6.8
Tabel 6.9
Rentang Umum Komposisi Campuran SCC
VI-16
Tabel 7.1 Spesifikasi Material dan Spesifikasi Umum Beton Pracetak VII-6
Pengetahuan umum beton I-0
WIKA BETON
Pengetahuan umum beton I-1
Beton
Air
Kerikil
Pasir
Semen
WIKA BETON
Agregat
Kasar
Pasta Semen
Mengisi Celah
Antar Agregat
b. Beton normal
Berat jenisnya 2200-2500 kg/m3, dipakai hampir pada semua bagian
struktural bangunan.
c. Beton berat
Berat jenis>2500 kg/m3, dipakai untuk struktur tertentu, misal: struktur
yang harus tahan terhadap radiasi atom.
d. Beton jenis lain
o Beton massa (mass concrete)
Beton yang dituang dalam volume besar, biasanya untuk pilar, bendungan
dan pondasi turbin pada pembangkit listrik. Pada saat pengecoran beton
jenis ini, pengendalian diutamakan pada pengelolaan panas hidrasi yang
timbul, karena semakin besar massa beton maka suhu didalam beton
semakin tinggi. Bila perbedaan suhu didalam beton dan suhu di
permukaan beton >20 oC dapat menimbulkan terjadinya tegangan tarik
yang disertai retak-retak
Pengetahuan umum beton I-3
Retak beton juga dapat timbul akibat penyusutan beton (shrinkage) yang
dipengaruhi oleh kelembaban beton saat pengerasan berlangsung.
Selain itu, besarnya volume beton saat pengecoran mass concrete akan
beresiko timbulnya cold-joint pada permukaan beton baru dengan beton lama
mengingat waktu setting beton yang singkat (±2 jam), sehingga perlu
direncanakan metode pengecoran yang sesuai dengan perilaku beton tersebut.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka langkah preventif untuk menghindari
terjadinya retak beton dapat dikategorikan atas pemilihan komposisi beton (nilai
slump, pemberian admixture, FAS) dan praktek pelaksanaan di lapangan (suhu
udara saat pengecoran, curing, menggunakan bekisting dengan kemampuan
isolasi yang bagus dan menyiapkan construction joint) . Pemberian tulangan
ekstra untuk menahan gaya tarik akibat panas hidrasi dapat juga dilakukan
sebagai salah satu pertimbangan struktural.
o Ferosemen (ferrocement)
Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja. Beton ini mempunyai
ketahanan terhadap retakan, ketahanan terhadap patah lelah, daktilitas,
fleksibilitas dan sifat kedap air yang lebih baik dari beton biasa.
o Beton serat (fibre concrete)
Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat berupa
serat plastik/baja. Beton serat lebih daktail daripada beton biasa, dipakai
pada bangunan hidrolik, landasan pesawat, jalan raya dan lantai jembatan.
o Beton siklop
WIKA BETON
Beton biasa dengan ukuran agregat yang relatif besar-besar. Agregat kasar
dapat sebesar 20 cm. Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan dan
pangkal jembatan.
o Beton hampa
Seperti beton biasa, namun setelah beton tercetak padat, air sisa reaksi
hidrasi disedot dengan cara vakum (vacuum method)
o Beton ekspose
Beton ekspose adalah beton yang tidak memerlukan proses finishing,
biasanya beton ini dihasilkan dengan menggunakan bahan bekisting yang
dapat menghasilkan permukaan beton yang halus (misal baja dan multiplek
film). Beton ini sering dijumpai pada gelagar jembatan, lisplang, kolom dan
balok bangunan
WIKA BETON
o Segregasi, kecenderungan agregat kasar untuk memisahkan diri dari
campuran adukan beton, peluang segregasi diperbesar dengan:
• Campuran yang kurus/kurang semen
• Pemakaian air yang terlalu banyak
• Semakin besar butir kerikil yang dipakai
• Campuran yang kasar, atau kurang agregat halus
• Tinggi jatuh pengecoran beton yang terlalu tinggi
o Bleeding, kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan
diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan. Hal ini dapat dikurangi
dengan cara:
• Memberi lebih banyak semen dalam campuran
• Menggunakan air sesedikit mungkin
• Menggunakan pasir lebih banyak
• Menyesuaikan intensitas dan durasi penggetaran pemadatan sesuai
dengan nilai slump campuran
b. Beton Keras
1). Sifat jangka pendek
o Kuat tekan, dipengaruhi oleh:
• Perbandingan air semen dan tingkat pemadatan
• Jenis semen dan kualitasnya
• Jenis dan kekasaran permukaan agregat
• Umur (pada keadaan normal, kekuatan bertambah sesuai dengan
umurnya). Lihat Gambar 1.5
• Suhu (kecepatan pengerasan bertambah dengan naiknya suhu)
• Perawatan
Pengetahuan umum beton I-5
o Kuat tarik
Kuat tarik beton berkisar 1/18 kuat tekan beton saat umurnya masih
muda dan menjadi 1/20 sesudahnya. Kuat tarik berperan penting dalam
menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu
o Kuat geser
Didalam prakteknya, kuat tekan dan tarik selalu diikuti oleh kuat geser.
WIKA BETON
1.4 HIDRASI
Proses Hidrasi
Adalah reaksi kimia antara partikel semen dan air menghasilkan pasta semen / bahan
pengikat
WIKA BETON
2(3CaO.SiO2)+6H2O 3Ca.2SiO2.3H2O+3Ca(OH)2+panas hidrasi
kalsium silikat (unsur utama semen) + air
kapur bebas (pengisi pasif) + panas hidrasi
kalsium silikat hidrat (bahan pengikat) +
Panas Hidrasi
Adalah efek samping dari proses hidrasi yaitu berupa pelepasan panas / kalori
dari reaksi hidrasi
Efek panas hidrasi yg terlalu tinggi terhadap beton adalah timbulnya retak-retak
z C : sama dengan K, hanya disini biasanya dipakai untuk benda uji berbentuk
silinder
Pada contoh diatas, bila K500 bila dikonversikan menjadi nilai C maka
C=500x0.83=415 kg/cm2, maka f’c=415 kg/cm2, dengan 0.83 adalah nilai konversi
dari bentuk kubus menjadi silinder.
WIKA BETON
Mutu Beton yang Lebih Tinggi:
K125-<K175, digunakan sebagai lantai kerja atau penimbunan kembali dengan
beton
WIKA BETON
Pemilihan material II-1
2.1 SEMEN
Berfungsi sebagai bahan pengikat HIDRAULIS dari berbagai macam agregat
V WIKA BETON
Ketahanan yang tinggi
terhadap sulfat
panas hidrasi rendah dan
diperlukan setting time yang lama
Bangunan dalam lingkungan
asam, tangki bahan kimia dan
pipa bawah tanah
c. Penyimpanan semen:
o Silo harus kedap air
o Lantai gudang tidak lembab
o Tinggi timbunan sak semen maksimum 2 m
o Suhu ruang tidak boleh lebih dari 70 oC
o Kapasitas gudang mampu untuk stok 20 hari dan tergantung
kelancaran pengiriman
o Stok yang telah disimpan lebih dari 3 bulan tidak boleh dipakai
Setting time :
z setting time awal (initial)
z setting time akhir (final)
Pemilihan material II-2
P r o s e s h a r d e n in g
F in a l s e t t in g t im e
d i d a p a t p a s ta s e m e n
F S T y g p a d a t d a n u tu h
d a n b e n tu k n y a ti d a k
d a p a t d i r u b a h
In it ia l s e e t in g t im e
P a s ta s e m e n m u la i
IS T ti d a k d a p a t d i r u b a h
ta p i m a s i h a d a b a g i a n
y a n g p la s ti s
D o r m a n P e r i o d e
P e r i o d e d i m a n a p a s ta
D P s e m e n m a s i h p la s t i s
WIKA BETON
d a n m a s i h b i s a
d i b e n tu k
T i ti k P C
m u la i b e r e a k s i
d e n g a n a i r
2.2 AGREGAT
Butiran mineral dengan ukuran diameter & gradasi butiran tertentu yang
apabila dicampur dengan semen & air akan menghasilkan beton
b. Spesifikasi umum:
o Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal
sehingga kuat tekan beton besar.
o Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan material
beton lainnya.
o Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton
yang dihasilkan padat dan awet.
o Gradasi sesuai spesifikasi teknik yang diminta (dapat dilihat pada poin
WIKA BETON
2.2a) dan hindari gap graded aggregate karena akan membutuhkan
semen lebih banyak untuk mengisi rongga dan harga satuan beton akan
menjadi lebih mahal.
o Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan
jika ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat
total agregat.
o Kadar lumpur agregat tidak boleh melampaui standar pada Butir (a),
karena akan berpengaruh pada kuat tekan beton. Lihat Gambar 2.2
c. Ukuran maksimum agregat kasar harus tidak melebihi:
o 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
o 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
o ¾ jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan, kawat-
kawat, bundel tulangan, tendon-tendon prategang atau
selongsong-selongsong.
Pemilihan material II-4
a. Agregat Kasar
Agregat dengan φ butiran >5 mm
WIKA BETON
Jenis agregat kasar:
1. Alami ⇒ hasil desintegrasi alam (kerikil), dengan penggolongan:
- kerikil halus ⇒ φ 0,5 - 10 mm
- kerikil sedang ⇒ φ 10 - 20 mm
- kerikil kasar ⇒ φ 20 - 40 mm
- kerikil kasar sekali ⇒ φ 40 - 70 mm
b. Agregat Halus
Agregat dengan φ butiran antara 0,14 s/d 5,0 mm
z Kerugian:
z kontinuitas pengadaan kurang terjamin
z ukuran butiran amat bervariatif
z permukaannya relative halus sehingga daya ikatnya kurang ⇒
sulit mencapai mutu beton tinggi
z kandungan lumpur relatif tinggi
2.3 AIR
WIKA BETON
Fungsi air dalam beton:
• Bahan penghidrasi semen, agar semen bisa berfungsi sebagai
bahan pengikat
• Bahan pelumas, yaitu mempermudah proses pencampuran agregat
& semen serta mempermudah pelaksanaan pengecoran beton
(workability)
a. Air untuk campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang
merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton ataupun tulangan.
b. Air pencampur yang digunakan untuk beton prategang atau pada beton
yang didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung didalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
Pemilihan material II-6
c. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
o Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran
WIKA BETON
beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
o Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90%
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan
serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai
dengan ”Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis
(menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 cm)” ASTM
C109
o Bila terpaksa menggunakan air laut, disarankan hanya untuk beton
tanpa tulangan dengan kandungan maksimal garam terlarut 35.000
ppm
o Hindari penggunaan air dengan dengan pH≤3
WIKA BETON
a. Spesifikasi umum:
Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh
digunakan pada beton prategang, beton dengan aluminium tertanam, atau
beton yang dicor dengan menggunakan bekisting baja galvanis.
Macam-macam admixture:
o Water Reducer/Plasticiser/Super Plasticiser
Berfungsi mengurangi jumlah air dan semen dengan kekuatan beton yang
dihasilkan tetap dan meningkatkan keplastisan beton untuk pengecoran di
tempat-tempat yang sulit (karena pengecoran tersebut membutuhkan nilai
slump tinggi sehingga bahan tambahan ini lebih dipilih daripada menambah
air).
o Retarder
Memperlambat pengikatan awal, digunakan untuk pengecoran jarak jauh dan
mass concrete yang perlu panas hidrasi rendah.
Pemilihan material II-8
o Accelerator
Mempercepat pengikatan dan pengerasan awal beton, digunakan untuk
pengecoran yang berhubungan dengan air/efisiensi waktu pemakaian
cetakan.
o Air Entraining
Menambah gelembung udara pada beton, dapat mengurangi bleeding,
mengurangi kebutuhan air dan mengurangi segregasi. Digunakan untuk
pengecoran dengan concrete pump. Harus memenuhi SNI 03-2496-1991.
Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.
Macam-macam aditif:
o Abu Terbang
Harus memenuhi ASTM C618. Spesifikasi untuk abu terbang dan
pozzolan alami murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan
tambahan mineral pada beton semen portland. Meningkatkan kohesi dan
mengurangi sensitivitas terhadap perubahan-perubahan kadar air, tetapi
WIKA BETON
harus dijaga agar kadarnya tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan pasta
menjadi terlalu kohesif sehingga dapat menghambat daya alir.
o Mineral filler
Misalnya batu kapur, dolomite, dll. Distribusi ukuran partikel, bentuk dan
daya serap air mempengaruhi kebutuhan air.
o Silica Fume
Harus sesuai dengan ASTM C1240. Spesifikasi untuk silika fume untuk
digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis. Meningkatkan kohesi
dan daya tahan segregasi, serta mengurangi atau menghilangkan
bleeding tetapi jika terlalu banyak dapat menimbulkan percepatan
pembentukan kerak di permukaan beton, yang akan menghasilkan cold-
joint atau cacat permukaan.
o Aditif lainnya
Metakaolin, pozzolan alami, dan bahan pengisi halus lainnya dapat
digunakan, tetapi akibat-akibat yang ditimbulkan perlu dievaluasi secara
khusus dan hati-hati terhadap akibat jangka pendek dan panjang yang
timbul terhadap beton.
Pemilihan material II-9
2.5 SERAT
Baik serat metalik maupun polymer dapat digunakan.
WIKA BETON
Perencanaan campuran beton III-0
00
WIKA BETON
Perencanaan campuran beton III-1
WIKA BETON
1). Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa
pada masa yang lalu. Jumlah data hasil uji minimum 30 buah (satu data
hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua silinder yang
dibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari atau
umur pengujian lain yang ditetapkan). Jika jumlah data uji kurang dari
30, maka dilakukan koreksi dengan suatu faktor pengali nilai deviasi
standar.
2). Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa
pada masa yang lalu/bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilai
margin langsung diambil sebesar 12 Mpa.
Perencanaan campuran beton III-2
WIKA BETON
g. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut:
o Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata silinder
beton yang direncanakan pada umur tertentu. Lihat Gambar 3.1
Gambar 3.1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Rata-Rata
Silinder Beton (Sebagai Perkiraan FAS)
Perencanaan campuran beton III-3
o Berdasarkan jenis semen, jenis agregat kasar dan kuat tekan rata-rata yang
direncanakan pada umur tertentu. Lihat Tabel 3.3 dan Gambar 3.2
Langkahnya sebagai berikut:
• Tabel 3.3 Dengan data jenis semen, jenis agregat kasar dan umur
beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton
yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0.5.
Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5
Jenis Umur (hari)
Jenis Agregat Kasar
Semen 3 7 28 91
Alami 17 23 33 40
I, II, V
Batu pecah 19 27 37 45
Alami 21 28 38 44
III
Batu pecah 25 33 44 48
• Gambar 3.2 Lukislah titik A pada Gambar 3.2, dengan FAS 0.5
sebagai absis dan kuat tekan beton yang diperoleh dari Tabel 3.3
sebagai ordinat. Dari titik A dibuat grafik baru yang bentuknya sama
dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya tarik garis
mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata yang
dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik
kebawah untuk mendapatkan FAS yang dicari.
WIKA BETON
i.
WIKA BETON
Penetapkan nilai slump
Penetapan nilai slump dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan
pembuatan, pengangkutan, penuangan, pemadatan dan jenis strukturnya.
Misal: pengecoran dengan conncrete pump membutuhkan nilai slump
besar, pemadatan dengan vibrator dapat dilakukan dengan nilai slump
yang agak kecil. Lihat Tabel 3.5 sebagai pertimbangan.
Tabel 3.6 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter)
Besar Slump (mm)
Ukuran Jenis
Maksimum Batuan 0-10 10-30 30-60 60-180
Kerikil (mm)
10 Alami 150 180 205 225
Batu 180 205 230 250
pecah
20 Alami 135 160 180 195
Batu 170 190 210 225
pecah
40 Alami 115 140 160 175
Batu 155 175 190 205
WIKA BETON
Catatan:
pecah
• Koreksi suhu diatas 20oC, setiap kenaikan 5OC harus ditambah air 5
liter per m3 adukan beton
• Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus
ditambah air ± 10 liter per m3 adukan beton
Jika menggunakan agregat halus dan agregat kasar dari jenis yang
berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan
diperbaiki dengan rumus:
A = 0.67Ah + 0.33 Ak
Dengan: A = Jumlah air yang dibutuhkan (lt/m3)
Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Ak = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya
Perencanaan campuran beton III-6
WIKA BETON
Beton diluar ruang bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari 325
langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari 275
langsung
Beton yang masuk kedalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti- 325
ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Tabel 3.8
Beton yang selalu berhubungan dengan air
Tabel 3.9
tawar/payau/laut
Perencanaan campuran beton III-7
Tabel 3.8 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang
Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3) Kandungan
Dalam Tanah semen minimum Faktor
SO3 (kg/m3) Air
SO3
dalam Semen
dalam air Jenis Semen
Total campuran Ukuran Maks. (FAS)
tanah
SO3 air:tanah Agregat (mm) Maksim
(g/lt)
= 2:1 40 20 10 um
(g/lt)
Tipe I dengan atau 280 300 350
<0.2 <0.1 <0.3 tanpa Pozzolan 0.5
(15-40%)
Tipe I tanpa 290 330 380 0.5
Pozzolan
Tipe I dengan
Pozzolan (15-40%)
0.2-0.5 1.0-1.9 0.3-1.2 Atau 270 310 360 0.55
Semen Portland
Pozzolan
Tipe II atau V
Semen Portland
0.5-1.0 1.9-3.1 1.2-2.5
Pozzolan
Tipe II atau V
290 330 380 0.5
1.0-2.0 3.1-5.6 2.5-5.0 Tipe II atau V 330 370 420 0.45
Tipe II atau V dan
>2.0 >5.6 >5.0
lapisan pelindung 330 370 420 0.45
Perencanaan campuran beton III-8
WIKA BETON
diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat agregat
campuran
Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton
Bertulang/Prategang Kedap Air
Kandungan semen
minimum
Berhubungan FAS
Tipe Semen
dengan: Maksimum Ukuran Maksimum
Agregat (mm)
40 20
Air tawar 0.50 Semua tipe I-V 280 300
0.45 Tipe I + Pozzolan 340 380
(15-40%)
Atau Semen Portland
Air payau
Pozzolan 290 330
WIKA BETON
Gambar 3.3 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat
Keseluruhan untuk ukuran Butir Maksimum 10 mm
WIKA BETON
Bj camp = P/100*bj ag hls + K/100*bj ag ksr
Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam
keadaan jenuh kering muka, sehingga di lapangan yang pada umumnya
keadaan agregatnya tidak jenuh kering muka, harus dilakukan koreksi
terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi harus dilakukan minimum satu kali
per hari.
Dengan:
A = Jumlah kebutuhan air (liter/m3)
B
C
Ah
Ak
WIKA BETON
= Jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
= Jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
= Kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%)
= Kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%)
A1 = Kadar air pada agregat halus jenuh kering-muka (%)
A2 = Kadar air pada agregat kasar jenuh kering-muka (%)
WIKA BETON
Perencanaan campuran beton III-13
14
WIKA BETON
Kuat tekan rata-rata perlu f’cr ditentukan sebagai dasar pemilihan proporsi
campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau 2
dibawah ini:
f’cr = f’c + 1.34 S......................................(1)
f’cr = f’c + 2.33 S -3.5...............................(2)
WIKA BETON
Tabel 3.13 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia Untuk
Menetapkan Deviasi Standar
Persyaratan Kuat Tekan, f’c Kuat Tekan Rata-Rata Perlu, f’cr
MPa MPa
Kurang dari 21 f’c + 7.0
21-35 f’c + 8.5
Lebih dari 35 f’c + 10.0
Perencanaan campuran beton III-15
WIKA BETON
o Rasio air-semen maksimum atau kadar semen minimum untuk beton yang
akan digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan harus seperti yang
diperlihatkan pada kurva untuk menghasilkan kuat rata-rata yang sesuai
dengan syarat-syarat diatas, kecuali bila rasio air semen yang lebih rendah
atau kuat tekan yang lebih tinggi disyaratkan sesuai Pasal 6 SNI 03-2847-
2002.
Catatan:
1. Dihitung terhadap berat dan berlaku untuk beton normal
2. Untuk beton berat normal dan beton berat ringan
WIKA BETON
Struktur Pelabuhan,: Salah Satu Contoh Beton dalam Pengaruh Air Laut
WIKA BETON
Sangat
>2.00 >10000 V+Pozzolan 0.45 31
berat
Catatan:
*Semen campuran sesuai ketentuan ASTM C595
Perencanaan campuran beton III-18
WIKA BETON
mirip dengan yang akan digunakan harus sekurang-kurangnya 8.5 Mpa
lebih besar daripada f’c yang disyaratkan. Alternatif ini tidak boleh
digunakan untuk beton dengan kuat tekan yang disyaratkan lebih besar
dari 28 Mpa.
o Campuran beton yang dirancang menurut butir ini harus memenuhi
persyaratan keawetan pada Pasal 6 (diatas) dan kriteria pengujian kuat
tekan pada Pasal 7.6 SNI 03-2847-2002
Pelaksanaan IV-0
WIKA BETON
Pelaksanaan IV-1
4.1 PENCAMPURAN/MIXING
a. Site-Mix
1. Standar pencampuran ini hanya untuk beton normal (dengan berat jenis
2200 kg/m3-2500 kg/m3) dan tidak menggunakan bahan tambahan.
Pencampuran dengan bahan tambahan diatur oleh petunjuk
penggunaan bahan tambahan yang digunakan.
2. Alat pencampur yang digunakan harus mempunyai alat pemutar
dengan mesin, baik mollen, winget, pan mixer atau batching plant, yang
dibagi dalam dua golongan, yaitu:
• Golongan 1: Mesin pencampur dengan blade berputar sendiri,
contoh: pan mixer dan batching plant
• Golongan 2: Mesin pencampur dan blade berputar bersamaan,
contoh: mollen dan winget
WIKA BETON
Pencampuran
a. Semua bahan beton harus diaduk secara seksama hingga campuran
seragam dan harus dituangkan seluruhnya sebelum pencampur diisi
kembali.
WIKA BETON
o Proporsi bahan yang digunakan
o Perkiraan lokasi pengecoran pada struktur
o Tanggal serta waktu pencampuran dan pengecoran
b. Ready-Mix
1. Kontrol Kualitas
Dalam melakukan kontrol kualitas beton ready-mix, hal yang
penting adalah melakukan kontrol volume semen pada mix-design sebab
komponen semen merupakan komponen yang paling mahal dari
komposisi ready-mix.
Pada pengecoran dengan volume besar, kemungkinan terjadi
adanya kesalahan dalam keseragaman mutu yang disebabkan karena
kurang cermatnya operator instalasi berhubung banyaknya pengiriman di
berbagai tempat dengan mutu atau spesifikasi yang berbeda.
Dalam melakukan kontrol workabilitas beton sebelum dituang,
maka prosedur berikut dapat dilakukan:
a. Pastikan bahwa beton telah tercampur secara merata di dalam truk
WIKA BETON
mixer
b. Ambilah contoh bahan uji secukupnya
c. Lakukan uji slump pada contoh bahan uji tersebut
d. Bilamana hasilnya memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka
muatan harus diterima. Tetapi bila hasilnya diluar batas, ambilah
kembali contoh bahan uji dari truk yang sama untuk dilakukan test
slump lagi
e. Bila tidak memenuhi, maka beton harus ditolak
4.2 PENGANGKUTAN
WIKA BETON
d. Waktu keluar dari batching sampai penuangan selesai tidak boleh lebih
dari 1,5 jam atau waktu total sampai dengan pengecoran selesai tidak
lebih dari tiga jam dan nilai slump masih memenuhi syarat
Pelaksanaan IV-5
WIKA BETON
d. Bila ada bagian yang menggunakan batu bata, bagian dinding bata
pengisi yang akan bersentuhan dengan beton segar harus dalam
kondisi basah.
g. Semua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang
kualitasnya kurang baik harus dibersihkan sebelum pengecoran
lanjutan dilakukan pada permukaan beton yang telah mengeras.
a. Agitator Truck
WIKA BETON
Kapasitas geometris drum
Kapasitas pencampuran
Kecepatan putar drum
Tekanan water system
: 8-14
: 5-8
: 0-18
: 2 bar
m3
m3
rpm
Satuan panjang: mm
Pelaksanaan IV-7
b. Concrete Pump
WIKA BETON
c. Tremie
• Metode pengecoran beton didalam air melalui pipa atau tabung, tremie dapat
rigid maupun fleksibel
• Beton dialirkan secara gravitasional dengan mesin pengaduk beton yang
mengalirkan beton melalui bagian atas pipa atau dengan disambungkan secara
langsung melalui concrete pump
• Pengecoran dengan tremie bertujuan menghasilkan penuangan menerus yang
monolitik dibawah air tanpa menyebabkan turbulensi
Pelaksanaan IV-8
d. Placing Boom
• Berupa tower yang terdiri dari substruktur turbular, kolom vertikal dan
boom/lengan yang dapat mengeluarkan aliran beton segar ke formwork
struktur
• Adanya instalasi alat untuk climbing dengan sistem hidrolis yang
dioperasikan dengan kabel remote control
• Placing boom dapat ditambah tingginya seiring dengan naiknya struktur
bangunan dan dapat berdiri hingga 100 ft (30.48 m) tanpa diikat pada
apapun
• Pergerakan angular pada boom joint-nya besar, sehingga dapat
menjangkau berbagai lokasi yang relatif luas
•
WIKA BETON
Diperlukan 40 ft container untuk pengangkutan boom
e. Internal Vibrator
Lihat juga Bab VI Pengetahuan Beton Pracetak, Subbab Pemadatan. Pada Bab
tersebut diuraikan beberapa macam peralatan pemadatan yang dipakai pada
produksi beton pracetak, seperti: meja getar dan external vibrator.
WIKA BETON
½ dari radius penggetaran
Benar Salah
4.5 PENGECORAN
Cara pengecoran dan pemadatan yang baik, akan menghasilkan ikatan yang
kuat antara pasta semen dan agregat serta akan mengisi bekisting secara
sempurna. Kedua faktor tersebut diatas berperan penting dalam memberikan
kekuatan dan tampilan terbaik pada beton yang dihasilkan.
WIKA BETON
Beton yang Tidak Boleh Digunakan
a. Beton yang telah mengeras sebagian/terkontaminasi bahan lain.
b. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang
setelah pengikatan awal, kecuali bila disetujui pengawas lapangan.
Pedoman Umum
a. Kontrol temperature-Jika memungkinkan, hindari pengecoran pada
cuaca yang panas, kering dengan kelembapan rendah atau cuaca
yang terlalu dingin dan berangin keras. Jika cuaca diprediksi akan
panas, kering atau berangin, maka subgrade/bekisting tempat beton
akan diletakkan harus dibasahi agar lembab.
Pastikan setiap langkah pekerjaan telah dipersiapkan dengan baik,
karena pada kondisi cuaca seperti diatas, tidak tersedia banyak waktu
untuk pengecoran, pemadatan, finishing dan perawatan beton.
Pelaksanaan IV-11
WIKA BETON
Cold-joint
WIKA BETON
a. Pengecoran dinding
o Pengecoran dimulai dari ujung bergerak ke tengah untuk mencegah
air berkumpul pada sudut dan tepi bekisting.
o Berikan kelebihan cor setinggi sekitar 5 cm dari bekisting dan
pindahkan kelebihan tersebut sebelum beton mengeras agar didapat
permukaan yang rata dan bersih.
o Sebelum pengecoran selanjutnya, berikan lapisan mortar seperti pada
poin 4.3.h
b. Site datar
o Pengecoran dimulai dari sudut bekisting paling jauh dan bergerak ke
arah suplai beton, dimana beton dicampur atau dikirim (mixer truck).
o Jangan mengecor pada titik-titik yang berbeda dan mengeruk titik-titik
tersebut secara horisontal untuk meratakan dan menggabungkan agar
mengisi bekisting pada posisi akhirnya, hal ini dapat menyebabkan
segregasi.
Benar Salah
2. Pengecoran Beton pada Bagian Atas
Bekisting Dinding
WIKA BETON
Benar Salah
3. Pengecoran Beton pada Site Datar
Benar Salah
1. Pengecoran Beton pada Bagian Bawah
Bekisting Dinding
Benar Salah
4. Pengecoran Beton pada Site Miring
WIKA BETON
Pelaksanaan IV-15
4.6 PEMADATAN/COMPACTING
Pedoman Umum
b.
c.
WIKA BETON
Pemadatan tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting dan
embedded material.
Teknik Pemadatan
a. Pemadatan manual
o Masukkan alat pemadat kedalam bekisting, pada lapisan yang
baru saja dituangkan dan beberapa inchi hingga lapisan
dibawahnya.
o Gerakkan alat pemadat hingga agregat kasar menghilang dan
masuk kedalam beton.
Ujung pipa:
sambungan
dan rata
WIKA BETON
disekitar tongkat vibrator dan gelembung udara beton naik ±30 detik.
o Tariklah vibrator secara vertikal dengan kecepatan yang sama saat
turun kedalam adukan beton secara gravitasional.
4.7 FINISHING
Proses finishing dilakukan untuk memperoleh permukaan beton dengan
efek-efek tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kasus tertentu,
finishing dapat hanya berupa koreksi terhadap cacat permukaan, mengisi
lubang-lubang atau membersihkan permukaan. Beton yang tidak
memerlukan finishing permukaan, kadangkala hanya membutuhkan
screeding untuk memperbaiki kontur.
Macam Finishing:
a. Screeding
b. Hand Tamping
c. Floating
d. Edging
e. Trowelling
f. Brooming
g. Grinding
h. Sack-Rubbed Finish
i. Exposed Aggregate Finish
WIKA BETON
Kapan Finishing Dapat Dimulai?
Saat beton (yang telah dipadatkan sebelumnya) dapat menyangga beban
satu orang yang berdiri diatasnya dengan hanya meninggalkan sedikit
bekas pada permukaannya.
a. SCREEDING
a. Screeding Manual
Menggunakan sebuah alat yang disebut screed, dengan bagian
bawah alat datar dan rata untuk menghasilkan permukaan yang
rata atau lengkung untuk menghasilkan permukaan lengkung.
Teknik sceed yang baik:
o Gerakkan screed maju dan mundur melintang dipermukaan
beton seperti gerakan menggergaji
o Dalam satu gerakan, gerakkan screed maju sekitar 1 inchi
disepanjang bekisting
o Jika screed ‘mencongkel’ permukaan beton, (yang mungkin
terjadi pada beton air entrained karena sifatnya yang lengket)
kurangilah kecepatan maju screeding atau lapisi bagian bawah
screed dengan logam
o Lakukan kembali screeding untuk kedua kali untuk membuang
permukaan beton yang bergelombang akibat screeding
sebelumnya
Pelaksanaan IV-18
b. Screeding Mekanis
Umumnya digunakan untuk pekerjaan perkerasan jalan raya, dek
jembatan dan slab. Alat ini memiliki vibrator dan dapat digunakan
WIKA BETON
untuk beton kuat tekan tinggi dan memiliki nilai slump rendah.
Keuntungan menggunakan screeding mekanis ini adalah
menghasilkan beton yang kuat dengan kepadatan yang lebih besar,
finishing yang lebih rapi, mengurangi perawatan (mengeliminasi
perlunya floating dan hand tamping) dan menghemat waktu dengan
kecepatan operasi yang tinggi. Alat ini terdiri dari beam dan mesin
berbahan bakar bensin, atau motor listrik dan penggetar mekanis
yang dipasang ditengah beam. Kebanyakan alat jenis ini cukup
berat, maka dilengkapi dengan roda untuk membantu
memindahkan, tetapi terdapat pula screed mekanis yang ringan dan
dapat diangkat oleh dua orang pekerja. Kecepatan mengoperasikan
tergantung secara langsung oleh nilai slump, makin besar nilai
slump adukan, makin besar kecepatannya.Teknik screeding
dengan alat ini adalah:
o Tidak boleh ada gerakan menyilang dari beam
o Tuangkan beton pada jarak 4-6 m didepan screed dan pastikan
beton yang cukup telah siap didepan screed dengan ketinggian
dibawah screed beam
o Screed kemudian dioperasikan oleh dua pekerja pada kedua
ujungnya
o Jika pada permukaan beton muncul rongga atau lubang setelah
screed melewati lapisan itu, maka lubang tersebut harus segera
diisi dengan beton segar dan screed kemudian diangkat dan
dipindahkan kebelakang untuk pass kedua kali
Pelaksanaan IV-19
b. HAND TAMPING
WIKA BETON
Dilakukan setelah screeding. Digunakan untuk memadatkan beton
menjadi sebuah massa yang padat dan membuat agregat kasar
dengan ukuran partikel besar turun kebawah permukaan, sehingga
memungkinkan finishing permukaan dapat dilakukan sesuai
keinginan. Alat ini hanya digunakan untuk beton dengan nilai
slump rendah. Setelah hand tamping dilakukan, dapat langsung
dilanjutkan dengan floating.
c. FLOATING
WIKA BETON
mengeras, floating dapat dilakukan untuk kedua kalinya agar didapat
permukaan yang lebih halus.
Hindarkan floating yang berlebihan pada beton yang masih plastis, karena
akan membuat air dan pasta semen yang berlebihan naik ke permukaan
karena material ini membentuk lapisan tipis yang akan cepat aus dan
mengelupas saat penggunaan.
d. EDGING
Semua tepi dari slab yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya
harus dihaluskan dengan sebuah edger. Alat ini membuat bagian tepi
beton menjadi lengkung dan tidak tajam. Proses ini membuat beton
lebih rapi dan mencegah pecahnya tepi beton.
e. TROWELLING
a. Trowel Baja
o Gerakkan trowel dengan gerakan lengkung dan permukaan
trowel berhadapan secara datar dengan beton
o Lakukan trowelling untuk kedua kalinya setelah beton cukup
keras sehingga tidak ada mortar yang menempel pada trowel
dan suara berdering dihasilkan saat trowel melewati permukaan
beton
o Pada trowelling yang kedua kali, trowel harus sedikit dimiringkan
sedikit dan gunakan tekanan yang kuat untuk beton yang sudah
padat sepenuhnya
b. Trowel Mekanis
Digunakan untuk flat slab dengan kekakuan yang konsisten. Alat ini
dilengkapi dengan seperangkat float blade diantara steel blade-nya,
jadi floating dapat sekaligus dilakukan. Beton harus diatur sedemikian
rupa agar dapat menahan berat mesin dan operator. Meskipun
operasi alat ini lebih cepat daripada proses manual, tetapi tidak
semua tipe konstruksi dapat menggunakannya dan harus mengacu
pada pedoman operasi dan perawatan alat yang dibuat oleh
pabriknya.
Pelaksanaan IV-23
f. BROOMING
Permukaan yang tidak licin pada beberapa lantai dan trotoar dapat
diperoleh dengan proses ini sebelum beton mengeras sepenuhnya.
Dilakukan setelah floating.
WIKA BETON
bahkan lingkaran
g. GRINDING
Bila proses ini diinginkan untuk lantai beton, harus dimulai setelah
permukaan mengeras secara cukup untuk mencegah tercabutnya
partikel agregat.
WIKA BETON
(untuk Lantai Beton)
Finishing dengan cara ini kadang diperlukan jika penampilan lantai beton
yang terbentuk jauh dari yang diharapkan. Dilakukan setelah perbaikan-
perbaikan dan perbaikan cacat-cacat mayor telah terselesaikan. Jika
menggunakan cetakan atau bekisting dari plywood, polyfilm atau cetakan
lain yang sudah membentuk permukaan beton agar halus, maka tidak
perlu dilakukan rubbing lagi.
WIKA BETON
Karena timing yang tepat sangat penting, buatlah beberapa pengujian
untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengekspos agregat
4.7 PERAWATAN
Merawat kelembapan yang cukup didalam beton untuk jangka waktu
tertentu selama umur awalnya agar kekuatannya dapat dicapai secara
perlahan-lahan namun efektif.
Dengan curing, kekuatan beton pada 28 hari dapat mencapai 4000 psi
sedangkan beton yang tidak mengalami curing hanya mencapai kekuatan
tidak lebih dari 2000 psi (www.kuhlman-corp.com).
Keuntungan
a. Kekuatan yang dihasilkan lebih besar dari beton yang tidak dirawat
b. Sifat porousnya akan lebih kecil daripada beton yang tidak dirawat,
sehingga lebih tahan terhadap penetrasi air dan garam.
c. Lebih awet terhadap retak dan pengelupasan.
WIKA BETON
WIKA BETON
Gambar 4.11 Perawatan dengan Lapisan Waterproof
WIKA BETON
menggunakan kuas pada beton yang belum mengeras karena akan
merusakkan permukaan, membuat beton rentan terhadap penetrasi
bahan pelapis tersebut dan membuat lapisan tidak menyelubungi
beton secara menyeluruh. Jika selama 3 jam awal pemberian
lapisan ini terjadi hujan deras di lapangan, permukaan harus
disemprot kembali. Perawatan dengan cara ini dapat melindungi
beton untuk jangka waktu yang lama bahkan saat beton sudah
digunakan.
Karena curing compound ini dapat mencegah terbentuknya ikatan
antara beton keras dan beton segar, maka jangan digunakan jika
ingin ikatan tersebut terbentuk.
Pelaksanaan IV-29
dapat
noda
proses
perawatan selesai dan
menyebabkan
suhu didalam beton
menjadi terlalu panas
Lapisan Perlindungan sempurna Mahal, harus tetap
Waterproof dan mencegah dalam bentuk gulungan
pengeringan dan permasalahan
penyimpanan serta
pemakaian
Plastik film Kedap air absolut, Harus diberi warna
perlindungan sempurna, untuk perlindungan
ringan dan mudah panas, memerlukan
dipakai baik pada perawatan khusus, jika
struktur dengan bentuk sobek harus ditambal
sederhana maupun rumit dan harus dibebani
untuk mencegah agar
tidak tertiup angin
Pelaksanaan IV-30
WIKA BETON
Pedoman Umum Curing Beton
a. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10
o
C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya 7 hari setelah
pengecoran kecuali jika dirawat sesuai Poin c.
b. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu diatas 10 oC dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali
jika dirawat sesuai Poin c.
c. Perawatan dipercepat
o Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton
pada tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama
dengan kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut.
o Proses perawatan harus sedemikian hingga agar beton yang
dihasilkan mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan
yang dihasilkan dengan metode perawatan pada Poin a dan b.
o Bila diperlukan pengawas lapangan, dapat dilakukan penambahan uji
kuat tekan beton dengan merawat benda uji di lapangan sesuai
dengan Subbab 7.6(4) SK SNI 03-2847-2002 untuk menjamin bahwa
proses perawatan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan
Pelaksanaan IV-31
Rencana
Modifikasi atas
perencanaan
Membandingkan Melaksanakan
Dengan rencana tindakan perbaikan Pelaksanaan
WIKA BETON
PENGUJIAN
Selama proses
Variabilitas:
suatu besaran yang menyatakan rata-rata penyimpangan mutu beton
dari sejumlah benda uji (data test) dibandingkan dengan rata-rata mutu
beton yang bisa dicapai dan dinyatakan sebagai DEVIASI (lihat
Gambar 4.13)
Hal-hal yang menyebabkan deviasi adalah perbedaan-perbedaan pada:
z Karakteristik masing-masing bahan dasar
z Praktek penimbangan, proporsi campuran, pembuatan benda uji,
peralatan pengadukan, pengadukan, pengangkutan, penuangan, dan
perawatan
z Pembuatan, pengujian, dan perlakuan terhadap benda uji
WIKA BETON
Pengujian beton segar:
1. Konsistensi
2. Kadar udara
2. Non-destruktif
a. hammer test
b. uji beban langsung
c. pulse velocity crack recorder (UPV = Ultrasonic Pulse
Velocity)
Pelaksanaan IV-33
Benda uji yang dipakai untuk penentuan kuat tekan beton menurut PBI
1971 adalah benda uji kubus bersisi 15 cm ( ± 0.06 ) cm pada umur 28 hari.
Sedangkan pemakaian benda uji kubus bersisi 20 MENURUT PB ’89 :
Menurut PB’89 benda uji yang disyaratkan untuk pengujian mutu beton
adalah benda uji silinder dengan ukuran 15 x 30 cm, sedangkan pemakaian
benda uji kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm masih diperkenankan dengan
korelasi tegangan yang dihasilkan adalah :
WIKA BETON
fc’ = { 0,76 + 0,2 log ( fck/15) } fck
contoh : untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama
dengan mutu 432 kg/cm2 ( benda uji silinder )
contoh : untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama
dengan mutu 415 kg/cm2 ( benda uji silinder )
Pelaksanaan IV-34
WIKA BETON
5 m3 beton dengan
minimum 1 benda uji
tiap hari
( 1 buah / 5 m3 / mutu
beton / hari )
Jumlah benda uji untuk setiap sampling disesuaikan dengan spesifikasi atau
persyaratan dalam kontrak atau kebutuhan tertentu terkait untuk tahapan waktu
pengujian (7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari atau 56 hari)
fc’ ( σb ) = P / A
dimana :
fc’ ( σb ) = nilai kuat tekan benda uji
P = beban yang dapat dipikul hingga runtuh
A = luas penampang yang menerima beban
WIKA BETON
cone cone & split cone & shear shear columnar
catatan : hasil pelaksanaan yang benar adalah bentuk cone. Bentuk selain
itu mengindikasikan ada penyimpangan pada benda uji atau mesin tekannya
dimana :
σbk = kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan
σbm = kuat tekan beton rata-rata yang dicapai
k = faktor pengali deviasi, sangat tergantung kepada jumah benda uji
dan tingkat kepercayaan
SD = standar deviasi yang terjadi dari sekumpulan hasil tes benda uji
pada umur dan periode tertentu.
Pelaksanaan IV-36
n
Σ (σ’bm - σb )
1
SD =
n-1
Dimana :
n = jumlah benda uji
σb = nilai kuat tekan masing-masing benda uji
c. Jumlah benda uji dengan nilai kuat tekan ( σ’b ) < σ’bk maksimum 1 buah
d. Nilai rata-rata dari 4 buah benda uji berurutan ≥ σ’bk + 0,82.SD
e. σbmax - σbmin dari 4 buah benda uji berturut-turut kurang dari 4.3 SD
WIKA BETON
fc ≥ fc’ - 500 Psi
(bila memungkinkan)
No
Ditentukan bersama dengan konsultan, misal:
- Uji Beban Langsung
b. BATCH ANAL
Dapat menampilkan grafik yang komprehensif setiap error dari setiap
material dari setiap truk mixer dalam 1 hari
WIKA BETON
melakukan perubahan proporsi campuran sesuai permintaan
kekuatan, slump, kohesi dan lain-lain)
d. NEW QC
(baik
e. MIXEVAL
Dapat menyeleksi campuran-campuran mana yang paling efisien untuk
dibuat
f. ERLIEST
Berdasarkan temperatur yang terekam dapat menampilkan “equivalent
age” specimen yang dites untuk memprediksi kuat tekan pada umur
yang dikehendaki
Retak dan perbaikan cacat beton V-0
WIKA BETON
Retak dan perbaikan cacat beton V-1
5.1 RETAK/CRACK
Suatu kondisi dimana keadaan monolit dari suatu
struktur/penampang beton tidak monolit lagi
WIKA BETON
Beban rencana
Kerusakan akibat pembekuan
Sebelum Plastis Susut plastis
Pengerasan Penurunan plastis
Pergerakan
Selama Pergerakan formwork
Masa Pergerakan lapisan tanah dibawahnya
Konstruksi
Aggragate yang dapat menyusut
Fisik Drying shrinkage
Crazing
Berkaratnya tulangan
Plastis Reaksi Alkali-Agregate
Sesudah Cement carbonation
Pengerasan Siklus beku-cair
Pengaruh eksternal dari musim
Variasi suhu
Suhu
Early thermal contraction:
• External restraint
• Perbedaan suhu internal
Retak dan perbaikan cacat beton V-2
•
WIKA BETON
Contraction Crack:
• Type agregat
Penulangan
• Terdapatnya konsentrasi tegangan yang tinggi
• Tinggi pada penampang
• Ada tidaknya movement joint untuk mengakomodasi external
restraints
• Perbedaan temperatur antara penampang luar beton dengan bagian
dalamnya
WIKA BETON
• Struktur menjadi tidak kedap air
• Berpengaruh terhadap keawetan struktur
• Berpengaruh terhadap kekuatan struktur
Batasan Retak:
c. Retak Plastis
Adalah retak yang terjadi pada beton saat beton itu masih dalam
proses pengikatan (plastis) dan terjadi karena fenomena bleeding yang
berbeda. Terjadi setelah 1-8 jam setelah selesai pengecoran dan
pemadatan.
BLEEDING
•
•
•
WIKA BETON
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP BLEEDING:
Kadar udara campuran
Kandungan material halus
Rate of evaporation
• Kadar air campuran
• Penggunaan retarder
• Temperatur
• Ketebalan potongan
Retak Retak
plastis plastis
Penampang
Struktur
WIKA BETON
Gambar 5.1 Contoh Plastic Settlement Crack1
steel
void
• Mempertebal cover
• Memperkecil ukuran tulangan
retak
retak Penampang
Penampang struktur beton
WIKA BETON
struktur beton
Re-vibration:
Melaksanakan pemadatan ulang dengan cara
vibrasi/penggetaran segera setelah beton membentuk dan
masih dalam tahap setting time awal
Retak dan perbaikan cacat beton V-8
400
Tensile 300
strain 200
capacity 100
x 10E-6 0
2 4 6 8 10 1 3 7
Time : hours days
WIKA BETON
Gambar 5.4 Tensile Strain Capacity and Shrinkage Strain
c. Keropos
WIKA BETON
o
o
o
WIKA BETON
Dibersihkan dengan sikat dan disiram
Dipasang stek kecil dengan dibor atau di-dynabolt
Dipasang bekisting sesuai bentuknya dan dicor dengan Sikagrout
215
o Dikeringkan dan digerinda akhir supaya rata
o Dipoles dengan acian pewarnaan
o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
Retak dan perbaikan cacat beton V-12
o
WIKA BETON
g. Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap
Permukaan yang cacat disikat dan dibersihkan
o Disiram air untuk menghilangkan debunya
o Buat acian pewarnaan
o Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam
o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
Retak dan perbaikan cacat beton V-13
o
o
WIKA BETON
Bersihkan bagian tersebut hingga betul-betul bersih
Pasang plat dan pipa aluminium pada ujung retak dan direkatkan
dengan Sikadur 731
Patching bagian yang retak dan sudah digerinda dengan Sikadur 741
Tunggu sampai Sikadur 731 dan Sikadur 741 kering/kuat
o Buat campuran Sikadur 752AB sesuai dengan spesifikasi/dosis
o Masukkan kedalam injection pump dan dilakukan injeksi pada bagian
yang retak
o Setelah kering digerinda dan di-finishing dengan acian pewarnaan
o Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam
o Setelah agak kering, dipoles dengan busa
5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan
Tabel 5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Tutup Lubang Bekas TieRod Parapet
Jenis
No. Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan
Cacat/Kerusakan
WIKA BETON
1. Tutup lubang bekas Sikadur 741 Gerinda mangkok Sikadur 741: Aplikasi 82
tie-rod parapet dan Sendok semen 1kg Sika warna abu-abu lubang
pewarnaannya Kape 2kg Sika warna putih (struktur parapet)
Amplas 3kg Sika pasir
Kuas cat
Kain lap perbandingan 1:2:3
Ember
Kain/busa
V-16
Tabel 5.4 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Udara Terperangkap Besar dan Tali Air/Lubang Akibat Udara Terperangkap
Kecil
Jenis
No. Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan
Cacat/Kerusakan
1. Udara terperangkap Semen putih Gerinda mangkok 400g semen putih (tiga roda) Aplikasi 2.40m’
dan pewarnaannya Semen biasa (Tipe Sendok semen 200g semen biasa(tiga roda) (struktur parapet)
(alternatif 1) 1) Kape 400g air bersih
Air Amplas perbandingan 2:1:2
Kuas cat
Kain lap
Ember
2.
WIKA BETON
Udara terperangkap Semen putih
dan pewarnaannya
(alternatif 2) 1)
Air
Kain/busa
Gerinda mangkok 1800g semen putih (tiga roda) Aplikasi 2.40m’
Semen biasa (Tipe Sendok semen
Kape
Amplas
Kuas cat
600g semen biasa (gresik)
1500g air bersih
perbandingan 3:1:2.5
(struktur parapet)
Kain lap
Ember
Kain/busa
3.. Udara terperangkap Semen putih Gerinda mangkok 1800g semen putih (tiga roda) Aplikasi 10.00m’
dan pewarnaannya Semen biasa (Tipe Sendok semen 600g semen biasa (gresik) (struktur parapet)
(alternatif 3) 1) Kape 1500g air bersih
Air Amplas perbandingan 3:1:2.5
Kuas cat
Kain lap
Ember
Kain/busa
V-17
Tabel 5.5 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Plinth dan Keropos-Kolom
Jenis
No. Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan
Cacat/Kerusakan
1. Plinth dan keropos Semen putih Gerinda mangkok Tahap 1: Aplikasi panjang
kolom dan Semen biasa (tipe Sendok semen Sikadur 741: 100cm dan lebar
pewarnaannya 1) Kape 0.5kg Sika warna abu- 30cm
Air Amplas abu
Sikadur 741 Kuas cat 1kg Sika warna putih
Lem beton Kain lap 1.5kg Sika pasir
(Cebond) Ember
Kain/busa perbandingan 1:2:3
Palu
WIKA BETON
Pahat Tahap 2 (altr. 1):
Gerinda potong 400g semen putih (tiga
roda)
200g semen biasa (tiga
roda)
400ml air bersih
perbandingan 2:1:2
Tahap 2 (altr.2):
400g semen putih (tiga
roda)
200g semen biasa
(gresik)
400g air bersih
perbandingan 2:1:2
V-18
Pengenalan SCC VI-0
WIKA BETON
Pengenalan SCC VI-1
6.1 PENDAHULUAN
Self-compacting concrete (SCC) adalah sebuah beton yang inovatif yang tidak
memerlukan penggetaran saat penuangan dan pemadatan. SCC mampu mengalir
dibawah pengaruh berat sendirinya (hanya dengan mengandalkan gravitasi), mengisi
formwork secara menyeluruh dan mencapai pemadatan penuh, bahkan dalam
keadaan tulangan yang sangat rapat. Beton yang telah mengeras memiliki struktur
yang rapat, homogen dan memiliki sifat-sifat serta daya tahan seperti beton yang
dipadatkan secara konvensional.
WIKA BETON
6. Mengurangi paparan terhadap kebisingan dan penggetaran yang dialami oleh
pekerja dan lingkungan
7. Lebih tahan terhadap resiko thermal cracking akibat panas dibandingkan beton
normal
Kombinasi antara pelaksanaan yang mudah dan performance yang baik serta
keuntungan dalam kesehatan dan keselamatan kerja, membuat SCC menjadi solusi
yang sangat menarik bagi industri beton pracetak maupun konstruksi teknik sipil
umumnya. SCC sering digunakan sebagai salah satu alternatif pemakaian beton
normal pada:
1. Pembetonan struktur dengan tulangan rapat, terutama pada struktur-struktur
penahan beban dinamis
2. Pembetonan dengan banyak lokasi maupun titik-titik yang sulit dijangkau,
misalnya: cetakan dengan bentuk yang rumit dan pile
3. Kepentingan arsitektural, untuk menghasilkan permukaan yang sempurna tanpa
lubang dan retak-retak
4. Struktur yang terekspos kondisi cuaca buruk sehingga memerlukan durabilitas
yang lebih tinggi
Pengenalan SCC VI-2
WIKA BETON
1. Kuat tekan
Untuk SCC biasanya memiliki kuat tekan yang sedikit lebih tinggi dari beton
normal dengan FAS yang sama. Hal ini diakibatkan ikatan yang lebih baik antara
agregate dan pasta yang telah mengeras, karena tidak adanya penggetaran.
2. Kuat tarik
Besarnya kuat tarik pada SCC dapat diasumsikan sama dengan beton normal,
karena volume pasta (semen+agregat halus+air) tidak memiliki efek yang
signifikan terhadap kuat tarik
3. Modulus elastisitas
SCC memiliki modulus elastisitas yang sedikit lebih rendah dari beton biasa
karena memiliki pasta semen yang lebih banyak dari beton biasa
• Karena bagian terbesar dari beton adalah agregatnya, maka jenis dan jumlah
agregat sebagaimana juga nilai modulus elastisitasnya (E) memiliki pengaruh
terbesar. Memilih agregat dengan nilai E yang makin tinggi akan membuat E
beton juga makin tinggi
• Semakin tinggi volume pasta semen, semakin rendah nilai E
4. Rangkak
SCC memiliki koefisien rangkak yang lebih besar akibat volume pasta semen
yang lebih banyak dibandingkan beton biasa dengan kekuatan yang sama
• Semakin tinggi kekuatan beton, rangkak semakin berkurang
• Jika menggunakan semen dengan kemampuan hidrasi yang lebih cepat akan
memiliki kekuatan yang lebih tinggi saat pembebanan, memiliki rasio
stress/strength yang lebih rendah dan rangkak yang makin berkurang pula
Pengenalan SCC VI-3
5. Susut
Susut pada SCC lebih kecil dibandingkan beton normal karena FAS-nya lebih
rendah
• Semakin tinggi volume agregat, susut semakin berkurang
• Semakin tinggi nilai modulus elastisitas agregat (E), susut semakin berkurang
• Semakin kecil ukuran agregat maksimum (yang berarti volume pasta semen
semakin besar), semakin besar susutnya
WIKA BETON
pertama dan kedua lebih rendah dari beton yang dipadatkan dengan penggetaran
konvensional dan tidak mampu menahan gaya geser. Oleh karena itu perlu
diberikan perawatan untuk permukaannya, misalnya retarder permukaan,
penyikatan atau dengan membuat permukaan menjadi kasar
Durabilitas/Daya Tahan
Konsekuensi dari pemadatan yang tidak benar adalah, seperti: lubang-lubang sarang
lebah/keropos, segregasi, bleeding dll, memiliki pengaruh negatif yang besar pada
permeabilitas sekaligus mempengaruhi durabilitas beton.
Pengenalan SCC VI-4
SCC bila dikerjakan dengan benar akan bebas dari kerugian-kerugian pemadatan
tersebut dan menghasilkan suatu material beton yang memiliki permeabilitas yang
seragam dan rendah, sehingga hanya memiliki sedikit kelemahan terhadap
lingkungan yang merugikan dan karenanya memberikan durabilitas yang lebih baik.
WIKA BETON
6.3 SIFAT-SIFAT BETON SEGAR DAN CARA
PENGUJIANNYA
a. Daya Alir
Daya alir akan makin tinggi jika penggunaan superplasticiser juga makin tinggi. Daya
alir seringkali dinyatakan dengan slump-flow. Slump-flow yang terlalu tinggi akan
menyebabkan segregasi. Dibawah ini adalah acuan pembagian nilai slump-flow
berdasarkan tujuan penggunaan (The European Guidelines for SCC, May 2005)
SF3
WIKA BETON
760-850
yang rapat
• Struktur dengan bentuk yang rumit
• Pengisian formwork dengan posisi yang sulit
SCC dengan nilai slump ini memberikan hasil
akhir yang lebih baik daripada kriteria kedua
untuk pengecoran vertikal secara normal tapi
daya tahan segregasinya lebih sulit di kontrol
Untuk kasus-kasus khusus yang memerlukan slump lebih tinggi daripada 850 mm,
pengawasan harus diberikan untuk mencegah segregasi dan ukuran maksimum
agregat sebaiknya kurang dari 12 mm.
Slump-flow Test
Pengenalan SCC VI-6
dimensi dalam mm
b. Kekentalan
Nilai hasil pengujian tidak secara langsung mengukur kekentalan SCC, tapi masih
berhubungan dengan kekentalan tersebut, yaitu dengan mendeskripsikan kecepatan
alir. Pengukuran T500 ketika mengadakan pengujian slump-flow dapat menjadi
sebuah cara untuk memastikan keseragaman SCC dari batch satu ke batch lainnya.
T500 adalah waktu yang diperlukan oleh adukan SCC pada saat pengujian slump-flow
untuk menyebar hingga diameter rata-rata 500 mm tanpa mengalami segregasi.
WIKA BETON
dimnsi dalam mm
WIKA BETON
c. Passing Ability
Passing ability adalah kapasitas adukan beton segar untuk mengalir melalui ruang
yang terbatas dan celah sempit, misalnya daerah tulangan yang rapat tanpa
segregasi, kehilangan keseragaman atau blocking
Bagian yang paling menentukan adalah gap terkecil yang melaluinya SCC harus
mengalir secara kontinu untuk mengisi cetakan.
Untuk slab tipis dimana gap lebih besar dari 80 mm dan struktur lainnya dimana gap
lebih besar dari 100 mm, passing ability tidak perlu ditentukan.
Untuk struktur kompleks dengan gap lebih kecil dari 60 mm, trial dengan membuat
mock-up sangatlah penting.
Pengenalan SCC VI-8
WIKA BETON
dimensi dalam mm
Daya tahan segregasi sangat fundamental bagi SCC yang dicor ditempat yang
memerlukan homogenitas dan kualitas. Pengujian daya tahan segregasi tidak selalu
harus dilakukan, kecuali: jika menggunakan SCC dengan kategori slump-flow lebih
tinggi dan/atau dengan kategori kekentalan yang lebih rendah. Penting diketahui
bahwa penggunaan superplasticiser yang makin tinggi akan mengurangi daya tahan
segregasi.
Pengenalan SCC VI-9
WIKA BETON
Contoh Penggunaan Spesifikasi
Tabel diatas hanya mengemukakan parameter dasar dan kategori hasil pengujian
yang dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penerapan. Pembagian
diatas belum memperhitungkan kondisi batas, bentuk geometri elemen, metode
pengecoran dan karaktristik material yang digunakan dalam campuran beton. Diskusi
dapat diadakan dengan pengada beton sebelum pengambilan keputusan tentang
spesifikasi akhir.
Pengenalan SCC VI-10
2. Agregat Kasar
Persyaratan agregat kasar hampir sama dengan beton normal, hanya ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
• Agregat ringan dapat digunakan dalam SCC, tetapi perlu dicatat bahwa
WIKA BETON
agregat dapat mengapung di permukaan jika kekentalan pasta rendah dan hal
ini mungkin tidak terdeteksi oleh pengujian daya tahan segregasi
• Ukuran maksimum agregat ditentukan oleh jarak antar tulangan , agar tidak
terjadi blocking agregat saat SCC mengalir melewati tulangan, untuk
mengetahuinya dapat diadakan pengujian passing ability.
• Ukuran maksimum agregat dibatasi antara 12-20 mm
• Semakin bulat bentuk permukaan agregat semakin baik adukan yang terjadi,
karena semakin kecil kemungkinan terjadi blocking dan berkurangnya gesekan
internal sehingga aliran dapat semakin cepat
3. Agregat Halus
Persyaratan agregat halus juga hampir sama dengan beton normal, perbedaan
terletak pada lebih banyaknya kandungan agregat halus dan lebih kecil/lebih
halus ukuran agregat halusnya dibanding beton normal.
Ukuran partikel yang lebih kecil dari 0.125 mm harus dianggap sebagai agregat
halus dan dihitung dalam rasio air-powder. Agregat yang baik adalah agregat
yang memiliki gradasi optimum (tak seragam/memiliki semua ukuran)
6. Serat/Fibre
Serat metalik dan polymer dapat digunakan dalam pembuatan SCC, tetapi
mengurangi daya alir dan passing ability. Harus dicatat bahwa menggunakan
SCC dengan serat pada struktur dengan penulangan normal dapat secara
WIKA BETON
signifikan meningkatkan resiko blokade terhadap aliran SCC.
6.4 Mix-design
Prinsip Mix-design
Agar dapat dicapai sifat-sifat adukan segar SCC yang diinginkan, prinsip-prinsip
mendasar ini harus dimengerti:
• Fluiditas dan kekentalan pasta disesuaikan dan diseimbangkan melalui pemilihan
dan perbandingan yang akurat, dengan membatasi rasio air-agregat halus dan
dengan menambah superplasticiser dan (fakultatif) viscosity modifying
admixtures/VMA. Komponen SCC tersebut harus dikontrol dengan benar, ukuran
yang sesuai dan interaksinya adalah kunci pencapaian filling ability, passing
ability dan daya tahan terhadap segregasi.
• Untuk mengontrol kenaikan temperatur, thermal shrinkage crack dan kekuatan,
kandungan agregat termasuk agregat halus diperbolehkan untuk mengandung
aditif tipe I dan II dengan komposisi yang signifikan agar kandungan semen tetap
berada dalam level yang dapat diterima.
• Pasta adalah sarana bagi pergerakan agregat, oleh karena itu volume pasta
harus lebih besar dari volume rongga pada agregat sehingga semua partikel
agregat individual dilapisi oleh lapisan pasta secara menyeluruh, pasta juga
berfungsi sebagai pelumas. Hal ini meningkatkan fluiditas dan mengurangi
gesekan antar agregat.
Pengenalan SCC VI-12
• Rasio agregat kasar terhadap agregat halus dikurangi, sehingga partikel agregat
kasar individual dilapisi lapisan mortar secara menyeluruh. Hal ini mengurangi
ikatan/interlock antar agregat kasar saat beton melewati celah sempit atau celah
antar tulangan serta meningkatkan passing ability yang dimiliki SCC.
Mix-design Dasar
Mix-design biasanya menggunakan volume sebagai parameter kunci, karena
sangatlah penting untuk mengisi rongga-rongga diantara partikel agregat.
Tidak ada standar khusus untuk mix desain SCC dan beberapa institusi akademik,
produsen admixture, ready-mix, beton pracetak dan kontraktor biasanya
mengembangkan perbandingan komposisi mereka sendiri. Beberapa pustaka
tentang mix-design dapat ditemukan dalam beberapa pustaka berikut:
• www.efnarc.org
• Okamura H and Ozawa K. Self-compactable high performance concrete.
International Workshop on High Performance Concrete. American Concrete
WIKA BETON
Institute; Detroit. 1994, pp31-44.
• Ouchi M, Hibino M, Ozawa K, and Okamura H. A rational mix-design method for
mortar in self-compacting concrete. Proceedings of Sixth South-East Asia Pacific
Conference of Structural Engineering and Construction. Taipei, Taiwan, 1998,
pp1307-1312.
• SCC 028 20 “The European Guidelines for Self Compacting Concrete”
• Nawa T, Izumi T, and Edamatsu Y. State-of -the-art report on materials and design
of self-compacting concrete. Proceedings of International Workshop on Self-
compacting Concrete. August 1998; Kochi University of Technology, Japan.
pp160-190.
• Domone P, Chai H and Jin J. Optimum mix proportioning of self-compacting
concrete. Proceedings of International Conference on Innovation in Concrete
Structures: Design and Construction, Dundee, September 1999. Thomas Telford;
London. pp277-285.
• Billberg, P. Self-compacting concrete for civil engineering structures - the Swedish
Experience. Report no 2:99. Swedish Cement and Concrete Research Institute.
Stockholm, 1999
• Su N, Hsu K-C and Chai H-W A simple mix design method for self-compacting
concrete Cement and Concrete Research, 31, (2001) pp 1799-1807
• Gomes P.C.C, Gettu R, Agullo L, Bernard C, Mixture proportioning of high
strength, Self-Compacting Concrete: Performance and Quality of concrete
structures. Third CANMET/ACI Intnl Conf. (Recefi, Brazil) Supplementary CD,
2002, 12p.
Pengenalan SCC VI-13
• Bennenk, H. W. & J.Van Schiindel: The mix design of SCC, suitable for the
precast concrete industry. Proceedings of the BIBM Congress, 2002 Istanbul,
Turkey.
• Billberg, P. Mix design model for SCC (the blocking criteria). Proceedings of the
first North American conference on the design and use of SCC, Chicago 2002.
WIKA BETON
Pengenalan SCC VI-14
Memuaskan
Jika performance yang diharapkan tidak terjadi atau hasil tidak memuaskan,
campuran dapat didesain ulang. Tergantung pada permasalahan yang muncul, satu
dari beberapa tindakan dibawah ini mungkin dapat diambil:
• Sesuaikan rasio semen-powder dan rasio air-powder, kemudian ujilah daya alir
dan sifat-sifat pasta yang lainnya
• Cobalah berbagai macam aditif (jika memungkinkan)
• Sesuaikan komposisi agregat halus dan dosis superplasticiser
• Pertimbangkanlah kemungkinan penggunaan viscosity modifying agent untuk
mengurangi sensitivitas adukan
• Sesuaikan komposisi dan gradasi agregat kasar
Pengenalan SCC VI-15
Tetapi ada beberapa jenis pekerjaan dimana kontrol yang akurat dan penggetaran
ringan mungkin diperlukan:
• Pada beberapa struktur tertentu , dimana bentuk formwork dapat menyebabkan
udara terperangkap pada lokasi tertentu. Hal ini dapat ditangani dengan
pemadatan manual lokal pada area tersebut
• Slab, terutama yang menggunakan SCC dengan kelas slump-flow yang rendah,
mungkin memerlukan tamping ringan atau screed bar yang bergetar dengan
sangat lembut untuk meratakan permukaan, agar bebas dari tonjolan agregat
kasar
• Pengecoran yang tertunda, jika permukaan SCC yang telah di cor sebelumnya
telah timbul kerak atau kaku sehingga nantinya cold-joint atau cacat permukaan
dapat terbentuk.
WIKA BETON
Curing
Permukaan atas SCC dapat mengering dengan cepat karena jumlah pasta semen
yang lebih banyak, rasio air-agregat halus yang lebih rendah dan kurangnya air
akibat bleeding di permukaan beton. Perawatan beton awal harus dimulai sesegera
mungkin setelah pengecoran dan finishing awal yang bertujuan untuk
meminimalisasi resiko timbulnya kerak di permukaan dan retak akibat susut pada
umur awalnya.
Pengenalan SCC VI-16
WIKA BETON
mampu mengisi
cetakan secara • kebocoran cetakan terutama di bagian
menyeluruh joint/sambungan
Sebab Fisik: filling ability yang kurang
passing ability yang kurang
stabilitas beton yang kurang
slump-flow yang terlalu rendah/waktu T500 yang lama
segregasi agregat kasar/pasta
WIKA BETON
Pengetahuan beton pracetak VII-0
WIKA BETON
Pengetahuan beton pracetak VII-1
7.1 PENDAHULUAN
Beton pracetak/precast concrete adalah produk beton yang dicor dan dirawat di
tempat lain yang berbeda dengan posisi akhir pemasangannya.
2. Pemadatan non-putar
Produk beton yang proses pemadatannya melalui penggetaran, misalnya:
• Girder/gelagar
• Voided slab/slab berongga
• Sheet pile
WIKA BETON
• Pelat double tee
• Pelat masif
• Half slab
• komponen pracetak yang lain
2. Mutu tinggi, meliputi: K600, K700 dan K800 (termasuk K1000), dipadatkan
dengan cara putar maupun non-putar
Jenis, spesifikasi dan dimensi dari beberapa beton pracetak produksi PT Wijaya
Karya Beton dapat dipakai sebagai salah satu bahan pertimbangan pemilihan produk
sesuai kebutuhan proyek, dapat dilihat pada Lampiran 1 Spesifikasi Produk Beton
Pracetak PT Wijaya Karya Beton.
Pengetahuan beton pracetak VII-2
PC Voided Slabs
WIKA BETON
PC Piles
Pengetahuan beton pracetak VII-3
PC I-Girders
WIKA BETON
WIKA BETON
Triangular PC Piles
Pengetahuan beton pracetak VII-5
PC Sleepers
WIKA BETON
PC Pipes
Pengetahuan beton pracetak VII-6
WIKA BETON
Concrete Admixture
3 Admixture
Standard
Specification for Railway Concrete
ASTM C494-1990 Chemical - Products dan Bridge
Admixtures for Girders
Concrete
Concrete Cube
Standard
Indonesian Compressive Untuk Electrical PC
Product: NI 2
Concrete Codes Strength at 28 Poles
PBI-1975
days: 500 kgf/cm2
Concrete Cylinder
Special Order: Prestressed Spun Compressive Untuk Electrical PC
JIS A 5309-1981 Concrete Poles Strength at 28 Poles
days: 500 kgf/cm2
Concrete Cylinder
Untuk PC Piles,
Compressive
Triangular PC Piles &
strength at 28 days:
PC Pipes
600 kgf/cm2
Concrete • 500 kgf/cm2: PC
4 Compressive Concrete Cylinder
Sleepers dan CPC
Strength Compressive
Poles
Strength at 28 days
• 400 kgf/cm2: RWB
(Railway Concrete
Indonesian Slabs, RBP Walls
NI 2 PBI-1971 Products)
Concrete Codes dan Emplacements
• A-Class: 800 kgf/cm2
Bridge Girders
• B-Class: 500 kgf/cm2
• CPC Sheet Piles:
700 kgf/cm2
• FPC Sheet Piles:
Sheet Piles
500 kgf/cm2
• FRC Sheet Piles:
500 dan 350 kgf/cm2
Pengetahuan beton pracetak VII-7
WIKA BETON
Specification For
Uncoated Sevent-
Wire Stress-
ASTM A416-1980 Relieved Steel Grade 270 Bridge Girders
Strand for
Prestressed
Concrete
SD 40 Umum
Steel Bar for
JIS G 3112-1985 Concrete Untuk PC Pipes dan
Reinforcement SR 24 Reinforced Concrete
Reinforced
7 Bar Pipes
Steel Bar for
Concrete
JIS G 3112-1987 SD 40 Triangular PC Piles
Reinforcement
WIKA BETON
Pencucian Material
Pengetahuan beton pracetak VII-9
Dari beberapa jenis produk precast dan proses produksinya yang berbeda, dibawah
ini diberikan satu contoh proses produksi untuk PC Piles (Prestressed Concrete
Piles), yang dipadatkan dengan cara centrifugal spinning.
Persiapan cetakan
Penakaran dan
Pengecoran
pengadukan beton
Penutupan cetakan
Tensioning PC Wire
Steam curing
Detensioning
cetakan
Pembukaan cetakan
produk
Penumpukan dan water
curing
Pengangkutan ke Klien
Persiapan cetakan
WIKA BETON
Penulangan
Pengecoran
Pengetahuan beton pracetak VII-11
Penutupan cetakan
WIKA BETON
Tensioning
Pemutaran/centrifugal spinning
Pengetahuan beton pracetak VII-12
Steam curing
WIKA BETON
Penumpukan dan water curing
7.5 MIX-DESIGN
Mix desain tergantung pada produsen dan seringkali sesuai dengan kesepakatan
atau spesifikasi yang dipakai. Cara perhitungan mix-design dapat dilihat pada
Bagian 3 Perencanaan Campuran Beton.
Pengetahuan beton pracetak VII-13
Macam-macam cetakan:
1. Cetakan baja
2. Cetakan kayu
3. Cetakan fiberglass (serat kaca)
Cetakan yang dipakai dalam produksi beton pracetak juga didasarkan atas
kebutuhan dan rencana permintaan produksi.
WIKA BETON
7.7 PENGADUKAN BETON & PENGECORAN
Diaduk di batching-plant dan concrete mixer. Dengan cara-cara dan teknik seperti
pada pada pengadukan dan pengecoran beton biasa (kecuali atas permintaan yang
disyaratkan), dapat dilihat pada Bagian 4 Pelaksanaan .
Batching plant
Pengetahuan beton pracetak VII-14
7.8 PEMADATAN
Centrifugal spinning
WIKA BETON
2. Pemadatan non-putar:
• Internal vibrator, penggetaran adukan beton dari dalam cetakan. (Lihat
Bagian 4 Subbab 4.6 Pemadatan)
• External vibrator, penggetaran cetakan yang telah terisi adukan beton dari
luar. Bentuk daerah pengaruh pemadatan adalah hemisphere berpusat pada
lokasi vibrator. Beberapa prinsip penggunaan external vibrator:
o Jika memerlukan dua external vibrator (pada elemen beton yang lebih
tebal dari radius pengaruh vibrator), jangan diletakkan pada posisi yang
lagsung berlawanan satu sama lain, tetapi pada titik pertengahan diukur
dari vibrator pertama.
o Penggetaran dilakukan sejak adukan beton mulai dituang ke dalam
cetakan hingga cetakan penuh
o Penggetaran tidak boleh melebihi 2 inch per detik
o Vibrator harus digerakkan sebentar-sebentar agar vibrator dapat
memadatkan beton dan membantu migrasi udara yang terjebak
External vibrator
Pengetahuan beton pracetak VII-15
• Meja getar
Bagian atas meja berupa bagian-bagian kuat yang di las dan dibuat dari pelat
baja, balok I atau pipa. Bagian atasnya bertenaga mesin dengan dua vibrator
putar yang berlawanan. Bagian dasar yang tidak rata bentuknya mendukung
dan mengisolasi bagian atas dengan pegas maupun isolasi udara.
Saat ini, telah banyak digunakan meja getar listrik yang memungkinkan untuk
memilih frekuensi operasi terbaik dengan tingkat ketelitian digital.
2. Pemadatan non-putar
• Single stressing
o Short-line system
o Long-line system
• Multiple stressing
Pengetahuan beton pracetak VII-16
2. Steam curing, perawatan beton dengan mengalirkan uap air dengan tekanan
atmosfer (atau dengan tekanan yang lebih besar) dan pada suhu antara 40-215
o
C.
Metode ini dapat mempercepat beton mencapai kuat tekan awal, sehingga
WIKA BETON
menghemat waktu pemakaian cetakan dan menghemat pemakaian tempat yang
terbatas untuk curing.
7.11 PENGANGKATAN
Hal-hal yang harus menjadi pertimbangan saat pengangkatan beton yang telah
mengalami pengerasan adalah:
1. Kuat beton pada saat pengangkatan apakah sudah mencukupi dan sesuai
dengan rencana.
2. Metode pengangkatan
Pengetahuan beton pracetak VII-17
WIKA BETON
Melapisi bahan anti korosi pada joint-plate
setelah pengangkatan
7.12 PENGANGKUTAN
WIKA BETON
Pengangkutan PC Piles
Pengetahuan beton pracetak VII-19
• Memeriksa material
WIKA BETON
Pemeriksaan pemasangan tulangan
Selain itu, pengujian juga dilakukan pada benda uji sebagai sampel adukan yang
berbentuk kubus. Perincian metode pengujian beton seperti pada beton normal,
antara lain dapat dilihat pada Bagian 4 Pelaksanaan Subbab 4.8 Evaluasi dan
Pengendalian Mutu Beton.
WIKA BETON
Alat pengujian kuat lentur
WIKA BETON
Inspeksi peralatan VIII-1
8.1 PENDAHULUAN
WIKA BETON
2. Concrete Pump
3. Truck mixer
Macam-macam formulir tersebut dan detail isiannya dapat dilihat pada Lampiran 2
Formulir Inspeksi Peralatan.
WIKA BETON
LAMPIRAN 1
Spesifikasi Produk
Beton Pracetak PT WIKA Beton
A. PRESTESSED SPUN CONCRETE PILES
(PC PILES)
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
B. PRESTESSED CONCRETE SLEEPERS
(PC SLEEPERS)
WIKA BETON
WIKA BETON
C. CATENARY PRESTESSED CONCRETE
POLES (CPC POLES)
WIKA BETON
D. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR
RAILWAY BRIDGES (RWB SLABS)
dimension: mm
WIKA BETON
E. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR
EMPLACEMENT (EMPLACEMENT)
dimension: mm
WIKA BETON
F. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR
BALLAST PROTECTION (RBP WALLS)
dimension: mm
WIKA BETON
G. CORRUGATED TYPE PRESTRESSED
CONCRETE SHEET PILES (CPC SHEET
PILES)
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
H. FLAT TYPE PRESTRESSED CONCRETE
SHEET PILES (FPC SHEET PILES)
WIKA BETON
I. FLAT TYPE REINFORCED CONCRETE
SHEET PILES (FRC SHEET PILES)
WIKA BETON
J. PRESTRESSED CONCRETE I-GIRDER
(PC I-GIRDER)
WIKA BETON
K. REINFORCED CONCRETE SLAB FOR
I-GIRDER (PC I-GIRDER) AND
REINFORCED CONCRETE DIAPHRAGM
FOR I-GIRDER (RC-DIAPHRAGM)
WIKA BETON
L. PRESTRESSED CONCRETE VOIDED SLAB
(PC V-GIRDER)
WIKA BETON
WIKA BETON
BEAM SPACING PC I-GIRDER BM70
WIKA BETON
BEAM SPACING PC I-GIRDER BM100
WIKA BETON
PC V-SLAB SPACING TYPE I
WIKA BETON
M. TRIANGULAR PRESTRESSED CONCRETE
PILES (TPC PILES)
WIKA BETON
WIKA BETON
N. PRESTRESSED SPUN CONCRETE POLES
FOR ELECTRICAL DISTRIBUTION LINE
(DPC POLES)
WIKA BETON
O. SEGMENTAL PRESTRESSED SPUN
CONCRETE POLES FOR ELECTRICAL
POWER DISTRIBUTION LINE
(SDPC POLES)
WIKA BETON
P. SEGMENTAL PRESTRESSED SPUN
CONCRETE POLES FOR ELECTRICAL
POWER TRANSMISSION LINE
(STPC POLES)
WIKA BETON
Q. CORE TYPE PRESTRESSED CONCRETE
PIPES (CPC PIPES)
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
R. REINFORCED CONCRETE PIPES
WIKA BETON
WIKA BETON
LAMPIRAN 2
Formulir Inspeksi Peralatan
PT WIJAYA KARYA WIKA-K5-10-IK-006
Divisi Peralatan Konstruksi Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.6
KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
A. SILO SILO
1 Screw Pump Pompa ulir
2 Motor Penggerak
3 Gear Box Kotak transmisi
4 Gate Pintu pembuka
5 Bolt & Nut Silo Mur & baut silo
B. GATE MATERIAL PINTU MASUKAN MATRIAL
1 Air Cylinder Silinder udara
2 Solenoid Valve Katup selenoid
3 Limit Switch Saklar pembatas
4 Air Hose Hose udara
C. SCAP HOPPER SCAP HOPPER
1 Roll Bearing Bantalan roll
2 Bushing Bantalan
3 Treck Rel
4 Limit Switch Saklar pembatas
5 Motor Penggerak
6 Gear Box Kotak transmisi
7 Wire Rope Kabel kawat baja/sling
D. MIXER PENGADUK
1 Motor Penggerak
WIKA BETON
2 Gear Box Kotak transmisi
3 V-Belt Sabuk/tali kipas
4 Liner & Tiles Liner & tile
5 Bearing Shaft Bantalan poros
6 Blade Daun pengaduk
7 Gate mixer Pintu masukan pengaduk
E. PNEUMATIC SYSTEM SISTIM TEKANAN ANGIN
1 Air Compressor Kompressor udara
2 Motor Penggerak
3 V-Belt Sabuk/tali kipas
4 Guard Pelindung
5 Oil Oli
6 Air Hose Hose udara
7 Air Cylinder Silinder udara
8 Solenoid Valve Katup selenoid
F. WATER PUMP POMPA AIR
1 Hose Hose
2 Flow Meter Pengukur aliran
3 Valve Katup
4 Piping Pipa
5 Tank Bak
G. SCRAPPER BAJA PENGIKIS/PENGUMPUL
1 Boom Lengan
2 Wire Rope Kabel kawat baja
3 Roller Penggulung
4 Bearing Bantalan
5 Bucket Bucket
6 Motor Swing Penggerak putaran
7 Gear Swing Roda gigi putaran
8 Disc Clutch Plat kopling
9 Master Clutch Master kopling
10 Handle - handle Handle/tuas
11 Brake Shoe Sepatu rem/kampas
H. OPERATOR CABIN RUANG OPERATOR
1 Panel Control Panel kontrol
2 Wiring Kabel
3 Gauge Pengukur
4 Weigher Timbangan
5 Arm Timbangan Lengan timbangan
6 Agrigat Scale Gauge Box Box pengukur matrial
7 Glass Cabin Kaca Kabin
8 Door Cabin Pintu kabin
KESIMPULAN/SARAN
KETERANGAN :
B
R
: Baik
: Rusak
WIKA BETON
Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi
Beri tanda "X" untuk item yang tidak ada pada unit alat
Jakarta,………………………….
TA : Tidak Ada Diinspeksi oleh
QC / QA QC Workshop
PT WIJAYA KARYA WIKA-K5-10-IK-006
Divisi Peralatan Konstruksi Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.8
KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
A BASIC ENGINE STANDAR MESIN
1 Engine leakage Kebocoran pada bagian-bagian engine
2 Engine mounting system Sistim dudukan mesin
3 Fan drife system Sistim penggerak kipas
4 Valve mechanis cover system Sistim penutup katup
B LUBRICTION SYSTEM SISTIM PELUMASAN
1 Breather kondisi Sistim breather
2 Oil filter system Sistim saringan oli
3 Oil lines system Sistim saluran oli
4 Oil pump system Sistim pompa oli
5 Oil pressure system Sistim tekanan oli
C COOLING SYSTEM SISTIM PENDINGIN
1 Blower fan system Sistim kipas blower
2 Engine cooler system Sistim pendingin mesin
3 Housing and regulator system Sistim selang-selang dan regulator
4 Protection cover radiator cap system Sistim pengaman tutup radiator
5 Radiator system Sistim radiator
6 Transmission oil cooler system Sistim oli pendingin transmisi
7 Water lines system Sistim saluran air
8 Water pump system Sistim pompa air
D INTAKE AND EXHAUST SYSTEM SISTIM SALURAN MASUK & BUANG
1 Air cleaner system Sistim filter udara
WIKA BETON
2 Exhaust extention system Sistim bagian-bagian saluran gas buang
3 Exhaust manifold system Sistim saluran gas buang
4 Muffler system Sistim knalpot
5 Turbocharger system Sistim turbo
E FUEL SYSTEM AND GOVERNOR SISTIM GOVERNOR & BAHAN BAKAR
1 Fuel filter system Sistim saringan bahan bakar
2 Fuel injection lines system Sistim saluran injeksi bahan bakar
3 Fuel lines system Sistim saluran bahan bakar
4 Fuel priming pump system Sistim pompa pemancing bahan bakar
5 Fuel ratio control system Sistim kontrol perbandingan bahan bakar
6 Fuel tank system Sistim tangki bahan bakar
7 Fuel transfer pump system Sistim pompa pemindah bahan bakar
8 Governor and fuel injection pump system Sistim governor & pompa injeksi bahan bakar
9 Primary fuel filter system Sistim sringan bahan bakar primer
10 Fuel tank cover system Sistim penutup tangki bahan bakar
11 Secondary fuel filter system Sistim saringan bahan bakar sekunder
12 Service meter system Sistim pengukur pemakaian
13 Fuel drain valve system Sistim katup pengurasan bahan bakar
14 Water sparator system Sistim sparator air
F ELECTRICAL SYSTEM SISTIM KELISTRIKAN
1 Alternator system Sistim alternator
2 Battrey and wiring system Sistim aki dan kabel penghubungnya
3 Electric starting motor system Sistim kelistrikan motor starter
4 Glow plug system Sistim pengapian busi
5 Lighting system Sistim penerangan
G SLIDING VALVE GREASE PIPING SYST SISTIM PIPA GEMUK KATUP GELINCIR
1 Piping assy grease system Sistim pipa perangkat gemuk
2 Pipe copper system Sistim pipa copper
3 Elbow system Sistim sambungan siku
4 Connector system Sistim penghubung
5 Coupler system Sistim coupler
6 Piece system Sistim perpotongan
7 Support main sylinder system Sistim penopang tengah silinder
8 Band "U"system Sistim band "U"
9 Bracket water tank system Sistim bracket tangki air
10 Bracket transportasi pipe system Sistim bracket pipa transportasi
11 Guard side system Sistim pengaman samping
12 Rubber cushion system Sistim bushing karet
KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
H SWING AND OUTTRIGGER SYSTEM SISTIM ALAT KELUARAN & SWING
1 Swing device assy system Sistim perangkat alat swing
2 Outtrigger assy front LH-RH system Sistim alat keluaran depan kiri & kanan
3 Outtrigger assy rear LH-RH system Sistim alat keluaran belakang kiri & kanan
4 Hydraulic piping boom system Sistim pipa hidrolik boom
5 Tube synflex/grease system Sistim pipa gemuk
6 Box outtrigger inner system Sistim box masukan outrigger
7 Box outtrigger outer system Sistim box keluaran outrigger
8 Valve assy chek for outrigger front system Sist katup pengecek u/ saluran keluar bag depan
9 Cylinder assy outtrigger front assy Perangkat silinder saluran keluar bag depan
10 Cylinder assy outtrigger rear assy Perangkat silinder alat keluaran belakang
11 Nipple greace system Sistim niple gemuk
12 Arm RH-LH system Sistim lengan kanan/kiri
13 Block join system Rumah nepel gemuk
14 Reduction assy swing system Sistim ayun perangkat reduksi
15 Motor assy system Sistim perangkat penggerak
16 Joint assy rotari system Sistim perangkat sambungan rotari
17 Bolt-bolt system Sistim baut-baut
18 Stoper system Sistim penghenti
19 Base assy system Sistim rumah gear box
20 Pin-pin system Sistim pin-pin
I BOOM AND POST ASSY PERANGKAT BOOM & POST
1 Shaft boom assy system Sistim perangkat poros boom
2 Pin link system Sistim batang pin
3 Link tension system Sistim ketegangan batang penghubung
4 Cyilinder assy boom (middle) system Sistim perangkat silinder boom (tengah)
5 Cyilinder assy boom (upper) system Sistim perangkat silinder boom (atas)
6 Cyilinder assy boom (lower) system Sistim perangkat silinder boom (bawah)
7 Valve assy pilot chek system Sistim perangkat katu pengecekan awal
8 Pin-pin system Sistim pin-pin
9 Bushing-bushing link system Sistim bantalan-bantalan penghubung
10 Boom upper system Sistim boom atas
11 Boom midle system Sistim boom tengah
12 Boom lower system Sistim boom bawah
J CHASIS CONCRETE PIPING GROUP KELOMPOK PANGKA PIPA BETON
WIKA BETON
1 Band / klem system Sistim klem
2 Joint pipe-pipe system Sistim sambungan pipa-pipa
3 Pipe bending system Sistim bengkoan pipa
4 Pipe-pipe system Sistim pipa-pipa
5 Bracket pipe system Sistim knie pipa
6 Support system Sistim penopang
7 Pipe taper system Sistim pipa tirus/peralihan
8 Pipe "Y" system Sistim pipa "Y"
9 Flexible hose system Sistim hose fleksibel
K HYDRAULIC AND PIPING SYSTEM SISTIM HIDROLIK DAN PIPA
1 Piping assy pump hydraulic system Sistim perangkat pipa pompa hidrolik
2 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose hidrolik
3 Clamp pipe hydraulic system Sistim klam pipa hidrolik
4 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring
5 Pipe suction system Sistim bagian-bagian pipa
6 Valve assy control stop system Sistim prangkat katup kontrol penghentian
L SLIDING AND PIPING SYSTEM SISTIM PIPA DAN PIPA GESER
1 Piping assy sliding hydraulic system Sistim perangkat pipa geser hidrolik
2 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose-hose hidrolik
3 Clamp pipe hydraulic system Sistim klem pipa hidrolik
4 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring
5 Pipe suction system Sistim bagian-bagian pipa
6 Valve assy control stop system Sistim prangkat katup kontrol penghentian
7 Lever system LH-RH Sistim tuas kiri - kanan
M CONTROL PIPING ASSY SYSTEM SISTIM PERANGKAT PIPA KONTROL
1 Piping assy control hydraulic system Sistim perangkat pipa pengontrol hidrolik
2 Band accumulator system Sistim pengikat aki
3 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose hidrolik
4 Clamp pipe hydraulic system Sistim klem pipa hidrolik
5 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring
6 Valve assy control stop system Sistim perangkat katup penghentian
7 Valve check system Sistim katup pengecekan
N AGITATOR PIPING SYSTEM SISTIM PIPA YANG BERGERAK
1 Piping assy agitator system Sistim perangkat pipa yang bergerak
2 Ball joint system Sistim ball join
3 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose hidrolik
4 Clamp pipe hydraulic system Sistim klem pipa hidrolik
5 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring
6 Lever link system Sistim tuas penghubung
7 Pin Link system Sistim pin penghubung
KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
O TANK PIPING ASSY GROUP KELOMPOK PIPA-PIPA TANGKI
1 Piping assy tank system Sistim perangkat pipa pada tangki
2 Element suction strainer system Sistim elemen brongsong isap
3 Filter assy reurn system Sistim perangkat filter
4 Reduser system Sistim reduser
5 Magnet system Sistim magnet
6 Gauge level system Sistim panel ukur
7 Elbow system Sistim elbow (bengkeoan pipa)
8 Conector system Sistim penghubung
9 Flange system Sistim flange(lekuan)
10 Seal-seal system Sistim seal-seal
11 Bolt-bolt system Sistim baut-baut
P OUTTRIGGER PIPING GROUP KELOMPOK PIPA ALAT KELUARAN
1 Piping assy outtrigger system Sistim perangkat pipa alat keluaran
2 Valve assy stop system Sistim perangkat katup penghenti
3 Valve assy shutle system Sistim perangkat katup pengunci
4 Hose-hose hydraulic assy system Sistim hose-hose perangkat hidrolik
5 Reduser system Sistim pengalih
6 Elbow system Sistim sambungan siku
7 Connector system Sistim penghubung
8 Flange system Sistim lekuan-lekuan
9 Seal-seal system Sistim seal-seal
10 Bolt-bolt system Sistim baut-baut
KESIMPULAN/SARAN
WIKA BETON
KETERANGAN :
Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi
B : Baik
R : Rusak Jakarta,………………………….
TA : Tidak Ada Diinspeksi oleh
QC / QA QC Workshop
PT WIJAYA KARYA WIKA-K5-10-IK-006
Divisi Peralatan Konstruksi Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.21
KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
A BASIC ENGINE STANDAR MESIN
1 Engine leakage Kebocoran pada bagian-bagian mesin
2 Engine mounting system Sistim dudukan mesin
3 Fan drife system Sistim penggerak kipas
4 Valve mechanis cover system Sistim penutup katup
B LUBRICTION SYSTEM SISTIM PELUMASAN
1 Breather system Sistim breather
2 Oil filter system Sistim saringan oli
3 Oil lines system Sistim saluran oli
4 Oil pump system Sistim pompa oli
5 Oil pressure system Sistim tekanan oli
C COOLING SYSTEM SISTIM PENDINGIN
1 Blower fan system Sistim kipas blower
2 Engine cooler system Sistim pendingin mesin
3 Housing and regulator system Sistim pipa-pipa & regulator
4 Protection cover radiator cap system Sistim pengaman tutup radiator
5 Radiator system Sistim radiator
6 Transmission oil cooler system Sistim oli pendingin transmisi
7 Water lines system Sistim saluran air
8 Water pump system Sistim pompa air
D INTAKE AND EXHAUST SYSTEM SISTIM SALURAN MASUK & BUANG
1 Air cleaner system Sistim filter udara
2 Exhaust extention system Sistim bagian-bagian saluran buang
3 Exhaust manifold system Sistim saluran buang
4 Muffler system Sistim knalpot
WIKA BETON
5 Turbocharger system Sistim turbo
E FUEL SYSTEM AND GOVERNOR SISTIM GOVERNOR & BAHAN BAKAR
1 Fuel filter system Sistim saringan bahan bakar
2 Fuel injection lines system Sistim saluran injeksi bahan bakar
3 Fuel lines system Sistim saluran bahan bakar
4 Fuel priming pump system Sistim pompa pemancing bahan bakar
5 Fuel ratio control system Sistim kontrol perbandingan bahan bakar
6 Fuel tank system Sistim tangki bahan bakar
7 Fuel transfer pump system Sistim pompa pemindah bahan bakar
8 Governor and fuel injection pump stm Sistim governor & pompa injeksi bahan bakar
9 Primary fuel filter system Sistim saringan bahan bakar primer
10 Fuel tank cover system Sistim penutup tangki bahan bakar
11 Secondary fuel filter system Sistim saringan bahan bakar sekunder
12 Service meter system Sistim pengukur penggunaan
13 Fuel drain valve system Sistim katup pengurasan bahan bakar
14 Water sparator system Sistim sparator air
F ELECTRICAL SYSTEM SISTIM KELISTRIKAN
1 Alternator system Sistim alternator
2 Battrey and wiring system Sistim aki dan kabel penghubungnya
3 Electric starting motor system Sistim kelistrikan motor starter
4 Glow plug system Sistim pengapian busi
5 Lighting system Sistim penerangan
G TRANSMISSION SYSTEM SISTIM TRANSMISI
1 Transmission control linkage system Sistim kontrol penghubung transmisi
2 Transmission control linkage play Ruang gerak kontrol sambungan transmisi
3 Transmission gear system Sistim roda gigi transmisi
4 Oil seal transmission system Sistim seal oli transmisi
H PROPELLER SHAFT SYSTEM SISTIM POROS PENGGERAK
1 Propeller shaft center bearing support Bantalan penopang tengah poros penggerak
2 Propeller shaft universal joint play Ruang main universal joint poros penggerak
3 Propeller shaft mounting bolt system Sistim baut dudukan poros penggerak
4 Universal joint system Sistim universal joint
5 Center bearing system Sistim bantalan tengah
6 Rubber center bearing system Sistim bantalan karet tengah
I CLUTCH SYSTEM SISTIM KOPLING
1 Master cylinder system Sistim master silinder
2 Clutch piping oil system Sistim pipa oli kopling
3 Clutch hose system Sistim hose kopling
4 Clutch bearing system Sistim bantalan kopling
J REAR AXLE SYSTEM SISTIM POROS PENGGERAK BELAKANG
1 Differential gear system Sistim roda gigi diferensial
2 Axle shaft mounting nuts system Sistim mur dudukan poros penggerak
3 Oil seal kondisi system Sistim kondisi seal oli
4 Oil leakage Kebocoran-kebocoran oli
KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
K FRONT AXLE SYSTEM SISTIM POROS PENGGERAK DEPAN
1 King pin system Sistim king pin
2 Axle beam kondisi system Sistim kondisi poros pengimbang gerak
3 Tie rod ball joint system Sistim boll joint tie rod
L STEERING SYSTEM SISTIM KEMUDI
1 Cleareance steering system Sistim clereance kemudi
2 Oil seal kondisi system Sistim kondisi seal oli
3 Worm steering system Sistim worm kemudi
M WHEEL PARKING BRAKE SYSTEM SISTIM REM PARKIR RODA
1 Parking brake system Sistim rem parkir
2 Lining brake system Sistim saluran rem
N WHEEL AND TIRE SYSTEM SISTIM RODA
1 Wheel bearing torque syst (front&rear) Sistim bantalan pada roda depan/belakang
2 Tire wear kondisi Kondisi ban
O SUSPENSION SYST & BRAKE SYST SISTIM SUSPENSI & REM
1 Suspension kondisi Kondisi suspensi
2 Shock absorber system Sistim peredam kejut
3 Bracket spring system Sistim bracket pegas
4 Brake system Sistim rem
P CAB SYSTEM SISTIM KABIN
1 Cab rear mounting system Sistim dudukan belakang kabin
2 Cab kondisi Kondisi kabin
Q HYDRAULIC CONTROL DUMP SYST SISTIM KONTROL DUMP HIDROLIK
1 Hydraulic pump system Sistim pompa hidrolik
2 Hydraulic control system Sistim kontrol hidrolik
3 Transfer gear pump system Sistim gigi transfer pompa
4 Propeller shaft system Sistim poros penggerak
5 Linkage control drum system Sistim penghubung kontrol drum
R DRUM SYSTEM SISTIM DRUM
1 Blade mixer kondisi / sudut-sudut Kondisi pisau-pisau pengaduk/ sudut-sudut
2 Cut / talang system Sistim pemotong
3 Hooper system Sistim corong isi
KESIMPULAN/SARAN
WIKA BETON
KETERANGAN :
Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi
B : Baik
R : Rusak Jakarta,………………………….
TA : Tidak Ada Diinspeksi oleh
QC / QA QC Workshop
PT WIJAYA KARYA No.Dokumen : WIKA-K5-09-IK-052
Divisi Peralatan Konstruksi Lampiran : 9.2.p
No.Revisi : 02 (amand 01)
Waktu 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Total Waktu
Uraian 18 19 20 21 22 23 24 01 02 03 04 05 06
Pemeriksaan alat (***)
1 Jam Menit
sebelum Operasi
2 Operasi Efektif Jam Menit
WIKA BETON
Hujan
Berkabut
PEMERIKSAAN ALAT SEBELUM OPERASI
Uraian B K T L Uraian B K T L Catatan
Waktu 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Total Waktu
Uraian 18 19 20 21 22 23 24 01 02 03 04 05 06
Pemeriksaan alat (***)
1 Jam Menit
sebelum Operasi
2 Operasi Efektif Jam Menit
WIKA BETON
2. Check level oil engine & oil
3. Check level BBM & BBM
4. Check level oil Hyd. & Oil
5. Check level oil transmission
6. Check level air battery & battery
B K T L Uraian
Waktu 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Total Waktu
Uraian 18 19 20 21 22 23 24 01 02 03 04 05 06
Pemeriksaan alat (***)
1 Jam Menit
sebelum Operasi
2 Operasi Efektif Jam Menit
WIKA BETON
Uraian B K T L Uraian B K T L Catatan
Aktivitas
Setip Rev. Kata
No. Uraian Bersih Grea Kali Keterangan
HM Hal gori Cek Ganti Stel
kan se brasi
1 Bersihkan Mixer 10
2 Cek & Bersihkan Weight Bin 10
3 Cek & Bersihkan Agregate Scale 10
4 Cek & Bersihkan Connection Bellows 10
5 Cek Cement Screw Conveyor 10
6 Cek & Bersihkan Water Scale 10
7 Cek & Bersihkan Additive Equipment 10
8 Cek & Bersihkan Chute 10
Bersihkan Storage Silo 10
WIKA BETON
9
1 Cek Hoise Rope 50
2 Cek Rope Fastening 50
3 Cek General Indiction Rope 50
4 Cek Sambungan Radial Scraper 50
5 Cek & Adjust Chain Tension 50
1 Cek % grease Rail Is
2 Bersihkan Nylon Trapulin Is
3 Cek & Bersihkan Wipe Rope Is
4 Cek & Rotasi Roller Is
5 Cek Limit Switch Is
Catatan :
Tanda tangan
Nama
PT WIJAYA KARYA Lampiran :
Divisi Peralatan Konstruksi No.Dokumen :
Revisi :
Aktivitas
Setip Rev. Kata
No. Uraian Bersih Grea Kali Keterangan
HM Hal gori Cek Ganti Stel
kan se brasi
1 Ganti oli mesin 250 2.4
2 Ganti filter oli mesin 250 2.4
3 Ganti filter bahan bakar 250 2.3
4 Bersihkan filter udara 250 2.5
5 Bersihkan chute mixer 250 17
6 Bersihkan filter udara 250 2.5
7 Bersihkan screen FIP 250 2.3
8 Check / Stel V Belt Tension 250 -
9 Check Minyak Rem / Copling 250 1.12
10 Cek kebocoran water pump 250 -
11 Grease Cross Joint 250 -
12 Grease Propeller Shaft 250 -
13 Check Instrumen Panel 250 -
14 Grease tie rod 250 -
WIKA BETON
15 Check kelengakapan kendaraan 250 -
16 Grease Pully V Belt 250 -
17 Check Pressure Sequence Valve 250 9.7
18 Check main pump pressure 250 9.7
19 Check karet pd Control Box 250 9.7
20 Check Noise Oil Leakage M Pump 250 9.7
21 Check Noise M Pump to Boom 250 9.7
22 Check Noise M Pump to Agitating 250 9.7
23 Check Abnormal sliding rod 250 9.7
24 Check Packing piston sliding rod 250 9.7
1 Kencangkan baut turn table 500 9.9
2 Kencangkan baut fitting Bolt 500 9.9
3 Kencangkan baut sliding valve 500 9.9
4 Kencangkan baut sliding Rod 500 9.9
5 Check Upper, middle, lower boom 500 9.9
6 Check Front Trigger 500 9.9
7 Check Rear out Trigger 500 9.9
8 Bersihkan filter dalam grace tank 500 9.9
9 Bersihkan filter water sliding rod 500 9.9
10 Bersihkan oil cooler (exterior) 500 9.10
11 Grease accelerasi control sys 500 9.11
12 Grease delivery control system 500 9.12
13 Grease agiator oil pump 500 9.13
14 Grease Regulator oil Pump 500 9.14
15 Grease bearing tun tabel boom 500 9.15
16 Grease Reduction gear turn table 500 9.16
17 Grease swivel joint 500 9.17
18 Grease boom joint housing 500 9.18
19 Grease swing joint bushing hyd cyl 500 9.19
20 Check / Stel Rem 500 -
21 Check baut-baut roda 500 -
22 Check Lampu penerangan 500 -
PT WIJAYA KARYA Lampiran :
Divisi Peralatan Konstruksi No.Dokumen :
Revisi :
Aktivitas
Setip Rev. Kata
No. Uraian Bersih Grea Kali Keterangan
HM Hal gori Cek Ganti Stel
kan se brasi
1 Ganti oli mesin 250 2.4 M1
2 Ganti filter oli mesin 250 2.4 M1
3 Ganti filter bahan bakar 250 2.3 M1
4 Bersihkan hopper mixer 250 17 M1
5 Bersihkan chute mixer 250 17 M1
6 Bersihkan filter udara 250 2.5 M1
7 Bersihkan screen FIP 250 2.3 M1
8 Bersihkan Drum Mixer 250 17 M1
9 Check / Stel V belt Tension 250 - M1
10 Check Kondisi Air Radiator 250 2.4 M1
WIKA BETON
11 Check Minyak Rem / Copling 250 2.12 M1
12 Check Air Battery 250 2.17 M1
13 Check Kelengkapan kendaraan 250 - M1
14 Grease Pully V Belt 250 - M1
15 Grease Ball Joint 250 - M1
16 Grease Tire Road 250 - M1
17 Grease Cross Joint 250 - M1
18 Grease Giude Roller Mixer 250 16 M1
19 Grease Handle-2 Mixer 250 - M1
20 Stel Guide Ring / Set Belt Mixer 250 17 M1
21 Bersihkan alat 250 9.7 M1
1 Check Instrumen Panel 500 - M2
2 Check oli transmissi 500 2.7 M2
3 Check oli gardan 500 2.8 M2
4 Check baut-baut roda 500 - M2
5 Check oli hidrolik 500 - M2
6 Check lampu-2 penerangan 500 - M2
7 Check / Stel Rem 500 2.12 M2
8 Check Handle / Cable Pump 500 - M2
9 Check kebocoran oli 500 - M2
1 Ganti oli gardan 1000 2.8 M3
2 Ganti oli transmissi 1000 2.7 M3
3 Ganti filter udara 1000 2.5 M3
4 Check / Stel Kerenggangan Klep 1000 2.2 M3
5 Check / Stel Injection Timing 1000 2.2 M3
6 Check Keausan ban 1000 - M3
7 Check drive shaft (mixer) 1000 16 M3
8 Check oli hydrolik 1000 - M3
9 Check engine mounting 1000 - M3
PT WIJAYA KARYA
Pembacaan Hour Meter *) Pengunaan Jam **) Pemakaian Olie (liter) Jumlah Biaya Bulanan
Bahan Catatan Mengenai
Tgl Pemeriksa Tunggu Harga Jumlah
Awal Akhir Jumlah Perbaikan Bakar Mesin Transmisi Gardan Final Drive gear Swing Hydrolik Lain-lain Grease Pemeliharaan/Perbaikan No Bagian Jumlah
an ***) Operasi Stn/Ltr (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 1 Bahan Bakar
2 2 Olie Mesin
3 3 Olie Transmisi
4 4 Olie Gardan
5 5 Olie Final Drive
6 6 Olie Gear Swing
7 7 Olie Hydrolik
8 8 Olie Lain-lain
WIKA BETON
9 9 Grease
10 Pemeliharaan
10 Suku Cadang
11 Perbaikan
12 11 Lain-lain
13 Jumlah Biaya Operasi (Rp)
14 Catatan-catatan lain
15 *) : Apabila Hour Meter rusak, pencatatan jam
16 operasi alat dapat mengacu pada jam waktu.
17 **) : Jam yang digunakan adalah jam waktu
18 ***) : Pemeriksaan, termasuk pemeliharaan alat
19 sebelum operasi dan pemeliharaan berkala
20 Lembar 1: Arsip Proyek
21 Lembar 2: Laporan Ke Unit/SPL
22
23
24
25 Disetujui, Pelut/Pelaks Dibuat oleh,
26 Nama : Nama :
27 Tanggal : Tanggal :
28
29
30 Tanda tangan : Tanda tangan :
31
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi
Proyek : __________________________
Periode : __________________________
No. Inventaris
No. Nama Alat Merk/Type Katagori *) Ra/Ri HM Tanggal Keterangan
Lama Baru
*)
WIKA BETON
Keterangan :
Sesuai IK belum di Revisi *) Sesuia IK Revisi
Nama : Nama :
Tanggal : Tanggal :
Glossary
Accelerator Suatu bahan yang bila ditambahkan kedalam adukan
beton, mortar maupun adukan untuk grouting akan
meningkatkan kecepatan hidrasi semen hidrolis,
memperpendek waktu pengikatan, atau meningkatkan
kecepatan pengerasan, perkembangan kekuatan atau
kedua-duanya (lihat grouting)
WIKA BETON
Agitator truck Kendaraan pengangkut yang didalamnya adukan beton
segar diangkut dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan di-agitasi, badan truk dapat berupa
badan yang tak dapat bergerak/stasioner dengan agitator,
atau berupa drum yang berotasi secara terus menerus
untuk meng-agitasi isi didalamnya (Lihat juga truk mixer)
Agregat / aggregate Material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah, beton
semen hidrolis yang dipecah, atau terak tanur tinggi, yang
digunakan bersama bahan semen hidrolis untuk membuat
beton maupun mortar (Lihat juga agregat ringan,
aggregate normal dan agregat berat)
Agregat normal / normal Agregate yang tidak termasuk dalam agregat berat maupun
weight aggregate agregat ringan
Air chiller Alat pendingin air, yang biasa dipakai untuk pendingin air
adukan beton, agar hasil beton adukan memiliki suhu yang
tidak terlalu panas
glossary g-2
Air entraining agent Aditif adukan beton atau mortar yang berfungsi untuk
menambah gelembung udara pada beton, mengurangi
bleeding, kebutuhan air dan segregasi, biasanya akan
meningkatkan workabilitas dan ketahanan terhadap beku
Bahan tambahan Material selain air, agregat, semen hidrolis dan tulangan,
yang digunakan sebagai bahan penyusun beton atau
mortar, dan segera ditambahkan kedalam adukan sebelum
atau selama pengadukan
WIKA BETON
mortar, yang dicampur pada saat yang bersamaan
Beam Balok; bagian struktur yang dikenai beban axial dan lentur,
tapi lebih dominan terhadap lentur; atau batang horisontal
berskala dari sebuah timbangan yang padanya diletakkan
pemberat
Benda uji Sebagian dari adukan beton yang kemudian dicetak dalam
berbagai bentuk dan ukuran tertentu (silinder atau kubus)
yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari
adukan beton
Beton berat / heavyweight Beton dengan kepadatan yang lebih besar dibandingkan
concrete dengan beton yang dibuat dari agregat dengan berat
normal, biasanya diperoleh dengan menggunakan agregat
berat dan terutama digunakan untuk perisai radiasi
Beton hampa Beton yang air sisa reaksi hidrasinya dan udara yang
terperangkap disedot dengan cara vakum sebelum proses
pengerasan terjadi
WIKA BETON
normal/normal weight aggregate (Lihat juga agregat
ringan)
Bulk density Massa suatu material (termasuk partikel padat dan air yang
terkandung) tiap satuan volume termasuk pori-porinya
(Lihat juga specific gravity)
WIKA BETON
cukup untuk menghalangi penggabungan dua material
yang dituang secara berturut-turut
Core drill Sebuah alat bor untuk mendapatkan benda uji silinder dari
beton yang telah mengeras atau batuan
Cotton mat Katun yang difabrikasi dengan quilts (diisi kapas dan dijahit
beralur kotak-kotak) digunakan sebagai penutup sekaligus
penahan air untuk perawatan permukaan beton
glossary g-5
WIKA BETON
Design load Istilah untuk menyatakan beban yang telah dikalikan faktor
tertentu
Destruktif Cara uji struktur atau benda uji dimana pada lokasi uji atau
benda uji tersebut mengalami kerusakan
Diatomaceous shale Tanah lempung yang terdiri dari silika terhidrasi (yang
hampir murni) yang tak berbentuk (opal) dan terutama
terdiri dari tumbuhan mikroskopis bernama diatom
Dorman period Periode dimana pasta semen masih plastis dan masih bisa
dibentuk
Double tee Produk beton pracetak terdiri dari dua batang/tangkai dan
flens yang menyambung di bagian atasnya
Early frost damage Retak yang terjadi ketika air di dalam beton mengalami
pemuaian saat pertama kali membeku
Early thermal contraction Retak pada beton yang timbul akibat adanya perbedaan
temperatur yang cukup besar antara dua sisi penampang
beton
Entry
WIKA BETON
Equivalent age
Jalan masuk
External restraint Restraint yang disebabkan oleh faktor di luar beton itu
sendiri (Lihat juga restraint)
FAS Faktor Air Semen, perbandingan antara berat air dan berat
semen yang digunakan dalam adukan, FAS menentukan
slump dan workability
Fibre concrete / beton Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa
serat serat, dapat berupa serat plastik atau baja
Filling ability Kapasitas adukan beton segar untuk mengisi setiap celah
dan sudut dari cetakan dengan baik akibat berat sendirinya
glossary g-7
Final setting time Waktu yang dibutuhkan semen sejak bereaksi dengan air
sampai didapat suatu padatan dari pasta semen yang utuh
dan tidak dapat dirubah bentuknya
Fly ash Residu bertekstur halus (dari pembakaran tanah atau batu
bara bubuk) yang diangkut dari tungku melalui ketel oleh
pipa gas
Formwork
WIKA BETON Sistem pendukung total untuk beton tuang segar, termasuk
cetakannya/bekisting yang langsung bersentuhan dengan
betonnya, maupun bagian-bagian pendukungnya,
perangkat keras dan pengaku/bracing yang diperlukan
(Lihat juga falsework)
Gap graded aggregate Agregat dengan gradasi sedemikian rupa sehingga ukuran
medium tertentu ditiadakan
Grouting Proses mengisi rongga atau pori dengan bahan grout (Lihat
juga grout)
glossary g-8
Herringbone Pola atau corak seperti pucuk rebung atau kerangka Haring
Initial setting time / waktu Waktu yang dibutuhkan semen sejak saat bereaksi dengan
pengikatan awal air sampai didapat pasta semen yang mulai kaku dan mulai
tidak dapat dikerjakan (kehilangan sebagian sifat
plastisnya)
WIKA BETON
ditentukan
Jenuh kering muka Kondisi suatu partikel agregat atau partikel padat berpori
lainnya saat pori-pori permeabelnya dipenuhi air tetapi
tidak ada air pada permukaannya yang terekspos
Koefisien ekspansi thermal Regangan yang terjadi di dalam beton setelah mengalami
perubahan suhu tertentu dimana betonnya tidak terkekang
(restraint) baik secara internal (oleh baja tulangan) maupun
secara eksternal (Lihat juga restraint)
Kuat geser Gaya geser maksimum yang dapat didukung oleh bagian
struktur yang mengalami lentur pada lokasi tertentu yang
dibatasi oleh efek kombinasi antara gaya geser dan
momen lentur
glossary g-9
Kuat lentur Sifat dari material atau bagian struktur yang menunjukkan
kemampuannya untuk mencegah keruntuhan akibat lentur;
pada bagian struktur beton yang menahan lentur, kuat
lentur adalah momen lentur pada suatu bagian dimana
kapasitas lentur ijin maksimum dicapai; untuk bagian
struktur yang menahan lentur pada under-reinforced
concrete, kuat lentur adalah momen lentur dimana
regangan tekan didalam beton mencapai 0.003; untuk
over-reinforced, kuat lentur adalah momen lentur dimana
tegangan tekan mencapai 85% dari kekuatan silinder
beton; untuk beton tak bertulang, kuat lentur adalah
momen lentur dimana kuat tarik beton mencapai nilai
modulus keruntuhan/modulus of rupture (Lihat juga
modulus of rupture)
Kuat tekan Beban tekan yang dapat dipikul oleh benda uji /sample
beton sampai runtuh
WIKA BETON
Liquid-membran-forming- Bahan perawatan beton berupa cairan yang disemprotkan
compound atau dioleskan dengan menggunakan kuas pada
permukaan beton yang telah mengeras. Bahan ini akan
membentuk semacam membran yang melapisi beton
setelah mengering
Long therm drying Retak beton yang timbul karena penyusutan volume
shrinkage penampang akibat hilangnya air campuran, baik secara
kimia maupun fisika selama proses pengerasan
Modulus of rupture Sebuah ukuran daya dukung ultimit dari sebuah balok,
kadangkala disebut sebagai rupture modulus atau rupture
strength.
WIKA BETON
Passing ability Kapasitas adukan beton segar untuk mengalir melalui
ruang yang terbatas dan celah sempit, misalnya daerah
tulangan yang rapat tanpa segregasi, kehilangan
keseragaman atau blocking
Pasta semen Campuran antara semen hidrolis dan air yang membentuk
suatu adukan yang kental
Permeabilitas (terhadap Debit (air) dengan kondisi aliran laminer yang melalui satu
air) satuan luas penampang dari suatu bahan berpori dibawah
satu satuan gradien hidrolis dan kondisi suhu dasar,
biasanya 20oC
Plastic settlement crack Retak pada beton yang timbul karena adanya perbedaan
tahanan penurunan material beton antara posisi yang
bebas (unrestraint) dengan posisi yang terkekang
(restraint)
Plastic shrinkage crack Retak pada beton yang timbul karena adanya penyusutan
volume pada permukaan beton yang masih plastis akibat
tingginya tingkat penguapan yang melebihi porsi bleeding
WIKA BETON
mortar yang menentukan ketahanannya terhadap
deformasi/perubahan bentuk atau kemudahan dibentuk
Pulse velocity crack Alat untuk mengukur kedalaman retak beton berdasarkan
recorder prinsip ultrasonik
Regangan / strain Perubahan panjang tiap satuan panjang, dari ukuran linier
suatu bagian; Jumlah tak berdimensi/tak bersatuan yang
dapat dinyatakan dalam persen, inch per inch, milimeter
per milimeter, tapi lebih sering dinyatakan tiap satuan juta
6
atau 10
WIKA BETON
Retak intrinsik Retak pada fase plastis maupun pada proses pengikatan
dikarenakan oleh tegangan-tegangan yang terjadi dari
dalam yang diakibatkan oleh unsur material penyusun
beton itu sendiri
WIKA BETON
permukaan beton yang terbuat dari kayu atau logam
dengan lempengan lurus, digerakkan dengan gerakan
seperti menggergaji kearah depan; ada pula alat yang
dilengkapi dengan penggerak mesin
Self-compacting concrete Beton yang dapat mengalir dan memadat dengan hanya
(SCC) menggunakan beratnya sendiri, mengisi cetakan secara
penuh, meskipun konfigurasi tulangannya sangat rapat,
dengan tetap menjaga homogenitasnya dan tidak
memerlukan pemadatan tambahan.
Semen blended hidrolis Semen hidrolis yang unsur pokoknya terdiri dari paduan
sempurna antara butiran terak tanur tinggi dan batu kapur
terhidrasi; atau paduan sempurna antara semen portland
dan butiran terak tanur tinggi, semen portland dan
pozzolan, atau semen portland terak tanur tinggi dan
pozzoland, dihasilkan dengan menggiling clinker semen
portland bersama material lainnya atau dengan mencampur
semen portland bersama material lainnya, atau kombinasi
antara menggiling sambil mencampur
glossary g-14
Semen hidrolis Semen yang mengeras oleh interaksi kimia dengan air dan
dapat pula mengeras didalam air
Semen hidrolis ekspansif Semen hidrolis yang bila bercampur dengan air,
menghasilkan pasta yang, setelah mengeras, volumenya
cenderung meningkat secara signifikan hingga tingkat yang
lebih besar daripada yang terjadi pada pasta semen
portland; digunakan untuk mengimbangi berkurangnya
volume akibat penyusutan atau akibat tegangan tarik
induksi tulangan (pada beton prategang-post tensioning) 1.
semen ekspansif, tipe K-campuran antara semen
portland, tetrakalsium trialumina sulfat tak terhidrasi
(C4A3S), kalsium sulfat (CaSO4) dan kapur (CaO); C4A3S
adalah unsur pokok dari clinker yang dibakar secara
terpisah yang hampir sama dengan semen portland atau
dapat juga terbentuk secara simultan bersama dengan
bahan clinker portland semen selama proses pembakaran.
2. semen ekspansif, tipe M-campuran antara semen
portland, semen kalsium-aluminat dan kalsium sulfat
dengan proporsi yang sesuai. 3. semen ekspansif, tipe S-
semen portland yang mengandung trikalsium aluminat
(C3A) yang dihitung dengan teliti dan sejumlah kalsium
sulfat diatas kadar yang biasanya dikandung semen
portland
Settlement
WIKA BETON
Setting time Waktu yang dibutuhkan oleh semen untuk
mengadakan proses pengikatan/menjadi keras
mulai
Silica fume Silika halus noncrystal dihasilkan dari tungku busur listrik
sebagai hasil sampingan produksi barang-barang berbahan
silikon atau paduan yang mengandung silikon; juga dikenal
sebagai silica fume terkondensasi atau microsilica
WIKA BETON
gravity-perbandingan massa satu unit volume material
kedap air pada suhu tertentu terhadap massa air suling
pada volume yang sama. (2) bulk specific gravity-
perbandingan massa satu unit volume material (termasuk
pori kedap dan tidak kedap air, tetapi tidak termasuk
rongga yang berada diantara partikel-partikel material
tersebut) pada suhu tertentu terhadap massa air suling
pada volume yang sama. (3) bulk specific gravity (jenuh
kering permukaan)-perbandingan massa satu unit volume
material, termasuk massa air diantara pori-porinya (tapi
tidak termasuk rongga diantara partikel-partikel) pada suhu
tertentu terhadap massa air suling pada volume yang sama
WIKA BETON
Bagian yang berhubungan dengan beton seringkali berupa
semacam ayakan atau kisi-kisi untuk memaksa agregat
kasar turun hingga kebawah permukaan agar tidak
mengganggu proses finishing selanjutnya, misalnya floating
atau trowelling
Thermal shrinkage crack Retak susut yang dialami beton akibat perubahan suhu
glossary g-17
Tremie Pipa atau tabung yang melaluinya beton dicor kedalam air,
dibagian ujung atasnya terdapat semacam corong untuk
pengisian dan sebuah timba untuk memindahkan
rangkaian alat
WIKA BETON
dihasilkan oleh alat trowel (Lihat juga trowel)
Water reducer Aditif adukan beton yang tidak hanya dapat meningkatkan
nilai slump adukan mortar atau beton segar tanpa
menambah jumlah air, tetapi dapat pula mempertahankan
nilai slump dengan jumlah air yang lebih sedikit, efek ini
timbul bukan akibat udara yang terperangkap
Waterproof Kedap air, baik dalam bentuk cair maupun uap (Karena
tidak ada sesuatupun yang dapat sepenuhnya tidak dapat
’ditembus’ air dibawah tekanan yang tak terhingga selama
waktu yang tak terhingga, istilah ini sebaiknya tidak
digunakan)
WIKA BETON
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing and Materials. 1995. Annual Book of ASTM
Standards. Volume 04.01: Cement; Lime; Gypsum.
Philadelphia,USA.
WIKA BETON
Biro Enjiniring II. 2004. Pedoman Pekerjaan Beton. Jakarta: PT Wijaya Karya
WIKA BETON
SUMBER GAMBAR
•
•
•
WIKA BETON
www.centrumpaele.dk/uk/beton1.htm
www.concretenetwork.com
www.conrete-grinding.com
• www.dareconcrete.com
• www.ifgworld.org
• www.unesco.com
WIKA BETON