Anda di halaman 1dari 223

WIKA BETON

WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
DAFTAR ISI

BAGIAN I PENGETAHUAN UMUM BETON


1.1 DEFINISI BETON I-1
1.2 JENIS-JENIS BETON I-2
1.3 SIFAT-SIFAT BETON I-3
1.4 HIDRASI I-6
1.5 MUTU BETON I-6

BAGIAN 2 MATERIAL PEMBENTUK BETON


2.1 SEMEN II-1
2.2 AGREGAT II-3
2.3 AIR II-5
2.4 BAHAN TAMBAHAN (ADITIF) II-7

BAGIAN 3 MIX DESIGN


3.1 TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN

WIKA BETON
3.2
BETON NORMAL SESUAI SNI T-15-1990-03
TATA CARA PERANCANGAN PROPORSI CAMPURAN
BETON NORMAL SESUAI SNI 03-2847-2002 POIN 7.3
III-1

III-13

BAGIAN 4 PELAKSANAAN
4.1 PENCAMPURAN/MIXING IV-1
a. Site-Mix IV-1
b. Ready-Mix IV-3
4.2 PENGANGKUTAN IV-4
4.3 PERSIAPAN LOKASI IV-5
4.4 PERALATAN PENGECORAN IV-6
a. Agitator Truck IV-6
b. Concrete Pump IV-7
c. Tremie IV-7
d. Placing Boom IV-8
e. Vibrator IV-9
4.5 PENGECORAN IV-10
IV-15
4.6 PEMADATAN/COMPACTING
4.7 FINISHING IV-17
a. Screeding IV-17
b. Hand Tamping IV-19
c. Floating IV-20
d. Edging IV-21
e. Trowelling IV-21
f. Brooming IV-23
g. Grinding IV-24
h. Sack-rubbed Finishing IV-24
i. Exposed Aggregate Finishing IV-25
4.8 PERAWATAN IV-25
4.9 EVALUASI & PENGENDALIAN MUTU BETON IV-31
a. Pengujian Kualitas beton IV-32
b. Langkah Pemeriksaan Mutu Beton di Lapangan IV-36

BAGIAN 5 RETAK DAN PERBAIKAN CACAT BETON

WIKA BETON
5.1 RETAK V-1
a. Retak Akibat Early Thermal Contraction V-2
b. Retak Akibat Long Term Drying Shrinkage V-2
c. Retak Plastic V-5
c.1 Plastic Settlement Crack V-6
c.2 Plastic Shrinkage Crack V-8
5.2 PERBAIKAN CACAT BETON V-9
a. Plinth Antar Sambungan V-9
b. Bunting Akibat Bekisting Berubah Bentuk V-10
c. Keropos V-10
d. Pecah Kecil (<5 cm dalamnya) V-11
e. Pecah Besar (>5 cm dalamnya) V-11
f. Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap V-12
g. Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap V-12
h. Retak Rambut (Lebar <0.5 mm) V-13
i. Retak Besar dan Dalam (Lebar >0.5 mm dan dalam >1 V-13
cm)
5.3 APLIKASI ACIAN PEWARNAAN V-14
BAGIAN 6 PENGENALAN SELF-COMPACTING CONCRETE
6.1 PENDAHULUAN VI-1
6.2 SIFAT-SIFAT BETON KERAS VI-2
6.3 SIFAT-SIFAT BETON SEGAR DAN CARA VI-4
PENGUJIANNYA
a. Daya Alir VI-5
b. Kekentalan VI-6
c. Passing Ability VI-7
d. Daya Tahan Segregasi/Segregation Resistance VI-8
6.4 MIX-DESIGN VI-11
6.5 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT VI-15
PELAKSANAAN
6.6 MEMPERBAIKI KUALITAS AKHIR SCC VI-16

BAGIAN 7 PENGETAHUAN BETON PRACETAK


7.1 PENDAHULUAN VII-1

WIKA BETON
7.2 JENIS-JENIS HASIL PRODUKSI VII-1
7.3 MATERIAL DAN SPESIFIKASI VII-6
7.4 PROSES PRODUKSI VII-9
7.5 MIX-DESIGN VII-12
7.6 CETAKAN VII-13
7.7 PENGADUKAN BETON DAN PENGECORAN VII-13
7.8 PEMADATAN VII-14
7.9 PEKERJAAN STRESSING VII-15
7.10 PERAWATAN BETON VII-16
7.11 PENGANGKATAN VII-17
7.12 PENGANGKUTAN VII-18
7.13 QUALITY CONTROL VII-19

BAGIAN 8 INSPEKSI PERALATAN


8.1 PENDAHULUAN VIII-1
8.2 MACAM-MACAM FORMULIR INSPEKSI VIII-1
LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI PRODUK BETON PRACETAK PT WIKA BETON

LAMPIRAN 2 FORMULIR INSPEKSI PERALATAN

GLOSSARY

WIKA BETON
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Material Utama Pembentuk Beton I-1

Gambar 1.2 Potongan Melintang Beton I-1

Gambar 1.3 Proporsi Bahan Penyusun Beton I-2

Gambar 1.4 Strength vs Workability I-4

Gambar 1.5 Diagram Laju Kenaikan Kuat Tekan Beton I-5

Gambar 2.1 Setting Time Semen II-2


Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton (Penelitian Pengaruh
Gambar 2.2 Perbedaan Kadar Lumpur Pasir) II-4

Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Rata-rata


Gambar 3.1 III-2
Silinder Beton (Sebagai Perkiraan FAS)
Gambar 3.2 Grafik Mencari Faktor Air-Semen III-3
Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan
Gambar 3.3 untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm III-9

WIKA BETON
Gambar 3.4 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan
untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm III-9

Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan


Gambar 3.5 untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm III-10

Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat


Gambar 3.6 Campuran dan Berat Beton III-11

Diagram Alir Perancangan Proporsi Campuran Berdasarkan


Gambar 3.7 III-12
SNI 03-2847-2002
Gambar 4.1 Teknik Pengecoran IV-13

Gambar 4.2 Pemadatan Manual IV-15

Gambar 4.3 Pemadatan Mekanis IV-16

Gambar 4.4 Alat Screed Mekanis IV-19

Gambar 4.5 Alat Hand Tamping IV-20

Gambar 4.6 Floating IV-20

Gambar 4.7 Edger IV-21


Gambar 4.8 Trowel Baja IV-22

Gambar 4.9 Perbandingan Kekuatan Beton (Dipelihara dan Tidak) IV-25

Gambar 4.10 Perawatan dengan Karung Goni yang Dibasahi IV-27

Gambar 4.11 Perawatan dengan Lapisan Waterproof IV-27

Gambar 4.12 Diagram Proses Pengendalian IV-31

Gambar 4.13 Variabilitas IV-32

Gambar 4.14 Diagram Pemeriksaan Mutu Beton di Lapangan IV-36

Gambar 5.1 Contoh Plastic Settlement Crack 1 V-6

Gambar 5.2 Contoh Plastic Settlement Crack 2 V-6

Gambar 5.3 Contoh Plastic Settlement Crack 3 V-7

Gambar 5.4 Tensile Srain Capacity and Shrinkage Strain V-8

Gambar 5.5 Contoh Plastic Shrinkage Crack V-8

Gambar 5.6 Perbaikan Keropos pada Beton V-10

WIKA BETON
Gambar 6.1

Gambar 6.2
Ukuran Base Plate untuk Pengujian Slump-flow

Dimensi V-Funnel (Pengujian Kekentalan)


VI-6

VI-6

Gambar 6.3 Pengujian Passing Ability dengan L-box VI-8

Gambar 6.4 Ukuran dan Desain L-box yang Umum VI-8

Gambar 6.5 Prosedur Mix-Design VI-14

Gambar 7.1 Proses Produksi PC Piles VII-9


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe Portland Semen II-1

Tabel 2.2 Perkiraan Komposisi Berbagai Tipe Standar Semen Portland II-2
Kandungan Ion Klorida Maksimum untuk Perlindungan Baja
Tabel 2.3 II-6
Tulangan Terhadap Korosi
Tabel 3.1 Nilai Deviasi Standar III-1

Tabel 3.2 Faktor Pengali Deviasi Standar III-1

Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5 III-3
FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan
Tabel 3.4 III-4
Khusus
Tabel 3.5 Penetapan Nilai Slump III-5

Tabel 3.6 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter) III-5
Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan
Tabel 3.7 III-6
Lingkungan Khusus

WIKA BETON
Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton
Tabel 3.8 III-7
yang Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat
Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton
Tabel 3.9 III-8
Bertulang/Prategang Kedap Air
Tabel 3.10 Batas Gradasi Pasir III-9

Tabel 3.11 Formulir Perancangan Adukan Beton III-12


Faktor Modifikasi untuk Deviasi Standar Jika Jumlah Pengujian
Tabel 3.12 III-14
Kurang Dari 30 Contoh
Kuat Tekan Rata-rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia untuk
Tabel 3.13 III-14
Menetapkan Deviasi Standar
Tabel 3.14 Persyaratan Beton untuk Lingkungan Khusus III-16
Persyaratan untuk Beton yang Dipengaruhi Oleh Lingkungan
Tabel 3.15 III-17
yang Mengandung Sulfat
Tabel 4.1 Standar Waktu Minimum Pemutaran Alat Pencampur Beton IV-2

Tabel 4.2 Getaran Minimum dengan Internal Vibrator IV-16

Tabel 4.3 Metode Curing IV-29

Tabel 4.4 Perbandingan Kuat Tekan Beton Uji IV-33

Tabel 4.5 Sampling Benda Uji IV-34


Tabel 5.1 Jenis dan Tipe Retak V-1

Tabel 5.2 Batasan Lebar retak (ACI 224R-19) V-3


Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Tutup Lubang Bekas Tie-Rod
Tabel 5.3 V-14
Parapet
Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Lubang Besar Akibat Udara
Tabel 5.4 Terperangkap dan Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara V-15
Terperangkap
Tabel 5.5 Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Plinth dan Keropos-Kolom V-16

Tabel 6.1 Metode Pengujian Beton Segar VI-4

Tabel 6.2 Klasifikasi Slump-flow dan Aplikasinya VI-5

Tabel 6.3 Klasifikasi Kekentalan dan Aplikasinya VI-7

Tabel 6.4 Klasifikasi Passing Ability dan Aplikasinya VI-7

Tabel 6.5 Klasifikasi Daya Tahan Segregasi dan Aplikasinya VI-9


Sifat-sifat SCC untuk Berbagai Penggunaan Berdasarkan
Tabel 6.6 VI-9
Penelitian Walraven, 2003
Tabel 6.7 Klasifikasi Aditif VI-11

WIKA BETON
Tabel 6.8

Tabel 6.9
Rentang Umum Komposisi Campuran SCC

Cacat Keropos seperti Sarang Lebah


VI-13

VI-16

Tabel 6.10 Cacat Pengelupasan VI-16

Tabel 6.11 Perbaikan Cacat Burik VI-17

Tabel 6.12 Cacat Cold-joint VI-18

Tabel 6.13 Cacat Permukaan yang Tidak Rata VI-18

Tabel 6.14 Variasi Warna VI-19

Tabel 6.15 Cacat Tali Air VI-19

Tabel 6.16 Cacat akibat Retak Plastis VI-20

Tabel 7.1 Spesifikasi Material dan Spesifikasi Umum Beton Pracetak VII-6
Pengetahuan umum beton I-0

WIKA BETON
Pengetahuan umum beton I-1

1.1 DEFINISI BETON


Material komposit yang terdiri dari medium pengikat (pada umumnya campuran
semen hidrolis dan air), agregat halus (pada umumnya pasir) dan agregat kasar
(pada umumnya kerikil) dengan atau tanpa bahan tambahan/campuran/additives

Beton
Air
Kerikil
Pasir
Semen

Gambar 1.1 Material Utama Pembentuk Beton

WIKA BETON
Agregat
Kasar

Pasta Semen
Mengisi Celah
Antar Agregat

GaGambar 1.2 Potongan


mbar2. Potongan Beton
Melintang Beton
Pengetahuan umum beton I-2

Gambar 1.3. Proporsi Bahan Penyusun Beton

Air Entrained Concrete: Beton yang didalamnya terdapat gelembung-gelembung udara


kecil yang sengaja dibuat terperangkap oleh bahan tambahan khusus sehingga akan
merubah sifat-sifat beton. Pada beton segar, entrained air akan meningkatkan
workability campuran sehingga mengurangi jumlah air dan pasir yang dibutuhkan.

1.2 JENIS-JENIS BETON


WIKA BETON
a. Beton ringan
Berat jenisnya<1900 kg/m3, dipakai untuk elemen non-struktural. Dibuat
dengan cara-cara berikut: membuat gelembung udara dalam adukan
semen, menggunakan agregat ringan (tanah liat bakar/batu apung) atau
pembuatan beton non-pasir.

b. Beton normal
Berat jenisnya 2200-2500 kg/m3, dipakai hampir pada semua bagian
struktural bangunan.

c. Beton berat
Berat jenis>2500 kg/m3, dipakai untuk struktur tertentu, misal: struktur
yang harus tahan terhadap radiasi atom.
d. Beton jenis lain
o Beton massa (mass concrete)
Beton yang dituang dalam volume besar, biasanya untuk pilar, bendungan
dan pondasi turbin pada pembangkit listrik. Pada saat pengecoran beton
jenis ini, pengendalian diutamakan pada pengelolaan panas hidrasi yang
timbul, karena semakin besar massa beton maka suhu didalam beton
semakin tinggi. Bila perbedaan suhu didalam beton dan suhu di
permukaan beton >20 oC dapat menimbulkan terjadinya tegangan tarik
yang disertai retak-retak
Pengetahuan umum beton I-3

Retak beton juga dapat timbul akibat penyusutan beton (shrinkage) yang
dipengaruhi oleh kelembaban beton saat pengerasan berlangsung.
Selain itu, besarnya volume beton saat pengecoran mass concrete akan
beresiko timbulnya cold-joint pada permukaan beton baru dengan beton lama
mengingat waktu setting beton yang singkat (±2 jam), sehingga perlu
direncanakan metode pengecoran yang sesuai dengan perilaku beton tersebut.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka langkah preventif untuk menghindari
terjadinya retak beton dapat dikategorikan atas pemilihan komposisi beton (nilai
slump, pemberian admixture, FAS) dan praktek pelaksanaan di lapangan (suhu
udara saat pengecoran, curing, menggunakan bekisting dengan kemampuan
isolasi yang bagus dan menyiapkan construction joint) . Pemberian tulangan
ekstra untuk menahan gaya tarik akibat panas hidrasi dapat juga dilakukan
sebagai salah satu pertimbangan struktural.
o Ferosemen (ferrocement)
Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja. Beton ini mempunyai
ketahanan terhadap retakan, ketahanan terhadap patah lelah, daktilitas,
fleksibilitas dan sifat kedap air yang lebih baik dari beton biasa.
o Beton serat (fibre concrete)
Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat berupa
serat plastik/baja. Beton serat lebih daktail daripada beton biasa, dipakai
pada bangunan hidrolik, landasan pesawat, jalan raya dan lantai jembatan.
o Beton siklop

WIKA BETON
Beton biasa dengan ukuran agregat yang relatif besar-besar. Agregat kasar
dapat sebesar 20 cm. Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan dan
pangkal jembatan.
o Beton hampa
Seperti beton biasa, namun setelah beton tercetak padat, air sisa reaksi
hidrasi disedot dengan cara vakum (vacuum method)
o Beton ekspose
Beton ekspose adalah beton yang tidak memerlukan proses finishing,
biasanya beton ini dihasilkan dengan menggunakan bahan bekisting yang
dapat menghasilkan permukaan beton yang halus (misal baja dan multiplek
film). Beton ini sering dijumpai pada gelagar jembatan, lisplang, kolom dan
balok bangunan

1.3 SIFAT-SIFAT BETON


a. Beton Segar
o Kemudahan pengerjaan/Workability,umumnya dinyatakan dalam besaran
nilai slump (cm) dan dipengaruhi oleh:
• Jumlah air yang dipakai. Makin banyak air, beton makin mudah
dikerjakan
• Penambahan semen. Semen bertambah, air juga ditambah agar FAS
tetap, maka beton makin mudah dikerjakan
• Gradasi campuran pasir dan kerikil
• Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai
• Pemakaian butir-butir batuan yang bulat
Pengetahuan umum beton I-4

Gambar 1.4. Strength vs Workability

WIKA BETON
o Segregasi, kecenderungan agregat kasar untuk memisahkan diri dari
campuran adukan beton, peluang segregasi diperbesar dengan:
• Campuran yang kurus/kurang semen
• Pemakaian air yang terlalu banyak
• Semakin besar butir kerikil yang dipakai
• Campuran yang kasar, atau kurang agregat halus
• Tinggi jatuh pengecoran beton yang terlalu tinggi
o Bleeding, kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan
diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan. Hal ini dapat dikurangi
dengan cara:
• Memberi lebih banyak semen dalam campuran
• Menggunakan air sesedikit mungkin
• Menggunakan pasir lebih banyak
• Menyesuaikan intensitas dan durasi penggetaran pemadatan sesuai
dengan nilai slump campuran

b. Beton Keras
1). Sifat jangka pendek
o Kuat tekan, dipengaruhi oleh:
• Perbandingan air semen dan tingkat pemadatan
• Jenis semen dan kualitasnya
• Jenis dan kekasaran permukaan agregat
• Umur (pada keadaan normal, kekuatan bertambah sesuai dengan
umurnya). Lihat Gambar 1.5
• Suhu (kecepatan pengerasan bertambah dengan naiknya suhu)
• Perawatan
Pengetahuan umum beton I-5

o Kuat tarik
Kuat tarik beton berkisar 1/18 kuat tekan beton saat umurnya masih
muda dan menjadi 1/20 sesudahnya. Kuat tarik berperan penting dalam
menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu

o Kuat geser
Didalam prakteknya, kuat tekan dan tarik selalu diikuti oleh kuat geser.

2) Sifat jangka panjang


o Rangkak, adalah peningkatan deformasi (regangan) secara bertahap
terhadap waktu akibat beban yang bekerja secara konstan, dipengaruhi
oleh:
• Kekuatan. Rangkak berkurang bila kuat tekan makin besar
• Perbandingan campuran. Bila FAS berkurang maka rangkak berkurang
• Agregat. Rangkak bertambah bila agregat halus dan semen bertambah
banyak
• Umur. Kecepatan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton

o Susut, adalah berkurangnya volume beton jika terjadi kehilangan


kandungan uap air akibat penguapan, dipengaruhi oleh:
• Agregat. Berperan sebagai penahan susut pasta semen
• Faktor air semen. Efek susut makin besar jika FAS makin besar
• Ukuran elemen beton. Laju dan besarnya penyusutan berkurang jika
volume elemen beton makin besar

WIKA BETON

Gambar 1.5. Diagram Laju Kenaikan Kuat Tekan Beton


Pengetahuan umum beton I-6

Beton yang Baik


1. Bahan pengisi baik
• kekerasan butiran
• gradasi
• kepadatan butiran
• bentuk butiran
2. Bahan perekat baik
• semen sesuai
• FAS sesuai
3. Lekatan / ikatan baik
• kekasaran permukaan butiran baik
• material alam bersih
4. Pemeliharaan baik

1.4 HIDRASI
Proses Hidrasi
Adalah reaksi kimia antara partikel semen dan air menghasilkan pasta semen / bahan
pengikat

WIKA BETON
2(3CaO.SiO2)+6H2O 3Ca.2SiO2.3H2O+3Ca(OH)2+panas hidrasi
kalsium silikat (unsur utama semen) + air
kapur bebas (pengisi pasif) + panas hidrasi
kalsium silikat hidrat (bahan pengikat) +

Panas Hidrasi
Adalah efek samping dari proses hidrasi yaitu berupa pelepasan panas / kalori
dari reaksi hidrasi

Jumlah panas kalori yang dikeluarkan tergantung :


• jenis / tipe semen ( kandungan FM, C3A dan C3S)
• FAS
• temperatur curing

Efek panas hidrasi yg terlalu tinggi terhadap beton adalah timbulnya retak-retak

1.5 KUAT TEKAN BETON


Suatu nilai yang ditunjukkan oleh besarnya beban tekan yang dapat dipikul oleh
benda uji/sample dari beton tersebut sampai runtuh
Pengetahuan umum beton I-7

Notasi Kuat Tekan Beton


z K : adalah suatu nilai statistik dari suatu kumpulan hasil kuat tekan benda uji kubus
dalam jumlah tertentu pada umur 28 hari dengan nilai gagal yang diijinkan
sebesar 5 %, satuan kg/cm2.
Contoh: K500, maka σbk=500 kg/cm2

z C : sama dengan K, hanya disini biasanya dipakai untuk benda uji berbentuk
silinder
Pada contoh diatas, bila K500 bila dikonversikan menjadi nilai C maka
C=500x0.83=415 kg/cm2, maka f’c=415 kg/cm2, dengan 0.83 adalah nilai konversi
dari bentuk kubus menjadi silinder.

Kuat Tekan Beton yang Disyaratkan:


Adalah nilai kuat tekan dari satu atau sekumpulan benda uji yang telah ditetapkan

Mutu Beton Ao dan Bo


Adalah mutu beton dengan K< 125 yang biasanya dipakai untuk elemen bangunan
non-struktural

WIKA BETON
Mutu Beton yang Lebih Tinggi:
K125-<K175, digunakan sebagai lantai kerja atau penimbunan kembali dengan
beton

K175-<K250, umumnya digunakan sebagai struktur beton tanpa tulangan, misal:


beton siklop, trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan dan
pasangan batu

K250-<K400, umumnya digunakan untuk beton bertulang, misal: pelat lantai


jembatan, gelagar beton bertulang, diafragma, kerb beton pracetak,
gorong-gorong beton bertulang dan bangunan bawah jembatan

K400-K800, umumnya digunakan untuk beton prategang, seperti tiang pancang


beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan
sejenisnya
Pemilihan material II-0

WIKA BETON
Pemilihan material II-1

2.1 SEMEN
Berfungsi sebagai bahan pengikat HIDRAULIS dari berbagai macam agregat

a. Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:


o SNI 15-2049-1994. Semen Portland.
o ASTM C595. Spesifikasi semen blended hidrolis, kecuali tipe S dan SA.
yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.
o ASTM C845. Spesifikasi semen hidrolis ekspansif.

b. Tipe Semen Portland sesuai jenis pekerjaannya adalah:

Tabel 2.1 Tipe Portland Semen


Tipe
Syarat Penggunaan Pemakaian
PC
I Kondisi biasa, tidak Perkerasan jalan, gedung,
memerlukan jembatan biasa dan konstruksi
persyaratan khusus tanpa serangan sulfat
II Serangan sulfat Bangunan tepi laut, dam,
konsentrasi sedang bendungan, irigasi dan beton
massa
III Kekuatan awal tinggi Jembatan dan pondasi dengan
beban berat
IV Panas hidrasi rendah Pengecoran yang menuntut

V WIKA BETON
Ketahanan yang tinggi
terhadap sulfat
panas hidrasi rendah dan
diperlukan setting time yang lama
Bangunan dalam lingkungan
asam, tangki bahan kimia dan
pipa bawah tanah
c. Penyimpanan semen:
o Silo harus kedap air
o Lantai gudang tidak lembab
o Tinggi timbunan sak semen maksimum 2 m
o Suhu ruang tidak boleh lebih dari 70 oC
o Kapasitas gudang mampu untuk stok 20 hari dan tergantung
kelancaran pengiriman
o Stok yang telah disimpan lebih dari 3 bulan tidak boleh dipakai

d. Setting Time Semen


Waktu yang dibutuhkan oleh semen untuk mulai
mengadakan proses pengikatan

Setting time :
z setting time awal (initial)
z setting time akhir (final)
Pemilihan material II-2

z Setting time awal


Waktu yang dibutuhkan semen sejak saat bereaksi dengan air
sampai didapat pasta semen yg mulai kaku dan mulai tidak dapat
dikerjakan (kehilangan sebagian sifat plastisnya)

z Setting time akhir


Waktu yg dibutuhkan semen sejak bereaksi dengan air sampai
didapat suatu padatan dari pasta semen yang utuh dan tidak
dapat dirubah bentuknya

P r o s e s h a r d e n in g

F in a l s e t t in g t im e
d i d a p a t p a s ta s e m e n
F S T y g p a d a t d a n u tu h
d a n b e n tu k n y a ti d a k
d a p a t d i r u b a h

In it ia l s e e t in g t im e
P a s ta s e m e n m u la i
IS T ti d a k d a p a t d i r u b a h
ta p i m a s i h a d a b a g i a n
y a n g p la s ti s

D o r m a n P e r i o d e
P e r i o d e d i m a n a p a s ta
D P s e m e n m a s i h p la s t i s

WIKA BETON
d a n m a s i h b i s a
d i b e n tu k

T i ti k P C
m u la i b e r e a k s i
d e n g a n a i r

Gambar 2.1. Setting Time Semen

Tabel 2.2 Perkiraan Komposisi Berbagai Tipe Standar Semen Portland

Type Tricalcium Dicalcium Tricalcium Tetracalcium Air permeability


Silicate Silicate (C2S) Aluminate Aluminoferrite specific surface
(C3S) % (C3A) (C4AF) m2/kg
% % %
I 42-65 10-30 0-17 6-18 300-400
II 35-60 15-35 0-8 6-18 280-380
III 45-70 10-30 0-15 6-18 450-600
IV 20-30 50-55 3-6 8-15 280-320
V 40-60 15-40 0-5 10-18 290-350
Pemilihan material II-3

2.2 AGREGAT
Butiran mineral dengan ukuran diameter & gradasi butiran tertentu yang
apabila dicampur dengan semen & air akan menghasilkan beton

Tujuan penggunaan agregat


• sumber kekuatan dari beton
• menghemat semen
• memperkecil tingkat penyusutan beton
• mencapai kepadatan beton yang maksimal
• memperoleh workability yang baik

a. Agregat harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:


o ASTM C33. Spesifikasi agregat untuk beton
o SNI 03-2461-1991. Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.

b. Spesifikasi umum:
o Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal
sehingga kuat tekan beton besar.
o Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan material
beton lainnya.
o Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton
yang dihasilkan padat dan awet.
o Gradasi sesuai spesifikasi teknik yang diminta (dapat dilihat pada poin

WIKA BETON
2.2a) dan hindari gap graded aggregate karena akan membutuhkan
semen lebih banyak untuk mengisi rongga dan harga satuan beton akan
menjadi lebih mahal.
o Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan
jika ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat
total agregat.
o Kadar lumpur agregat tidak boleh melampaui standar pada Butir (a),
karena akan berpengaruh pada kuat tekan beton. Lihat Gambar 2.2
c. Ukuran maksimum agregat kasar harus tidak melebihi:
o 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
o 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
o ¾ jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan, kawat-
kawat, bundel tulangan, tendon-tendon prategang atau
selongsong-selongsong.
Pemilihan material II-4

Gambar 2.2. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton


( Penelitian Pengaruh Perbedaan Kadar Lumpur Pasir)

a. Agregat Kasar
Agregat dengan φ butiran >5 mm

WIKA BETON
Jenis agregat kasar:
1. Alami ⇒ hasil desintegrasi alam (kerikil), dengan penggolongan:
- kerikil halus ⇒ φ 0,5 - 10 mm
- kerikil sedang ⇒ φ 10 - 20 mm
- kerikil kasar ⇒ φ 20 - 40 mm
- kerikil kasar sekali ⇒ φ 40 - 70 mm

2. Hasil pemecahan ⇒ dengan stone crusher, dengan penggolongan:


⇒ φ 0,5 - 10 mm (screen)
⇒ φ 10 - 20 mm
⇒ φ 20 - 40 mm
⇒ φ 40 - 80 mm

b. Agregat Halus
Agregat dengan φ butiran antara 0,14 s/d 5,0 mm

Jenis agregat halus :


z buatan → pasir hasil pemecahan
z alami → pasir gunung, pasir sungai, pasir laut

Agregat halus sangat berperanan dalam menentukan :


z kemudahan pengerjaan → workability
z kekuatan beton → strength
z keawetan beton → durability
Pemilihan material II-5

Pemakaian Kerikil dibanding Batu Pecah


z Keuntungan:
z harga lebih murah
z dengan workability yg sama pasta semen terpakai lebih sedikit
⇒ harga beton per m3 akan lebih murah

z Kerugian:
z kontinuitas pengadaan kurang terjamin
z ukuran butiran amat bervariatif
z permukaannya relative halus sehingga daya ikatnya kurang ⇒
sulit mencapai mutu beton tinggi
z kandungan lumpur relatif tinggi

2.3 AIR
WIKA BETON
Fungsi air dalam beton:
• Bahan penghidrasi semen, agar semen bisa berfungsi sebagai
bahan pengikat
• Bahan pelumas, yaitu mempermudah proses pencampuran agregat
& semen serta mempermudah pelaksanaan pengecoran beton
(workability)

a. Air untuk campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang
merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton ataupun tulangan.

b. Air pencampur yang digunakan untuk beton prategang atau pada beton
yang didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung didalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
Pemilihan material II-6

Tabel 2.3. Kandungan Ion Klorida Maksimum untuk Perlindungan Baja


Tulangan Terhadap Korosi
Ion Klorida terlarut (Cλ-)
Jenis Komponen
pada Beton
Struktur
% thd Berat Semen
Beton prategang 0.06
Beton bertulang yang
terpapar klorida selama masa 0.15
layannya
Beton bertulang yang dalam
kondisi kering atau terlindung
1.00
dari air selama masa
layannya
Konstruksi beton bertulang
0.30
lainnya
Catatan: Untuk beton keras umur 28 hingga 42 hari

Bila dilakukan pengujian untuk menentukan kandungan ion klorida yang


dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai dengan ASTM C1218

c. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
o Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran

WIKA BETON
beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
o Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90%
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan
serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai
dengan ”Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis
(menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 cm)” ASTM
C109
o Bila terpaksa menggunakan air laut, disarankan hanya untuk beton
tanpa tulangan dengan kandungan maksimal garam terlarut 35.000
ppm
o Hindari penggunaan air dengan dengan pH≤3

Alat Ukur Nilai Slump


Pemilihan material II-7

Jumlah Air Optimum (JAO)


Adalah jumlah air dalam suatu rancangan campuran beton yang menghasilkan
tingkat kemudahan pengecoran yang sesuai dengan tuntutan (dinyatakan dengan
SLUMP)

• Jika jumlah air<JAO


o Dalam batas tertentu kuat tekan akan naik
o Pengecoran lebih sulit
o Daya pelumasan material oleh air berkurang (ditunjukkan oleh nilai slump
yang lebih kecil)
o Proses pengecoran dituntut lebih singkat dan diperlukan pemadatan ekstra
agar didapat beton yang tidak keropos

• Jika jumlah air>JAO


o Kuat tekan beton akan turun
o Pengecoran lebih mudah
o Bisa terjadi segregasi (pemisahan butiran)
o Cenderung terjadi penyusutan (air kelebihan akan menguap meninggalkan
pori-pori beton)

2.4 BAHAN TAMBAHAN

WIKA BETON
a. Spesifikasi umum:
Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh
digunakan pada beton prategang, beton dengan aluminium tertanam, atau
beton yang dicor dengan menggunakan bekisting baja galvanis.

b. Jenis-jenis bahan tambahan:


Ada dua kategori bahan tambahan, yaitu admixture dan aditif. Admixture
merupakan bahan tambahan kimiawi yang dapat mengubah sifat beton secara
kimia sedangkan aditif merupakan bahan tambahan yang hanya berfungsi
sebagai filler dan tidak mengubah sifat secara kimiawi.

Macam-macam admixture:
o Water Reducer/Plasticiser/Super Plasticiser
Berfungsi mengurangi jumlah air dan semen dengan kekuatan beton yang
dihasilkan tetap dan meningkatkan keplastisan beton untuk pengecoran di
tempat-tempat yang sulit (karena pengecoran tersebut membutuhkan nilai
slump tinggi sehingga bahan tambahan ini lebih dipilih daripada menambah
air).

o Viscosity Modifying Admixture (VMA)


Memodifikasi kohesi (biasanya digunakan untuk self-compacting concrete)
tanpa mengubah fluiditas secara signifikan.

o Retarder
Memperlambat pengikatan awal, digunakan untuk pengecoran jarak jauh dan
mass concrete yang perlu panas hidrasi rendah.
Pemilihan material II-8

Ketiga bahan tambahan diatas ataupun campuran


ketiganya harus memenuhi ASTM C494. Spesifikasi
bahan tambahan kimiawi untuk beton atau ASTM C1017.
Spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk
menghasilkan beton dengan kelecakan yang tinggi.

o Accelerator
Mempercepat pengikatan dan pengerasan awal beton, digunakan untuk
pengecoran yang berhubungan dengan air/efisiensi waktu pemakaian
cetakan.

o Air Entraining
Menambah gelembung udara pada beton, dapat mengurangi bleeding,
mengurangi kebutuhan air dan mengurangi segregasi. Digunakan untuk
pengecoran dengan concrete pump. Harus memenuhi SNI 03-2496-1991.
Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.

Macam-macam aditif:
o Abu Terbang
Harus memenuhi ASTM C618. Spesifikasi untuk abu terbang dan
pozzolan alami murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan
tambahan mineral pada beton semen portland. Meningkatkan kohesi dan
mengurangi sensitivitas terhadap perubahan-perubahan kadar air, tetapi

WIKA BETON
harus dijaga agar kadarnya tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan pasta
menjadi terlalu kohesif sehingga dapat menghambat daya alir.

o Mineral filler
Misalnya batu kapur, dolomite, dll. Distribusi ukuran partikel, bentuk dan
daya serap air mempengaruhi kebutuhan air.

o Kerak Tungku Pijar yang diperhalus


Harus memenuhi ASTM C989. Spesifikasi untuk kerak tungku pijar yang
diperhalus untuk digunakan pada beton dan mortar. Mengurangi panas
hidrasi, tetapi setting time menjadi lebih lama, pemakaian aditif jenis ini
juga meningkatkan resiko segregasi.

o Silica Fume
Harus sesuai dengan ASTM C1240. Spesifikasi untuk silika fume untuk
digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis. Meningkatkan kohesi
dan daya tahan segregasi, serta mengurangi atau menghilangkan
bleeding tetapi jika terlalu banyak dapat menimbulkan percepatan
pembentukan kerak di permukaan beton, yang akan menghasilkan cold-
joint atau cacat permukaan.

o Aditif lainnya
Metakaolin, pozzolan alami, dan bahan pengisi halus lainnya dapat
digunakan, tetapi akibat-akibat yang ditimbulkan perlu dievaluasi secara
khusus dan hati-hati terhadap akibat jangka pendek dan panjang yang
timbul terhadap beton.
Pemilihan material II-9

2.5 SERAT
Baik serat metalik maupun polymer dapat digunakan.

Serat polymer dapat digunakan untuk membantu mencegah settlement


dan retak/crack akibat plastic shrinkage.

Serat besi maupun serat polymer struktural berukuran panjang digunakan


untuk memodifikasi daktilitas beton yang telah mengeras. Jumlah dan
ukuran panjangnya dipilih berdasarkan ukuran maksimum agregat dan
syarat struktural.

WIKA BETON
Perencanaan campuran beton III-0

00

WIKA BETON
Perencanaan campuran beton III-1

3.1 TATA CARA PEMBUATAN RENCANA


CAMPURAN BETON NORMAL,
SNI T-15-1990-03
a. Penentuan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu
Yaitu kuat tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu
hanya sebesar 5% saja.

b. Penetapan deviasi standar (sd)


Ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran betonnya.

Tabel 3.1 Nilai Deviasi Standar


Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Sd (Mpa)
Memuaskan 2.8
Sangat baik 3.5
Baik 4.2
Cukup 5.6
Jelek 7.0
Tanpa kendali 8.4

WIKA BETON
1). Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa
pada masa yang lalu. Jumlah data hasil uji minimum 30 buah (satu data
hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua silinder yang
dibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari atau
umur pengujian lain yang ditetapkan). Jika jumlah data uji kurang dari
30, maka dilakukan koreksi dengan suatu faktor pengali nilai deviasi
standar.

Tabel 3.2 Faktor Pengali Deviasi Standar


Jumlah Data 30 25 20 15 <15
Faktor Pengali 1.0 1.03 1.08 1.16 Tidak boleh

2). Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa
pada masa yang lalu/bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilai
margin langsung diambil sebesar 12 Mpa.
Perencanaan campuran beton III-2

c. Penghitungan nilai tambah (M)


o Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa, maka langsung ke
Langkah d
o Jika nilai tambah dihitung berdasarkan deviasi standar Sd, maka
dilakukan dengan rumus berikut:
M = k * Sd

Dengan: M = Nilai tambah, Mpa


k = 1.64
Sd = deviasi standar, MPa

d. Penetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan


fcr’ = fc’ + M

Dengan: fcr’ = Kuat tekan rata-rata, MPa


fc’ = Kuat tekan yang disyaratkan, MPa
M = Nilai tambah, Mpa

e. Penetapan jenis semen Portland


Lihat macam-macam semen pada Poin 2.1.b

f. Penetapan jenis agregat


Lihat poin 2.2 dan dipilih agregat alami atau batu pecah.

WIKA BETON
g. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut:
o Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata silinder
beton yang direncanakan pada umur tertentu. Lihat Gambar 3.1

Gambar 3.1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Rata-Rata
Silinder Beton (Sebagai Perkiraan FAS)
Perencanaan campuran beton III-3

o Berdasarkan jenis semen, jenis agregat kasar dan kuat tekan rata-rata yang
direncanakan pada umur tertentu. Lihat Tabel 3.3 dan Gambar 3.2
Langkahnya sebagai berikut:
• Tabel 3.3 Dengan data jenis semen, jenis agregat kasar dan umur
beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton
yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0.5.

Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5
Jenis Umur (hari)
Jenis Agregat Kasar
Semen 3 7 28 91
Alami 17 23 33 40
I, II, V
Batu pecah 19 27 37 45
Alami 21 28 38 44
III
Batu pecah 25 33 44 48

• Gambar 3.2 Lukislah titik A pada Gambar 3.2, dengan FAS 0.5
sebagai absis dan kuat tekan beton yang diperoleh dari Tabel 3.3
sebagai ordinat. Dari titik A dibuat grafik baru yang bentuknya sama
dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya tarik garis
mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata yang
dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik
kebawah untuk mendapatkan FAS yang dicari.

WIKA BETON

Gambar 3.2 Grafik Mencari Faktor Air-Semen


Perencanaan campuran beton III-4

h. Penetapan faktor air semen maksimum


Lihat Tabel 3.4 Jika FAS maksimum ini lebih rendah dari langkah g, maka
FAS maksimum ini yang digunakan.

Tabel 3.4 FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan & Lingkungan


Khusus

Jenis Pembetonan FAS Maksimum


Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan keliling non-korosif 0.60
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan 0.52
oleh kondensasi atau uap korosi
Beton diluar ruang bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 0.55
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik 0.60
matahari langsung
Beton yang masuk kedalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering 0.55
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali Tabel 3.8
dari tanah
Beton yang selalu berhubungan dengan
Tabel 3.9
air tawar/payau/laut

i.
WIKA BETON
Penetapkan nilai slump
Penetapan nilai slump dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan
pembuatan, pengangkutan, penuangan, pemadatan dan jenis strukturnya.
Misal: pengecoran dengan conncrete pump membutuhkan nilai slump
besar, pemadatan dengan vibrator dapat dilakukan dengan nilai slump
yang agak kecil. Lihat Tabel 3.5 sebagai pertimbangan.

Pengukuran Nilai Slump


Perencanaan campuran beton III-5

Tabel 3.5 Penetapan Nilai Slump


Pemakaian Beton Maks Min
Dinding, plat fondasi dan fondasi
12.5 5.0
telapak bertulang
Fondasi telapak tidak bertulang,
9.0 2.5
kaison dan struktur dibawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding 15.0 7.5
Pengerasan jalan 7.5 5.0
Pembetonan masal 7.5 2.5

Tabel 3.6 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter)
Besar Slump (mm)
Ukuran Jenis
Maksimum Batuan 0-10 10-30 30-60 60-180
Kerikil (mm)
10 Alami 150 180 205 225
Batu 180 205 230 250
pecah
20 Alami 135 160 180 195
Batu 170 190 210 225
pecah
40 Alami 115 140 160 175
Batu 155 175 190 205

WIKA BETON
Catatan:
pecah

• Koreksi suhu diatas 20oC, setiap kenaikan 5OC harus ditambah air 5
liter per m3 adukan beton
• Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus
ditambah air ± 10 liter per m3 adukan beton

j. Penetapan besar butir agregat maksimum


Penetapan besar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan nilai
terkecil dari ketentuan pada poin 2.2.c

k. Penetapan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton,


berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat dan slump yang
diinginkan. Lihat Tabel 3.6

Jika menggunakan agregat halus dan agregat kasar dari jenis yang
berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan
diperbaiki dengan rumus:
A = 0.67Ah + 0.33 Ak
Dengan: A = Jumlah air yang dibutuhkan (lt/m3)
Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Ak = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya
Perencanaan campuran beton III-6

l. Hitung berat semen yang diperlukan


Dihitung dengan membagi jumlah air dari Langkah k dengan FAS
yang diperoleh pada Langkah g dan h

m. Hitung kebutuhan semen minimum

Ditetapkan dengan Tabel 3.7-3.9. Kebutuhan semen minimum ini


ditetapkan untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan
khusus, misalnya: lingkungan korosif, air payau dan air laut.

Tabel 3.7 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan


Lingkungan Khusus
Semen
Jenis Pembetonan Minimum
(kg/m3 beton)
Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan keliling non-korosif 275
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh
kondensasi atau uap korosif 325

WIKA BETON
Beton diluar ruang bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari 325
langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari 275
langsung
Beton yang masuk kedalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti- 325
ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Tabel 3.8
Beton yang selalu berhubungan dengan air
Tabel 3.9
tawar/payau/laut
Perencanaan campuran beton III-7

Tabel 3.8 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang
Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3) Kandungan
Dalam Tanah semen minimum Faktor
SO3 (kg/m3) Air
SO3
dalam Semen
dalam air Jenis Semen
Total campuran Ukuran Maks. (FAS)
tanah
SO3 air:tanah Agregat (mm) Maksim
(g/lt)
= 2:1 40 20 10 um
(g/lt)
Tipe I dengan atau 280 300 350
<0.2 <0.1 <0.3 tanpa Pozzolan 0.5
(15-40%)
Tipe I tanpa 290 330 380 0.5
Pozzolan

Tipe I dengan
Pozzolan (15-40%)
0.2-0.5 1.0-1.9 0.3-1.2 Atau 270 310 360 0.55
Semen Portland
Pozzolan

Tipe II atau V

WIKA BETON Tipe I dengan


Pozzolan (15-40%)
Atau
250
340
290
380
430
430
0.55
0.45

Semen Portland
0.5-1.0 1.9-3.1 1.2-2.5
Pozzolan

Tipe II atau V
290 330 380 0.5
1.0-2.0 3.1-5.6 2.5-5.0 Tipe II atau V 330 370 420 0.45
Tipe II atau V dan
>2.0 >5.6 >5.0
lapisan pelindung 330 370 420 0.45
Perencanaan campuran beton III-8

n. Penyesuaian kebutuhan semen


Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari Langkah l ternyata lebih
sedikit daripada Langkah m, maka kebutuhan semen harus dipakai yang
minimum (yang nilainya lebih besar)

o. Penyesuaian jumlah air atau FAS


Jika jumlah semen ada perubahan akibat Langkah n, maka nilai faktor air
semen berubah. Dalam hal ini dilakukan dua cara berikut:
• Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi
jumlah air dengan jumlah semen minimum
• Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen
minimum dengan faktor air semen
Catatan: Cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan
cara kedua akan menaikkan jumlah air yang diperlukan

p. Penentuan daerah gradasi agregat halus


Klasifikasikan daerah gradasi agregat dengan menggunakan Tabel 3.10.

q. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar


Diperlukan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang baik. Pada
langkah ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan berat
agregat campuran. Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar
butir maksimum agregat kasar, nilai slump, FAS dan daerah gradasi
agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan Gambar 3.3-3.5 dapat

WIKA BETON
diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat agregat
campuran

Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton
Bertulang/Prategang Kedap Air
Kandungan semen
minimum
Berhubungan FAS
Tipe Semen
dengan: Maksimum Ukuran Maksimum
Agregat (mm)
40 20
Air tawar 0.50 Semua tipe I-V 280 300
0.45 Tipe I + Pozzolan 340 380
(15-40%)
Atau Semen Portland
Air payau
Pozzolan 290 330

0.50 Tipe II atau V


Air laut 0.45 Tipe II atau V 330 370
Perencanaan campuran beton III-9

Tabel 3.10 Batas Gradasi Pasir


Lubang Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan
Ayakan
1 2 3 4
(mm)
10.00 100 100 100 100
4.80 90-100 90-100 90-100 95-100
2.40 60-95 75-100 85-100 95-100
1.20 30-70 55-90 75-100 90-100
0.60 15-34 35-59 60-79 80-100
0.30 5-20 8-30 12-40 15-50
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15

WIKA BETON
Gambar 3.3 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat
Keseluruhan untuk ukuran Butir Maksimum 10 mm

Gambar 3.4 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat


Keseluruhan untuk ukuran Butir Maksimum 20 mm
Perencanaan campuran beton III-10

Gambar 3.5 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat


Keseluruhan untuk kuran Butir Maksimum 40 mm

r. Berat jenis agregat campuran

WIKA BETON
Bj camp = P/100*bj ag hls + K/100*bj ag ksr

Dengan: Bj camp = Berat jenis agregat campuran


Bj ag hls = Berat jenis agregat halus
Bj ag ksr = Berat jenis agregat kasar
P = Persentase agregat halus terhadap agregat
campuran
K = Persentase agregat kasar terhadap agregat
campuran
Berat jenis agregat halus dan kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan
laboratorium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2.60 untuk
agregat tak dipecah dan 2.70 untuk agregat pecahan
s. Penentuan berat jenis beton
Menggunakan data berat jenis agregat campuran dari Langkah r dan
kebutuhan air tiap meter kubik betonnya, maka dengan grafik pada
Gambar 3.6 dapat diperkirakan berat jenis betonnya. Caranya:
• Dari berat jenis agregat campuran pada langkah q dibuat garis
kurva berat jenis gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang
paling dekat dengan garis kurva pada Gambar 3.6.
• Kebutuhan air yang diperoleh pada Langkah k dimasukkan dalam
Gambar 3.6 dan dari nilai ini ditarik garis vertikal keatas sampai
mencapai kurva yang dibuat pada langkah pertama
• Dari titik potong ini, tarik garis horisontal kekiri sehingga diperoleh
nilai berat jenis beton
Perencanaan campuran beton III-11

t. Kebutuhan agregat campuran


Dihitung dengan cara mengurangi berat beton per meter kubik dikurangi
kebutuhan air dan semen

u. Hitung berat agregat halus yang dibutuhkan, berdasarkan hasil Langkah


q dan r. Kebutuhan agregat halus diperoleh dengan cara mengalikan
kebutuhan agregat campuran dengan persentase berat agregat halusnya

v. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil Langkah r


dan s. Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi
kebutuhan agregat campuran dengan kebutuhan agregat halus.

Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam
keadaan jenuh kering muka, sehingga di lapangan yang pada umumnya
keadaan agregatnya tidak jenuh kering muka, harus dilakukan koreksi
terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi harus dilakukan minimum satu kali
per hari.

Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus berikut:


Air = A-[(Ah-A1)/100]xB-[(Ak-A2)/100]xC
Agregat halus = B+[Ah-A1)/100]xB
Agregat kasar = C+[(Ak-A2)/100]xC

Dengan:
A = Jumlah kebutuhan air (liter/m3)
B
C
Ah
Ak
WIKA BETON
= Jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
= Jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
= Kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%)
= Kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%)
A1 = Kadar air pada agregat halus jenuh kering-muka (%)
A2 = Kadar air pada agregat kasar jenuh kering-muka (%)

Gambar 3.6 Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat


Campuran dan Berat Beton
Perencanaan campuran beton III-12

Untuk mempermudah dapat mempergunakan formulir isian di bawah ini:

Tabel 3.11 Formulir Perancangan Adukan Beton

WIKA BETON
Perencanaan campuran beton III-13

3.2 Tata Cara Perancangan Proporsi Campuran


beton Normal SNI 03-2847-2002 Poin 7.3

14

WIKA BETON

Gambar 3.7 Diagram Air Perancangan Proporsi Campuran Berdasarkan


SNI 03-2847-2002
Perencanaan campuran beton III-14

Kuat tekan rata-rata perlu f’cr ditentukan sebagai dasar pemilihan proporsi
campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau 2
dibawah ini:
f’cr = f’c + 1.34 S......................................(1)
f’cr = f’c + 2.33 S -3.5...............................(2)

Tabel 3.12 Faktor Modifikasi untuk Deviasi Standar Jika Jumlah


Pengujian Kurang Dari 30 Contoh
Faktor Modifikasi untuk Deviasi
Jumlah Pengujian
Standar
<15 contoh Gunakan Tabel 15
15 contoh 1.16
20 contoh 1.08
25 contoh 1.03
30 contoh atau lebih 1.00
Catatan: Interpolasi untuk jumlah pengujian yang berada diantara nilai-nilai
diatas

WIKA BETON
Tabel 3.13 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia Untuk
Menetapkan Deviasi Standar
Persyaratan Kuat Tekan, f’c Kuat Tekan Rata-Rata Perlu, f’cr
MPa MPa
Kurang dari 21 f’c + 7.0
21-35 f’c + 8.5
Lebih dari 35 f’c + 10.0
Perencanaan campuran beton III-15

Pasal 7.3(3(2)) SNI 03-2847-2002, menyebutkan tentang pembuatan proporsi


campuran beton yang diperoleh dari campuran percobaan yang dapat digunakan
jika batas-batas ini dipenuhi:
o Kombinasi bahan yang digunakan harus sama dengan yang digunakan pada
pekerjaan yang akan dilakukan.
o Campuran percobaan yang memiliki proporsi campuran dan konsistensi yang
diperlukan untuk pekerjaan yang akan dilakukan harus dibuat menggunakan
sekurang-kurangnya tiga jenis rasio air-semen yang berbeda-beda untuk
menghasilkan suatu kisaran kuat tekan beton yang mencakup kuat rata-rata
perlu f’cr
o Campuran uji harus direncanakan untuk menghasilkan kelecakan dengan
kisaran ±20 mm dari nilai maksimum yang diizinkan, dan untuk beton dengan
bahan tambahan penambah udara, kisaran kandungan udaranya dibatasi
±0.5% dari kandungan udara maksimum yang diizinkan
o Untuk setiap rasio air-semen, sekurang-kurangnya harus dibuat tiga buah
contoh silinder uji untuk masing-masing umur uji dan dirawat sesuai dengan
SNI 03-2492-1991. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium. Silinder harus diuji pada umur 28 hari atau pada umur uji yang
ditetapkan untuk penentuan f’c
o Dari hasil uji silinder tersebut harus diplot kurva yang memperlihatkan
hubungan antara rasio air-semen atau kadar semen terhadap kuat tekan
pada umur uji yang ditetapkan

WIKA BETON
o Rasio air-semen maksimum atau kadar semen minimum untuk beton yang
akan digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan harus seperti yang
diperlihatkan pada kurva untuk menghasilkan kuat rata-rata yang sesuai
dengan syarat-syarat diatas, kecuali bila rasio air semen yang lebih rendah
atau kuat tekan yang lebih tinggi disyaratkan sesuai Pasal 6 SNI 03-2847-
2002.

Pasal 6 SNI 03-2847-2002. Persyaratan Keawetan Beton


6.1 Rasio air-semen
Rasio air semen yang disyaratkan pada Tabel 3.14 dan Tabel 3.15 harus
dihitung menggunakan berat semen, sesuai dengan ASTM C150, ASTM
C595 M atau ASTM C845 ditambah dengan berat abu terbang dan
pozzolan lainnya sesuai dengan ASTM C618, kerak sesuai dengan ASTM
C989 dan silica fume sesuai dengan ASTM C1240 bilamana digunakan.
Perencanaan campuran beton III-16

6.2 Pengaruh lingkungan

Tabel 3.14 Persyaratan Beton untuk Lingkungan Khusus


Rasio air- f’c
Kondisi Lingkungan semen minimum2
maksimum1 MPa
Beton dengan permeabilitas rendah
0.50 28
yang terkena pengaruh lingkungan air
Untuk perlindungan tulangan terhadap
korosi pada beton yang terpengaruh
0.40 35
lingkungan yang mengandung klorida
dari garam atau air laut

Catatan:
1. Dihitung terhadap berat dan berlaku untuk beton normal
2. Untuk beton berat normal dan beton berat ringan

WIKA BETON

Struktur Pelabuhan,: Salah Satu Contoh Beton dalam Pengaruh Air Laut

6.3 Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat


o Beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat
yang terdapat dalam larutan atau tanah harus memenuhi pada
Tabel 3.15, atau harus terbuat dari semen tahan sulfat dan
mempunyai rasio air-semen maksimum dan kuat tekan minimum
sesuai dengan Tabel 3.15
Perencanaan campuran beton III-17

Tabel 3.15 Persyaratan untuk Beton yang Dipengaruhi oleh Lingkungan


Yang Mengandung Sulfat
Sulfat
(SO4)
f’c
Dalam Rasio Air-
Sulfat minimum
Tanah Semen
Papara (SO4) (Beton
yang Maksimum
n Dalam Air berat
Dapat dalam
Lingku- Jenis Semen normal
Larut Berat
ngan Mikron dan
Dalam Air (Beton
Sulfat gram per ringan)
Berat
gram
Persen Normal)
MPa
terhadap
berat
Ringan 0.00-0.10 0-150 - - -
II,IP(MS),
IS(MS),P(MS)
Sedan
0.10-0.20 150-1500 , 0.5 28
g
I(PM)(MS),
I(SM)(MS)*
1500- V
Berat 0.20-2.00 0.45 31
1000

WIKA BETON
Sangat
>2.00 >10000 V+Pozzolan 0.45 31
berat
Catatan:
*Semen campuran sesuai ketentuan ASTM C595
Perencanaan campuran beton III-18

6.4 Perlindungan tulangan terhadap korosi


o Tulangan didalam beton harus diberikan perlindungan terhadap korosi,
maka konsentrasi ion klorida maksimum yang dapat larut dalam air
pada beton keras umur 28-42 hari tidak boleh melebihi batasan pada
Tabel 3.15. Bila dilakukan pengujian untuk menentukan kandungan ion
klorida yang dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai ASTM
C1218
o Persyaratan nilai rasio air-semen dan kuat tekan beton pada Tabel 3.14
dan persyaratan tebal selimut beton pada pasal 9.7 SNI 03-2847-2002
harus dipenuhi apabila beton akan berada pada lingkungan yang
mengandung klorida yang berasal dari air garam, air laut atau cipratan
dari sumber garam tersebut. Untuk tendon kabel prategang tanpa
lekatan dapat dilihat ketentuannya pada Pasal 20.16 SNI 03-2847-2002.

Pasal 7.4 SNI 03-2847-2002. Menyebutkan tentang perancangan campuran


tanpa berdasarkan data lapangan atau campuran percobaan.
o Jika data hasil uji pekerjaan beton sebelumnya tidak tersedia, maka
proporsi campuran beton harus ditentukan berdasarkan percobaan atau
informasi lainnya, bilaman hal tersebut disetujui oleh pengawas lapangan.
Kuat tekan rata-rata perlu, f’cr beton yang dihasilkan dengan bahan yang

WIKA BETON
mirip dengan yang akan digunakan harus sekurang-kurangnya 8.5 Mpa
lebih besar daripada f’c yang disyaratkan. Alternatif ini tidak boleh
digunakan untuk beton dengan kuat tekan yang disyaratkan lebih besar
dari 28 Mpa.
o Campuran beton yang dirancang menurut butir ini harus memenuhi
persyaratan keawetan pada Pasal 6 (diatas) dan kriteria pengujian kuat
tekan pada Pasal 7.6 SNI 03-2847-2002
Pelaksanaan IV-0

WIKA BETON
Pelaksanaan IV-1

4.1 PENCAMPURAN/MIXING

a. Site-Mix

1. Standar pencampuran ini hanya untuk beton normal (dengan berat jenis
2200 kg/m3-2500 kg/m3) dan tidak menggunakan bahan tambahan.
Pencampuran dengan bahan tambahan diatur oleh petunjuk
penggunaan bahan tambahan yang digunakan.
2. Alat pencampur yang digunakan harus mempunyai alat pemutar
dengan mesin, baik mollen, winget, pan mixer atau batching plant, yang
dibagi dalam dua golongan, yaitu:
• Golongan 1: Mesin pencampur dengan blade berputar sendiri,
contoh: pan mixer dan batching plant
• Golongan 2: Mesin pencampur dan blade berputar bersamaan,
contoh: mollen dan winget

WIKA BETON
Pencampuran
a. Semua bahan beton harus diaduk secara seksama hingga campuran
seragam dan harus dituangkan seluruhnya sebelum pencampur diisi
kembali.

b. Outlet mixer jangan sampai menimbulkan segregasi waktu beton


dituang.

c. Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan


SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai atau ASTM C685.
Spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume dan
pencampuran menerus.
Pelaksanaan IV-2

d. Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai


berikut:
1) Urutan pemasukan material kedalam mesin pencampur harus
dimulai dengan agregat kasar, agregat halus kemudian semen.
Setelah semen dimasukkan, putar mesin pengaduk selama 1/2
menit kemudian baru dimasukkan air (air dan bahan tambahan,
bila tidak terdapat ketentuan lain tentang penggunaan bahan
tambahan). Kemudian lakukan pengadukan sesuai waktu yang
ditentukan.
2) Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang
disarankan oleh pabrik pembuat. Jika tidak ada, dapat
menggunakan pendekatan pada Tabel 4.1
3) Pencampuran harus dilakukan secara terus-menerus selama
sekurang-kurangnya 1,5 menit (lihat Tabel 4.1) setelah semua
bahan berada dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat
diperlihatkan bahwa waktu yang lebih singkat dapat memenuhi
persyaratan uji keseragaman campuran SNI 03-4433-1997.
Spesifikasi beton siap pakai.
4) Pengolahan, penakaran dan pencampuran bahan harus
memenuhi aturan yang berlaku pada SNI 03-4433-1997.
Spesifikasi beton siap pakai.
5) Catatan rinci harus disimpan dengan data-data yang meliputi:
o Jumlah adukan yang dihasilkan

WIKA BETON
o Proporsi bahan yang digunakan
o Perkiraan lokasi pengecoran pada struktur
o Tanggal serta waktu pencampuran dan pengecoran

Tabel 4.1 Standar Waktu Minimum Pemutaran Alat Pencampur Beton


Jenis Mesin Kapasitas Maksimum Lama Pencampuran
3
Pencampur (m ) Minimum (menit)
<1.0 1.5
1.0-2.5 2.0
Blade berputar sendiri 2.5-3.0 2.5
3.0-5.0 3.0
5.0-7.0 3.5
Blade berputar
bersamaan dengan 0.5 3.0
mesin

e. Toleransi berat pencampuran bahan beton:


o Semen dan air +/-2%
o Pasir +/-3%
o Agregat kasar +/-5%
o Air +/-2%
o Aditif +/-5%
Pelaksanaan IV-3

b. Ready-Mix

Penggunaan Beton pra-campur/ready-mix terutama digunakan untuk


pengecoran jumlah besar yang biasanya melayani proyek-proyek pada
skala besar atau melayani proyek-proyek di perkotaan. Penggunaan beton
pra-campur mengeliminasi waktu mixing oleh kontraktor, karena beton tiba
di lapangan dalam keadaan siap-tuang, yang perlu mendapat fokus
perhatian pada beton ini adalah kualitas beton dan penanganan di
lapangan.

1. Kontrol Kualitas
Dalam melakukan kontrol kualitas beton ready-mix, hal yang
penting adalah melakukan kontrol volume semen pada mix-design sebab
komponen semen merupakan komponen yang paling mahal dari
komposisi ready-mix.
Pada pengecoran dengan volume besar, kemungkinan terjadi
adanya kesalahan dalam keseragaman mutu yang disebabkan karena
kurang cermatnya operator instalasi berhubung banyaknya pengiriman di
berbagai tempat dengan mutu atau spesifikasi yang berbeda.
Dalam melakukan kontrol workabilitas beton sebelum dituang,
maka prosedur berikut dapat dilakukan:
a. Pastikan bahwa beton telah tercampur secara merata di dalam truk

WIKA BETON
mixer
b. Ambilah contoh bahan uji secukupnya
c. Lakukan uji slump pada contoh bahan uji tersebut
d. Bilamana hasilnya memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka
muatan harus diterima. Tetapi bila hasilnya diluar batas, ambilah
kembali contoh bahan uji dari truk yang sama untuk dilakukan test
slump lagi
e. Bila tidak memenuhi, maka beton harus ditolak

2. Penanganan Beton Pra Campur di Lapangan


a. Site yang dilalui dan tempat parkir truk mixer harus kuat dan
mampu menahan muatan penuh dari truk pencampur yang
beratnya sekitar 24 ton, dan jelas bahwa jalanan ini harus lebih
kuat daripada yang diperlukan untuk lalu lintas biasa di lapangan.
Sehingga akan lebih ekonomis untuk membuat jalan masuk yang
memadai di awal pekerjaan, daripada pekerjaan ”tambal sulam”
permukaan tanah yang lemah. Disarankan untuk keadaan umum,
memberi perkerasan inti yang sangat padat setebal 200 mm atau
yang ekuivalen
b. Truk yang berjalan dekat sisi galian harus diperhatikan. Galian perlu
ditopang dengan baik untuk mencegah runtuhnya sisi galian akibat
berat kendaraan.
Pelaksanaan IV-4

4.2 PENGANGKUTAN

a. Semua peralatan untuk pengangkutan harus bersih.

b. Tidak boleh terjadi segregasi dan hilangnya plastisitas campuran


selama proses pengangkutan.

c. Diusahakan tidak timbul laitance/kelembapan tinggi diatas beton segar.

WIKA BETON
d. Waktu keluar dari batching sampai penuangan selesai tidak boleh lebih
dari 1,5 jam atau waktu total sampai dengan pengecoran selesai tidak
lebih dari tiga jam dan nilai slump masih memenuhi syarat
Pelaksanaan IV-5

4.3 PERSIAPAN LOKASI

a. Persiapkan site dengan baik, termasuk pada joint bekisting, pastikan


bahwa penempatan tulangan sudah benar (jika ada), pastikan
bekisting sudah rata, kuat dan tersangga dengan benar.

b. Semua sampah, kotoran dan genangan air harus dihilangkan dari


cetakan yang akan diisi beton.

c. Cetakan harus dilapisi zat pelumas permukaan sehingga mudah


dibongkar.

WIKA BETON
d. Bila ada bagian yang menggunakan batu bata, bagian dinding bata
pengisi yang akan bersentuhan dengan beton segar harus dalam
kondisi basah.

e. Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang mengganggu.

f. Sebelum beton dicor, air harus dibuang dari tempat pengecoran,


kecuali bila digunakan tremie.

g. Semua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang
kualitasnya kurang baik harus dibersihkan sebelum pengecoran
lanjutan dilakukan pada permukaan beton yang telah mengeras.

h. Pengecoran diatas beton lama/batuan harus dibersihkan, dikasari,


dibasahi dan dilapisi dengan mortar/semen yang dibuat dengan
menggunakan air dan semen yang sama dengan yang dicor dan nilai
slump 15 cm terlebih dahulu, setebal 4-10 cm untuk mencegah lubang-
lubang dan menciptakan ikatan yang rapat. Atau gunakan bonding
agent.

i. Penundaan pengecoran ketika beton sudah siap di cor menyebabkan


penurunan kualitas akhir. Pastikan semua kegiatan diatas sudah
terlaksana sebelum beton siap dicor.
Pelaksanaan IV-6

4.4 PERALATAN PENGECORAN

a. Agitator Truck

• Agitator truck biasanya dipakai untuk mengirim beton ready-mix,


dengan drum yang berputar untuk mencegah beton mengalami setting,
berbeda dengan truck mixer yang mencampur beton sekaligus
mengangkutnya. Spesifikasi mixer dapat dilihat pada Poin 4.1 (diatas)
• Kontraktor harus mengecek nilai slump dari tiap batch individual untuk
mengetahui keseragaman konsistensi beton. Bila test ini
mengindikasikan adanya variasi nilai slump melebihi 50 mm, agitator
disarankan untuk tidak digunakan sampai kondisi tersebut diperbaiki
• Agitator harus terawat baik, dan tidak ada akumulasi beton keras dan
mortar didalamnya, blade dan setiap bagiannya harus diganti bila telah
aus sebesar 25 mm dari design pabriknya
• Beton harus sampai di site dan penuangan harus diselesaikan dalam
waktu 1.5 jam setelah air dimasukkan dalam campuran semen dan
agregat.

Dibawah ini diuraikan kapasitas dan spesifikasi rata-rata dari beberapa


agitator truck di pasaran:

WIKA BETON
Kapasitas geometris drum
Kapasitas pencampuran
Kecepatan putar drum
Tekanan water system
: 8-14
: 5-8
: 0-18
: 2 bar
m3
m3
rpm

Volume water tank : 400-600 liter


Berat agitator truck kosong : 2800-3200 kg
Kecepatan maksimum : 60 km/jam

Satuan panjang: mm
Pelaksanaan IV-7

b. Concrete Pump

• Concrete pump diperlengkapi dengan pipa yang panjangnya tergantung


jangkauan horisontalnya
• Ukuran maksimum agregat yang dapat dipompa hingga 63 mm (tetapi
tergantung juga pada spesifikasi pabrik)
• Diperlengkapi agitator pada feeding hopper-nya untuk mencegah beton
mengalami setting dan segregasi di lubang penyerapan
• Biasanya diperlengkapi dengan 3-5 section untuk Z-boom

Spesifikasi rata-rata alat:


O
Temperatur pengecoran optimal : -20 s.d +40 C
Jangkauan vertikal : 16-58 m
Jangkauan horizontal : 13-53 m
Kedalaman jangkauan : 8-42 m
Tinggi alat dalam keadaan terlipat : 4.1-15.4 m
Output : 48-154 m3/jam
Tekanan dalam pipa : 71-130 bar
Diameter pipa : 200x1400 – 280x2100 mm
Stroke : 18-34 per
menit

WIKA BETON
c. Tremie

• Metode pengecoran beton didalam air melalui pipa atau tabung, tremie dapat
rigid maupun fleksibel
• Beton dialirkan secara gravitasional dengan mesin pengaduk beton yang
mengalirkan beton melalui bagian atas pipa atau dengan disambungkan secara
langsung melalui concrete pump
• Pengecoran dengan tremie bertujuan menghasilkan penuangan menerus yang
monolitik dibawah air tanpa menyebabkan turbulensi
Pelaksanaan IV-8

Syarat pengecoran dengan tremie:


• Diameter minimum 250 mm
• Penetrasi tremie sekitar 3-4 inchi atau 8-10 cm
• Kadar semen minimum 7 sack tiap kubik yard/0.76 m3
• Slump berkisar 6-9 in
• Penuangan beton dan maneuver tremie harus dilakukan secara hati-
hati
• Pengantaran/ pengangkutan beton harus tiba ditempat tujuan dalam
jumlah yang cukup dan tepat waktu

d. Placing Boom

• Berupa tower yang terdiri dari substruktur turbular, kolom vertikal dan
boom/lengan yang dapat mengeluarkan aliran beton segar ke formwork
struktur
• Adanya instalasi alat untuk climbing dengan sistem hidrolis yang
dioperasikan dengan kabel remote control
• Placing boom dapat ditambah tingginya seiring dengan naiknya struktur
bangunan dan dapat berdiri hingga 100 ft (30.48 m) tanpa diikat pada
apapun
• Pergerakan angular pada boom joint-nya besar, sehingga dapat
menjangkau berbagai lokasi yang relatif luas

WIKA BETON
Diperlukan 40 ft container untuk pengangkutan boom

Spesifikasi rata-rata alat:


Jangkauan horizontal : 16-50 m
Berat alat : 4050-9650 kg
Jumlah section dalam satu lengan : 4-5 buah
Pelaksanaan IV-9

e. Internal Vibrator

Pemilihan vibrator agar menghasilkan beton berkualitas adalah:


• Pilihlah vibrator terbesar dari kelasnya yang sesuai untuk jenis pekerjaan
• Hal penting yang perlu diperhatikan: udara terperangkap bergerak keatas
dalam campuran mulai 1-3 inch per detik (1 inch, pada nilai slump 0, 3
inch pada nilai slump 4-5 inch)

Spesifikasi umum rata-rata dari beberapa vibrator, antara lain:


Diameter head : 38-65 mm
Panjang vibrator : 345-490 mm
Berat : 2.2-9.2 kg
Protective hose : 4-5 m
Berat pengoperasian : 10.5-22.5 kg
Diameter pemadatan efektif
(tergantung konsistensi beton) : 50-120 cm
Getaran : 11000-14000 VPM

Lihat juga Bab VI Pengetahuan Beton Pracetak, Subbab Pemadatan. Pada Bab
tersebut diuraikan beberapa macam peralatan pemadatan yang dipakai pada
produksi beton pracetak, seperti: meja getar dan external vibrator.

WIKA BETON
½ dari radius penggetaran

Benar Salah

Internal Vibrator dengan Generator


Pelaksanaan IV-10

Vibrator tanpa Generator

4.5 PENGECORAN

Cara pengecoran dan pemadatan yang baik, akan menghasilkan ikatan yang
kuat antara pasta semen dan agregat serta akan mengisi bekisting secara
sempurna. Kedua faktor tersebut diatas berperan penting dalam memberikan
kekuatan dan tampilan terbaik pada beton yang dihasilkan.

WIKA BETON
Beton yang Tidak Boleh Digunakan
a. Beton yang telah mengeras sebagian/terkontaminasi bahan lain.

b. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang
setelah pengikatan awal, kecuali bila disetujui pengawas lapangan.

Pedoman Umum
a. Kontrol temperature-Jika memungkinkan, hindari pengecoran pada
cuaca yang panas, kering dengan kelembapan rendah atau cuaca
yang terlalu dingin dan berangin keras. Jika cuaca diprediksi akan
panas, kering atau berangin, maka subgrade/bekisting tempat beton
akan diletakkan harus dibasahi agar lembab.
Pastikan setiap langkah pekerjaan telah dipersiapkan dengan baik,
karena pada kondisi cuaca seperti diatas, tidak tersedia banyak waktu
untuk pengecoran, pemadatan, finishing dan perawatan beton.
Pelaksanaan IV-11

b. Segregasi-Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya


untuk menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali
atau akibat pengaliran.

c. Kontinu-Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut


harus dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel
atau penampang sampai batasnya atau sambungan yang ditetapkan
dan hindarkan terjadinya cold-joint.

d. Kontrol posisi-Kecepatan pengecoran harus sedemikian hingga agar


beton tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengisi
ruang diantara tulangan, seluruh celah dan masuk hingga ke sudut
cetakan tetapi tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting serta
embedded material.

e. Kecepatan pengecoran-Untuk menghindari tekanan yang berlebihan


pada bekisting pada proyek-proyek besar, kecepatan pengecoran tidak
lebih dari 1,2 m vertikal tiap jamnya kecuali untuk kolom. Untuk
mencegah retak-retak, interval antara pengecoran slab, balok, dan
girder dengan pengecoran kolom dan dinding yang mendukungnya
minimal 4 jam, tetapi yang terbaik adalah 24 jam.

WIKA BETON

Cold-joint

f. Siar Pelaksanaan-Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan


harus dibuat sesuai Subbab 8.4 SNI 03-2847-2002

g. Pengecoran berlapis-setiap lapisnya dibatasi maksimal setebal 50 cm


dengan satu kali operasi (ketebalannya tergantung dari tipe konstruksi,
ukuran bekisting dan jumlah tulangan) dan harus dipadatkan terlebih
dahulu sebelum pengecoran lapisan selanjutnya untuk mencegah
terjadinya lubang-lubang (sarang lebah). Lapisan selanjutnya segera
harus dituang sebelum lapisan sebelumnya mengalami pengikatan
awal.
Pelaksanaan IV-12

Hindarkan terjadinya over vibrate saat pemadatan lapisan, karena akan


menyebabkan segregasi dan permukaan yang lemah.

h. Tinggi jatuh maksimum-Jika menggunakan concrete pump, pengecoran


langsung dari mixer truck, menggunakan cerobong ataupun kereta
dorong, pastikan bahwa beton segar dituang secara vertikal dengan
ketinggian maksimum pengecoran adalah 1,5 m untuk mencegah
terjadinya lubang-lubang pada beton yang dihasilkan.

Teknik Pengecoran (lihat Gambar 4.1)

WIKA BETON
a. Pengecoran dinding
o Pengecoran dimulai dari ujung bergerak ke tengah untuk mencegah
air berkumpul pada sudut dan tepi bekisting.
o Berikan kelebihan cor setinggi sekitar 5 cm dari bekisting dan
pindahkan kelebihan tersebut sebelum beton mengeras agar didapat
permukaan yang rata dan bersih.
o Sebelum pengecoran selanjutnya, berikan lapisan mortar seperti pada
poin 4.3.h

b. Site datar
o Pengecoran dimulai dari sudut bekisting paling jauh dan bergerak ke
arah suplai beton, dimana beton dicampur atau dikirim (mixer truck).
o Jangan mengecor pada titik-titik yang berbeda dan mengeruk titik-titik
tersebut secara horisontal untuk meratakan dan menggabungkan agar
mengisi bekisting pada posisi akhirnya, hal ini dapat menyebabkan
segregasi.

c. Site miring/dengan slope tertentu


o Pengecoran dimulai dari titik terendah, bergerak naik ke arah yang
lebih tinggi sehingga berat beton cor-coran di titik yang lebih tinggi
akan memadatkan beton yang telah dicor sebelumnya. Penggunaan
campuran yang lebih kental lebih dianjurkan.
o Jika area pengecoran luas dan kemiringannya curam serta akses
terbatas, concrete pump adalah solusi paling praktis untuk
menghemat waktu, energi dan kenyamanan
Pelaksanaan IV-13

Benar Salah
2. Pengecoran Beton pada Bagian Atas
Bekisting Dinding

WIKA BETON
Benar Salah
3. Pengecoran Beton pada Site Datar
Benar Salah
1. Pengecoran Beton pada Bagian Bawah
Bekisting Dinding

Benar Salah
4. Pengecoran Beton pada Site Miring

Gambar 4.1 Teknik Pengecoran


Pelaksanaan IV-14

Pengecoran pada temperatur udara tinggi:

Jika temperatur harian >35o Celcius , maka diusahakan pengecoran


dilakukan pada malam hari, atau dilakukan upaya khusus pada proses
pencampuran, seperti :
z Pendinginan material dengan siraman air
z Melindungi semua material dan lokasi pengecoran dari sinar matahari,
misalnya dengan menggunakan tenda
z Mengecat tangki penyimpan air dengan warna putih (tidak menyerap
panas)
z Mendinginkan air pencampur beton, atau mencampur dengan es atau
air chiller
z Menyemprot acuan/bekisting dengan air
z Melindungi beton selama pengangkutan dan pengecoran terhadap sinar
matahari

WIKA BETON
Pelaksanaan IV-15

4.6 PEMADATAN/COMPACTING

Pemadatan dilakukan pada semua pembetonan kecuali beton yang


dicor didalam air. Pemadatan mengeliminasi lubang-lubang dan
membuat agregat halus mengisi cetakan dan membentuk permukaan
yang halus, sehingga beton dapat mencapai kekuatannya,
durabilitasnya dan homogenitasnya.

Kapan Pemadatan Dapat Dimulai?


Segera setelah beton dituangkan dan beton masih dalam kondisi plastis
(workable)

Pedoman Umum

a. Pemadatan dapat dilakukan secara manual (menggunakan sekop,


tongkat atau tamper) maupun mekanis (menggunakan vibrator), tapi
yang terbaik adalah secara mekanis. Peralatan pemadatan harus
dapat mencapai dasar cetakan dan cukup kecil agar dapat masuk
ke celah-celah tulangan.

b.

c.
WIKA BETON
Pemadatan tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting dan
embedded material.

Pemadatan tidak boleh menimbulkan ruang kosong akibat gaya


gravitasi.

Teknik Pemadatan

a. Pemadatan manual
o Masukkan alat pemadat kedalam bekisting, pada lapisan yang
baru saja dituangkan dan beberapa inchi hingga lapisan
dibawahnya.
o Gerakkan alat pemadat hingga agregat kasar menghilang dan
masuk kedalam beton.

Ujung pipa:
sambungan
dan rata

Gambar 4.2 Pemadatan Manual


Pelaksanaan IV-16

Hindarkan hal-hal berikut ini untuk mencegah segregasi:

o Jangan menggunakan vibrator bila adukan dapat dipadatkan dengan


mudah dengan hanya menggunakan pemadatan manual
o Jangan menggunakan vibrator untuk beton dengan nilai slump lebih dari
5 inchi.
o Jangan menggunakan vibrator untuk meratakan beton didalam bekisting

b. Pemadatan mekanis (Internal Vibrator)


o Masukkan alat pemadat hingga kedalaman kira-kira 45 cm. Untuk
beton air entrained selama 5-10 detik dan untuk beton non-air
entrained selama 10-15 detik. Lamanya pemadatan tersebut
tergantung pada nilai slump-nya.
o Padatkan secara merata dengan membuat sejumlah kecil area
pemadatan yang overlap dan jika memungkinkan, biarkan vibrator
berdiri secara vertikal dan biarkan turun dengan sendirinya akibat
gravitasi kedalam beton.
o Vibrator tidak hanya bergerak pada lapisan yang baru saja dicor,
tetapi juga menembus hingga >10cm kedalam lapisan dibawahnya
(yang sudah terlebih dahulu dicor) untuk menjamin terbentuknya
ikatan yang baik antar lapisan.
o Pemadatan yang layak telah tercapai jika lapisan tipis mortar muncul
kepermukaan disekitar diseluruh bekisting dan agregat kasar
menghilang kedalam beton atau pasta semen mulai nampak

WIKA BETON
disekitar tongkat vibrator dan gelembung udara beton naik ±30 detik.
o Tariklah vibrator secara vertikal dengan kecepatan yang sama saat
turun kedalam adukan beton secara gravitasional.

Tabel 4.2 Getaran Minimum dengan


Internal Vibrator

Diameter Getaran Minimal


(RPM)
> 80mm 8.000
< 80 mm 12.000

Sebelum Pemadatan Setelah Pemadatan

Gambar 4.3 Pemadatan Mekanis


Pelaksanaan IV-17

4.7 FINISHING
Proses finishing dilakukan untuk memperoleh permukaan beton dengan
efek-efek tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kasus tertentu,
finishing dapat hanya berupa koreksi terhadap cacat permukaan, mengisi
lubang-lubang atau membersihkan permukaan. Beton yang tidak
memerlukan finishing permukaan, kadangkala hanya membutuhkan
screeding untuk memperbaiki kontur.

Macam Finishing:

a. Screeding
b. Hand Tamping
c. Floating
d. Edging
e. Trowelling
f. Brooming
g. Grinding
h. Sack-Rubbed Finish
i. Exposed Aggregate Finish

WIKA BETON
Kapan Finishing Dapat Dimulai?
Saat beton (yang telah dipadatkan sebelumnya) dapat menyangga beban
satu orang yang berdiri diatasnya dengan hanya meninggalkan sedikit
bekas pada permukaannya.

a. SCREEDING

Dilakukan untuk memperoleh elevasi/ketinggian yang diinginkan pada


pengecoran slab, trotoar atau jalan.

a. Screeding Manual
Menggunakan sebuah alat yang disebut screed, dengan bagian
bawah alat datar dan rata untuk menghasilkan permukaan yang
rata atau lengkung untuk menghasilkan permukaan lengkung.
Teknik sceed yang baik:
o Gerakkan screed maju dan mundur melintang dipermukaan
beton seperti gerakan menggergaji
o Dalam satu gerakan, gerakkan screed maju sekitar 1 inchi
disepanjang bekisting
o Jika screed ‘mencongkel’ permukaan beton, (yang mungkin
terjadi pada beton air entrained karena sifatnya yang lengket)
kurangilah kecepatan maju screeding atau lapisi bagian bawah
screed dengan logam
o Lakukan kembali screeding untuk kedua kali untuk membuang
permukaan beton yang bergelombang akibat screeding
sebelumnya
Pelaksanaan IV-18

Screeding yang optimal dilakukan oleh 3 orang (tidak termasuk


operator vibrator), dua dari pekerja mengoperasikan screed
sedangkan pekerja ketiga membuang kelebihan beton dari bagian
depan screed. Kecepatan screeding yang dihasilkan dengan cara
ini adalah 200 ft2/jam

b. Screeding Mekanis
Umumnya digunakan untuk pekerjaan perkerasan jalan raya, dek
jembatan dan slab. Alat ini memiliki vibrator dan dapat digunakan

WIKA BETON
untuk beton kuat tekan tinggi dan memiliki nilai slump rendah.
Keuntungan menggunakan screeding mekanis ini adalah
menghasilkan beton yang kuat dengan kepadatan yang lebih besar,
finishing yang lebih rapi, mengurangi perawatan (mengeliminasi
perlunya floating dan hand tamping) dan menghemat waktu dengan
kecepatan operasi yang tinggi. Alat ini terdiri dari beam dan mesin
berbahan bakar bensin, atau motor listrik dan penggetar mekanis
yang dipasang ditengah beam. Kebanyakan alat jenis ini cukup
berat, maka dilengkapi dengan roda untuk membantu
memindahkan, tetapi terdapat pula screed mekanis yang ringan dan
dapat diangkat oleh dua orang pekerja. Kecepatan mengoperasikan
tergantung secara langsung oleh nilai slump, makin besar nilai
slump adukan, makin besar kecepatannya.Teknik screeding
dengan alat ini adalah:
o Tidak boleh ada gerakan menyilang dari beam
o Tuangkan beton pada jarak 4-6 m didepan screed dan pastikan
beton yang cukup telah siap didepan screed dengan ketinggian
dibawah screed beam
o Screed kemudian dioperasikan oleh dua pekerja pada kedua
ujungnya
o Jika pada permukaan beton muncul rongga atau lubang setelah
screed melewati lapisan itu, maka lubang tersebut harus segera
diisi dengan beton segar dan screed kemudian diangkat dan
dipindahkan kebelakang untuk pass kedua kali
Pelaksanaan IV-19

Gambar 4.4 Alat Screed Mekanis

Bila saat screeding, terjadi bleeding, jangan menggunakan


pasir/semen untuk menyerap kelebihan air akibat bleeding karena
akan melemahkan permukaan yang telah mengeras, pindahkan
genangan air dengan menarik pipa selang diatas permukaan beton
atau saat mix desain gunakan bahan aditif air entraining.

b. HAND TAMPING

WIKA BETON
Dilakukan setelah screeding. Digunakan untuk memadatkan beton
menjadi sebuah massa yang padat dan membuat agregat kasar
dengan ukuran partikel besar turun kebawah permukaan, sehingga
memungkinkan finishing permukaan dapat dilakukan sesuai
keinginan. Alat ini hanya digunakan untuk beton dengan nilai
slump rendah. Setelah hand tamping dilakukan, dapat langsung
dilanjutkan dengan floating.

Dapat digunakan untuk:


Pinggiran kolam, driveways, patio, entry dan courtyard
Pelaksanaan IV-20

Gambar 4.5 Alat Hand Tamping

c. FLOATING

Jika menginginkan permukaan beton yang lebih halus daripada yang


diperoleh dengan screeding, maka permukaan harus dihaluskan dengan
raskam (float) kayu atau aluminium magnesium. Setelah beton sebagian

WIKA BETON
mengeras, floating dapat dilakukan untuk kedua kalinya agar didapat
permukaan yang lebih halus.

Kapan Floating Dapat Dilakukan?


Segera setelah kilau air menghilang dari permukaan beton,
untuk mencegah retak dan pengelupasan beton

Raskam Kayu & Magnesium Alat Float Bertangkai

Gambar 4.6 Floating


Pelaksanaan IV-21

Hindarkan floating yang berlebihan pada beton yang masih plastis, karena
akan membuat air dan pasta semen yang berlebihan naik ke permukaan
karena material ini membentuk lapisan tipis yang akan cepat aus dan
mengelupas saat penggunaan.

d. EDGING

Semua tepi dari slab yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya
harus dihaluskan dengan sebuah edger. Alat ini membuat bagian tepi
beton menjadi lengkung dan tidak tajam. Proses ini membuat beton
lebih rapi dan mencegah pecahnya tepi beton.

WIKA BETON Gambar 4.7 Edger

Kapan Edging Dapat Dilakukan?


Dimulai saat kilau air mulai menghilang dari permukaan.

e. TROWELLING

Trowelling dimulai setelah kilau air menghilang dari permukaan beton


setelah proses floating dan beton telah cukup keras.

Trowelling yang terlalu awal cenderung mengurangi keawetan beton,


sebaliknya, trowelling yang tertunda mengakibatkan permukaan terlalu
keras untuk dapat dikerjakan dengan baik.
Titik-titik air harus dihindari, jika titik-titik air muncul, pekerjaan finishing
tidak boleh dilanjutkan hingga air terserap lebih dulu, menguap atau
dibersihkan.
Pelaksanaan IV-22

a. Trowel Baja
o Gerakkan trowel dengan gerakan lengkung dan permukaan
trowel berhadapan secara datar dengan beton
o Lakukan trowelling untuk kedua kalinya setelah beton cukup
keras sehingga tidak ada mortar yang menempel pada trowel
dan suara berdering dihasilkan saat trowel melewati permukaan
beton
o Pada trowelling yang kedua kali, trowel harus sedikit dimiringkan
sedikit dan gunakan tekanan yang kuat untuk beton yang sudah
padat sepenuhnya

WIKA BETON Gambar 4.8 Trowel Baja

b. Trowel Mekanis
Digunakan untuk flat slab dengan kekakuan yang konsisten. Alat ini
dilengkapi dengan seperangkat float blade diantara steel blade-nya,
jadi floating dapat sekaligus dilakukan. Beton harus diatur sedemikian
rupa agar dapat menahan berat mesin dan operator. Meskipun
operasi alat ini lebih cepat daripada proses manual, tetapi tidak
semua tipe konstruksi dapat menggunakannya dan harus mengacu
pada pedoman operasi dan perawatan alat yang dibuat oleh
pabriknya.
Pelaksanaan IV-23

f. BROOMING

Permukaan yang tidak licin pada beberapa lantai dan trotoar dapat
diperoleh dengan proses ini sebelum beton mengeras sepenuhnya.
Dilakukan setelah floating.

Hasil Brooming Motif Geometris

Hasil Brooming Motif Persegi

Untuk menciptakan pola lengkung, berombak, herringbone

WIKA BETON
bahkan lingkaran

o Jika tidak menginginkan alur yang besar, dapat menggunakan


sikat halus setelah satu kali trowelling
o Jika alur yang besar/kasar diinginkan, dapat menggunakan sapu
kaku yang terbuat dari kawat baja/serat kasar.
o Untuk lantai beton jalan (parkiran misalnya), arah alur yang
dihasilkan harus pada sudut yang benar terhadap arah lalu lintas

Hasil Brooming motif Lengkung


Pelaksanaan IV-24

g. GRINDING

Bila proses ini diinginkan untuk lantai beton, harus dimulai setelah
permukaan mengeras secara cukup untuk mencegah tercabutnya
partikel agregat.

o Selama proses grinding, lantai harus tetap basah dan dilanjutkan


dengan menyikat dan membilas dengan air
o Setelah permukaan selesai dikerjakan, lubang-lubang dan cacat
ditutup dengan grouting encer berupa campuran satu bagian grain-
carborundum grit no. 80 dan satu bagian portland semen. Bahan ini
diratakan di permukaan dan diratakan pada lubang-lubang itu
dengan sendok semen. Kemudian digosok-gosokkan ke permukaan
beton dengan mesin grinding. Saat beton grouting telah mengeras
selama 17 hari, beton di-grinding untuk kedua kalinya agar lapisan
yang tidak diinginkan hilang dan memberikan sentuhan akhir.
o Material yang tersisa diatas beton kemudian dibuang dengan
penyiraman air secara keseluruhan.

h. SACK RUBBED FINISHING

WIKA BETON
(untuk Lantai Beton)

Finishing dengan cara ini kadang diperlukan jika penampilan lantai beton
yang terbentuk jauh dari yang diharapkan. Dilakukan setelah perbaikan-
perbaikan dan perbaikan cacat-cacat mayor telah terselesaikan. Jika
menggunakan cetakan atau bekisting dari plywood, polyfilm atau cetakan
lain yang sudah membentuk permukaan beton agar halus, maka tidak
perlu dilakukan rubbing lagi.

o Rubbing yang pertama dilakukan dengan agregat kasar batu


Carborundum segera setelah beton mengeras sehingga agregat tidak
akan tertarik keluar
o Beton kemudian dirawat hingga rubbing akhir dilakukan
o Batu Carborundum yang lebih halus kemudian digunakan untuk rubbing
akhir
o Beton harus tetap lembab saat proses rubbing dilakukan
o Mortar yang digunakan dalam proses ini dan tertinggal dipermukaan
harus tetap dijaga kelembapannya hingga 1-2 hari setelah beton
disiapkan untuk dirawat
o Lapisan mortar harus tetap pada ketebalan minimumnya untuk
menghindari kemungkinan mengelupas dan mengotori tampilan
permukaan beton.
Pelaksanaan IV-25

i. EXPOSED AGGREGATE FINISHING


Finishing yang berupa agregat yang diekspos menghasilkan permukaan
yang tidak licin dan biasanya digunakan untuk keperluan arsitektural

• Biarkan beton hingga cukup keras agar dapat mendukung material


finishing
• Agregat diekspos dengan cara menambahkan retarder diatas
permukaan beton lalu permukaan beton tersebut disikat dan dibilas
dengan air

WIKA BETON
Karena timing yang tepat sangat penting, buatlah beberapa pengujian
untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengekspos agregat

4.7 PERAWATAN
Merawat kelembapan yang cukup didalam beton untuk jangka waktu
tertentu selama umur awalnya agar kekuatannya dapat dicapai secara
perlahan-lahan namun efektif.

Gambar 4.9 Perbandingan Kekuatan Beton (Dipelihara dan Tidak)


Pelaksanaan IV-26

Dengan curing, kekuatan beton pada 28 hari dapat mencapai 4000 psi
sedangkan beton yang tidak mengalami curing hanya mencapai kekuatan
tidak lebih dari 2000 psi (www.kuhlman-corp.com).

Lamanya waktu perawatan beton tergantung dari tipe semen yang


digunakan, proporsi campuran, kekuatan yang direncanakan, ukuran dan
bentuk massa beton, cuaca dan kondisi lingkungan. Slab dan dek jembatan
yang terekspos terhadap cuaca dan serangan kimia biasanya
membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama. Gambar 4.9 menunjukkan
bagaimana perawatan mempengaruhi kuat tekan beton.

Keuntungan
a. Kekuatan yang dihasilkan lebih besar dari beton yang tidak dirawat
b. Sifat porousnya akan lebih kecil daripada beton yang tidak dirawat,
sehingga lebih tahan terhadap penetrasi air dan garam.
c. Lebih awet terhadap retak dan pengelupasan.

WIKA BETON

Curing Concrete Slab Menggunakan Karung Goni


Basah
Pelaksanaan IV-27

Gambar 4.10 Perawatan dengan Karung Goni yang Dibasahi

WIKA BETON
Gambar 4.11 Perawatan dengan Lapisan Waterproof

Metode Dasar Curing


a. Metode yang memberikan kelembapan tambahan
Cara perawatan yang termasuk dalam metode ini adalah:
o Penyiraman
o Penutupan dengan penutup yang dibasahi, seperti: jerami, tanah,
karung goni, cotton mat dan bahan penahan kelembapan lainnya
Kedua metode ini memberikan tambahan kelembapan selama
pengerasan awal beton dan mendinginkan melalui melalui penguapan
yang sangat penting untuk pengecoran saat cuaca panas. Perawatan
beton yang paling baik adalah dengan menyiram beton secara kontinu
sedangkan membungkus permukaan dengan penutup yang basah
adalah yang paling banyak digunakan. Caranya:
o Bungkuslah beton dengan penutup yang dibasahi sesegera mungkin
setelah beton cukup keras untuk mencegah rusaknya permukaan
o Biarkan dan jagalah kelembapannya selama masa perawatan
o Jika memungkinkan untuk membanjirinya dengan air dapat dilakukan
dengan membuat tanggul dari tanah disekeliling beton atau
merendam beton secara keseluruhan didalam air.
Cara ini dapat dilihat pada Gambar 4.10
Pelaksanaan IV-28

b. Metode yang mencegah hilangnya kelembapan/surface sealing


Metode ini terdiri dari beberapa cara:
o Melapisi dengan lapisan waterproof/plastik film, dapat digunakan
untuk merawat beton struktural dan permukaan horisontal yang
memiliki bentuk relatif sederhana. Lapisan yang digunakan harus
cukup besar untuk menutup permukaan dan tepi-tepi beton.
Caranya:
• Basahi permukaan sebelum ditutup dengan semprotan air yang
halus
• Bebanilah tepi-tepi bagian bawah lapisan untuk menutup secara
keseluruhan
• Biarkan di tempat selama masa perawatan
Bagaimanapun juga, beberapa jenis lapisan tipis ini dapat
menghitamkan beton yang telah mengeras, terutama jika permukaan
di-finishing menggunakan trowel baja.
o Melapisi dengan bahan cair pembentuk membran (liquid membran
forming compounds)
Sesuai tidak hanya untuk perawatan beton segar tetapi juga untuk
perawatan beton setelah pelepasan cetakan. Cara pemberian
lapisan ini adalah dengan menggunakan sprayer, atau
menggunakan kuas pada beton yang telah mengeras tetapi jangan

WIKA BETON
menggunakan kuas pada beton yang belum mengeras karena akan
merusakkan permukaan, membuat beton rentan terhadap penetrasi
bahan pelapis tersebut dan membuat lapisan tidak menyelubungi
beton secara menyeluruh. Jika selama 3 jam awal pemberian
lapisan ini terjadi hujan deras di lapangan, permukaan harus
disemprot kembali. Perawatan dengan cara ini dapat melindungi
beton untuk jangka waktu yang lama bahkan saat beton sudah
digunakan.
Karena curing compound ini dapat mencegah terbentuknya ikatan
antara beton keras dan beton segar, maka jangan digunakan jika
ingin ikatan tersebut terbentuk.
Pelaksanaan IV-29

Tabel 4.3 Metode Curing


Metode Keuntungan Kerugian
Penyiraman air Hasil yang sempurna jika Memungkinkan
atau penutupan dapat menjaga mengering saat jeda
dengan goni pengairan secara penyiraman, kesulitan
basah konstan penerapan pada dinding
vertikal, volume air yang
dibutuhkan besar
Penutupan Berperan sebagai Dapat mengering,
dengan jerami insulator saat musim terbang tertiup angin
dingin atau terbakar
Moist Murah tapi berantakan Meninggalkan noda
earth/ditutup dan kotor pada beton, dapat
dengan tanah mengering dan kesulitan
basah pembersihan
Dibiarkan saja Hasil yang sempurna, Tidak bisa dilakukan
pada permukaan menjaga suhu yang pada cuaca yang dingin
yang datar seragam atau terlalu panas
Curing Mudah dan murah Penutupan yang tidak
compound sempuna menyebabkan
pengeringan, film dapat
sobek maupun

WIKA BETON meninggalkan


sebelum

dapat
noda
proses
perawatan selesai dan
menyebabkan
suhu didalam beton
menjadi terlalu panas
Lapisan Perlindungan sempurna Mahal, harus tetap
Waterproof dan mencegah dalam bentuk gulungan
pengeringan dan permasalahan
penyimpanan serta
pemakaian
Plastik film Kedap air absolut, Harus diberi warna
perlindungan sempurna, untuk perlindungan
ringan dan mudah panas, memerlukan
dipakai baik pada perawatan khusus, jika
struktur dengan bentuk sobek harus ditambal
sederhana maupun rumit dan harus dibebani
untuk mencegah agar
tidak tertiup angin
Pelaksanaan IV-30

Bahkan dalam kasus-kasus tertentu (misal: keadaan lingkungan yang tidak


menguntungkan, tuntutan waktu, dll), beberapa metode diatas dapat
digabungkan menjadi satu untuk memperoleh efektifitas yang lebih tinggi.

Sebagai contoh: Proyek WIKA di PLTU Cilacap, beton dirawat menggunakan


tiga lapisan. Lapisan pertama adalah plastik, kemudian dilapisi styrofoam dan
terakhir ditutup dengan pasir basah. (lihat gambar dibawah ini)

WIKA BETON
Pedoman Umum Curing Beton

a. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10
o
C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya 7 hari setelah
pengecoran kecuali jika dirawat sesuai Poin c.

b. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu diatas 10 oC dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali
jika dirawat sesuai Poin c.

c. Perawatan dipercepat
o Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton
pada tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama
dengan kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut.
o Proses perawatan harus sedemikian hingga agar beton yang
dihasilkan mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan
yang dihasilkan dengan metode perawatan pada Poin a dan b.
o Bila diperlukan pengawas lapangan, dapat dilakukan penambahan uji
kuat tekan beton dengan merawat benda uji di lapangan sesuai
dengan Subbab 7.6(4) SK SNI 03-2847-2002 untuk menjamin bahwa
proses perawatan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan
Pelaksanaan IV-31

4.8 EVALUASI & PENGENDALIAN MUTU


BETON
Tujuan: mengontrol tingkat kekuatan & variabilitas mutu beton yg
dihasilkan dari suatu produksi beton dalam periode tertentu secara rutin

Rencana
Modifikasi atas
perencanaan

Membandingkan Melaksanakan
Dengan rencana tindakan perbaikan Pelaksanaan

WIKA BETON
PENGUJIAN
Selama proses

Gambar 4.12 Diagram Proses Pengendalian

Variabilitas:
suatu besaran yang menyatakan rata-rata penyimpangan mutu beton
dari sejumlah benda uji (data test) dibandingkan dengan rata-rata mutu
beton yang bisa dicapai dan dinyatakan sebagai DEVIASI (lihat
Gambar 4.13)
Hal-hal yang menyebabkan deviasi adalah perbedaan-perbedaan pada:
z Karakteristik masing-masing bahan dasar
z Praktek penimbangan, proporsi campuran, pembuatan benda uji,
peralatan pengadukan, pengadukan, pengangkutan, penuangan, dan
perawatan
z Pembuatan, pengujian, dan perlakuan terhadap benda uji

Deviasi tinggi menunjukkan kurangnya tingkat pengendalian kualitas


material, pelaksanaan pekerjaan dan pengujian
Pelaksanaan IV-32

Gambar 4.13 Variabilitas


`

a. PENGUJIAN KUALITAS BETON

WIKA BETON
Pengujian beton segar:
1. Konsistensi
2. Kadar udara

Pengujian beton keras:


1. Destruktif
a. uji kuat tekan
b. uji lentur
c. uji tarik

2. Non-destruktif
a. hammer test
b. uji beban langsung
c. pulse velocity crack recorder (UPV = Ultrasonic Pulse
Velocity)
Pelaksanaan IV-33

Benda uji yang dipakai untuk penentuan kuat tekan beton menurut PBI
1971 adalah benda uji kubus bersisi 15 cm ( ± 0.06 ) cm pada umur 28 hari.
Sedangkan pemakaian benda uji kubus bersisi 20 MENURUT PB ’89 :
Menurut PB’89 benda uji yang disyaratkan untuk pengujian mutu beton
adalah benda uji silinder dengan ukuran 15 x 30 cm, sedangkan pemakaian
benda uji kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm masih diperkenankan dengan
korelasi tegangan yang dihasilkan adalah :

WIKA BETON
fc’ = { 0,76 + 0,2 log ( fck/15) } fck

dimana : fc’ = kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa


fck = kuat tekan beton, MPa didapat dari benda uji kubus dengan
sisi 150 mm = 15 cm

contoh : untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama
dengan mutu 432 kg/cm2 ( benda uji silinder )

BENTUK DAN UKURAN BENDA UJI


cm atau dengan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm,
diperkenankan dengan korelasi tegangan yang dihasilkan adalah :

Tabel 4.4 Perbandingan Kuat Tekan Beton Uji


Benda uji Perbandingan kekuatan tekan
Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00
Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95
Silinder 15 x 30 cm 0,83

contoh : untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama
dengan mutu 415 kg/cm2 ( benda uji silinder )
Pelaksanaan IV-34

MENURUT PBI 1971 :

SAMPLING BENDA UJI

Untuk mendapatkan hasil pengujian kuat tekan beton maka ditentukan


jumlah benda uji ( sampling ) yang bisa mewakili.
Jumlah benda uji ( sesuai PBI 1971 ) yang dianggap bisa mewakili untuk
memberikan hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.5 Sampling Benda Uji


No. Volume Jumlah Benda Uji Catatan
Beton
1 Lebih dari Untuk masing-masing mutu beton Pada saat permulaan
atau sama harus dibuat 1 buah benda uji proyek
dengan 60 setiap 5 m3 beton
m3 ( 1 buah / 5 m3 / mutu beton )
Untuk waktu selanjutnya
maka masing-masing
mutu beton harus dibuat
1 buah benda uji setiap

WIKA BETON
5 m3 beton dengan
minimum 1 benda uji
tiap hari
( 1 buah / 5 m3 / mutu
beton / hari )

2 Kurang dari Minimal harus terkumpul 20 buah Unutk keperluan


60 m3 benda uji per mutu beton s/d evaluasi mutu beton
proyek selesai
Evaluasi sesuai pasal
Bila benda uji kurang dari 20 sub bab 1.d.
buah, maka sesuaikan nilai k

Jumlah benda uji untuk setiap sampling disesuaikan dengan spesifikasi atau
persyaratan dalam kontrak atau kebutuhan tertentu terkait untuk tahapan waktu
pengujian (7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari atau 56 hari)

Disarankan untuk mempunyai cadangan benda uji yang dapat dimanfaatkan


untuk pengujian pada umur 56 hari, apabila ditemui kejadian pada pengujian
umur 28 hari tidak memenuhi syarat
Pelaksanaan IV-35

TESTING / PENGUJIAN – ASTM C-39

- Pengujian kuat tekan beton harus dilakukan dengan menggunakan mesin


yang mempunyai kapasitas beban cukup serta mempunyai rangka yang
kaku. Disamping itu mesin uji tekan juga harus dalam kondisi terkalibrasi.
- Kedua sisi permukaan benda uji harus dalam kondisi rata. Bila tidak rata,
harus dilakukan chipping dengan material mortar semen atau belerang.
- Kecepatan penekanan diatur pada posisi 20 – 50 psi/s ( 0.14 to 0.34
MPa/detik ).
- Benda uji harus ditekan sampai pecah ( failure ) bukan sampai kualitas
tertentu.
- Nilai kuat tekan benda uji adalah :

fc’ ( σb ) = P / A

dimana :
fc’ ( σb ) = nilai kuat tekan benda uji
P = beban yang dapat dipikul hingga runtuh
A = luas penampang yang menerima beban

- Catat bentuk keruntuhan benda uji :

WIKA BETON
cone cone & split cone & shear shear columnar

catatan : hasil pelaksanaan yang benar adalah bentuk cone. Bentuk selain
itu mengindikasikan ada penyimpangan pada benda uji atau mesin tekannya

EVALUASI HASIL UJI TEKAN


1. BERDASARKAN PBI 1971 :
a. Jumlah benda uji kubus minimal 20 buah
b. σbk ≥ σbm – k.SD, dimana nilai k = 1,68 untuk jumlah benda uji kubus 20
buah dengan prosentase kegagalan 5%

dimana :
σbk = kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan
σbm = kuat tekan beton rata-rata yang dicapai
k = faktor pengali deviasi, sangat tergantung kepada jumah benda uji
dan tingkat kepercayaan
SD = standar deviasi yang terjadi dari sekumpulan hasil tes benda uji
pada umur dan periode tertentu.
Pelaksanaan IV-36

n
Σ (σ’bm - σb )
1
SD =
n-1

Dimana :
n = jumlah benda uji
σb = nilai kuat tekan masing-masing benda uji

c. Jumlah benda uji dengan nilai kuat tekan ( σ’b ) < σ’bk maksimum 1 buah
d. Nilai rata-rata dari 4 buah benda uji berurutan ≥ σ’bk + 0,82.SD
e. σbmax - σbmin dari 4 buah benda uji berturut-turut kurang dari 4.3 SD

BERDASARKAN PB 1989 / ACI 318 / ASTM C-39 :


- Benda uji direkomendasikan berbentuk silinder 15 x 30 cm
- Satu data terdiri dari nilai rata-rata 2 buah benda uji silinder
- Nilai rata-rata dari 3 buah data yang berurutan tidak boleh lebih kecil dari f’c
-

WIKA BETON
fc ≥ fc’ - 500 Psi

b. LANGKAH PEMERIKSAAN MUTU BETON DI LAPANGAN

MUTU BETON < σbk

CHECK MUTU PRODUK


DENGAN HAMMER Yes
OK DITERIMA
σb > 80% σbk

Check mutu produk dengan core drill Yes

(bila memungkinkan)
No
Ditentukan bersama dengan konsultan, misal:
- Uji Beban Langsung

Gambar 4.14 Diagram Pemeriksaan Mutu Beton di


Lapangan
Pelaksanaan IV-37

System quality control dan program quality assurance dapat pula


dilakukan dengan bantuan perangkat lunak terpadu, seperti: CONAD
system yang dikembangkan oleh Ken W. Day, seorang ahli teknologi
beton dari Australia. Perangkat lunak ini dapat mempercepat deteksi
problem dan cara mengatasinya. CONAD system terdiri dari enam buah
paket program dan fungsinya masing-masing adalah:
a. QUSUM QC
o Dapat mendeteksi problem dengan lebih cepat berdasarkan hasil
tes kuat tekan beton pada umur muda
o Memberikan peringatan dan informasi sebanyak mungkin mengenai
sifat perubahan yang terjadi sehingga dapat segera dicari
penyelesaiannya dan proses produksi dapat berlanjut

b. BATCH ANAL
Dapat menampilkan grafik yang komprehensif setiap error dari setiap
material dari setiap truk mixer dalam 1 hari

c. MIXTUNE MIX CONTROL


Dapat menunjukkan dengan tepat sifat material apa yang
menyebabkan perubahan performance beton dan sistem akan
melakukan penyesuaian proporsi campuran sedemikian hingga agar
performance beton kembali ke keadaan semula. Jika material yang
sama hendak dipakai untuk performance yang berbeda, sistem akan

WIKA BETON
melakukan perubahan proporsi campuran sesuai permintaan
kekuatan, slump, kohesi dan lain-lain)

d. NEW QC
(baik

Mengintegrasi data-data yang disimpan dan dianalisis dengan ketiga


program diatas

e. MIXEVAL
Dapat menyeleksi campuran-campuran mana yang paling efisien untuk
dibuat

f. ERLIEST
Berdasarkan temperatur yang terekam dapat menampilkan “equivalent
age” specimen yang dites untuk memprediksi kuat tekan pada umur
yang dikehendaki
Retak dan perbaikan cacat beton V-0

WIKA BETON
Retak dan perbaikan cacat beton V-1

5.1 RETAK/CRACK
Suatu kondisi dimana keadaan monolit dari suatu
struktur/penampang beton tidak monolit lagi

Mekanisme Terjadinya Retak:


• Berdasarkan kapasitas kekuatan tarik
• Berdasarkan kapasitas regangan tarik

Tiga tipe utama retak intrinsik:


a. Retak akibat early thermal contraction
b. Retak akibat long term drying shrinkage
c. Retak plastic

Tabel 5.1 Jenis dan Tipe Retak


Kelebihan beban secara tiba-tiba
Struktural Rangkak

WIKA BETON
Beban rencana
Kerusakan akibat pembekuan
Sebelum Plastis Susut plastis
Pengerasan Penurunan plastis
Pergerakan
Selama Pergerakan formwork
Masa Pergerakan lapisan tanah dibawahnya
Konstruksi
Aggragate yang dapat menyusut
Fisik Drying shrinkage
Crazing
Berkaratnya tulangan
Plastis Reaksi Alkali-Agregate
Sesudah Cement carbonation
Pengerasan Siklus beku-cair
Pengaruh eksternal dari musim
Variasi suhu
Suhu
Early thermal contraction:
• External restraint
• Perbedaan suhu internal
Retak dan perbaikan cacat beton V-2

a. Retak Akibat Early Thermal Contraction

Timbul karena adanya perbedaan temperatur yang cukup besar antara


dua sisi penampang beton. Terjadi 1 hari s/d 2-3 minggu setelah selesai
pengecoran dan pemadatan

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan temperature beton:

• Temperatur awal material


• Temperatur udara sekitar
• Dimensi potongan (penampang)
• Curing / perawatan
• Waktu pelepasan bekisting
• Bahan / jenis bekisting
• Admixture
• Kadar semen
• Tipe semen

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Early Thermal


WIKA BETON
Contraction Crack:

• Type agregat
Penulangan
• Terdapatnya konsentrasi tegangan yang tinggi
• Tinggi pada penampang
• Ada tidaknya movement joint untuk mengakomodasi external
restraints
• Perbedaan temperatur antara penampang luar beton dengan bagian
dalamnya

b. Retak Akibat Long Term Drying Shrinkage

Timbul karena penyusutan volume penampang akibat hilangnya air


campuran, baik secara kimia maupun fisika pada proses pengerasan
beton. Terjadi setelah beberapa minggu s/d beberapa bulan setelah
pengecoran
Retak dan perbaikan cacat beton V-3

Cara Mengurangi efek drying shrinkage:

• Mengurangi kadar air campuran


• Menerapkan curing
• Menghilangkan external restraints sedapat mungkin dengan menyediakan
movement joint

Struktur Beton Yang Retak Dapat Dikategorikan Gagal Bila :


• Secara estetika tidak dapat diterima

WIKA BETON
• Struktur menjadi tidak kedap air
• Berpengaruh terhadap keawetan struktur
• Berpengaruh terhadap kekuatan struktur

Tabel 21. Batasan Lebar Retak (ACI 224R-19)


Tabel 5.2 Batasan Lebar retak (ACI 224R-19)

Lebar Retak yang


Kondisi Terekspos
Ditoleransi (mm)

Udara kering atau


membran pelindung 0.41
Kelembapan, udara yang
lembab, tanah 0.30
Bahan kimia yang dapat
0.18
melunturkan permukaan
Air laut, penyemprotan
dengan air laut dan 0.15
kekeringan
Struktur penahan air
0.10
Retak dan perbaikan cacat beton V-4

Batasan Retak:

Sesuai CP 110, lebar retak maksimum 0,3 mm (segi


estetika)
Sesuai BS 537, lebar retak dibatasi (segi kekedapan air):
• 0,1 mm untuk lokasi basah dan kering silih berganti
• 0,2 mm untuk lokasi lain

Kontribusi retak terhadap durability beton

Memungkinkan bahan/unsur berbahaya memasuki bagian dalam beton


sehingga terjadi reaksi yang merugikan

Lebar retak < 0,2 mm akan menjadi kedap air, kecuali :

• Tekanan air yang tinggi


• pH airnya terlalu rendah


WIKA BETON
Retaknya terlalu dalam dan tembus
Bila retakannya masih bertambah besar

Kontribusi retak terhadap kekuatan struktur:

• Berkurangnya penampang beton yang masih mampu


menahan beban
• Berkurangnya daya lekat / lekatan antara beton dan tulangan
(dalam kasus plastic settlement crack)
• Berkurangnya kemampuan struktur beton secara keseluruhan
akibat reaksi berantai dari perlemahan beton dan tulangan
Retak dan perbaikan cacat beton V-5

c. Retak Plastis

Adalah retak yang terjadi pada beton saat beton itu masih dalam
proses pengikatan (plastis) dan terjadi karena fenomena bleeding yang
berbeda. Terjadi setelah 1-8 jam setelah selesai pengecoran dan
pemadatan.

JENIS RETAK PLASTIS:


.
1 Plastic settlement crack
terjadi pada potongan yg tebal & dalam

2. Plastic shrinkage crack.


terjadi pada permukaan slab/lantai

BLEEDING

Naiknya air campuran beton ke permukaan saat dan segera setelah


selesai pemadatan.




WIKA BETON
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP BLEEDING:
Kadar udara campuran
Kandungan material halus
Rate of evaporation
• Kadar air campuran
• Penggunaan retarder
• Temperatur
• Ketebalan potongan

Aci manual (part 1)


Retak dan perbaikan cacat beton V-6

c.1 Plastic Settlement Crack

Terjadi karena adanya perbedaan tahanan penurunan material beton


antara posisi yang bebas (unrestraint) dengan posisi yang tertahan
(restraint) yang didukung oleh tingkat bleeding dan settlement yang
relatif tinggi.

Retak Retak
plastis plastis

Penampang
Struktur

WIKA BETON
Gambar 5.1 Contoh Plastic Settlement Crack1

Crack surface concrete

steel
void

Gambar 5.2 Contoh Plastic Settlement Crack2


Retak dan perbaikan cacat beton V-7

Mengurangi tingkat bleeding dan settlement:

• mengurangi kadar air campuran/memperkecil slump


• menambah additive :
o AEA
o Plasticizer

Mengurangi efek restraint:

• Mempertebal cover
• Memperkecil ukuran tulangan

retak

retak Penampang
Penampang struktur beton

WIKA BETON
struktur beton

Gambar 5.3 Contoh Plastic Settlement Crack3

Pencegahan terjadinya Plastic Settlement Crack:

• mengurangi tingkat bleeding dan settlement


• mengurangi efek restraint
• menerapkan teknik “ re-vibration”

Re-vibration:
Melaksanakan pemadatan ulang dengan cara
vibrasi/penggetaran segera setelah beton membentuk dan
masih dalam tahap setting time awal
Retak dan perbaikan cacat beton V-8

c.2 Plastic Shrinkage Crack

Timbul karena adanya penyusutan volume pada permukaan beton


yang masih plastis akibat tingginya tingkat penguapan yang melebihi
porsi bleeding, terjadi beberapa jam s/d 1 hari setelah selesai
pengecoran dan pemadatan

400
Tensile 300
strain 200
capacity 100
x 10E-6 0
2 4 6 8 10 1 3 7
Time : hours days

Shrinkage 3000 Bleed Bleeding


strain 2000 (mm)
x 10E-6 1000
0 SH
swelling - 1000

WIKA BETON
Gambar 5.4 Tensile Strain Capacity and Shrinkage Strain

Shrinkage crack Shrinkage crack

Permukaan beton Permukaan beton

Gambar 5.5 Contoh Plastic Shrinkage Crack


Retak dan perbaikan cacat beton V-9

5.2 Perbaikan Cacat Beton

Dibawah ini diuraikan cara perbaikan cacat beton untuk


mengantisipasi kemungkinan yang terjadi, karena proses pembetonan
yang dilakukan bergantung pada banyak faktor, seperti: kecakapan
pekerja dan hal-hal yang belum diperhitungkan sebelumnya.

Pada Bagian 6 Pengenalan Self-compacting Concrete Subbab 6.6


Memperbaiki Kualitas Akhir SCC juga diuraikan tentang beberapa
cara perbaikan yang dapat dilakukan pada SCC, tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk dilakukan juga pada beton normal.

Jenis cacat dan penanganannya:

a. Plinth antar sambungan


b. Bunting akibat bekisting berubah bentuk
c. Keropos
d. Pecah kecil
e. Pecah besar
f. Udara terperangkap besar
g. Tali air/Udara terperangkap kecil
h. Retak rambut
i.
WIKA BETON
Retak besar dan dalam

a. Plinth Antar Sambungan

o Gerinda bagian yang mengalami plint sampai rata


o Bagian yang digerinda dibersihkan dengan sikat kawat dan kuas
o Buat mortar dengan campuran semen biasa dan semen putih
sesuai dengan perbandingan tertentu. Lihat Poin 5.3. Aplikasi
Acian Pewarnaan
o Dilakukan acian pada bagian yang akan di-repair sampai rata
o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
Retak dan perbaikan cacat beton V-10

b. Bunting Akibat Bekisting Berubah Bentuk

o Permukaan yang bunting dihilangkan dengan gerinda dan agak cekung


kedalam, kurang lebih 0.30 cm
o Dibersihkan sampai kering lalu dipoles dengan Sikadur 741
o Dikeringkan dan digerinda akhir sampai rata
o Dilakukan polesan dengan acian pewarnaan untuk mendapatkan warna
yang seragam.
o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

c. Keropos

o Dibobok bagian yang keropos sampai bersih (sampai ketemu beton


yang keras)
o Dibersihkan dengan sikat dan disiram
o Pasang bekisting dengan bentuk yang dikehendaki, lalu dicor dengan
Sikagrout 215
o Dikeringkan dan digerinda supaya rata
o Dipoles dengan acian pewarnaan
o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

WIKA BETON

Gambar 5.6 Perbaikan Keropos Pada Beton


Retak dan perbaikan cacat beton V-11

d. Pecah Kecil (< 5cm dalamnya)

o Dibersihkan dengan sikat dan disiram


o Dipoles dengan Sikadur 741
o Dilakukan acian dengan mortar sesuai komposisi
o Dikeringkan dan digerinda akhir agar rata
o Dipoles dengan acian pewarnaan.
o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

e. Pecah Besar (> 5cm dalamnya)

o
o
o
WIKA BETON
Dibersihkan dengan sikat dan disiram
Dipasang stek kecil dengan dibor atau di-dynabolt
Dipasang bekisting sesuai bentuknya dan dicor dengan Sikagrout
215
o Dikeringkan dan digerinda akhir supaya rata
o Dipoles dengan acian pewarnaan
o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
Retak dan perbaikan cacat beton V-12

f. Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap

o Dilakukan penyikatan supaya permukaan kasar


o Dibersihkan menggunakan kuas dan disiram lalu dikeringkan
o Diolesi dengan Lem Cebond
o Dipoles dengan Sikadur 741
o Dikeringkan lalu dipoles dengan acian pewarnaan
o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa/kertas semen

o
WIKA BETON
g. Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap
Permukaan yang cacat disikat dan dibersihkan
o Disiram air untuk menghilangkan debunya
o Buat acian pewarnaan
o Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam
o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
Retak dan perbaikan cacat beton V-13

h. Retak Rambut (lebar <0.5mm)


o Permukaan yang retak dibersihkan
o Disiram dengan air untuk menghilangkan debunya
o Buat acian pewarnaan
o Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam
o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

i. Retak Besar dan Dalam (lebar >0.5mm dan dalam >1cm)

o Bagian yang retak digerinda sedalam 5-10 mm dengan lebar 5 cm


o
o

o
o
WIKA BETON
Bersihkan bagian tersebut hingga betul-betul bersih
Pasang plat dan pipa aluminium pada ujung retak dan direkatkan
dengan Sikadur 731
Patching bagian yang retak dan sudah digerinda dengan Sikadur 741
Tunggu sampai Sikadur 731 dan Sikadur 741 kering/kuat
o Buat campuran Sikadur 752AB sesuai dengan spesifikasi/dosis
o Masukkan kedalam injection pump dan dilakukan injeksi pada bagian
yang retak
o Setelah kering digerinda dan di-finishing dengan acian pewarnaan
o Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam
o Setelah agak kering, dipoles dengan busa
5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan

Tabel 5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Tutup Lubang Bekas TieRod Parapet
Jenis
No. Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan
Cacat/Kerusakan

WIKA BETON
1. Tutup lubang bekas Sikadur 741 Gerinda mangkok Sikadur 741: Aplikasi 82
tie-rod parapet dan Sendok semen 1kg Sika warna abu-abu lubang
pewarnaannya Kape 2kg Sika warna putih (struktur parapet)
Amplas 3kg Sika pasir
Kuas cat
Kain lap perbandingan 1:2:3
Ember
Kain/busa

V-16
Tabel 5.4 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Udara Terperangkap Besar dan Tali Air/Lubang Akibat Udara Terperangkap
Kecil
Jenis
No. Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan
Cacat/Kerusakan
1. Udara terperangkap Semen putih Gerinda mangkok 400g semen putih (tiga roda) Aplikasi 2.40m’
dan pewarnaannya Semen biasa (Tipe Sendok semen 200g semen biasa(tiga roda) (struktur parapet)
(alternatif 1) 1) Kape 400g air bersih
Air Amplas perbandingan 2:1:2
Kuas cat
Kain lap
Ember

2.
WIKA BETON
Udara terperangkap Semen putih
dan pewarnaannya
(alternatif 2) 1)
Air
Kain/busa
Gerinda mangkok 1800g semen putih (tiga roda) Aplikasi 2.40m’
Semen biasa (Tipe Sendok semen
Kape
Amplas
Kuas cat
600g semen biasa (gresik)
1500g air bersih
perbandingan 3:1:2.5
(struktur parapet)

Kain lap
Ember
Kain/busa
3.. Udara terperangkap Semen putih Gerinda mangkok 1800g semen putih (tiga roda) Aplikasi 10.00m’
dan pewarnaannya Semen biasa (Tipe Sendok semen 600g semen biasa (gresik) (struktur parapet)
(alternatif 3) 1) Kape 1500g air bersih
Air Amplas perbandingan 3:1:2.5
Kuas cat
Kain lap
Ember
Kain/busa

V-17
Tabel 5.5 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Plinth dan Keropos-Kolom
Jenis
No. Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan
Cacat/Kerusakan
1. Plinth dan keropos Semen putih Gerinda mangkok Tahap 1: Aplikasi panjang
kolom dan Semen biasa (tipe Sendok semen Sikadur 741: 100cm dan lebar
pewarnaannya 1) Kape 0.5kg Sika warna abu- 30cm
Air Amplas abu
Sikadur 741 Kuas cat 1kg Sika warna putih
Lem beton Kain lap 1.5kg Sika pasir
(Cebond) Ember
Kain/busa perbandingan 1:2:3
Palu

WIKA BETON
Pahat Tahap 2 (altr. 1):
Gerinda potong 400g semen putih (tiga
roda)
200g semen biasa (tiga
roda)
400ml air bersih

perbandingan 2:1:2

Tahap 2 (altr.2):
400g semen putih (tiga
roda)
200g semen biasa
(gresik)
400g air bersih

perbandingan 2:1:2

V-18
Pengenalan SCC VI-0

WIKA BETON
Pengenalan SCC VI-1

6.1 PENDAHULUAN

Self-compacting concrete (SCC) adalah sebuah beton yang inovatif yang tidak
memerlukan penggetaran saat penuangan dan pemadatan. SCC mampu mengalir
dibawah pengaruh berat sendirinya (hanya dengan mengandalkan gravitasi), mengisi
formwork secara menyeluruh dan mencapai pemadatan penuh, bahkan dalam
keadaan tulangan yang sangat rapat. Beton yang telah mengeras memiliki struktur
yang rapat, homogen dan memiliki sifat-sifat serta daya tahan seperti beton yang
dipadatkan secara konvensional.

Keuntungan penggunaan SCC dibandingkan beton yang dipadatkan secara


konvensional:
1. Mempercepat masa konstruksi, karena waktu penuangan yang lebih cepat dan
dapat langsung mengisi celah antar tulangan yang rapat
2. Homogenitas yang tinggi, jumlah rongga yang minimal dan kekuatan beton yang
seragam (sehingga memberikan hasil akhir dan daya tahan yang tinggi), karena
memiliki fluiditas dan ketahanan segregasi yang lebih baik dibandingkan beton
normal
3. Kuat awal yang lebih tinggi, waktu pelepasan cetakan yang lebih cepat, karena
memiliki rasio air-semen yang lebih rendah dari beton normal
4. Dapat dipompa hingga jarak yang lebih jauh, karena memiliki daya alir tinggi dan
daya penahan segregasi yang lebih baik dari beton normal
5. Permukaan yang dihasilkan lebih halus, karena mengalir dengan baik dan
mempunyai permukaan nyaris horisontal setelah dialirkan

WIKA BETON
6. Mengurangi paparan terhadap kebisingan dan penggetaran yang dialami oleh
pekerja dan lingkungan
7. Lebih tahan terhadap resiko thermal cracking akibat panas dibandingkan beton
normal

Kombinasi antara pelaksanaan yang mudah dan performance yang baik serta
keuntungan dalam kesehatan dan keselamatan kerja, membuat SCC menjadi solusi
yang sangat menarik bagi industri beton pracetak maupun konstruksi teknik sipil
umumnya. SCC sering digunakan sebagai salah satu alternatif pemakaian beton
normal pada:
1. Pembetonan struktur dengan tulangan rapat, terutama pada struktur-struktur
penahan beban dinamis
2. Pembetonan dengan banyak lokasi maupun titik-titik yang sulit dijangkau,
misalnya: cetakan dengan bentuk yang rumit dan pile
3. Kepentingan arsitektural, untuk menghasilkan permukaan yang sempurna tanpa
lubang dan retak-retak
4. Struktur yang terekspos kondisi cuaca buruk sehingga memerlukan durabilitas
yang lebih tinggi
Pengenalan SCC VI-2

Pemanfaatan Self-Compacting Concrete pada Industri Beton Pracetak

6.2 SIFAT-SIFAT BETON KERAS

WIKA BETON
1. Kuat tekan
Untuk SCC biasanya memiliki kuat tekan yang sedikit lebih tinggi dari beton
normal dengan FAS yang sama. Hal ini diakibatkan ikatan yang lebih baik antara
agregate dan pasta yang telah mengeras, karena tidak adanya penggetaran.

2. Kuat tarik
Besarnya kuat tarik pada SCC dapat diasumsikan sama dengan beton normal,
karena volume pasta (semen+agregat halus+air) tidak memiliki efek yang
signifikan terhadap kuat tarik

3. Modulus elastisitas
SCC memiliki modulus elastisitas yang sedikit lebih rendah dari beton biasa
karena memiliki pasta semen yang lebih banyak dari beton biasa
• Karena bagian terbesar dari beton adalah agregatnya, maka jenis dan jumlah
agregat sebagaimana juga nilai modulus elastisitasnya (E) memiliki pengaruh
terbesar. Memilih agregat dengan nilai E yang makin tinggi akan membuat E
beton juga makin tinggi
• Semakin tinggi volume pasta semen, semakin rendah nilai E

4. Rangkak
SCC memiliki koefisien rangkak yang lebih besar akibat volume pasta semen
yang lebih banyak dibandingkan beton biasa dengan kekuatan yang sama
• Semakin tinggi kekuatan beton, rangkak semakin berkurang
• Jika menggunakan semen dengan kemampuan hidrasi yang lebih cepat akan
memiliki kekuatan yang lebih tinggi saat pembebanan, memiliki rasio
stress/strength yang lebih rendah dan rangkak yang makin berkurang pula
Pengenalan SCC VI-3

• Makin tinggi volume agregat kasar, rangkak makin berkurang


• Makin tinggi nilai modulus elastisitas (E) agregat, rangkak makin berkurang

5. Susut
Susut pada SCC lebih kecil dibandingkan beton normal karena FAS-nya lebih
rendah
• Semakin tinggi volume agregat, susut semakin berkurang
• Semakin tinggi nilai modulus elastisitas agregat (E), susut semakin berkurang
• Semakin kecil ukuran agregat maksimum (yang berarti volume pasta semen
semakin besar), semakin besar susutnya

6. Koefisien ekspansi thermal


Menggunakan agregat dengan koefisien ekspansi thermal yang rendah, akan
mengurangi koefisien ekspansi thermal dari beton yang dihasilkannya juga

7. Lekatan terhadap tulangan


Dibandingkan beton biasa dengan kuat tekan yang sama, SCC memiliki fluiditas
dan kohesi yang lebih baik, sehingga memiliki ikatan dengan tulangan yang lebih
kuat. Sedangkan beton biasa sering mengalami kegagalan untuk meyelimuti
tulangan secara menyeluruh akibat segregasi dan bleeding saat penuangan
maupun sebelum mengeras

8. Kapasitas gaya geser pada bidang pengecoran


Permukaan SSC yang telah mengalami pengerasan agak lebih halus dan
impermeabel/tidak tembus air, oleh karena itu kapasitas gaya geser antara lapis

WIKA BETON
pertama dan kedua lebih rendah dari beton yang dipadatkan dengan penggetaran
konvensional dan tidak mampu menahan gaya geser. Oleh karena itu perlu
diberikan perawatan untuk permukaannya, misalnya retarder permukaan,
penyikatan atau dengan membuat permukaan menjadi kasar

9. Ketahan terhadap api


Ketahanan terhadap api yang dimiliki SCC hampir sama dengan beton normal.
Tetapi jika menginginkan ketahanan api yang lebih tinggi dapat menggunakan
serat polypropylene. Serat ini akan meleleh dan akan diserap matrix semen saat
terbakar. Rongga bekas serat yang telah meleleh akan menjadi ruang pemuaian
untuk uap yang terjadi, sehingga mengurangi resiko pengelupasan.

Durabilitas/Daya Tahan

Pemadatan dengan penggetaran seringkali merupakan proses yang tidak kontinu,


misalnya pada penggetaran eksternal dan hand tamping. Penggetaran internal yang
meskipun dilaksanakan dengan benar juga seringkali masih menimbulkan
ketidakseragaman hasil pemadatan, karena volume beton yang berada dalam
daerah pengaruh vibrator tidak menerima energi pemadatan yang sama.

Konsekuensi dari pemadatan yang tidak benar adalah, seperti: lubang-lubang sarang
lebah/keropos, segregasi, bleeding dll, memiliki pengaruh negatif yang besar pada
permeabilitas sekaligus mempengaruhi durabilitas beton.
Pengenalan SCC VI-4

SCC bila dikerjakan dengan benar akan bebas dari kerugian-kerugian pemadatan
tersebut dan menghasilkan suatu material beton yang memiliki permeabilitas yang
seragam dan rendah, sehingga hanya memiliki sedikit kelemahan terhadap
lingkungan yang merugikan dan karenanya memberikan durabilitas yang lebih baik.

Detail Permukaan pada Elemen Pracetak yang Menggunakan SCC

WIKA BETON
6.3 SIFAT-SIFAT BETON SEGAR DAN CARA
PENGUJIANNYA

Tabel 6.1 Metode Pengujian Beton Segar


Sifat-sifat Beton Segar Metode Pengujian
Daya alir Slump-flow test
Kekentalan (kecepatan alir) T500 Slump-flow/V-funnel test
Passing ability L-Box test
Segregasi Segregation resistance (sieve) test

Beberapa catatan untuk memilih pengujian yang perlu dilakukan:


1. Jika struktur tidak menggunakan/hanya memerlukan sedikit tulangan, pengujian
passing ability dapat ditiadakan
2. Pengujian kekentalan hanya diperlukan bila menginginkan hasil permukaan yang
bagus, atau bila penulangan sangat rapat
3. Pengujian segregasi menjadi pengujian yang penting bila diinginkan SCC yang
memiliki fluiditas yang lebih tinggi dan kekentalan yang lebih rendah
Pengenalan SCC VI-5

a. Daya Alir

Daya alir akan makin tinggi jika penggunaan superplasticiser juga makin tinggi. Daya
alir seringkali dinyatakan dengan slump-flow. Slump-flow yang terlalu tinggi akan
menyebabkan segregasi. Dibawah ini adalah acuan pembagian nilai slump-flow
berdasarkan tujuan penggunaan (The European Guidelines for SCC, May 2005)

Tabel 6.2 Klasifikasi Slump-flow dan Aplikasinya


Nilai Slump-flow
Kategori Rentang Aplikasi di Lapangan
(mm)
• Struktur beton tanpa tulangan/sedikit tulangan,
misal: slab lantai
• Pengecoran dengan sistem injeksi pompa,
SF1 550-650 misal: lapis terowongan
• Bagian yang cukup kecil untuk mencegah aliran
horisontal yang terlalu panjang, misal: pile dan
beberapa jenis pondasi dalam
Cocok untuk hampir semua penggunaan dengan
SF2 660-750 kondisi normal, misal: tembok, kolom
Biasanya dibuat dengan ukuran agregat
maksimum yang kecil (kurang dari 16 mm) dan
digunakan pada:
• Pengecoran vertikal dengan struktur tulangan

SF3
WIKA BETON
760-850
yang rapat
• Struktur dengan bentuk yang rumit
• Pengisian formwork dengan posisi yang sulit
SCC dengan nilai slump ini memberikan hasil
akhir yang lebih baik daripada kriteria kedua
untuk pengecoran vertikal secara normal tapi
daya tahan segregasinya lebih sulit di kontrol

Untuk kasus-kasus khusus yang memerlukan slump lebih tinggi daripada 850 mm,
pengawasan harus diberikan untuk mencegah segregasi dan ukuran maksimum
agregat sebaiknya kurang dari 12 mm.

Slump-flow Test
Pengenalan SCC VI-6

dimensi dalam mm

Gambar 6.1 Ukuran Base Plate untuk Pengujian Slump-flow

b. Kekentalan

Nilai hasil pengujian tidak secara langsung mengukur kekentalan SCC, tapi masih
berhubungan dengan kekentalan tersebut, yaitu dengan mendeskripsikan kecepatan
alir. Pengukuran T500 ketika mengadakan pengujian slump-flow dapat menjadi
sebuah cara untuk memastikan keseragaman SCC dari batch satu ke batch lainnya.
T500 adalah waktu yang diperlukan oleh adukan SCC pada saat pengujian slump-flow
untuk menyebar hingga diameter rata-rata 500 mm tanpa mengalami segregasi.

WIKA BETON

dimnsi dalam mm

Gambar 6.2 Dimensi V-Funnel (Pengujian Kekentalan)


Pengenalan SCC VI-7

Tabel 6.3 Klasifikasi Kekentalan dan Aplikasinya


Kategori T500 (dtk) V-funnel Keuntungan Kerugian
(dtk)
• Kemampuan mengisi • Rentan terhadap
cetakan dengan baik, bleeding
termasuk dengan • Rentan terhadap
tulangan yang rapat segregasi
• Mampu menciptakan
VS1/VF1 ≤2 ≤8
permukaan yang rata
dengan sendirinya
• Memiliki hasil akhir
permukaan yang
terbaik
• Mengurangi tekanan • Hasil akhir
terhadap formwork permukaan tidak
• Meningkatkan daya begitu bagus
tahan terhadap (lubang-lubang
segregasi udara)
VS2/VF2 >2 9-25
• Sangat sensitif
terhadap
penundaan dua
lapisan pengecoran
yang berturut-turut

WIKA BETON
c. Passing Ability
Passing ability adalah kapasitas adukan beton segar untuk mengalir melalui ruang
yang terbatas dan celah sempit, misalnya daerah tulangan yang rapat tanpa
segregasi, kehilangan keseragaman atau blocking

Tabel 6.4 Klasifikasi Passing Ability dan Aplikasinya


Kategori Passing Ability Aplikasi di Lapangan
PA1 ≥ 0.80 dengan 2 Struktur dengan gap 80-100 mm (bangunan
rebar rumah, struktur vertikal)
PA2 ≥ 0.80 dengan 3 Struktur dengan gap 60-80 mm (bangunan
rebar infrastruktur/sipil)

Bagian yang paling menentukan adalah gap terkecil yang melaluinya SCC harus
mengalir secara kontinu untuk mengisi cetakan.

Untuk slab tipis dimana gap lebih besar dari 80 mm dan struktur lainnya dimana gap
lebih besar dari 100 mm, passing ability tidak perlu ditentukan.

Untuk struktur kompleks dengan gap lebih kecil dari 60 mm, trial dengan membuat
mock-up sangatlah penting.
Pengenalan SCC VI-8

Gambar 6.3 Pengujian Passing Ability dengan L-box

WIKA BETON

dimensi dalam mm

Gambar 6.4 Ukuran dan Desain L-box yang Umum

d. Daya Tahan Segregasi/Segregation Resistance

Daya tahan segregasi sangat fundamental bagi SCC yang dicor ditempat yang
memerlukan homogenitas dan kualitas. Pengujian daya tahan segregasi tidak selalu
harus dilakukan, kecuali: jika menggunakan SCC dengan kategori slump-flow lebih
tinggi dan/atau dengan kategori kekentalan yang lebih rendah. Penting diketahui
bahwa penggunaan superplasticiser yang makin tinggi akan mengurangi daya tahan
segregasi.
Pengenalan SCC VI-9

Tabel 6.5 Klasifikasi Daya Tahan Segregasi dan Aplikasinya


Daya Tahan
Kategori Aplikasi di Lapangan
Segregasi (%)
SR1 ≤ 20 • Slab tipis
• Pengecoran vertikal dengan jarak pengaliran
kurang dari 5 m dan gap lebih besar dari 80 mm
SR2 ≤ 15 • Pengecoran vertikal dengan jarak pengaliran lebih
dari 5 m dengan gap lebih besar dari 80 mm
• Pengecoran vertikal dengan jarak pengaliran
kurang dari 5 m dengan gap kurang dari 80 mm

Segregation Resistance (Sieve) Test

WIKA BETON
Contoh Penggunaan Spesifikasi

Tabel 6.6 Sifat-sifat SCC untuk Berbagai Penggunaan Berdasarkan Penelitian


Walraven, 2003
Kekentalan Daya tahan
segregasi/passing
ablility

VS2 Passing ability


VF2 ramp perlu diuji untuk
tembok SF1 dan SF2
VS1 atau 2 struktur tinggi SR perlu diuji
VF1 atau 2 /nilai
dan piles untuk SF3
dan slender
yg ditargetkan
VS1 SR perlu diuji
VF1 lantai dan slab untuk SF2 dan 3

SF1 SF2 SF3


Slump-flow

Tabel diatas hanya mengemukakan parameter dasar dan kategori hasil pengujian
yang dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penerapan. Pembagian
diatas belum memperhitungkan kondisi batas, bentuk geometri elemen, metode
pengecoran dan karaktristik material yang digunakan dalam campuran beton. Diskusi
dapat diadakan dengan pengada beton sebelum pengambilan keputusan tentang
spesifikasi akhir.
Pengenalan SCC VI-10

Contoh Pengecoran Slab dengan SCC

Syarat-syarat Material Penyusun SCC:


1. Semen
Hampir semua jenis semen dapat dipakai, tetapi pilihan yang terbaik biasanya
ditentukan oleh syarat-syarat tertentu dari pengecoran tertentu atau tergantung
pada apa yang biasanya dipakai oleh pembuat beton.

2. Agregat Kasar
Persyaratan agregat kasar hampir sama dengan beton normal, hanya ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
• Agregat ringan dapat digunakan dalam SCC, tetapi perlu dicatat bahwa

WIKA BETON
agregat dapat mengapung di permukaan jika kekentalan pasta rendah dan hal
ini mungkin tidak terdeteksi oleh pengujian daya tahan segregasi
• Ukuran maksimum agregat ditentukan oleh jarak antar tulangan , agar tidak
terjadi blocking agregat saat SCC mengalir melewati tulangan, untuk
mengetahuinya dapat diadakan pengujian passing ability.
• Ukuran maksimum agregat dibatasi antara 12-20 mm
• Semakin bulat bentuk permukaan agregat semakin baik adukan yang terjadi,
karena semakin kecil kemungkinan terjadi blocking dan berkurangnya gesekan
internal sehingga aliran dapat semakin cepat

3. Agregat Halus
Persyaratan agregat halus juga hampir sama dengan beton normal, perbedaan
terletak pada lebih banyaknya kandungan agregat halus dan lebih kecil/lebih
halus ukuran agregat halusnya dibanding beton normal.

Ukuran partikel yang lebih kecil dari 0.125 mm harus dianggap sebagai agregat
halus dan dihitung dalam rasio air-powder. Agregat yang baik adalah agregat
yang memiliki gradasi optimum (tak seragam/memiliki semua ukuran)

4. Admixture/Bahan Tambahan Kimiawi


• Komponen yang paling penting untuk SCC adalah superplasticiser atau high
range water reducing admixtures.
• Bahan campuran untuk memodifikasi kekentalan (VMA:Viscosity Modifying
Admixtures) dapat pula digunakan untuk membantu mengurangi segregasi
dan sensitivitas campuran akibat variasi dalam bahan penyusunnya, terutama
kandungan airnya.
Pengenalan SCC VI-11

• Bahan tambahan lainnya (air entraining, accelerating, retarding, etc) dapat


digunakan dengan cara yang sama seperti pada beton yang digetarkan secara
konvensional, tetapi tetap berpedoman pada aturan pakai yang dikeluarkan
oleh produsen bahan campuran tersebut.

5. Aditif/Bahan Tambahan Non-kimia


Digunakan untuk:
• Meningkatkan dan menjaga tingkat kohesi daya tahan terhadap segregasi
• Mengatur kadar semen dengan tujuan untuk mengurangi panas hidrasi dan
thermal shrinkage crack

Aditif diklasifikasikan berdasarkan kekuatan reaksinya terhadap air:

Tabel 6.7 Klasifikasi Aditif


• Bahan pengisi mineral (batu kapur, dolomite, etc)
TIPE I Inert/semi-inert
• Pigment
• Fly ash
Pozzolanic
TIPE II • Silica fume
Hydraulic • Terak tanur tinggi

6. Serat/Fibre
Serat metalik dan polymer dapat digunakan dalam pembuatan SCC, tetapi
mengurangi daya alir dan passing ability. Harus dicatat bahwa menggunakan
SCC dengan serat pada struktur dengan penulangan normal dapat secara

WIKA BETON
signifikan meningkatkan resiko blokade terhadap aliran SCC.

6.4 Mix-design

Prinsip Mix-design
Agar dapat dicapai sifat-sifat adukan segar SCC yang diinginkan, prinsip-prinsip
mendasar ini harus dimengerti:
• Fluiditas dan kekentalan pasta disesuaikan dan diseimbangkan melalui pemilihan
dan perbandingan yang akurat, dengan membatasi rasio air-agregat halus dan
dengan menambah superplasticiser dan (fakultatif) viscosity modifying
admixtures/VMA. Komponen SCC tersebut harus dikontrol dengan benar, ukuran
yang sesuai dan interaksinya adalah kunci pencapaian filling ability, passing
ability dan daya tahan terhadap segregasi.
• Untuk mengontrol kenaikan temperatur, thermal shrinkage crack dan kekuatan,
kandungan agregat termasuk agregat halus diperbolehkan untuk mengandung
aditif tipe I dan II dengan komposisi yang signifikan agar kandungan semen tetap
berada dalam level yang dapat diterima.
• Pasta adalah sarana bagi pergerakan agregat, oleh karena itu volume pasta
harus lebih besar dari volume rongga pada agregat sehingga semua partikel
agregat individual dilapisi oleh lapisan pasta secara menyeluruh, pasta juga
berfungsi sebagai pelumas. Hal ini meningkatkan fluiditas dan mengurangi
gesekan antar agregat.
Pengenalan SCC VI-12

• Rasio agregat kasar terhadap agregat halus dikurangi, sehingga partikel agregat
kasar individual dilapisi lapisan mortar secara menyeluruh. Hal ini mengurangi
ikatan/interlock antar agregat kasar saat beton melewati celah sempit atau celah
antar tulangan serta meningkatkan passing ability yang dimiliki SCC.

Prinsip-prinsip tersebut menghasilkan beton yang jika dibandingkan dengan beton


biasa akan memiliki perbedaan dalam hal:
• Kandungan agregat kasar yang lebih rendah
• Kandungan pasta semen yang lebih tinggi
• Rasio air-powder yang rendah
• Penggunaan superplasticiser yang lebih banyak
• Dapat pula menggunakan viscosity modifying admixture

Mix-design Dasar
Mix-design biasanya menggunakan volume sebagai parameter kunci, karena
sangatlah penting untuk mengisi rongga-rongga diantara partikel agregat.

Tidak ada standar khusus untuk mix desain SCC dan beberapa institusi akademik,
produsen admixture, ready-mix, beton pracetak dan kontraktor biasanya
mengembangkan perbandingan komposisi mereka sendiri. Beberapa pustaka
tentang mix-design dapat ditemukan dalam beberapa pustaka berikut:
• www.efnarc.org
• Okamura H and Ozawa K. Self-compactable high performance concrete.
International Workshop on High Performance Concrete. American Concrete

WIKA BETON
Institute; Detroit. 1994, pp31-44.
• Ouchi M, Hibino M, Ozawa K, and Okamura H. A rational mix-design method for
mortar in self-compacting concrete. Proceedings of Sixth South-East Asia Pacific
Conference of Structural Engineering and Construction. Taipei, Taiwan, 1998,
pp1307-1312.
• SCC 028 20 “The European Guidelines for Self Compacting Concrete”

• Nawa T, Izumi T, and Edamatsu Y. State-of -the-art report on materials and design
of self-compacting concrete. Proceedings of International Workshop on Self-
compacting Concrete. August 1998; Kochi University of Technology, Japan.
pp160-190.
• Domone P, Chai H and Jin J. Optimum mix proportioning of self-compacting
concrete. Proceedings of International Conference on Innovation in Concrete
Structures: Design and Construction, Dundee, September 1999. Thomas Telford;
London. pp277-285.
• Billberg, P. Self-compacting concrete for civil engineering structures - the Swedish
Experience. Report no 2:99. Swedish Cement and Concrete Research Institute.
Stockholm, 1999
• Su N, Hsu K-C and Chai H-W A simple mix design method for self-compacting
concrete Cement and Concrete Research, 31, (2001) pp 1799-1807
• Gomes P.C.C, Gettu R, Agullo L, Bernard C, Mixture proportioning of high
strength, Self-Compacting Concrete: Performance and Quality of concrete
structures. Third CANMET/ACI Intnl Conf. (Recefi, Brazil) Supplementary CD,
2002, 12p.
Pengenalan SCC VI-13

• Bennenk, H. W. & J.Van Schiindel: The mix design of SCC, suitable for the
precast concrete industry. Proceedings of the BIBM Congress, 2002 Istanbul,
Turkey.
• Billberg, P. Mix design model for SCC (the blocking criteria). Proceedings of the
first North American conference on the design and use of SCC, Chicago 2002.

Tabel 5.8 memberikan rentang umum kandungan unsur-unsur pokok SCC


berdasarkan berat dan volume. Perbandingan ini tidak bernilai mutlak dan dalam
kasus-kasus tertentu, salah satu unsur pembentuk SCC dapat berada di luar rentang
ini.

Tabel 6.8 Rentang Umum Komposisi Campuran SCC


Rentang Umum
Komponen Berdasarkan Massa Berdasarkan Volume
(kg/m3) (liter/m3)
Powder 380-600
Pasta 300-380
Air 150-210 150-210
Agregat Kasar 750-1000 270-360
Tergantung pada volume bahan penyusun lainnya,
Agregat Halus (Pasir)
biasanya 48-55% total berat agregat
Rasio air-powder
0.85-1.10
(berdasarkan volume)

WIKA BETON
Pengenalan SCC VI-14

Menentukan performance beton


berdasarkan spesifikasi klien

Memilih material penyusun SCC


(Lebih baik secara borongan jika
memungkinkan)

Membuat komposisi mix-design Mengevaluasi material alternatif

Mengecek dan menyesuaikan Tidak memuaskan


performance melalui pengujian
laboratorium

Memuaskan

Mengecek dan menyesuaikan


performance melalui trial di
lapangan atau di tempat
pengadukan

WIKA BETON Gambar 6.5 Prosedur Mix-design

Jika performance yang diharapkan tidak terjadi atau hasil tidak memuaskan,
campuran dapat didesain ulang. Tergantung pada permasalahan yang muncul, satu
dari beberapa tindakan dibawah ini mungkin dapat diambil:
• Sesuaikan rasio semen-powder dan rasio air-powder, kemudian ujilah daya alir
dan sifat-sifat pasta yang lainnya
• Cobalah berbagai macam aditif (jika memungkinkan)
• Sesuaikan komposisi agregat halus dan dosis superplasticiser
• Pertimbangkanlah kemungkinan penggunaan viscosity modifying agent untuk
mengurangi sensitivitas adukan
• Sesuaikan komposisi dan gradasi agregat kasar
Pengenalan SCC VI-15

6.5 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT


PELAKSANAAN
Ada beberapa hal yang membutuhkan perlakuan berbeda dengan beton biasa.

Vibrasi atau Penggetaran


Penggetaran untuk SCC biasanya tidak diperlukan, selain itu penggetaran akan
menyebabkan settlement yang signifikan dari agregat kasar. Jika kepadatan yang
diinginkan tidak tercapai, beton harus dicek kesesuaiannya terhadap spesifikasinya
terlebih dahulu. Jika ternyata telah sesuai tetapi kepadatan penuh tetap belum
tercapai, pertimbangan untuk merubah spesifikasi dapat dipakai.

Tetapi ada beberapa jenis pekerjaan dimana kontrol yang akurat dan penggetaran
ringan mungkin diperlukan:
• Pada beberapa struktur tertentu , dimana bentuk formwork dapat menyebabkan
udara terperangkap pada lokasi tertentu. Hal ini dapat ditangani dengan
pemadatan manual lokal pada area tersebut
• Slab, terutama yang menggunakan SCC dengan kelas slump-flow yang rendah,
mungkin memerlukan tamping ringan atau screed bar yang bergetar dengan
sangat lembut untuk meratakan permukaan, agar bebas dari tonjolan agregat
kasar
• Pengecoran yang tertunda, jika permukaan SCC yang telah di cor sebelumnya
telah timbul kerak atau kaku sehingga nantinya cold-joint atau cacat permukaan
dapat terbentuk.

WIKA BETON

Meratakan SCC dengan Alat Float Bertangkai

Curing
Permukaan atas SCC dapat mengering dengan cepat karena jumlah pasta semen
yang lebih banyak, rasio air-agregat halus yang lebih rendah dan kurangnya air
akibat bleeding di permukaan beton. Perawatan beton awal harus dimulai sesegera
mungkin setelah pengecoran dan finishing awal yang bertujuan untuk
meminimalisasi resiko timbulnya kerak di permukaan dan retak akibat susut pada
umur awalnya.
Pengenalan SCC VI-16

6.6 MEMPERBAIKI KUALITAS AKHIR SCC


Pada tabel-tabel dibawah ini akan diuraikan cacat-cacat yang mungkin timbul setelah
pengecoran SCC. Perbaikan cacat untuk SCC ini dapat pula dipakai untuk beton
biasa dengan pemadatan konvensional, tetapi cacat-cacat tertentu lebih mudah
dihindari jika menggunakan SCC karena sifat dasar yang dimilikinya. Penting untuk
dicatat bahwa cacat permukaan seperti burik dan cacat permukaan lainnya akan
mempengaruhi tampilan permukaan beton, cacat lain seperti keropos, lapis antar
penuangan yang tidak kontinu, pengelupasan dan retak akan mempengaruhi
integritas beton.

Tabel 6.9 Cacat Keropos seperti Sarang Lebah


Pencegahan atau
Jenis Cacat Sebab Utama Sebab Praktis
Perbaikan
pasta atau • meningkatkan kandungan
agregat halus agregat halus, gunakan
yang kurang • kandungan pasta/agregat
minimal 450 kg
halus yang rendah
powder/m3
Honeycomb beton mengalami • tambahkan air entraining
ing/Keropos segregasi akibat • gradasi yang tidak sesuai • gradasi yang kontinu
kekentalan • ukuran agregate terlalu
seperti plastis yang • ukuran agregat
sarang besar dibandingkan
terlalu rendah maksimum dibuat lebih
dengan ruang yang
lebah kecil
tersedia
beton tidak
• periksa integritas cetakan,

WIKA BETON
mampu mengisi
cetakan secara • kebocoran cetakan terutama di bagian
menyeluruh joint/sambungan
Sebab Fisik: filling ability yang kurang
passing ability yang kurang
stabilitas beton yang kurang
slump-flow yang terlalu rendah/waktu T500 yang lama
segregasi agregat kasar/pasta

Tabel 6.10 Cacat Pengelupasan


Pencegahan
Jenis Cacat Sebab Utama Sebab Praktis
atau Perbaikan
• berikan
perawatan beton
• tanpa atau dengan
yang layak sesuai
Lapis permukaan perawatan/curing yang terbatas
dengan kondisi
Scaling/ hanya
yang terjadi
mengandung
Gumpil/ • meningkatkan
agregat halus
Mengelupas kandungan
dan telah
mengeras terlalu • segregasi dan/bleeding yang powder
cepat disebabkan oleh jumlah agregat • penggunaan VMA
halus yang terlalu sedikit • tambahkan air
entraining
admixture
Sebab Fisik: stabilitas beton yang kurang
segregasi dan atau bleeding
pengeringan yang terlalu cepat
Pengenalan SCC VI-17

Tabel 6.11 Perbaikan Cacat Burik


Jenis Pencegahan atau
Sebab Utama Sebab Praktis
Cacat Perbaikan
• agregat halus yang • mengurangi agregat
berlebihan halus
• pemberian pelumasan
• tingkat penggunaan
cetakan yang berlebihan
yang minimal dan rata
atau tidak rata
• pastikan permukaan
cetakan telah bersih
• permukaan cetakan yang • penggunaan geo-textile
kasar form liner akan
membantu menyerap
udara
• kecepatan pengecoran • pastikan debit
yang terlalu cepat pengecoran yang tetap
• panjang pengaliran yang • batasi jarak pengaliran
terlalu panjang hingga sejauh 5 m
• tambahkan panjang
• panjang pengaliran yang
jarak pengaliran hingga
terlalu pendek
1m
• perkecil tinggi jatuh
hingga <1 m
• gunakan soft-wall tremie
saat pengecoran di
udara • tinggi jatuh yang besar tempat yang dalam
terperangkap • memompa dari dasar
kearah atas akan
Blow air terperangkap membantu memaksa
Holes/Burik
WIKA BETON
pelumas cetakan
yang
terperangkap
• suhu beton terlalu tinggi
udara keluar
• kurangi suhu beton
hingga dibawah 25oC
• rencanakan kecepatan
pengantaran beton dan
• pengecoran terlalu lambat sumber daya lapangan
untuk memastikan
kontinuitas pengecoran
• produsen beton:
perbaikan cara
• pengendapan unsur pokok
penyimpanan, gunakan
superplasticiser, terutama
sesuai tanggal produksi
defoamer
dan rotasi
stok/persediaan
• mengurangi dosis VMA
• kekentalan yang terlalu
• me-review proporsi
besar
adukan
• gradasi agregat yang tidak • gunakan VMA atau air
sesuai entraining
• waktu pengadukan yang
terlalu lama sehingga • me-review waktu
terjadi induksi dengan pengadukan
udara
• menilai kesesuaian
• interaksi antara admixture
admixture& semen jauh
dan semen
sebelum masa produksi
Sebab Fisik: filling ability yang buruk
passing ability yang buruk
kekentalan yang tinggi/tegangan leleh yang tinggi
slump-flow yang rendah/waktu T500 yang lama
reduksi slump-flow yang cepat
Pengenalan SCC VI-18

Table 6.12 Cacat Cold-joint


Jenis Pencegahan atau
Sebab Utama Sebab Praktis
Cacat Perbaikan
• pengantaran beton
• pengecoran menerus:
Cold-joint/ dengan rentang waktu
tanpa berhenti
yang terlalu dekat
Bidang Pembentukan • pengujian awal:
sambungan kerak di • benton mengeras dengan
pengerasan yang lebih
yang permukaan cepat
cepat tidak boleh terjadi
menghalangi
tampak • suhu beton yang
penggabungan
diantara • suhu udara yang tinggi diijinkan adalah lebih
monolit antar
penuangan rendah dari 25oC
lapisan beton
• review perbandingan
adukan yang dicor secara
berturutan • segregasi agregat kasar campuran
yang • kurangi jarak pengaliran
berbeda/ • jumlah agregat halus • kurangi kandungan
terlalu banyak agregat halus/powder
Sebab Fisik: filling ability yang kurang
thixotropy
kehilangan slump-flow yang terlalu cepat
kekentalan yang terlalu besar
interaksi admixture-semen

Tabel 6.13 Cacat Permukaan yang Tidak Rata


Pencegahan atau
Jenis Cacat Sebab Utama Sebab Praktis
Perbaikan
• mengurangi kecepatan

WIKA BETON • kecepatan pengecoran


yang tinggi atau desain
cetakan yang lemah
pengecoran untuk
mengurangi tekanan
hidrostatis
• menggunakan VMA
untuk meningkatkan
kekentalan
• desain ulang formwork
Permukaan • permukaan cetakan telah • perbaharui cetakan
hasil deformasi cetakan usang • bersihkan permukaan
pengecoran • sisa-sisa beton yang cetakan sebelum
“finger-prints” dari menempel pengecoran
yang permukaan • percobaan untuk
sangat cetakan ke menentukan bahan
jelek dan permukaan beton pelumas/pelepas
tidak rata • jenis pelumas cetakan cetakan yang paling
atau cara pemakaian yang tetap
kurang sesuai • mengaplikasikan dengan
kecepatan yang benar,
dengan peralatan yang
tepat
• tambahkan jumlah
• rasio air-powder yang
superplasticiser atau
terlalu tinggi
gunakan VMA
Sebab Fisik: tekanan yang tinggi pada formwork
kekentalan plastis yang terlalu rendah
Pengenalan SCC VI-19

Tabel 6.14 Variasi Warna


Jenis Pencegahan atau
Sebab Utama Sebab Praktis
Cacat Perbaikan
• menjaga suhu beton dan
• suhu yang terlalu rendah bagian dalam cetakan
selama musim dingin
• meningkatkan
kekentalan dengan
• slump-flow yang terlalu
menambah agregat
besar, kekentalan yang
halus atau
terlalu rendah
pertimbangkan
penggunaan VMA
• pemilihan admixture
dengan hati-hati untuk
memperpanjang masa
dimensi • efek perlambatan
layan
permukaan yang pengikatan awal dari
• mengurangi kandungan
Variasi terlalu panjang admixture atau
air atau plasticiser
warna pelumas/pelepas cetakan
• pertimbangkan
perbedaan
kemungkinan pemakaian
adukan
accelerator ringan
• perubahan kecepatan
• pengecoran menerus
penuangan
• plastic curing membrane
• pastikan kontak yang
tidak semuanya melapisi
konsisten
beton secara menyeluruh
• basahi cetakan sebelum
penuangan
• cetakan kayu memiliki • disarankan

WIKA BETON permukaan yang kering menggunakan


permukaan cetakan
yang telah dilapisi
Sebab Fisik: efek perlambatan pengerasan maupun noda yang tertinggal disebabkan oleh
pelumas, admixture, dll
tegangan leleh atau kekentalan plastis yang terlalu tinggi

Tabel 6.15 Cacat Tali Air


Jenis Pencegahan atau
Sebab Utama Sebab Praktis
Cacat Perbaikan
• pertimbangkan untuk
menggunakan VMA
• meningkatkan
kekentalan dengan
• rasio air-powder yang
menambahkan agregat
bleeding dari air terlalu tinggi
Tali air halus
dan agregat halus • kekentalan yang terlalu
• gunakan bahan
rendah
tambahan air entraining
untuk mengatasi
distribusi ukuran partikel
yang jelek
Sebab Fisik: stabilitas adukan beton yang rendah
Pengenalan SCC VI-20

Tabel 6.16 Cacat akibat Retak Plastis


Jenis Pencegahan atau
Sebab Utama Sebab Praktis
Cacat Perbaikan
• mulailah perawatan
sesegera mungkin
setelah
• perawatan beton umur
pengecoran/finishing
awal yang buruk
awal
• perawatan beton yang
sesuai dengan kondisi
pengeringan yang • menambal retak plastis
terlalu cepat tersebut sebelum beton
mengeras
Retak
sedimentasi • meningkatkan
plastis • segregasi dan bleeding
kandungan powder
perubahan posisi • menggunakan VMA
tulangan • menggunakan bahan
tambahan air entraining
• perbedaan kondisi yang • perawatan beton
ekstrim (suhu, disesuaikan kondisi yang
kelembaban, angin, dll) berlaku
• pengecoran dimensi tinggi
• redesain ukuran selimut
dengan posisi tulangan
beton
dekat permukaan
Sebab Fisik: susut akibat pengeringan
stabilitas beton yang buruk

WIKA BETON
Pengetahuan beton pracetak VII-0

WIKA BETON
Pengetahuan beton pracetak VII-1

7.1 PENDAHULUAN

Beton pracetak/precast concrete adalah produk beton yang dicor dan dirawat di
tempat lain yang berbeda dengan posisi akhir pemasangannya.

7.2 JENIS-JENIS HASIL PRODUKSI


a. Berdasarkan cara pemadatan, ada dua kategori hasil produksi, yaitu:
1. Pemadatan dengan putar (centrifugal spinning)
Produk beton yang proses pemadatannya melalui proses pemutaran cetakan,
misalnya:
• Tiang pancang bulat berongga/ PC Piles
• Tiang pancang kotak berongga
• Tiang beton bulat berongga

2. Pemadatan non-putar
Produk beton yang proses pemadatannya melalui penggetaran, misalnya:
• Girder/gelagar
• Voided slab/slab berongga
• Sheet pile

WIKA BETON
• Pelat double tee
• Pelat masif
• Half slab
• komponen pracetak yang lain

b. Berdasarkan mutu beton, ada dua kategori hasil produksi, yaitu:


1. Mutu biasa, meliputi: K350 dan K500, merupakan pracetak non-putar dan
dipadatkan dengan cara konvensional

2. Mutu tinggi, meliputi: K600, K700 dan K800 (termasuk K1000), dipadatkan
dengan cara putar maupun non-putar

Untuk mutu-mutu beton dan penggunaannya dapat dilihat pada Bagian 1


Pengetahuan Umum Beton, Subbab 1.5

Jenis, spesifikasi dan dimensi dari beberapa beton pracetak produksi PT Wijaya
Karya Beton dapat dipakai sebagai salah satu bahan pertimbangan pemilihan produk
sesuai kebutuhan proyek, dapat dilihat pada Lampiran 1 Spesifikasi Produk Beton
Pracetak PT Wijaya Karya Beton.
Pengetahuan beton pracetak VII-2

PC Voided Slabs

WIKA BETON

PC Piles
Pengetahuan beton pracetak VII-3

PC I-Girders

WIKA BETON

Flat Sheet Piles


Pengetahuan beton pracetak VII-4

Corrugated Sheet Piles

WIKA BETON

Triangular PC Piles
Pengetahuan beton pracetak VII-5

PC Sleepers

WIKA BETON

PC Pipes
Pengetahuan beton pracetak VII-6

7.3 MATERIAL DAN SPESIFIKASI

Tabel 7.1 Spesifikasi Material dan Spesifikasi Umum Beton Pracetak


Item Referensi Deskripsi Spesifikasi Keterangan
Standard
Specification for
ASTM C33-1985 - Umum
Concrete
1 Agregat
Aggregates
Indonesian
NI 2 PBI-1971 - Umum
Concrete Codes
Mutu dan Cara uji
Semen Portland • Standard
(Quality and Test Product: tipe I
SII 0013-1981 Umum
Method of • Special Order:
Portland tipe II atau V
Cements)
2 Semen
Mutu dan Cara uji
Semen Portland • Standard
(Quality and Test Product: tipe I Reinforced Concrete
SII 0013-1984
Method of • Special Order: Pipes
Portland tipe II atau V
Cements)
Standard Tipe A: Water
Umum
Specification for reducing admixture
ASTM C494-1985 Chemical Tipe F: Water
Admixtures for Reinforced Concrete
Reducing
Pipes

WIKA BETON
Concrete Admixture
3 Admixture
Standard
Specification for Railway Concrete
ASTM C494-1990 Chemical - Products dan Bridge
Admixtures for Girders
Concrete
Concrete Cube
Standard
Indonesian Compressive Untuk Electrical PC
Product: NI 2
Concrete Codes Strength at 28 Poles
PBI-1975
days: 500 kgf/cm2
Concrete Cylinder
Special Order: Prestressed Spun Compressive Untuk Electrical PC
JIS A 5309-1981 Concrete Poles Strength at 28 Poles
days: 500 kgf/cm2
Concrete Cylinder
Untuk PC Piles,
Compressive
Triangular PC Piles &
strength at 28 days:
PC Pipes
600 kgf/cm2
Concrete • 500 kgf/cm2: PC
4 Compressive Concrete Cylinder
Sleepers dan CPC
Strength Compressive
Poles
Strength at 28 days
• 400 kgf/cm2: RWB
(Railway Concrete
Indonesian Slabs, RBP Walls
NI 2 PBI-1971 Products)
Concrete Codes dan Emplacements
• A-Class: 800 kgf/cm2
Bridge Girders
• B-Class: 500 kgf/cm2
• CPC Sheet Piles:
700 kgf/cm2
• FPC Sheet Piles:
Sheet Piles
500 kgf/cm2
• FRC Sheet Piles:
500 dan 350 kgf/cm2
Pengetahuan beton pracetak VII-7

Item Referensi Deskripsi Spesifikasi Keterangan


Method of Making
and Curing
JIS A 1132-1985 - Umum
Concrete
Specimens
Concrete Method of Test
5 Test Compressive
JIS A1108-1985 - Umum
Strength of
Concrete
Indonesian
NI 2 PBI-1975 - Umum
Concrete Codes
Uncoated Stress
Relieved Steel PC Wire SWPD1 Umum
JIS G 3536-1985 Wire and Strand
for Prestressed PC Strand SWPR
Triangular PC Piles
Concrete 7B
Uncoated Stress-
• PC Wire
Relieved Steel
SWPD1
JIS G 3536-1984 Wire and Strand Sheet Piles
• PC Strand:
for Prestressed
SWPR 7B
Concrete
• PC Wire
Uncoated Stress-
SWPD1
PC Wire/PC Relieved Steel Railway Concrete
6 Strand JIS G 3536-1988 • PC Strand:
Wire and Strand Products, Bridge
SWPR 7B
for Prestressed Girders
(Bridge girders
Concrete
only)
Standard

WIKA BETON
Specification For
Uncoated Sevent-
Wire Stress-
ASTM A416-1980 Relieved Steel Grade 270 Bridge Girders
Strand for
Prestressed
Concrete

SD 40 Umum
Steel Bar for
JIS G 3112-1985 Concrete Untuk PC Pipes dan
Reinforcement SR 24 Reinforced Concrete
Reinforced
7 Bar Pipes
Steel Bar for
Concrete
JIS G 3112-1987 SD 40 Triangular PC Piles
Reinforcement

Low Carbon Steel


JIS A 3532-1985 SWMA Umum
Wire
Reinforced/ Hard Drawn Steel
8 Spiral Wire Wire for Untuk bagian ujung
JIS G 3538-1977 SWCR A
Prestressed Core Pipes Spiral
Concrete
Rolled Steel for Untuk Electrical PC
JIS G 3191-1976 SS 41
General Structure Poles
Rolled Steel for
9 Joint Plate JIS G 3101-1987 SS 41 Untuk PC Piles
General Structure
Rolled Steel for
JIS G 3101-1976 SS 41 Triangular PC Piles
General Structure
Structural AWS A 5.1/E6013
ANSI/AWS D1.1-
10 Welding
1990
Welding Code- Nikko Steel RB 26 Umum
Steel /RD260,LION26/eq.
Pengetahuan beton pracetak VII-8

Item Referensi Deskripsi Spesifikasi Keterangan


Elastomeric
JIS K 6353 - Untuk PC Pipes
Sealing Material for Joints
11 Rings ISO 4633-1983
- - Untuk PC Pipes
LE
Rubber seal-joint
ring for water
-
ISO 4633-1996 supply, drainage
and sewerage
pipelines
Elastomeric seals
Rubber AS 1646-1992 for waterworks - Reinforced Concrete
12 Gasket purposes Pipes
Elastomeric seals
for joints in
BS 2494-1990 -
pipework and
pipelines
Rubber goods for
JIS K 6353-1995 -
water works

WIKA BETON

Pencucian Material
Pengetahuan beton pracetak VII-9

7.4 PROSES PRODUKSI

Dari beberapa jenis produk precast dan proses produksinya yang berbeda, dibawah
ini diberikan satu contoh proses produksi untuk PC Piles (Prestressed Concrete
Piles), yang dipadatkan dengan cara centrifugal spinning.

Persiapan cetakan

Persiapan PC Wire dan


Penulangan
Spiral Wire

Penakaran dan
Pengecoran
pengadukan beton

Penutupan cetakan

Tensioning PC Wire

WIKA BETON Pemutaran/Spinning

Steam curing

Detensioning

cetakan
Pembukaan cetakan

produk
Penumpukan dan water
curing

Pengangkutan ke Klien

Gambar 7.1 Proses Produksi PC Piles


Pengetahuan beton pracetak VII-10

Persiapan cetakan

WIKA BETON
Penulangan

Pengecoran
Pengetahuan beton pracetak VII-11

Penutupan cetakan

WIKA BETON
Tensioning

Pemutaran/centrifugal spinning
Pengetahuan beton pracetak VII-12

Steam curing

WIKA BETON
Penumpukan dan water curing

7.5 MIX-DESIGN

Hal-hal yang menjadi pertimbangan saat membuat mix-design adalah


1. Persyaratan material
2. Komposisi
3. Slump
4. Target strength
5. Karakteristik
6. Standar deviasi

Mix desain tergantung pada produsen dan seringkali sesuai dengan kesepakatan
atau spesifikasi yang dipakai. Cara perhitungan mix-design dapat dilihat pada
Bagian 3 Perencanaan Campuran Beton.
Pengetahuan beton pracetak VII-13

7.6 CETAKAN (MOULD)

Macam-macam cetakan:
1. Cetakan baja
2. Cetakan kayu
3. Cetakan fiberglass (serat kaca)

Cetakan baja PC Pipes Cetakan baja triangular PC piles

Cetakan yang dipakai dalam produksi beton pracetak juga didasarkan atas
kebutuhan dan rencana permintaan produksi.

WIKA BETON
7.7 PENGADUKAN BETON & PENGECORAN

Diaduk di batching-plant dan concrete mixer. Dengan cara-cara dan teknik seperti
pada pada pengadukan dan pengecoran beton biasa (kecuali atas permintaan yang
disyaratkan), dapat dilihat pada Bagian 4 Pelaksanaan .

Batching plant
Pengetahuan beton pracetak VII-14

7.8 PEMADATAN

Macam-macam cara pemadatan:


1. Pemadatan putar/spinning
Metode produksi dimana adukan beton dimasukkan kedalam cetakan baja yang
berputar secara horisontal dengan kecepatan tinggi pada alas pemutaran,
pemadatan beton terjadi akibat getaran dan gaya sentrifugal.

Centrifugal spinning

WIKA BETON
2. Pemadatan non-putar:
• Internal vibrator, penggetaran adukan beton dari dalam cetakan. (Lihat
Bagian 4 Subbab 4.6 Pemadatan)
• External vibrator, penggetaran cetakan yang telah terisi adukan beton dari
luar. Bentuk daerah pengaruh pemadatan adalah hemisphere berpusat pada
lokasi vibrator. Beberapa prinsip penggunaan external vibrator:
o Jika memerlukan dua external vibrator (pada elemen beton yang lebih
tebal dari radius pengaruh vibrator), jangan diletakkan pada posisi yang
lagsung berlawanan satu sama lain, tetapi pada titik pertengahan diukur
dari vibrator pertama.
o Penggetaran dilakukan sejak adukan beton mulai dituang ke dalam
cetakan hingga cetakan penuh
o Penggetaran tidak boleh melebihi 2 inch per detik
o Vibrator harus digerakkan sebentar-sebentar agar vibrator dapat
memadatkan beton dan membantu migrasi udara yang terjebak

External vibrator
Pengetahuan beton pracetak VII-15

Spesifikasi umum yang sering dijumpai:


Output 50 Watt
Kuat arus 2.5 Ampere
Voltase 48 Volt
Getaran 6.000-7.200 VPM
200-240 Hz
Gaya sentrifugal 106-152 kgf
Weight 6.5-7.0 kg

• Meja getar

WIKA BETON Meja getar

Bagian atas meja berupa bagian-bagian kuat yang di las dan dibuat dari pelat
baja, balok I atau pipa. Bagian atasnya bertenaga mesin dengan dua vibrator
putar yang berlawanan. Bagian dasar yang tidak rata bentuknya mendukung
dan mengisolasi bagian atas dengan pegas maupun isolasi udara.

Saat ini, telah banyak digunakan meja getar listrik yang memungkinkan untuk
memilih frekuensi operasi terbaik dengan tingkat ketelitian digital.

7.9 PEKERJAAN STRESSING

Berdasarkan cara pemadatannya, pekerjaan stressing dibagi atas:


1. Pemadatan putar (spinning)
• Single stressing
• Simultan stressing

2. Pemadatan non-putar
• Single stressing
o Short-line system
o Long-line system
• Multiple stressing
Pengetahuan beton pracetak VII-16

7.10 PERAWATAN BETON

1. Normal curing, Lihat Bagian 4 Pelaksanaan Subbab 4.7.

Curing dengan penyiraman air pada


produksi tiang pancang

2. Steam curing, perawatan beton dengan mengalirkan uap air dengan tekanan
atmosfer (atau dengan tekanan yang lebih besar) dan pada suhu antara 40-215
o
C.

Metode ini dapat mempercepat beton mencapai kuat tekan awal, sehingga

WIKA BETON
menghemat waktu pemakaian cetakan dan menghemat pemakaian tempat yang
terbatas untuk curing.

Steam curing pada produksi tiang


pancang

7.11 PENGANGKATAN

Hal-hal yang harus menjadi pertimbangan saat pengangkatan beton yang telah
mengalami pengerasan adalah:
1. Kuat beton pada saat pengangkatan apakah sudah mencukupi dan sesuai
dengan rencana.
2. Metode pengangkatan
Pengetahuan beton pracetak VII-17

Pengangkatan dan penyimpanan di


stockyard

WIKA BETON
Melapisi bahan anti korosi pada joint-plate
setelah pengangkatan

7.12 PENGANGKUTAN

Pengangkutan ke konsumen dapat menggunakan truk, tronton, trailer, kapal atau


ponton, tergantung dari dimensi dan berat produk, kondisi site, faktor ekonomi,
kesepakatan, dll.
Pengetahuan beton pracetak VII-18

Pengangkutan electrical PC Poles

WIKA BETON

Pengangkutan PC Piles
Pengetahuan beton pracetak VII-19

7.13 QUALITY CONTROL

• Memeriksa material

Pemeriksaan kadar lumpur agregat

• Memeriksa proses produksi

WIKA BETON
Pemeriksaan pemasangan tulangan

• Memeriksa produk jadi

Pengujian Hammer Test


Pengetahuan beton pracetak VII-20

• Memeriksa mutu benda uji

Benda uji kubus

Selain itu, pengujian juga dilakukan pada benda uji sebagai sampel adukan yang
berbentuk kubus. Perincian metode pengujian beton seperti pada beton normal,
antara lain dapat dilihat pada Bagian 4 Pelaksanaan Subbab 4.8 Evaluasi dan
Pengendalian Mutu Beton.

Dibawah ini adalah beberapa gambar alat pengujian benda uji.

WIKA BETON
Alat pengujian kuat lentur

Alat pengujian kuat tekan


Inspeksi peralatan VIII-1

WIKA BETON
Inspeksi peralatan VIII-1

8.1 PENDAHULUAN

Proses pembuatan beton merupakan suatu pekerjaan yang kompleks, melibatkan


banyak tahapan termasuk didalamnya penggunaan peralatan. Pengecoran beton
yang berhasil sesuai dengan rencana membutuhkan kesiapan baik dalam sumber
daya manusia, bahan dan peralatan. Pada bagian ini, akan diuraikan beberapa poin
pemeriksaan yang dapat digunakan untuk pengecekan pra-pemakaian maupun
perawatan berkala beberapa peralatan besar yang sering digunakan dalam
pekerjaan pembetonan.

8.2 MACAM-MACAM FORMULIR INSPEKSI

a. Form Pemeriksaan Peralatan


1. Batching Plant
2. Concrete Pump
3. Truck mixer

b. Laporan Harian Operasi Alat (termasuk form pemeriksaan alat sebelum


beroperasi)
1. Batching Plant

WIKA BETON
2. Concrete Pump
3. Truck mixer

c. Form Pemeliharaan alat


1. Batching Plant
2. Concrete Pump
3. Truck mixer

Macam-macam formulir tersebut dan detail isiannya dapat dilihat pada Lampiran 2
Formulir Inspeksi Peralatan.
WIKA BETON
LAMPIRAN 1
Spesifikasi Produk
Beton Pracetak PT WIKA Beton
A. PRESTESSED SPUN CONCRETE PILES
(PC PILES)

WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
B. PRESTESSED CONCRETE SLEEPERS
(PC SLEEPERS)

WIKA BETON
WIKA BETON
C. CATENARY PRESTESSED CONCRETE
POLES (CPC POLES)

WIKA BETON
D. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR
RAILWAY BRIDGES (RWB SLABS)

dimension: mm

WIKA BETON
E. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR
EMPLACEMENT (EMPLACEMENT)

dimension: mm

WIKA BETON
F. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR
BALLAST PROTECTION (RBP WALLS)

dimension: mm

WIKA BETON
G. CORRUGATED TYPE PRESTRESSED
CONCRETE SHEET PILES (CPC SHEET
PILES)

WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
H. FLAT TYPE PRESTRESSED CONCRETE
SHEET PILES (FPC SHEET PILES)

WIKA BETON
I. FLAT TYPE REINFORCED CONCRETE
SHEET PILES (FRC SHEET PILES)

WIKA BETON
J. PRESTRESSED CONCRETE I-GIRDER
(PC I-GIRDER)

WIKA BETON
K. REINFORCED CONCRETE SLAB FOR
I-GIRDER (PC I-GIRDER) AND
REINFORCED CONCRETE DIAPHRAGM
FOR I-GIRDER (RC-DIAPHRAGM)

WIKA BETON
L. PRESTRESSED CONCRETE VOIDED SLAB
(PC V-GIRDER)

WIKA BETON
WIKA BETON
BEAM SPACING PC I-GIRDER BM70

WIKA BETON
BEAM SPACING PC I-GIRDER BM100

WIKA BETON
PC V-SLAB SPACING TYPE I

PC V-SLAB SPACING TYPE II

WIKA BETON
M. TRIANGULAR PRESTRESSED CONCRETE
PILES (TPC PILES)

WIKA BETON
WIKA BETON
N. PRESTRESSED SPUN CONCRETE POLES
FOR ELECTRICAL DISTRIBUTION LINE
(DPC POLES)

WIKA BETON
O. SEGMENTAL PRESTRESSED SPUN
CONCRETE POLES FOR ELECTRICAL
POWER DISTRIBUTION LINE
(SDPC POLES)

WIKA BETON
P. SEGMENTAL PRESTRESSED SPUN
CONCRETE POLES FOR ELECTRICAL
POWER TRANSMISSION LINE
(STPC POLES)

WIKA BETON
Q. CORE TYPE PRESTRESSED CONCRETE
PIPES (CPC PIPES)

WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
R. REINFORCED CONCRETE PIPES

WIKA BETON
WIKA BETON
LAMPIRAN 2
Formulir Inspeksi Peralatan
PT WIJAYA KARYA WIKA-K5-10-IK-006
Divisi Peralatan Konstruksi Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.6

FORM PEMERIKSAAN PERALATAN

Jenis Alat : BATCHING PLANT Tanggal Pemeriksaan : ……………………………………………………………………

Merk / Type : ………………………………………………………………………… Hour Meter ( HM ) : ……………………………………………………………………

No.Invet. / Polisi : …………………………………………………………………………

Nomor Seri : …………………………………………………………………………

KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
A. SILO SILO
1 Screw Pump Pompa ulir
2 Motor Penggerak
3 Gear Box Kotak transmisi
4 Gate Pintu pembuka
5 Bolt & Nut Silo Mur & baut silo
B. GATE MATERIAL PINTU MASUKAN MATRIAL
1 Air Cylinder Silinder udara
2 Solenoid Valve Katup selenoid
3 Limit Switch Saklar pembatas
4 Air Hose Hose udara
C. SCAP HOPPER SCAP HOPPER
1 Roll Bearing Bantalan roll
2 Bushing Bantalan
3 Treck Rel
4 Limit Switch Saklar pembatas
5 Motor Penggerak
6 Gear Box Kotak transmisi
7 Wire Rope Kabel kawat baja/sling
D. MIXER PENGADUK
1 Motor Penggerak

WIKA BETON
2 Gear Box Kotak transmisi
3 V-Belt Sabuk/tali kipas
4 Liner & Tiles Liner & tile
5 Bearing Shaft Bantalan poros
6 Blade Daun pengaduk
7 Gate mixer Pintu masukan pengaduk
E. PNEUMATIC SYSTEM SISTIM TEKANAN ANGIN
1 Air Compressor Kompressor udara
2 Motor Penggerak
3 V-Belt Sabuk/tali kipas
4 Guard Pelindung
5 Oil Oli
6 Air Hose Hose udara
7 Air Cylinder Silinder udara
8 Solenoid Valve Katup selenoid
F. WATER PUMP POMPA AIR
1 Hose Hose
2 Flow Meter Pengukur aliran
3 Valve Katup
4 Piping Pipa
5 Tank Bak
G. SCRAPPER BAJA PENGIKIS/PENGUMPUL
1 Boom Lengan
2 Wire Rope Kabel kawat baja
3 Roller Penggulung
4 Bearing Bantalan
5 Bucket Bucket
6 Motor Swing Penggerak putaran
7 Gear Swing Roda gigi putaran
8 Disc Clutch Plat kopling
9 Master Clutch Master kopling
10 Handle - handle Handle/tuas
11 Brake Shoe Sepatu rem/kampas
H. OPERATOR CABIN RUANG OPERATOR
1 Panel Control Panel kontrol
2 Wiring Kabel
3 Gauge Pengukur
4 Weigher Timbangan
5 Arm Timbangan Lengan timbangan
6 Agrigat Scale Gauge Box Box pengukur matrial
7 Glass Cabin Kaca Kabin
8 Door Cabin Pintu kabin
KESIMPULAN/SARAN

KETERANGAN :

B
R
: Baik
: Rusak
WIKA BETON
Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi
Beri tanda "X" untuk item yang tidak ada pada unit alat

Jakarta,………………………….
TA : Tidak Ada Diinspeksi oleh

QC / QA QC Workshop
PT WIJAYA KARYA WIKA-K5-10-IK-006
Divisi Peralatan Konstruksi Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.8

FORM PEMERIKSAAN PERALATAN

Jenis Alat : CONCRETE PUMP Tanggal Pemeriksaan : ……………………………………………………………………

Merk / Type : ………………………………………………………………………… Hour Meter ( HM ) : ……………………………………………………………………

No.Invet. / Polisi : …………………………………………………………………………

Nomor Seri : …………………………………………………………………………

KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
A BASIC ENGINE STANDAR MESIN
1 Engine leakage Kebocoran pada bagian-bagian engine
2 Engine mounting system Sistim dudukan mesin
3 Fan drife system Sistim penggerak kipas
4 Valve mechanis cover system Sistim penutup katup
B LUBRICTION SYSTEM SISTIM PELUMASAN
1 Breather kondisi Sistim breather
2 Oil filter system Sistim saringan oli
3 Oil lines system Sistim saluran oli
4 Oil pump system Sistim pompa oli
5 Oil pressure system Sistim tekanan oli
C COOLING SYSTEM SISTIM PENDINGIN
1 Blower fan system Sistim kipas blower
2 Engine cooler system Sistim pendingin mesin
3 Housing and regulator system Sistim selang-selang dan regulator
4 Protection cover radiator cap system Sistim pengaman tutup radiator
5 Radiator system Sistim radiator
6 Transmission oil cooler system Sistim oli pendingin transmisi
7 Water lines system Sistim saluran air
8 Water pump system Sistim pompa air
D INTAKE AND EXHAUST SYSTEM SISTIM SALURAN MASUK & BUANG
1 Air cleaner system Sistim filter udara

WIKA BETON
2 Exhaust extention system Sistim bagian-bagian saluran gas buang
3 Exhaust manifold system Sistim saluran gas buang
4 Muffler system Sistim knalpot
5 Turbocharger system Sistim turbo
E FUEL SYSTEM AND GOVERNOR SISTIM GOVERNOR & BAHAN BAKAR
1 Fuel filter system Sistim saringan bahan bakar
2 Fuel injection lines system Sistim saluran injeksi bahan bakar
3 Fuel lines system Sistim saluran bahan bakar
4 Fuel priming pump system Sistim pompa pemancing bahan bakar
5 Fuel ratio control system Sistim kontrol perbandingan bahan bakar
6 Fuel tank system Sistim tangki bahan bakar
7 Fuel transfer pump system Sistim pompa pemindah bahan bakar
8 Governor and fuel injection pump system Sistim governor & pompa injeksi bahan bakar
9 Primary fuel filter system Sistim sringan bahan bakar primer
10 Fuel tank cover system Sistim penutup tangki bahan bakar
11 Secondary fuel filter system Sistim saringan bahan bakar sekunder
12 Service meter system Sistim pengukur pemakaian
13 Fuel drain valve system Sistim katup pengurasan bahan bakar
14 Water sparator system Sistim sparator air
F ELECTRICAL SYSTEM SISTIM KELISTRIKAN
1 Alternator system Sistim alternator
2 Battrey and wiring system Sistim aki dan kabel penghubungnya
3 Electric starting motor system Sistim kelistrikan motor starter
4 Glow plug system Sistim pengapian busi
5 Lighting system Sistim penerangan
G SLIDING VALVE GREASE PIPING SYST SISTIM PIPA GEMUK KATUP GELINCIR
1 Piping assy grease system Sistim pipa perangkat gemuk
2 Pipe copper system Sistim pipa copper
3 Elbow system Sistim sambungan siku
4 Connector system Sistim penghubung
5 Coupler system Sistim coupler
6 Piece system Sistim perpotongan
7 Support main sylinder system Sistim penopang tengah silinder
8 Band "U"system Sistim band "U"
9 Bracket water tank system Sistim bracket tangki air
10 Bracket transportasi pipe system Sistim bracket pipa transportasi
11 Guard side system Sistim pengaman samping
12 Rubber cushion system Sistim bushing karet
KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
H SWING AND OUTTRIGGER SYSTEM SISTIM ALAT KELUARAN & SWING
1 Swing device assy system Sistim perangkat alat swing
2 Outtrigger assy front LH-RH system Sistim alat keluaran depan kiri & kanan
3 Outtrigger assy rear LH-RH system Sistim alat keluaran belakang kiri & kanan
4 Hydraulic piping boom system Sistim pipa hidrolik boom
5 Tube synflex/grease system Sistim pipa gemuk
6 Box outtrigger inner system Sistim box masukan outrigger
7 Box outtrigger outer system Sistim box keluaran outrigger
8 Valve assy chek for outrigger front system Sist katup pengecek u/ saluran keluar bag depan
9 Cylinder assy outtrigger front assy Perangkat silinder saluran keluar bag depan
10 Cylinder assy outtrigger rear assy Perangkat silinder alat keluaran belakang
11 Nipple greace system Sistim niple gemuk
12 Arm RH-LH system Sistim lengan kanan/kiri
13 Block join system Rumah nepel gemuk
14 Reduction assy swing system Sistim ayun perangkat reduksi
15 Motor assy system Sistim perangkat penggerak
16 Joint assy rotari system Sistim perangkat sambungan rotari
17 Bolt-bolt system Sistim baut-baut
18 Stoper system Sistim penghenti
19 Base assy system Sistim rumah gear box
20 Pin-pin system Sistim pin-pin
I BOOM AND POST ASSY PERANGKAT BOOM & POST
1 Shaft boom assy system Sistim perangkat poros boom
2 Pin link system Sistim batang pin
3 Link tension system Sistim ketegangan batang penghubung
4 Cyilinder assy boom (middle) system Sistim perangkat silinder boom (tengah)
5 Cyilinder assy boom (upper) system Sistim perangkat silinder boom (atas)
6 Cyilinder assy boom (lower) system Sistim perangkat silinder boom (bawah)
7 Valve assy pilot chek system Sistim perangkat katu pengecekan awal
8 Pin-pin system Sistim pin-pin
9 Bushing-bushing link system Sistim bantalan-bantalan penghubung
10 Boom upper system Sistim boom atas
11 Boom midle system Sistim boom tengah
12 Boom lower system Sistim boom bawah
J CHASIS CONCRETE PIPING GROUP KELOMPOK PANGKA PIPA BETON

WIKA BETON
1 Band / klem system Sistim klem
2 Joint pipe-pipe system Sistim sambungan pipa-pipa
3 Pipe bending system Sistim bengkoan pipa
4 Pipe-pipe system Sistim pipa-pipa
5 Bracket pipe system Sistim knie pipa
6 Support system Sistim penopang
7 Pipe taper system Sistim pipa tirus/peralihan
8 Pipe "Y" system Sistim pipa "Y"
9 Flexible hose system Sistim hose fleksibel
K HYDRAULIC AND PIPING SYSTEM SISTIM HIDROLIK DAN PIPA
1 Piping assy pump hydraulic system Sistim perangkat pipa pompa hidrolik
2 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose hidrolik
3 Clamp pipe hydraulic system Sistim klam pipa hidrolik
4 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring
5 Pipe suction system Sistim bagian-bagian pipa
6 Valve assy control stop system Sistim prangkat katup kontrol penghentian
L SLIDING AND PIPING SYSTEM SISTIM PIPA DAN PIPA GESER
1 Piping assy sliding hydraulic system Sistim perangkat pipa geser hidrolik
2 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose-hose hidrolik
3 Clamp pipe hydraulic system Sistim klem pipa hidrolik
4 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring
5 Pipe suction system Sistim bagian-bagian pipa
6 Valve assy control stop system Sistim prangkat katup kontrol penghentian
7 Lever system LH-RH Sistim tuas kiri - kanan
M CONTROL PIPING ASSY SYSTEM SISTIM PERANGKAT PIPA KONTROL
1 Piping assy control hydraulic system Sistim perangkat pipa pengontrol hidrolik
2 Band accumulator system Sistim pengikat aki
3 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose hidrolik
4 Clamp pipe hydraulic system Sistim klem pipa hidrolik
5 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring
6 Valve assy control stop system Sistim perangkat katup penghentian
7 Valve check system Sistim katup pengecekan
N AGITATOR PIPING SYSTEM SISTIM PIPA YANG BERGERAK
1 Piping assy agitator system Sistim perangkat pipa yang bergerak
2 Ball joint system Sistim ball join
3 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose hidrolik
4 Clamp pipe hydraulic system Sistim klem pipa hidrolik
5 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring
6 Lever link system Sistim tuas penghubung
7 Pin Link system Sistim pin penghubung
KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
O TANK PIPING ASSY GROUP KELOMPOK PIPA-PIPA TANGKI
1 Piping assy tank system Sistim perangkat pipa pada tangki
2 Element suction strainer system Sistim elemen brongsong isap
3 Filter assy reurn system Sistim perangkat filter
4 Reduser system Sistim reduser
5 Magnet system Sistim magnet
6 Gauge level system Sistim panel ukur
7 Elbow system Sistim elbow (bengkeoan pipa)
8 Conector system Sistim penghubung
9 Flange system Sistim flange(lekuan)
10 Seal-seal system Sistim seal-seal
11 Bolt-bolt system Sistim baut-baut
P OUTTRIGGER PIPING GROUP KELOMPOK PIPA ALAT KELUARAN
1 Piping assy outtrigger system Sistim perangkat pipa alat keluaran
2 Valve assy stop system Sistim perangkat katup penghenti
3 Valve assy shutle system Sistim perangkat katup pengunci
4 Hose-hose hydraulic assy system Sistim hose-hose perangkat hidrolik
5 Reduser system Sistim pengalih
6 Elbow system Sistim sambungan siku
7 Connector system Sistim penghubung
8 Flange system Sistim lekuan-lekuan
9 Seal-seal system Sistim seal-seal
10 Bolt-bolt system Sistim baut-baut

KESIMPULAN/SARAN

WIKA BETON

KETERANGAN :
Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi
B : Baik
R : Rusak Jakarta,………………………….
TA : Tidak Ada Diinspeksi oleh

QC / QA QC Workshop
PT WIJAYA KARYA WIKA-K5-10-IK-006
Divisi Peralatan Konstruksi Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.21

FORM PEMERIKSAAN PERALATAN

Jenis Alat : TRUCK MIXER Tanggal Pemeriksaan : …………………………………………………………………

Merk / Type : ………………………………………………………………………… Hour Meter ( HM ) : …………………………………………………………………

No.Invet. / Polisi : …………………………………………………………………………

Nomor Seri : …………………………………………………………………………

KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
A BASIC ENGINE STANDAR MESIN
1 Engine leakage Kebocoran pada bagian-bagian mesin
2 Engine mounting system Sistim dudukan mesin
3 Fan drife system Sistim penggerak kipas
4 Valve mechanis cover system Sistim penutup katup
B LUBRICTION SYSTEM SISTIM PELUMASAN
1 Breather system Sistim breather
2 Oil filter system Sistim saringan oli
3 Oil lines system Sistim saluran oli
4 Oil pump system Sistim pompa oli
5 Oil pressure system Sistim tekanan oli
C COOLING SYSTEM SISTIM PENDINGIN
1 Blower fan system Sistim kipas blower
2 Engine cooler system Sistim pendingin mesin
3 Housing and regulator system Sistim pipa-pipa & regulator
4 Protection cover radiator cap system Sistim pengaman tutup radiator
5 Radiator system Sistim radiator
6 Transmission oil cooler system Sistim oli pendingin transmisi
7 Water lines system Sistim saluran air
8 Water pump system Sistim pompa air
D INTAKE AND EXHAUST SYSTEM SISTIM SALURAN MASUK & BUANG
1 Air cleaner system Sistim filter udara
2 Exhaust extention system Sistim bagian-bagian saluran buang
3 Exhaust manifold system Sistim saluran buang
4 Muffler system Sistim knalpot

WIKA BETON
5 Turbocharger system Sistim turbo
E FUEL SYSTEM AND GOVERNOR SISTIM GOVERNOR & BAHAN BAKAR
1 Fuel filter system Sistim saringan bahan bakar
2 Fuel injection lines system Sistim saluran injeksi bahan bakar
3 Fuel lines system Sistim saluran bahan bakar
4 Fuel priming pump system Sistim pompa pemancing bahan bakar
5 Fuel ratio control system Sistim kontrol perbandingan bahan bakar
6 Fuel tank system Sistim tangki bahan bakar
7 Fuel transfer pump system Sistim pompa pemindah bahan bakar
8 Governor and fuel injection pump stm Sistim governor & pompa injeksi bahan bakar
9 Primary fuel filter system Sistim saringan bahan bakar primer
10 Fuel tank cover system Sistim penutup tangki bahan bakar
11 Secondary fuel filter system Sistim saringan bahan bakar sekunder
12 Service meter system Sistim pengukur penggunaan
13 Fuel drain valve system Sistim katup pengurasan bahan bakar
14 Water sparator system Sistim sparator air
F ELECTRICAL SYSTEM SISTIM KELISTRIKAN
1 Alternator system Sistim alternator
2 Battrey and wiring system Sistim aki dan kabel penghubungnya
3 Electric starting motor system Sistim kelistrikan motor starter
4 Glow plug system Sistim pengapian busi
5 Lighting system Sistim penerangan
G TRANSMISSION SYSTEM SISTIM TRANSMISI
1 Transmission control linkage system Sistim kontrol penghubung transmisi
2 Transmission control linkage play Ruang gerak kontrol sambungan transmisi
3 Transmission gear system Sistim roda gigi transmisi
4 Oil seal transmission system Sistim seal oli transmisi
H PROPELLER SHAFT SYSTEM SISTIM POROS PENGGERAK
1 Propeller shaft center bearing support Bantalan penopang tengah poros penggerak
2 Propeller shaft universal joint play Ruang main universal joint poros penggerak
3 Propeller shaft mounting bolt system Sistim baut dudukan poros penggerak
4 Universal joint system Sistim universal joint
5 Center bearing system Sistim bantalan tengah
6 Rubber center bearing system Sistim bantalan karet tengah
I CLUTCH SYSTEM SISTIM KOPLING
1 Master cylinder system Sistim master silinder
2 Clutch piping oil system Sistim pipa oli kopling
3 Clutch hose system Sistim hose kopling
4 Clutch bearing system Sistim bantalan kopling
J REAR AXLE SYSTEM SISTIM POROS PENGGERAK BELAKANG
1 Differential gear system Sistim roda gigi diferensial
2 Axle shaft mounting nuts system Sistim mur dudukan poros penggerak
3 Oil seal kondisi system Sistim kondisi seal oli
4 Oil leakage Kebocoran-kebocoran oli
KONDISI
NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KETERANGAN
B R TA
K FRONT AXLE SYSTEM SISTIM POROS PENGGERAK DEPAN
1 King pin system Sistim king pin
2 Axle beam kondisi system Sistim kondisi poros pengimbang gerak
3 Tie rod ball joint system Sistim boll joint tie rod
L STEERING SYSTEM SISTIM KEMUDI
1 Cleareance steering system Sistim clereance kemudi
2 Oil seal kondisi system Sistim kondisi seal oli
3 Worm steering system Sistim worm kemudi
M WHEEL PARKING BRAKE SYSTEM SISTIM REM PARKIR RODA
1 Parking brake system Sistim rem parkir
2 Lining brake system Sistim saluran rem
N WHEEL AND TIRE SYSTEM SISTIM RODA
1 Wheel bearing torque syst (front&rear) Sistim bantalan pada roda depan/belakang
2 Tire wear kondisi Kondisi ban
O SUSPENSION SYST & BRAKE SYST SISTIM SUSPENSI & REM
1 Suspension kondisi Kondisi suspensi
2 Shock absorber system Sistim peredam kejut
3 Bracket spring system Sistim bracket pegas
4 Brake system Sistim rem
P CAB SYSTEM SISTIM KABIN
1 Cab rear mounting system Sistim dudukan belakang kabin
2 Cab kondisi Kondisi kabin
Q HYDRAULIC CONTROL DUMP SYST SISTIM KONTROL DUMP HIDROLIK
1 Hydraulic pump system Sistim pompa hidrolik
2 Hydraulic control system Sistim kontrol hidrolik
3 Transfer gear pump system Sistim gigi transfer pompa
4 Propeller shaft system Sistim poros penggerak
5 Linkage control drum system Sistim penghubung kontrol drum
R DRUM SYSTEM SISTIM DRUM
1 Blade mixer kondisi / sudut-sudut Kondisi pisau-pisau pengaduk/ sudut-sudut
2 Cut / talang system Sistim pemotong
3 Hooper system Sistim corong isi

KESIMPULAN/SARAN

WIKA BETON

KETERANGAN :
Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi
B : Baik
R : Rusak Jakarta,………………………….
TA : Tidak Ada Diinspeksi oleh

QC / QA QC Workshop
PT WIJAYA KARYA No.Dokumen : WIKA-K5-09-IK-052
Divisi Peralatan Konstruksi Lampiran : 9.2.p
No.Revisi : 02 (amand 01)

LAPORAN HARIAN OPERASI ALAT


BATCHING PLANT
Hour Meter Nama Alat :
Nama Operator Paraf
Mulai Selesai Jumlah Merk / Type :
No.Inventaris :
1
Hari :
Tanggal :
2
Lokasi :

Waktu 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Total Waktu
Uraian 18 19 20 21 22 23 24 01 02 03 04 05 06
Pemeriksaan alat (***)
1 Jam Menit
sebelum Operasi
2 Operasi Efektif Jam Menit

Tunggu Operasi / Idle Jam Menit


3
Setup & Start Up Jam Menit
4 Down Time
Rusak (**) Jam Menit

Jenis Material Box Girder Balok Girder Cuaca


Cerah
Gerimis

WIKA BETON
Hujan
Berkabut
PEMERIKSAAN ALAT SEBELUM OPERASI
Uraian B K T L Uraian B K T L Catatan

1. Screw pump : 4. Scrapper :


- check motor - Grease roll scrapper
- grease / lumasi bearing - Check fungsi auto remote
2. Pneumatic system - Check wire rope
- check air cylinder 5. Timbangan :
- check air hose & pipe - Bersihkan weight bin
- check solenoid - Bersihkan agregat scale
3. Mixer unit : 6. Check pengoperasian
- grease bearing shaft chute
- Bersihin ruang mixer 7. Check safety belt
- Check gate mixer 8. Check APAR
- check liner / tile 9. Check P3K Standard
Keterangan : Pengesahan Pelaksana Operasi Operator
Beri tanda " V " pada bagian yang dicek / diperiks
( * ) Lakukan pengecekan saat pemanasan
( ** ) Buat CCP / PTKP apabila diperlukan penanganan seriu Tanda Tangan
( *** ) Pemeriksaan alat termasuk pemeliharaan berkala
(****) Alat Pelindung Diri (APD) Mengacuh kepada safety plan
" B " (Baik) " K " (Kurang) " T " (Tambah) " L " (Lain-lain Nama
PT WIJAYA KARYA No.Dokumen : WIKA-K5-09-IK-052
Divisi Peralatan Konstruksi Lampiran :
No.Revisi : 00

LAPORAN HARIAN OPERASI ALAT


CONCRETE PUMP
Hour Meter Nama Alat :
Nama Operator Paraf
Mulai Selesai Jumlah Merk / Type :
No.Inventaris :
1
Hari :
Tanggal :
2
Lokasi :

Waktu 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Total Waktu
Uraian 18 19 20 21 22 23 24 01 02 03 04 05 06
Pemeriksaan alat (***)
1 Jam Menit
sebelum Operasi
2 Operasi Efektif Jam Menit

Tunggu Operasi / Idle Jam Menit


3
Setup & Start Up Jam Menit
4 Down Time
Rusak (**) Jam Menit

Jenis Material Box Girder Balok Girder Cuaca


Cerah
Gerimis
Hujan
Berkabut
PEMERIKSAAN ALAT SEBELUM OPERASI
Uraian

1. Check air radiator

WIKA BETON
2. Check level oil engine & oil
3. Check level BBM & BBM
4. Check level oil Hyd. & Oil
5. Check level oil transmission
6. Check level air battery & battery
B K T L Uraian

21. Check grease tank & tank


22. Check grease pump
23. Check turn table
24. Check bearing turn table
25. Check presure system
26. Check remote control
B K T L Catatan

7. Check tegangan V-belt 27. Check Hyd. System


8. Check instrument panel 28. Check Level Control
9. Check lampu-lampu kerja 29. Check steering system
10. Bersihin filter udara 30. Check P.T.O
11. Bersihin filter solar 31. Check electrical fan
12. Bersihin ruang operator 32. Check spion
13. Grease bagian peralatan kerja 33. Check safety belt
14. Check oil rem 34. Check APAR
15. Check tekanan ban 35. Check P3K standard
16. Check kelainan suara (*) 36. Check segitiga pengaman
17. Bersihin hopper 37. Check dongkrak
18. Check hopper screw 38. Check kursi roda
19. Check sliding valve 39. Check roda cadangan
20. Check sliding pump
Keterangan : Pengesahan Pelaksana Operasi Operator
Beri tanda " V " pada bagian yang dicek / diperiks
( * ) Lakukan pengecekan saat pemanasan
( ** ) Buat CCP / PTKP apabila diperlukan penanganan seriu Tanda Tangan
( *** ) Pemeriksaan alat termasuk pemeliharaan berkala
(****) Alat Pelindung Diri (APD) Mengacuh kepada safety plan
" B " (Baik) " K " (Kurang) " T " (Tambah) " L " (Lain-lain Nama
PT WIJAYA KARYA No.Dokumen : WIKA-K5-09-IK-052
Divisi Peralatan Konstruksi Lampiran :
No.Revisi : 00

LAPORAN HARIAN OPERASI ALAT


TRUCK MIXER
Hour Meter Nama Alat :
Nama Operator Paraf
Mulai Selesai Jumlah Merk / Type :
No.Inventaris :
1
Hari :
Tanggal :
2
Lokasi :

Waktu 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Total Waktu
Uraian 18 19 20 21 22 23 24 01 02 03 04 05 06
Pemeriksaan alat (***)
1 Jam Menit
sebelum Operasi
2 Operasi Efektif Jam Menit

Tunggu Operasi / Idle Jam Menit


3
Setup & Start Up Jam Menit
4 Down Time
Rusak (**) Jam Menit

Jenis Material Box Girder Balok Girder Cuaca


Cerah
Gerimis
Hujan
Berkabut
PEMERIKSAAN ALAT SEBELUM OPERASI

WIKA BETON
Uraian B K T L Uraian B K T L Catatan

1. Check air radiator 20. Bersihin drump


2. Check level oil engine & oil 21. Check manhole
3. Check level BBM & BBM 22. Bersihin swivel chute
4. Check level oil Hyd. & Oil 23. Grease bearing swivel chute
5. Check level oil transmission 24. Bersihin chute drum
6. Check level air battery & battery 25. Check Hyd. Silinder
7. Check tegangan V-belt 26. Check Hand Speed / P.T.O
8. Check instrument panel 27. Check Hyd. Hose
9. Check lampu-lampu kerja 28. Check electrical fan
10. Bersihin filter udara 29. Check safety belt
11. Bersihin filter solar 30. Check APAR
12. Bersihin ruang operator 31. Check P3K standard
13. Bersihin ruang mesin 32. Check segitiga pengaman
14. Grease bagian peralatan kerja 33. Check dongkrak
15. Check oil rem 34. Check kursi roda
16. Check tekanan ban 35. Check roda cadangan
17. Check kelainan suara
18. Check brake system
19. Check bearing pump
20. Grease roll pump
Keterangan : Pengesahan Pelaksana Operasi Operator
Beri tanda " V " pada bagian yang dicek / diperiks
( * ) Lakukan pengecekan saat pemanasan
( ** ) Buat CCP / PTKP apabila diperlukan penanganan seriu Tanda Tangan
( *** ) Pemeriksaan alat termasuk pemeliharaan berkala
(****) Alat Pelindung Diri (APD) Mengacuh kepada safety plan
" B " (Baik) " K " (Kurang) " T " (Tambah) " L " (Lain-lain Nama
PT WIJAYA KARYA Lampiran :
Divisi Peralatan Konstruksi No.Dokumen :
Revisi :

FORM PEMELIHARAAN PERALATAN

Nama Alat Batching Plant ELBA Lokasi : …………………………………………………………


Merk / Type : Gomaco / Commander III Tanggal : …………………………………………………………
No.Inventaris : ……………………………………………………………………… HM : ………………………………………………………
Reverence : Service Manual

Aktivitas
Setip Rev. Kata
No. Uraian Bersih Grea Kali Keterangan
HM Hal gori Cek Ganti Stel
kan se brasi
1 Bersihkan Mixer 10
2 Cek & Bersihkan Weight Bin 10
3 Cek & Bersihkan Agregate Scale 10
4 Cek & Bersihkan Connection Bellows 10
5 Cek Cement Screw Conveyor 10
6 Cek & Bersihkan Water Scale 10
7 Cek & Bersihkan Additive Equipment 10
8 Cek & Bersihkan Chute 10
Bersihkan Storage Silo 10

WIKA BETON
9
1 Cek Hoise Rope 50
2 Cek Rope Fastening 50
3 Cek General Indiction Rope 50
4 Cek Sambungan Radial Scraper 50
5 Cek & Adjust Chain Tension 50
1 Cek % grease Rail Is
2 Bersihkan Nylon Trapulin Is
3 Cek & Bersihkan Wipe Rope Is
4 Cek & Rotasi Roller Is
5 Cek Limit Switch Is

Catatan :

Pengesahan Pelaksana Mekanik

Tanda tangan

Nama
PT WIJAYA KARYA Lampiran :
Divisi Peralatan Konstruksi No.Dokumen :
Revisi :

FORM PEMELIHARAAN PERALATAN

Nama Alat : Concrete Pump Lokasi : …………………………………………………………


Merk / Type : Tanggal : …………………………………………………………
No.Inventaris : ……………………………………………………………………… HM : ………………………………………………………
Reverence : Service Manual

Aktivitas
Setip Rev. Kata
No. Uraian Bersih Grea Kali Keterangan
HM Hal gori Cek Ganti Stel
kan se brasi
1 Ganti oli mesin 250 2.4
2 Ganti filter oli mesin 250 2.4
3 Ganti filter bahan bakar 250 2.3
4 Bersihkan filter udara 250 2.5
5 Bersihkan chute mixer 250 17
6 Bersihkan filter udara 250 2.5
7 Bersihkan screen FIP 250 2.3
8 Check / Stel V Belt Tension 250 -
9 Check Minyak Rem / Copling 250 1.12
10 Cek kebocoran water pump 250 -
11 Grease Cross Joint 250 -
12 Grease Propeller Shaft 250 -
13 Check Instrumen Panel 250 -
14 Grease tie rod 250 -

WIKA BETON
15 Check kelengakapan kendaraan 250 -
16 Grease Pully V Belt 250 -
17 Check Pressure Sequence Valve 250 9.7
18 Check main pump pressure 250 9.7
19 Check karet pd Control Box 250 9.7
20 Check Noise Oil Leakage M Pump 250 9.7
21 Check Noise M Pump to Boom 250 9.7
22 Check Noise M Pump to Agitating 250 9.7
23 Check Abnormal sliding rod 250 9.7
24 Check Packing piston sliding rod 250 9.7
1 Kencangkan baut turn table 500 9.9
2 Kencangkan baut fitting Bolt 500 9.9
3 Kencangkan baut sliding valve 500 9.9
4 Kencangkan baut sliding Rod 500 9.9
5 Check Upper, middle, lower boom 500 9.9
6 Check Front Trigger 500 9.9
7 Check Rear out Trigger 500 9.9
8 Bersihkan filter dalam grace tank 500 9.9
9 Bersihkan filter water sliding rod 500 9.9
10 Bersihkan oil cooler (exterior) 500 9.10
11 Grease accelerasi control sys 500 9.11
12 Grease delivery control system 500 9.12
13 Grease agiator oil pump 500 9.13
14 Grease Regulator oil Pump 500 9.14
15 Grease bearing tun tabel boom 500 9.15
16 Grease Reduction gear turn table 500 9.16
17 Grease swivel joint 500 9.17
18 Grease boom joint housing 500 9.18
19 Grease swing joint bushing hyd cyl 500 9.19
20 Check / Stel Rem 500 -
21 Check baut-baut roda 500 -
22 Check Lampu penerangan 500 -
PT WIJAYA KARYA Lampiran :
Divisi Peralatan Konstruksi No.Dokumen :
Revisi :

FORM PEMELIHARAAN PERALATAN

Nama Alat : Truck Mixer Hino / Wira Lokasi : …………………………………………………………


Merk / Type : Tanggal : …………………………………………………………
No.Inventaris : ……………………………………………………………………… HM : ………………………………………………………
Reverence : Service Manual

Aktivitas
Setip Rev. Kata
No. Uraian Bersih Grea Kali Keterangan
HM Hal gori Cek Ganti Stel
kan se brasi
1 Ganti oli mesin 250 2.4 M1
2 Ganti filter oli mesin 250 2.4 M1
3 Ganti filter bahan bakar 250 2.3 M1
4 Bersihkan hopper mixer 250 17 M1
5 Bersihkan chute mixer 250 17 M1
6 Bersihkan filter udara 250 2.5 M1
7 Bersihkan screen FIP 250 2.3 M1
8 Bersihkan Drum Mixer 250 17 M1
9 Check / Stel V belt Tension 250 - M1
10 Check Kondisi Air Radiator 250 2.4 M1

WIKA BETON
11 Check Minyak Rem / Copling 250 2.12 M1
12 Check Air Battery 250 2.17 M1
13 Check Kelengkapan kendaraan 250 - M1
14 Grease Pully V Belt 250 - M1
15 Grease Ball Joint 250 - M1
16 Grease Tire Road 250 - M1
17 Grease Cross Joint 250 - M1
18 Grease Giude Roller Mixer 250 16 M1
19 Grease Handle-2 Mixer 250 - M1
20 Stel Guide Ring / Set Belt Mixer 250 17 M1
21 Bersihkan alat 250 9.7 M1
1 Check Instrumen Panel 500 - M2
2 Check oli transmissi 500 2.7 M2
3 Check oli gardan 500 2.8 M2
4 Check baut-baut roda 500 - M2
5 Check oli hidrolik 500 - M2
6 Check lampu-2 penerangan 500 - M2
7 Check / Stel Rem 500 2.12 M2
8 Check Handle / Cable Pump 500 - M2
9 Check kebocoran oli 500 - M2
1 Ganti oli gardan 1000 2.8 M3
2 Ganti oli transmissi 1000 2.7 M3
3 Ganti filter udara 1000 2.5 M3
4 Check / Stel Kerenggangan Klep 1000 2.2 M3
5 Check / Stel Injection Timing 1000 2.2 M3
6 Check Keausan ban 1000 - M3
7 Check drive shaft (mixer) 1000 16 M3
8 Check oli hydrolik 1000 - M3
9 Check engine mounting 1000 - M3
PT WIJAYA KARYA

Divisi Peralatan Konstruksi Jenis Alat : _____________________________


No. Inventaris : _____________________________
Proyek :____________________ Bulan : _____________________________

CATATAN OPERASI ALAT

Pembacaan Hour Meter *) Pengunaan Jam **) Pemakaian Olie (liter) Jumlah Biaya Bulanan
Bahan Catatan Mengenai
Tgl Pemeriksa Tunggu Harga Jumlah
Awal Akhir Jumlah Perbaikan Bakar Mesin Transmisi Gardan Final Drive gear Swing Hydrolik Lain-lain Grease Pemeliharaan/Perbaikan No Bagian Jumlah
an ***) Operasi Stn/Ltr (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 1 Bahan Bakar
2 2 Olie Mesin
3 3 Olie Transmisi
4 4 Olie Gardan
5 5 Olie Final Drive
6 6 Olie Gear Swing
7 7 Olie Hydrolik
8 8 Olie Lain-lain

WIKA BETON
9 9 Grease
10 Pemeliharaan
10 Suku Cadang
11 Perbaikan

12 11 Lain-lain
13 Jumlah Biaya Operasi (Rp)

14 Catatan-catatan lain
15 *) : Apabila Hour Meter rusak, pencatatan jam
16 operasi alat dapat mengacu pada jam waktu.
17 **) : Jam yang digunakan adalah jam waktu
18 ***) : Pemeriksaan, termasuk pemeliharaan alat
19 sebelum operasi dan pemeliharaan berkala
20 Lembar 1: Arsip Proyek
21 Lembar 2: Laporan Ke Unit/SPL
22
23
24
25 Disetujui, Pelut/Pelaks Dibuat oleh,
26 Nama : Nama :
27 Tanggal : Tanggal :
28
29
30 Tanda tangan : Tanda tangan :
31
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi

LAPORAN REALISASI PEMELIHARAAN ALAT

Proyek : __________________________
Periode : __________________________

No. Inventaris
No. Nama Alat Merk/Type Katagori *) Ra/Ri HM Tanggal Keterangan
Lama Baru

*)
WIKA BETON
Keterangan :
Sesuai IK belum di Revisi *) Sesuia IK Revisi

M1* : 200 Jam M1* : 200 Jam


M2* : 250 Jam M2* : 500 Jam
M3* : 400 Jam M3* : 1000 Jam
M4* : 500 Jam M4* : 2000 Jam
M5* : 800 Jam
M6* : 1000 Jam
M7* : 1600 Jam
M8* : 2000 Jam

Mengetahui, Dibuat oleh,

Nama : Nama :

Tanggal : Tanggal :

Tanda tangan : Tanda tangan :


GLOSSARY
WIKA BETON
glossary g-1

Glossary
Accelerator Suatu bahan yang bila ditambahkan kedalam adukan
beton, mortar maupun adukan untuk grouting akan
meningkatkan kecepatan hidrasi semen hidrolis,
memperpendek waktu pengikatan, atau meningkatkan
kecepatan pengerasan, perkembangan kekuatan atau
kedua-duanya (lihat grouting)

Accidental Overload Kelebihan beban secara signifikan yang tidak diinginkan


dan terjadi secara tiba-tiba

Aditif Bahan tambahan yang tidak merubah sifat kimia beton


melainkan hanya berfungsi sebagai filler/pengisi rongga

Admixture Bahan tambahan kimiawi yang berfungsi merubah sifat-


sifat beton secara kimia

Agitasi Proses penggerakan adukan beton secara ringan yang


cukup untuk mencegah segregasi atau kehilangan
plastisitas

Agitator Sebuah peralatan adukan beton yang bisa berputar atau


berotasi untuk menjaga plastisitas dan mencegah
segregasi dari adukan beton dengan agitasi (Lihat agitasi)

WIKA BETON
Agitator truck Kendaraan pengangkut yang didalamnya adukan beton
segar diangkut dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan di-agitasi, badan truk dapat berupa
badan yang tak dapat bergerak/stasioner dengan agitator,
atau berupa drum yang berotasi secara terus menerus
untuk meng-agitasi isi didalamnya (Lihat juga truk mixer)

Agregat / aggregate Material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah, beton
semen hidrolis yang dipecah, atau terak tanur tinggi, yang
digunakan bersama bahan semen hidrolis untuk membuat
beton maupun mortar (Lihat juga agregat ringan,
aggregate normal dan agregat berat)

Agregat berat / Agregat dengan kepadatan besar, seperti barite, magnetite,


heavyweight aggregate hematite, limonite, ilmenite, besi atau baja, digunakan pada
beton berat/heavyweight concrete (Lihat beton berat)

Agregat normal / normal Agregate yang tidak termasuk dalam agregat berat maupun
weight aggregate agregat ringan

Agregat ringan / Agregat dengan kepadatan rendah, seperti agregat yang


lightweight aggregate dibuat dari (1) tanah liat, lempung, batu tulis/slate,
diatomaceous shale, perlite, vermiculite, atau terak, (2)
batu apung alami, scoria, batu arang vulkanik, tuff,
diatomite, (3) abu terbang, sisa arang/terak industrial, yang
digunakan pada beton ringan

Air chiller Alat pendingin air, yang biasa dipakai untuk pendingin air
adukan beton, agar hasil beton adukan memiliki suhu yang
tidak terlalu panas
glossary g-2

Air entrained concrete Beton yang didalamnya terdapat gelembung-gelembung


udara kecil (biasanya lebih kecil dari 1 mm) yang sengaja
dibuat terperangkap oleh aditif tertentu

Air entraining agent Aditif adukan beton atau mortar yang berfungsi untuk
menambah gelembung udara pada beton, mengurangi
bleeding, kebutuhan air dan segregasi, biasanya akan
meningkatkan workabilitas dan ketahanan terhadap beku

Alkali Garam-garaman dari logam alkali, terutama sodium dan


potassium, khususnya sodium dan potassium yang
terdapat dalam unsur pokok beton dan mortar, biasanya
dinyatakan dalam analisis kimia sebagai oksida Na2O dan
K2O

Bahan tambahan Material selain air, agregat, semen hidrolis dan tulangan,
yang digunakan sebagai bahan penyusun beton atau
mortar, dan segera ditambahkan kedalam adukan sebelum
atau selama pengadukan

Baja tulangan Baja berbentuk langsing yang sedemikian rupa ditanam


dalam beton sehingga baik baja tulangan dan beton
berperan menahan gaya-gaya yang bekerja padanya
secara bersama-sama

Batch Sejumlah tertentu campuran pembentuk beton maupun

WIKA BETON
mortar, yang dicampur pada saat yang bersamaan

Batching plant Sebuah instalasi untuk pencampuran maupun untuk


pencampuran dan pengadukan (misalnya: beton) secara
otomatis

Beam Balok; bagian struktur yang dikenai beban axial dan lentur,
tapi lebih dominan terhadap lentur; atau batang horisontal
berskala dari sebuah timbangan yang padanya diletakkan
pemberat

Bekisting / form Struktur sementara/temporer atau cetakan yang berfungsi


sebagai dukungan beton ketika sedang mengalami
pengikatan dan memperoleh kekuatan yang cukup agar
dapat mendukung bebannya sendiri (Lihat juga formwork)

Benda uji Sebagian dari adukan beton yang kemudian dicetak dalam
berbagai bentuk dan ukuran tertentu (silinder atau kubus)
yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari
adukan beton

Berat jenis Perbandingan antara massa suatu material tiap satuan


volume (Lihat juga bulk density dan specific gravity)

Beton Material komposit yang terdiri dari medium pengikat (pada


umumnya campuran semen hidrolis dan air), agregat halus
(pada umumnya pasir) dan agregat kasar (pada umumnya
kerikil) dengan atau tanpa bahan tambahan/additives
glossary g-3

Beton berat / heavyweight Beton dengan kepadatan yang lebih besar dibandingkan
concrete dengan beton yang dibuat dari agregat dengan berat
normal, biasanya diperoleh dengan menggunakan agregat
berat dan terutama digunakan untuk perisai radiasi

Beton bertulang Beton yang mengandung penulangan yang cukup


(prategang maupun bukan) dan direncanakan berdasarkan
asumsi bahwa kedua material (beton dan baja tulangan)
bekerja bersama-sama dalam menahan gaya-gaya yang
bekerja padanya (Lihat juga baja tulangan)

Beton ekspose Beton yang permukaannya dibentuk sedemikian rupa


dengan finishing dan tekstur yang dapat diterima untuk
diekspos/dipaparkan secara permanen (Lihat juga
finishing)

Beton hampa Beton yang air sisa reaksi hidrasinya dan udara yang
terperangkap disedot dengan cara vakum sebelum proses
pengerasan terjadi

Beton massa Beton dengan volume yang cukup besar sehingga


memerlukan pengukuran panas agar dapat mengantisipasi
panas hidrasi dan perubahan volume yang menyertainya
sehingga meminimalisasi retak

Beton normal Beton tanpa bahan tambahan/aditif dengan berat jenis


3
berkisar 2200-2500 kg/m dan dibuat dari agregat

WIKA BETON
normal/normal weight aggregate (Lihat juga agregat
ringan)

Beton prategang Beton yang tegangan-tegangan internal dengan besaran


dan distribusi tertentunya ikut diperhitungkan, sehingga
tegangan tarik yang dihasilkan dari beban layannya
dinetralkan hingga derajat yang diinginkan; pada beton
bertulang, prategang dibuat dengan memberi tegangan
awal pada tendon (Lihat juga tendon)

Beton segar Beton yang belum mengeras yang dapat dipadatkan


dengan metode-metode yang diinginkan

Beton siklop Beton massa yang didalamnya batuan besar (dapat


mencapai 50 kg atau lebih) diletakkan dan dibenamkan
kedalam beton saat penuangan

Bleeding Kecenderungan air campuran untuk naik keatas


(memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja
dipadatkan

Bonding agent Suatu bahan yang diaplikasikan pada lapisan yang


diinginkan untuk menciptakan ikatan antara lapisan
tersebut dengan lapisan selanjutnya sebagaimana antara
lapisan bawah dan lapisan terazzo diatasnya atau aplikasi
plesteran yang berlapis-lapis

Bracing Bagian struktur yang berfungsi sebagai penopang lateral


bagi bagian struktur yang lain, biasanya bertujuan untuk
menjamin stabilitas dan menyangga beban-beban lateral
glossary g-4

Brooming Finishing beton untuk membuat permukaan beton agar


tidak licin dengan memberikan pola /alur tertentu dengan
memukul-mukulkan sapu lidi atau alat pemberi tekstur
lainnya pada permukaan beton segar

Bulk density Massa suatu material (termasuk partikel padat dan air yang
terkandung) tiap satuan volume termasuk pori-porinya
(Lihat juga specific gravity)

Carbonation Reaksi antara karbondioksida dan hidroksida atau oksida


tertentu untuk membentuk karbonat, terutama dalam pasta
semen, mortar atau beton; reaksi dengan komponen
kalsium yang menghasilkan kalsium karbonat

Carborundum Batuan dengan kandungan karbon yang tinggi digunakan


dalam proses finishing beton untuk menghasilkan
permukaan yang halus

Chipping Perlakuan pada permukaan beton yang telah mengeras


dengan memahat

Clinker Sebagian hasil pembakaran tungku, sebagai bahan dasar


pembuatan semen; juga sebagai sebutan untuk material
hasil pembakaran lainnya

Cold-joint Titik sambung atau keadaan terputus yang dihasilkan oleh


penundaan waktu penuangan (misalnya: beton segar) yang

WIKA BETON
cukup untuk menghalangi penggabungan dua material
yang dituang secara berturut-turut

Compactibility (beton) Ukuran seberapa mudahnya adukan beton dipadatkan

Compacting / Pemadatan Proses untuk mengatur agar partikel-partikel padat saling


berdekatan dalam adukan beton segar atau mortar selama
proses penuangan dengan mengurangi pori-pori atau
rongga-rongga yang terjebak; biasanya dengan
penggetaran, pemutaran, menusuk-nusuk dengan balok,
tamping, atau gabungan dari beberapa cara tersebut; dapat
diterapkan pula pada campuran-campuran yang
mempunyai sifat semen, tanah, agregat, atau yang sejenis

Concrete pump Jenis peralatan distribusi yang dapat difungsikan untuk


memompakan adukan beton dari truck mixer ke lokasi
pengecoran

Construction joint Movement joint; permukaan dimana hasil penuangan beton


yang berturut-turut bertemu, pada bagian ini seringkali
diinginkan agar dapat tercipta suatu ikatan sehingga
melalui bagian ini penulangan tidak harus menerus

Core drill Sebuah alat bor untuk mendapatkan benda uji silinder dari
beton yang telah mengeras atau batuan

Cotton mat Katun yang difabrikasi dengan quilts (diisi kapas dan dijahit
beralur kotak-kotak) digunakan sebagai penutup sekaligus
penahan air untuk perawatan permukaan beton
glossary g-5

Courtyard Halaman gedung yang dikelilingi oleh tembok

Crazing Peristiwa munculnya retak halus yang muncul secara acak


pada permukaan plesteran, pasta semen, mortar atau
beton; pola retakan halus yang muncul secara acak pada
sebuah permukan

Creep Rangkak; Deformasi yang tergantung waktu akibat beban


yang bekerja secara terus-menerus

Crusher Alat yang digunakan dalam proses memecah/memperkecil


ukuran batu, terak atau yang sejenisnya

Curing Perawatan beton; pemeliharaan kandungan kelembaban


dan suhu yang memuaskan didalam beton selama umur
awal agar sifat-sifat yang diinginkan dapat dicapai secara
perlahan-lahan namun efektif

Curing Compound Cairan yang dapat diaplikasikan sebagai pelapis


permukaan beton yang baru dicor untuk memperlambat
kehilangan air, atau jika digunakan pigmental compound
(lapisan sejenis tetapi memiliki pigmen warna) lapisan ini
dapat digunakan untuk memantulkan cahaya sedemikian
hingga memberi kesempatan pada beton untuk
mengembangkan sifat-sifatnya dengan suhu dan
kelembaban lingkungan yang menguntungkan

WIKA BETON
Design load Istilah untuk menyatakan beban yang telah dikalikan faktor
tertentu

Destruktif Cara uji struktur atau benda uji dimana pada lokasi uji atau
benda uji tersebut mengalami kerusakan

Deviasi Penyimpangan kekuatan yang terjadi pada benda uji ke-n


dibandingkan dengan kekuatan beton rata-rata yang dapat
dicapai oleh sejumlah m benda uji

Deviasi standar Akar dari rata-rata kuadrat penyimpangan nilai individual


dari rata-rata keseluruhan

Diafragma Pengaku antara gelagar jembatan

Diatomaceous shale Tanah lempung yang terdiri dari silika terhidrasi (yang
hampir murni) yang tak berbentuk (opal) dan terutama
terdiri dari tumbuhan mikroskopis bernama diatom

Diatomite Batuan yang terbentuk dari diatom

Dorman period Periode dimana pasta semen masih plastis dan masih bisa
dibentuk

Double tee Produk beton pracetak terdiri dari dua batang/tangkai dan
flens yang menyambung di bagian atasnya

Driveway Jalan untuk mobil (biasanya di halaman)

Drying Shrinkage Susut beton yang diakibatkan hilangnya kelembaban dalam


beton
glossary g-6

Durability Keawetan, kemampuan struktur beton untuk menahan


keadaan lingkungan yang agresif selama umur rencananya
tanpa mengurangi performance-nya

Dynabolt Alat pengikat yang ditanam pada suatu media yang


berfungsi untuk menahan tarikan

Early frost damage Retak yang terjadi ketika air di dalam beton mengalami
pemuaian saat pertama kali membeku

Early thermal contraction Retak pada beton yang timbul akibat adanya perbedaan
temperatur yang cukup besar antara dua sisi penampang
beton

Edger Alat finishing beton dari logam yang berfungsi untuk


menghaluskan bagian tepi beton yang tidak berbatasan
dengan struktur lainnya

Edging Proses menghaluskan bagian tepi beton yang tidak


berbatasan dengan struktur lainnya, menggunakan edger
(Lihat juga edger)

Elemen non-struktural Elemen yang diasumsikan tidak memikul beban struktur

Embedded material Bahan yang ditanam secara permanen kedalam beton,


misalnya baja tulangan (Lihat juga baja tulangan)

Entry

WIKA BETON
Equivalent age
Jalan masuk

Umur beton hasil perhitungan dari umur sebenarnya


dikalikan dengan faktor tertentu

Exposed aggregate finish Finishing beton dengan menampilkan/mengekspos bentuk


agregatnya, biasanya untuk tujuan yang berhubungan
dengan arsitektural

External restraint Restraint yang disebabkan oleh faktor di luar beton itu
sendiri (Lihat juga restraint)

Falsework Struktur sementara/temporer yang didirikan untuk


mendukung pekerjaan selama proses konstruksi; terdiri dari
shoring atau tonggak vertikal, cetakan untuk balok dan
slab, serta pengaku/bracing lateral

FAS Faktor Air Semen, perbandingan antara berat air dan berat
semen yang digunakan dalam adukan, FAS menentukan
slump dan workability

Feeding hopper Wadah atau tampungan beton saat pengecoran

Ferrocement / ferosemen Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja

Fibre concrete / beton Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa
serat serat, dapat berupa serat plastik atau baja

Filling ability Kapasitas adukan beton segar untuk mengisi setiap celah
dan sudut dari cetakan dengan baik akibat berat sendirinya
glossary g-7

Final setting time Waktu yang dibutuhkan semen sejak bereaksi dengan air
sampai didapat suatu padatan dari pasta semen yang utuh
dan tidak dapat dirubah bentuknya

Finishing Meratakan, menghaluskan, mengkonsolidasi/memadatkan,


dan perlakuan-perlakuan lainnya terhadap permukaan
beton segar atau beton yang baru dituang ataupun mortar
untuk menghasilkan bentuk tampilan permukaan dan
kemampuan layan yang diinginkan

Float Alat finishing beton dari kayu atau aluminium magnesium,


sering disebut sebagai raskam. Berguna untuk
menghaluskan permukaan beton yang telah dicor

Float Blade Bagian dari trowel mekanis, berfungsi untuk melakukan


floating/menghaluskan permukaan beton yang telah selesai
dicor

Floating Pekerjaan finishing permukaan beton segar atau mortar


dengan alat yang disebut float, finishing ini dilakukan
sebelum trowelling jika trowelling diinginkan sebagai jenis
finishing terakhir (Lihat float dan trowelling)

Fly ash Residu bertekstur halus (dari pembakaran tanah atau batu
bara bubuk) yang diangkut dari tungku melalui ketel oleh
pipa gas

Formwork

WIKA BETON Sistem pendukung total untuk beton tuang segar, termasuk
cetakannya/bekisting yang langsung bersentuhan dengan
betonnya, maupun bagian-bagian pendukungnya,
perangkat keras dan pengaku/bracing yang diperlukan
(Lihat juga falsework)

Gap graded aggregate Agregat dengan gradasi sedemikian rupa sehingga ukuran
medium tertentu ditiadakan

Girder Balok yang berukuran besar, biasanya horisontal, berfungsi


sebagai bagian struktur yang utama

Gradasi Distribusi ukuran partikel dari material butiran; biasanya


dinyatakan dalam persentase kumulatif lebih besar atau
lebih kecil dari rangkaian ukuran-ukuran tertentu (lubang
ayakan) atau persentase diantara rentang ukuran lubang
ayakan tertentu

Grinding Pekerjaan finishing berupa pemangkasan tonjolan dari


sebuah perkerasan maupun penghilangan sirip-sirip dari
struktur beton

Grout Campuran material yang bersifat seperti semen dan air,


dengan atau tanpa agregat, yang dirancang untuk
menghasilkan kelecakan penuangan tanpa segregasi dari
unsur-unsur pokoknya; atau campuran dari bahan-bahan
lainnya tapi memiliki kelecakan yang sama

Grouting Proses mengisi rongga atau pori dengan bahan grout (Lihat
juga grout)
glossary g-8

Gunite machine Peralatan pengecoran yang berfungsi untuk melakukan


pekerjaan shotcrete

Hammer test Metode pengujian beton berdasarkan korelasi kekakuan


pegas

Hand Tamping Pekerjaan finishing beton dengan menggunakan alat


tamper manual (Lihat juga tamper)

Hemisphere Bentuk geometris setengah bola yang dibatasi oleh sebuah


lingkaran besar

Herringbone Pola atau corak seperti pucuk rebung atau kerangka Haring

Hidrasi Reaksi kimia antara partikel semen dan air yang


menghasilkan pasta semen/bahan pengikat

Initial setting time / waktu Waktu yang dibutuhkan semen sejak saat bereaksi dengan
pengikatan awal air sampai didapat pasta semen yang mulai kaku dan mulai
tidak dapat dikerjakan (kehilangan sebagian sifat
plastisnya)

Injection pump Pompa injeksi

Internal vibrator Alat pemadat beton/vibrator yang dapat dimasukkan


kedalam beton segar pada lokasi-lokasi yang telah

WIKA BETON
ditentukan

Iron blast-furnace slag Terak besi tanur tinggi

Jenuh kering muka Kondisi suatu partikel agregat atau partikel padat berpori
lainnya saat pori-pori permeabelnya dipenuhi air tetapi
tidak ada air pada permukaannya yang terekspos

Kaison Struktur (biasanya pondasi) dibuat dengan pemancangan,


kemudian menggalinya dan mengisi rongga-rongganya
dengan beton

Kelecakan Pergerakan relatif atau kemampuan adukan beton segar


atau mortar untuk mengalir; biasanya diukur dengan nilai
slump untuk beton, flow untuk mortar atau grout,
penetration reistance untuk pasta semen plastis

Kerb Kanstin; struktur pada jalan yang berfungsi sebagai


pelindung, misalnya pada trotoar

Koefisien ekspansi thermal Regangan yang terjadi di dalam beton setelah mengalami
perubahan suhu tertentu dimana betonnya tidak terkekang
(restraint) baik secara internal (oleh baja tulangan) maupun
secara eksternal (Lihat juga restraint)

Kuat geser Gaya geser maksimum yang dapat didukung oleh bagian
struktur yang mengalami lentur pada lokasi tertentu yang
dibatasi oleh efek kombinasi antara gaya geser dan
momen lentur
glossary g-9

Kuat lentur Sifat dari material atau bagian struktur yang menunjukkan
kemampuannya untuk mencegah keruntuhan akibat lentur;
pada bagian struktur beton yang menahan lentur, kuat
lentur adalah momen lentur pada suatu bagian dimana
kapasitas lentur ijin maksimum dicapai; untuk bagian
struktur yang menahan lentur pada under-reinforced
concrete, kuat lentur adalah momen lentur dimana
regangan tekan didalam beton mencapai 0.003; untuk
over-reinforced, kuat lentur adalah momen lentur dimana
tegangan tekan mencapai 85% dari kekuatan silinder
beton; untuk beton tak bertulang, kuat lentur adalah
momen lentur dimana kuat tarik beton mencapai nilai
modulus keruntuhan/modulus of rupture (Lihat juga
modulus of rupture)

Kuat tarik Tegangan persatuan luas maksimum yang dapat ditahan


oleh suatu material dibawah beban tarik aksial; didasarkan
atas luasan penampang dari benda uji sebelum
pembebanan

Kuat tekan Beban tekan yang dapat dipikul oleh benda uji /sample
beton sampai runtuh

Laitance Kelembaban tinggi diatas permukaan beton segar

Lantai kerja Lapisan dasar berupa mortar untuk pekerjaan levelling

WIKA BETON
Liquid-membran-forming- Bahan perawatan beton berupa cairan yang disemprotkan
compound atau dioleskan dengan menggunakan kuas pada
permukaan beton yang telah mengeras. Bahan ini akan
membentuk semacam membran yang melapisi beton
setelah mengering

Long therm drying Retak beton yang timbul karena penyusutan volume
shrinkage penampang akibat hilangnya air campuran, baik secara
kimia maupun fisika selama proses pengerasan

Mixing Proses pencampuran berbagai material untuk membuat


mortar atau beton

Mobilitas (beton) Keterikatan antara sifa-sifat beton seperti kekentalan,


kohesi dan tahanan geser internal

Modulus of rupture Sebuah ukuran daya dukung ultimit dari sebuah balok,
kadangkala disebut sebagai rupture modulus atau rupture
strength.

Moist earth Metode perawatan beton dengan cara menutupi seluruh


permukaan beton dengan tanah basah

Monolitik Beton tanpa tulangan maupun beton bertulang yang dicor


maupun dipasang sebagai suatu massa atau struktur
tunggal yang integral
glossary g-10

Mortar Campuran dari pasta semen dan agregat halus; pada


beton segar, material ini mengisi celah diantara partikel-
partikel agregat kasar; untuk pasangan batu, mortar
menggunakan semen khusus untuk pasangan batu, atau
menggunakan semen hidrolis yang mengandung kapur
(dan mungkin juga campuran yang lain) untuk
menghasilkan plastisitas dan workabilitas yang lebih besar
daripada yang dapat dicapai mortar dengan semen hidrolis
standar

Movement joint Lihat construction joint

Over vibrate Penggunaan vibrator yang berlebihan selama penuangan


adukan beton segar, yang menyebabkan segregasi,
stratifikasi dan bleeding yang berlebihan (Lihat juga
bleeding)

Pan mixer Sebuah mesin yang digunakan untuk mencampur unsur-


unsur pokok pembentuk beton, grout, mortar, pasta semen
atau campuran lainnya (Lihat juga grout, mortar dan
pasta semen)

Panas hidrasi Panas/kalor yang dilepaskan adukan beton saat terjadi


proses hidrasi (Lihat juga hidrasi)

Pass Menggerakkan alat dengan satu lintasan tertentu dalam


satu gerakan pada suatu area operasi tertentu

WIKA BETON
Passing ability Kapasitas adukan beton segar untuk mengalir melalui
ruang yang terbatas dan celah sempit, misalnya daerah
tulangan yang rapat tanpa segregasi, kehilangan
keseragaman atau blocking

Pasta semen Campuran antara semen hidrolis dan air yang membentuk
suatu adukan yang kental

Patching Proses menambal penampang beton yang berlubang


dengan pasta semen menggunakan bantuan trowel. Bila
lubng cukup besar, sebelum ditambal, lubang diisi dengan
campuran kerikil

Patio Emperan terbuka dibelakang rumah

PC (1) Portland Cement, semen hidrolis yang dihasilkan


dengan menghaluskan clinker semen portland dan
biasanya mengandung kalsium sulfat (Lihat juga clinker)
(2) Prestressed Concrete (Lihat beton prategang)

Pelat (1) Istilah yang berhubungan dengan cetakan beton:


bagian yang rata, horisontal, baik di bagian atas maupun
bawah atau kedua-duanya atau sering disebut papan, dan
bisa juga diletakkan diatas tanah (2) Istilah yang
berhubungan dengan desain struktur; bagian struktur yang
tingginya jauh lebih kecil bila dibandingkan panjang dan
lebarnya
glossary g-11

Perlite Batuan vulkanik yang memiliki struktur seperti kaca alam,


biasanya memiliki kandungan air yang lebih tinggi daripada
batu obsidian; bila dibuat memuai oleh panas, dapat
digunakan sebagai bahan insulator dan agregat ringan
pada beton, mortar dan plesteran

Permeabilitas (terhadap Debit (air) dengan kondisi aliran laminer yang melalui satu
air) satuan luas penampang dari suatu bahan berpori dibawah
satu satuan gradien hidrolis dan kondisi suhu dasar,
biasanya 20oC

Plastic settlement crack Retak pada beton yang timbul karena adanya perbedaan
tahanan penurunan material beton antara posisi yang
bebas (unrestraint) dengan posisi yang terkekang
(restraint)

Plastic shrinkage crack Retak pada beton yang timbul karena adanya penyusutan
volume pada permukaan beton yang masih plastis akibat
tingginya tingkat penguapan yang melebihi porsi bleeding

Plasticiser Aditif adukan beton yang berfungsi meningkatkan


keplastisan beton, digunakan untuk pengecoran yang
membutuhkan nilai slump yang tinggi

Plastisitas Sifat yang kompleks dari suatu material yang melibatkan


suatu kombinasi dari sifat pergerakan dan besarnya nilai
leleh; Sifat dari adukan pasta semen segar, beton atau

WIKA BETON
mortar yang menentukan ketahanannya terhadap
deformasi/perubahan bentuk atau kemudahan dibentuk

Polyfilm Multiplek yang satu atau kedua sisinya dilapisi film

Post tensioning Metode memberi tegangan awal pada beton bertulang


dimana tendon diberi tegangan setelah beton mengeras

Pozzolan Material yang mengandung silika atau silika dan aluminum,


yang didalamnya sendiri hanya sedikit bahkan cenderung
tidak memiliki sifat seperti semen, tapi akan memiliki sifat
tersebut setelah berbentuk serbuk dan bersentuhan
dengan kelembaban, bereaksi secara kimia dengan
kalsium hidroksida pada suhu normal untuk membentuk
suatu bahan yang memiliki sifat-sifat semen/pengikat

Protective hose Selang pada vibrator

Pulse velocity crack Alat untuk mengukur kedalaman retak beton berdasarkan
recorder prinsip ultrasonik

Quality assurance Kegiatan yang dilakukan oleh owner atau perwakilannya


untuk menjamin bahwa apa yang sedang dikerjakan dan
apa yang sedang disediakan telah sesuai dengan standar
kerja yang berlaku

Quality control Kegiatan yang dilakukan oleh produsen atau kontraktor


untuk memeriksa apa yang sedang dikerjakan dan apa
yang sedang disediakan, sehingga standar kerja yang
berlaku diikuti dengan baik
glossary g-12

Rangkak Lihat creep

Rangkak Peningkatan deformasi (regangan) secara bertahap


terhadap waktu akibat beban yang bekerja secara konstan

Rate of evaporation Kecepatan penguapan kandungan air

RC Reinforced Concrete (Lihat beton bertulang)

Ready-mix Sering disebut sebagai beton pra-campur; beton yang


diproduksi untuk diantarkan kepada pembeli dalam kondisi
plastis dan belum mengeras

Regangan / strain Perubahan panjang tiap satuan panjang, dari ukuran linier
suatu bagian; Jumlah tak berdimensi/tak bersatuan yang
dapat dinyatakan dalam persen, inch per inch, milimeter
per milimeter, tapi lebih sering dinyatakan tiap satuan juta
6
atau 10

Restraint Pembatasan bebasnya gerakan dari beton segar atau yang


telah mengeras yang mengikuti selesainya proses
pengecoran kedalam formwork, cetakan, atau ruang
terbatas lainnya; kekangan dapat bersifat internal atau
eksternal dan dapat bekerja ke satu arah atau lebih (Lihat
juga formwork)

WIKA BETON
Retak intrinsik Retak pada fase plastis maupun pada proses pengikatan
dikarenakan oleh tegangan-tegangan yang terjadi dari
dalam yang diakibatkan oleh unsur material penyusun
beton itu sendiri

Retak plastis Retak yang timbul di permukaan beton segar segera


setelah beton dituang dan ketika kondisinya masih plastis

Retarder Aditif yang berfungsi untuk memperlambat pengikatan awal


pasta semen dan campuran sejenis lainnya seperti mortar
dan beton yang mengandung semen; digunakan untuk
pengecoran jarak jauh dan pengecoran yang memerlukan
panas hidrasi rendah

Re-vibration Pelaksanaan vibrasi/penggetaran beton segar sebanyak


satu kali atau lebih setelah selesainya pengecoran dan
pemadatan awal, tapi sebelum waktu pengikatan awal
beton/ initial setting time(Lihat juga initial setting time)

Rheology Ilmu tentang deformasi dan aliran material

RPM Rotation Per Minute, satuan yang menyatakan banyaknya


perputaran alat dalam satu menit

Rubbing Proses finishing beton dengan menggunakan butiran


penggosok untuk menghilangkan ketidakteraturan dari
permukaan beton
glossary g-13

Sack-rubbed finishing Finishing untuk permukaan beton yang telah mengeras


untuk menciptakan tekstur yang rata dan mengisi semua
lubang dan celah udara; setelah membasahi permukaan
beton hingga menjadi lembab, mortar digosokkan
keseluruh permukaan, kemudian sebelum mengering,
campuran semen kering dan pasir digosokkan kembali ke
permukaan dengan segumpal goni atau spons-karet untuk
memindahkan kelebihan mortar sekaligus mengisi pori-pori

Sampling Satu grup maupun satu bagian material, diambil secara


berturut-turut dari kumpulan yang lebih besar dari unit
tersebut atau dari jumlah material yang lebih besar, untuk
menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai
dasar untuk pengambilan tindakan terhadap kumpulan
darimana dia diambil atau pada proses produksi; istilah
tersebut juga digunakan dalam hal yang berhubungan
dengan pengujian sample/contoh

Scoria Gelembung-gelembung semburan vulkanik berukuran


besar, dengan komposisi dasar dan ditandai oleh warna-
warna gelap; material relatif berat dan sebagian berbentuk
kaca, sebagian berbentuk kristal; gelembung-gelembung
tersebut biasanya tidak saling menggumpal (Lihat juga
agregat ringan)

Screed (1) Meratakan beton yang terletak diatas bidang atau


bentuk yang tidak diinginkan. (2) Alat untuk meratakan

WIKA BETON
permukaan beton yang terbuat dari kayu atau logam
dengan lempengan lurus, digerakkan dengan gerakan
seperti menggergaji kearah depan; ada pula alat yang
dilengkapi dengan penggerak mesin

Screeding Operasi membentuk suatu permukaan menggunakan alat


screed (Lihat juga screed)

Screen Ayakan; peralatan untuk memisahkan material berbutir


menurut ukuran butirnya, menggunakan anyaman atau alat
sejenis dengan celah berukuran seragam dengan jarak
tetap

Segregasi Kecenderungan agregat kasar untuk memisahkan diri dari


campuran adukan beton

Self-compacting concrete Beton yang dapat mengalir dan memadat dengan hanya
(SCC) menggunakan beratnya sendiri, mengisi cetakan secara
penuh, meskipun konfigurasi tulangannya sangat rapat,
dengan tetap menjaga homogenitasnya dan tidak
memerlukan pemadatan tambahan.

Semen blended hidrolis Semen hidrolis yang unsur pokoknya terdiri dari paduan
sempurna antara butiran terak tanur tinggi dan batu kapur
terhidrasi; atau paduan sempurna antara semen portland
dan butiran terak tanur tinggi, semen portland dan
pozzolan, atau semen portland terak tanur tinggi dan
pozzoland, dihasilkan dengan menggiling clinker semen
portland bersama material lainnya atau dengan mencampur
semen portland bersama material lainnya, atau kombinasi
antara menggiling sambil mencampur
glossary g-14

Semen hidrolis Semen yang mengeras oleh interaksi kimia dengan air dan
dapat pula mengeras didalam air

Semen hidrolis ekspansif Semen hidrolis yang bila bercampur dengan air,
menghasilkan pasta yang, setelah mengeras, volumenya
cenderung meningkat secara signifikan hingga tingkat yang
lebih besar daripada yang terjadi pada pasta semen
portland; digunakan untuk mengimbangi berkurangnya
volume akibat penyusutan atau akibat tegangan tarik
induksi tulangan (pada beton prategang-post tensioning) 1.
semen ekspansif, tipe K-campuran antara semen
portland, tetrakalsium trialumina sulfat tak terhidrasi
(C4A3S), kalsium sulfat (CaSO4) dan kapur (CaO); C4A3S
adalah unsur pokok dari clinker yang dibakar secara
terpisah yang hampir sama dengan semen portland atau
dapat juga terbentuk secara simultan bersama dengan
bahan clinker portland semen selama proses pembakaran.
2. semen ekspansif, tipe M-campuran antara semen
portland, semen kalsium-aluminat dan kalsium sulfat
dengan proporsi yang sesuai. 3. semen ekspansif, tipe S-
semen portland yang mengandung trikalsium aluminat
(C3A) yang dihitung dengan teliti dan sejumlah kalsium
sulfat diatas kadar yang biasanya dikandung semen
portland

Semen portland (Lihat PC)

Settlement
WIKA BETON
Setting time Waktu yang dibutuhkan oleh semen untuk
mengadakan proses pengikatan/menjadi keras
mulai

Tenggelamnya partikel padat kedalam grout, mortar, atau


beton segar setelah penuangan dan sebelum pengikatan
awal

Sheet pile Tiang berbentuk papan ditanam kedalam tanah dengan


jarak yang dekat dan saling mengikat dengan yang lainnya
sehingga membentuk dinding yang rapat untuk menahan
tekanan lateral dari air, tanah yang berdekatan, atau
material lainnya; dapat pula memiliki ’alur dan lidah’ jika
dibuat dari kayu atau beton dan memiliki sistem saling
mengikat/interlocking jika dibuat dari logam

Shoring Penyangga atau tonggak dari kayu atau material (dengan


kemampuan tekan) lainnya digunakan sebagai dukungan
sementara untuk penggalian, formwork, atau struktur dalam
kondisi yang rawan; dapat juga diartikan sebagai proses
mendirikan penopang (Lihat juga falsework)

Shotcrete Pekerjaan menyemprotkan cairan semen yang dicampur


dengan pasir halus

Shrinkage Pengurangan baik dalam panjang maupun volume.


Catatan: mungkin juga dibatasi sebagai akibat dari
perubahan kandungan kelembaban atau kandungan kimia
glossary g-15

Silica fume Silika halus noncrystal dihasilkan dari tungku busur listrik
sebagai hasil sampingan produksi barang-barang berbahan
silikon atau paduan yang mengandung silikon; juga dikenal
sebagai silica fume terkondensasi atau microsilica

Site-mix Beton yang material-material pembentuknya dicampur di


lapangan atau dekat dengan tempat pengecoran

Slab Lapisan tercetak dari beton dengan atau tanpa tulangan,


memiliki permukaan datar, horisontal atau setidaknya
hampir horisontal, dengan ketebalan yang biasanya
seragam, tapi dapat pula bervariasi, baik terletak diatas
tanah atau didukung oleh balok, kolom, tembok, atau
rangka struktur yang lainnya

Slump Ukuran kecairan atau kepadatan adukan beton. untuk


beton normal berkisar antara 5-12.5 cm

Slump-flow Deskripsi dari daya alir adukan self-compacting concrete


dalam kondisi tanpa pembatasan, diukur dari diameter rata-
rata dari penyebaran beton segar yang diuji menggunakan
alat slump-cone konvensional. Diameter diukur dalam dua
arah yang saling tegak lurus.

Specific gravity Perbandingan antara massa satu satuan volume suatu


material terhadap massa dengan volume yang sama dari
air suling pada suhu tertentu. (1) apparent specific

WIKA BETON
gravity-perbandingan massa satu unit volume material
kedap air pada suhu tertentu terhadap massa air suling
pada volume yang sama. (2) bulk specific gravity-
perbandingan massa satu unit volume material (termasuk
pori kedap dan tidak kedap air, tetapi tidak termasuk
rongga yang berada diantara partikel-partikel material
tersebut) pada suhu tertentu terhadap massa air suling
pada volume yang sama. (3) bulk specific gravity (jenuh
kering permukaan)-perbandingan massa satu unit volume
material, termasuk massa air diantara pori-porinya (tapi
tidak termasuk rongga diantara partikel-partikel) pada suhu
tertentu terhadap massa air suling pada volume yang sama

Spesimen kubus Sebuah sample berbentuk kubus biasanya digunakan


untuk pengujian (Lihat juga sampling)

Stability (beton) Kemampuan beton segar untuk menahan segregasi ketika


mengalir kedalam cetakan

Steam curing Perawatan beton dengan mengalirkan uap air dengan


tekanan atmosfer (atau dengan tekanan yang lebih besar)
o
dan pada suhu antara 40-215 C.

Strength Kekuatan; Istilah umum untuk menyatakan kemampuan


material untuk menahan regangan atau keruntuhan yang
disebabkan gaya-gaya dari luar (Lihat juga kuat geser,
kuat lentur, kuat tarik dan kuat tekan)

Stroke Hentakan/pukulan secara periodik


glossary g-16

Super plasticiser Aditif adukan beton yang berfungsi untuk mengurangi


kebutuhan air atau menghasilkan keplastisan beton yang
tinggi, tanpa menyebabkan perlambatan pengerasan yang
tidak perlu atau pemerangkapan udara dalam mortar atau
beton. Digunakan untuk pengecoran yang membutuhkan
nilai slump yang tinggi

Surface sealing Metode perawatan beton dengan melapisi permukaan


beton keras, baik dengan lapisan waterproof/plastik film
maupun bahan cair khusus yang dapat membentuk
membran, baik untuk mencegah atau mengurangi
penetrasi bahan cair atau gas, misalnya: air, larutan agresif
dan karbondioksida selama pemaparan/tereksposnya
permukaan saat masa layannya

Susut Lihat shrinkage

T500 Waktu yang diperlukan oleh adukan SCC pada saat


pengujian slump-flow untuk menyebar hingga diameter
rata-rata 500 mm tanpa mengalami segregasi

Tamper (1) Sebuah alat yang digunakan untuk mengkonsolidasi


beton atau mortar didalam cetakan atau bekisting (2)
Peralatan yang dioperasikan dengan tangan untuk
mengkonsolidasi permukaan lantai atau beton yang belum
dibentuk permukaannya dengan memanfaatkan pukulan
dari alat yang dijatuhkan sebagai persiapan finishing.

WIKA BETON
Bagian yang berhubungan dengan beton seringkali berupa
semacam ayakan atau kisi-kisi untuk memaksa agregat
kasar turun hingga kebawah permukaan agar tidak
mengganggu proses finishing selanjutnya, misalnya floating
atau trowelling

Tamping Pekerjaan konsolidasi beton segar yang dituang dengan


pukulan-pukulan berulang atau penetrasi dengan sebuah
tamper (Lihat juga tamper)

Tegangan Intensitas gaya-gaya dalam (gaya tiap satuan luas)


dihasilkan oleh kedua bagian yang berdekatan yang saling
melintang terhadap bidang pemisah imajiner; jika gaya-
gaya bekerja searah bidang, tegangan yang dihasilkan
disebut tegangan geser; jika gaya-gaya bekerja tegak
lurus bidang, tegangannya disebut tegangan normal; jika
tegangan normal mengarah ke bagian dimana ia bekerja,
tegangan disebut tegangan tekan; jika tegangan normal
mengarah menjauhi bagian dimana ia bekerja, tegangan
akan disebut tegangan tarik

Tendon Sebuah elemen baja, seperti kawat, kabel, batang, atau


untaian, atau berkas dari elemen sejenisnya, terutama
digunakan untuk menegangkan sehingga menyebabkan
tegangan tekan pada beton

Thermal shrinkage crack Retak susut yang dialami beton akibat perubahan suhu
glossary g-17

Thixotropy Kecenderungan material (misalnya SCC) untuk mengalami


kehilanagn daya alir/fluiditasnya secara progresif jika
dibiarkan saja tetapi dapat memperoleh daya alirnya jika
diberikan energi

Tie-rod Batang yang diikatkan ke angkur pada struktur, pondasi


kaku, batu atau angkur didalam tanah untuk mencegah
perpindahan lateral dari formwork (akibat tekanan zat cair
dari beton segar yang belum mengeras), dinding sheet pile,
dinding penahan/retaining wall, sekat, dll (Lihat juga sheet
pile, formwork)

Tremie Pipa atau tabung yang melaluinya beton dicor kedalam air,
dibagian ujung atasnya terdapat semacam corong untuk
pengisian dan sebuah timba untuk memindahkan
rangkaian alat

Trowel Sebilah baja dengan permukaan yang luas, rata,


dioperasikan dengan tangan, digunakan dalam operasi
finishing tahap terakhir untuk menghasilkan permukaan
lantai beton dan permukaan lain, yang relatif halus; dapat
juga diartikan sebagai sebilah alat berbentuk segitiga
dengan permukaan rata digunakan untuk mengaplikasikan
mortar pada penyusunan pasangan batu

Trowelling Menghaluskan dan memadatkan permukaan beton segar


yang belum berbentuk dengan tekanan-tekanan yang

WIKA BETON
dihasilkan oleh alat trowel (Lihat juga trowel)

Truk mixer Sebuah alat pencampur beton yang dipasang diatas


rangka truk dan mampu untuk mencampur beton selama
dalam pengangkutan (Lihat juga agitator truck)

Unrestraint Keadaan dimana suatu bagian struktur bebas bergerak


pada arah tertentu, beberapa arah dan dapat juga
kesemua arah (Lihat juga restraint)

Variabilitas Suatu besaran yang menyatakan rata-rata penyimpangan


mutu beton dari sejumlah benda uji (data test)
dibandingkan dengan rata-rata mutu beton yang bisa
dicapai

Water reducer Aditif adukan beton yang tidak hanya dapat meningkatkan
nilai slump adukan mortar atau beton segar tanpa
menambah jumlah air, tetapi dapat pula mempertahankan
nilai slump dengan jumlah air yang lebih sedikit, efek ini
timbul bukan akibat udara yang terperangkap

Waterproof Kedap air, baik dalam bentuk cair maupun uap (Karena
tidak ada sesuatupun yang dapat sepenuhnya tidak dapat
’ditembus’ air dibawah tekanan yang tak terhingga selama
waktu yang tak terhingga, istilah ini sebaiknya tidak
digunakan)

Vermiculite Sebuah nama untuk sekelompok mineral yang berlapis-


lapis, hidrasi silika dari aluminum, magnesium dan besi;
ditandai dengan pengelupasan yang dapat dilihat saat
dipanasi; juga diartikan sebagai unsur utama tanah liat
glossary g-18

Vibrator Mesin yang dapat berosilasi, digunakan untuk


menggetarkan beton segar sedemikian hingga dapat
mengeliminasi rongga, termasuk udara terperangkap (Tapi
bukan udara terperangkap yang sengaja dibuat untuk air
entrained concrete) dan untuk menghasilkan kontak yang
erat, tanpa celah, dengan permukaan cetakan dan material
tertanam

Viscosity modifying Bahan tambahan yang memodifikasi tingkat kohesi


admixture (VMA) (biasanya self-compacting concrete) tanpa mengubah
fluiditas secara signifikan

Workability Sifat adukan beton segar atau mortar yang menentukan


kemudahan dan homogenitas, yang dengannya beton atau
mortar tersebut dapat dicampur, dituang, dipadatkan dan
di-finishing

VPM Vibrations Per Minute, satuan untuk menyatakan


banyaknya getaran dalam satu menit yang dapat dilakukan
oleh internal vibrator

WIKA BETON
DAFTAR PUSTAKA

American Concrete Institute. 1998. ACI Manual of Concrete Practice Part 1:


Materials and General Properties of Concrete. Michigan: ACI

American Society for Testing and Materials. 1995. Annual Book of ASTM
Standards. Volume 04.01: Cement; Lime; Gypsum.
Philadelphia,USA.

Anonim. 2004. Guidelines For Curing and Sealing Concrete. Accessed


from:www.kuhlman-corp.com/curing.html on November 22, 2004

Anonim. 2004. Placing, Compacting and Finishing Copncrete. Accessed


from: www.minimix.com.au/handy_hints/indeks.html on November
22, 2004

Anonim. Glossary of Terms and FAQs. Accessed from:


www. hepworthconcrete.co.uk/html/prod11_1.htm on July 16, 2005-
07-27

Anonim.2004. Concrete. Accessed from:


www.Infodotinc.com/content/construction/14042_(193-204).htm on
November 24, 2004

WIKA BETON
Biro Enjiniring II. 2004. Pedoman Pekerjaan Beton. Jakarta: PT Wijaya Karya

Bouzoubaa N. dan Lachemi N. 2001. Self Compacting Concrete


Incorporating High-Volumes of Class F Fly Ash: Preliminary Results.
Accessed from:
hvfacprojectindia.com/researchdoes/preliminary_results_of_self_co
mpacting_concrete_with_hvfly.pdf

EFNARC. 2002. Specification and Guidelines for Self-compacting Concrete.


Accessed from: www.efnarc.org/pdf/SandGforSCC.pdf on June 22,
2005

El-Ariss, Bilal. 2004. Mix Design of Self-Compacting Concrete. Accessed


from:
http://sra.uae.ac.ae/conference_6/proceedings/PDF/Engineering/En
g-11.pdf on May 31, 2005

European Project group. 2005. The European Guidelines for Self-


compacting Concrete: Specification, Production and Use. Accessed
from: http://efca.info/pdf/SCC%20guidelines%20May%202005 on
June 22, 2005

Ford, Jerome H. 2003. Internal or external vibration? Done correctly, either


will produce a high-quality finish of concrete. Accessed from:
www.findarticles.com/p/articles/mi_mONSX/i5_1_48/ai_97298268
on July 16, 2005
Kardiyono. 1992. Teknologi Beton. Yogjakarta: UGM Press

Kosmatka and Panarese. 1988. Design and Control of Concrete Mixtures.


Illinois: Portland Cement Association

Madupu, LNK Sai. Self-Compacting Concrete. Accessed from:


http://igsguntur.tripod.com/index_files3/finpap.htm on June 21, 2005

Murdock and Brook. 1979. Concrete Materials and Practice/Bahan dan


Praktek Beton. Diterjemahkan oleh Ir. Hendarko. Jakarta: Erlangga

Rachman Suhanda, Suryadi. 2004. Teknologi Beton (Material Penyusun


Beton). Dipresentasikan dalam Forum Enjiniring WIKA 2004 tanggal
8-9 Maret 2004. Jakarta

Suardi Bahar. 2004. Peningkatan Kualitas dan Tampilan Produksi Beton PT


Wijaya Karya. Dipresentasikan dalam Forum Enjiniring WIKA 2004
tanggal 8-9 Maret 2004. Jakarta

Walraven, J. 2003. Structural Applications of Self Compacting Concrete.


Proceedings of 3rd RILEM International Symposium on Self
Compacting Concrete, Reykjavik, Iceland. RILEM Publications PRO
33, Bagneux, France, August 2003 PP 15-22

WIKA BETON
SUMBER GAMBAR

• ACI Manual Part 1 (Material and General Properties of Concrete)


• Company Profile PT Wijaya Karya
• http://efca.info/
• http://my.ecplaza.net/vibromaste/
• http://stlvibrator.com/vibratingtables.htm
• Proyek-proyek PT Wijaya Karya:
o Proyek CCPP Cilegon
o Proyek Jalan dan Jembatan Tiga Raksa Tangerang
o Proyek Pembangunan Fly Over Tanjung Barat
o Proyek Pembangunan Gedung Tarida Jakarta
o Proyek Pembangunan Jalan Layang Pancoran Jakarta
o Proyek Pembangunan Jalan Layang Pasupati Bandung
o Proyek Pembangunan Rumah Sakit Mitra Sunter Jakarta
o Proyek PLTGU Palembang
o Proyek PLTU Cilacap




WIKA BETON
www.centrumpaele.dk/uk/beton1.htm
www.concretenetwork.com
www.conrete-grinding.com
• www.dareconcrete.com
• www.ifgworld.org
• www.unesco.com
WIKA BETON

Anda mungkin juga menyukai