MODUL
MODUL SE – 07
PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN
KATA PENGANTAR
LEMBAR TUJUAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN AHLI
TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN
JALAN (Supervision Engineer of
Roads Construction) vi
DAFTAR MODUL vii
PANDUAN INSTRUKTUR viii
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Teknik Supervisi
Pekerjaan Jalan (Supervision Engineer of Roads Construction) dibakukan
dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli
Teknik Supervisi Pekerjaan Jalan (Supervision Engineer of Roads
Construction) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Teknik Supervisi
Pekerjaan Jalan (Supervision Engineer of Roads Construction).
DAFTAR MODUL
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SE – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2 SE – 02 Pengendalian Lingkungan
6 SE – 06 Persiapan Pelaksanaan
9 SE – 09 Pelaporan
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
KODE MODUL : SE – 07
B. RENCANA PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan
Waktu : 20 menit
Waktu : 10 menit
Memberikan penjelasan
mengenai Mengikuti penjelasan ins- OHP.
Pekerjaan Galian truktur
Timbunan Mengajukan pertanyaan
Penyiapan Badan Jalan apabila kurang jelas
Cara Khusus Pelaksanaan Jalan
Pada Daerah Rawa
Waktu : 30 menit
Agregat
Bahan
Penghamparan Dan Pemadatan
Toleransi Dimensi
Waktu : 30 menit
Waktu : 45 menit
Waktu : 45 menit
Memberikan penjelasan
mengenai Mengikuti penjelasan ins- OHP.
Persiapan truktur
Bahan Mengajukan pertanyaan
Waktu : 45 menit
Waktu : 45 menit
BAB I
PENDAHULUAN
Perkerasan jalan lentur (hotmix) berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
Lapisan Permukaan
Tanah Dasar
Gambar 1.2.1. Lapisan perkerasan jalan lentur
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan
diatasnya.
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya
baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang
distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-
sifat dan daya dukung tanah dasar.
Lapisan pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan
tanah dasar dan di bawah lapisan pondasi atas.
Jenis lapisan pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain :
a. Aggregate base course class B.
b. Sirtu (sandy gravel).
c. Pitrun.
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis
pondasi bawah dan lapis permukaan.
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan dibawahnya.
b. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi atas ini perlu dipertimbangkan beberapa
hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak
angkut bahan ke lapangan.
Jenis lapisan pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain :
Pumping : adalah proses keluarnya air dan butiran-butiran tanah dasar atau
pondasi bawah melalui sambungan dan retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal pelat karena beban lalu lintas,
setelah adanya air bebas yang terakumulasi dibawah pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan
lentur yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, berdasarkan
keuntungan dan kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut. Perbedaan
antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Pada awal mula rekayasa jalan raya, pelat perkerasan kaku dibangun langsung
diatas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan
kondisi drainasinya. Pada umumnya dibangun slab setebal 6 - 7 inci. Dengan
bertambahnya beban lalu-lintas khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai
diperhatikan bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja
perkerasan, terutama terjadinya pengaruh pumping pada perkerasan. Oleh karena
itu perancangan untuk mengatasi pumping adalah faktor yang sangat penting
untuk diperhitungkan.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di
bagian ujung / pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat
tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.
Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan
jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih
tebal yaitu antara 9 - 10 inci.
Dalam hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949
di Maryland USA, dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari
Highway Research Board. Maksudnya untuk mempelajari dan mencari
hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja
perkerasan kaku. Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal 9 - 7 - 9 inci
(potongan melintang), jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar
muai 120 kaki. Untuk sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4
inci dan berjarak 15 inci di bagian tengah. Perkerasan beton uji ini diperkuat
dengan wire mesh.
2. Rancangan Job Mix lebih mudah untuk 2. Kendali kualitas untuk Job Mix agak rumit
dikendalikan kualitasnya. Modulus karena harus diteliti baik di laboratorium
Elastisitas antara lapis permukaan dan sebelum dihampar, maupun hasil setelah
pondasi sangat berbeda. dihampar di lapangan.
3. Rongga udara didalam beton tidak dapat 3. Rongga udara dapat mengurangi
mengurangi tegangan yang timbul akibat tegangan yang timbul akibat perubahan
perubahan volume beton. Pada umumnya volume campuran aspal. Oleh karena itu
diperlukan sambungan untuk mengurangi tidak diperlukan sambungan. Sulit untuk
tegangan akibat perubahan temperatur. bertahan terhadap kondisi drainase yang
Dapat lebih bertahan terhadap kondisi buruk.
yang lebih buruk.
5. Indeks Pelayanan tetap baik hampir 5. Indeks Pelayanan yang terbaik hanya
selama umur rencana, terutama jika pada saat selesai pelaksanaan
transverse joints dikerjakan dan dipelihara konstruksi, setelah itu berkurang seiring
dengan baik. dengan waktu dan frekuensi beban lalu-
lintasnya.
6. Pada umumnya biaya awal konstruksi 6. Pada umumnya biaya awal konstruksi
tinggi. rendah, terutama untuk jalan lokal dengan
volume lalu-lintas rendah. Tetapi biaya
awal hampir sama untuk jenis konstruksi
jalan berkualitas tinggi yaitu jalan dengan
tingkat volume lalu-lintas tinggi.
9. Agak sulit untuk menetapkan saat yang 9. Pelapisan ulang dapat dilaksanakan pada
tepat untuk melakukan pelapisan ulang. semua tingkat ketebalan perkerasan yang
Apabila lapisan permukaan akan dilapis diperlukan lebih mudah menentukan
ulang, maka untuk mencegah terjadinya perkiraan saat pelapisan ulang harus
retak refleksi biasanya dibuat tebal dilakukan.
perkerasan > 10 cm
10. Kekuatan konstruksi perkerasan kaku 10. Kekuatan konstruksi perkerasan lentur
ditentukan oleh kekuatan lapisan beton ditentukan oleh kemampuan penyebaran
sendiri (tanah dasar tidak begitu tegangan setiap lapisan dan ditentukan
menentukan). oleh tebal setiap lapisan dan kekuatan
tanah dasar yang dipadatkan.
11. Yang dimaksud dengan tebal konstruksi 11. Yang dimaksud dengan tebal konstruksi
perkerasan kaku adalah tebal lapisan perkerasan lentur adalah tebal seluruh
beton tidak termasuk pondasi. lapisan yang ada diatas tanah dasar
dipadatkan termasuk pondasi.
Kegunaan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan
relatif dan konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan
adalah 18.000 lbs dan 22.400 pound untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta
44.000 pounds pada sumbu ganda. Hasil yang paling penting dari program uji ini
adalah bahwa perkembangan retak pada pelat beton adalah karena terjadinya
gejala pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji adalah akibat
adanya pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada
tahun 1950. Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji
AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling signifikan
adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan
tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir
diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang
diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.
Pada masa kini, tipe perkerasan beton yang populer dan banyak digunakan di
negara-negara maju adalah tipe perkerasan beton bertulang.
CONSTRUCTION JOINT
MELINTANG
BAB II
PERSIAPAN DAN SURVEI LAPANGAN
Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah
proyek, dan ditempatkan pada posisi yang tepat didalam pekerjaan konstruksi.
Jarak antara titik-titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.
Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi pekerjaan tetapi
bebas dari area kegiatan, dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya
pergeseran posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari
peralatan. Untuk itu letak titik-titik kontrol tersebut harus selalu dicek secara
teratur. Perubahan letak titik kontrol juga dapat terjadi pada dasar tanah, pada
timbunan pelapisan tanah yang mudah mampat atau proses dalam tanah itu
sendiri, seperti proses yang terjadi akibat besarnya variasi kadar kelembaban.
BAB III
PEKERJAAN BADAN JALAN
1. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan,
untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau
struktur lainnya, untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus,
untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk
galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan
dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan
umumnya untuk pembentukan profil dan penampang badan jalan.
2. Pekerjaan galian dapat berupa :
a. Galian Biasa
b. Galian Batu
c. Galian Struktur
d. Galian Perkerasan Beraspal
3. Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian
batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian
perkerasan beraspal.
4. Galian Batu mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 m3 atau lebih
dan seluruh batu atau bahan lainnya tersebut adalah tidak praktis digali tanpa
penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan. Galian ini
tidak termasuk galian yang dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal
yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda neto
maksimum sebesar 180 PK.
5. Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan
yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang
didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu tidak dapat dimasukkan
dalam Galian Struktur.
Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan,
tembok penahan tanah beton, dan struktur pemikul beban lainnya.
Pekerjaan galian struktur meliputi : penimbunan kembali dengan
bahan yang disetujui, pembuangan bahan galian yang tidak
serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau
menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang, harus dibuang, baik terjadi
pada pemotongan batu yang baru maupun yang lama.
Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi
jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan
pemasangan bahan dengan benar, pemadatan harus dilakukan setelah penimbunan
kembali di bawah dan di sekeliling pekerjaan.
Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk
mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka
acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Cofferdam atau
penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama
pekerjaan galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk
menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.
Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi
jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak
menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.
Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru,
maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak
masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit tersebut,
selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin
sebagaimana kondisi tanahnya mengijinkan.
Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga dapat
menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian bahan yang baru
terpasang. Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau
untuk suatu periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan
pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut.
Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh
dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.
Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat lain,
harus digali sesuai dengan ketentuan.
Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber
galian lama harus mendapat ijin terlebih dahulu sebelum setiap operasi
penggalian dimulai.
Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk pelebaran
jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak diperkenankan.
Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini
dapat mengganggu drainase alam atau yang direncanakan.
Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan
sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke sistem drainase
berikutnya tanpa genangan.
Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki
setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.
Pekerjaan galian pada perkerasan aspal dengan menggunakan mesin Cold Milling
dengan pengrusakan sedikit mungkin terhadap material diatas atau dibawah batas
galian yang ditentukan. Bilamana material pada permukaan dasar hasil galian
terlepas atau rusak akibat dari pelaksanaan penggalian tersebut, maka material
yang rusak atau terlepas tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang
seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok. Setiap lubang pada permukaan
dasar galian harus diisi dengan material yang cocok lalu dipadatkan dengan merata.
Pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada tanpa menggunakan mesin Cold
Milling, material yang terdapat pada permukaan dasar galian, material yang lepas,
lunak atau tergumpal atau hal-hal lain yang tidak memenuhi syarat, maka material
tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti
dengan material yang cocok.
Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan
mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahankan
sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus
dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana
diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya,
yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan
galian tersebut.
Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah
yang lebih dari 5 m harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 m.
Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak
diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk gorong-
gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana pipa atau
struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun
kembali dengan bahan yang disetujui dan telah dipadatkan.
Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk
mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan cukup
kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat
kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.
Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian,
dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di
bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seorang pengawas
keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan. Sepanjang
waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta
perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani, dan
digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang extra ketat sesuai
dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor harus
bertanggung-jawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang tidak
tepat atas setiap bahan peledak dan harus menjamin bahwa penanganan
peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang berpengalaman dan
bertanggung-jawab.
Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade)
yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan
setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu-lintas maupun lokasi bahu jalan harus
diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang
sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para
pengguna jalan.
Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan
semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan
(pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan drainase sementara, dinding
penahan rembesan (cut off wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan
harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan
terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.
Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain
dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari, maka
Kontraktor harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok air bersih
yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun
dan desinfektan yang memadai.
Semua bahan galian tanah dan batu yang dapat dipakai bilamana memungkinkan
harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.
Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat),
sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang akan
menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan setiap
Semua struktur sementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku
(bracing) harus dibongkar setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai.
Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau
merusak struktur atau formasi yang telah selesai.
Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam
saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu saluran air.
Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh
Kontraktor harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi
dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.
Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan
beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar
pada setiap titik, sedangkan untuk galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda
lebih dari 1 cm dari yang disyaratkan.
Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap
aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk
menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.
3.2 TIMBUNAN
Timbunan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan
timbunan pilihan di atas tanah rawa.
Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk
meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan
lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan
pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran
timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan,
dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor
yang kritis.
Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah yang
rendah dan selalu tergenang oleh air.
Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera
sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama
pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk membantu
drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa
pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang
berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistim drainase permanen.
Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengendalian
kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan.
Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan
menggemburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan
sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan
pemadatan kembali.
Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya
yang disyaratkan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau
lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor dan dipadatkan sampai
mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan.
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan
berada di luar rentang yang disyaratkan.
Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang
diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut
"Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang
berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya
pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak
memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu
sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian
dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan.
Bahan timbunan bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak
kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering
maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989.
Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 atau derajat
pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau
"extra high", tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah
perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase
kadar lempung (SNI 03-3422-1994).
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan
tanah atau batu yang memenuhi ketentuan, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-
1989, timbunan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 % setelah 4 hari
perendaman bila dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
Bahan timbunan pilihan dapat berupa pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih
lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.
Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi
timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup,
bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan
dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung
pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui
akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun,
atau pada tekanan yang akan dipikul.
Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.
Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang.
Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus
dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi
kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.
Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas
timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong
bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat
dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar
horizontal lapis demi lapis.
Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam
lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan
yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan
tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan
mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan
lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan
lama. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi
lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan
lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu-lintas secepat
mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya
bilamana diperlukan.
Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau
struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada
kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,
tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka
tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara
berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada struktur.
Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih
tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah
terpasang.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin
gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari
15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper)
manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa
harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan
untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air
dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui.
Jumlah pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan paling sedikit
3 contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang
mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
Pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber
bahannya dapat diamati.
Untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan
paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif.
1. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan
sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan
yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh
harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut.
2. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
3. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian
menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus
memperbaiki. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi
berselang-seling setiap jarak tidak lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali
di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit
harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang
telah selesai dikerjakan.
4. Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus
dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang dihampar.
Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih
rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis
profil yang ditentukan.
Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm
atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di bawah elevasi tanah
dasar atau permukaan jalan, termasuk pemadatan sepenuhnya atas bahan yang
dipakai untuk penimbunan kembali, harus telah selesai sebelum dimulainya
pekerjaan pada tanah dasar atau permukaan jalan. Seluruh pekerjaan drainase
harus berada dalam kondisi berfungsi sehingga menjamin ke-efektifan drainase,
dengan demikian dapat mencegah kerusakan tanah dasar atau permukaan jalan
oleh aliran air permukaan.
Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti oleh
penghamparan lapis pondasi bawah, maka permukaan tanah dasar dapat menjadi
rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar yang tidak dapat
dilindungi pada setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa sehingga daerah tersebut
yang masih dapat dipelihara dengan peralatan yang tersedia dan Kontraktor harus
mengatur penyiapan tanah dasar dan penempatan bahan perkerasan dimana satu
dengan lainnya berjarak cukup dekat.
3.3.3 BAHAN
Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi
Agregat, atau tanah asli di daerah galian yang memenuhi syarat.
Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari butir
nomer 3.2.9.2.b dan 3.2.9.2.c.
Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah 1 cm
dari yang disyaratkan atau disetujui.
Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian yang
cukup, untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air permukaan.
Pada saat bor dicabut, pasir yang mengisi rongga diberikan melalui bagian
tengah batang bor.
Pada permukaan semua lapis pondasi agregat tidak boleh terdapat ketidak-rataan
yang dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu harus
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.
Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B tidak boleh kurang
1 cm dari tebal yang disyaratkan.
Pada permukaan lapis pondasi agregat kelas A yang disiapkan untuk lapisan
resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas
harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada
kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan
sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum 1 cm.
Untuk bahu jalan tanpa laburan aspal, permukaan akhir yang telah dipadatkan
tidak boleh berbeda lebih dari 1,5 cm di bawah atau di atas elevasi rancangan,
pada setiap titik. Permukaan akhir bahu jalan, tidak boleh lebih tinggi maupun
lebih rendah 1 cm terhadap tepi jalur lalu-lintas yang bersebelahan. Lereng
melintang tidak boleh bervariasi lebih dari 1 % dari lereng melintang rancangan.
BAB IV
LAPIS PONDASI JALAN DENGAN AGREGAT
Lapis pondasi agregat kelas A adalah mutu lapis pondasi atas untuk satu
lapisan di bawah lapisan beraspal.
Lapis pondasi agregat kelas B adalah untuk lapis pondasi bawah. Lapis pondasi
agregat kelas B boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal.
4.2 PERSIAPAN
Kontraktor harus menyiapkan berikut di bawah ini paling sedikit 21 hari sebelum
tanggal yang diusulkan dalam penggunaan setiap bahan untuk pertama kalinya
sebagai lapis pondasi agregat :
2. Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk
lapis pondasi agregat, dan hasil pengujian laboratorium yang membuktikan
bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan dalam Butir No. 4.5.4.(2) terpenuhi.
Kontraktor harus mengirim berikut di bawah ini dalam bentuk tertulis segera
setelah selesainya setiap segment pekerjaan dan sebelum persetujuan diberikan
untuk penghamparan bahan lain di atas Lapis Pondasi Agregat :
1. Hasil pengujian kepadatan dan kadar air seperti yang disyaratkan dalam Butir
Nomor 4.6.4
2. Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survey pemeriksaan
yang menyatakan bahwa toleransi yang disyaratkan dalam Butir Nomor 4.7.
dipenuhi.
kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang ditentukan dalam Butir
Nomer 4.6.3.
2. Lapis pondasi agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal rentang
kadar air seperti yang disyaratkan dalam Butir Nomer 4.6.3, harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyemprotan air
dalam kuantitas yang cukup serta mencampurnya sampai rata.
3. Lapis pondasi agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang
ditentukan dalam rentang kadar air yang disyaratkan dalam Butir Nomer 4.6.3,
harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut secara berulang-ulang
pada cuaca kering dengan peralatan yang disetujui disertai waktu jeda dalam
pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak
dapat diperoleh dengan cara tersebut di atas, maka bahan tersebut dibuang
dan diganti dengan bahan kering yang memenuhi ketentuan.
4. Perbaikan atas lapis pondasi agregat yang tidak memenuhi kepadatan atau
sifat-sifat bahan yang disyaratkan, dapat meliputi pemadatan tambahan,
penggaruan disertai penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali,
pembuangan dan penggantian bahan, atau menambah suatu ketebalan
dengan bahan tersebut.
4.5 BAHAN
4.5.1 SUMBER BAHAN
Bahan lapis pondasi agregat harus dipilih dari sumber yang telah disetujui.
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau
pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet.
Bilamana digunakan untuk lapis pondasi agregat kelas A maka untuk agregat
kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat agregat kasar ini
harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami
atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya.
Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh lebih besar 2/3 dari fraksi
agregat lolos ayakan No.40.
Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.
Gradasi harus memenuhi ketentuan (menggunakan pengayakan secara basah)
yang diberikan dalam Tabel 4.5.4.(1).
2” 50 100
1 ½” 37,5 100 88 - 95
1“ 25,0 79 - 85 70 - 85
3/8” 9,50 44 - 58 30 - 65
No.4 4,75 29 - 44 25 - 55
No.10 2,0 17 - 30 15 - 40
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20
No.200 0,075 2-8 2-8
Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan
lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus
diperbaiki terlebih dahulu.
Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan lapisan pondasi agregat, harus
disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu.
4.6.2 PENGHAMPARAN
Lapis pondasi agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang
merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan dalam
Butir Nomer 4.6.3.
Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar
menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus
diusahakan sama tebalnya.
Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode
yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan
halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan
bahan yang bergradasi baik.
Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus 2 kali ukuran
terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20
cm.
4.6.3 PEMADATAN
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang
3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana
kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering
maksimum (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber
”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak
sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus
dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut
terpadatkan secara merata.
Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin
gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang
disetujui.
4.6.4 PENGUJIAN
Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal
harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam Butir Nomer
4.5.4. minimum 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan.
Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan, seluruh
jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila terdapat perubahan mutu bahan
atau metode produksinya.
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa,
menggunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh
kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan, tetapi tidak boleh berselang
lebih dari 200 m.
Toleransi
Bahan dan lapisan pondasi agregat
tinggi
permukaan
Toleransi
Bahan dan lapisan pondasi agregat
tinggi
permukaan
Pada permukaan semua lapis pondasi agregat tidak boleh terdapat ketidak-rataan
yang dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu harus
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.
Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B tidak boleh kurang
1 cm dari tebal yang disyaratkan.
Pada permukaan lapis pondasi agregat kelas A yang disiapkan untuk lapisan
resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas
harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada
kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan
sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum 1 cm.
Untuk bahu jalan tanpa laburan aspal, permukaan akhir yang telah dipadatkan
tidak boleh berbeda lebih dari 1,5 cm di bawah atau di atas elevasi rancangan,
pada setiap titik. Permukaan akhir bahu jalan, tidak boleh lebih tinggi maupun
lebih rendah 1 cm terhadap tepi jalur lalu-lintas yang bersebelahan. Lereng
melintang tidak boleh bervariasi lebih dari 1 % dari lereng melintang rancangan.
BAB V
LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP ASPAL
LAPIS PONDASI JALAN KELAS C DAN
WATERBOUND MACADAM
Lapis pondasi jalan ini mencakup 2 kategori, yaitu : Lapis pondasi jalan tanpa
penutup aspal Kelas C dan Waterbound Macadam. Penentuan pilihan jenis lapis
pondasi jalan tanpa penutup aspal berdasarkan hasil pengujian bahan setempat
yang tersedia.
Penggunaan Waterbound Macadam akan dibatasi hanya untuk pengembalian
kondisi dan perbaikan jalan dengan waterbound macadam.
5.2 PERSIAPAN
Kontraktor harus menyiapkan berikut di bawah ini paling sedikit 21 hari sebelum
tanggal yang diusulkan dalam penggunan setiap bahan untuk pertama kalinya
sebagai lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal :
1. 2(Dua) contoh masing-masing seberat 50 kg bahan.
2. Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk
lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal, dan hasil pengujian laboratorium yang
membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan dalam Butir Nomer
5.5.2. terpenuhi.
3. Pernyataan perihal metode dan lokasi produksi dan pencampuran bahan untuk
lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal memenuhi ketentuan dari Butir Nomer
5.5.2. dan 5.6.2.
Segera setelah selesainya satu bagian pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan
dalam bentuk tertulis hasil pengukuran permukaan dan data survey yang
menyatakan bahwa toleransi permukaan dan tebal yang disyaratkan dalam Butir
Nomer 5.8. dipenuhi.
Lapis pondasi agregat jalan tanpa penutup aspal tidak boleh ditempatkan,
dihampar atau dipadatkan pada waktu hujan, dan pemadatan tidak boleh
dilaksanakan setelah hujan atau juga bila kadar air bahan tidak memenuhi
persyaratan pada Butir Nomer 5.6.3.
Perbaikan atas lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal yang tidak memenuhi
ketentuan, dilakukan sebagai berikut :
1. Lokasi dengan tebal dan kerataan permukaan yang tidak memenuhi toleransi
yang disyaratkan dalam Butir Nomer 5.8, atau yang permukaannya
bergelombang selama atau sesudah pelaksanaan, harus diperbaiki dengan
menggemburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan yang
diperlukan, dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
2. Perbaikan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal yang tidak memenuhi
kepadatan atau sifat-sifat bahan yang disyaratkan harus diperbaiki dan dapat
meliputi pemadatan tambahan, penggemburan dilanjutkan dengan
penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, pembuangan dan penggantian
bahan, atau menambah tebal bahan.
5.5 BAHAN
5.5.1 SUMBER MATERIAL
Material lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal harus dipilih dari sumber yang
disetujui.
Bahan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal harus memenuhi ketentuan di
bawah ini dan harus bebas dari gumpalan lempung, bahan organik, atau bahan-
bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus mempunyai mutu sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan lapis permukaan yang keras dan stabil.
Agregat untuk lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal kelas C dapat terdiri atas
kerikil pecah, batu pecah atau kerikil alam bulat yang memenuhi spesifikasi
gradasi dalam Tabel 5.5.2.(1) di bawah ini.
Tabel 5.5.2.(1). : Gradasi Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C.
Ukuran Ayakan
Persen berat yang
ASTM (mm) lolos
¾” 19 100
No.4 4,75 51 - 74
No.40 0,425 18 - 36
No.200 0,075 10 - 22
Kecuali ditentukan lain, berbagai komponen bahan untuk lapis pondasi jalan tanpa
penutup aspal kelas C dapat dicampur di tempat di atas tanah dasar atau lapis
pondasi bawah yang sudah disiapkan sesuai dengan ketentuan Butir Nomer 5.5.3.
dan 5.6.
Bahan, juga harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Tabel 5.5.2.(2) di
bawah ini :
Tabel 5.5.2.(2). : Sifat-Sifat Bahan Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal
Kelas C
Sifat-sifat Nilai
Min. 6
Indeks Plastisitas (SNI 03-1966-1990)
Maks. 20
Agregat kasar dan halus untuk lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal jenis
Waterbound Macadam harus memenuhi ketentuan gradasi dari Tabel 5.5.2.(3) di
bawah ini. Ukuran agregat kasar harus sesuai dengan tebal rancangan yang
tercantum dalam Gambar dan batas kedalaman lapisan yang tercantum dalam
Tabel 5.5.2.(3).
Agregat 3” 75 100 -
Pokok
2 ½” 63 95 - 100 100
2” 50 35 - 70 100
1 ½” 37,5 0 - 15 95 - 100
1” 25 0-5 35 - 70
¾” 19 - 0-5
Pencampuran bahan plastis tidak boleh dilaksanakan bila bahan aslinya telah
memenuhi ketentuan plastisitas minimum, kecuali jika ditentukan lain atau
disetujui.
Bahan plastis tidak boleh mengandung bahan organik.
Bahan plastis tidak boleh mengandung butiran atau gumpalan lempung yang
berukuran lebih dari 4,75 mm.
Kadar air bahan plastis dan semua fraksi lainnya harus sedemikian rupa sehingga
bahan plastis itu tetap lepas sebelum dan selama proses pencampuran.
Bahan ini harus dicampur seluruhnya sampai merata. Cara pencampuran harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu.
Agregat kasar dan halus untuk Waterbound Macadam harus dikirim ke badan
jalan sebagai campuran yang merata. Kadar air harus sedemikian hingga hanya
cukup untuk mengikat bahan halus, air bebas tidak diperbolehkan. Kadar air
dalam bahan harus benar-benar terdistribusi secara merata.
Jika lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal kelas C dipasok sebagai bahan yang
dicampur lebih dahulu, bahan itu harus dikirim ke badan jalan sesuai dengan
ketentuan Butir Nomer 5.6.1.a. Bilamana agragat dikirim dalam bentuk dua atau
tiga komponen, setiap komponen harus dikirim sesuai dengan ketentuan dari Butir
Nomer 5.6.1.a. kecuali jika komponen itu harus dikirim dalam keadaan kering.
Tebal padat minimum tidak boleh kurang dari 2 kali ukuran agregat maksimum.
Tebal padat maksimum tidak boleh lebih dari 20 cm kecuali ditentukan lain atau
disetujui.
Bila bahan badan jalan yang ada harus dicampur untuk digunakan sebagai salah
satu komponen lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal, lokasi-lokasi tertentu
yang bahannya agak basah atau mutunya kurang baik harus digali dan dibuang
terlebih dahulu, diganti dengan bahan badan jalan dari lokasi lain yang bermutu
sama atau lebih baik. Bahan badan jalan harus dikeringkan seluruhnya dan
kemudian dicampur sampai seluruh lokasi itu merata secara memanjang dan
melintang.
Komponen bahan untuk setiap lapis harus dihampar dengan ketebalan yang sama
di seluruh lokasi. Pencampuran di tempat hanya diijinkan bila kondisi panas dan
cuaca panas.
Segera setelah pembentukan awal selesai, setiap lapis bahan harus dipadatkan
seluruhnya dengan alat pemadat yang cocok dan memadai.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi perkerasan dan berangsur-
angsur menuju ke tengah-tengah, dalam arah memanjang. Pada tempat ber
”superelevasi” penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah menuju ke
bagian yang tinggi.
Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tak terjangkau oleh
mesin gilas harus dipadatkan dengan menggunakan timbris atau pemadat
mekanis.
Pemadatan harus berlanjut sampai seluruh lokasi yang telah dipadatkan menjadi
suatu permukaan yang keras dengan kepadatan yang merata serta semua bekas
jejak roda mesin gilas tidak tampak. Suatu lapisan yang keras dan stabil harus
diperoleh dalam penggilasan akibat saling mengunci antar agregat dengan rapat.
Penambahan abu batu atau pasir berplastisitas rendah dalam jumlah kecil pada
saat pemadatan tahap akhir dapat diijinkan agar dapat meningkatkan pengikatan
pada lapis permukaan. Abu batu dan pasir tidak boleh dihampar terlalu tebal
sedemikian hingga agregat kasar menjadi tidak tampak.
Lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal jenis Waterbound Macadam harus
dilaksanakan lapis demi lapis dan memenuhi ketentuan kedalaman lapisan seperti
yang tercantum dalam Tabel 5.5.2.(3).
Pemadatan awal harus dilakukan dengan mesin gilas roda besi berat 6 - 8 ton.
Pemadatan harus dilanjutkan sampai diperoleh suatu lapis agregat yang stabil
dan rata. Penggilasan harus dilaksanakan minimum 6 lintasan di seluruh lokasi
jalan tersebut.
5.7 PENGUJIAN
Jumlah data pendukung pengujian yang dibutuhkan untuk persetujuan awal dari
mutu bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan.
Seluruh pengujian mutu bahan harus diulangi lagi bilamana terdapat perubahan
pada mutu bahan atau pada sumber bahan atau pada metode produksinya.
Tebal minimum tidak boleh kurang dari 1 cm terhadap tebal yang disyaratkan.
Bila semua agregat yang lepas dibuang, standar kerataan dari permukaan yang
padat harus sedemikian rupa sehingga tidak satu titikpun pada permukaan
berbeda lebih dari 1 cm diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang dipasang
sejajar atau tegak lurus pada sumbu jalan.
Kecuali ditentukan lain, lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal harus
dilaksanakan dengan lereng melintang atau punggung jalan sebesar 5 % untuk
daerah bukan superelevasi.
BAB VI
LAPIS PONDASI SEMEN TANAH
6.1 UMUM
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapis pondasi yang terbuat dari tanah yang
diambil dari daerah sekitarnya yang distabilisasi dengan semen, di atas tanah
dasar yang telah disiapkan, termasuk penghamparan, pembentukan, pemadatan,
perawatan dan penyelesaian akhir.
6.2 PERSIAPAN
Contoh dari semua bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan, bersama dengan
data pengujian yang menyatakan sifat-sifat dan mutu bahan seperti yang
disyaratkan harus diserahkan untuk persetujuan sebelum digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan di
lapangan untuk semua contoh (dan juga benda-benda uji inti), dalam rak yang
kedap air dan dapat dikunci.
Catatan yang menyatakan kuantitas semen yang dikirim ke lapangan dan tempat
penyimpanan Kontraktor di lapangan dari setiap pengiriman, harus diserahkan ke
Pengawas Lapangan setiap hari bilamana barang sudah sampai di tempat,
bersama dengan sertifikat yang menyatakan tempat pembuatannya dan hasil
pengujiannya yang disyaratkan Standar Industri Indonesia SII-13-1977.
Catatan harian tentang jumlah semen aktual yang dipakai dalam pekerjaan akan
disimpan, seperti yang ditentukan dalam Butir Nomer 6.6.1. dan harus diserahkan
kepada Pengawas Lapangan setiap hari setelah jam kerja selesai.
PelatihanSupervision Engineer of Roads Construction (SE) VI-1
Modul SE-07 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Bab VI : Pekerjaan Lapis Pondasi Semen Tanah
Segera sebelum setiap bagian pekerjaan dimulai, semua elevasi yang diperlukan
harus diukur dan disetujui, dan gambar penampang melintang yang dibutuhkan
harus diserahkan dan disetujui terlebih dahulu.
Pengujian DCP harus dicatat di dalam formulir standar yang disediakan. Segera
setelah setiap pengujian, catatan jumlah pukulan harus ditanda-tangani bersama
di lapangan. Grafik hasil plotting data penetrometer harus diserahkan selambat-
lambatnya pada akhir jam kerja hari berikutnya.
Semua benda uji inti (core) yang diambil harus diberi label dengan jelas yang
menyatakan tempat pengambilan benda uji inti dan harus diserahkan kepada
Pengawas Lapangan bersama-sama dengan catatan tertulis yang menyatakan
tinggi rata-rata dan lokasi dari setiap benda uji inti itu. Semua benda uji inti harus
disimpan sebagai rujukan (di tempat penyimpanan yang kedap air dan dapat
dikunci).
Tanah untuk lapis pondasi semen tanah tidak boleh ditempatkan, dihampar atau
dihaluskan selama turun hujan, dan penghalusan tidak boleh dilakukan setelah
hujan atau dengan perkataan lain bilamana kadar air pada bahan tersebut terlalu
Lapis pondasi semen tanah yang tidak memenuhi toleransi atau mutu yang
disyaratkan harus diperbaiki. Perbaikan seperti itu dapat termasuk :
6.6 BAHAN
Semen yang harus digunakan untuk lapis pondasi semen tanah adalah semen
portland biasa yang memenuhi ketentuan Standar Industri Indonesia SII-13-1977
Semen Portland Type I. Semen harus diperoleh dari pabrik yang diakui oleh
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Republik Indonesia.
Pengujian mutu dapat diminta dari setiap pengiriman semen yang tiba di
lapangan, dan juga setiap saat untuk semen yang sudah disimpan di lapangan
dan akan digunakan, untuk memastikan apakah semen tersebut rusak atau tidak
oleh setiap kemungkinan selama pengirimanan atau penyimpanan.
Semua semen yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disimpan di tempat
penyimpanan di lapangan sesuai dengan ketentuan dan harus didaftar untuk
setiap penerimaannya. Catatan dalam daftar ini harus ditandatangani bersama
untuk menyatakan kebenarannya. Jumlah semen yang diletakkan di lapangan
untuk Percobaan Lapangan Awal (Preliminary Field Trials) dan juga untuk
pekerjaan utama harus dicatat secara terinci.
6.6.2 AIR
Air yang digunakan dalam pekerjaan harus air tawar, dan bebas dari endapan
maupun larutan atau bahan suspensi yang mungkin dapat merusak pembuatan
lapis pondasi semen tanah seperti yang sudah ditentukan, dan harus memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam AASHTO T26.
Pengambilan contoh dan pengujian air lanjutan dapat diulangi bilamana pada
setiap saat, contoh-contoh air tersebut tidak memenuhi ketentuan / persyaratan.
6.6.3 TANAH
Sebelum penghalusan, tanah yang cocok digunakan untuk lapis pondasi semen
tanah harus sesuai dengan ukuran partikel yang ditentukan di bawah ini dengan
cara pengayakan basah:
a. Ukuran paling besar dari partikel batu harus lebih kecil dari 75 mm.
Tanah dengan plastisitas yang rendah atau tanah laterit yang mempunyai sifat-
sifat kekuatan yang baik, adalah tanah yang cenderung dipilih, daripada tanah
yang berkekuatan rendah, plastisitas tinggi atau tanah mengembang (expansive).
Tanah harus bebas dari bahan organik yang dapat mengganggu proses hidrasi
dari semen portland. Bilamana diuji sesuai prosedur Test 18, BS 1924, nilai pH
nya setelah berselang satu jam harus lebih besar dari 12,2. Pengujian ini hanya
dilakukan bilamana dalam hal yang tidak umum dimana pengerasan berjalan
lambat (slow hardening) atau kekuatan campuran semen-tanah yang diperoleh
rendah.
Dapat menggunakan rentang kadar semen yang disyaratkan pada Butir Nomor
6.7. di bawah ini. Tanah yang sifat-sifatnya tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Butir Nomor 6.7. belum tentu akan ditolak jika tanah tersebut
dapat menunjukkan bahwa sifat-sifat lapis pondasi semen tanah memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam Tabel 6.7.4.
Semua lokasi sumber bahan yang diusulkan harus diperiksa dan disetujui
sebelum digunakan.
6.7 CAMPURAN
Campuran lapis pondasi semen tanah terdiri dari tanah yang telah disetujui,
semen dan air. Kadar semen ditentukan berdasarkan data pengujian laboratorium
dan percobaan lapangan awal, tetapi harus dalam rentang 3 % sampai dengan 12
% dari berat tanah asli (yaitu, sebelum dicampur dengan semen) dalam keadaan
kering oven.
a. Apakah bisa atau tidak membuat lapis pondasi semen tanah yang memenuhi
ketentuan dalam hal kekuatan dan karakteristik perubahan volume, dapat
dibuat dari tanah yang bersangkutan.
b. Kadar semen yang dibutuhkan untuk mencapai kekuatan sasaran campuran
(target mix strength).
c. Batas kadar air dan kepadatan yang diperlukan untuk pengendalian
pemadatan di lapangan.
a. Tentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan untuk tanah yang
bersangkutan dengan menggunakan paling sedikit 4 macam kadar semen
(AASHTO T134-76) dan gambarkan hasil dari pengujian ini dalam Grafik pada
formulir standar. Puncak dari setiap kurva hubungan kadar air - kepadatan
menyatakan kepadatan kering maksimum (maximum dry density / MDD) dan
kadar air optimum (optimum moisture content / OMC) untuk kadar semen yang
digunakan.
b. Masukkan angka-angka dari MDD dan OMC untuk setiap macam kadar semen
pada Grafik dan hubungkan titik-titik pengujian menjadi kurva yang mewakili
untuk mendapatkan variasi dari MDD dan OMC dengan bermacam-macam
kadar semen untuk tanah yang bersangkutan.
PelatihanSupervision Engineer of Roads Construction (SE) VI-6
Modul SE-07 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Bab VI : Pekerjaan Lapis Pondasi Semen Tanah
Semua langkah yang diberikan pada Butir Nomer 6.7.2. di atas harus diikuti
kecuali pengujian California Bearing Ratio (CBR) dapat digunakan sebagai
alternatif dari pengujian UCS pada langkah (c). Akan tetapi, khususnya untuk
tanah kohesif, karena hasil kekuatan campuran dari pengujian CBR pada
umumnya tidak setepat dari pengujian UCS, dapat dilakukan pengujian UCS dan
CBR setiap ditemukan jenis tanah yang baru, dan membandingkan hasilnya.
Bilamana pengujian CBR digunakan, prosedur yang diberikan dalam SNI 03-1744-
1989 harus diikuti (penumbuk 2,5 kg) kecuali setelah pencetakan benda uji harus
dirawat dengan cara sebagai berikut :
b. Udara dalam kantung plastik harus dijaga supaya tetap lembab dengan
menempatkan sebuah panci yang terbuka yang diisi dengan air. Air harus
dijaga dengan hati-hati agar tidak memercik atau dengan kata lain
menghindarkan benda uji berkontak langsung dengan air.
c. Kantong plastik tersebut harus ditutup rapat dan diletakkan di suatu tempat
yang teduh selama tepat 72 jam.
d. Setelah perawatan selama 72 jam, benda uji tersebut harus dikeluarkan dari
kantong plastik dan direndam di dalam bak air selama 96 jam, kemudian
dilanjutkan dengan pengujian kekuatan CBR.
Langkah-langkah lain dalam prosedur rancangan campuran adalah seperti yang
diberikan di atas pada Butir Nomor 6.7.2.
Lapis pondasi semen tanah harus memenuhi ketentuan yang diberikan pada
Tabel 6.7.4.
Tabel 6.7.4. : Sifat-Sifat Yang Disyaratkan Untuk Lapis Pondasi Semen Tanah
Batas-batas sifat
Metode
Pengujian (Setelah perawatan 7 hari)
Pengujian
Mini Target Maksi
mum mum
Untuk usulan setiap jenis tanah baru yang akan digunakan, rancangan campuran
semen tanah yang ditunjukkan dalam prosedur laboratorium yang diuraikan pada
Butir Nomer 6.7.4. harus dilengkapi dengan pembuatan percobaan bahan lapis
pondasi semen tanah sepanjang 200 m.
Lajur percobaan ini harus diterapkan berdasarkan hasil pengujian laboratorium.
Akan tetapi, bilamana percobaan lapangan ini dalam segala hal tidak
menunjukkan kinerja yang memuaskan, atau tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan, maka lajur percobaan ini harus disingkirkan seluruhnya dari jalan
tersebut dan tanah dasarnya harus diperbaiki lagi untuk penyipan badan jalan.
Semua tahap pelaksanaan, masa perawatan dan pengujian dari lajur percobaan
akan diawasi dengan cermat, dan dapat meminta variasi prosedur kerja atau
jumlah dan jenis dari pengujian yang menurut pendapatnya diperlukan untuk
memperoleh informasi yang bermanfaat semaksimal mungkin dari percobaan ini.
Pemeriksaan selama percobaan harus termasuk, tetapi tidak terbatas pada,
penentuan yang berikut ini :
a. Kecocokan, efisiensi dan keefektifan umum dari cara dan peralatan yang
diusulkan oleh Kontraktor, ditentukan dalam hal kecepatan dan seluruh
kemampuan dan keberhasilan dalam melaksanakan percobaan ini.
c. Kadar air optimum untuk penghalusan tanah, ditentukan dengan variasi kadar
air yang diterapkan pada ruas yang berbeda dari lajur percobaan dan
membandingkan derajat kehalusan yang diperoleh dengan kadar air yang
diperoleh dari pengujian di laboratorium pada benda uji yang diambil selama
operasi penghalusan.
f. "Bulking ratio" antara tanah gembur yang sudah dihaluskan dengan campuran
yang sudah dipadatkan, untuk menentukan tebal bahan gembur yang
diperlukan agar diperoleh rancangan tebal padat lapisan campuran.
i. Hubungan antara CBR dan UCS untuk percobaan campuran semen tanah,
ditentukan pada langkah (vii) di atas dengan menyiapkan dan menguji benda
uji tersebut dengan 2 cara pengujian dan membandingkan kekuatan rata-rata
yang diperoleh dari setiap cara pengujian pada umur 1, 7 dan 28 hari.
k. Kebutuhan dan cara yang paling tepat untuk induksi dan pengendalian
keretakan adalah dengan penggilasan (proof rooling), ditentukan dengan
mengamati lajur percobaan selama masa perawatan dan, bilamana retak susut
berkembang secara berlebihan, adalah dengan pengendalian penggunaan
berbagai jenis dan berat dari mesin gilas.
l. Jenis selaput tipis (membran) dan cara perawatan pada lapis pondasi semen
tanah yang paling tepat, ditentukan dengan cara visual pada permukaan lajur
percobaan dan kecepatan hilangnya air yang dapat ditentukan dengan
pengujian kadar air.
n. Jumlah lapisan yang diperlukan untuk memperoleh lapis pondasi semen tanah
yang memenuhi ketentuan dengan rancangan tebal penuh (full design depth),
ditentukan dengan variasi jumlah lapisan diterapkan pada ruas yang berbeda
dari lajur percobaan; dimana penggunaan lapisan tunggal yang disarankan,
penggunaan dua lapisan yang lebih tipis atau lebih juga harus dicoba dan
dievaluasi.
Persetujuan / penerimaan pekerjaan, berdasarkan data yang diperoleh dari lajur
percobaan dan tidak lebih cepat dari 14 hari setelah lajur percobaan dihampar.
Pekerjaan penyiapan tanah dasar harus dilakukan sesuai dengan uraian dibawah
ini dan ketentuan pada Bab III Butir Nomor 3.3, terhadap garis, ketinggian dan
dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
Arti dari tanah dasar adalah permukaan tanah yang sudah disiapkan untuk
pelaksanaan pekerjaan lanjutan yang akan dilaksanakan. Kecuali bilamana
elevasi perkerasannya harus dinaikkan (raising of the pavement grade) seperti
yang ditunjukkan pada Gambar, maka permukaan tanah dasar harus sama tinggi
dengan permukaan jalan lama.
Permukaan jalan lama harus dibersihkan dari bahan yang tidak diinginkan dan
kemudian digilas (proof-rolling). Setiap ketidak-rataan atau ambles yang terjadi
pada permukaan tanah dasar selama pemadatan harus diperbaiki dengan
menggemburkan lokasi tersebut dan menambah, membuang atau mengganti
bahan, menyesuaikan kadar air jika diperlukan, dan memadatkannya kembali
supaya permukaannya halus dan rata.
20 cm tanah di bawah tanah dasar harus dipadatkan sampai kepadatan seperti
yang ditentukan oleh SNI 03-2827-1992, tidak boleh kurang dari 95 % kepadatan
kering maksimum (maximum dry density) yang diperoleh sesuai dengan SNI 03-
1742-1989.
Nilai CBR tanah yang disiapkan bilamana diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989,
paling sedikit harus 6 % setelah direndam selama 4 hari bila dipadatkan sampai
100 % kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-
1989. Bilamana kondisi kekuatan ini tidak dapat dicapai, perlu perbaikan tanah
dasar yang mencakup pembuangan dan penggantian bahan yang tidak memenuhi
ketentuan atau melapisinya dengan bahan berbutir dengan proporsi tertentu.
Setelah selesai pemadatan dan sebelum memulai operasi berikutnya, permukaan
tanah dasar harus memenuhi toleransi permukaan yang ditentukan pada Butir
Nomer 3.3.5.
Setiap lokasi tanah dasar yang menjadi lumpur, pecah-pecah atau lepas karena
cuaca atau kerusakan lainnya sebelum dimulainya penghamparan lapis pondasi
semen tanah harus diperbaiki sampai memenuhi persyaratan.
Sebelum penghamparan lapis pondasi semen tanah pada setiap ruas, tanah
dasar padat yang sudah disiapkan harus dibersihkan dari debu dan bahan lainnya
yang mengganggu dengan kompresor angin atau cara lain yang disetujui, dan
harus dilembabkan bilamana diperlukan.
Pencampuran tanah, semen dan air harus dilakukan dengan cara pencampuran di
tempat (mix-in-place) atau instalasi pencampur pusat (central-plant-mix).
Operasi dengan instalasi pencampur biasanya dibatasi hanya untuk tanah
berplastisitas rendah. Suatu indikator batas atas dari plastisitas tanah yang masih
dapat menggunakan instalasi pencampur pusat dapat diperoleh dengan
mengalikan indeks plastisitas tanah dengan persen lolos ayakan No. 40. Bilamana
nilainya kurang dari 500 cara pencampuran dengan instalasi dapat digunakan.
Berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk pencampuran di tempat dapat
dibagi dalam 4 kelompok :
a. Motor graders.
b. Rotavator "ringan" yang mesinnya kurang dari 100 PK (Tenaga Kuda).
c. Rotavator untuk pekerjaan berat yang mesinnya lebih dari 100 PK,
sering disebut "Pulvimixers" (alat penghalus tanah).
d. Mesin stabilisasi tanah satu lintasan (single-pass soil stabilization
machine), biasanya mesinnya lebih dari 100 PK.
Batas atas plastisitas tanah yang dapat dikerjakan dengan berbagai macam mesin
berikut ini yang dicantumkan di dalam Tabel 6.9.2.
20 s/d 30
Rotovator untuk pekerjaan berat (> < 3500
tergantung jenis tanah
100 PK)
dan PK mesin yang
tersedia
Catatan :
Peralatan tidak akan diterima atau ditolak berdasarkan tabel ini, dan hanya
diberikan sebagai petunjuk umum untuk membantu Kontraktor.
Tanah dari lokasi sumber bahan yang telah disetujui harus dihampar dan disebar
sampai rata di atas tanah dasar yang sudah disiapkan serta kadar airnya
disesuaikan seperlunya untuk mendapatkan penghalusan tanah yang optimum.
Bilamana pengeringan diperlukan, kecepatan pengeringan harus dimaksimumkan
dengan terus menerus menggaru tanah memakai (penghalus tanah), atau
peralatan sejenis, sampai tanah tersebut cukup kering untuk dikerjakan.
Kadar air optimum tanah untuk penghalusan akan berada di bawah kadar air
tanah untuk kepadatan kering maksimum, seperti yang ditentukan pada SNI 03-
1742-1989, dan akan dirancang berdasarkan percobaan lapangan awal seperti
yang diuraikan dalam Butir Nomor 6.8. Pekerjaan penghalusan harus
dilaksanakan bilamana kadar air tanah berada dalam rentang 2 % (dari berat
tanah kering) dari angka yang telah dirancang.
Sebelum semen ditambahkan, tanah itu harus dihaluskan sedemikian, kecuali
untuk partikel batu atau kerikil, sehingga memenuhi ketentuan di bawah ini
bilamana diayak secara kering :
Mesin pencampur yang tetap (tidak berpindah) dapat menggunakan cara takaran
berat (weight-batching) atau cara pemasokan menerus (continous feeder) dan
dapat dilengkapi dengan pengaduk pedal (paddle mixers) maupun jenis panci
(pan mixers).
Bilamana cara takaran berat digunakan, jumlah bahan tanah dan semen yang
harus diukur dengan tepat pertama-tama harus dimasukkan kedalam instalasi
pencampur kemudian air ditambahkan secukupnya agar kadar air hasil campuran
terletak dalam rentang yang dirancang untuk pemadatan di lapangan. Perhatian
khusus harus diberikan ke instalasi pencampur jenis takaran berat (batch) dengan
pengaduk pedal untuk memastikan bahwa semua semen tersebar merata di
loading skip dan dipasok merata di seluruh bak pencampur. Baik pencampur jenis
pedal maupun jenis panci, semen harus ditakar secara akurat dengan timbangan
atau alat penakar yang terpisah, dan kemudian dicampur dengan bahan tanah
yang akan distabilitasi. Bahan tanah harus dicampur sedemikian sehingga
terdistribusi merata di seluruh campuran.
Bilamana cara takaran dengan pemasok menerus (continous-feed) digunakan,
pedal pencampur, baffels dan kecepatan pemasukan bahan harus disesuaikan
agar bahan-bahannya tercampur merata. Semprotan yang digunakan untuk
mendistribusikan air kedalam pencampur harus disesuaikan agar dapat
memberikan kadar air yang merata di seluruh campuran.
Jumlah dan kapasitas kendaraan pengangkut bahan campuran harus disesuaikan
dengan hasil campuran yang dihasilkan instalasi pencampur dan kecepatan
pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang
periode pelaksanaan yang ditentukan.
Campuran harus dihampar di atas tanah dasar yang sudah dilembabkan dengan
tebal lapisan yang seragam dan harus dihampar dengan mesin penghampar
(paving machine) atau kotak penyebar (spreader box) yang dioperasikan secara
mekanis dimana dapat meratakan campuran dengan suatu ketebalan yang
merata. Bahan harus dihampar sedemikian hingga setelah dipadatkan mencapai
tebal lapisan yang dirancang, dalam toleransi yang disyaratakan pada Butir Nomer
6.11.a.
6.9.5 PEMADATAN
Permukaan lapis pondasi semen tanah yang telah selesai harus ditutup dengan
rapat, bebas dari pergerakan yang disebabkan oleh peralatan dan tanpa bekas
jejak roda pemadat, lekukan, retak atau bahan yang lepas. Semua bagian yang
lepas, segregasi atau yang cacat lainnya harus diperbaiki sesuai dengan Butir
Nomer 6.4.
Segera setelah pemadatan dan pembentukan lapisan terakhir lapis pondasi
semen tanah, butiran batu (chipping) yang memenuhi ketentuan ditebar secara
merata di atas permukaan lapis pondasi semen tanah dan dibenamkan pada
permukaan dengan penggilasan. Butiran batu harus berukuran nominal 13 mm
dengan takaran kira-kira 12 kg/m2.
6.9.6 PERAWATAN
Segera setelah pemadatan dan pembentukan lapis pondasi semen tanah dan
penanaman butiran batu, selaput tipis untuk perawatan (curing membrane) harus
dipasang di atas hamparan dan dipertahankan sampai paling sedikit 24 jam.
Curing membrane ini dapat berupa :
Lembaran plastik kedap air yang telah disetujui, dikaitkan secukupnya supaya
tidak terbang tertiup angin dan dengan sambungan tumpang tindih paling sedikit
30 cm dan dipasang untuk menjaga kehilangan air, atau
a. Bahan karung goni yang harus selalu basah selama masa perawatan,
atau
b. Bahan lainnya yang terbukti efektif dan disetujui.
Curing membrane harus dipertahankan di tempat selama 7 hari setelah
pencampuran dan penghamparan lapis pondasi semen tanah, atau berdasarkan
percobaan lapangan. Perawatan harus dilanjutkan sampai penghamparan aspal di
atas lapis pondasi semen tanah. Pada saat itu curing membrane harus
dipindahkan dan Lapis Resap Pengikat disemprotkan. Akan tetapi, dalam waktu
24 jam pertama dari masa perawatan, lapis resap pengikat tidak boleh diterapkan.
Lalu-lintas atau peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan tidak diijinkan melewati
permukaan jalan sampai pelapisan campuran aspal telah dilaksanakan. Selama
masa tunggu ini Kontraktor harus menjaga arus lalu-lintas yang melalui pekerjaan
ini dengan menyediakan jalan terpisah atau jalan alih (detour) yang memadai.
Pengendalian penggilasan lapis pondasi semen tanah dapat dilakukan pada awal
masa perawatan untuk mengurangi ukuran dan jarak retak susut. Perpanjangan
penggilasan ini akan ditentukan dari percobaan lapangan awal.
Bilamana lapis pondasi semen tanah akan dibuat dalam 2 lapisan atau lebih,
setiap lapisan yang sudah dihampar harus dirawat paling sedikit 7 hari sebelum
lapisan yang berikutnya dapat dihampar.
Contoh tanah yang telah dihaluskan harus diambil dan diuji di lapangan, untuk
menyesuaikan ukuran partikel dengan yang diberikan dalam Butir Nomer 6.9.3.c.
dengan jumlah pengambilan contoh sebayak 5 contoh untuk setiap ruas pekerjaan
(dari 200 meter atau kurang).
Bilamana setiap pengujian tunggal mengalami kegagalan, penghalusan harus
dilanjutkan untuk seluruh ruas pekerjaan tersebut.
kelima harus sama dengan lokasi pengambilan contoh semen tanah gembur
sebelum penggilasan. Hasil kepadatan dan kadar air pengujian konus pasir (sand-
cone) harus dibandingkan dengan nilai rata-rata dari kapadatan kering maksimum
dan kadar air optimum yang diukur dari 2 benda uji, seperti yang diuraikan pada
butir (a) di atas, untuk menentukan persentasi pemadatan yang dicapai di
lapangan dan menentukan apakah pengendalian kadar air di lapangan cukup
memadai.
Setelah pencetakan benda uji, keempat benda uji untuk pengujian kekuatan yang
diuraikan pada Butir Nomor 6.10.4. di atas harus dirawat dengan kelembaban
yang tinggi di dalam kantong plastik yang ditutup rapat, menggunakan cara yang
diuraikan pada Butir Nomer 6.7.3.b. kecuali 2 benda uji yang pertama harus
dirawat di dalam kantong plastik sampai waktu pengujian dan 2 benda uji yang
kedua harus dikeluarkan dari kantong plastik setelah perawatan selama 3 hari dan
direndam di dalam bak air untuk selama 4 hari sebelum pengujian. Keempat
benda uji tersebut harus diuji kekuatannya pada umur 7 hari setelah pencetakan
benda uji dan pada hari yang sama juga dilakukan pengujian dengan Scala
Penetrometer di lapangan pada penampang melintang tempat pengambilan
contoh semen tanah. Nilai rata-rata kekuatan dari 2 benda uji yang direndam
harus dicatat sebagai kekuatan laboratorium semen tanah untuk ruas jalan
dimana contoh tersebut diambil, dan harus dibandingkan dengan kekuatan
sasaran (target strength) yang disyaratkan pada Tabel 6.7.4. Dari nilai kekuatan
laboratorium ini, kekuatan lapis pondasi semen tanah di lapangan juga dapat
diperkirakan, pertimbangan akan diberikan untuk tingkat pemadatan yang dapat
dicapai di lapangan, dan nilainya dibandingkan dengan nilai minimum yang
disyaratkan.
Nilai rata-rata kekuatan dari 2 benda uji yang tidak direndam harus dibandingkan
terhadap nilai rata-rata kekuatan yang diperoleh dari hitungan pukulan pada
pengujian dengan Scala Penetrometer di lokasi pengambilan contoh, sehingga
hasil perbandingan ini dapat digunakan untuk pengecekan dan bilamana
dipandang perlu, perlu penyesuaian kalibrasi antara Scala Penetration Resistance
(SPR) dan kekuatan (UCS atau CBR).
Ketebalan lapis pondasi semen tanah yang telah selesai harus dipantau /
diperiksa, pada interval 50 m di sepanjang jalan dengan cara pengukuran elevasi
permukaan dan pengujian dengan Scala Penetrometer, 2 macam ketebalan yang
harus diukur :
Bilamana lapis pondasi semen tanah tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan
karena rendahnya mutu ini diperkirakan kekurangan kadar semen, maka dapat
dilaksanakan pengujian sesuai dengan AASHTO T144 untuk menentukan kadar
semen aktual dengan cara analitis pada contoh campuran semen tanah yang
diambil dari pekerjaan yang tidak sempurna tersebut.
Pada setiap pengukuran penampang melintang, tebal rata-rata setiap lapisan atau
sejumlah lapisan dari lapis pondasi semen tanah, yang diukur dengan survey dan
atau benda uji inti (core), tidak boleh 10 % lebih tebal atau lebih tipis dari pada
tebal rencana.
Pada setiap pengukuran penampang melintang, tebal rata-rata lapis pondasi
semen tanah yang sudah selesai dengan kekuatan dan kehomogenan yang
diterima, yang diukur dengan Scala Penetrometer dan/atau pengujian dari benda
uji inti (core), harus sama atau lebih tebal dari pada tebal rancangan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar.
Permukaan akhir dari lapisan teratas lapis pondasi semen tanah sudah
seharusnya mendekati ketinggian rancangan dan tidak boleh kurang dari 1 cm di
bawah elevasi rancangan di titik manapun.
Permukaan akhir lapis pondasi semen tanah tidak boleh menyimpang lebih dari 2
cm dari mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan di permukaan jalan sejajar
dengan sumbu jalan atau dari mal bersudut yang diletakkan melintang.
BAB VII
LAPIS ASPAL BETON (AC)
7.1 UMUM
Laston (Lapis Aspal Beton) atau AC terdiri dari 3 macam campuran :
1. Laston Lapis Aus (AC-WC).
2. Laston Lapis Pengikat (AC-BC).
3. Laston Lapis Pondasi (AC-Base).
7.2 PERSIAPAN
Kontraktor harus menyiapkan / menyerahkan :
1. Contoh seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan.
2. Setiap bahan aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan, berikut
keterangan asal sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-sifatnya.
3. Rumus Perbandingan Campuran dan data pengujian yang mendukungnya,
seperti yang disyaratkan dalam Butir Nomor 7.6.
4. Data pengujian laboratorium dan lapangan seperti yang disyaratkan dalam
Butir Nomor 7.10.4.
5. Peralatan yang akan digunakan.
6. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus sudah menumpuk setiap fraksi
agregat pecah dan pasir untuk campuran aspal, paling sedikit untuk kebutuhan
satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan harus dipertahankan paling
sedikit untuk kebutuhan campuran aspal satu bulan berikutnya.
penggantian, penambahan lapisan Campuran Aspal dan/atau perbaikan cara lain yang
disetujui.
7.5 BAHAN
7.5.1 AGREGAT UMUM
5. Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih
dari 0,2
Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan ayakan No. 8 (2,36
mm) dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak
dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 7.5.2.
di bawah ini.
Fraksi agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan harus
disiapkan dalam ukuran nominal tunggal. Ukuran maksimum (maximum size)
agregat adalah satu ayakan yang lebih besar dari ukuran nominal maksimum
(nominal maximum size). Ukuran nominal maksimum adalah satu ayakan yang
lebih kecil dari ayakan pertama (teratas) dengan bahan tertahan kurang dari 10 %.
Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam Tabel
7.5.2. Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat
agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau
lebih. (Pennsylvania DoT’s Test Method No.621).
Agregat kasar yang kotor dan berdebu, yang mempunyai partikel lolos ayakan No.
200 (0,075 mm) lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan.
Fraksi individu agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin
(cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat
dikendalikan dengan baik.
Batas-batas yang ditentukan dalam Tabel 7.5.2. untuk partikel kepipihan dan
kelonjongan dapat dinaikkan, bilamana agregat tersebut memenuhi semua
ketentuan lainnya.
Agregat halus harus terdiri dari pasir atau pengayakan batu pecah dan terdiri dari
bahan yang lolos ayakan No. 8 (2,36 mm).
Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
Pasir boleh dapat digunakan dalam campuran aspal. Persentase maksimum yang
disarankan untuk Laston (AC) adalah 15 %.
Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung,
atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari
batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Butir Nomor 7.5.1. Dalam segala hal,
pasir yang kotor dan berdebu serta mempunyai partikel lolos ayakan No. 200
(0,075 mm) lebih dari 8 % atau pasir yang mempunyai nilai setara pasir (sand
equivalent) kurang dari 40 sesuai dengan Pd M-03-1996-03, tidak diperkenankan
untuk digunakan dalam campuran.
Agregat pecah halus dan pasir harus dipasok ke Asphalt Mixing Plant (AMP)
dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah
sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol
dengan baik.
Agregat halus harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan Tabel 7.5.3.
Bahan pengisi yang ditambahkan harus terdiri dari debu batu kapur (limestone
dust), semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis
lainnya yang disetujui.
Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan secara basah sesuai SK SNI M-02-
1994-03 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No. 200 (75 micron) tidak
kurang dari 75 % terhadap beratnya.
1” 25 100 90 - 100
No. 8 2,36 28 - 58 23 - 39 19 - 45
No. 16 1,18
No. 30 0,600
DAERAH LARANGAN
Catatan :
Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas
rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas
gradasi ditentukan pada ayakan ukuran nominal maksimum, ayakan menengah
(2,36 mm) dan ayakan terkecil (0,075 mm).
Bahan aspal harus dari jenis aspal semen Pen. 60/70. Bahan aspal harus yang
memenuhi AASHTO M20 dan mempunyai titik lembek minimum 48 C, yang
ditentukan sesuai dengan SNI 06-2434-1991 (AASHTO T53). Pengambilan contoh
bahan aspal harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO T40. Sebagai
tambahan, pengambilan contoh bahan aspal dari tiap truk tangki harus
dilaksanakan pada bagian atas, tengah dan bawah. Contoh pertama yang diambil
harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi
dan titik lembek. Bahan aspal di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam
tangki penyimpan sebelum hasil pengujian contoh pertama tersebut memenuhi
ketentuan. Bilamana hasil pengujian contoh pertama tersebut lolos pengujian,
tidak berarti bahan aspal dari truk tangki yang bersangkutan diterima secara final
kecuali bahan aspal dari contoh yang mewakili telah memenuhi semua sifat-sifat
bahan aspal yang disyaratkan.
Bahan aspal yang diperoleh kembali dari benda uji pada rumus perbandingan
campuran harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 55 % nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing-masing dengan prosedur SNI-06-2456-1991 dan SNI-06-2432-
1991.
Bahan aspal harus di-ekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-3640-
1994. Setelah konsentrasi larutan aspal yang ter-ekstraksi mencapai 200 mm,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu sentrifugal.
Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang
diperoleh kembali tidak melebihi 1 % (dengan pengapian). Bahan aspal harus
diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur AASHTO T 170.
Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus ditambahkan ke dalam bahan aspal
bilamana diperlukan dan disetujui. Persentase aditif yang diperlukan harus
dicampurkan ke dalam bahan aspal sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
Sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) harus disetujui
terlebih dahulu. Setiap jenis bahan harus diserahkan / disetujui, paling sedikit 60
hari sebelum usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan.
7.6 CAMPURAN
Campuran aspal terdiri dari agregat dan aspal. Filler yang ditambahkan boleh
digunakan bilamana diperlukan untuk menjamin sifat-sifat campuran memenuhi
ketentuan yang disyaratkan Tabel 7.6.3.
dan/atau kebutuhan kadar aspal efektif untuk tebal film aspal minimum 7,5
micron (keduanya hanya digunakan sebagai petunjuk).
di mana :
Pb = kadar aspal.
CA = agregat kasar.
FA = agregat halus.
Nilai konstanta sekitar 0,5 - 1,0 untuk AC.
Buatlah benda uji dengan kadar aspal di atas, dibulatkan mendekati 0,5 %,
dengan 3 kadar aspal di atas dan 2 kadar aspal di bawah kadar aspal
perkiraan awal yang sudah dibulatkan mendekati 0,5 % ini. (Contoh, bilamana
rumus memberikan nilai 5,7 %, dibulatkan menjadi 5,5 %, buatlah benda uji
dengan kadar aspal 5,5 %, dengan 6 %, 6,5 %, 7 %, dan 4,5 %, 5 %). Ukurlah
berat isi benda uji, stabilitas Marshall, kelelehan dan stabilitas sisa setelah
perendaman. Ukur atau hitunglah kepadatan benda uji pada rongga udara nol.
Hitunglah rongga dalam agregat (VMA), rongga terisi aspal (VFB), dan rongga
dalam campuran (VIM). Gambarkan semua hasil tersebut dalam grafik.
Buatlah benda uji tambahan dan dipadatkan sampai membal (refusal) dengan
menggunakan prosedur PRD - BS 598 untuk 4 kadar aspal (1 yang
memberikan rongga dalam agregat di atas 6 %, 1 yang 6 % dan 2 yang di
bawah 6 %). Ukur berat isi benda uji dan/atau hitung kepadatan pada rongga
udara nol.
Gambarkanlah batas-batas yang disyaratkan dalam grafik untuk setiap
parameter yang terdaftar dalam Tabel 7.6.3, dan tentukan rentang kadar aspal
yang memenuhi semua ketentuan. Gambarkan rentang ini dalam skala balok.
Rancangan kadar aspal umumnya mendekati tengah-tengah rentang kadar
aspal yang memenuhi semua parameter yang disyaratkan.
Suatu campuran yang cocok harus memenuhi semua kriteria dalam Tabel
7.6.3. dengan suatu rentang kadar aspal praktis. Rentang kadar aspal untuk
campuran aspal yang memenuhi semua kriteria rancangan harus mendekati
(atau lebih besar dari) 1 %. Rentang kadar aspal ini dimaksudkan untuk
mengakomodir fluktuasi yang sesungguhnya dalam produksi campuran aspal.
Laston
Sifat-sifat campuran
WC BC Base
Penyerapan kadar aspal Maks. 1,2 untuk Lalu-lintas > 1.000.000 ESA
1,7 untuk Lalu-lintas < 1.000.000 ESA
Laston
Sifat-sifat campuran
WC BC Base
Maks. - -
Maks. - -
Stabilitas Marshall Sisa setelah Min. 85 untuk Lalu-lintas > 1.000.000 ESA
perendaman selama 24 jam, 60 ºC 80 untuk Lalu-lintas < 1.000.000 ESA
(5)
Catatan :
1) Modifikasi Marshall.
3) Untuk lalu-lintas yang sangat lambat atau lajur padat, gunakan kriteria ESA
yang lebih tinggi.
4) Berat jenis efektif agregat akan dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis
Maksimum Agregat (Gmm test, AASHTO T-209).
Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan Rumus
Perbandingan Campuran, dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam
Tabel 7.6.6. di bawah ini.
Setiap hari akan diambil benda uji baik bahan maupun campurannya seperti yang
digariskan dalam Butir Nomor 7.10.3. dan 7.10.4. atau benda uji tambahan yang
dianggap perlu untuk pemeriksaan homogenitas / keseragaman campuran.
Bilamana setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Rumus
Perbandingan Campuran (JMF) dan toleransi yang diijinkan, tetapi menunjukkan
perubahan yang konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat
diterima atau jika sumber setiap bahan berubah, maka suatu Rumus
Perbandingan Campuran (JMF) baru harus diserahkan / dibuat, sebelum
campuran aspal baru dihampar di lapangan.
Interpretasi toleransi yang diijinkan adalah batas-batas absolut yang ditentukan
oleh Rumus Perbandingan Campuran maupun Toleransi yang diijinkan
menunjukkan bahwa kontraktor harus bekerja dalam batas-batas yang digariskan
pada setiap saat.
7.7.1 UMUM
Instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant / AMP) dapat berupa pusat
pencampuran dengan sistem penakaran (batching) atau sistem menerus
(continuous), harus memiliki kapasitas yang cukup untuk memasok mesin
penghampar (asphalt finisher) secara terus menerus bilamana menghampar
campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki. Instalasi ini
harus dirancang, dikoordinasi dan dioperasikan sedemikian hingga dapat
menghasilkan campuran dalam rentang toleransi perbandingan campuran.
AMP harus dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman dan disetujui sehingga
tidak mengganggu ataupun protes dari penduduk di sekitarnya.
AMP harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust collector) yang lengkap
yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone)
sehingga tidak menimbulkan pencemaran debu ke atmosfir. Bilamana salah satu
sistem di atas rusak atau tidak berfungsi maka instalasi pencampur aspal tidak
boleh dioperasikan.
Timbangan untuk setiap kotak timbangan atau penampung (hopper) harus berupa
jenis jam (pembacaan jarum) tanpa pegas dan merupakan produksi standar serta
dirancang dengan ketelitian berkisar antara 0,5 sampai 1 % dari beban maksimum
yang diperlukan.
Ujung jarum harus dipasang sedekat mungkin dengan permukaan jam dan harus
berupa jenis yang bebas dari paralaks (pembiasan sinar) yang berlebihan.
Timbangan harus dilengkapi dengan tanda (skala) yang dapat disetel untuk
mengukur berat masing-masing bahan yang akan ditimbang pada setiap kali
pencampuran. Timbangan harus terpasang kokoh dan bilamana mudah berubah
harus segera diganti. Semua jam (pembacaan jarum) timbangan harus diletakkan
sedemikian hingga mudah terlihat oleh operator pada setiap saat.
besar dari bahan yang akan ditimbang serta harus dapat dibaca sampai 1 kg yang
terdekat.
Bilamana dianggap perlu, maka timbangan yang telah disetujuipun tetap akan
diperiksa berulang kali sehingga ketepatannya dapat selalu dijamin. Kontraktor
harus senantiasa menyediakan tidak kurang dari 10 buah beban standar 20 kg
untuk pemeriksaan semua timbangan.
Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat
dikendalikan dengan efektif dan handal sampai suatu temperatur dalam rentang
yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap (steam
coils), listrik, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi tangki
pemanas. Sirkulasi bahan aspal harus yang lancar dan terus menerus selama
periode pengoperasian. Temperatur bahan aspal yang disyaratkan di dalam pipa,
meteran, ember penimbang, batang semprot, dan tempat-tempat lainnya dari
sistem saluran, harus dipertahankan baik dengan selimut uap (steam jackets)
ataupun cara isolasi lainnya. Dengan persetujuan terlebih dahulu, bahan aspal
boleh dipanaskan terlebih dahulu di dalam tangki dan kemudian temperatur
dinaikkan sampai temperatur yang disyaratkan dengan menggunakan alat
pemanas booster (penguat) yang berada diantara tangki dan alat pencampur.
Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah 30.000 liter dan paling sedikit
harus disediakan dua tangki yang berkapasitas sama. Tangki-tangki tersebut
harus dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing
tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke alat
pencampur.
7.7.6 AYAKAN
Ayakan harus mampu mengayak seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi
yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit di atas kapasitas penuh
alat pencampur. Ayakan harus memiliki efisiensi pengoperasian yang sedemikian
rupa sehingga agregat yang tertampung dalam setiap penampung (bin) tidak
mengandung lebih dari 10 % bahan yang berukuran terlampau besar (oversize)
atau terlampau kecil (undersize).
Ukuran nominal maksimum dalam setiap penampung panas adalah ukuran
anyaman kawat dari ayakan terakhir, setelah melewati ayakan ini agregat lolos
masuk ke penampung panas.Ukuran nominal minimum dalam setiap penampung
panas adalah ukuran anyaman kawat dari ayakan, sebelum ayakan ini agregat
dapat lolos masuk ke penampung panas (sebenarnya agregat juga dapat lolos
melewati ayakan ini).
Agregat yang terlalu besar (oversize), dalam penampung panas, secara tidak
langsung mengauskan atau merusak ayakan. Agregat yang terlalu kecil
(undersize) secara tidak langsung dapat menyebabkan muatan berlebih (overload)
pada ayakan.
Penampung panas harus berkapasitas cukup dalam melayani alat pencampur bila
dioperasikan dengan kapasitas penuh. Jumlah penampung minimum 3 buah
sehingga dapat menjamin penyimpanan yang terpisah untuk masing-masing fraksi
agregat, tidak termasuk bahan pengisi (filler). Setiap penampung panas harus
dilengkapi dengan pipa pembuang yang ukuran maupun letaknya sedemikian rupa
sehingga dapat mencegah masuknya kembali bahan ke dalam penampung
lainnya. Penampung harus dibuat sedemikian rupa agar benda uji dapat mudah
diambil.
Termometer baja yang dapat dibaca dari 100 ºC sampai 200 ºC harus dipasang di
tempat mengalirnya pasokan aspal dekat katup pengeluaran (discharge) pada alat
pencampur.
Instalasi juga harus dilengkapi dengan termometer, baik jenis arloji (pembacaan
jarum), air raksa (mercury-actuated), pyrometer listrik ataupun perlengkapan
pengukur panas lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran
dari alat pengering untuk mencatat secara otomatis atau menunjukkan temperatur
agregat yang dipanaskan. Sebuah termo elemen (thermo couple) atau bola sensor
(resistance bulb) harus dipasang di dekat dasar penampung (bin) untuk mengukur
temperatur agregat halus sebelum memasuki alat pencampur.
Instalasi pencampuran harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa agar dapat membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator, baik seluruh maupun sebagian bahan yang dikumpulkan.
Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) alat
pencampur dan landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit
perlengkapan harus dipasang. Untuk mencapai puncak bak truk, perlengkapan
untuk landasan atau perangkat lain yang sesuai harus disediakan sehingga benda
uji dapat diambil dan memeriksa temperatur campuran. Untuk memudahkan
pelaksanaan kalibrasi timbangan, pengambilan benda uji dan lain-lainnya, maka
suatu sistem pengangkat atau katrol harus disediakan untuk menaikkan peralatan
dari tanah ke landasan (platform) atau sebaliknya. Semua roda gigi, roda beralur
(pulley), rantai, rantai gigi dan bagian bergerak lainnya yang berbahaya harus
seluruhnya dipagar dan dilindungi.
Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar
tempat pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari
benda yang jatuh dari landasan (platform) alat pencampur.
Instalasi harus memiliki perlengkapan yang akurat dan otomatis (bukan manual)
untuk menimbang masing-masing fraksi agregat dalam kotak penimbang atau
penampung yang terletak di atas timbangan dan berkapasitas cukup untuk setiap
penakaran tanpa perlu adanya perataan dengan tangan atau tumpah karena
penuh. Kotak penimbang atau penampung harus ditunjang pada titik tumpu dan
penopang tipis, yang dibuat sedemikian rupa agar tidak mudah terlempar dari
kedudukannya atau setelannya. Semua tepi-tepi, ujung-ujung dan sisi-sisi
penampung timbangan harus bebas dari sentuhan setiap batang penahan dan
batang kolom atau perlengkapan lainnya yang akan mempengaruhi fungsi
penampung yang sebenarnya. Ruang bebas yang memadai antara penampung
dan perangkat pendukung harus tersedia sehingga dapat dihindari terisinya celah
tersebut oleh bahan-bahan yang tidak dikehendaki. Pintu pengeluaran (discharge
gate) kotak penimbang harus terletak sedemikian rupa agar agregat tidak
mengalami segregasi saat dituang ke dalam alat pencampur dan harus tertutup
rapat bilamana penampung dalam keadaan kosong sehingga tidak terdapat
kebocoran bahan yang akan masuk ke dalam alat pencampur pada saat proses
penimbangan campuran berikutnya.
Alat pencampur sistem penakaran (batch) adalah jenis pengaduk putar ganda
(twin pugmill) yang disetujui dan mampu menghasilkan campuran yang seragam
dan memenuhi toleransi rumus perbandingan campuran. Alat pencampur harus
dipanasi dengan selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang disetujui.
Alat pencampur harus dirancang sedemikian rupa agar memudahkan
pemeriksaan visual terhadap campuran. Alat pencampur harus memiliki kapasitas
minimum 1 ton dan harus dibuat sedemikian rupa agar kebocoran yang mungkin
terjadi dapat dicegah. Kotak pencampur harus dilengkapi dengan penutup debu
untuk mencegah hilangnya kandungan debu.
Alat pencampur harus memiliki suatu perangkat pengendali waktu yang akurat
untuk mengendalikan kegiatan dalam 1 siklus pencampuran yang lengkap dari
Perangkat pengendali waktu harus dapat disetel untuk suatu interval waktu tidak
lebih dari 5 detik sampai dengan 3 menit untuk keseluruhan siklus. Penghitung
(counter) mekanis penakar harus dipasang sebagai bagian dari perangkat
pengendali waktu dan harus dirancang sedemikian rupa sehingga hanya mencatat
penakaran yang telah selesai dicampur.
Alat pencampur harus dilengkapi pedal (paddle) atau pisau (blade) dengan jumlah
yang cukup dan dipasang dengan susunan yang benar untuk menghasilkan
campuran yang benar dan seragam. Ruang bebas antara pisau-pisau (blades)
dengan bagian yang tidak bergerak maupun yang bergerak harus tidak melebihi 2
cm, kecuali bilamana ukuran nominal maksimum agregat yang digunakan lebih
besar dari 25 mm. Bilamana digunakan agregat yang memiliki ukuran nominal
maksimum lebih besar dari 25 mm, maka ruang bebas ini harus disetel
sedemikian rupa agar agregat kasar tidak pecah selama proses pencampuran.
Unit ini harus mempunyai sebuah pemasok (feeder) yang dipasang di bawah
penampung (bin). Masing-masing penampung (bin) harus memiliki pintu bukaan
yang dapat disetel untuk menyesuaikan volume bahan yang keluar dari masing-
masing lubang pintu penampung (bin). Lubang tersebut harus berbentuk persegi
Instalasi ini harus dilengkapi kotak-kotak pengambilan benda uji untuk kalibrasi
bukaan pintu dengan cara memeriksa berat benda uji yang mengalir keluar dari
setiap penampung sesuai dengan bukaan pintunya. Benda uji harus mudah
diperoleh dengan berat tidak kurang dari 50 kg. Sebuah timbangan datar yang
akurat dengan kapasitas 150 kg atau lebih harus disediakan.
Alat pencampur sistem menerus (contineous) adalah jenis pengaduk putar ganda
(twin pugmill) yang disetujui dan mampu menghasilkan campuran yang seragam
dan memenuhi toleransi rumus perbandingan campuran. Pedal (paddle) haruslah
dari jenis yang sudut pedalnya dapat disetel, baik posisi searah maupun
berlawanan arah dengan arah aliran campuran. Alat pencampur harus dilengkapi
dengan sekat baja yang dapat disetel dengan data volume neto untuk berbagai
ketinggian sekat dan grafik yang disediakan pabrik pembuatnya yang
menunjukkan jumlah pasokan agregat per menit pada kecepatan jalan instalasi.
Penetapan waktu pencampuran harus dengan metode berat, menggunakan
rumus sebagai berikut : (beratnya harus ditentukan untuk pekerjaan tersebut
dengan pengujian).
C
T
Q
di mana :
Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari logam
yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air sabun,
minyak bakar yang tipis, minyak parafin, atau larutan kapur untuk mencegah
melekatnya campuran aspal pada bak. Setiap genangan minyak pada lantai bak
truk hasil penyemprotan sebelumnya harus dibuang sebelum campuran aspal
dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas / terpal atau
bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat
melindungi campuran aspal terhadap cuaca.
Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran aspal akibat
sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan kebocoran
oli yang nyata, atau yang menyebabkan keterlambatan yang tidak semestinya,
harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.
Bilamana dianggap perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh penutup harus
diikat kencang agar campuran aspal yang tiba di lapangan pada temperatur yang
disyaratkan.
Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus cukup dan dikelola
sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi secara
menerus dengan kecepatan yang disetujui.
Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan 2 ulir pembagi dengan
arah gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal secara merata
di depan screed (sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini harus dilengkapi
dengan perangkat kemudi yang dapat digerakkan dengan cepat dan efisien dan
harus mempunyai kecepatan jalan mundur seperti halnya maju. Penampung
(hopper) harus mempunyai sayap-sayap yang dapat dilipat pada saat setiap
muatan campuran aspal hampir habis untuk menghindari sisa bahan yang sudah
mendingin di dalamnya.
Alat penghampar harus dilengkapai dengan screed (sepatu) baik dengan jenis
penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi dan perangkat untuk memanasi screed
(sepatu) pada temperatur yang diperlukan untuk menghampar campuran aspal
tanpa menggusur atau merusak permukaan hasil hamparan.
Setiap alat penghampar harus disertai 2 alat pemadat roda baja (tandem roller)
dan 1 alat pemadat roda karet (Pneumatic Tire Roller). Semua alat pemadat harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.
Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak kurang
dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang sama dan
mampu dioperasikan pada tekanan ban pompa 6,0 - 6,5 kg/cm2 (85 - 90 psi).
Roda-roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur
sedemikian rupa sehingga tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak di
antara roda-roda pada sumbu yang lainnya secara overlap. Setiap roda harus
dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan operasi yang disyaratkan
sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda tidak melebihi 0,35 kg/cm 2 (5
psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban harus disediakan untuk memeriksa
dan menyetel tekanan ban pompa di lapangan pada setiap saat. Untuk setiap
ukuran dan jenis ban yang digunakan, Kontraktor harus memberikan data grafik
atau tabel yang menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan ban pompa,
tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas bidang kontak. Setiap alat pemadat
harus dilengkapi dengan suatu cara penyetelan berat total dengan pengaturan
beban (ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat diubah dari 300 - 375 kg
per 0,1 m. Tekanan dan beban roda harus dapat disetel, agar dapat memenuhi
ketentuan setiap aplikasi khusus. Pada umumnya pemadatan dengan alat
pemadat roda karet pada setiap lapis campuran aspal harus dengan tekanan yang
setinggi mungkin yang masih dapat dipikul bahan.
Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas 2 jenis :
Alat pemadat roda baja harus mampu memberikan tekanan pada roda belakang
tidak kurang dari 200 kg per lebar 0,1 m di atas lebar penggilas minimum 0,5 m
dan pemadat roda baja mempunyai berat statis tidak kurang dari 6 ton. Roda gilas
harus bebas dari permukaan yang datar, penyok, robek-robek atau tonjolan yang
merusak permukaan perkerasan.
Campuran aspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan
pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat
menjamin kemajuan pekerjaan dengan tingkat kecepatan minimum 60 %
kapasitas AMP.
Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur antara 140 ºC sampai 160 ºC
di dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal ke alat
pencampur secara terus menerus pada temperatur yang merata setiap saat. Pada
setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, minimum harus terdapat 30.000
liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke alat pencampur.
Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus kering dan
dipanaskan terlebih dahulu dengan temperatur dalam rentang yang disyaratkan
untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaui 15 ºC di atas temperatur bahan aspal.
Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan pengisi
(filler) tambahan harus ditakar secara terpisah dalam penampung kecil yang
dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi tidak boleh ditabur di atas
tumpukan agregat maupun dituang ke dalam penampung instalasi pemecah batu
(stone crusher). Hal ini dimaksudkan agar pengendalian kadar filler dapat dijamin.
Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus
dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat
agar memenuhi rumus perbandingan campuran. Proporsi takaran ini harus
ditentukan dengan mencari gradasi secara basah dari contoh yang diambil dari
penampung panas (hot bin) segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada
interval waktu tertentu sesudahnya, untuk menjamin pengendalian penakaran.
Bahan aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat
pencampur dengan jumlah yang ditetapkan. Bilamana digunakan instalasi
pencampur sistem penakaran, seluruh agregat kering harus dicampur terlebih
dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang tepat ditambahkan ke dalam agregat
tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang ditentukan dengan
“pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai
dengan prosedur AASHTO T195-67 (biasanya sekitar 45 detik), untuk
menghasilkan campuran yang homogen dan semua butiran agregat terselimuti
aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus ditetapkan dan diatur
dengan perangkat pengendali waktu yang handal. Untuk instalasi pencampuran
sistem menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan harus ditentukan dengan
“pengujian derajad penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai
dengan prosedur AASHTO T195-67, dan paling lama 60 detik, dan dapat
ditentukan dengan menyetel ketinggian sekat baja dalam alat pencampur.
Temperatur campuran aspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus dalam
rentang absolut seperti yang dijelaskan dalam Tabel 7.8.5. Tidak ada campuran
aspal yang diterima bilamana temperatur pencampuran melampaui temperatur
maksimum yang disyaratkan.
Campuran aspal harus dalam rentang temperatur absolut ditunjukkan dalam Tabel
7.8.5.
Pen. 60/70
Catatan :
1) Dapat disetujui perubahan yang dianggap perlu terhadap rentang suhu yang
diberikan dalam tabel di atas, berdasarkan data pengujian viskositas aspal
yang dipakai, untuk menjamin agar rentang viskositas yang disyaratkan
terpenuhi.
Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang (truck scale) dan
setiap muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat neto. Muatan
campuran aspal tidak boleh dikirim terlalu sore agar penghamparan dan
pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang terkecuali tersedia
penerangan.
Balok kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis
dan serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar.
Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang lebih
tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi
penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu lajur
untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang penghamparan lajur
yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari produksi dibuat seminimal
mungkin.
7.9.4 PEMADATAN
Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari 3 operasi yang terpisah berikut ini :
Catatan : Perkiraan waktu di atas hanyalah pedoman kasar. Bagaimanapun juga aplikasi
penggilasan harus berdasarkan viskositas aspal yang ditentukan dalam Tabel
7.8.5.
Penggilasan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda
karet atau Pneumatic Tire Roller (PTR) sedekat mungkin di belakang penggilasan
awal. Penggilasan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat
Tandem Roller tanpa penggetar (vibrasi).
Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian dari
tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan
berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada tikungan
harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi.
Lintasan yang berurutan harus saling overlap minimum setengah lebar roda dan
lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang kurang dari 1 m dari
lintasan sebelumnya.
Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10
km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah
penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran aspal.
Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk mencegah
pelekatan campuran aspal pada roda, tetapi air yang berlebihan tidak
diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya
campuran aspal pada roda.
Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan yang
baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap
campuran aspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran,
atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran
panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi
sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran aspal terhampar dengan
luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan
aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan
sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos
harus diperbaiki.
7.9.5 SAMBUNGAN
Campuran aspal tidak boleh dihampar di samping campuran aspal yang telah
dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus atau telah
dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan
permukaan lama dan baru harus diberikan sesaat sebelum campuran aspal
dihampar di sebelah campuran aspal yang telah digilas sebelumnya.
Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam AASHTO T166, tidak boleh kurang dari 98 % Kepadatan
Standar Kerja (Job Standard Density).
Cara pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan benda uji di
laboratorium masing-masing harus sesuai dengan AASHTO T168 dan SNI-06-
2489-1991 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM D5581 untuk ukuran
maksimum 50 mm.
98 3-4 98,1 95
5 98,3 94,9
6 98,5 94,8
Agregat :
Abrasi dengan mesin Los Angeles 5.000 m3
Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan 1.000 m3
Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) 250 m3 (min. 2 pengujian per hari)
Nilai setara pasir (sand equivalent) 250 m3
Campuran :
Suhu di AMP dan suhu saat sampai di lapangan jam
Gradasi dan kadar aspal 200 ton (min. 2 pengujian per hari)
Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, 200 ton (min. 2 pengujian per hari)
rongga dalam campuran pd. 75 tumbukan
Rongga dalam campuran pd. kepadatan membal 3.000 ton
Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan agregat /
rancangan
Toleransi pelaksanaan :
Elevasi permukaan, untuk penampang melintang dari Paling sedikit 3 titik yang diukur
setiap jalur lalu-lintas. melintang pada paling sedikit
setiap 12,5 m memanjang
sepanjang jalan tsb
Contoh yang diambil dari penghamparan campuran aspal setiap hari harus
dengan cara yang diuraikan di atas dan dengan frekuensi yang diperintahkan
dalam Butir Nomor 7.10.3. dan 7.10.4. Enam cetakan Marshall harus dibuat dari
setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan
dalam Tabel 7.8.5. dan dalam jumlah tumbukan yang disyaratkan dalam Tabel
7.6.3. Kepadatan benda uji rata-rata (Gmb) dari semua cetakan Marshall yang
dibuat setiap hari akan menjadi Kepadatan Marshall Harian.
Proses campuran rancangan harus diulangi bilamana Kepadatan Marshall Harian
rata-rata dari setiap produksi selama 4 hari berturut-turut berbeda lebih 1 % dari
Kepadatan Standar Kerja (JSD).
Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian
pengujian, Kontraktor dapat memilih untuk mengambil contoh di atas ruas yang
lebih panjang (yaitu, pada suatu frekuensi yang lebih besar) dari yang diperlukan
dalam Tabel 7.10.2.
Kontraktor harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang
mampu memotong benda uji inti berdiameter 4” maupun 6” pada lapisan beraspal
yang telah selesai dikerjakan.
3. Kepadatan Marshall Harian dengan detail dari semua benda uji yang diperiksa.
6. Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar
aspal paling sedikit 2 contoh. Bilamana cara ekstraksi sentrifugal digunakan
maka koreksi abu harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan SNI 03-3640-
1994.
8. Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan berat jenis
maksimum campuran perkerasan aspal (AASHTO T209-90).
Tebal setiap lapisan campuran aspal harus dipantau dengan benda uji inti (core).
Jarak dan lokasi pengambilan benda uji inti paling sedikit harus diambil 2 buah
dalam arah melintang dari masing-masing penampang lajur yang diperiksa. Jarak
memanjang dari penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari 200 m dan
PelatihanSupervision Engineer of Roads Construction (SE)
VII-37
Modul SE-07 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Bab VII : Lapis Aspal Berton
harus sedemikian rupa hingga jumlah total benda uji inti yang diambil dalam setiap
ruas yang diukur tidak kurang dari 6.
Bilamana tebal setiap benda uji inti individu kurang dari tebal rancangan nominal
pada setiap ruas, sebesar 3 mm untuk tebal nominal rancangan kurang dari 3 cm
dan 5 mm untuk tebal rancangan nominal kurang atau sama dengan 5 cm, maka
dapat dilakukan pengambilan benda uji inti tambahan pada lokasi yang tidak
memenuhi syarat ketebalan sebelum pembongkaran dan pelapisan kembali.
Tebal aktual campuran aspal yang dihampar di setiap ruas dari pekerjaan,
didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang diambil dari
ruas tersebut.
Tebal aktual campuran aspal yang dihampar, sebagaimana ditetapkan dalam Butir
Nomor 7.11.b. di atas, harus sama atau lebih besar dari tebal nominal rancangan
pada Tabel 7.11. untuk lapis aus harus sama dengan atau lebih besar dari tebal
nominal rancangan yang ditentukan.
Dapat disetujui dan diterima tebal rata-rata yang kurang dari tebal nominal
rancangan asalkan campuran aspal yang dihampar di atas “hamparan baru”
(bukan di atas perkerasan lama) mulus (sound) dan memenuhi semua ketentuan.
Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh tebal
campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi yang disyaratkan dalam Butir
Nomor 7.11.a. dan tebal nominal rancangan yang disyaratkan dalam Gambar.
Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran aspal yang dihampar harus
dipantau oleh Kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk yang
meninggalkan AMP. Bilamana berat aktual bahan terhampar yang dihitung dari
timbangan adalah kurang ataupun lebih 5 % dari berat yang dihitung dari
ketebalan rata-rata dan kepadatan rata-rata benda uji inti (core), maka harus
diambil tindakan untuk menyelidiki sebab terjadinya selisih berat ini. Investigasi
dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut ini :
Penampang melintang :
Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tepat di atas
sumbu jalan tidak boleh melampaui 5 mm untuk lapis aus atau 10 mm untuk lapis
pondasi. Perbedaan setiap 2 titik pada setiap penampang melintang tidak boleh
melampaui 5 mm dari elevasi yang dihitung dari penampang melintang yang
ditunjukkan dalam Gambar.
Kerataan permukaan :
Setiap ketidak-rataan individu bila diukur dengan mistar lurus berjalan (rolling)
sepanjang 3 m yang diletakkan sejajar dengan sumbu jalan tidak boleh lebih
melampaui 5 mm.
Bilamana campuran aspal digunakan sebagai lapis perata sekaligus sebagai lapis
perkuatan (strengthening) maka tebal lapisan tidak boleh melebihi 2,5 kali tebal
nominal yang diberikan dalam Tabel 7.11.
BAB VIII
PERKERASAN JALAN BETON SEMEN PORTLAND
8.1 UMUM
Pedoman ini hanya menguraikan masalah pembentukan akhir dari tanah dasar,
lapis pondasi bawah, bahan piIihan, atau lapis pondasi bawah dari bahan
stabilisasi yang berkaitan dengan penghamparan beton.
Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistern pengatur ketinggian otomatis, maka
alat tersebut dapat langsung dioperasikan diatas permukaan yang akan dibentuk.
Lapisan dibawah beton harus senantiasa bebas dari benda-benda asing, sisa-sisa
beton, dan kotoran-kotoran lainnya.
Lernbar kedap air tersebut dipasang diatas permukaan yang telah siap. Lembar-
lembar yang berdampingan dipasang overlap dengan lebar tumpangan tidak
kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang.
Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah
sobeknya lembar-lembar tersebut. Juga harus diperhatikan kemungkinan
rusaknya lembar akibat angin.
Setelah lapis pondasi bawah dihampar dan dipadatkan sesuai kepadatan yang
disyaratkan, permukaan yang akan ditutup beton, dibentuk sesuai dengan gambar
rencana.
Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban peralatan
pelaksanaan. Suatu pengujian untuk rnengetahui kekuatan acuan yang terbuat
dari baja lurus, mensyaratkan bahwa acuan harus tidak melendut lebih besar dari
6,4 mm (1/4 inch) bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3 m (10 ft) dan
beban yang sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan pelaksanaan
lainnya yang akan bergerak di atasnya.
Tebal baja yang biasanya digunakan adalah 6,4 mm (1/4 inch) dan 8 mm (5/16
inch). Bila acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat,
ketebalannya tidak boleh kurang dari 8 mm (5/16 inch). Dianjurkan agar acuan
mempunyai tinggi yang sama dengan tebal rencana pelat beton dan lebar dasar
acuan sama dengan 0,75 kali tebal pelat beton tapi kurang dari 200 mm (8 inch).
digunakan acuan jadi, penambah ketinggian acuan tidak boleh lebih dari 25 %
ketinggian semula.
Dalarn pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan variasi kerataan bidang atas
acuan tidak boleh lebih dari 0,32 cm (1/8 inch) untuk setiap 3 m (10 ft) panjang
dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 0,64 cm (1/4 inch) untuk
setiap 3 m (10 ft) panjang.
Pemasangan acuan baja maupun kayu pada prinsipnya sama yaitu mengikuti
ketentuan-ketentuan dibawah ini.
Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan
ketinggian jalan yang bersangkutan sehingga acuan pada waktu yang dipasang,
dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada
elevasi yang benar. Pembuatan galian untuk meletakkan acuan pada ketinggian
yang tepat, sebaiknva dilakukan, dengan cara mengupas / rnengeruk.
Bekas galian di kiri dan kanan pondasi acuan, harus diisi dan dipadatkan kembali
tiap lapis dengan tebal setiap lapis tidak boleh lebih dari 1,25 cm. Alinyemen
acuan baru harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki memanjang penghamparan
beton.
Bila terdapat acuan yang rusak atau sesudah pondasi tidak stabil diperbaiki,
acuan harus disetel kembali. Acuan harus dipasang cukup jauh didepan tempat
penghamparan beton sehingga kemungkinan pemeriksaan dan perbaikan acuan
tanpa mengganggu kelancaran penghamparan beton, acuan dipasang pada posisi
yang benar, tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua sisi luar dan dalam
harus dipadatkan dengan baik menggunakan alat pemadat mesin atau manual.
Acuan harus disangga pada tempatnya, paling sedikit setiap 3 m (10 ft).
Setiap bahan acuan harus benar-benar terikat kuat sehingga tidak dapat bergerak.
Pada setiap titik acuan tidak boleh menyimpang lebih dari 0,64 cm (¼ inch) dari
garisnya. Tidak diijinkan adanya penurunan atau pelenturan acuan yang
berlebihan akibat peralatan pelaksanaan. Sebelum penghamparan dilakukan di
sisi dalam acuan harus diminyaki. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya padat
karya (labour intensif) maka acuan dapat dibuat dari kayu.
Acuan harus tetap dipasang selama paling sedikit 8 jam setelah penghamparan
beton. Setelah acuan dibongkar, tepi-tepi beton yang terbuka harus segera
dirawat.
8.4 BAHAN
8.4.1 SEMEN
Semen harus merupakan semen portland jenis I, II atau III sesuai dengan
AASHTO M 85. Kecuali diperkenankan lain, maka hanya produk dari satu pabrik
atau satu jenis merk semen portland tertentu yang harus digunakan di proyek.
8.4.2 AIR
Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi persyaratan yang diberikan
dalam Tabel 8.4.3. Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan gradasi ini
dapat tidak ditolak asalkan kontraktor dapat menunjukkan bahwa persyaratan
yang dirinci dalam Butir Nomor 8.5.3. dapat dipenuhi jika menggunakan bahan-
bahan tersebut.
50 2 - 100 - - -
37 1,5 - 95 – 100 100 - -
25 1 - - 95 – 100 100 -
19 ¾ - 35 – 70 - 90 – 100 100
13 ½ - - 25 – 60 - 90 – 100
10 3/8 100 10 – 30 - 20 – 55 40 – 70
4,75 4 95 – 100 0–5 0 – 10 0 – 10 0 – 15
1,18 16 45 – 80 - - - -
0,30 50 10 – 30 - - - -
0,15 100 2 – 10 - - - -
Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel terbesar
tidak lebih besar dari pada ¾ jarak bersih minimum antara batang tulangan atau
antara batang tersebut dengan acuan atau antara batasan-batasan ruang lainnya
di mana pekerjaan beton harus ditempatkan.
Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih dan keras
yang diperoleh dari pemecahan batu, atau dengan menyaring dan mencuci (bila
perlu) kerikil dan pasir sungai.
Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti yang dirinci dalam
AASHTO T21 dan seperti diberikan dalam Tabel 8.4.4. bila diambil contoh dan
diuji sesuai dengan ketentuan BS CP 114 dan prosedur AASHTO yang relevan.
Agregat yang berupa bahan-bahan yang berukuran sama yang berasal dari
berbagai sumber harus ditimbun dalam timbunan terpisah dan hanya boleh
digunakan dalam struktur yang terpisah.
Agregat Agregat
halus kasar
Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap
setebal 125 mikron. Air tidak boleh tergenang di atas membran, dan membran
harus kedap air sepenuhnya waktu beton dicor. Suatu lapisan bawah yang kedap
air tidak boleh digunakan di bawah perkerasan jalan beton bertulang yang
menerus.
Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja atau batang
baja berprofil / berulir sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar.
Baja tulangan harus merupakan batang baja billet polos atau berulir grade U24
atau batang berulir grade U40 sesuai dengan persyaratan SII 0136-84, kecuali jika
disetujui lain atau diperlihatkan lain dalam Gambar.
Tulangan anyaman kawat baja harus memenuhi persyaratan-persyaratan
AASHTO M 55. Tulangan ini harus disediakan dalam bentuk lembaran-lembaran
datar dan merupakan jenis yang disetujui.
Batang baja harus memenuhi persyaratan AASHTO M 54. Bagian-bagiannya
harus berukuran dan berjarak antara sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar.
Batang baja untuk Dowel harus berupa batang bulat biasa sesuai denqan
AASHTO M 31. Batang dowel berlapis plastik yang memenuhi AASHTO M 254
dapat digunakan.
Batang pengikat (Tie bar) harus berupa batang baja berulir sesuai dengan
AASHTO M 31.
Proporsi bahan dan berat penakaran harus sesuai dengan batas-batas yang
diberikan dalam Tabel 8.5.1.
Beton harus dari kelas K350 kecuali jika diperlihatkan lain dalam gambar.
Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan
"slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 8.5.3, bila
pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990
(AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO
T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).
Beton tersebut harus merupakan jenis yang memiIiki sifat kemudahan pengerjaan
yang sesuai untuk mencapai pemadatan penuh dengan instalasi yang digunakan
dengan tanpa pengaliran yang tak semestinya. Slump optimum sebagaimana
diukur dengan cara pengujian AASHTO T 199 harus tidak kurang dari 20 mm dan
tidak lebih besar dan 60 mm. Slump tersebut harus dipertahankan dalam batas
toleransi + 20 mm dari slump optimum yang disetujui. Beton yang tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan slump tersebut tidak boleh digunakan untuk pelat-pelat
perkerasan beton.
Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil
pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, perlu analisis teknis.
Bila pengujian dilakukan pada kubus 15 cm, kekuatan tekan karakteristik harus
sebesar 350 kg/cm2 pada umur 28 hari. Kekuatan beton 7 hari harus sebesar 0,7 x
kekuatan lentur karakteristik.
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang semula
dirancang, maka kontraktor akan melakukan perubahan pada berat agregat
sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar semen yang semula
dirancang tidak berubah, juga rasio air / semen yang telah ditentukan berdasarkan
pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak
dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau
cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk meningkatkan sifat
kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui.
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar
semen harus ditingkatkan.
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
mendapat persetujuan terlebih dahulu.
Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas
semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari
jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahankan dalam
kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering permukaan,
dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala. Pada saat
penakaran, agregat harus telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk
menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.
8.5.7 PENCAMPURAN
Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan
ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh
bahan.
Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang
akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah
ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.
Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum
waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran
untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang
lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
Satu pengujian "slump", atau lebih, harus dilaksanakan pada setiap takaran beton
yang dihasilkan.
Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari 1 pengujian kuat tekan untuk
setiap 60 m3 beton yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari 1 pengujian
untuk setiap mutu beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor
terpisah pada tiap hari pengecoran. Setiap pengujian harus minimum mencakup 4
benda uji, yang pertama harus diuji pembebanan kuat tekan sesudah 3 hari, yang
kedua sesudah 7 hari, yang ketiga sesudah 14 hari dan yang keempat sesudah 28
hari.
Bilamana kuantitas total beton melebihi 40 m3 dan frekuensi pengujian yang
ditetapkan pada butir (a) di atas hanya menyediakan kurang dari 5 pengujian untuk
suatu mutu beton tertentu, maka pengujian harus dilaksanakan dengan mengambil
contoh paling sedikit 5 buah dari takaran yang dipilih secara acak (random).
Kuat tekan karakteristik beton (bk) diperoleh dengan rumus berikut ini :
n
i
bm i 1 adalah kuat tekan rata-rata.
n
n
i bm 2
i 1
S adalah standar deviasi
n 1
Pada pengujian kuat tekan beton tidak boleh lebih dari 1 harga diantara 20 harga (5
%) hasil pengujian, terjadi kurang dari ’bk
Tidak boleh satupun harga pengujian kuat tekan beton rata-rata dari 4 sampel kubus
berturut-turut kurang dari ’bm,4 (’bk + 0.8225 S)
Dalam hal pengendalian di lapangan pengujian kuat tekan dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil (misal 4 sampel dari 5 kelompok) dengan menggunakan
grafik kontrol (control chart) yang terdiri dari garis terendah hingga garis tertinggi
berturut-turut adalah garis batas spesifikasi, batas kontrol dan garis tengah.
Batas Spesifikasi adalah garis yang menunjukkan kuat tekan karaketeristik yang
dipersyaratkan. Batas Kontrol adalah kuat tekan karakteristik dalam kelompok
(’bk,n = ’bk + K.S), sedangkan Garis Tengah adalah garis yang menunjukkan kuat
tekan rata-rata.
’bm
2.1.1.1.1.1.1 Gari
0,8225 Ss Tengah
’bm,n ’bk, n
2 Batas Kontrol
0,8225 S
’bk
1 Batas Spesifikasi
1 2 3 4 5
Kelompok
Apabila hasil pengujian kuat tekan rata-rata kelompok ’bm,n < ’bk,n (sekali) maka
kontraktor harus melakukan upaya untuk memperbaiki mutu beton, bila hasil
pengujian kuat tekan kelompok rata-rata berikutnya ’bm,n < ’bk,n (kedua kali) maka
berarti kontraktor tidak mampu mencapai ’bk yang dipersyaratkan, dan pekerjaan
beton yang sudah dilakukan harus ditolak.
Batang baja ulir (deformed) dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang
ditentukan harus diletakkan tegak lurus dengan sambungan longitudinal memakai
alat mekanik atau dipasang dengan besi penahan (chair) atau penahan lainnya
yang disetujui, untuk mencegah perubahan tempat. Batang-batang (tie bars)
tersebut tidak boleh di cat atau dilapisi aspal atau material lain atau dimasukkan
tabung kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya. Bila tertera dalam Gambar
dan bila lajur perkerasan yang berdekatan dilaksanakan terpisah, acuan baja
harus digunakan untuk membentuk keyway (takikan) sepanjang sambungan
konstruksi. Tie bars, kecuali yang terbuat dari baja rel, dapat dibengkokkan
dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang dilaksanakan dan diluruskan
kembali sampai posisi tertentu sebelum beton lajur yang berdekatan dihamparkan
atau sebagai pengganti tie bars yang dibengkokkan dapat digunakan 2 batang tie
bar yang disambung (two-piece connectors).
Sambungan longitudinal acuan (longitudinal form joint) terdiri dari takikan / alur ke
bawah memanjang pada permukaan jalan. Sambungan tersebut harus dibentuk
dengan alat mekanikal atau dibuat secara manual dengan ukuran dan garis sesuai
Gambar, sewaktu beton masih mudah dibentuk. Alur ini harus diisi dengan kepingan
(filler) material yang telah tercetak (premolded) atau dicor (poured) dengan material
penutup sesuai yang disyaratkan.
dan garis sesuai Gambar. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada
Gambar, harus digunakan alat bantu atau garis bantu yang memadai. Sambungan
longitudinal ini harus digergaji sebelum berakhirnya masa perawatan beton, atau
segera sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan diperbolehkan memasuki
perkerasan beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus dibersihkan dan
sambungan harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan
yang disyaratkan.
Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena pekerjaan
finishing pada beton. Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu (centre
line) jalan dan jangan terlalu besar perbedaan kerataannya. Alat pemasangan
mekanik harus menggetarkan beton selama kepingan itu disisipkan sedemikian
rupa agar beton yang terganggu kembali rata sepanjang pinggiran kepingan tanpa
menimbulkan segregasi.
Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler) harus
menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sesuai dengan subgrade dan takikan
sepanjang acuan. Filler sambungan pracetak (preform joint filler) harus disediakan
dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur.
Filler yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan, kecuali bila
disetujui.
Filler sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau
pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap pada
garis dan alinemen yang semestinya, selama penghamparan dan finishing beton.
Perubahan posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5 mm pada alinemen
horisontalnya menurut garis lurus. Bila filler di pasang berupa bagian-bagian, maka
diantara unit-unit yang berdekatan tidak boleh ada celah. Pada sambungan
ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton.
Sambungan ini terdiri dari bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat takikan
/ alur dengan pemotongan permukaan perkerasan, disamping itu bila tertera pada
Gambar juga harus mencakup pasangan alat transfer beban (load transfer
assemblies).
depan gergajian. Bila retakan sulit dicegah ketika dimulai penggergajian, maka
pembuatan sambungan kontraksi harus dibuat dengan takikan / alur sebelum beton
mencapai pengeringan tahap awal sebagaimana dijelaskan di atas. Secara umum,
penggergajian harus dilakukan berurutan.
Dasar alur.
30o
Batang pengikat No. 5 dibengkokkan 60o dan
disambungkan alur.
Jika adukan beton tidak mencukupi untuk membuat pelat dengan panjang paling
sedikit 3 m (10 ft), maka sambungan pelaksanaan harus dibuat pada tempat
sambungan sebelumnya. Jarak sambungan melintang yang berikutnya harus
diukur dari sambungan susut melintang yang terakhir.
Dalam segala hal penutupan celah harus diselesaikan sebelum lalu-lintas diijinkan
lewat, termasuk lalu-lintas selama pelaksanaan untuk keperluan sambungan
melintang tanpa perlemahan seperti tersebut diatas. Apabila diperlukan penyalur
beban untuk melayani lalu-lintas dengan volume yang tinggi dan beban yang
berat. Dalam hal apapun, sebagai penyalur beban harus digunakan ruji.
Bila pada perkerasan untuk lalu-lintas dapat digunakan lapis pondasi mutu tinggi,
misalnya stabilisasi semen atau aspal, maka sambungan tanpa ruji pun bisa
melayani lalu-lintas secara memuaskan. Namun demikian secara umum,
sambungan jenis ini, tetap dianjurkan menggunakan penyalur beban.
Penempatan ruji secara tepat harus dijamin, agar ruji dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Sistem pemberian tanda secara tepat dapat diterapkan
Untuk menyalurkan beban dari atas, maka pada konstruksi beton semen dipasang
ruji (dowel).
Batang ruji harus ditempatkan ditengah ketebalan pelat. Posisi ruji pada arah
horizontal dan vertikal harus dijamin dengan menggunakan perlengkapan atau
dengan cara penempatan dengan mesin yang telah teruji. Kepadatan beton yang
baik di sekeliling ruji sangat dituntut agar supaya ruji bisa berfungsi secara
sempurna.
Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan
pencegah karat.
Sesudah bahan pencegah korosi kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan
lapisan tipis pelumas (dengan cara penyapuan) segera sebelum ruji dipasang.
Ujung batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan topi /
penutup ruji.
Pelapis ruji dari jenis plastik yang telah teruji atau pralon yang tertutup dapat
digunakan sebagai pengganti pelumas, atau penggunaan jenis pelapis lainnya
yang dumaksudkan untuk mencegah lekatan dan atau karat, dapat juga
dipertimbangkan.
Bila digunakan dowel (batang baja polos), maka harus dipasang sejajar dengan
permukaan dan garis sumbu perkerasan beton, dengan memakai pengikat /
penahan logam yang dibiarkan terpendam dalam perkerasan.
Ujung dowel harus dipotong agar permukaannya rata. Ukuran bagian dowel yang
harus dilapisi aspal atau pelumas lain harus sesuai yang tertera pada Gambar, agar
bagian tersebut tidak ada lekatan dengan beton, diberi penutup (selubung) dowel
dari PVC atau logam, yang disetujui, harus dipasang pada setiap batang dowel
pada sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan dowel dan
bagian ujung yang tertutup harus tahan air.
Perlengkapan ruji harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar
yang sudah disiapkan.
Perlengkapan ruji arah melintang harus ditempatkan tegak lurus sumbu jalan,
kecuali ditentukan lain pada Gambar Rencana. Sambungan dengan ruji yang
diperlukan atau diijinkan untuk dipasang tegak lurus sumbu jalan, memerlukan
pendetailan dan pasangan yang sangat teliti guna menjamin pergerakan bebas.
Ruji dipegang kuat pada posisi yang ditetapkan.
Pada tikungan yang diperlebar, sambungan memanjang pada sumbu jalan harus
sedemikian rupa sehingga penempatan sedapat mungkin mempunyai jarak yang
sama dari tepi-tepi pelat.
Sambungan harus dipasang pada garis dan elevasi yang diperlukan dan harus
dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan patok-patok dengan
peralatan atau dengan metode lainnya. Ruji harus dipasang sedemikian rupa
sehingga tekanan beton tidak akan mengganggu kedudukannya. Apabila
sambungan dibuat secara bagian demi bagian maka sambungan tersebut harus
merupakan kesatuan.
Setiap sistem sambungan yang tidak terpegang kuat, harus diperbaiki. Kawat atau
batang baja yang digunakan untuk mengikat perlengkapan pada waktu
pengangkutan dan diperkirakan dapat menghambat penyusutan awal beton, harus
disingkirkan sebelum beton dihampar.
Bagian atas sambungan muai dan sambungan yang digergaji harus ditutup
dengan bahan penutup yang disyaratkan, sebelum lalu-lintas diijinkan melewati
Bahan penutup sambungan yang dibuang tidak boleh dituangkan pada suhu yang
dapat menimbulkan ketidak sempurnaan pasangan. Petunjuk dari pabrik pembuat
bahan penutup dapat digunakan.
Jika digunakan penutup sambungan siap pakai, seperti neoprence (penutup jadi
yang ditekan), maka bahan penutup harus dapat menyesuaikan lebarnya dengan
lebar celah sambungan yang diperkirakan akan terjadi. Peralatan pemasangan
harus menjamin bahwa bahan penutup tidak akan mulur lebih dari 5 % karena
pemuluran yang lebih besar akan memperpendek umur bahan tersebut.
Beberapa bahan sambungan yang berbeda tidak selalu cocok dan tidak boleh
digunakan bersamaan dalam keadaan bersentuhan atau harus digunakan dengan
sekat peredam (inert divider). Sebagai contoh, beberapa jenis aspal tidak boleh
bersentuhan dengan bahan penutup sambungan yang terdiri dari dua komponen
jenis polysulfida. Bahan-bahan tersebut harus dipisahkan dengan pita acoprene
atau bahan peredam lainnya.
8.7.5 TULANGAN
Lebar dan panjang anyaman baja harus sedemikian rupa, sehingga pada waktu
anyaman tersebut dipasang. Kawat / baja yang paling pinggir terletak tidak kurang
dari 5 cm (2 inch) atau tidak lebih dari 10 cm (4 inch) dari tepi / sambungan pelat.
8.7.6 PENGGERGAJIAN
Sekat pemisah dari polyethylene atau bahan lainnya yang mempunyai tebal tidak
kurang dari 0,33 mm, dapat disiapkan kedalam beton plastis dengan mesin. Sekat
pemisah harus terpasang secara vertikal.
Sekat pemisah lainnya yang secara keseluruhan atau sebagian bisa dicabut
sebelum sambungan ditutup dapat digunakan.
8.8.1 PENGECORAN
8.8.2 PENGHAMPARAN
Pada pekerjan besar, biasanya harus disediakan baik penghampar jenis dayung
(paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan
ulir (auger), kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin
pcnghampar acuan gelincir, yang peralatan penghampar (speader) merupakan
bagian yang sudah melekat (built-in). Untuk mengurangi pemisahan butir, semua
peralatan harus dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil,
penghamparan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan
peralatan manual. Dalam hal apapun, beton harus dihampar dengan ketebalan
yang cukup untuk pemadatan dan penyelesaian akhir.
Apabila tulangan terdiri dari anyaman dan harus diletakkan secara manual, maka
beton dihawah anyaman harus dihampar terlebih dahulu tersendiri (struck-off),
kemudian anyaman diletakkan dan selanjutnya lapisan berikutnya dihampar. Pada
pekerjaan besar, kadang-kadang digunakan dua buah mesin penghampar.
Apabila tulangan yang berbentuk anyaman akan dimasukkan pada kedudukan
yang dikehendaki dengan cara menggetarkan atau menekannya dengan mesin
maka beton dapat dihampar langsung untuk seluruh tebal.
8.8.3 PEMADATAN
Petunjuk pemadatan beton dapat dilihat pada Buku Petunjuk Pelaksanaan Beton.
Pemadatan pada sambungan dan tepi-tepi, penekanan, pemadatan secara
tumbuk, dan pemadatan secara getar, sampai tingkat tertentu cukup efektif, tapi
tidak secara otomatis menjamin kepadatan beton. Mesin getar, baik jenis internal
maupun jenis permukaan dapat memberikan hasil yang baik.
Sekitar ruji dan kedudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut atau sekitar
pembuangan air (drains), dan pada pelat-pelat tidak beraturan pada jalan masuk /
ramps dan persimpangan, diperlukan ketelitian khusus untuk menjamin kepadatan
yang baik.
Apabila digunakan secara tepat, alat penyelesaian akhir yang berbentuk pipa
(tube) bisa cukup efektif.
Terlepas dari jenis alat yang digunakan, hasil yang baik dapat dicapai bila semua
peralatan dikoordinasikan, disetel secara tepat, dan dioperasikan oleh petugas
yang berpengalaman.
Pada setiap operasi senantiasa sedikit cadangan beton di depan peralatan
penyelesaian akhir.
Permukaan perkerasan harus mencakup tektur harus dan kasar. Tekstur harus
diperoleh dari pasir dalam mortar semen. Tekstur kasar dibentuk dengan cara
sebagaimana yang diuraikan dibawah.
Berbagai jenis pola tekstur kasar dapat diterapkan pada permukaan beton. Pada
suatu pekerjaan, mungkin diperlukan tekstur yang berbeda.
Metode pembentukan tekstur harus dipertimbangkan terhadap lingkungan,
kecepatan dan kepadatan lalu-lintas, topografi serta geometrik perkerasan.
Tekstur yang kesat dapat diciptakan pada perkerasan beton dengan menerapkan
satu atau lebih metode sebagai berikut : menarik lembar goni, menyapu
permukaan, menggores dengan sisir kawat, atau metode lainnya.
Kekesatan yang sangat tinggi mungkin diperlukan untuk mendapatkan keamanan
tambahan pada daerah-daerah kritis, misal sekitar gerbang tol, persimpangan
padat, atau lokasi lain dimana frekuensi pengereman, percepatan, atau
pembelokan sering terjadi. Hal ini dapat diatasi dengan pembentukan tekstur yang
lebih dalam dari pada yang biasanya, pengaluran (grooving), atau jika diperlukan
dengan memberikan alumunium, oxida, silicon carbide, atau partikel-partikel lain
yang tahan aus ke permukaan beton. Pengaluran harus dilakukan antara 1 - 3 jam
sesudah pengecoran.
Untuk ini dapat digunakan pelepa longitudinal dengan panjang tidak kurang dari
350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar
tidak melentur atau melengkung. Pelepa longitudinal dioperasikan dari atas
jembatan yang dipasang merentangi kedua sisi acuan tapi tanpa menyentuh
beton, digerakkan seperti gerakan mengergaji, sementara pelepa selalu sejajar
dengan garis sumbu jalan (centre line), dan bergerak berangsur-angsur dari satu
sisi perkerasan ke sisi lain. Gerakan maju sepanjang garis sumbu jalan harus
berangsur-angsur dengan pergeseran tidak lebih dari setengah panjang pelepa.
Kelebihan air atau cairan harus dibuang.
Pelepa mekanik harus jenis yang disetujui dan dalam keadaan dapat dioperasikan
dengan baik. Pelepa harus disesuaikan dengan bentuk permukaan jalan yang
dikehendaki dan dengan mesin finishing melintang (transverse finishing machine).
Juga dapat digunakan mesin yang mempunyai pelepa pemotong dan pelepa
penghalus yang dipasang pada dan dikendalikan melalui rangka yang kaku.
Rangka ini dijalankan dengan alat beroda 4 atau lebih, yang bertumpu pada acuan
samping.
Bila perlu setelah pelepaan dengan salah satu metode di atas, untuk menutup dan
menghaluskan lubang-lubang pada permukaan beton dapat digunakan pelepa
dengan batang pegangan yang panjang (bertangkai), dengan papan panjang tidak
kurang dari 1,50 m dan lebar 150 mm. Pelepa ini tidak boleh digunakan pada
seluruh permukaan beton sebagai pengganti atau pelengkap salah satu metode
pelepaan di atas. Bila penempaan dan pemadatan dikerjakan tangan dan bentuk
permukaan jalan tidak memungkinkan digunakannya pelepa longitudinal, pelepaan
permukaan dilakukan secara melintang dengan pelepa bertangkai. Setelah
pelepaan air dan sisa beton yang ada dipermukaan harus dibuang dari permukaan
jalan dengan mal datar sepanjang 3 m atau lebih. Setiap geseran harus dilintasi
lagi dengan ukuran setengah panjang mal datar.
Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih
lembek, bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru,
ditempa, dikonsolidasi dan di finishing lagi. Daerah yang menonjol / berlebih harus
dipotong dan di finishing lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya.
Permukaan harus terus diperiksa dan dibetulkan sampai tak ada lagi perbedaan
tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan
tampang melintang yang ditentukan.
Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straightedge) tidak
boleh melebihi toleransi yang ditentukan.
Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan pengawet (curing)
digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis
sumbu (centre line) jalan.
Pengkasaran ini dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang
dari 45 cm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 10 cm dengan
masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian
kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-masing pusat untaian
maksimum 1 cm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 9 cm.
Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 0,75 mm.
Begitu beton mengeras, permukaan jalan harus diuji memakai mal datar (straight
edges) 3 m. Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih
dari 12,5 mm sepanjang 3 m itu harus ditandai dan segera diturunkan dengan alat
gurinda yang telah disetujui sampai bila di-test lagi, ketidak-rataannya tidak lebih
dari 3 mm. Bila penyimpangan dari penampang melintang yang sebenarnya lebih
dari 12,5 mm, lapisan jalan harus dibongkar dan diganti.
Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3 m ataupun kurang dari lebar lajur
yang kena bongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan
beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3 m, harus ikut dibongkar
dan diganti.
8.13.1. PERAWATAN
Setelah penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari permukaan atau
segera setelah pelekat dengan beton tidak terjadi maka seluruh permukaan beton
harus segera ditutup dan diperlihara sesuai dengan salah satu metoda yang
diuraikan dibawah.
Dalam semua hal, di mana perawatan memerlukan penggunaan air, maka operasi
perawatan harus dititik-beratkan pada penyediaan air. Biasanya masa perawatan
dilakukan selama 7 hari, tetapi waktu tersebut dapat diperpendek bila 70 %
kekuatan tekan atau lentur beton dapat dicapai lebih awal.
Setelah lapis air menguap dari permukaan perkerasan, maka permukaan beton
harus segera dilapisi secara merata dengan bahan perawat selaput cairan dengan
menggunakan mesin penyemprot yang sudah teruji dengan jumlah yang tidak
kurang dari 0,27 liter/m2. Untuk menjamin kekentalan dan penyebaran pigmen
yang merata dalam bahan perawatan, maka bahan perawat dalam tangki
penampung harus diaduk menjelang dipindahkan ke dalam penyemprotan dan
selama penyemprotan tidak praktis, sebaiknya digunakan alat penyemprot manual
yang teruji.
Permukaan dan bidang tegak beton harus seluruhnya ditutup dengan lembar goni
/ terpal. Sebelum ditutup, lembar penutup harus dibuat jenuh air.
Perkerasan yang sudah selesai dan perlengkapannya harus dilindungi dari lalu-
lintas umum dan lalu-lintas pelaksanaan. Perlindungan ini termasuk penyediaan
petugas untuk mengatur lalu-lintas, memasang dan memelihara rambu
peringatan, lampu-lampu, rintangan, jembatan penyeberangan.
Setiap kerusakan yang terjadi pada perkerasan sebelum dibuka untuk lalu-lintas
umum harus diperbaiki atau diganti.
Untuk melindungi beton yang belum cukup keras terhadap pengaruh hujan, maka
setiap saat harus tersedia bahan untuk melindungi beton tersebut, seperti lembar
goni, terpal, kertas perawat atau lembar plastik. Disamping itu apabila digunakan
metoda acuan gelincir maka harus direncanakan penanggulangan darurat untuk
melindungi permukaan dan tepi. Apabila diperkirakan akan segera turun hujan
maka semua petugas harus mengambil tindakan yang perlu guna memberikan
perlindungan menyeluruh kepada beton yang belum mengeras.
Semua lapisan permukaan dan lapis pondasi harus dibuat dengan tebal sesuai
dengan Gambar Rencana. Pemeriksaan yang teliti terhadap elevasi acuan dan
pengukuran ketebalan terhadap permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah
dengan menggunakan benang dipandang cukup memadai. Apabila dipandang
perlu memeriksa tebal perkerasan setelah penghamparan, maka tebal perkerasan
dapat ditentukan dengan cara pemboran (core drill). Pemboran harus dilakukan
pada interval yang disyaratkan.
Pengukuran untuk tiap contoh harus dilakukan sesuai dengan cara ASTM 174.
Penerimaan hasil pekerjaan antara lain, harus didasarkan pada hasil pengujian
contoh (core) yang diambil dari pekerjaan yang sudah jadi.
Perkerasan yang sudah jadi harus dilindungi terhadap kerusakan akibat operasi
dan lalu-lintas pelaksanaan sampai saat penyerahan hasil pekerjaan.
Dalam hal apapun, peralatan pengangkut adukan atau mesin pengaduk di
lapangan, truk pengangkut adukan hanya diijinkan lewat di atas jalur yang baru
selesai, setelah perkerasan dirawat paling sedikit 4 hari dan beton mencapai
kekuatan (flexural strength) umur minimum 40 kg/cm2.
Sambungan melintang dan memanjang harus ditutup atau dilindungi dengan cara
lain sebelum lalu-lintas pelaksanaan diijinkan lewat. Semua tepi pelat harus
dilindungi dari kerusakan.
Perkerasan yang dilewati peralatan pelaksanaan harus tetap bersih dari ceceran
beton atau bahan lainnya harus segera disingkirkan. Lalu-lintas umum harus
dicegah masuk dengan memasang rintangan dan rambu-rambu sampai beton
berumur paling sedikit 14 hari atau lebih lama bila diperlukan untuk memperoleh
kekuatan cukup. Lalu-lintas tidak diijinkan masuk selama sambungan belum
ditutup. Setiap perkerasan yang rusak akibat lalu-lintas / peralatan pelaksanaan
atau karena hal lainnya sebelum penerimaan hasil pekerjaan harus diperbaiki atau
diganti dengan metoda yang telah teruji.
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA