KATA PENGANTAR
Modul II Survei Pengumpulan Data untuk PKRMS ini disusun atas 7 (tujuh) Bab,
meliputi Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Persiapan Survei, Bab 3 Survei Titik Referensi,
Bab 4 Survei Inventariasi Jalan, Bab 5 Survei Kondisi Jalan, Bab 6 Survei Lalu Lintas,
Bab 7 Survei Jembatan, Gorong-gorong, dan Tembok Penahan Tanah, serta Bab
8 Penutup. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat
mempelajari materi yang ada di dalamnya dengan lebih mudah. Pembahasan
terkait aplikasi PKRMS dalam modul PKRMS ini mengacu pada penggunaan
aplikasi PKRMS versi V1.0-279. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan
apabila terdapat update versi terbaru dari aplikasi PKRMS pada masa yang akan
datang maka beberapa penjelasan terkait menu-menu pada laman muka,
langkah kerja, dasar analisis, dan lain-lain dalam modul-modul PKRMS ini tidak
lagi relevan untuk dijadikan pedoman dalam pengoperasian aplikasi PKRMS versi
terbaru tersebut.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun
atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini bermanfaat bagi
peningkatan kompetensi para peserta.
ii
Terima kasih kami ucapkan juga kepada Kemitraan Indonesia Australia untuk
Infrastruktur (KIAT) yang mendukung pelaksanaan Program Peningkatan dan
Pemeliharaan Jalan Provinsi (PRIM).
iii
DAFTAR ISI
v
C. DATA YANG PERLU DICATAT PADA SURVEI JEMBATAN, GORONG-
GORONG, DAN TEMBOK PENAHAN TANAH .......................................... 75
D. PELAKSANAAN SURVEI JEMBATAN, GORONG-GORONG, DAN TEMBOK
PENAHAN TANAH .................................................................................. 96
E. LATIHAN................................................................................................. 97
F. RANGKUMAN ........................................................................................ 98
BAB 8. PENUTUP .......................................................................................... 100
A. EVALUASI KEGIATAN BELAJAR ............................................................. 100
B. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 102
GLOSARIUM...................................................................................................... 103
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 7.7. Contoh kerusakan pada lantai Jembatan ..........................................
Gambar 7.8. Contoh kerusakan pada sambungan Jembatan .................................
Gambar 7.9. Contoh kerusakan pada kepala Jembatan .........................................
Gambar 7.10. Contoh kerusakan pada sambungan Jembatan ...............................
Gambar 7.11. Dokumentasi kerusakan pada bagian-bagian Jembatan .................
Gambar 7.12. Penomoran Gorong-gorong.............................................................
Gambar 7.13. Tipe gorong-gorong dan pola retak pada gorong-gorong ...............
Gambar 7.14. Penomoran Tembok Penahan Tanah ..............................................
Gambar 7.15. Dokumentasi Bahan Tembok Penahan Tanah .................................
viii
DAFTAR TABEL
ix
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1
2
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Provincial/Kabupaten Road Management System (PKRMS) merupakan satu
sistem aplikasi yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mendukung
perencanaan, pemrograman, dan penganggaran (PPP) jalan daerah (jalan
provinsi dan jalan kabupaten). PKRMS diharapkan dapat mendukung kegiatan
teknik manajemen aset jalan menjadi lebih efektif dan efisien melalui proses PPP
yang didasari pada kondisi jalan dan lalu lintas aktual, serta pertimbangan yang
lebih rasional.
Sebagai alat bantu yang berupa software, kualitas hasil keluaran PKRMS sangat
bergantung pada kualitas data yang dimasukkan ke dalam PKRMS. Oleh karena itu,
penyediaan atau pengumpulan data yang memadai, akurat, dan tepat waktu
merupakan bagian yang penting dari pengoprasian PKRMS.
Modul ini sangat penting disampaikan untuk memastikan setiap pengguna PKRMS
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai terkait survei
pengumpulan data sesuai prosedur dan standar yang menjadi pedoman
pengembang aplikasi PKRMS. Pada dasarnya, prosedur dan standar pelaksanaan
survei pengumpulan data lapangan untuk PKRMS mengacu pada manual survei
jalan di Indonesia. Selain itu, modul ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi
pelaksana agar terdapat keseragaman persepsi dalam pelaksanaan survei
pengumpulan data untuk PKRMS.
B. DESKRIPSI
Sesuai dengan alur pembahsan materi pelatihan PKRMS yang terlihat pada
Gambar 1.1 modul ini membahas tentang pengertian, metode, dan aturan-
aturan khusus terkait persiapan survei dan pelaksanaan survei pengumpulan
data titik referensi, inventarisasi jalan, kondisi jalan, lalu lintas, jembatan, gorong-
gorong, dan tembok penahan tanah. Pemanfaatan dan pengolahan data tersebut
menggunakan aplikasi PKRMS akan dibahas pada Modul selanjutnya yaitu Modul
3 ‘Pengaplikasian PKRMS’.
3
Gambar 1.1 Alur pembahasan materi pelatihan PKRMS
C. KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti pembelajaran modul ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
melaksanakan survei pengumpulan data untuk PKRMS.
4
E. MATERI POKOK DAN SUBMATERI POKOK
Dalam modul ini terdapat 6 (enam) materi yang akan dibahas, yaitu:
5
a. Pengertian Jembatan, Gorong-gorong, dan Tembok Penahan Tanah
b. Tujuan survei Jembatan, Gorong-gorong, dan Tembok Penahan Tanah
c. Data yang perlu dicatat pada survei Jembatan, Gorong-gorong, dan
Tembok Penahan Tanah
d. Pelaksanaan survei Jembatan, Gorong-gorong, dan Tembok Penahan
Tanah
F. ESTIMASI WAKTU
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan Survei Pengumpulan Data untuk PKRMS pada peserta pelatihan
ini adalah 24 (dua puluh empat) jam pelajaran yang terdiri dari 2 (dua) jam
pelajaran teori dan 22 (dua puluh dua) jam pelajaran praktik.
6
7
BAB 2. PERSIAPAN SURVEI
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan mampu
melaksanakan persiapan survei.
A. UMUM
Persiapan survei penting untuk dilakukan agar pelaksanaan survei dapat berjalan
dengan efektif. Untuk melaksanakan persiapan survei, Anda perlu memahami
tentang kebutuhan data, tahap pengumpulan data, pendefinisian jaringan jalan,
perencanaan survei termasuk mekanisme kalibrasi alat pengukur jarak dan
pengaturan GPS navigasi. Untuk itu, bacalah uraian dibawah ini untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih rinci mengenai hal-hal tersebut.
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab Pendahuluan di modul ini, PKRMS
merupakan alat bantu kegiatan perencanaan, pemrograman, dan penganggaran
teknik manajemen aset jalan. Kebutuhan data yang diperlukan dalam teknik
manajemen aset jalan, khususnya menggunakan PKRMS, dapat dibedakan menjadi
2 (dua) jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data
yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Sedangkan data sekunder adalah
data yang diperoleh secara tidak langsung misalnya dari buku atau dokumen resmi
lainnya. Jenis-jenis data primer dan sekunder diuraikan pada Tabel 2.1 berikut.
8
Tabel 2.1 Jenis data untuk PKRMS
Kelompok Elemen Data Primer Data Sekunder
Data administratif • Nama dan kode
provinisi
• Nama dan kode
kabupaten/kota
• Nama dan kode
kecamatan
Data jaringan jalan • Titik referensi (termasuk • Daftar ruas jalan
titik awal dan akhir ruas) sesuai SK Kepala
• Data vektor sumbu ruas Daerah tentang
jalan (tracking ruas jalan) status jalan
Data inventarisasi jalan • Data inventarisasi
perkerasan
• Data inventarisasi non
perkerasan misalnya
saluran, bahu, dan
rumija
Data kondisi jalan • Data kondisi perkerasan
• Data kondisi non
perkerasan misalnya
saluran, bahu, dan lereng
Data Lalu Lintas • Data lalu lintas
harian rata-rata
Data Harga Satuan • Data harga satuan
penanganan jalan
Data Struktur • Data inventarisasi
gorong-gorong, tembok
penahan, dan jembatan
• Data kondisi gorong-
gorong, tembok
penahan, dan jembatan
Data pendukung • Daftar Proyek
komitmen jalan
• Sejarah Proyek
Jalan
Bagaimana cara untuk memperoleh data yang diuraikan pada Tabel 2.1 diatas?
Secara umum terdapat dua metode untuk memperoleh data tersebut yaitu
9
melalui studi literatur dan survei lapangan. Selanjutnya mari kita kelompokan
data tersebut berdasarkan metode pengumpulannya dalam Tabel 2.2.
Data administratif, daftar ruas jalan, harga satuan penanganan jalan, daftar
proyek komitmen jalan, dan sejarah proyek jalan dapat diperoleh dengan
mencari referensi informasi dan data yang bersumber dari literatur. Pada
umumnya, informasi dan data yang relevan dengan PKRMS dapat diperoleh dari
Kementerian Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan Umum/Bina Marga, Badan Pusat
Statistik dan lembaga terkait lainnya.
10
Gambar 2.1 berikut menggambarkan alur tahapan survei pengumpulan data
dengan PKRMS.
Pada kegiatan survei pengumpulan data PKRMS untuk tahun pertama, terdapat
beberapa tahapan survei yang harus dilakukan. Pertama, survei dimulai dengan
survei titik referensi termasuk tracking ruas jalan menggunakan GPS. Kemudian
11
dilanjutkan dengan survei inventarisasi jalan, kondisi jalan, dan lalu lintas. Survei
yang terakhir dilakukan adalah survei struktur (jembatan, gorong-gorong, dan
tembok penahan tanah). Setelah para peserta pelatihan kembali ke tempat kerja
masing-masing, apabila terdapat lebih dari 2 (dua) tim survei maka urutan survei
tersebut dapat diubah dengan catatan survei referensi tetap menjadi survei yang
pertama diselesaikan untuk memperoleh panjang sebenarnya di lapangan.
Setelah survei referensi untuk seluruh ruas jalan selesai dilakukan, panjang
sebenarnya jalan di lapangan dapat dihitung. Panjang sebenarnya ini diinput
dalam aplikasi PKRMS untuk kemudian dibuat tablet survei inventarisasi, kondisi,
lalu lintas, jembatan, gorong-gorong, dan dinding penahan tanah. Pelaksanaan
survei lalu lintas dan survei struktur dapat dilakukan bersamaan dengan survei
inventarisasi dan kondisi jalan (tergantung jumlah tim survei). Survei
pengumpulan data titik referensi tetap harus dilakukan pertama kali sebelum
melakukan survei-survei yang lain pada tahun pertama. Hal ini dikarenakan data
titik referensi tersebut akan digunakan pada survei-survei selanjutnya sebagai
referensi lokasi ruas jalan.
Data titik referensi, inventarisasi jalan, lalu lintas, jembatan, gorong-gorong, dan
tembok penahan tanah pada umumnya dapat berlaku untuk jangka waktu yang
panjang sehingga dapat dilakukan paling lama 5 (lima) tahun sekali kecuali
terdapat perubahan yang signifikan pada tipe perkerasan atau dimensi bagian-
bagian jalan. Disamping itu, untuk tahun ke-2 sampai tahun ke-4 perbaruan data
inventarisasi untuk segmen jalan yang mendapat penanganan pekerjaan major
dapat juga dilakukan melalui studi literatur yaitu dengan memperbaharui data
inventarisasi segmen jalan tersebut berdasarkan asbuilt drawing. Berbeda
dengan data kondisi jalan yang cenderung berubah dalam jangka waktu pendek
akibat pengaruh cuaca dan muatan maka survei kondisi jalan harus dilaksanakan
minimal 1 (satu) tahun sekali.
12
Walikota tentang status jalan yang wajib diperbaharui minimal setiap 5 (lima)
tahun.
Untuk penggunaan PKRMS, setiap ruas jalan memiliki kode ruas yang unik.
Pengisian kode ruas jalan harus mengikuti aturan sebagai berikut:
• Terdiri dari sembilan angka untuk penomoran jalan provinsi/ kabupaten/kota
dengan sistem penomoran sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.3.
• Dua angka pertama untuk kode provinsi. Data ini dapat diperoleh dari
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
• Dua angka berikutnya untuk kode kabupaten dan hanya digunakan pada jalan
kabupaten (dalam provinsi tersebut). Data ini dapat diperoleh dari Direktorat
Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
atau Badan Pusat Statistik. Untuk jalan provinsi, kode kabupaten ini diisi
dengan angka 00.
• Tiga angka berikutnya untuk nomor ruas jalan. Data ini diperoleh dari Surat
Keputusan (SK) Gubernur, Bupati, atau Walikota tentang status jalan yang
masih berlaku.
• Dua angka berikutnya untuk nomor sub-ruas jalan. Data ini diperoleh dari
Surat Keputusan (SK) Gubernur, Bupati, atau Walikota tentang status jalan
yang masih berlaku.
• Pada jalan perkotaan, 2 angka untuk nomor sub ruas jalan akan diikuti oleh
huruf ‘K’.
Tabel 2.3 Sistem penomoran ruas jalan provinsi dan kabupaten
13
Nomor Nomor Nomor Nomor Sub
Ruas Jalan
Provinsi Kabupaten Ruas Jalan Ruas Jalan
Ruas Jalan Kabupaten
42 07 200 01
dengan Sub Ruas Jalan
Sumber : Manual PKRMS Bagian 3 Panduan Pengumpulan Data, 2017
a. Menetapkan lokasi atau koordinat titik awal ruas dan akhir ruas.
b. Mengestimasi panjang ruas di lapangan melalui peta digital.
c. Membuat vektor ruas jalan sehingga terbentuk visualisasi jaringan jalan pada
peta digital.
d. Jika sebelumnya pernah dilakukan survei pada ruas jalan yang dimaksud,
maka sangat dianjurkan untuk menggunakan peta diagram (stripmap) hasil
survei sebelumnya sebagai salah satu referensi survei.
E. PERENCANAAN SURVEI
Setelah memiliki daftar ruas jalan dan elemen informasi yang terkadung
didalamnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perencanaan survei.
Survei yang baik harus memiliki perencanaan yang baik pula. Perencanaan survei
bertujuan agar survei pengumpulan data berjalan sesuai target waktu, kuantitas,
dan kualitas. Hal-hal yang perlu direncanaakan sebelum kegiatan survei yaitu
personil survei, jadwal waktu pelaksanaan survei, anggaran survei, struktur dan
pembagian tugas tim survei, perizinan dan keselamatan kerja, serta peralatan
dan perlengkapan survei.
1. Personil Survei
Penentuan nama-nama dan jumlah personil yang akan ditugaskan untuk
melakukan survei merupakan salah satu hal yang harus dilakukan pada awal
perencanaan survei. Apabila diperlukan, dapat diterbitkan Surat Keputusan (SK)
Kepala Daerah atau Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai dasar
penugasan personil-personil survei.
14
diperlukan untuk survei dihitung berdasarkan panjang ruas yang akan disurvei
dan jumlah personil survei. Survei lapangan tidak harus benar-benar sesuai
dengan jadwal survei yang direncanakan karena survei lapangan harus dilakukan
dalam kondisi cuaca cerah dengan cahaya penerangan matahari yang cukup. Jadi,
apabila pada saat pelaksanaan survei di lapangan terjadi hujan maka survei harus
dihentikan karena pengamatan kerusakan jalan akan menjadi tidak maksimal,
kemungkinan sinyal GPS terganggu, kemungkinan kerusakan laptop/tablet/GPS
apabila dibawa keluar kendaraan untuk pengamatan yang lebih detail, dan
kemungkinan terjadi kerusakan pada kamera blackvue (apabila digunakan) yang
terpasang diluar kendaraan. Oleh karena itu, apabila survei dipaksakan dilakukan
pada saat hujan maka data hasil survei menjadi tidak akurat dan hasil analisis
PKRMS menjadi tidak dapat dipertanggung jawabkan. Sebelum survei dihentikan,
batas lokasi survei terakhir harus diberi tanda yang jelas dengan menggunakan
cat warna (pilox) berwarna terang atau penanda sementara lainnya. Disamping
itu, apabila intensitas cahaya matahari sangat sedikit, misalnya ketika sore hari
menjelang malam hari, maka survei harus dihentikan karena identifikasi tipe
bagian-bagian jalan maupun kerusakan jalan menjadi tidak maksimal. Survei
dapat dilanjutkan setelah hujan reda atau esok hari ketika cuaca cerah dan
terang.
3. Anggaran Survei
Sama halnya dengan waktu pelaksanaan survei, anggaran survei disusun
berdasarkan panjang ruas yang akan disurvei, jumlah personil survei, peralatan
dan perlengkapan survei serta biaya-biaya lainnya yang diperlukan dalam
kegiatan survei.
15
termasuk tata cara pelaksanaan survei, penguasaan peralatan survei, dan
pengisian formulir pencatatan data survei atau aplikasi tablet survei PKRMS.
6. Peralatan Survei
Tahapan selanjutnya adalah menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk survei
pengumpulan data. Peralatan apa sajakah yang dibutuhkan? Mari kita lihat
Gambar 2.2.
Dalam melakukan survei titik referensi, inventarisasi jalan, kondisi jalan, lalu
lintas harian, jembatan, gorong-gorong, dan tembok penahan tanah diperlukan
formulir khusus untuk melakukan pencatatan data di lapangan. Formulir-formulir
tersebut tersedia dalam modul pelatihan ini pada bagian Lampiran A. Formulir-
formulir tersebut harus dicetak dan diberikan kepada personil survei. Selain itu,
pastikan personil survei memahami cara pengisian formulir. Contoh tampilan
formulir survei ditunjukan pada Gambar 2.3.
16
Gambar 2.2 Perangkat survei
Selain formulir dalam bentuk cetak, sistem PKRMS menyediakan alternatif fitur
formulir dalam bentuk aplikasi tablet berbasis program basis data MS-Acces yang
selanjutnya disebut sebagai ‘tablet PKRMS’. Pencatatan data survei kedalam
tablet PKRMS memungkinkan pengguna untuk langsung menyimpan data survei
dalam bentuk digital. Dengan demikian, risiko formulir cetak yang digunakan
rusak atau hilang dapat terhindari. Teknis penggunaan tablet PKRMS untuk
mencatat data survei dapat dilihat pada Lampiran B. Gambar 2.4 berikut
menunjukkan contoh tampilan pada tablet PKRMS.
17
Gambar 2.3 Contoh formulir survei
18
lapangan. Lakukanlah langkah-langkah berikut untuk melakukan kalibrasi pada
alat pengukur jarak digital:
1. Periksa tekanan angin pada roda kendaraan survei sesuai dengan standar
tekanan angin kendaraan tersebut yang pada umumnya dapat dilihat pada
bagian bawah panel pintu pengemudi. Apabila tekanan angin pada roda
kendaraan berbeda dengan standar tersebut, maka tekanan angina pada
roda kendaraan survei harus disesuaikan atau dilakukan penggantian
nitrogen. Kemudian ukur dan catat nilai tekanan angin pada roda kendaraan
sebelum melakukan kalibrasi.
2. Beri tanda awal dan akhir pada segmen jalan yang dipilih sebagai tempat
kalibrasi kendaraan. Status ruas jalan bukan merupakan kriteria jalan untuk
melakukan kalibrasi kendaraan, maka setiap status ruas jalan dapat
digunakan sebagai lokasi pelaksanaan kalibrasi kendaraan, kriteria segmen
jalan yang baik sebagai lokasi pelaksanaan kalibrasi kendaraan adalah
segmen jalan yang lurus, mulus, dan datar yang diukur secara manual
sepanjang 1000 meter dengan menggunakan pita ukur atau mengacu pada
patok km apabila pada segmen jalan tersebut terdapat patok km.
3. Posisikan kendaraan survei pada awal segmen jalan dimana as kendaraan
depan tepat berada pada garis penanda awal segmen jalan.
4. Atur alat pengukur jarak digital (odometer/haldameter/tripmeter) menjadi
0.000 dan jalankan kendaraan dengan kecepatan normal selurus mungkin
hingga berhenti pada penanda akhir segmen ruas jalan 1000 meter.
5. Setelah berhenti tepat pada akhir segmen jalan, catat jarak yang terbaca
pada alat pengukur jarak digital.
6. Lakukan langkah nomor 3 sampai 5 sebanyak 10 kali.
7. Catat panjang yang diukur alat pengukur jarak digital pada Formulir A yang
ada pada Lampiran A dalam modul ini.
8. Hitung faktor kalibrasi alat pengukur jarak dengan menggunakan rumus pada
Formulir A yang ada pada Lampiran A dalam modul ini.
Panjang Sebenarnya = Panjang jarak pada alat ukur digital x Faktor kalibrasi
19
G. PENGATURAN GPS
Salah satu peralatan survei PKRMS adalah Global Positioning System (GPS) yang
merupakan sistem navigasi berbasis satelit. GPS dikembangkan oleh departemen
pertahanan Amerika. Selain GPS, ada beberapa sistem navigasi satelit yang
serupa yaitu seperti GLONASS milik Rusia, Galileo Uni Eropa dan IRNSS milik India.
Alat GPS yang akan dibahas pada modul ini adalah GPS navigasi handheld atau
genggam tipe GARMIN GPSMAP64s atau GPSMAP62s dan GARMIN MONTANA.
Pada survei pengumpulan data PKRMS, GPS memiliki dua fungsi utama yaitu
sebagai alat untuk merekam garis centerline ruas jalan (tracking) dan menyimpan
titik koordinat pada lokasi tertentu (marking waypoint). Sebelum melakukan
tracking dan marking waypoint, Anda perlu menguasai tombol-tombol pada alat
GPS navigasi genggam seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Pengenalan tombol GPS genggam (Sumber : Manual GPSmap Garmin)
Tahap yang penting setelah menguasai tombol-tombol pada alat GPS adalah
mengatur format sistem, unit, posisi, dan format tracks. Hal-hal tersebut harus
diatur sebelum menggunakan alat GPS untuk mendapatkan hasil tracking dan
marking waypoint yang lebih akurat. Perbedaan tampilan hasil tracking GPS
sebelum dan setelah pengaturan dapat dilihat pada Gambar 2.6. Selain itu, pada
modul ini juga akan diuraikan tentang langkah-langkah untuk melakukan tracking
dan marking waypoint menggunakan GPS.
20
Gambar 2.6 Perbandingan hasil tracking sebelum dan setelah pengaturan
Gambar 2.7 Pengaturan format sistem pada GPS (Sumber : Manual GPSmap Garmin)
2. Pengaturan Unit
Pengaturan unit ditujukan untuk pengaturan satuan pengukuran. Untuk
penggunaan GPS pada PKRMS, satuan pengukuran yang digunakan adalah satuan
metric. Gambar 2.8 dibawah ini menunjukkan tahap pengaturan unit.
21
Gambar 2.8 Pengaturan unit pada GPS (Sumber : Manual GPSmap Garmin)
Gambar 2.9 Pengaturan format posisi pada GPS (Sumber : Manual GPSmap Garmin)
22
Gambar 2.10 Pengaturan format tracks (Sumber : Manual GPSmap Garmin)
Untuk menyimpan koordinat titik objek tertentu, tempatkan GPS pada objek
yang dimaksud kemudian tekan tombol “Mark”. Arahkan kursor untuk merubah
keterangan nama objek. Gambar 2.11 berikut menunjukkan contoh tampilan
marking awal ruas (start link) dan jembatan.
23
Gambar 2.11 Contoh marking waypoint (Sumber : Manual GPSmap Garmin)
6. Langkah Tracking
Tracking dilakukan untuk merekam data geospasial berupa line atau garis. Pada
survei untuk PKRMS, tracking dilakukan untuk merekam centerline ruas jalan dari
titik awal ruas hingga akhir ruas.
Untuk memulai tracking, arahkan tampilan layar utama GPS pada menu “Trip
Computer”. Pada tampilan Trip Computer Terdapat Trip Odometer yang
menunjukkan informasi jarak tempuh yang juga merepresentasikan panjang
Track yang terekam. Pada menu ini terdapat juga informasi GPS Accuracy yang
menunjukkan akurasi dari perangkat GPS. Sebelum mulai melakukan survei,
pastikan nilai akurasi GPS tersebut menunjukkan nilai yang seminimal mungkin,
semakin kecil angka yang muncul menunjukkan semakin akurat GPS dalam
merekam jarak. Langkah untuk membuka menu “Trip Computer” ditunjukkan
pada
Gambar 2.12.
24
Gambar 2.12 Langkah tracking – membuka menu Trip Computer
(Sumber : Manual GPSmap Garmin)
Pada setiap titik awal ruas perlu dilakukan reset atau clear data terhadap Trip
Odometer dan tracking data agar data tracking tidak tergabung menjadi satu
antara ruas yang satu dengan ruas yang lain. Gambar 2.13 di bawah ini
menunjukkan langkah untuk melakukan reset atau clear data tracking.
Gambar 2.13 Langkah reset data tracking (dilakukan di setiap awal ruas jalan)
(Sumber : Manual GPSmap Garmin)
Pada setiap titik akhir ruas perlu dilakukan penyimpanan terhadap data hasil
tracking dari ruas yang telah di survei. Penamaan nomor dan nama ruas perlu
diperhatikan pada langkah ini. Pencantuman nomor ruas harus sesuai dengan
aturan penomoran ruas jalan yang telah dibahas pada Sub-Bab Pendefinisian
25
Jaringan. Gambar 2.14 di bawah ini menunjukkan mekanisme penyimpanan data
tracking.
Gambar 2.14 Langkah menyimpan data tracking (dilakukan di setiap akhir ruas jalan)
(Sumber : Manual GPSmap)
H. LATIHAN
Bagaimana pendapat Anda mengenai uraian materi di atas? Apakah Anda sudah
memahaminya? Apabila sudah memahami, Anda dapat memperkuat
pemahaman mengenai materi tersebut dengan mengerjakan latihan di bawah
ini.
2. Jika Anda diminta untuk melaksanakan survei untuk PKRMS, apa saja yang
harus Anda persiapkan sebelum melaksanakan survei?
I. RANGKUMAN
Survei pengumpulan data lapangan diperlukan untuk mendapatkan data titik
referensi, inventarisasi jalan, kondisi jalan, lalu lintas, jembatan, gorong-gorong,
dan tembok penahan tanah. Data tersebut merupakan data masukan utama yang
diperlukan dalam teknik manajemen aset jalan, khususnya jika menggunakan
PKRMS sebagai alat bantu. Kegiatan survei pengumpulan data untuk PKRMS pada
tahun pertama dilaksanakan dengan urutan survei titik referensi dilakukan
26
pertama kali kemudian dilanjutkan dengan survei inventarisasi jalan, kondisi
jalan, lalu lintas, jembatan, gorong-gorong, dan tembok penahan tanah.
27
28
BAB 3. SURVEI TITIK REFERENSI
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
melaksanakan survei DRP.
Bentuk fisik DRP yang paling umum digunakan pada jalan di Indonesia, termasuk
jalan provinsi, adalah patok kilometer. Namun untuk jalan kabupaten, patok
kilometer tidak selalu ada, maka bentuk fisik permanen lainnya dapat digunakan
sebagai DRP. Berikut merupakan jenis-jenis bentuk fisik DRP yang umum
digunakan di Indonesia.
Data DRP harus ambil terlebih dahulu sehingga data DRP tersebut dapat
digunakan sebagai referensi atau acuan lokasi pada survei selanjutnya. Oleh
29
karena itu, survei DRP harus dilakukan pertama kali sebelum melakukan survei-
survei lain. Data DRP biasanya tidak berubah dalam jangka waktu yang panjang.
Oleh karena itu, kegiatan survei DRP jalan cukup dilaksanakan maksimal setiap 5
(lima) tahun sekali. Namun, apabila telah terbit Surat Keputusan (SK)
Gubernur/Bupati/Walikota baru terkait ruas jalan yang telah disurvei, maka data
DRP harus segera diperbaharui dengan melakukan survei DRP meskipun belum
berjarak 5 (lima) tahun dari survei sebelumnya.
30
Gambar 3.1 Contoh dokumentasi foto DRP berupa patok kilometer
31
1. Jalankan mobil ke patok kilometer eksisting terdekat jika terdapat patok
kilometer (biasanya pada ruas jalan provinsi).
2. Catat data patok kilometer eksisting sesuai dengan daftar data yang
disebutkan pada Sub-Bab C pada Formulir Survei Titik Referensi (Lampiran A)
atau pada aplikasi PKRMS.
3. Atur trip meter ke posisi 0.000.
4. Jalankan mobil ke titik awal ruas. Jika tidak terdapat patok kilometer eksisting
langsung jalankan mobil ke titik awal ruas (biasanya pada ruas jalan
kabupaten).
5. Catat data awal ruas eksisting sesuai dengan daftar data yang disebutkan
pada Sub-Bab D pada formulir survei atau pada aplikasi PKRMS.
6. Atur trip meter ke posisi 0.000 kembali.
7. Atur GPS untuk mulai merekam trase ruas jalan dengan melakukan ‘clear
track’ pada perangkat GPS. Rekam koordinat titik referensi awal ruas jalan
dengan melakukan waypoint atau marking menggunakan GPS.
8. Lakukan pencatatan data sesuai dengan daftar data yang disebutkan pada
Sub-Bab D pada formulir survei atau pada aplikasi PKRMS jika pelaksana
survei mengidentifikasi adanya bentuk fisik DRP lainnya seperti patok
kilometer eksisting, persimpangan, jembatan, gorong-gorong, persilangan
dengan rel kereta api, gedung, dan tanda permanen lain seperti tugu
perbatasan wilayah administrasi. Rekam koordinat titik-titik referensi lain
yang ditemui dengan melakukan waypoint atau marking menggunakan GPS.
9. Jalankan mobil ke titik akhir ruas.
10. Catat data akhir ruas jalan sesuai dengan daftar data yang disebutkan pada
Sub-Bab D pada formulir survei atau pada aplikasi PKRMS.
11. Simpan data trase jalan dengan melakukan ‘save track’ pada perangkat GPS.
Rekam koordinat titik referensi akhir ruas jalan dengan melakukan waypoint
atau marking menggunakan GPS.
Pencatatan data titik-titik referensi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara. Pertama
data titik-titik referensi dicatat secara manual sesuai mekanisme di atas pada
formulir survei DRP seperti terlihat pada Gambar 3.3 kemudian diinput pada
aplikasi PKRMS. Kedua, data titik-titik referensi diinput langsung pada aplikasi
PKRMS seperti diuraikan dalam Tabel 3.1. Langkah Pengisian Data DRP pada
aplikasi PKRMS.
32
Gambar 3.3 Formulir survei DRP
(Sumber : Manual PKRMS Bagian 3 Panduan Pengumpulan Data, 2017)
33
E. LATIHAN
Bagaimana pendapat Anda mengenai uraian materi di atas? Apakah Anda sudah
memahaminya? Apabila sudah memahami, Anda dapat memperkuat
pemahaman mengenai materi tersebut dengan mengerjakan latihan di bawah
ini.
F. RANGKUMAN
Data titik referensi (DRP) adalah data terkait titik yang menunjukkan posisi dari
sebuah objek penanda/referensi di suatu ruas jalan. Tujuan utama survei DRP
adalah untuk menginventarisasi objek referensi sepanjang ruas jalan. Data yang
dicatat pada setiap survei DRP adalah tipe atau nomor DRP, deskripsi DRP yang
menjelaskan bentuk fisik DRP, lokasi DRP dalam km/STA dan koordinat
(Koordinat DRP berdasarkan GPS), dokumentasi foto DRP termasuk nomor foto,
jarak antara DRP pertama dan DRP yang diamati dalam meter (panjang antar
DRP), trase ruas jalan, keterangan tambahan pada DRP jika diperlukan. Disamping
itu, survei DRP juga dilakukan untuk menetapkan lokasi titik awal dan akhir ruas
jalan serta mengukur panjang sebenarnya ruas jalan.
34
BAB 4
35
BAB 4. SURVEI INVENTARISASI JALAN
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
melaksanakan survei inventarisasi jalan.
Data inventarisasi jalan biasanya tidak berubah dalam jangka waktu yang
panjang. Oleh karena itu, kegiatan pencatatan atau survei inventarisasi jalan
cukup dilaksanakan maksimal 5 (lima) tahun sekali. Namun, jika terjadi
perubahan yang signifikan pada rumija, maka survei inventarisasi jalan wajib
dilaksanakan meskipun belum berjarak 5 (lima) tahun dari survei sebelumnya.
36
Gambar 4.1 Kebutuhan data inventarisasi jalan
Sumber : Manual PKRMS Bagian 3 Panduan Pengumpulan Data, 2017
1. Nomor ruas jalan sesuai data ruas jalan yang telah diidentifikasi pada tahap
pra-survei
2. Panjang segmen
3. DRP/STA. awal segmen
4. DRP/STA. akhir segmen
5. Tanggal survei dan nama personil survei
37
6. Tipe dan lebar perkerasan
7. Tipe dan lebar bahu jalan sisi kiri dan kanan
8. Lebar rumija
9. Tipe saluran
10. Tata guna lahan pada sisi kiri dan kanan ruas jalan
11. Medan jalan
12. Apabila jalan yang disurvei tidak dapat dilewati maka personil survei harus
mengidentifikasi jalan yang tidak dapat dilewati tersebut dan penyebabnya.
38
Kode Tipe Gambaran
3 Aspal (Hotmix)
4 Lapisan penetrasi
(Lapen)
5 Batu kali
6 Kerikil (Lapis
fondasi agregat)
7 Tanah
39
2. Tipe Bahu Jalan
Untuk pilihan tipe bahu jalan terdapat 8 (delapan) pilihan dalam aplikasi PKRMS.
Pilihan tersebut adalah tidak ada bahu jalan, beton (bahu rabat beton), blok
beton (paving block), aspal (hotmix), lapisan penetrasi (lapen), batu kali, kerikil
(lapis fondasi agregat), dan tanah. Untuk lebih memahami tipe bahu jalan, mari
kita lihat visualisasinya pada Tabel 4.2.
4 Aspal (hotmix)
40
Kode Tipe Gambaran
5 Lapisan penetrasi
(lapen)
6 Batu kali
7 Kerikil (lapis
fondasi agregat)
8 Tanah
3. Tipe Saluran
Tipe-tipe saluran pada umumnya terdiri dari tipe saluran tanah, tipe saluran
pasangan batu terbuka, dan tipe saluran pasangan batu tertutup. Pada
praktiknya, tidak semua jalan memiliki saluran, dan tidak semua jalan
memerlukan saluran. Dalam inventarisasi tipe saluran, kedua hal tersebut
menjadi salah satu pilihan tipe saluran. Oleh karena itu, terdapat 5 (lima) pilihan
41
terkait tipe saluran dalam aplikasi PKRMS. Untuk lebih memahami tipe saluran
yang disediakan dalam PKRMS, mari kita lihat visualisasinya pada Tabel 4.3.
42
Kode Tipe Gambaran
5 Saluran pasangan batu
tertutup
2 Pertanian dapat
berupa sawah,
ladang, kebun,
kawasan
peternakan, dan
kawasan
perikanan.
3 Desa
43
Kode Tipe Gambaran
4 Kota
5 Hutan
44
Tabel 4.5 Tipe medan jalan
Kode Tipe Gambaran
1 Datar (kemiringan
medan < 3%)
2 Bukit (kemiringan
medan berkisar
antara 3 – 25%)
3 Gunung
(kemiringan
medan > 25%)
45
mengidentifikasi apa penyebabnya. Untuk lebih memahami tipe jalan yang tidak
dapat dilewati, mari kita lihat visualisasinya pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Tipe jalan yang tidak dapat dilewati
Kode Tipe Gambaran
1 Jembatan runtuh
2 Sungai tanpa
jembatan
46
3. Satu orang pencatat dan pengukur inventarisasi jalan bagian kanan (bahu
jalan, saluran, dan tata guna lahan)
4. Satu orang pencatat dan pengukur inventarisasi perkerasan jalan, lebar
rumija, dan medan jalan
47
E. LATIHAN
Bagaimana pendapat Anda mengenai uraian materi di atas? Apakah Anda sudah
memahaminya? Apabila sudah memahami, Anda dapat memperkuat
pemahaman mengenai materi tersebut dengan mengerjakan latihan di bawah
ini.
F. RANGKUMAN
Data inventarisasi jalan adalah data yang menggambarkan aset jalan yang berupa
elemen fisik pada perkerasan, bahu, dan saluran. Data inventarisasi jalan
melingkupi tipe saluran (kanan dan kiri), tipe dan lebar perkerasan bahu jalan
(kanan dan kiri), tipe dan lebar perkerasan jalan, lebar rumija, tata guna lahan
(kanan dan kiri), dan medan jalan. Data inventarisasi tersebut digunakan sebagai
salah satu aspek untuk menilai karakteristik dasar pada aset jalan.
48
BAB 5
49
BAB 5. SURVEI KONDISI JALAN
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
melaksanakan survei kondisi jalan.
Data kondisi jalan menggambarkan keadaan fisik jalan terkait kondisi kerusakan
yang dapat berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan berlalu lintas.
Data kondisi jalan diidentifikasi pada elemen perkerasan dan non-perkerasan
(bahu jalan, saluran, lereng, dan perlengkapan jalan).
Kondisi jalan biasanya dapat berubah dalam jangka waktu pendek. Untuk dapat
menentukan penanganganan yang tepat, kondisi jalan harus disurvei dengan
frekuensi yang lebih banyak dari survei inventarisasi jalan. Biasanya kondisi jalan
disurvei minimal satu tahun sekali dalam rangka pemuktakhiran data.
50
1. Lokasi Segmen Jalan
Data lokasi segmen jalan dapat mengacu pada data DRP titik awal ruas jalan
dimana segmen jalan pertama dari (DRP+offset) awal ke (DRP+offset) akhir.
Informasi Offset ditulis dalam satuan meter dari DRP terkait. Lokasi segmen jalan
juga dapat ditulis dalam station (STA.) dengan acuan STA. 0+000 adalah titik awal
ruas jalan.
Tabel 5.1 menjelaskan contoh aktual tipe kerusakan jalan kode b sampai j pada
daftar kerusakan diatas yang teramati secata visual.
51
Tabel 5.1 Tipe kerusakan perkerasan jalan aspal
Kode Tipe Gambaran
b Kegemukan/ Bleeding
c Agregat lepas/
Ravelling
d Disintegrasi/
Disintegration
f Tambalan/ Patching
52
Kode Tipe Gambaran
g Retak lain/ Other
cracks
(melintang)
j Lubang/ Potholes
9 Alur/ Rutting
53
Kode Tipe Gambaran
10 Rusak tepi/ Edge
damage
Sama halnya dengan kondisi kerusakan jalan aspal, pada kondisi kerusakan jalan
non-aspal ketidakrataan/Roughness tidak wajib diukur. Contoh kerusakan pada
jalan non-aspal ditunjukan pada Tabel 5.2 berikut.
54
Tabel 5.2 Tipe kerusakan jalan non-aspal
Kode Tipe Gambaran
1 Kasar atau tidak
kasar/ Roughness
(berdasarkan
pengamatan
visual)
2 Kemiringan
melintang < 5%
(Slope < 5%)
3 Penurunan/
Depression
4 Erosi/Erosion
5 Lubang/ Potholes
55
Kode Tipe Gambaran
6 Alur/Rutting
7 Bergelombang/
Corrogation
Tabel 5.3 menjelaskan contoh aktual tipe kerusakan jalan beton yang teramati
secata visual.
56
Tabel 5.3 Tipe kerusakan jalan beton
Kode Tipe Gambaran
1 Retak/crack
2 Rusak tepi/edge
damage
3 Retak
struktur/structural
crack
5. Kondisi Lereng
Kondisi lereng dicatat bila ada lereng runtuh atau longsor (Collapsing) pada
segmen jalan yang diamati. Gambar 5.1 berikut menunjukkan contoh lereng
runtuh atau longsor.
57
Gambar 5.1 Contoh lereng runtuh atau longsor
2 Setara permukaan
58
Kode Tipe Gambaran
3 Di bawah
permukaan
4 Diperlukan bahu
beton (pada
tanjakan atau
turunan)
7. Kondisi Saluran
Kondisi saluran dicatat apa bila terdapat kondisi saluran yang tersumbat
dibutuhkan saluran tanah, dan dibutuhkan saluran pasangan batu. Untuk lebih
memahami tipe kondisi saluran, mari kita lihat visualisasinya pada Tabel 5.4.
59
Tabel 5.4 Tipe kondisi saluran
2 Diperlukan saluran
tanah
3 Diperlukan saluran
pasangan batu
8. Kondisi Trotoar
Data kondisi trotoar hanya dicatat apabila teramati terdapat trotoar dengan
kondisi berbahaya (Dangerous). Contoh kondisi trotoar yang berbahaya
ditunjukan oleh Gambar 5.2 berikut.
60
Gambar 5.2 Contoh trotoar yang berbahaya
61
Kode Tipe Gambaran
2 Patok pengarah
3 Pagar pengaman
4 Marka jalan
62
Pada modul pelatihan ini akan dibahas 2 (dua) metode untuk melakukan survei
kondisi jalan yaitu dengan survei kondisi jalan secara visual dan survei
ketidakrataan jalan/Roughness (IRI).
Gambar 5.3 Ilustrasi identifikasi tipe kerusakan dan luas kerusakan perkerasan
jalan
(5) Catat data kondisi pada Formulir Survei Untuk Kondisi Jalan (Lampiran A)
atau pada tablet PKMS.
(6) Jalankan mobil sesuai dengan arah survei.
63
(7) Lakukan langkah 3 sampai 5 untuk segmen berikutnya hingga akhir ruas
jalan.
1. Roughometer III
https://www.arrb.com.au/Equipment-services/Roughometer-III.aspx
2. Hawkeye
https://www.arrb.com.au/Equipment-services/Hawkeye-2000-
Series.aspx
Pada modul ini, tahapan penggunakan perangkat diatas tidak dijelaskan secara
detail. Petunjuk penggunaan masing-masing perangkat dapat dilihat pada
website yang tertera diatas. Mekanisme pelaksanaan survei
ketidakrataan/Roughness jalan secara umum diuraikan sebagai berikut:
(1) Pastikan perangkat pengukur ketidakrataan/Roughness jalan layak
digunakan dan telah terkalibrasi.
(2) Pasang perangkat tersebut pada kendaraan (mobil) yang akan digunakan
untuk survei.
(3) Jalankan mobil ke titik awal survei
(4) Mulai perekaman data menggunakan perangkat pengukur
ketidakrataan/Roughness jalan.
(5) Jalankan mobil sampai ke titik akhir survei.
E. LATIHAN
Bagaimana pendapat Anda mengenai uraian materi di atas? Apakah Anda sudah
memahaminya? Apabila sudah memahami, Anda dapat memperkuat
pemahaman mengenai materi tersebut dengan mengerjakan latihan di bawah
ini.
64
1. Apakah yang dimaksud dengan data kondisi jalan? Jelaskan!
2. Apakah tujuan dilakukannya survei kondisi jalan? Jelaskan!
3. Data apa saja yang perlu dicatat pada saat melakukan survei kondisi
jalan? Jelaskan!
4. Bentuklah kelompok survei, lakukan survei inventarisasi pada beberapa
ruas jalan dengan menerapkan mekanisme survei DRP yang telah Anda
pelajari. Lakukan survei dengan berjalan kaki dan dengan menggunakan
mobil. Catat hasil survei pada formulir survei dan tablet PKRMS.
F. RANGKUMAN
Data kondisi jalan menggambarkan keadaan fisik jalan terkait kondisi kerusakan
yang dapat berpengaruh terhadap kenyamanan, keamanan, dan keefektifan
dalam penggunaan jalan. Data kondisi jalan diidentifikasi pada elemen
perkerasan dan non-perkerasan (bahu jalan, saluran, lereng dan perlengkapan
jalan).
Tujuan utama survei kondisi jalan adalah untuk mengidentifikasi dan mencatat
data kerusakan pada perkerasan dan non perkerasan (bahu jalan, saluran, lereng
dan perlengkapan jalan). Untuk memenuhi tujuan survei kondisi, berikut daftar
data yang perlu dicatat pada saat melaksanakan survei kondisi jalan adalah: lokasi
segmen jalan, kondisi kerusakan jalan aspal, kondisi kerusakan jalan non-aspal,
kondisi kerusakan jalan beton, kondisi perlengkapan jalan kiri dan kanan, kondisi
lereng, kondisi saluran, kondisi bahu jalan, kondisi trotoar.
Pada survei kondisi jalan, pencatatan data dilakukan setiap interval tertentu,
pada umumnya setiap 100 atau 200 meter. Pencatatan data tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan formulir survei cetak atau tablet PKRMS.
65
BAB 6
66
BAB 6. SURVEI LALU LINTAS
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
melaksanakan survei lalu lintas
Data lalu lintas suatu ruas jalan yang diambil pada tahun tertentu dapat
digunakan pada tahun-tahun berikutnya dengan menggunakan rasio laju
peningkatan lalu lintas tertentu. Oleh karena itu, kegiatan pencatatan atau survei
lalu lintas cukup dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali. Namun, jika terbit SK
Gubernur/Bupati/Walikota baru terkait ruas jalan yang telah disurvei, maka data
lalu lintas harus segera diperbaharui dengan melakukan survei lalu lintas
meskipun belum berjarak 5 (lima) tahun dari survei sebelumnya.
67
1) Nomor ruas jalan sesuai data ruas jalan yang telah diidentifikasi pada
tahap pra-survei
2) Waktu survei
3) Keterangan jika survei dilakukan pada hari pasar
4) Jumlah kendaraan yang melintasi ruas jalan (dua arah)
2 - Sedan
- Jeep
- Station wagon
3 - Oplet
- Pick-up opelet
- Suburban
- Combi
- Mini bus
4 - Pick-up
- Mikro truck
- Mobil hantaran
5a Bus kecil
5b Bus besar
68
Golongan Kelompok Jenis Kendaraan Gambaran Jenis Kendaraan
6b Truk 2 sumbu (6 roda)
7a Truk 3 sumbu
7b Truk gandengan
69
Untuk setiap lokasi pengamatan, survei lalu lintas harian dilakukan selama 7 hari
(12 jam setiap harinya). Dalam keadaan normal, survei harus diupayakan tidak
terputus selama periode yang telah direncanakan. Data LHR dicatat pada kedua
arah lalu lintas pada setiap ruas jalan. Untuk menjaga keakuratan data,
diperlukan jumlah petugas survei yang memadai. Jumlah pelaksana survei
disesuaikan dengan kondisi ruas jalan dan batas kemampuan pelaksana survei
untuk mencatat data LHR.
70
Mekanisme pelaksanaan survei lalu lintas dengan MCO diuraikan sebagai
berikut:
E. LATIHAN
Bagaimana pendapat Anda mengenai uraian materi di atas? Apakah Anda sudah
memahaminya? Apabila sudah memahami, Anda dapat memperkuat
pemahaman mengenai materi tersebut dengan mengerjakan latihan di bawah
ini.
F. RANGKUMAN
Data LHR adalah jumlah rata-rata lalu lintas kendaraan yang melewati suatu titik
pada suatu ruas jalan yang diamati selama beberapa hari dan dibagi dengan
jumlah hari pengamatan.
Tujuan utama survei LHR adalah untuk mendapatkan jumlah lalu lintas harian
yang mewakili jumlah lalu lintas tahunan rata-rata atau Average Annual Daily
71
Traffic (AADT). Data tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengukur tingkat
kebutuhan dan prioritas pada teknik manajemen aset jalan.
Pelaksanaan survei lalu lintas dapat dilakukan dengan survei LHR regular atau
dengan pendekatan Moving Car Observer (MCO), sehingga mekanismenya pun
berbeda antara survei LHR reguler dan dengan pendekatan MCO. Survei LHR
regular merupakan kegiatan perhitungan lalu lintas suatu ruas jalan di satu pos
pengamatan. Sedangkan survei lalu lintas dengan MCO dilakukan di dalam mobil
yang sambil berjalan dari awal ruas jalan ke akhir ruas jalan.
72
BAB 7
73
BAB 7. SURVEI JEMBATAN , GORONG-
GORONG, DAN TEMBOK PENAHAN
TANAH
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
melaksanakan survei jembatan, gorong-gorong, serta tembok penahan
tanah.
74
jalan kurang dari 6 (enam) meter. Disamping itu, biasanya gorong-gorong juga
dikenal sebagai jembatan ukuran kecil yang merupakan bagian dari saluran
drainase jalan.
Seiring dengan berjalannya waktu serta adanya pengaruh iklim dan cuaca maka
bangunan pelengkap akan mengalami kerusakan yang dapat mengganggu
aktivitas pengguna jalan. Oleh karena itu, kerusakan ini harus dicegah atau
diminimalisir melalui program program pekerjaan penanganan kerusakan yang
tepat. Sesuai dengan penjelasan siklus jalan, untuk mendapatkan program
penanganan yang tepat diperlukan ketersediaan data terkini yang memadai
terkait bangunan pelengkap. Melalui pengumpulan data secara berkala akan
dapat dilakukan evaluasi terhadap kapasitas bangunan pelengkap dan tingkat
kerusakan bangunan pelengkap sebagai dasar dalam pemprograman pekerjaan.
Data terkait bangunan pelengkap yang dikumpulkan meliputi data inventarisasi
dan kondisi.
75
C. DATA YANG PERLU DICATAT PADA SURVEI JEMBATAN, GORONG-
GORONG, DAN TEMBOK PENAHAN TANAH
Untuk memenuhi tujuan survei jembatan, gorong-gorong, dan tembok penahan
tanah, daftar data yang perlu dicatat pada saat survei adalah sebagai berikut :
Nama jembatan tertera pada plat nama pada headwall jembatan atau
nama yang tertera dalam hasil survei sebelumnya. Bila tidak diketahui,
tanyakanlah nama jembatan pada penduduk setempat. Pada umumnya
nama jembatan mengacu pada nama sungai atau nama desa lokasi
jembatan. Demi keakuratan, sebaiknya tanyakan nama jembatan pada
beberapa penduduk secara terpisah. Bila lebih dari satu jembatan
memiliki nama yang sama, gunakan tambahan nama kampung atau desa
dimana jembatan tersebut berada dan pastikan ejaannya benar.
76
jembatan kabupaten/kota perlu ditambahkan nomor kabupaten/kota
setelah nomor provinsi. Nomor Provinsi, Nomor Kabupaten/Kota, Nomor
Ruas Jalan, dan Nomor Akhiran Ruas Jalan harus sama dengan data isian
pada data ruas jalan.
……………… 7 0 0 0 0 1 2 0 0 2 4 1 1
Nama No. No. No. Ruas No. Urut Suffix/No. Akhiran
Jembatan Provinsi Kab/ Jalan Jembatan Tambahan Ruas
Kota Jalan
Gambar 7.1. Sistem Penomoran Jembatan
Sumber : Buku BMS Panduan Pemeriksaan Jembatan, 1993
77
perbandingan jarak antara jembatan tambahan dengan jarak jembatan
sebelum dan sesudahnya yang telah tercatat. Nomor tambahan
merupakan bilangan bulat antara 1 dan 9 sehingga maksimum dapat
ditambahkan 9 buah jembatan antara dua jembatan yang telah tercatat
sebelumnya. Jembatan-jembatan tambahan diberikan nomor urut
jembatan yang sama dengan jembatan yang telah tercatat sebelumnya
dan letaknya paling dekat.
78
S. Satu 7 00 0 0 1 2 0 0 1 0
S. Dua 7 00 0 0 1 2 0 0 2 0
S. Tambahan 7 00 0 0 1 2 0 0 2 4
Kereta Api 7 00 0 0 1 2 0 0 3 0
Jalan Besar 7 00 0 0 1 2 0 0 4 0
Nama No. No. No. Ruas No. Urut No. No.Ruas
Jembatan Provinsi
Kab/ Jalan Jembatan Tambahan Tambahan
Kota
Gambar 7.3. Penggunaan Nomor Tambahan untuk Penomoran Jembatan Tambahan
Sumber : Buku BMS Panduan Pemeriksaan Jembatan, 1993
1. Jembatan Ganda
79
2. Lintasan Atas
• Jembatan jalan raya yang melintas di atas jalur kereta api dicatat
seperti biasa.
• Jembatan jalan raya yang melintas di atas jalan dicatat pada ruas
jalan yang terdapat jembatan (jalan raya di atas jalan).
• Jembatan kereta api yang melintas di atas jalan biasanya
merupakan tanggung jawab Perusahaan Jawatan Kereta Api, dan
tidak dicatat ke dalam Database Jembatan. Bila terdapat
keraguan mengenai tanggung jawab akan suatu jembatan
termasuk lintas atas kereta api, Inspektur Jembatan harus
berkonsultasi dengan ahli database jembatan.
b. Lokasi jembatan
Setiap jembatan hanya boleh dicatat satu kali saja dalam database
jembatan. Oleh karena itu, setiap pemeriksaan jembatan dimulai dari
awal ruas dan jembatna diperiksa secara urut sepanjang ruas jalan
tersebut untuk menghindari pencatatan ganda. Terdapat 2 (dua) metode
untuk menentukan lokasi jembatan :
3. Menggunakan patok km sebagai acuan. Jarak jembatan diukur dari
patok kilometer (km) yang sudah ada.
4. Menggunakan STA. dengan awal ruas sebagai acuan STA. 0+000.
Jarak jembatan diukur dari awal ruas dalam satuan meter (m) yang
kemudian dinyatakan dalam STA.
80
yang biasa ditemukan di Indonesia, sebagaimana ditunjukkan dalam
Tabel 7.1, sebagai berikut :
Tabel 7.1. Tipe-Tipe Jembatan
No. Tipe Jembatan Gambar
1. Gorong-gorong
bulat/pipa
2. Gorong-gorong
oval/pelengkung
3. Gorong-gorong
kotak/persegi
4. Oval/pelengkung
5. Gelagar
6. Balok oval/balok
pelengkung
7. Komposit
8. Plat
9. Rangka Baja
81
No. Tipe Jembatan Gambar
11. Jembatan Kabel
12. Jembatan
sementara
16. Lainnya
Gambar 7.5. Pengukuran Panjang total dan panjang bentang pada jembatan
Sumber : Buku BMS Panduan Pemeriksaan Jembatan, 1993
82
7. Jumlah Bentang
Bentang dapat didefinisikan sebagai bagian jembatan yang terletak
antara dua expansion joint pada kepala jembatan dalam kasus tidak
ada pilar jembatan atau antara expansion joint pada kepala jembatan
dan pilar jembatan atau antara 2 (dua) pilar jembatan dalam kasus
terdapat pilar jembatan. Oleh karena itu, jumlah bentang pada
jembatan yang tidak mempunyai pilar adalah 1 dan jumlah bentang
pada jembatan dengan pilar adalah 1 ditambah jumlah pilar.
8. Lebar Jalan
Lebar jalan menunjukkan lebar perkerasan dan dicatat dalam satuan
meter (m).
9. Lebar Trotoar
Dikarenakan jembatan juga digunakan oleh pejalan kaki maka perlu
disiapkan juga fasilitas untuk pejalan kaki yaitu trotoar. Lebar trotoar
menunjukkan lebar tempat pejalan kaki pada sisi sebelah kiri dan
kanan jembatan, yang dicatat dalam satuan meter (m).
12. Koordinat GPS Jembatan dicatat dalam format derajat menit detik
atau degree minute second.
83
13. Elemen bangunan atas
84
membuat jembatan tidak aman bagi pejalan kaki, pengendara
sepeda, pengendara sepeda motor, dan pengemudi kendaraan
lain. Beberapa contoh jenis kerusakan pada lantai jembatan
dapat dilihat pada Gambar 7.7.
Lendutan ke samping
Gambar 7.7. Contoh kerusakan pada lantai jembatan
Sumber : Buku BMS Panduan Pemeriksaan Jembatan, 1993
5) Sambungan/expansion joint (termasuk karetnya) dibuat untuk
menampung berbagai gerakan bangunan atas baik rotasi, arah
memanjang dan arah melintang sebagai akibat beban hidup
maupun gerakan muai dan susut akibat perubahan temperatur.
Pemeriksaan sambungan lantai meliputi kerusakan sambungan
lantai yang tidak sama tinggi, kerusakan akibat terisinya
sambungan, bagian yang longgar/lepas ikatannya, bagian yang
hilang atau retak pada aspal karena pergerakan di sambungan
lantai seperti terlihat pada Gambar 7.8.
Sambungan yang longgar atau rusak Retak aspal pada sambungan lantai
Gambar 7.8. Contoh kerusakan pada sambungan Jembatan
Sumber : Buku BMS Panduan Pemeriksaan Jembatan, 1993
85
6) Balok apakah ada ujung balok yang rusak atau terdapat retak.
Disamping itu, periksa juga apakah ada bagian balok yang hilang,
berubah bentuk, berkarat atau membusuk sedemikian rupa
sehingga ada kemungkinan runtuh.
86
4) Karet Pondasi/elastomer adalah salah satu jenis landasan karet
yang paling umum. Tebal landasan ini lebih dari 30 mm, dimana
di dalamnya terdapat pelat-pelat baja tipis sebagai
perkuatannya. Pemeriksaaan pada survei jembatan tidak hanya
terbatas pada elastomer atau landasan karet, tetapi juga
termasuk landasan lain seperti landasan baja atau landasan pot
yang berlapisan teflon. Landasan/bearing merupakan elemen
jembatan yang meneruskan beban dari bangunan atas ke
bangunan bawah jembatan. Jadi, pemeriksaan karet
pondasi/elastomer meliputi apakah landasan masih dalam
kondisi bersih dan drainasenya baik, tidak cukupnya tempat
untuk bergerak, berpelumas yang cukup, bergeser, berubah
bentuk, pecah/rusak, bidang geser rusak atau berlubang akibat
korosi, baut pengikat lepas, tempat kedudukan rusak, aus karena
umur, bagian yang rusak atau hilang atau longgar, bagian logam
retak atau melengkung. Beberapa contoh kerusakan pada
sambungan jembatan dapat dilihat pada Gambar 7.10.
87
15. Alur sungai
88
Pipa cucuran terlalu pendek Retak pada pilar Penurunan Pondasi
Gerusan kepala jembatan Pipa sandaran bengkok Lantai berlubang dan rusak
89
Nilai Kondisi Uraian
datang. Misalnya, pembusukan sedikit pada
struktur kayu, penurunan mutu pada elemen
pasangan batu, penumpukan sampat atau
tanah di sekitar perletakan dimana
kesemuanya merupakan tanda-tanda yang
membutuhkan penggantian.
3 - Rusak Ringan Kerusakan yang membutuhkan perhatian atau
tindakan secepatnya. Dalam hal ini kerusakan
yang ditemui menggambarkan kerusakan yang
mungkin terjadi serius dalam 12 bulan.
Misalnya, struktur beton dengan sedikit retak,
rangka kayu yang membusuk, lubang pada
permukaan lantai kendaraan, adanya
gundukan aspal pada permukaan lantai
kendaraan dan pada kepala jembatan, scouring
dalam jumlah sedang pada pilar/kepala
jembatan, rangka baja berkarat.
4 - Rusak Berat Kondisi kritis atau kerusakan serius yang
membutuhkan perhatian segera. Misalnya,
kegagalan rangka, keretakan atau kerontokan
lantai beton, pondasi yang terkikis, kerangka
beton yang memiliki tulangan yang terlihat dan
berkarat, sandaran pegangan/pagar pengaman
yang tidak ada.
5 - Struktur Gagal Elemen runtuh atau tidak berfungsi lagi.
Misalnya, bangunan atas yang runtuh,
timbunan tanah yang hanyut.
99 - Struktur tidak Elemen tidak terlihat.
dapat disurvei
90
kondisi gorong-gorong yang telah terbangun atau eksisting yang antara lain
meliputi :
7 0 0 0 0 1 2 0 0 2 4 1 1 G
No. No. No. Ruas No. Urut Suffix/No. Akhiran Gorong-
Provinsi Kab/ Jalan gorong- Tambahan Ruas gorong
Kota gorong Jalan
Gambar 7.12. Penomoran Gorong-gorong
Setiap gorong-gorong hanya boleh dicatat satu kali saja dalam database
gorong-gorong. Oleh karena itu, setiap pemeriksaan gorong-gorong
dimulai dari awal ruas dan diperiksa secara urut sepanjang ruas jalan
tersebut untuk menghindari pencatatan ganda. Pencatatan lokasi
gorong-gorong menggunakan STA. dengan awal ruas sebagai acuan STA.
0+000. Jarak gorong-gorong diukur dari awal ruas dalam satuan meter
(m) yang kemudian dinyatakan dalam STA.
91
c. Gorong-gorong pelat beton merupakan gorong-gorong yang terdiri
dari pelat lantai beton dan pondasi batu kali.
d. Gorong-gorong pipa baja terbuat dari pipa baja sehingga sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap karat, sambungan longgar
dan aus.
e. Lainnya seperti gorong-gorong pelengkung yang dibuat dari baja
gelombong dan biasanya digalvanis. Kelebihan gorong-gorong
pelengkung adalah tahan terhadap karat, kelonggaran sambungan,
keausan permukaan dan distorsi (menggeliat).
19. Jumlah lubang menggambarkan jumlah lubang yang terdapat dalam
struktur gorong-gorong.
22. Tipe Inlet dan outlet. Terdapat 6 pilihan tipe inlet dan outlet antara lain:
1) Non struktur
2) Apron dan tembok sayap
3) Tembok sayap
4) Beronjong
5) Batu kali
6) Langsung ke drainase
92
23. Kondisi Lubang, Inlet, dan Outlet
Setelah dilakukan identifikasi tipe lubang, inlet, dan outlet pada gorong-
gorong yang disurvei maka langkah selanjutnya adalah memberi nilai
kondisi pada elemen-elemen tersebut. Pemberian nilai ini ditentukan
secara subjektif, artinya, surveyor menggunakan pengetahuan dan
pengalaman teknisnya untuk menentukan nilai kondisi. Adapun
pedoman pemberian nilai kondisi mengacu pada buku Bridge
Management System (BMS) Panduan Pemeriksaan Jembatan seperti
yang diuraikan pada Tabel 7.3.
93
Nilai Kondisi Uraian
5 - Struktur Gagal Elemen runtuh atau tidak berfungsi lagi.
Misalnya, gorong-gorong yang runtuh.
99 - Struktur tidak Elemen tidak terlihat.
dapat disurvei
94
26. Penomoran Tembok Penahan Tanah (TPT)
7 0 0 0 0 1 2 0 0 2 4 1 1 T
No. No. No. Ruas No. Urut Suffix/No. Akhiran Tembok
Provinsi Kab/ Jalan tembok Tambahan Ruas penahan
Kota penahan Jalan tanah
tanah
Gambar 7.14. Penomoran Tembok Penahan Tanah
Setiap tembok penahan tanah hanya boleh dicatat satu kali saja dalam
database tembok penahan tanah. Oleh karena itu, setiap pemeriksaan
tembok penahan tanah dimulai dari awal ruas dan diperiksa secara urut
sepanjang ruas jalan tersebut untuk menghindari pencatatan ganda.
Pencatatan lokasi tembok penahan tanah menggunakan STA. dengan
awal ruas sebagai acuan STA. 0+000. Jarak tembok penahan tanah diukur
dari awal ruas dalam satuan meter (m) yang kemudian dinyatakan dalam
STA.
28. Posisi Tembok Tepi apakah tembok penahan tanah berada pada sisi
sebelah kiri atau kanan jalan dilihat dari awal ruas.
29. Panjang tembok (meter) merupakan panjang tembok penahan tanah
yang diukur sejajar jalan.
31. Bahan konstruksi tembok penahan tanah (TPT) dapat dibuat dari
pasangan batu kali, beton, bronjong kawat (gabion), pelat beton, dan
lainnya seperti terlihat pada Gambar 7.15.
95
1) Pasangan batu
2) Beton
3) Beronjong
4) Pelat Beton
5) Lainnya
96
33. Kerusakan yang ditemui
97
5. Hentikan mobil apabila ditemui jembatan atau gorong-gorong atau
tembok penahan tanah.
6. Pada lokasi jembatan, gorong-gorong, atau tembok penahan tanah,
semua personil survei diwajibkan turun dari mobil. Kemudian para
personil survei tersebut melakukan pengukuran dan pengamatan pada
bagian-bagian jembatan, gorong-gorong, atau tembok penahan tanah
sesuai isian dalam formulir survei atau tablet survei secara detail.
Pekerjaan pengukuran dan pengamatan tersebut dapat dilakukan
dengan pola kerja sama.
7. Hasil pengukuran dan pengamatan jembatan, gorong-gorong, dan
tembok penahan tanah cukup diinput ke formulir survei atau tablet
survei oleh 1 (satu) orang saja. Apabila diperlukan, misalnya terdapat hal-
hal yang meragukan, sebelum diinput hasil pengamatan disepakati
bersama.
8. Sebelum personil survei memberi tanda (waypoint) pada lokasi
jembatan, gorong-gorong, dan tembok penahan tanah harus dipastikan
terlebih dahulu nilai accuracy pada GPS yang digunakan kurang dari 5
(lima) meter.
9. Titik yang dijadikan acuan sebagai titik pengambilan tanda (waypoint)
jembatan/gorong-gorong/tembok penahan tanah adalah titik awal
jembatan (tepat di atas kepala jembatan pada arah masuk jembatan)
/gorong-gorong/tembok penahan tanah.
10. Setelah selesai melakukan pengukuran, pengamatan, dan pencatatan
hasil survei jembatan, gorong-gorong, dan tembok penahan tanah,
semua personil survei dapat naik kembali ke mobil.
11. Jalankan mobil sesuai dengan arah survei.
12. Lakukan langkah 4 sampai 11 untuk jembatan, gorong-gorong, dan
tembok penahan tanah berikutnya hingga akhir ruas jalan.
E. LATIHAN
Bagaimana pendapat Anda mengenai uraian materi di atas? Apakah Anda sudah
memahaminya? Apabila sudah memahami, Anda dapat memperkuat
pemahaman mengenai materi tersebut dengan mengerjakan latihan di bawah
ini.
98
1. Apakah yang dimaksud dengan data jembatan, gorong-gorong, dan tembok
penahan tanah ? Jelaskan!
2. Apakah tujuan dilakukannya survei jembatan, gorong-gorong, dan tembok
penahan tanah? Jelaskan!
3. Data apa saja yang perlu dicatat pada saat melakukan survei jembatan,
gorong-gorong, dan tembok penahan tanah? Jelaskan!
4. Bentuklah kelompok survei, lakukan survei jembatan, gorong-gorong, dan
tembok penahan tanah pada beberapa ruas jalan dengan menerapkan
mekanisme survei jembatan, gorong-gorong, dan tembok penahan tanah
yang telah Anda pelajari. Lakukan survei dengan berjalan kaki dan dengan
menggunakan mobil. Catat hasil survei pada formulir survei dan tablet
PKRMS.
F. RANGKUMAN
Jembatan, gorong-gorong, dan tembok penahan tanah merupakan bangunan
pelengkap jalan. Jembatan merupakan semua jembatan dan gorong-gorong
dengan panjang total 6 (enam) meter atau lebih, diukur sepanjang garis tengah
longitudinal jembatan. Gorong-gorong adalah salah satu bangunan pelengkap
jalan yang berfungsi mengalirkan air melewati bawah saluran lain, di bawah jalan,
jalan kereta api atau timbunan lainnya dengan ukuran lebar yang dihitung sejajar
jalan kurang dari 6 (enam) meter. Sedangkan tembok penahan tanah merupakan
suatu konstruksi yang berfungsi menahan tanah atau lereng baik akibat berat
sendiri atau beban air hujan atau beban yang bekerja di atasnya.
99
BAB 8
100
BAB 8. PENUTUP
Tindak lanjut adalah kegiatan yang dilakukan peserta setelah melakukan tes
formatif dan mendapatkan umpan balik. Peserta yang telah mencapai hasil baik
101
dalam tes formatif dapat meneruskan ke bagian pelajaran selanjutnya atau
mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam pengetauan yang telah
dipelajarinya. Peserta yang mendapatkan hasil kurang dalam tes formatif harus
mengulang isi pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan instruksional yang
sama atau berbeda.
102
DAFTAR PUSTAKA
PRIM PIUC (2017), Manual PKRMS Bagian 3: Panduan Pengumpulan Data untuk
PKRMS.
103
GLOSARIUM
Survei Metoda pengumpulan data primer dengan
melakukan penyelidikan atau peninjauan
terhadap suatu objek
Jaringan jalan Satu kesatuan ruas jalan yang terdiri atas sistem
jaringan primer dan sistem jaringan Jalan
sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarkis
Scouring Gerusan
104
KRMS Kabupaten Road Management System
Sistem Manajamen Jalan Kabupaten
105
Formulir Kalibrasi Alat Pengukur Jarak
106
107
G. Formulir Survei Titik Referensi (DRP)
108
H. Formulir Survei Inventarisasi Jalan
109
I. Formulir Survei Kondisi Jalan Aspal
110
J. Formulir Survei Kondisi Jalan Tanah
111
K. Formulir Survei Lalu Lintas
112
113
A. Langkah pembuatan file tablet PKRMS
Langkah Tampilan Antar Muka
1. Buka aplikasi PKRMS
2. Pilih Menu Pengaturan Lain
3. Pilih Sub-Menu Aplikasi Tablet
114
B. Tablet PKRMS – Survei Inventarisasi Jalan (Non-
Perkerasan)
Langkah Tampilan Antar Muka
1. Buka file tablet PKRMS untuk
survei inventarisasi jalan pada non-
perkerasan (L atau R)
6. Klik tombol
115
C. Tablet PKRMS – Survei Inventarisasi Jalan (Perkerasan)
Langkah Tampilan Antar Muka
1. Buka file tablet PKRMS untuk
survei inventarisasi jalan pada
perkerasan (P)
6. Klik tombol
116
D. Tablet PKRMS – Survei Kondisi Jalan (Non-Perkerasan)
Langkah Tampilan Antar Muka
1. Buka file tablet PKRMS untuk
survei kondisi jalan pada non-
perkerasan (L atau R)
6. Klik tombol
117
E. Tablet PKRMS – Survei Kondisi Jalan (Perkerasan)
Langkah Tampilan Antar Muka
1. Buka file tablet PKRMS untuk
survei kondisi jalan pada
perkerasan (P)
6. Klik tombol
7. Pilih tipe perkerasan (beton,
aspal, non-aspal, atau tidak
dapat dilalui)
8. Isi nilai luasan atau presentase
pada setiap tipe kondisi
kerusakan jalan yang ditemukan Keterangan:
9. Klik jika data yang akan Hapus semua = hapus semua data yang telah dicatat
diinput sama dengan data pada Data masukan = mengubah STA awal dan akhir segmen
segmen jalan sebelumnya X = menghapus data pada segmen yang dipilih
10. Klik untuk mengisi kondisi
jalan pada segmen berikutnya
118
F. Tablet PKRMS – Survei Lalu Lintas (MCO)
Langkah Tampilan Antar Muka
1. Buka file tablet PKRMS untuk
survei lalu lintas MCO (kiri dan
kanan)
119
G. Tablet PKRMS – Survei Tembok Penahan Tanah
Langkah Tampilan Antar Muka
1. Buka file tablet PKRMS untuk
tembok penahan tanah
120
H. Tablet PKRMS – Survei Jembatan
Langkah Tampilan Antar Muka
1. Buka file tablet PKRMS untuk
jembatan
2. Pilih jembatan
121
I. Tablet PKRMS – Survei Gorong-gorong
Langkah Tampilan Antar Muka
1. Buka file tablet PKRMS untuk
gorong-gorong
2. Pilih gorong-gorong
122
123