PEDOMAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu bentuk praktek kerja para Taruna/I
Program Studi Diploma III Manajemen Transportasi Jalan yang wajib diikuti oleh seluruh
Taruna/l pada semester VI sebagai salah satu kelengkapan persyaratan kelulusan, dimana
lokasi PKL adalah Kota/Kabupaten yang telah ditentukan untuk dijadikan pusat penelitian
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
PKL juga menjadi dasar dalam penyusunan Kertas Kerjn Wajib (KKW) perorangan dengan
permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan praktek. Untuk selanjutnya dilakukan analisis
dan usulan pemecahan masalah dengan bekal teori yang telah diterima pada semester -
semester sebelumnya.
Salah satu tugas pokok Taruna/I dalam melaksanakan PKL adalah menyusun Laporan Umum
(Lapum) mengenai laporan lalu lintas dan angkutan jalan pada kota/kabupaten yang dijadikan
lokasi penelitiam dengan sudut pandang dari Perencanaan Transportasi, Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, Keselamatan Lalu Lintas, serta Operasional Angkutan Umum. Bentuk
Laporan Umum kelompok ini merupakan data dasar (induk data) lalu lintas dan angkutan jalan
yang dapat digunakan lebih lanjut untuk analisa lalu lintas dan angkutan jalan.
Secara keseluruhan, buku ini menjelaskan mengenai pedoman dalam hal yang berkaitan
dengan bagaimana mempersiapkan Laporan Umum (Lapum) dan Laporan Perorangan
(KKW) yaitu dari metode pengumpulan data, analisis, penyajian, dan pengidentifikasian serta
menciptakan solusi - solusi dari permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan pada kondisi
kenyataan. Dengan buku ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi penyelenggara, para
dosen pembimbing, para Taruna/I dan pihak - pihak yang terkait dalam pelaksanaan PKL.
Kami sadari, bahwa buku panduan ini masih belum sempurna, untuk itu kami dengan segenap
tangan terbuka menerima saran kritik dan masukan yang membangun guna memperbaiki buku
panduan ini. Dalam rangka mendapat buku panduan yang sempurna dan lebih
menyempurnakan pelaksanaan PKL di lapangan.
i
Dalam kesempatan ini pula kami berharap semoga dengan adanya buku pedoman ini dapat
berguna dan membantu dalam pelaksanaan PKL maupun penelitian pada Politeknik
Transportasi Darat Indonesia – STTD, serta pihak - pihak lain yang menggunakannya.
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
B. Persiapan ......................................................................................................................... 70
B.3 Pembuatan Peta Dasar, Peta Jaringan Jalan dan Administrasi ................................ 71
iii
B.4 Kodifikasi Jaringan Jalan ......................................................................................... 71
iv
G. Identifikasi Awal Pemecahan Permasalahan ................................................................... 141
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel VI.1 Nilai Bobot Untuk Perangkingan Lokasi Rawan Kecelakaan 287
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar VI.4 Peta Lokasi Kecelakaan yag terdapat korban meninggal dunia 283
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian dari kurikulum Jurusan pada progam
Studi Diploma III MTJ dan Diploma III KA pada Politeknik Transportasi Darat
Indonesia – STTD yang harus diselesaikan dalam semester VI disesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan teknologi, dimana selama PKL para Taruna diharuskan
membuat Laporan Umum mengenai aspek Perencanaan Angkutan, Rekayasa dan
Keselamatan Lalu Lintas serta Operasional Angkutan Umum yang lengkap untuk Kota
maupun Kabupaten dimana PKL dilaksanakan dalam bentuk Laporan Umum
Kelompok.
Data informasi serta kinerja lalu lintas angkutan jalan memuat taksiran data sebelum dan
saat terjadinya pandemi, yang dimungkinkan terjadi perbedaan data transportasi
(perjalanan, sarana, dan prasarana).
Data informasi serta kinerja lalu lintas dan angkutan jalan yang dibukukan dalam
laporan umum kelompok merupakan bahan acuan untuk membuat Kertas Kerja Wajib
(KKW) yang dipilih berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam laporan umum,
serta akan dijadikan pangkalan data-data induk yang berguna bagi instansi tingkat
daerah maupun tingkat pusat.
Hasil kerja selama PKL harus memenuhi standar yang tinggi sebagai bentuk penulisan
ilmiah dari sisi disiplin keilmuan lalu lintas dan angkutan jalan. Sistem pengumpulan
data yang dilaksanakan selama PKL selain dalam bentuk buku, juga diharuskan
memasukan data hasil survey ke dalam hardisk (data secara elektronis), dengan harapan
data induk dimaksud dapat dengan mudah diakses disamping untuk keperluan penulisan
Kertas Kerja Wajib, juga untuk membangun data secara runtut waktu (time series) untuk
melengkapi data yang telah ada, baik untuk keperluan PKL maupun untuk kepentingan
akademik dan penelitian lainnya. Oleh karena itu diperlukan Pedoman Praktek Kerja
Lapangan sebagai pedoman secara teknis dalam pelaksanaannya.
A. PERSIAPAN PKL
1. Inventarisasi Peserta PKL
Peserta pelaksana PKL adalah Taruna/I Politeknik Transportasi Darat Indonesia -
STTD Program Diploma III MTJ semester VI yang telah memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Memiliki IP minimal 2,5 pada semester sebelumnya
b. Telah menyelesaikan administrasi pembayaran SPP bulanan.
c. Tidak memiliki tanggungan buku Perpustakaan dan Peralatan Survey.
3. Pembagian Kelompok
Pembagian kelompok ditentukan oleh Panitia Penyelenggaraan PKL Politeknik
Transportasi Darat Indonesia - STTD yang disesuaikan dengan program yang
bersangkutan. Kelompok pelaksanaan PKL dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu,
4. Previsit
Previsit merupakan kegiatan awal dalam pelaksanaan PKL yang bertujuan untuk
melihat kesiapan daerah yang akan dijadikan lokasi pelaksanaaan PKL disamping
menyiapkan data–data sekunder awal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan PKL
dengan harapan setelah Taruna sampai ke daerah lokasi PKL tidak mendapatkan
kendala atau hambatan dalam pelaksanaan PKL.
a. Petugas Previsit
Petugas Previsit adalah pegawai PTDI-STTD atau Dosen Pembimbing PKL yang
ditentukan lebih lanjut oleh Direktur Politeknik Transportasi Darat Indonesia -
STTD.
b. Uraian Tugas
Pada dasarnya Previsit dilakukan adalah untuk melihat kesiapan pelaksanaan PKL,
baik dari pihak daerah yang akan dijadikan wilayah studi ataupun dari pihak taruna
sendiri. Petugas previsit akan berkunjung ke tempat yang akan dijadikan lokasi
PKL dengan tujuan untuk menginventarisasi data–data sekunder yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan PKL serta mengkonfirmasi hal-hal yang menjadi hak Taruna
pelaksana PKL.
1 WALKING MEASURE 3 69
2 COUNTER 10 230
3 ROLL METER 1 23
4 ROMPI SURVAI 10 230
5 SPEED GUN 1 23
6 CLIPBOARD 12 263
Setelah Pelaksanaan PKL selesai, alat-alat survai dikembalikan kepada Bag Sarana
dan Prasarana Pendidikan Prodi MTJ Politeknik Transportasi Darat Indonesia - STTD
dalam keadaan baik dan lengkap serta dengan memperlihatkan formulir serah terima
yang telah ditandatangani sebelumnya. Apabila ada kerusakan atau ketidak lengkapan
alat, maka kelompok yang bersangkutan wajib mengganti kehilangan/ kerusakan yang
ada.
C. SEMINAR PKL
Pelaksanaan Seminar PKL dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh
Panitia Penyelenggaraan PKL dengan beranggotakan Dosen-dosen Pembimbing PKL
serta Dosen-dosen Penguji PKL yang telah ditentukan sebelumnya.
a. Excecutive Summary
Pada pelaksanaan Seminar PKL, taruna peserta PKL harus menyiapkan Excecutive
Summary disamping Laporan Umum yang telah diselesaikan sebelumnya. Excecutive
Summary merupakan ringkasan dari Laporan Umum yang disusun secara ringkas,
padat dan jelas namun tetap mencerminkan inti isi dari Laporan Umum.
b. Penguji Seminar
Dosen Penguji PKL akan ditentukan oleh Direktur PTDI-STTD yang akan menguji
Laporan Umum yang telah dibuat bersama Dosen Pembimbing PKL masing-masing.
Maksud kegiatan dari perencanaan transportasi adalah mengetahui pola perjalanan, sistem
tata guna lahan dan karakteristik pelaku perjalanan untuk mengidentifikasi permasalahan
serta memberikan saran pemecahan masalah.
Tujuan :
1. Mengetahui sistem tata guna lahan
2. Menetapkan pembagian zona wilayah studi
3. Melaksanakan pengumpulan data asal tujuan perjalanan
4. Melakukan analisis bangkitan perjalanan, distribusi perjalanan, pemilihan moda dan
pembebanan perjalanan
5. Membuat model perencanaan transportasi
6. Memprediksi bangkitan dan distribusi perjalanan
7. Melakukan identifikasi masalah
8. Memberikan saran pemecahan masalah
2) Target Data
Target data pelaksanaan survai tata guna lahan adalah :
a) Kondisi guna lahan sebenarnya
b) Rencana pengembangan guna lahan
c) Perubahan-perubahan guna lahan
3) Persiapan Survai
Kegiatan awal sebelum survai dilaksanakan perlu dilakukan survai
pendahuluan untuk mengenal wilayah dan jenis guna lahan. Persiapan
pelaksanaan survai meliputi:
a) Peralatan dan perlengkapan
4) Pelaksanaan Survai
Survai tata guna lahan dilaksanakan dengan melakukan pengamatan di
lapangan dan membandingkan dengan peta tata guna lahan yang diperoleh dari
instansi terkait. Jika terdapat perubahan tata guna lahan maka surveyor akan
memberi tanda pada peta guna lahan yang sudah ada dan melakukan
pengambilan gambar menggunakan kamera pada perubahan lahan yang
dimaksud.
c) Penetapan Zona
Pendekatan penetapan zona berdasarkan kepadatan wilayah terbangun
dengan melihat (Black, 1981):
(1) nisbah luas lahan terbangun dengan luas wilayah
(2) nisbah luas lahan permukiman dengan luas lahan terbangun
(3) nisbah luas lahan perdagangan dengan luas lahan terbangun
(4) Proporsi jumlah penduduk dengan daerah terbangun (jiwa/km2)
(5) Proporsi jumlah penduduk dengan luas wilayah (jiwa/km2)
2) Kabupaten
Kabupaten adalah wilayah yang memiliki sebagian besar karakteristik
daerahnya merupakan daerah pedesaan dengan sektor perekonomian yang
berasal dari pertanian dan perkebunan serta memiliki kawasan terbangun pada
ibu kota kabupaten dan sekitarnya. Wilayah yang memiliki karakteristik :
a) Penetapan Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi sering disebut juga kordon luar merupakan garis maya
yang berupa batas wilayah administrasi.
c) Penetapan Zona
Pendekatan penetapan zona berdasarkan kepadatan wilayah terbangun
dengan melihat (Black, 1981):
(1) nisbah luas lahan terbangun dengan luas wilayah
(2) nisbah luas lahan permukiman dengan luas lahan terbangun
(3) nisbah luas lahan perdagangan dengan luas lahan terbangun
(4) Proporsi jumlah penduduk dengan daerah terbangun (jiwa/km2)
(5) Proporsi jumlah penduduk dengan luas wilayah (jiwa/km2)
Sehingga zona dapat dibedakan menjadi:
(1) Wilayah terbangun dengan kepadatan tinggi
(2) Wilayah terbangun dengan kepadatan sedang
(3) Wilayah terbangun dengan kepadatan rendah
(4) Wilayah pedesaan
d) Penetapan zona dalam (Internal Zone)
Zona dalam ditetapkan dengan persyaratan sebagai berikut :
(1) Ukuran zona sebaiknya dirancang sedemikian rupa, sehingga galat
pengelompokan yang timbul akibat asumsi pemusatan seluruh aktifitas
pada suatu pusat zona menjadi tidak terlalu besar.
(2) Batas zona sebaiknya memotong jalan utama, dapat menggunakan
batas alam atau bangunan yang menghambat pergerakan serta menjadi
batas kawasan yang memiliki karakteristik yang hampir sama (
sehomogen mungkin ).
Catatan :
# Data karakteristik di atas diperoleh dari hasil survey bidang Manajemen &
Rekayasa Lalu Lintas (Survey pencacahan lalu lintas terklasifikasi di kordon luar).
Selain data tersebut diatas survey ini juga digunakan untuk mengetahui :
(1) lokasi yang pernah terjadi kecelakaan
(2) deskripsi kecelakaan : Jumlah, Waktu, Penyebab, Pola, Korban & Jenis
Kendaraan.
b) Persiapan Survai
Kegiatan awal sebelum survai dilaksanakan perlu dilakukan survai
pendahuluan untuk mengetahui lokasi wawancara dan karakteristik
masyarakat setempat. Persiapan pelaksanaan survai meliputi:
(1) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam survai ini adalah:
Papan alas (Clip Board)
Alat-alat tulis
Formulir survai
c) Lokasi survai
Lokasi survai ini adalah seluruh zona yang telah ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan data.
Penentuan jumlah sampel rumah tangga yang akan disurvey adalah sebagai
berikut :
(1) Hitung jumlah penduduk wilayah studi.
(2) Hitung sampel penduduk sesuai dengan batasan sampel yang dianjurkan.
Apabila sumber daya yang tersedia untuk memperoleh jumlah sampel
tidak memadai, dapat dipertimbangkan untuk menggunakan jumlah
sampel diatas batas minimum.
(3) Hasil perhitungan dalam poin 2 digunakan untuk menghitung jumlah
rumah tangga yang akan disurvai.
(4) Jumlah target sampel rumah tangga per-zona ditentukan secara
proporsional sesuai dengan jumlah rumah tangga per-masing-masing
zona
Contoh :
Diketahui jumlah penduduk 180.000 jiwa terdiri dari 45.000 rumah tangga.
Sampel yang dianjurkan 1 dalam 10 atau 10% yaitu 10% x 45.000 = 4.500
rumah tangga.
Apabila setelah dipertimbangkan sumber daya (jumlah personil & waktu)
yang tersedia tidak memadai, dapat dipergunakan sampel minimum 1 dalam
35 atau 2,86% yaitu 2,86% x 45.000 = 1.287 rumah tangga. Dalam
pelaksanaannya, survai yang menggunakan sampel minimum disarankan
untuk menambah jumlah rumah tangga agar terhindar dari kekurangan
sampel.
Misalnya jumlah sampel yang terkumpul (berhasil di survai) adalah 1.287
rumah tangga (2,86%) dengan total jumlah orang yang melakukan perjalanan
sebanyak 3.861 orang (sampel). Jumlah populasi yang melakukan perjalanan
adalah (3.861 x 100) / 2.86 = 135.000 orang. Nilai ini akan digunakan dalam
perhitungan jumlah rata-rata perjalanan tiap orang perhari diwilayah studi
tersebut.
Dalam contoh perhitungan ini faktor ekspansi yang akan digunakan adalah
100/2,86 = 34,9.
e) Pelaksanaan Survai
Metode yang digunakan dalam survai wawancara rumah tangga ini yaitu
dengan langsung ke rumah-rumah di dalam zona yang akan disurvai.
Sedangkan pertanyaan yang akan diajukan telah disusun dalam
formulir.Waktu yang dibutuhkan untuk tiap rumah yaitu sekitar 15-20 menit.
Survai wawancara ini dilakukan Tim PKL yang pelaksanaannya dilakukan
antara hari senin sampai minggu. Metode lain yang bisa digunakan adalah
menggunakan survei online seperti Google Form dengan membagikan link /
barcode ke orang yang disurvei untuk mendapatkan sampel yang lebih banyak
Mulai
Persiapan Survai
Pelaksanaan Survai
Rekapitulasi Data
Penyajian Data
Analisis Data
*https://forms.gle/wre93n7XaDWKktB8A
Surveyor : …………………………………..
Hari/tanggal : …………………………………..
Lokasi survei : …………………………………..
No Formulir : …………………………………..*(1,2,3,dst)
Nama Anggota Keluarga : …………………………………..
Jenis Kelamin : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Pekerjaan : …………………………………..
Status Keluarga : ……………………..……………
Asal Perjalanan : ……………………..……………
Rangkaian Tujuan Perjalanan,
Kelurahan : ……………………..……………
Kecamatan : ……………………..……………
Waktu Perjalanan : ……………………..……………
Biaya Perjalanan : ……………………..……………
Maksud Perjalanan : ……………………..……………
Kendaraan yang digunakan : ……………………..……………
Alasan Pemilihan Kendaraan : ……………………..……………
Kepemilikan Kendaraan : ……………………..……………
Pendapatan : ……………………..……………
Keterangan :
Status Keluarga Maksud Perjalanan Pendapatan
1. Ayah 1. Bekerja 1. < 1.000.000
2. Ibu 2. Belajar 2. 1.000.000 – 2.000.000
3. Anak 3. Belanja 3. 2.000.000 – 3.000.000
4. Saudara 4. Sosial 4. 3.000.000 – 4.000.000
5. Pembantu 5. Lainnya 5. 4.000.000 – 5.000.000
6. Kost 6. > 5.000.000
Keterangan :
Status Keluarga Maksud Perjalanan Pendapatan
.
1 Ayah 1. Bekerja 1.< 1.000.000
https://forms.gle/kUQhp9M87Q6mHCJw5
Surveyor : …………………………………..
Hari/tanggal : …………………………………..
Lokasi survei : …………………………………..
No Formulir : …………………………………..*(1,2,3,dst)
Lokasi Kecelakaan : …………………………………..
Jumlah Kecelakaan : …………………………………..
Waktu Kecelakaan : …………………………………..
Penyebab Kecelakaan : …………………………………..
Pola Kecelakaan : …………………………………..
Korban : …………………………………..
Jenis Kendaraan : …………………………………..
FORMULIR SURVAI WAWANCARA RUMAH TANGGA (HI) TAMBAHAN UNTUK BIDANG KESELAMATAN
TRANSPORTASI
Surveyor :
Hari/tanggal :
Lokasi survey :
Jumlah Waktu
No Lokasi Kecelakaan Penyebab Kecelakaan Pola Kecelakaan Korban Jenis Kendaraan
Kecelakaan Kecelakaan
e) Penetapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah sampel random. Jumlah sampel ditentukan dari
perbandingan antara jumlah kendaraan yang di survai dengan jumlah kendaraan
hasil survai pencacahan lalu lintas terklasifikasi yang dilakukan selama periode
waktu survai RSI (per jam sibuk).
Waktu pelaksanaan survai dipilih periode sibuk pagi dan sore masing-masing
selama 2 (dua) jam yang ditentukan berdasarkan hasil survai pencacahan lalu
lintas terklasifikasi 16 jam atau 24 jam di kordon luar yang telah dilakukan
sebelumnya pada bidang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas.
Contoh :
Pada periode sibuk pagi (2 jam) diketahui jumlah kendaraan yang berhasil
diwawancara adalah sebagai berikut :
1. Kendaraan ringan : 60 kendaraan
2. Kendaraan berat : 30 kendaraan
3. Sepeda Motor : 110 kendaraan
4. Kendaraan tidak bermotor : 10 kendaraan
f) Pelaksanaan survai
Survai dilaksanakan dengan memperhatikan keterkaitan dengan instansi lain
yang dikoordinasikan oleh Dinas Perhubungan. Survai ini dibagi menjadi dua
kelompok titik survai, yaitu arah masuk dan arah keluar wilayah studi, untuk
setiap arah dengan komposisi sebagai berikut :
1) Surveyor wawancara tepi jalan 3-5 orang per-arah
2) Surveyor pencacahan lalu lintas terklasifikasi 1-2 orang per-arah
3) Petugas yang memilih dan menghentikan kendaraan 1-2 orang per-arah
4) Pengatur lalu lintas ( petugas Dinas Perhubungan dan instansi yang
berwenang ) 1 orang per-arah
Survai pencacahan lalu lintas dilakukan dengan metode yang sama pada bidang
Manajemen & Rekayasa Lalu Lintas.
Persiapan Survai
Pelaksanaan
Survai
Rekapitulasi Data
Penyajian Data
Analisis Data
Keluaran Hasil
Analisis Data
https://forms.gle/fmHmpxZFhT9djEpCA
Lokasi : .................................. Kode Lokasi : ..................................
Arah : .................................. Waktu : ..................................
S/d
Hari : .................................. Tanggal : ..................................
Surveyor : .................................. Koordinator : ..................................
b) Target data
Target data yang akan didapatkan dari survai wawancara potensi distribusi barang
adalah :
Jumlah Kendaraan barang yang diwawancarai
Volume dan Tonnase barang yang diangkut
Jenis kendaraan yang digunakan dan okupansi (jumlah penumpang) dalam
kendaraan.
Asal dan tujuan perjalanan barang
Maksud pergerakan barang
Panjang dan biaya perjalanan
c) Persiapan survai
1) Kelengkapan administrasi yang berhubungan dengan ijin survai untuk
menetapkan waktu survai
2) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survai
wawancara potensi distribusi barang adalah :
Papan Alas (Clip Board)
Alat-alat tulis
e) Pelaksanaan survai
Survai ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada bagian
logistic / petugas gudang / pengemudi / petugas keamanan / penjaga pool.
Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan formulir secara singkat dan jelas.
Waktu pelaksanaan survai disesuaikan dengan ijin yang diberikan dan atau jadwal
keberangkatan dan kedatangan kendaraan barang dari lokasi yang di survai.
Persiapan Survai
Pelaksanaan
Survai
Rekapitulasi Data
Penyajian Data
Analisis Data
Keluaran Hasil
Analisis Data
Jenis Jenis Jumlah/Berat Asal Angkutan Barang Tujuan Angkutan Barang Nama Perusahaan Maksud
No. Kendaraan Muatan Muatan Kelurahan Kecamatan Kelurahan Kecamatan Angkutan Barang Perjalanan
1 3 4 5 6 7 8 9 10
https://forms.gle/Qfdpm42Yvr3NapwQ8
MULAI
Kebutuhan Data
Perencanaan Survey
Bagian 2
Pelaksanaan Survey
Pelaksanaan Survey:
Wawancara rumah tangga
Wawancara tepi jalan (orang TAHAP 2
dan barang)
Potensi perjalanan barang
Penyajian Data
Analisis
TAHAP 3
Identifikasi Masalah
Studi perencanaan transportasi pada tahap awal dilakukan pengumpulan data, baik data
sekunder maupun data primer meliputi :
Perjalanan adalah fungsi dari tata guna lahan, karakteristik pelaku perjalanan
dan sistem transportasi. Perhitungan perjalanan dapat berbasis individu,
keluarga atau zona. Sehubungan dengan ketersediaan data berbasis
keluarga/rumah tangga, maka hubungan perjalanan dengan variabel yang
mempengaruhi digunakan data-data yang berbasis keluarga.
Batasan nilai uji korelasi yang digunakan adalah 0,6 artinya apabila nilai
korelasi lebih besar atau sama dengan 0,6 maka antar variabel mempunyai
hubungan yang kuat. Sebaliknya apabila nilai korelasi adalah <0,6 maka antar
variabel mempunyai hubungan yang lemah (tidak saling mempengaruhi).
Apabila ada lebih dari satu variabel bebas yang mempunyai hubungan yang
kuat terhadap variabel terikat maka perlu dinilai korelasi antara variabel bebas
tersebut.
Apabila nilai korelasi antar variabel bebas lemah, maka seluruh variabel bebas
tersebut dapat digunakan dalam proses regresi. Sedangkan bila nilai korelasi
antar variabel bebas kuat, maka dipilih salah satu dari variabel bebas tersebut
yang akan digunakan dalam proses regresi, yaitu variabel bebas yang memiliki
nilai korelasi terkuat terhadap variabel terikat.
Contoh :
Diketahui bangkitan perjalanan sebagai variabel terikat (Y), variabel bebas
adalah ukuran keluarga (X1), kepemilikan kendaraan (X2).
Correlations
Dari contoh hasil uji korelasi tersebut diatas diketahui bahwa hanya ada satu
variabel bebas ( x ) yang memiliki nilai korelasi yang kuat terhadap variabel
terikat ( y ) yaitu pendapatan ( x3 ) dengan nilai korelasi sebesar 0,867.
Model Regresi
Model Summary
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,603 ,630 ,959 ,366
Pendapatan ,001 ,000 ,867 4,930 ,001
a. Dependent Variable: Perjalanan
Contoh :
Diketahui sampel survai HI adalah : 10%
Ukuran keluarga zona I Tahun 2015 (eksisting) adalah sebagai berikut
UKURAN JUMLAH PENDUD PENDUDU
NO POPULASI
KELUAR KK % UK K
. KK
GA (SAMPEL) SAMPEL POPULASI
1 1 7 70 19% 7 70
2 2 5 50 14% 10 100
3 3 17 170 47% 51 510
4 4 7 70 19% 28 280
5 5 0 0 0% 0 0
6 6 0 0 0% 0 0
7 7 0 0 0% 0 0
JUMLAH 36 360 100% 96 960
Keterangan :
i. Prosentase jumlah KK = Jumlah KK per ukuran keluarga (sampel) /
total jumlah KK (sampel) x 100 %
ii. Penduduk sampel = Ukuran keluarga x Jumlah KK (sampel)
iii. Populasi KK = Jumlah KK (sampel) x 100/10
iv. Penduduk Populasi = Penduduk sampel x 100/10
n
Pt = Po ( 1 + i )
Dengan :
Pt = perkiraan nilai variabel bebas (jumlah
penduduk,kendaraan,dll) pada tahun rencana
(umumnya 5 tahun )
Po =nilai variabel bebas (jumlah penduduk, kend
araan,dll) pada tahun dasar
i = tingkat pertumbuhan rata-rata variabel bebas (
diperoleh dari hasil analisis data time series )
n = jumlah tahun rencana
keterangan :
“i” dibedakan data sebelum dan data saat pandemi, dan harus dipilih
variabel bebas yang terukur saat “i” sebelum dan saat pandemi
Pt = Po ( 1 + i )n
= 960 x ( 1 + 0,02 )5
= 1.060 jiwa
Ukuran keluarga zona I Tahun 2020 adalah sebagai berikut :
UKURAN PENDUDUK POPULASI
NO. KELUARGA % POPULASI KK
1 1 19% 206 206
2 2 14% 147 74
3 3 47% 501 167
4 4 19% 206 52
5 5 0% 0 0
6 6 0% 0 0
7 7 0% 0 0
JUMLAH 100% 1060 498
Catatan :
# Peramalan kepemilikan kendaraan (variabel bebas x2) dan pendapatan
(variabel bebas x3) dilakukan dengan menggunakan metode faktor
pertumbuhan bunga berbunga (compounding factor).
Setelah matrik asal tujuan tahun dasar dibuat dan peramalan bangkitan dan
tarikan perjalanan tahun rencana sudah diramalkan maka langkah berikutnya
adalah melakukan prediksi nilai sel-sel dalam matrik asal tujuan tahun rencana.
Terdapat 2 ( dua ) metode yang dapat digunakan yaitu :
a) Metode detroit
Dalam metode ini selain faktor pertumbuhan di zona asal dan faktor
pertumbuhan di zona tujuan juga dipertimbangkan faktor pertumbuhan
total untuk seluruh wilayah studi.
Ei .E j
Tij = tij .
E
Keterangan :
Tij = jumlah asal tujuan perjalanan dari zona i ke zona j tahun rencana
Tij = jumlah asal tujuan perjalanan dari zona i ke zona j tahun dasar
Ei = tingkat pertumbuhan bangkitan perjalanan di zona i
Ej = tingkat pertumbuhan tarikan perjalanan menuju zona j
E = tingkat pertumbuhan total yang diperoleh dengan cara membagi total
bangkitan perjalanan tahun rencana dengan total bangkitan perjalan tahun
dasar
Syarat : nilai Ei dan Ej harus 1,0. Jika belum tercapai nilai 1,0 maka harus
dilakukan pengulangan ( iterasi ).
b) Metode Furness
Dalam metode ini diasumsikan bahwa pertumbuhan yang terjadi di zona
asal juga harus disebarkan ke zona tujuan. Perhitungan dilakukan secara
bergantian kearah kanan (bangkitan ) dan kearah bawah ( tarikan ).
Keterangan :
Tij = jumlah asal tujuan perjalanan dari zona i ke zona j tahun rencana
Tij = jumlah asal tujuan perjalanan dari zona i ke zona j tahun dasar
Ei = tingkat pertumbuhan bangkitan perjalanan di zona i
Ej = tingkat pertumbuhan tarikan perjalanan menuju zona j
OD 1 2 3 Pi Pi’ Ei
150/100 =
1 T11 * X T12 * Y T13 * Z 150
Ke bawah
1,5
100/50 =
2 T21 * X T22 * Y T23 * Z 100
2
300/200 =
3 T31 * X T32 * Y T33 * Z 300
1,5
Aj 50 200 100 350
Syarat : nilai Ei dan Ej harus 1,0. Jika belum tercapai nilai 1,0 maka harus
dilakukan pengulangan ( iterasi ).
Dengan :
Fvi : faktor ekspansi kendaraan i
Volume jam sibuk : jumlah kendaraan satu jam sibuk
Volume 24 jam : jumlah kendaraan 24 jam, yang diketahui dengan
menggunakan data Survey Pencacahan Lalu Lintas 24 Jam atau menggunakan
data survey pencacahan lalu lintas 16 jam dengan asumsi bahwa volume lalu
lintas 16 jam dianggap mewakili 90% dari volume lalu lintas 24 jam.
∑ PVi
Fok, Vi =
∑ Vi
Dengan :
Fok,Vi = faktor okupansi kendaraan i
∑ PVi = jumlah penumpang kendaraan i periode survai
∑ Vi = jumlah kendaraan i periode survai
b) Time (Waktu)
WAKTU SEBENARNYA / WAKTU LURUS X Jumlah Perjalanan
Antar Zona ij
Dimana :
X1 :Waktu yang digunakan di dalam kendaraan umum;
X2 :Waktu yang digunakan untuk berpindah alat angkutan
umum;
X3 :Waktu yang digunakan menunggu kendaraan umum;
X4 :Waktu yang digunakan untuk berjalan kaki menuju
kendaraan umum dari awal perjalanan;
x5 :Waktu yang digunakan untuk berjalan kaki dari kendaraan
umum diakhir perjalanan menuju tempat tujuan;
x6 :Waktu yang digunakan mengendarai kendaraan pribadi;
x7 :Waktu yang digunakan untuk memarkir kendaraan di
tempat tujuan;
x8 :Waktu yang digunakan dari memarkir kendaraan berjalan
ke tujuan.
c) Indeks Aksesibilitas
Indeks Aksesibilitas (AI) akan mencerminkan jaringan trayek dan armada
angkutan umum yang melayani suatu zona, frekuensi angkutan umum dan
wilayah zona dalam kilometer persegi.
Dimana :
Nij : Frekuensi angkutan umum pada rute i yang menuju zona
j pada saat off Peak
Aj : Wilayah zona dalam kilometer persegi
f. Keluaran / Output
Keluaran/Output dari bidang Perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Peta Tata Guna Lahan Yang Sudah Dimutakhirkan
2) Peta Zona Lalu Lintas (Internal dan Eksternal)
3) Matriks Asal Tujuan Perjalanan Orang
4) Matriks Asal Tujuan Perjalanan Barang
5) Peta Garis Keinginan (Desire Line)
6) Grafik Pemilihan Moda
7) Peta Pembebanan Perjalanan
8) Kinerja dan Perangkingan Aksesibiltas dan Ketersediaan Angkutan Umum
9) Identifikasi Permasalahan
10) Usulan Pemecahan Masalah (Makro)
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan arus lalu lintas, khususnya perkotaan dewasa ini cukup pesat, yang
membawa konsekuensi yaitu harus segera dilakukan penanganan agar permasalahan
transportasi tidak memberikan dampak terhadap kualitas hidup masyarakat di kawasan
perkotaan yang bersangkutan. Masalah transportasi perkotaan tersebut, dapat berupa
gangguan kelancaran atau kemacetan lalu lintas yang saat ini sudah sangat mengganggu
aktivitas penduduk, yang mana kemacetan lalu lintas tersebut banyak menimbulkan
dampak negatif terhadap pengguna jalan dan daerah sekitar jalan baik ditinjau dari segi
aspek ekonomi dan lingkungan.
Sebagai contoh kemacetan lalu lintas akan berakibat meningkatnya biaya operasional
kendaraan, kehilangan waktu, penurunan kenyamanan pengguna jalan dan penurunan
kualitas udara serta peningkatan kebisingan di daerah sepanjang jalan. Kemacetan lalu
lintas yang terjadi di sepanjang ruas jalan di mana kanan kiri jalan sudah tumbuh
bangunan-bangunan bertingkat secara menerus, akan sangat berbahaya bagi kesehatan
para pengguna ruas jalan tersebut.
Sistem transportasi tersedia untuk menggerakkan (memindahkan) orang dan barang dari
satu tempat ke tempat lain secara efisien dan aman. Efisien biasanya dipertimbangkan
dalam bentuk kecepatan dan biaya. Jadi bagaimanakah seyogyanya unjuk kerja
(perfomansi) suatu sistem transportasi dievaluasi? bagaimanakah permasalahan-
permasalahan dapat diidentifikasikan untuk dilakukan pemecahannya? dan
bagaimanakah permasalahan-permasalahan ini ditetapkan peringkatnya (dirangking)
menurut urutan tingkat beratnya (keseriusan) permasalahan tersebut.
Untuk itu, perlu adanya rekayasa lalu lintas yang berkaitan dengan proses perencanaan
desain prasarana lalu lintas dan survai-survai lalu lintas. Tujuan dari proses desain ini
diarahkan untuk mencapai keselamatan pengoperasian prasarana lalu lintas, efisiensi
pengoperasian prasarana jalan dan ekonomis dalam pembangunan.
Data lalu lintas menunjukan perbandingan data sebelum pandemi (kondisi normal) yang
diambil dari data sekunder dan data setelah terjadi pandemin yang diambil sesuai di
lapangan tahun eksisting.
B. PERSIAPAN
1. PENENTUAN CAKUPAN WILAYAH STUDI
Dalam penulisan laporan umum untuk mendapatkan cakupan wilayah studi yang akan
menghasilkan jumlah ruas dan simpang yang akan dikaji diperlukan batasan-batasan
sebagai berikut :
a. Seluruh jalan arteri
b. Seluruh jalan kolektor
c. Seluruh jalan lokal yang dilalui angkutan umum
d. Jalan lokal yang mempunyai volume lalu lintas yang besar (volume jam sibuk/peak
hour), penghubung antara kecamatan dan pusat kegiatan.
e. Jika terlalu banyak jaringan jalan akan disesuaikan dengan hirarki yang paling
rendah (ukuran terlalu banyak dilihat dari potensi sdm / banyaknya taruna yang
PKL). Besaran banyaknya data dilihat dari Data Empiris.
Jika karakteristik jalan pada suatu titik praktis berubah, maka titik tersebut menjadi
batas segmen walaupun tidak ada simpang di dekatnya. Perubahan kecil geometrik
jalan atau hanya sebagian kecil saja tidak merubah batas segmen, misalnya jika
perbedaan lebar jalur lalu lintas yang kurang dari 0,5m.
b. Penomoran Link
Penomoran link menyesuaikan arah node asal dan node tujuan.
Contoh: suatu link menghubungkan arah node asal 102 dan node tujuan 305.
Sehingga penomoran link diidentifikasikan sebagai 102 – 305.
b. Pelaksanaan survai
Survai inventarisasi jalan ini dilaksanakan dengan cara mengamati, mengukur dan
mencatat data ke dalam formulir survai, sesuai dengan target data yang akan
diambil. Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan survai ini adalah
pengukuran langsung terhadap semua komponen ruas jalan yang ada.
Data volume lalu lintas dibedakan menjadi 3 bagian yaitu volume lalu lintas ruas,
volume lalu lintas pada simpang dan volume lalu intas mengambang. Ketiga bagian
data tersebut di peroleh melalui survey pencacahan lalu lintas terklasifikasi pada ruas
jalan untuk volume lalu lintas ruas, Survey gerakan membelok untuk data volume lalu
lintas di simpang dan survey moving car observation (MCO) untuk data lalu lintas
mengambang.
Teknik pelaksanaan survey volume lalu lintas seperti yang yang dijelaskan berikut:
a. Survai Pencacahan Lalu Lintas Terklasifikasi
Bagan alir survey Volume Lalu Lintas Terklasifikasi dapat dilihat pada gambar
berikut :
ANALISIS
DATA
OUTPUT
VOLUME LALU
LINTAS
Gambar IV.1.
Bagan Alir Survai Volume Lalu Lintas Terklasifikasi
Survai volume lalu lintas terklasifikasi ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kepadatan lalu lintas pada ruas jalan berdasarkan volume lalu lintas terklasifikasi,
arah arus lalu lintas, jenis kendaraan dalam satuan waktu tertentu yang dilakukan
dengan pengamatan dan pencacahan langsung di lapangan.
Tujuan pelaksanaan survai ini adalah untuk mengetahui periode jam-jam sibuk
pada masing-masing titik survai.
1) Persiapan survai
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survai
pencacahan lalu lintas adalah :
a) Alat-alat tulis (pensil, dan lain-lain);
b) Alat penghitung (counter);
c) Clip board;
d) Formulir survai;
e) Stop watch.
3) Pelaksanaan survai
Survai pencacahan lalu lintas ini dilaksanakan dengan penghitungan setiap
kendaraan yang melintasi titik pengamatan di suatu ruas jalan sesuai dengan
klasifikasi yang telah ditentukan sebelumnya dalam formulir survai. Surveyor
menempati tempat yang memiliki pandangan bebas dan tidak terhalang untuk
mengamati kondisi arus lalu lintas di ruas jalan yang disurvai. Survai
dilakukan setiap interval 15 menit selama 16 jam dimulai pukul 05.00 - 21.00
WIB (disesuaikan jam operasional lalu lintas).
PENGUMPULAN
DATA
ANALISIS
DATA
OUT PUT
VOLUME LALU
LINTAS
Gambar IV.2.
Bagan Alir Survai Kendaraan Membelok Terklasifikasi
Survai gerakan membelok terklasifikasi (survai pencacahan lalu lintas
terklasifikasi di persimpangan) ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kepadatan lalu lintas pada suatu persimpangan berdasarkan volume lalu lintas
terklasifikasi yang mencakup jenis kendaraan dan arah gerakan kendaraan, dengan
melakukan pengamatan dan pencacahan langsung pada tiap-tiap kaki
persimpangan dalam periode waktu tertentu.
Survai ini perlu dilakukan karena sebagian besar hambatan perjalanan terjadi pada
persimpangan yang disebabkan karena persimpangan merupakan suatu sistem
pembagian ruang, jadi bila satu kendaraan memperoleh prioritas, maka kendaraan
yang lain akan terhambat. Prioritas diperlukan untuk memperkecil dan
mengendalikan konflik yang terjadi, khususnya antara lalu lintas yang bergerak
lurus dengan lalu lintas yang belok kanan dari arah yang berlawanan.
1) Persiapan survai
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survai
gerakan membelok ini adalah :
a) Alat-alat tulis (pensil, dan lain-lain);
b) Alat penghitung (counter);
c) Clip board;
d) Formulir survaI;
e) Stop watch.
2) Lokasi survai
Survai gerakan membelok dilakukan pada lokasi simpang yang menjadi
lokasi studi.
3) Pelaksanaan survai
Survai gerakan membelok ini dilaksanakan selama 1 jam sibuk dengan
interval 15 menit. Pada pelaksanaansurvai ini, surveyor ditempatkan pada
masing–masing persimpangan dan menghitung kendaraan-kendaraan
berdasarkan pergerakan-pergerakan lurus, kiri dan kanan. Dalam survai ini
surveyor mengklasifikasikan kendaraan yang keluar dari kaki persimpangan
3. DATA KECEPATAN
Data kecepatan perjalanan (sebelum dan saat pandemi) merupakan parameter yang
penting khususnya dipergunakan dalam penentuan kinerja tingkat pelayanan jalan,
evaluasi efektifitas dan perbaikan lalu lintas, analisis data kecelakaan, analisis
ekonomi terutama dampak kecepatan terhadap peningkatan / penurunan manfaat
ekonomi dan dapat digunakan sebagai acuan untuk keperluan desain geometrik jalan
baru. Data kecepatan perjalanan diperoleh dengan menggunakan metode pengamatan
volume lalu lintas mengambang (Moving Car Observer dan Floating Car Observer)
dan kecepatan sesaat (spot speed).
DATA PRIMER :
DATA SEKUNDER :
DATA SURVAIPENGAMATAN
KENDARAAN BERGERAK PETA JARINGAN JALAN
ANALISIS
DATA
OUT PUT
Gambar IV.3.
Bagan Alir Survai Pengamatan Kendaraan Bergerak
Maksud dilakukan survai kecepatan perjalanan ini adalah untuk mendapatkan data
tentang jumlah arus lalu lintas, waktu perjalanan rata-rata dan kecepatan perjalanan
rata-rata pada setiap ruas jalan. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengevaluasi
kinerja ruas jalan serta tingkat pelayanan jalan yang ada diwilayah studi berdasarkan
data kecepatan perjalanan tiap ruas jalan.
a. Persiapan survai
1) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survai
kecepatan perjalanan ini adalah :
a) Alat-alat tulis (pensil, dan lain-lain);
b) Alat penghitung (counter);
c) Papan Tulis (Clip board);
d) Formulir survai;
e) Stop watch;
f) Kendaraan yang dilengkapi dengan spedometer.
c. Pelaksanaan survai
Survai ini dilakukan dengan cara menggunakan kendaraan sebagai tumpuan
pengamatan. Kendaraan pengamat bergerak sesuai dengan kecepatan rata-rata
melewati suatu ruas jalan yang telah ditentukan.
Pengamatan dilakukan mulai dari titik awal (node) menyelusuri jaringan jalan
yang ada dan mencatat waktu dari satu node ke node berikutnya sepanjang rute
yang ditentukan, mencatat jumlah kendaraan yang mendahului dan didahului.
Disamping itu juga mencatat lamanya waktu hambatan, lokasi dan sebab-sebab
terjadinya hambatan. Pengamatan dilakukan 6 (enam) kali secara berulang-ulang
pada masing-masing ruas jalan, dan dilakukan pada saat jam sibuk dan di luar jam
sibuk.
4. DATA HAMBATAN
Data hambatan (sebelum dan saat pandemi) terdiri dari :
a. Data hambatan di ruas
b. Data hambatan di Simpang
Untuk memperoleh data hambatan di ruas berdasarkan hasil surveyMoving Car
Observer (MCO )dan Floating Car Observer(FCO), sedangkan untuk hambatan di
simpang diperoleh dari hasil survey hambatan di simpang.
Teknis pelaksanaan survey tersebut adalah :
a. Survai Hambatan Pada Ruas
Untuk teknis survey MCO dan FCO sesuai dengan penjelasan teknis survey pada
bagian pengumpulan data kecepatan dengan satuan waktu (menit).
b. Survey Hambatan pada Simpang
Untuk melakukan survey ini diperlukan tiga surveyor ditempatkan di masing-
masing kaki persimpangan.
ANALISIS
DATA
OUT PUT
WAKTU HENTI
KARENA
HAMBATAN
Gambar IV.4.
Bagan Alir Survai Hambatan Di Simpang
1) Persiapan survey
Dalam tahap persiapan untuk survey ini menyiapkan peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya, antara lain :
a) Alat-alat tulis (pensil, dan lain-lain);
b) Alat penghitung (counter);
c) Clip board;
d) Formulir survai;
e) Stop watch;
f) Kendaraan yang dilengkapi dengan speedometer.
2) Lokasi survai
Survai hambatan pada simpang ini dilaksanakan pada simpang yang ada
diwilayah studi dan pada hari kerja serta tidak terdapat kegiatan – kegiatan
yang bersifatinsidentil yang dapat mempengaruhi karakteristik pergerakan
kendaraan pada simpang yang disurvai.
PENGUMPULAN
DATA
ANALISIS
DATA
OUT PUT
Gambar IV.5.
Bagan Alir Survai Atrian Di Simpang Bersinyal
b) Lokasi Survey
Survai survey ini dilaksanakan pada simpang bersinyal yang ada diwilayah
studi dan padahari kerja serta tidak terdapat kegiatan – kegiatan yang bersifat
insidentilyangdapat mempengaruhi karakteristik pergerakan kendaraan pada
simpang yang survai.
c) Pelaksanaan Survey
Cara pelaksanaan survey ini adalah sebagai berikut :
Metode survai antrian di persimpangan bersinyal dilakukan dengan
menempatkan dua orang pengamat (surveyor) pada masing - masingkaki
simpang, dimana:
a) Pengamat 1 menghitung panjang antrian kendaraan pada fase waktu hijau
sebelumnya pada setiap siklus selama periode survey.
b) Pengamat2 menghitung panjang antrian tambahan yang datang pada fase
waktu merah di setiap siklus selama periode survey.
ANALISIS DATA
OUT PUT
1) Persiapan survey
Dalam tahap persiapan untuk survey ini menyiapkan peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya, antara lain :
a) Alat-alat tulis (pensil, dan lain-lain);
b) Papan tulis (clip board);
c) Formulir survai;
d) Stop watch;
2) Lokasi Survey
Survai survey ini dilaksanakan pada simpang tidak bersinyal yang ada
diwilayahstudidanpadahari kerja serta tidakterdapat kegiatan – kegiatan yang
bersifat insidentilyangdapat mempengaruhi karakteristik pergerakan
kendaraan pada simpang yang survai.
E. ANALISIS DATA
1. DATA INVENTARISASI JALAN DAN SIMPANG
Dalam hal ini kapasitas ruas jalan ditentukan berdasarkan faktor-faktor penyesuaian
yang ditetapkan dalam IHCM,1997.
Adapun formulasi yang digunakan untuk penentuan kapasitas jalan perkotaan adalah:
Keterangan :
C = Kapasitas jalan
Co = Kapasitas dasar
Fw/FCw = Faktor penyesuaian lebar jalan
Fsp/ FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah atau median
Fsf/ FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping/friksi
Fcs/ FCcs = Faktor ukuran kota
Contoh perhitungan :
Kapasitas total (C) Jl. Taruna ( 277 – 199 )
Diketahui :
Panjang ruas jalan : 1.351 m
Lebar jalur efektif : 8 meter
Tipe jalan : 2/2 UD (tidak terbagi)
Kapasitas dasar (Co) : 2900
Faktor Lebar Jalur (FCw) : 1.14
x+y
Q =
Tw + Ta
y
t = Tw -
Q
0.36 s
v =
t ………….4.3
Keterangan :
Q = arus kendaraan per menit
T = waktu perjalanan rata-rata (detik)
X = kendaraan berlawanan arah
Y = kendaraan yang mendahului dikurangi kendaraan yang didahului
v = kecepatan (km/jam)
S = panjang ruas (meter)
Ta = waktu berlawanan dengan arus
Tw = waktu searah dengan arus
Contoh perhitungan :
V/C ratio Jl. Taruna ( 277 – 199)
Volume waktu sibuk = 72.01 smp/jam
Kapasitas jalan = 1413.32
V/C ratio = 72.01 / 1413.32
= 0.051
Jadi V/C ratio Jl. Taruna ( 277 – 199 ) = 0.051
Untuk membuat suatu perbandingan, maka hal ini diekspresikan dalam satuan panjang
jalan.
Contoh perhitungan :
Kepadatan Jl. Taruna ( 277 – 199 )
Diketahui :
Waktu perjalanan= 144.17 detik
Volume lalu lintas = 72.01 smp/jam
Panjang ruas jalan = 1.351 m
Ditanya : Kepadatan Jl. Taruna ( 277 – 149 ) ?
Jawab :
Jawab :
= (144.17) / 4 x 72.01
= 0,50
Jadi Peak Hour Factor (PHF) Jl. Taruna ( 277 – 199 ) adalah 0,50.
Ket :
Volume jam Tersibuk : Volume pada saat jam tersibuk pada suatu ruas jalan
Volume jam tidak sibuk : Volume pada saat salah satu jam tidak sibuk suatu
ruas jalan.
6. ROAD OCCUPANCY/M2
Road Occupancy/m2 merupakan tingkat penggunaan ruang untuk lalu lintas
berdasarkan hasil perkalian antara kerapatan, proporsi jenis kendaraan, dan ukuran
masing-masing kendaraan menurut standar ukuran kendaraan yang kemudian dibagi
dengan luasan segmen jalan.
Ket :
Kerapatan : Rata-rata jumlah kendaraan per satuan panjang jalan
Proporsi Jenis Kendaraan : Besaran proporsi masing-masing jenis kendaraan
Standar Ukuran Kendaraan : Ukuran masing-masing kendaraan menurut standar
ukuran kendaraan
Luasan Segmen Jalan : perkalian panjang dan lebar segmen jalan (m2)
*Sumber : Internet
Contoh perhitungan :
Road Occupancy Jl. Taruna ( 277 – 199 )
Diketahui :
Kerapatan = 144.17 smp/jam
Proporsi Jenis Kendaraan = 20% = 0,2
Standar Ukuran Kendaraan = 7,04 (Mobil Penumpang(sedan)
Luasan Segmen Jalan = 17 km = 17000 m
= 8m
= 17000 x 8 = 136000 m2
Ditanya : Road Occupancy Jl. Taruna ( 277 – 199 ) ?
Jawab :
Contoh perhitungan :
Diketahui :
Kapasitas : 1341 smp/jam
Derajat Kejenuhan : 0,95
Rasio waktu Hijau : 0,37
Ditanya : Panjang Antrian simpang Jl. Taruna ( 277 – 199 ) dari
fase hijau sebelumnya?
Jawab :
𝟖 × (𝑫𝑺 − 𝟎, 𝟓)
𝑵𝑸𝟏 = 𝟎, 𝟐𝟓 × 𝑪 × [(𝑫𝑺 − 𝟏) + √(𝑫𝑺 − 𝟏)𝟐 + ]
𝑪
𝟖 × (𝟎, 𝟗𝟓 − 𝟎, 𝟓)
𝑵𝑸𝟏 = 𝟎, 𝟐𝟓 × 𝟏𝟑𝟏𝟒 × [(𝟎, 𝟗𝟓 − 𝟏) + √(𝟎, 𝟗𝟓 − 𝟏)𝟐 + ]
𝟏𝟑𝟒𝟏
𝑵𝑸𝟏 = 𝟕, 𝟏𝟓 𝐬𝐦𝐩
1−𝐺𝑅 𝑄
𝑁𝑄2 = 𝑐 × ×
1−𝐺𝑅×𝐷𝑆 3600
(4.14)
Dimana :
NQ2 : Jumlah smp yang datang selama fase merah
DS : Derajat Kejenuhan
GR : Rasio Hijau
c : Waktu Siklus (detik)
Qmasuk Arus Lalu Lintas pada tempat masuk diluar LTOR (smp/jam)
Contoh perhitungan :
Diketahui :
Kapasitas : 1341 smp/jam
Derajat Kejenuhan : 0,95
Rasio waktu Hijau : 0,37
Ditanya : Panjang Antrian simpang Jl. Taruna ( 277 – 199 ) pada
saat fase merah?
Jawab :
𝟏 − 𝑮𝑹 𝑸
𝑵𝑸𝟐 = 𝒄 × ×
𝟏 − 𝑮𝑹 × 𝑫𝑺 𝟑𝟔𝟎𝟎
𝟏 − 𝟎, 𝟑𝟕 𝟏𝟐𝟒𝟔
𝑵𝑸𝟐 = 𝟏𝟐𝟐 × ×
𝟏 − 𝟎, 𝟑𝟕 × 𝟎, 𝟗𝟓 𝟑𝟔𝟎𝟎
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 100
Jadi jumlah antrian kendaraan pada simpang bersinyal adalah sebagai berikut:
NQ = NQ1 + NQ2 (4.15)
Untuk menghitung nilai panjang antrian (QL) dari nilai NQ diatas dilakukan
dengan mengalikan NQ max dengan luas rata – rata yang dipergunakan per smp
(20 m²) kemudian dibagi lebar masuk sebagai berikut :
20
𝑄𝐿 = NQ max × (4.16)
W masuk
Dimana nilai NQ max untuk perancangan dan perencanaan disarankan Pol (%) ≤
5% sedangkan untuk operasi suatu nilai Pol = 5 – 10%. Dan dalam menentukan
nilai NQ max digunakan grafik pada gambar 2.8 sebagai berikut :
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 101
Ditanya : Hitung Panjang Antrian simpang Jl. Taruna (277 –
199)?
Jawab :
𝟐𝟎
𝑸𝑳 = 𝐍𝐐 𝐦𝐚𝐱 ×
𝐖 𝐦𝐚𝐬𝐮𝐤
𝟐𝟎
𝑸𝑳 = 𝟐𝟖 ×
𝟕
𝑵𝑸𝟐 = 𝟗𝟑, 𝟑 𝐦
8. HAMBATAN
a. Hambatan di Ruas
Nilai hambatan di ruas jalan didapatkan dari hasil survai MCO
b. Hambatan di Simpang
Contoh perhitungan:
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 102
9. PROPORSI KENDARAAN BERAT
Proporsi kendaraan berat merupakan prosentase jumlah kendaraan berat dalam periode
waktu pengamatan tertentu. Nilai proporsi diperoleh volume kendaraan berat dibagi
dengan volume pada jam tersibuk.
Contoh perhitungan :
Diketahui :
Volume Kendaraan Berat : 129 smp
Volume Jam Sibuk : 72.01 smp/jam
Ditanya : Hitung proporsi kendaraan berat pada Jl. Taruna (277 –
199)?
Jawab :
𝟏𝟐𝟗 (𝐬𝐦𝐩)
𝐏𝐫𝐨𝐩𝐨𝐫𝐬𝐢 𝐤𝐞𝐧𝐝𝐚𝐫𝐚𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 (%) =
𝟕𝟐, 𝟎𝟏 (𝐬𝐦𝐩)
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 103
Contoh perhitungan :
Diketahui :
Kecepatan Jam Sibuk : 546 smp/jam
Kecepatan Jam tidak Sibuk : 311 smp/jam
Ditanya : Berapa Rasio kecepatan di Jl. Taruna (277 – 199)?
Jawab :
𝟓𝟒𝟔 (𝐬𝐦𝐩/𝐣𝐚𝐦)
𝐑𝐚𝐬𝐢𝐨 𝐤𝐞𝐜𝐞𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 =
𝟑𝟏𝟏 (𝐬𝐦𝐩/𝐣𝐚𝐦)
𝐑𝐚𝐬𝐢𝐨 𝐤𝐞𝐜𝐞𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 = 𝟏, 𝟕𝟓
F. PERINGKATAN
1. PERINGKATAN RUAS
a. Indikator yang digunakan dalam Peringkatan ruas
1) Peringkatan dari sisi Prasarana (kaitannya dengan supply)
Peringkatan prasarana merupakan Peringkatan penyediaan ruang lalu lintas
berikut dengan fasilitas kelengkapan dan keselamatan lalu lintas.Data prasarana
ini diperoleh dari survey pengumpulan data sekunder (instansi terkait) yang
selanjutnya dilengkapi dan diperbaharui (updating) dengan pengamatan,
penghitungan dan pengukuran data dilapangan (survey primer).
Indikator yang dinilai :
a) Kesesuaian lebar lajur dan lebar bahu (ditinjau dari keberadaan trotoar) hasil
observasi dengan standar fungsi dan kelasnya.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 104
Tabel IV.3 Standar Pelayanan Minimal
2,5
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝑥 𝟏𝟎𝟎
2,75
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 90,9
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 105
Berdasarkan hasil analisa diatas, nilai indikator lebar lajur adalah
90.9.Kriteria nilai indikator lebar lajur semakin besar semakin baik.
ii) Lebar bahu minimal tanpa trotoar adalah 2 meter (kelas III) sehinga untuk
perhitungan penilaian indikator adalah :
1,5
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎
2
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 75
Berdasarkan hasil analisa diatas, nilai indikator lebar bahu adalah
75.Kriteria nilai indikator lebar bahu semakin besar semakin baik.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 106
Metode analisa yang digunakan untuk penilaian indikator perengkingan
adalah Lebar Kebutuhan Trotoar minimal 0,5 meter (kondisi lingkungan
jalan adalah perumahan dan lahan kosong) sehinga untuk perhitungan
penilaian indikator adalah:
Lebar Trotoar Observasi (meter)
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝑥 𝟏𝟎𝟎
Lebar Sesuai Standar Teknis (meter)
0
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎
0,5
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝟎
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 107
Standar Ketersediaan Rambu
Nilai Nilai Indikator
<10% 0
10-25% 25
26-50% 50
51-75% 75
76-100% 100
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 108
Standar Penempatan rambu peringatan
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 109
Standar Bentuk rambu
Rambu Peringatan - bujur sangkar/persegi panjang
Rambu Larangan - Lingkaran/segi 8 sama sisi/segitiga/silang
dengan ujung2nya diruncingkan/persegi panjang
Rb. Perintah – Lingkaran
Rb. Petunjuk - Persegi Empat/persegi panjang dengan
meruncing di satu sisi
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 110
Setelah tabel diatas sudah terisi, selanjutnya dilakukan penilaian
indikator sebagai berikut :
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 111
Kondisi Fisik
Keterangan Nilai
Rambu
Jika kondisi secara fisik 0
tidak bisa difungsikan
Rusak Berat
lagi (tidak terbaca,
patah)
Jika kondisi secara fisik 50
masih bisa difungsikan
namun sudah tidak
Rusak Ringan
optimal dan masih
mungkin dilakukan
perbaikan (pudar)
Kondisi bisa 100
Baik difungsikan secara
optimal
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 112
Standar Ketersediaan Marka
Nilai Nilai Indikator
<10% 0
10-25% 25
26-50% 50
51-75% 75
76-100% 100
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 113
Indikator Kondisi dengan Kondisi dengan
standar standar
Bentuk Sesuai Tidak Sesuai
Ukuran Sesuai Tidak Sesuai
Warna Sesuai Tidak Sesuai
Tata Cara Sesuai Tidak Sesuai
Penempatan
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 114
Panjang Segmen terpasang PJU (m)
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Panjang Segmen Jalan Observasi (m))
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 115
f) Jumlah Akses pada segmen jalan
Penilaian terhadap jumlah akses dilakukan dengan menghitung banyaknya
akses pada suatu segmen ruas jalan. Pada jalan arteri paling sedikit 1,00 Km
dan pada jalan kolektor paling sedikit 0,50 Km. Pada jalan lama, untuk
mengatasi jalan masuk yang banyak dapat dibuat jalur samping untuk
menampung semua jalan masuk dan membatasi bukaan sebagai jalan masuk
ke jalur utama sesuai jarak terdekat di atas.
Indikator penilaian didasarkan pada UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan
yang menyebutkan bahwa untuk keberadaan akses jalan harus dikendalikan
yang disesuaikan pada fungsi jalan. Sedangkan untuk menentukan nilai
indikator berdasarkan banyaknya jumlah akses dapat dilihat pada tabel
berikut :
iii) Nilai Indikator Jumlah Akses
Jumlah Akses Nilai Indikator
0 0
1-2 25
3-4 50
5-6 75
>6 100
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 116
Dari hasil analisa diatas, kemudian ditentukan nilai indikator proporsi Luas
jalan rusak per segmen ruas jalan raya yang disesuaikan dengan tabel dibawah
ini. Kriteria nilai indikator proporsi Luas jalan rusak per segmen ruas jalan
semakin besar semakin buruk.
iv) Nilai Indikator Proporsi Luas Jalan Rusak Per Segmen Ruas Jalan
Presentase
Nilai Indikator
Kerusakan
1%-3% 0
4%-6% 25
7%-10% 50
11%-15% 75
>15% 100
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 117
c) Peak Hour Factor (PHF)
PHF adalah Rasio laju arus jam tersibuk dalam satu hari (q60) dengan 4 x
laju arus 15 menit puncak (peak 15 min rate of flow) pada jam tersibuk
tersebut yang dinyatakan dalam arus jam jaman. Kriteria nilai indikator PHF
semakin mendekati nilai 1 semakin baik, dengan indikasi bahwa distribusi
arus lalu lintas pada jam tersibuk merata.
d) Road Occupancy/m2
Road Occupancy/m2 merupakan tingkat penggunaan ruang untuk lalu lintas
berdasarkan hasil perkalian antara kerapatan, proporsi jenis kendaraan, dan
ukuran masing-masing kendaraan menurut standar ukuran kendaraan yang
kemudian dibagi dengan luasan segmen jalan.
e) Proporsi Kendaraan Berat
Proporsi kendaraan berat merupakan prosentase jumlah kendaraan berat
dalam periode waktu pengamatan tertentu. Nilai proporsi diperoleh dari
perbandingan volume kendaraan berat tersibuk dibagi dengan volume pada
jam pada saat kendaraan berat tersibuk tersebut. Kriteria nilai indikator
Proporsi Kendaraan Berat semakin besar semakin buruk.
f) Proporsi Sepeda Motor
Proporsi Sepeda Motor merupakan prosentase jumlah Sepeda Motor dalam
periode waktu pengamatan tertentu. Nilai proporsi diperoleh volume Sepeda
Motor dibagi dengan volume pada jam tersibuk.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 118
Contoh Studi Kasus:
Dari hasil survey Simpang Kalimalang Jalan Raya Setu diperoleh data
sebagai berikut :
Volume Sepeda Motor = 275 smp
Volume Jam tersibuk = 623 smp
Maka nilai Besarnya proporsi Sepeda Motor yang digunakan sebagai dasar
penilaian adalah :
𝟐𝟕𝟓
Nilai = 𝑥 100
623
Nilai = 44,14
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 119
b. Metode yang digunakan dalam Peringkatan ruas
Secara umum langkah-langkah dalam melakukan Peringkatan
1) Langkah awal dalam Peringkatan dengan menentukan nilai untuk analisis
Peringkatan proposional yaitu membandingkan kondisi lapangan / observasi
dengan standar yang berlaku.
2) Untuk prasarana standar yang berlaku disesuaikan dengan pembahasan diatas.
3) Peringkatan dilakukan untuk seluruh ruas jalan terlebih dahulu. Kemudian
dilakukan pengkatagorian ruas yang bermasalah atau tidak sesuai dengan
standar pelayanan minimal (untuk kinerja lalu lintas) serta standar teknis (untuk
prasarana). Peringkatan menggunakan metode proporsional dengan
pembobotan dilakukan hanya pada ruas yang bermasalah.
4) Nilai pembobotan masing-masing indikator untuk Peringkatan diperoleh dari
survey stated preference atau wawancara terhadap instansi terkait seperti PU,
Perhubungan, dan Akademisi. Contoh formulir pembobotan dapat dilihat pada
tabel berikut:
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 120
Tabel Formulir Survai State Preference
(Untuk Menentukan Nilai Pembobotan)
INSTANSI :
NAMA KORESPONDEN :
Penilaian kinerja suatu ruas jalan dilakukan dari sisi prasarana dan mobilitasnya yang mana terdapat indikator – indikator didalamnya. Dalam
suatu Peringkatan diperlukan pembobotan untuk masing-masing indikator tersebut. Untuk megetahui persepsi pengguna jalan pada wilayah
studi berkaitan dengan tingkat kepentingan permasalahan unjuk kerja lalu lintas pada masing – masing indikator tersebut maka diperlukan
survey persepsi pembobotan pada instansi terkait seperti PU, Perhubungan, Akademisi serta pengguna jalan.
No Indikator
Bobot (Nilai)
Ruas Jalan
Faktor Prasarana
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 121
Total Nilai 100%
Faktor Mobilitas
1 V/C Ratio
2 Kerapatan Lalu Lintas
3 Peak Hour Factor (PHF)
4 Road Occupancy/m2
5 Proporsi Kendaraan Berat
6 Proporsi Kecepatan Jam sibuk dan Jam Tidak Sibuk
7 Proporsi Sepeda Motor
8 Distribusi Antar Waktu
Total Nilai 100%
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 122
Keterangan Cara Pengisian Formulir :
- Berikan nilai pada kolom bobot sesuai tingkat keperluan atau kepentingan indikator yang
terkait
- Penilaian antara 0 % - 100 %
- Total nilai semua indikator pada masing - masing faktor adalah 100 %
- Range untuk penilaian adalah sebagai berikut :
Tidak Penting :0%
Kurang Penting : 25 %
Penting : 50 %
Lebih Penting : 75 %
Sangat Penting : 100 %
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 123
2. PERINGKATAN SIMPANG
a. Penilaian Kinerja Berdasarkan Prasarana Lalu Lintas
Peringkatan prasarana merupakan Peringkatan penyediaan ruang lalu lintas
berikut dengan fasilitas kelengkapan dan keselamatan lalu lintas.Data prasarana
ini diperoleh dari survey pengumpulan data sekunder (instansi terkait) yang
selanjutnya dilengkapi dan diperbaharui (updating) dengan pengamatan,
penghitungan dan pengukuran data dilapangan (survey primer).
Pada Peringkatan statis, indikator yang digunakan adalah :
1) Kesesuaian Lebar Lajur (hasil observasi dengan standar fungsi dan kelasnya)
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 124
Metode analisa yang digunakan untuk penilaian indikator perengkingan
adalah Lebar Lajur minimal 2,75 meter (kelas III) sehinga untuk perhitungan
penilaian indikator adalah
2,5
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎
2,75
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 90,9
2) Radius
Penilaian kesesuaian besaran radius simpang dengan jenis kendaraan yang
melintas pada simpang tersebut.Besaran standar yang digunakan adalah
standar geometric jalan yang dikeluarkan oleh PU/ Bina Marga.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 125
Contoh Studi Kasus:
Dari hasil inventarisasi simpang kalimalang jalan Raya Setu diperoleh data
sebagai berikut :
a) radius 10 meter
b) Kendaraan terbesar yang melewati simpang : Truk
Maka nilai radius minimal yang digunakan sebagai dasar penilaian adalah
radius minimal untuk kendaraan jenis truk yaitu minimal 12 meter, sehingga
untuk perhitungan penilaian indikator adalah :
Radius Observasi (meter)
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝑥𝟏𝟎𝟎
Radius minimal Sesuai Standar (meter)
10
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎
12
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 83,33
Berdasarkan hasil analisa diatas, nilai indikator radius adalah 83,33.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 126
i) Standar Ketersediaan Rambu
Tabel IV.4 Standar Ketersediaan Rambu
Nilai Nilai Indikator
<10% 0
10-25% 25
26-50% 50
51-75% 75
76-100% 100
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 127
Standar Penempatan rambu peringatan
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 128
iii. Standar Bentuk rambu
Rambu Peringatan - bujur sangkar/persegi panjang
Rambu Larangan - Lingkaran/segi 8 sama sisi/segitiga/silang
dengan ujung2nya diruncingkan/persegi panjang
Rb. Perintah – Lingkaran
Rb. Petunjuk - Persegi Empat/persegi panjang dengan
meruncing di satu sisi
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 129
Setelah tabel diatas sudah terisi, selanjutnya dilakukan penilaian
indikator sebagai berikut :
Jumlah Indikator Yang Memenuhi
Nilai
Standar
0 0
1 25
2 50
3 75
4 100
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 130
Kondisi Fisik
Keterangan Nilai
Rambu
Kondisi bisa 100
Baik difungsikan secara
optimal
Kesesuaian Marka
Penilaian terhadap kesesuaian marka dilakukan dengan
mengidentifikasi bentuk, ukuran, warna, dan tata cara
penempatan marka kondisi eksisting yang disesuaikan pada
peraturan menteri perhubungan republik indonesia nomor pm 34
tahun 2014 tentang marka jalan.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 131
Setelah dilakukan penyesuaian dengan standar yang ada
kemudian dilakukan pengkatagorian sesuai tabel berikut :
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 132
Penilaian Kinerja Simpang yang Berdasarkan Mobilitas Lalu Lintasmeliputi
unjuk kerja lalu lintas sebagai berikut :
1) Degree of Saturation
Merupakan rasio arus lalu lintas yang melintas terhadap kapasitas simpang
tersebut.Semakin besar (mendekati nilai 1) Derajat Kejenuhan kritis, maka
kinerja simpang tersebut dinilai semakin buruk.
Contoh Studi Kasus:
Dari hasil survey Simpang Kalimalang Jalan Raya Setu yang dikendalikan
oleh APILL, diperoleh data Derajat Kejenuhan masing-masing pendekat
sebagai berikut :
a. Pendekat Utara = 0,839
b. Pendekat Selatan = 0,835
c. Pendekat Barat = 0,843
d. Pendekat Timur = 0,631
Maka besar Derajat Kejenuhan yang digunakan sebagai dasar penilaian
adalah Derajat Kejenuhan Kritis atau tertinggi pada salah satu pendekat pada
simpang Kalimalang tersebut.
Berdasarkan data diatas, maka Besarnya Derajat Kejenuhan Kritis pada
simpang tersebut adalah 0,843.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 133
3) Antrian (number of queue (kendaraan/smp) dan length of queue (meter)
Panjang Antrian merupakan salah satu indikator dalam penilaian kinerja
simpang. Besarnya antrian dapat dinilai dalam 2 hal yaitu banyaknya antrian
dalam bentuk besarnya jumlah smp yang tertahan pada saat awal hijau dan
dapat pula dinilai dari panjangnya antrian yang tertahan pada saat awal hijau.
Untuk menghitung nilai panjang antrian (QL) dari nilai jumlah antrian (NQ)
dilakukan dengan mengalikan NQ max dengan luas rata – rata yang
dipergunakan per smp (20 m²) kemudian dibagi lebar masuk, dengan
perhitungan sebagai berikut :
20
𝑄𝐿 = NQ max ×
W masuk
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 134
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan , diketahui besar total tundaan
pada simpang sehingga dengan demikian bisa diketahui tingkat pelayanan
masing masing simpang (disesuaikan dengan jenis pengendalian) dengan
melihat tabel-tabel dibawah ini :
i) Tingkat Pelayanan persimpangan dengan lampu lalu lintas
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 135
Besarnya proporsi kendaraan berat dinilai akan sangat berpengaruh terhadap
kinerja simpang karena karakteristik kendaraan berat yang memiliki dimensi
yang besar dan lambat dalam melakukan percepatan dan perlambatann.
Semakin besar proporsi kendaraan berat pada suatu simpang, maka kinerja
simpang tersebut dinilai semakin buruk.
Contoh Studi Kasus:
Dari hasil survey Simpang Kalimalang Jalan Raya Setu diperoleh data
sebagai berikut :
Volume Kendaraan Berat = 175 smp
Volume Jam tersibuk = 623 smp
Maka nilai Besarnya proporsi kendaraan berat yang digunakan sebagai dasar
penilaian adalah :
Nilai = 28,09
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 136
Besarnya proporsi Sepeda Motor dinilai akan berpengaruh terhadap kinerja
simpang karena karakteristik Sepeda Motor yang memiliki kemudahan dalam
melakukan pergerakan serta melakukan percepatan maupun perlambatan.
Semakin besar proporsi Sepeda Motor pada suatu simpang, maka kinerja
simpang tersebut dinilai semakin buruk.
Contoh Studi Kasus:
Dari hasil survey Simpang Kalimalang Jalan Raya Setu diperoleh data
sebagai berikut :
Volume Sepeda Motor = 275 smp
Volume Jam tersibuk = 623 smp
Maka nilai Besarnya proporsi Sepeda Motor yang digunakan sebagai dasar
penilaian adalah :
𝟐𝟕𝟓
Nilai = 𝑥 100
623
Nilai = 44,14
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 137
Besarnya RasioBelok Kanan dinilai akan berpengaruh terhadap kinerja
simpang karena pergerakan belok kanan akan meningkatkan tiitk konflik di
simpang sehingga apabila pergerakan belok kanan besar maka diperlukan
pemberian fase tersendiri untuk pergerakan tersebut untuk mengurangi titik
konflik sehingga dapat meningkatkan kinerja simpang. Semakin besar
RasioBelok Kanan pada suatu simpang, maka kinerja simpang tersebut
dikategorikan memiliki kinerja buruk dan memerlukan penanganan khusus.
623
Nilai = 𝑥 100
2435
Nilai = 25,58
Berdasarkan hasil analisa diatas, Besarnya RasioBelok Kanan pada simpang
tersebut adalah 25,58.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 138
Besarnya Rasio Kecelakaan Simpang dinilai sebagai salah satu indikator
dalam penilaian kinerja suatu simpang karena apabila Rasio Kecelakaan pada
suatu simpang tinggi maka bisa dikategorikan bahwa simpang tersebut
bermasalah baik dari segi pengaturan lalu lintas maupun segi geometric
simpang yang tentunya memerlukan penanganan secepatnya.Semakin besar
Rasio Kecelakaan pada suatu simpang, maka kinerja simpang tersebut dinilai
semakin buruk.]
12
Nilai =
5 Tahun
Nilai = 2,4
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 139
b) Untuk statis standar yang berlaku disesuaikan dengan kondisi jalan yang
tertuang dalam UU No.38 Tahun 2004 tentang jalan, UU No.22 Tahun
2009 tentang LLAJ, dan UU No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang.
c) Jika tidak sesuai dengan standar, selanjutnya dilakukan Peringkatan.
Peringkatan menggunakan metode proporsional dengan pembobotan.
d) Nilai pembobotan masing-masing indicator diperoleh dari survey stated
preference atau wawancara terhadap instansi terkait seperti PU,
Perhubungan, dan Akademisi.
2) Dinamis
a) Langkah awal dalam Peringkatan yaitu membandingkan kondisi lapangan
/ observasi dengan standar yang berlaku.
b) Untuk dinamis standar yang berlaku disesuaikan dengan kondisi unjuk
kerja dan karakteristik lalu lintas dengan menggunakan KM.No.14 Tahun
2006 tentang manajemen lalu lintas khusus untuk antrian dan hambatan,
MKJI untuk proporsi kendaraan berat dan sepeda motor.
c) Jika tidak sesuai dengan standar, selanjutnya dilakukan Peringkatan.
Peringkatan menggunakan metode proporsional dengan pembobotan.
d) Nilai pembobotan masing-masing indicator diperoleh dari survey stated
preference atau wawancara terhadap instansi terkait seperti PU,
Perhubungan, dan Akademisi, Kepolisian, dan pengguna jalan.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 140
G. IDENTIFIKASI AWAL PEMECAHAN PERMASALAHAN
(Metode yang digunakan bisa menggunakan sistem thinking / menghubungkan antar
parameter yang diukur)
1. RUAS
a. Prasarana (Statis)
1) Berkaitan dengan statis/penetapan penggunaan ruang dan kelengkapan
prasarana yang ada disesuaikan dengan standar yang ada (UU No.38 Tahun 2004
tentang jalan, UU No.22 Tahun 2009 tentang LLAJ, dan UU No.26 Tahun 2007
tentang penataan ruang)
2) Metode diambil dari IRAP/INTERNATIONAL ROAD ASESSMENT
PROGRAME
3) Pengelompokan penanganan ruas berdasarkan salah satu indicator seperti V/C
Ratio.
Contoh :
Tabel IV.5 Penanganan Ruas
TINDAKAN YANG
NO. V/C RATIO
DILAKUKAN
1. < 0,6 DIBIARKAN
2. 0,6 – 0,8 DIAWASI
DILAKUKAN UPAYA
3. > 0,8
PENANGANAN
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 141
c. Legalisasi Terhadap Kebijakan Operasional Dan Penegakan Hukum
1) Setiap kebijakan operasional diperlukan payung hukum berupa Peraturan
Daerah (Perda) atau Peraturan Walikota / Peraturan Bupati.
2) Perlunya koordinasi dengan kepolisian berkaitan dengan penegakan hukum
untuk mendukung kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan.
2. SIMPANG
a. Prasarana (Statis)
1) Berkaitan dengan statis/penetapan penggunaan ruang dan kelengkapan
prasarana yang ada disesuaikan dengan standar yang ada (UU No.38 Tahun 2004
tentang jalan, UU No.22 Tahun 2009 tentang LLAJ, dan UU No.26 Tahun 2007
tentang penataan ruang)
2) Metode diambil dari IRAP/INTERNATIONAL ROAD ASESSMENT
PROGRAME
3) Pengelompokan penanganan simpang berdasarkan salah satu indicator seperti
level of service, dan hambatan.
Contoh :
Tabel IV.6 Penanganan Simpang
NO. LOS TINDAKAN YANG DILAKUKAN
1. A, B DIBIARKAN
2. C DIAWASI
3. D, E, F DILAKUKAN UPAYA
PENANGANAN
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 142
c. Legalisasi Terhadap Kebijakan Operasional Dan Penegakan Hukum
1) Setiap kebijakan operasional diperlukan payung hukum berupa Peraturan
Daerah (Perda) atau Peraturan Walikota / Peraturan Bupati.
2) Perlunya koordinasi dengan kepolisian berkaitan dengan penegakan hukum
untuk mendukung kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 143
BAB V
BIDANG ANGKUTAN UMUM
A. LATAR BELAKANG
Sistem transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari infrastruktur setiap
daerah, baik daerah perkotaan maupun pedesaan, negara maju ataupun negara sedang
berkembang. Sejak lama telah disadari bahwa kegiatan angkutan, baik berupa angkutan
penumpang maupun barang merupakan salah satu aspek yang penting dari kegiatan
manusia. Oleh karena itu, sejalan dengan majunya jaman, maka kebutuhan akan kegiatan
angkutan ini dirasakan semakin mendesak. Hal ini dapat dilihat dengan adanya upaya-
upaya yang sedang maupun yang telah dilakukan di banyak negara, baik berupa
pembangunan prasarana transportasi, sarana angkutan maupun aspek legalitas lainnya.
Salah satu upaya penyediaan jasa angkutan bagi masyarakat adalah dengan
dioperasikannya angkutan penumpang umum. Pelayanan angkutan umum yang ada saat
ini terbagi menjadi 2 jenis pelayanan menurut trayek atau rute pelayanan angkutan umum
yaitu angkutan umum dengan trayek tetap dan teratur dan angkutan umum tidak dalam
tayek. Berbicara masalah angkutan penumpang umum, sebenarnya meliputi angkutan
udara, kereta api, kapal laut, bus kota dan bus antar kota, taksi dan berbagai jenis angkutan
umum lainnya.
Pada kesempatan ini yang akan dibahas lebih difokuskan pada angkutan umum, yaitu
angkutan perkotan dan AKDP yang beroperasi di jalan baik angkutan yang melayani rute
tetap dan teratur serta angkutan yang melayani rute tidak tetap atau tidak dalam trayek.
Data angkutan umum menunjukan perbandingan data sebelum pandemi (kondisi normal)
yang diambil dari data sekunder dan data setelah terjadi pandemin yang diambil sesuai di
lapangan tahun eksisting.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 144
bermotor umum dalam trayek mengenai jenis dan mutu pelayanan yang berhak
diperoleh setiap pengguna jasa angkutan.
2. Angkutan Lintas Batas Negara adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang
melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat
dalam trayek.
3. Angkutan Antarkota Antarprovinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang
melalui antar daerah kabupaten/kota yang melalui lebih dari satu daerah provinsi
dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.
4. Angkutan Antarkota Dalam Provinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang
melalui antar daerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi dengan menggunakan
mobil bus umum yang terikat dalam trayek.
5. Angkutan Perkotaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu
kawasan perkotaan dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang
umum yang terikat dalam trayek.
6. Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu
daerah kabupaten yang tidak bersinggungan dengan trayek angkutan perkotaan.
7. Angkutan Paratransit adalah layanan angkutan umum dari pintu ke pintu dengan
kendaraan penumpang berkapasitas 5-12 orang, meskipun tujuan setiap penumpang
berbeda-beda. Paratransit tidak memiliki trayek dan atau jadwal tetap, dapat
dimanfaatkan oleh setiap orang berdasarkan suatu ketentuan tertentu (misalnya tarif,
rute, pola pelayanan) dan dapat disesuaikan dengan keinginan penumpang.
C. BAGAN ALIR
Pelaksanaan praktek kerja lapangan dilakukan dalam beberapa tahap pengumpulan data
yaitu tahap pengumpulan data skunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder
disapat dari berbagai instansi yang terkait dengan transportasi umum.
Pengumpulan data angkutan disesuikan dengan jenis pelayanan yang ada pada daerah
studi dimana model pelayanan yang ada dapat dibedakan menjadi jenis pelayanan
angkutan umum antara lain Kota yang dilayani angkutan umum dengan trayek tetap dan
teratur, kota dilayani angkutan umum tetapi beroperasi menyimpang dari trayek tetap dan
teratur, dan kota yang belum di layani oleh ankutan umum.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 145
Untuk tahapan dalam pengumpulan data angkutan umum dapat dilihat pada bagan alir
sebagai berikut :
BAGAN ALIR BIDANG ANGKUTAN UMUM
Data Pelayanan AU
Model atau Jenis Peraturan/perundanganten
yang sudah ada :
Pelayanan Angkutan Kota : Studi Pelayanan Angkutan tang Angkutan Umum :
Umum Terdahulu : - JaringanTrayek
- Dilayani Angkutan Umum - Undang-Undang (UU)
- Jenis Pelayanan :
dengan Trayek Tetap - Peraturan Pemerintah
- Tatralok (Tataran AKAP, AKDP, Angkutan
&Teratur (PP)
Transportasi Lokal) dalam Kota, Taxi,
- Dilayani Angkutan Umum - Keputusan Menteri (KM)
- Masterplan Transportasi Paratransit
tetapi beroperasi - Peraturan daerah (perda)
- Perencanaan Jaringan - Simpul-simpul
menyimpang dari trayek - Standar Pelayanan
Angkutan Umum angkutan umum
tetap dan teratur Minimal Angkutan Umum
- Dan lain-lain. - Jumlah Armada
- Belum ada trayek tetap (SPM)
- Jenis Moda yang
dan teratur - dll.
melayani
Dilayani Angkutan Umum dengan Dilayani Angkutan Umum Tetapi Beroperasi Belum Ada Trayek Tetap dan
Trayek Tetap dan Teratur Menyimpang Dari Trayek Tetap dan Teratur Teratur
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 146
Analisis Kinerja Analisis Kinerja
Angkutan Umum untuk Kota Tipe 1 dan 2 Angkutan Umum untuk Kota Tipe 3
1. Pengukuran Kuantitas dan Kualitas Pelayanan 1. Pengukuran Kuantitas dan Kualitas Pelayanan
Angkutan Umum (Penumpang, Operator, Angkutan dari sudut pandang penumpang.
Pemerintah) 2. Analisis Pola Kecenderungan Pergerakan Orang
2. Analisis Kinerja Angkutan Umum 3. Analisis Kinerja Pelayanan Angkutan Eksisting
- Analisis Kinerja Jaringan 4. Penilaian Sarana dan Prasarana Angkutan (jika ada)
- Analisis Kinerja Operasional/pelayanan 5. Indentifikasi Permasalahan yang berkaitan dengan
- Analisis Kinerja Kepengusahaan pelayanan eksisting.
3. Analisis Kinerja Kepengusahaan 6. Penentuan model pelayanan angkutan umum sesuai
4. Analisis Potensi Angkutan Umum dengan permintaan responnden.
5. Penilaian Sarana dan Prasarana Angkutan Umum
- Standar Fasilitas Pelayanan Angkutan Umum
- Standar Penentuan Kebutuhan Fasilitas
Angkutan umum
6. Indentifikasi Permasalahan
- Kinerja Tiap Trayek (Untuk kota yang dilayani
oleh angkutan umum dengan trayek tetap dan
teratur)
- Kinerja Ruas Jalan yang dilayani angkutan umum
(Untuk kota yang dilayani oleh angkutan umum
dengan trayek tetap dan teratur dan angkutan
umum yang menyimpang dari trayek tetap dan
teratur)
- Penilaian dengan SPM
Identifikasi Masalah
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 147
Tabel V.1.Pengumpulan Data Sekunder
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 148
No Jenis data Sumber
- Rencana pengembangan jaringan pelayanan
transportasi
- Kebijakan daerah (visi, misi dan sasaran
pengembangan daerah)
6 Kebijakan Tata Ruang: Pemerintah
- RTRN Provinsi/Kab/Kota
- RTRW
7 Studi Pelayanan Angkutan Umum terdahulu : Pemerintah
- Tatralok (Tataran Transportasi Lokal) Provinsi/Kab/Kota
- Masterplan Transportasi - Dishubkominfo
- Penataan Jaringan Trayek
- Perencanaan Jaringan Trayek dsb.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 149
Sarana yang meliputi :
- Jenis kendaraan;
- Umur rata-rata kendaraan;
- Kapasitas kendaraan;
- Kepemilikan kendaraan;
- Jumlah kendaraan per trayek;
- Warna kendaraan;
- Panjang Trayek.
4) Jaringan pelayanan
- jaringan trayek;
- panjang trayek;
- rute yang dilewati;
- pejabat pemberi ijin.
5) Jenis pelayanan
- (AKAP, AKDP, Angkutan dalam kota, taxi);
- operator,
- pentarifan,
- prosedur/sistem pemberangkatan.
6) Inventarisasi Prasarana
- terminal,
- halte/shelter,
- pangkalan, pool.
7) Inventarisasi pengemudi angkutan umum
- Umur;
- Pendidikan;
- Kelengkapan Administrasi;
- Pendapatan/hari;
- Perawatan Kendaraan;
- Jumlah rata-rata perolehan Rit/hari;
- Konsumsi BBM/hari;
- Pembagian tanggung jawab pembiayaan dan resiko operasi armada.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 150
8) Rencana pengembangan angkutan umum.
9) Organisasi penyedia layanan angkutan umum.
2) Pelaksanaan Survai
a) Menyiapkan Peta Rute Angkutan Umum
Pergunakan peta jaringan jalan daerah penelitian sebagai dasar.Tandai
setiap rute pada peta dengan tinta berwarna atau tanda-tanda yang berbeda
(missal xxx atau ----) untuk menunjukan tiap rute.Identifikasi lokasi
terminal bus, yang resmi maupun tidak resmi. Identifikasi lokasi terminal
untuk moda angkutan umum lainnya : misalnya becak,bajai,ojek dan
seterusnya .(lihat contoh Gambar 1 dan 2)
N.B: Terminal bus antar kota dan jarak jauh sebaiknya juga ditunjukan pada
peta rute.
b) Daftar tiap moda yang dalam operasi menurut urutan yang menurun dari
kapasitas kendaraan
Misal : Bus tingkat (119)
Bus tidak bertingkat (80)
Bus midi (30)
Opelet (12)
Bemo (6)
Ojek (1)
N.B : Moda – Moda bukan kendaraan sebaiknya didaftar tersendiri/ terpisah
juga dalam urutan yang menurun menurut kapasitas kendaraan.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 151
Jika tidak ada nomor rute resmi tim survai sebaiknya menetapkan nomor
rute menurut pendapatnya untuk tiap pelayanan rute tetap.Nomor-nomor
rute demikian akan dipergunakan pada semua abentuk dan dalam semua
laporan sepanjang penelitian /studi.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 152
Kolom 4: pemilikan
Pemerintah atau swasta.
Kolom 8: Dari
Pelayanan rute tetap dalam kota pada umunya dioperasikan dari CBD,dan
ini sebaiknya ditunjukan dalam kolom 7.jika mungkin tempat
pemberangkatan yang spesifik (umpamanya stasiun Bus,stasiun keretaapi,
Pasar) sebainya juga diidentifikasikan dalam kolom 7 pemberangkatan
spesifik.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 153
Kolom 9: Ke
Ini seharusnya merupakan petunku dari terminal luar .jika terminal luar ini
mempunyai nama , nama ini dimasukan dalam kolom 8 ditambah nomor
zona dari terminal luar kecuali jika nama diluar penelitian.
Jika pada suatu rute dipungut tarip jarak tugas untuk melengkapi kolom 11
adalah sedikit lebih sulit. Cara yang paling sederhana adalah menghitung
tarif untuk panjang perjalanan spesifik rata-rata dan menunjukan hal ini
seperti berikut Rp 300/2 km (D).
Kolom 13: Pejabat pemberi izin
Dinas Perhubungan atau kotamadya sebagai layaknya .
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 154
3) Inventarisasi Prasarana
Membuat sketsa pada terminal bus atau daerah terminal dari setiap
pelayanan bus dengan rute tetap.Sketsa peta ini harus menunjukkan pintu
masuk dan pintu keluar kendaraan dan arah gerakan bus dalam stasiun bus
atau daerah terminal. Harus disertakan pula suatu daftar semua rute yang
beroperasi dari dan melalui setiap stasiun bus atau terminal pada setiap
sketsa peta.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 155
b) Waktu Survai :
Waktu pelaksanaan survai statis angkutan umum 1 jam waktu sibuk pagi,
1 jam diluar waktu sibuk pagi.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 156
Bentuk formulir survai
Formulir survai harus direncanakan dan dibuat dalam jumlah yang cukup.
Setiap formulir harus mempunyai ruang untuk mencatat hal2 yang
berikut selain dari data survai yang tercantum dalam (c) di atas:
Hari :
Tanggal :
Lokasipengambilan data :
Nama pengambilan data :
Suatu contoh formulir yang sesuai dapat dilihat dibawah dengan petunjuk
bagaimana cara mengisinya.
Keterangan Formulir :
Kolom No 3: kapasitas
Ini harus dimasukkan dalam formulir setelah survai selama analisa
pendahuluan. Ingat, masukkan kapasitas penumpang yang diizinkan
(yaitu dikurangi pengemudi dan kondektur)
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 157
Kolom No 4: Jumlah penumpang
Jumlah penumpang dicatat dengan melihat jumlah sebenarnya yang ada
di dalam bus.
N.B.:
a) Metode manapun yang dipilih (yaitu % atau jumlah penumpang) adalah
penting untuk menunjukan metodanya dalam formulir dan supaya tetap
dipergunakan selama survaiyaitu: tentukan metodologi pencatatan factor
muatan sebelum survai dan pertahankan jangan sampai berubah.
b) Kedatangan ini menguraikan fungsi operasional dari lokasi pengumpul data,
misalnya Kdt=kedatangan berhubungan dengan pengumpul; data yang
berlokasi ditempat kordon dalam.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 158
Kolom no 8 : Waktu keberangkatan
Waktu keberangkatan di catat saat angkutan umum mulai berangkat dari
titik berhenti angkutan umum. Hal tersebut dilakukan untk mengetahui
Headway angkutan umum. Headway merupakan waktu antara kendaraan.
Data didapat dari selisih waktu kedatangan kendaraan yang pertama
dengan kendaraan berikutnya.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 159
c) Produktivitas ruas pada setiap trayek, yaitu: Total penumpang yang naik
dan turun per waktu pelayanan pada setiap segmen/ruas atau total
peumpang naik dan turun per km pelayanan.
3) Target Data
Target data yang diperoleh dari survai ini adalah :
a) Waktu dan Durasi Survai.
b) Tanda Nomor Kendaraan.
c) Kode, Nama Trayek dan Jurusannya.
d) Jam keberangkatan dan kedatangan.
e) Kapasitas Kendaraan.
f) Jumlah Penumpang yang naik tiap segmen.
g) Jumlah penumpang yang turun tiap segmen.
h) Waktu tempuh tiap segmen.
4) Pelaksanaan Survai
Pelaksanaan survai adalah sebagai berikut :
a) Lokasi survai
1 atau 2 orang surveyorberada dalam satu angkutan dan mencatat data
sebagai tercantum dibawah.
b) Jumlah kendaraan yang disurvai
+ 6 perjalanan pp. pada jam sibuk pagi
+ 6 perjalanan pp. pada jam sepi
+ 6 perjalanan pp. pada jam sibuk sore
N.B.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 160
- Jumlah kendaraan yang harus disurvai sebenarnya berkaitan dengan
waktu perjalanan pulang-pergi dan jumlah pengumpul data yang
tersedia.
- Ukuran sampel
c) Data yang dicatat
(1) Waktu perjalanan
Waktu perjalanan yang diperlukan untuk menjalani setiap ruas rute.
Untuk perjalanan keluar terminal yang bermula di stasiun bis atau
daerah terminal maka titik berangkat dalam stasiun bis harus
diperlakukan sebagi “simpul” dan “ruas” pertama pada rute itu ialah
dari titik tersebut sampai dicapai jaringan jalan; untuk perjalanan yang
masuk stasiun bis maka “ruas” terakhir dari rute itu adalah dari pintu
masuk stasiun bis/daerah terminal sampai ke titik para penumpang
turun kendaraan di stasiun bis.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 161
(3) Bentuk formulir survai
Diperlukan formulir tersendiri untuk setiap rute ke setiap jurusan.
Pada bagian atas formulir harus ada ruang untuk mencatat hal-hal
yang berikut disamping data survai yang tercantum diatas :
Hari/ Tanggal :
STNK atau nomor polisi armada :
Nama pengumpul data :
Nomor rute :
Jurusan : dari..........ke..........
Jam berangkat :
Jam tiba :
Daftar ruas-ruas harus berada pada sebelah kiri formulir. Di bagian
atas adalah ruas pertama dan di bawahnya setiap ruas pada rute itu .
Setiap rute harus dapat dikenal melalui nomor ruas seperti
dipergunakan dalam survai-survai perekayasaan lalu lintas.
Harus ada kolom-kolom untuk mencatat waktu perjalanan untuk
setiap ruas dan jumlah penumpang yang naik dan turun bis pada setiap
ruas.
Harus ada pula kolom untuk mencatat jumlah bersih penumpang di
dalam kendaraan pada akhir setiap ruas dengan mempergunakan
teknik yang diuraikan dalam (e) dibawah ini. Suatu contoh formulir
yang sesuai dapat dilihat dibawah dengan catatan petunjuk bagaimana
cara mengisinya.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 162
adalah dari mana bis meninggalkan jaringan jalan (yaitu pintu masuk
terminal) ke tempat dalam terminal dimana penumpang terakhir turun.
N.B.Formulir Survai yang dibakukan dapat dipakai untuk suatu rute,
tetapi nomor-nomor rues-ruas jalan untuk setiap rute (dalam tiap
jurusan) tidak dapat dimasukkan sampai setiap rute telah diperiksa
sewaktu KKN.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 163
Kolom No.6 : Panjang Ruas Jalan
Panjang ruas jalan dapat dimasukkan sebelum atau sesudah survai
menggunakan data inventarisasi jalan.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 164
3) Target Data
Target data yang diperoleh dari survai ini adalah :
a) tanda nomor kendaraan;
b) kode dan nama trayek;
c) durasi survai;
d) asal dan tujuan penumpang (minimum kelurahan);
e) perpindahan penumpang;
f) kendaraan yang digunakan sebelumnya;
g) kendaraan yang digunakan sesudahnya.
4) Pelaksanaan Survai
Survai dilakukan selama hari kerja (misal: Senin, Selasa, Rabu dan Kamis),
misal yang ditargetkan adalah waktu sibuk pagi, maka survai ditekankan pada
perjalanan masuk ke CBD. Sebaliknya untuk waktu sibuk siang, perjalanan
dipilih ke luar CBD.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 165
memilih angkutan umum?”, dan “Apa harapan Anda terhadap pelayanan
angkutan umum di masa yang akan datang?”
Survai ini harus dilakukan pada perjalanan sewaktu jam sibuk pagi.
Yang diwawancara adalah sejumlah 100 penumpang pada setiap rute. Oleh
sebab itu para pengumpul data harus mengadakan permufakatan antara mereka
berapa jumlah penumpang yang diwawancarai oleh masing-masing pengumpul
data; misalnya, jika ada 4 pengumpul data yang mensurvai rute tertentu, maka
masing-masing pengumpul data harus mewawancarai 25 penumpang.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 166
Survai dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada masyarakat
(disertakan dalam survai Home Interview), dengan memberikan alternatif
pilihan jawaban sehingga memungkinkan responden dapat memberikan
pendapat yang bisa dinyatakan dalam pilihan maupun pandangan.
Target data yang perlu dikumpulkan antara lain:
Data responden
Keinginan menggunakan angkutan umum
Asal-Tujuan Perjalanan menggunakan angkutan umum
Jenis Kendaraan Angutan Umum, waktu pelayanan dan rute yang
diinginkan
Harapan responden terhadap pengembangan angkutan umum
Pendapat responden tentang aspek pelayanan angkutan umum yang perlu
diperbaiki
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 167
3) Inventarisasi prasarana meliputi :
Fasilitas Penunjang (Parkir menunggu penumpang),
Terminal, Halte/shelter, Pool.
4) Rencana pengembangan angkutan umum.
5) Organisasi penyedia layanan angkutan umum.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 168
7) Survai persepsi penumpang : Waktu tunggu, Biaya, Seberapa sering
menggunakan angkutan umum, Waktu perjalanan, Kemudahan
mendapatkan angkutan, Harapan/keinginan pelayanan angkutan umum.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 169
Target data yang perlu dikumpulkan antara lain:
Data responden
Keinginan menggunakan angkutan umum
Asal-Tujuan Perjalanan menggunakan angkutan umum
Jenis Kendaraan Angutan Umum, waktu pelayanan dan rute yang
diinginkan
Harapan responden terhadap pengembangan angkutan umum
Pendapat responden tentang aspek pelayanan angkutan umum yang perlu
diperbaiki
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 170
Model pelayanan (sistem pemesanan, Rute yang dilewati, Tarif dll).
3) Inventarisasi prasarana meliputi :
Fasilitas Penunjang (Parkir menunggu penumpang),
Terminal, Halte/shelter, Pool.
4) Rencana pengembangan angkutan umum.
5) Organisasi penyedia layanan angkutan umum.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 171
Waktu perjalanan;
Kemudahan mendapatkan angkutan;
Harapan/keinginan pelayanan angkutan umum.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 172
Prediksi Asal-Tujuan Perjalanan menggunakan angkutan umum
Rencana Operasional angkutan umum yang melipiuti : jenis Kendaraan
Angutan Umum, waktu pelayanan dan rute yang diinginkan.
Harapan responden terhadap pengembangan angkutan umum
Mencari model pelayanan angkutan umum yang diinginkan oleh pengguna
jasa angkutan umum
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 173
Sajikan data ini dalam bentuk Tabel, misalnya :
Kedatangan setiap jam
NO.RUTE
05.00 -05.59 06.00 -06.59 07.00 -07.59 Dst
Frekuensi yang tinggi baik pada waktu sibuk maupun waktu diluar sibuk juga akan
mempengaruhi waktu tunggu kendaraan. Selain itu rute angkutan yang merata
penyebarannya serta dengan frekuensi pelayanan yang cukup pula, akan
mempengaruhi jarak berjalan kaki menuju fasilitas angkutan (shelter) terdekat
sehingga waktu jalan kaki juga relatif singkat.
Rumus yang digunakan untuk menentukan besar load factor adalah sebagai
berikut :
60
F =
Headway
Dimana :
F : frekuensi kendaraan
Headway : jarak antara dua kendaraan (menit)
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 174
Faktor muat merupakan perbandingan antara jumlah penumpang yang berada
didalam kendaraan dengan kapasitas kendaraan dalam bentuk persentase.
Penumpang lebih menginginkan load faktor yang lebih rendah, karena dengan
sedikitnya jumlah penumpang maka mereka akan merasa lebih nyaman.
Rumus yang digunakan untuk menentukan besar load factor adalah sebagai
berikut :
Jml.pnp Load Factor
(LF) = x 100 %
kapasitas
c. Tingkat perpindahan
Untuk setiap rute jumlah wawancara akan sama, yakni 100. Dari jawaban yang
dicatat dalam Formulir Survai adalah mungkin untuk kenjumlahkan jumlah
penumpang yang menjawab “Ya”, yakni jumlah penumpang yamg harus pindah
rute selama perjalanannya sesuai dengan jumlah perpindahannya.
Data dapat disajikan sebagai berikut :
% YA Pindah
No. Rute
1 kali 2 kali >2 kali
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 175
mempunyai kinerja pelayanan yang buruk dibandingkan dengan trayek lain yang
memiliki prosentase perpindahan kecil.
Untuk melihat apakah suatu trayek bermasalah atau tidak ditinjau dari sisi tingkat
perpindahannya maka standart dari Bank Dunia adalah 50 %, jadi trayek yang
tingkat perpindahan nya lebih dari 50% adalah trayek yang bermasalah.
Tingkat Perpindahan dapat dihitung dengan formula :
Jumlah Perpindahan
Tingkat perpindahan = x 100%
Jumlah sample Wawancara
d. Kecepatan
Merupakan kecepatan rata-rata kendaraan yang dicatat saat melewati setiap ruas
yang telah ditentukan Dimana diperoleh dari panjang rute dan waktu tempuh
perjalanan tiap rute.
Pergunakan data waktu perjalanan dan panjang rute untuk menghitung kecepatan
rata-rata pada setiap rute. Hal ini harus disajikan dalam bentuk Tabel, misalnya :
Kecepatan
No. Jam Sibuk Pagi Jam Sepi Jam Sibuk Sore
Panjang
Rute Rata- Rata- Rata-
Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi
rata rata rata
S = V X T S
V=
t
Keterangan :
S : jarak (km)
V : kecepatan (km/jam)
t : waktu (jam)
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 176
e. Waktu perjalanan untuk setiap ruas satu rute ke setiap jurusan
Langkah pertama ialah untuk menghitung waktu perjalanan rata-rata untuk setiap
ruas satu rute ke setiap jurusan. Hal ini harus disajikan dalam bentuk Tabel dan
juga waktu perjalanan yang tertinggi dan yang terendah dari data survai.
Waktu Perjalanan Tiap Ruas
Jam Sibuk Pagi Jam Sepi Jam Sibuk Sore
No.
Rata- Rata- Rata-
Ruas Rndah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi
rata rata rata
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 177
Jumlah penumpang satu bis untuk satu perjalanan
No.Rute Jam sibuk pagi Jam sepi Jam sibuk sore
Berangkat Tiba Berangkat Tiba Berangkat Tiba
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 178
Langkah 1 dan 2 sebaiknya dihitung terpisah untuk jam-jam sibuk dan diluar
jam sibuk. Untuk mendapatkan tingkat pemerataan penumpang dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
∑ penumpang
Rata-rata penumpang / kilometer =
Panjang Trayek
Langkah 2 :Menghitung pendapatan-penumpang per kilometer
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 179
3. Dari sisi pemerintah
Kebijakan pemerintah yang sesuai dalam penetapan trayek maupun perijinan sangat
diharapkan pengguna jasa dan operator. Untuk menilai kinerja pelayanan angkutan
umum ditinjau dari sisi pemerintah digunakan indikator-indikator sebagai berikut :
a. Tingkat operasi kendaraan
Yaitu perbandingan antara jumlah kendaraan yang beroperasi dilapangan dengan
jumlah kendaraan sesuai ijin. Dalam peringkatan nya menggunakan perengkingan
sederhana yaitu trayek yang memilki perbandingan tingkat operasi kendaraan
sangat jauh dengan jumlah kendaraan yang diizinkan atau melebihi 100 % diberi
rangking satu yang berarti trayek tersebut mempunyai kualitas pelayanan yang
buruk.
Dalam melakukan analisa terhadap tingkat operasi kendaraan, data survai yang
digunakan adalah data STNK yang dicatat pada Kordon Masuk dalam selama
survai menghitung jumlah bis yang sungguh-sungguh beroperasi pada hari survai.
Sebagian besar dari bis tersebut mengadakan beberapa perjalanan dalam satu hari,
tetapi masing-masing bis seharusnya dihitung hanya satu kali dalam analisa ini.
Data harus disusun dalam bentuk tabel untuk setiap rute dan dinyatakan sebagi %
dari armada menurut izinnya, misalnya :
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 180
b. Tingkat tumpang tindih trayek (over lapping)
Tumpang tindih trayek yaitu dua atau lebih trayek yang berbeda tetapi mempunyai
lintasan rute yang hampir seluruh bagian sama. Indikator ini adalah
membandingkan jarak tumpang tindih yang terjadi dengan jarak lintasan rute yang
ada. Peringkatan yang digunakan adalah peringkatan sederhana yaitu memberikan
peringkat satu untuk trayek yang mempunyai nilai perbandingan antara jarak
tumpang tindih, dengan semakin tinggi tingkat tumpang tindih trayek maka
kinerja pelayanan angkutan tersebut semakin buruk.
Untuk mendapatkan persentase tingkat tumpang tindih trayek dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut :
d. Loading Profile
Loading profile merupakan data jumlah penumpang tiap ruas yang didapat dari
survai dinamis (on bus).
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 181
F. ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM
1. Kinerja Jaringan
a. Jarak Antar Trayek
Ukuran ini diterjemahkan dari jarak berjalan orang ke fasilitas angkutan. Untuk
wilayah perkotaan dengan kepadatan pembangunan yang tinggi jarak berjalan
antara trayek yang paralel sebaiknya tidak melebihi 800 m. Sedangkan untuk
wilayah pinggiran atau kepadatan rendah jarak anatara rute angkutan sebaiknya
1600 m.
b. Cakupan Pelayanan
Sama dengan jarak antar-rute, ukuran cakupan pelayanan pun mendasarkan
kepada jarak berjalan, tetapi bukan antar-rute pelayanan melainkan ke perhentian.
Jaringan pelayanan dikatakan baik jika cakupan pelayanan untuk daerah
perkotaan ialah 70 - 75 % penduduk tinggal 400 m berjalan ke perhentian.
Sedangkan untuk daerah pinggiran kota dengan kepadatan yang agak rendah 50 -
60 % penduduk tinggal pada jarak berjalan 700 m ke perhentian.
c. Nisbah Panjang Jaringan dengan Areal Pelayanan
Nisbah atau angka banding ini mengukur panjang jalan yang dilalui pelayanan
angkutan dengan luas (km2) daerah yang dilayani.
Tabel berikut memperlihatkan nilai perbandingan menurut rata-rata populasi
penduduk.
Tabel V.2 : Indikator Nisbah Jaringan Trayek dan Areal
Kepadatan Penduduk (*) Kepadatan Jaringan Trayek
(orang/ km2) (jaringan trayek km(**) /km2)
>4600 2,50
3900 – 4600 2,00
3000 – 3900 1,65
2300 – 3000 1,25
1500 – 2300 1,00
750 - 1500 0,60
<750 0,30
Sumber : G.A. Giannopoulus, Bus Planning and Operation in Urban Areas : A
Practical Guide
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 182
Keterangan :
(*)` : Jumlah penduduk dibagi luas areal kota
(**) : Panjang jalan yang dilalui trayek, bukan panjang pelayanan
d. Kontur Waktu
kontur waktu memasukkan unsur jaringan pelayanan/trayek dan aspek
operasional pelayanan. Kinerja yang tercakup di dalam kontur waktu perjalanan
dengan angkutan umum antara lain waktu berjalan kaki (t1), waktu menunggu
angkutan umum (t2), waktu perjalanan (t3). Jika Aksesibilitasnya
”sempurna”,maka setiap titik untuk setiap titik dengan jarak yang sama dari CBD
akan mempunyai waktu perjalanan yang sama, dan peta kontur akan merupakan
lingkaran-lingkaran konsentrik dengan interval yang sama sekeliling titik pusat
CBD.
Ini dapat dilihat pada gambar sebelah kiri. Tetapi dalam praktek, kontur-kontur
waktu biasanya tidak selalu sama seperti terlihat dalam gambar sebelah kanan.
Bilamana kontur-kontur itu sangat berdekatan, sepanjang rute angkutan umum,
maka ini menandakan bahwa kemudahan aksesnya jelek. Tetapi jika kontur-
konturnya terpisah renggang, maka boleh dikatakan aksesibilitasnya relatif lebih
baik.
Langkah pertama didalam membuat peta kontur waktu ialah mencatat seberapa
jauh kita busa berjalan selama 5 menit melalui jalur angkutan umum; 10 menit
dan seterusnya. Dengan menggunakan contoh dari kota rekaan, Gambar
memperlihatkan bagaimana caranya kita mencatat waktu perjalanan dari pusat
CBD menyusuri setiap rute angkutan umum didalam daerah penelitian.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 183
2. Analisis Kinerja Operasional/Pelayanan
a. Aspek internal
1) Aksesibilitas
Komponen yang dipertimbangkan menurut ukuran pelayanan ini ialah :
Waktu berjalan atau jarak berjalan ke fasilitas angkutan umum
Waktu menunggu
Waktu di dalam kendaraan
Waktu transfer
Ketepatan jadwal
Komponen aksesibilitas tersebut di atas selain berkaitan dengan aspek
operasional juga tinggi rendahnya ukuran aksesibilitas tersebut berkaitan
dengan aspek perencanaan trayek.
Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan dalam melakukan suatu perjalanan
untuk mencapai tujuan. Frekuensi yang tinggi baik pada waktu sibuk maupun
waktu diluar sibuk juga akan mempengaruhi waktu tunggu kendaraan (access
time). Selain itu rute angkutan yang merata penyebarannya serta dengan
frekuensi pelayanan yang cukup pula, akan mempengaruhi jarak berjalan kaki
ke tempat menunggu angkutan (shelter) terdekat sehingga waktu jalan
kakipun semakin singkat.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 184
Tabel V.3 : Kriteria Waktu menunggu
Kriteria Ukuran
Rata – rata 5 – 10 menit
Maksimum 10 – 20 menit
b. Nilai Waktu
Waktu merupakan pengorbanan yang harus dipergunakan untuk melakukan
perjalanan. Sudah menjadi praktek yang umum untuk menghitung waktu yang
dikorbankan tersebut dalam bentuk uang. Nilai ini penting untuk mengukur
pengorbanan secara keseluruhan yang biasa disebut dengan istilah ‘generalised
cost’ dari orang-orang yang melakukan perjalanan, yaitu kombinasi dari waktu
yang hilang, tarif angkutan, dan penalti terhadap ketidaknyamanan, serta aspek-
aspek mutu pelayanan lainnya.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 185
c. Kenyamanan
Sebagai alternatif dari memasukkan nilai kenyamanan (yang sulit untuk dihitung)
ke dalam generalised cost, yaitu dengan mengukurnya secara tersendiri. Terdapat
tiga kelompok kenyamanan selama orang melakukan perjalanan dengan
kendaraan angkutan umum, yakni untuk menuju dan dari fasilitas umum, pada
tempat perhentian, dan di dalam kendaraan.
Kenyamanan dari dan menuju fasilitas angkutan umum biasanya diukur dengan
waktu berjalan dari tempat kegiatan atau hunian ke fasilitas tersebut. Sedangkan
pada tempat perhentian adalah ada tidaknya rambu bus stop atau shelter.
Pada lokasi transit kita juga bisa memasukkan fasilitas transfernya, lift pada
terminal bertingkat, jalan khusus penumpang dan sebagainya. Kenyamanan di
dalam kendaraan biasanya diukur dengan ruang di dalam kendaraan, kesesakan,
ada tidaknya AC, recleaning seat dan sebagainya. Ingat kenyamanan ini berkaitan
dengan kepuasan pengguna jasa.
e. Keamanan (security)
Tiap pengguna jasa mengharapkan tidak terjadi sesuatu yang diharapkan selama
perjalanannya. Citra keamanan di dalam kendaraan umum barangkali dapat
diukur dengan tingkat terjadinya kriminalitas di dalam maupun di luar kendaraan,
seperti pencopetan, penjambretan, penodongan, holiganisme, dan sebagainya.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 186
f. Efek Eksternal (Lingkungan)
Tiga kelompok pengaruh lingkungan dari pengimplementasian angkutan umum,
yakni kebisingan, polusi, dan penggunaan energi. Anda dapat menambahkan efek
sekunder yaitu pengembangan perekonomian suatu wilayah.
1) Kebisingan
Pengaruh kebisingan yang diakibatkan oleh bis pada lalu lintas yang
komposisinya tidak terdapat kendaraan berat cukup besar jika dibandingkan
dengan yang terjadi pada lalu lintas yang komposisinya 10 % kendaraan berat.
Jika kita menginginkan ketenangan lingkungan pada suatu kawasan
pemukiman, maka bis bukan jawaban untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dilihat dari aspek lingkungan.
2) Polusi Udara
Bis jauh lebih rendah menimbulkan polusi udara dibanding mobil pribadi
yang menggunakan bahan bakar bensin. Apalagi dari segi emisi karbon
monoksida, dikaji dengan ukuran tiap bis-kilometer atau penumpang-
kilometer bis jauh lebih rendah. Kecuali di dalam hal emisi debu dan NOx.
3) Penggunaan Energi
Persediaan BBM dunia sudah menipis, dan jenis ini tidak dapat didaur ulang.
Perhatian dunia sekarang mengarah kepada penyediaan alat angkutan yang
mengkonsumsi BBM rendah atau menggantinga dengan bahan bakar lainnya.
Bis diketahui lebih efisien di dalam penggunaan BBM diukur per
penumpang-kilometernya.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 187
Tabel V.5 : Kinerja Indikator Kinerja Operator Berdasarkan SPM
KINERJA/OBYE INDIKATOR
KETERANGAN SATUAN
K SPM MIKRO
OPERATOR 1 Jumlah jumlah penumpang yang
Penumpang diangkut oleh sistem transit orang/hari
Terangkut dalam satu hari
2 Utilisasi Armada persentase jumlah armada
yang beroperasi dibandingkan %
dengan armada yang tersedia
3 Jarak Tempuh panjang (km) yang ditempuh
oleh sistem transit dalam satu km-hari
hari
4 Konsumsi Bahan rarat-rata penggunaan bahan
Bakar bakar untuk setiap km jarak l/km
tempuh sistem transit
5 Rasio Karyawan perbandingan jumlah
orang
karyawan sistem transit
(maks.)
terhadap bus yang beroperasi
6 Tingkat rata-rata kejadian kecelakaan
Kecelakaan yang melibatkan kendaraan per 10.000
siustem transit dalam satuan km
km jarak tempuh
7 Kilometer Kosong rata-rata jarak kilometer tanpa
ada penumpang, menuju/dari km-tahun
terminal keberangkatan
8 Rasio Pendapatan/ perbandingan pendapatan %
Biaya Operasi terhadap biaya operasi sistem
transit
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 188
G. PENILAIAN KONDISI SARANA DAN PRASARANA ANGKUTAN UMUM
1. Sarana Angkutan umum
a. Umur Kendaraan
Persentase kendaraan yang berumur dibawah 5 tahun
b. Kalayakan Kendaraan
kelayakan pengoperasian kendaraan/angkutan umum ditandai dengan jumlah
kendaraan yang lulus uji atau laik jalan
Fasilitas Utama :
a) jalur pemberangkatan kendaraan umum;
b) jalur kedatangan kendaraan umum;
c) tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk
di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum;
d) bangunan kantor terminal;
e) tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar;
f) menara pengawas;
g) loket penjualan karcis;
h) rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang- kurangnya memuat
petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan;
i) pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 189
Fasilitas Penunjang :
a) kamar kecil/toilet;
b) musholla;
c) kios/kantin;
d) ruang pengobatan;
e) ruang informasi dan pengaduan;
f) telepon umum;
g) tempat penitipan barang;
h) taman.
Lokasi :
a) terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan
lintas batas negara;
b) terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA ;
Fasilitas Utama :
a) jalur pemberangkatan kendaraan umum;
b) jalur kedatangan kendaraan umum;
c) tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk
di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum;
d) bangunan kantor terminal;
e) tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar;
f) menara pengawas;
g) loket penjualan karcis;
h) rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang- kurangnya memuat
petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan;
i) pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 190
Fasilitas Penunjang :
a) kamar kecil/toilet;
b) musholla;
c) kios/kantin;
d) ruang pengobatan;
e) ruang informasi dan pengaduan;
f) telepon umum;
g) tempat penitipan barang;
h) taman.
Lokasi :
a) terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi;
b) terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya
kelas IIIB;
Fasilitas Utama :
a) jalur pemberangkatan kendaraan umum;
b) jalur kedatangan kendaraan umum;
c) bangunan kantor terminal;
d) tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar;
e) rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang- kurangnya memuat
petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan;
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 191
Fasilitas Penunjang :
a) kamar kecil/toilet;
b) musholla;
c) kios/kantin;
d) ruang pengobatan;
e) ruang informasi dan pengaduan;
f) telepon umum;
g) tempat penitipan barang;
h) taman.
Lokasi :
a) terletak di dalam wilayah Kabupaten dan dalam jaringan trayek pedesaan;
b) terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas
IIIA;
c) tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan;
d) mempunyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal, sesuai
kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.
b. Halte/Shelter
1) Standar Penentuan Lokasi Tempat Henti (Halte)
Secara umum lokasi tempat henti (halte) harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a) Dekat dengan pusat kegiatan yang membangkitkan pemakai angkutan
umum.
b) Aman terhadap gangguan kriminalitas, sehingga harus ada pengaturan
pergerakan kendaraan, pemakai tempat henti dan pejalan kaki.
c) Aman terhadap kecelakaan lalu lintas, sehingga harus ada pengaturan
pergerakan kendaraan, pemakai tempat henti dan pejalan kaki.
d) Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas di ruas jalan maupun dipertemuan
jalan.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 192
Dalam melakukan desain halte, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan secara
teknis, yaitu :
a) Karakteristik geometrik
b) Penempatan lokasi perhentian, ditinjau dari segi lalu lintasnya
c) Pengaturan lalu lintas sekitarnya, termasuk pemarkaan dan perambuan
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 193
Berdasarkan pedoman praktis penentuan lokasi tempat henti tersebut,
tempat henti terletak pada trotoar dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan.
Maka diperlukan analisis kebutuhan fasilitas pendukung pejalan kaki untuk
menunjang kegiatan turun naik penumpang atau dalam berpindah moda
angkkutan umum sehingga tidak terjadi konflik antara pejalan kaki dengan
arus lalu lintas kendaraan.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 194
Penentuan jarak antara tempat henti (halte) untuk memperoleh jumlah
fasilitas tempat henti (halte) ideal untuk setiap ruas jalan yang sesuai dengan
tata guna lahannya, dengan menggunakan ketentuan yang dapat dilihat pada
tabel berikut, yaitu :
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 195
c. Standar pelayanan minimal Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan
Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP)
d. Standar pelayanan minimal Angkutan Lintas Batas Negara (ALBN)
e. Standar pelayanan minimal Angkutan massal berbasis Jalan
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan yang selanjutnya
disebut standar Pelayanan Minimal adalah persyaratan penyelenggaraan
Angkutan Massal Berbasis Jalan mengenai jenis dan mutu pelayanan yang
berhak diperoleh setiap Pengguna Jasa Angkutan Massal Berbasis Jalan secara
minimal. Untuk indikator penilaian berdasarkan SPM tentang angkutan umum
dapat dilihat pada lampiran.
Hasil dari analisis yang telah dilakukan baik berupa pengukuran kualitas dan
kuantitas angkutan umum, Pengukuran Aksesbilitas Jaringan Trayek,
Pengukuran Kinerja Jaringan Trayek Angkutan Umum, Pengukuran Standar
Sarana dan Prasarana yang telah dilakukan akan dibandingkan dengan Standar
Pelayanan Minimal.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 196
Setiap pelayanan yang mempunyai frekuensi pada waktu sibuk adalah 12
kendaraan tiap jam, atau jika lebih bukan merupakan masalah.
Selama waktu di luar sibuk frekuensi rata-rata adalah 6 kendaraan tiap jam
(headway rata-rata 10 menit) yang dianjurkan sebagai frekuensi minimum yang
dapat diterima. Setiap pelayanan yang mempunyai frekuensi 6 kendaraan tiap
jam pada waktu di luar sibuk dianggap tidak bermasalah.
Frekuensi yang tinggi baik pada waktu sibuk maupun waktu diluar sibuk juga
akan mempengaruhi waktu tunggu kendaraan. Selain itu rute angkutan yang
merata penyebarannya serta dengan frekuensi pelayanan yang cukup pula, akan
mempengaruhi jarak berjalan kaki menuju fasilitas angkutan (shelter) terdekat
sehingga waktu jalan kaki juga relatif singkat. Dalam melakukan perangkingan
dari segi penumpang digunakan perangkingan secara sederhana yaitu
memberikan peringkat 1 untuk trayek yang memiliki frekwensi paling rendah
atau kinerja pelayanan paling buruk dibandingkan dengan trayek yang lain.
Untuk melihat apakah suatu trayek bermasalah atau tidak ditinjau dari
frekwensinya maka perlu adanya standart yaitu menurut Bank Dunia bahwa
frekwensi waktu jam sibuk minimal 12 kend/jam sedangkan untuk diluar jam
sibuk minimal 6 kend/jam, jika suatu trayek memiliki frekwensi diatas standart
tersebut berarti bukan trayek yang bermasalah dan sebaliknya.
b. Faktor muat (load factor)
Dalam melakukan perangkingan dari segi penumpang digunakan peringkatan
sederhana yaitu trayek yang mempunyai factor muat yang tinggi diberi peringkat
1 yaitu trayek yang mempunyai kinerja pelayanan jelek karena penumpang lebih
senang factor muat yang rendah sehingga selalu tersedia tempat duduk dan
perjalanannya bisa menjadi lebih nyaman.
KAPASITAS KENDARAAN
Sumber : SPT 2
Untuk melihat apakah suatu trayek bermasalah ditinjau dari factor muat nya
maka standart dari Bank Dunia adalah 90 % berarti trayek yang memiliki factor
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 197
muat lebih dari 90% merupakan Trayek yang bermasalah karena ini peringatan
bahwa pertumbuhan permintaan yang akan terjadi akan melampaui kapasitas
yang tersedia untuk trayek tersebut.
c. Tingkat perpindahan
Setiap penumpang tentu lebih senang pada pelayanan dengan tingkat
perpindahan kendaraan yang sekecil-kecilnya atau trayek yang melayani secara
langsung penumpang dari daerah asal ketujuan tanpa adanya perpindahan moda
angkutan. Dalam analisa nya menghitung prosentase perpindahan penumpang
kemudian untuk peringkatan nya menggunakan peringkatan sederhana dimana
trayek yang prosentase perpindahan penumpang tinggi diberi peringkat 1 yang
berarti mempunyai kinerja pelayanan yang buruk dibandingkan dengan trayek
lain yang memiliki prosentase perpindahan kecil. Untuk melihat apakah suatu
trayek bermasalah atau tidak ditinjau dari segi tingkat perpindahannya maka
standart dari Bank Dunia adalah 50 % jadi trayek yang tingkat perpindahan nya
lebih dari 50% adalah trayek yang bermasalah.
Perhitungan tingkat perpindahan dapat dilakukan dengan rumus :
d. Umur Kendaraan
Kendaraan – kendaraan baru mempunyai beberapa keuntungan potensial kepada
penumpang dibanding kendaraan tua, oleh karena kendaraan baru
memungkinkan untuk memberikan pelayanan lebih nyaman, lebih dapat
diandalkan dan lebih aman. Namun ,manfaat nyata dari kendaraan baru tersebut
akan tergantung pada pada beberapa faktor seperti disain dan komponennya,
kualitas pemeliharaan , kebiasaan pengemudi, dan sebagainya.
Untuk melihat apakah suatu trayek bermasalah atau tidak ditinjau dari kualitas
pelayanan umur kendaraannya maka perlu digunakan standart misalnya 5 tahun,
maka untuk trayek yang rata-rata umurnya kurang dari 5 tahun maka trayek
tersebut bukan trayek yang bermasalah dilihat dari umur kendaraannya.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 198
Sedangkan trayek yang mempunyai rata-rata umur lebih dari 5 tahun merupakan
trayek yang berpotensi masalah dari segi kualitas pelayanan.
KAPASITAS KENDARAAN
Sumber : SPT 2
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 199
Langkah 2 : Hitung jumlah permintaan penumpang dalam hal
penumpang rata-rata tiap jam
Langkah 1 dan 2 sebaiknya dihitung terpisah untuk jam-jam sibuk dan diluar jam
sibuk. Untuk mendapatkan tingkat pemerataan penumpang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Sumber : SPT 2
Langkah 2 : Menghitung pendapatan-penumpang per kilometer
Sumber : SPT 2
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 200
Untuk peringkatan menggunakan peringkatan sederhana dimana trayek yang
memiliki nilai penyimpangan tinggi diberi peringkat 1 (satu), perhitungannya
adalah dengan membandingkan pendapatan rata-rata tiap pnp-km dengan
pendapatan rata-rata tiap pnp-km semua trayek.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 201
Untuk mendapatkan persentase tingkat tumpang tindih trayek dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut :
Panjang trayek
Sumber : SPT 2
J. PERANGKINGAN PERMASALAHAN
Perangkingan permasalahan kinerja pelayanan angkutan umum menggunakan
perangkingan sederhana yaitu memberikan peringkatan pertama untuk masing-masing
indikator yang mempunyai kinerja terburuk baik nilai tertinggi atau terendah sesuai
kriteria masing-masing indikator yang telah ditentukan . Berdasarkan masing –masing
indikator kemudian dirangking untuk tiap sudut pandang dengan cara :
a. Menjumlahkan rangking tiap trayek untuk seluruh indikator yang digunakan pada
masing-masing sudut pandang.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 202
b. Berdasarkan akumulasi dari jumlah rangking tersbut kemudian dirangking kembali
berdsarkan urutan tingkat keburukankannya yaitu nilai terendah dari jumlah rangking
dianggap trayek yang mempunyai kinerja pelayanan angkutan terburuk .
K. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Berdasarkan hasil penggabungan dari perangkingan tiap indikator untuk segi penumpang
maka pada lampiran dapat dilihat daftar tabel perangkingan trayek yang memiliki kinerja
terburuk ditinjau dari segi penumpang, pemerintah, maupun dari segi operator.
Dari hasil analisa kinerja dari 3 sudut pandang pengguna jasa, operator dan pemerintah
dapat disimpulkan dengan grafik berikut ini:
FREKUENSI RATA -
RATA
4
TINGKAT 3.5 FAKTOR MUAT RATA
PENYIMPANGAN 3 - RATA
2.5
2
TINGKAT TUMPANG 1.5 TINGKAT
TINDIH TRAYEK 1 PERPINDAHAN
0.5
0
PENDAPATAN
PNP / PERJALANAN
PENUMPANG -KM
TINGKAT
KEMERATAAN
Gambar V.8 : Contoh Hasil Rata-rata Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Umum
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 203
Lampiran Bidang Angkutan Umum
FORMULIR SURVAI INVENTARISASI KENDARAAN (SARANA)
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FORMULIR SURVAI AU-01
TAHUN …
Surveyor :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Jenis Pelayanan : AKAP/AKDP/Angkutan Dalam Kota
NAMA
PEMILIKAN ATAU JML UMR PANJANG
KAPASITAS JENIS PROSEDUR
NO RUTE TIPE KND DARI KE TARIF PJBT PMBRI IZIN
KND PMBRNGKTN
RATA2
KENDARAAN OPERATOR ARMD RUTE
KND
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 204
FORMULIR SURVAI INVENTARISASI PRASARANA ANGKUTAN UMUM
Surveyor :
Hari/Tanggal :
Lokasi :
FASILITAS :
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 205
SURVAI STATIS ANGKUTAN UMUM
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 206
SURVEY DINAMIS
NO. NAMA SEGMEN/RUAS JALAN JUMLAH JUMLAH PNP JUMLAH PNP DALAM WAKTU PANJANG KECEPATAN
PNP NAIK TURUN KENDARAAN PERJALANAN SEGMEN
1 2 3 4 5 6 7 8
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 207
FORMULIR SURVAI WAWANCARA PENUMPANG
Keterangan *)
1 : Ojek, Becak, Bajaj
2 : Mobil Pribadi
3 : Mikrolet, Bus Kecil, Mpu
4 : Bus Sedang
5 : Lain-lain
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 208
1. Seberapa sering anda menggunakan angkutan umum ?
a. Tidak Pernah
b. Jarang
c. Sering
2. Berapa biaya yang anda keluarkan untuk menggunakan angkutan umum dalam satu hari
a. > Rp.5.000
b. Rp. 5.000 - Rp. 20.000
c. Rp. 21.000 - Rp. 50.000
d. Rp. 51.000 - Rp. 100.000
e. < Rp. 100.000
3. Berapa jarak antara tempat tinggal anda dengan layanan angkutan umum ?
a. > 100 meter
b. 101 - 200 meter
c. 201 - 500 meter
d. 500 - 1000 meter
e. < 1000 meter
5. Berapa waktu perjalanan yang anda tempuh ketika menggunakan angkutan umum ?
a. < 15 menit
b. 16 - 30 menit
c. 31 - 60 menit
d. 61 - 90 menit
e. < 91 menit
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 209
6. Jenis angkutan apa yang anda pilih ?
a. Mobil Penumpang Umum
b. Bus Sedang Non AC
c. Bus Sedang AC
d. Bus Besar Non AC
e. Bus Besar AC
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 210
FORMULIR SURVAI WAWANCARA PENGEMUDI
TAHUN……..
Surveyor :
Hari/Tanggal :
Kode Trayek :
Jenis Pelayanan : AKAP/AKDP/Angkutan Dalam Kota
PEMBAGIAN
KELENGKAPAN TANGGUNG
NAMA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PENDAPATAN / SISTEM PERAWATAN PEROLEHAN KONSUMSI JAWAB
NO. UMUR JAM KERJA
PENGEMUDI TERAKHIR HARI PENGGAJIAN KENDARAAN RIT/HARI BBM/HARI PEMBIAYAAN
DAN RESIKO
OPERASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 211
Formulir Survai Preferensi Angkutan Umum
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ………………………………………………………………………………………….
Alamat : ………………………………………………………………………………………….
Usia : ………………………………………………………………………………………….
Pekerjaan : ………………………………………………………………………………………….
B. PERTANYAAN
1. Berapa kali anda sering melakukan perjalanan dalam satu hari?
2 kali perjalanan
>2 kali perjalanan
Lainnya................
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 212
b. Asal perjalanan
Nama jalan : ...................................................................................
Kelurahan : .................................................................................
Kecamatan : .................................................................................
Kabupaten : .................................................................................
c. Tujuan perjalanan
Nama jalan : ...................................................................................
Kelurahan : .................................................................................
Kecamatan : .................................................................................
Kabupaten : .................................................................................
Sudah Belum
2. Apabila jawaban No 3 adalah BELUM, jelaskan pelayanana angkutan umum yang anda
usulkan !
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 213
a. Waktu/Jam pelayanan :
Pukul 07.00-21.00
Pukul 05.00-22.00
.......-.......
...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................
5. Terhadap pelayanan angkutan umum yang sudah ada, menurut anda apa hal
yang perlu diperbaiki?
a. Lintasan trayek
Tidak perlu perbaikan
Terlalu Panjang/ memutar
Rute melewati banyak hambatan
Rute tidak sesuai tujuan
Lainnya, sebutkan ...
b. Waktu perjalanan
Tidak perlu perbaikan
Terlalu lama (> 1 jam)
Cukup (<30 menit)
Lainnya, sebutkan ...
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 214
c. Kondisi Kendaraan Angkutan Umum
Tidak perlu perbaikan
Tidak Nyaman
Sering mogok
Panas
Lainnya, sebutkan...
d. Terminal
Tidak perlu perbaikan
Tidak digunakan
Kurang informasi
Kumuh
Tidak aman (rawan kriminalitas)
Letaknya jauh
Lainnya, sebutkan...
e. Shelter
Tidak perlu perbaikan
Tidak digunakan
Kurang informasi
Kumuh
Tidak aman (rawan kriminalitas)
Letaknya jauh
Lainnya, sebutkan...
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 215
f. Pengemudi
Sudah baik
Ugal-ugalan
Tidak menggunakan identitas
Tidak ramah
Kurang terampil
Lainnya, sebutkan...
g. Tarif
Sudah sesuai
Mahal
Lainnya, sebutkan...
h. Pelayanan
d) Lainnya, sebutkan
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 216
(Petunjuk : berikan nomor urut masing masing kriteria dibawah ini sesuai tingkat
kepentingan menurut persepsi saudara pada kolom nomor urut. Nomor yang Saudara
berikan adalah dari 1-5, nomor 1 (satu) adalah kriteria yang paling penting (utama)
sedangkan nomor 5 adalah yang paling tidak penting)
NO Kriteria Prioriotas
NO Kriteria
Bersedia
Tidak
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 217
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 218
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 219
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 220
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 221
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 222
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 223
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 224
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 225
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 226
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 227
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 228
STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN ANTAR LINTAS BATAS NEGARA
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 229
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 230
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 231
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 232
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 233
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 234
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 235
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 236
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 237
STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN ANTAR KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) DAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL ANGKUTAN ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI (AKAP)
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 238
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 239
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 240
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 241
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 242
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 243
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 244
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 245
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 246
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 247
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 248
STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN PERDESAAN
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 249
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 250
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 251
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 252
BAB VI
BIDANG KESELAMATAN LALU LINTAS
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan transportasi yang terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir
menyebabkan perlunya penanganan yang sangat serius dan membutuhkan kemampuan
serta keahlian sumber daya manusia terkait sektor transportasi. Unjuk kerja peningkatan
sektor transportasi khusunya transportasi darat bukan hanya menghasilkan transportasi
yang murah, cepat dan terjangkau. Namun juga, transportasi yang selamat dan ramah
terhadap lingkungan. Keselamatan lalu lintas sangat erat hubungannya dengan kecelakaan
di jalan raya, dimana ukuran kinerja keselamatan di suatu Negara dapat dilihat dari tinggi
atau rendahnya angka kecelakaan yang terjadi. Oleh karena itu, untuk melakukan
penanganan terhadap masalah keselamatan lalu lintas tersebut perlunya menyiapkan
sumber daya manusia yang ahli di bidang transportasi darat.
Dalam melaksanakan PKL di suatu wilayah studi, Taruna/I STTD perlu memahami
karakteristik wilayah studi tersebut dan disesuaikan dengan teori ilmu transportasi yang
telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu, tujuan bidang keselamatan perlu dilakukan
dalam pelaksanaan PKL adalah untuk melihat potret kondisi keselamatan di wilayah studi.
Data keselamatan lalu lintas menunjukan perbandingan data sebelum pandemi (kondisi
normal) yang diambil dari data sekunder dan data setelah terjadi pandemin yang diambil
sesuai di lapangan tahun eksisting.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 253
B. TARGET DATA BIDANG KESELAMATAN
1. Target data PKL
Dalam melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) khususnya bidang
Keselamatan Lalu Lintas, Taruna/i STTD perlu diketahui target data yang harus
dicapai sesuai dengan batasan kompetensinya. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa
target data/output PKL bidang keselamatan lalu lintas untuk program D.III MTJ :
a. Peta penyebaran lokasi kejadian kecelakaan dan fatalitas kecelakaan
b. Peta lokasi rawan kecelakaan lalu lintas dan potensi kecelakaan
c. Perangkingan daerah rawan kecelakaan
d. Faktor penyebab kecelakaan di wilayah studi dan DRK
e. Kedisiplinan dan Ketertiban pengguna jalan
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 254
3) Black-area:
adalah wilayah dimana jaringan jalan mengalami frekuensi kecelakaan, atau
kematian, atau kriteria kecelakaan lain, per tahun yang lebih besar dari jumlah
minimal yang ditentukan. Secara praktis, wilayah yang meliputi beberapa jalan
raya atau jalan biasa, dengan penggunaan tanah yang seragam dan yang
digunakan untuk strategi manajemen lalulintas berjangkauan luas. Di daerah
perkotaan wilayah seluas 5 kilometer per segi sampai 10 kilometer per segi
cukup sesuai (Dirjenhubdat, 2007)
b) DPK :
DPK adalah daerah potensi kecelakaan, dimana untuk mengetahui wilayah yang
memiliki potensi kecelakaan adalah dengan melakukan analisis secara ilmiah.
Dasar penentuan DPK adalah dari hasil survai wawancara kepada masyarakat
tentang daerah mana yang memiliki potensi untuk terjadinya kecelakaan. Tekhnis
survey wawancara kepada masyarakat tersebut dapat dilakukan secara bersamaan
dengan survey Home Interview (HI) bidang perencanaan. Dimana dalam formulir
survei HI tersebut ditambahkan item terkait bidang keselamatan.
c) Fatalitas laka :
Ukuran tingkat fatalitas bagi korban yang terlibat kecelakaan lalu lintas. Fatalitas
laka dapat diklasifikasikan menjadi korban meninggal dunia, luka berat, atau pun
luka ringan
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 255
C. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Tahapan bidang keselamatan lalu lintas
Pengumpulan data yang digunakan dalam bidang keselamatan lalu lintas melalui
pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan melalui survey
dan pengamatan terkait dengan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, sedangkan
data sekunder dapat diperoleh dari instansi terkait antara lain Dinas Perhubungan,
kepolisian, rumah sakit, puskesmas, PU atau Bina Marga dan Jasa Raharja serta
sumber-sumber lainnya.Dibawah ini digambarkan tahapan langkah kerja PKL bidang
keselamatan lalu lintas.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 256
DATA PRIMER :
A. Kejadian Kecelakaan
PENGUMPULAN 1. Survai Spot Speed
DATA 2. Investigasi daerah rawan kecelakaan
3. Survai wawancara pada daerah
rawan kecelakaan
B. Faktor Manusia (disesuaikan
DATA SEKUNDER : dengan penyebab kecelakaan
1. Data kecelakaan dari data mentah)
2. Data Populasi (Penduduk), 1. Survai penggunaan sabuk
Jumlah Kendaraan, Panjang Kalau data tidak lengkap keselamatan
DRK VERSI POLISI
Jalan, Volume Lalu Lintas, 2. Survai penggunaan helm
Jumlah SIM 3. Survai penyalaan lampu disiang hari
3. Data fasilitas IGD, Ambulance 4. Survai Karakteristik Pejalan Kaki)
sebagai bantuan darurat C. Faktor Sarana
kecelakaan 1. Kelegalan Uji
Kalau data lengkap
4. Hasil Survai wawancara HI (lokasi DRK VERSI TARUNA 2. Modifikasi Kendaraan
rawan kecelakaan) (PERANGKINGAN 10 BESAR) 3. Survai penyalaan lampu disiang hari
5. Data Kecelakaan pada 4. Survai fasilitas tanggap darurat pada
Perlintasan Sebidang angkutan umum
D. Faktor Prasarana
1. Survai inventarisasi
2. Survai lokasi/ruas potensi kecelakaan
ANALISIS KEJADIAN KECELAKAAN:
ANALISIS TINGKAT KECELAKAAN (MIKRO)
(MAKRO)
1. Analisis tipe kecelakaan
A. ANALISIS TREN KECELAKAAN
2. Analisis faktor penyebab
(meningkat atau menurun)
B. Tingkat Kecelakaan 3. Analisis kecelakaan berdasarkan SIM yang
diterbitkan
1. Kecelakaan per 100.000 penduduk
4. Analisis jenis kendaraan yang terlibat
2. Kecelakaan per 10.000 kendaraan
5. Analisis berdasarkan usia, jenis kelamin,
3. Kecelakaan per 1.000.000 km travel
pekerjaan dan pendidikan
4. Jumlah kematian per kecelakaan
6. Analisis berdasarkan jam, hari, minggu,
(severity index)
bulan dan tahun kejadian kecelakaan
7. Analisis potensi laka
8. Diagram collision (apabila data tersedia)
IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 257
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan PKL bidang
keselamatan lalu lintas ini pada tahap awal Taruna/i perlu mengumpulkan data
sekunder terlebih dahulu. Setelah mendapatkan data sekunder dari instansi terkait
maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisa data kecelakaan secara makro
dengan menggunakan data sekunder.
Hal ini sedikit berbeda dengan pelaksanaan PKL sebelumnya, dimana Taruna/i tidak
melaksanakan pengumpulan data primer dan sekunder secara bersamaan. Akan tetapi,
setelah mendapatkan data sekunder maka selanjutnya adalah melakukan analisa data
kecelakaan secara makro. Selanjutnya, sebelum melakukan survai primer maka
Taruna/i perlu merencanakan terlebih dahulu jenis survai apa saja yang dibutuhkan
untuk menganalisa data kecelakaan di wilayah studi. Dimana hal ini disesuaikan
dengan kondisi karakteristik wilayah studi PKL.
Apabila data sekunder kecelakaan yang didapatkan taruna lengkap, maka selanjutnya
Taruna/i perlu melakukan analisis data kecelakaan secara mikro dan Taruna/i
melakukan analisis perangkingan DRK (sumber data berdasarkan data lengkap dari
kepolisian). Perangkingan lokasi DRK tersebut adalah 10 peringkat terburuk yang
rawan kecelakaan di lokasi wilayah studi tersebut. Dan selanjutnya, Taruna/i
merencanakan survai primer di lokasi studi PKL sesuai dengan hasil analisis
mikronya.
Namun, apabila di lokasi PKL memiliki keterbatasan data, maka Taruna/i mendatangi
kantor kepolisian untuk meminta lokasi yang sudah ditetapkan polisi sebagai daerah
rawan kecelakaan, tanpa melakukan analisa perangkingan DRK berdasarkan
pembobotan. Jadi, Taruna/i hanya menggunakan data lokasi DRK yang sudah
ditetapkan kepolisian. Lalu selanjutnya melakukan perencanaan survai primer terkait
lokasi wilayah studi PKL.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 258
2. Teknis survai bidang keselamatan lalu lintas
Untuk melakukan pengidentifikasian permassalahan pada wilayah studi PKL terkait
bidang keselamatan lalu lintas, maka perlunya melaksanakan survai di lapangan guna
mendapatkan data – data primer. survai – survai yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Survai Inventarisasi
Survai inventarisasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan prasarana, fasilitas
perlengkapan jalan, serta menilai kondisi prasarana/ fasilitas jalan dalam keadaan
normal maupun sudah terjadi kerusakan. Survai ini dilakukan di ruas jalan,
persimpangan, serta daerah rawan kecelakaan.
1) Pendahuluan
Data inventarisasi jalan dimaksudkan untuk mengidentifikasi karakteristik
prasarana jalan, antara lain panjang jalan, lebar jalan, kondisi jalan, dan juga
fasilitas perlengkapan jalan secara visual, dengan pertimbangan bahwa
komponen-komponen tersebut dapat mempengaruhi kapasitas ruas jalan
maupun persimpangan, pergerakan serta keselamatan lalu lintas.
3) Target Data
Target data yang akan didapatkan dari survei inventarisasi jalan adalah
hambatan samping, panjang ruas jalan, lebar jalur efektif jalan, lebar bahu
jalan, lebar median, lebar trotoar, lebar drainase, jenis perkerasan jalan, tipe
jalan, fungsi jalan dan pembinaan jalan.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 259
4) Persiapan Survei
a) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survei
inventarisasi jalan adalah :
Pita ukur ( roll meter )
Roda meteran (walking measure)
Alat-alat tulis ( pensil, dan lain-lain )
Clip board
Formulir survei,sudah diisi dengan nomor node/link, dan nama jalannya
Kendaraan survei
Peta Jaringan jalan
b) Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan untuk melakukan survei inventarisasi
jalan di wilayah studi PKL adalah dari seluruh anggota kelompok Tim PKL.
c) Lokasi survey
Survey inventarisasi ruas jalan dilakukan pada ruas jalan yang berada di
lokasi PKL. Selain itu survey inventarisasi persimpangan dilakukan pada
persimpangan tempat lokasi survey gerakan membelok.
6) Pelaksanaan Survei
Survei inventarisasi jalan dilaksanakan dengan cara mengamati, mengukur
dan mencatat data kedalam formulir survei, sesuai dengan target data yang
akan diambil.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 260
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan survei ini adalah pengamatan
yang dilakukan dengan cara mengukur semua titik survei yang ditetapkan,
yaitu :
a) Panjang jalan, lebar jalan, lebar bahu, lebar trotoar, lebar median, dan
lebar drainase.
b) Lokasi dan jenis rambu.
c) Lokasi parkir di badan jalan dan diluar jalan, serta sudut parkir.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 261
3) Target data
Target data yang diamati adalah data arus lalu lintas atau jumlah dan
jenis/klasifikasi jenis kendaraan untuk setiap arah dalam satuan waktu tertentu.
4) Persiapan Survei
a) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survei
pencacahan lalu lintas adalah :
Alat-alat tulis ( pensil, dan lain-lain ),
Alat penghitung ( counter )
Clip board,
Formulir survei,
Stop watch.
b) Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan untuk melakukan survei pencacahan
lalu lintas di wilayah studi disesuaikan dengan jumlah ruas jalan yang
disurvai dan banyaknya tenaga pelaksana serta alokasi waktu untuk
melaksanakan survai tersebut.
c) Lokasi survei
Survei pencacahan lalu lintas terklasifikasi ini dilaksanakan pada kordon
dalam dan kordon luar di daerah wilayah studi.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 262
6) Pelaksanaan Survei
Survei pencacahan lalu lintas dilaksanakan dengan cara menghitung setiap
kendaraan yang melintasi titik pengamatan di suatu ruas jalan sesuai dengan
klasifikasi yang telah ditentukan sebelumnya dalam formulir survei. Dimana
surveyor menempati posisi yang nyaman dan jarak pandang yang tidak
terhalang oleh benda apapun guna melihat kendaraan yang melintas di depan
surveyor. Survei dilakukan setiap interval 15 menit selama 16 jam dan 24 jam
dimulai pukul 06.00-22.00 wib dan pukul 06.00-06.00 wib.
3) Target data
Target data survai investigasi daerah kecelakaan adalah pencatatan
kelengkapan fasilitas jalan dan kondisi jalan yang ada.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 263
4) Persiapan survai
a) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survai
kecepatan segmen ini adalah :
(1) Alat tulis
(2) Clip board
(3) Formulir survai
b) Lokasi survai
Survai ini dilakukan di jalan yang sering terjadi kecelakaan serta ruas jalan
yang berpotensi sering menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
5) Pelaksanaan survai
Survai dilakukan dengan mengisi formulir dengan mengisikan catatan-catatan
khusus di daerah lokasi terjadinya kecelakaan disertai dengan foto kondisi
eksisting fasilitas dan kondisi jalan.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 264
3) Target data
Target data yang akan didapatkan dalam survai ini adalah kecepatan rata-rata
ruas jalan.
4) Persiapan survai
a) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survai
kecepatan segmen ini adalah :
(1) Alat tulis
(2) Clip board
(3) Formulir survai
(4) Stop watch
(5) Bendera/ alat pemberi isyarat
(6) Speed gun (bila ada)
b) Lokasi survai
Survai ini dilakukan di lokasi DRK/DPK
5) Pelaksanaan survai
Pengambilan data survai kecepatan ini dilakukan bersamaan dengan survai
pencacahan lalu lintas terklasifikasi. Data kecepatan ini diperoleh dengan cara
mengukur waktu tempuh kendaraan yang melintasi dua garis sejajar A dan B
yang telah ditentukan dan diketahui jaraknya, serta dilakukan di lokasi yang
sama dengan lokasi pengambilan data volume lalu lintas.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 265
Langkah-langkah mencari data kecepatan segmen adalah sebagai berikut :
a) Menentukan lokasi survai yang bebas pandangannya dalam jarak 50/100
meter.
b) Menetapkan batas ruang yang akan dikaji sepanjang penggal jalan 50/100
meter, penandaan batas penggal ini dilakukan pada malam hari sehingga
tidak mengganggu arus lalu lintas yang ada.
c) Perhitungan waktu kecepatan kendaraan dilakukan dengan cara mencatat
waktu kendaraan yang melewati tanda batas penggal yang sudah
ditetapkan (sejauh 50/100m).
d) Setiap interval waktu lima belas menit diambil sampel kecepatan kedaraan
sesuai dengan klasifikasi kendaraan.
Keterangan :
A : garis penggal A
B : garis penggal B
S : jarak antara garis penggal yaitu 50/100 m
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 266
2) Maksud dan tujuan
Maksud dilakukanya survai pengguna helm adalah mengidentifikasi penyebab
kecelakaan sepeda motor sering menimbulkan luka berat bahkan kematian.
Hal ini terkait dengan tingginya tingkat kecelakaan yang menyebabkan luka
berat bahkan kematian disebabkanya tidak menggunakan pelindung kepala.
Sedangkan untuk tujuan pelaksanaan survai penggunaan helm adalah untuk
mengetahui persentase penggunaan helm dan tidak pada pengendara sepeda
motor.
3) Target data
Target data yang diamati adalah banyaknya kendaraan bermotor yang melintasi
daerah survai serta banyaknya pengguna sepeda motor yang tidak
menggunakan helm.
4) Persiapan survai
a) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survai
pengguna helm ini adalah :
(1) Alat tulis
(2) Clip Board
(3) Formulir survai
b) Lokasi survai
Survai ini dilakukan di jalan yang sering terjadi kecelakaan serta ruas jalan
yang berpotensi sering menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 267
5) Pelaksanaan survai
Survai dilakukan dengan cara observasi langsung dimana surveyor mencatat
jumlah pengguna sepeda motor yang tidak menggunakan helm. Dalam
pelaksanaanya, pengendara sepeda motor dapat dikategorikan menjadi
beberapa kondisi, yaitu :
a) Sepeda motor dengan 2 orang pengendara, 2 orang tidak memakai helm
berarti dianggap 1 kendaraan tidak menggunakan helm.
b) Sepeda motor dengan 1 orang memakai helm dan satu pengendara lagi
tidak memakai helm, berarti pengendara dihitung 1 kendaraan tidak
memakai helm.
c) Sepeda motor dengan pengendara memakai helm semua tidak dihitung.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 268
3) Target data
Target data dari survai pengguna sabuk pengaman adalah jumlah pengguna
mobil pribadi yang menggunakan sabuk pengaman. Dari data ini dapat
diketahui rasio pengguna sabuk pengaman dengan jumlah kendaraan yang
beroperasi di jalan.
4) Persiapan survai
a) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survai
pengguna helm ini adalah :
(1) Alat tulis
(2) Clip Board
(3) Formulir survai
b) Lokasi survai
Survai ini dilakukan di jalan yang sering terjadi kecelakaan serta ruas jalan
yang berpotensi sering menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
c) Waktu pelaksanaan survai
Survai ini dilakukan pada periode sibuk pag dan sore.
5) Pelaksanaan survai
Pelaksanaan survai dilakukan dengan mencatat pengguna kendaraan mobil
pribadi yang tidak menggunakan sabuk pengaman saat berkendara. Apabila
pengguna mobil pribadi yang duduk di kursi depan baik supir maupun
penumpang yang tidak menggunakan sabuk pengaman, maka dicatat sebagai
pengguna kendaraan yang tidak menggunakan menggunakan sabuk pengaman.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 269
2) Maksud dan tujuan
Survai pejalan kaki dimaksudkan untuk mengidentifikasi pengaruh pejalan
kaki dengan ruas jalan yang ada. Untuk tujuan dilakukannya survai pejalan
kaki adalah mengetahui jumlah pejalan kaki yang menyusuri maupun
menyeberang suatu ruas jalan.
3) Target data
Target data survai pejalan kaki adalah :
a) Jumlah pejalan kaki menyeberang ruas jalan.
b) Jumlah pejalan kaki menyusuri ruas jalan.
4) Persiapan survai
a) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survai
pengguna helm ini adalah :
(1) Alat tulis
(2) Clip Board
(3) Formulir survai
(4) Stopwatch
b) Lokasi survai
Survai ini dilakukan di jalan yang sering terjadi kecelakaan serta ruas jalan
yang berpotensi sering menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 270
5) Pelaksanaan survai
a) Survai menyeberang jalan
Survai dilakukan dengan cara menghitung setiap orang yang menyeberang
jalan pada suatu ruas jalan baik yang menyeberang dari zebra zross maupun
tidak selama periode waktu survai.
b) Survai menyusuri ruas jalan
Survai ini dilakukan dengan cara menghitung semua orang yang
menyeberang dan menyusuri ruas jalan yang melewati garis survai yang
telah ditentukan selama periode survai.
D. METODE ANALISIS
Teknik analisis kecelakaan dilakukan dengan melakukan beberapa tahapan yaitu:
1. Analisis kejadian laka secara detail
a. Analisis tipe kecelakaan
Analisis tipe kecelakaan dilakukan terhadap data kecelakaan yang didapatkan.
Tipe kecelakaan antara lain kecelakaan depan-depan (head on collision),
kecelakaan tabrak samping (rear on collision), kecelakaan lepas kendali atau
kecelakaan tunggal, kecelakaan belakang-depan, dll.
b. Analisis berdasarkan faktor penyebab (manusia, kendaraan, jalan dan lingkungan)
Analisis berdasarkan faktor penyebab kecelakaan dilakukan lebih mendalam.
Biasanya walaupun faktor manusia menjadi faktor yang paling dominan sebagai
penyebab kecelakaan namun perlu dilakukan analisis lebih mendalam lagi. Seperti
kecelakaan yang disebabkan oleh manusia karena kelelahan, kurang hati-hati,
kurang disiplin berlalu lintas, tidak menyeberang pada tempat penyeberangan dan
lain-lain.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 271
Sedangkan faktor penyebab kecelakaan karena lingkungan misalnya adanya kabut,
asap dan banjir pada saat pengguna jalan melintasi suatu ruas jalan.
f. Analisis berdasarkan jam, hari, minggu, bulan dan tahun kejadian kecelakaan
Analisis kecelakaan berdasarkan jam dalam hari, hari dalam minggu, minggu
dalam bulan dan bulan dalam tahun dilakukan untuk mengetahui kecenderungan
waktu kejadian kecelakaan apakah umumnya terjadi pada pagi hari atau sore hari
atau hari tertentu dalam minggu atau bulan tertentu dalam tahun.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 272
g. Analisis kecenderungan kecelakaan (trend)
Analisis kecenderungan kecenderungan atau trend kecelakaan dapat diketahui dari
data 3-5 tahunan yang ada. Analisis kecenderungan antara lain terkait dengan
kelompok pengguna jalan yang sering terlibat, jenis kendaraan yang paling sering
terlibat, lokasi kejadian, fatalitas koban, fungsi dan status jalan dan lain-lain.
h. Analisis potensi laka melalui pelaksanaan hasil audit dan inspeksi keselamatan
jalan pada persimpangan dan ruas
Untuk mengetahui adanya potensi laka pada ruas-ruas jalan pada lokasi studi
dilakukan melalui pelaksanaan audit keselamatan jalan atau inspeksi keselamatan
jalan pada ruas-ruas jalan terpilih yang dianggap berpotensi untuk terjadinya
kecelakaan. Untuk melaksanakan audit dan inspeksi dengan menggunakan
formulir check list audit dan inspeksi keselamatan. Dari hasil pelaksanaan audit
atau inspeksi akan diketahui permasalahan keselamatan yang ada,
kemungkinan/potensi jenis laka yang mungkin akan terjadi dan usulan
penanganannya.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 273
3. Peta lokasi rawan laka dan potensi laka
Dari data kepolisian dan dinas perhubungan serta Jasa Raharja biasanya diketahui
lokasi-lokasi yang berpotensi dan rawan kecelakaan. Untuk mengetahui lebih lanjut
tentang kondisi lokasi-lokasi potensi dan rawan kecelakaan tersebut perlu dilakukan
kunjungan langsung ke lapangan dan wawancara dengan penduduk setempat.
Selanjutnya lokasi potensi dan rawan kecelakaan ini dapat ditampilkan pada peta ruas
jalan pada wilayah studi.
Kp (In) = ( N x 100.000) / P
Contoh perhitungan:
Dalam lokasi PKL didapat data jumlah kecelakaan sebesar 50 kejadian per tahun
sedangkan jumlah total penduduk pada tahun kejadian sebesar 200 ribu jiwa maka
index/angka keterlibatan kecelakaan per 100.000 penduduk adalah sebagai berikut:
Diket: N = 50 kejadian
P = 200.000 jiwa
Maka Kp(in) = (50 x 100.000)/ 200.000
= 25
Dari angka perhitungan yang didapat pada lokasi PKL dapat dinyatakan bahwa
index/angka keterlibatan kecelakaan untuk setiap 100.000 penduduk di lokasi PKL
tersebut sebesar 25
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 274
5. Kecelakaan per 10.000 kendaraan terdaftar
Analisis kinerja atau kondisi keselamatan suatu kota atau wilayah studi dapat juga
dilihat dari index/angka keterlibatan kecelakaan per 10.000 kendaraan terdaftar di
kota/kabupaten wilayah studi dengan formula sebagai berikut.
Kk (In) = ( N x 10.000) / Kb
R (In) = ( N x 100.000.000 ) / V
Keterangan :
R(in) = Angka keterlibatan kecelakaan per 100 juta kendaraan – kilometer
N = Total pengemudi yang terlibat kecelakaan selama periode penelitian
V = Kendaraan – Kilometer dari perjalanan selama periode penelitian (V merupakan
jumlah kilometer kendaraan yang dapat ditempuh oleh seseorang dalam satu tahun,
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 275
untuk data V dapat dititipkan pada survai Home Interview dengan pertanyaan berapa
kilometer yang sering di tempuh responden kemudian dikalikan dengan 365 hari).
Contoh perhitungan:
Dalam lokasi PKL didapat data jumlah kecelakaan sebesar 50 kejadian per tahun
sedangkan jumlah total kilometer kendaraan pada tahun kejadian sebesar 1825
kilometer kendaraan maka index/angka keterlibatan kecelakaan per 100.000.000
kilometer kendaraan adalah sebagai berikut:
Diket: N = 50 kejadian
Kb = 365 juta kilometer kendaraan
Maka Kk(in) = (50 x 100.000.000)/ 365.000.000
= 13,69
Dari angka perhitungan yang didapat pada lokasi PKL dapat dinyatakan bahwa
index/angka keterlibatan kecelakaan untuk setiap 100.000.000 kilometer kendaraan di
lokasi PKL tersebut sebesar 13,69.
Ks (In) = ( N x 10.000) / Sm
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 276
Contoh perhitungan:
Dalam lokasi PKL didapat data jumlah kecelakaan sebesar 50 kejadian per tahun
sedangkan jumlah total kepemilikan SIM pada tahun kejadian sebesar 105 ribu SIM
maka index/angka keterlibatan kecelakaan per 10.000 kepemilikan SIM adalah
sebagai berikut:
Diket: N = 50 kejadian
Kb = 105.000 kepemilikan SIM
Maka Kk(in) = (50 x 10.000)/ 105.000
= 4,76
Dari angka perhitungan yang didapat pada lokasi PKL dapat dinyatakan bahwa
index/angka keterlibatan kecelakaan untuk setiap 10.000 kepemilikan SIM di lokasi
PKL tersebut sebesar 4,76.
Dalam laporan umum PKL taruna dapat menambahkan kepemilikan SIM pada saat
kejadian kecelakaan, apakah manusia yang terlibat dalam kecelakaan tersebut
mempunyai kepemilikan SIM atau apakah SIM yang dimiliki sesuai dengan izin
kendaraan yang memngalami kecelakaan.
Analisa tersebut dapat disampaikan dalam laporan umum PKL jika data yang didapat
mendukung untuk melakukan analisa diatas.
SI = ( F / K )
Keterangan:
SI = Severity Index atau tingkat keparahan
K = Kejadian kecelakaan
F = Fatalitas korban (MD)
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 277
Contoh perhitungan:
Dalam lokasi PKL didapat data jumlah kecelakaan sebesar 50 kejadian per tahun
sedangkan jumlah total korban meninggal pada tahun kejadian sebesar 5 korban jiwa
maka tingkat keparahan atau severity index adalah sebagai berikut:
Diket: K = 50 kejadian
F = 5 korban jiwa
Maka Kk(in) = 5 / 50
= 0,1
Dari angka perhitungan yang didapat pada lokasi PKL dapat dinyatakan bahwa tingkat
keparahan atau severity index di lokasi PKL tersebut sebesar 0,1.
Tingkat penggunaan sabuk keselamatan yang tinggi dapat mengurangi fatalitas korban
kecelakaan lalu lintas pada setiap kejadian kecelakaan. Survey atau observasi
penggunaan sabuk keselamatan dapat dilakukan pada ruas-ruas jalan utama atau jalan
tertentu pada wilayah studi.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 278
11. Persentase penggunaan helm
Pengendara sepeda motor merupakan salah satu pengguna jalan yang paling berresiko
di jalan, hal ini antara lain disebabkan dimensinya yang relative kecil terhadap
kendaraan lain, kurangnya perlindungan keselamatan dan disiplin pengendara sepeda
motor yang umumnya sangat rendah.
Semakin tinggi tingkat penggunaan helm pada wilayah studi diharapkan tingkat
keselamatan semakin meningkat. Survey untuk mengetahui tingkat penggunaan helm
dapat dilakukan pada ruas-ruas jalan utama atau tertentu pada wilayah studi.
Keterangan:
x! : e = 2,71828
µ = rata-rata keberhasilan = n . p
x = Banyaknya unsur berhasil dalam sampel
n = jumlah/ukuran populasi
p = probabilitas kelas sukses
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 279
Catatan:
1. Untuk menentukan jumlah sample pada setiap survey:
a. Apabila jumlah populasi bisa dihitung atau terbatas, maka sampel minimal
10%.
b. Apabila populasi tidak terhingga dan 10% dianggap terlalu banyak, maka
minimal jumlah sampel sebanyak 100
c. Dan apabila jumlah 100 masih dirasakan terlalu banyak, maka jumlah sampel
cukup 30
2. Formula untuk pengambilan sampel survey:
n = N
1 + Ne2
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 280
E. UNJUK KERJA BIDANG KESELAMATAN LALU LINTAS
1. PETA PENYEBARAN LOKASI KEJADIAN KECELAKAAN DAN
FATALITAS KECELAKAAN
Peta penyebaran lokasi kejadian kecelakaan dan fatalitas kecelakaan dapat dibuat
dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kepolisian, rumah sakit dan
jasa raharja. Dari data tersebut kemudian lokasi kejadian kecelakaan diplotkan
terhadap peta lokasi studi PKL.
Pembuatan peta penyebaran lokasi kejadian kecelakaan dan fatalitas kecelakaan dibuat
dengan kertas ukuran A3 yang dimasukkan kedalam laporan umum PKL.
Jika data sekunder lokasi kejadian kecelakaan dan fatalitas kecelakaan tidak diperoleh
pada lokasi studi PKL, maka peta penyebaran lokasi kejadian kecelakaan dan fatalitas
kecelakaan tidak harus dibuat tetapi diwajibkan untuk membuat peta lokasi rawan
kecelakaan lalu lintas dan potensi kecelakaan lalu lintas berdasarkan data wawancara
disetiap kepolisian resort (polres) dan data hasil survai Home Interview dari tim
perencanaan transportasi.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 281
Gambar VI.3. peta lokasi kejadian kecelakaan
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 282
Gambar VI.4. peta lokasi kecelakaan yang terdapat korban meninggal dunia
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 283
2. PETA LOKASI RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN POTENSI
KECELAKAAN LALU LINTAS
Peta lokasi rawan kecelakaan lalu lintas dapat dibuat dengan menggunakan data survai
di tiap-tiap kepolisian resort (polres) berdasarkan Undang-undang No 22 tahun 2009
tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan kepolisian wajib menentukan daerah rawan
kecelakaan.
Sedangkan untuk peta lokasi potensi kecelakaan lalu lintas dapat dibuat dengan
menggunakan data survai tim perencanaan transportasi dengan menitipkan pertanyaan
pada form survai Home Interview (HI). Survai ini dilakukan dengan menitipkan
pertanyaan pada wawancara Home Interview (HI) dengan pertanyaan lokasi dimana
saja yang sering kali terjadi kecelakaan.
Dari data tersebut kemudian taruna membuat analisa apakah lokasi-lokasi tersebut
masuk daerah berpotensi menimbulkan kecelakaan dengan mempertimbangkan
infrastruktur baik kondisi jalan, rambu-rambu dan kondisi lingkungan. Dari analisa
tersebut lokasi-lokasi potensi kecelakaan lalu lintas diplotkan terhadap peta lokasi
studi PKL. Pembuatan peta penyebaran lokasi rawan kecelakaan lalu lintas dan potensi
kecelakaan lalu lintas dibuat dengan kertas ukuran A3 yang dimasukkan kedalam
laporan umum PKL.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 284
Gambar VI.3. peta lokasi kejadian kecelakaan
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 285
Gambar VI.4. peta lokasi kecelakaan yang terdapat korban meninggal dunia
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 286
3. PERANGKINGAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN
Pada wilayah studi kemungkinan terdapat beberapa lokasi rawan kecelakaan. Untuk
mengetahui lokasi kecelakaan yang paling rawan dan untuk melakukan prioritas
penanganan maka perlu dilakukan perangkingan lokasi rawan kecelakaaan pada
wilayah yang dimaksud. Adapun metode perangkingan yang dapat digunakan adalah
dengan memberikan bobot kepada korban meninggal dunia, luka berat dan luka ringan,
status dan fungsi jalan lokasi rawan laka dan kerugian materil dengan bobot sebagai
berikut:
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 287
4. FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN
Dalam menilai unjuk kerja keselamatan lalu lintas maka pentingnya melakukan
analisis data kecelakaan lalu lintas terkait faktor penyebab kecelakaan. Dalam
melakukan analisis terkait faktor penyebab kecelakaan ini dilakukan dalam 2 tahapan
yaitu :
a. Analisis faktor penyebab kecelakaan daerah studi
Pada tahapan ini Taruna/I perlu melakukan analisis faktor penyebab kecelakaan
dari semua faktor yang ada di wilayah studi PKL. Dimana analisis faktor
penyebab kecelakaan ini terdiri dari analisis faktor sarana, prasarana, manusia,
dan lingkungan pada wilayah studi PKL.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai faktor utama penyebab terjadinya
kecelakaan pada wilayah studi PKL dari setiap tahun kejadian. Sehingga, apabila
faktor penyebab utama mengapa kecelakaan tersebut dapat terjadi telah diketahui,
maka selanjutnya dari faktor penyebab utama tersebut lebih dianalisa secara lebih
detail di tahapan analisis data kecelakaan di DRK.
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 288
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FORMULIR SURVAI
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD INVENTARISASI
TIM PKL KABUPATEN/ KOTA…… DAERAH RAWAN
TAHUN 2020/2021 KECELAKAAN
Nama jalan :
Lokasi :
Hari/ tgl/ jam :
Surveyor :
FOTO
LOKASI
ITEM FOKUS PEMERIKSAAN YA/ TIDAK CATATAN
(CHECK
LIST)
Median/ separator Apakah ruas jalan eksisting
memiliki median?
Apakah jalan eksisting ditinggikan?
Bahu Jalan Apakah lebar bahu jalan eksisting
memenuhi kebutuhan sesuai
fungsi/ kelas jalan?
Apakah posisi bahu jalan sama rata
dengan permukaan jalan?
Apakah posisi bahu jalan lebih
rendah dari permukaan jalan?
Drainase Apakah dimensi sesuai dan desain
sesuai kebutuhan?
FASILITAS UNTUK LALU LINTAS
YA/ TIDAK CATATAN
TAK BERMOTOR
Pejalan Kaki Apakah tersedia jalur/ lajur lintasan
yang memadai serta
penyeberangan untuk pejalan kaki?
Pejalan kaki : Apakah tersedia perhentian bus/
Lintasan kendaraan yang terintegrasi
penyeberangan dengan lajur pejalan kaki?
Apakah perhentian bus/ angkot
ditempatkan secara tepat dengan
cukup jelas dari lajur lalu lintas
untuk keselamatan dan jarak
pandang?
Rambu dan Marka Apakah tersedia perambuan yang
cukup pada lokasi penyeberangan
pejalan kaki?
FASILITAS UNTUK LALU LINTAS
YA/ TIDAK CATATAN
KENDARAN BERMOTOR
Fasilitas sepeda Apakah diperlukan sepeda motor
motor pada ruas jalan ini?
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 289
FOTO
LOKASI
ITEM FOKUS PEMERIKSAAN YA/ TIDAK CATATAN
(CHECK
LIST)
Fasilitas Apakah ruas jalan ini memiliki lajur
kendaraan khusus untuk angkutan
penumpang penumpang umum, seperti lajur
khusus bus atau lajur khusus
angkutan kota?
Apakah lajur tersebut diperlukan
pada ruas jalan ini?
Fasilitas angkutan Apakah ruas jalan ini dapat dilalui
jalan oleh kendaraan angkutan barang
(truk besar dan truk kontainer)?
Bila tidak, apakah tersedia
perambuan yang cukup untuk
melarang kendaraan tersebut
melalui ruas jalan ini?
KONDISI PENERANGAN YA/ TIDAK CATATAN
Lampu Apakah tersedia lampu penerangan
penerangan jalan jalan?
Apakah semua penerangan masih
beroperasi dengan baik?
LAMPU, RAMBU DAN MARKA JALAN YA/ TIDAK CATATAN
Rambu lalu lintas Apakah semua memenuhi secara
reguler, rambu peringantan dan
rambu petunjuk yang ditempatkan?
Apakah membingungkan?
Apakah terdapat rambu-rambu
yang berlebihan?
Apakah rambu-rambu lalu lintas ini
ada tempat yang tepat dan apakah
posisinya sesuai dengan ruasn
bebas samping dan ketinggiannya?
Marka jalan Apakah marka reflektiv dipasang?
Apakah semua perkerasan jalan
memiliki marka?
Apakah marka jalan (marka garis
tengah, marka garis tepi) tampak
jelas dan efektif pada semua
kondisi (sinag, malam, hujan, dsb)
KONDISI PERKERASAN JALAN YA/ TIDAK CATATAN
Kerusakan Apakah perkerasan jalan bebas
perkerasan dari kerusakan (permukaan
bergelombang, dsb) yang dapat
menyebabkan persoalan
keselamatan (seperti kehilangan
kendali)?
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 290
FOTO
LOKASI
ITEM FOKUS PEMERIKSAAN YA/ TIDAK CATATAN
(CHECK
LIST)
Skid resistance Apakah permukaan perkerasan
(kekesatan) memiliki skid resistance
(kekesatan) yang memadai?
Genangan Apakah perkerasan jalan terbebas
dari penggenangan dan pengaliran
air yang menyebabkan terjadinya
masalah keselamatan?
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 291
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FORMULIR SURVAI
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD INVENTARISASI
TIM PKL KABUPATEN/ KOTA…… SIMPANG
2020/2021
HARI/ TANGGAL :
SURVEYOR :
CUACA :
Nama Simpang : Nama Ruas Jalan Pendekat :
Kode Simpang : Ruas Mayor :
Jumlah Kaki : Ruas Minor :
Tipe Pengaturan : Tipe Jalan Pendekat :
Jumlah Fase : Hambatan Samping :
Lebar Jalur Efektif (m) : Jenis Perkerasan :
Waktu Hijau : Rambu :
Waktu Siklus : Marka :
Total Waktu Siklus :
GEOMETRIK SIMPANG
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 292
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FORMULIR SURVAI
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD INVENTARISASI
TIM PKL KABUPATEN/ KOTA…… JALAN
TAHUN 2020/2021
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 293
FORMULIR
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SURVAI
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA -
STTD INVENTARISASI
TIM PKL KABUPATEN/ KOTA…… PENGGUNAAN
TAHUN 2020/2021 HELM
1 0 -15
2 15 – 30
3 30 - 45
4 45 - 60
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 294
FORMULIR
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SURVAI
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA -
STTD INVENTARISASI
TIM PKL KABUPATEN/ KOTA…… PENGGUNAAN
SABUK
TAHUN 2020/2021 PENGAMAN
1 0 -15
2 15 – 30
3 30 - 45
4 45 - 60
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 295
FORMULIR
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
SURVAI
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA -
INVENTARISASI
STTD
TIM PKL KABUPATEN/ KOTA…… PENYALAAN
LAMPU SEPEDA
TAHUN 2020/2021
MOTOR
1 0 -15
2 15 – 30
3 30 - 45
4 45 - 60
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 296
FORMULIR
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
SURVAI
KECEPATAN
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA -
SETEMPAT
STTD
(SPOT SPEED)
TIM PKL KABUPATEN/ KOTA…… RUAS JALAN
TAHUN 2020/2021
NO WAKTU KECEPATAN
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 297
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FORMULIR
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA -
STTD SURVAI
TIM PKL KABUPATEN/ KOTA…… PEJALAN KAKI
TAHUN 2020/2021 MENYUSURI
Nama Jalan :
Hari/ Tanggal survai :
Jarak :
Nama Surveyor :
Gambar Sketsa
15 – 30
30 – 45
45 – 60
Total
15 – 30
30 – 45
45 – 60
Total
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 298
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FORMULIR
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA -
STTD SURVAI
TIM PKL KABUPATEN/ KOTA…… PEJALAN KAKI
TAHUN 2020/2021 MENYEBERANG
Nama Jalan :
Hari/ Tanggal survai :
Jarak :
Nama Surveyor :
Gambar Sketsa
0 – 15
15 – 30
30 – 45
45 – 60
TotaLl
PEDOMAN PKL DIII MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021 299