Disusun Oleh :
Isfandina
41115010107
Dosen Pembimbing :
Ir. Alizar, MT
FAKULTAS TEKNIK
2019
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Daftar Isi
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN..........................................................................................iv
SURAT PENGESAHAN..........................................................................................v
KATA PENGANTAR..............................................................................................vi
DAFTAR ISI...........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xiv
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Daftar Isi
2.3 Struktur Jalan Rel................................................................................ II-4
ix
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Daftar Isi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... III-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Daftar Isi
4.2.2 Peninggian Rel.................................................................... IV-11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 8 Pembagian Kelas Jalan Rel di Indonesia (PM No.60 Tahun 2012) ..........II-36
xii
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Daftar Tabel
Tabel 4. 5 Alinemen Horizontal Berdasarkan Data Lapangan (Lanjutan) ...............IV-19
xiii
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Daftar Gambar
Gambar 4. 5 Skema Jalur Stasiun Manggarai..............................................................IV-4
xv
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
Pesatnya laju pertumbuhan pendudukan dan penggunaan moda transportasi pribadi serta
program pemerintah yang berbasis rel yaitu seperti MRT (Mass Rapid Transit), LRT
(Light Rail Transit), DDT (Double Double Track). Pembangunan Infrastruktur berbasis
rel ini diharapkan sebagai solusi dari kemacetan khususnya di wilayah Jabodetabek
karena merupakan moda transportasi masal yang dapat mengangkut penumpang dengan
Proyek DDT (Double Double Track) merupakan proses perbaikan pelayan oleh PT.
Kereta Api Indonesia dengan membuat jalur terpisah antara jalur kereta jarak jauh (main
line) dengan commuter line agar tidak menghambat lajunya kereta saat akan memasuki
stasiun induk khususnya stasiun manggarai. Dalam proses pengerjaan permisahan jalur
oleh pihak pelaksana yaitu PT. Wijaya Karya Tbk (persero) diperlukannya
temporary pada jalur 10 diperlukan agar dapat menghubungkan jalur 10 ( bogor line)
dengan jalur 6 dan 7 (jalur bogor – tanah abang). Karena akan dilaksanakan
pembangunan stasiun manggarai section B maka jalur 6 dan 7 tidak dapat beroperasi
untuk sementara waktu sehingga perlu adanya pengalihan jalur agar tidak menghambat
I-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB I Pendahuluan
Dalam merancang desain track temporary memiliki beberapa kendala yang harus
diperhatikan yaitu adanya bangunan pier kolom (track eleveted) yang dapat
mempengaruhi ruang bangun dalam pengambilan nilai radius yang akan digunakan serta
terdapatnya beberapa lahan yang digunakan sebagai akses keluar masuk barang dan alat.
2. Keterbatasan lahan yang tersedia sebagai akses jalan alat dan tempat
jalur 10,
3. Ada beberapa pekerjaan struktur (kolom pier) pada track leveling yang belum
selesai.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dapat
I-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB I Pendahuluan
4. Berapa besar nilai radius yang digunakan untuk mendesain track temporary ?
Maksud dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui penggunaan serta
menganalisis desain track temporary pada jalur 10 stasiun manggarai. Sedangkan tujuan
yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
jalan rel.
1. Lokasi penelitian merupakan jalur baru 10 (Sta 10+200 sampai dengan Sta
I-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB I Pendahuluan
temporary,
4. Jalur yang ditinjau merupakan jalur kereta api listrik (commuter line),
I-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB I Pendahuluan
BAB I : PENDAHULUAN
I-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB I Pendahuluan
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan dari hasil penelitian yang mengacu
pada Peraturan Dinas No. 10, Peraturan Menteri No.60 tahun 2012
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil analisis yang telah
I-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Rosyidi (2015) mengutip dari (Bowersok et al., 1981) mengungkapkan bahwa
transportasi adalah perpindahan yaitu suatu pergerakan yang memindahkan objek dalam
hal ini adalah orang dan/atau barang yang berasal dari suatu tempat (asal) ke tempat
lainnya (tujuan). Perpindahan disini dengan jelas dimaknai sebagai pergerakan fisik
Utomo (2009) mengemukakan bahwa Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia karena mempunyai peranan yang signifikan dalam
dari satu tempat ke tempat lainnya untuk memenuhi kebutuhan sambil membawa barang
milik mereka yang relatif sedikit. Perpindahan yang sangat sederhana tersebut
merupakan awal dari cara hidup sekarang, yaitu manusia berpergian dengan berbagai
ragam moda transportasi baik melalui darat, sungai, laut maupun udara. Sebagian besar
penduduk dari negara yang sudah maju setiap hari berpergian dari suatu tempat ke
tempat yang lain menggunakan moda transportasi baik untuk melakukan aktifitas
II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Rosyidi (2015) mengemukakan bahwa sistem transportasi dapat diartikan sebagai suatu
bentuk keterkaitan dan keterikatan antara penumpang, barang, sarana dan prasarana
yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang tercangkup dalam
2.2 Perkeretaapian
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan (PM 48 Tahun 2015) perkeretaapian adalah satu
kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta
api. Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi memiliki karakteristik dan
mempunyai faktor keamanan yang tinggi, memiliki tingkat pencemaran yang rendah,
serta lebih efisien dibandingkan dengan moda transportasi jalan untuk angkutan jarak
jauh dan untuk daerah yang padat lalu lintasnya, seperti angkutan perkotaan (undang-
berikut.
II-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
untuk jarak pendek, sedang, dan jauh dengan kapasitas angkut yang besar,
Hal ini karena kereta api mempunyai jalur tersendiri yaitu berupa jalan rel, dan
fasilitas stasiun yang tersendiri sehingga tidak terpengaruh oleh kegiatan lalu
d. Mempunyai kehandalan dalam ketepatan waktu. Hal ini karena kereta api
digunakan oleh moda transportasi yang lain. Perlu disediakannya alat angkut
II-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Hidayat dkk (2001) mengemukakan bahwa secara garis besar, struktur rel dapat dibagi
subbalas (subballast), tanah dasar (improve subgrade) dan tanah asli (natural
ground).
pada kondisi tertentu balas dapat dibagi menjadi 2 lapisan yaitu balas atas (top
Dalam perencanaan jalan rel, penentuan jenis komponen jalan rel seperti balas, bantalan
dan penambat rel serta dimensinya didasarkan pada beberapa beban gandar, kecepatan
II-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Sesuai keterangan yang tercantum dalam PD 10 jalan rel dibagi menjadi 5 kelas :
Beton/Kayu/Baja Elastis
2,5. 106 – 5. R.50/R.5
IV 90 18 Ganda/Tung 25 40
106 0/R.42
60 gal
Kayu/Baja Elastis
V <2,5. 106 80 18 R.42 25 35
60 Tunggal
Sumber : Peraturan Dinas 10
Dalam kaitannya dengan perencanaan dan operasi kereta api. Maka ada beberapa
batasan kecepatan sesuai dengan fungsinya. Didalam ketentuan yang ada di Peraturan
II-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
jalan rel.
𝜮𝑵ᵢ 𝑽ᵢ
Vrencana = c x ............................................................................ (2.3)
𝜮𝑵ᵢ
Keterangan :
c = 1,25
Vᵢ = kecepatan operasi
Kecepatan maksimum adalah kecepatan tertinggi yang diinginkan untuk operasi suatu
Kecepatan operasi adalah kecepatan rata-rata kereta api pada petak jalan tertentu.
Kecepatan komersial adalah kecepatan rata-rata kereta api sebagai hasil pembagian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
dimasudkan agar jalan rel mampu dilewati oleh lokomotif yang lebih besar dengan
kecepatan yang lebih tinggi dan mampu menarik rangkaian gerbong yang lebih berat.
Ketentuan mengenai beban gandar maksimum sebesar 18 ton sesuai dengan yang
Daya angkut lintas adalah jumlah angkutan anggapan yang melewati suatu lintas dalam
jangka waktu satu tahun. Daya angkut lintas mencerminkan jenis serta jumlah beban
total dan kecepatan kereta api yang lewat dilintas yang bersangkutan. Daya angkut
Daya angkut lintas menunjukkan jenis dan jumlah beban total serta kecepatan kereta api
Dimana :
II-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
= 1,1 untuk lintas dengan kereta penumpang dengan kecepatan maksimum 120
km/jam
Dalam berbagai strandar termasuk dalam Peraturan Dinas 10 (PD10), ruang bebas
Ruang Bebas adalah ruang diatas sepur yang senantiasa harus bebas dari segala
rintangan dan benda penghalang. Ruang ini disediakan untuk lalu lintas rangkaian
kereta api. Ukuran ruang bebas untuk jalur tunggal dan jalur ganda, baik pada bagian
lintas yang lurus maupun yang melengkung. Untuk lintas elektrifikasi dan non-
II-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Ruang Bangun adalah ruang disisi sepur yang senantiasa harus bebas dari segala
bangunan tetap seperti antara lain tiang semboyan, tiang listrik dan pagar.
Batas ruang bangun diukur dari sumbu sepur pada tinggi 1 meter sampai 3,55 meter.
b. Pada emplasemen :
c. Pada jembatan :
Penampang melintang jalan rel adalah potongan pada jalan rel dengan arah tegak lurus
sumbu jalan rel. Dimana terlihat pembagian dan ukuran-ukuran jalan rel dalam arah
melintang. Ukuran-ukuran penampang melintang jalan rel berjalur tunggal dan berjalur
ganda tercantum pada tabel 2.2 untuk lintas lurus maupun lintas lengkung.
II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
II-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Geometri jalan rel adalah bentuk dan ukuran jalan rel, baik pada arah memanjang
maupun arah melebar yang meliputi lebar sepur, kelandaian, lengkung horizontal dan
direncanakan dan dirancang agar mencapai hasil yang efisien, aman, nyaman dan
ekonomis. Uraian mengenai geometri jalan rel mengacu pada standar yang digunakan di
indonesia oleh PT. Kereta Api (persero) dan ditambah dengan acuan lainnya.
Lebar sepur (Rail Gauge) adalah jarak terpendek antara kedua kepala rel, diukur dari
sisi dalam kepala rel yang satu sampai sisi dalam kepala rel lainnya. Lebar sepur tidak
menggunakan lebar sepur (track) 1067 mm (3 feet 6 inches) yang tergolong pada
sepur sempit. Lebar sepur 1067 mm digunakan pada jalur lurus sedangkan pada
lengkung horizontal, lebar sepur memerlukan perlebaran yang tergantung pada jari-jari
lengkung horizontalnya.
II-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
angsur arah alinemen horizontal sepur. Pada saat kereta api berjalan melalui lengkung
a. Rel luar mendapatkan tekanan yang lebih besar dibandingkan rel dalam,
b. Keausan rel luar akan lebih banyak dibandingkan dengan yang terjadi pada
perlu diberi peninggian pada rel luarnya. Oleh karena itu, maka perencanaan lengkung
Terdapat tiga jenis lengkung horizontal, yaitu lengkung lingkaran, lengkung transisi
dan lengkung S.
1) Lengkung Lingkaran
II-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
𝒎.𝑽² 𝑮
C= , m=
𝑹 𝒈
Dengan :
C : gaya sentrifugal,
m : massa
G. sin α = C cos α
𝑚.𝑉²
G. sin α = . cos 𝛼
𝑅
𝐺.𝑉 2
G. sin α = . cos 𝛼
𝑔.𝑅
sin 𝛼 𝑉²
= tan 𝛼 =
cos 𝛼 𝑔. 𝑅
ℎ
tan α =
𝑤
II-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
𝑤. 𝑉²
h=
𝑔. 𝑅
w : jarak antara kedua titik kontak roda dan rel sebesar 1120 mm,
8,8. 𝑉² 8,8. 𝑉²
h= , sehingga R =
𝑅 ℎ
8,8. 𝑉 2
R= 𝑎𝑡𝑎𝑢 R = 0,08 𝑉 2
110
ini adalah :
dengan :
II-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
b) Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh berat dan kemampuan dukung
total yang dapat diberikan oleh komponen struktur jalan rel seperti rel,
Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya berat dan kemampuan
𝑚.𝑉²
cos 𝛼 = G sin α + D cos α
𝑅
𝑚.𝑉 2
G sin α = � − 𝐷 � cos 𝛼
𝑅
𝑚.𝑉 2
G tan α = � −𝐷�
𝑅
Besarnya dukungan komponen struktur jalan rel tergantung pada massa dan
D = m. a
dengan :
a : percepatan sentrifugal
m : massa.
Oleh karena :
ℎ
tan α =
𝑤
II-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
maka,
ℎ 𝐺.𝑉² 𝐺
G= = − .𝑎
𝑤 𝑔.𝑅 𝑔
ℎ 𝑉² 𝑎
= −
𝑤 𝑔. 𝑅 𝑔
𝑎 𝑉² ℎ
= −
𝑔 𝑔. 𝑅 𝑤
𝑉² ℎ
𝑎=( − ). 𝑔
𝑔. 𝑅 𝑤
Karena V dalam satuan km/jam, maka perlu diubah menjadi satuan m/det,
sehingga :
𝑉2 ℎ
a = 0,077 −𝑔
𝑅 𝑤
atau :
𝑉² ℎ
𝑎 = −𝑔
13 𝑅 𝑤
ℎ 𝑉²
𝑎 + 𝑔 =
𝑤 13 𝑅
𝑉2
13 𝑅 = ℎ
𝑎+𝑔
𝑤
II-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
𝑉2
13 𝑅 = ℎ
0,0478 𝑔 + 𝑔
𝑤
Dengan w yang merupakan jarak antara kedua titik kontak roda dan rel yaitu
𝑉2
13 𝑅 = ℎ
0,0478 𝑔 + 𝑔
1120
𝑉2
13 𝑅 = 110
0,0478 𝑔 + 𝑔
1120
R = 0,0537 V2
R = 0,054 V2
Sehingga digunakan :
dengan :
sentrifugal yang timbul dan diimbangi oleh gaya berat dan kemampuan
maksimum,
II-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Pada bentuk lengkung horizontal tanpa adanya lengkung transisi dan tidak ada
minimum, yaitu :
𝑉2
ℎ = 8,8 − 53,54
𝑅
Tabel 2.3 memuat dasar jari-jari minimum lengkung horizontal tanpa lengkung
II-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
3) Lengkung Transisi
𝑉2
Gaya sentrifugal = m.a =
𝑅
trasisi, maka :
𝑳
t=
𝑽
dengan :
Sehingga :
𝑚.𝑉 2
𝑚. 𝑎 𝑅
= 𝐿
𝑡
𝑉
𝑎 𝑉³
𝑚. = 𝑚.
𝑡 𝑅. 𝐿
𝑎 𝑉³
=
𝑡 𝑅.𝐿
𝑉³ .𝑡
L=
𝑎.𝑅
II-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
𝑉³
L = 0,06
𝑅
𝑉²
h = 5,95
𝑅
maka diperoleh :
Lh = 0,01 . h. V................................................................(2.8)
dengan :
4) Lengkung S
Lengkung S terjadi apabila dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda arah
(reverse curve) dengan bentuk huruf S. Antara kedua lengkung yang berbeda
arah ini harus ada bagian lurus minimum 20 meter diluar lengkung peralihan
(transisi).
II-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Peninggian rel diperlukan untuk mengimbangi timbulnya gaya sentrifugal pada saat
mengakibatkan kereta terlempar ke arah luar dari lengkung horizontal. Besar gaya
sentrifugal sebanding dengan besar massa dan kecepatan kereta dan berbanding
1. Peninggian Normal
Peninggian normal berdasar pada kondisi komponen jalan rel tidak ikut
𝑉2
𝑅 = 8,8 , atau
ℎ
𝑉2
ℎ = 8,8
𝑅
V = 4,3√𝑅
𝑉2
ℎ=𝑘 dengan nilai hmaksimum = 110 mm, maka diperoleh :
𝑅
(4,3√𝑅)²
110 = 𝑘 dan dapat diperoleh k = 5,95 sehingga :
𝑅
𝑽𝟐
hnormal = 5,95 .............................................................. (2.9)
𝑹
II-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
dengan :
2. Peninggian Minimum
ℎ 𝐺.𝑉² 𝐺
G= = − . 𝑎 , maka :
𝑤 𝑔.𝑅 𝑔
𝑤. 𝑉² 𝑤. 𝑎
ℎ= −
𝑔. 𝑅 𝑔
Karena :
w = 1120 mm,
g = 9,81 (m/detik2),
a = 0,0478 g (m/detik2),
diperoleh :
8,8 .𝑉²
h= − 53,536
𝑅
8,8 𝑉²
ℎ= − 53,54
𝑅
Sehingga digunakan :
𝑽²
hminimum = 𝟖, 𝟖 − 𝟓𝟑, 𝟓𝟒........................................... (2.10)
𝑹
II-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
dengan :
3. Peninggian Maksimum
maksimum sebesar 10% atau hmaksimum = 110 mm. Nilai 110 mm merupakan
saat berhenti.
𝒘
SF x G x Sin α x y = G x cos α x
𝟐
𝑤
tan α =
𝑆𝐹 𝑥 2 𝑥 𝑦
dengan :
Padahal :
ℎ
tan α =
𝑤
sehingga :
ℎ 𝑤 𝑤²
= , atau SF =
𝑤 𝑆𝐹 𝑥 2 𝑥 𝑦 ℎ𝑥2𝑥𝑦
II-24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
SF = 3,35
Dengan demikian maka faktor keamanan terhadap bahaya guling pada saat
sebesar 3,3.
𝑽𝟐
hnormal = 5,95 (mm)..........................................................(2.11)
𝑹
𝑽²
hminimum = 𝟖, 𝟖 − 𝟓𝟑, 𝟓𝟒 (mm)...........................................(2.13)
𝑹
meninggikan rel luar, bukan menurunkan rel dalam. Dengan demikian maka
peninggian rel dicapai dengan cara menempatkan rel dalam tetap pada
elevasinya dan rel luar yang ditinggikan. Hal ini dipilih karena pekerjaan
II-25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
persamaan berikut :
Ph = 0,01 . h. V...........................................................(2.14)
dengan :
II-26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
II-27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Pelebaran sepur dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati lengkung tanpa
mengalami hambatan. Pelebaran sepur dicapai dengan menggeser rel dalam ke arah
dalam.
Pelebaran sepur maksimum yang diijinkan adalah 20 mm. Pelebaran sepur dicapai
gandar. Dua gandar tersebut yaitu gandar depan dan gandar belakang yang
merupakan satu kesatuan yang teguh, sehingga disebut sebagai Gandar Teguh (rigid
wheel base) karena merupakan kesatuan yang teguh maka gandar belakang berada
pada posisi yang sejajar dengan gandar muka yang memungkinkan tertekannya rel
yang antara lain tergantung pada jari-jari tikungan (R), jarak antar gandar (d),
II-28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
1. Kedudukan 1 :
Gandar depan menempel pada rel luar sedang gandar belakang bebas diantara
2. Kedudukan 2 :
Gandar depan mencapai rel luar sedang gandar belakang menempel pada rel
dalam tetapi tidak menekan. Gandar belakang berkedudukan radial terhadap titik
3. Kedudukan 3 :
Gandar depan menempel pada rel luar sedang gandar belakang menekan dan
menempel pada rel dalam. Kedua gandar tidak ada yang letaknya radial terhadap
4. Kedudukan 4 :
Gandar depan menempel pada rel luar sedang gandar belakang menempel pada
rel luar. Kedudukan ini disebut jalan tali busur yang hanya dicapai pada
Gaya tekan yang timbul akibat terjepitnya roda kereta/gerbong akan mengakibatkan
keausan rel dan roda menjadi lebih cepat. Untuk mengurangi percepatan keausan rel
dan roda tersebut, maka perlu dibuat pelebaran sepur. Tiga faktor yang
II-29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Bila R makin kecil dan d makin besar kemungkinan terjepitnya kereta. Karena setiap
negara menggunakan ukuran sepur dan gandar yang berbeda-beda, maka terdapat
perbedaan pendekatan dalam perhitungan pelebaran sepur. PT. Kereta Api (persero)
INDONESIA :
d = 3,00 m ; 4,00 m
r = 1000 mm
f = 30 mm
t = 130 mm
II-30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
2.9.5 Kelandaian
Berdasarkan pada kelandaian dari sumbu jalan rel dapat dibedakan atas 4 (empat)
Landai penentu adalah suatu kelandaian tanjakan (pendakian) terbesar yang ada
pada suatu lintas lurus. Besar landai penentu terutama berpengaruh pada
masing kelas jalan rel, besar landai penentu adalah seperti yang tercantum pada
II-31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
2. Landai curam
kelandaian (tanjakan) pada suatu lintas lurus dapat melebihi landai penentu.
Kelandaian yang melebihi landai penentu tersebut disebut landai curam (Sc).
𝑽𝒌²−𝑽𝒑²
lc = ....................................................................(2.15)
𝟐.𝒈.(𝑺𝒑−𝑺𝒄)
dengan :
Alinemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal yang
melalui sumbu jalan rel tersebut. Alinemen vertikan terdiri dari garis lurus dengan
atau tanpa kelandaian dan lengkung vertikal yang berupa busur lingkaran.
Besar jari-jari minimum dari lengkung vertikal tergantung pada besar kecepatan
II-32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
atau berupa busur lingkaran yang menghubungkan dua kelandaian lintas yang
a. Lengkung cembung
sebagai summit curve atau spur curve. Secara umum, pada dasarnya
b. Lengkung cekung
dibeberapa negara dikenal sebagai valley curve atau sag curve. Seperti
II-33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
turunan yang lain dengan kelandaian yang lebih kecil, atau turunan bertemu
1 𝑑²𝑦
=
2 𝑑𝑥²
𝑑𝑦 𝑥 𝑑𝑦
= + 𝐶1 ; 𝑥 = 0, = 0, maka C1 = 0
𝑑𝑥 𝑟 𝑑𝑥
𝑥²
𝑦= + 𝐶2 ; 𝑥 = 0, y = 0 maka C2 = 0
2𝑅
𝑑𝑦 𝑥 𝑥²
Jadi : = dan 𝑦 =
𝑑𝑥 𝑅 2𝑅
x=ℓ
II-34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
𝑑𝑦 ℓ
a. = ; ℓ=ϕR
𝑑𝑥 𝑅
1
Xm = OA = .ℓ
2
𝑹
Xm = . 𝛟 .................................................................................(2.16)
𝟐
𝑥²
b. 𝑦 = ; ℓ=ϕR
2𝑅
1
Y = Ym ; X = Xm = .ℓ
2
1
ℓ² 𝜙²𝑅²
Y=4 =
2𝑅 8𝑅
𝑹
Ym = . 𝛟²....................................................................(2.17)
𝟖
Jika nilai R sudah ditentukan untuk berbagai harga (perbedaan landai) maka
2.10.1 Rel
Rosyidi (2015) mengemukakan bahwa rel adalah strukur balok menerus yang
mengarahkan pergerakan roda kereta api. Rel juga memiliki kemampuan untuk
menerima secara langsung dan menyalurkan beban kereta api kepada bantalan
tanpa menimbulkan defeksi yang berarti pada bagian balok rel di antara tumpuan
bantalan.
Rosyidi (2015) mengatakan bahwa selain itu, fungsi dari rel adalah menyalurkan
listrik untuk tujuan persinyalan pada kawasan sirkuit jalan rel. Rel juga berfungsi
sebagai pengikat dalam pembentukan struktur jalan rel yang kokoh agar dapat
II-35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Pembagian kelas jalan rel serta tipe rel adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 9 Pembagian Kelas Jalan Rel di Indonesia (PM No.60 Tahun 2012)
Kelas Kapasitas Angkut Kecepatan
Jenis Bantalan/ Jenis
Jalan Lintas Maksimum Tipe Rel
6 Jarak (mm) Penambat
Rel ( x 10 ton/tahun) (km/jam)
I > 20 120 R.60/R.54 Beton/600 EG
II 10 – 20 110 R.54/R.50 Beton/Kayu/600 EG
III 5 – 10 100 R.54/R.50/R.42 Beton/Kayu/Baja/600 EG
IV 2,5 – 5 90 R.54/R.50/R.42 Beton/Kayu/Baja/600 EG/ET
V < 2,5 80 R.42 Kayu/Baja/600 ET
Sumber : Peraturan Menteri No.60 Tahun 2012
2.10.2 Bantalan
Indonesia adalah bantalan beton. Jarak bantalan adalah jarak antara titik tengah
pada bantalan yang beraturan dan nilai optimal untuk rel standar maupun metrik
Rosyidi (2015) menjelaskan bahwa bantalan adalah salah satu komponen dari
sistem strukur jalan rel yang memiliki fungsi utama mengikat rel sedemikian
sehingga kedudukan rel menjadi kokoh dan kuat. Bantalan juga bagian dari sistem
pembebanan struktur rel yang berfungsi untuk menahan beban kereta api melalui
rel dan selanjutnya dapat mendistribukan secara merata dengan tekanan yang lebih
Analisis tegangan pada bantalan didasarkan pada balok terbatas (finite beam)
sebagai berikut :
II-36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
bantalan
𝟒 𝒌
λ =� ....................................................................(2.19)
𝟒𝑬𝑰
persamaan berikut :
𝑸 𝟏
MC/D = [ 2 cosh2 λa(cos 2λc + cosh λL) - 2 cos2 λa (cosh
𝟒𝝀 𝒔𝒊𝒏𝝀𝑳+𝒔𝒊𝒏𝒉𝝀𝑳
L)] ..................................................................................................(2.20)
Dimana, Q = 60% Pd
II-37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
𝑸 𝟏
MO = - [sinh λc (sin λc + sin λ(L-c)) + sin λc (sinh λ c +
𝟐𝝀 𝒔𝒊𝒏𝝀𝑳+𝒔𝒊𝒏𝒉𝝀𝑳
Dimana, Q = 60% Pd
2.10.3 Balas
terbesar akibat lalu lintas kereta pada jalan rel yang berfungsi untuk meneruskan
bantalan dan meloloskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air disekitar
Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1:2 serta balas
atas digunakan untuk pengisi rongga antara bantalan dan dihampar hingga
Syarat dari material balas menurut Peraturan Menteri No.60 Tahun 2012 adalah :
3) Porositas maksimum 3%
8) Keausan balas sesuai dengan test Los Angeles tidak boleh lebih dari 25%.
II-38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Tanah dasar harus mampu menopang beban berat lapisan balas, serta menopang
tegangan akibat dari gaya yang diteruskan oleh bantalan pada balas yang kemudian
diteruskan dan didistribusikan oleh balas kepada lapisan tanah dasar yang
σ1 = ke . y.............................................................................(2.23)
dengan:
II-39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
𝑷 .𝝀
y= . [ 2 .cosh2𝝀a . (cos 2𝝀c + cosh 𝝀l) + 2 .cos2𝝀a .(cosh 2𝝀c + cos
𝟐 .𝒌 .(𝐬𝐢𝐧 𝝀𝑳+𝐬𝐢𝐧𝐡 𝝀𝑳)
𝝀𝒍) + sinh 2𝝀a . (sin 2𝝀c - sinh 𝝀l) – sin 2𝝀a . (sinh 2𝝀c - sin 𝝀l).....................(2.24)
dengan:
4 𝑘
𝜆 : damping factor = � ,
𝐸 .𝐼
ke : koefisien balas, JNR menentukan koefisien balas seperti pada Tabel 2.9
Buruk 3
Sedang 8 – 10
Baik 12 – 15
II-40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Selain metode BoEF dan JNR, Rosyidi (2012) memperhitungkan tekanan di bawah
𝟑𝐱𝑷
σ1 = .....................................................................(2.25)
𝒃𝐱𝒍
dengan:
Material pada balas atas dan balas bawah mempunyai spesifikasi yang berbeda,
dengan:
II-41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Menurut PD No. 10 Tahun 1986, fungsi tanah dasar adalah untuk mendukung
beban yang diteruskan oleh balas kepada tanah dasar, meneruskan beban ke lapisan
di bawahnya, dan memberikan landasan yang rata pada kedudukan di tempat balas
akan diletakkan.Menurut Clarke (1957), tekanan pada tanah dasar dapat ditentukan
𝐁𝐱𝐋
𝛔𝒛 = 𝟐 𝐱 𝐏𝐚 ( 𝐁+𝟐.𝐳 )( 𝐋+𝟐.𝐳 )
...............................................(2.27)
dengan
Z : kedalaman tanah dasar (dalam hal ini sama dengan lapisan balas, diukur
berikut :
𝟏,𝟓 (𝐥−𝐠 )𝐁
𝛔𝒛 = 𝐏𝐫 { .........................................................(2.28)
𝟑 (𝐥−𝐠)+ 𝐁 }𝐳 𝐭𝐠 𝛉
dengan
II-42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pendekatan AREA (1997), tekanan pada tanah dasar dihitung dengan
persamaan berikut :
dengan:
pc : Tekanan yang diberikan pada tanah dasar, termasuk faktor keamanan (psi)
dan JNR untuk memperhitungkan tekanan yang bekerja pada balas seperti pada
persamaan berikut :
𝟓𝟖 𝐱𝝈𝟏
σ2 = ......................................................................(2.30)
𝟏𝟎+ 𝒅𝟏,𝟑𝟓
dengan:
II-43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Selain itu, untuk memperhitungkan tekanan yang bekerja pada tanah dasar
menggunakan metode analisis AREA dan Talbot seperti pada persamaan berikut :
𝟓𝟑,𝟖𝟕 𝐱𝝈𝟏
σ2 = ..........................................................................(2.31)
𝒅𝟏,𝟐𝟓
dengan:
II-44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
II-46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab III √ -
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan metode
wawancara dengan narasumber PT.KAI Divisi Regional II
Sumatera Barat.
II-47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
II-48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
II-49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
II-50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
II-51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab III √ -
Studi dilakukan pada trase jalan rel kereta api stasiun
Sulusuban (69+640) sampai Stasiun Kalibalangan (86+125),
provinsi Lampung.
- Peraturan Menteri Perhubungan No.60 Tahun 2012
tentang persyaratan teknik jalur kereta api dan peraturan
perencanaan konstruksi jalan rel
- Peraturan dinas No.10 Tahun 1986. Penjelasan √ √
Peraturan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel.
- Rencana Induk Perkeretaapian Nasional , April 2011 √ √
Bab IV √ -
Data Perencanaan :
- Kelas jalan rel I dengan kecepatan maksimal 120
km/jam.
- R rencana 780 meter dengan sudut belok 22° dan √ -
panjang lengkung 120 m, peninggian rel yang
digunakan adalah 100 mm
- Total volume galian 2.395.126 m3 dan timbunan 2.295 √ -
m3
- Total anggaran yang digunakan adalah Rp. √ -
722.949.000.000,00 dengan total panjang jalur rel
16.485 km.
II-52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
II-53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
II-54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan metode penelitian yang akan
digunakan oleh peneliti sebagai pendekatan dari permasalahan yang ditinjau. Perlu
adanya metodologi yang baik dan tepat sebagai pedoman atau acuan dalam menentukan
langkah-langkah yang perlu diambil agar mencapai hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan dalam penelitian terkait dengan geometri desain track temporary dan tebal
lapisan balas.
Metode pendekatan yang dilakukan dari penelitian ini adalah dengan metode
pendekatan kuantitaf dan kualitatif. Dimana pendekatan kuantitaf pada penelitian ini
Untuk mendapatkan kebutuhan dari masing-masing data tersebut maka dilakukan hal
seperti berikut :
III-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
a. Data primer
langsung ke lapangan maupun data yang sudah tersedia dalam dokumen proyek.
Karena data yang digunakan untuk geometrik jalan adalah berupa nilai radius
yang digunakan serta kecepatan kereta saat melintasi track temporary sedangkan
untuk mengetahui tebal lapisan struktur bawah rel yang dibutuhkan data jarak
b. Data sekunder
terkait dengan dikaji kembali dengan literatur tentang jalur kereta api yaitu
Peraturan Dinas No.10 (PD10) dan Peraturan Meteri No.60 Tahun 2012.
Sementara data kualitatif diambil dengan melakukan pengamatan pada lapangan dengan
memberikan gambaran mengenai proses penelitian, maka dibuat diagram alir penelitian
sebagai berikut :
III-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
III-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Stasiun Manggarai, H7, Jl. Manggarai Utara 1,
Manggarai, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12850.
Penelitian ini dilakukan di hari kerja pada saat operasional jalur baru 10 (jalur bogor)
manggarai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
Untuk mencapai waktu dan tujuan yang diharapkan maka, metodologi dan tahapan
kegiatan dalam penelitian ini disusun secara sistematis dan sesuai prosedur. Adapun
tahapan pelaksanaan kajian Tugas Akhir ini terdiri dari tahap persiapan, tahap
kebutuhan Tugas Akhir, dimana tujuan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
ditinjau serta melakukan peninjauan awal dan survey lapangan terhadap studi
agar dapat diolah sebagai bahan penelitian tugas akhir. Data yang dikumpulkan
Pada tahap ini ditujukan agar data yang telah diterima dapat dianalisis dan
diolah berdasarkan literatur yang digunakan serta mendapatkan hasil akhir yang
III-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
dan pengelolaan data. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terlebih dahulu agar
didapat gambaran umum dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang ada
di lapangan. Persiapan yang dilakukan pada tahap ini untuk mendukung penelitian
2. Pemahaman Materi
Mengkaji setiap literatur sesuai dengan penelitian yang ditinjau serta mencari
3. Pemantapan Metodologi
penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian dan waktu yang telah ditetapkan.
III-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
Tahap pengumpulan data merupakan tahap awal setelah tahap persiapan dalam proses
pelaksanaan penelitian dan perencanaan. Karena pada tahap ini adalah tahapan
rangkaian penentuan alternatif masalah yang akan diambil. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara melakukan survey langsung di Stasiun Manggarai pada jalur 10 atau
menanyakan langsung terhadap pihak terkait mengenai data yang dibutuhkan. Seperti
data tanah (CBR) langsung dapat ditanyakan atau melihat dokumen hasil pengujian
dilapangan oleh pihak pelaksana. Data lalu lintas kereta api didapat dengan cara
langsung survey kelapangan atau meminta data oleh PT. Kereta Api Indonesia.
Berikut adalah data-data yang dibutuhkan untuk menganalisis track temporary pada
Data primer yang dimaksud merupakan data yang sangat berpengaruh besar terhadap
penelitian yang ditinjau dan merupakan data utama yang diperlukan. Data primer
dapat diperoleh dengan cara peninjauan langsung (survei lapangan) atau jika tidak
dokumen kepada pihak terkait. Berikut adalah data-data primer yang digunakan
III-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
Data sekunder merupakan data yang mendukung terhadap adanya data primer dan
ditinjau kembali dengan pendekatan studi atau peraturan yang terkait dengan data
yang ada agar dapat memperoleh hasil dengan kelayakan yang sesuai standar
1. Spesifikasi rel
2. Spesifikasi bantalan
Pengolahan data dan analisis ini menggunakan perhitungan yang diambil berdasarkan
literatur Peraturan Dinas No.10 (PD10) dan Peraturan Menteri No.60 Tahun 2012 serta
lapangan. Pekerjaan ini ditujukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dari Analisis
jalur yang ada dilapangan. Berikut adalah permodelan dan pengolahan data yang
Pada track temporary jalur 10 stasiun manggarai akan direncanakan nilai radius 200
pada sta 10+200 sampai sta 10+225 dan untuk sta 10+250 sampai 10+275 serta sta
10+300 sampai 10+325 akan direncanakan nilai radius sebesar 400. Pelebaran sepur
yang digunakan pada track temporary jalur 10 mulai dari sepur normal 1067 sampai
III-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
dengan sepur 1087. Kereta yang melintas pada track temporary pada jalur 10
merupakan kereta api listrik (commuter line) dengan jumlah lintasan 84 kereta perhari.
III-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
Alinemen jalan rel adalah arah dan posisi dari sumbu jalan rel. Alimenen Horizontal
a. Radius
Karena tidak adanya jalur peralihan yang digunakan dalam mendesain track
b. Peninggian rel
kereta api saat memasuki stasiun lengkung horizontal. Gaya sentrifugal tersebut
mengakibatkan kereta cenderung terlempar ke luar dari lengkung. Salah satu cara
dengan meninggikan rel luar secara relative terhadap rel bagian dalam dilengkung
horizontal.
Untuk hminimum :
𝑽²
hminimum = 𝟖, 𝟖 − 𝟓𝟑, 𝟓𝟒................................................. (3.2)
𝑹
𝑽𝟐
hnormal = 5,95 ....................................................................(3.3)
𝑹
dengan syarat :
hminimum<hnormal<hmaksimum
III-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
c. Perencanaan Lengkung
Lh = Ls = 0,01 . h . Vmaksimum.......................................................................(3.5)
𝟗𝟎 𝒙 𝑳𝒔
θs = .........................................................................................................(3.6)
𝝅𝒙𝑹
θc = Δs - 2 θs........................................................................................................(3.7)
𝛉𝐜
Lc = x 2.π.R...........................................................................................(3.8)
𝟑𝟔𝟎°
L = 2Ls + Lc..................................................................................................(3.9)
𝑳𝒔³
Xc = Ls - ............................................................................................(3.10)
𝟒𝟎 𝒙 𝑹²
𝑳𝒔²
Yc = ......................................................................................................(3.11)
𝟔𝒙𝑹
p = Yc – R (1 – cos Ѳs)..............................................................................(3.12)
k = Xc – R sin Ѳs ......................................................................................(3.13)
∆𝒔
Tt = (R+p) tg +k.....................................................................................(3.14)
𝟐
∆𝒔
Et = (R+p) sec – R.................................................................................(3.15)
𝟐
d. Lebar sepur
Pelebaran sepur dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati lengkung tanpa
arah dalam. Besar pelebaran sepur yang digunakan pada track temporary
tergantung pada jari-jari lengkung sesuai dengan yang tercantum dalam peraturan
dinas 10.
III-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
a. Lengkung Vertikal
lintas yang berbeda. Besar jari-jari lengkung vertikal minimum tergantung pada
𝑹
Xm = . 𝛟 .....................................................................(3.16)
𝟐
𝑹
Ym = . 𝛟²....................................................................(3.17)
𝟖
III-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
b. Kelandaian
Daya angkut lintas merupakan jumlah angkutan yang melewati suatu lintasan
jalur dalam jangka waktu tertentu. Daya angkut menunjukan jenis dan jumlah
total seluruh kecepatan kereta api. Berikut perhitungan yang digunakan dalam
b. Bantalan
Dimensi bantalan tergantung pada geometrik jalan rel kereta api. Penggunaan
dimensi bantalan dijalur lurus berbeda dengan penggunaan bantalan pada wesel
III-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
c. Balas
Tebal lapisan balas dibagi menjadi 2 bagian yaitu balas bagian atas dan balas
𝑺−𝒘
Db = ......................................................................(3.19)
𝟐
Peninjauan yang dilakukan dalam pendistribusian beban adalah agar mengetahui besar
tegangan yang diterima oleh tiap lapisan dalam struktur bawah rel kereta api. Berikut
adalah perhitungan besar tekanan yang diterima oleh tiap lapisan struktur.
III-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
σ1 = ke . y.............................................................................(3.21)
𝑷 .𝝀
y= . [ 2 .cosh2𝝀a . (cos 2𝝀c + cosh 𝝀l) + 2 .cos2𝝀a .(cosh 2𝝀c
𝟐 .𝒌 .(𝐬𝐢𝐧 𝝀𝑳+𝐬𝐢𝐧𝐡 𝝀𝑳)
+ cos 𝝀𝒍) + sinh 2𝝀a . (sin 2𝝀c - sinh 𝝀l) – sin 2𝝀a . (sinh 2𝝀c - sin
𝝀l).....................(3.22)
𝟑𝐱𝑷
σ1 = .....................................................................(3.23)
𝒃𝐱𝒍
Menurut Clarke (1957) tekanan pada tanah dasar ditentukan sebagai berikut :
𝐁𝐱𝐋
𝛔𝒛 = 𝟐 𝐱 𝐏𝐚 ( 𝐁+𝟐.𝐳 )( 𝐋+𝟐.𝐳 )
...............................................(3.25)
𝟏,𝟓 (𝐥−𝐠 )𝐁
𝛔𝒛 = 𝐏𝐫 { .........................................................(3.26)
𝟑 (𝐥−𝐠)+ 𝐁 }𝐳 𝐭𝐠 𝛉
III-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III Metodologi Penelitian
𝟓𝟖 𝐱𝝈𝟏
σ2 = ......................................................................(3.28)
𝟏𝟎+ 𝒅𝟏,𝟑𝟓
𝟓𝟑,𝟖𝟕 𝐱𝝈𝟏
σ2 = ..........................................................................(3.29)
𝒅𝟏,𝟐𝟓
Dari hasil yang diperoleh dari pengolahan data selanjutnya dilakukan peninjauan ulang
kembali untuk memastikan data yang diperoleh valid dan dapat digunakan. Dengan
cara pendekatan literatur dan penyesuaian data dengan kondisi penelitian yang
III-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
BAB IV
4.1 Kecepatan
Berdasarkan data GAPEKA (Gerakan Perjalanan Kereta Api) oleh PT. Kereta Api
Indonesia kecepatan maksimum kereta api yang melintas pada jalur 10 Stasiun
Manggarai yaitu sebesar 70 km/jam. Sedangkan untuk kecepatan operasional kereta api
yang diizinkan adalah 10% dari kecepatan maksimum yaitu sebesar 63 km/jam. Pada
jalur 10 Stasiun Manggarai terdapat semboyan 2 atau yang sering dikenal dilapangan
sebagai semboyan Taspat (tanda pembatas kecepatan) yang berupa satu rambu berdiri
tegak berbentuk kotak (persegi) atau belah ketupat yang didalamnya terdapat simbol
angka yang berwarna kuning dengan outline hitam yang mengisyaratkan bahwa jalur
kereta yang akan dilewati memiliki batas kecepatan sesuai dengan simbol angka yang
ditunjukan. Semboyan taspat yang terdapat pada jalur 10 Stasiun Manggarai yaitu
memiliki simbol angka 3 yang artinya kereta api yang melintas harus berjalan dengan
IV-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
IV-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Jika berdasarkan berat tonase pertahun maka pada jalur 10 stasiun manggarai akan
direncanakan untuk kelas I jalan rel dengan beban daya angkut lintas sebesar > 20.106
ton/tahun. Sehingga kecepatan maksimal kereta api yang melintas yaitu sebesar 120
IV-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Dalam perencanaan geometrik jalan rel kereta api diperlukan mencari parameter
alinemen horizontal yang meliputi nilai radius, peninggian rel dan pelebaran jalur.
4.2.1 Radius
Dalam menentukan nilai radius yang digunakan pada perencanaan geometrik dapat
berdasarkan tabel yang tercantum dalam peraturan dinas no.10 atau dapat dihitung
secara manual. Untuk menentukan besar nilai suatu radius dibutuhkan nilai kecepatan
IV-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan kecepatan rencana maksimum dari beban tonase kereta api maka dapat
ditentukan besar nilai radius (jari-jari lengkung) dengan menggunakan tabel jari-jari
lengkung dalam peraturan dinas No.10. Besar nilai radius yang direncanakan
berdasarkan kecepatan rencana kereta api 120 km/jam adalah sebesar 2370 m.
Untuk rencana kecepatan 30 km/jam karena dalam tabel peraturan dinas No.10 tidak
tercantum. Maka dalam penentuan nilai radius diperlukan perhitungan secara manual
sebagai berikut :
Karena pada jalur 10 stasiun manggarai yang akan didesain merupakan track temporary
(jalur peralihan) maka besar nilai radius minimum yang akan digunakan dalam
Dalam track temporary jalur 10 akan didesain beberapa jalur lengkung yang
mempunyai nilai radius lengkung yang berbeda sesuai dengan kondisi lahan yang
tersedia. Untuk menentukan besar nilai radius pada track temporary tersebut juga harus
memperhatikan nilai ruang bangun yaitu ruang sisi sepur yang harus bebas dari segala
track leveling (elevated) oleh kontraktor lain sehingga dalam pelaksanaan perencanaan
track temporary selain dari kecepatan rencana harus melihat kondisi lapang (posisi
kolom pier) agar kereta yang melintas tidak menabrak bagian sisi kolom pier atau dapat
dikatakan desain harus dalam keadaan aman dan nyaman dalam pengunaannya. Besar
IV-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
nilai Rminimum yang didapat adalah sebesar 147,6 m maka pada sta 10+200 – sta 10+325
Berikut adalah tabel beberapa perencanaan nilai Radius pada Track Temporary Jalur 10
Stasiun Manggarai :
Rminimum 147,6 m
Sta 10+200 – Sta 10+225 200 m
Sta 10+250 – Sta 10+275 400 m
Sta 10+300 – Sta 10+325 400 m
Sumber : hasil perhitungan penulis
Tabel diatas merupakan besar nilai radius yang digunakan pada sta tertentu pada jalur
10 Stasiun Manggarai. Pada sta 10+200 – sta 10+225 digunakan nilai radius sebesar 200
m karena posisi track temporary yang letaknya berada diantara 2 buah kolom pier
IV-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan nilai radius yang lebih besar
dikarenakan kondisi lahan yang tersedia agar nilai ruang bangun tetap terpenuhi.
Gambar diatas merupakan skema dari track temporary pada sta 10+200 – 10+225
(Lengkung I) yang mempunyai nilai radius sebesar 200 m dengan memperhatikan jarak
ruang bangun yaitu pada BP 09 sebesar 6,55 m dan pada BP 08 sebesar 3,31 m.
IV-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Gambar diatas merupakan posisi track temporary pada sta 10+200 – 10+225 yang
berada diantara 2 buah kolom pier. Panjang lengkung pada radius 200 yaitu antara BP
Pada sta 10+250 – 10+275 nilai radius yang digunakan adalah R400 m dengan skema
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Pada skema tersebut dapat dilihat bahwa dalam perencanaan lengkung pada sta 10+250
– sta 10+275 harus tetap memperhatikan ruang bangun disekitar jalur. Jarak ruang
Gambar diatas merupakan posisi track temporary pada sta 10+250 – sta 10+275 dengan
IV-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Pada skema tersebut dapat dilihat bahwa terdapat dua titik BP disekitar track temporary.
Dan jarak antar masing-masing titik BP dengan jalur kereta api yaitu 7,362 m pada BP
06 dan 3,700 m pada BP 05. Sehingga perencanaan lengkung yang didesain pada sta
Gambar diatas merupakan posisi track temporary pada sta 10+300 – sta 10+325 dengan
besar nilai radius 400 meter. Pada lengkung III tepat disamping pelaksanaan pekerjaan
IV-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Jika tidak adanya lengkung peralihan maka besar peninggian rel adalah 0. Tetapi pada
situasi tertentu seperti jalur 10 manggarai yang merupakan jalur peralihan (track
temporary) maka tetap perlu adanya peninggian dikarenakan untuk faktor keamanan
yang berdasarkan pada kondisi jalur itu sendiri karena terdapatnya dua lengkung yang
berbeda arah. Besar nilai peninggian pada jalur 10 manggarai tergantung pada besar
kecepatan rencana kereta dan nilai radius yang akan didesain pada jalur tersebut.
Berikut adalah besar nilai peninggian rel yang akan didesain pada radius 200 m :
𝐕²
hminimum = ( 𝟖, 𝟖 𝒙 ) − 𝟓𝟑, 𝟓𝟒...........................................................(4.2)
𝐑
𝟑𝟕,𝟓𝟐
hminimum = ( 𝟖, 𝟖 𝒙 ) − 𝟓𝟑, 𝟓𝟒 = 𝟖, 𝟑𝟑𝟓 𝒎𝒎
𝟐𝟎𝟎
𝐕²
hnormal = 𝟓, 𝟗𝟓 𝒙 .................................................................................(4.3)
𝐑
𝟑𝟕,𝟓²
hnormal = 𝟓, 𝟗𝟓 𝒙 = 𝟒𝟏, 𝟖𝟑𝟔 𝒎𝒎
𝟐𝟎𝟎
IV-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Dalam peninggian rel atau yang biasa disebut dengan pekerjaan raising. Pada jalur
lengkung selain diperlukan adanya pelebaran jalur pada lalu lintas perkeretaapian
diperlukan juga peninggian rel pada jalur kereta yang berfungsi untuk melawan gaya
sentrifugal. Pada kondisi lapangan peninggian rel kereta api perlu dilakukan secara
bertahap dan berturut – turut untuk mencapai lengkung maksimum dan kembali pada
kondisi normal. Besar nilai peninggian yang digunakan yaitu sebesar nilai peninggian
normal.
Dalam perencanaan geometrik jalan rel setelah menentukan nilai radius yang akan
didesain maka perlu adanya perhitungan untuk menentukan berapa panjang lengkung
pada radius yang digunakan serta besar nilai sudut lengkungnya. Berikut merupakan
perhitungan yang diperlukan dalam perencanaan lengkung pada track temporary jalur
10 Manggarai.
a. Data Perencanaan :
𝑽 𝒓𝒆𝒏𝒄𝒂𝒏𝒂 = 𝟏, 𝟐𝟓 𝒙 𝑽𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍.......................................................(4.5)
R minimum = 2370 m
Sudut Belok Δ = 9°
IV-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
c. Peninggian Rel
𝐕²
hminimum = ( 𝟖, 𝟖 𝒙 ) − 𝟓𝟑, 𝟓𝟒...............................................................(4.6)
𝐑
1502
hminimum = ( 8,8 𝑥 ) – 53,54 = 25,66 𝑚𝑚
2500
𝐕²
hnormal = 𝟓, 𝟗𝟓 𝒙 ................................................................................(4.7)
𝐑
150²
hnormal = 5,95 𝑥 = 53,55 𝑚𝑚
2500
h digunakan = 60 mm ( hmin<hdipakai<hmax)
Lh = Ls = 0,01 . h . Vmaksimum.......................................................................(4.9)
Lh = Ls = 0,01 𝑥 60 𝑥 120 = 72 𝑚
𝟗𝟎 𝒙 𝑳𝒔
𝜽𝒔 = ...................................................................................................(4.10)
𝝅𝒙𝑹
90 𝑥 72
𝜃𝑠 = = 0,825°
3,14 𝑥 2500
θc = Δs - 2 θs..................................................................................................(4.11)
𝜃𝑐 = 9° − 2 (0,825°) = 7,35°
IV-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
𝜽𝒄 𝒙 𝟐𝝅 𝑹
𝑳𝒄 = .............................................................................................(4.12)
𝟑𝟔𝟎°
L = 2Ls + Lc..............................................................................................(4.13)
𝑳𝒔𝟑
𝑿𝒄 = 𝑳𝒔 − [ 𝟒𝟎 𝒙 𝑹𝟐 ] ...............................................................................(4.14)
723
𝑋𝑐 = 72 − [ ] = 71,9985 𝑚
40 𝑥 25002
𝑳𝒔²
𝒀𝒄 = [ 𝟔 𝒙 𝑹 ]..............................................................................................(4.15)
72²
𝑌𝑐 = [ ] = 0,3456 𝑚
6 𝑥 2500
p = Yc – R (1 – cos Ѳs).............................................................................(4.16)
k = Xc – R sin Ѳs ...................................................................................(4.17)
∆
𝑻𝒕 = (𝑹 + 𝑷) 𝒔𝒆𝒄 − 𝑹..........................................................................(4.18)
𝟐
𝟗
𝑻𝒕 = (𝟐𝟓𝟎𝟎 + 𝟎, 𝟎𝟖𝟔𝟒𝟒)𝒙 𝒔𝒆𝒄 − 𝟐𝟓𝟎𝟎 = 𝟕, 𝟖𝟏𝟕𝟐 𝒎
𝟐
∆
𝑬𝒕 = (𝑹 + 𝑷) 𝒕𝒂𝒏 𝟐 + 𝑲..........................................................................(4.19)
9
𝐸𝑡 = (2500 + 0,08644) 𝑡𝑎𝑛 + 35,0023 = 231,7634 𝑚
2
IV-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
a. Data Perencanaan :
V maksimal = 30 km/jam
𝑽 𝒓𝒆𝒏𝒄𝒂𝒏𝒂 = 𝟏, 𝟐𝟓 𝒙 𝑽𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍.......................................(4.20)
V rencana = 1,25 𝑥 30 = 37,5 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
R minimum = 147,6 m
hminimum = 8,335 mm
hnormal = 41,836 mm
Lh = Ls = 0,01 . h . Vmaksimum....................................................................(4.21)
Lh = Ls = 0,01 𝑥 50 𝑥 30 = 15 𝑚
IV-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
𝟗𝟎 𝒙 𝑳𝒔
𝜽𝒔 = ................................................................................................(4.22)
𝝅𝒙𝑹
90 𝑥 15
𝜃𝑠 = = 2,15°
3,14 𝑥 200
θc = Δs - 2 θs.............................................................................................(4.23)
𝜃𝑐 = 9° − 2 (2,15°) = 4,70°
𝜽𝒄 𝒙 𝟐𝝅 𝑹
𝑳𝒄 = .......................................................................................(4.24)
𝟑𝟔𝟎°
L = 2Ls + Lc.......................................................................................(4.25)
𝑳𝒔𝟑
𝑿𝒄 = 𝑳𝒔 − [ 𝟒𝟎 𝒙 𝑹𝟐 ] .................................................................................(4.26)
153
𝑋𝑐 = 15 − [ ] = 14,9979 𝑚
40 𝑥 2002
𝑳𝒔²
𝒀𝒄 = [ 𝟒 𝒙 𝑹 ]..............................................................................................(4.27)
15²
𝑌𝑐 = [ ] = 0,1875 𝑚
6 𝑥 200
p = Yc – R (1 – cos Ѳs)................................................................................(4.28)
IV-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
k = Xc – R sin Ѳs .......................................................................................(4.29)
∆
𝑻𝒕 = (𝑹 + 𝑷) 𝒔𝒆𝒄 𝟐 − 𝑹............................................................................(4.30)
9
𝑇𝑡 = (200 + 0,0521)𝑥 𝑠𝑒𝑐 − 200 = 0,670 𝑚
2
∆
𝑬𝒕 = (𝑹 + 𝑷) 𝒕𝒂𝒏 𝟐 + 𝑲.............................................................................(4.31)
9
𝐸𝑡 = (200 + 0,0521) 𝑡𝑎𝑛 + 7,6698 = 23,414 𝑚
2
IV-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
IV-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
120 km/jam didapat panjang lengkung penuh 320,5 m dengan nilai radius yang
kereta) karena memasuki jalur peralihan maka panjang lengkung penuh 16,4 m dengan
nilai radius R200 dan berdasarkan data eksisting panjang lengkung pada jalur 10 adalah
31,6975 m dengan besar radius R200. Adanya selisih jarak antara perhitungan desain
Menurut peraturan PD10 tentang geometrik jalan dijelaskan bahwa pada lengkung s
atau dua lengkung yang saling bertemu tetapi memiliki arah yang berbeda harus
memiliki panjang track lurus sepanjang 20 meter. Berdasarkan hasil penelitian panjang
track lurus yang terdapat antara R200 dan R400 adalah 10,113 meter kurang jadi
panjang yang diijinkan untuk itu pada lengkung R200 dan lengkung R400 perlu
ditambahkannya pemasangan rel gongsol (rel paksa) agar roda kereta api tetap berada
pada jalur kereta api karena pada track temporary ini merupakan hanya rel peralihan
sementara.
IV-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Pada geometrik jalan rel jalur normal digunakan lebar sepur 1067 mm. Untuk jalur
lengkung diberikan pelebaran jalur agar saat kereta memasuki lengkung (belokan) tidak
Besar nilai pelebaran jalur yang digunakan pada jalur 10 manggarai tergantung pada
besar nilai radiusnya. Berikut adalah tabel pelebaran jalur yang digunakan :
Pada sta 10+200 – sta 10+225 nilai radiusnya 200 sehingga pelebaran jalur yang
digunakan adalah sampai 1087 mm. Jarak pelebaran jalur untuk peralihan lengkung
penuh minimal 3 meter atau terhitung dengan 5 bantalan dan harus dengan pelebaran
yang berurutan hingga lengkung penuh dan kembali ketitik normal dengan pembagian
IV-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Berikut adalah skema pelebaran jalur rel pada lengkung I (sta 10+200 – sta 10+225)
Pada sta 10+250 – sta 10+275 nilai radiusnya 400 sehingga pelebaran jalur yang
digunakan adalah sampai 1082 mm dengan pembagian pelebaran jalur sebagai berikut :
IV-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Berikut adalah skema pelebaran jalur rel pada lengkung II (sta 10+250 – sta 10+275)
Pada sta 10+300 – sta 10+325 nilai radiusnya 400 sehingga pelebaran jalur yang
digunakan adalah sampai 1082 mm dengan pembagian pelebaran jalur sebagai berikut :
IV-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Berikut adalah skema pelebaran jalur rel pada lengkung III (sta 10+300 – sta 10+325)
IV-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Dalam peraturan dinas No.10 untuk menentukan besar nilai radius pada alinemen
vertikal dapat ditentukan berdasarkan nilai kecepatan rencana kereta api. Pada kasus
track temporary jalur 10 manggarai besar kecepatan kereta yang melintas adalah 30
km/jam.
Berdasarkan tabel jari – jari minimum lengkung vertikal diatas maka dapat ditentukan
besar nilai radius pada lengkung vertikal yaitu sebesar 6000 m. dengan penentuan letak
IV-24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
adalah 0 – 1,5‰. Maka untuk track temporary akan didesain menggunakan nilai
𝓵 = 𝝋 𝒙 𝑹.......................................................................................................... (4.32)
𝐑
Xm = 𝟐 (𝛗).........................................................................................................(4.33)
6000
Xm = (1,5) = 4,5 𝑚
2
𝐑
Ym = 𝟖 (𝛗𝟐 ).......................................................................................................(4.34)
6000
Ym = (1,52 ) = 0,00169 𝑚 ≈ 1,69 𝑚𝑚
8
menggunakan nilai gradien standar maksimal pada peraturan dinas No.10 adalah 1,69
Pada jalur 10 manggarai terdapat elevasi terkait dengan jembatan eksisting yang berada
sekitar stasiun manggarai dan jalur layang (eleveted) arah bogor, sehingga digunakan
besar nilai gradien 1,871‰ nilai yang lebih besar dari standar yaitu 1,5‰.
IV-25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
𝓵 = 𝝋 𝒙 𝑹.......................................................................................................... (4.32)
𝐑
Xm = 𝟐 (𝛗).........................................................................................................(4.33)
6000
Xm = (1,871) = 5,613 𝑚 ≈ 6 𝑚
2
𝐑
Ym = 𝟖 (𝛗𝟐 ).......................................................................................................(4.34)
6000
Ym = (1,8712 ) = 2,625 𝑚𝑚 ≈ 3 𝑚𝑚
8
4.3.2 Kelandaian
Kelandaian adalah suatu lintasan yang berupa tanjakan atau turunan yang terjadi pada
suatu perlintasan kereta api. Besar nilai kelandaian suatu perlintasan tergantung pada
Berikut adalah spesifikasi besar nilai kelandaian berdasarkan daerah perlintasan kereta
Berdasarkan peraturan dinas no.10 untuk standar nilai gradien pada daerah emplesemen
adalah sekitar 0 sampai 1,5‰ akan tetapi pada track temporary jalur 10 stasiun
manggarai, besar nilai kelandaian pada perlintasan jalur kereta api adalah sebesar
1,871‰ dikarenakan terkait dengan elevasi pada jembatan eksisting dan layang bogor.
IV-26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan data perhitungan Grafik Perjalanan Kereta Api atau GAPEKA (PT. Kereta
Api Indonesia 2017) didapatkan lalu lintas kereta api pada jalur 10 yaitu sebanyak 181
perjalanan kereta api dengan jenis kereta yaitu kereta api listrik (commuter line). Daya
angkut lintas adalah jumlah angkutan anggapan yang melewati suatu lintasan dalam
jangka waktu satu tahun. Besar berat beban tonase yang dapat ditahan oleh struktur
Dengan keterangan :
Berikut adalah persamaan dalam menghitung beban tonase selama satu tahun :
𝑻 = 𝟑𝟔𝟎 𝒙 𝑺 𝒙 𝑻𝑬....................................................................................(4.36)
Dengan keterangan :
S : 1,1 untuk lintas kereta api penumpang dengan kecepatan maksimum 120
km/jam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Menurut hasil perhitungan di atas maka di dapat bahwa berat tonase harian rata-rata
kereta yang melintas pada jalur 10 stasiun manggarai yaitu sebesar 128691 ton/hari.
Dan besar daya angkut lintas kereta api tahunan adalah sebesar T = 50961636 ton/tahun,
berdasarkan klasifikasi jalan rel peraturan dinas no. 10 (PD10) maka beban tersebut
termasuk dalam perencanaan jalan rel kelas I karena besar beban yang dihasilkan
4.4.2. Rel
Dalam perencanaan geometrik jalan rel jalur 10 stasiun manggarai digunakan struktur
rencana rel R54 yang berarti setiap potongan rel 1 meter dapat menahan beban sebesar
54 kg. Rel merupakan komponen awal penerima beban langsung yang ditransfer oleh
setiap beban roda kereta api yang melintas. Panjang rata-rata rel adalah 25 meter dengan
IV-28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
4.4.3. Bantalan
Bantalan yang digunakan adalah bantalan beton produksi PT. WIKA beton dengan K-
600 (Fc’ 49,8 Mpa) untuk track dan K-700 (Fc’ 58,1 Mpa) untuk wesel. Dimensi
IV-29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Perhitungan bantalan :
250+150
A1 : ( ) 𝑥 215 = 43000 mm2 = 430 cm2 (sisi bantalan)
2
250+150
A2 : ( ) 𝑥 195 = 39000 mm2 = 390 cm2 (tengah bantalan)
2
15²+(4 𝑥 15 𝑥 25)+(252 )
I1 = 𝑥 21.5³ = 16218,87597 𝑐𝑚⁴
36 𝑥 (15+25)
15²+(4 𝑥 15 𝑥 25)+(252 )
I2 = 𝑥 19.5³ = 12100,66406 𝑐𝑚⁴
36 𝑥 (15+25)
E = 𝟔𝟒𝟎𝟎 𝒙 √𝐟𝐜′...............................................................................................(4.39)
𝟒 𝐤
λ = √𝟒 𝒙 𝐄𝐈.........................................................................................................(4.40)
4 180
λ = √4 𝑥 156767,3435 𝑥 16218,87597 = 0.0115 𝑐𝑚⁻¹
4 180
λ = √4 𝑥 156767,3435 𝑥 12100,66406 = 0.0124 𝑐𝑚⁻¹
L = 200 cm
a = 43,15 cm ≈ 44 𝑐𝑚
c = 56,85 cm ≈ 57 𝑐𝑚
IV-30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Penggunaan penambat pada struktur jalan rel adalah untuk menjepit rel pada bantalan
agar tidak terjadi pergeseran pada rel saat kereta api melintas. Pada perencanaan
geometrik track temporary jalur 10 stasiun manggarai dengan penggunaan jenis rel R54
digunakan jenis penambat tipe pandrol e-1800 atau e-2000 dengan gaya jepit mencapai
1200 kgf.
IV-31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
4.4.5. Balas
Berdasarkan tabel peraturan dinas no.10 tebal lapisan balas atas dan balas bawah dapat
Karena berdasarkan beban tonase pertahun perencanaan track temporary jalur 10 stasiun
manggarai termasuk dalam jalan rel kelas I dengan kecepatan maksimum 120 km/jam.
Maka dapat ditentukan besar tebal lapisan balas atas yaitu sebesar 30 cm dan tebal
Menurut Wahyudi (2003) perhitungan tebal lapisan balas atas dapat dihitung sebagai
berikut :
𝑾
Db = 𝒔 − .................................................................................................(4.41)
𝟐
Dengan keterangan :
W : lebar bantalan = 25 cm
25
𝐷𝑏 = 60 − = 47,5 𝑐𝑚
2
IV-32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan tabel peraturan dinas tebal lapisan balas yang didapat yaitu sebesar 30 cm
dan berdasarkan perhitungan menurut Wahyudi (2003) besar lapisan balas yaitu sebesar
47,5 cm. Sedangkan untuk tebal lapisan sub balas (balas bagian bawah) besar lapisan
Beban aksial kereta yang bekerja pada struktur badan jalan rel dihitung menggunakan
Tahun 2012, beban gandar maksimum statis untuk kecepatan maksimal 120 km/jam
yang diizinkan adalah sebesar Ps = 18 ton. Dalam perencanaan jalan rel digunakan
kecepatan rencana yang sebesarnya 25% lebih besar dari kecepatan maksimum. Dari
kecepatan rencana maka dapat dihitung besar nilai koefisien faktor dinamis agar dapat
menentukan besar gaya dinamis yang terjadi pada struktur jalan rel.
Berdasarkan persamaan Eisenmann maka didapat nilai faktor dinamis yang ditimbulkan
IV-33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
(𝑽−𝟔𝟎)
DAF = 1 + t . ϕ ( 𝟏 + )...........................................................................(4.42)
𝟏𝟒𝟎
ϕ : kondisi jalur kereta dengan kondisi rel normal digunakan nilai sebesar 0,2
( 150−60 )
DAF = 1 + 3 x (0,2) ( 1 + ) = 1,986
140
Pd = Ps x DAF.....................................................................................................(4.43)
𝑃𝑑 357,5
𝑃= = = 178,75 𝑘𝑁
2 2
IV-34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
yang berada pada balas tepat dibawah roda yaitu sebesar 193,05 kN.
𝑾𝒌𝒆𝒓𝒆𝒕𝒂+𝑾𝒓𝒆𝒍+𝑾𝒃𝒂𝒏𝒕𝒂𝒍𝒂𝒏
𝑷𝒂 = ...........................................................................(4.44)
𝑨 𝒃𝒂𝒏𝒕𝒂𝒍𝒂𝒏
Lendutan maksimum yang terjadi pada bantalan dapat dihitung berdasarkan persamaan
berikut :
𝑷 .𝝀
y= . [2.cosh2𝝀a.(cos 2𝝀c+cosh𝝀l)+2.cos2𝝀a.(cosh2𝝀c+cos𝝀𝒍)+
𝟐 .𝒌 .(𝐬𝐢𝐧 𝝀𝑳+𝐬𝐢𝐧𝐡 𝝀𝑳)
sinh2𝝀a.(sin2𝝀c-sinh𝝀l)–sin2𝝀a.(sinh2𝝀c-sin𝝀l)...................................(4.45)
178,75 𝑥 (0,0115)
y1 = . [{2.cosh2 (0,0115x44) x (cos2 (0,0115
2 𝑥 180 𝑥 (sin(0,0115 𝑥 200)+sinh(0,0115 𝑥 200))
x 57) + cosh (0,0115 x 200)}+{2.cos2 (0,0115 x 44) x ((cosh2 (0,0115 x 57) +cos
(0,0115 x 200))}+ {sinh2 (0,0115 x 44) x ((sin2 (0,0115 x 57) – sinh (0,0115 x 200))} –
{sin2 (0,0115 x 44) x ((sinh2 (0,0115 x 57) – sin (0,0115 x 200))} = 0,0073813
178,75 𝑥 (0,0124)
y2 = 𝟐 𝑥 180 𝑥 (𝐬𝐢𝐧(0,0124 𝑥 200)+𝐬𝐢𝐧𝐡(0,0124 𝑥 200))
. [{2.cosh2 (0,0124 x 44) x (cos2
(0,0124 x 57) + cosh (0,0124 x 200)}+{2.cos2 (0,0124 x 44) x ((cosh2 (0,0124 x 57)
+cos (0,0124 x 200))}+ {sinh2 (0,0124 x 44) x ((sin2 (0,0124 x 57) – sinh (0,0124 x
200))} –{sin2 (0,0124 x 44) x ((sinh2 (0,0124 x 57) – sin (0,0124 x 200))} = 0,007806
IV-35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan Metode Beam on Elastic Foundation dan JNR pada Rosyidi (2012) besar
σ1 = 𝒌𝒆 𝒙 𝒚 .....................................................................................................(4.46)
Diambil nilai koefisien kondisi balas sebesar 12 kg/cm3, maka besar tekanan di bawah
bantalan yang terjadi pada sisi bantalan dan tengah bantalan adalah :
Menurut AREA dan Talbot besar tekanan yang terjadi di bawah bantalan dapat
𝟑𝐱𝑷
σ1 = ..........................................................................................................(4.47)
𝒃𝐱𝒍
dengan,
b : lebar bantalan = 25 cm
3 𝑥 178,75
𝜎1 = = 0,10725 𝑘𝑁/𝑐𝑚2 ≈ 107,25 𝑁/𝑐𝑚² ≈ 10,725 𝐾𝑔/𝑐𝑚²
25 𝑥 200
IV-36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Menurut syarat perencanaan jalan rel, maka untuk nilai cbr yang diizinkan dalam
perencanaan jalan rel adalah 8%. Berdasarkan pengujian lapangan yang dilakukan oleh
pihak terkait maka didapatkan hasil CBR adalah 38,15 %. Maka untuk mendapatkan
1. Croney dan Croney (1991) melalukan studi untuk mengetahui hubungan CBR
dengan membagi menjadi dua rentang nilai CBR, untuk CBR > 5% digunakan :
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan hasil yang terkecil karena jika semakin
kecil nilai CBR maka semakin besar tebal lapisan yang digunakan sedangkan apabila
semakin besar nilai CBR maka semakin tipis tebal lapisan yang digunakan.
mengoversikan material balas atas dan balas bawah agar menjadi satu kesatuan, maka
IV-37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
𝟑 𝑬 𝟑 𝑬
He = 0,9 . (𝑯𝒃𝒂𝒍𝒂𝒔 𝒂𝒕𝒂𝒔 . √𝑬 𝒃𝒂𝒍𝒂𝒔 𝒂𝒕𝒂𝒔 + 𝑯𝒃𝒂𝒍𝒂𝒔 𝒃𝒂𝒘𝒂𝒉 . √ 𝑬𝒃𝒂𝒍𝒂𝒔 𝒃𝒂𝒘𝒂𝒉 )..................(4.50)
𝒕𝒂𝒏𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓
Dengan keterangan :
3 1500 3 1000
He = 0,9 . (30 . √1407,214 + 30 . √1407,214) = 51,675 𝑐𝑚 ≈ 60 𝑐𝑚
Maka besar tebal lapisan balas ekivalen pada struktur rel jalur 10 (track temporary)
Menurut PD No.10 Tahun 1986 fungsi tanah dasar adalah untuk mendukung beban
yang diteruskan oleh balas kepada tanah dasar, meneruskan beban ke lapisan
dibawahnya dan memberikan landasan yang rata pada kedudukan ditempat balas yang
akan diletakkan. Berikut perhitungan tekanan pada tanah dasar menurut para ahli.
Menurut Clarke (1957) besar tekanan yang terjadi pada tanah dasar adalah sebagai
berikut :
IV-38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
𝐁𝐱𝐋
𝛔𝒛 = 𝟐 𝐱 𝐏𝐚 ( 𝐁+𝟐.𝐳 )( 𝐋+𝟐.𝐳 )
....................................................................(4.51)
Dengan keterangan :
B : lebar bantalan = 25 cm
25 x 200
σ𝑧 = 2 x 0,2275 = 0,04903 𝑘𝑁/𝑐𝑚2 = 4,903 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
( 25 + 2. 60)( 200 + 2.60)
Menurut Schhramm (1961) besar terkanan vertikal yang terjadi pada tanah dasar
𝟏,𝟓 (𝐥−𝐠 )𝐁
𝛔𝒛 = 𝐏𝐚 { 𝟑 (𝐥−𝐠)+ 𝐁 }𝐳 𝐭𝐠 𝛉.......................................................................(4.52)
Dengan keterangan :
Menurut Schramm (1961) sudut gesek internal pada bahan balas berbutir kasar yang
berpermukaan kadar dan kering adalah sekitar 40° dan bahan balas yang berbutir halus
IV-39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
1,5 (l − 0,6)0,25
σ𝑧 = 0,2275 = 0,06793823𝑘𝑁/𝑚2
{ 3 (l − 0,6) + 0, 25 } 0,6 tg 30°
Berdasarkan pendekatan AREA (1997), besar tekan yang diberikan pada tanah dasar
Dengan nilai :
h : ketebalan balas = 60 cm
0,2275 1,25
𝑝𝑐 = (16,8 𝑥 ) = 0,0320 kN/cm2 = 32 N/cm2 ≈ 3,20 kg/cm²
60
Foundation (BoEF) dan JNR maka besar nilai tekanan yang bekerja pada balas dapat
𝟓𝟖 𝒙 𝝈𝟏
𝝈𝟐 = 𝟏𝟎+𝒅¹ʼ³⁵................................................................................................(4.54)
Dengan keterangan :
IV-40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
58 𝑥 8,8576
𝜎2 = = 1,96474 𝑘𝑔/𝑐𝑚²
10 + 60¹ʼ³⁵
58 𝑥 10,725
𝜎2 = = 2,37895 𝑘𝑔/𝑐𝑚²
10 + 60¹ʼ³⁵
Berdasarkan metode analisis AREA dan Talbot besar tekanan yang bekerja pada tanah
𝟓𝟑,𝟖𝟕 𝒙 𝝈𝟏
𝝈𝟐 = ............................................................................................(4.55)
𝒅¹ʼ²⁵
dengan keterangan :
53,87 𝑥 10,725
𝜎2 = = 3,45983 𝑘𝑔/𝑐𝑚²
60¹ʼ²⁵
IV-41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa menurut Clarke besar
tekanan yang diterima oleh tanah dasar lebih besar dikarena besar tegangan pada
struktur jalan rel langsung disalurkan ke tanah sesuai dengan besaran luasan dimensi
bantalan tanpa pengaruh tahanan balas sehingga hasil beban yang diterima oleh tanah
IV-42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Kesimpulan dan Saran
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada track temporary jalur 10
stasiun manggarai maka dapat disimpulkan bahwa dalam mendesain geometrik jalan rel
peraturan yang digunakan merupakan peraturan dinas No.10 (PD10) dan peraturan
menteri No.60 tahun 2012. Dalam mendesain track temporary (jalur peralihan) hasil
yang didapat pada perhitungan tidak sepenuhnya sama dengan yang ada pada peraturan
lapangan yang ada dan karena jalur yang akan digunakan merupakan jalur sementara.
Hasil yang digunakan untuk mendesain track temporary jalur 10 stasiun manggarai
pada stasiun manggarai sehingga jalur bogor 6 dan 7 tidak dapat beroperasi.
kolom pier untuk track eleveted serta terdapatnya lahan yang digunakan sebagai
akses keluar masuknya alat dan barang yang akan mempengaruhi ruang bangun
2. Letak pemasangan track temporary adalah berada pada sta 10+200 hingga sta
V-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Kesimpulan dan Saran
didesain kelas jalan rel I dengan kecepatan 120 km/jam. Sedangkan menurut
data GAPEKA PT. Kereta Api Indonesia kecepatan operasi kereta api melintas
maka pada track temporary jalur 10 manggarai akan didesain 3 (tiga) lengkung
yang memiliki nilai radius R200 (sta 10+200 – sta 10+225) dengan panjang
lengkung 46,4 meter, R400 (sta 10+250 – sta 10+275) dengan panjang lengkung
43,89 meter, dan R400 (sta 10+300 – sta 10+325) dengan panjang lengkung
36,91 meter. Besar pelebaran jalur pada R200 adalah hingga 1087 mm dengan
rel sebesar 30 mm. Besar kelandaian pada lintasan jalur 10 stasiun manggarai
adalah sebesar 1,871‰ dikarenakan elevasi terikat pada jembatan eksisting dan
4. Besar beban daya angkut yang diterima oleh struktur jalan rel adalah sebesar
kekuatan menahan beban 54 kg tiap 1 meter dan memiliki kekuatan tarik hingga
bantalan 2 meter dan penambat pandrol e-clip dengan gaya jepit mencapai 1200
Kgf. Tebal lapisan balas yang digunakan sebesar 30cm hingga 47,5cm dengan
V-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V Kesimpulan dan Saran
5. Besar beban dinamis yang diterima oleh struktur jalan rel adalah sebesar 357,5
kN dan besar beban yang berada pada balas tepat dibawah roda yaitu sebesar
178,75 kN. Dengan besar tekanan yang terjadi pada tanah dasar menurut Clarke
5.2 Saran
perjalanan kereta api baik dari laju kecepatan maupun jumlah kereta yang akan
2. Perlu adanya studi lebih lanjut tentang pembebanan pada struktur jalan rel
jalur kereta api, besar galian serta timbunan pada struktur lapisan tanah dan
jalan rel.
V-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Adi, C. P. & Sukmajati, E. I., 2014. Perencanaan Jalur Ganda (Double Track) Jalan
Engineering. USA.
Arora, N.L. 1980. A Text Book of Railway Engineering. India Publishing House. Delhi.
Baker, R F., Byrd, L.G. & Mickle, D 1975. Handbook of highway engineering. New
Carprnter, T.G. 1996. The Environmental Impact of Railways. John Wiley & Sons,
West Sussex.
Clarke, P.J. 1973. Track Loading Fundamentals. The Railway Gazette, Part 1 – Part 5.
Clarke, P.J. 1973. Track Loading Fundamentals. The Railway Gazette, Part 1 – Part 7.
Canberra.
Api,Jakarta : Kencana
Kencana
Eisenmann, J. 1970. Stresses Distribution in the Permanent Way due to Heavy Axle
Press.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
Hartono, 2012. Modul 1 : Sarana Penggerak dan Sarana Khusus. Bekasi: Sekolah
Departemen Perhubungan.
Hay, W.W. 1982. Railroad Engineering. Second Edition. John Wiley And Sons, New
York.
Honing, J. 1975. Ilmu Bangunan Jalan Kereta Api. Pradnya Paramita, Jakarta
Mundrey, J.S. 2000. Railway Track Engineering Third Edition. Tata McGraw-Hill.
New Delhi.
ORE, 1968. Stresses In Concrete Sleeper, Question D17, Stresses In The Rails, The
Ballast And The Formation Resulting From Traffic Loads, Report D17/RP9/E,
Utrecht.
Peraturan Menteri Perhubungan, 2012. Persyaratan Teknik Jalur Kereta Api. PM No.60
Tahun 2012.
PJKA. 1986. Peraturan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel. (Peraturan Dinas No.10).
Bandung.
PJKA. 1986. Penjelasan Peraturan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel. (Peraturan Dinas
No.10) Bandung.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
PJKA. 1986. Penjelasan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (Penjelasan Peraturan Dinas
No.10). Bandung.
PJKA. 1986. Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (Peraturan Dinas No.10). Bandung.
Burlington: Ashgate.
Rosyidi, S. A. P., 2012. Diktat Ajar: Rekayasa Struktur Jalan Rel. Yogyakarta:
Rosyidi, Sri Atmaja P. 2015 : Rekayasa Jalan Kereta Api , Cetakan Kedua , LP3M,
Yogyakarta.
Schramm, G. 1961. Permanent Way Technique abd Pemanent Way Economy, Otto
Selig, E.T. Dan Dello Russo, V. 1991. Sources And Cause Of Ballast Fouling,
Sukamin. 2014. Konstruksi Jalan Rel Dan Keselamatan Perjalanan Kereta Api. Penerbit
Susanto, Muthohar. 2015 : Analisis Distribusi Beban Kereta Api Pada Konstruksi
Talbot, A.N. Et Al. 1919. Sytesses In Railroad Track, Report Of The Special Committee
Utomo, Suryo Hapsoro. 2009: Jalan Rel, Cetakan Kedua, Beta Offset, Yogyakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
NO NO KA JNG PSE DU THB JUA CKI MRI TEB DP BOO NMO KETERANGAN
L-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
NO NO KA JNG PSE DU THB JUA CKI MRI TEB DP BOO NMO KETERANGAN
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
NO NO KA JNG PSE DU THB JUA CKI MRI TEB DP BOO NMO KETERANGAN
56 1725-1726 08.15 08.27 08.50 08.57 09.10 09.15 09.54 10.24 BOGOR
57 1082 09.02 09.11 09.15 09.20 09.58 DEPOK
58 1084 09.10 09.18 09.22 09.27 10.06 10.36 BOGOR
59 1612 09.07 09.14 09.27 09.32 10.10 DEPOK
60 1514 09.12 09.19 09.32 09.37 10.15 DEPOK
61 1086 09.23 09.32 09.37 09.42 10.21 10.52 BOGOR
62 1614 09.20 09.27 09.41 09.46 10.26 10.57 BOGOR
63 1088 09.34 09.43 09.47 09.52 10.31 11.02 BOGOR
64 1729-1730 09.04 09.15 09.37 09.44 09.55 10.00 10.39 11.09 BOGOR
65 1090 09.47 09.56 10.00 10.05 10.44 11.14 BOGOR
66 1516 09.45 09.52 10.05 10.10 10.49 11.19 BOGOR
67 1616 09.50 09.57 10.10 10.15 10.54 11.24 BOGOR
68 1092 10.02 10.11 10.14 MANGGARAI
69 1094 10.07 10.16 10.20 10.25 11.04 11.34 BOGOR
70 1733-1734 09.28 09.42 10.05 10.12 10.25 10.30 11.09 11.39 BOGOR
71 1518 10.15 10.22 10.35 10.40 11.19 11.49 BOGOR
72 1618 10.20 10.27 10.40 10.45 11.23 DEPOK
73 1098 10.32 10.41 10.45 10.50 11.29 11.59 BOGOR
74 1100 10.37 10.46 10.50 10.55 11.34 12.04 BOGOR
75 1520 10.35 10.42 10.54 MANGGARAI
76 1737-1738 10.09 10.22 10.45 10.52 11.05 11.10 11.49 12.19 BOGOR
77 1620 10.50 10.57 11.10 11.15 11.54 12.24 BOGOR
78 1104 11.02 11.11 11.15 11.20 11.59 12.29 BOGOR
79 1106 11.07 11.16 11.20 11.25 12.04 12.34 BOGOR
80 1741-1742 10.27 10.40 11.05 11.12 11.25 11.30 12.09 12.39 BOGOR
81 1108 11.17 11.26 11.30 11.35 12.13 DEPOK
82 1974 11.17 11.30 MANGGARAI
83 1522 11.15 11.22 11.35 11.40 12.19 12.49 BOGOR
L-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
NO NO KA JNG PSE DU THB JUA CKI MRI TEB DP BOO NMO KETERANGAN
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
NO NO KA JNG PSE DU THB JUA CKI MRI TEB DP BOO NMO KETERANGAN
L-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
NO NO KA JNG PSE DU THB JUA CKI MRI TEB DP BOO NMO KETERANGAN
139 1789-1790 16.28 16.42 17.05 17.12 17.25 17.30 18.09 18.39 BOGOR
140 1546 17.10 17.17 17.30 17.35 18.14 18.44 BOGOR
141 1170 17.22 17.31 17.35 17.40 18.19 18.49 BOGOR
142 1793-1794 16.43 16.57 17.20 17.27 17.40 17.45 18.24 18.54 BOGOR
143 1172 17.32 17.41 17.45 17.50 18.29 18.59 BOGOR
144 1644 17.35 17.42 17.55 18.00 18.39 19.09 BOGOR
145 1174 17.46 17.55 18.00 18.05 18.44 19.14 BOGOR
146 1548 17.45 17.52 18.05 18.10 18.49 19.19 BOGOR
147 1646 17.50 17.57 18.10 18.15 18.54 19.24 BOGOR
148 1176 18.02 18.11 18.15 18.20 18.59 19.29 BOGOR
149 1178 18.07 18.16 18.20 18.25 19.04 19.34 BOGOR
150 1797-1798 17.28 17.42 18.05 18.12 18.25 18.30 19.09 19.39 BOGOR
151 1180 18.16 18.25 18.30 18.35 19.14 19.44 BOGOR
152 1550 18.15 18.22 18.35 18.40 19.19 19.49 BOGOR
153 1801-1802 17.45 17.57 18.20 18.27 18.40 18.45 19.24 19.54 BOGOR
154 1182 18.37 18.46 18.50 18.55 19.34 20.04 BOGOR
155 1648 18.35 18.42 18.55 19.00 19.39 20.09 BOGOR
156 1184 18.47 18.56 19.00 19.05 19.44 20.14 BOGOR
157 1552 18.45 18.52 19.05 19.10 19.49 20.19 BOGOR
158 1805-1806 18.12 18.24 18.50 18.57 19.10 19.15 19.54 20.24 BOGOR
159 1186 19.02 19.11 19.15 19.20 19.59 20.29 BOGOR
160 1188 19.07 19.16 19.20 19.25 20.04 20.34 BOGOR
161 1650 19.05 19.12 19.25 19.30 20.09 20.39 BOGOR
162 1190 19.16 19.25 19.30 19.35 20.14 20.44 BOGOR
163 1554 19.15 19.22 19.35 19.40 20.19 20.49 BOGOR
164 1652 19.20 19.27 19.40 19.45 20.23 DEPOK
165 1192 19.29 19.38 19.45 19.50 20.29 20.59 BOGOR
166 1809-1810 18.58 19.11 19.35 19.42 19.55 20.00 20.39 21.09 BOGOR
L-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
NO NO KA JNG PSE DU THB JUA CKI MRI TEB DP BOO NMO KETERANGAN
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
NO NO KA JNG PSE DU THB JUA CKI MRI TEB DP BOO NMO KETERANGAN
195 1837-1838 22.33 22.45 23.08 23.15 23.27 MANGGARAI via PSE
196 1240 23.12 23.21 23.25 23.30 00.09 00.39 BOGOR
197 1841-1842 23.00 23.13 23.37 23.44 23.57 00.02 00.41 01.11 BOGOR
198 1250 23.57 00.06 00.10 00.15 00.54 01.24 BOGOR
199 2230 00.20 00.28 00.40 MANGGARAI
L-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lampiran
L-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/