MEDAN
laporan
PERENCANAAN
KAWASAN TOD MANHATTAN
Kelompok -3
1. Joni (2114320014)
2. Sri Muharrani Batu Bara (2114320017)
3. Mas Pratono (2114320005)
4. Mira Ismilia Hartini (2114320003)
5. Ihsan Nur Harahap (2114320007)
6. T. Ricky Ha idsyah Sinar (211432020)
7. Andi Purnomo (2114320002)
Studio Perencanaan Dasar
DAFTAR ISI
BAB1 PENDAHULUAN
KELOMPOK III i
Studio Perencanaan Dasar
2.3 Studi Banding Terkait Transit Oriented Development (TOD) .... 2-14
KELOMPOK III ii
Studio Perencanaan Dasar
5.6 Sistem Ruang Terbuka Hijau dan Tata Hijau ................................... 5-22
KELOMPOK III iv
Studio Perencanaan Dasar
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Neighborhood TOD (kiri) dan Urban TOD (kanan) ......................... 2-8
Tabel 3.4 Jumlah Fasilitas Pendidikan Sekolah Negeri dan Swasta yang
Tabel 5.1 Intensitas Pemanfaatan Lahan di Kawasan TOD Manhattan ....... 5-6
Tabel 5.2 Ketentuan Tata Bangunan di Kawasan TOD Mahattan .................. 5-12
KELOMPOK III v
Studio Perencanaan Dasar
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Konfigurasi Letak Daerah Komersial Pada TOD ......................... 2-5
Gambar 2.6 Urban TOD (kiri) dan Neighborhood TOD (kanan) ................... 2-7
KELOMPOK III vi
Studio Perencanaan Dasar
Gambar 5.8 Penampang Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan ............................ 5-15
PENDAHULUAN
karena di dalamnya terdapat pembahasan terhadap isu regional seperti preservasi ruang
terbuka, kemacetan dll.
Pada laporan studi ini akan dibahas berbagai aspek penting dari konsep Transit
Oriented Development (TOD) seperti defenisi dan karakteristiknya, realisasinya dengan
angkutan massal, potensi manfaat, dampak, kendala dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi keberhasilan penerapannya di wilayah tersebut. Hal ini terlihat pada
beberapa titik yang mengharuskan adanya Kajian Pengembangan Lokasi Transit Oriented
Development (TOD) di Manhattan Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan
Helvetia.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian kajian studi Transit Oriented Development di Manhattan adalah
merumuskan arahan peningkatan dalam penerapan TOD pada kawasan transit di Kawasan
Manhattan. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, maka dirumuskan sasaran penelitian
yang sebagai berikut :
1. Mengeksplorisasi kriteria-kriteria konsep TOD sesuai dengan kawasan transit
Manhattan
2. Mengidentifikasi karakteristik kawasan transit
3. Menganalisis kesesuaian karakteristik kawasan transit Manhattan dengan kriteria
kawasan berbasis TOD
4. Merumuskan arahan peningkatan pengembangan kawasan transit Manhattan
berbasis konsep TOD
Kebijakan lainnya yang terkait dengan Kawasan TOD antara lain melalui kementrian
Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertahanan Nasional (ATR/BPN) mengeluakan Peraturan
Menteri ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan
Berorientasi Transit. Beleid yang disahkan pada 10 Oktober 2017 itu mengatur sejumlah hal
terkait pengembangan property di kawasan transit atau yang lebih dikenal Transit Oriented
Development (TOD). Misalnya tentang penentuan dan penetapan lokasi kawasan,
pengembangan kawasan, dan kelembagaan TOD. TOD adalah konsep proyek properti di titik-
titik pemberhentian transportasi, seperti LRT. Pemilik hunian di kawasan TOD juga bisa
mempersingkat waktu tempuh perjalanan ke tempat tujuan. Pasal 12 aturan ini mengatur
penetapan lokasi TOD ditetapkan dalam peraturan daerah tentang RTRW Provinsi
/Kabupaten/Kota. Hal tersebut juga harus diatur lebih rinci dalam rencana detail tata ruang
(RDTR) dan Peraturan Zonasi daerah Kabupaten/ Kota, dengan memuat lokasi dan batas
kawasan TOD, peruntukkan ruang dan peraturan zonasi. Untuk strategi pengembangan
Kawasan TOD, diatur dalam Pasal 14. Ada dua strategi yang bisa digunakan, yaitu
pengembangan pada kawasan sudah terbangun atau pembangunan kawasan atau lahan yang
belum terbangun. Selain itu, pasal 23 mengatur kelembagaan TOD. Dalam pasal 23 ayat 1,
disebutkan pengelolaan kawasan TOD dapat dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, kerja sama antar daerah atau melalui melalui
kerjasama antara pemerintah/pemda dengan badan usaha.
Pengembangan TOD harus berupa bangunan mix-used atau bangunan yang memiliki
banyak fungsi. Stasiun kereta, terminal bus, halte bus, atau titik transportasi kota lainnya
menjadi pusat kegiatan dengan taraf aktifitas tinggi yang akan semakin berkurang ketika
semakin menjauhi titik transportasi kota yang ada. Pengembangan Transit Oriented
Development memiliki radius optimal 400 sampai 800 meter dari tempat transit transportasi
kota (stasiun kereta, terminal bus, halte bus,dll) menjadi satu pusat kegiatan yang menarik.
Dengan memanfaatkan transportasi umum, masyarakat akan diarahkan untuk berjalan kaki
atau menggunakan sepeda, sehingga penerapan konsep TOD akan sangat berpengaruh pada
pedestrian pejalan kaki dan tersedianya lahan parkir kendaraan khususnya parkir sepeda.
Berjalan kaki/menggunakan sepeda mengelilingi kawasan dapat mengurangi intensitas dari
kendaraan pribadi, ketika kendaraan pribadi berkurang akan mengurangi kemacetan dan
penggunaan bahan bakar, sehingga akan berdampak pada pengurangan polusi dari
kendaraan di sekitar kawasan dan menciptakan situasi yang ramah lingkungan.
Terdapat beberapa syarat penempatan TOD yaitu berada pada jaringan utama
angkutan massal, berada pada koridor jaringan bus dengan frekuensi yang tinggi, atau berada
pada jaringan bus yang waktu tempuhnya kurang dari 10 menit dari jaringan utama
angkutan massal.
Ketika persyaratan diatas tidak dipenuhi oleh suatu kawasan maka perlu diambil
langkah untuk menghubungkan dengan angkutan massal, disamping itu yang juga perlu
menjadi pertimbangan adalah frekuensi angkutan umum yang tinggi. Pada setiap TOD harus
memiliki sebuah bangunan mixed-use inti yang memiliki fungsi sebagai retail dan open
space dengan luasan sekitar 10% dari total area TOD.
Dalam penyusunan daerah komersil pada TOD juga memiliki beberapa konfigurasi
yaitu harus memiliki keseimbangan antara pedestrian, memiliki jarak penglihatan yang
cukup, dan akses yang baik. Toko retail besar harus memiliki kapasitas parkir mobil, dan toko
toko kecil akan mengarah pada pedestrian, jalan jalan utama, dan plaza.
Pada gambar 2.5 dapat terlihat bahwa retail besar (anchor) memiliki kapasitas parkir
mobil tersendiri, sedangkan retail yang kecil di buat sepanjang pedestrian, terdapat plaza,
dan area open space yang mendukung aktivitas berjalan kaki dan bersepeda. Konfigurasi
yang baik dapat terlihat dari arus sirkulasi yang mudah di akses dari berbagai sisi.
Tabel 2.1
Neighborhood TOD (kiri) dan Urban TOD (kanan)
4.
Fungsi Neighborhood Urban
TOD TOD
Publik 10%-15% 5%-15%
Pusat/perka 10%-40% 30%-
ntoran 70%
permukiman 50%-80% 20%-
60%
sumber: Calthorpe, Peter. 1993. The Next American Metropolis.
e) Mix (Pembauran)
Ketika ada pencampuran yang seimbang antara peruntukan dan kegiatan dalam
satu area (misalnya, antara tempat tinggal, tempat kerja, dan perdagangan ritel),
akan banyak perjalanan sehari-hari dengan jarak dekat dan dapat ditempuh
hanya dengan berjalan kaki.
SASARAN A. Kesempatan dan jasa berada pada jarak berjalan kaki yang pendek
dari tempat dimana orang tinggal dan bekerja, dan ruang publik yang aktif untuk
waktu yang lama
Untuk membuat perjalanan sehari-hari menjadi lebih singkat dan dapat ditempuh
dengan berjalan kaki, perjalanan pulang dan pergi angkutan umum menjadi
seimbang, dan lingkungan menjadi aktif dan aman di siang dan malam,
SASARAN B. Demografi dan tingkat pendapatan yang beragam ada pada kalangan
penduduk setempat
Keseimbangan sosial tidak kalah penting dari keberlanjutan jangka panjang
daripada mengurangi jejak kaki lingkungan. Campuran tingkat pendapatan sama
pentingnya dengan campuran aktivitas dan penggunaan untuk mencapai
masyarakat dan kota yang lebih seimbang dan berkelanjutan.
f) Densify (Memadatkan)
Sebuah model pembangunan yang padat penting untuk melayani kota di masa
depan dengan angkutan umum yang cepat, berkala, terhubung dengan baik, dan
dapat diandalkan di setiap waktu untuk menjamin kepuasan hidup bebas dari
ketergantungan terhadap mobil dan motor.
SASARAN A. Kepadatan permukiman dan pekerjaan mendukung angkutan
berkualitas tinggi, pelayanan lokal, dan aktivitas ruang publik
Kepadatan Non-Permukiman memberikan penghargaan pada proyek yang
mencapai kepadatan seimbang atau lebih tinggi dibandingkan dengan proyek
yang sukses dan hampir sama yang berada di dalam kota yang sama secara
kontekstual.
g) Compact (Merapatkan)
Prinsip dasar dari tod adalah kepadatan: memiliki semua komponen dan fitur
penting berada dekat satu sama lain, secara nyaman, dan efisien tempat.
SASARAN A. Pembangunan terjadi di dalam atau di sebelah area perkotaan yang
sudah ada
Untuk mendorong densifikasi dan penggunaan efisien dari lahan kosong yang
telah dikembangkan sebelumnya, seperti lahan bekas industri, Area Perkotaan
mendorong pembangunan pada area di sekitar atau yang berdekatan langsung
dengan area perkotaan.
SASARAN B. Perjalanan di dalam kota nyaman
Pilihan Angkutan Umum mendorong lokasi proyek di area dengan banyak pilihan
moda transportasi, termasuk layanan angkutan lokal dan cepat yang berbeda-
beda dan pilihan para transit yang melayani kebutuhan dan tujuan penduduk
yang beragam dan mendorong lebih banyak orang untuk menggunakan angkutan
umum.
h) Shift (Beralih)
Kota yang telah dibentuk dengan tujuh prinsip di atas, penggunaan kendaraan
pribadi di kehidupan sehari-hari menjadi tidak penting lagi bagi kebanyakan
orang, dan efek-efek merugikan dari kendaraan tersebut dapat berkurang secara
drastis.
SASARAN A. Pengurangan lahan yang digunakan untuk kendaraan bermotor
Parkir Off-Street mendorong persediaan ruang parkir yang rendah di dalam area
pengembangan. Tingkat Kepadatan Akses Kendaraan Bermotor (driveway)
mengukur frekuensi akses masuk bangunan bagi mobil yang melintasi trotoar,
dan meminimalisir keberadaan driveway. Luasan Daerah Milik Jalan untuk
Kendaraan Bermotor mengukur total area dari ruang jalan yang digunakan untuk
kendaraan bermotor baik dalam bentuk lajur jalan atau parkir on-street.
b) Redevelopment Site
Peremajaan dengan penyuntikan fungsi-fungsi baru serta penataan lingkungan
dengan melengkapi fasilitas transit
4) Stasiun Kyoto.
Stasiun Kyoto adalah contoh penerapan TOD dalam bentuk megastruktur. Mixed
use ditempatkan secara vertikal, horizontal dan diagonal dalam sebuah massa
yang panjang dan membelah blok-blok kota. Fungsi- fungsi yang dikembangkan
dalam mixed use ini antara lain hotel, department store, teater, supermarket,
bioskop, gedung konser, dan plaza rekreasi
Selain itu bangunan dilengkapi dengan public art yang menghiasi ruang publik,
baik di dalam maupun di luar bangunan. Pelajaran yang dapat diambil dari kasus
ini adalah bahwa pengembangan TOD dengan radius berjalan kaki tidak hanya
berlaku horizontal, tapi juga dapat berlaku vertikal. Megastruktur
memungkinkan munculnya ruang-ruang publik dalam bangunan dan akses yang
mudah
Luas Kecamatan Medan Sunggal adalah 1.390 Ha. Kelurahan dengan luas terbesar
adalah kelurahan Tanjung Rejo yaitu 350 Ha sedangkan kelurahan dengan luas terkecil adalah
kelurahan Simpang Tanjung yaitu 32 Ha. untuk lebih jelasnya, mengenai luas Kecamatan
Medan Sunggal menurut kelurahan dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Luas Wilayah Kecamatan Medan Sunggal
No Kelurahan Luas (Ha)
1 Sunggal 493
2 Tanjung Rejo 350
3 babura 106
4 Simpang Tanjung 32
5 Sei Sikambing 284
6 Lalang 125
Jumlah 1.390
Sumber : BPS Dalam Angka Tahun 2020
Ruang
Badan Perdagangan Semak Grand
Kelurahan Industri Ladang Permukiman Terbuka Sawah
Air dan Jasa Belukar Total
Hijau
Simpang
0,80 39,50 -
Tanjung 0,31 2,23 8,95 0,63 5,66 58,08
Sunggal 21,07 228,23
4,33 45,05 23,50 3,67 15,09 17,68 358,62
Tanjung Rejo 3,78 270,50
1,86 18,32 29,46 1,21 17,11 8,55 350,79
Grand Total 38,97 945,65
13,26 129,51 99,83 6,63 35,26 56,89 1.325,99
Sumber : Interpretasi 2021
b. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di kecamatan Medan Sunggal dapat dikatakan masih
sedikit dan belum merata tersebar di tiap kelurahannya. Tercatat bahwa di
kelurahan Simpang Tanjung tidak ada satupun fasilitas rumah sakit, puskesmas,
Pustu dan Poliklinik / BPU yang bisa ditemui. Tetapi hal ini dapat dimaklumi
mengingat luas kelurahan yang tidak terlalu besar dan jumlah penduduk yang
tidak terlalu banyak dibandingkan pada kelurahan lain di kecamatan Medan
Sunggal.
Tabel 3.5
Jumlah Fasilitas Kesehatan yang diperinci menurut
Kecamatan Medan Sunggal
No Sarana Kesehatan Jumlah
1. Rumah Sakit 5
2. BPU 12
3. Tempat Praktek Dokter 102
4. Puskesmas 2
5. Posyandu 0
6. Tempat Praktek Bidan 22
7. Pustu 5
8. Poskeskel 5
Sumber : Kecamatan Medan Sunggal Dalam Angka
Tabel 3.6
Fungsi Bangunan Pada Area TOD Manhatan
FUNGSI UNIT LUAS (Ha)
Industri 199 7,75
Perdagangan dan 137 3,19
Jasa
Permukiman 3.734 55,37
Grand Total 4.070 66,31
Sumber : RDTR Kota Medan
Dari tabel diatas menunjukan fungsi bangunan yang ada pada Kawasan TOD Manhatan
terdapat 3 jenis fungsi bangunan seperti : Industri, Perdagangan dan Jasa, dan Permukiman.
Secara total keseluruhan jumlah bangunan pada Kawasan TOD Manhattan mencapai 4.070 Ha
dengan luas areal terbangun mencapai 66,31 Ha.
Tabel 3.7
Panjang Jalan Kawasan Tod Manhattan
FUNGSI PANJANG (KM)
Arteri Primer 2,86
Arteri Sekunder 0,70
Kolektor Sekunder 3,15
Lingkungan Sekunder 29,59
Lokal Sekunder 2,98
Grand Total 39,30
Sumber : Hasil Interpretasi Citra, 2021
Dari Tabel 3.7 menjukan total Panjang jalan berdasarkan fungsi jaringan jalan yang ada
di Kawasan TOD Manhattan. Secara keseluruhan luas total Panjang jalan yang ada di Kawasan
TOD Manhattan mencapai 39,30 Km yang terbagi ke 5 kelas fungsi jaringan jalan. Secara
keseluruhan Panjang jalan yang mendominasi pada area Kawasan TOD Manhattan ialah fungsi
lingkungan skunder dengan Panjang jalan mencapai 29,59 Km. didalam Kawasan TOD
Manhattan juga terdapat fungsi jalan Arteri Primer dengan total Panjang jalan mencapai 2,86
Km.
3.7.3 Pedestrian
Terdapat beberapa titik pedestrian pada lokasi studi yaitu: jalan gagak hitam dan jalan
gatot subroto. Akan tetapi penggunaanya masih minim sama halnya seperti pada kota medan
pada umumnya.
seluler yang beroperasi diwilayah perencanaan. walaupun ada, hanya untuk melayani
kebutuhan yang vital, seperti pada kantor pemerintahan, perdagangan dan sebagian
perumahan. Sistem distribusi jaringan telepon di Kecamatan Medan Sunggal yang digunakan
dengan jaringan primer dan jaringan skunder. Jaringan primer menghubungkan sentral
dengan daerah-daerah lokasi, sedangkan jaringan sekunder menghubungkan jaringan primer
dengan rumah-rumah penduduk. Kebutuhan sambungan telepon di Kecamatan Medan Sunggal
pada Tahun 2029 sebesar 6.120 SST/orang. Jaringan telepon tersebut direncanakan akan
mengikuti pola jaringan jalan yang ada.
Tong-tong sampah
Pada sistem sanitary landfill ini, sampah atau limbah padat yang dibuang diatur
pembuangannya pada lokasi yang telah disediakan (sel harian). Lokasi ini telah dilengkapi
lapisan kedap dengan ketebalan sekitar 15-30 cm dan fasilitas drainase bawah permukaan.
Sampah yang dibuang pada lokasi ini dipadatkan dengan alat berat dan setiap harinya ditutup
dengan tanah. Volume sampah yang diangkut dari rumah-rumah penduduk dapat ditekan,
khususnya bagi penduduk yang memiliki halaman cukup luas dan mampu mengolahnya
sendiri menjadi kompos, dengan teknologi sederhana, misalnya melalui penanaman sampah
organik di dalam tanah, dengan dimensi dan peralatan tertentu yang relatif murah. Untuk
menstimulir penduduk hingga berkenan melakukan pembuatan kompos ini, Pemerintah Kota
Medan dapat memfasilitasi dengan bekerjasama dengan para pengusaha kompos untuk
membeli kompos tersebut dari penduduk. Hal ini selanjutnya akan bermanfaat bagi upaya
penghijauan kota dan rehabilitasi lahan kota yang banyak mengalami kerusakan.
3.9 Permasalahan
Permasalahan kemacetan merupakan permasalahan umum yang terjadi di Kota Medan.
Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, salah satu alternatif solusi yang dapat
dilakukan adalah mengadaptasi sebuah konsep pembangunan berbasis transit seperti yang
telah diterapkan di beberapa Negara maju yang dikenal dengan pembangunan kawasan
berbasis transit atau Transit Oriented Development (TOD). Permasalahan yang terjadi pada
lokasi penelitian, antara lain :
a. penurunan dan penaikan penumpang kendaraan yang terjadi pada lokasi yang
tidak sesuai
b. kurangnya pelayanan/performa angkutan umum beserta penyediaan fasilitas
pendukungnya
c. Terbatasnya ketersediaan lahan kosong dan lahan milik pemerintah untuk
penyediaan lahan parkir dan ruang terbuka umum
d. Terjadinya alih fungsi lahan dari ruang terbuka menjadi kawasan terbangun
e. Untuk penerapan konsep TOD ini diperlukan anggaran biaya yang cukup besar,
diperlukan kerjasama antara Pemerintah dan Pihak Swasta sebagai investor
Permukiman
Selain kegiatan perdagangan dan jasa, juga dialokasikan kegiatan
permukiman. Kegiatan permukiman dikembangkan di belakang
fungsi perdagangan maupun bercampur dengan kegiatan
perdagangan dan jasa (bentuk ruko) atau hunian susun.
Kegiatan transportasi
Kegiatan transportasi yang akan dikembangkan adalah menciptakan
aksesibilitas dari fungsi-fungsi sekitar terminal regional yang akan
melayani pergerakan transportasi umum.
RENCANA UMUM
5.1 Pengertian
Rencana Umum merupakan ketentuan-ketentuan rancangan tata bangunan dan
lingkungan yang bersifat umum dalam mewujudkan lingkungan/kawasan perencanaan yang
layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan
kegiatan dan jasa yang akan dikembangkan di dalam kawasan perencanaan adalah
kegiatan perdagangan dan jasa skala regional (Gambar 5.1).
Rencana penggunaan lahan dirancang untuk menciptakan lingkungan pejalan kaki
yang menarik dan menyenangkan sehingga tercapai sasaran peruntukan lahan dan
sirkulasi kawasan. Pada kawasan ini, lantai-lantai dasar dianjurkan untuk membentuk
fungsi-fungsi komersial retail dan fungsi-fungsi publik lainnya. Untuk fungsi-fungsi
yang direncanakan sebagai fungsi campuran, maka diupayakan pembentukan fungsi-
fungsi yang dapat diakses publik pada lantai dasarnya.
Penggunaan pada lantai dasar juga dapat mendorong keterkaitan antar
kavling/bangunan pada kawasan serta memberi peralihan kegiatan pada fungsi-fungsi
yang jauh berbeda. Pemanfaatan fungsi publik pada lanta dasar akan meningkatkan
aksesibilitas terhadap kawasan, terutama pada pemanfaatan ruang terbuka yang ada
pada bagian muka bangunan (ruang sempadan) yang dapat diakses publik, maupun
perluasan kegiatan pada lantai dasar secara temporer. Penggunaan pada lantai-lantai
atas disesuaikan dengan peruntukan umumnya, dengan fungsi lain yang menunjang
juga diperkenankan.
Gambar 5.1
Rencana Peruntukan Lahan
2. Luas lantai yang secara nyata dipergunakan untuk kepentingan umum secara
terus menerus tidak diperhitungkan sebagai luas lantai dalam perhitungan KLB.
3. Ruang yang tercipta dengan adanya "set back"/pemunduran sempadan bangunan
yang dimanfaatkan bagi terselenggaranya Kontak Sosial masyarakat, seperti
pemunduran masa bangunan pada bangunan bangunan sudut dan pada bangunan
deret untuk pertokoan (menghindari kesan monoton), maka tinggi lantai
bangunan diizinkan maksimal 10 (sepuluh) meter dan tidak diperhitungkan
sebagai dua lantai.
4. Tambahan luas lantai maksimum dapat diberikan bagi yang menyediakan fasilitas
umum, seperti ruang terbuka umum (public open space) dan jalur pejalan kaki
(pedestrian path) atau Arcade.
5. Jenis Insentif Pembangunan lainnya, yaitu "Pengalihan Nilai Koefisien Lantai
Bangunan" yang dikenal juga sebagai Transfer of Development Right (TDR), dapat
diterapkan didalam kawasan perencanaan, dengan beberapa persyaratan sebagai
berikut :
• Pengalihan hanya berlaku didalam batas-batas daerah perencanaan kawasan
perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya
• Hak TDR dapat dilakukan pada pembangunan antar kapling, penggabungan
kapling maupun pembangunan sekaligus.
• Pengalihan nilai KLB ini dianjurkan untuk menyesuaikan dengan sistem
penyebaran kepadatan secara merata seperti yang telah disebutkan di atas.
Yang berarti tidak diperkenankan untuk mengalihkan nilai KLB pada daerah
kepadatan yang lebih tinggi ke daerah kepadatan yang lebih rendah.
C. Ketinggian Bangunan
Ketinggian maksimum pada kawasan ini maksimal 20 lantai untuk kawasan rumah
susun/apartemen, 13 lantai untuk perdagangan dan jasa, 15 lantai untuk jasa
komersial, 13 lantai untuk perkantoran, dan sarana pelayanan umum dengan
ketinggian 13 lantai.
Tabel 5.1
Intensitas Pemanfaatan Lahan di Kawasan TOD Manhattan
No Zona KDB Ketinggian KLB KDH
Maksimum Maks Maksimum Minimum
1 Perlindungan Setempat 10% 2 Lt 0,2 80%
2 Ruang Terbuka Hijau 10% 3 Lt 0,2 80%
3 Perumahan Kepadatan 70% 3 Lt 2,1 15%
Sedang
4 Rumah Susun/Apartemen 60% 20 Lt 10 20%
5 Perdagangan 80% 13 Lt 8 20%
6 Jasa Komersial 70% 15 Lt 10 20%
7 Perkantoran 60% 13 Lt 6 20%
8 Sarana Pelayanan Umum 60% 13 Lt 6 20%
Gambar 5.2
Rencana Intensitas Pemanfaatan Lahan
B. Pengaturan Bangunan
Pengaturan Bangunan, yaitu perencanaan pengaturan massa bangunan dalam
blok/kaveling. Pembangunan blok-blok komersial akan memberikan identitas dan
karakter yang kuat terhadap kawasan. Bangunan-bangunan tersebut harus
membentuk hubungan yang serasi baik antar bangunan maupun dengan
bangunan hunian. Kawasan ini direncanakan dikembangkan dengan intensitas
beragam. Dengan demikian ketinggian yang terbentuk juga akan beragam, namun
tetap diarahkan untuk mempunyai tema ketinggian.
Tata bangunan diupayakan untuk dapat mendukung pergerakan pejalan kaki,
dengan membentuk bangunan perimeter, dan dibentuk arcade atau kanopi pada
lantai dasarnya. Pada lantai dasar juga perlu ditunjang dengan penggunaan
material yang memungkinkan terciptanya interaksi yang optimal antara bagian
dalam bangunan dengan luarnya. Jalur pejalan kaki pada bangunan komersial
hendaknya berakhir di halaman depan bangunan sehingga memungkinkan pejalan
dapat mencapai bangunan dengan aman, nyaman dan terpisah dari jalur
kendaraan.
Fasade merupakan unsur dominan pada bangunan komersial. Khusus untuk
bangunan deret seperti ruko, maka perlu pedoman pembentukan fasade bangunan
agar tercipta kesatuan dalam keragaman. Dengan demikian konsep penataan
fasade pada kawasan ini adalah pembentukan panduan (guidelines) pola tampak
yang terdiri dari :
1. Variasi kedalaman tampak, dimana muka bangunan tidak mesti harus segaris,
namun dapat mngalami maju mundur sesuai konsep arsitektural bangunan.
Beda kedalaman ini maksimal 1 – 1,5 m.
2. Pembentukan sistem arcade bagi pedestrian untuk menciptakan kesatuan
bangunan dan fasade. Arcade ini harus tersedia pada lantai dasar secara
menerus Ekspresi ketinggian dan jumlah lantai yang harus tetap ada pada tiap
bangunan (tiap lantai berjarak 3 – 5 m).
3. Kejelasan tiap unit (spacing of unit) untuk membedakan bangunan satu
dengan yang lain. Lebar minimal tiap unit ini adalah 6 m.
4. Variasi warna dan bahan sesuai arsitektur bangunan yang diinginkan.
5. Tinggi pagar masif muka bangunan maksimal 1 m
Gambar 5.3
Bentuk Bangunan Perdagangan dan Jasa
Unsur atap memberikan identitas yang kuat pada bangunan dan membentuk garis
langit kawasan. Ruang mekanikal pada bagian atap harus tertutup dan dirancang
sedemikian sehingga selaras dan serasi dengan bangunannya. Perancangan
arsitektur hendaknya tidak memunculkan ragam hias yang berlebihan yang tidak
relevan dengan struktur dan perlindungan terhadap cuaca. Dengan demikian
karakter arsitektural terbentuk oleh bukaan-bukaan bangunan. Pengecualian dari
panduan ini hanya boleh dilakukan pada bangunan-bangunan gerbang dan lantai
dasar. Pertimbangan iklim tropis agar tercermin dalam perancangan bagian-
bagian bangunan. Selain itu dibentuk penekanan pada area penerima dengan
membentuk kanopi dan bukaan yang menonjol pada pintu masuk bangunan (area
drop off).
Gambar 5.4
Pengaturan Bangunan
masa bangunan dan antara kedua masa tersebut lebar minimum harus Y
(Gambar 5.5).
Gambar 5.5
Jarak Antar Bangunan
Tabel 5.2
Ketentuan Tata Bangunan di Kawasan TOD Manhattan
No Zona Lebar Panjang Luas Lantai Sempadan Sempadan
Minimal Minimal dasar Samping Belakang
Bangunan Bangunan Bangunan
Minimal Minimal Minimal
1 Perlindungan Maks 10 m Maks 10 m Maks 100 m2 3m 3m
Setempat
2 Ruang Terbuka Maks 10 m Maks 15 m Maks 150 m2 3m 3m
Hijau
3 Perumahan Maks 6 m Maks 7 m Maks 45 m2 1,5 m 1,5 m
Kepadatan Sedang
4 Rumah Maks 8 m Maks 8 m Maks 64 m2 1,5 m 1,5 m
Susun/Apartemen
5 Perdagangan Maks 4 m Maks 8 m Maks 32 m2 - 3m
berupa
gang
kebakaran
6 Jasa Komersial Maks 8 m Maks 15 m Maks 150 m2 1,5 m 1,5 m
7 Perkantoran Maks 8 m Maks 8 m Maks 64 m2 2 m 2 m
8 Sarana Pelayanan Maks 8 m Maks 8 m Maks 64 m2 2 m 1,5 m
Umum
Gambar 5.6
Rencana Jaringan Jalan
Gambar 5.7
Penampang Jalan Gatot Subroto
Gambar 5.8
Penampang Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan
Gambar 5.9
Penampang Jalan Sem padan Sungai Badera
Gambar 5.10
Sirkulasi Kenderaan di Kawasan TOD Manhattan
5.4.3 Pedestrian
Beberapa jalur pedestrian yang perlu disediakan dan dikembangkan di dalam Kawasan
Perencanaan, yaitu:
Jalur-jalur pedestrian utama (major pedestrian) dengan lebar 2 – 2,5 meter (2 sisi)
di jalan arteri yaitu Jl. Gatot Subroto, Ring Road dan Jl. Asrama
Jalur pedestrian minor dengan lebar 1 m – 1,5 (2 sisi) dikembangkan di jalan local
dan jalan lingkungan,
Mengembangkan sirkulasi pejalan kaki yang menghubungkan masing-masing blok
dengan penggunaan lantai dasar banyak membangkitkan/menarik pergerakan
pejalan kaki,
Pengembangan sirkulasi pejalan kaki harus menciptakan rasa aman dan nyaman
serta mempunyai petunjuk/rambu-rambu yang jelas khususnya yang menuju ke
lokasi strategis seperti sub terminal, pusat bisnis, area parkir dan petunjuk menuju
kawasan lainnya, dan
Jalur pedestrian disediakan sesuai kebutuhan dan tidak terputus serta terbebas dari
penyalahgunaan fungsi lainnya.
Elemen elemen yang mendukung jalur pedestrian terbuka ini antara lain:
Pedestrian dengan paving block,
Lampu penerangan pedestrian,
Tanaman pohon kenari yang ditanam setiap jarak 25 m dan berfungsi untuk
peneduh dan pengarah.
Pada kawasan-kawasan yang dikembangkan dengan pola koridor maka
pengembangan jaringan pedestriannya dapat berbentuk arcade, yaitu
Jaringan pedestrian dengan sistem arcade direncanakan terpadu dengan bangunan
perdagangan. Sistim arcade dikembangkan pada seluruh bangunan perdagangan di
jalan kolektor dengan pertimbangan untuk melindungi pejalan kaki dari
ketidaknyamanan akibat pengaruh hujan dan panas dan untuk mengarahkan
pergerakan pejalan kaki,
Agar supaya tidak monoton maka arcade yang dikembangkan tiap blok bangunan
bervariasi dan diintegrasikan dengan tanaman-tanaman dalam pot yang ditata pada
sisi luar arcade,
Gambar 5.11
Pedestrian di Kawasan TOD Manhattan
Setiap lantai parkir harus memiliki sarana untuk sirkulasi horisontal dan atau
sirkulasi vertikal untuk orang dengan ketentuan bahwa tangga spiral dilarang
digunakan.
Lantai untuk ruang parkir yang luasnya mencapai 500 m2 atau lebih harus
dilengkapi ramp naik dan turun masing-masing dua unit.
6. Fasilitas yang harus disediakan pada parkir besmen adalah ruang tunggu supir,
toilet, mushola, kantin dan ruang lainnya sesuai kebutuhan.
7. Standar kebutuhan ruang untuk parkir satu mobil ditentukan sebagai berikut:
Pada posisi tegak lurus Standar parkir untuk satu mobil (sedan/van/Pick up)
minimum lebar 2,25 m dan panjang 4,50 m
Pada posisi sejajar, Standar parkir untuk satu mobil (sedan/van/Pick up)
minimum lebar 2,25 m dan panjang 6,00 m,
Pada posisi parkir tegak lurus satu truk minimum lebar 3,50 m dan panjang
10,00 m
Gambar 5.12
Sistem Parkir di Kawasan TOD Manhattan
5.4.5 Halte
Masalah kemacetan di kawasan perencanaan juga dikarenakan ketidakteraturan
angkutan umum menurunkan dan menaikkan penumpang. Hal tersebut dikarenakan adanya
halte yang disediakan tidak dimanfaatkan dengan baik dikarenakan kurang menariknya halte.
Oleh sebab itu direncanakan adanya halte ataupun bisa dikatakan stasiun BRT agar
mengurangi kemacetan. Halte sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang
diletakkan pada setiap jarak 1 (satu) kilometer pada setiap jalur jalan yang dilalui oleh
angkutan umum. Penempatan halte-halte ini tentunya disesuaikan dengan pertumbuhan
kawasan permukiman disekitarnya.Sedangkan halte sebagai tempat pemberhentian angkutan
umum jalan arteri dengan mempertimbangkan intensitas pengguna angkutan umum yang
dipengaruhi oleh intensitas kegiatan di sepanjang jalan tersebut. Halte ini direncanakan untuk
dikembangkan secara terpadu dengan kegiatan lain seperti papan reklame, kios penjualan
koran/majalah/rokok, telepon umum, dsb. Adapun Rencana Halte direncanakan skycross
untuk menghubungkan bangunan yang berseberangan.
Gambar 5.13
Halte di Kawasan TOD Manhattan
Gambar 5.14
RTH di Kawasan TOD Manhattan
Pada beberapa simpul jalan direncanakan untuk dilakukan penataan ruang terbukanya
dengan penanaman vegetasi pengarah dan vegetasi perdu pembentuk estetika. Sisi yang
menghadap persimpangan jalan dianjurkan untuk tidak ditanami tanaman tinggi untuk
memperluas pandangan pengemudi. Pada area tepi sungai dan area-area kritis dengan
kemiringan curam juga perlu dikonservasi dengan membentuk tata hijau sebagai area
penyangga. Tanaman ini ditanam pada ruang sempadan sungai, yang ditetapkan sesuai dengan
lebar dan kedalaman sungai.
Tabel 5.4
K a r a k t e r i s ti k T a n am a n V e g e t a s i
Kategori Karakteristik Penampilan Jenis Tanaman
Umum
A Tanaman tinggi, Sebagai peneduh, Angsana (Pterocarpus
termasuk kategori berakar kuat, berumur indicus)
tanaman pelindung, panjang, dapat sebagai Asam jawa (Tamarindus
kanopi besar atau pengarah jalan, batang indicus)
sedang kuat dan besar serta Flamboyan (Delorix regia)
dapat mengurangi Kidamar (Agathis damara)
kebisingan Kihujan (Samanae saman)
Mahoni (Swieteria
mahagoni)
Nyamplung (Calophyllum
inophyllum)
Bungur (Langerstromia
spesiosa)
B Tanaman ukuran Sebagai peneduh dan Felicium (Felicium decipiens)
sedang, termasuk batang tidak terlalu Damar (Agathis alba)
kategori pohon besar, tidak Asam kranji
pelindung, kamopi membutuhkan ruang
ukuran sedang luas sebagai tempat
tumbuh, bersifat
pohon tahunan dan
dapat juga sebagai
pengarah.
C Pohon Warna bunga dan Kasia (Cassia sp)
kecil/sedang/perdu, bentuk menarik, tidak Dadap merah (Erthrina sp)
mempunyai daya tinggi, berkesan Bunga kupu-kupu (Bauhinia
tarik utama berupa semarak, dapat purpurea)
bunga, percabangan digunakan sebagai Kembang merak
dan bentuk tanaman tanaman hias dan (Caesalpinia pulcherrima)
pembatas Soka (Ixora javanica)
Nusa indah (Musaenda sp)
D Penutup tanah Alternatif penutup Taiwan beauty
(ground cover), tanah selain rumput Cendrawasih
bungan berwarna Lantana (lantana camara)
atau bentuk daun Sambang darah
menarik (Herrigraphis excelsa)
Mutiara (Pilea cadierei)
Krokot
Gambar 5.15
Orientasi Bangunan
Gambar 5.16
Lampu Penerangan Jalan
B. Papan Reklame/Iklan
Reklame yang dimaksud di sini, yaitu reklame permanen berupa reklame yang
menempel pada bidang dinding maupun reklame tiang (diatas tanah maupun
bangunan). Tujuan penataan reklame adalah untuk membentuk memperkuat
karakter lingkungan binaan dan memberikan sumbangan fasilitas komersial
berupa layanan informasi dan iklan. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah
memberikan panduan terukur mengenai posisi, tata letak dan ukuran mengenai
penempatan reklame pada kawasan.
Pemasangan reklame merupakan satu kesatuan dengan pembangunan
kawasannya. Karena itu diperlukan kesesuaian antara perencanaan reklame
dengan penataan kawasannya. Reklame tidak lagi dipandang sebagai tambahan,
namun harus menjadi bagian dari penataan kawasan dengan memperhatikan
peraturan daerah yang berlaku.
Yang termasuk dalam area bebas dari reklame pada kawasan Koridor adalah :
Kawasan/Lingkungan/Daerah permukiman dan lindung tepi sungai
Sisi kavling yang menghadap simpul
Jalur utilitas dan jalur pedestrian
Konsep penataan yang diusulkan untuk penataan reklame adalah:
1) Ditinjau dari segi keindahan
Pemasangan dan pen, dan lebih banyak menggunakan reklame lampu untuk
menghidupkan suasana di malam hari.
Ukuran reklame perlu dibatasi sedemikian rupa agar tidak menutupi
sebagian besar tampilan bangunan atau mendominasi fasade lingkungan
sekitarnya.
Reklame tempel dan reklame dinding agar dipasang pada bidang dinding.
Jangan dipasang menutupi jendela, pintu atau atap bangunan. Prinsipnya
adalah reklame dirancang sebagai bagian dari bangunan, bukan
mendominasi bangunan (maksimal, hanya 20% saja dari bidang muka
bangunan yang boleh tertutup papan reklame).
Penempatan lokasi pada koridor-koridor jalan dirancang agar tidak saling
berhimpitan atau saling menutupi satu dengan yang lainnya. Sehingga
informasi satu dengan yang lain bisa terbaca oleh pengamat.
2) Ditinjau dari segi keamanan dan keselamatan
Pemasangan reklame jangan sampai mengacaukan konsentrasi pemakai
jalan (karena gambarnya menyolok, menimbulkan silau, posisinya sulit
dilihat pada sudut pandang normal, menutupi atau mengaburkan rambu
lainnya), selain itu konstruksinya harus memenuhi syarat teknis dan tidak
melewati batas Damija.
Desain reklame di Kawasan Koridor Jalan Gatot Subroto ini disatukan dengan
fungsi lampu pedestrian, sehingga tidak mengganggu pedestrian.
Gambar 5.17
Papan Reklame
Gambar 5.18
Signage dan Rambu Lalu Lintas
D. Tempat Sampah
Penataan tempat sampah di wilayah perencanaan diarahkan sesuai dengan
konsep yang telah dirumuskan, yaitu antara lain:
Perlu penyeragaman bentuk dan besaran tempat sampah yang berada
dalam satu koridor jalan.
Setiap pembangunan baru, harus dilengkapi dengan tempat pembuangan
sampah yang ditempatkan sedemikian rupa untuk peningkatan kualitas
lingkungan.
Penyediaan tempat sampah agar mempertimbangkan segi estetika,
terutama yang dapat menciptakan identitas lingkungan.
Dipisahkan antara tempat sampah kering dan sampah basah.
Gambar 5.19
Tempat Sampah
Sistem prasarana dan utilitas lingkungan mencakup jaringan air bersih dan air limbah,
jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan gas dan listrik, serta jaringan telepon,
sistem jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau
evakuasi.
5.7.1 Sistem Jaringan Air Bersih
Air beserta sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak
dibutuhkan oleh makhluk hidup, guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara
kesehatannya, sehingga dapat dikatakan bahwa air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan akan pemenuhan kebutuhan air bersih untuk wilayah
perencanaan.
Sesuai dengan konsep keterpaduan, maka penyediaan air bersih dalam kawasan
perencanaan diarahkan dengan penyediaan air bersih melalui sistem perpipaan sebagai bagian
dari sistem penyediaan air bersih dalam Kota Medan. Adapun sumber air bersih pada kawasan
perencanaan yaitu berasal dari Kecamatan Medan Sunggal.
Pada prinsipnya pemasangan jaringan air bersih mengikuti jaringan telepon dan
jaringan listrik dengan system bawah ta nah. Yang membedakan antara kedua jaringan ini
adalah jaringan air bersih tidak akan berada pada satu tempat perlindungan dengan jaringan
telepon dan jaringan listrik. Hal ini disebabkan karena jaringan air bersih memiliki resiko
terhadap kebocoran, sehingga dapat menggangu jaringan lainnya. Untuk pemenuhan air bersih
di wilayah perencanaan sudah terpenuhi. Direncanakan juga pemasangan hidran dibeberapa
lokasi yang berfungsi sebagai sumber air apabila terjadi kebakaran pada kawasan
perencanaan.
Gambar 5.20
Rencana Jaringan Air Bersih
Sesuai dengan konsep yang telah dirumuskan, penataan jaringan listrik di wilayah
perencanaan diarahkan kepada upaya untuk mengatasi gangguan visual kabel udara, maka
diusulkan penyelesaian sebagai berikut:
1) Untuk kawasan perumahan merapikan jaringan kabel udara di sepanjang tepi jalan
maupun yang menyeberangi jalan (antara lain penyeragaman posisi tiang,
merapikan kabel yang semrawut). Kabel udara yang menyeberangi jalan
diisyaratkan mempunyai tinggi minimum 5 meter di atas permukaan jalan.
2) Untuk kawasan perdagangan dan jasa sepanjang Jalan Gatot Subroto, Jl. Ring Road
dan Jl. Asrama direncanakan jaringan listrik bawah tanah. Sistem jaringan bawah
tanah direncanakan dengan pertimbangan keinginan menciptakan system utilitas
yang terintegrasi baik itu jaringan listrik, air bersih dan jaringan telepon.
Pemanfaatan pada permukaan atas terowongan digunakan sebagai pedestrian dan
dilengkapi dengan street furniture seperti lampu jalan, signage, bak sampah, pot
tanaman dan lain sebagainya.
Gambar 5.21
Rencana Jaringan Listrik Bawah Tanah
PERSPEKTIF
PERSPEKTIF
RENCANA INVESTASI
6.1 Umum
Investasi adalah penanaman modal atau dana yang bertujuan untuk mendapatkan
penghasilan di waktu yang akan datang. Investasi sering dilakukan dalm waktu yang cukup
lama. Macam-macam investasi diantaranya adalah deposito, saham, obligasi, reksa dana,
emas, dan investasi properti.
Investasi pada kawasan Transit Oriented Development (TOD) merupakan program
yang sangat memiliki peluang besar untuk keamanan aset.
Pada lokasi studi penelitian, investasi yag bisa dilakukan seperti investasi hunian, lahan
dan investasi modal. Namun investasi hunian harus terintegrasi dengan. Dengan keberanian
untuk memberikan pelampauan KLB yang lebih besar dan kompensasi yang diminta
pemerintah daerah lebih kecil, seharusnya lebih menarik bagi pelaku pembangunan untuk
berinvestasi di lokasi Transit Oriented Development (TOD). Kerja sama antara pengembang,
investor dan pemerintah perlu dilakukan dalam jangka waktu yang lama agar pihak swasta
lebih tertarik untuk investasi.