id
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
DAFTAR ISI
ABSTRAK .....…...…………………...................................................... vi
ABSTRACT…………….………............................................................ vii
KATA PENGANTAR.....………............................................................ viii
DAFTAR ISI……………………........................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xv
DAFTAR PERSAMAAN....................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …..………………….…………………............. I-1
1.2 Perumusan Masalah……............................................................. I-4
1.3 Tujuan Penelitian ........….…....................................................... I-4
1.4 Manfaat Penelitian ........……...................................................... I-4
1.5 Batasan Masalah ………............................................................. I-4
1.6 Asumsi ......………………………………….…………………. I-5
1.7 Sistematika Penulisan ......…………………………….……….. I-5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penentuan Definisi Pasar Relevan ............................................... II-1
2.1.1 Pasar Produk .................................................................. II-2
2.1.2 Pasar Geografis .............................................................. II-4
2.2 Retailing ..................................................................................... II-6
2.2.1 Gambaran Umum Bisnis Ritel......................................... II-6
2.2.2 Persaingan Industri Ritel ................................................. II-7
2.2.3 Perkembangan Pasar Modern.......................................... II-9
2.2.4 Minimarket ..................................................................... II-10
2.2.5 Pasar Modern dan Pasar Tradisional .............................. II-12
2.3 Sampling ...................................................................................... II-13
2.3.1 Ukuran Sampel Konsumen commit to..............................................
user II-14
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Amrina Sholihah Sunarto, NIM : I 1306020. PENENTUAN PASAR
RELEVAN UNTUK MINIMARKET BERDASARKAN KARAKTERISTIK
JASA RITEL MENURUT PERSEPSI KONSUMEN (STUDI KASUS
INDOMARET JAGALAN DI SURAKARTA). Tugas Akhir. Surakarta:
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret,
Oktober 2010.
ABSTRACT
Amrina Sholihah Sunarto, NIM : I 1306020. RELEVANT MARKET
DEFINITION FOR MINIMARKET BASED ON THE CONSUMERS PERCEPTION
OF RETAIL SERVICE CHARACTERISTICS (CASE STUDY INDOMARET
JAGALAN IN SURAKARTA). Thesis. Surakarta: Industrial Engineering
Department Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, in October 2010.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan Skripsi
“Penentuan Pasar Relevan Untuk Minimarket Berdasarkan Karakteristik
Jasa Ritel Menurut Persepsi Konsumen (Studi Kasus Indomaret Jagalan di
Surakarta)” ini dengan baik.
Dengan segenap ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih atas segala bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat menyelasaikan
Laporan Tugas Akhir ini. Penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Allah SWT karena atas segala izin, rizki, dan rahmat-Nya penulis berhasil
menyelesaikan Laporan Skripsi ini.
2. Ibu dan Bapakku yang selalu memberi dukungan dan doa yang tak pernah
putus sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan Skripsi ini.
Semoga Allah selalu menyayangi Bapak dan Ibu.
3. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Ir. Murman Budijanto MT, MIDEc selaku Dosen Pembimbing,
terima kasih atas segala bimbingan, bantuan, dan kesabaran bapak selama
penyelesaian Laporan Skripsi ini. Penulis banyak belajar dari bapak.
5. Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT selaku Dosen Pembimbing, terima kasih
atas segala bantuan dan bimbingan ibu selama penyelesaian Laporan
Skripsi ini. Penulis banyak belajar dari ibu.
6. Bapak Yuniaristanto ST, MT dan Bapak Wakhid A. Jauhari ST, MT
selaku Dosen Penguji, terima kasih atas masukan dan perbaikan untuk
Laporan Skripsi ini.
7. Bapak Taufik Rochman STP, MT selaku koordinator Tugas Akhir yang
telah membantu mempermudah pelaksanaan Skripsi ini.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sehingga keberadaan ritel modern ini terkadang memicu adanya persaingan tidak
sehat atau monopoli (Sesjulindah, 2009).
Assosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan
pertumbuhan ritel di Indonesia sekitar 10 % pada tahun 2010. Hal ini berdasarkan
fakta bahwa omset penjualan industri ritel tahun 2010 bisa meningkat sekitar 10
% - 15 % dibandingkan tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2009 lalu omset
penjualan ritel sebesar Rp 80 triliun. Artinya, pada tahun 2010 ini setidaknya
omset penjualan ritel akan menjadi sekitar Rp 88 triliun - Rp 92 triliun.
Konsentrasi ekspansi usahapun semakin melebar. Tak hanya di Pulau Jawa, tapi
juga mulai menyebar ke luar Pulau Jawa seperti Kalimantan, Sumatra dan
Indonesia bagian timur. Konsentrasi ekspansi gerai sekitar 30 % - 40 % ada di
Pulau Jawa, selebihnya di luar Pulau Jawa (www.kompas.com).
Salah satu ritel modern yang mengalami pertumbuhan cukup pesat di
Indonesia saat ini adalah minimarket dengan konsep waralaba atau franchise.
Konsep tersebut mempermudah para pelaku usaha dan investor untuk mengelola
bisnis ritel ini. Minimarket sebagai peritel modern memberikan kualitas produk
terjamin, kelengkapan, kenyamanan, kualitas pelayanan baik SDM maupun
fasilitas, dan promosi serta harga yang relatif stabil meskipun relatif lebih mahal
dibandingkan dengan pasar maupun ritel tradisional. Perkembangan minimarket
ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya didukung oleh perubahan pola
konsumsi masyarakat yang saat ini bisa dikatakan pada tahap transisi, dari pasar
maupun ritel tradisional ke ritel modern, khususnya minimarket (AC Nielsen,
2007). Pengembangan minimarket ini diupayakan dengan menjual barang serta
jasa yang diinginkan konsumen, dimana kegiatan tersebut sangat tergantung pada
perusahaan atau pedagang yang memiliki berbagai macam karakteristik yaitu
harga, kelengkapan atau variasi produk, kualitas pelayanan umum, kenyamanan,
iklan atau promo, lokasi dan perilaku konsumen dalam proses pengambilan
keputusan untuk membeli (Engel, 1995).
Adanya pengembangan minimarket berpotensi menimbulkan
penyalahgunaan penguasaan pasar atau posisi dominan. Hal ini dapat memicu
terjadinya praktek monopoli sehingga mengakibatkan persaingan tidak sehat
commit
antara pelaku usaha ritel, baik ritel to user
modern maupun ritel tradisional. Berdasarkan
I-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
alasan itu maka perlu dilakukan penentuan pasar relevan, yaitu menentukan di
pasar mana minimarket bersaing dan siapa saja yang menjadi pesaingnya. Dengan
penentuan pasar relevan tersebut dapat diketahui tingkat konsentrasi pasar dan
pangsa pasar para pelaku usaha. Penentuan pasar relevan dapat berguna untuk
mengidentifikasi pelaku usaha dengan pesaingnya, serta sebagai batasan dalam
mengukur luasnya dampak dari tindakan anti persaingan yang terjadi (Junaidi,
2009).
Persaingan industri ritel dapat terjadi antara ritel modern dengan ritel
modern maupun ritel modern dengan ritel tradisional, salah satu persaingan antar
ritel modern dapat dilihat pada persaingan Alfamart dengan Indomaret. Kedua
merek minimarket ini memperluas pasarnya hingga ke kawasan perumahan.
Persaingan yang ketat membuat kedua minimarket ini tidak peduli dengan
kedekatan lokasi toko. Dalam radius 10 meter, dapat dijumpai toko Alfamart
berhadapan dengan Indomaret. Bahkan, di beberapa tempat ada satu gerai
Indomaret diapit dua Alfamart (Dede, 2009). Meskipun kedua ritel ini memiliki
karakteristik dan strategi yang sama, tetapi pada kenyataannya setiap minimarket
tetap memiliki pasar yang berbeda walau lokasinya berdampingan (Susanti, 2007).
Menurut survei pangsa pasar AC Nielsen tahun 2005, dari total 5.000 ritel
minimarket di Indonesia, Indomaret mampu menguasai 35 persen, sedangkan
Alfamart mampu menguasai 33 persen. Penguasaan pangsa pasar sebesar itu
mendudukkan Alfamart pada posisi nomor dua setelah Indomaret. Namun dengan
pangsa pasar sebesar itu, apakah benar pelaku usaha tersebut memiliki posisi
dominan dan apakah tindakan tersebut mengakibatkan praktek monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat.
Berdasarkan fakta – fakta yang telah dijelaskan di atas, maka penting
untuk dilakukan penelitian tentang penentuan pasar relevan untuk minimarket.
Penentuan ini dapat berdasarkan karakteristik jasa ritel menurut persepsi
konsumen yang sesuai dengan kondisi nyata. Dari hasil penelitian ini diharapkan
minimarket dapat mengetahui siapa saja pesaing – pesaing yang termasuk dalam
satu pasar relevan, pangsa pasar dan posisi dominan sehingga dapat merancang
strategi bersaing bagi industri ritel dan membantu pemerintah dalam menentukan
kebijakan persaingan usaha. commit to user
I-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1.6 ASUMSI
Asumsi digunakan untuk menyederhanakan kompleksitas permasalahan
yang diteliti. Asumsi yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah populasi konsumen potensial pesaing sama dengan konsumen
potensial Indomaret di wilayah yang diteliti.
2. Responden memiliki interpretasi yang sama dengan maksud peneliti
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuisioner.
3. Jawaban yang diberikan responden dapat mewakili pendapat mereka
sendiri dan dilakukan atas kemauan sendiri.
I-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam
penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta
menganalisis permasalahan yang ada.
II-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang umum terjadi, yang dihadapi oleh banyak otoritas pengawas persaingan di
berbagai negara (KPPU, 2009).
Dalam perkembangan yang terjadi, pendekatan terhadap elastisitas
permintaan dan penawaran dapat dilakukan melalui analisis preferensi konsumen,
dengan menggunakan tiga parameter utama sebagai alat pendekatan (proxy) yaitu
harga, karakter dan kegunaan (fungsi) produk. Penggunaan tiga parameter tersebut
dapat memberikan informasi yang valid dan komprehensif mengenai sifat
substitusi suatu produk dengan produk lain, dengan metodologi serta proses
analisis yang lebih sesuai dengan keterbatasan data serta waktu yang dimiliki oleh
KPPU. Penjelasan ringkas dari penggunaan tiga parameter tersebut untuk definisi
pasar produk dan geografis adalah sebagai berikut (KPPU, 2009).
2.1.1 Pasar Produk
Pasar produk didefinisikan sebagai produk-produk pesaing dari produk
tertentu ditambah dengan produk lain yang bisa menjadi substitusi dari produk
tersebut. Produk lain menjadi substitusi sebuah produk jika keberadaan produk
lain tersebut membatasi ruang kenaikan harga dari produk tersebut. Preferensi
atau selera konsumen merupakan faktor penentu dalam pendefinisian pasar
produk. Preferensi tersebut paling tidak diwakili oleh indikator utama yaitu harga,
karakter atau ciri dari produk yang relevan dan kegunaan (fungsi).
1. Indikator Harga
Beberapa faktor harga yang akan dipertimbangkan dalam menentukan
pasar relevan adalah:
a. Harga produk yang mencerminkan harga pasar yang wajar atau kompetitif.
Proses analisis terhadap harga yang tidak wajar atau nonkompetitif
cenderung menghasilkan estimasi pasar relevan yang terlalu luas.
b. Produk-produk yang dianalisis tidak harus memiliki kesamaan harga,
karena variasi harga dari produk-produk yang dianalisis sangat mungkin
terjadi. Inti analisis terhadap parameter harga bukan pada besaran nominal,
tapi pada reaksi konsumen terhadap perubahan harga yang terjadi pada
produk yang dimaksud.
commit to user
II-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tersebut dapat dikatakan sebagai substitusi satu sama lain terlepas dari
spesifikasi teknis, merk atau kemasan tertentu yang melekat di produk
produk tersebut. Sebaliknya, apabila konsumen menentukan bahwa
produk-produk dimaksud tidak memiliki kesamaan fungsi dan karakter
yang diperlukan, maka produk tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai
substitusi, walaupun terdapat kemiripan atau kesamaan dalam spesifikasi
teknis, merk waupun kemasan.
Karakteristik dari produk dan kegunaannya mungkin memberikan
indikasi misalnya mengenai tingkat daya penggantian antar produk, tetapi
hanya lantaran informasi ini digunakan dalam kerangka uji monopolist
hipotesis. Fakta bahwa baik air mineral maupun softdrink dikonsumsi dengan
tujuan untuk menghilangkan rasa haus bukan hanya menyiratkan bahwa
produk ini sebaiknya dimasukkan di pasar relevan yang sama. Sebaliknya,
fakta bahwa kedua produk jelas-jelas berbeda tidak berarti bahwa mereka
tidak dapat dimasukkan ke dalam pasar yang sama: kereta api dan bis
sesungguhnya merupakan produk yang berbeda, tetapi pada seberapa jauh
mereka menyediakan layanan yang serupa dalam mengangkut orang dari kota
A ke kota B membuat mereka dapat dimasukkan pada pasar yang sama
(Motta, 2004).
Survey konsumen dan penelitian pasar juga dapat turut mempengaruhi
pemahaman tentang pilihan konsumen dan persepsi tingkat substitusi antara
produk-produk yang berbeda (Motta, 2004).
II-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
wilayah negara tersebut. Atau, jika suatu perusahaan dan pesaingnya menjual
produk dalam satu area tertentu saja dan konsumen tidak memiliki akses terhadap
produk dari luar area, maka pasar geografis itu adalah area tersebut (KPPU, 2009).
Penetapan pasar berdasarkan aspek geografis sangat ditentukan oleh
ketersediaan produk yang menjadi obyek analisa. Beberapa faktor yang
menentukan dalam ketersediaan produk tersebut adalah kebijakan perusahaan,
biaya transportasi, lamanya perjalanan, tarif dan peraturan-peraturan yang
membatasi lalu lintas perdagangan antar kota/wilayah. Berbagai faktor tersebut
akan menentukan luas dan cakupan wilayah dari produk yang dijadikan objek
analisa (KPPU, 2009).
Berkaitan dengan kebijakan perusahaan, faktor tersebut merupakan salah
satu indikasi langsung mengenai cakupan pasar geografis. Dalam hal ini,
keputusan pimpinan perusahaan akan sangat menentukan logistik produk terutama
untuk daerah atau wilayah yang dijadikan target pemasaran. Penentuan daerah
atau wilayah yang dijadikan target pemasaran tentunya merupakan bagian dari
strategi yang disesuaikan dengan program dan rencana strategis perusahaan.
Dengan demikian, strategi wilayah pemasaran yang telah atau akan ditetapkan
oleh manajemen perusahaan akan memberikan informasi mengenai luas atau
cakupan geografis dari produk yang dijadikan obyek analisa (KPPU, 2009).
Selain kebijakan perusahaan, indikator mengenai biaya serta waktu
transportasi, tarif dan regulasi secara langsung mempengaruhi ketersediaan
produk di wilayah tertentu. Dengan kata lain, keempat parameter tersebut dapat
menjadi indikasi mengenai luas dan cakupan geografis dari produk yang dijadikan
obyek analisa. Secara sederhana, biaya transportasi yang tinggi serta waktu
transportasi yang lama akan menyulitkan pelaku usaha untuk memperluas wilayah
penjualan produknya (KPPU, 2009).
Dengan demikian, cakupan pasar dalam kondisi tersebut akan relatif
terbatas untuk wilayah produksi atau pemasaran yang sudah ada (existing).
Sebaliknya, apabila biaya serta waktu transportasi relatif tidak signifikan, maka
ada insentif bagi pelaku usaha untuk melakukan ekspansi pasar mengarah ke
wilayah pemasaran yang lebih luas. Hambatan perdagangan berupa tarif dan non-
commit to
tarif menjadi batasan bagi penentuan userbersangkutan berdasarkan aspek
pasar
II-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2 RETAIL
2.2.1 Gambaran Umum Bisnis Ritel
Ritel berasal dari kata retail yang berarti eceran. Bisnis ritel merupakan
suatu bisnis menjual produk dan jasa pelayanan yang telah diberi nilai tambah
untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, atau pengguna akhir lainnya.
Aktivitas nilai tambah yang ada dalam bisnis ritel diantaranya meliputi
assortment, holding inventory, dan providing service (Sopiah, 2008). Bisnis ritel
di Indonesia dibedakan menjadi 2 kelompok, yakni ritel tradisional dan ritel
modern. Ritel modern pada dasarnya merupakan pengembangan dari ritel
tradisional. Format ritel ini muncul dan berkembang seiring perkembangan
perekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat yang menuntut kenyamanan
lebih dalam berbelanja (Pandin, 2009).
commit to user
II-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat per kapita, terutama fisik, modal dan
kelompok konsumen.
Salah satu bentuk persaingan antara ritel modern dan ritel tradisional yang
sering mendapatkan perhatian banyak orang adalah persaingan dalam harga.
Permasalahan utamanya adalah bahwa ritel modern terutama skala besar sering
menjual produknya dengan harga jauh lebih rendah daripada harga jual dari
produk yang sama di pasar tradisional. Pada tahun 1999, Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (Aprindo), menuduh ritel besar seperti hypermarket dan perkulakan
besar semacam Makro, Goro dan Alfa yang menjual produk grosir dan juga
eceran melakukan praktek dumping (penurunan harga) (Kotler dan Susanto,
2001). Jadi, hypermarket tidak melakukan dumping dengan menjual produknya
lebih murah dari peritel lainnya. Sebab ritel raksasa itu selain hanya mengambil
margin yang sangat tipis juga memberikan semua fasilitas yang diperoleh dari
distributor, baik berupa promosi dagang maupun insentif diskon kepada
konsumennya.
Peter Gale, direktur eksekutif retail services practice Asia Pacific AC
Nielsen Bangkok (2003) melihat adanya kecenderungan pergeseran pengeluaran
uang para pembeli dari pasar tradisional ke pasar modern. Terutama konsumen di
Jakarta, Bandung dan Surabaya yang membelanjakan sebagian besar dari uangnya
ke pasar swalayan, mengalami suatu peningkatan yang cukup besar dalam setahun
yakni dari sekitar 35 persen pada tahun 2001 menjadi 48 persen pada tahun 2002.
Sebaliknya, persentase dari total konsumen ke pasar tradisional mengalami
suatu penurunan dari 65 persen ke 52 persen dalam jangka waktu yang sama.
Khususnya di Jakarta minat konsumen berbelanja ke pasar swalayan meningkat
cukup signifikan dari sekitar 31 persen pada tahun 2001 menjadi 48 persen pada
tahun 2002, sedangkan yang ke pasar tradisional menurun dari 69 persen ke 52
persen selama periode yang sama.
Perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota
besar seperti Jakarta erat kaitannya dengan peningkatan pendapatan rata-rata
masyarakat. Pengamat ritel Koestarjono Prodjolalito mengatakan kepada Bisnis
Indonesia bahwa kalau daya beli masyarakat meningkat maka otomatis
pengeluaran juga meningkat, dan commit to user
lambat laun pasar tradisional akan ditinggalkan;
II-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kenaikan pendapatan atau daya beli masyarakat merupakan faktor terpenting yang
membuat konsumen beralih ke pasar moderen (BI, 2003a).
Menurut Kurnia (2000), kemampuan bersaing para pedagang tradisional
sesungguhnya unik. Para pedagang tradisional bertindak sesuai dengan filosofi
“small is beautiful”. Tentu, hal ini disebabkan oleh modal mereka yang pas-pasan,
sehingga mereka hanya berdagang sesuai dengan kemampuan mereka, yakni
dalam skala kecil. Banyak di antara mereka yang membeli barang dagangannya
secara harian. Tetapi, dengan begitu, produk mereka jadi lebih segar, dan
kualitasnya bisa menyamai pasar swalayan modern.
commit to user
II-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2.4 Minimarket
Minimarket merupakan pasar swalayan yang hanya memiliki satu atau dua
mesin kasir dan hanya menjual produk – produk kebutuhan dasar rumah tangga
(basic necessities) yang telah dipilih terlebih dahulu, sedangkan supermarket
merupakan pasar swalayan memiliki lebih dari dua mesin kasir dan juga menjual
barang – barang segar (fresh goods) seperti sayur dan daging selain basic
necessities yang lebih beragam dari mini market. Hipermarket juga menjual basic
necessities dan barang – barang segar namun lebih beragam dibandingkan
supermarket, selain itu hipermarket juga menjual barang – barang white goods
atau elektronik (Tambunan, dkk., 2004).
Pasar modern yang sedang berkembang di Indonesia saat ini adalah
minimarket yang memfokuskan pada penjualan ritel dan langsung ke konsumen
akhir. Minimarket menawarkan kemudahan karena lokasi toko atau gerai yang
mendekati konsumen. Luas dari toko atau gerai juga tidak terlalu besar, sekitar 90
– 150 m2 dan menjual 3000 – 4000 jenis barang sehingga minimarket tidak
membutuhkan yang besar investasi besar. Pangsa pasarnya utamanya adalah
perseorangan dan rumah tangga atau mereka yang menggutamakan kepraktisan
dan kecepatan dalam berbelanja. Keuntungan lain berbelanja di mini market
adalah suasana nyaman dan aman dalam berbelanja, mudah dalam memilih barang
yang diperlukan, kualitas barang commit to user dibandingkan berbelanja di pasar
lebih terjamin
II-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tradisional, harga barang sudah pasti sehingga tidak perlu tawar menawar lagi, dan
dapat berbelanja berbagai keperluan dalam satu tempat saja sehingga akan
menghemat waktu dan tenaga (Tambunan, dkk., 2004).
Saat ini konsep mini market telah dipadukan dengan konsep franchise atau
waralaba yang mempermudah para investor lain untuk mengembangkan usaha
terutama bagi mereka yang belum memiliki pengalaman dalam mengelola dan
mengoperasikan minimarket. Sistem yang mulai diberlakukan kebijakannya pada
tahun 1997 ini, memungkinkan pemilik atau investor minimarket untuk membuka
puluhan bahkan ratusan gerai (Tambunan, dkk., 2004).
Perpaduan kedua konsep tersebut telah diterapkan oleh beberapa pemilik
mini market di Indonesia, diantaranya adalah PT. Indomarco Prismatama dengan
minimarket Indomaret, dan PT. Sumber Alfaria Trijaya (SAT) dengan minimarket
Alfamart. Indomaret memulai bisnisnya sejak tahun 1988. Sedangkan Alfamart
memulai jaringan bisnis ini sejak tahun 1999. Persaingan kedua minimarket
tersebut dapat dilihat dalam grafik perkembangan jumlah gerai keduanya dari
tahun 2005-2009 berikut.
2500
2000
1500 Alfamart
1000
Indomaret
500
0
2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
II-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Bawah - bawah
Retail Tradisional
2.3 SAMPLING
Menurut Sekaran (1992) populasi (population) mengacu pada keseluruhan
kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Sampel
(sample) adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang
dipilih dari populasi. Dengan kata lain, sejumlah, tetapi tidak semua, elemen
populasi akan membentuk sampel. Dengan mempelajari sampel, peneliti akan
mampu menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi.
commit to user
II-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
saja sulit untuk dijelaskan apa alasannya jika ditinjau dari aspek metodologi
penelitian (Sugiana, 2008).
Sehubungan dengan hal itu, Singarimbun (1989), menyatakan bahwa
sebelum menentukan berapa besar ukuran sampel yang harus diambil dari
populasi tertentu, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan yaitu:
a. Derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity). Jika tinggi tingkat
homogenitas populasinya tinggi atau bahkan sempurna, maka ukuran sampel
yang diambil boleh kecil, sebaliknya jika tingkat homogenitas populasinya
rendah (tingkat heterogenitasnya tinggi) maka ukuran sampel yang diambil
harus besar. Untuk menentukan tingkat homogenitas populasi sebaiknya
dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji statistik tertentu.
b. Tingkat Presisi (level of precisions). Tingkat presisi, terutama digunakan
dalam penelitian eksplanatif, misalnya penelitian korelasional, yakni suatu
pernyataan peneliti tentang tingkat keakuratan hasil penelitian yang
diinginkannya. Tingkat presisi biasanya dinyatakan dengan taraf signifikansi
(α) yang dalam penelitian sosial biasa berkisar 0,05 (5 persen) atau 0,01 (1
persen), sehingga keakuratan hasil penelitiannya (selang kepercayaannya) 1–
α yakni bisa 95 persen atau 99 persen. Jika menggunakan taraf signifikansi
0,01 maka ukuran sampel yang diambil harus lebih besar daripada ukuran
sampel jika menggunakan taraf signifikansi 0,05.
c. Rancangan Analisis. Rancangan analisis yang dimaksud adalah sesuatu yang
berkaitan dengan pengolahan data, penyajian data, pengupasan data, dan
penafsiran data yang akan ditempuh dalam penelitian. Misalnya, dalam akan
menggunkan teknik analisis data dengan statistik deskriptif; penyajian data
menggunakan tabel-tabel distribusi frekuensi silang (tabel silang) atau tabel
kontingensi dengan ukuran 3x3 atau lebih dimana pasti mengandung sel
sebanyak 9 buah, maka ukuran sampelnya harus besar. Hal ini untuk
menghindarkan adanya sel dalam tabel tersebut yang datanya nol (kosong),
sehingga tidak layak untuk dianalisis dengan asumsi-asumsi kotingensi. Jika
menggunakan rancangan analisisnya hanya menggunakan analisis statistik
inferensial, maka ukuran sampelnya boleh lebih kecil dibandingkan apabila
commit
menggunakan rancangan analisis to userdeskriptif saja. Dengan kata lain,
statistik
II-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.4.1 Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
(Azwar, 1997). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen ukur itu
dapat mengukur apa yang ingin diukur. Suatu tes atau instrumen ukur dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi alat ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak
relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas
rendah.
Cara yang digunakan adalah dengan analisis item, dimana setiap nilai yang
ada pada setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan nilai total seluruh butir
pertanyaan untuk suatu variabel dengan menggunakan rumus korelasi product
moment :
N (SXY) - (SX) × (SY)
[ ][ ]
r= .......................... (2.2)
N SX - (SX) × N SY - (SY)
2 2 2 2
Dimana :
r = koefisien korelasi item dengan total pertanyaan
N = jumlah responden
X = skor pertanyaan
Y = skor total sampel
Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r
product moment. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dianggap valid bila
memiliki konsistensi internal, yaitu mengukur aspek yang sama. Apabila dalam
perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid, kemungkinan pernyataan
tersebut kurang baik susunan katanya atau kalimatnya, karena kalimat yang
kurang baik dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda.
2.4.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen
ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989). Bila suatu
instrumen ukur dipakai dua kali – untuk mengukur konsep yang sama dan hasil
commit
pengukuran yang diperoleh relatif to user maka instrumen ukur tersebut
konsisten,
II-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
n æ Svi ö
a = ç1 - ÷ ..........................(2.3)
n - 1 çè vt ÷ø
dimana:
n = jumlah variabel/atribut
vi = varians variabel/atribut
vt = varians nilai total
commit to user
II-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan definisi tersebut, setiap teknik analisis yang melibatkan lebih dari
dua variabel secara simultan dapat dianggap sebagai analisis multivariat.
Teknik analisis multivariat secara umum dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar (Hair dkk, 1998), yaitu :
a. Dependence Methods
Teknik multivariat yang di dalamnya terdapat variabel atau set variabel yang
diidentifikasikan sebagai variabel tergantung (dependent variable) dan variabel
lainnya sebagai variabel bebas (independent variable). Metode ini meliputi
multiple regression analysis, multiple discriminant analysis, logistic regression,
multivariate analysis of variance (MANOVA), conjoint analysis, canonical
correlation analysis dan structural equation modeling (LISREL).
b. Interdependence Methods
Teknik multivariat di mana semua variabel dianalisis secara simultan, tidak
ada variabel yang didefinisikan bebas atau tergantung. Metode ini meliputi factor
analysis, cluster analysis, dan multi dimensional scaling (MDS).
II-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(dij - dˆij ) 2
Stress = ……………………………(2.4)
(dij - d ) 2
dimana:
d = rata-rata jarak ( S d ij / n )
II-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hal ini, tabel tabulasi silang berisi jumlah perkalian tiap objek yang dideskripsikan
oleh setiap karakteristik.
Tabulasi silang dari dua variabel atau lebih dalam bentuk matriks multi arah
dikenal sebagai multiple correspondence analysis. Seperti analisis dua arah,
variabel tambahan disesuaikan sehingga setiap kategori berada pada ruang
multidimensi yang sama.
c. Pengujian Asumsi
Analisis korespondensi seperti halnya MDS, relatif tidak mempunyai asumsi
penting. Asumsi mendasar adalah memastikan bahwa objek adalah dapat
dibandingkan dan memastikan kelengkapan atribut yang digunakan.
d. Proses dan Penilaian Overall Fit
Dengan tabel tabulasi silang (cross-tabulation table), frekuensi kombinasi
baris-kolom dari kategori yang berhubungan dengan kombinasi lainnya berdasar
pada frekuensi marginal. Untuk menilai overall fit, harus dilakukan identifikasi
jumlah dimensi yang sesuai dan tingkat kepentingannya. Jumlah dimensi
maksimum yang dapat diperkirakan adalah sama dengan jumlah minimum baris
atau kolom dikurangi satu. Nilai eigenvalue diperoleh untuk setiap dimensi dan
mengindikasikan kontribusi relatif dari setiap dimensi dalam menjelaskan variansi
kategori.
e. Interpretasi Hasil
Ketika dimensi ditentukan, maka dilakukan identifikasi asosiasi kategori
dengan kategori lain berdasar kedekatannya setelah proses normalisasi yang tepat.
Kemudian penentuan perbandingan akan dilakukan terhadap kategori baris atau
kolom atau keduanya. Dalam banyak hal perbandingan biasanya dilakukan antara
baris dan kolom, sekalipun terdapat pula perbandingan hanya pada baris atau
kolom.
Untuk menentukan karakter dari satu atau lebih dimensi dalam hubungannya
dengan kategori baris atau kolom, terdapat pengukuran deskriptif yang
mengindikasikan asosiasi setiap kategori dengan dimensi tertentu yang lebih
spesifik. Seperti halnya karakter faktor loading, pengukuran ini menjelaskan
luasnya asosiasi baik secara individual maupun kolektif.
commit to user
II-28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
commit to user
Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian
III-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
III-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
N
n =
1 + :.
Ė
=
Ė .( , )
Dari perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel Indomaret Jagalan sebesar 100
responden. Pada penentuan jumlah sampel pada ritel pesaing juga menggunakan
rumus Slovin, sehingga untuk ukuran populasi dengan jumlah ribuan hingga
jutaan akan memperoleh hasil yang relatif sama. Jadi jumlah sampel keempat ritel
pesaing masing - masing sebesar 100 responden.
Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
Accidental Sampling. Pada metode ini pengambilan sampel berdasarkan
kemudahan ditemui atau ketersediaan responden. Responden dipilih karena
keberadaan pada waktu dan tempat dimana riset sedang dilakukan. Akibatnya
peluang terpilih sebagai sampel hanya dimiliki oleh anggota populasi yang
kebetulan berada di sekitar riset, sedangkan anggota populasi yang tidak berada
disekitar riset tidak memiliki peluang menjadi sampel.
III-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
III-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
III-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada tahap ini dilakukan pengujian awal data hasil kuesioner yaitu
keharusan kuesioner bersifat valid dan reliabel. Apabila data tersebut bersifat
valid (kondisi dimana alat ukur mampu mengungkapkan kondisi yang akan
diukur) dan reliabel (kondisi dimana jawaban responden konsisten dari waktu ke
waktu) maka data tersebut dianggap telah lulus uji, dapat digunakan untuk analisis
berikutnya dan dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Peluang untuk
melakukan kesalahan pada uji validitas dan reliabilitas hasil penelitian ini atau
taraf signifikansi (level of significant) α adalah 10%, sehingga peluang untuk tidak
melakukan kesalahan (convidence level/tingkat kepercayaan) adalah sebesar 1 – α
yaitu 90%.
Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah
atribut-atribut penelitian dalam suatu set variabel dapat mewakili apa yang ingin
diukurnya. Adapun hipotesa untuk pengujian validitas ini adalah bahwa skor
masing-masing atribut berkorelasi positif dengan set variabelnya. Rumus yang
digunakan untuk menghitung validitas adalah rumus 2.2.
Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui adanya konsistensi
dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi
pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya. Adapun hipotesa untuk pengujian
reliabilitas adalah bahwa skor masing-masing atribut berkorelasi positif dengan
komposit set variabelnya. Uji reliabilitas dilakukan dengan metode konsistensi
inter item, yang dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s Alpha
dengan persamaan 2.3.
Kuesioner dikatakan reliabel jika r hasil lebih besar dari r tabel (r hasil > r
tabel). Semakin besar nilai Cronbach’s Alpha, maka semakin tinggi tingkat
reliabilitas penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, penghitungan validitas
commit to user
III-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
III-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
III-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diperoleh dari penjumlahan skala likert dari seluruh responden setiap ritel
yang memberikan ranking.
3. Proses Analisis
Prosedur analisis meliputi penentuan posisi ritel berikut variabel yang
membedakannya, dalam peta persepsi yang menunjukkan posisi relatif semua
ritel.
4. Interpretasi Hasil
Setelah diperoleh peta persepsi korespondensi, dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing ritel, yang dalam hal ini adalah Indomaret dan
ritel – ritel pesaing lainnya.
3.3.4 Pasar Relevan
Dari hasil pengolahan data dapat diketahui ritel – ritel yang mengelompok
ke dalam beberapa kelompok pasar relevan dan faktor kelebihan dan kekurangan
ritel tersebut. Penentuan pasar relevan dapat dilihat dari perceptual map pada
multidimensional scaling yang digunakan untuk menganalisis persaingan usaha
antar ritel – ritel yang berada dalam satu kelompok pasar relevan. Sedangkan
kelebihan dan kekurangan ritel dapat dilihat dari perceptual map pada analisis
korespondensi.
commit to user
III-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari tabel 4.1 dapat diketahui jarak terjauh konsumen ke Indomaret yaitu
radius 1 km. Jarak ini yang akan dijadikan acuan untuk menentukan pesaing
Indomaret di wilayah yang ditentukan dalam penelitian ini. Pada radius 1 km ini
terdapat empat ritel yang menjadi tempat penelitian untuk menentukan siapa saja
pesaing Indomaret. Keempat ritel itu adalah Toserba SFA, Alfamart, Indonora dan
Warung Kelontongan. Pada warung kelontongan penelitian dilakukan di empat
warung yaitu Toko Dika, Toko Dyah, Toko Innovision dan Toko Surya.
Penyebaran titik lokasi ritel tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1.
commit to user
IV-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41%
59% PEREMPUAN
LAKI-LAKI
commit to user
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1%
0%
0% WIRASWASTA
7% IRT
59% PNS
30% WIRAUSAHA
MAHASISWA
PELAJAR
41%
TANPA PEKERJAAN
PERAWAT
2%
3% GURU
12%
JEBRES
LAINNYA
88%
IV-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34%
PEREMPUAN
66%
LAKI-LAKI
LAKI
0%
1% 1% WIRASWASTA
IRT
17%
59% PNS
WIRAUSAHA
18%
MAHASISWA
5% PELAJAR
41%
TANPA PEKERJAAN
2%
PERAWAT
GURU
commit to user
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6%
JEBRES
LAINNYA
94%
commit to user
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari Tabel 4.4. diperoleh nilai Stress sebesar 0,11083 atau mendekati 0 (nol)
sehingga dapat dikatakan bahwa konfigurasi kelima ritel tersebut sudah mendekati
sempurna. Hasil di atas menunjukkan bahwa data input telah sesuai dengan model
MDS.
Hasil pengolahan data dengan MDS-ALSCAL, dihasilkan koordinat posisi
dari masing-masing merek ritel pada perceptual map yang terbentuk. Berikut ini
adalah koordinat serta peta posisi kelima ritel dalam peta Euclidean 2 dimensi.
Dimension
Stimulus Stimulus 1 2
Number Name
Koordinat yang dibentuk akan digunakan untuk menghitung jarak stimulus dalam
ruang dimensi tersebut. Tiap – tiap jarak dihitung dengan menggunakan rumus
Euclidean Distance. Sebagai contoh jarak antara poin X1 untuk SFA dengan X2
untuk Alfamart.
d12 = :(X11 − X12) + ( X21 − X22)
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jarak terkecil terjadi pada X1 dan X2 atau SFA dengan Alfamart, sedangkan jarak
terbesar terjadi antara nilai X1 dan X5 atau SFA dengan warung kelontong.
Gambar 4.8. Peta posisi pasar relevan ritel berdasarkan persepsi konsumen
Sumber: MDS-ALSCAL, Lampiran 5.
Peta posisi pada Gambar 4.8 menunjukkan konfigurasi peta posisi hasil
dari persepsi konsumen berdasarkan penilaian terhadap persaingan ritel. Peta
posisi tersebut digunakan untuk menentukan pasar relevan dalam persaingan
usaha ritel, merek - merek yang berada dalam satu kelompok bersaing langsung
satu sama lain. Semakin dekat jarak antarposisi atau koordinat maka persaingan
semakin dekat.
Dari peta posisi terlihat bahwa SFA berada pada kuadran I dengan dimensi
1 negatif dan dimensi 2 bernilai positif. Dengan demikian, secara keseluruhan
SFA dipersepsikan konsumen memiliki perbedaan yang berarti dibandingkan
commit to user
dengan ritel lainnya karena letaknya relatif jauh dibandingkan dengan ritel
IV-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lainnya. Indonora terletak pada kuadran II dengan dimensi 1 dan dimensi 2 positif.
Artinya, Indonora dipersepsikan konsumen memiliki perbedaan yang berarti
dibandingkan dengan ritel lainnya karena letaknya relatif jauh dibandingkan
dengan ritel lainnya. Warung Kelontong terletak pada kuadran III di mana
dimensi 1 positif dan dimensi 2 negatif. Dengan demikian, Warung Kelontong
dipersepsikan konsumen memiliki perbedaan yang berarti dibandingkan dengan
ritel lainnya karena letaknya relatif jauh dibandingkan dengan ritel lainnya.
Indomaret dan Alfamart terletak dalam kuadran yang sama yaitu pada kuadran IV
dengan dimensi 1 negatif dan dimensi 2 negatif. Artinya, Indomaret dan Alfamart
dipersepsikan konsumen memiliki kesamaan atau tidak memiliki perbedaan yang
berarti dibandingkan dengan ritel yang lain, karena letaknya dekat dibandingkan
dengan ritel lainnya.
Menurut Hair, dkk (1998) dalam Simamora, (2005), ada dua cara untuk
mengindentifikasikan dimensi-dimensi perceptual map. Pertama, interpretasi
subjektif, interpretasi dapat dilakukan oleh peneliti, responden sendiri maupun
ahli. Caranya, dengan memberikan membuat garis diagonal pada dimensi –
dimensi yang ada pada perceptual map dan memilih beberapa variabel yang
cenderung lebih mendekati garis absis (X) dan ordinat (Y). Cara ini semakin
mudah jika jumlah dimensi semakin sedikit. Kedua adalah prosedur objektif. Cara
ini dilakukan dengan mengumpulkan rating atribut setiap objek, kemudian dengan
software Minitab, dicari korespondensi terbaik antar atribut dan setiap objek.
Identifikasi dari dimensi perseptual dan korespondensinya terhadap variabel dapat
dilakukan dengan analisis korespondensi.
4.2.4 Analisis Korespondensi
Analisis korespondensi (Correspondence Analysis) termasuk dalam teknik
komposisional yang bertujuan untuk memetakan persepsi berdasarkan hubungan
antara objek dan sekumpulan karakteristik/variabel yang ditentukan oleh peneliti.
Dalam hal ini, dari data ranking (kuesioner bagian 1), kelima ritel akan dipetakan
berdasarkan tiga belas variabel yang telah ditentukan diawal, data ini dapat dilihat
pada Tabel 4.8.
commit to user
IV-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Untuk variabel – variabel dan ritel lain perhitungan dilakukan dengan cara yang
sama. Secara lengkap data dapat dilihat pada lampiran 2 rekap kuesioner.
Tabel 4.8 Data jumlah responden pemberi ranking
Ritel
Variabel Warung
SFA Alfamart Indomaret Indonora
Kelontong
Bahan Makanan Pokok 280 234 195 128 230
Makanan&minuman
310 331 338 422 313
ringan
Barang2
335 300 292 293 254
kebersihan&kecantikan
Peralatan Rumah
173 152 162 111 130
Tangga
Fresh food 109 169 200 110 135
Profil baris pada Tabel 4.10, dimana column menunjukkan kelima ritel dan
row menunjukkan ketiga belas variabel yang digunakan untuk membandingkan,
memuat persentase nilai tiap baris terhadap total nilai keseluruhan pada tiap baris.
Sedangkan profil kolom pada Tabel 4.11, memuat persentase nilai tiap kolom
terhadap total nilai keseluruhan pada tiap kolom.
Tabel 4.10 Profil baris
SFA Alfamart Indomaret Indonora Kelontong Mass
1 0,262 0,219 0,183 0,120 0,216 0,056
2 0,181 0,193 0,197 0,246 0,183 0,090
3 0,227 0,204 0,198 0,199 0,172 0,078
4 0,238 0,209 commit to user 0,152
0,223 0,179 0,038
IV-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ritel yang sama pada variabel tersebut dan adapula yang berada pada kuadran
berbeda, sehingga ritel tersebut dianggap berbeda satu sama lain.
5. Fresh food
SF A 4 6. Nonmakanan
0,1
6 7. Lokasi strategis
Kelontong
8 113
Alfamart 12 8. Keterjangkauan harga
0,0 13 9 10 Indomaret
7 5 9. Kualitas SDM
I ndonora 2 10. Kenyamanan suasana
-0,1
belanja
11. Kelengkapan produk
-0,2
-0,2 -0,1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 12. Iklan&Promo
Component 1 13. Kualitas pelayanan
Gambar 4.9. Peta persepsi korespondensi kelima ritel dengan ketiga belas
variabelnya
Pada output di atas terlihat adanya dua dimensi dan empat kuadran. Dimensi 1
disebut dengan component 1 yang variabel – variabelnya cenderung pada marketing
mix, yaitu iklan dan promosi (angka 12). Sedangkan pada dimensi 2 disebut dengan
component 2 yang variabel – variabelnya cenderung pada karakteristik produk, yaitu
produk non makanan (angka 6). Sehingga component 1 dapat dinamakan marketing
mix dan component 2 dinamakan produk non makanan. Posisi component bernilai
positif diartikan sebagai preferensi konsumen terhadap variabel tinggi dan sebaliknya,
posisi component bernilai negatif apabila preferensi konsumen terhadap variabel
rendah. Sedangkan pembagian kuadrannya sebagai berikut.
Kuadran I : Pada posisi ini, component 1 bernilai negatif sedangkan component 2
bernilai positif. Posisi dalam kuadran ini ditempati oleh SFA dan Warung
Kelontong. Posisi ini diartikan bahwa SFA dan Warung Kelontong
mempunyai preferensi relatif tinggi untuk variabel barang - barang
kebersihan dan kecantikan, non makanan, keterjangkauan harga dan
kelengkapan produk.
commit to user
IV-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kuadran II : Pada posisi ini, component 1 bernilai positif dan component 2 juga
bernilai positif. Posisi dalam kuadran ini tidak ada yang menempati
karena dari ritel – ritel yang ada tidak ada yang mempunyai karakteristik
jasa ritel di variabel bahan makanan pokok dan peralatan rumah
tangga.
Kuadran III : Pada posisi ini, component 1 bernilai positif sedangkan component 2
bernilai negatif. Posisi dalam kuadran ini ditempati oleh Indomaret dan
Alfamart. Posisi ini diartikan bahwa Indomaret dan Alfamart mempunyai
preferensi relatif tinggi untuk variabel fresh food, kualitas SDM,
kenyamanan suasana berbelanja dan iklan/promosi.
Kuadran IV : Pada posisi ini, component 1 bernilai negatif dan component 2 juga
bernilai negatif. Posisi dalam kuadran ini ditempati oleh Indonora. Posisi
ini diartikan bahwa Indonora mempunyai preferensi relatif tinggi untuk
variabel makanan dan minuman ringan serta kualitas pelayanan.
commit to user
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
45
39 3938
40 38
36
35 SFA
Jumlah Responden
30 27 Alfamart
25 2222 21
19 Indomaret
20 17 17 17
14
15 13 1212 11 12 Indonora
10 9
10 6 6 6 7 675 7 Warung
5
5 Kelontong
0
<100 100-200
200 200-300 300-400 400-500 >500
V-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan grafik 5.
5.1, dapat diketahui bahwa paling banyak konsumen
yang berbelanja pada ritel
itel SFA dengan jarak yang ditempuh konsumen adalah
lebih dari 500 meter yaitu sebanyak 38%
38%, Alfamart pada jarak tempuh lebih dari
500 meter sebanyak 39%, Indomaret pada jarak tempuh lebih dari 500 meter
sebanyak 38% dan Indonora pada jarak tempuh kurang dari 100 meter sebanyak
38% serta Warung Kelontong pada jarak kurang dari 100 meter sebanyak 39%.
70
61
60 57
SFA
Jumlah responden
50
38 Alfamart
40 35
29 27 24
30 24 24 Indomaret
2220
20 15 16 16
12 11 13 12 Indonora
10 667 7
4 6
3 1 13 0 0 Warung
0 Kelontong
seminggu 1x
sebulan 1x
sebulan 2x
sebulan 3x
namun sering
hanya sesekali
tidak tentu
tidak tentu
Frekuensi Belanja
Gambar 5.2 Grafik frekuensi belanja
Berdasarkan grafik 5.
5.2, dapat diketahui bahwa frekuensi belanja pada ritel
SFA konsumen cenderung memiliki pola belanja bulanan, yaitu sebanyak 29%.
Untuk Alfamart dan Indomaret
Indomaret, konsumen cenderung memiliki pola belanja
mingguan, yaitu sebanyak
ebanyak 38% dan 35%. Sedangkan pada Indonora dan Warung
Kelontong konsumen cenderung memiliki pola belanja harian, yaitu sebanyak
61% dan 57%.
commit to user
V-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
70
70
64
62
59 SFA
60
54
Jumlah Responden
Alfamart
50
39 39 Indomaret
40
30 Indonora
28
30
Warung
20 17 Kelontong
11
8 8 7
10
2 2
0 0 0 0
0
<10000 10000
10000-50000 50000-100000 >100000
Volume belanja (Rp)
Gambar 5.
5.3 Grafik volume belanja konsumen
Berdasarkan grafik 5.3, dapat diketahui bahwa volume belanja untuk SFA,
Alfamart, Indomaret dan Warung Kelontong sebesar Rp 50.000 hingga Rp
100.000 mendominasi kurang lebih 50%
50%. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang
dimiliki konsumen dan kebutuhan yang diperlukan untuk dibeli di empat ritel
tersebut cenderung sama. P
Pada
ada ritel Indonora berbeda dengan yang lain, volume
terbanyak sebesar Rp 10.000
.000 hingga Rp 50.000. Hal
al ini dikarenakan lokasi ritel
ini berdekatan
tan dengan Sekolah Menengah Atas sehingga konsumen pada ritel ini
rata – rata pelajar.
V-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
masing merek ritel. Peta persepsi ini sesuai dengan persepsi konsumen terhadap
merek-merek tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa peta persepsi ini benar
jika dipandang dari persepsi konsumen meskipun mungkin tidak benar dalam
pandangan produsen.
Dari pengolahan data, diperoleh konfigurasi titik-titik koordinat dan jarak
euclidean untuk masing-masing merek ritel. Dalam memberikan penilaian, bila
semakin kecil jarak euclidean, semakin dekat jarak setiap objek, maka kedua
merek tersebut mempunyai tingkat kesamaan dan persaingan yang tinggi,
sehingga merek yang satu merupakan pesaing yang kuat bagi merek yang lain.
Begitu pula sebaliknya, apabila jarak euclidean setiap objek besar atau saling
berjauhan posisinya dalam peta persepsi, maka kedua merek tersebut dapat
dikatakan sangat berbeda secara keseluruhan.
Pada gambar 4.3, tampak posisi ritel Indomaret dan Alfamart saling
berdekatan. Hal ini menandakan bahwa persepsi konsumen terhadap satu merek
ritel dianggap memiiki kesamaan dengan ritel lainnya atau dengan kata lain, ritel
Indomaret dan Alfamart saling bersaing karena mempunyai beberapa kesamaan
atau kemiripan. Sedangkan ketiga ritel lainnya saling berjauhan. Hal ini
menandakan bahwa persepsi konsumen terhadap satu merek ritel dianggap
berbeda dengan merek ritel lainnya, atau dengan kata lain, ritel SFA, Indonora dan
Warung Kelontong mempunyai keunikan atau karakteristik jasa ritel tersendiri.
Akan tetapi, analisis peta persepsi tidak dapat menyatakan secara eksplisit dimensi
dan keunikan-keunikan/variabel khusus yang dimiliki masing-masing ritel,
sehingga informasi tambahan harus dikumpulkan dari konsumen untuk
menentukannya. Hal ini dapat dilakukan dengan analisis lanjutan yaitu analisis
korespondensi.
V-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada tabel 5.1 Diperoleh hasil bahwa di benak responden SFA dan Warung
Kelontong mempunyai preferensi relatif tinggi pada karakteristik jasa ritel tersebut.
Karakteristik jasa ritel tersebut didukung banyaknya volume belanja konsumen
yang membeli barang – barang tersebut karena di ritel tersebut harganya
terjangkau dan produknya lengkap di banding ritel lainnya. Indomaret dan
Alfamart menurut responden mempunyai preferensi relatif tinggi pada karakteristik
jasa ritel tersebut. Hal ini didukung dengan frekuensi belanja konsumen yang
commit to user
setiap minggu berbelanja di ritel tersebut karena kenyamanan dan kualitas yang
V-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
baik. Pada Indonora, menurut responden mempunyai preferensi relatif tinggi pada
karakteristik jasa ritel tersebut karena konsumen ritel ini banyak yang masih
pelajar. Selain itu, lokasi strategis dan kualitas pelayanan yang baik dapat dilihat
dari jarak tempuh konsumen ke ritel ini yang rata-rata kurang dari 100 meter.
V-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kekuatan pada penelitian ini adalah metode yang digunakan lebih mudah
dilakukan terutama bagi pemerintah daerah maupun Komisi Pengawas Persaingan
Usaha untuk melakukan penelitian sejenis ini, karena data yang diperlukan
merupakan data primer.
Kelemahannya, penelitian ini merupakan penelitian sosial yang menuntut
adanya kemampuan peneliti untukcommit to user responden agar lebih memahami
mengarahkan
V-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran
yang berisi tentang hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk pengembangan
penelitian selanjutnya. Kesimpulan dan saran secara rinci dipaparkan pada sub
bab berikut:
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan yang mengacu pada tujuan, yaitu:
1. Berdasarkan persepsi konsumen, ritel Indomaret dengan Alfamart saling
bersaing karena posisi kedua ritel tersebut yang berdekatan. Hal ini
menandakan bahwa kedua ritel tersebut dianggap memiliki kemiripan
karakteristik jasa ritel.
2. Karakteristik jasa ritel yang dimiliki Indomaret dan Alfamart, yaitu pada
produk fresh food, kualitas SDM, kenyamanan suasana berbelanja dan
iklan/promosi.
3. Kemiripan karakteristik jasa ritel yang dimilki membuat Indomaret dan
Alfamart berada dalam satu pasar relavan dan tidak dapat dinyatakan dan
dikategorikan mempunyai posisi dominan secara mutlak karena Indomaret bukan satu
satunya ritel yang mempunyai kemampuan lebih tinggi dibandingkan dengan ritel
yang lain.
4. Pada ritel lainnya, yaitu SFA, Indonora dan warung Kelontong saling
berjauhan. Hal ini menandakan bahwa persepsi konsumen terhadap ketiga ritel
tersebut berbeda satu sama lain.
5. Walaupun SFA dan Warung Kelontong memiliki karakteristik jasa ritel yang
sama pada variabel ketersediaan barang - barang kebersihan dan kecantikan,
nonmakanan, keterjangkauan harga dan kelengkapan produk, tetapi tingkat
kesesuaian jarak antar objek yang digambarkan oleh peta posisi MDS dengan
jarak yang diperoleh dari data similarity atau kesamaan karakteristik saling
commit to user
VI-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6.2 SARAN
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini untuk
pengembangan penelitian lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Surakarta sebaiknya mempertimbangkan dan mulai
memikirkan untuk membuat kajian tentang peraturan daerah mengenai
penataan zonifikasi antara pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan pasar
modern.
2. Pihak pengusaha ritel sebaiknya dapat merancang strategi bersaing yang
baik dan memperhatikan jarak minimal baik antar minimarket, antara
minimarket dan pasar tradisional, maupun antara minimarket dan pasar
modern lain (supermarket dan hypermarket), sehingga diharapkan dapat
menghindari kanibalisme antar minimarket, persaingan tidak sehat serta
menjaga kelangsungan hidup pasar tradisional.
3. Skripsi ini membahas MDS dengan peta dua dimensi, tidak menutup
kemungkinan untuk kasus lain menggunakan peta tiga dimensi.
commit to user
VI-2